Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konflik Aceh dan Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh) (Ishak Hasan)
ANALISIS DAYA DUKUNG UMKM DAN KOPERASI BERBASIS AGROBISNIS PASCA KONFLIK ACEH DAN DALAM MENGHADAPI ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh)*) Ishak Hasan **) ABSTRACT This study aims to analyze the Supporting Power of The Cooperative, Micro, Small and Medium Enterprises (CMSME) based on the Agro-business post Aceh Conflict and in facing ACFTA at Central of Aceh Regency. Population of this research is all CMSMEs based on agro-business that are developed under Board of Cooperative, Industry and Commerce (Diskoperindag) of Central Aceh Regency. Samples of 80 MSMEs are taken based on the board’s effort to train and to guide the MSMEs in administration, accountancy, marketing and to equip various facility including information technology. Analyze was conducted by regression of variable supporting power of CMSMEs. The study shows that variables identified in the effort progress model of CMSMEs equal to 0,66%. The influence of the efforts is relatively small, only equal to 0,44%. The small percentage is caused by the influence possibility of variables effort progress, while the indicator increases the advantage and satisfaction are trying to represent small shares of progress variable on a very macro effort. But the result of this study represents an early good step in comprehending real condition faced by CMSMEs at Central of Aceh regency. Another result is utilized the importance in planning and a better policy is needed in the future research that can cover a larger samples. This research hypothesis is not to classify a stratified random sampling as a matter of fact that every CMSMEs is different. The different aspects are: a) business scale, b) market share, c) capital, d) labor force, and e) others.
Daya Dukung Usaha, Agrobisnis, UMKM dan koperasi, ACFTA
*)
Kajian yang dilakukan oleh penulis Artikel Diterima 5 April 2010, peer review 10-30 Juni 2010, review akhir 1-30 Juli 2010 **) Dosen Pendidikan Ekonomi FKIP Universitas Syiah Kuala Banda Aceh
145
JURNAL VOLUME 5 - AGUSTUS 2010 : 145 - 174
I.
PENDAHULUAN Selama konflik Aceh berlangsung hingga ditandatanganinya Perjanjian Damai antara Gerakan Aceh Merdeka (GAM) dengan Pemerintah Republik Indonesia di Helsinki Finlandia 25 Agustus 2005 telah sangat banyak menyita perhatian dan pengorbanan sumberdaya yang tak terhingga nilainya. Pengorbanan dan kerugian yang dialami bangsa Indonesia di Aceh bukan saja terganggunya tatanan kehidupan masyarakat secara keseluruhan, akan tetapi juga rusaknya berbagai sumberdaya penghidupan masyarakat, termasuk kerusakan basis usaha lembaga-lembaga ekonomi rakyat seperti Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan koperasi. Padahal sektor ini, baik pada tataran filosofi, maupun aksi seringkali dijadikan sebagai pilar penting penyangga ketahanan ekonomi bangsa. UMKM dan koperasi sering diusung sebagai sumber kekuatan perekonomian nasional baik dalam kondisi normal maupun dalam kondisi krisis. Banyak fakta di banyak negara menyiratkan bahwa UMKM dan koperasi telah menyelamatkan kehidupan ekonomi masyarakat yang lemah ekonominya, dan kelompok-kelompok marginal yang terdepak dari persaingan pasar. Tidak sedikit pula UMKM dan koperasi dijadikan sebagai wahana, dan cara oleh pihak eksekutif dan legislatif sebagai instrumen penting dalam mewujudkan bebagai program pemerintah di bidang kesejahteraan ekonomi dan sosial, khususnya melalui pemberdayaan sektorsektor ekonomi di masyarakat, seperti bidang agrobisnis. Akan tetapi di sisi yang lain potret UMKM dan koperasi yang labil, marginal, dan rentan terhadap gempuran pemodal kuat, memang sering diabaikan. UMKM dan koperasi sering mendapat perlakuan yang tidak adil dalam banyak hal dibanding dengan korporasi besar, baik milik negara maupun korporasi swasta lainnya. Padahal banyak bukti menguatkan keyakinan kita bahwa UMKM dan koperasi mampu bertahan hidup dalam kondisi ekonomi yang sulit. Cukup banyak fakta di lapangan meyakinkan kita betapa UMKM dan koperasi banyak menyelamatkan rakyat jelata dari konstelasi ekonomi yang buruk, serakah, dan menindas. E.F. Schumacher penulis buku “Small is Beautiful” yang sudah diterjemahkan dengan judul “Kecil itu Indah” (1978) meyakini bahwa “usaha kecil akan semakin berkontribusi kuat di masa depan bagi kemakmuran suatu bangsa”. Demikian juga dengan ramalan futurolog John Naisbitt (1999), ia percaya bahwa masa depan perekonomian global berada di tangan unit usaha kecil, otonom, namun padat teknologi. Apa yang diprediksi oleh kedua pakar di atas terbukti memang usaha-usaha kecil telah ikut menstabilkan perekonomian suatu negara, apalagi ketika banyak negara diterpa oleh krisis ekonomi yang berat. Masih banyak pandangan lainnya dari berbagai kalangan dengan nada serupa bahwa usaha kecil, menengah dan koperasi
146
Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konflik Aceh dan Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh) (Ishak Hasan)
sering menjadi simbol institusi penyelamatan terhadap marginalisasi ekonomi rakyat, orang kecil yan tertindas dan terpental dari persaingan. Khusus untuk institusi koperasi, Endress dalam Munkner (2000) menggambarkan bahwa koperasi juga berperan serupa dalam penyelamatan orang tertindas secara ekonomi: “lembaga ini terbukti mampu menolong para petani, perajin dan pedagang kecil bertahan hidup dan berusaha di masa sulit, yang diakibatkan oleh adanya reformasi, baik pertanian, industri dan politik ekonomi liberal. Koperasi menjadi alternatif yang tepat, tidak saja di masa serba kekurangan, tetapi juga di masa serba makmur”. Kondisi yang dihadapi UMKM dan koperasi di Kabupaten Aceh Tengah relatif berbeda dengan dengan kondisi yang dihadapi oleh UMKM dan koperasi secara nasional. Hal ini disebabkan karena ekses dari konflik bersenjata yang lama di Aceh telah berpengaruh negatif bagi kemajuan usaha UMKM dan koperasi di wilayah ini. Banyak unit dan volume usaha UMKM dan koperasi di Aceh Tengah menurun secara drastis selama masa konflik bersenjata. Sumber-sumber pendapatan masyarakat, khususnya di sektor pertanian menjadi terbengkalai, dengan demikian basis usaha UMKM dan koperasi secara keseluruhan menjadi mandeg bahkan ada yang menutup usahanya. Data yang tersedia pada Dinas Koperasi, Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Kabupaten Aceh Tengah per 1 Maret 2009 menunjukkan jumlah koperasi dalam berbagai jenisnya mencapai 376 unit, terdiri dari 182 yang aktif dan 194 unit yang tidak aktif. Jumlah yang tidak aktif ini pada umumnya merupakan akibat dampak negatif dari konflik. Sedangkan usaha mikro, kecil dan menengah di bawah pembinaan Diskopindag Kabupaten Aceh Tengah mencapai 1521 unit. Usaha mikro, kecil, dan menengah tersebut bergerak dalam berbagai bidang usaha, meliputi; usaha industri kecil, kerajinan dan perdagangan. Usaha industri, kerajinan dan perdagangan tersebut berbasis pada komoditas pertanian yang dihasilkan oleh masyarakat lokal. Dalam kenyataan di lapangan selama masa pasca konflik Aceh yang hanya baru berumur 5 tahun UMKM dan koperasi di Kabupaten Aceh Tengah telah mulai bergerak kembali. Walau memang belum menggembirakan, akan tetapi denyutnya sudah mulai terasa, sungguhpun kondisi kemajuannya usaha masih jauh dari harapan. Hal ini disebabkan banyak faktor yang mempengaruhi perkembangan UMKM dan koperasi tersebut selain faktor konflik Aceh. Oleh karena itu dirasakan sangat penting diteliti dan dipahami masalah yang dihadapi tersebut, dan dengan demikian pada gilirannya diharapkan dapat memberikan solusi yang tepat dalam mengembangkan UMKM dan koperasi di Aceh Tengah pada khususnya, dan UMKM dan koperasi secara nasional pada umumnya.
147
JURNAL VOLUME 5 - AGUSTUS 2010 : 145 - 174
Selain kondisi di atas UMKM dan koperasi di Aceh saat ini segera dihadapkan pada sebuah era baru yaitu menghadapi sebuah kawasan ekonomi dan perdagangan bebas antara negara-negara Asean dan Cina yang dikenal dengan ACFTA (Asean-China Free Trade Agreement). Fenomena yang sebenarnya telah didiskusikan panjang lebar beberapa waktu sebelumnya termasuk tentang plus-minus dampaknya terhadap perkembangan UMKM dan koperasi. Apalagi UMKM dan koperasi yang berbasis agribisnis yang memang akan memiliki tantangan sangat berat dalam era mendatang. Oleh karena itu dalam menyikapi kondisi ini UMKM dan koperasi dimanapun termasuk di Aceh memerlukan pehatian yang lebih serius agar dapat menata lebih jauh lagi tentang kinerja mereka dalam menghadapi isu global ini. Kalau tidak UMKM dan koperasi akan kalah dalam persaingan global yang semakin pesat dimasa depan. 1.1.
Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk: (1) Mengetahui kondisi umum UMKM dan koperasi Aceh Tengah; (2) Menganalisis daya dukung UMKM dan koperasi Aceh Tengah Pasca Konflik Aceh dan Dalam Menghadapi ACFTA; (3) Menghasilkan strategi pemberdayaan UMKM dan koperasi Aceh Tengah yang relevan dengan pekembangan perekonomian memasuki era global.
1.2.
Ruang Lingkup Mengingat jumlah dan sebaran UMKM di Aceh Tengah relatif banyak serta ada yang menjadi pembinaan instansi lain di luar Diskopindag maka, penelitian dan pembahasan ini hanya difokuskan pada UMKM dan koperasi yang menjadi fokus pembinaan Dinas Koperasi Perindustrian dan Perdagangan (Diskopindag) Kabupaten Aceh Tengah saja. Sedangkan UMKM di bawah instansi lain tidak menjadi perhatian dari penelitian ini. Secara umum penelitian dan pembahasan ini berkaitan tentang dinamika perkembangan UMKM dan koperasi, faktor pendukung dan penghambat perkembangannya, dan rekomendasi pemberdayaan.
1.3.
Metode Penelitian Berdasarkan karakteristik masalah penelitian ini termasuk jenis penelitian deskriptif dengan metode yang digunakan adalah metode survai. Metode survai merupakan metode yang mengambil sampel dari sebagian populasi untuk mewakili populasi secara representatif (Masri Singarimbun dan Sofian Effendi, 1995).
148
Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konflik Aceh dan Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh) (Ishak Hasan)
Penelitian mengambil sampel UMKM dan koperasi aktif binaan Diskopindag periode Juli 2009 sebanyak 80 unit. Walaupun diakui jenis dan skala usaha masing-masing UMKM dan koperasi tersebut berbeda satu dengan yang lain, namun dari segi kriteria, tipikal, dan permasalahan yang dihadapi di lapangan relatif sama. Pembinaan meliputi: pelatihan manajemen, kelembagaan, kewirausahaan, akuntansi, dan infoteknologi UMKM dan koperasi. Pengumpulan data dilakukan dengan pengamatan langsung di lapangan secara partisipatif. Selain itu juga dibuat pedoman wawancara dengan informan kunci, seperti unsur pimpinan Diskopindag yang membidangi UMKM dan koperasi dan pimpinan usaha dari UMKM dan koperasi yang diteliti. Pengumpulan data berlangsung pada bulan Juli 2009. Analisis data dilakukan secara kualitatif dan kuantitatif. Secara kuantitatif digunakan model regresi sebagai berikut: KJU = a + KMI + PPM + KPU + KPP + LSU + KTU + KLK + KPT + KMU + BPR + KMP + KAU + PTK + VLU + e Keterangan: Keterangan: KMI Invidual KMI= Kemampuan = Kemampuan InvidualMengelola MengelolaUsaha Usaha(X1) (X1) PPM = Pembinaan Pemerintah (X2) PPM = Pembinaan Pemerintah (X2) KPU = Kondisi Persaingan Usaha KPU = Kondisi Persaingan Usaha(X3) (X3) KPP Pelanggan KPP= Kepercayaan = Kepercayaan Pelanggan(X4) (X4) LSU Strategis Usaha LSU= Letak = Letak Strategis Usaha(X5) (X5) KTU = Kelengkapan Teknologi KTU = Kelengkapan TeknologiUsaha Usaha(X6) (X6) KLK = Kepercayaan Lembaga KLK = Kepercayaan LembagaKeuangan Keuangan(X7) (X7) KPT Penerapan KPT= Kemampuan = Kemampuan PenerapanTeknologi Teknologidan dan Informasi Usaha (X8) Informasi Usaha (X8)
KMU= KemitraanUsaha Usaha(X9) (X9) KMU= Kemitraan BPR = Biaya produksi (X10) BPR = Biaya produksi (X10) KMP = Kemampuan KemampuanPermodalan Permodalan(X11) (X11) KMP = KAU = Kondisi KondisiAdministrasi AdministrasiUsaha Usaha(X12) (X12) KAU = PTK = Penggunaan PenggunaanTenaga TenagaKerja Kerja(X13) (X13) PTK = VLU Volume Usaha Usaha(X14) (X14) VLU = Volume KJU KemajuanUsaha Usaha(Y) (Y) KJU = Kemajuan
Variabelpenelitian, penelitian,indikator indikator dan dan pengukurannya pengukurannya dapat dilihat pada Variabel dapatdapat dilihat pada Variabel penelitian, indikator dan pengukurannya dilihat matrik Tabel 1. matrik Tabel 1.
pada matrik Tabel 1.
Tabel1. MatrikVariabel Variabel Penelitian Penelitian Tabel Tabel 1.1.Matrik Matrik Variabel Penelitian No. No. (1) (1) 1.
KMI KMI = Mengelola Kemampuan Invidual Usaha (X1) Invidual Mengelola Usaha (X1)
1.
2.
PPM = Pembinaan PPM = Pembinaan Pemerintah (X2) Pemerintah (X2)
3.
KPU = Kondisi Persaingan Usaha (X3) KPU = Kondisi Persaingan Usaha (X3)
2.
3.
4.
4.
Variabel Variabel (2) (2) = Kemampuan
KPP = Kepercayaan Pelanggan (X4)
KPP = Kepercayaan Pelanggan (X4)
Indikator Indikator (3) (3) Kemampuan individual
Pengukuran Pengukuran (4)
(4)
memimpin/ (5) Sangat Mampu memimpin/ (4) (5)Mampu Sangat Mampu (4)Sedang Mampu (3) (3)Kurang SedangMampu (2) (2) Kurang Mampu (1)Tidak Mampu (1)Tidak Mampu Intensitas pembinaan pemerintah untuk (5) Sangat Sering Intensitas (5)Sering Sangat Sering UMKM pembinaan pemerintah untuk (4) UMKM (4)Sedang Sering (3) (2) (3)Kurang Sedang (1) Kurang (2)Sangat Kurang (1) Sangat Kurang Kondisi persaingan usaha (banyaknya (5) Sangat Banyak usaha sejenis) Kondisi persaingan usaha (banyaknya (4) (5)Banyak Sangat Banyak (3) usaha sejenis) (4)Sedang Banyak (2) (3)Kurang Sedang (1) Kurang (2)Sangat Kurang (1) Sangat Kurang Kondisi tingkat kepercayaan pelanggan (5) Sangat Kuat pada usaha UMKM dan koperasi (4) Kuat Kondisi tingkat kepercayaan pelanggan (3) (5)Sedang Sangat Kuat pada usaha UMKM dan koperasi (4) Kuat
Kemampuan mengelola usahaindividual mengelola usaha
149
Informasi (X8)Usaha (X1) InvidualUsaha Mengelola
mengelola usaha
Variabel penelitian, indikator dan matrik Tabel 1. JURNAL VOLUME 5 - AGUSTUS 2010 : 145 - 174 2.
PPM = Pembinaan Pemerintah (X2)
No. (1)
(4) Mampu (3) Sedang (2) Kurang pengukurannya dapat Mampu dilihat (1)Tidak Mampu
Intensitas pembinaan pemerintah untuk
UMKM Tabel 1. Matrik Variabel Penelitian
Variabel (2)
Indikator (3)
(5) Sangat Sering (4) Sering (3) Sedang (2) Kurang Pengukuran (1) Sangat Kurang
(4)
1. 3.
KMI Kemampuan KPU = Kondisi Persaingan Invidual Mengelola Usaha (X1) Usaha (X3)
Kemampuan individual Kondisi persaingan usaha mengelola usaha usaha sejenis)
2. 4.
PPM = Kepercayaan Pembinaan KPP Pemerintah(X4) (X2) Pelanggan
Intensitas pembinaan pemerintah untuk Kondisi tingkat kepercayaan pelanggan UMKM pada usaha UMKM dan koperasi
(5) Sangat Kuat Sering Sering (4) Kuat (3) Sedang (2) Kurang (1) Sangat Kurang
3. 5.
KPU Kondisi Persaingan LSU = Letak Strategis (X3) Usaha (X5)
persaingan (banyaknya Kondisi letak strategis usaha baik dari sisi usaha sejenis) jangkauan konsumen maupun untuk akses input produksi
Banyak (5) Sangat Strategis Banyak (4) Strategis (3) Sedang (2) Kurang Strategis Kurang (1) Sangat Tidak Strategis
4. 6.
KPP = Kepercayaan Pelanggan KTU =(X4) Kelengkapan Teknologi Usaha (X6)
Kondisi tingkat kepercayaan pelanggan pada usahabanyaknya UMKM danperalatan koperasi produksi Kondisi (teknologi) yang dimiliki dalam berusaha
(1) 5. 7.
(2) LSU = Kepercayaan Letak Strategis KLK = Usaha (X5) Lembaga Keuangan (X7)
(3) Kondisi strategis usaha baikkeuangan dari sisi Kondisi letak kepercayaan lembaga jangkauan konsumen maupun usaha untuk akses (bank, donor, dll) terhadap yang input produksi dijalankan
(5) Sangat Kuat (4) Sangat Kuat Lengkap (5) (3) (4) Sedang Lengkap (2) Sedang Kurang (3) (1) Sangat (2) KurangKurang Lengkap (1) Tidak Lengkap (4) (5) (5) Sangat Sangat Strategis Kuat (4) Kuat Strategis (4) (3) (3) Sedang Sedang (2) (2) Kurang Kurang Strategis (1) Tidak Strategis (1) Sangat Kurang
8.
KPT = Kemampuan Penerapan Teknologi dan KTU =Usaha Kelengkapan Informasi (X8) Teknologi Usaha (X6)
Kemampuan usaha dalam menerapkan teknologi usaha yang ada Kondisi banyaknya peralatan produksi (teknologi) yang dimiliki dalam berusaha
9.
KMU (X9)
= Kemitraan Usaha
Kemampuan menjalin hubungan usaha (bermitra) dengan usaha lain (dalam pemasaran, permodalan, pengadaan input, dll)
10.
BPR (X10)
= Biaya produksi
Kondisi biaya produksi yang menjadi beban perusahaan dalam berproduksi di bandingkan dengan biaya produksi di luar Aceh Tengah
6.
memimpin/ (banyaknya
11.
KMP = Kemampuan Permodalan (X11)
Kondisi kemampuan perusahaan saat ini
permodalan
12.
KAU = Kondisi Administrasi Usaha (X12)
Kondisi pelaksanaan perusahaan saat ini
adminisitasi
13.
PTK = Penggunaan Tenaga Kerja (X13)
Kondisi penggunaan tenaga kerja dalam menjalankan aktivitas usaha
14.
VLU
= Volume Usaha (X14)
Kondisi volume usaha yang dihasilkan oleh perusahaan saat ini
MJU
= Kemajuan Usaha (Y)
Kondisi kemajuan dalam memperoleh keuntungan dan kepuasaan dalam usaha
150 15.
pada
(5) Sangat Mampu Banyak (4) Mampu Banyak (3) Sedang (2) Kurang Mampu (1)Tidak (1) SangatMampu Kurang
(5) Sangat Mampu (4) Mampu (5) Sangat Lengkap (3) Sedang (4) LengkapMampu (2) Kurang (3) (1) Sedang Tidak Mampu (2) Kurang Lengkap (5) Sangat Kuat (1) Tidak Lengkap (4) Kuat (3) Sedang (2) Kurang (1) Sangat Kurang (5) Sangat Tinggi (4) Tinggi (3) Sedang (2) Rendah (1) Sangat Rendah (5) Sangat Kuat (4) Kuat (3) Sedang (2) Kurang (1) Sangat Kurang (5) Sangat Baik (4) Baik (3) Sedang (2) Kurang Baik (1) Tidak Baik (5) Sangat Mendukung (4) Mendukung (3) Sedang (2) Kurang Mendukung (1) Tidak Mendukung (5) Sangat Besar (4) Besar (3) Sedang (2) Kecil (1) Sangat Kecil (5) Sangat Tinggi (4) Tinggi (3) Sedang (2) Rendah
5
5
Informasi Usaha (X8)
(1) Sangat Kurang (5) Sangat Baik (4) Baik pengukurannya dapat dilihat pada (3) Sedang matrik Tabel 1. (2) Kurang BaikAceh dan Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konflik (1) Tidak Baik Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Tengah, 13. PTK = Penggunaan Tenaga Kondisi penggunaan tenaga kerja dalam (5) Sangat Aceh Mendukung Tabel 1. Matrik Variabel Penelitian Kerja (X13) (Ishak Hasan) menjalankan aktivitas usaha (4) Mendukung Provinsi Aceh) (3) Sedang No. Variabel Indikator Pengukuran (2) Kurang Mendukung (1) (2) (3) (4) (1) Tidak Mendukung 1. KMI Kemampuan individual memimpin/ 14. VLU = Volume Usaha (X14) Kemampuan Kondisi volume usaha yang dihasilkan oleh (5) Sangat Mampu Besar Invidual Mengelola Usaha (X1) mengelola (4) Mampu perusahaanusaha saat ini Besar (3) Sedang (2) Kecil Kurang Mampu (1)Tidak (1) SangatMampu Kecil 15. MJU = Kemajuan Usaha (Y) Kondisi kemajuan dalam memperoleh (5) Sangat Tinggi 2. PPM = Pembinaan Intensitas pemerintah untuk (5) keuntunganpembinaan dan kepuasaan dalam usaha (4) Sangat Tinggi Sering Pemerintah (X2) UMKM (4) (3) Sering Sedang (3) (2) Sedang Rendah (2) (1) Kurang Sangat Rendah (1) Sangat Kurang 12.
II.
KAU = Kondisi Administrasi Kondisi pelaksanaan Usaha (X12) perusahaan saat ini dan Variabel penelitian, indikator
adminisitasi
KONDISI UMUM UMKM DAN KOPERASI ACEH TENGAH
3. II.
KPU = Kondisi Persaingan Kondisi usaha ACEH (banyaknya (5) Sangat Banyak KONDISI UMUM UMKM DANpersaingan KOPERASI TENGAH Usaha (X3) usaha sejenis) (4) Banyak (3) Sedang 2.1. Potensi UMKM dan Koperasi Aceh Tengah 2.1. Potensi UMKM dan Koperasi Aceh Tengah (2) Kurang Sangat Kurang Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah (1) satu wilayah
4.
kopi danKondisi holtikultura yang penting di Aceh. Sampai sejauh KPP =produksi Kepercayaan kepercayaan pelanggan (5) Sangat Kuat kopi dan holtikultura yang tingkat penting di Aceh. Sampai sejauh ini sebagian Pelanggan (X4)sebagian pada usaha UMKM koperasi baik (4) Kuat baik ini UMKM dan dan koperasi Acehlangsung Tengah langsung besar UMKM besar dan koperasi Aceh Tengah maupun tidak (3) Sedang langsung, di hulu maupun di maupun hilir usahanya terkait dengan bidang maupun tidak langsung, di hulu di hilir usahanya terkait dengan (2) Kurang (1) Sangat Kurang perkebunan, pertanian tanaman pangan, dan juga peternakan. Basis usaha di bidang perkebunan, pertanian tanaman pangan, dan juga peternakan.
5.
usaha di atasKondisi diperkirakan peranannya di masa LSU =Basis Letak Strategis letak strategissemakin usaha baik penting dari sisi (5) Sangat Strategis Usaha (X5)depan, mengingat jangkauan konsumen maupun untuk akses (4) Strategis cenderung permintaan terhadap komoditas tersebut 6 input produksi (3) Sedang meningkat, baik lokal, nasional maupun secara internasional. Walaupun (2) Kurang Strategis (1) Tidak Strategis memang dilaporkan dalam kurun waktu 2002-2006 kontribusi
6.
KTU =pertumbuhan Kelengkapan Kondisi banyaknya peralatan produksi Hal (5) Sangat negatif sebesar -21,12% pertahun. ini Lengkap di antaranya Teknologi Usaha (teknologi) yang dimiliki dalam berusaha (4) Lengkap lebih disebabkan oleh konflik Aceh yang berkepanjangan (X6) (3) Sedang (BAPPEDA (2) Kurang Lengkap lahan Aceh Tengah, 2008). Selain faktor di atas, pesatnya alih fungsi (1) Tidak Lengkap
sentra Kabupaten Aceh Tengah merupakan salah satu wilayah sentra produksi
sektor pertanian pada PDRB Aceh Tengah memperlihatkan angka
juga semakin berdampak buruk pada produksi perkebunan, pertanian tanaman pangan dan peternakan, sehingga ketersediaan produksi pertanian relatif berkurang, sementara permintaan pasar semakin meningkat. Namun, kini kondisi konflik telah berganti dengan damai, 5 diperkirakan pertumbuhan positif kembali akan terjadi karena disamping meningkatnya permintaan terhadap berbagai komoditas perkebunan, pertanian tanaman pangan, dan peternakan, juga adanya kebijakan pemberdayaan kembali lahan tidur yang terbengkalai selama konflik, serta pembukaan lahan baru yang produktif.
2.2.
Kinerja UMKM dan Koperasi Aceh Tengah 2.2.1. Perkembangan Kelembagaan UMKM dan Koperasi 1). Koperasi Berdasarkan laporan Diskopindag Aceh Tengah per 31 Maret 2009 dari jumlah koperasi sejumlah 367 unit. Yang
151
berkepanjangan (BAPPEDA Aceh Tengah, 2008). Selain faktor di atas, pesatnya alih fungsi lahan juga semakin berdampak buruk pada produksi perkebunan, tanaman pangan dan peternakan, sehingga JURNAL VOLUME 5 -pertanian AGUSTUS 2010 : 145 - 174 ketersediaan produksi pertanian relatif berkurang, sementara permintaan pasar semakin meningkat. Namun, kini kondisi konflik telah berganti dengan damai, diperkirakan pertumbuhan positif kembali akan terjadi karena aktif sebanyakpermintaan 171. Koperasiterhadap yang tidakberbagai aktif umumnya disamping meningkatnya komoditas tersangkut dengan dana Kredit Usaha Tani (KUT) perkebunan, pertanian tanaman pangan, dan peternakan, juga dan adanya Kompensasikembali BBM sebesar yang belum mampu kebijakan pemberdayaan lahanRp35 tidurmiliar yang terbengkalai selama dilunasi kepada kreditur/donatur. Masalah lain yang dihadapi konflik, serta pembukaan lahan baru yang produktif. koperasi adalah karena kualitas manajemen yang rendah, serta juga rendah. Akibatnya aktivitas 2.2. Kinerja UMKM danpartisipasi Koperasianggota Aceh Tengah usaha koperasi berjalan di tempat bahkan ada yang sudah 2.2.1. Perkembangan Kelembagaan UMKM tidak menjalankan usahanya lagi. dan Koperasi
1).
Koperasi Data dalam Tabel 2 memperlihatkan bahwa jenis koperasi yang terbanyak adalah KSU sebanyak 98 unit. Berdasarkan laporan Diskopindag Aceh Tengah per 31 Disusul jenis koperasi lainnya seperti koperasi di kalangan Maret 2009 dari jumlah koperasi sejumlah 367 unit. Yang aktif TNI dan Polri, koperasi siswa, koperasi syariah, koperasi sebanyak 171. Koperasi yang tidak aktif umumnya tersangkut baitul qiradh, koperasi angkutan, dan koperasi mahasiswa, dengan dana Kredit Usaha Tani (KUT) dan Kompensasi BBM berjumlah 85 unit.
Tabel 2. Jenis JenisKoperasi Koperasididi Kabupaten Aceh Tengah Tabel 2. Kabupaten Aceh Tengah No 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Jenis Koperasi KUD Koperasi Pegawai Republik Indonesia (KPRI) Koperasi Karyawan (Kopkar) Koperasi Pasar (Koppas) Koperasi Wanita (Kopwan) Koperasi Serba Usaha (KSU) Koperasi industri kecil dan kerajinan rakyat (Kopinkra) Koperasi Pondok Pesantren (Kopontren) Koperasi Pertanian (Koptan) Koperasi Peternakan (Kopnak) Koperasi Perikanan (Kopkan) Koperasi Kehutanan (Kophut) Koperasi Perkebunan (Kopbun) Koperasi Panti Asuhan (Konpanti) Koperasi Sekunder Koperasi Lain-lain Total Sumber: Dinas Kopindag Aceh Tengah (2009)
Jumlah 15 39 8 1 32 98 6 5 44 12 6 1 6 1 8 85 367
2). Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Berdasarkan data dari Diskopindag 2008, sektor UMKM di Aceh Tengah telah mendapat suntikan dana mencapai Rp5 milyar yang mampu membantu UMKM dalam mengembangkan usahanya.
152
7
Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konflik Aceh dan Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh) (Ishak Hasan)
Selama ini perkembangan UMKM di Aceh Tengah tumbuh secara alamiah dari minat dan potensi yang dimiliki oleh masyarakat itu sendiri. Sebagian dari UMKM tersebut merupakan warisan secara turun-temurun dari orangtua mereka. Dalam melakukan kegiatannya UMKM Aceh Tengah relatif masih tradisional, baik dari aspek manajemen usaha, maupun dari sarana produksi yang dimiliki. Hasil penelitian pada 80 unit UMKM dan koperasi Aceh Tengah berkaitan dengan bidang usaha yang menjadi garapan dikelompokkan ke dalam lima jenis usaha, meliputi: (1) Perdagangan sebanyak 37 unit; (2) Industri kecil dan kerajinan sebanyak 21 unit; (3) Pertanian (tanaman pangan, perkebunan, peternakan, perikanan) sebanyak 10 unit; (4) Jasa sebanyak 8 unit; (5) Ekstraktif (kehutanan, galian) sebanyak 4 unit. 2.2.2. Permodalan Penelitian ini hanya memperoleh data modal lancar. Dari pengakuan sebagian besar responden data modal tetap sukar untuk dihitung, dengan beberapa alasan mereka kurang terbuka dalam hal ini. Sebagian besar modal mereka merupakan modal sendiri. Dengan demikian yang dikemukakan dalam penelitian ini hanya modal lancar saja sebagaimana dapat dilihat pada Grafik 1.
5%
9%
11% < 5 20%
05 – 20 21 – 40
13%
41 – 60 61 – 80 81 – 100 > Rp 100 23%
19%
Grafik 1. Rataan Modal Lancar UMKM dan Koperasi
Grafik 1. Rataan Modal Lancar UMKM dan Koperasi
2.2.3. Omzet Besarnya omzet usaha cenderung menggambarkan 153besarnya manfaat ekonomi yang diperoleh. Semakin besar omzet diperkirakan juga semakin luas jangkauan pelayanan dan aktivitas usaha, dan dengan demikian juga semakin besar keuntungan. Demikian juga
81 – 100 > Rp 100 19%
23%
JURNAL VOLUME 5 - AGUSTUS 2010 : 145 - 174
Grafik 1. Rataan Modal Lancar UMKM dan Koperasi 2.2.3. Omzet
2.2.3. Omzet Besarnya omzet usaha cenderung menggambarkan besarnya manfaat ekonomi yang diperoleh. Semakin besar omzetbesarnya Besarnya omzet usaha cenderung menggambarkan diperkirakan juga semakin luas jangkauan pelayanan aktivitas manfaat ekonomi yang diperoleh. Semakin besardan omzet diperkirakan usaha, dan dengan demikian juga semakin besar keuntungan. juga semakin luas jangkauan pelayanan dan aktivitas usaha, dan Demikian juga sebaliknya. Perkembangan rataan omzet UMKM dengan demikian juga semakin besar keuntungan. Demikian juga dan koperasi Aceh Tengah sebulan dalam jutaan rupiah dapat sebaliknya. Perkembangan rataan omzet UMKM dan koperasi Aceh dtelusuri pada Grafik 2. Tengah sebulan dalam jutaan rupiah dapat dtelusuri pada Grafik 2.
5% 3%
18%
10% < 10 11 – 25 26 – 35 13%
36 – 45 46 – 55 27%
56 – 65 > Rp 65
24%
Grafik danKoperasi Koperasi Grafik2.2.Rataan RataanOmzet Omzet UMKM UMKM dan 2.2.4. Laba
2.2.4. Laba
Perolehan laba merupakan cerminan dari besarnya omzet dari Perolehan laba Perolehan merupakan cerminan besarnya omzet dari usaha tersebut. laba jugadari sangat tergantung pada skala usaha tersebut. Perolehan laba juga sangat tergantung pada skala usaha dan efisiensi yang dilakukan. Oleh karena itu aspek tersebut usaha dan efisiensi yang dilakukan. Oleh karena itu aspek tersebut menjadi perhatian UMKM dan koperasi di Aceh Tengah. Selama ini menjadi perhatian UMKM dan koperasi di Aceh Tengah. Selama perkembangan skala usaha dan efisiensi belum menjadi perhatian ini perkembangan skala usaha dan efisiensi belum menjadi yang seriusyang dariserius sebagian besar besar pengelola UMKM dan perhatian dari sebagian pengelola UMKM dankoperasi. koperasi. Mereka hanya terfokus dan lebih mudah puas dengan usaha yang telah ada dan dengan berbagai keterbatasan. Padahal kalau diperkembangan dan dikelola secara profesional usaha mereka diperkiakan akan berkembang dengan baik” (Umar Burhan & Munawar Ismail, 1988). Perkembangan rataan laba UMKM dan koperasi Aceh Tengah dalam tahun 2007 dapat dilihat pada grafik berikut:
154
9
diperkembangan dan dikelola secara profesional usaha mereka diperkiakan akan berkembang dengan baik” (Umar Burhan & Munawar Ismail, 1988). Perkembangan rataan dan Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konfliklaba AcehUMKM dan Aceh Pada Tengah dalam tahun 2007 dapatAceh dilihat pada grafik Dalam Menghadapikoperasi ACFTA (Survai UMKM dan Koperasi Kabupaten Tengah, berikut: Provinsi Aceh) (Ishak Hasan) 1% 5%
0% 15% < 10
24%
11 – 25 26 – 35 36 – 45 29%
46 – 55 56 – 65 > Rp 65
26%
Grafik LabaUMKM UMKMdan dan Koperasi Grafik 3. 3. Rataan Rataan Laba Koperasi 2.3. Profil Manajemen 2.3.
Profil Manajemen
Karakteristik Responden
Karakteristik Responden
Umur yangterbanyak terbanyak (41–45 Umur responden responden yang (41–45 tahun)tahun) sebesarsebesar 21 orang21 orang (26,25%). Mereka termasuk dalam usia yang produktif dan dinggap sangat (26,25%). Mereka termasuk dalam usia yang produktif dan dinggap ideal mengelola usaha. Berdasarkan jenis jenis kelamin, responden sangat ideal mengelola usaha. Berdasarkan kelamin, respondenterbanyak adalah laki-laki sebanyak 54 orang (67,50%). Perempuan hanya 26 orang terbanyak adalah laki-laki sebanyak 54 orang (67,50%). Perempuan (32,50%). Responden laki-laki kebanyakan mengelola usaha yang hanya 26 orang (32,50%). Responden laki-laki kebanyakan mengelola mengandung risiko lebih besar dibandingkan dengan responden perempuan. usaha yang mengandung risiko lebih besar dibandingkan dengan Usaha yang perempuan. dikelola oleh lebih usaha responden Usahaperempuan yang dikelola olehbersifat perempuan lebihkerajinan, perdagangan eceran dan jasa. Sedangkan kepada usaha bersifat usaha kerajinan, perdagangan eceranlaki-laki dan jasa.lebih Sedangkan pengolahan khususnya perkebunan dan pertanian. laki-laki lebih kepadaindustri usaha kecil, pengolahan khususnya industri kecil, perkebunan dan pertanian.
Banyak pendapat mengatakan bahwa semakin tinggi pendidikan pendapat pendidikan seseorangBanyak semakin baik mengatakan pemahamanbahwa orangsemakin tersebuttinggi terhadap sesuatu yang seseorang semakin pemahaman orang yang tersebutdimaksud terhadap sesuatu dikerjakannya. Akanbaik tetapi pendidikan lebih bersifat yang dikerjakannya. Akan tetapi pendidikan yang keahlian dimaksud tertentu lebih dalam pendidikan yang menyangkut tentang penguasaan bersifat pendidikan yang menyangkut tentang penguasaan keahlian kehidupannya. Demikian juga dalam mengelola usaha, tingkat pendidikan tertentusangat dalam dominan kehidupannya. Demikian juga dalam mengelola usaha,terbanyak biasanya mempengaruhinya. Tingkat pendidikan tingkat pendidikan biasanya sangat dominan mempengaruhinya. pengelola UMKM dan koperasi Aceh Tengah adalah tingkat SLTA sebesar Tingkat pendidikan pengelola UMKM dan koperasi 50%. Berikut disusulterbanyak oleh SLTP sebesar 41,25%. DalamAceh pengelolaan Tengah adalah tingkat SLTA sebesar 50%. Berikut disusul oleh SLTP sebesar 41,25%. Dalam pengelolaan UMKM dan koperasi maka 28,75% responden yang memiliki pengalaman usaha 11-15 tahun.
10 155
JURNAL VOLUME 5 - AGUSTUS 2010 : 145 - 174
Apabila diperhatikan dari sebaran besarnya pendapatan yang diperoleh oleh pengelola UMKM dan koperasi Aceh Tengah yang terbanyak kisarannya 2,1 hingga 2,5 juta rupiah perbulan atau sebesar 57,50%. Pendapatan tersebut menurut mereka merupakan pendapatan bersih yang di bawa pulang ke rumah. Sebenarnya dalam kondisi tidak krisis keuangan global seperti saat ini atau juga tidak terjadi konflik tingkat pendapatan bisa lebih tinggi lagi. Walaupun kondisi krisis keuangan global tidak berhubungan langsung namun cukup memberikan pengaruh pada denyut UMKM dan koperasi di Aceh Tengah. Selanjutnya beban anggota keluarga yang relatif besar biasanya sangat terasa bagi UMKM dan koperasi dalam mengembangkan usahanya. Sebab perolehan pendapatan yang relatif kecil akan menghambat UMKM dan koperasi dalam hal pembentukan modal untuk ekspansi usaha. Apalagi kalau anggota keluarga tersebut sebagai sumberdaya yang bersifat konsumtif, bukan tenaga produktif akan sangat membebani perkembangan UMKM dan koperasi. Sebaran pengelola UMKM dan koperasi yang terbanyak memiliki jumlah tanggungan keluarga dengan kisaran 6 hingga 10 orang sebesar 50%. 2.4.
Pembinaan Pemerintah 2.4.1. Kemudahan Perizinan Menyadari pentingnya memacu perkembangan UMKM dan koperasi, Pemda Aceh Tengah melalui Diskopindag telah menempuh berbagai cara, baik dengan melakukan himbauan maupun terjun ke lapangan menjemput bola agar UMKM dan koperasi dapat memperoleh izin usaha secara legal. Hal ini dimaksudkan agar UMKM dan koperasi dapat berusaha secara pasti dengan perlindungan hukum yang kuat dari pemerintah. Dengan adanya izin usaha timbul kepercayaan dari pelanggan dan mitra. Hal tersebut akan memacu UMKM dan koperasi berkembang secara kondusif serta memiliki jaringan usaha yang lebih luas. 2.4.2. Penguatan Manajemen Sama halnya dengan kemudahan dalam pemberian izin usaha, penguatan manajemen juga sangat penting dilakukan secara terencana, terarah dan terpadu. Setiap tahun Pemda Aceh Tengah telah mengalokasikan sejumlah dana dalam rangka penguatan manajemen. Sebab dengan luasnya pengetahuan manajemen
156
Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konflik Aceh dan Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh) (Ishak Hasan)
dalam berbagai aspek usaha dan organisasi maka diharapkan manajemen akan profesional dalam mengelola usahanyan. Selama ini telah diupayakan penguatan manajemen terutama dalam bidang kewirausahaan, pelatihan akuntansi usaha, kemitraan, dan aspek-aspek manajemen yang lainnya. Semua ini dimaksudkan agar UMKM dan koperasi dapat hidup dan berkembang sesuai harapan. Walaupun diakui memang belum semua UMKM dan koperasi di Aceh Tengah telah memperoleh penguatan dalam hal manajemen ini, akan tetapi Pemda Aceh Tengah akan terus-menerus berusaha untuk melakukannya agar UMKM dan koperasi dapat berkembang dengan baik. 2.4.3. Penguatan Modal Pemerintah Kabupaten Aceh sangat peduli dalam hal penguatan permodalan bagi UMKM dan koperasi. Banyak program-program bantuan modal telah dilakukan dalam meningkatkan aktivitas UMKM dan koperasi. Modal tersebut ada yang bersumber dari APBN, APBA maupun APBK secara langsung, di samping ada dana yang besumber dari non pemerintah secara tidak langsung seperti dari bank. 2.4.4. Peralatan Produksi Bantuan peralatan produksi sesuai dengan bidang kegiatan UMKM dan koperasi sudah dilakukan untuk meningkatkan kemampuan berproduksi. Walaupun peralatan tersebut relatif sederhana, namun diharapkan bermanfaat bagi UMKM dan koperasi. Sebagian UMKM dan koperasi Aceh Tengah telah mendapatkan pembinaan baik dari Diskopindag dan juga dari berbagai instansi lain berkaitan dengan peralatan produksi. Biasanya bantuan peralatan diberikan bersamaan dengan pembekalan dalam mempergunakannya. 2.4.5. Akses Informasi dan Pasar Pemda Aceh Tengah telah berupaya untuk memperluas akses informasi dan akses pasar. Bahkan pada beberapa waktu yang lalu sudah dilaksanakan pelatihan tentang penggunaan internet dalam memasarkan produk. Demikian juga dengan upaya meningkatkan kemampuan individual dalam menjalin komunikasi dengan berbagai pihak telah diupayakan dengan
157
JURNAL VOLUME 5 - AGUSTUS 2010 : 145 - 174
harapan pengelola UMKM dan koperasi dapat meningkatkan pengetahuan dan sekaligus kemampuan praktiknya. Dewasa ini banyak pihak meyakini bahwa “hanya perusahaan-perusahan yang mampu mengakses berbagai informasi saja yang dapat bertahan di dalam pasar“ (Indra Ismawan, 2001). Oleh karena itu kedua variabel tersebut saling berkait erat dalam meningkatkan kemajuan UMKM dan koperasi. Apabila pengelola UMKM dan koperasi menguasai akses informasi dan jangkauan pasar yang luas maka diyakini UMKM dan koperasi Aceh Tengah dapat lebih eksis dari yang lainnya. Kedua hal tersebut harus bersinergi dalam pencapaiannya. Sehingga UMKM dan koperasi Aceh Tengah akan menjadi lebih modern dengan memiliki informasi dan pangsa pasar yang semakin meningkat dari waktu ke waktu. III.
FAKTOR PENDUKUNG DAN PENGHAMBAT PERKEMBANGAN UMKM DAN KOPERASI KABUPATEN ACEH TENGAH 3.1.
Faktor Pendukung dan Penghambat Hasil investigasi di lapangan pada 80 unit UKMKM yang diteliti memberikan gambaran bahwa ada 14 variabel yang berhasil diinventarisir sebagai faktor pendukung dan penghambat perkembangan UMKM dan koperasi di Kabupaten Aceh. Keempat belas variabel ini merupakan variabel bebas yang mempengaruhi perkembangan atau kemajuan usaha UMKM dan koperasi Kabupaten Aceh Tengah. Sedangkan satu variabel lagi merupakan variabel terikat (variabel yang terpengaruh), yaitu variabel keuntungan dan kepuasan usaha. Variabel bebas dalam penelitian ini terdiri dari: (1) Kemampuan mengelola sendiri, (2) Pembinaan pemerintah, (3) Persaingan usaha, (4) Kepercayaan pelanggan, (5) Strategis letak usaha, (6) Peralatan usaha, (7) Kepercayaan bank, donatur lain, (8) Kemampuan menggunakan teknologi, (9) Kemitraan usaha (kerjasama usaha), (10) Biaya produksi, (11) Kemampuan permodalan, (12) Administrasi dan pembukuan usaha, (13) Kemampuan tenaga kerja, (14) Jaringan pemasaran. Dari 80 unit UMKM dan koperasi yang diteliti ditemukan bahwa 65 unit (81%) mengatakan bahwa variabel kemampuan mengelola usaha secara mandiri dirasakan mendukung perkembangan usaha mereka. Selebihnya ada 15 unit (19%) mengatakan kemampuan individual dalam mengelola usaha merupakan faktor penghambat. Variabel lainnya yang mendukung usaha mikro ada 6 variabel (bernilai diatas 50%) yaitu berturut-turut sebagai berikut: (1) Variabel kemampuan tenaga kerja
158
Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konflik Aceh dan Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh) (Ishak Hasan)
94%, (2) Pembinaan pemerintah 88%, (3) Kemampuan mengelola usaha 81%, (4) Persaingan usaha 78%, (5) Jaringan pemasaran 68%, (6) Strategis letak usaha 58%. Dengan demikian dari 15 variabel yang berhasil diinventarisir di lapangan hanya 6 variabel saja kebanyakan UMKM di Aceh Tengah merasakan dapat mendukung usaha. Selebihnya merupakan faktor penghambat. 3.2.
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kemajuan Usaha UMKM dan Koperasi di Kabupaten Aceh Tengah Hasil penelitian lapangan terhadap kondisi masing-masing variabel yang mempengaruhi perkembangan atau kemajuan usaha UMKM dan koperasi dapat dilihat pada sebagai berikut: 3.2.1.Kemampuan Kemampuan Pribadi Mengelola Usaha 3.2.1. Pribadi(individual) (individual) Mengelola Usaha Hasil investigasi di lapangan memberikan gambaran bahwa Hasilpengelola investigasi di lapangan memberikan kebanyakan UMKM dan koperasi di Aceh gambaran Tengah bahwa kebanyakan pengelola UMKM dan koperasi di Aceh Tengah mampu mampu mengelola usahanya secara mandiri (73%). Kemampuan mengelola usahanya secara mandiri (73%). Kemampuan mengelola usaha di sini dimaksudkan adalah mampu dalammengelola usaha di sini dimaksudkan mampu dalam mengambil hal mengambil kebijakan usahaadalah dan menanggung risikohal yang kebijakan usahaSelain danitumenanggung risikobertanggungjawab yang mungkin timbul. mungkin timbul. juga mereka mampu dalam memajukan usahanya, termasuk dalam masa-masa konflik Selain itu juga mereka mampu bertanggungjawab dalam memajukan Aceh yang lalu. Merekadalam sebagian besar mampu bertahan hidupyang lalu. usahanya, termasuk masa-masa konflik Aceh dan sampai asat ini masih eksisbertahan walaupunhidup dalamdan berbagai Mereka sebagian besar mampu sampai asat ini keterbatasan. masih eksis walaupun dalam berbagai keterbatasan. 70 59 60 50 40 30 20 10
3
3
7
8
Kurang Mampu
Tidak Mampu
0 Sangat Mampu
Mampu
Sedang
Grafik MengelolaUsaha Usaha Grafik4. 4. Kemampuan Kemampuan Mengelola 3.2.2. Pembinaan Pemerintah Pemerintah secara terus-menerus sesuai dengan kemampuannya telah membina perkembangan UMKM dan koperasi di 159 Aceh Tengah agar UMKM dan koperasi dapat mandiri dan maju. Sebab pemerintah berkeyakinan bahwa perbaikan kualitas ekonomi rakyat dalam mewujudkan kemakmuran dapat dicapai dengan memberikan
JURNAL VOLUME 5 - AGUSTUS 2010 : 145 - 174
3.2.2. Pembinaan Pemerintah Pemerintah secara terus-menerus sesuai dengan kemampuannya telah membina perkembangan UMKM dan koperasi di Aceh Tengah agar UMKM dan koperasi dapat mandiri dan maju. Sebab pemerintah berkeyakinan bahwa perbaikan kualitas ekonomi rakyat dalam mewujudkan kemakmuran dapat dicapai dengan memberikan perhatian yang sungguh-sungguh kepada usaha yang dikelola oleh rakyat. Berbagai bentuk pembinaan telah dilakukan oleh pemerintah untuk meningkatkan kinerja UMKM dan koperasi meliputi; pelatihan keterampilan dalam berusaha (kewirausahaan), pelatihan tentang pembukuan usaha, pelatihan pemasaran hasil, akses informasi dan teknologi serta diikuti oleh adanya bantuan modal usaha. Setiap tahun Pemerintah Aceh Tengah melalui dinas terkait secara terusmenerus membina UMKM dan koperasi agar mereka dapat tumbuh berkembang sesuai dengan perkembangan dan dinamika ekonomi yang terjadi. Kondisi intensitas pembinaan pemerintah dapat dilihat pada grafik berikut: 60
53
50 40 30 20 11 6
10
4
6
0 Sangat Sering
Sering
Sedang
Kurang
Sangat Kurang
Grafik Pembinaan Pemerintah Grafik5.5. Pembinaan Pemerintah
3.2.3. Usaha 3.2.3.Persaingan Persaingan Usaha Hampirtidak tidakada adausaha usahayang yangtidak tidakada adapesaingnya pesaingnya oleh karena Hampir oleh karena itu UMKM dan koperasi perlu memperkuat dirinya dalam itu UMKM dan koperasi perlu memperkuat dirinya dalam segala hal segalamampu hal agar mampu berkompetisi dengan usaha sejenis yang yang dimiliki agar berkompetisi dengan usaha sejenis dimiliki pesaingnya. Hasil penelitian memberikan gambaran pesaingnya. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa ada 52% bahwa adabahwa 52% mengaku bahwayang usahamereka sejenis lakukan yang mereka mengaku usaha sejenis di sekitarnya lakukanmendapat di sekitarnya kurang mendapat persaingan dari pihak lain. ini dapat kurang persaingan dari pihak lain. Tentu kondisi Tentu kondisi dapat menjadi pendukung yang penting UMKM menjadi faktorinipendukung yangfaktor penting bagi perkembangan 160
dan koperasi di Aceh Tengah, andai mereka mengembangkan usahanya secara profesional di masa-masa medatang.
45 40
42
itu UMKM dan koperasi perlu memperkuat dirinya dalam segala hal agar mampu berkompetisi dengan usaha sejenis yang dimiliki pesaingnya. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa ada 52% Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konflik Aceh dan mengaku bahwa usaha sejenis yang mereka lakukan di sekitarnya Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, kurang mendapat persaingan dari pihak lain. Tentu kondisi ini dapat Provinsi Aceh) (Ishak Hasan) menjadi faktor pendukung yang penting bagi perkembangan UMKM dan koperasi di UMKM Aceh Tengah, andai mereka mengembangkan bagi perkembangan dan koperasi di Aceh Tengah, andai usahanya secara profesional di masa-masa medatang. mereka mengembangkan usahanya secara profesional di masamasa medatang. 45
42
40 35 30 25 20
17
15 10
8
10 3
5 0 Sangat banyak
Banyak
Sedang
Kurang
Sangat kurang
Grafik Grafik 6. Persaingan Usaha Usaha 6. Persaingan
menyebabkan banyak pelanggan kurang percaya dengan produk dan 3.2.4. Tingkat kepercayaan pelanggan terhadap usaha Memang diakui 3.2.4.pelayanan Tingkat kepercayaan pelanggan terhadap yang diberikan oleh UMKM danusaha koperasi. oleh Kebanyakan pengelola UMKM dan koperasi bahwa keterbatasan mereka Kebanyakan pengelola UMKM dan koperasi mengatakan pengelola UMKM dan koperasi mengatakan dalam pasokan, pemasaran seringkali menjadi ganjalan bahwa tingkat kepercayaam pelanggan kepada usahamereka mereka dalam kurang bahwahal tingkat kepercayaam pelanggan kepada usaha berusaha. Akibatnya pelanggan sering beralih kepada usaha lain. (50%). Hal iniHal disebabkan oleh oleh keterjaminan pasokan, kurang (50%). ini disebabkan keterjaminan pasokan,kontinuitas Seperti dalam haljaringan usaha peternakan, produk industri dan kontinuitas produksi, dan jaringan pemasaran terbataskecil produksi, dan pemasaran yangyang terbatas sehingga kerajinan. Kondisi kepercayaan pelanggan terhadap UMKM dan sehingga menyebabkan banyak pelanggan kurang percaya dengan koperasi Aceh Tengah dapat dilihat pada Grafik 7. produk dan pelayanan yang diberikan oleh UMKM dan koperasi. 15 45
41
40 35 30 25 20 15
14
13 10
10 5
2
0 Sangat kuat
Kuat
Sedang
Kurang
Sangat Kuang
Grafik 7. Kepercayaan Pelanggan Grafik 7. Kepercayaan Pelanggan 3.2.5. Letak Strategis Usaha dari Jangkauan Konsumen maupun untuk Akses Input Produksi 161 Aspek lain yang penting dalam perkembangan dan kemajuan usaha adalah letak usaha yang strategis. Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa ada 48% pengelola UMKM dan koperasi Aceh
45
41
40
JURNAL VOLUME 5 - AGUSTUS 2010 : 145 - 174 35 30 25 20 13 pengelola UMKM dan 14 Memang diakui oleh koperasi bahwa 15 10 keterbatasan mereka dalam hal pasokan, pemasaran seringkali 10 menjadi ganjalan dalam berusaha. Akibatnya pelanggan sering 5 2 0 beralih kepada usaha lain. Seperti dalam hal usaha peternakan, Sangat Kuat dan Sedang Kurang Kondisi Sangat kepercayaan produk industri kecil kerajinan. kuat Kuang pelanggan terhadap UMKM dan koperasi Aceh Tengah dapat dilihat pada Grafik 7.
Grafik 7. Kepercayaan Pelanggan
3.2.5. Letak Strategis Usaha dari Jangkauan Konsumen maupun
3.2.5. untuk LetakAkses Strategis Usaha dari Jangkauan Konsumen maupun Input Produksi untuk Akses Input Produksi
Aspek lain yang penting dalam perkembangan dan kemajuan penting perkembangan dan kemajuan usaha Aspek adalah lain letakyang usaha yang dalam strategis. Hasil penelitian usaha adalah letak usaha yang Hasil penelitian memberikan gambaran bahwa adastrategis. 48% pengelola UMKM danmemberikan koperasi Aceh Tengah bahwa letak usahadan mereka gambaran bahwa adamengatakan 48% pengelola UMKM koperasi Aceh relatif strategis. Letak bahwa strategisletak ini meliputi kedekatan dengan Tengah mengatakan usaha mereka relatif strategis. Letak konsumen, kedekatan bahandengan baku, dan mudah dijangkau strategis ini meliputidengan kedekatan konsumen, kedekatan dengan oleh sarana transportasi. bahan baku, dan mudah dijangkau oleh sarana transportasi. 45 39
40 35 30 25
20
20 15 10
8
7
6
5 0 Sangat Strategis
Strategis
Sedang
Kurang Strategis
Tidak Strategis
8. LetakUsaha Strategis Usaha Grafik 8. Grafik Letak Strategis 3.2.6. Kelengkapan Peralatan Produksi (teknologi) yang Dimiliki Dalam Berusaha Kelengkapan sarana termasuk tekologi produksi mulai dari hulu hinggi hilir, sangat berpengaruh dalam memajukan usaha. Di hulu diperlukan teknologi pengolahan dan peralatan pendukung lainnya. Sedangkan di hilir termasuk fasilitas pemasaran dan sarana transportasi. Semua sarana tersebut saling terkait satu dengan yang lain. Oleh karena itu kelengkapan
162
16
Kelengkapan sarana termasuk tekologi produksi mulai dari hulu hinggi hilir, sangat berpengaruh dalam memajukan usaha. Di Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Aceh dan hulu diperlukan teknologi pengolahan danKonflik peralatan pendukung Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, lainnya. Sedangkan di hilir termasuk fasilitas pemasaran dan sarana Provinsi Aceh) (Ishak Hasan) transportasi. Semua sarana tersebut saling terkait satu dengan yang lain. Oleh karena itu kelengkapan dalampenting berusaha harus fasilitas dalam berusaha harus menjadifasilitas pertimbangan menjadi pertimbangan penting dalam mengembangkan usaha. dalam mengembangkan usaha. penelitian memberi gambaran bahwa sebagian Hasil Hasil penelitian memberi gambaran bahwa sebagian respondenresponden mengatakan bahwa peralatan yang dimiliki saat ini kurang kurang lengkap mengatakan bahwa peralatan yang dimiliki saat ini mencapai 41 orang 80dari orang sampel (51,25%). lengkap mencapai 41dari orang 80 orang sampel (51,25%). 3.2.7. Lembaga Keuangan (bank, dll) Terhadap 3.2.7. Kepercayaan Kepercayaan Lembaga Keuangan (bank, donor,donor, dll) Terhadap Usaha Usaha Peran keuangan dalamdalam mendukung suatu usaha Peranlembaga lembaga keuangan mendukung suatu usaha seringkali juga mempengaruhi maju mundurnya usaha. Sebuah seringkali juga mempengaruhi maju mundurnya usaha. Sebuah usaha usaha memperoleh dukungan dari lembaga keuangan apabila memperoleh dukungan dari lembaga keuangan apabila usaha tersebut usaha tersebut mendapat kepercayaan yang tinggi dari lembaga mendapat kepercayaan yang tinggi dari lembaga keuangan yang keuangan membantunya. yang berminatHasil membantunya. Hasil penelitian berminat penelitian memberi gambaran bahwa memberi gambaran bahwa 32 responden dari 80 responden 32 responden dari 80 responden sampel (40%) menyatakan lembaga sampel (40%) menyatakan lembaga keuangan kurang percaya keuangan kurang percaya akan usaha mereka. Kepercayaan dari akan usaha mereka. Kepercayaan dari lembaga keuangan sangat lembaga keuangan sangat penting untuk ditumbuh-kembangkan agar penting untuk ditumbuh-kembangkan agar sebuah usaha dapat sebuah usaha dapat meningkatkan aktivitas dan keuntungannya. meningkatkan aktivitas dan keuntungannya. 35
32
30 25 25 20
16
15 10 5 5
2
0 Sangat kuat
Kuat
Sedang
Kurang
Sangat Kurang
Grafik 9. Keuangan Grafik 9. Kepercayaan KepercayaanLembaga Lembaga Keuangan 3.2.8. Kemampuan Permodalan Perusahaan Saat Ini
3.2.8. Kemampuan Permodalan Perusahaan Saat Ini
Kemampuan permodalan dalam menggerakkan usaha Kemampuan permodalan menggerakkan usaha merupakan faktor yang penting yangdalam tidak dapat diabaikan. Sebab dalamfaktor kondisi persaingan ketat diabaikan. saat ini merupakan yang pentingyang yangsemakin tidak dapat Sebab sulit bagi perusahaan untuk mengembangkan usahanya tanpa didukung oleh modal yang memadai. Modal yang memadai akan membantu pengusaha dalam memperluas jangkauan atau skala 17 usaha. Oleh karena itu berbagai pihak yang memiliki kepedulian
163
dalam kondisi kondisi persaingan persaingan yang yang semakin semakin ketat ketat saat saat ini ini sulit sulit bagi bagi dalam perusahaan untuk untuk mengembangkan mengembangkan usahanya usahanya tanpa tanpa didukung didukung oleh oleh perusahaan modal yang memadai. Modal yang memadai akan membantu JURNAL VOLUMEmodal 5 - AGUSTUS : 145 - 174 yang 2010 memadai. Modal yang memadai akan membantu pengusaha dalam memperluas jangkauan jangkauan atau atau skala skala usaha. usaha. Oleh Oleh pengusaha dalam memperluas karena itu berbagai pihak yang memiliki kepedulian dalam karena itu berbagai pihak yang memiliki kepedulian dalam membantu UMKM UMKM dan dan koperasi koperasi dalam dalam hal hal bantuan bantuan permodalan permodalan membantu dalam membantu UMKM dan koperasi dalam hal dalam bantuan membantu hendaknya secara terus-menerus dan terencana hendaknya secara terus-menerus dan terencana dalam membantu permodalan UMKM dan hendaknya koperasi. secara terus-menerus dan terencana UMKM dan koperasi. dalam membantu UMKM dan koperasi. 50 50 45 45 40 40 35 35 30 30 25 25 20 20 15 15 10 10 5 5 0 0
45 45
3 3 Sangat Sangat kuat kuat
7 7
Kuat Kuat
10 10
Sedang Sedang
15 15
Kurang Kurang
Sangat Sangat Kurang Kurang
Grafik 10. 10. Kemampuan Kemampuan Permodalan Permodalan Grafik Grafik 10. Kemampuan Permodalan 3.2.9. Biaya Biaya produksi 3.2.9. produksi 3.2.9. Biaya produksi Biaya usaha Biayaproduksi produksiyang yangrendah rendahsangat sangatmendukung mendukung usaha dalam dalam Biaya produksi yang rendah sangat mendukung usaha dalam menguasai pasar. Konsumen yang rasional selalu menguasai pasar. Konsumen yang rasional selalu menguasai pasar. Konsumen yang rasional selalu mempertimbangkan rendahnya harga beli. Oleh karena karena itu pengusaha mempertimbangkan rendahnya harga beli. Oleh itu mempertimbangkan rendahnya harga beli. Oleh karena itu pengusaha pengusaha hendaknya selalu memperhatikan hendaknya selalu memperhatikan memperhatikan efisiensiefisiensi dalam dalam berusaha atau atau hendaknya selalu efisiensi dalam berusaha berusaha atau dengan berproduksi dengan melakukan berbagai strategi, berproduksi melakukan berbagai strategi, terutama strategi berproduksi dengan melakukan berbagai strategi, terutama strategi terutama strategi rendah (low cost strategy). biaya rendah (lowbiaya cost strategy). strategy). Dengan melakukanDengan strategi tersebut tersebut biaya rendah (low cost Dengan melakukan strategi melakukan strategi tersebut maka kemampuanpelanggan untuk memperoleh maka kemampuan untuk memperoleh semakin banyak, maka kemampuan untuk memperoleh pelanggan semakin banyak, pelanggan semakin banyak, karena harga jual produk menjadi karena harga jual produk menjadi lebih murah. karena harga jual produk menjadi lebih murah. lebih murah. 70 70 60 60 50 50 40 40 30 30 20 20 10 10 0 0
61 61
1 1 Sangat Sangat Tinggi Tinggi
4 4
5 5
Tinggi Tinggi
Sedang Sedang
9 9
Rendah Rendah
Sangat Sangat Rendah Rendah
Grafik 11. Biaya Biaya Produksi Produksi Grafik 11.Grafik Biaya Produksi 11. 164
18 18
Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konflik Aceh dan Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh) (Ishak Hasan)
3.2.10. Volume VolumeUsaha Usaha 3.2.10. Meningkat menurunnya volume berpengaruh pada Meningkat atau atau menurunnya volume usaha usaha berpengaruh penerimaan tingkat laba. Volume usaha yang meningkat pada penerimaan tingkat laba. Volume usaha yang meningkat disebabkan oleh meningkatnya kinerja perusahaan dalambeberapa beberapa bidang, disebabkan oleh meningkatnya kinerja perusahaan dalam bidang, diantaranya; meningkatkan pelanggan atau diantaranya; meningkatkan jumlahjumlah pelanggan atau pengguna produk pengguna produkbaik perusahaan, barang jasa. maupun jasa. Selain perusahaan, barang baik maupun Selain itu juga adanya itupeningkatan juga adanya peningkatan dalam skala dan usaha pelayanan. dan pelayanan. dalam skala usaha Meningkatnya Meningkatnya volume usaha bagi perusahaan merupakan hal volume usaha bagi perusahaan merupakan hal yang sangat penting, yang sangat penting, ini juga merupakan indikator sebab variabel inisebab jugavariabel merupakan indikator yang sangat mendukung yang sangat mendukung perkembangan usaha. perkembangan usaha. 50 43
45 40 35 30 25
20
20 15
9
10 5
6 2
0 Sangat Besar
Besar
Sedang
Kecil
Sangat Kecil
GrafikUsaha 12. Volume Usaha Grafik 12. Volume 3.2.11. Kemampuan Menjalin Hubungan Usaha
(bermitra) Dengan
3.2.11. Kemampuan Menjalin Hubungan Usaha (bermitra) Dengan Usaha Lain Seperti Dalam Pemasaran Hasil, Permodalan, Usaha Lain Seperti Dalam Pemasaran Hasil, Permodalan, Pengadaan Input, dll) Pengadaan Input, dll)
Banyak pihak meyakini bahwakemampuan kemampuanmenjalin menjalin hubungan Banyak pihak meyakini bahwa usaha (bermitra) dengan usaha lain dapat meningkatkan usaha. hubungan usaha (bermitra) dengan usaha lain dapat meningkatkan Kemitraan dimaksud bidangpemasaran, pemasaran, investasi bersama usaha. Kemitraan dimaksudmeliputi; meliputi; bidang investasi dalam bidang produksi, permodalan, pengadaan bersama dalam bidang produksi, permodalan, pengadaan input,input, serta menghadapi sesuatu serta menghadapi sesuatuyang yangmenghambat menghambatperkembangan perkembangan perusahaan. Dengan bermitra maka maka posisiposisi tawar mereka perusahaan. Dengan bermitra tawar mereka menjadi menjadi lebih kuat apalagi ketika menghadapi persaingan yang sangat ketat. Kondisi lebih kuat apalagi ketika menghadapi persaingan yang sangat kemampuan menjalin kemitraan UMKM UMKM dan koperasi di Aceh ketat. Kondisi kemampuan menjalin kemitraan dan Tengahdidapat dilihat pada koperasi Aceh Tengah dapat grafik dilihat berikut: pada grafik berikut:
165
JURNAL VOLUME 5 - AGUSTUS 2010 : 145 - 174
40
35
35 30 25
22
20 15 10 5
9
10
Mampu
Sedang
4
0 Sangat Mampu
Kurang Mampu
Tidak Mampu
Grafik 13. 13. Kemampuan Usaha Grafik KemampuanBermitra Bermitra Usaha 3.2.12. Kemampuan dalam Menerapkan Teknologi 3.2.12. Kemampuan dalam Menerapkan Teknologi Teknologi juga merupakan unsur penting dalam Teknologi juga merupakan unsur penting dalam mengembangkan usaha. Banyak pengelola usaha merasa mengembangkan usaha. Banyak pengelola usaha merasa kesulitan kesulitan dalam penerapan teknologi. Di samping keterbatasan dalam penerapan teknologi. Di samping keterbatasan pengetahuan, pengetahuan, mereka juga terbatas dalam permodalan keahlian. mereka juga terbatas dalam permodalan keahlian. Modal usaha yang Modal usaha yang terbatas juga telah menyebabkan mereka kurang terbatas juga telah menyebabkan mereka kurang mampu memiliki mampu memiliki teknologi untuk mempertinggi produktivitas. teknologi untuk mempertinggi produktivitas. Akibatnya perkembangan usaha juga sangat terbatas. LebihAkibatnya perkembangan usaha juga menerapkan sangat terbatas. Lebih lanjut kondisi kemampuan teknologi di lanjut Aceh kondisi kemampuan menerapkan teknologi di Aceh Tengah menunjukkan Tengah menunjukkan bahwa 45 responden (56%) kurang mampu bahwa 45 responden (56%) kurang mampu dalam dalam menyerap teknologi, dan yang sama sekali tidak mampumenyerap teknologi, yang sama sekali tidak mampu sebanyak 5 responden sebanyak 5dan responden (6,25%). Adapun yang menyatakan mampu (6,25%). Adapun yang15menyatakan mampu menerapkan teknologi 15 menerapkan teknologi responden (18,75%), sedangkan yang responden sedangkan yang menyatakan sangat mampu menyatakan(18,75%), sangat mampu hanya 4 responden (5%)
hanya 4 responden (5%) 3.2.13. Pelaksanaan Administrasi Perusahaan
3.2.13. Pelaksanaan Perusahaan Dari hasilAdministrasi survey ditemukan bahwa hanya 7 responden (9%) Dari yanghasil melaksanakan administrasi usahahanya dengan sangat survey ditemukan bahwa 7 responden (9%) baik, 6 responden (8%) baik, 18 responen (23%) kurang baik yang melaksanakan administrasi usaha dengan sangat baik, 6 dan sebanyak responden (53%)(23%) tidak kurang baik administrasi responden (8%)42% baik, 18 responen baik dan sebanyak usahanya. 42% responden (53%) tidak baik administrasi usahanya. Tertib baik dandan profesional merupakan Tertibadministrasi administrasiyang yang baik profesional merupakan salah salah satu indikator yang dapat mencerminkan kinerja satu indikator yang dapat mencerminkan kinerja usaha. Adminisrasi usaha. Adminisrasi yang baik sangat mendukung lancarnya yang baik sangat mendukung lancarnya kegiatan usaha. Saat ini kegiatan usaha. Saat ini sangat banyak pengusaha yang kurang sangat banyak pengusaha yang kurang memperhatikan hal ini. memperhatikan hal ini. Terlebih lagi bagi UMKM dan koperasi.
166
Terlebih lagi bagi UMKM dan koperasi. Padahal gambaran sebuah perusahaan yang sukses selalu diperlihatkan oleh berjalannya administrasi dengan baik dan tertib. Mereka kurang menyadari bahwa kekuatan usaha juga didukung oleh kekuatan administrasi usaha yang baik.
Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konflik Aceh dan Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh) (Ishak Hasan)
Padahal gambaran sebuah perusahaan yang sukses selalu diperlihatkan oleh berjalannya administrasi dengan baik dan tertib. Mereka kurang menyadari bahwa kekuatan usaha juga didukung oleh kekuatan administrasi usaha yang baik. 3.2.14. Penggunaan Tenaga Kerja dalam Menjalankan Aktivitas Usaha Apabila skala usaha semakin besar maka penggunaan tenaga kerja yang banyak menjadi faktor yang penting dalam berusaha. Hampir tidak mungkin lagi jangkauan pelayanan yang luas menggunakan tenaga kerja yang terbatas. Tenaga kerja juga dapat mempertinggi tingkat produktivitas. Oleh karena itu penggunaan tenaga kerja hendaknya selalu disesuaikan dengan kondisi usaha yang ada. Sebab kekurangan atau kelebihan tenaga kerja akan berdampak buruk bagi kemajuan usaha. Dari hasil survey ditemukan bahwa sebanyak 32 responden (40%) mendukung, 21 responden (27%) kurang mendukung, 15 responden (19%) sangat mendukung, dan 4 responden (5%) tidak mendukung penggunaan tenaga kerja. 3.2.15. Capaian kemajuan dalam memperoleh keuntungan dan kepuasaan dalam usaha Muara dari semua faktor yang telah dikemukakan di atas adalah capaian kemajuan dalam memperoleh keuntungan dan kepuasaan dalam usaha. Apabila faktor-faktor di atas menampakkan trend peningkatan maka kondisi capaian kemajuan dalam memperoleh keuntungan dan kepuasan dalam berusaha juga cenderung meningkat. Dari hasil survey ditemukan bahwa berturut-turut 40 responden (15%) menyatakan kurang, 15 responden (19%) menyatakan sedang, 10 responden menyatakan (13%) tinggi dan 10 responden lagi (13%) menyatakan sangat kurang sedangkan yang menyatakan sangat tinggi terhadap kemampuan memperoleh keuntungan dan kepuasan usaha hanya 5 responden (7%). 3.3.
Analisis Faktor yang Mempengaruhi Kemajuan Usaha UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah Hasil perhitungan dengan menggunakan rumus regresi memperlihatkan bahwa hubungan antara variabel yang diidentifikasi di
167
JURNAL VOLUME 5 - AGUSTUS 2010 : 145 - 174
dalam model terhadap kemajuan usaha UMKM dan koperasi Kabupaten Aceh Tengah dengan indikatornya adalah capaian kemajuan dalam memperoleh keuntungan dan kepuasaan dalam usaha tidak terlalu kuat hanya sebesar 0,66%. Sedangkan apabila dilihat dari besarnya pengaruh juga relatif kecil, yaitu hanya sebesar 0,44%. Dengan demikian masih banyak variabel lain yang mempengaruhi kemajuan usaha UMKM dan koperasi di Aceh Tengah. Sebab variabel kemajuan usaha merupakan variabel yang sangat makro. Selain itu juga diperkirakan besarnya sampel yang diambil yang hanya 80 unit yang memang sesuai dengan kriteria yang telah ditentukan dari ratusan unit UMKM dan koperasi di Aceh Tengah dapat sebagai penyebab kecilnya pengaruh dari variabel tersebut. Oleh sebab itu, guna kepentingan perencanaan dan kebijakan masa depan yang lebih baik diperlukan perluasan cakupan penelitian dengan sampel yang lebih besar, agar dapat diketahui secara lebih jelas lagi tentang faktor yang dominan mempengaruhi kemajuan usaha UMKM dan koperasi di Aceh Tengah. Dengan memahami kemungkinan adanya faktor dominan yang mempengaruhi dari sekian faktor yang ada, maka pada langkah berikut dapat ditemukan pula solusi yang lebih tepat dalam pemberdayaan UMKM dan koperasi di Kabupaten Aceh Tengah. Penyebab lainnya adalah penelitian ini juga tidak membuat klasifikasi sampel berdasarkan strata. Padahal dalam kenyataannya UMKM dan koperasi tersebut relatif berbeda satu sama lainnya. Perbedaan tersebut meliputi aspek; (1) Skala usaha, (2) Luasnya jangkauan pemasaran, (3) Kekuatan permodalan, (4) Jumlah tenaga kerja yang dipakai, dan masih banyak lainya kalau mau dibuat stratifikasi. Kecilnya sampel yang diambil disebabkan karena terbatasnya dana yang tersedia untuk penelitian pada sampel yang lebih besar. Demikian juga keterbatasan UMKM dan koperasi dalam memenuhi kriteria yang diinginkan juga masih terbatas pada UMKM dan koperasi yang telah mengikuti pembinaan dari pemerintah dari beberapa hal. Sedangkan sebagian besar UMKM dan koperasi Aceh Tengah masih sangat terbatas menerima pembinaan dari pemerintah. Akibatnya sampel yang ditentukan kurang representatif dan juga relatif terbatas. IV.
STRATEGI PEMBERDAYAAN MENGISI PERDAMAIAN ACEH DAN MENGHADAPI ACFTA Berdasarkan hasil penelitian lapangan pada 80 unit UMKM dan koperasi di Aceh Tengah dapat diberikan beberapa rekomendasi sebagai strategi
168
Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konflik Aceh dan Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh) (Ishak Hasan)
pemberdayaan. Strategi tersebut meliputi: (1) Peningkatan Kinerja Manajemen dan Kelembagaan, (2) Peningkatan Kinerja Usaha, (3) Penguatan Kemitraan, (4) Penguatan Akses Informasi dan Teknologi Produksi, (5) Penguatan Jaringan Pemasaran, (6) Bantuan permodalan, (7) Progam Pendampingan, dan (8) Penguatan daya saing dengan mempelajari setiap perubahan dan citarasa konsumen global, khususnya mencermati strategi yang dilancarkan oleh kompetitor negara Asean lainnya termasuk Cina yang tergabung dalam ACFTA. 4.1.
Peningkatan Kinerja Manajemen dan Kelembagaan Berkaitan dengan peningkatan kinerja manajemen dan kelembagaan dalam waktu dekat perlu dilakukan pelatihan yang berkesinambungan dalam bidang sistem informasi manajemen yang berbasis teknologi informasi. Kemampuan manajemen dalam membuat perencanaan usaha yang benar akan membantu UMKM dan koperasi untuk mencapai tingkatan kemajuan yang diharapkan. Dengan berpedoman pada perencanaan yang telah digariskan maka akan dapat dipahami target capaian dari kegiatan yang dilakukan. Perencaan haruslah dinilai melalui pengawasan tentang apa yang sudah terealisasi atau mana yang belum. Selain dari pada itu perlu ditingkatkan kualitas kelembagaan, misalnya dalam hal perizinan usaha agar memiliki dasar hukum yang kuat dalam melakukan aktivitas. Demikian juga dalam hal pencitraan diri lembaga, misalnya hak paten dari UMKM dan koperasi, walau sekecil apapun akan sangat berguna bagi UMKM dan koperasi di tengah-tengah persaingan yang sangat kuat. Pencitraan perusahaan melalui branding (merek dagang) sangatlah penting agar mendapat tempat dalam memori masyarakat. Branding yang kuat di dalam benak konsumen merupakan aset yang sangat berharga bagi kemajuan perusahaan. Sebenarnya banyak produk UMKM dan koperasi di Aceh Tengah yang perlu mendapatkan perlindungan hukum yang layak dari pemerintah. Namun sampai saat ini masih sangat terbatas yang memperoleh perlindungan tersebut. Sehingga produk-produk UMKM dan koperasi terabaikan begitu saja padahal memiliki keunggulan-keunggulan apabila mendapat perhatian yang serius, baik dari dunia usaha sendiri maupun dari pemerintah.
4.2.
Peningkatan Kinerja Usaha Pemerintah Aceh Tengah perlu secara terus-menerus memberikan pengetahuan dan keahlian teoritis dan teknis dalam memajukan usaha.
169
JURNAL VOLUME 5 - AGUSTUS 2010 : 145 - 174
Secara internal perusahaan, UMKM dan koperasi Aceh Tengah masih perlu meningkatkan efisiensi dalam berusaha. Efisiensi tersebut meliputi; (1) Strategi biaya rendah, dan (2) Memanfaatkan sumberdaya manusia yang memiliki pengetahuan dan keahlian dalam bidangnya. Selain itu, diperlukan upaya yang kuat dari UMKM dan koperasi untuk melaksanakan administrasi dan akuntansi yang sesuai dengan ketentuan Standard Akuntansi Indonesia (SAI). Indikatorindikator usaha seperti volume usaha, tingkat laba, likuiditas, Return on Investment (ROI) dan indikator finansial lainnya perlu dipahami secara mendalam oleh kalangan UMKM dan koperasi. Sebab dengan memahami indikator tersebut pihak manajemen memiliki upaya yang keras dalam pencapaiannya. 4.3.
Penguatan Kemitraan Kemitraan usaha juga merupakan faktor yang perlu mendapatkan perhatian khusus apalagi dalam dunia yang semakin kompetitif. UMKM dan koperasi akan dapat lebih eksis apabila menjalin hubungan yang intens dengan berbagai kalangan. Kemitraan bisa dilakukan dengan usaha-usaha sejenis, lembaga-lembaga keuangan, lembaga pemerintah, dan lembaga lainnya yang menaruh minat kuat dalam bidang UMKM dan koperasi. Hampir sulit mengabaikan pentingnya kemitraan dengan berbagai pihak saat ini bagi UMKM dan koperasi. Sebab dunia usaha yang dinamis dan kompetitif menuntut semua pihak untuk bekerjasama saling menguntung dalam berbagai bidang. Apabila hubungan kemitraan mulai dari hilir sampai ke hulu dapat dirajut maka UMKM dan koperasi akan mendapatkan manfaat yang besar sebagai kekuatan dalam berbagai kegiatan usaha di masa depan.
4.4.
Penguatan Akses Informasi dan Teknologi Produksi Penerapan teknologi informasi dan teknologi produksi yang tepat tentu akan sangat membantu UMKM dan koperasi dalam mengembangkan usahanya. Hampir tidak mungkin lagi saat ini UMKM dan koperasi terpisah dari kedua hal tersebut di atas. Sebab salah satu ciri usaha yang maju dan modern dewasa ini ditandai oleh kemampuan memanfaatkan teknologi yang ada dalam meningkatkan produktivitas (Soekartawi, 1990). Lebih lanjut Cobia (1989) menekankan pentingnya penguasaan jaringan informasi dalam memasarkan produk agar menjangkau wilayah pemasaran yang luas. “Penguasaan jaringan
170
Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konflik Aceh dan Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh) (Ishak Hasan)
informasi yang kuat sangat mendukung dunia usaha untuk berkembang dengan baik, karena berbagai informasi dalam waktu cepat dan tepat memiliki nilai yang sangat berharga dalam hal produksi dan pemasaran produk-produk mereka”. Bahkan lebih dari itu teknologi informasi dan produksi memberi kekuatan tersendiri bagi UMKM dan koperasi dalam transformasi usaha yang bersifat lokal menjadi lebih mengglobal. Apalagi dengan terbukanya perdagangan bebas antara Indonesia dengan negara-negara Asean dan Cina tentu penguatan akses informasi dan teknologi produksi merupakan sesuatu yang menentukan. Mengingat konsumen global maupun lokal membutuhkan poduk-produk yang semakin bermutu. 4.5.
Penguatan Jaringan Pemasaran Jaringan pemasaran yang kuat sangat membantu UMKM dan koperasi dalam mendapatkan keuntungan. Oleh karena itu diperlukan upaya yang kuat dari UMKM dan koperasi untuk menciptakan mata rantai pemasaran dari berbagai kalangan. Misalnya penguasaan jaringan transportasi, lembaga promosi, sampai kepada berbagai lapisan konsumen sangat penting dilakukan. Produk-produk UMKM dan koperasi perlu mendapatkan ruang dan tempat yang lebih mudah dijangkau oleh konsumen, misalnya dengan membuka counter promosi di berbagai tempat strategis, seperti bandara, pusat perbelanjaan, pelabuhan, terminal, lokasi objek wisata, dan berbagai tempat lainnya yang lebih mudah dijangkau oleh konsumen. Jaringan tersebut dapat dilakukan secara lokal, nasional, maupun secara internasional. Terutama bagi UMKM dan koperasi yang memiliki nilai produk yang dapat diandalkan untuk tujuan ekspor. Dengan demikian tingkat keuntungan yang diperoleh diperkirakan juga akan lebih meningkat.
4.6.
Bantuan Permodalan Permodalan yang memadai dalam melakukan usaha memang diperlukan, akan tetapi yang segera perlu dilakukan adalah memfasilitasi mereka untuk mampu berhubungan dengan lembaga-lembaga keuangan, termasuk lembaga keuangan mikro (LKM). Bantuan permodalan dimaksud bisa dilakukan dengan dua model; (1) Memberi bantuan modal yang mampu menghidupkan usaha mulai dari hulu sampai ke hilir, terutama UMKM dan koperasi yang memiliki potensi untuk orientasi pasar ekspor, (2) Memberi bantuan modal hanya sebagai stimulus (rangsangan) untuk perkembangan usaha. Kedua model tersebut dapat dioperasionalkan secara lebih ril di lapangan, dan dengan demikian akan
171
JURNAL VOLUME 5 - AGUSTUS 2010 : 145 - 174
diketahui secara jelas mana saja UMKM dan koperasi yang termasuk ke dalam kategori tersebut agar dalam melakukan kebijakan tidak salah sasaran. 4.7.
Progam Pendampingan Meskipun dalam implementasi di lapangan seringkali program pendampingan kurang mendapatkan hasil yang memuaskan namun untuk UMKM dan koperasi tetap masih diperlukan. Program pendampingan dapat dilakukan dengan cara menyiapkan tenaga-tenaga yang lebih tepat dan sesuai dengan karakter UMKM dan koperasi setempat. Sebab apabila sumberdaya manusia (SDM) pendamping kurang memahami karakter masyarakat dan juga karakter UMKM dan koperasi maka upaya pendampingan sering mengalami kegagalan. Selain program pendampingan dalam bentuk SDM juga pendampingan dalam hal soft skill lainnya sangat diperlukan seperti; memfasilitasi studi banding dan lain-lain yang mampu merubah mindsets dan budaya usaha ke arah yang lebih efisien.
4.8.
Penguatan Daya Saing Menghadapi Kompetitor Negara Asean Lain dan Cina Yang Tergabung Dalam ACFTA. Penguatan daya saing yang dimaksud disini adalah melakukan penataan secara cermat terhadap pencitraan produk (kualitas, branding, pelayanan, dan harga), dan juga pemahaman yang mendalam terhadap citarasa konsumen global dengan mencermati perilaku konsumen masing-masing negara. Hal ini dapat dilakukan dalam menghasilkan berbagai produk berbasis agrobisnis, seperti Kopi Gayo yang selama ini memang sudah dikenal luas di mancanegara. Kopi Gayo yang ada sekarang dipasarkan hanya dengan satu rasa, akan tetapi di masa datang bisa direkayasa lebih baik lagi dengan kaya rasa sehingga konsumen global dapat menikmati sesuai dengan citarasa mereka masing-masing. Demikian juga halnya dengan komoditas ekspor lain, seperti produkproduk holtikulura dapat lebih menyesuaikan dengan kondisi yang ada agar UMKM dan koperasi yang bergerak dalam agrobisnis ini lebih mampu eksis dalam persaingan global yang sudah di depan mata. Khusus tentang pengembangan koperasi, Syahza (2010:1) supaya koperasi bisa berfungsi dengan baik, maka pemerintah perlu mengembangkan faktor pendukung pembangunan ekonomi daerah melalui pengembangan koperasi, antara lain: (1) Potensi masyarakat, 2) Pengusaha, 3) Lembaga perkreditan, 4) Instansi terkait; dan 5) Koperasi sebagai badan usaha.
172
Analisis Daya Dukung UMKM dan Koperasi Berbasis Agrobisnis Pasca Konflik Aceh dan Dalam Menghadapi ACFTA (Survai Pada UMKM dan Koperasi Kabupaten Aceh Tengah, Provinsi Aceh) (Ishak Hasan)
V.
KESIMPULAN Dalam menghadapi berbagai dampak krisis dan persaingan global ACFTA dewasa ini diharapkan UMKM dan koperasi hendaknya lebih menyesuaikan lagi kinerjanya agar dapat lebih bertahan dan tetap mampu memberikan kontribusinya bagi banyak orang dalam memenuhi berbagai kebutuhannya. Belajar dari tegarnya daya hidup UMKM dan koperasi selama ini walaupun dalam gempuran ekonomi global yang keras terbukti masih banyak pihak memberi apresiasi yang tinggi terhadap pentingnya mengembangkan lebih luas lagi jangkauan usaha UMKM dan koperasi guna menjembatani kesenjangan ekonomi yang ada. Hal ini dapat dilakukan asalkan pemerintah bersama masyarakat luas bersinergi bersama dalam mengembangkan UMKM dan koperasi. Upaya pengembangan UMKM dan koperasi hendaknya dilakukan secara terpadu dan terus-menerus agar UMKM dan koperasi dapat berkembang sesuai dengan harapan. Masih banyak UMKM dan koperasi di Indonesia termasuk di Aceh Tengah memerlukan perhatian dan sentuhan secara khusus dalam berbagai aspek, agar usaha mereka tidak terhenti di tengah jalan. Pemerintah perlu mendorong secara terus-menerus tanpa kenal lelah agar UMKM dan koperasi lebih mandiri dalam segala hal, termasuk penguatan manajemen, permodalan dan pemasaran. Mengingat masih ada sebagian UMKM dan koperasi yang sangat memerlukan proteksi dari pemerintah karena skala usaha dan jangkauan pemasaran masih terbatas. Dengan berkembangnya UMKM dan koperasi maka tingkat pendapatan masyarakat akan meningkat dengan demikian akan berimplikasi positif bagi pertumbuhan ekonomi. Oleh karena itu dalam memajukan UMKM dan koperasi hendaknya saling bersinergi dengan lintas sektor lain agar diperoleh perlindungan dan kekuatan hukum dalam melaksanakan aktivitasnya. Kalau tidak demikian maka UMKM dan koperasi akan sulit berkembang dalam konstelasi dunia usaha yang semakin bersaing ketat saat ini. Bercermin dari kondisi dan potensi tersebut UMKM dan koperasi di Aceh Tengah hendaknya semakin membaca peluang penting ini untuk memperluas usahanya, misalnya selama ini hanya fokus usaha produksi pada pasar lokal, tetapi sekarang hendaknya bisa berorientasi ke pasar ekspor (pasar regional Asean dan Cina) bahkan negara lainnya di dunia. Hal ini bukan tidak mungkin mengingat begitu besarnya potensi yang dimiliki oleh wilayah ini. Apalagi selama ini Aceh Tengah memang telah menjadi sentra produksi beberapa komoditas ekspor dan juga untuk kebutuhan pasar lokal di Aceh. Letaknya yang strategis sebagai pintu keluar ke pesisir Utara Aceh telah menjadikan Aceh Tengah sangat menguntungkan sebagai hinterland, pemasok berbagai
173
JURNAL VOLUME 5 - AGUSTUS 2010 : 145 - 174
kebutuhan produk holtikultura untuk sebagian wilayah Aceh, Indonesia dan juga untuk negara-negara tentangga yang tergabung dalam ACFTA. DAFTAR PUSTAKA BAPPEDA Aceh Tengah. 2008. Profil Kabupaten Aceh Tengah. BAPPEDA Aceh Tengah, Aceh. Burhan, Umar & Munawar Ismail .1988. Koperasi Produksi. Karunika, Jakarta. Cobia, David W. 1989. Cooperative In Agriculture. Prentice Hall, New Jersey. Diskopindag Aceh Tengah. 2009. Laporan Perkembangan UMKM dan Koperasi Aceh Tengah. Diskopindag Aceh Tengah, Aceh. Diskopindag Aceh Tengah. 2008. Rencana Strategis Diskopindag Aceh Tengah. Diskopindag Aceh Tengah, Aceh. Ismawan, Indra. 2001. Sukses Di Era Ekonomi Liberal Bagi Koperasi dan Perusahaan Kecil Menengah. Grasindo, Jakarta. Munkner, Hans H. 1997. Masa Depan Koperasi. Dekopin, Jakarta. Nasibitt, John and Patricia Aburdene. 1990. Megtrends 2000. Binarupa Aksara, Jakarta. Nazir, Mohd. 2000. Metode Penelitian. Ghalia Indonesia, Jakarta. Pamungkas, Sri Bintang.1996. Pokok-Pokok Pikiran Tentang Demokrasi Ekonomi dan Pembangunan. Yayasan Daulat Rakyat, Jakarta. Roopke, Jochen .1992. Cooperative Entrepreneurship. Philips Marburg, Germany Sekaran, Uma. 2000. Research Methods for Business: A Skill-Building Approach. John Wiley & Sons, Inc., New York. Schumacher, EF. 1978. Kecil itu Indah. LP3ES, Jakarta. Singarimbun, Masri dan Sofian Effendi. 1995. Metode Penelitian Survai. LP3ES, Jakarta Soekartawi. 1990. Teori Ekonomi Produksi. Rajawali Pers, Jakarta. Syahza, Almasdi. 2010. Percepatan Peningkatan Ekonomi Pedesaan Melalui Pengembangan Koperasi Berbasis Agribisnis di Daerah Pedesaan. http:// openpdf.com/ebook/ekonomi-koperasi-pdf.html., diakses Tanggal 1 Maret 2010 Wirasasmita, Yuyun. 2000. Kewirausahaan di Perguruan Tinggi: Makalah UNPAD. Universitas Padjajaran, Bandung.
174