Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 14, No. 1, Juni 2012
ISLAM DAN BUDAYA MELAYU: DALAM MEWUJUDKAN VISI INSTITUT SENI INDONESIA (ISI) PADANGPANJANG Eriswan Sumatera Barat, ISI Padangpanjang, Jl. Bundo Kanduang No. 35 HP. 081363363436 Abstrak: Melayu adalah salah satu rumpun dalam kawasan peradaban Islam. Islam adalah identitas dari kepribadian orang Melayu, dan merupakan agama satu-satunya bagi sub kultur Melayu. Institut Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang memiliki pola ilmiah sebagai pusat kajian Melayu, dengan pendekatan filosofis“ Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah“ yang merupakan implementasi Budaya Melayu-Budaya Islam. KataKunci: Melayu, Islam, filosofis, ISI Padangpajang. Abstract: Melayu is one of clan in Islamic civilization. Islam is an individual personality of Melayu people and the only religion of melayu people. Padangpanjang art Institut has a culture centre studies of Melayu aphilosophy “Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah“, is the implementation of Melayu Culture, and Islamic Culture.
I.
PENDAHULUAN
bahkan hampir meliputi kawasan Asia Tenggara.
Tulisan ini memperkenalkan salah satu
Secara umum
wilayah hunian masyarakat
model personality yang khas pada masyarakat
Melayu, meliputi wilayah Tamiang (Aceh
Melayu (Malay People). ” Model Personality“ ini
Timur), sepanjang pantai timur Provinsi Sumatera
adalah suatu konsep anthropology untuk
Utara (Kabupaten Langkat, Deli Serdang, Asahan
menggambarkan tentang kepribadian dan
dan Labuhan Batu), Provinsi Riau dan Riau
identitas yang khas dari satu kelompok
Kepulauan, Provinsi Kalimantan Barat, Malaysia
masyarakat tertentu.
Barat dan Pesisir Malaysia Timur, daerah selatan
Masyarakat Melayu memiliki indentitas yang Islami, antara Melayu dan Islam tidak dapat dipisahkan.
Begitu
terintegrasinya
kedua
Muangthai,
Brunai
dan
Singapura,
mengindentikkan diri mereka sebagai orang Melayu (Malay People).
indentitas tersebut dalam kehidupan masyarakat
Luasnya hunian masyarakat Melayu
Melayu, muncul idiom cultural “Dunia Melayu-
juga mecakup penduduk Sumatera Barat yang
Dunia Islam“ dan Budaya Melayu- Budaya
menyatakan diri sebagai orang Minangkabau,
Islam.
penduduk Kalimantan Selatan yang menyatakan Dunia Melayu (The Malay Waordl)
diri sebagai orang Banjar, dan penduduk
merupakan suatu istilah yang sudah lama
Kalimantan Timur yang menyatakan diri sebagai
digunakan dalam literatur asing untuk mengacu
orang Kutai (Yatim:2004).
kepada kawasan yang lebih luas dari Nusantara 1 Http://journal.isi‐padangpanjang.ac.id
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 14, No. 1, Juni 2012
Rumpun dunia Melayu sudah terbentuk
filosofis Minangkabau ABS-SBK sebagai jati diri
sejak zaman prasejarah. Meskipun kini cenderung
dan identitas orang Melayu yang salah satu sub
memiliki indentitas dan jati diri etnis yang
kulturnya Minangkabau. Dengan filosofis
berbeda-beda sesuai dengan warna lokal masing-
tersebut, mau tidak mau Islam adalah identitas dan
masing. namun secara etnik, jika yang dimaksud
kepribadian orang Minang dan Melayu, bukan
dengan istilah itu adanya kesamaan asal-usul
Minang dan Melayu lagi kalau keluar dari nilai-
bahasa dan budaya maka masyarakat Melayu
nilai ajaran Islam.
memiliki banyak kesamaan identitas yang telah
II.
PEMBAHASAN
terbentuk sejak berabad-abad. Penjelasan pasal 32 Undang Undang
Selepas kejatuhan Malaka abad 15, dunia Melayu tidak lagi memiliki pusat kebudayaan atau “tamaddun“ Melayu sebagai pusat grativikasi yang mampu mempersatukan
Dasar 1945 mengatakan bahwa “..... puncakpuncak kebudayaan di daerah-daerah di seluruh Indonesia terhitung sebagai kebudayaan bangsa“ Melalatoa menfasirkan istilah puncak-puncak
kembali dunia Melayu. Saat ini Institut Seni Indonesia Padang yang merupakan satu-satunya Perguruan Tinggi
kebudayaan itu adalah nilai-nilai budaya itu sendiri (Melalatoa, 2000:7). Kata budaya berasal dari kata sanskerta
Seni yang berlokasi di Sumatera Barat dalam wilayah etnis suku Minangkabau, dalam Visi dan Misi Perguruan Tinggi menetapkan pola ilmiah sebagai Pusat Kajian Budaya Melayu, dengan berpedoman kepada filosofis Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi Kitabullah “ (ABS-BSK). Masalah yang ingin diungkapkan dalam tulisan dan pembahasan ini adalah bagaimana implementasi filosofis ABS-SBK
dalam
aplikasinya mewujudkan Visi dan Misi Institut Seni
Indonesia
Padangpanjang
“Budhayah“ yaitu bentuk jamak dari kata “buddhi“ yang berarti budi atau “ akal“. Jadi budaya atau kebudayaan itu dapat diartikan dengan hal-hal yang bersangkutan dengan budi dan akal. Dalam ilmu antropologi dan sosiologi, konsepsi kebudayaan arti yang sangat luas. Dalam ilmu-mempunyai ilmu kebudayaan diartikan semua yang dipelajari manusia sebagai anggota masyarakat. Kebudayaan adalah kesadaran akan
untuk
menghasilkan “Seniman dan Ilmuan Seni Budaya Melayu Berjaya“. Menyebut diri berindentitas Melayu berarti perpaduan secara holistik dari unsur budaya dan agama, yakni Melayu dan Islam. Indentitas inilah yang diimplementasikan dalam
nilai-nilai dalam kesemestaannya, yang tingkat terendah mengandung makna suatu kesadaran intuitif dari indentitas nilai. Sedangkan pada tingkat tertinggi kesadaran akan nilai-nilai menyiratkan selain yang disebut di atas, pengetahuan yang luas akan nilai-nilai hubungan timbal balik, sejarah proses perkembangan yang 2
Http://journal.isi‐padangpanjang.ac.id
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 14, No. 1, Juni 2012
Demikian pula nilai yang dominan
dengannya kesadaran diri ke arah pencapaian dan
tersebut akan dapat pula menentukan sikap-sikap
perwujudan kesemestaan nilai itu. Kesadaran terhadap suatu nilai tidaklah dengan
semestinya
berarti
kebudayaan.
Kebudayaan adalah perspektif kenyataan nilai
anggota suatu masyarakat terhadap lingkungan kehidupannya yang menjurus kepada pola perilaku tertentu. Dalam pembentukan jati diti (identitas)
yang tidak mungkin diperoleh tanpa pengamatan
anggota suatu masyarakat nilai yang dominan ini
yang menyeluruh terhadapnya. Meskipun tidak sama dengan salah satu
akan disampaikan melalui media pendidikan
dari semua jenis kebudayaan itu, kebudayaan
(proses sosialisasi) sehingga akan menghasilkan
Melayu adalah juga suatu perspektif nilai.
anggota-anggota masyarakat dengan indentitas yang hampir bersamaan.
1.
Nilai Budaya Kluckhohn, sebagaimana dikutip oleh
2.
tentang
Kebudayaan
Melayu
Azmi mengemukakan bahwa “Nilai” adalah suatu konsepsi eksplisit atau implisit
Perspektif
Kata “Melayu“ secara etimologi banyak
yang
menjadi milik khusus seseorang atau ciri khusus
dirumuskan oleh para sosiolog
suatu lingkungan sosial (masyarakat) mengenai
antropolog. Sebagai pengertian sosial budaya
sesuatu
yang
“Melayu“ merupakan etnis yang tinggal di luar
mempengaruhi pemilihan berbagai cara- cara,
perbatasan Malaysia seperti etnik Minangkabau,
alat, dan tujuan sebuah tindakan (Azmi dalam
Bugis, Banjar, Mandailing (Osman dalam
Latif, 2004:82).
Hamid:1991).
yang
diingini
bersama
Benton
Setiap generasi dalam suatu masyarakat
William
dalam
maupun
Hamid,
mewariskan kepada generasi berikutnya hal-hal
mengatakan bahwa “melayu“ adalah bangsa
yang bersifat abstrak (gagasan, nilai-nilai, norma-
yang mendiami Asia Tenggara, nenek moyang
norma) dan hal-hal yang bersifat konkrit. Apa
berasal dari bangsa Austronesia, dari daerah
yang dipelajari atau yang diwariskan tersebut
Yunan negeri Cina Selatan, menyebar dan
disebut secara umum kebudayaan.
mendiami semenanjung Melayu, kepulauan mempunyai
Indonesia, Madagaskar, pulau-pulau timur.
pandangan terhadap kehidupan, dengan memberi
Sedangkan Van Ronkel menyebutkan bahwa
nilai-nilai tertentu, Jawaban nilai mana yang
bangsa Melayu adalah orang-orang yang bertutur
dominan dalam kebudayaan suatu masyarakat
bahasa Melayu dan mendiami semenanjung
menentukan orientasi nilai budaya yang dianut
tanah Melayu, kepulauan Riau Lingga dan
oleh masyarakat tertentu.
beberapa daerah di Sumatera (Hamid, 1991).
Setiap
kebudayaan
3 Http://journal.isi‐padangpanjang.ac.id
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 14, No. 1, Juni 2012
Inilah ciri-ciri utama menentukan
3.
Pandangan
Hidup
Masyarakat
landasaran kultural alam melayu, dengan wilayah
Melayu Indonesia Sebelum dan
geografis yang melingkupi perairan Indonesia,
Sesudah kedatangan Islam
dengan berpusat berada di sekitar Selat Malaka.
Sejak zaman prasejarah, penduduk
Perairan Indonesia ini dari sejarah peradaban bisa dipandang sebagai laut tengah Asia Tenggara.
kepulauan Melayu Indonesia dikenal sebagai pelayar-pelayar yang sanggup mengarungi lautan
Pada masa lampau wilayah ini
lepas. Sejak awal abad Masehi sudah ada rute-rute
merupakan wilayah interaktif, dan bahkan bahasa
pelayaran dan perdagangan antara kepulauan
Melayu dijadikan sebagai bahasa resmi dalam
melayu Indonesia dengan berbagai daerah di
dunia perdagangan antar Negara. Demikian pula
daratan Asia Tenggara (Marwati, 1982:2).
bahasa Melayu digunakan sebagai bahasa tulis oleh kerajaan-kerajaan.
umum bahwa agama yang dianut diseluruh
Dari sudut pengematan idyal-type, “kebudayaan
Melayu“
Memang telah menjadi pengetahuan
adalah
daerah ini adalah agama Hindu dan Budha yang
sebuah
dicampurkan dengan agama anak negeri, yang
kebudayaan pesisir, maritim, dagang, terbuka,
telah ada sebelum kedua agama tersebut tiba
ekploratif, dan kosmopolitan. Sedangkan unsur
dikalangan orang Melayu Indonesia.
integratif dan komunikatif dari suasana ini
Agama
itu
dianjurkan
serta
diberikan oleh bahasa Melayu dan peradaban
dipertahankan hanya oleh golongan raja-raja serta
Islam.
para bangsawan, sedangkan rakyat mengambil Dengan
dikemukakan
perkataan
lain
dapat
sikap tidak peduli terhadap ajaran agama itu,
bahwa kebudayaan Melayu
karena mereka para raja dan bangsawan hanya
merupakan sebuah format kebudayaan yang terbangun oleh adanya kontak budaya berbeda
mementingkan perkara-perkara yang berkaitan dengan tata upacara saja.
antara yang satu dengan yang lainnya ada masa
Filsafat agama Hindu misalnya, tidak
lampau dan dibentuk oleh proses perjalanan
mempengaruhi masyarakat Melayu Indonesia,
sejarah yang panjang.
mereka lebih cenderung kepada hal-hal yang
Apa yang merupakan kebudayaan
bersifat seni daripada filsafat.
masyarakat Melayu, sesunggguhnya merupakan
Kedatangan agama Hindu itu tidak
hasil produk dari manusia. Terbentuknya produk
mengubah pandangan hidup masyarakat Melayu
tersebut tidak terlepas dari persentuhan atau
yang berdasarkan seni dan bukan filsafat.
kontak antar budaya sehingga melahirkan atau
Begitu juga mengenai nasib agama
membentuk suatu kebuadayaan yang disebut
Budha di kepulauan Melayu Indonesia.
kebudayaan Melayu.
Sesungguhnya agama Budha tidak berhasil 4
Http://journal.isi‐padangpanjang.ac.id
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 14, No. 1, Juni 2012
mempengaruhi masyarakat Melayu, disebabkan
Islam. Tendensi karya-karya tersebut itu seringkali
agama
mirip antara yang satu dengan yang lainnya.
Budha tidak mempunyai sifat
menyebarkan ajaran-ajarannya seperti agama
Proses islamisasi ke daerah-daerah
Islam, dan tidak berniat mengubah pandangan
pedalaman Aceh, Sumatera Barat terutama sejak
hidup masyarakat Melayu Indonesia dengan
Aceh melakukan ekspansi politiknya pada abad
menanamkan ajaran baru untuk mengganti yang
ke 16 dan 17 M dimana kerajaan-kerajaan Islam
lama.
telah merintis terwujudnya idiom kultural yang Secara kultural tidak ada orang Melayu
sama yaitu “Islam“. Hal inilah yang menjadi
sekarang yang masih beragama Hindu ataupun
pendorong terjadinya interaksi budaya yang
Budha, meskipun saat ini masih adanya artefak-
makin erat. Berdasarkan pada kenyataan saat ini
artefak suci kedua agama tersebut dan terpelihara
tampak bahwa ajaran agama Islam diserap oleh
dengan baik.
Aceh
Menjelang abad ke-13 M, di perairan
sebagian besar masyarakat Melayu, sehingga
sudah
secara kultural menjadikan nilai-nilai
ada
pemukiman
muslim.
Islam
Persentuhan antara penduduk pribumi dengan
sebagai landasan ideal kebudayaan. Secara ideal,
pedagang muslim dari Arab, Persia dan India
pada dasarnya sistem pengetahuan mereka
memang pertama kali terjadi di daerah ini.
dibingkai dan ditentukan oleh ajaran agama ini.
Dengan demikian dapat dipahami mengapa
Hampir dari segala aspek kehidupan masyarakat
kerajaan Islam pertama dikepulauan Melayu
itu secara ideal disesuaikan dengan nilai-nilai
Indonesia ini berdiri di Aceh, yaitu kerajaan
ajaran Islam. HAR. Gibb di dalam bukunya “Whither
Samudera Pasai yang didirikan pada pertengahan
Islam“ yang dikutip Nasir mengatakan “Islam is
abad ke -13. Berdasarkan berita Tome Pires dalam
indeed much- morew than a system of theology, it
Suma Orientaslis, bahwa daerah-daerha di bagian
is complete civilization” (Islam sesungguhnya
pesisisr Sumatera Utara dan timur Selat Malaka
lebih dari sekedar sebuah agama, ia adalah suatu
yaitu dari Aceh sampai ke Palembang sudah
peradaban
banyak terdapat masyarakat dan kerajaan Islam
mengemukakan bahwa landasan peradaban
(Uka Tjandrasasmita, 1984:4).
Islam adalah kebudayaan Islam, terutama wujud
yang
sempurna).
Nasir
Hubungan antara kerajaan-kerajaan
idealnya, sementara landasan kebudayaan Islam
Islam lebih banyak terletak dalam bidang budaya
adalah agama, dalam Islam agama bukanlah
dan agama. Karya-karya sastra dan keagamaan
kebudayaan, tetapi dapat melahirkan kebudayaan
dengan segera berkembang di kerajaan-kerajan
(Nasir, tt:4).
5 Http://journal.isi‐padangpanjang.ac.id
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 14, No. 1, Juni 2012
Dalam hal ini Radam mengemukakan
dari India Selatan. Sejak abad ke-13 Masehi,
bahwa dalam ajaran Islam tidak ada konsep
sebagaimana masyarakat Melayu, masyarakat
inkulturasi, yaitu agama sering menjadikan
Minangkabau telah mengalami rangkaian
bentuk budaya
perubahan sosial yang secara mendasar dan telah
untuk kepentingan agama
mempengaruhi
(Radam, 2001: 41).
sistem
nilai
dan
tatatan
Kalau kebudayaan merupakan hasil
kelembagaan masyarakat. Agama Hindu–Budha
cipta, rasa dan karsa manusia, maka ajaran Islam
yang dianaut oleh keluarga kerajaan tidak banyak
adalah wahyu dari Tuhan. Meskipun masih ada
berpengaruh kepada masyarakat Minangkabau.
tindakan-tindakan mereka yang kasat mata
Masyarakat-yang beragama Hindu-
sebagian yang tidak menjalankan ke Islam-an,
Budha menyembah matahari, berhala dan
namun hal itu lebih mungkin dilihat sebagai
sebagainya, waktu agama Islam masuk ke dalam
suatu tradisi saja, yang tidak mempunyai hakikat
nasyarakat itu, maka agama Hindu,- Budha
keagamaan, kalau pun ada besar kemungkinan
penyembah matahari dan berhala itu hancur sama
hanya
sekali, karena bertentangan dengan ajaran agama
berada
pada
taraf
keyakinan.
Puspowardoyo mengakan bahwa dalam konteks
Islam. Berbeda dengan agama Hindu-Budha,
local genius kemungkinan yang terjadi hanyalah yang
agama Islam yang masuk dalam abad ke 16
budaya dalam konteks
Masehi secara bertahap dianut oleh masyarakat
menjalankan syariat Islam (Poespowardoyo,
Minangkabau, dan tumbuh sebagai faktor yang
1986:28).
paling penting dalam perkembangan sejarah dan
yaitu
masyarakat
mengekspresikan
setempatlah
Dari gambaran diatas dapat disimpulkan bahwa kehadiran agama Islam di tengah
kebudayaan Minangkabau dalam abad-abad sesudahnya.
kehidupan orang Melayu pada akhirnya masuk
Waktu agama Islam masuk di
dengan begitu dalam, sehingga nilai-nilai Islam
Minangkabau, adat Minangkabu tidak hancur,
dijadikan sebagai landasan ideal kebudayaan
disebabkan
mereka.
berdasarkan pada ketentuan- ketentuan yang
adat
Minangkabau
adalah
terdapat pada alam. “ Alam takambang jadi guru“ 4.
Relevansi ajaran Agama Islam dan Adat di Minangkabau
itu tunduk kepada hukum alam keteika bertemu dengan hukum Islam,.Islam tinggal memberi ruh,
Para sarjana Antropologi mengatakan
Itulah sunnatullah, karena yang menciptakan dan
bahwa suku Minangkabau termasuk kedalam
mengatur alam dan tingkah laku alam adalah
Deutero Melayu, dan mereka juga sependapat
Allah SWT.
bahwa nenek moyang suku Minangkabau berasal 6 Http://journal.isi‐padangpanjang.ac.id
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 14, No. 1, Juni 2012
Oleh sebab itu agama Islam menerima kenyataan
adat
kedatangan
Minangkabau.
agama
Islam
Malahan
oleh agama melalui keyakinan terhadap hidup dunia dan akhirat.
kemasyarakat
Minangkabau merupakan penyempurnaan adat
5.
Visi dan Misi Instititut Seni Indonesia Padangpanjang
itu.
sebagai
Pusat
Kajian Melayu implementasinya
Adat Minangkabau itu adalah suatu
terhadap filosofis ABS-SBK
pandangan hidup, yang berdasarkan pada ketentuan-ketentuan yang nyata dan terdapat pada
Visi adalah pernyataan mengenai tujuan
alam yang nyata, dan ditangkap oleh faktor yang
atau keadaan masa depan yang diharapkan dalam
nyata terdapat dalam diri manusia yaitu, pikiran
kurun waktu tertentu, sedangkan misi adalah
dan rasa.
pernyataan mengenai penjabaran visi kedalam Untuk menyempurnakan adat itu
agama Islam memberikan ketentuan dan isi pada
rumusan tugas, kewajiban, hak dan kewenangan serta strategi pencapaiannya.
keyakinan, yaitu faktor ketiga yang terdapat
Berdasarkan Keputusan Senat STSI
dalam diri manusia yang hanya dapat diberi isi
Padangpanjang Nomor 029/L06/KL/S/STSI-
oleh agama.
PP/2006 tanggal 8 November 2006 telah
Adat hanya sanggup mencapai pikiran
dirumuskan bahwa visi Sekolah Tinggi Seni
dan rasa yang terdapat dalam diri manusia dan
Indonesia (STSI) Padangpanjang adalah untuk
tidak sanggup memberi kepuasan, agama Islam
menghasilkan: “Seniman dan Ilmuan Seni
telah memberi isi yang baru dan sempurna
Budaya Melayu Berjaya“.
terhadap
Visi tersebut dijabarkan melalui misi,
kepuasan keyakinan dalam diri
salah satu diantaranya dengan menyelenggarakan
manusia. Kekokohan adat dan agama Islam ke
pendidikan seni dengan menjunjung tinggi nilai-
dua-duanya dalam masyarakat Minangkabau
nilai dasar Melayu. Dari visi dan misi tersebut
merupakan suatu kesatuan untuk memberi
dirumuskan
kepuasan yang lebih besar kepada masyarakat
pembinaan karakter dan kepribadian mahasiswa
Minangkabau.
berbasis filosofis Adat Basandi Syarak-Syarak
Penyempurnaan agama Islam terhadap
standar
opersional
prosedur
basandi Kitabullan (ABS-SBK). Seperti sudah
adat
dibahas sebelumnya, bahwa nilai-nilai dasar
Minangkabau yang selama ini merupakan
budaya Melayu adalah ajaran agama Islam,
pandangan hidup, mengenai pergaulan hidup di
begitupun halnya dengan etnis Minangkabau
atas dunia saja, sekarang telah disempurnakan
yang merupakan etnis Melayu.
adat
Minangkabau
adalah
bahwa
7 Http://journal.isi‐padangpanjang.ac.id
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 14, No. 1, Juni 2012
ABS-SBK
Pembicaraan mengenai fungsi Institut
dari ajaran
Seni Indonesia (ISI) Padangpanjang sebagai
hukum alam yang berupa sunatullah. Adat adalah
lembaga pendidikan formal dan hubungannya
kebiasaan yang terpola dan membudaya.,
dengan pewarisan nilai budaya membawa kita
sementara syarak adalah ketentuan-ketentuan pola
pada prinsip belajar yang dirumuskan oleh
perlaku kehidupan yang datang dari Allah SWT
Ausubel. Ausubel mengemukakan tentang
melalui wahyu (Al Qur’an) dan Sunnah Nabi
pentingnya meaninfull learning (pembelajaran
Muhammad Rasulullah.
yang bermakna).
Konsep
filosofi
sesungguhnya adalah kristalisasi
Adat Basandi Syarak-Syarak Basandi
Sebagaimana dikutip oleh Azmi
Kitabullah merupakan falsafah hidup atau
pembelajaran akan berarti apabila pendidikan
pedoman hidup bagi masyarakat Minangkabau.
perlu memberikan pengalaman kepada peserta
Falsafah yang terdiri dari kombinasi antara
didik berperilaku sebagaimana dituntut oleh adat
ketentuan adat dan ajaran Islam akan menjadi
dan budaya. Pengalaman belajar memerlukan
pedoman tingkah laku dan tindak tanduk setiap
materi pembelajaran. Materi pembelajaran perlu
individu dan setiap anggota masyarakat adat
dicari dan digali dari konsep dasar dan kebenaran
Minangkabau.
universal dari adat dan budaya (Azmi dalam
Tujuan yang ingin dicapai dengan
Latif, 1984:84). Merujuk pada nilai instrinsik dan
menjadikan ABS-SBK sebagai pedoman dan pandangan hidup adalah untuk membentuk
instrumental,
masyarakat Minangkabau yang berbudi luhur dan
pendidikan khususnya Institut Seni Indonesia
berbudi mulia.
(ISI) Padangpanjang perlu diimplementasikan
Filosofis adat ini juga merupakan landasan filosofis implementasi dari visi Institut
ABS-SBK
dalam
bidang
secara benar dan tepat, sebagaimana dimaksud oleh Ausubel dimaksud di atas.
Seni Indonesia Padangpanjang. Nilai inilah yang
Diantara langkah-langkah yang perlu
merupakan standar operasional prosedur dalam
ditempuh dalam mengimplementasikan agama,
pembinaan karakter peserta didik disamping
budaya dan adat
klasifikasi nilai-nilai lainnya.
Padangpanjang, diperlukan interprestasi dan
dalam pendidikan di ISI
Sebagaimana Sprangers dikutip oleh
reaktualisasi ajarannya. Pemahaman yang
Azmi mengemukakan bahwa klasifikasi nilai
mendalam mengenai hal-hal yang dikemukan di
yang dominan yang dianut suatu masyarakat
atas sangat diperlukan dalam merumuskan
berdasar nilai teoritis, nilai ekonomi, dan nilai
tentang pendidikan budaya Melayu, dengan
agama (Azmi dalam Latif , 2004:82).
filosfis Adat Basandi Syarak- Syarak Basandi Kitabullah ( ABS-SBK ), tersebut. Karena itu 8
Http://journal.isi‐padangpanjang.ac.id
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 14, No. 1, Juni 2012
perlu di
Karena itu nilai filosofi ABS-SBK harus
aktualisasikan sehinga kedepan dapat memacu
dijadikan landasan moral, filosofi hidup, sekaligus
kualitas pendidikan.
“suluah
relevenasi adat dan agama Islam
bendang“
dalam
mengharungi
kehidupan, disamping sebuah slogan hidup dia III.
PENUTUP
sekaligus juga pakaian hidup.
Sebelum Islam masuk ke masyarakat
ISI Padangpanjang yang merumuskan
Melayu, agama Hindu dan Budha telah
visi sebagai pusat kajian melayu dengan filosofis
berkembang di alam Melayu. Kedua agama itu
ABS-SBK mestilah diimplementasikan dalam
tidak mendapat tempat dalam kehidupan
proses pendidikan dan pembelajaran.
masyarakat Melayu, karena tidak sesuai dengan
Dengan
komitmen
utuh
dan
pandangan hidup mereka. Setelah Islam datang,
menyeluruh dari semua civitas akademika
masyarakat Melayu dapat menerima dan
diperlukan
menyesuaikan adat dan kebudayaaannya dengan
memberikan pengalaman belajar kepada peserta
ajaran Islam, dan Ajaran Islam diterima oleh
didik, berperilaku sebagaimana dituntut oleh adat
masyarakat Melayu secara utuh.
dan budaya serta agama. Pengalaman belajar
reaktualisasi ABS-SBK dengan
Demikian pula hanya masyarakat
memerlukan materi pembelajaran. Materi
Minangkabau yang merupakan salah satu puak
pembelajaran perlu dicari dan digali dari konsep
(etnis) Melayu, sangat membanggakan filsafat
dasar dan kebenaran universal dari adat dan
hidupnya berkaitan dengan sinkronisasi antara
budaya serta agama. Nilai inilah yang menjadi
adat, budaya dan syarak.
identitas
dan
kepribadian
masyarakat
Dengan konsep ABS-SBK ini jelas dan
Minangkabau dan Masyarakat Melayu termasuk
tegas bahwa orang Minang yang merupakan sub
masyarakat ilmiah di lingkungan Isnstitut Seni
kultur Melayu dari segi filosofis keminanganan
Indonesia (ISI) Padangpanjang.
harus beragama Islam dan manjalankan syariat agama Islam. BIBLIOGRAFI Badri Yatim. 2004. Sejarah Peradaban Islam. Jakarta: Raja Grafindo Persada. Hamid, Ismail. 1991. Masyarakat dan Budaya Melayu. Malaysia: Dewan Bahasa dan Pustaka Kementrian Pendidikan Malaysia. H.C.H.N. Latif Dt. Bandaro et. el. (Ed.). 2008. Minangkabau yang Gelisah. Bandung: CV Lubuk Agung. Koentjaraningrat. 1985. Kebudayaan dan Mentalitas Pembangunan. Jakarta: Gramedia.
M.Natsir, Tanpa Tahun. “Capita Selecta“, Bandung: NV. Penerbitan W, Van Hoeve. Melalatoa, 2000. “Antropologi Indonesia”. No 62, Mei–Agustus 2000. Marwati Djoened Poesponegoro dan Nugroho Notosusanto. 1984. Sejarah Nasional Indonesia I, Jakarta: Balai Pustaka. Noerid Haloei Radam. 2001. Religi Orang Bukit. Yogyakarta: Yogya Semesta. Syed Muhammad Naquib Al Attas. 1990. Islam dalam Sejarah Kebudayaan Melayu, Bandung: Mizan. 9
Http://journal.isi‐padangpanjang.ac.id
Jurnal Ekspresi Seni, Vol. 14, No. 1, Juni 2012
Soeryanto Puespowardoyo. 1986. “Pengertian Local Genius dan Relevansinya dalam Modernisasi“ dalam Ayatrohedi, Kepribadian Budaya Bangsa. Jakarta: Pustaka Jaya. Uka Tjandrasasmita (Ed), Sejarah Nasional Indonesia III. Jakarta: Balai Pustaka.
Yahaya, Mahyudin Haji. 2001. Islam di Alam Melayu. Kuala Lumpur: Dewan bahasa dan Pustaka.
10 Http://journal.isi‐padangpanjang.ac.id