UNIVERSITAS SUMATERA UTARA FAKULTAS EKONOMI PROGRAM STRATA 1 MEDAN
ANALISIS PERBEDAAN PROKSI AGENCY COST ANTARA PERUSAHAAN DENGAN KEPEMILIKAN MANAJERIAL DAN TANPA KEPEMILIKAN MANAJERIAL PADA SEKTOR MANUFAKTUR DAN PROPERTI DI BURSA EFEK INDONESIA SKRIPSI
OLEH :
ARMAN SAPUTRA SINAGA 050502038 MANAJEMEN
Guna Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ekonomi Universitas Sumatera Utara Medan 2009
Arman Saputra Sinaga : Analisis Perbedaan Proksi Agency Cost Antara Perusahaan Dengan Kepemilikan Manajerial Dan Tanpa Kepemilikan Manajerial Pada Sektor Manufaktur Dan Properti Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
ABSTRAK Arman Saputra Sinaga (2009). Analisis Perbedaan Proksi Agency Cost antara Perusahaan dengan Kepemilikan Manajerial dan tanpa Kepemilikan Manajerial Pada Sektor Manufaktur dan Properti di Bursa Efek Indonesia. (Pembimbing: Dr. Khaira Amalia F, SE, MBA, Ak., Ketua Departemen Manajemen: Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe SE. M.Si, Penguji I: Dr. Isfenti Sadalia, SE, ME, dan Penguji II: Syafrizal Helmi Situmorang, SE, MSi). Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan agency cost (biaya keagenan) antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial pada sektor manufaktur dan properti di Bursa Efek Indonesia. Agency cost diproksikan dengan Selling and general administrative (SGA) dan Free cash flow (FCF). Populasi sasaran pada penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur dan properti yang data kepemilikannya tercantum dalam laporan keuangan pada tahun 2007. Pada penelitian ini, populasi sasaran dibagi dalam dua kelompok, yaitu populasi sasaran untuk perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial. Populasi sasaran untuk perusahaan dengan kepemilikan manajerial berjumlah 64 emiten, sedangkan untuk perusahaan tanpa kepemilikan manajerial berjumlah 91 emiten, sehingga total populasi sasaran dalam penelitian ini adalah 155 emiten. Teknik analisis data pada penelitian ini adalah analisis deskriptif dan análisis uji beda (t-Test) dari dua kelompok observasi independen. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan agency cost (biaya keagenan), baik yang diproksikan dengan Selling and general administrative (SGA) maupun Free cash flow (FCF) antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial pada sektor manufaktur dan properti di Bursa Efek Indonesia. Kata Kunci: Kepemilikan Manajerial, Agency Cost, SGA, FCF.
Arman Saputra Sinaga : Analisis Perbedaan Proksi Agency Cost Antara Perusahaan Dengan Kepemilikan Manajerial Dan Tanpa Kepemilikan Manajerial Pada Sektor Manufaktur Dan Properti Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrahim Alhamdulillah, puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas segala rahmat dan karunia-Nya yang telah menuntun penulis untuk menyelesaikan skripsi ini dengan baik. Skripsi ini merupakan tugas akhir penulis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi. Selama mengerjakan penelitian ini, penulis telah banyak menerima saran, motivasi, dan doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis ingin menyampaikan ucapan terima kasih kepada: 1. Bapak Drs. Jhon Tafbu Ritonga, M.Ec selaku Dekan Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 2. Ibu Prof. Dr. Ritha F. Dalimunthe, SE, Msi, selaku Ketua Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 3. Ibu Dra. Nisrul Irawati, MBA selaku Sekretaris Departemen Manajemen Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara. 4. Ibu Dr. Khaira Amalia F, SE, MBA, Ak. selaku Dosen Pembimbing penulis yang telah banyak membimbing dan memberikan pengarahan dalam penulisan skripsi ini. 5. Ibu Dr. Isfenti Sadalia SE, ME selaku Dosen Penguji I penulis yang telah banyak memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini. 6. Bapak Syafrizal Helmi Situmorang SE. M.Si selaku Dosen Penguji II penulis yang telah banyak memberikan saran untuk perbaikan skripsi ini.
7. Ibu Dra. Adja Safinat selaku Dosen Wali penulis yang telah membantu dan memotivasi penulis untuk meningkatkan prestasi belajar pada setiap semester selama penulis aktif dalam perkuliahan. 8. Kepada seluruh Pegawai Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara, khususnya Pegawai Departemen Manajemen: Bang Jumadi, Kak Dani, Kak Susi, Kak Vina yang telah banyak membantu penulis baik dalam perkuliahan maupun dalam penulisan skripsi ini. 9. Kepada Ibunda tersayang Sumahwati Br. Sirait dan Ayahanda tercinta (Alm) Bachtiar Sinaga, yang telah memberikan motivasi, do’a dan dukungan dalam segala hal sejak penulis dilahirkan hingga saat penyelesaian skripsi ini. 10. Buat seluruh Abang-abangku (Bang Awis, Bang Rudi, Bang Iwan), Kakakkakak iparku (Ka’ Jeki, Ka’ Ida) dan Adik-adikku (Nita, Ferryansyah) yang telah memberikan dukungan penuh kepada penulis sejak masa perkuliahan hingga saat penyelesaian skripsi ini. 11. Buat sahabatku: Muhadi, Aan, Wulan, Ripai, thanks a lot uda bantuin aku waktu seminar. U’re great guys. 12. Buat Sahabatku Jufri ’Bajai’, Sandy ’Biatch’, Amin, Q2 ’cousin’, Evi ”Friend”, Usman ’4C’, Hery (my roommate yang uda banyak kasih informasi tentang skripsi), Jerry, Wahyu (Mr. Master IT), Nilla Fadiel (yang smart), Sheila (yang cute), Asih (yang rame), Fitri Andri, Aida (the girl power), Tika, Dahlia, Tania, Amel, Dhani, Dewi, Dian, Irma, Ira, Yanie, Denson, Fakhrur Rozy, Emon, Aron, Fredy, Josua, Reza, Leo Juntak, Leo Guntur, Syahroni, yang telah mendoakan, membantu, dan memberikan semangat yang tak henti kepada penulis selama perkuliahan hingga selesai mengerjakan skripsi ini.
13. Buat Teman-teman Kost Gang Kamboja 27 yang banyak menghibur dan memberikan dukungan kepada penulis hingga penulisan skripsi ini selesai (Sendy, Rozy, Irsan, Evan, Asrul, Adri, Gilang, Poetra, Andre, Evan, Dhani, Nanang, Ryo, Arief, Heru, Leo). 14. Buat semua teman-teman Jurusan Manajemen, Akuntansi, dan Ekonomi Pembangunan serta semua pihak yang telah membantu dalam penulisan skripsi ini. Penulis menyadari bahwa skripsi ini masih belum sempurna mengingat keterbatasan penulis. Dengan demikian penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak.
Medan, Maret 2009 Penulis
(Arman Saputra Sinaga)
DAFTAR ISI
Halaman ABSTRAK KATA PENGANTAR ................................................................................ i DAFTAR ISI .............................................................................................. iv DAFTAR TABEL ....................................................................................... vi DAFTAR GAMBAR .................................................................................. vii BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................ B. Perumusan Masalah ..................................................................... C. Kerangka Konseptual ................................................................... D. Hipotesis .................................................................................... E. Tujuan Dan Manfaat Penelitian .................................................... 1. Tujuan Penelitian ................................................................... 2. Manfaat Penelitian .................................................................. F. Metode Penelitian ........................................................................ 1. Batasan Operasional .............................................................. 2. Definisi Operasional Variabel ................................................. 3. Populasi Sasaran .................................................................... 4. Tempat dan Waktu Penelitian ................................................. 5. Jenis Data ............................................................................... 6. Teknik Pengumpulan Data ....................................................... 7. Metode Analisis Data .............................................................
1 7 8 9 10 10 10 11 11 11 13 19 19 19 20
BAB II URAIAN TEORITIS A. Penelitian Terdahulu .................................................................... B. Teori Keagenan .......................................................................... C. Kepemilikan Manajerial ............................................................... D. Hubungan Keagenan .................................................................... E. Ketidaksamaan Informasi ............................................................. F. Teori Sinyal ................................................................................ G. Tata Kelola Perusahaan ...............................................................
22 23 28 30 33 34 35
BAB III GAMBARAN UMUM PASAR MODAL A. Perkembangan Pasar Modal Indonesia ......................................... B. Sejarah Bursa Efek Indonesia ...................................................... C. Profil Perusahaan .........................................................................
37 38 41
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Deskriptif Rata-Rata Agency Cost ................................................ B. Analisis Data ............................................................................... 1. Pengujian Hipotesis dengan SGA .......................................... 2. Pengujian Hipotesis dengan FCF ...........................................
45 49 49 59
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ................................................................................. B. Saran ..........................................................................................
69 70
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................
viii
LAMPIRAN
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 1.1 Jumlah Populasi Sasaran Berdasarkan Karakteristik Penarikan Populasi Sasaran ................................... 14 Tabel 1.2 Populasi Sasaran (dengan kepemilikan manajerial) .................... 15 Table 1.3 Populasi Sasaran (tanpa kepemilikan manajerial) ....................... 17 Tabel 3.1 Profil Populasi Sasaran Penelitian .............................................. 40 Tabel 4.1 Rata-Rata SGA Perusahaan dengan Kepemilikan Manajerial dan tanpa Kepemilikan Manajerial pada Sektor Manufaktur ............. 46 Tabel 4.2 Rata-Rata SGA Perusahaan dengan Kepemilikan Manajerial dan Tanpa Kepemilikan Manajerial pada Sektor Properti ........... 46 Tabel 4.3 Rata-Rata FCF Perusahaan dengan Kepemilikan Manajerial dan tanpa Kepemilikan Manajerial pada Sektor Manufaktur ...... 46 Tabel 4.4 Rata-Rata FCF Perusahaan dengan Kepemilikan Manajerial dan tanpa Kepemilikan Manajerial pada Sektor Properti ............ 47 Tabel 4.5 Group Statistic SGA .................................................................. 48 Tabel 4.6 Independent Sample T-test ......................................................... 49 Tabel 4.7 Group Statistic Sektor Manufaktur ............................................. 51 Tabel 4.8 Independent Sample T-test Manufaktur ...................................... 52 Tabel 4.9 Group Statistic Sektor Properti .................................................. 54 Tabel 4.10 Independent Sample T-test Properti ............................................ 55 Tabel 4.11 Group Statistic FCF ................................................................... 58 Tabel 4.12 Independent Sample T-test ......................................................... 59 Tabel 4.13 Group Statistic Sektor Manufaktur ............................................. 61 Tabel 4.14 Independent Sample T-test Manufaktur ...................................... 62 Tabel 4.15 Group Statistic Sektor Properti .................................................. 64 Tabel 4.16 Independent Sample T-test Properti ............................................ 65
DAFTAR GAMBAR
Halaman Gambar 1.1 Kerangka Konseptual ................................................................
9
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Perusahaan yang listing atau go public di Bursa Efek Indonesia dikelola dengan memisahkan fungsi kepemilikan dengan fungsi pengelolaan atau manajerial.
Pengelolaan
perusahaan
pada
umumnya
bertujuan
untuk
memakmurkan pemiliknya. Untuk mencapai tujuan tersebut, para pemilik modal (sebagai pemilik modal) bisa mempercayakan kepada para profesional atau (manajerial) atau indisers atau sering juga disebut agen (Taswan, 2003). Dampak dari pemisahan fungsi kepemilikan dengan fungsi pengelolaan ini adalah bahwa pengelola mempunyai wewenang untuk mengurus jalannya perusahaan seperti mengelola dana dan mengambil keputusan perusahaan lainnya untuk dan atas nama pemilik. Dengan wewenang yang dimiliki tersebut, mungkin saja pengelola (manajer) tidak bertindak yang terbaik untuk kepentingan pemilik karena adanya perbedaan kepentingan (conflict of interest). Pada suatu perusahaan, konflik kepentingan ini terjadi antara manajemen dan pemegang saham atau stock holders. Konflik kepentingan tersebut dapat timbul dari adanya kelebihan aliran kas atau excess cash flow. Kelebihan arus kas cenderung akan diinvestasikan melebihi tingkat yang optimum dan sering digunakan untuk konsumsi secara berlebihan yang tidak ada kaitannya dengan kegiatan utama perusahaan atau excessive perquisites. Konflik tersebut juga dapat disebabkan oleh perbedaan antara pemegang saham yang lebih menyukai investasi yang berisiko tinggi dengan harapan memperoleh return yang tinggi,
sementara manajemen lebih memilih investasi dengan resiko lebih rendah untuk melindungi posisinya (Keown, 2000: 609). Informasi yang dimiliki manajer membuat manajer bisa bertindak yang hanya menguntungkan dirinya sendiri, dengan mengorbankan kepentingan principal (pemilik). Manajer selaku pengendali perusahaan pasti memiliki informasi yang lebih baik dibandingkan pemilik perusahaan (Sukartha, 2005). Seperti informasi mengenai situasi pasar modal dan segala aktivitas yang ada di dalam pasar modal tersebut. Prinsipal khawatir bahwa informasi yang disampaikan manajer bukanlah informasi yang menggambarkan situasi pasar modal yang sebenarnya. Asimetri informasi umumnya akan menguntungkan pihak manajer, karena manajer semakin leluasa dalam mengambil keputusan atau bertindak yang hanya untuk kepentingannya saja. Pemisahan fungsi kepemilikan dengan fungsi pengelolaan juga akan menimbulkan dampak negatif yaitu keleluasaan manajer selaku pengelola perusahaan untuk memaksimalkan laba. Hal ini akan mengarah pada proses memaksimalkan kepentingan manajemen sendiri dengan biaya yang harus ditanggung oleh pemilik perusahaan. Padahal, manajer (agent) mempunyai kewajiban untuk memaksimumkan kesejahteraan para pemegang saham, namun disisi lain manajer juga mempunyai kepentingan untuk memaksimumkan kesejahteraan (utility) mereka. Penyatuan kepentingan pihak prinsipal dengan manajer sering kali menimbulkan masalah yang disebut dengan masalah keagenan (agency conflict). Masalah keagenan ini timbul karena adanya kecenderungan dari manajemen
untuk
melakukan
moral
hazard
dalam
memaksimalkan
kepentingannya sendiri dengan mengorbankan kepentingan pihak prinsipal. Konflik keagenan dalam perusahaan dapat terjadi pada hubungan antara: (1) pemegang saham dan manajer, (2) manajer dan kreditor, (3) manajer, pemegang saham dan kreditor (Brigham dan Gapenski, 1999 dalam Almilia dan Silvy, 2006). Sedangkan biaya yang timbul atau dikeluarkan oleh perusahaan untuk mengatasi konflik keagenan disebut biaya keagenan. Ada beberapa cara yang dapat dilakukan oleh pemegang saham untuk mengurangi kekhawatiran atas besarnya sumber daya perusahaan yang berada di bawah kendali manajemen. Salah satu cara yang
digunakan oleh pemegang
saham adalah dengan mengikutsertakan manajemen sebagai pemegang saham. Kinerja perusahaan akan lebih baik jika saham perusahaan dimiliki oleh manajer. Manajer merasa lebih memiliki perusahaan dan bertanggung jawab atas segala tindakan atau keputusan yang berhubungan dengan eksistensi perusahaan. Manajer tidak lagi sebagai tenaga profesional yang digaji tetapi juga sebagai pemilik perusahaan. Menurut Putra dan Ratnadi (2007), masalah keagenan akan semakin kecil apabila manajemen juga sebagai pemegang saham (owner manager). Kepemillikan manajerial adalah proporsi saham biasa yang dimiliki oleh para manajemen (direksi dan komisaris) (Sutanto, 2007). Kepemilikan manajerial yang dimaksud adalah ada tidaknya kepemilikan saham perusahaan oleh manajer perusahaan. Variabel ini diukur dengan skala nominal, yaitu hanya dibedakan antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial atau tanpa kepemilikan manajerial, dengan tidak
melihat
berapa besar persentase kepemilikan
manajerialnya di masing-masing perusahaan tersebut. Ada tidaknya kepemilikan
manajerial dilihat dari catatan atas laporan keuangan, khususnya pengungkapan atas modal saham perusahaan. Jumlah persentase kepemilikan manajerial tidak diperhitungkan dalam penelitian ini, karena penelitian ini hanya ingin melihat perbandingan agency cost (biaya keagenan) yang diproksikan dengan Selling and general administrative (SGA) dan Free cash flow (FCF) antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial. Menurut Hin (2008: 27), saham-saham yang tercatat di Bursa Efek Indonesia (BEI) dikelompokkan ke dalam 9 sektor menurut klasifikasi industri yang telah ditetapkan, yaitu: 1. Pertanian 2. Pertambangan 3. Industri dasar dan kimia 4. Aneka Industri 5. Industri barang konsumsi 6. Properti dan real estate 7. Infrastruktur, utilitas dan transportasi 8. Keuangan 9. Perdagangan, jasa dan investasi Dari sembilan sektor di atas, empat sektor diantaranya yaitu: pertanian, industri dasar dan kimia, aneka industri, dan industri barang konsumsi tergabung dalam satu sektor yang dikenal dengan sektor manufaktur. Karena industri manufaktur merupakan gabungan dari empat sektor utama, maka sudah jelas bahwa industri manufaktur merupakan sektor yang emitennya paling banyak dan paling bervariasi di BEI.
Sektor properti merupakan salah satu sektor yang menjadi indikator seberapa efektifnya kegiatan ekonomi secara umum. Perkembangan sektor properti
ikut
menstimulasi
perkembangan
sektor
lain,
yakni
dengan
berkembangnya sektor properti akan mendorong serangkaian aktivitas sektor ekonomi
lainnya.
perkebunan/pertanian
Sebagai (yang
contohnya, merupakan
kegiatan
sektor
produksi
manufaktur)
maupun
akan
selalu
membutuhkan produk properti sebagai sarana kegiatannya. Seperti pemilik perkebunan yang membutuhkan perumahan sebagai sarana tempat tinggal bagi tenaga kerja atau karyawannya. Keterkaitan dua sektor ini menarik perhatian peneliti untuk menjadikannya sebagai objek penelitian. Masalah keagenan ditandai dengan adanya perbedaan kepentingan (conflict of interest) antara pemilik perusahaan dengan manajer. Fenomena konflik kepentingan dapat dilihat pada kepemilikan saham Sofyan Djalil, Menteri Negara Badan Usaha Milik Negara (Menneg BUMN), di PT. Bumi Resorces, Tbk. "Ia pejabat negara, tapi juga pemilik saham Bumi, jadi di sini jelas terjadi konflik kepentingan, karena Sofyan berwenang membuat kebijakan yang menguntungkan Bumi. Apalagi di berbagai kesempatan, Sofyan sering menyatakan bahwa saham Bumi adalah barang bagus yang layak dibeli," kata pengamat Pasar Modal Yanuar Rizky. Yanuar juga mengatakan, Sofyan memiliki satu juta lembar saham pada Bumi Resources yang kepemilikannya dikendalikan Aburizal Bakrie. Sebagai pemilik saham, menurut Yanuar, akan sulit bagi Sofyan untuk
mengambil
keputusan
yang
objektif
atas
Bumi
Resources
(www.tempointeraktif.com). Pengamat ekonomi, Faisal Basri berpendapat konflik kepentingan pada PT Bumi jelas sekali terlihat. Menurut dia, Sofyan punya akses
informasi yang sangat kuat terhadap kebijakan negara yang mempengaruhi nilai saham BUMI (www.inilah.com). Hal ini disebabkan posisi rangkap yang dimiliki Sofyan, yaitu sebagai Menteri Negara BUMN dan pemegang saham PT Bumi Resources, Tbk. Pada umumnya, konflik kepentingan terjadi karena salah satu pihak, manajer atau pemegang saham mempunyai wewenang atau kekuasaan. Pemegang saham cenderung melakukan apapun yang menguntungkan dirinya, apalagi jika pemegang saham itu punya kekuasaan. Pemegang saham mengikutsertakan manajer sebagai pemegang saham dengan tujuan untuk menyejajarkan kedudukan manajer (agent) dengan pemegang saham (principal) sehingga manajer bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan memberikan proporsi kepemilikan saham, manajer termotivasi untuk meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Dengan demikian, owner manager tidak terlalu terbebani dengan aktivitas manjemen laba, karena laba atau rugi mempunyai dampak yang relatif sama antara manajemen dan pemegang saham. Manajer selaku pengelola sekaligus pemilik perusahaan cenderung memikirkan risiko dari setiap keputusan yang diambilnya dibandingkan manajer perusahaan yang perannya hanya sebagai pengelola saja. Perusahaan yang manajernya hanya sebagai pengelola saja tanpa ikut memiliki perusahaan tersebut dinamakan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Pada perusahaan ini, para manajer umumnya mempunyai kecenderungan untuk menggunakan kelebihan keuntungan untuk konsumsi dan perilaku oportunistik (Taswan, 2003). Tindakan manajer ini jelas merugikan pihak prinsipal, karena manajer yang menerima manfaat dari setiap tindakan atau keputusan yang diambilnya, tetapi kerugian atau
biaya-biaya yang timbul sebagai konsekuensi dari pengambilan keputusan ditanggung oleh pemegang saham. Untuk mengurangi perilaku oportunistik tersebut, para pemegang saham harus rela mengeluarkan biaya pengawasan (monitoring) atau yang disebut dengan agency cost. Pihak prinsipal terpaksa mengeluarkan biaya keagenan sebagai upaya untuk melindungi asset nya dari tindakan moral hazard yang cenderung dilakukan oleh manajer. Menurut Putra dan Ratnadi (2007), biaya keagenan akan semakin kecil pada perusahaan dengan kepemilikan manajerial. Berdasarkan uraian di atas, maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tentang biaya keagenan dalam perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial dengan mengambil judul penelitian “Analisis Perbedaan Proksi Agency Cost (Biaya Keagenan) antara Perusahaan dengan Kepemilikan Manajerial dan tanpa Kepemilikan Manajerial pada Sektor Manufaktur dan Properti di Bursa Efek Indonesia”.
B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang ada, maka perumusan masalah pada penelitian ini adalah: Apakah terdapat perbedaan agency cost (biaya keagenan) yang diproksikan dengan SGA (selling and general administrative) dan free cash flow (arus kas bebas) antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial pada sektor manufaktur dan properti di Bursa Efek Indonesia?
C. Kerangka Konseptual Kerangka konseptual adalah pondasi utama dimana sepenuhnya proyek penelitian ditujukan, dimana hal ini merupakan jaringan hubungan antar variabel yang secara logis diterangkan, dikembangkan, dan elaborasi dari perumusan masalah yang telah diidentifikasi melalui proses wawancara, observasi dan survei literatur (Kuncoro, 2003: 44). Menurut Sutanto (2007), kepemilikan manajerial adalah proporsi kepemilikan saham biasa yang dimiliki oleh manajemen (direktur dan komisaris). Dengan mengikutsertakan manajemen sebagai pemegang saham, maka akan terdapat persamaan kepentingan antara kedua belah pihak (agen dan prinsipal). Dalam kondisi seperti ini owner manager tidak terlalu terbebani dengan kewajiban untuk mengatur laba (yang bersifat moral hazard) karena laba ataupun rugi akan memiliki dampak yang relatif sama antara manajemen dan pemegang saham. Prinsipal tidak lagi terbebani oleh anggapan bahwa agen hanya akan memprioritaskan pemenuhan utilitasnya dengan mengorbankan utilitas prinsipal. Sehingga biaya keagenan seperti biaya monitoring menjadi lebih rendah. Berbeda dengan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial, dimana manajemen hanya sebagai pengelola, tidak memiliki proporsi kepemilikan saham atas perusahaan yang dikelolanya. Dengan kata lain, terjadi pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan. Menurut Putra dan Ratnadi (2007), adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengelolaan suatu perusahaan menimbulkan masalah keagenan (agency problem). Masalah ini timbul karena adanya kecenderungan dari manajemen untuk melakukan moral hazard dalam memaksimalkan kepentingannya sendiri dengan mengorbankan kepentingan pihak
prinsipal. Untuk mengatasi masalah keagenan ini, prinsipal harus mengeluarkan biaya yang disebut biaya keagenan (agency cost). Menurut Putra dan Ratnadi, biaya keagenan pada perusahaan dengan kepemilikan manajerial lebih kecil dibandingkan biaya keagenan pada perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Dengan demikian, kerangka konseptual dalam penelitian ini adalah sebagai berikut:
Agency Cost dengan Kepemilikan Manajerial
≠
Agency Cost tanpa Kepemilikan Manajerial
Sumber:
Putra dan Ratnadi (2007) Dimodifikasi (2009) Gambar 1.1 Kerangka Konseptual
D. Hipotesis Hipotesis merupakan jawaban sementara atas rumusan masalah yang masih harus diuji kebenarannya secara empiris. Berdasarkan rumusan masalah dan kerangka konseptual yang telah diuraikan maka hipotesis dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Terdapat perbedaan agency cost (biaya keagenan) yang diproksikan dengan SGA (selling and general administrative) dan free cash flow (arus kas bebas) antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial pada sektor manufaktur dan properti di Bursa Efek Indonesia.
E. Tujuan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penelitian Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuktikan bahwa agency cost (biaya keagenan) yang diproksikan dengan SGA (selling and general administrative) dan free cash flow (arus kas bebas) pada perusahaan dengan kepemilikan manajerial berbeda dengan biaya keagenan pada perusahaan tanpa kepemilikan manajerial pada sektor manufaktur dan properti di Bursa Efek Indonesia periode 2007. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi perusahaan dalam mengurangi masalah keagenan (agency problem) di masing-masing perusahaan.
2. Manfaat Penelitian Adapun manfaat yang dapat diambil adalah sebagai berikut : a. Bagi investor, penelitian ini diharapkan dapat digunakan sebagai informasi dan masukan dalam meminimalisasi konflik antara investor dengan manajer perusahaan. b. Bagi perusahaan, hendaknya penelitian ini dapat dijadikan bahan pertimbangan dalam mengambil keputusan agar dapat meminimalkan biaya keagenan dan mensejahterakan investornya. c. Bagi mahasiswa dan kalangan akademis, informasi ini dapat digunakan untuk menambah bahan referensi yang telah ada, sebagai sumbangan pemikiran untuk penelitian selanjutnya dan meningkatkan kemampuan dalam menganalisis suatu peristiwa yang berhubungan dengan masalah keagenan.
d. Bagi penulis, penelitian ini diharapkan dapat menambah pengetahuan penulis tentang biaya keagenan (agency cost).
F. Metode Penelitian 1. Batasan Operasional Batasan operasional dalam penelitian ini adalah: a. Proksi agency cost yang digunakan dalam penelitian ini adalah SGA (Selling and general administrative) dan free cash flow (arus kas bebas). b. Sektor yang dijadikan sebagai objek penelitian adalah sektor manufaktur dan properti. c. Data yang digunakan adalah data laporan keuangan per 31 Desember periode 2007.
2. Definisi Operasional Variabel Berdasarkan pada permasalahan dan hipotesis yang akan diuji, parameter yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Kepemilikan Manajerial (variabel bebas) adalah proporsi kepemilikan saham biasa yang dimiliki manajemen, termasuk direktur dan dewan komisaris. Variabel ini diukur dengan skala nominal, yaitu hanya dibedakan antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial atau tanpa kepemilikan manajerial, dengan tidak melihat berapa besar persentase kepemilikan manajerialnya di masing-masing perusahaan tersebut (Putra dan Ratnadi, 2007).
b. Biaya Keagenan (agency cost) (variabel terikat) merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh para pemegang saham (prinsipal) untuk mengawasi (monitoring) seluruh tindakan dan keputusan yang diambil oleh manajer (agent).
Biaya
keagenan
diproksikan
dengan
selling
and
general
administrative/SGA dan free cash flow (arus kas bebas). SGA merupakan proksi dari operating expense (beban operasi). Variabel ini mengukur biaya keagenan berdasarkan selling and general administrative, yaitu rasio beban operasi terhadap total penjualan. Beban operasi merefleksikan diskresi manajerial dalam membelanjakan sumber daya perusahaan. Semakin tinggi beban diskresi manajerial maka semakin tinggi biaya keagenan yang terjadi. (Putra dan Ratnadi, 2007). Rumus: Selling and General Administrative (SGA) =
Beban Operasi Total Penjualan
Sedangkan free cash flow adalah arus kas yang benar-benar tersedia untuk didistribusikan kepada seluruh investor setelah perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap, produk-produk baru, dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan (Brigham dan Houston, 2006: 65). Free cash flow (FCF) diwakili oleh rasio free cash flow dibagi dengan total aktiva. Rumus: FCF =
NOPAT − Investasi Bersih pada Modal Operasi Total Aktiva
dimana, NOPAT = EBIT (1 – Tarif Pajak)
Keterangan: NOPAT = Net Operating After Tax (Laba operasi bersih setelah pajak) EBIT = Earning Before Interest and Tax (Laba sebelum pajak)
3. Populasi Sasaran Menurut Siagian (2008), populasi adalah keseluruhan unit atau individu dalam ruang lingkup yang ingin diteliti. Populasi dibedakan atas populasi sampel (sampling population) dan populasi sasaran (target population). Populasi sampel adalah keseluruhan individu yang akan menjadi unit analisis dan merupakan populasi yang layak serta sesuai dengan kerangka sampelnya untuk dijadikan sampel penelitian. Sedangkan populasi sasaran adalah keseluruhan individu dalam areal/wilayah/lokasi yang sesuai dengan tujuan penelitian. Penelitian ini bertujuan untuk membandingkan biaya keagenan yang diproksikan dengan SGA (selling and general administrative) dan FCF (free cash flow) antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial dengan tidak
melihat
berapa
besar
persentase
kepemilikan
manajerialnya di masing-masing perusahaan manufaktur dan properti selama tahun 2007. Populasi sasaran dalam penelitian ini adalah semua perusahaan manufaktur dan properti yang data kepemilikannya tercantum dalam laporan keuangan pada tahun 2007. Terdapat dua kelompok populasi sasaran dalam penelitian ini, yaitu populasi sasaran untuk perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial. Kriteria (pertimbangan) penarikan populasi sasaran yang digunakan oleh peneliti untuk kelompok pertama dan kedua adalah sebagai berikut:
a. Emiten yang listing di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama tahun 2007. b. Emiten yang memiliki data tentang kepemilikan manajerial. c. Emiten yang memiliki laporan keuangan per 31 Desember tahun 2007. Tabel 1.1. Jumlah Populasi Sasaran Berdasarkan Karakteristik Penarikan Populasi Sasaran Jumlah No Karakteristik Populasi Sasaran Manajerial Tanpa Manajerial 1 Perusahaan manufaktur yang memiliki data kepemilikan manajerial dan terdaftar di BEI 48 79 selama periode penelitian 2 Perusahaan properti yang memiliki data kepemilikan kepemilikan manajerial dan 16 12 terdaftar di BEI selama periode penelitian 3 Perusahaan yang tidak memiliki laporan _ _ keuangan per 31 Desember 2007 4 Jumlah populasi sasaran 64 91 Sumber: www.idx.co.id, diolah (2009) Berdasarkan kriteria penarikan populasi sasaran di atas, maka diperoleh populasi sasaran penelitian untuk kelompok pertama (perusahaan dengan kepemilikan manajerial) sebanyak 64 perusahaan dan untuk kelompok kedua (perusahaan tanpa kepemilikan manajerial) diperoleh populasi sasaran sebanyak 91 perusahaan, sehingga total populasi sasaran menjadi 155 perusahaan.
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
Tabel 1.2. Jumlah Populasi Sasaran I (Kepemilikan Manajerial) Kode Emiten Nama Emiten Tanggal Listing AALI Astra Agro Lestari, Tbk. 09 Des 1997 AIMS Akbar Indo Makmur Stim., Tbk. 20 Jul 2001 AKKU Aneka Kemasindo Utama, Tbk 01 Nov 2004 ALMI Alumindo light Metal Inds., Tbk. 02 Jan 1997 AMFG Asahimas Flat Glass, Tbk. 08 Nov 1995 APLI Asiaplast Industries, Tbk. 01 Mei 2000 ASII Astra International, Tbk. 04 Apr 1990 AUTO Astra Otoparts, Tbk. 15 Jun 1998 BAPA Bekasi Asri Pemula, Tbk. 14 Jan 2006 BIPP Bhuwanatala Indah, Tbk. 23 Okt 1995 BKDP Bukit Darmo Properti, Tbk. 15 Jun 2007 BMSR Bintang Mitra Semesta R., Tbk. 29 Des 1999 BRAM Indo Kordsa, Tbk. 05 Sep 1990 BRNA Berlina, Tbk. 06 Nov 1989 BRPT Barito Pacipic, Tbk. 01 Okt 1993 BTON Betonjaya Manunggal, Tbk. 18 Jul 2001 BUDI Budi Acid Jaya, Tbk. 08 Mei 1995 CMNP Citra Marga Nusaphala, Tbk. 10 Jan 1995 COWL Cowell Development, Tbk. 19 Des 2006 CTBN Citra Tubindo, Tbk. 28 Nov 1989 DGIK Duta Graha Indah, Tbk. 19 Des 2007 DILD Intiland Development, Tbk 04 Sep 1991 DPNS Duta Pertiwi Nusantara, Tbk. 02 Nov 1994 DSUC Dayasakti Unggul Corp., Tbk. 25 Mar 1997 DYNA Dynaplast, Tbk. 05 Agu 1991 ETWA Eterindo Wahanatam, Tbk. 16 Mei 1997 GGRM Gudang Garam, Tbk. 27 Agu 1990 HDTX Panasia Indosyntex 06 Jun 1990 IKAI Intikeramik Alamasri Inds., Tbk. 04 Jun 1997 INAF Indofarma, Tbk. 17 Apr 2001 INAI Indal Aluminium Inds., Tbk. 05 Des 1994 INCI Intanwijaya International, Tbk. 03 Agu 1990 INDF Indofood Sukses Makmur, Tbk. 14 Jul 1994 JAKA Jaka Inti Realtindo, Tbk. 02 Agu 2000 JIHD Jakarta International Hotel, Tbk. 29 Feb 1984 JKSW Jakarta Kyoei Steel Works, Tbk. 06 Agu 1997 JPRS Jaya Pari Steel, Tbk. 04 Agu 1989 JRPT Jaya Real Property, Tbk. 29 Jun 1994 KAEF Kimia Farma, Tbk. 04 Jul 2001 KICI Kedaung Indah Can, Tbk. 28 Okt 1993 LAMI Lamicitra Nusantara, Tbk. 18 Jul 2001 LCGP Laguna Cipta Griya, Tbk. 13 Jul 2006 LION Lion Metal Works, Tbk. 20 Agu 1993 LMSH Lion Mesh Prima, Tbk. 04 Jun 1990
45 LMPI Langgeng Makmur Plastic, Tbk. 46 MYRX Hanson International, Tbk. 47 MYTX Apac Citra Centertex, Tbk. 48 PBRX Pan Brothers Tex, Tbk. 49 PSDN Prasidha Aneka Niaga, Tbk. 50 PUDP Pudjiadi Prestige Ltd, Tbk. 51 PWON Pakuwon Jati, Tbk. 52 PYFA Pyridam Farma, Tbk. 53 RBMS Ristia Bintang Mahkota Sjt., Tbk. 54 RODA Royal Oak Development, Tbk. 55 SIMM Surya Intrindo Makmur, Tbk. 56 SKBM Sekar Bumi, Tbk. 57 SOBI Sorini Agro Asia Corp., Tbk. 58 SRSN Indoacidatama, Tbk. 59 STTP Siantar Top, Tbk. 60 TALF Tunas Alfin, Tbk. 61 TBLA Tunas Baru Lampung, Tbk. 62 TCID Mandom Indonesia, Tbk. 63 UNTX Unitex, Tbk. 64 YPAS Yanaprima Hastapersada, Tbk. Sumber: www.idx.co.id, (diolah) (2009)
17 Okt 1994 31 Okt 1990 20 Okt 1989 16 Agus 1990 18 Okt 1994 18 Nov 1994 09 Okt 1989 16 Okt 2001 19 Des 1997 22 Okt 2001 28 Mar 2000 05 Jan 1993 03 Agu 1992 16 Jul 1990 16 Des 1996 12 Feb 2001 15 Feb 2000 30 Sep 1993 28 Jun 1982 12 Jun 1999
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44
Tabel 1.3. Populasi Sasaran II (Tanpa Kepemilikan Manajerial) Kode Emiten Nama Emiten Tanggal Listing ADES Ades Waters Indonesia, Tbk. 13 Jun 1994 ADMG Polychem Indonesia, Tbk. 20 Okt 1993 AISA Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk. 11 Jun 1997 AKPI Argha Karya Prima Inds., Tbk. 18 Des 1992 AQUA Aqua Golden Missisippi, Tbk. 01 Mar 1990 ARGO Argo Pantes, Tbk. 07 Jan 1991 ARNA Arwana Citra Mulia, Tbk. 15 Agu 2001 ARTI Arona Binasejati, Tbk. 30 Apr 2003 ASRI Alam Sutera Realty, Tbk. 18 Des 2006 BATA Sepatu Bata, Tbk. 24 Mar 1982 BATI Bat Indonesia, Tbk. 20 Des 1979 BIMA Primarindo Asia, Tbk 30 Agu 1994 BISI Bisi International, Tbk. 28 Mei 2007 BTEK Bumi Teknokultura Unggul, Tbk. 14 Mei 2004 CEKA Cahaya Kalbar, Tbk. 09 Jul 1996 CLPI Colorpark Indonesia, Tbk. 30 Nov 2001 CNTX Centex, Tbk. 15 Nov 1983 CPDW Cipendawa Agroindustri, Tbk. 18 Jun 1990 CPIN Charoen Pokphand Ind., Tbk. 18 Mar 199 CPRO Central Proteinatama, Tbk. 28 Nov 2006 DART Duta Anggada Realty, Tbk. 08 Mei 1990 DAVO Davomas Abadi, Tbk. 22 Des 1994 DLTA Delta Djakarta, Tbk. 30 Jan 1989 DOID Delta Dunia Petroindo, Tbk. 15 Jun 2001 DUTI Duta Pertiwi, Tbk. 02 Nov 1994 DVLA Darya Varia, Tbk. 30 Nov 2001 EKAD Ekadharma International, Tbk. 14 Agu 1990 ERTX Eratex Djaja, Tbk. 21 Agu 1990 ESTI Evershine Textile Ind., Tbk. 13 Okt 1992 FASW Fajar Surya Wisesa, Tbk. 19 Des 1994 FMII Fortune Mate Indonesia, Tbk. 27 Jun 2000 GDYR Goodyear Indonesia, Tbk. 22 Des 1980 GMTD Gowa Makasar Tourism D., Tbk. 11 Des 2000 GPRA Perdana Gapura Prima, Tbk. 10 Okt 2006 HMSP H M. Sampurna, Tbk. 15 Agu 1990 IGAR Kageo Igarjaya, Tbk. 05 Nov 1990 INDR Indorama Synthetics 03 Agu 1990 INKP Indah Kiat Pulp And Paper, Tbk. 16 Jul 1990 INRU Toba Pulp Lestari, Tbk. 18 Jun 1990 INTP Indocement P., Tbk. 05 Des 1989 ITMA Itamaraya Gold Inds., Tbk. 10 Des 1990 JPFA Japfa Comfeed Ind., Tbk 06 Agu 1997 JECC Jembo Cable Company, Tbk. 18 Nov 1992 KARW Karwell Indonesia, Tbk. 20 Des 1994
45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90
KBLI KBLM KDSI KIAS KLBF KPIG LAPD LPCK LSIP MAIN MBAI MERK MLBI MLIA MRAT MYOR MORE POLY PROD PWSI RDTX RYCI SAIP SCCO SCPI SGRO SIIP SIMA SIPD SKLT SMAR SMCB SMDM SMGR SQBI SULI TBMS TFCO TIRT TKIM TOTO TRST TSPC ULTJ UNIC UNVR
GT Kabel Indonesia, Tbk. Kabelindo Murni, Tbk. Keramika Indonesia Ass., Tbk. Kedawung Setia Ind., Tbk. Kalbe Farma, Tbk. Global Land Development, Tbk. Leyand International, Tbk. Lippo Cikarang, Tbk. PP London Sumatera, Tbk. Malindo Feedmil, Tbk. Multibreder Adirama Indo, Tbk. Merck, Tbk. Multi Bintang Ind., Tbk. Mulia Industrindo, Tbk. Mustika Ratu, Tbk. Mayora Indah, Tbk. Indonesia Prima Property, Tbk. Polysindo Ekaperkasa, Tbk. Sara Lee Body Care, Tbk. Panca Wiratama Sakti, Tbk. Roda Vivatex, Tbk. Ricky Putra Globalindo, Tbk. Surabaya Agung Inds, Tbk. Supreme Cable Manuf., Tbk. Schering Plough Ind., Tbk. Sampoerna Agro, Tbk. Surya Inti Permata, Tbk. Siwani Makmur, Tbk. Sierad Produce, Tbk. Sekar Laut, Tbk. Smart Corp., Tbk. Holcim Indonesia, Tbk. Surya Mas Duta Makmur, Tbk. Semen Gresik, Tbk. Bristol Myers Squibb Indo., Tbk. Sumalindo Lestari Jaya, Tbk. Tembaga Mulia Semanan, Tbk. Teijin Indonesia Fiber, Tbk. Tirta Mahakam Plywood, Tbk. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, Tbk. Surya Toto Indonesia, Tbk. Trias Sentosa, Tbk. Tempo Scan Pacific, Tbk. Ultrajaya Milk Inds., Tbk. Unggul Indah Cahaya, Tbk. Unilever Indonesia, Tbk.
06 Jul 1992 01 Jun 1992 29 Jul 1996 29 Jul 1996 30 Jul 1991 30 Mar 2000 17 Jul 2001 24 Jul 1997 05 Jul 1996 10 Feb 2006 28 Feb 1994 23 Jul 1981 15 Des 1981 17 Jan 1994 27 Jul 1995 04 Jul 1990 22 Agu 1994 12 Mar 1991 16 Jun 1989 10 Mar 1994 14 Mei 1990 09 Feb 1998 03 Mei 1993 20 Jun 1982 08 Jun 1990 18 Jun 2007 08 Jan 1998 03 Jun 1994 27 Des 1996 08 Sep 1993 20 Nov 1992 10 Agu 1977 12 Okt 1995 08 Jul 1991 29 Mar 1983 21 Mar 1994 23 Mei 1990 26 Feb 1980 07 Des 1999 03 Apr 1990 30 Okt 1990 02 Jul 1990 17 Jun 1994 02 Jul 1990 06 Nov 1989 11 Jan 1982
91 VOKS Voksel Electric, Tbk. Sumber: www.idx.co.id, (diolah) (2009)
20 Des 1990
4. Tempat dan Waktu Penelitian a. Tempat Penelitian Penelitian ini dilakukan melalui media internet dengan situs www.idx.co.id. b. Waktu Penelitian Penelitian dilakukan mulai dari bulan Desember 2008 sampai dengan Maret 2009.
5. Jenis Data Data yang digunakan penulis dalam menyusun penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder adalah data yang telah dikumpulkan oleh lembaga pengumpul data dan telah dipublikasikan kepada masyarakat pengguna data (Kuncoro, 2003: 127). Data sekunder peneliti diperoleh melalui media internet dengan situs www.idx.co.id dan www.google.co.id, jurnal, buku-buku referensi, surat kabar, dan literatur ilmiah lainnya yang berkaitan dengan topik bahasan dalam penelitian.
6. Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data dalam penelitian ini dilakukan melalui studi pustaka berupa literatur, jurnal, penelitian terdahulu, laporan keuangan perusahaan dan laporan-laporan yang dipublikasikan untuk mendapatkan gambaran masalah yang akan diteliti serta melalui data sekunder berupa laporanlaporan yang dipublikasikan oleh Bursa Efek Indonesia (BEI).
7. Metode Analisis Data Metode analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: a. Statistik Deskriptif Statistik deskriptif merupakan proses pengumpulan, penyajian, dan peringkasan berbagai karakteristik data dalam upaya untuk menggambarkan data tersebut secara memadai. Statistik deskriptif digunakan untuk menganalisis data dengan cara mendiskripsikan atau menggambarkan data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa bermaksud membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum atau generalisasi. Penelitian tanpa sampel, atau semua populasi diteliti, akan menggunakan statistik deskriptif dalam analisisnya (Sumarni dan Wahyuni, 2006: 106). b. Pengujian Hipotesis Pengujian hipotesis akan menggunakan program statistik SPSS versi 15.0 untuk mempermudah pelaksanaaan perhitungan. Cara ini dilakukan mengingat pengolahan data dengan program tersebut lebih cepat dan mempunyai tingkat ketelitian dan keakuratan yang tinggi dibandingkan dengan perhitungan secara manual. Untuk hipotesis komparatif dua sampel menggunakan metode uji beda dua rata-rata dari dua kelompok observasi independen dengan derajat signifikansi 5 %. Dalam pengujian ini menggunakan hipotesis: H0 : Tidak terdapat perbedaan agency cost antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial.
Hi : Terdapat perbedaan agency cost antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial. Kriteria penerimaan hipotesis dengan t-Test derajat signifikansi (α ) 5% adalah: H0 diterima jika : -t tabel ≤ t hitung ≤ t tabel Hi diterima jika : t hitung > t tabel t hitung < -t tabel
dua sampel independen dengan
BAB II URAIAN TEORITIS
A. Penelitian Terdahulu Penelitian tentang kepemilikan manajerial dilakukan oleh Putra dan Ratnadi (2007), dengan judul “Pengaruh Kebijakan Dividen dan Kepemilikan Manajerial terhadap Kos Keagenan”. Penelitian tersebut bertujuan untuk mengetahui perbedaan biaya keagenan (variabel terikat) antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial. Hasil penelitian menunjukkan bahwa biaya keagenan (agency cost) pada perusahaan dengan kepemilikan manajerial lebih kecil dibandingkan biaya keagenan pada perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Pradessya (2006) meneliti pengaruh kepemilikan manajerial terhadap kebijakan deviden. Hasil penelitian menyatakan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian yang dilakukan oleh Taswan (2003) yang menemukan bahwa insider ownership (kepemilikan pihak dalam atau kepemilikan manajerial) berhubungan positif dan signifikan terhadap kebijakan dividen. Sukartha (2005), melakukan penelitian tentang kepemilikan manajerial dengan judul “Pengaruh Manajemen Laba dan Kepemilikan Manajerial pada Kesejahteraan Pemegang Saham Perusahaan Target Akuisisi”. Hasil penelitian menunjukkan bahwa kepemilikan manajerial berpengaruh positif dan signifikan terhadap kesejahteraan pemegang saham (prinsipal). Ini berarti, semakin besar
Arman Saputra Sinaga : Analisis Perbedaan Proksi Agency Cost Antara Perusahaan Dengan Kepemilikan Manajerial Dan Tanpa Kepemilikan Manajerial Pada Sektor Manufaktur Dan Properti Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
proporsi kepemilikan pihak manajer maka akan semakin meminimalkan masalah keagenan antara manajer dan pemegang saham (investor).
B. Teori Keagenan (Agency Theory) Teori agensi muncul sebagai akibat konflik kepentingan antara manajer perusahaan, pemegang saham dengan pemberi utang (Erlina, 2008). Para manajer mungkin memiliki tujuan–tujuan pribadi yang
bersaing dengan tujuan
memaksimalkan kekayaaan pemegang saham. Para manajer diberi kekuasaan oleh para pemilik perusahaan, yaitu pemegang saham, untuk membuat keputusan, dimana hal ini menciptakan potensi konflik kepentingan yang dikenal sebagai teori keagenan (agency theory) (Brigham dan Houston, 2006: 26). Agen adalah orang–orang atau organisasi yang diotorisasi atau diberi wewenang oleh orang lain, yang disebut sebagai prinsipal, untuk betindak atas nama orang tersebut (Horne dan Wachowicz, 2005: 7). Jika kedua belah pihak tersebut mempunyai tujuan yang sama untuk memaksimumkan utilitas, maka diyakini agen akan bertindak dengan cara yang sesuai dengan kepentingan prinsipal. Teori keagenan yang menjelaskan hubungan prinsipal dan agen menganalisis susunan kontraktual di antara dua atau lebih individu, kelompok, atau organisasi. Salah satu pihak (principal) membuat suatu kontrak, baik secara implisit maupun eksplisit, dengan pihak lain (agent) dengan harapan bahwa agen akan bertindak/melakukan pekerjaan seperti yang diinginkan oleh prinsipal. Masalah keagenan ditandai dengan adanya perbedaan kepentingan (conflict of interest) dan informasi yang tidak lengkap (asimetry information) antara pemilik perusahaan dengan manajer. Akibatnya, akan timbul suatu biaya
yang dinamakan biaya keagenan (agency cost) yang meliputi: monitoring costs, bonding costs, dan residual losses (Meythi, 2005: 4). Monitoring costs adalah biaya yang timbul dan ditanggung oleh prinsipal untuk memonitor perilaku agen, yaitu untuk mengukur, mengamati, dan mengontrol perilaku agen. Contoh biaya ini adalah biaya audit untuk menetapkan rencana kompensasi manajer, pembatasan anggaran, dan aturan-aturan operasi. Bonding costs adalah biaya yang ditanggung oleh agen untuk menetapkan dan mematuhi mekanisme yang menjamin bahwa agen akan bertindak untuk kepentingan prinsipal, misalnya biaya yang dikeluarkan oleh manajer untuk menyediakan laporan keuangan kepada pemegang saham. Pemegang saham hanya akan mengizinkan bonding cost terjadi jika biaya tersebut dapat mengurangi monitoring cost. Sedangkan residual loss timbul dari kenyataan bahwa tindakan agen kadang kala berbeda dari tindakan yang memaksimumkan kepentingan prinsipal. Berbagai konflik kepentingan dalam perusahaan baik antara manajer dengan pemegang saham, manajer dengan kreditor atau antar pemegang saham, kreditor dan manajer disebabkan adanya hubungan keagenan atau agency relationship. Pihak prinsipal dapat membatasi perbedaan kepentingannya dengan memberikan tingkat insentif yang layak kepada agen dan harus bersedia mengeluarkan biaya pengawasan atau monitoring cost untuk mencegah penyimpangan (hazard) dari agen. Hal tersebut dinamakan dengan biaya keagenan atau agency cost (Horne dan Wachowicz, 2005: 8). Menurut Meythi, 2005, ada delapan cara untuk mengurangi konflik kepentingan dan biaya keagenan atau agency cost.
1. Meningkatkan Kepemilikan Manajerial. Kepemilikan ini akan mensejajarkan kepentingan manajemen dengan kepentingan pemegang saham sehingga manajemen dapat bertindak sesuai dengan keinginan pemegang saham. Dengan peningkatan persentase kepemilikan, manajer termotivasi meningkatkan kinerja dan bertanggung jawab meningkatkan kemakmuran pemegang saham. Pada kepemilikan menyebar, masalah keagenan terjadi antara pihak manajemen dengan pemegang saham. Sedangkan pada kepemilikan terkonsentrasi, masalah keagenan disebabkan oleh hubungan antara pemegang saham dan kreditor. 2. Kepemilikan Institusional Sebagai Agen Pengawas (Monitoring Agents). Konflik kepentingan mendasari adanya biaya keagenan, dengan asumsi rasionalitas ekonomi dimana orang akan memenuhi kepentingannya terlebih dahulu sebelum pemenuhan kepentingan orang lain. Demikian juga halnya dengan manajemen perusahaan. Kepemilikan institusional dapat digunakan sebagai cara untuk mengurangi konflik keagenan antara pemegang saham dan manajer. Kepemilikan institusional didefinisikan sebagai proporsi kepemilikan saham pada akhir tahun yang dimiliki oleh lembaga, seperti asuransi, bank atau institusi lain. Peningkatan kepemilikan institusional menyebabkan kinerja manajer diawasi secara optimal dan terhindar dari perilaku oportunistik. Dengan melibatkan kepemilikan institusional, manajer bertindak sesuai keinginan pemegang saham sehingga mengurangi biaya keagenan. 3. Meningkatkan Pendanaan Melalui Utang. Peningkatan utang akan menurunkan skala konflik antara pemegang saham dan manajemen. Apabila perusahaan memerlukan kredit, maka harus siap
untuk dievaluasi dan dimonitor oleh pihak eksternal dan akan mengurangi konflik antara manajemen dengan pemegang saham. Disamping itu, utang juga dapat mengurangi kelebihan aliran kas atau excess cash flows yang ada dalam perusahaan sehingga menurunkan kemungkinan pemborosan yang dilakukan oleh manajemen. 4. Meningkatkan Rasio Dividen Terhadap Laba Bersih Atau Dividend Payout Ratio. Dengan demikian akan memperkecil jumlah aliran kas bebas atau free cash flow sehingga manajemen harus mencari sumber dana eksternal untuk pembiayaan investasi. Pengertian free cash flow itu sendiri adalah ketersediaan dana dalam jumlah yang melebihi kebutuhan untuk pendanaan investasi yang menguntungkan. Apabila laba yang diperoleh dibagi sebagai dividen, maka kebutuhan investasi harus dicari dari sumber dana eksternal. Pembiayaan eksternal ini akan meningkatkan pengawasan oleh pihak eksternal seperti pengawas pasar modal, banker investasi atau investment banker dan investor. 5. Tingkat Risiko Dalam kerangka konflik keagenan, risiko digunakan sebagai dasar untuk menetukan kepemilikan manajerial, kebijakan utang dan kebijakan dividen. Pada tingkat risiko tinggi perusahaan kesulitan mengawasi kondisi eksternal sehingga meningkatakan kepemilikan manajerial sebagai cara untuk mengawasi kondisi internal. 6. Kebijakan Insentif Dengan insentif yang menarik, manajer termotivasi meningkatkan kemakmuran pemilik dan memperketat pengawasan terhadap perusahaan.
Masalah keagenan tidak sepenuhnya diatasi melalui kebijakan insentif, tetapi diperlukan kebijakan baru melalui peningkatan kepemilikan manajerial. Keterlibatan manajer dalam kepemilikan saham dapat memotivasi untuk meningkatkan nilai perusahaan dan kemakmuran pemegang saham. sebaliknya apabila ditetapkan persentase kepemilikan manajerial kecil, maka manajer terfokus pada pengembangan kapasitas atau ukuran perusahaan. Tujuan manajer melakukan tindakan ini yaitu untuk mempertahankan posisi manajerial
dari
ancaman hostile takeover (pengambilalihan), meningkatkan status, kekuasaan, gaji atau memberi kesempatan pada manajer bawah dan menengah untuk berkembang. 7. Menggunakan Aliansi Dengan Kreditor Atau Bentuk Kerjasama Lainnya Sesuai Dengan Kesepakatan Bersama Penggunaan aliansi dengan kreditor atau bentuk kerjasama lainnya sesuai dengan kesepakatan bersama dapat mengurangi konflik keagenan. Jika beraliansi, manajer bisa memperoleh dananya dari pihak kreditor tanpa harus membayar bunga dan utang, jika pihak kreditor bisa memperoleh pendapatan dari keuntungan (earning per share atau laba) perusahaan, serta kemungkinan kreditor menjadi owner (pemilik). Kelemahan dari aliansi adalah sulit mencari investor yang ingin bekerjasama dengan pihak perusahaan karena biasanya investor atau kreditor jarang sekali mau menanggung risiko tapi ingin mendapat keuntungan yang besar. 8. Manajer Memahami Bagaimana Peran-perannya Manajer mengetahui dan paham bagaimana peran-perannya sebagai manajer dapat mengurangi konflik keagenan. Peran manajer adalah :
a. Mengambil keputusan keuangan dalam perusahaan, antara lain: keputusan pendanaan, keputusan investasi, pendistribusian keuntungan. b. Mempertimbangkan risiko dari setiap keputusan yang diambil dan return yang akan diperoleh dari setiap investasi tersebut. Oleh karena itu sebagai pengambil keputusan dalam perusahaan yang akan mensejahterakan para pemilik saham, sebaiknya manajer memahami betul konsep-konsep mengenai risk and return, capital structure (struktur modal), capital budgeting (penganggaran modal).
C. Kepemilikan Manajerial Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan (Christiawan, 2005). Dalam laporan keuangan, keadaan ini ditunjukkan dengan besarnya persentase kepemilikan saham perusahaan oleh manajer. Karena hal ini merupakan informasi penting bagi pengguna laporan keuangan maka informasi ini akan diungkapkan dalam catatan atas laporan keuangan. Adanya kepemilikan manajerial menjadi hal yang menarik jika dikaitkan dengan agency theory. Dalam kerangka agency theory, hubungan antara manajer dan pemegang saham digambarkan sebagai hubungan antara agent dan principal (Schroeder et al., 2001 dalam Christiawan, 2005). Agent diberi mandat oleh principal untuk menjalankan bisnis demi kepentingan principal. Manajer sebagai agent dan pemegang saham sebagai principal. Keputusan bisnis yang diambil manajer adalah keputusan untuk mamaksimalkan sumber daya (utilitas) perusahaan. Suatu
ancaman bagi pemegang saham jikalau manajer bertindak untuk kepentingannya sendiri, bukan untuk kepentingan pemegang saham. Dalam konteks ini masingmasing pihak memiliki kepentingan sendiri-sendiri. Inilah yang menjadi masalah dasar dalam agency theory yaitu adanya konflik kepentingan. Pemegang saham dan manajer masing-masing berkepentingan untuk mamaksimalkan tujuannya. Masing-masing pihak memiliki risiko terkait dengan fungsinya, manajer memiliki resiko untuk tidak ditunjuk lagi sebagai manajer jika gagal menjalankan fungsinya, sementara pemegang saham memiliki resiko kehilangan modalnya jika salah memilih manajer. Kondisi ini merupakan konsekuensi adanya pemisahan fungsi pengelolaan dengan fungsi kepemilikan. Situasi tersebut di atas tentunya akan berbeda, jika kondisinya manajer juga sekaligus sebagai pemegang saham atau pemegang saham juga sekaligus manajer atau disebut juga kondisi perusahaan dengan kepemilikan manajerial. Keputusan dan aktivitas di perusahaan dengan kepemilikan manajerial tentu akan berbeda dengan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Dalam perusahaan dengan kepemilikan manajerial, manajer yang sekaligus pemegang saham tentunya akan menselaraskan kepentingannya dengan kepentingannya sebagai pemegang saham. Sementara dalam perusahaan tanpa kepemilikan manajerial,
manajer
yang
bukan
mementingkan kepentingannya sendiri.
pemegang
saham
cenderung
hanya
D. Hubungan Keagenan Hubungan keagenan merupakan suatu kontrak dimana satu atau lebih orang (prinsipal) memerintah orang lain (agen) untuk melakukan suatu jasa atas nama prinsipal serta memberi wewenang kepada agen untuk membuat keputusan yang terbaik bagi prinsipal. Hubungan keagenan muncul ketika satu atau lebih individu, yang disebut sebagai prinsipal menyewa individu atau organisasi lain, yang disebut sebagai agen, untuk bertindak atas namanya dan mendelegasikan kekuasaan untuk membuat keputusan kepada agen (Atmadja, 2008: 12). Dalam manajemen keuangan, hubungan keagenan utama terjadi antara (1) pemegang saham dengan manajer dan (2) manajer dengan pemilik utang (kreditor) (Brigham dan Houston, 2006: 26). 1. Pemegang Saham versus Manajer Potensi konflik keagenan di kebanyakan perusahaan besar, adalah hal yang penting karena para manajer perusahaan besar biasanya hanya memiliki persentase yang kecil dari saham. dalam situasi seperti ini, memaksimalakan kekayaan pemegang saham dapat berada pada urutan kesekian dari sejumlah tujuan–tujuan manajerial lain yang menimbulkan konflik. Banyak yang berpendapat bahwa tujuan utama beberapa manajer adalah untuk memaksimalkan ukuran dari perusahaan mereka. Dengan menciptakan sebuah perusahaan yang besar dan tumbuh dengan pesat, para manajer dapat (a) meningkatkan keamanan jabatan mereka, (b) meningkatakan kekuatan, status dan gaji mereka, (c) memberikan lebih banyak kesempatan untuk manajer tingkat bawah dan menengah.
Para manajer dapat didorong untuk bertindak demi kepentingan utama para pemegang saham melalui insentif–insentif yang memberikan imbalan atas setiap kinerja yang baik atau hukuman untuk kinerja yang buruk. Menurut Brigham dan Houston (2006: 27) terdapat beberapa mekanisme spesifik yang digunakan untuk memotivasi para manajer untuk bertindak sesuai dengan kepentingan pemegang saham, antara lain: a. Kompensasi Manajerial Kompensasi dirancang untuk menarik dan mempertahankan manajermanajer yang cakap dan untuk menyelaraskan tindakan manajer sedekat mungkin dengan kepentingan pemegang saham, yang umumnya berkepentingan dengan memaksimalkan
harga
saham.
Para
manajer
kemungkinan
besar
akan
memfokuskan perhatian pada memaksimalkan harga saham jika mereka sendiri adalah pemegang saham yang besar. Sering kali, perusahaan memberikan saham kinerja (performance share), dimana eksekutif menerima sejumlah saham tergantung dari kinerja aktual perusahaan dan jasa yang berkelanjutan dari eksekutif tersebut. b. Intervensi Langsung Pemegang Saham Para
investor,
seperti
investor
institusional
dapat
menggunakan
kekuatannya untuk menerapkan pengaruh yang cukup besar atas operasi sebagian perusahaan. Mereka dapat berbicara dengan manajemen perusahaan dan membuat saran bagaimana bisnis tersebut sebaiknya dijalankan. Dampaknya, investor institusional dapat bertindak sebagai pelobi bagi kelompok pemegang saham.
c. Ancaman Pemecatan Penyingkiran manajemen dari sebuah perusahaan besar oleh pemegang sahamnya hanya memiliki kemungkinan kecil, sehingga hanya memberikan sedikit ancaman. Situasi ini terjadi karena saham dari sebagian besar perusahaan telah didistribusikan begitu luasnya, disertai dengan pengendalian manajemen atas mekanisme voting yang begitu kuat, sehingga hampir tidak mungkin bagi para pemegang saham yang tidak setuju mendapatkan suara yang dibutuhkan untuk menggulingkan suatau tim manajemen. d. Ancaman Pengambilalihan Pengambilalihan tidak bersahabat
(hostile takeover)
yaitu ketika
manajemen tidak menginginkan perusahaannya diambil alih, kemungkinan besar akan terjadi ketika saham sebuah perusahaan dinilai terlalu rendah relatif terhadap potensinya akibat manajemen yang buruk. Dalam pengambilalihan yang tidak bersahabat, para manajer dari perusahaan yang diakuisisi biasanya dipecat, dan jika ada yang bisa menetap akan mendapat status dan wewenang yang tidak pasti. 2. Pemegang Saham (Melalui manajer) Versus Kreditor Kreditor memiliki klaim atas sebagian dari arus laba perusahaan untuk pembayaran bunga dan pokok utang, dan mereka memiliki klaim atas aset perusahaan di waktu terjadi kebangkrutan. Akan tetapi, pemegang saham memiliki kendali
(melalui
manajernya)
atas
keputusan–keputusan
yang
mempengaruhi profitabilitas dan risiko perusahaan. Misalnya pemegang saham, yang
bertindak
melalui
manajemen,
menyebabkan
sebuah
perusahaan
menjalankan satu proyek baru yang besar dan jauh lebih berisiko dari pada yang diantisipasi oleh para kreditornya. Peningkatan risiko ini akan menyebabkan
tingkat pengembalian yang diminta dari utang perusahaan ikut meningkat, dan hal ini akan mengakibatkan jatuhnya nilai dari utang yang belum jatuh tempo. Jika proyek yang berisiko tersebut berhasil, maka seluruh keuntungannya kan diterima oleh pemegang saham,karena pengembalian kreditor ditetapkan pada tingkat risiko rendah yang lama. Namun, jika proyek tersebut tidak berhasil, para pemegang utang mungkin harus ikut menanggung kerugiannya. Hal ini jelas tidak menguntungkan bagi kreditor. Begitu pula jika para manajernya meminjam tambahan dana dan menggunakanya untuk membeli kembali saham perusahaan yang beredar sebagai usaha untuk menaikkan tingkat pengembalian ekuitas pemegang saham (Brigham dan Houston, 2006: 31).
E. Ketidaksamaan Informasi (Asymmetric Information) Adanya pemisahan kepemilikan dan pengendalian perusahaan akan menyebabkan timbulnya asymmetrc information. Ketidaksamaan informasi adalah situasi dimana manajer memiliki informasi yang berbeda (yang lebih baik) mengenai prospek perusahaan daripada yang dimiliki oleh investor (Brigham dan Houston, 2006: 35). Menurut Scott, 2000 dalam Kiryanto, 2006, ada dua jenis asymmetriy information, yaitu: adverse selection dan moral hazard. Adverse selection adalah suatu tipe informasi asimetri (asymmetric information) dimana satu orang atau lebih pelaku-pelaku transaksi bisnis atau transaksi-transaksi yang potensial mempunyai informasi lebih atas yang lain. Ketimpangan pengetahuan informasi perusahaan ini dapat menimbulkan masalah dalam transaksi pasar modal karena investor tidak mempunyai informasi yang cukup dalam pengambilan keputusan investasinya.
Sedangkan moral hazard adalah suatu tipe informasi asimetri (asymmetric information) dimana satu orang atau lebih pelaku-pelaku bisnis atau transaksitransaksi potensial yang dapat mengamati.kegiatan-kegiatan mereka secara penuh dibandingkan dengan pihak lain. Masalah moral hazard ini terjadi karena pihakpihak diluar perusahaan (investor) mendelegasikan tugas dan kewenangannya kepada manajer tetapi investor tidak dapat sepenuhnya memantau manajer dalam melaksanakan pendelegasian tersebut.
F. Teori Sinyal Teori Sinyal menjelaskan mengapa perusahaan (manajer) mempunyai dorongan untuk memberikan informasi laporan keuangan pada pihak eksternal (pemegang saham). Dorongan perusahaan untuk memberikan informasi adalah karena terdapat asimetri informasi antara
perusahaan dan pihak luar karena
perusahaan mengetahui lebih banyak mengenai perusahaan dan prospek yang akan datang daripada pihak luar (investor dan kreditor). Kurangnya informasi pihak luar mengenai perusahaan menyebabkan mereka melindungi diri mereka dengan memberikan harga yang rendah untuk perusahaan.
Perusahaan dapat
meningkatkan nilai perusahaan, dengan mengurangi informasi asimetri. Salah satu cara untuk mengurangi informasi asimetri adalah dengan memberikan sinyal pada pihak luar, salah satunya berupa informasi keuangan yang dapat dipercaya dan akan mengurangi ketidakpastian mengenai prospek perusahaan yang akan datang (Brigham dan Houston, 2001). Teori sinyal mengemukakan tentang bagaimana seharusnya sebuah perusahaan memberikan sinyal kepada pengguna laporan keuangan. Sinyal ini
berupa informasi mengenai apa yang sudah dilakukan oleh manajemen untuk merealisasikan keinginan pemilik. Sinyal dapat berupa promosi atau informasi lain yang menyatakan bahwa perusahaan tersebut lebih baik daripada perusahaan lain. Laporan keuangan seharusnya memberikan informasi yang berguna bagi investor dan kreditor untuk membuat keputusan investasi, kredit dan keputusan sejenis. Laba merupakan bagian dari laporan keuangan sehingga laba seharusnya juga berguna
untuk keputusan kredit. Laba dapat digunakan untuk menilai
prospek perusahaan misalnya untuk (a) mengevaluasi performance manajemen, (b) memperkirakan earning power, (c) memprediksikan laba yang akan datang atau (d) menilai risiko investasi atau pinjaman pada perusahaan.
G. Tata Kelola Perusahaan Tata kelola perusahaan (corporate governance) merujuk pada sistem yang mengharuskan perusahaan dikelola dan dikendalikan. Sistem tersebut melintasi berbagai hubungan antara para pemegang saham perusahaan, dewan direksi serta pihak manajemen senior. Hubungan-hubungan ini memberi kerangka kerja untuk menetapkan tujuan perusahaan dan pengawasan kinerja. Terdapat tiga kategori individu yang menjadi kunci utama keberhasilan tata kelola perusahaan. Pertama, pemegang saham biasa yang memilih dewan direksi; kedua, dewan direksi perusahaan itu sendiri; dan ketiga, para pejabat eksekutif puncak yang dipimpin oleh direktur utama (Chief Executive Officer - CEO). Dewan direksi (board of directors) yang merupakan penghubung penting antara pemegang saham dengan para manajer, berpotensi menjadi instrumen yang paling efektif untuk tata kelola perusahaan. Tanggung jawab utama mereka adalah
mengawasi jalannya perusahaan. Dewan direksi, jika beroperasi dengan benar, juga merupakan pemeriksa independen atas manajemen perusahaan untuk memastikan bahwa pihak manajemen bertindak demi kepentingan para pemegang saham (Horne dan Wachowicz, 2005: 10). Prinsip-prinsip pokok corporate governance yang perlu diperhatikan untuk terselenggaranya praktik good corporate governance adalah: transparansi (transparency),
akuntabilitas
(accountability),
keadilan
(fairness),
dan
responsibilitas (responsibility). Transparency, yaitu dengan meningkatkan kualitas keterbukaan informasi tentang “performance” perusahaan secara akurat dan tepat waktu. Accountability, yaitu dengan mendorong optimalisasi peran dewan direksi dan dewan komisaris dalam menjalankan tugas dan fungsinya secara profesional. Praktik audit yang sehat dan independen mutlak diperlukan untuk menunjang akuntabilitas perusahaan. Hal ini dapat dilakukan antara lain dengan mengefektifkan komite audit. Fairness, yaitu dengan memaksimalkan upaya perlindungan hak dan perlakuan adil kepada seluruh shareholders tanpa kecuali. Responsibility, yaitu dengan mendorong optimalisasi peran stakeholders dalam mendukung program-program perusahaan (Baridwan dalam Ujiyantho, 2006), dengan menerapkan corporate governance diharapkan dapat mengurangi dorongan untuk melakukan tindakan manipulasi oleh manajer. Sehingga kinerja yang dilaporkan merefleksikan keadaan ekonomi yang sebenarnya dari perusahaan bersangkutan (Jensen dalam Ujiyantho, 2006).
BAB III GAMBARAN UMUM PASAR MODAL INDONESIA
A. Perkembangan Pasar Modal di Indonesia Pasar modal (capital market) merupakan pasar untuk berbagai instrumen keuangan jangka panjang yang bisa diperjualbelikan, baik surat utang (obligasi), ekuiti (saham), reksa dana, instrumen derivative maupun instrumen lainnya. Pasar modal merupakan sarana pendanaan bagi perusahaan maupun institusi lain (misalnya pemerintah), dan sebagai sarana bagi kegiatan berinvestasi. Dengan demikian, pasar modal memfasilitasi berbagai sarana dan prasarana kegiatan jual beli dan kegiatan terkait lainnya. Instrumen keuangan yang diperdagangkan di pasar modal merupakan instrumen jangka panjang (jangka waktu lebih dari 1 tahun) seperti saham, obligasi, waran, right, reksa dana, dan berbagai instrumen derivative seperti option, futures, dan lain-lain. Undang-Undang Pasar Modal No. 8 tahun 1995 tentang Pasar Modal mendefinisikan pasar modal sebagai kegiatan yang bersangkutan dengan Penawaran Umum dan perdagangan Efek, Perusahaan Publik yang berkaitan dengan Efek yang diterbitkannya, serta lembaga dan profesi yang berkaitan dengan Efek. Pasar Modal memiliki peran penting bagi perekonomian suatu negara karena pasar modal menjalankan dua fungsi, yaitu pertama sebagai sarana bagi pendanaan usaha atau sebagai sarana bagi perusahaan untuk mendapatkan dana dari masyarakat pemodal (investor). Dana yang diperoleh dari pasar modal dapat digunakan untuk pengembangan usaha, ekspansi, penambahan modal kerja dan lain-lain. Kedua, pasar Arman Saputra Sinaga : Analisis Perbedaan Proksi Agency Cost Antara Perusahaan Dengan Kepemilikan Manajerial Dan Tanpa Kepemilikan Manajerial Pada Sektor Manufaktur Dan Properti Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
modal menjadi sarana bagi masyarakat untuk berinvestasi pada instrumen keuangan seperti saham, obligasi, reksa dana, dan lain-lain. Dengan demikian, masyarakat dapat menempatkan dana yang dimilikinya sesuai dengan karakteristik keuntungan dan risiko masing-masing instrumen.
B. Sejarah Bursa Efek Indonesia Secara historis, Pasar Modal telah hadir jauh sebelum Indonesia merdeka. Pasar Modal atau Bursa Efek telah ada sejak zaman kolonial Belanda dan tepatnya pada tahun 1912 di Batavia. Pasar Modal ketika itu didirikan oleh pemerintah Hindia Belanda untuk kepentingan pemerintah kolonial atau VOC. Meskipun Pasar Modal telah ada sejak tahun 1912, perkembangan dan pertumbuhan Pasar Modal tidak berjalan seperti yang diharapkan, bahkan pada beberapa periode pasar modal mengalami kevakuman. Hal itu disebabkan oleh beberapa faktor seperti Perang Dunia I dan Perang Dunia II, pemindahan kekuasaan dari pemerintah kolonial Belanda kepada pemerintah Republik Indonesia, dan berbagai kondisi yang menyebabkan operasi Bursa Efek tidak dapat berjalan sebagaimana mestinya. Pemerintah Republik Indonesia mengaktifkan kembali Pasar Modal pada tahun 1977, dan beberapa tahun kemudian pasar modal mengalami pertumbuhan seiring dengan berbagai insentif dan regulasi yang dikeluarkan pemerintah. Secara singkat, tonggak perkembangan pasar modal di Indonesia adalah sebagai berikut (www.idx.co.id: Februari 2009) : 1. 14 Desember 1912 : Bursa Efek pertama di Indonesia dibentuk di Batavia oleh Pemerintah Hindia Belanda. 2. 1914 – 1918 : Bursa Efek di Batavia ditutup selama Perang Dunia I.
3. 1925 – 1942 : Bursa Efek di Jakarta dibuka kembali bersama dengan Bursa Efek di Semarang dan Surabaya. 4. Awal tahun 1939 : Karena isu politik (Perang Dunia II) Bursa Efek di Surabaya dan Semarang ditutup. 5. 1942- 1952 : Bursa Efek di Jakarta ditutup kembali selama Perang Dunia II. 6. 1952 : Bursa Efek di Jakarta diaktifkan kembali dengan UU Darurat Pasar Modal 1952,
yang
dikeluarkan
oleh
Menteri
Keuangan
(Prof.
DR.
Sumitro
Djojohadikusumo). Instrumen yang diperdagangakan: Obligasi Pemerintah RI (1950). 7. 1956 : Program nasionalisasi perusahaan Belanda. Bursa Efek semakin tidak aktif. 8. 1956 – 1977 : Perdagangan di Bursa Efek vakum. 9. 10 Agustus 1977 : Bursa Efek diresmikan kembali oleh Presiden Soeharto. Bursa Efek Jakarta (BEJ) dijalankan dibawah BAPEPAM (Badan Pelaksana Pasar Modal). Tanggal 10 Agustus diperingati sebaagai HUT Pasar Modal. Pengaktifan kembali Pasar Modal ini juga ditandai dengan go public PT Semen Cibinong sebagai emiten pertama. 10. 1977 – 1987 : Perdagangan di Bursa Efek sangat lesu. Jumlah emiten hingga 1987 baru mencapai 24. Masyarakat lebih memilih instrumen perbankan dibandingkan instrumen Pasar Modal. 11. 1987 : Ditandai dengan hadirnya Paket Desember 1987 (PAKDES 87) yang memberikan kemudahan bagi perusahaan untuk melakukan Penawaran Umum dan investor asing menanamkan modal di Indonesia. 12. 1988 – 1990 : Paket deregulasi dibidang Perbankan dan Pasar Modal diluncurkan. Pintu BEJ terbuka untuk asing. Aktivitas Bursa terlihat meningkat.
13. 2 Juni 1988 : Bursa Paralel Indonesia (BPI) mulai beroperasi dan dikelola oleh Persatuan Perdagangan Uang dan Efek (PPUE), sedangkan organisasinya berdiri dari broker dan dealer. 14. Desember 1988 : Pemerintah mengeluarkan Paket Desember 1988 (PAKDES 88), yang memberikan kemudahan perusahaan untuk go public. 15. 16 Juni 1989 : Bursa Efek Surabaya (BES) mulai beroperasi dan dikelola oleh Perseroan Terbatas milik swasta yaitu PT. Bursa Efek Surabaya. 16. 13 Juli 1992 : Swastanisasi BEJ. BAPEPAM berubah menjadi Badan Pengawas Pasar Modal. Tanggal ini diperingati sebagai HUT BEJ. 17. 22 Mei 1995 : Sistem otomasi perdagangan di BEJ dilaksanakan dengan sistem komputer JATS (Jakarta Automated Trading Systems). 18. 10 November 1995 : Pemerintah mengeluarkan Undang-Undang No. 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal. Undang-Undang ini mulai diberlakukan pada Januari 1996. 19. 1995 : Bursa Paralel Indonesia merger dengan Bursa Efek Surabaaya. 20. 2002 : BEJ mulai mengaplikasikan sistem perdagangan jarak jauh (remote trading). 21. 2007 : Penggabungan Bursa Efek Surabaya (BES) ke Bursa Efek Jakarta (BEJ) dan berubah nama menjadi Bursa Efek Indonesia (BEI).
C. Profil Perusahaan Profil perusahaan sektor manufaktur dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI) selama periode 2007 yang menjadi populasi sasaran penelitian ini adalah sebagai berikut:
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38
Tabel 3.1 Profil Populasi Sasaran Penelitian Kode Emiten Nama Emiten AALI Astra Agro Lestari, Tbk. AIMS Akbar Indo Makmur Stim., Tbk. AKKU Aneka Kemasindo Utama, Tbk ALMI Alumindo light Metal Inds., Tbk. AMFG Asahimas Flat Glass, Tbk. APLI Asiaplast Industries, Tbk. ASII Astra International, Tbk. AUTO Astra Otoparts, Tbk. BAPA Bekasi Asri Pemula, Tbk. BIPP Bhuwanatala Indah, Tbk. BKDP Bukit Darmo Properti, Tbk. BMSR Bintang Mitra Semesta R., Tbk. BRAM Indo Kordsa, Tbk. BRNA Berlina, Tbk. BRPT Barito Pacipic, Tbk. BTON Betonjaya Manunggal, Tbk. BUDI Budi Acid Jaya, Tbk. CMNP Citra Marga Nusaphala, Tbk. COWL Cowell Development, Tbk. CTBN Citra Tubindo, Tbk. DGIK Duta Graha Indah, Tbk. DILD Intiland Development, Tbk DPNS Duta Pertiwi Nusantara, Tbk. DSUC Dayasakti Unggul Corp., Tbk. DYNA Dynaplast, Tbk. ETWA Eterindo Wahanatam, Tbk. GGRM Gudang Garam, Tbk. HDTX Panasia Indosyntex IKAI Intikeramik Alamasri Inds., Tbk. INAF Indofarma, Tbk. INAI Indal Aluminium Inds., Tbk. INCI Intanwijaya International, Tbk. INDF Indofood Sukses Makmur, Tbk. JAKA Jaka Inti Realtindo, Tbk. JIHD Jakarta International Hotel, Tbk. JKSW Jakarta Kyoei Steel Works, Tbk. JPRS Jaya Pari Steel, Tbk. JRPT Jaya Real Property, Tbk.
Tanggal Listing 09 Des 1997 20 Jul 2001 01 Nov 2004 02 Jan 1997 08 Nov 1995 01 Mei 2000 04 Apr 1990 15 Jun 1998 14 Jan 2006 23 Okt 1995 15 Jun 2007 29 Des 1999 05 Sep 1990 06 Nov 1989 01 Okt 1993 18 Jul 2001 08 Mei 1995 10 Jan 1995 19 Des 2006 28 Nov 1989 19 Des 2007 04 Sep 1991 02 Nov 1994 25 Mar 1997 05 Agu 1991 16 Mei 1997 27 Agu 1990 06 Jun 1990 04 Jun 1997 17 Apr 2001 05 Des 1994 03 Agu 1990 14 Jul 1994 02 Agu 2000 29 Feb 1984 06 Agu 1997 04 Agu 1989 29 Jun 1994
39 40 41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86
KAEF KICI LAMI LCGP LION LMSH LMPI MYRX MYTX PBRX PSDN PUDP PWON PYFA RBMS RODA SIMM SKBM SOBI SRSN STTP TALF TBLA TCID UNTX YPAS ADES ADMG AISA AKPI AQUA ARGO ARNA ARTI ASRI BATA BATI BIMA BISI BTEK CEKA CLPI CNTX CPDW CPIN CPRO DART DAVO
Kimia Farma, Tbk. Kedaung Indah Can, Tbk. Lamicitra Nusantara, Tbk. Laguna Cipta Griya, Tbk. Lion Metal Works, Tbk. Lion Mesh Prima, Tbk. Langgeng Makmur Plastic, Tbk. Hanson International, Tbk. Apac Citra Centertex, Tbk. Pan Brothers Tex, Tbk. Prasidha Aneka Niaga, Tbk. Pudjiadi Prestige Ltd, Tbk. Pakuwon Jati, Tbk. Pyridam Farma, Tbk. Ristia Bintang Mahkota Sjt., Tbk. Royal Oak Development, Tbk. Surya Intrindo Makmur, Tbk. Sekar Bumi, Tbk. Sorini Agro Asia Corp., Tbk. Indoacidatama, Tbk. Siantar Top, Tbk. Tunas Alfin, Tbk. Tunas Baru Lampung, Tbk. Mandom Indonesia, Tbk. Unitex, Tbk. Yanaprima Hastapersada, Tbk. Ades Waters Indonesia, Tbk. Polychem Indonesia, Tbk. Tiga Pilar Sejahtera Food, Tbk. Argha Karya Prima Inds., Tbk. Aqua Golden Missisippi, Tbk. Argo Pantes, Tbk. Arwana Citra Mulia, Tbk. Arona Binasejati, Tbk. Alam Sutera Realty, Tbk. Sepatu Bata, Tbk. Bat Indonesia, Tbk. Primarindo Asia, Tbk Bisi International, Tbk. Bumi Teknokultura Unggul, Tbk. Cahaya Kalbar, Tbk. Colorpark Indonesia, Tbk. Centex, Tbk. Cipendawa Agroindustri, Tbk. Charoen Pokphand Ind., Tbk. Central Proteinatama, Tbk. Duta Anggada Realty, Tbk. Davomas Abadi, Tbk.
04 Jul 2001 28 Okt 1993 18 Jul 2001 13 Jul 2006 20 Agu 1993 04 Jun 1990 17 Okt 1994 31 Okt 1990 20 Okt 1989 16 Agus 1990 18 Okt 1994 18 Nov 1994 09 Okt 1989 16 Okt 2001 19 Des 1997 22 Okt 2001 28 Mar 2000 05 Jan 1993 03 Agu 1992 16 Jul 1990 16 Des 1996 12 Feb 2001 15 Feb 2000 30 Sep 1993 28 Jun 1982 12 Jun 1999 13 Jun 1994 20 Okt 1993 11 Jun 1997 18 Des 1992 01 Mar 1990 07 Jan 1991 15 Agu 2001 30 Apr 2003 18 Des 2006 24 Mar 1982 20 Des 1979 30 Agu 1994 28 Mei 2007 14 Mei 2004 09 Jul 1996 30 Nov 2001 15 Nov 1983 18 Jun 1990 18 Mar 199 28 Nov 2006 08 Mei 1990 22 Des 1994
87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98 99 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134
DLTA DOID DUTI DVLA EKAD ERTX ESTI FASW FMII GDYR GMTD GPRA HMSP IGAR INDR INKP INRU INTP ITMA JPFA JECC KARW KBLI KBLM KDSI KIAS KLBF KPIG LAPD LPCK LSIP MAIN MBAI MERK MLBI MLIA MRAT MYOR MORE POLY PROD PWSI RDTX RYCI SAIP SCCO SCPI SGRO
Delta Djakarta, Tbk. Delta Dunia Petroindo, Tbk. Duta Pertiwi, Tbk. Darya Varia, Tbk. Ekadharma International, Tbk. Eratex Djaja, Tbk. Evershine Textile Ind., Tbk. Fajar Surya Wisesa, Tbk. Fortune Mate Indonesia, Tbk. Goodyear Indonesia, Tbk. Gowa Makasar Tourism D., Tbk. Perdana Gapura Prima, Tbk. H M. Sampurna, Tbk. Kageo Igarjaya, Tbk. Indorama Synthetics Indah Kiat Pulp And Paper, Tbk. Toba Pulp Lestari, Tbk. Indocement P., Tbk. Itamaraya Gold Inds., Tbk. Japfa Comfeed Ind., Tbk Jembo Cable Company, Tbk. Karwell Indonesia, Tbk. GT Kabel Indonesia, Tbk. Kabelindo Murni, Tbk. Keramika Indonesia Ass., Tbk. Kedawung Setia Ind., Tbk. Kalbe Farma, Tbk. Global Land Development, Tbk. Leyand International, Tbk. Lippo Cikarang, Tbk. PP London Sumatera, Tbk. Malindo Feedmil, Tbk. Multibreder Adirama Indo, Tbk. Merck, Tbk. Multi Bintang Ind., Tbk. Mulia Industrindo, Tbk. Mustika Ratu, Tbk. Mayora Indah, Tbk. Indonesia Prima Property, Tbk. Polysindo Ekaperkasa, Tbk. Sara Lee Body Care, Tbk. Panca Wiratama Sakti, Tbk. Roda Vivatex, Tbk. Ricky Putra Globalindo, Tbk. Surabaya Agung Inds, Tbk. Supreme Cable Manuf., Tbk. Schering Plough Ind., Tbk. Sampoerna Agro, Tbk.
30 Jan 1989 15 Jun 2001 02 Nov 1994 30 Nov 2001 14 Agu 1990 21 Agu 1990 13 Okt 1992 19 Des 1994 27 Jun 2000 22 Des 1980 11 Des 2000 10 Okt 2006 15 Agu 1990 05 Nov 1990 03 Agu 1990 16 Jul 1990 18 Jun 1990 05 Des 1989 10 Des 1990 06 Agu 1997 18 Nov 1992 20 Des 1994 06 Jul 1992 01 Jun 1992 29 Jul 1996 29 Jul 1996 30 Jul 1991 30 Mar 2000 17 Jul 2001 24 Jul 1997 05 Jul 1996 10 Feb 2006 28 Feb 1994 23 Jul 1981 15 Des 1981 17 Jan 1994 27 Jul 1995 04 Jul 1990 22 Agu 1994 12 Mar 1991 16 Jun 1989 10 Mar 1994 14 Mei 1990 09 Feb 1998 03 Mei 1993 20 Jun 1982 08 Jun 1990 18 Jun 2007
135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146 147 148 149 150 151 152 153 154 155
SIIP SIMA SIPD SKLT SMAR SMCB SMDM SMGR SQBI SULI TBMS TFCO TIRT TKIM TOTO TRST TSPC ULTJ UNIC UNVR VOKS
Surya Inti Permata, Tbk. Siwani Makmur, Tbk. Sierad Produce, Tbk. Sekar Laut, Tbk. Smart Corp., Tbk. Holcim Indonesia, Tbk. Surya Mas Duta Makmur, Tbk. Semen Gresik, Tbk. Bristol Myers Squibb Indo., Tbk. Sumalindo Lestari Jaya, Tbk. Tembaga Mulia Semanan, Tbk. Teijin Indonesia Fiber, Tbk. Tirta Mahakam Plywood, Tbk. Pabrik Kertas Tjiwi Kimia, Tbk. Surya Toto Indonesia, Tbk. Trias Sentosa, Tbk. Tempo Scan Pacific, Tbk. Ultrajaya Milk Inds., Tbk. Unggul Indah Cahaya, Tbk. Unilever Indonesia, Tbk. Voksel Electric, Tbk.
08 Jan 1998 03 Jun 1994 27 Des 1996 08 Sep 1993 20 Nov 1992 10 Agu 1977 12 Okt 1995 08 Jul 1991 29 Mar 1983 21 Mar 1994 23 Mei 1990 26 Feb 1980 07 Des 1999 03 Apr 1990 30 Okt 1990 02 Jul 1990 17 Jun 1994 02 Jul 1990 06 Nov 1989 11 Jan 1982 20 Des 1990
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN
A. Deskriptif Variabel Penelitian Berdasarkan hasil pengolahan data maka akan dilakukan analisis data dengan tujuan untuk menjawab permasalahan yang dibahas dalam penelitian ini. Namun, sebelum melakukan analisis data maka penelitian ini akan membahas secara deskriptif terlebih dahulu. Deskriptif nilai variabel independen yaitu kepemilikan manajerial dan variabel dependen yaitu agency cost pada perusahan manufaktur dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama periode 2007. Kepemilikan manajerial adalah situasi dimana manajer memiliki saham perusahaan atau dengan kata lain manajer tersebut sekaligus sebagai pemegang saham perusahaan (Christiawan, 2005). Kepemilikan manajerial yang dimaksud adalah ada tidaknya kepemilikan saham perusahaan oleh manajer perusahaan. Variabel ini diukur dengan skala nominal, yaitu hanya dibedakan antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial atau tanpa kepemilikan manajerial, dengan tidak melihat berapa besar persentase kepemilikan manajerialnya di masingmasing perusahaan tersebut. Ada tidaknya kepemilikan manajerial dilihat dari catatan atas laporan keuangan, khususnya pengungkapan atas modal saham perusahaan. Agency Cost merupakan biaya yang harus dikeluarkan oleh para pemegang saham untuk mengawasi (monitoring) seluruh tindakan dan keputusan yang diambil oleh
manajer.
Biaya
keagenan
diproksikan
dengan
selling
and
general
administrative/SGA dan free cash flow (arus kas bebas). SGA merupakan proksi dari operating expense (beban operasi). Variabel ini mengukur biaya keagenan berdasarkan selling and general administrative, yaitu rasio beban operasi terhadap Arman Saputra Sinaga : Analisis Perbedaan Proksi Agency Cost Antara Perusahaan Dengan Kepemilikan Manajerial Dan Tanpa Kepemilikan Manajerial Pada Sektor Manufaktur Dan Properti Di Bursa Efek Indonesia, 2009. USU Repository © 2009
total
penjualan.
Beban
operasi
merefleksikan
diskresi
manajerial
dalam
membelanjakan sumber daya perusahaan. Semakin tinggi beban diskresi manajerial maka semakin tinggi biaya keagenan yang terjadi. (Putra dan Ratnadi, 2007). SGA diukur dengan rumus: Selling and General Administrative (SGA) =
Beban Operasi Total Penjualan
Sedangkan free cash flow adalah arus kas yang benar-benar tersedia untuk didistribusikan kepada seluruh investor setelah perusahaan menempatkan seluruh investasinya pada aktiva tetap, produk-produk baru, dan modal kerja yang dibutuhkan untuk mempertahankan operasi yang sedang berjalan (Brigham dan Houston, 2006: 65). Free cash flow (FCF) diwakili oleh rasio free cash flow dibagi dengan total aktiva. Rumus: FCF =
NOPAT − Investasi Bersih pada Modal Operasi Total Aktiva
dimana, NOPAT = EBIT (1 – Tarif Pajak) Semakin kecil rasio ini menunjukkan semakin kecil laba perusahaan digunakan untuk membiayai aktiva perusahaan. Sesuai teori keagenan, apabila perusahaan mempunyai aliran arus kas bebas, manajer perusahaan mendapat tekanan dari pemegang saham untuk membagikannya dalam bentuk dividen. Hal ini dilakukan untuk mencegah pihak manajemen menggunakan free cash flow untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan tujuan perusahaan dan cenderung merugikan para pemegang saham. Oleh karena itu, pihak manajemen membagikan free cash flow agar dapat menekan biaya agensi atau agency cost (Pradessya, 2006).
Dalam penelitian ini, terdapat 155 perusahaan yang dijadikan sebagai observasi penelitian, yakni 127 emiten dari sektor manufaktur dan 28 emiten dari sektor properti. Pada sektor manufaktur, terdapat 48 perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan 79 perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Sedangkan pada sektor properti, terdapat 16 perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan 12 perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Sehingga, secara keseluruhan, terdapat 64 perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan 91 perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. Berikut ini disajikan rata-rata nilai Selling and general administrative (SGA) dan ratarata nilai Free cash flow (FCF) dari seluruh perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial. Tabel 4.1 Rata-rata SGA Perusahaan Kepemilikan Manajerial dan Tanpa Kepemilikan Manajerial pada Sektor Manufaktur Rata-Rata SGA Kepemilikan Manajerial Tanpa Kepemilikan Manajerial 0,1183 0,1547
Tabel 4.2 Rata-rata SGA Perusahaan Kepemilikan Manajerial dan Tanpa Kepemilikan Manajerial pada Sektor Properti Rata-Rata SGA Kepemilikan Manajerial Tanpa Kepemilikan Manajerial 0,3601 1,2715
Tabel 4.3 Rata-rata FCF Perusahaan dengan Kepemilikan Manajerial dan Tanpa Kepemilikan Manajerial pada Sektor Manufaktur Rata-Rata FCF Kepemilikan Manajerial Tanpa Kepemilikan Manajerial -0,0778 -0,0605
Tabel 4.4 Rata-rata FCF Perusahaan dengan Kepemilikan Manajerial dan Tanpa Kepemilikan Manajerial pada Sektor Properti Rata-Rata FCF Kepemilikan Manajerial Tanpa Kepemilikan Manajerial -0,1974 -0,0889 Tabel 4.1 menunjukkan bahwa rata-rata SGA perusahaan dengan kepemilikan manajerial di sektor manufaktur adalah 0,1183, lebih kecil dari rata-rata SGA perusahaan tanpa kepemilikan manajerial di sektor manufaktur, yaitu 0,1587. Tabel 4.2 menunjukkan bahwa rata-rata SGA perusahaan dengan kepemilikan manajerial di sektor properti adalah 0,3601, yang juga lebih kecil dari rata-rata SGA perusahaan tanpa kepemilikan manajerial di sektor properti, yaitu 1,2715. Tabel 4.3 menunjukkan bahwa rata-rata FCF perusahaan dengan kepemilikan manajerial di sektor manufaktur adalah -0,0778, sedangkan rata-rata FCF perusahaan tanpa kepemilikan manajerial di sektor manufaktur adalah -0,0605. Tabel 4.4 menunjukkan bahwa rata-rata FCF perusahaan dengan kepemilikan manajerial di sektor properti adalah -0,1974, lebih kecil dari rata-rata FCF perusahaan tanpa kepemilikan manajerial di sektor properti, yaitu -0,0889.
B. Analisis Data Pengujian hipotesis dan statistik deskriptif pada penelitian ini dilakukan dengan menggunakan SPSS 15.0. dengan metode Independent Sample t-test dengan
α = 5%. 1. Pengujian Hipotesis dengan SGA sebagai Proksi Agency Cost 1.1. Pengujian Hipotesis Secara Keseluruhan Pengujian hipotesis ini akan membahas hasil dari pengolahan data rata-rata (mean) agency cost yang diproksikan dengan Selling and general administrative (SGA) antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial secara keseluruhan (dengan menggabungkan sektor manufaktur dan properti) dengan menggunakan Independent Sample t-test dengan α=5%. a. Statistik Deskriptif Tabel 4.5 Group Statistics
Biaya
Kepem ilikan Manajerial Non Manajerial
N 64 91
Mean ,1788 ,3020
Std. Deviation ,16450 1,23216
Std. Error Mean ,02056 ,12917
Tabel 4.5 menunjukkan bahwa rata-rata agency cost pada perusahaan dengan kepemilikan manajerial adalah 0,1788, sedangkan rata-rata agency cost pada perusahaan tanpa kepemilikan manajerial adalah 0,3020. b. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji beda t-test yaitu independent samples t test. Uji beda t test ini digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Tujuan uji beda t-test adalah membandingkan rata-rata dua kelompok tersebut, apakah mempunyai nilai rata-rata (mean) yang sama atau tidak sama secara signifikan. Penelitian ini
menggunakan Uji-t sample independent test sebagai uji hipotesisnya seperti terlihat pada Tabel 4.6 berikut ini: Tabel 4.6 T-Test Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Biaya Equal variances assumed Equal variances not assumed
1,711
Sig. ,193
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
-,794
153
,428
-,12324
,15513
-,42970
,18323
-,942
94,533
,348
-,12324
,13079
-,38291
,13644
Ada dua tahapan analisis yang harus dilakukan, yang pertama adalah menguji dahulu asumsi dengan menggunakan F-Test untuk menguji persamaan variance kedua populasi apakah variance populasi kedua sampel tersebut sama (equal variances assumed) ataukah berbeda (equal variances not assumed) dengan melihat nilai signifikansi pada Levene’s Test for quality of variances (Ghozali, 2005: 56). Hipotesis Hipotesis untuk kasus ini: H0 = Kedua variance populasi adalah identik (variance populasi biaya keagenan pada perusahaan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial adalah sama). Hi = Kedua variance populasi adalah tidak identik (variance populasi biaya keagenan pada perusahaan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial adalah berbeda). Pengambilan Keputusan Dasar Pengambilan Keputusan: Jika probabilitas > 0,05, H0 diterima. Jika probabilitas < 0,05, H0 ditolak.
Keputusan: Tabel 4.6 menunjukkan bahwa F hitung untuk agency cost dengan Equal variance assumed (diasumsikan kedua varians populasi adalah sama) adalah 1,711 dengan probabilitas 0,193. Oleh karena probabilitas > 0,05, maka H0 diterima, atau kedua variance populasi adalah sama. Tidak terdapat perbedaan yang nyata dari kedua varians membuat penggunaan variance untuk membandingkan Rata-rata populasi atau Test untuk Equality of Means menggunakan t Test dengan dasar Equal variance assumed (diasumsikan kedua varians populasi sama). Hipotesis Hipotesis untuk kasus ini: H0 =
Kedua rata-rata (mean) populasi adalah identik (rata-rata populasi agency cost pada perusahaan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial adalah sama).
Hi =
Kedua rata-rata (mean) populasi adalah tidak identik (rata-rata populasi agency cost pada perusahaan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial adalah berbeda).
Keputusan: Tabel 4.6 menunjukkan bahwa t-hitung untuk biaya keagenan dengan equal variance assumed (diasumsikan kedua rata-rata populasi identik) adalah -0,794 dengan probabilitas 0,428. Oleh karena probabilitas > 0,05, maka H0 diterima, atau secara statistik tidak dapat dibuktikan bahwa kedua rata-rata (mean) biaya keagenan perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial berbeda. Artinya tidak terbukti bahwa perusahaan dengan kepemilikan manajerial
memiliki agency cost yang lebih kecil dibandingkan pada perusahaan tanpa kepemilikan manajerial. 1.2. Pengujian Hipotesis setiap Sektor Pengujian hipotesis pada bagian ini akan membahas hasil dari pengolahan data rata-rata agency cost antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial pada sektor manufaktur dan properti secara terpisah dengan menggunakan Independent Sample t-test dengan α=5%. a. Statistik Deskriptif Sektor Manufaktur Tabel 4.7 Group Statistics
Agency Cos t
Kepemilikan Manajerial Non Manajerial
N 48 79
Mean ,1183 ,1547
Std. Deviation ,10123 ,15854
Std. Error Mean ,01461 ,01784
Tabel 4.7 menunjukkan bahwa rata-rata agency cost pada perusahaan dengan kepemilikan manajerial pada sektor manufaktur adalah 0,1183, sedangkan rata-rata agency cost pada perusahaan tanpa kepemilikan manajerial pada sector manufaktur adalah 0,1547. b. Uji Hipotesis Sektor Manufaktur Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji beda t-test yaitu independent samples t test. Uji beda t test ini digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Tujuan uji beda t-test adalah membandingkan rata-rata dua kelompok tersebut, apakah mempunyai nilai rata-rata (mean) yang sama atau tidak sama secara signifikan. Penelitian ini menggunakan Uji-t sample independent test sebagai uji hipotesisnya seperti terlihat pada Tabel 4.8 :
Tabel 4.8 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Agency Cost Equal variances assumed Equal variances not assumed
4,842
Sig. ,030
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
-1,424
125
,157
-,03642
,02558
-,08705
,01420
-1,580
124,652
,117
-,03642
,02306
-,08206
,00921
Ada dua tahapan analisis yang harus dilakukan, yang pertama adalah menguji dahulu asumsi dengan menggunakan F-Test untuk menguji persamaan varians kedua populasi apakah variance populasi kedua sampel tersebut sama (equal variances assumed) ataukah berbeda (equal variances not assumed) dengan melihat nilai signifikansi pada Levene’s Test for quality of variances. Hipotesis Hipotesis untuk kasus ini: H0 =
Kedua variance populasi adalah identik (variance populasi biaya keagenan pada perusahaan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial adalah sama).
Hi =
Kedua variance populasi adalah tidak identik (variance populasi biaya keagenan pada perusahaan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial adalah berbeda).
Pengambilan Keputusan Dasar Pengambilan Keputusan: Jika probabilitas > 0,05, H0 diterima. Jika probabilitas < 0,05, H0 ditolak. Tabel 4.8 menunjukkan bahwa F hitung untuk agency cost dengan Equal variance assumed (diasumsikan kedua varians populasi adalah sama) adalah 4,842
dengan probabilitas 0,03. Oleh karena probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak, atau kedua variance populasi berbeda. Terdapat perbedaan yang nyata dari kedua variance membuat penggunaan varians untuk membandingkan Rata-rata populasi atau Test untuk Equality of Means menggunakan t Test dengan dasar Equal variance not assumed (diasumsikan kedua variance populasi tidak sama). Hipotesis Hipotesis untuk kasus ini: H0 =
Kedua rata-rata (mean) populasi adalah identik (rata-rata populasi agency cost pada perusahaan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial adalah sama).
Hi =
Kedua rata-rata (mean) populasi adalah tidak identik (rata-rata populasi
agency cost pada perusahaan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial adalah berbeda). Keputusan: Tabel 4.8 menunjukkan bahwa t-hitung untuk agency cost dengan equal variance not assumed (diasumsikan kedua rata-rata populasi berbeda) adalah -1,580 dengan probabilitas 0,117. Oleh karena probabilitas > 0,05, maka H0 diterima, atau secara statistik tidak terbukti bahwa kedua rata-rata (mean) agency cost perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial berbeda pada sektor manufaktur. Artinya tidak terbukti bahwa perusahaan dengan kepemilikan manajerial memiliki agency cost yang lebih kecil dibandingkan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial pada sektor manufaktur.
c. Statistik Deskriptif Sektor Properti Tabel 4.9 Group Statistics
Agency Cos t
Mean ,3601 1,2715
N
Kepemilikan Manajerial Non Manajerial
16 12
Std. Deviation ,18642 3,32600
Std. Error Mean ,04661 ,96013
Tabel 4.9 menunjukkan bahwa rata-rata agency cost pada perusahaan dengan kepemilikan manajerial pada sektor properti adalah 0,3601, sedangkan rata-rata agency cost pada perusahaan tanpa kepemilikan manajerial pada sektor manufaktur adalah 1,2715. d. Uji Hipotesis Sektor Properti Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji beda t-test yaitu independent samples t test. Uji beda t test ini digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Tujuan uji beda t-test adalah membandingkan rata-rata dua kelompok tersebut, apakah mempunyai nilai rata-rata (mean) yang sama atau tidak sama secara signifikan. Penelitian ini menggunakan Uji-t sample independent test sebagai uji hipotesisnya seperti terlihat pada Tabel 4.10 : Tabel 4.10 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Agency Cost Equal variances assumed Equal variances not assumed
5,496
Sig. ,027
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
-1,101
26
,281
-,91140
,82792
-2,61321
,79042
-,948
11,052
,363
-,91140
,96126
-3,02591
1,20312
Ada dua tahapan analisis yang harus dilakukan, yang pertama adalah menguji dahulu asumsi dengan menggunakan F-Test untuk menguji persamaan varians kedua
populasi apakah variance populasi kedua sampel tersebut sama (equal variances assumed) ataukah berbeda (equal variances not assumed) dengan melihat nilai signifikansi pada Levene’s Test for quality of variances. Hipotesis Hipotesis untuk kasus ini: H0 =
Kedua variance populasi adalah identik (variance populasi biaya keagenan pada perusahaan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial adalah sama).
Hi =
Kedua variance populasi adalah tidak identik (variance populasi biaya keagenan pada perusahaan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial adalah berbeda).
Pengambilan Keputusan Dasar Pengambilan Keputusan: Jika probabilitas > 0,05, H0 diterima. Jika probabilitas < 0,05, H0 ditolak. Tabel 4.10 menunjukkan bahwa F hitung untuk agency cost dengan Equal variance assumed (diasumsikan kedua varians populasi adalah sama) adalah 5,496 dengan probabilitas 0,027. Oleh karena probabilitas < 0,05, maka H0 ditolak, atau kedua varians populasi berbeda. Terdapat perbedaan yang nyata dari kedua variance membuat penggunaan variance untuk membandingkan Rata-rata populasi atau Test untuk Equality of Means menggunakan t Test dengan dasar Equal variance not assumed (diasumsikan kedua variance populasi tidak sama).
Hipotesis Hipotesis untuk kasus ini: H0 =
Kedua rata-rata (mean) populasi adalah identik (rata-rata populasi biaya keagenan pada perusahaan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial adalah sama).
Hi =
Kedua rata-rata (mean) populasi adalah tidak identik (rata-rata populasi biaya
keagenan pada perusahaan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial adalah berbeda). Keputusan: Tabel 4.10 menunjukkan bahwa t-hitung untuk agency cost dengan equal variance not assumed (diasumsikan kedua rata-rata populasi berbeda) adalah -0,948 dengan probabilitas 0,363. Oleh karena probabilitas > 0,05, maka H0 diterima, atau secara statistik tidak terbukti bahwa kedua rata-rata (mean) biaya keagenan perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial berbeda pada sektor properti. Artinya tidak terbukti bahwa perusahaan dengan kepemilikan manajerial memiliki agency cost yang lebih kecil dibandingkan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial pada sektor properti. 1.3. Pembahasan Hasil dari penelitian dengan menggunakan SGA (selling and general administrative) sebagai proksi agency cost menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata agency cost antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial pada sektor manufaktur dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007, baik pada pengujian hipotesis secara keseluruhan untuk kedua sektor, maupun pada pengujian secara terpisah untuk setiap sektornya. Hal ini didasarkan pada pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t-test sampel
independen, dihasilkan bahwa hasil penelitian menerima (tidak menolak) Hipotesis nol. Hal ini mungkin disebabkan tipe kepemilikan suatu perusahaan (manajerial atau non manajerial) tidak begitu berpengaruh terhadap besar atau kecilnya agency cost (biaya keagenan) yang dalam penelitian ini diproksikan dengan SGA (Selling and general administrative). Mungkin ada faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap besar atau kecilnya agency cost dalam perusahaan yang go public. Seperti Leverage dan dividen misalnya, bisa saja dalam kasus ini kedua variabel tersebut lebih berpengaruh terhadap besar atau kecilnya agency cost. Schooley et al., 1994 dalam Putra dan Ratnadi, 2007, menyatakan bahwa kebijakan dividen digunakan untuk menurunkan agency cost. Pembayaran dividen menyebabkan jumlah dana yang dikelola oleh perusahaan menjadi semakin kecil. Cara lain dalam mengurangi permasalahan agensi adalah dengan meningkatkan utang. Semakin besar utang maka perusahaan harus mencadangkan lebih banyak kas untuk membayar bunga serta pokok pinjaman sehingga akan memperkecil dana yang ”menganggur”. Dari pihak pemegang saham, kebijakan peningkatan utang dapat mengurangi
pengawasan
terhadap
manajemen
karena
pihak
ketiga
yang
meminjamkan dana (bondholder) akan melakukan pengawasan terhadap manajemen agar pinjamannya tidak disalahgunakan. Di samping itu, semakin besar utang perusahaan maka semakin kecil dana menganggur yang dapat dipakai perusahaan untuk pengeluaran-pengeluaran yang kurang perlu.
2. Pengujian Hipotesis dengan FCF sebagai Proksi Agency Cost 2.1. Pengujian Hipotesis Secara Keseluruhan Pengujian hipotesis secara keseluruhan akan membahas hasil dari pengolahan data rata-rata (mean) agency cost yang diproksikan dengan Free cash flow (FCF) antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial secara keseluruhan (dengan menggabungkan sektor manufaktur dan properti) dengan menggunakan Independent Sample t-test dengan α=5%. a. Statistik Deskriptif Tabel 4.11 Group Statistics
FCF
Kepem ilikan Manajerial Non Manajerial
N 64 91
Mean -,10771 -,06420
Std. Deviation ,311230 ,225588
Std. Error Mean ,038904 ,023648
Tabel 4.11 menunjukkan bahwa rata-rata agency cost pada perusahaan dengan kepemilikan manajerial adalah -0,10771, sedangkan rata-rata agency cost pada perusahaan tanpa kepemilikan manajerial adalah -0,0642. b. Uji Hipotesis Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji beda t-test yaitu independent samples t test. Uji beda t test ini digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Tujuan uji beda t-test adalah membandingkan rata-rata dua kelompok tersebut, apakah mempunyai nilai rata-rata (mean) yang sama atau tidak sama secara signifikan. Penelitian ini menggunakan Uji-t sample independent test sebagai uji hipotesisnya seperti terlihat pada Tabel 4.12 berikut ini:
Tabel 4.12 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F FCF
Equal variances assumed Equal variances not assumed
2,278
Sig. ,133
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
-1,009
153
,314
-,043504
,043107
-,128665
,041658
-,956
107,850
,341
-,043504
,045527
-,133748
,046741
Ada dua tahapan analisis yang harus dilakukan, yang pertama adalah menguji dahulu asumsi dengan menggunakan F-Test untuk menguji persamaan variance kedua populasi apakah variance populasi kedua sampel tersebut sama (equal variances assumed) ataukah berbeda (equal variances not assumed) dengan melihat nilai signifikansi pada Levene’s Test for quality of variances. Hipotesis Hipotesis untuk kasus ini: H0 = Kedua variance populasi adalah identik (variance populasi biaya keagenan pada perusahaan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial adalah sama). Hi = Kedua variance populasi adalah tidak identik (variance populasi biaya keagenan pada perusahaan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial adalah berbeda). Pengambilan Keputusan Dasar Pengambilan Keputusan: Jika probabilitas > 0,05, H0 diterima. Jika probabilitas < 0,05, H0 ditolak. Keputusan: Tabel 4.12 menunjukkan bahwa F hitung untuk agency cost (menggunakan proksi FCF/free cash flow) dengan Equal variance assumed (diasumsikan kedua
variance populasi identik) adalah 2,278 dengan probabilitas 0,133. Oleh karena probabilitas > 0,05, maka H0 diterima, atau kedua varians populasi adalah sama. Tidak terdapat perbedaan yang nyata dari kedua varians membuat penggunaan variance untuk membandingkan Rata-rata populasi atau Test untuk Equality of Means menggunakan t Test dengan dasar Equal variance assumed (diasumsikan kedua varians populasi sama). Hipotesis Hipotesis untuk kasus ini: H0 =
Kedua rata-rata (mean) populasi adalah identik (rata-rata populasi biaya keagenan pada perusahaan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial adalah sama).
Hi =
Kedua rata-rata (mean) populasi adalah tidak identik (rata-rata populasi biaya keagenan pada perusahaan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial adalah berbeda).
Keputusan: Tabel 4.12 menunjukkan bahwa t-hitung untuk agency cost dengan equal variance assumed (diasumsikan kedua rata-rata populasi identik) adalah -1,009 dengan probabilitas 0,314. Oleh karena probabilitas > 0,05, maka H0 diterima, atau secara statistik tidak dapat dibuktikan bahwa kedua rata-rata (mean) biaya keagenan perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial berbeda. Artinya tidak terbukti bahwa perusahaan dengan kepemilikan manajerial memiliki agency cost yang lebih kecil dibandingkan pada perusahaan tanpa kepemilikan manajerial.
2.2. Pengujian Hipotesis setiap Sektor Pengujian hipotesis setiap sektor akan membahas hasil dari pengolahan data rata-rata agency cost antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial pada sektor manufaktur dan properti secara terpisah dengan menggunakan Independent Sample t-test dengan α=5%. a. Statistik Deskriptif Sektor Manufaktur Tabel 4.13 Group Statistics
FCF
Kepem ilikan Manajerial Non Manajerial
N 48 79
Mean -,0778 -,0605
Std. Deviation ,34381 ,22443
Std. Error Mean ,04962 ,02525
Tabel 4.13 menunjukkan bahwa rata-rata agency cost pada perusahaan dengan kepemilikan manajerial di sektor manufaktur adalah -0,0778, sedangkan rata-rata agency cost pada perusahaan tanpa kepemilikan manajerial adalah -0,0605. b. Uji Hipotesis Sektor Manufaktur Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji beda t-test yaitu independent samples t test. Uji beda t test ini digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Tujuan uji beda t-test adalah membandingkan rata-rata dua kelompok tersebut, apakah mempunyai nilai rata-rata (mean) yang sama atau tidak sama secara signifikan. Penelitian ini menggunakan Uji-t sample independent test sebagai uji hipotesisnya seperti terlihat pada Tabel 4.14 :
Tabel 4.14 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F FCF
Equal variances assumed Equal variances not assumed
1,566
Sig. ,213
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
-,344
125
,731
-,01737
,05041
-,11713
,08240
-,312
71,596
,756
-,01737
,05568
-,12837
,09364
Ada dua tahapan analisis yang harus dilakukan, yang pertama adalah menguji dahulu asumsi dengan menggunakan F-Test untuk menguji persamaan variance kedua populasi apakah variance populasi kedua sampel tersebut sama (equal variances assumed) ataukah berbeda (equal variances not assumed) dengan melihat nilai signifikansi pada Levene’s Test for quality of variances. Hipotesis Hipotesis untuk kasus ini: H0 =
Kedua variance populasi adalah identik (variance populasi biaya keagenan pada perusahaan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial adalah sama).
Hi =
Kedua variance populasi adalah tidak identik (variance populasi biaya keagenan pada perusahaan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial adalah berbeda).
Pengambilan Keputusan Dasar Pengambilan Keputusan: Jika probabilitas > 0,05, H0 diterima. Jika probabilitas < 0,05, H0 ditolak. Tabel 4.14 menunjukkan bahwa F hitung untuk agency cost dengan Equal variance assumed (diasumsikan kedua variance populasi adalah sama) adalah 1,566
dengan probabilitas 0,213. Oleh karena probabilitas > 0,05, maka H0 diterima, atau kedua varians populasi sama. Tidak terdapat perbedaan yang nyata dari kedua variance membuat penggunaan variance untuk membandingkan Rata-rata populasi atau Test untuk Equality of Means menggunakan t Test dengan dasar Equal variance assumed (diasumsikan kedua variance populasi sama). Hipotesis Hipotesis untuk kasus ini: H0 =
Kedua rata-rata (mean) populasi adalah identik (rata-rata populasi agency cost pada perusahaan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial adalah sama).
Hi =
Kedua rata-rata (mean) populasi adalah tidak identik (rata-rata populasi agency cost pada perusahaan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial adalah berbeda).
Keputusan: Tabel 4.14 menunjukkan bahwa t-hitung untuk agency cost dengan equal variance assumed (diasumsikan kedua rata-rata populasi sama) adalah -0,344 dengan probabilitas 0,731. Oleh karena probabilitas > 0,05, maka H0 diterima, atau secara statistik tidak terbukti bahwa kedua rata-rata (mean) biaya keagenan perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial berbeda pada sektor manufaktur. Artinya tidak terbukti bahwa perusahaan dengan kepemilikan manajerial memiliki agency cost yang lebih kecil dibandingkan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial pada sektor manufaktur.
c. Statistik Deskriptif Sektor Properti Tabel 4.15 Group Statistics
Agency Cos t
Kepemilikan Manajerial Non Manajerial
N
Mean -,1974 -,0889
16 12
Std. Deviation ,15818 ,24174
Std. Error Mean ,03955 ,06978
Tabel 4.15 menunjukkan bahwa rata-rata agency cost pada perusahaan dengan kepemilikan manajerial pada sektor properti adalah -0,1974, sedangkan rata-rata agency cost pada perusahaan tanpa kepemilikan manajerial pada sektor adalah 0,0889. d. Uji Hipotesis Sektor Properti Pengujian hipotesis dilakukan dengan uji beda t-test yaitu independent samples t test. Uji beda t test ini digunakan untuk menentukan apakah dua sampel yang tidak berhubungan memiliki nilai rata-rata yang berbeda. Tujuan uji beda t-test adalah membandingkan rata-rata dua kelompok tersebut, apakah mempunyai nilai rata-rata (mean) yang sama atau tidak sama secara signifikan. Penelitian ini menggunakan Uji-t sample independent test sebagai uji hipotesisnya seperti terlihat pada Tabel 4.16 : Tabel 4.16 Independent Samples Test Levene's Test for Equality of Variances
F Agency Cost Equal variances assumed Equal variances not assumed
1,300
Sig. ,265
t-test for Equality of Means
t
df
Sig. (2-tailed)
Mean Difference
Std. Error Difference
95% Confidence Interval of the Difference Lower Upper
-1,435
26
,163
-,10848
,07557
-,26381
,04686
-1,352
17,849
,193
-,10848
,08021
-,27709
,06014
Ada dua tahapan analisis yang harus dilakukan, yang pertama adalah menguji dahulu asumsi dengan menggunakan F-Test untuk menguji persamaan variance kedua populasi apakah variance populasi kedua sampel tersebut sama (equal variances assumed) ataukah berbeda (equal variances not assumed) dengan melihat nilai signifikansi pada Levene’s Test for quality of variances. Hipotesis Hipotesis untuk kasus ini: H0 =
Kedua variance populasi adalah identik (varians populasi biaya keagenan pada perusahaan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial adalah sama).
Hi =
Kedua variance populasi adalah tidak identik (varians populasi biaya keagenan pada perusahaan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial adalah berbeda).
Pengambilan Keputusan Dasar Pengambilan Keputusan: Jika probabilitas > 0,05, H0 diterima. Jika probabilitas < 0,05, H0 ditolak. Tabel 4.16 menunjukkan bahwa F hitung untuk agency cost dengan Equal variance assumed (diasumsikan kedua variance populasi adalah sama) adalah 1,300 dengan probabilitas 0,265. Oleh karena probabilitas > 0,05, maka H0 diterima, atau kedua variance populasi sama. Tidak terdapat perbedaan yang nyata dari kedua variance membuat penggunaan variance untuk membandingkan rata-rata populasi atau Test untuk Equality of Means menggunakan t Test dengan dasar Equal variance assumed (diasumsikan kedua variance populasi sama).
Hipotesis Hipotesis untuk kasus ini: H0 =
Kedua rata-rata (mean) populasi adalah identik (rata-rata populasi biaya keagenan pada perusahaan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial adalah sama).
Hi =
Kedua rata-rata (mean) populasi adalah tidak identik (rata-rata populasi biaya
keagenan pada perusahaan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial adalah berbeda). Keputusan: Tabel 4.16 menunjukkan bahwa t-hitung untuk biaya keagenan dengan equal variance assumed (diasumsikan kedua rata-rata populasi sama) adalah -1,435 dengan probabilitas 0,163. Oleh karena probabilitas > 0,05, maka H0 diterima, atau secara statistik tidak terbukti bahwa kedua rata-rata (mean) biaya keagenan perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial berbeda pada sektor properti. Artinya tidak terbukti bahwa perusahaan dengan kepemilikan manajerial memiliki agency cost yang lebih kecil dibandingkan perusahaan tanpa kepemilikan manajerial pada sektor properti. 2.3. Pembahasan Hasil dari penelitian dengan menggunakan FCF (free cash flow) sebagai proksi agency cost menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan rata-rata agency cost antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial pada sektor manufaktur dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007, baik pada pengujian hipotesis secara keseluruhan untuk kedua sektor, maupun pada pengujian secara terpisah untuk setiap sektornya. Hal ini didasarkan pada pengujian hipotesis dengan menggunakan uji t-test sampel independen, dihasilkan
bahwa hasil penelitian menerima (tidak menolak) Hipotesis nol. Hal ini mungkin disebabkan tipe kepemilikan suatu perusahaan (manajerial atau non manajerial) tidak begitu berpengaruh terhadap besar atau kecilnya agency cost (biaya keagenan) yang dalam penelitian ini diproksikan dengan FCF (Free cash flow). Mungkin ada faktor lain yang lebih berpengaruh terhadap besar atau kecilnya agency cost dalam perusahaan yang go public. Seperti Leverage dan dividen misalnya, bisa saja dalam kasus ini kedua variabel tersebut lebih berpengaruh terhadap besar atau kecilnya agency cost.
BAB V KESIMPULAN
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui perbedaan agency cost antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial pada sektor manufaktur dan properti di Bursa Efek Indonesia tahun 2007 dengan melihat perbedaan nilai rata-rata (mean) agency cost yang diproksikan dengan Selling and general administrative (SGA) dan Free cash flow (FCF). Berdasarkan analisis yang dilakukan pada bab sebelumnya, maka dapat diambil kesimpulan yaitu: 1. Tidak terdapat perbedaan agency cost, baik yang diproksikan dengan Selling and general administrative (SGA) maupun Free cash flow (FCF) antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial secara keseluruhan pada sektor manufaktur dan properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007. 2. Tidak terdapat perbedaan agency cost, baik yang diproksikan dengan Selling and general administrative (SGA) maupun Free cash flow (FCF) antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial pada sektor manufaktur yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007. 3. Tidak terdapat perbedaan agency cost, baik yang diproksikan dengan Selling and general administrative (SGA) maupun Free cash flow (FCF) antara perusahaan dengan kepemilikan manajerial dan tanpa kepemilikan manajerial pada sektor properti yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2007.
B. Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah dikemukakan, maka peneliti ingin memberikan saran sebagai berikut: 1. Bagi manajer diharapkan lebih berhati-hati dalam mengambil keputusan yang berhubungan dengan kinerja keuangan, terutama bagi manajer yang perannya hanya sebagai pengelola saja. 2. Bagi investor sebaiknya lebih memperhatikan dan mempertahankan pemberian insentif atau bonus atas setiap pencapaian yang diraih manajer maupun karyawan perusahaan. Hal demikian akan memotivasi manajer dan karyawan untuk memberikan yang terbaik bagi perusahaan, sehingga dapat mengurangi masalah keagenan. 3. Ukuran agency cost yang digunakan dalam penelitian ini masih bersifat umum. Untuk penelitian selanjutnya proksi agency cost agar lebih diperinci, seperti menggunakan monitoring cost, bonding cost, dan residual loss. 4. Penelitian selanjutnya diharapkan dapat menambah sektor yang yang diteliti dan memperpanjang periode penelitian yang digunakan.
DAFTAR PUSTAKA
Almilia, Luciana Spica dan Meliza Silvy. 2006. Analisis Kebijakan Dividen dan Kebijakan Leverage Terhadap Prediksi Kepemilikan Manajerial Dengan Teknik Analisis Multinominal Logit. Jurnal Akuntansi dan Bisnis. Atmadja, Lukas Setia. 2008. Teori dan Praktik Manajemen Keuangan. Yogyakarta: Andi. Brigham, Eugene dan Joel F. Houston. 2001. Manajemen Keuangan. Alih Bahasa: Ali Akbar Yulianto. Edisi Kedelapan. Jakarta : Erlangga. Brigham, Eugene dan Joel F. Houston. 2006. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jilid 1. Edisi Kesepuluh. Jakarta: Salemba Empat. Christiawan, Yulius Jogi dan Josua Tarigan. 2005. Kepemilikan Manajerial: Kebijakan Hutang, Kinerja dan Nilai Perusahaan. Surabaya. Universitas Kristen Petra. Erlina. 2008. Pengaruh Set Kesempatan Investasi Terhadap Nilai Perusahaan : Peran Kebijakan Perusahaan Dan Kepemilikan Manajerial. USU Press. Medan. Ghozali, Imam. 2005. Aplikasi Analisis Multivariat Dengan Program SPSS. Semarang: Universitas Diponegoro. Hin, L. Thian. 2008. Panduan Berinvestasi Saham. Edisi Terkini. Jakarta: Elex Media Komputindo. Horne, James C. Van dan John M. Wachowicz. 2005. Prinsip-Prinsip Manajemen Keuangan. Jilid 1. Edisi Keduabelas. Jakarta: Salemba Empat. Keown, Arthur J. 2000. Dasar-Dasar Manajemen Keuangan. Jilid 2. Jakarta: Salemba Empat. Kiryanto dan Edy Suprianto. 2006. Pengaruh Moderasi Size Terhadap Hubungan Laba Konservatisma Dengan Neraca Konservatisma. Simposium Nasional Akuntansi 9 Padang. Kuncoro, Mudrajad. 2003. Metode Riset untuk Bisnis dan Ekonomi. Jakarta: Erlangga. Meythi. 2005. Jurnal Ilmiah Akuntansi. Konflik Keagenan: Tinjauan Teoritis dan Cara Menguranginya. Bandung. Universitas Kristen Maranatha. Nuringsih, Kartika. 2005. Analisis Pengaruh Kepemilikan Manajerial, Kebijakan Utang, ROA, dan Ukuran Perusahaan Terhadap Kebijakan Dividen. Jurnal Akuntansi dan Keuangan Indonesia.
Pradessya, Pandu. 2006. Pengaruh Insider Ownership, Dispersion of Ownership, Free Cash Flow, Collaterizable Assets, dan Tingkat Pertumbuhan terhadap Kebijakan Dividen. http://rac.uii.ac.id/server/document/private. Diakses oleh Arman Saputra Sinaga 10 Desember 2008, pukul 11.00. Putra, A.A.G.P. Widana dan Ni Made Dwi Ratnadi. 2007. Pengaruh Kebijakan Dividen Dan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kos Keagenan. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/widana%20putra.pdf. Diakses oleh Arman Saputra Sinaga 11 Desember 2008, pukul 11.00. Siagian, Dergibson dan Sugiarto. 2008. Metode Statistika. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Sukartha, I Made. 2005. Pengaruh Manajemen Laba dan Kepemilikan Manajerial Pada Kesejahteraan Pemegang Saham Perusahaan Target Akuisisi. http://ejournal.unud.ac.id/abstrak/ok_sukartha.pdf. Diakses oleh Arman Saputra Sinaga 15 Januari 2009, pukul 14.00. Sumarni, Murti dan Salamah Wahyuni. 2006. Metodologi Penelitian Bisnis. Yogyakarta: Andi. Sutanto, Aline. 2007. Hubungan Kepemilikan Manajerial Terhadap Kebijakan Hutang Dan Nilai Perusahaan. Skripsi. Universitas Kristen Petra. Surabaya. Taswan. 2003. Analisis Pengaruh Insider Ownership, Kebijakan Hutang Dan Dividen Terhadap Nilai Perusahaan Dan Faktor-Faktor Yang Mempengaruhinya. Jurnal Bisnis dan Ekonomi. Ujiyantho, Muh. Arief. 2006. Asimetri Informasi Dan Manajemen Laba: Suatu Tinjauan Dalam Hubungan Keagenan. Makalah. Jakarta. Umar, Husein. 2000. Metode Penelitian Untuk Skripsi dan Tesis Bisnis. Jakarta: Raja Grafindo Persada. . Bursa Efek Indonesia. Softcopy Laporan Keuangan. http://202.155.2.90/corporate actions/new info jsx/jenis informasi/01 laporan keuangan. Diakses oleh Arman Saputra Sinaga Tanggal 26 Januari 2009, Pukul 10.00. http//www.inilah.com. Konflik Kepentingan. Diakses oleh Arman Saputra Sinaga Tanggal 27 Februari 2009, Pukul 16.35. http//www.tempointeraktif.com. Konflik Kepentingan. Diakses oleh Arman Saputra Sinaga Tanggal 27 Februari 2009, Pukul 16.55. http//www.wealthindonesia.com. Free Cash Flow. Diakses oleh Arman Saputra Sinaga Tanggal 28 Februari 2009, Pukul 11.00.
LAMPIRAN Lampiran 1. SGA Perusahaan Manufaktur dengan Kepemilikan Manajerial No Emiten Beban Operasi Total Penjualan SGA 1 AALI 281.162.000.000 5.960.954.000.000 0,047167 2 AIMS 4.964.747.720 174.226.645.534 0,028496 3 AKKU 1.871.697.503 23.062.063.658 0,081159 4 ALMI 71.066.706.182 2.321.870.554.557 0,030608 5 AMFG 298.091.632.000 1.909.804.919.000 0,156085 6 APLI 8.739.469.632 192.973.630.902 0,045288 7 ASII 7.987.786.000.000 70.182.960.000.000 0,113814 8 AUTO 430.525.000.000 4.205.275.000.000 0,102377 9 BRAM 111.203.618 1.547.111.952 0,071878 10 BRNA 45.215.977.581 375.941.140.518 0,120274 11 BRPT 126.812.000.000 336.850.000.000 0,376464 12 BTON 4.457.492.134 115.202.656.280 0,038693 13 BUDI 66.931.000.000 1.350.298.000.000 0,049568 14 CTBN 129.365.720.000 2.791.920.700.000 0,046336 15 DGIK 19.182.891.698 1.002.004.478.423 0,019145 16 DPNS 19.305.147.552 100.743.082.833 0,191628 17 DSUC 77.736.852.332 385.570.942.319 0,201615 18 DYNA 99.974.055.595 1.139.155.614.537 0,087762 19 ETWA 14.451.295.204 421.311.313.625 0,034301 20 GGRM 2.555.118.000.000 28.158.428.000.000 0,090741 21 HDTX 33.185.628.331 897.134.687.586 0,036991 22 IKAI 30.354.083.243 204.230.531.880 0,148627 23 INAF 245.244.681.142 1.273.162.479.164 0,192626 24 INAI 43.420.157.719 514.054.505.276 0,084466 25 INCI 13.369.110.969 121.733.342.347 0,109823 26 INDF 3.682.124.000.000 27.858.304.000.000 0,132173 27 JKSW 33.280.079.521 131.285.183.273 0,253495 28 JPRS 14.504.312.496 432.807.900.735 0,033512 29 JRPT 570.505.678.071 2.365.635.901.845 0,241164 30 KAEF 9.738.701.161 64.063.800.191 0,152016 31 KICI 39.754.766.350 179.568.434.429 0,221391 32 LION 36.295.009.792 303.166.918.391 0,11972 33 LMSH 5.283.136.684 117.236.745.012 0,045064 34 LMPI 32.245.254.484 288.196.143.968 0,111886 35 MYRX 182.360.916.920 2.595.364.486.078 0,070264 36 MYTX 124.885.273.040 1.623.450.726.248 0,076926 37 PBRX 41.543.351.994 600.060.298.001 0,069232 38 PYFA 51.470.622.708 86.643.019.272 0,594054 39 SIMM 8.322.402.512 132.129.201.923 0,062987 40 SKBM 36.370.827.359 353.194.016.733 0,102977 41 SOBI 140.992.676.000 1.042.452.321.000 0,135251 42 SRSN 31.838.069.000 268.078.773.000 0,118764 43 STTP 57.015.323.673 600.330.316.829 0,094973
44 45 46 47 48
TALF TBLA TCID UNTX YPAS
19.202.097.613 190.209.103.000 251.506.667.995 9.356.744.999 8.438.927.561
245.210.073.790 1.844.206.985.000 1.018.333.575.287 128.638.187.971 241.229.718.932
0,078309 0,103139 0,246979 0,072737 0,034983
Lampiran 2. SGA Perusahaan Manufaktur tanpa Kepemilikan Manajerial No Emiten Beban Operasi Total Penjualan SGA 1 ADES 113.462.000.000 131.549.000.000 0,862508 2 ADMG 134.410.754 3.858.495.710 0,034835 3 AISA 32.191.768.969 499.870.479.242 0,0644 4 AKPI 103.954.083 1.343.031.112 0,077403 5 AQUA 29.919.003.693 1.952.156.096.281 0,015326 6 ARGO 58.681.669.000 1.045.369.719.000 0,056135 7 ARNA 61.604.578.467 506.979.994.369 0,121513 8 ARTI 1.261.311.983 3.532.457.679 0,357064 9 BATA 158.000.795.000 493.717.353.000 0,320023 10 BATI 255.406.000.000 1.552.400.000.000 0,164523 11 BIMA 22.497.923.326 236.361.984.413 0,095184 12 BISI 161.066.000.000 889.588.000.000 0,181057 13 BTEK 5.789.753.067 17.107.348.819 0,338437 14 CEKA 46.741.392.922 89.464.557.059 0,522457 15 CLPI 14.829.137.603 382.263.642.322 0,038793 16 CNTX 34.050.000.000 268.182.000.000 0,126966 17 CPDW 8.057.320.882 43.989.224.258 0,183166 18 CPIN 722.658.000.000 8.679.504.000.000 0,08326 19 CPRO 640.078.000.000 6.091.325.000.000 0,10508 20 DAVO 19.358.215.230 2.800.084.343.000 0,006913 21 DLTA 136.905.923 836.185.670 0,163727 22 DOID 8.443.977.996 1.002.925.815.535 0,008419 23 DVLA 257.583.067 509.497.885 0,505563 24 EKAD 20.510.350.245 146.912.072.369 0,13961 25 ERTX 60.342.824.000 631.986.510.000 0,095481 26 ESTI 28.343.968.193 507.512.693.430 0,055849 27 FASW 120.361.686.886 2.655.795.017.899 0,04532 28 GDYR 53.779.853.000 1.088.862.056.000 0,049391 29 HMSP 3.205.187.000.000 29.787.725.000.000 0,107601 30 IGAR 26.366.945.106 469.192.438.977 0,056196 31 INDR 351.690.130.000 5.056.729.380.000 0,069549 32 INKP 1.855.076.070.000 18.793.767.190.000 0,098707 33 INRU 157.860.000.000 1.376.200.000.000 0,114707 34 INTP 1.168.831.622.531 7.323.643.805.514 0,159597 35 ITMA 2.262.504.641 12.161.604.918 0,186037 36 JPFA 995.422.000.000 7.903.315.000.000 0,12595 37 JECC 49.997.858.000 735.588.653.000 0,06797 38 KARW 24.349.428.985 340.051.251.868 0,071605 39 KBLI 49.837.623.610 1.280.445.849.352 0,038922 40 KBLM 6.819.534.907 319.611.055.890 0,021337
41 42 43 44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79
KDSI KIAS KLBF LAPD LSIP MAIN MBAI MERK MLBI MLIA MRAT MYOR POLY PROD RDTX RYCI SAIP SCCO SCPI SGRO SIMA SIPD SKLT SMAR SMCB SMGR SQBI SULI TBMS TFCO TIRT TKIM TOTO TRST TSPC ULTJ UNIC UNVR VOKS
63.322.557.426 922.556.776.018 32.599.254.520 315.417.827.484 2.422.276.109.762 7.004.909.851.908 4.994.844.840 61.809.340.450 99.099.000.000 2.900.835.000.000 54.587.551 1.085.558.691 182.343.000.000 962.741.000.000 194.391.037.000 547.237.994.000 309.419.000.000 978.600.000.000 464.884.237.000 2.775.877.452.000 121.699.468.672 252.122.829.574 389.846.469.140 2.828.440.024.641 279.603.306.825 3.639.104.333.989 4.608.703.000 125.110.469.000 111.465.222.682 142.015.377.967 51.330.364.524 425.583.534.669 84.030.302.810 673.175.691.968 129.233.660.107 2.281.701.879.435 64.192.436.239 170.351.303.609 90.035.458 1.598.930.908 7.731.530.751 80.822.536.576 109.672.944.328 1.632.453.613.659 42.208.844.205 237.050.125.027 562.006.153.626 8.079.714.530.631 741.638.000.000 3.754.906.000.000 1.603.808.434 9.600.800.642 69.535.674.000 260.247.545.000 100.390.213.229 1.073.890.281.326 42.381.869.739 3.862.827.379.473 167.782.390.000 3.056.145.280.000 83.071.654.002 772.315.937.806 1.116.711.040.000 11.548.846.510.000 95.945.723.909 895.261.887.783 109.562.324.021 1.496.541.311.101 320.560.299.182 3.124.072.589.811 248.830.127.390 1.126.799.918.436 221.428.040.000 3.187.166.240.000 3.520.352.000.000 12.544.901.000.000 82.260.301.548 1.358.648.199.613
0,068638 0,103353 0,345797 0,080811 0,034162 0,050285 0,1894 0,355222 0,316185 0,167473 0,482699 0,137831 0,076833 0,036837 0,784881 0,120612 0,124827 0,056639 0,376824 0,05631 0,095661 0,067183 0,178059 0,069558 0,197512 0,167049 0,267191 0,093483 0,010972 0,0549 0,107562 0,096695 0,107171 0,07321 0,10261 0,220829 0,069475 0,28062 0,060546
Lampiran 3. SGA Perusahaan Properti dengan Kepemilikan Manajerial No Emiten Beban Operasi Total Penjualan SGA 1 BAPA 2.098.884.467 11.584.718.850 0,181177 2 BIPP 17.510.000.000 21.036.000.000 0,832383 3 BKDP 7.791.128.363 18.680.853.963 0,417065 4 BMSR 4.434.600.680 11.578.436.000 0,383005 5 CMNP 309.000.000.000 482.000.000.000 0,641079 6 COWL 28.077.000.000 83.456.000.000 0,336429 7 DILD 72.520.895.513 161.144.612.055 0,450036 8 JAKA 1.119.672.233 4.506.069.200 0,248481 9 JIHD 237.508.688.000 485.653.821.000 0,489049 10 JRPT 84.546.591.000 527.358.558.000 0,160321 11 LAMI 34.443.546.000 93.204.412.000 0,369548 12 LCGP 3.371.941.195 13.114.024.647 0,257125 13 PUDP 26.459.489.312 65.849.810.314 0,401816 14 PWON 44.282.033.000 444.376.540.000 0,09965 15 RBMS 11.476.956.517 48.661.458.278 0,235853 16 RODA 2.106.482.144 8.126.046.324 0,259226
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
Lampiran 4. SGA Perusahaan Properti tanpa Kepemilikan Manajerial Emiten Beban Operasi Total Penjualan SGA ASRI 74.157.766.636 307.931.687.140 0,240825 DART 309.000.000.000 482.000.000.000 0,641079 DUTI 449.208.482.380 1.274.545.939.484 0,352446 FMII 1.440.995.277 8.117.832.250 0,17751 GMTD 14.686.178.201 60.050.803.988 0,244563 GPRA 59.721.210.264 409.178.712.272 0,145954 KPIG 14.474.547.575 1.226.066.245 11,80568 LPCK 39.624.981.508 158.771.324.258 0,249573 OMRE 55.574.665.153 212.337.609.891 0,261728 PWSI 2.224.800.842 2.436.826.120 0,912991 SIIP 5.260.360.334 246.117.276.000 0,021373 SMDM 32.738.000.000 159.931.000.000 0,204701
Lampiran 5. FCF Perusahaan Manufaktur dengan Kepemilikan Manajerial No Emiten NOPAT Investasi Bersih Total Aktiva FCF 1 AALI 2.039.992.500.000 1.345.491.000.000 5.352.986.000.000 0,130 2 AIMS 796.103.814 571.300.387 68.695.859.260 0,003 3 AKKU 712.662.764 117.440.039 53.884.736.781 0,011 4 ALMI 31.906.036.705 60.472.715.231 1.370.927.840.715 -0,021 5 AMFG 153.742.888.200 161.390.434.000 1.759.800.349.000 -0,004 6 APLI 8.573.517.175 -298.580.678 295.233.917.027 0,030 7 ASII 7.975.203.750.000 3.567.046.000.000 63.519.598.000.000 0,069 8 AUTO 467.570.880.000 284.863.000.000 3.454.254.000.000 0,053 9 BRAM 44.072.950.020 55.682.829.000 1.554.863.136.000 -0,007 10 BRNA 13.320.128.111 13.617.610.777 387.272.984.910 -0,001 11 BRPT 44.687.430.000 12.231.068.000.000 16.912.119.000.000 -0,721 12 BTON 8.819.161.256 8.624.250.521 46.469.199.037 0,004 13 BUDI 47.166.600.000 337.543.000.000 1.485.651.000.000 -0,195 14 CTBN 233.790.109.000 94.395.690.000 1.699.824.560.000 0,082 15 DGIK 74.853.730.024 507.492.815.520 1.210.835.379.526 -0,357 16 DPNS 677.260.806 5.621.594.518 156.052.451.747 -0,032 17 DSUC -57.933.507.470 -70.585.288.798 288.943.246.774 0,044 18 DYNA 9.819.811.595 59.286.356.000 1.123.388.423.766 -0,044 19 ETWA 6.655.757.773 15.714.475.493 439.545.959.118 -0,021 20 GGRM 1.455.195.060.000 949.447.000.000 23.928.968.000.000 0,021 21 HDTX 1.385.504.027 183.724.850.086 94.082.044.091 -1,938 22 IKAI 9.685.622.113 112.419.120.659 772.704.222.377 -0,133 23 INAF 11.037.065.446 21.695.353.767 1.009.437.678.208 -0,011 24 INAI 29.313.871.754 -65.917.778.498 482.711.646.072 0,197 25 INCI 2.746.913.820 3.398.548.800 179.761.408.940 -0,004 26 INDF 1.363.051.140.000 -544.047.000.000 29.527.466.000.000 0,065 27 JKSW -35.107.953.756 -9.396.510.162 290.139.653.820 -0,089 28 JPRS 41.412.072.267 41.679.604.607 268.790.167.421 -0,001 29 JRPT 51.956.054.036 53.489.642.859 1.386.739.149.721 -0,001 30 KAEF -6.569.829.717 -42.117.750.621 80.262.032.305 0,443 31 KICI 25.350.276.863 20.227.737.039 216.129.508.805 0,024 32 LION 1.792.852.153 -1.794.323.441 531.756.407.354 0,007 33 LMSH 5.971.614.889 8.489.771.869 6.281.702.399.313 -0,0004 34 LMPI -139.693.925.582 -79.041.635.608 524.778.161.505 -0,1156 35 MYRX 2.384.241.200 -120.898.523.401 2.234.512.527.382 0,0552 36 MYTX 24.828.409.167 92.571.938.223 833.092.974.381 -0,0813 37 PBRX 8.367.716.256 -4.125.652.246 291.723.051.005 0,0428 38 PYFA 1.732.133.293 1.516.217.483 95.157.347.340 0,0023 39 SIMM -6.357.359.928 4.102.933.377 117.679.481.007 -0,0889 40 SKBM -7.376.454.620 7.236.570.153 21.176.377.423 -0,6901 41 SOBI 106.317.123.720 105.177.577.000 842.504.689.000 0,0014 42 SRSN 25.537.973.260 -2.355.952.000 334.128.209.000 0,0835 43 STTP 15.582.245.778 12.399.975.689 517.448.084.688 0,0061 44 TALF 7.738.563.792 8.494.914.063 216.305.085.078 -0,0035 45 TBLA 98.439.878.360 288.035.085.000 2.457.120.118.000 -0,0772 46 TCID 110.925.904.751 69.503.984.520 725.197.057.770 0,0571
47 48
UNTX YPAS
-33.581.575.841 13.384.059.682
76.591.342.524 -11.903.068.992
150.635.080.269 125.329.783.667
Lampiran 6. FCF Perusahaan Manufaktur tanpa Kepemilikan Manajerial No Emiten NOPAT Investasi Bersih Total Aktiva 1 ADES 148.946.280.000 277.209.000.000 178.761.000.000 2 ADMG 28.925.615.870 -108.689.014.000 4.161.340.040.000 3 AISA 15.844.748.872 10.726.508.936 515.609.051.582 4 AKPI 16.116.501.960 -144.755.242.000 1.544.670.126.000 5 AQUA 67.074.588.025 74.038.963.810 891.529.586.396 6 ARGO -201.379.717.190 432.789.294.000 1.866.001.471.000 7 ARNA 44.161.786.991 107.769.716.112 630.587.291.741 8 ARTI -22.049.976.494 -6.501.550.839 80.242.618.903 9 BATA 34.520.688.640 18.721.783.000 332.080.232.000 10 BATI -62.117.370.000 -37.860.000.000 675.726.000.000 11 BIMA 10.292.068.145 13.122.973.595 971.768.415.490 12 BISI 152.388.570.000 285.735.000.000 892.227.000.000 13 BTEK -10.145.996.920 11.562.572.078 94.799.495.170 14 CEKA 24.575.353.608 69.916.798.112 613.679.506.628 15 CLPI 9.806.387.910 9.662.914.970 167.582.612.627 16 CNTX -39.040.090.000 -25.240.000.000 424.739.000.000 17 CPDW -4.783.580.384 -3.444.004.671 33.183.558.963 18 CPIN 191.794.680.000 223.017.000.000 4.760.491.000.000 19 CPRO 359.107.560.000 3.192.797.000.000 7.794.496.000.000 20 DAVO 209.217.716.938 1.174.486.147.528 3.868.528.173.315 21 DLTA 48.633.851.220 37.985.405.000 592.359.226.000 22 DOID 7.278.390.487 176.294.740.445 1.208.960.319.592 23 DVLA 50.250.595.850 26.846.582.000 560.930.742.000 24 EKAD 4.235.481.565 2.212.147.331 84.926.214.500 25 ERTX -37.857.454.140 -46.129.441.000 291.758.548.000 26 ESTI -27.090.118.396 -65.631.581.183 540.721.878.346 27 FASW 121.391.371.680 156.682.342.724 376.588.379.462 28 GDYR 42.202.087.050 26.361.579.000 579.661.339.000 29 HMSP 3.634.649.640.000 2.155.585.000.000 15.680.542.000.000 30 IGAR 21.145.867.877 21.006.610.656 329.796.879.167 31 INDR 22.973.874.800 232.772.390.000 6.237.076.250.000 32 INKP 914.935.057.200 620.527.250.000 54.877.909.890.000 33 INRU 118.356.000.000 -180.520.000.000 3.006.050.000.000 34 INTP 978.207.280.119 457.893.235.429 10.016.027.529.358 35 ITMA 2.329.353.138 -1.083.545.181 24.083.093.993 36 JPFA 218.304.000.000 497.438.000.000 4.043.497.000.000 37 JECC 22.824.998.910 13.002.965.000 470.474.609.000 38 KARW 6.144.453.633 110.266.796.346 302.516.741.069 39 KBLI 25.741.938.767 220.291.459.458 499.368.089.308 40 KBLM 5.189.151.552 74.039.499.650 432.681.409.048 41 KDSI 14.395.658.744 54.616.080.442 542.059.955.501 42 KIAS -84.272.964.848 -63.351.261.334 801.564.383.624 43 KLBF 811.067.065.963 522.636.098.429 5.138.212.506.980
-0,7314 0,2018
FCF -0,7175 0,0331 0,0099 0,1041 -0,0078 -0,3399 -0,1009 -0,1938 0,0476 -0,0359 -0,0029 -0,1495 -0,2290 -0,0739 0,0009 -0,0325 -0,0404 -0,0066 -0,3636 -0,2495 0,0180 -0,1398 0,0417 0,0238 0,0284 0,0713 -0,0937 0,0273 0,0943 0,0004 -0,0336 0,0054 0,0994 0,0519 0,1417 -0,0690 0,0209 -0,3442 -0,3896 -0,1591 -0,0742 -0,0261 0,0561
44 45 46 47 48 49 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79
LAPD LSIP MAIN MBAI MERK MLBI MLIA MRAT MYOR POLY PROD RDTX RYCI SAIP SCCO SCPI SGRO SIMA SIPD SKLT SMAR SMCB SMGR SQBI SULI TBMS TFCO TIRT TKIM TOTO TRST TSPC ULTJ UNIC UNVR VOKS
148.428.599 567.656.520.000 28.226.397.440 67.983.000.000 89.802.723.500 83.936.640.000 -1.052.624.965.200 11.065.663.971 146.879.552.420 -1.115.930.021.703 33.547.562.040 35.036.771.110 41.527.992.433 -255.966.934.523 53.646.292.413 2.583.349.103 218.249.083.500 -7.100.340.097 21.074.062.400 -1.611.617.955 983.010.238.553 169.716.820.000 1.792.150.009.300 51.924.309.900 24.067.390.046 -3.440.744.783 -354.387.810.000 790.701.304 65.443.149.700 56.452.584.580 17.847.716.088 286.041.499.639 4.279.240.000 36.047.440.800 1.975.008.700.000 54.027.826.451
-926.582.298 56.521.111.443 791.426.000.000 3.938.140.000.000 12.782.774.000 504.826.872.000 23.411.000.000 795.566.000.000 42.788.207.000 331.062.225.000 18.289.000.000 621.835.000.000 -1.016.888.230.000 3.822.944.317.000 14.552.847.754 315.997.722.658 131.434.847.658 1.893.175.019.860 -1.070.658.666.319 5.448.182.115.881 27.942.929.000 252.838.798.000 38.790.414.492 583.454.291.860 22.836.433.318 574.676.517.444 3.918.338.795.334 2.661.804.433.725 55.516.095.376 1.293.677.068.133 7.327.959.386 128.565.403.170 692.836.433.000 2.088.001.645 -8.786.602.711 75.453.380.521 97.581.671.198 1.294.772.758.402 65.708.429.356 182.697.462.917 1.357.486.670.215 8.063.168.750.738 -65.741.000.000 7.208.250.000.000 1.067.803.807.000 8.515.227.431.000 28.329.994.000 227.421.924.000 235.985.651.775 1.895.845.309.043 -9.257.187.962 1.183.990.019.623 -292.098.330.000 2.662.271.910.000 140.442.221.907 533.388.405.827 340.653.250.000 21.672.905.210.000 12.533.095.480 913.995.368.437 -15.780.780.528 2.138.990.664.786 184.496.507.601 2.773.134.866.559 -182.081.000.000 46.786.543.458.932 -616.731.700.000 2.785.324.550.000 194.585.000.000 53.334.060.000.000 59.247.790.284 805.073.969.614
0,0190 -0,0568 0,0306 0,0560 0,1420 0,1056 -0,0093 -0,0110 0,0082 -0,0083 0,0222 -0,0064 0,0325 -1,5682 -0,0014 -0,0369 -0,2273 0,0223 -0,0591 -0,3685 -0,0464 0,0327 0,0851 0,1037 -0,1118 0,0049 -0,0234 -0,2618 -0,0127 0,0481 0,0157 0,0366 0,0040 0,2344 0,0334 -0,0065
Lampiran 7. FCF Perusahaan Properti dengan Kepemilikan Manajerial No Emiten NOPAT Investasi Bersih Total Aktiva 1 BAPA 920.441.526 30.561.280.442 57.879.606.201 2 BIPP 913.240.000 10.206.000.000 275.112.000.000 3 BKDP 2.882.786.097 330.347.110.550 730.905.126.449 4 BMSR 2.994.796.972 61.266.500.000 188.287.000.000 5 CMNP 40.298.500.000.000 761.609.000.000.000 2.720.479.000.000 6 COWL 3.363.120.000 49.533.000.000 226.300.000.000 7 DILD 3.363.120.000 34.060.000.000 2.015.697.000.000 8 JAKA 5.083.700.000 9.488.000.000 171.206.335.686 9 JIHD -414.568.834.850 1.613.000.000 5.080.942.511.000 10 JRPT 109.678.913 145.000.000 1.907.357.328.000 11 LAMI 3.265.265.500 185.000.000.000 634.587.026.000 12 LCGP 1.155.505.471 25.872.500.000 87.764.926.361 13 PUDP 6.630.643.494 75.858.000.000 254.946.443.644 14 PWON 86.654.854.260 676.594.567.000 3.115.215.408.000 15 RBMS 1.010.978.048 49.436.828.532 220.746.874.587 16 RODA -253.176.123 812.205.106 73.807.393.082
No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12
FCF -0,5121 -0,0338 -0,4480 -0,3095 -0,2651 -0,2040 -0,0152 -0,0257 -0,0819 0,0000 -0,2864 -0,2816 -0,2715 -0,1894 -0,2194 -0,0144
Lampiran 8. FCF Perusahaan Properti tanpa Kepemilikan Manajerial Emiten NOPAT Investasi Bersih Total Aktiva FCF ASRI 20.134.924.701 92.876.558.207 2.966.023.591.513 -0,024525 DART 100.377.104.075 -688.933.289.177 2.512.971.375.460 0,314094 DUTI 100.138.652.145 -126.405.451.170 4.513.453.801.521 0,050193 FMII 143.384.532 85.509.725.089 313.032.267.057 -0,272708 GMTD 7.894.776.497 -3.030.855.850 278.543.367.878 0,039224 GPRA 36.263.701.454 44.547.333.415 1.292.359.319.994 -0,00641 KPIG -1.611.261.382 546.803.550.541 900.919.394.787 -0,608728 LPCK 11.021.628.677 97.668.497.923 1.284.391.266.356 -0,067461 OMRE 14.802.957.942 -22.158.461.339 726.799.648.708 0,050855 PWSI -45.258.243.023 158.362.129 295.511.028.326 -0,153688 SIIP 109.469.095.778 734.878.562.158 1.570.852.565.423 -0,398134 SMDM 375.274.818.971 354.321.366.448 1.997.808.000.000 0,010488