PERBANDINGAN HASIL BELAJAR FISIKA SISWA ANTARA MODEL PEMBELAJARAN PETA PIKIRAN (MIND MAPPING) DENGAN PETA KONSEP (CONCEPT MAPPING) PADA POKOK BAHASAN FLUIDA DINAMIS DI SMA N 47 JAKARTA Iska Orinanda Arman 1. Sekolah Menengah Atas Negeri 47, Jakarta. 2. Program Studi Pendidikan Fisika Jurusan Pendidikan Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Muhammadiyah Prof. Dr. Hamka, Jakarta ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untukmengetahui Perbandingan Hasil Belajar Fisika Siswa antara Model Pembelajaran Peta Pikiran (Mind Mapping) dengan Peta Konsep (Concept Mapping) pada Pokok Bahasan Fluida Dinamis di SMA Negeri 47 Jakarta. Dari hasil penelitian ini dapat disimpulkan terdapat perbandingan hasil belajar fisika siswa antara model pembelajaran peta pikiran (mind mapping) dengan peta konsep (concept mapping). Kata kunci :hasil belajar fisika, Peta Pikiran (Mind Mapping), Peta Konsep (Concept Mapping). 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Masalah Pendidikan diterima dan dihayati sebagai kekayaan yang sangat berharga dan benar-benar produktif, sebab pekerjaan produktif pada masa kini adalah pekerjaan yang didasarkan pada akal, bukan tangan. Pembentukan orang-orang terdidik merupakan modal yang paling penting bagi suatu bangsa. Oleh karena itu hampir disemua negara dewasa ini menjadikan pendidikan sebagai pokok perhatian. Apalagi setelah ada kepercayaan bahwa pendidikan adalah satu-satunya jalan menuju hidup berguna dan produktif. Dipandang dari segi negara, pendidikan adalah jalan menuju kemakmuran dan kemajuan serta eksistensi suatu negara. Generasi masa depan yang siap hidup dengan tantangan zaman haruslah menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi ( IPTEK ). Dalam kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi tidak
dapat dipungkiri lagi adanya peranan penting fisika dalam hal itu. Dalam prakteknya pembelajaran Fisika pada siswa memberikan suatu tantangan yang besar bagi para pengajarnya. Hal itu disebabkan oleh sebagian besar materi ilmu Fisika terdiri dari dari konsep-konsep yang abstrak yang harus diajarkan dalam waktu yang relatif singkat. Keterbatasan waktu juga menyebabkan pembelajaran beberapa konsep ilmu fisika mengacu pada transfer pengetahuan untuk mengejar target kurikulum. Selain itu sebagian besar guru pada prakteknya masih mengajar menggunakan metode ceramah. Transfer pengetahuan seperti ini tidak dapat mendorong siswa untuk berpikir kritis dan menerapkan kecakapan hidup, siswa menjadi pasif, tidak termotivasi, dapat menimbulkan rasa membosankan dan menakutkan bagi siswa karena banyak rumus fisika dan konsep-konsep abstrak yang harus dihafalkan. Jika hal ini berlangsung terus
1
menerus, tentu akan menurunkan kualitas proses dan hasil belajar fisika. Untuk mengatasi kesulitan belajar yang dihadapi siswa khususnya pada pelajaran fisika diperlukan inovasi pembelajaran yang berbeda yaitu dengan penggunaan model pembelajaran yang efektif. Pemilihan model yang tepat tidak hanya unggul membantu siswa memahami konsep yang sulit, tetapi juga sangat berguna untuk menumbuhkan kemampuan berpikir kritis siswa. Model pembelajaran peta pikiran (mind mapping) yang memberikan kesempatan pada siswa untuk berpikir kreaktif cocok diterapkan untuk mengatasi masalah pembelajaran fisika, selain itu model pembelajaran lain yang dapat digunakan adalah model pembelajaran peta konsep (concept mapping) yang membantu guru dalam menyusun materi pembelajaran sebelum materi tersebut diberikan kepada siswa. Jadi guru dapat menyusun secara lebih sistematis materi yang akan diajarkan. Kedua model pembelajaran tersebut lebih menekankan pada kemampuan pembuatan catatan yang lebih inovatif. Dan diharapkan dapat mengatasi kesulitan belajar fisika siswa terutama dalam hal pembuatan catatan yang dapat berakibat pada meningkatnya hasil belajar fisika siswa Pada penelitian ini akan dilakukan sebuah eksperimen untuk mencari perbandingan kedua model pembelajaran tersebut terhadap hasil belajar fisika siswa. Dimana peneliti akan menerapkan dua model pembelajaran yaitu peta pikiran (mind mapping) dan peta konsep (concept mapping) pada dua kelas yang berbeda. 1.2 Identifikasi Masalah Berdasarkan Latar belakang masalah diatas, maka dapat diidentifikasi masalah sebagai berikut :
1. Apakah faktor yang menyebabkan pelajaran fisika dirasakan sulit bagi siswa? 2. Apakah faktor–faktor yang mempengaruhi hasil belajar siswa? 3. Apakah yang menyebabkan siswa mengalami kesulitan berkonsentrasi saat belajar? 4. Apakah pemilihan model pembelajaran yang tepat dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa? 5. Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran peta pikiran (mind mapping) terhadap hasil belajar fisika siswa? 6. Apakah ada pengaruh penggunaan model pembelajaran peta konsep (concept mapping) terhadap hasil belajar fisika siswa? 7. Apakah perbandingan hasil belajar fisika siswa antar model pembelajaran peta pikiran (mind mapping) dengan peta konsep (concept mapping)? 2. TEORI 2.1 Fisika Menurut Gertsen yang dikutip oleh Herbert Druxes menyebutkan bahwa fisika adalah: Suatu teori yang menerangkan gejalagejala alam sesederhana-sederhananya dan berusaha menemukan hubungan antara kenyataan-kenyataannya. Persyaratan dasar untuk pemecahan persoalannya ialah dengan mengamati gejala-gejala tersebut. 2.2 Belajar Skinner dalam Syaiful Sagala menyatakan bahwa : Belajar adalah suatu proses adaptasi atau penyesuaian tingkah laku yang berlangsung secara progressif. Belajar juga dipahami sebagai suatu perilaku,
2
pada saat orang belajar, maka responsnya menjadi lebih baik. Sebaliknya bila ia tidak belajar, maka responnya menurun. Jadi belajar ialah suatu perubahan dalam kemungkinan atau peluang terjadinya respons. 2.3 Hakikat Hasil Belajar Fisika Dimyati dan Mudjiono menyatakan bahwa : Hasil belajar merupakan hasil dari suatu interaksi tindak belajar dan tindak mengajar. Dari sisi guru, tindak mengajar diakhiri dengan proses evaluasi hasil belajar. Dari sisi siswa, hasil belajar merupakan berakhirnya penggal dan puncak proses belajar. Hasil belajar, untuk sebagian adalah berkat tindak guru, suatu pencapaian tujuan pengajaran. Pada bagian lain, merupakan peningkatan kemampuan mental siswa. Hasil belajar tersebut dapat dibedakan menjadi dampak pengajaran dan dampak pengiring. Dampak pengajaran adalah hasil yang dapat diukur, seperti tertuang dalam angka rapor, angka dalam ijazah, atau kemampuan meloncat setelah latihan. Dampak pengiring adalah terapan pengetahuan dan kemampuan dibidang lain, suatu transfer belajar 2.4 Model Pembelajaran Aunurrahman mengungkapkan bahwa “model pembelajaran dapat dimaknai sebagai perangkat rencana atau pola yang dapat dipergunakan untuk merancang bahan-bahan pembelajaran serta membimbing aktivitas-aktivitas pembelajaran. 2.5 Model Pembelajaran Peta Pikiran (Mind Mapping) Menurut Tony Buzan Mind map adalah bentuk istimewa pencatatan dan perencanaan yang bekerja selaras dengan otak untuk memudahkan mengingat.
Mind map menggunakan warna dan gambar-gambar untuk membantu membangun imajinasi dan cara menggambar mind map dengan katakata atau gambar-gambar yang bertengger digaris-garis melengkung atau cabang-cabang akan membantu ingatan membangun asosiasi. Sistem mind map mempunyai banyak keunggulan diantaranya : a. Proses pembuatannya menyenangkan, karena tidak sematamata hanya mengandalkan otak kiri saja. Gambar dan warna yang digunakan dalam membuat mind map merupakan “penyeimbang” kerja otak manusia, sehingga anak tidak akan mudah bosan b. Sifatnya unik ( tidak monoton seperti sistem pendidikan yang kebanyakan didunia pendidikan sekarang ini ), sehingga mudah diingat serta menarik perhatian mata dan otak. c. Topik utama materi pelajaran ditentukan secara jelas, begitu juga dengan hubungan antar informasi yang satu dengan yang lain. Hal- hal yang perlu diperhatikan dalam pembuatan mind map untuk anak belajar adalah sebagai berikut : - Sediakah kertas polio /A4(kuarto) putih polos dan pensil warna (minimal 3, semakin bervariasi, semakin bagus). - Pilih posisi kertas mendatar (landscape), agar tata ruangnya lebih luas dan panjang. - Mintalah anak untuk menentukan pusat pikiran ( dan diletakkan ditengah-tengah). Sebaiknya pusat pikiran berupa gambar agar lebih menarik. Pusat pikiran biasanya diambil dari judul bab atau tema pokok dari bab tersebut. Prinsipnya, pusat pikiran adalah sebuah kata (
3
-
bukan kalimat ) yang mewakili isidari semua materi ( gambaran umum ) yang hendak dibuat mind map. Dari pusat pikiran tersebut, mintalah anak untuk menentukan dan membuat cabang utama
2.5 Model Pembelajaran Peta Konsep (Concept mapping) Menurut Martin dalam Trianto “Pemetaan konsep merupakan inovasi baru yang penting untuk membantu anak menghasilkan pembelajaran bermakna dalam kelas. Peta konsep menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu mengorganisasikan informasi sebelum informasi tersebut dipelajari”. Sedangkan Arends dalam Trianto memberikan langkah-langkah dalam membuat peta kosep sebagai berikut : 1. Mengidentifikasi ide pokok atau prinsip yang melingkupi sejumlah konsep. 2. Mengidentifikasi ide-ide atau konsep-konsep yang menunjang ide utama. 3. Tempatkan ide-ide utama ditengah atau dipuncak peta tersebut 4. Kelompokkan ide-ide sekunder disekeliling ide utama yang secara visual menunjukkan hubungan ideide tersebut dengan ide utama. 2.6 Fluida Dinamis Aliran fluida pada umumnya dapat menjadi sangat rumit. Aliran turbulen sangat sulit dihitung walaupun secara kualitatif sekalipun. Karena itu hanya aliran nonturbulen yang akan diperhatikan, keadaaan tunak (steady state). Mula-mula kita akan memperhatikan fluida yang mengalir tanpa disipasi energi mekanika. Fluida semacam itu
dinamakan nonviskos (tak kental). Kita juga mengasumsikan bahwa fluida inkompresibel, yang merupakan pendekatan yang baik untuk kebanyakan cairan. Dalam fluida yang inkompresibel, kerapatan konstan diseluruh fluida itu.
Gambar 1 Gambar 1 menunjukkan fluida yang mengalir dalam pipa dengan luas penampang yang berubah-ubah. Bayangan dibagian kiri menunjukkan volume fluida yang mengalir kedalam pipa di titik 1 dalam suatu waktu ∆t. jika kelajuan fluida dititik ini adalah v1 dan luas penampang pipa adalah A1, maka volume yang mengalir kedalam pipa dalam waktu ∆t adalah ∆V = A1 V1 ∆t (1) Karena kita mengasumsikan fluida adalah inkompresibel, maka volume fluida yang sama harus mengalir keluar pipa dititik 2 seperti ditunjukkan oleh baying-bayang di bagian kanan. Jika kelajuan fluida dititik ini adalah v2 dan luas penampang adalah A2, maka volumenya ∆V = A2 v2 ∆t karena volume-volume ini sama maka didapatkan A1 V1 ∆t = A2 v2 ∆t A1 V1 = A2 v2 (2) Besaran Av dinamakan laju aliran volume Iv. Dimensi Iv adalah volum per waktu. Dalam aliran fluida inkompresibel yang tunak, laju aliran volume adalah sama disetiap titik dalam fluida yang dikenal sebagai persamaan kontinuitas : Iv = v A = konstan (3) Perhatikan fluida yang mengalir didalam pipa yang ketinggian dan luas 4
penampangnya berubah ditunjukkan pada gambar 2.
seperti
(a)
gaya F2 = P2 A2 padanya ke kiri. Gaya ini melakukan kerja negatif karena berlawanan dengan gerakan : W2 = - F2 ∆x2 = - P2 A2 ∆x2 = - P2 ∆V Kerja total yang dilakukan gaya-gaya ini adalah Wtotal = P1 ∆V – P2 ∆V = ( P1 – P2) ∆V Teorema kerja-energi memberikan Wtotal = ∆U + ∆K Sehingga
(b) Gambar 2 Gunakan teorema kerja energi pada fluida yang mula-mula berada antara titik 1 dan 2 dalam gambar 2 (a). Setelah ∆t, fluida ini akan berpindah sepanjang pipa dan akan berada dalam daerah antara titik 1’ dan 2’ pada gambar 2 (b). Satu-satunya perubahan antara gambar 2 (a) dan (b) adalah dibagian raster gelap massa fluida. Misalkan ∆m = ρ ∆V adalah massa fluida ini. Efek neto pada fluida dalam waktu ∆t adalah bahwa massa fluida ∆m terangkat dari ketinggian y1 ke ketinggian y2 dan kelajuannya bertambah dari v1 menjadi v2. Perubahan energy potensial massa ini adalah ∆U = ∆m g y2 - ∆m g y1 = ρ ∆V g ( y1 – y2 )
Dan perubahan energi kinetiknya adalah ∆K = ½ (∆m)ݒଶଶ - ½ (∆m)ݒଵଶ = ½ ρ ∆V ( ݒଶଶ − ݒଵଶ)
Fluida yang mengikuti massa fluida ∆m dalam pipa (dibagian kirinya) memberikan gaya padanya ke kanan yang sebesar F1 = P1 A1, dengan P1 adalah tekanan di titik 1. Gaya ini melakukan kerja W1 = F1 ∆x1 = P1 A1 ∆x1 = P1 ∆V Pada saat yang sama, fluida yang mendahuluinya (di kanan) memberikan
( P1 – P2 ) ∆V = ρ ∆V g ( y2 – y1) + ½ ρ ∆V (ݒଶଶ − ݒଵଶ)
Jika dibagi dengan ∆V didapatkan
P1 – P2 = ρ g y2 - ρ g y1 + ½ ρ ݒଶଶ - ½ ρ ݒଵଶ
Bila dikumpulkan besaran yang mempunyai indeks 1 disatu ruas dan yang mempunyai indeks 2 diruas yang lain, persamaan ini menjadi P1 + ρ g y1 + ½ ρ ݒଵଶ = P2 + ρ g y2 + ½ ρ ݒଶଶ
Hasil ini dapat dinyatakan ulang sebagai P + ρ g y + ½ ρ v2 = konstan
Gambar 3 Pada gambar 3 air muncul dari lubang dengan kelajuan yang sama dengan kelajuan yang diperoleh jika air itu jatuh bebas sejauh h. ini dikenal sebagai hukum toricelli.
Gambar 4 Pada gambar 4, air mengalir lewat pipa horizontal yang mempunyai bagian yang dipersempit, karena kedua bagian pipa itu berada pada ketinggian yang sama,
5
y1 = y2 dengan demikian persamaan Bernoulli menjadi P + ½ ρ v2 = konstan. Bila fluida bergerak kedalam penyempitan. Luas A menjadi lebih kecil, sehingga kelajuan v harus menjadi lebih besar karena A v tetap konstan. Akan tetapi menurut persamaan Bernoulli, jika kelajuan menjadi lebih besar, tekanan harus menjadi lebih kecil agar P + ½ ρ v2 harus tetap konstan. Efek venturi dapat digunakan secara kualitatif untuk mengerti daya angkat sayap pesawat terbang dan kurva jejak sebuah baseball. Sebuah sayap pesawat terbang dirancang agar udara bergerak lebih cepat dibagian atas sayap dibandingkan dibagian bawahnya, jadi membuat tekanan udara lebih kecil dibagian atas sayap dibandingka di bawahnya. Perbedaan dalam tekanan ini menghasilkan gaya neto ke atas sayap.
Gambar 5 Gambar 5 (a) menunjukkan pandangan dari atas dari gerakan baseball yang dilempar oleh pelempar dengan tangan kanan. Ketika bola dilempar, bola berusaha menyeret udara disekitarnya bersamanya. Gambar 5 (b) digambarkan dari sudut pandang bola yang stasioner (tetapi berputar) dengan udara mengalir cepat melaluinya. Gerakan udara yang disebabkan oleh seretan bola yang berputar menambah kkecepatan udara yang lewat di sisi kiri bola dan mengurangi dari padanya dikanan. Jadi kelajuan udara lebih besar dari sisi kiri bola dibandingkan di kanan. sehingga menurut persamaan Bernoulli tekanan di kiri lebih kecil dari pada tekanan di
kanan. Karena itu bola melengkung ke kiri.
Gambar 6 Gambar 6 menunjukkan sebuah atomizer. Bila gelembung ditekan, udara dipaksa lewat penyempitan di pipa horizontal. Yang mereduksi tekanan di sana di bawah tekanan atmosfer. Karena perbedaan tekanan yang dihasilkannya, cairan di bejana dipompa ke atas lewat pipa vertical, masuk arus udara, dan muncul dari pipa semprot sebagai semburan yang halus. Efek yang sama terjadi pada karburator mesin bensin. Walaupun persamaan Bernoulli sangat berguna untuk penggambaran kualitatif berbagai segi aliran fluida, gambaran seperti itu sering kali tak tepat jika dibandingkan hasil-hasil kuantitatif eksperimen-eksperimen. Tentunya gas seperti udara hampir tidak inkompresibel, dan cairan seperti air mempunyai viskositas yang membuat tidak valid asumsi kekekalan energi mekanik. Sebagai tambahan sering kali sulit untuk mempertahankan aliran keadaan tunak, mulus tanpa turbulensi. 3. KERANGKA BERPIKIR Keberhasilan proses pembelajaran tidak terlepas dari kemampuan guru dalam mengembangkan model-model pembelajaran yang menitik beratkan pada peningkatan intensitas keterlibatan siswa secara efektif didalam proses pembelajaran. Pengembangan model pembelajaran yang tepat pada dasarnya bertujuan untuk menciptakan kondisi pembelajaran yang memungkinkan siswa belajar secara aktif dan
6
menyenangkan sehingga siswa dapat meraih hasil belajar yang optimal. Salah satu model pembelajaran yang perlu diterapkan karena lebih memusatkan pada keaktifan dan keterlibatan siswa secara penuh dan menyeluruh didalam pembelajaran yaitu model pembelajaran peta pikiran (mind mapping) merupakan cara paling efektif dan efisien untuk memasukkan, menyimpan dan mengeluarkan data dari dan ke otak. Sistem ini bekerja sesuai dengan cara kerja alami otak kita, sehingga dapat mengoptimalkan seluruh potensi dan kapasitas otak manusia. Model pembelajaran peta pikiran (mind mapping) ini merupakan inovasi yang penting dalam proses pembelajaran karena dapat mengembang kreativitas siswa dalam menuangkan ide dalam bentuk catatan yang menarik dan tidak monoton. Siswa diberi kebebasan dalam menuangkan pikiran mereka dalam bentuk tulisan maupun gambar dan diharapkan dapat mengoptimalkan kegiatan pembelajaran yang berdampak pada hasil belajar yang sesuai dengan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai. Model pembelajaran yang perlu diterapkan oleh guru di kelas terutama pada pelajaran fisika yang dirasa sulit bagi siswa yaitu model pembelajaran peta konsep (concept mapping). Model ini dirancang untuk menata dan menyusun data sehingga konsep-konsep penting dapat dipelajari secara tepat dan efisien. Peta konsep (concept mapping) menyediakan bantuan visual konkret untuk membantu mengorganisasikan infrormasi sebelum informasi tersebut dipelajari. Bagi para guru peta konsep memberikan petunjuk untuk memutuskan ide-ide utama apa yang akan dimasukkan atau dihapus dari rencana pengajaran. Tanpa peta konsep
guru lebih memilih mengajar apa yang diingat dan disukai. 4. HIPOTESIS 4.1 Perumusan Hipotesis Berdasarkan kerangka berpikir diatas dapat diambil hipotesa sebagai berikut: ( H0) : Tidak terdapat perbandingan hasil belajar fisika siswa antara model pembelajaran peta pikiran (mind mapping) dengan peta konsep (concept mapping). (H1) : Terdapat perbandingan hasil belajar fisika siswa antara model pembelajaran peta pikiran (mind mapping) dengan peta konsep (concept mapping). 5. METODOLOGI PENELITIAN 5.1 Tempat dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di SMA Negeri 47 Jakarta. Dengan alamat Jl. Delman Utama I Kebayoran Lama Jakarta Selatan. Pada kelas XI IPA 3 sebagai kelas eksperimen dan kelas XI IPA 4 sebagai kelas kontrol di semester genap (semester kedua) tahun pelajaran 2011/2012. Pelaksanaan penelitian mulai tanggal 12 Maret sampai dengan 11 Mei 2012. Alasan penelitian dilakukan di SMA Negeri 47 Jakarta karena terjangkau oleh peneliti. 5.2 Teknik Pengambilan Sampel Teknik pengambilan sampel pada penelitian ini adalah Probability samplingdengan : 1. Populasi Target Populasi target dalam penelitian ini adalah seluruh siswa SMA Negeri 47 Jakarta yang berjumlah 960 siswa dan terdaftar pada semester genap tahun pelajaran 2011-2012. 7
2. Populasi Terjangkau Populasi terjangkaunya adalah seluruh siswa kelas XI IPA SMA Negeri 47 Jakarta yang berjumlah 160 siswa dan terdaftar pada semester genap tahun pelajaran 2011-2012. Dalam penelitian ini sampel diambil dari populasi terjangkau secara acak sederhana dan diambil sebanyak 30 siswa dari kelas XI IPA 3 sebagai kelompok eksperimen dan 30 siswa dari kelas XI IPA 4 sebagai kelompok kontrol. 5.3Pengukuran 5.3.1 Validitas Untuk mengukur validitas soal digunakan korelasi point biserial sebagai berikut: ߛ௦ =
ܯ − ܯ௧ ඨ ܵ௧ ݍ
Keterangan: ߛ௦: Koefisien korelas biserial ܯ : Rerata skor dari subjek yang menjawab betul bagi item yang dicari validitasnya. ܯ௧ : Rerata skor total ܵ௧ : Standar deviasi dari skor total P : proporsi siswa yang menjawab benar
5.3.2 Reliabilitas Untuk menentukan indeks reliabilitas dipergunakan rumus KR-20. ݊ ܵଶ − ∑()ݍ ቇ ݎଵଵ = ቀ ቁቆ ݊− 1 ܵଶ Keterangan : ݎଵଵ : Koefisien reliabilitas instrumen P : Proporsi subjek yang menjawab item dengan benar q : Proporsi subjek yang menjawab itgem dengan salah. (q =1p) ∑()ݍ: Jumlah hasil perkalian antara p dan q n : Banyaknya item yang valid S : Standar deviasi dari tes (standar deviasi adalah akar varians) Varians skor total dapat dicari dengan rumus sebagai berikut : ଶ
∑ మି
(∑ )మ ಿ
ܵ = ே Klasifikasi koefisien reliabilitas sebagai berikut: : Sangat tinggi : Tinggi : Cukup : Rendah : Sangat Rendah
ቀ=
௬௬௦௦௪ ௬ ௪
q
ቁ : Proporsi siswa yang menjawab salah. (q = 1- p).
௨ ௦௨௨௦௦௪
Kriteria pengujian : ݎ௧௨ ≤ ݎ௧, maka soal tidak valid ݎ௧௨ > ݎ௧, maka soal valid
Kriteria pengujian : ݎ௧௨
rtabel , maka soal reliabel 5.3.3 Taraf Kesukaran Cara melakukan analisis untuk menentukan tingkat kesukaran soal adalah dengan menggunakan rumus sebagai berikut : I=ே 8
I
: Indeks kesulitan untuk setiap butir soal B : Banyaknya siswa yang menjawab benar setiap butir soal N :Banyaknya siswa yang memberikan jawaban pada soal yang dimaksudkan Kriteria yang digunakan adalah makin kecil indeks yang diperoleh, makin sulit soal tersebut. Sebaliknya, makin besar indeks yang diperoleh, makin mudah soal tersebut. kriteria indeks kesulitan soal itu adalah sebagai berikut : 0 – 0,30 = soal kategori sukar, 0,31 – 0,70 = soal kategori sedang, 0,71 – 1,00 = soal kategori mudah. 5.3.4
Daya Pembeda
Daya pembeda soal, adalah kemampuan soal untuk membedakan antara siswa yang pandai (berkemampuan tinggi) dengan siswa yang kurang pandai (kemampuan rendah).Rumus untuk menentukan daya pembeda adalah. B B D= − atau D = P − P J J
Dimana: D
= Daya pembeda
J
=Banyaknya peserta kelompok atas =Banyaknya peserta kelompok bawah = Banyaknya peserta kelompok atas yang menjawab soal benar = Banyaknya peserta kelompok bawah yang menjawab soal benar
J
J
B B
= Jumlah peserta tes
P P
= Proporsi pesert kelompok atas yang menjawab benar = Proporsi peserta kelompok bawah yang menjawab benar
Klasifikasi daya pembeda adalah: D ∶ 0,00 − 0,20 ∶ jelek ()ݎ.
D ∶ 0,20 − 0,40 ∶ cukup ()ݕݎݐ݂ܿܽݏ݅ݐܽݏ.
D ∶ 0,40 − 0,70 ∶ baik (݃)݀.
D ∶ 0,70 − 1,00 ∶ baik sekali (݁)ݐ݈݈݊݁݁ܿݔ.
D ∶ Negatif, semuanya tidak baik, jadi semua butir soal yang mempunyai nilai D negatif sebaiknya dibuang saja. 5.4 Teknik Analisis Data 5.4.1 Uji Persyaratan Analisis Data 5.4.1.1 Uji Normalitas Uji Normalitas pada penelitian ini menggunakan Uji Liliefors 5.4.1.2 Uji Homogenitas Uji Homogenitas pada penelitian ini menggunakan Uji Fisher. 5.4.2 Hipotesis Statistik H0 : µ1 = µ2 H1 : µ1 ≠ µ2 Keterangan : µ1 :Nilai rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran peta pikiran(mind mapping) pada kelas eksperimen µ2 : Nilai rata-rata hasil belajar fisika siswa yang diajarkan menggunakan model pembelajaran peta konsep (concept mapping) pada kelas kontrol H0 : Hipotesis nol, tidak terdapat perbandingan hasil belajar fisika
9
H1
siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol : Hipotesis tandingan ( hipotesis kerja), terdapat perbandingan hasil belajar fisika siswa antara kelas eksperimen dan kelas kontrol
5.4.3Pengujian Hipotesis menggunakan uji perbedaan (uji t).
t
n1 1S
6. HASIL PENELITIAN 6.1 Hasil Uji Validitas
n2 1S ` n1 n2 2 Rumus untuk uji perbedaan (uji t) : S2
2 1
pikiran (mind mapping) dengan peta konsep (concept mapping). Tolak H0 jika thitung > ttabel, maka terdapat perbandingan hasil belajar fisika siswa antara model pembelajaran peta pikiran (mind mapping) dengan peta konsep (concept mapping).
2 2
X1 X 2
Tabel 1 Klasifikasi Butir Soal Hasil Uji Validitas Klasifikasi
Nomor Soal
Valid
Jumlah Soal 30
Tidak Valid
10
5,12,17,21,22,26,31,38 ,39,40
n1 1S12 n2 1S 22 1 n1 n2 2
1 n n 2 1
Keterangan : തതଵത : nilai rata-rata hasil belajar fisika ܺ kelompok eksperimen ത ത ത ܺଶ : nilai rata-rata hasil belajar fisika kelompok kontrol ଶ ܵଵ : varian hasil belajar fisika kelompok eksperimen ଶ ܵଶ : varian hasil belajar fisika kelompok kontrol n1 : banyaknya sampel kelompok eksperimen n2 : banyaknya sampel kelompok kontrol t : hasil hitung distribusi t Untuk menguji Hipotesis digunakan derajat kebebasan pada taraf signifikansi = 0,05. Derajat kebebasan untuk daftar distribusi t ialah (n1 + n1 – 2) dengan ଵ peluang (1 − ଶ ߙ)
Kriteria pengujian : Terima H0 jika thitung< ttabel, maka tidak terdapat perbandingan hasil belajar fisika siswa antara model pembelajaran peta
1,2,3,4,6,7,8,9,10,11,1 3,14,15,16,18,19,20,23 ,24,25,27,28,29,30,32, 33,34,35,36,37
6.2 Hasil Uji Reliabilitas Tabel 2 Hasil Uji Reliabilitas rhitung
rtabel
Kesimpulan
0,810873
0,312
Reliabel
6.3 Hasil Uji Tingkat Kesukaran Tabel 3 Klasifikasi Tingkat Kesukaran Butir Soal Klasifikasi Sukar
Jumlah soal 8
Sedang
15
3,7,9,10,11,13,14,18,19,2 0,25,27,28,30,32
Mudah
7
1,2,4,6,8,15,23
Nomor soal 16,24,29,33,34,35,36,37
6.4 Hasil Uji Daya Pembeda Tabel 4 Klasifikasi Daya Pembeda Butir Soal
10
Klasifikasi Jelek
Jumlah soal 8
Cukup
19
Baik
Nomor soal 3,8,13,23,24,2 7,35,36
Tabel 8 Hasil Uji t
1,2,4,6,9,11,14 ,15,16,19,20,2 5,28,29,30,32, 33,34,37
Thitung
Ttabel
Kesimpulan
7,10,18
3,241
2,002
H1 diterima
3
6.5 Hasil Uji Normalitas 6.5.1 Kelas Eksperimen Tabel 5 Hasil Uji Normalitas Kelas Eksperimen Lhitung
Ltabel
Kesimpulan
0,117
0,161
Normal
6.5.2
siswa antara yang menggunakan model pembelajaran peta pikiran (mind mapping) dengan peta konsep (concept mapping).
Kelas Kontrol Tabel 6 Hasil Uji Normalitas Kelas Kontrol
Lhitung
Ltabel
Kesimpulan
0,136
0,161
Normal
6.6 Hasil Uji Homogenitas Tabel 7 Hasil Uji Homogenitas Fhitung
Ftabel
Kesimpulan
1,06
1,86
Homogen
6.7 Hasil Pengujian Hipotesis Pada pengujian hipotesis dengan menggunakan rumus uji t diperoleh thitung = 3,241 dengan taraf signifikansi α = 0,05 dan t = n1 + n2 - 2. Untuk mengetahui harga ttabel dapat dilihat pada daftar nilai kritis uji t dan didapat nilai untuk ttabel = 2,002. Karena thitung > ttabel, atau 3,241 > 2,002 maka H0 ditolak dan H1 diterima yang menyatakan bahwa terdapat perbandingan hasil belajar fisika
7 KESIMPULAN DAN IMPLIKASI 7.1 Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian maka dapat disimpulkan bahwa: 1. Hasil belajar fisika siswa kelas XI IPA 3 SMA Negeri 47 Jakarta sebagai kelas eksperimen diperoleh nilai tertinggi 97 dan nilai terendah 70. 2. Perhitungan hasil belajar fisika kelas XI IPA 3 SMA Negeri 47 Jakarta sebagai kelas eksperimen pada pembelajaran fluida dinamis memiliki nilai rata-rata sebesar 86,73. Dimana standar Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) untuk pokok bahasan fluida dinamis sebesar 80,00. 3. Hasil belajar fisika siswa kelas XI IPA 4 SMA Negeri 47 Jakarta sebagai kelas kontrol diperoleh nilai tertinggi 93 dan nilai terendah 63. 4. Perhitungan hasil belajar fisika kelas XI IPA 4 SMA Negeri 47 Jakarta sebagai kelas kontrol pada pembelajaran fluida dinamis memiliki nilai rata-rata sebesar 80,67. Dimana standar Kriteria Ketuntasan Minimum (KKM) untuk pokok bahasan fluida dinamis sebesar 80,00. 5. Rata–rata hasil belajar fisika siswa setelah diajarkan menggunakan model pembelajaranPeta Pikiran (Mind Mapping)lebih tinggi daripada rata-rata hasil belajar fisika siswa 11
yangdiajarkan menggunakan model pembelajaran Peta Konsep (Concept Mapping). Hal ini menunjukan bahwa pembelajaran fisika dengan menggunakan model pembelajaran Peta Pikiran (Mind Mapping)lebih efektif dan efisien dibandingkan menggunakan model pembelajaran Peta Konsep (Concept Mapping) untuk peningkatkan hasil belajar fisika siswa kelas XI IPA. 6. Terdapat perbedaan hasil belajar fisika siswa antara yang diajarkan menggunakan model pembelajaran Peta Pikiran (Mind Mapping) dengan yangdiajarkan menggunakan model pembelajaran Peta Konsep (Concept Mapping) hal ini terlihat berdasarkan pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t diperoleh thitung> ttabel atau 3,241>2,002. 7.2 Implikasi Berdasarkan hasil penelitian yang telah dikemukakan diatas, maka model pembelajaran Peta Pikiran (Mind Mapping) dapat meningkatkan hasil belajar fisika siswa. Untuk itu model pembelajaran ini cocok diterapkan kepada para siswa. Guru harus dapat mendesain kegiatan belajar yang menarik bagi siswa sehingga siswa termotivasi untuk berperan aktif dalam proses pembelajaran. Selain itu guru harus dapat memahami karakteristik masing-masing siswa sehingga guru dapat memilih berbagai model pembelajaran yang sesuai diterapkan untuk menunjang proses pembelajaran. Ketepatan guru dalam memilih model pembelajaran merupakan salah satu faktor penunjang keberhasilan proses belajar yang berakibat pada peningkatan kemampuan siswa. DAFTAR PUSTAKA
[1] AM, Sardiman.2011.Interaksi dan Motivasi Belajar Mengajar. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada. [2] Arikunto, Suharsimi. 2009. DasarDasar Evaluasi Pendidikan (Edisi Revisi).Jakarta: Bumi Aksara. [3] . 2010. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik (Edisi Revisi). Jakarta: PT Rineka Cipta. [4] Aunurrahman. 2011. Belajar dan Pembelajaran. Bandung: Alfabeta. [5] Badan Standar Nasional Pendidikan (BSNP). 2007. Petunjuk Teknis Pengembangan Silabus dan Contoh/ Model Silabus Mata Pelajaran Fisika SMA/MA. Departemen Pendidikan Nasional [6] Bobbi Deporter & Mike Hernacki. 2000. Quantum Learning Membiasakan Belajar Nyaman dan Menyenangkan. Bandung: Kaifa. [7] Buzan, Tony. 2008. Mind Map untuk Anak. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama. [8] Dimyati & Mudjiono. 2009. Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Rineka Cipta. [9] Druxes, Herbert ., & Gernot Born, dkk. 1986. Kompedium Didaktik Fisika. Bandung: Remaja Karya. [10] Edward, Caroline. 2009. mind mapping untuk anak sehat dan cerdas. Yogyakarta : sakti. [11] Foster, Bob. 1997. Fisika SMU Kelas 1. Jakarta: Erlangga. [12] Giyarto. 2011. Super Trik Fisika SMA Kelas X, XI, XII. Yogyakarta: Pustaka Widyatama
12
[13]http://alfimetamorfosis.blogspot.com
/2011/03/skripsi-mind-map.html [14]http://sharingknowledgecaesaria.blog
spot.com/2010/06/strategipembelajaran-peta-konsepuntuk.html [15] Kamajaya, dkk. 2007. Inspirasi sains Pelajaran IPA Terpadu. Jakarta: Ganeca Exact. [16] Kanginan, Marthen. 2006. Fisika Untuk SMA Kelas X. Jakarta: Erlangga. [17] . 2006. Fisika untuk SMA Kelas XI. Jakarta: Erlangga. [18] . 2006. Seribu Pena Fisika SMA untuk Kelas XI. Jakarta: Erlangga. [19] Sagala, Syaiful. 2011. Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung : Alfabeta. [20] Setyono,Budhi dkk. 2011. Bahas Total Kumpulan Soal dan Pembahasan SMA IPA KELAS XI. Yogyakarta: Indonesia Tera. [21] Siregar, Evelin& Hartini Nara. 2010. Teori Belajar dan Pembelajaran. Bogor: Ghalia Indonesia. [22] Slameto. 2010. Belajar dan Faktorfaktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: PT.Rineka Cipta. [23] Sudijono, Anas. 2006. Pengantar statistik Pendidikan. Jakarta: PT Raja Grafindo Persada. [24] Sudjana, Nana. 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. [25] . 2010. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
[26] Sudjana. 2005. Metoda Statistika. Bandung: Tarsito. [27] Sugiyono. 2010. Statistika Untuk Penelitian (cetakan ke-16). Bandung: Alfabeta. [28] . Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan kuantitatif, kualitatif, dan R&D. Bandung : Alfabeta. [29] Suherman, E. 2011. Super Mudah Memahami Fisika SMA untuk Kelas X,XI,XII Ringkasan Materi Soal-Soal Pembahasan Lengkap. Bandung: Epsilon Grup. [30] Sulistyahadi. 2011. Bahas Tuntas 1001 Soal Fisika SMA Kelas X,XI, dan XII. Yogyakarta: Pustaka Widyatama. [31] Supriyadi, Dede., dkk. 2009. Fisika Untuk SMA Kelas XI B. Bekasi: Media Maxima. [32]
Tim FKIP UHAMKA. 2007. Pedoman Penulisan Skripsi FKIP UHAMKA. Jakarta : Uhamka Pers.
[33] Tipler,A Paul. 1998. Fisika Untuk Sains dan Tekhnik. Jakarta: Erlangga. [34]
Trianto. 2007. Model-Model Pembelajaran Inovatif Berorientasi Konstruktivistik. Jakarta: Prestasi Pustaka.
[35] . 2010. Mengembangkan Model Pembelajaran Tematik. Jakarta : Prestasi Pustaka. [36] Uno,B Hamzah. 2011. Perencanaan Pembelajaran. Jakarta: PT Bumi Aksara.
13