Introduction ( Pendahuluan ) Tanpa perlu diperdebatkan, Yesus dan Muhammad adalah dua pribadi yang pernah hidup dan sangat berpengaruh. Hari ini kita dapat melihat pengaruh mereka dalam dua kelompok agama terbesar di dunia : Kekristenan dengan lebih dari dua milyar penduduk, dan Islam dengan 1.5milyar. Ada perbedaan besar yang muncul diantara dua kelompok ini. Hampir semua orang Kristen mengakui bahwa mereka hanya memiliki sedikit pemahaman tentang apa yang Muhammad telah lakukan dan ajarkan, Orangorang Muslim, di pihak lain, percaya bahwa mereka memahami siapa Yesus dan ada yang Dia ajarkan, tetapi apa yang mereka percaya bertentangan dengan apa yang diajarkan oleh Alkitab Perjanjian Baru. Jadi ini pertanyaan sebenarnya : Bagaimana kita dapat melihat satu gambar yang benar dari kedua orang tersebut pada waktu bersamaan ? Pertama, kita harus mengakui satu prinsip penting : kita harus memisahkan pemimpin dari para pengikutnya. Kita tidak dapat melihat kepada orang-orang Kristen untuk belajar apa yang Yesus ajarkan, atau tidak juga kita dapat melihat orang-orang Muslim untuk menentukan apa yang diajarkan Muhammad. Sebaliknya, kita harus melihat langsung mengenai pengajaran dan tindakan dari Yesus dan Muhammad seperti yang dicatat tentang mereka pada semua sumber-sumber yang dapat dipercaya. Ada satu perbedaan besar diantara memeriksa pada sumber-sumber saudara sendiri dan mendasarkan pada orang lain yang menceritakan kepada saudara mengenai apa yang dikatakan sumber-sumber tersebut. Saya percaya hal ini yang menyebabkan orang-orang Muslim tidak memahami Yesus dan orang-orang Kristen tidak memahami Muhammad. Tujuan saya adalah menjadikan buku ini menjadi tuntunan saudara dan membawa saudara kepada sumber-sumber asli sehingga saudara dapat bertemu dengan ke dua orang ini sendiri. Kalian mungkin bertanya, “Apa yang membuat kau pantas untuk hal ini ?” Jawaban saya adalah bahwa saya telah bertemu dengan kedua orang tersebut. Walaupun saya telah memiliki nama Kristen saekarang, saya terlahir dengan satu nama Muslim. Walaupun saya telah memiliki gelar PhD dalam pendidikan Kristen, saya juga mempunyai satu PhD dalam sejarah dan kebudayaan agama Islam dari universitas Al-Azhar di Kairo. Walaupun buku ini ditulis dalam bahasa Inggris, bahasa ibu saya adalah bahasa Arab. Saya telah berjalan ke dalam kedua dunia tersebut. Di dunia Barat, saudara memiliki banyak oran-orang yang memiliki pengetahuan tentang kehidupan Yesus. Dan di dunia Islam, saudara juga dapat menemukan banyak orang-orang Muslim yang sangat ahli tentang kehidupan Muhammad. Tetapi sangat sulit menemukan seseorang di dunia Barat yang
berbicara tentang Muhammad dari sumber-sumber asli. Oleh karena itu saya pikir saya telah menawarkan sesuatu yang unik. Untuk mengetahui referensi sumber informasi yang asli, sanya sangat menantang saudara untuk membaca Appendix A dari buku ini, yang menjelaskan sumber-sumber asli yang saya pergunakan dalam menggali informasi mengenai kehidupan Muhammad dan Yesus. Jika saudara seorang barat, adalah hampir tidak mungkin untuk saudara mengerti kutipan-kutipan dari sumber-sumber agama Islam jika tidak saudara membaca Appendix A. Sisa dari buku ini secara logika disusun untuk membawa saudara melalui topic-topik dibawah ini : •
•
•
•
Dalam seksi 1 saya menyajikan kepada saudara latarbelakang saya dan bagaimana saya datang melihat kehidupan dari Yesus dan kehidupan dari Muhammad berdampingan. Ketika saya menulis atau berbicara, saya jarang menjelaskan pendidikan saya dengan detail, tetapi saya lakukan untuk buku ini karena saudara harus tahu bahwa keterangan mengenai Muhammad diperoleh dari satu sumber yang dapat dipercaya. Jika saudara tidak tertarik dalam membaca kisah saya, tidak masalah kalau langsung melompat ke Seksi 2 Dalam seksi 2 saudara akan membaca mengenai apa yang Yesus dan Muhammad kerjakan dalam kehidupan mereka. Dalam seksi ini saudara akan menemukan beberapa kesamaan yang mengherankan, seperti kenyataan kedua orang tersebut telah mengajar sejak anak-anak, keduanya memiliki sepupu yang memperkenalkan mereka kepada umum, keduanya ditolak oleh lingkungannya, dan keduanya di Bantu oleh dua belas murid. Seksi ini membiarkan Yesus dan Muhammad berjalan berdampingan, dari kelahiran sampai kematian mereka. Seksi 3 mengkhususkan pada warisan yang mereka tinggakan dengan pengajaran dan contoh hidup mereka. Perbedaan yang mendalam menjadi jelas. Pertama saudara akan belajar dari setiap orang ini klaim mengenai diri mereka sendiri siapa dan pesannya kepada dunia. Diikuti dengan melihat apa yang dikatakan Muhammad tentang Yesus dan apa yang Yesus mungkin telah katakana tentang Muhammad. Kemudian kita akan menguji aktivitas-aktivitas yang mendominasi kehidupan mereka – untuk Yesus, menyembuhkan dan mukjizat; untuk Muhammad, perang suci. Bab empat belas, lima belas, dan enam belas membandingkan pengajaran mereka atas kasih, berdoa, dan para wanita. Seksi ini diakhiri dua bab yang melihat secara khusus pada kutipan-kutipan yang menunjukkan (1) satu perbandingan dari bagaimana Yesus dan Muhammad bereaksi dalam empat situasi yang dengan mengagumkan memliki kesamaan dan (2) pengajaran mereka dengan memperbandingkan atas delapan subyek utama ayat demi ayat. Dalam Seksi 4 saya memberikan saudara kesimpulan dari fakta-fakta penting mengenai Yesus dan Muhammad dan menjelaskan apa yang terjadi secara pribadi kepada saya setelah saya melihat Yesus dan Muhammad secara berdampingan.
Jika sudara membaca buku ini di dalam suatu negara yang bebas, saudara adalah satu peribadi yang dihargai. Saudara mempunyai hak untuk mengeluarkan pendapat seperti yang saudara inginkan. Hampir semua orang di dunia Muslim akan tidak pernah tahu informasi yang ada dalam buku ini. Pemimpin mereka merahasiakan dan menjaganya agar jauh dari mereka. Bagaimanapun, keduanya baik Alkitab dan Alquran mengatakan bahwa kebenaran akan membuktikan dirinya sendiri ( Kisah Para Rasul 5:3340 dan Surah 2:256 ). Jadi mari kita menguji fakta-fakta mengenai Yesus dan Muhammad.
SECTION 1 MY BACKGROUND
Seksi 1 Latarbelakang Saya
1
Growing Up in Islam ( Bertumbuh dalam Agama Islam ) Saat itu adalah hari yang indah dalam musim dingin di Mesir. Udara dingin, dan matahari bersinar cerah. Saya baru saja selesai makan pagi di rumah saya dimana saya tinggal dengan ibu saya, ayah, saudara-saudara lelaki, saudara perempuan, dan paman. Saya baru berumur kira-kiran lima tahun pada waktu itu, tetapi saya ingat hari tersebut dengan jelas. Paman saya berkata kepada saya, “ Kita akan membaca Alquran bersama-sama. Kamu punya salinannya ?” Dengan mudah saya pergi mengambil satu buku tipis yang diberikan paman saya sebelumnya. Buku ini bukan seluruh Alquran, tetapi hanya salah satu dari 30 bagian. Paman saya lulusan dari Universitas Islam paling bergengsi di dunia, AlAzhar di Kairo. Hanya dalam usianya yang ketiga puluh, dia sekarang adalah imam dari mesjid terbesar di wilayah kami dan seorang pria yang dihormati oleh semua orang-orang Muslim yang saleh. Kami berjalan bergandengan tangan menyeberangi jalan menuju kebun buah-buahan keluarga yang ditanami dengan pohon anggur, ara dan jeruk. Kebun berada disamping satu saluran, dan ketika kita duduk di tepi kita dapat melihat nelayan melakukan kegiatannya. Paman saya mulai membaca. Kata-kata yang telah saya hafal karena saya telah sering mendengarnya dalam seluruh hidup saya – di mesjid, di radio, dan dari pengajar Alquran yang kami bayar untuk datang ke rumah kami. Paman saya membaca ayat pertama bab terakhir dari Alquran. Kemudian dia meminta saya mengulanginya. Saya lakukan itu. Kemudian dia mengkoreksi pengucapan dari bahasa Arab klasik dan memerintahkan saya untuk mengulanginya lagi di hadapannya. Saya lakukan itu. Kita melakukan ini berulang kali sampai saya telah menghapal ayat ini dengan baik. Kemudian kita mulai ke ayat 2. Kami menyelesaikan tiga sampai empat ayat pada saat itu. Kemudian kita terhenti karena suatu hal., Banyak orang yang selalu ingin bertanya kepada paman saya mengenai keyakinan dan hukum dalam agama Islam karena dia adalah salah satu dari beberapa sarjana yang tinggal di wilayah kami. Sementara saya menunggunya menjawab pertanyaan orang-orang tersebut, saya turun bermain dengan air yang ada di saluran tersebut. Kemudian dia memanggil saya : “ Pulang ke rumah dan minta ibumu membantu mu agar bersiap-siap untuk pergi ke mejid. “
Saya segera brlari pulang ke rumah, dan ketika masuk ke dalam di depan pintu saya mendengar kakek saya memanggil, “Kemarilah, kemarilah, “ dari ruangannya. Kakek saya telah berusia delapan puluh tahun dan buta. Saya sangat sayang kepadanya, dan saya segera menuju ke ruangannya dan mencium tangannya sementara dia masih berbaring di tempat tidur. Kemudian saya melompat ke atas tempat tidur dan memberikan pelukan kepadanya. Dia berkata, “ Katakan : apakah kau membaca Alquran ? “ Saya menjawab, “ Ya. “ Dia berkata, “Lantunkan kepada saya, “ dan saya lakukan. Dia begitu bahagia mendengarkan saya melantunkan ayat Alquran. “ Cucuku, “ dia berkata, “ saya bersyukur kepada Allah karena kau. Kau akan menghafal seluruh Alquran. Kau akan menjadi lilin dalam rumah kita. “ Saya mengangguk tanda setuju dan kemudian menyelinap keluar untuk mempersiapkan diri pergi ke mesjid. Hari ini dalah Jumat, hari suci dalam Islam ketika khotbah diberikan di mesjid. Ibu saya membantu saya memakai jubah putih dan kopiah – pakaian tradisional kami untuk pergi ke mesjid. Setelah paman saya siap, kami berjalan setengah mil menuju mesjid bersama-sama sebagai satu keluarga. Paman saya memberikan khotbah, dan ayah saya, saudara-saudara lelaki, dan saya duduk di baris depan dari kelompok pria, Ibu saya, saudara perempuan, dan perempuan lain duduk di belakang yang dikhususkan untuk wanita. Hari itu saya ingat bagaimana saya telah memulai untuk menghafal atau mengingat di luar kepala dari Alquran.
Suatu Pandangan Hidup Dari hari itu dan seterusnya, paman saya menjadi mentor saya. Dia melatih saya hampir setiap hari. Ketika saya berusia enam tahun, dia mendaftarkan saya ke dalam sekolah dasar Al-Azhar. Ada lima puluh sekolah dasar sekuler di provinsi kami, tetapi hanya ada satu sekolah dasar Al-Azhar. Sekolah elite ini mengkhususkan pada satu pendidikan agama Islam. Tidak satu orang pun dari saudara lelaki dan perempuan yang bersekolah disini, tetapi tidak ada kemarahan atau kecemburuan terhadap masalah ini. Saya melakukan lebih dari apa yang ditentukan oleh sekolah dalam menghafal Alquran. Dengan mantap, paman saya melatih saya untuk dapat menyelesaikan seluruh Alquran ( yang panjangnya kira-kira sama dengan Alkitab Perjanjian Baru ) pada usia yang sangat muda. Mereka semua bangga dan merayakan ketika saya berhasil diterima. Orang-orang mulai memanggil saya “ Sheik Kecil “ Hampir setiap pagi saya selalu pergi ke mesjid untuk melakukan sembahyang pagi bersama ayah dan paman, yang dimulai kira-kira pukuk 3.30 am sampai 4.30 am ( waktu tergantung dari setiap tahun ). Setelah sembahyang, biasanya ayah dan paman kembali ke rumah untuk tidur dua jam atau lebih sebelum mereka bersiap untuk bekerja. Saya biasanya tetap tinggal di mesjid
dengan salinan Alquran saya. Sebelum saya mulai menghafal ayat-ayat baru, saya menguji sendiri terhadap ayat-ayat yang telah saya hafal satu atau dua hari sebelumnya. Sesudah saya memastikan bahwa hafalan saya sudah benar, saya memulai dengan materi yang baru. Saya membaca kalimat dari ayat pertama. Kemudian saya menutup Alquran dan mengulangi ayat tersebut sambil saya berjalan dari ujung ke ujung ke ujung mesjid. Ketika saya telah menyelesaikan ayat pertama, saya membuka kembali Alquran saya dan membaca ayat kedua. Saya melanjutkan cara yang sama sampai hafalan saya selesai. Saya sangat berhati-hati untuk menyimpan apa yang telah saya pelajari, jadi saya menggunakan dua sampai tiga hari dalam satu bulan untuk mengulang. Jika kau tanya saya tentang sesuatu yang saya telah hafalkan sebulan yang lalu, hal itu langsung berada di otak saya.
Sesudah Tujuh Tahun…. Paman saya tidak hanya melatih saya untuk menghafal, tetapi dia juga memastikan bahwa saya memahami bahasa Arab klasik – Bahasa dari Alquran. Bahasa Arab rata-rata yang digunakan tidak dapat membaca atau memahami tipe bahasa Arab klasik ini dengan baik, dan belajar bahasa ini adalah bagian penting dari suatu pendidikan agama. Selama tujuh tahun paman melatih dan membimbing saya, ayat demi ayat dan bab demi bab. Ketika usia saya genap dua belas tahun, saya telah lengkap menghafal seluruh Alquran. Menurut sistem pendidikan dari Al-Azhar, saya tidak diminta untuk menyelesailkan hafalam seluruh isi Alquran sampai saya telah menyelesaikan empat tahun pendidikan kesarjanaan, jadi saya sangat muda ketika itu. Tidak perlu dikatakan, keluarga saya sangat bergembira. Mereka dieluelukan dan diberikan ucapan selamat oleh seluruh anggota klan dalam suatu ruangan besar yang dibangun untuk acara-acara khusus klan. Saya tidak akan pernah lupa kakek saya yang buta disana, berteriak memanggil-manggil saya, “ Cucuku, dimana cucuku ? “ Saya berlari menuju kepadanya, dan dia hanya memeluk saya, air mata mengalir turun dari wajahnya. Setelah mempelajari dan menghafal seluruh Alquran membuat saya memiliki suatu posisi yang tidak biasa yang dihormati walaupun sebagai seorang anak. Orang-orang memperlakukan saya seperti orang suci karena saya membawa buku suci di dalam otak saya. Sejak saat itu, saya selalu secara sistimatis membaca dan mengulangi Qlquran untuk memastikan saya tidak melupakan sedikitpun apa yang telah saya pelajari.
Sukses dalam Pendidikan Ketika saya memasuki SMA Al-Azhar, satu dari tugas utama kami adalah menghafal kalimat yang paling penting dalam Hadist. Kebanyakan orang-orang barat tidak mengetahui apakah Hadist itu, jadi saya akan jelaskan. Hadist ( The Hadith ), yang diucapkan ha-DEETH, adalah kumpulan dari pengajaran dan tindakan Muhammad. Hadist ini dicatat oleh para pengikut terdekatnya, para pelayannya, dan bahkan para istrinya. Sebagai contoh, satu hadist menjelaskan bagaimana cara Muhammad sembahyang, bagaimana dia menyelesaikan perselisihan diantara dua orang Muslim, atau suatu peristiwa yang terjadi dalam perang. Beberapa Hadist hanya satu kalimat panjangnya, sementara yang lain bisa satu atau dua halaman. Panjang yang umum kira-kira tiga paragraph. Para pengikut Muhammad sangat mendedikasikan untuk menjaga catatan-catatan mengenai apa yang dia lakukan dan katakana. Kira-kira ada setengah juta hadist ! ( Untuk Informasi lebih lanjut, lihatt Appendix A ). Tentu saja, tidak ada seorang pun dari kami dapat menghafal seluruh Hadist. Tetapi sekolah telah memilih satu Hadist-Hadist tertentu untuk dihafal setiap semester. Pada hari pertama dari kelas Hadist, guru akan mengedarkan buku dengan hadist yang akan menjadi bahan hafalan selama semester tersebut. Dalam buku tersebut biasanya ada beberapa hadist. Kami menghafal satu sampai tiga hadist setiap hari selama tahun sekolah. Paman juga selalu membimbing saya untuk menghafal tanbahan hadist, dan saya mengafal lebih beberapa yang saya pilih sendiri dengan sangat baik. Paman juga melatih saya untuk berkhotbah di mesjid, yang saya mulai sekali-kali bahkan sementara saya masih di SMA. Setelah menamatkan SMA saya memperkirakan bahwa saya telah menghafal diantara lima sampai enam ribu hadist. Tidak perlu dikatakan, pendidikan agama di SMA sangat teliti. Ketika murid-murid dari SMA AL-Azhar pada usia delapan belas tahun, mereka telah dinyatakan layak untuk memimpin sembahyang dan mengajar di mesjid tanpa pendidikan tambahan. Saya telah menjadi seorang Muslim yang taat dan saleh pada waktu itu. Hati saya telah dipenuhi dengan keinginan untuk mengikuti contoh dari Muhammad dalam setiap tindakan saya.
Memasuki Universitas Setelah saya menyelesaikan SMA, salah satu saudara lelaki saya menyarankan saya untuk melanjutkan ke sekolah farmasi. Tetapi sebagian keluarga saya meminta saya untuk melanjutkan pendidikan agama saya. Jadi saya mendaftar di Universitas Al-Azhar di Kairo dan memilih fakultas Bahasa Arab, seperti paman yang menjad mentor saya telah lakukan sebelumnya. Setiap orang dengan latar belakang Muslim di Mesir pasti kenal dengan Universitas Al-Azhar, karena merupakan sekolah yang sangat berpengaruh di
dalam dunia Islam. Pengaruhnya tersebut sulit untuk dijelaskan kepada orangorang barat karena di negara-negara barat tidak ada universitas ( Kristen ) dengan status yang sama ( yang memberikan pengarus kepada dunia Kristen ). Besarnya sangatlah menakjubkan – lebih dari sembilan ribu mahasiswa dari seluruh Mesir kuliah disana. Yang juga mengejutkan tuanya – Mesjid Agung AlAzhar selesai dibangun dalam tahun 972 A.D. ( Masehi ) dan kuliah-kuliah akademis dimulai tiga setengah tahun kemudian. Universitas Al-Azhar sangatlah dihomati – Digambarkan oleh media-media Islam sebagai “ Otoritas Islam Sunni Tertinggi. “ Saya selalu menikmati pelajaran sejarah, jadi saya memilih jurusan sejarah dan kebudayaan Agama Islam. Saya ingin belajar lebih tentang kesabaran, keberanian, dan komitmen dari Muhammad dan teman-temanya yang sangat saya hormati. Pada hari pertama dari kelas, saya menerima satu perkenalan yang mengejutkan tentang jenis pendidikan yang yang harus saya terima. Sheikh yang mengajar kuliah pertama pada hari itu adalah seorang pria pendek dengan kulit gelap, kumis tipis, dan dengan kacamat yang tebal. Dia mengatakan kepada kami : “ Apa yang saya beritahukan harus kalian terima sebagai kebenaran. Saya tidak akan mengijinkan setiap bentuk diskusi dalam kelas. Apa yang tidak saya katakana adalah tidak bernilai untuk diketahui. Dengar dan patuh, dan jangan bertanya sedikitpun. “ Saya terganggu dengan filosofi seperti ini, dan saya berdiri untuk berbicara. Sang sheikh langsung memperhatikan saya karena saya duduk di baris kedua. Saya berkata, “ O Tuan Sheikh, mana bisa ada pengajaran tanpa banyak pertanyaan ? “ “Dari mana kau, Nak ? “ Dia bertanya. “Dari Mesir, “ saya menjawab, mengacuhkan bahwa adalah jelas sekali saya adalah seorang Mesir. “ Saya tahu – tetapi dari Mesir mana ? “ Saya memberitahukan nama wilayah daerah saya, dan dia menjawab dengan kasar, “jadi, pantas, kau adalah seorang keledai dungu ! “ Dia berkata begitu karena orang-orang dari daerah saya kelihatannya dibenci. Saya membalas, “ Ya, saya harus menjadi keledai untuk meninggalkan rumah dan datang ke mari hanya untuk dihina ! “ Seluruh kelas menjadi sunyi. Saya bergerak cepat dari barisan dimana saya duduk dan segera menuju pintu untuk pergi. Sang sheik berteriak kepada saya, “ Berhenti, kau binatang ! Siapa nama kau ? “ “Tidak ada hormat bagi saya untuk memberitahukan anda, “ Saya berkata dingin. Pada saat itu, sang sheikh menjadi lebih marah dan mulai menggembargemborkan mengenai kemungkinan untuk mencoret nama saya dari daftar mahasiswa dan melempar saya ke jalan. Saya meninggalkan ruangan dan langsung pergi ke dekan fakultas. Saya menceritakan kepadanya apa yang terjadi. Setelah sang sheikh selesai memberikan kuliah, dekan memanggil dia untuk datang ke ruangan kantornya.
Dengan sangat meyakinkan sang dekan meyakinkan sang sheikh untuk memaafkan saya, dan dia juga menasehatkan saya untuk lebih bersikap sabar kepada sang sheikh. “ Anggap beliau sebagai figur seorang ayah, “ kata dekan, “ yang hanya ingin mengkoreksi kau, bukan menghina kau. “ Peristiwa ini memperkenalkan saya kepada cara diam dan taat sebagai bagian yang diwajibkan oleh Universitas. Metode belajar kamu adalah membaca buku yang ditulis oleh sarjana-sarjana besar Islam, baik modern dan kuno. Kemudian kita akan membuat daftar dari kunci pokok-pokok utama dari setiap buku dan menghafal daftar tersebut. Kita akan diberikan ujian tertulis untuk setiap kelasm dan beberapa dosen akan meminta dibuatkan laporan. Saya juga membaca tambahan sastra dan puisi bahasa Arab untuk kesenangan saya sendiri. Bahkan walaupun saya tahu lebih baik, semakin saya banyak tanya professor saya semakin tidak suka.
Terlalu Banyak Pertanyaan Sebagai contoh, saya bertanya kepada seorang Professor, “ Mengapa Muhammad mengatakan kepada kita untuk bersahabat dengan orang-orang Kristen sedapat mungkin, dan kemudian dia berkata untuk membunuh mereka semua ? “ Professor tersebut membalas, “ Apa yang nabi katakan untuk kalian lakukan, terima saja. Apa yang dia larang, kalian juga harus terima larangan tersebut. Apa yang dia perbolehkan, kalian juga terima apa yang dia perbolehkan. Kalian bukanlah seorang Muslim sejati jika kalian tidak taat kepada kata-kata nabi Muhammad. “ Saya bertanya kepada professor lain, “ Mengapa nabi Muhammad diijinkan menikahi tiga belas wanita, dan kita diperintahkan tidak boleh menikahi lebih dari empat ? Alquran berkata Muhammad juga hanya manusia. Jadi mengapa dia mendapatkan hak yang lebih ? “ Professor saya menjawab, “ Tidak. Jika kau melihat dengan lebih seksama, kau akan menemukan bahwa Allah memberikan kau hak lebih daripada nabi sendiri. Allah meminta kau untuk tidak menikahi lebih dari empat. Tetapi kau juga mempunyai hak untuk menceraikan. Jadi kau dapat menikahi empat hari, dan menceraikan mereka semua besok, dan menikahi empat yang lain. Sehingga kau dapat memiliki jumlah istri yang tak terbatas. “ Bagi saya, ini bukanlah suatu jawaban yang logis, khususnya karena sejarah Agama Islam mengindikasikan bahwa Muhammad juga mempunyai hak untuk menceraikan. Muhammad mempunyai banyak masalah dengan para istrinya sehingga pada suatu waktu dia mengancam untuk menceraikan mereka semua. “ Saya bahkan bertanya kepada Sheikh Omar Abdel Rahman, yang telah sangat dikenal sebagai dalang serangan bom tehadap World Trade Centre pada tahun 1993. Ketika saya kuliah di Al-Azhar, dia adalah salah seorang professor saya untuk mata kuliah Interpretasi [ tafsir ] Alquran.
Dia memberikan kami kesempatan untuk mengajukan pertanyaan, jadi saya berdiri di depan lima ratus mahasiswa dan bertanya : “ Mengapa yang bapak ajarkan kepada kami sepanjang waktu mengenai Jihad ? Bagaimana dengan ayat-ayat lain dalam Alquran yang berbicara tentang perdamaian, kasih, dan memaafkan ? “ Segera mukanya berubah menjadi merah. Saya dapat merasakan kemarahannya, tetapi saya juga dapat merasakan bahwa dia segera dapat mengendalikan dirinya daripada sebaliknya berteriak kepada saya, tetapi berkata, “ Saudaraku ,“ dia berkata, “ Dalam Alquran ada satu sura ( bab ) yang dinamakan, “ Spoils of War [ rampasan perang ] “. Disana tidak ada surah yang dengan nama, “ Peace [ perdamaian ] “ . Jihad dan pembunuhan adalah kepala dari Islam. Jika kau menghapuskannya, kau seperti memenggal kepala dari Islam. “ Jawaban yang saya terima dari dirinya dan juga professor lainnay tidak memuaskan saya. Beberapa orang mulai menyebut saya sebagai seorang pembuat masalah, tetapi yang lainnya lagi bersikap sabar, dengan percaya bahwa sesungguhnya yang saya inginkan hanyalah belajar. Pada saat bersamaan, saya sangat menonjol dalam pendidikan saya. Setelah empat tahun saya lulus sebagai yang kedua dari enam ribu mahasiswa. Urutan ini berdasarkan jumlah angka dari ujian oral dan tertulis yang diberikan pada akhir pelajaran setiap tahun. Ujian Oral mengfokuskan pada hafalan dari Alquran dan Hadist, dan ujian tertulis meliputi subjek bahan kuliah di kelas. Setiap tahun, jumlah maksimum yang bisa dicapai adalah lima belas ribu point.
Tingkat Master dan Mengajar Sebelum saya dapat memulai pendidikan Master, saya melaksanakan wajib militer selama 1 tahun di angkatan bersenjata. Setelah selesai, saya kembali ke Al-Azhar. Saya memutuskan pada tahap ini bahwa tidak ada professor atau sheikh yang akan menolong untuk menjawab semua pertanyaan saya, artinya saya harus mencari sendiri. Mengerjakan penelitian untuk tesis master memberikan kesempatan atas hal ini. Tidak ada seorang pun yang telah memberitahukan kepada saya apa yang harus saya baca, jadi saya melihat pada berbagai macam sumber yang luas mengenai sejarah Agama Islam. Bukannya menemukan jawababjawaban, saya menjadi jauh lebih kecewa terhadap sejarah agama Islam sebagai suatu cerita dari kekejaman dan pertumpahan darah dari sejak Muhammad sampai dengan hari sekarang. Ketika saya melihat lebih jauh terhadap pengajaran dari Alquran dan Muhammad, saya dapat melihat mengapa sejarah agama Islam dibangun dengan cara ini. Saya berpikir, Apakah Tuhan akan memaafkan penghacuran atas kehidupan umat manusia yang seperti ini ? Tetapi saya menyimpan pertanyaan seperti ini hanya untuk diri saya sendiri.
Thesis master saya menciptakan kehebohan yang lumayan, Saya tetap mengendalikan diri saya untuk tidak mempertanyakan tentang Islam, tetapi saya menyentuh issue yang controversial mengenai bentuk dari pemerintahan yang seharusnya dimiliki oleh suatu negara Islam. Pemerintah Mesir menyukai ide-ide saya dan mengatur untuk suatu siaran langsung agar saya bisa melakukan pembelaan terhadap thesis saya di Stasiun Radio national Kitab Suci Alquran ( Holy Quran national radio station ). Dari sisi luar, saya terlihat sangat sukses. Pihak universitas meminta saya untuk mulai mengajar di dalam bidang yang menjadi keahlian saya – sejarah dan Peradaban Agama Islam ( Islamic History and Culture ). Pada usia dua puluh delapan tahun, saya adalah satu dari dosen termuda yang mereka pernah miliki. Saya juga memimpin sembahyang dan berkhotbah di satu mesjid dalam wilayah pemukiman di Kairo. Bagaimanapun, di dalam, Saya masih mencari untuk mendapatkan kebenaran. Pada titik ini, saya sesungguhnya tidak dapat memilik diri saya sendiri lagi. Saya tidak dapat berhenti dan mencari pekerjaan lain. Universitas, keluarga saya, dan komunitas saya akan bertanya, mengapa saya harus melakukan hal tersebut ? Adalah tidak logis untuk meninggalkan semua pendidikan ini. Saya tidak punya cara untuk pergi tetapi melanjutkan berjalan di jalan ini. Saya mulai bekerja untuk mencapai tingkat doktoral.
2
Leaving the University ( Meninggalkan Universitas ) Saya menghabiskan waktu dua tahun dalam penelitiaan untuk tingkat doktoral. Selama masa ini, saya mempunyai dua tanggung jawab. Saya mengajar untuk Al-Azhar, keduanya, baik yang di Kairo dan yang satunya lagi di seluruh Timur Tengah. Dan saya adalah pemimpin dari satu mesjid kecil. Saya memimpin pertama, kedua, keempat dan kelima dari waktu sembahyang ( sholat ) setiap hari, dan pada setiap Jumat saya membawakan khotbah dan memimpin seluruh sembahyang sepanjang hari. Saya suka mengajar dan berbicara dengan mahasiswa. Biasanya setelah saya memberikan kuliah : saya memperbolehkan debat, dan saya mempersilahkan para mahasiswa untuk bertanya. Tindakan ini adalah sesuatu yang berbahaya. Contohnya, ketika saya mengajarkan kisah tentang Muawiya ( Moo-uh-WEE-yuh ) dan anak lelakinya, yang menjadi bahan dalam thesis master saya. Muawiya adalah satau dari orang-orang yang menulis wahyu-wahyu Alquran untuk Muhammad, yang tidak bisa menulis atau membaca. Dia kemudian menjadi penguasa ke lima dari dunia Islam setelah Muhammad. Sebelum kematiannya, dia menasehatkan anak lelakinya untuk mengejar dan membunuh empat orang pria yang dapat mengancam kemungkinan anak-nya menjadi pemimpin Islam setelahnya. Anaknya kemudian mengikuti nasehatnya; dah bahkan bertindak lebih jauh dari apa yang dinasehatkan ayahnya dengan membunuh cucu Muhammad dalam usaha mengamankan posisinya. Saya berkata kepada para mahasiswa, “ Mari kita lihat peranan Tuhan dalam situasi seperti ini. Kita membutuhkan Tuhan yang penuh kemurahan dan kasih dalam situasi ini. “ Saya ingin mengembangkan satu semangat baru dalam kuliah ini, yang mana tidak memungkinkan bagi saya dulu ketika mahasiswa. Saya ingin mereka untuk berpikir bebas dan memakai otak mereka tanpa perlu menjadi takut atas pengaruh-pengaruh yang tidak langsung. Banyak dari mahasiswa yang ingin untuk berpikir secara kritis. Seorang mahasiswa bertanya, “ Apakah hadist ini asli ? Mungkin orang-orang Yahudi yang buat. “ Saya mengajaknya kembali untuk melihat sumbernya dan menjawab, “ Asli, dan tidak palsu. “ Jadi mereka mulai berpikir untuk banyak tentang berbagai pertanyaan lainnya. Tetapi mahasiswa-mahasiswa yang radikal merasa bahwa saya sedang menghancurkan atau menjelek-jelekkan agama Islam. “ Allah, maafkan kami ! “ Mereka biasanya berteriak. “ Kau adalah professor kami. Ajarkan kami tentang Islam, bukanya membuat kami menjadi bingung. “ Para mahasiswa radikal tersebut kemudian pergi mendatangi para pemimpin universitas dan berkata, “ Dia ini adalah seorang professor yang berbahaya. Kita tidak tahu apakah dia masih seorang Muslim atau telah murtad dan memeluk agama lain. “
Dari dalam, Al-azhar mempunyai suatu ketakutan yang sangat besar atas serangan kekuasaan pihak lain atas otoritas yang dimiliki selama ini. Kepala bagian saya kemudian memanggil saya untuk bertemu dengannya. Saya berpikir bahwa pihak universitas mungkin akan membuang saya, tetapi saya juga berpikir, para professor ini kenal saya, mereka mengetahui isi hati dan keinginan saya. Mereka juga telah tahu bahwa pertanyaan-pertanyaan saya tidak ada yang baru. Dalam pertemuan kami, kepala bagian saya menemukan suatu perkembangan dari cara berpikir saya. Dia hanya takut. “ Anak ku, “ dia berkata, “ kita tidak mentolerir masalah-masalah ini dengan cara yang kamu lakukan. Disini ada panduan, dan kita harus mematuhinya. Kita tidak mungkin berpikir lebih dari nabi sendiri atau juga lebih dari Allah sendiri. Ketika kamu menjadi bingung, katakana saja, ‘ Allah dan nabinya yang mengetahui kebenaran.’ Taruh hal ini dalam tangan para mahasiswa, dan lanjutkan. “ Tetapi dia merasakan bahwa saya memerlukan lebih banyak nasehat dan petunjuk. Saya dipanggil untuk pertemuan yang lain dengan komite universitas untuk kebijakan yang dipaksakan. Pertemuannya tadinya berjalan dengan baik. Mereka tidak ingin saya pergi dari universitas dan mengkritik Islam. Pertama kali, mereka kelihatannya menahan diri. Mereka bertanya tentang kehidupan saya, rumah dan keluarga. Kemudian mereka berbicara tentang kuliah dan mahasiswa yang saya bawakan. Pada akhirnya mereka menantang saya : “Mengapa saudara menjawab pertanyaan seperti itu ? Saudara kan seharusnya tahu bagaimana bersikap untuk masalah seperti ini seperti yang telah semua kita pelajari ? Saudara sudah tahu sesuatu yang telah kita sepakati dari awal, tetapi tidak ada masalah berapa banyak yang kita pelajari akan menjauhkan kita dari kebenaran. Miliki disiplin. Katakana pa yang saudara pahami. Ketika saudara tersudut, katakan, “ Hanya Allah dan nabinya yang tahu. “ Mereka bertanya, “ Apakah saudara sudah mempelajari Pedang di Leher orang Kafir ( The Sword on the Neck of the Unbeliever ) seperti yang kami sarankan ? Ini adalah buku yang meminta semua orang Muslim untuk menerima pengajaran Muhammad tanpa bertanya. Saya menjawab, “ Saya telah berulang kali membacanya dan telah sama hafalnya seperti saya hafal Alquran. “ Pada titik ini saya punya satu pilihan. Saya dapat menghindari dan bersikap tidak peduli, setuju untuk mengajar dengan cara tradisional, dan saya akan tetap baik-baik saja. Atau sebaliknya, saya katakana kepada mereka apa yang sesungguhnya saya pikirkan, Saya menjawab lagi, “ Dengar. Apa yang saya katakana kepada kalian sekarang bukan karena saya ingin menghina Islam atau nabi. Saya sangat tahu hal ini dalam hati saya. Kalian tahu siapa saya, Kalian mengasihi saya. Saya mohon jangan menuduh saya. Carikan satu cara untuk menolong saya dan menjawab pertanyaan-pertanyaan saya. Dan kemudian saya berkata lagi. “Kita berkata bahwa Alquran adalah langsung dari Allah, tetapi saya meragukan ini. Saya melihat apa yang di dalam Alquran merupakan pikiranpikiran dari manusia, bukan kata-kata dari Tuhan yang benar. “
Suasana pertemuan menjadi berubah. Salah seorang menjadi sangat marah. Dia langsung bangkit dari kursinya, berdiri di depan saya, dengan ludahnya yang mengenai muka saya. “ Kamu penghujat! “ dia berteriak, Saya bersumpah, ibumu adalah seorang bajingan. “ Saya dapat melihat pada mukanya, dibandingkan dengan orang-orang lain yang ada, bahwa dia ingin langsung membunuh saya. “ Keluar, “ perintahnya. Saya berdiri untuk pergi. Pada saat itu seluruh badan saya gemetar, dan saya berkeringat. Saya menyadari bahwa kata-kata yang telah saya ucapkan adalah jaminan kematian. Saya bertanya, Benarkah mereka akan membunuh saya ? Bagaimana caranya ? Kapan dilakukan ? Siapa yang melakukan ? Akankah keluarga saya melakukannya ? anggota mesjid saya ? Para mahasiswa saya ? Ini adalah saat-saat paling mencekam dalam hidup saya. Saya pergi meninggalkan pertemuan, dan pulang ke rumah. Saya tidak mengatakan apapun kepada keluarga saya, tetapi sepertinya mereka dapat melihat ada yang tidak beres pada wajah saya. Saya pergi tidur lebih awal malam itu.
Satu Perjalan ke Penjara Pada pukul tiga pagi di malam yang sama, ayah saya mendengar suara ketukan di pintuk rumah kami. Ketika dia membuka pintu, lima belas sampai dua puluh pria dengan menyandang senjata Kalashnikov Rusia mendorong melewatinya. Mereka berlari ke lantai atas dan seluruh rumah, membangun seluruh isi rumah dan mencari saya. Salah seorang dari mereka menemukan saya sedang tertidur di ranjang saya. Seluruh keluarga saya terbangun, menangis dan ketakutan, ketika melihat orang-orang tersebut mendorong saya keluar dari pintu. Mereka memaksa saya naik ke bagian belakang mobil dam membawa saya pergi. Saya sangat terkejut, tetapi saya peristiwa ini adalah akibat dari apa yang terjadi di universitas hari sebelumnya. Saya dibawa ke suatu tempat yang kelihatannya seperti penjara dimana saya ditempatkan dalam satu sel yang berisi seorang tahanan lain. Pada waktu paginya orang tua saya dengan penuh kegelisahan mencoba mencari tahu apa yang terjadi dengan saya. Segera mereka pergi ke kantor polisi dan bertanya, “ Dimanakah anak lelaki saya ? “ Tetapi tidak ada seorang pun yang tahu keberadaan saya. Saya berada di dalam tangan dari Polisi Rahasia Mesir.
Dituduh sebagai Seorang Kristen Selama tiga hari penjaga tidak memberikan saya makanan dan minuman. Pada hari ke empat, interogasi dimulai. Untuk beberapa hari ke depan tujuan utama dari polisi rahasia adalah mendapatkan bahwa saya telah meninggalkan Islam dan penjelasan bagaimana hal tersebut terjadi. Pola yang
mereka lakukan adalah meninggalkan saya sendiri sepanjang hari dan membawa saya keluar dari sel pada waktu malam untuk diinterogasi. Malam pertama dari interogasi dimulai dalam suatu ruangan dengan satu meja yang besar. Polisi yang mengiterogasi saya duduk dibelakang meja dengan sbatang rokok di tangan, dan saya duduk di sisi yang lain. Dia sangat yakin bahwa saya telah pindah ke agama Kristen, jadi dia terus memaksa saya dengan pertanyaan, “ dengan pastor siapa anda berbicara ? Gereja mana yang anda kunjungi ? Mengapa anda menghianati Islam ?” Dia tidak hanya ngomong. Saya memiliki bekas-bekas luka terbakar di tangan, lengan, dan wajah dari rokok-nya dan juga pemantik api besi panas untuk menunjukkan apa yang dilakukannya. Dia ingin saya mengaku bahwa saya telah berpindah agama, tetapi saya berkata, “ Saya tidak menghianati Islam. Saya hanya mengatakan apa yang saya yakini. Saya seorang akademis. Saya seorang pemikir. Saya punya hak untuk berdiskusi masalah-maalah dalam Islam. Hal ini adalah bagian dari pekerjaan saya dan bagian dari setiap kehidupan akademis. Bahkan mimpi untuk pindah dari Islam pun saya tidak pernah- Islam adalah darah saya, kebudayaan saya, bahasa saya, keluarga saya, kehidupan saya. Tetapi jika bapak menuduh saya murtad dari Islam untuk apa yang saya katakan kepada saudara, maka keluarkan saya dari Islam. Saya tidak berpikir untuk keluar dari Islam. “ Penjaga kemudian mencengkram saya dan mengembalikan saya ke dalam sel keesokannya. Teman sel saya, berpikir bahwa saya dihukum karena sesuatu yang berhubungan dengan agama Islam, memberikan sebagian dari makanan dan minumannya. Pada malam berikutnya saya dibawa ke suatu ruangan dengan tanjang besi di dalamnya. Para penjaga selalu menghina saya dan berjanji bahwa mereka akan mendapatkan pengakuan yang diinginkan dari saya. Mereka mengikat saya di ranjang dan memcambuk kaki saya berkali-kali sampai saya kehilangan kesadaran. Ketika saya bangun, mereka membawa saya ke satu bak kecil yang berisi air dingin. Mereka memaksa saya untuk masuk ke dalamnya. Dan waktu terasa tidak lama sebelum mereka mengeluarkan saya kembali. Ketika saya bangun saya sedang berbaring di ranjang yang tadi saya dicambuk, masih dengan baju yang basah. Saya masih menjalani hari yang lain di dalam sel, dan keesokan sorenyanya saya dibawa keluar ke belakang gedung. Saya melihat seperti ada satu ruangan konsentrasi yang kecil tanpa pintu dan jendela. Yang terbuka satusatunya hanyalah atap di langit-langit. Para penjaga membantu saya memanjat satu tangga ke atas dan memerintahkan, “ ayo masuk. “ Saya meluncur turun dari atap yang terbuka dan merasakan air yang naik ke seluruh tubuh saya, tetapi yang lebih mengejutkan lagi saya merakan sesuatu yang bergerak dibawah kaki saya. Air meninggi sampai di pundak saya. Kemudian saya melihat sesuatu yang berenang di air, tikus-tikus. “Orang ini adalah seorang pemikir Muslim, “ Mereka berkata, “ Jadi kita akan biarkan tikustikus tersebut memakan kepalanya. “
Mereka menutup atap, dan saya tidak dapat melihat sesuatu pun. Saya menunggu di dalam air dan di dalam gelap. Menit-menit berlalu. Kemudian berjam-jam. Keesokan paginya, para penjaga datang kembali untuk melihat jika saya masih hidup. Saya tidak akan pernah lupa ketika sinar matahari masuk saat atap dibuka. Sepanjang malam, tikus-tikus menaiki seluruh kepala dan pundak saya. Tetapi tidak ada satu pun yang menggigit saya. Para penjaga membawa saya kembali ke dalam sel dengan perasaan jijik. Pada malam terakhir para penjaga membawa saya ke satu pintu dari ruangan kecil dan berkata, “ Di dalam ada seseorang yang ingin bertemu dengan anda. “ Saya berharap bahwa mereka adalah salah seorang dari keluarga atau teman yang mengunjungi saya atau mengeluarkan dari tahanan. Mereka membuak pintu dari ruangan, dan di dalam saya melihat seekor anjing besar. Tidak ada orang lain dalam ruangan. Mereka mendorong saya ke dalam dan menutup pintu. Di dalam hati saya menangis kepada Pencipta saya. “ Kau adalah Tuhanku. Kau selalu memeliharaku. Bagaimana mungkin Engkau menyerahkan ku dalam tangan-tangan yang jahat ? aku tidak tahu apa yang orang-orang ini coba lakukan kepadaku. Tetapi aku tahu bahwa Engkau selalu besertaku, dan satu hari nanti aku akan melihat dan bertemu dengan Mu. “ Saya berjalan ke tengah ruangan yang kosong dan perlahan-lahan duduk dengan menselonjorkan kaki di lantai. Anjing tersebut datang dan duduk di depan saya. Menit-menit berlalu dimana anjing tersebut hanya melihat kepada saya. Anjing tersebut kemudian bangun dan berjalan mengelilingi saya, seperti se ekor binatang yang akan memakan sesuatu. Kemudian dia datang Setelah anjing tersebut turun, saya jatuh tertidur. Ketika saya bangun, anjing tersebut sedang di pojok ruangan. Dia berlari menuju saya dan duduk kembali disebelah kanan saya. Ketika para penjaga membuka pintu mereka melihat saya sedang sembahyang, dengan anjing tersebut yang duduk di depan saya. Mereka mulai merasa sangat heran dengan apa yang saya alami. Ini adalah hari terakhir dari interogasi. Saya kemudian dipindahkan ke penjara tetap. Pada tahap ini, di dalam hati, saya telah bulat untuk menolak agama Islam. Selama masa saya di tahan, keluarga saya berusaha menemukan dimana saya berada. Mereka tidak berhasil sampai seorang saudara lelaki ibu saya, yang memiliki jabatan tinggi di dalam parlemen Mesir, pulang dari perjalanan ke luar negeri. Ibu saya menelpon dia, menangis tersedu-sedu, “ Telah dua minggu kami tidak mengetahui keberadaan anak lelaki kami. Dia menghilang. “ Paman saya memiliki banyak koneksi. Lima belas setelah saya diculik, dia datang ke penjara dengan surat-surat pembebasan dan membawa saya pulang ke rumah.
Suatu Perubahan Diam-Diam Beberapa orang mungkin berkata, “ Baiklah, tidak herang mengapa orang ini meninggalkan Islam. Dia begitu kecewa dan hancur karena dia begitu disiksa oleh orang-orang Muslim. “ Ya, hal ini benar. Ketika saya disiksa dengan mengatasnamakan melindungi agama Islam, saya tidak membuat satu perbedaan diantara orang-orang Muslim dan ajaran-ajaran Islam. Tetapi kenyataannya adalah bahwa saya telah mempertanyakan Islam selama bertahun-tahun sebelum saya di tahan. Pertanyaan - pertanyaan saya tidak disebabkan oleh tindakan-tindakan yang dilakukan oleh orang-orang Muslim tetapi pada tindakan dari Muhammad dan para pengikutnya dan kepada pengajaran dari Alquran. Berada dalam tahanan hanya mendorong saya sedikit waktu lebih cepat untuk segera pergi meninggalkan Islam. Saya kembali ke rumah orang tua saya untuk menjelaskan apa yang akan saya kerjakan kemudian. Kemudian, polisi memberikan kepada ayah saya laporan berikut : Kami telah menerima satu fax dari Universitas Al-Azhar yang menuduh anak saudara telah meninggalkan Islam, tetapi setelah interogasi selama lima belas hari, kami tidak menemukan bukti yang mendukung tuduhan tersebut.
Ayah saya merasa lega mendengarkan hal ini. Dia tidak akan pernah sekalipun bermimpi bahwa saya akan meninggalkan Islam, dan saya tidak memberitahukan kepadanya mengenai perasaan saya yang sebenarnya. Dia menghubungkan seluruh peristiwa ini pada suatu sikap buruk dari keilmiahan saya sebagai bagian dari orang-orang di dalam universitas. Saya mendukung nya untuk percaya atas hal ini. “Kita tidak membutuhkan mereka, “ ayah saya berkata dan dia meminta saya untuk segera bekerja sebagai direktur penjualan di pabrik miliknya. Dia tidak memahami tentang kekacauan yang ada di dalam diri saya.
3
The Day I Saw Jesus and Muhammad Side by Side ( Hari ketika saya melihat Yesus dan Muhammad secara Berdampingan ) Saat itu adalah waktu untuk sembahyang subuh ( sekitar 3.30 am ), dan saya dapat mendengar suara-suara di seluruh rumah yang sedang bersiap-siap. Saya telah terbangun, tetapi saya tidak punya maksud untuk meninggalkan ruangan saya. Waktu itu sudah beberapa bulan setelah saya dibebaskan dari penjara, dan saya tidak berdoa di mesjid lagi. Sebaliknya saya duduk di ranjang atau meja saya, berdoa agar Tuhan yang sejati menyatakan diri-Nya kepada saya, yaitu Tuhan yang telah menjaga saya tetap hidup selama di dalam tahanan. Kadang-kadang saya tidak punya kata-kata lagi untuk diucapkan dalam doa. Saya hanya duduk dan menangis. Semua kenangan dari penjara tetap datang kembali kepada saya. Ibu saya mengetuk dengan perlahan-lahan pada pintu, “ Apakah kamu akan pergi ke mesjid hari ini ? “ Dia bertanya. “Tidak, “ Saya menjawab, “ Saya tidak mau bertemu siapapun. “ Dalam kebudayaan agama Islam, jika sudara bersembahyang di dalam kamar anda, iman anda tidak akan dipertanyakan sebab anda masih berdoa kepada Allah, yang artinya anda masih dianggap sebagai orang Muslim. Keluarga saya berpikir bahwa saya hanya membutuhkan waktu menyendiri agar merasa lebih baik. Mereka hanya berpikir bahwa saya tidak ingin dikelilingi orang-orang.
Perjuangan Batiniah Saya Saya keluar dari tahanan dengan menjadi marah kepada Islam tetapi merasa yakin bahwa ada suatu kuasa yang maha agung yang menjaga saya tetap hidup. Setiap hari rasa lapar batiniah saya untuk menemukan Tuhan yang seperti ini meningkat. Sepanjang waktu saya bertanya pada diri saya sendiri, Siapakah Tuhan ini sebenarnya ? Saya tidak pernah berpikir tentang Tuhan dari orangorang Kristen atau Tuhan dari orang-orang Yahudi. Mengapa ? Saya maih sangat dipengaruhi oleh ajaran-ajaran Alquran dan Muhammad. Alquran mengatakan bahwa orang-orang Kristen menyembah tiga tuhan- Tuhan Bapa, Yesus sang anak, dan Maria ibu Yesus. Saya mencari satu Tuhan yang sejati,
bukan tiga. Dan Alquran berkata bahwa orang-orang Yahudi adalah orang-orang yang jahat yang memalsukan kitab-kitab suci mereka. Jadi saya tidak akan melihat kepada Tuhan mereka. Hal ini mendorong saya untuk melihat agama-agama dari Timur Jauh – Hindu dan Buddha. Saya telah mempelajari kedua agama ini ketika sedang mengerjakan tugas sarjana saya, dan sekarang saya mendapatkan beberapa buku lain dalam mempelajari kedua agama tersebut. Apakah Dia adalah tuhan dari agama Hindu ? Saya heran. Apakah Dia adalah tuhan dari agama Buddha ? setelah saya mempelajari semuanya, saya menyimpulkan, Bukan. Ketika saya ingin berpikir, saya akan duduk di tepi saluran air dan melihat ke dalam air. Air, tumbuh-tumbuhan hijau, langit, alam – semuanya ini memberikan saya harapan bahwa disana ada banyak jawaban atas semua pertanyaan saya. Setiap hari setelah saya selesai bekerja bersama ayah, saya kembali ke rumah dan makan malam bersama dengan ibu, ayah dan dua orang saudara lelaki yang belum menikah. Biasanya pada hari Kamis setelah makan malam, adalah kebiasaan saya untuk menceritakan kisah-kisah dari hadist, yang mana saudara saya paling bungsu menyukainya. Saya berhenti melakukan hal ini setelah saya keluar dari penjara. Saudara lelaki bungsu saya selalu bertanya, “ Mengapa kakak tidak menceritakan lagi kisah-kisah seperti dulu ? “ Setelah makan malam, saya biasanya pergi menghabiskan waktu dengan teman-teman. Kadang-kadang saya duduk-duduk di coffe shop, bermain domino atau catur. Kadang-kadang saya menonton acara olah raga di TV. Kadangkadang kami berjalan-jalan di sepanjang jalan utama disamping sungai Nil. Saya kembali ke rumah dengan merasa cukup lelah sekitar jam 11 tengah malam. Ketika saya sendirian lagi, saya merasa sebagai orang yang paling tanpa harapan di dunia karena saya belum menemukan siapakah Tuhan yang sebenarnya. Saya menghabiskan satu atau dua jam setiap malam untuk mencoba agar bisa tertidur lelap. Kemudian saya bangun lebih pagi seperti biasa. Tubuh saya begitu lelah. Saya mulai sering merasa sakit kepala. Saya sering pergi ke doktor medis untuk memeriksa kepala saya, Sepanjang hari selama saya sibuk, saya dapat melupakan rasa sakit. Tetapi jika saya menemukan diri saya sendirian setiap malam, berusaha untuk tidur, maka semakin kepala saya merasa sakit. Dokter kemudian menuliskan resep untuk pilpil penghilang rasa sakit yang harus saya minum setiap malam.
Hari ketika Saya Melihat Yesus dan Muhammad Berdampingan Saya hidup dengan cara seperti ini kira-kira selama satu tahun. Suatu hari rasa sakit kepala begitu hebat, maka saya pergi ke apotik lagi untuk menebus pil-pil yang diperlukan. Seperti banyak apoteker lain di Mesir, Wanita tersebut adalah seorang Kristen. Saya sudah mengenal dia untuk jangka waktu yang cukup lama, jadi saya merasa nyaman untuk berbicara dengannya. Saya mulai mengeluh, “ Pil-pil ini tidak sama mujarabnya seperti sebelumnya. “
Wanita tersebut menjawab, “ Kamu berada dalam bahaya. Kamu sudah mulai ketagihan obat. Kamu meminumnya bukan untuk menghilangkan rasa sakit. Kamu meminumnya karena kamu tidak dapat menghentikannya sekarang. “ Wanita tersebut bertanya dengan lembut, “ Apa yang terjadi dengan kehidupan mu ? “ Dia mengetahui keluarga saya adalah keluarga yang dihormati dan bahwa saya adalah lulusan dari Al-Azhar. Saya bercerita kepadanya bahwa saya sedang mencari Tuhan yang sejati. Dia sangat terkejut. “ Bagaimana dengan Allah dan agama mu ? “ Wanita tersebut bertanya. Maka saya memberitahukan kepadanya kisah saya. Wanita tersebut menarik satu buku dari bawah meja dan berkata dengan perlahan, “ Saya akan berikan buku ini kepada mu. Sebelum kamu minum obat nanti malam, cobalah membaca beberapa bagian dari buku ini. Lihat apa yang kemudian kamu rasakan. “ Saya memegang obat di satu tangan dan buku tersebut di tangan yang lain. Buku itu adalah sebuah buku bersampul kulit hitam dengan kata-kata” Alkitab” dalam bahasa Arab tertulis diatasnya. “ Baiklah, “ Saya berkata, “ Saya akan mencobanya. “ Saya berjalan keluar dari apotik dan membalik buku tersebut yang ada tulisan Alkitab ke arah tubuh sehingga tidak dapat dilihat. Kemudian saya kembali ke rumah dan masuk ke kamar saya. Ini adalah pertama kali dalam hidup saya membawa Alkitab. Saya berumur tiga puluh lima tahun saat itu.
MEMBACA ALKITAB Saat itu adalah satu malam di musim panas, sekitar jam 10 malam. Sakit kepala saya menyerang begitu hebat, tetapi saya tidak meminum obat-obat yang saya beli. Saya menaruh semua obat di meja, dan saya melihat kepada Alkitab. Saya tidak tahu dari mana saya harus mulai membaca, jadi saya membuka-buka Alkitab itu. Alkitab ini adalah Alkitab pribadi dari apoteker wanita tersebut, dan saya memperhatikan catatan pribadinya pada Alkitab tersebut. Alkitab terbuka pada kitab Matius pasal 5. Saya mulai membaca tentang Khotbah Yesus di bukit. Saya seperti melihat gambar – Yesus di atas bukit mengajar kepada orang-orang yang mengelilingi-Nya. Saat saya tetap membaca, saya seakan lupa bahwa saya sedang berada di rumah saya. Saya tidak dapat merasakan hal-hal lain disekeliling saya. Saya seperti merasa kehilangan waktu. Alkitab membawa saya dari satu cerita kepada cerita lain dalam kitab Matius. Otak saya mulai bekerja seperti computer. Pada Alkitab di atas meja di depan saya, Saya melihat gambaran tentang Yesus. Di dalam otak saya, saya melihat gambaran dari Muhammad. Otak saya tidak dapat berhenti membawa saya untuk membandingkan kedua tokoh tersebut. Kepala saya sangat penuh dengan isi Alquran dan kehidupan Muhammad sehingga tidak sulit bagi saya untuk mengingat semuanya kembali, karena mereka telah adas di sana sedemikian lama.
Saya membaca Alkitab tanpa memperhatikan waktu sampai saya mendengar panggilan untuk sembahyang subuh dari mesjid.
BACALAH BERSAMA SAYA Para pembaca yang terkasih, kita sekarang telah sampai pada saat-saat di dalam hidup saya yang ingin saya perlihatkan kepada saudara-saudara sekalian. Jika saudara ingin mengetahui apa yang kemudian terjadi kepada saya setelah malam itu, saudara dapat membacanya pada bagian akhir dari buku ini. Tetapi saya ingin berhenti dulu sekarang dan mengupas semuanya bersama saudara. Inilah saya, seorang sarjana yang telah menghabiskan tiga puluh tahun mempelajari Islam dan kehidupan Muhammad. Saya tidak hanya mempraktek kan Islam dalam hidup saya, tetapi juga menyimpannya dalam diri saya. Sekarang saya memiliki Alkitab di depan saya yang memperkenalkan saya kepada Yesus. Pada halaman-halaman berikutnya yang akan saudara baca, saya ingin saudara merasakan pengalaman apa yang saya lihat di kamar tidur saya pada malam itu di Mesir dan apa yang telah saya lanjutkan kemudian selama sebelas tahun kemudian. Bukan teologi, bukan komentar, bukan kata-kata hayalan. Saya tidak ingi seseorang berdiri di depan saya dan berkata, “ Ini adalah apa yang Alkitab maksudkan. “ Saya hanya membaca apa yang Alkitab katakan Sendiri kepada saya. Saya tidak memerlukan seseorang berkata kepada saya, “ Ini adalah apa yang Muhammad katakana atau lakukan. “ Saya telah memiliki dan menyimpannya serta hafal dari sumber-sumber aslinya. Biarkan saya memperkenalkan kepada saudara tentang Yesus dan Muhammad.