INTISARI IDENTIFIKASI METHANYL YELLOW PADA MANISAN BUAH NANAS (Ananas comocus) DAN KEDONDONG (Spondias Dulcis) YANG DIJUAL DI DESA GUNUNG RAJA KECAMATAN TAMBANG ULANG KABUPATEN TANAH LAUT Cita Septiana1 ; Eka Kumalasari1 ; Siska Musiam2 Manisan terbuat dari buah segar yang direbus bersama dengan gula.Manisan buah, khususnya buah nanas dan kedondong menjadi makanan yang sangat diminati oleh masyarakat baik karena rasa dan nilai gizinya maupun harganya yang terjangkau. Untuk menarik minat konsumen terhadap manisan buah nanas dan kedondong biasanya pedagang menggunakan zat pewarna agar menghasilkan warna yang lebih menarik. Namun terkadang zat pewarna yang terdapat pada manisan buah tersebut adalah zat pewarna yang dilarang oleh Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/MenKes/Per/IX/88, salah satunya yaitu Methanyl yellow. Penelitian ini adalah penelitian yang bersifat deskriptif yaitu untuk mengetahui keberadaan Methanyl yellow pada manisan buah nanas (Ananas comocus) dan kedondong (Spondias dulcis) yang dijual di Desa Gunung Raja, Kecamatan Tambang Ulang, Kabupaten Tanah Laut. Sampel diambil secara sampling jenuh yaitu semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Identifikasi Methanyl yellow pada manisan buah nanas dan kedondong dilakukan dengan metode Kromatografi Lapis Tipis (KLT) dengan eluen N-butanol : Aquadest : Asam asetat glacialpada plat silica gel GF 254 di Laboratorium Kimia Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin. Hasil penelitian menunjukan bahwa seluruh sampel 100 % negatif mengandung Methanyl yellow Kata Kunci : Identifikasi, Methanyl Yellow, manisan buah nanas dan kedondong 1
Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin
i
ABSTRACT THE IDENTIFICATION OF METHANYL YELLOW IN PRESERVES OF PINEAPPLE (Ananas Comocus) AND AMBARELLA (Spondias Dulcis) WHICH IS SOLD IN DESA GUNUNG RAJA KECAMATAN TAMBANG ULANG KABUPATEN TANAH LAUT Cita Septiana1; Eka Kumalasari1 ; Siska Musiam2 Preserves usually made by fresh fruit which is boiled with sugar. Fruit preserves, especially Pineapple and Ambarella are a favorite food in the society because of the taste, the nutrition and the price which is affordable. To attract the consumer’s interest to buy preserves of Pineapple and Ambarella, the sellers usually use dye so it will produce an interested color to see. However, the dye which is used in fruit preserves is the dye which is banned by Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 722/MenKes/Per/IX/88, one of them is Methanyl Yellow. This research is the descriptive research to know whether there is Methanyl yellow in preserves of pineapple (Ananas comocus) and Ambarella (Spondias dulci) which is sold in Desa Gunung Raja, Kecamatan Tambang Ulang, Kabupaten Tanah Laut. The sample is taken as the saturated one which means all the members of population are used as the sample. The identification of Methanyl yellow in preserves of Pineapple and Ambarelle are done in Thin Layer Chromatography method (TLC) with N Butyraldehyde: Aquadest : Glacial Acetic Acid in silica gel plat GF 245 at Chemistry Laboratory in Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin. The research’s result shows that from 7 Pineapple preserves and 7 Ambarella preserves 100% do not contain Methanyl yellow. Keyword: Identification, Methanyl yellow, preserves of Pineapple and Ambarella 1
Akademi Farmasi ISFI Banjarmasin
ii
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Manisan merupakan salah satu makanan tradisional yang sudah tidak asing lagi di
kalangan masyarakat Indonesia. Manisan banyak diproduksi secara tradisional oleh masyarakat di berbagai daerah. Pada dasarnya manisan terbuat dari buah segar yang direbus bersama dengan gula (Rhomandheny, 2006). Manisan buah, khususnya buah nanas dan kedondong menjadi makanan yang sangat diminati oleh masyarakat baik karena rasa dan nilai gizinya maupun harganya yang terjangkau. Namun ada rasa kekhawatiran masyarakat untuk mengkonsumsi manisan buah, dikarenakan adanya pewarna sintesis yang ditambahkan secara berlebihan dan dilarang penggunaannya. Pewarna makanan banyak digunakan untuk berbagai jenis makanan, terutama berbagai produk jajan pasar serta berbagai makanan olahan yang dibuat oleh industri kecil maupun industri rumah tangga, agar terlihat lebih menarik oleh konsumen (Yuliarti, 2007).Menurut Cahyadi (2009), berdasarkan sumbernya dikenal dua jenis zat pewarna yang termasuk dalam golongan bahan tambahan pangan, yaitu pewarna alami dan pewarna sintetis. Methanyl yellow merupakan bahan pewarna sintetik berbentuk serbuk, berwarna kuning kecoklatan, bersifat larut dalam air dan alkohol. Pewarna ini umumnya digunakan sebagai pewarna pada tekstil, kertas, tinta, plastik, kulit, dan cat, serta sebagai indikator asam-basa di laboratorium. Namun pada prakteknya, di Indonesia pewarna ini sering disalahgunakan untuk mewarnai berbagai jenis pangan antara lain kerupuk, mie, tahu, manisan buah dan pangan jajanan yang berwarna kuning, seperti gorengan(Yuliarti, 2007). Methanyl yellow merupakan senyawa kimia azo aromatik amin yang telah dilarang digunakan dalam pangan. Pewarna ini dapat menyebabkan kerusakan hati. Pewarna kuning 3
methanyl sangat berbahaya jika terhirup, mengenai kulit, mengenai mata, dan tertelan. Dampak yang terjadi dapat berupa iritasi pada saluran pernafasan, iritasi pada kulit, iritasi pada mata, dan bahaya kanker pada kandung dan saluran kemih. Apabila tertelan dapat menyebabkan iritasi saluran cerna, mual, muntah, sakit perut, diare, demam, lemah, dan tekanan darah rendah (Anthony, 2014). Penelitian mengenai paparan kronik Methanyl yellow terhadap tikus putih (Rattus norvegicus) yang diberikan melalui pakannya selama 30 hari, diperoleh hasil bahwa terdapat perubahan histopatologi dan ultrastruktural pada lambung, usus, hati, dan ginjal. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Iwan T. Budiarso dkk juga menemukan perubahan cystic kidney pada ginjal. Penelitian lain yang menggunakan tikus galur Wistar sebagai hewan ujinya menunjukkan hasil bahwa konsumsi Methanyl yellow dalam jangka panjang dapat mempengaruhi sistem saraf pusat yang mengarah pada neurotoksisitas (Anthony, 2014). Laporan tahunan yang dilakukan oleh Badan POM pada tahun 2012 mendapatkan zat warna Methanyl yellow pada beberapa sampel makanan dan minuman yang diujikan. Ciri pangan dengan pewarna Methanyl yellow biasanya berwarna kuning mencolok dan cenderung berpendar, serta banyak memberikan titik-titik warna karena tidak homogen (misalnya pada kerupuk). Penyalahgunaan Methanyl yellow sebagai zat pewarna dalam makanan disebabkan oleh ketidaktahuan masyarakat mengenai zat pewarna untuk makanan, atau disebabkan karena tidak adanya penjelasan dalam label yang melarang penggunaan senyawa tersebut untuk bahan pangan, dan juga harga zat pewarna untuk industri relatif jauh lebih murah dibandingkan dengan harga zat pewarna untuk makanan. Zat warna untuk tekstil tersebut juga memiliki warna yang lebih cerah dan praktis digunakan serta tersedia dalam kemasankecil di pasaran sehingga memungkinkan masyarakat tingkat bawah dapat membelinya (Anthony, 2014).
4
Pada Desa Gunung Raja Kecamatan Tambang Ulang Kabupaten Tanah Laut terdapat banyak penjual manisan buah nanas (Ananas comocus) dan kedondong (Spondias dulcis) di pinggir jalan yang dilalui oleh masyarakat. Jumlah sampel yang didapat yaitu 7 manisan buah nanas dan 7 manisan buah kedondong. Bahaya Methanyl yellow memasukannya kedalam daftar bahan tambahan makanan yang tidak
boleh dikonsumsi
berdasarkan
Peraturan Menteri
Kesehatan
Nomor
722/MenKes/Per/IX/88. Oleh karena itu peneliti tertarik untuk meneliti Methanyl yellow pada manisan buah nanas dan kedondong.
5