INTERVENSI AIR PUTIH DAN HIGH INTENSITY INTERVAL TRAINING (HIIT) TERHADAP PERUBAHAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN INDEKS KEBUGARAN KARDIOVASKULAR REMAJA OVERWEIGHT
MEGAH STEFANI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul intervensi air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) remaja overweight adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.
Bogor, Agustus 2015 Megah Stefani NIM I151130021
RINGKASAN MEGAH STEFANI. Intervensi Air Putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Indeks Kebugaran Kardiovaskular Remaja Overweight. Dibimbing oleh HARDINSYAH dan YAYUK F.BALIWATI. Prevalensi overweight terus mengalami peningkatan di Indonesia menurut data Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa kejadian overweight pada kelompok usia 16-18 tahun sebesar 7.30%, kelompok usia 19 tahun sebesar 8.30%, dan kelompok usia 20-24 tahun sebesar 13.20%. Upaya menurunkan kejadian overweight melalui metode penurunan berat badan dapat dilakukan dengan kombinasi diet, aktivitas fisik, dan perubahan gaya hidup (Manore 2012). Air putih menjadi target ideal untuk dapat menurunkan berat badan (Tate et al. 2012). The American College of Sports Medicine merekomendasikan HIIT (High Intensity Interval Training) adalah latihan fisik yang tepat dikombinasikan dengan berbagai jenis diet (Kravitz 2014). Oleh karena itu, penelitian ini memadukan kombinasi diet dan latihan fisik yaitu intervensi konsumsi air putih, HIIT (High Intensity Interval Training) dan kombinasi keduanya untuk mencapai perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) remaja overweight yang belum banyak dilakukan. Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh intervensi konsumsi air putih dan HIIT serta kombinasi keduanya terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) remaja overweight. Tujuan khusus antara lain mengidentifikasi kebiasaan makan dan minum, konsumsi zat gizi, serta tingkat konsumsi zat gizi subjek; mengidentifikasi kebiasaan olahraga, tingkat aktivitas fisik, pola tidur, dan tingkat stress subjek; menganalisis pengaruh intervensi konsumsi air putih, intervensi HIIT dan kombinasi keduanya terhadap perubahan berat badan; menganalisis pengaruh intervensi konsumsi air putih, intervensi HIIT dan kombinasi keduanya terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT); menganalisis pengaruh intervensi konsumsi air putih, intervensi HIIT dan kombinasi keduanya terhadap perubahan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) subjek. Desain penelitian yang digunakan adalah pre-post experimental study dengan tiga kelompok intervensi yaitu kelompok 1 konsumsi air putih (DA) yaitu 9 orang, kelompok 2 High Intensity Interval Training (HIIT) yaitu 10 orang, dan kelompok 3 kombinasi air putih dan High Intensity Interval Training (DA & HIIT) yaitu 10 orang. Kriteria inklusi yaitu: usia 17-23 tahun (purposive), memiliki berat badan (IMT ≥ 23 kg/m2), tidak dalam keadaan menjalankan diet lain, tidak mengalami keluhan sakit, tidak merokok, dan bersedia mengikuti setiap tahap penelitian. Kriteria eksklusi yaitu sedang menjalani diet lain, sedang mengonsumsi obat atau suplemen penurunan berat badan. Penelitian berlangsung selama dua bulan, subjek mengonsumsi air putih sebanyak 600 mL satu jam sebelum sarapan, makan siang, dan makan malam. Subjek melakukan HIIT sebanyak tiga kali/minggu (Senin, Rabu, dan Jumat) dengan durasi 16 menit terdiri dari gerakan pemanasan, HIIT workout, dan pendinginan.
Berdasarkan data baseline, lebih dari setengah subjek penelitian (58.62%) melakukan sarapan, uji beda antar ketiga perlakuan tidak berbeda nyata (p>0.05). Sebanyak 65.52% subjek tidak pernah minum sebelum makan, rata-rata jarak minum 5 menit jika subjek terbiasa minum sebelum makan, kebiasaan minum saat makan sebanyak 34.48% dengan jumlah air putih yang dikonsumsi saat makan yaitu satu gelas (240 ml) sebesar 94.40%, hasil uji beda keempat variabel tersebut antar ketiga perlakuan tidak berbeda nyata (p>0.05). Sebaran subjek yang terbiasa minum air putih sebelum olahraga sebanyak 48.30% dan jumlah air putih yang dikonsumsi subjek sebanyak satu gelas (240 ml) yaitu 57.20%, hasil uji beda kedua variabel tersebut antar tiga perlakuan tidak berbeda nyata (p>0.05). Terjadi perubahan konsumsi makanan pada subjek selama dilakukan intervensi. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji beda menggunakan paired-test konsumsi makanan sumber protein pada kelompok DA dan kelompok HIIT berbeda nyata (p<0.05). Hal ini bermakna bahwa subjek pada kelompok DA dan kelompok HIIT melakukan perubahan pola makan selama intervensi terutama makanan sumber protein. TKE pada subjek juga tidak berubah antara pre-post intervensi (p>0.05) tetapi TKP dan lemak pada subjek berubah antara pre-post intervensi (p<0.05) pada ketiga kelompok. Sejalan dengan konsumsi makanan yang berubah, konsumsi minuman berasa dan total air putih subjek mengalami perubahan nyata (p < 0.05) pada tiga kelompok intervensi. Sebanyak 62.07% subjek menyatakan suka melakukan olahraga. Seluruh subjek termasuk dalam kategori aktivitas ringan serta hasil uji beda antar tiga perlakuan tidak berbeda nyata (p>0.05) sehingga bermakna bahwa tingkat aktvitas fisik subjek tidak berbeda. Berdasarkan keempat faktor (frekuensi bangun malam, tingkat kenyenyakan, kebiasaan tidur siang-sore, perasaan saat bangun tidur), penyebab kesulitan tidur hanya tingkat kenyenyakan yang berbeda nyata setelah uji beda antar tiga perlakukan (p<0.05). Frekuensi bangun malam, kebiasaan tidur siang-sore, perasaan saat bangun tidur antar tiga perlakukan tidak berbeda nyata (p>0.05). Sebanyak 44.80% subjek mengalami stress tingkat sedang. Uji beda antar tiga perlakuan tidak berbeda nyata (p>0.05) pada tingkat stress subjek yang bermakna subjek tetap merasakan tingkat stress yang sama selama masa intervensi. Kelompok intervensi kombinasi DA&HIIT berpengaruh nyata (p<0.05) menurunkan berat badan (0.18 – 1.92 kg) dan IMT (0.11 – 0.77 kg/m2) pada remaja overweight. Kelompok DA, HIIT, dan kombinasi DA&HIIT tidak mengalami peningkatan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) pada remaja overweight, dan tidak berpengaruh nyata (p>0.05) terhadap perubahan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) pada remaja overweight. Sebesar 30.60% perlakuan DA, HIIT, kombinasi DA&HIIT berpengaruh terhadap perubahan berat badan sehingga, 68.40% dipengaruhi faktor-faktor lain selain variabel yang diteliti. Sebesar 32.90% perlakuan DA, HIIT, kombinasi DA&HIIT berpengaruh terhadap perubahan IMT. Hanya sebesar 3.20% perlakuan DA, HIIT, kombinasi DA&HIIT berpengaruh terhadap perubahan IKK sehingga, 96.80% dipengaruhi faktor-faktor lain selain variabel yang diteliti. Saran untuk penelitian selanjutnya yaitu penambahan lama waktu intervensi untuk dapat meningkatkan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) remaja overweight. Kata kunci: Air Putih, High Intensity Interval Training, Indeks Kebugaran Kardiovaskular, Indeks Massa Tubuh, Kegemukan
SUMMARY Prevalence of overweight was increased in Indonesia according to Ministry of Health (2013) showed that the overweight on person who have ages in arrange 16-18 years was 7.30%; 19 years was 8.30%; 20-24 years was 13.20%. Efforts to weight loss can be done with a combination of diet, physical activity, and changes in lifestyle (Manore 2012). Plain water had possibility of being the ideal target for the purpose to lose weight (Tate et al. 2012). The American College of Sports Medicine was recommended that HIIT (High Intensity Interval Training) was physical exercise exactly combined with others diet (Kravitz 2014). A combination of research combining diet and physical exercise namely the intervention of plain water intake (PWI) and High Intensity Interval Training (HIIT) to achieve change body mass index and the cardiorespiratoty fitness index of overweight students are rare. The objectives are to analyse the influence of the intervention of plain water intake (PWI) and High Intensity Interval Training (HIIT) on changes in Body Mass Index (BMI) and the Cardiorespiratory Fitness Index (CFI) of overweight students. A special purpose among others identified the habit of eating and drinking, food consumption, as well as food consumption level of subject; identified the habit of sports, the level of physical activity, sleeping patterns, and the level of stress subject; analyse the influence of PWI, HIIT and a combination of both on changes in body weight; analyse the influence of PWI, HIIT, and a combination of both on changes in Body Mass Index (BMI); analyse the influence of PWI, HIIT and a combination of both on changes in cardiorespiratory fitness index (CFI). A design was pre-post experimental study with three groups, namely; (1) plain water intake group (PWI) was nine subjects, (2) High Intensity Interval Training (HIIT) was ten subjects, (3) a combination of plain water intake and High Intensity Interval Training (PWI & HIIT) was ten subjects.The criterias inclusion are aged 17-23 years (purposive) , having BMI ≥ 23 kg/m2), not in the state of running other diet, healthty, not smoking, and willing to follow every stage of intervention.Whereas, criterias exclusion which is undergoing a diet of another, was consuming a drug or a supplement weight loss. The study lasted for two months, the subject of consuming plain water as many as 600 mls one hour before meals (breakfast, lunch, and dinner). Subjects were doing as many as three times per week HIIT (Monday, Wednesday, and Friday) with the duration of 16 minutes, consist of warming up, HIIT workout, and colling down. According to baseline data, more than half of subjects in study (58.62%) had breakfast also not different between three groups (p>0.05). Among 65.52% do not have a drink before dinner, an average on the distance between drink to meals was 5 minutes, the habit of drinking while meals (34.48%) and the amount of plain water that consumed is around 240 mls for 94.40 % subject, also not different on all of variables between three groups (p>0.05). To scatter a habitually drinks water prior to exercise some 48.30% and the number of plain water consumed as much as 240 mls for 57.20% subjects, also not different both of variables between three groups (p>0.05). The change of food consumption was occurred on the subject during the intervening. This is evidenced by test different use of food consumption paired-test, protein in PWI group also HIIT group was
different (p<0.05). It means that subject on PWI group and HIIT group have to change the pattern of eating during the intervention of especially food source of protein. Adequacy of protein on the subject also not changed between pre-post intervention (p > 0.05) but the adequacy level of protein and fat on the subject changed between pre-post intervention (p < 0.05) in three groups. In line with food consumption, caloric beverages consumption and total plain water intake was different (p < 0.05) in three groups. As many as 62.07% of subjects like to do sport. The whole subjects including in the category of light activity and the results of the difference between three different treatments is not different (p>0.05) it means that the level of physical activity on subjects was not difference. Based on the four factors (frequency wake up at night, sleep tight level, noon sleep habits, wake up feeling after sleep) causing trouble sleeping only the sleep tight level which is difference in treatment (p<0.05). While the frequency of wake up at night, noon sleep habits, wake up feeling after sleep is different for all (p>0.05). A half the subject is 44.80% are detected has medium stress level. The difference between the different groups are not significant (p>0.05) stress at its subject matter to feel distress during the same period. The combination intervention of PWI&HIIT having a lower body weight (0.18 – 1.92 kg) and BMI (0.11 – 0.77 kg/m2) in overweight students and statictically, it is only led to a significant in the combination intervention of PWI&HIIT on changes in body weight and BMI (p<0.05) that are meaningful treatment combination of PWI &HIIT turns out to be lower body weight and BMI in overweight students. The group PWI, HIIT, combination of PWI &HIIT has not increase the CFI in overweight students, in addition, staticticly; in all three the treatment group was not significant on changes in CFI on overweight students. As much as 30.6% of treatment PWI, HIIT, combination of PWI &HIIT was affected to change body weight in overweight students in order that 68.4% was affected by other variable that not concern in this study. As weel as with change body weight also BMI was affected 32.9% for overweight students hence 67.1% affected by unconcern variables. Lastly, as much as 3.2% of treatment PWI, HIIT, combination of PWI&HIIT was affected to change CFI in order that 96.8% was affected by other variable that not concern in this study. The suggestion for the next study, the research will be add the duration of intervention to make sure the increment of CFI. Key words: Body Mass Index, Cardiovaskular Fitness Index, High Intensity Interval Training, Overweight Student, Plain Water Intake
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2015 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
INTERVENSI AIR PUTIH DAN HIGH INTENSITY INTERVAL TRAINING (HIIT) TERHADAP PERUBAHAN INDEKS MASSA TUBUH (IMT) DAN INDEKS KEBUGARAN KARDIOVASKULAR REMAJA OVERWEIGHT
MEGAH STEFANI
Tesis Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2015
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr Ir Hadi Riyadi, MS
Judul
Nama Mahasiswa NIM
: Intervensi air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan indeks kebugaran kardiovaskular remaja overweight : Megah Stefani : I151130021
Disetujui oleh, Komisi Pembimbing
Prof Dr Ir Hardinsyah, MS Ketua
Dr Ir Yayuk F Baliwati, MS Anggota
Diketahui oleh Ketua Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat
Dekan Sekolah Pascasarjana
Prof Dr Ir Dodik Briawan, MCN
Dr Ir Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian: 6 Juli 2015
Tanggal Lulus:
PRAKATA
Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas segala karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang akan dilaksanakan sejak bulan Oktober 2014 sampai Januari 2015 ini ialah upaya penurunan berat badan dengan judul Intervensi Air Putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap Perubahan Indeks Massa Tubuh dan Indeks Kebugaran Kardiovaskular Remaja Overweight. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof Hardinsyah, MS dan Dr Yayuk F Baliwati, MS selaku pembimbing yang senantiasa membimbing, memberikan saran, masukan, dan arahannya kepada penulis dalam penyusunan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr Ir Hadi Riyadi, MS selaku dosen penguji atas saran dan kritik yang membangun bagi penulis. Di samping itu, penghargaan penulis sampaikan kepada tim penelitian yang bertopik konsumsi air dan kesehatan antara mahasiswa regular Gizi Angkatan 48 (Wayan, Annisa, Nova) dan mahasiswa pascasarjana (Nazhif Gifari) sehingga penelitian ini berjalan lancar serta mahasiswa Gizi Masyarakat Angkatan 49 yang telah bersedia membantu selama pengambilan data dan intervensi. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Bapak Ruvinus J Gultom, Ibu Angelina M Manurung, serta seluruh keluarga (Jones P Gultom, Ika Maria Gultom, Merry Christina Gultom), juga terspesial Josef Jubel Fernando Munthe atas segala doa dan kasih sayangnya. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.
Bogor, Agustus 2015 Megah Stefani
i
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR TABEL DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Tujuan Umum Tujuan Khusus Hipotesis Manfaat 2 TINJAUAN PUSTAKA Intervensi konsumsi air putih Latihan fisik dan High Interval Intensity Training (HIIT) Peran air putih dalam tata laksana overweight Definisi dan pola hidup remaja Prevalensi overweight pada remaja Tingkat stress dan pengendaliaannya Pengukuran antropometri dan komposisi tubuh Indeks kebugaran kardiovaskular 3 KERANGKA PEMIKIRAN 4 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Penarikan Subjek Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data Analisis data 5 DEFINISI OPERASIONAL 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik subjek Jenis kelamin, usia, anak ke berapa dalam keluarga Indeks Massa Tubuh (IMT), bentuk tubuh sekarang dan yang diinginkan Jumlah uang saku dan alokasi uang makan Kebiasaan makan dan minum subjek Konsumsi dan tingkat konsumsi zat gizi subjek Gaya dan pola hidup subjek Aktivitas fisik Tingkat aktivitas fisik Pola tidur Tingkat stress Hubungan tingkat stress, pola tidur, dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Hubungan konsumsi air putih dan Indeks Massa Tubuh (IMT)
i ii iii iii 1 1 2 3 3 3 3 3 4 4 5 6 8 9 9 10 12 13 15 15 15 18 20 20 21 24 25 25 25 26 26 26 29 32 32 33 34 35 37 37
ii
Uji beda antar kelompok DA, HIIT, dan DA&HIIT terhadap perubahan berat badan 38 Uji beda antar kelompok DA, HIIT, dan DA&HIIT terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) 39 Uji beda DA, HIIT, dan DA&HIIT terhadap perubahan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) 40 Uji pengaruh DA, HIIT, dan DA&HIIT terhadap perubahan berat badan (BB), Indeks Massa Tubuh (IMT), dan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) 41 7 SIMPULAN DAN SARAN 43 Simpulan 43 Saran 43 DAFTAR PUSTAKA 44 LAMPIRAN 50 RIWAYAT HIDUP 62
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17
Klasifikasi berat badan menurut IMT dan lingkar pinggang orang dewasa Ras Asia-Pasific Air tubuh total dalam presentase berat badan Variabel dan indikator penelitian Pengkategorian dan analisis variabel penelitian Sebaran subjek dan uji beda antar kelompok (DA, HIIT, DA & HIIT) berdasarkan pola makan dan minum Rata-rata dan uji beda asupan energi dan zat gizi dari makanan subjek Rata-rata dan uji beda asupan energi dan zat gizi dari minuman berasa, serta total konsumsi minuman berasa dan air putih subjek Sebaran subjek antar kelompok (DA, HIIT, DA & HIIT) berdasarkan jenis minuman Tingkat kecukupan energi dan zat gizi serta uji beda Sebaran dan uji beda antar kelompok (DA, HIIT, DA & HIIT) berdasarkan kebiasaan olahraga Sebaran dan uji beda antar kelompok (DA, HIIT, DA & HIIT) subjek berdasarkan aktivitas fisik Sebaran subjek dan uji beda antar kelompok (DA, HIIT, DA & HIIT) berdasarkan pola tidur Sebaran subjek dan uji beda antar kelompok (DA, HIIT, DA & HIIT) berdasarkan tingkat stress Hubungan tingkat stress, pola tidur dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Hubungan konsumsi air putih dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Uji beda antar kelompok DA, HIIT, dan DA&HIIT terhadap perubahan berat badan Uji beda antar kelompok DA, HIIT, dan DA&HIIT terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT)
10 12 19 21 27 29 30 31 32 32 34 35 36 37 37 38 39
iii
18 Uji beda DA, HIIT, dan DA&HIIT terhadap perubahan Indeks Kebugaran Kardio (IKK) 19 Uji pengaruh DA, HIIT, dan DA&HIIT terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT), Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK), dan berat badan (BB)
41
42
DAFTAR GAMBAR 1
2
Kerangka pemikiran intervensi konsumsi air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan indeks kebugaran kardiovaskular remaja overweight Diagram pengelompokan subjek berdasarkan kelompok intervensi
14 16
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3 4 5
Studi sebelumnya yang pernah dilakukan. Tingkat aktivitas fisik subjek Hasil penurunan berat badan sebelum dan sesudah intervensi Hasil penurunan IMT sebelum dan sesudah intervensi Hasil peningkatan indeks kebugaran kardiovaskular sebelum dan sesudah intervensi 6 Jumlah konsumsi energi dan zat gizi minuman berasa sebelum dan sesudah intervensi 7 Jumlah konsumsi energi dan zat gizi makanan sebelum dan sesudah intervensi 8 Tingkat kecukupan energi dan zat gizi sebelum dan sesudah intervensi 9 Kepatuhan konsumsi air putih intervensi 10 Etchical clearance
50 53 54 55 56 57 58 59 60 61
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Prevalensi overweight terus mengalami peningkatan di Indonesia, berdasarkan data Riskesdas (2010) menunjukkan bahwa sebanyak 19.10% remaja mengalami overweight. Berdasarkan data Riskesdas (2013) menunjukkan bahwa kejadian overweight pada kelompok usia 16-18 tahun sebesar 7.30%, kelompok usia 19 tahun sebesar 8.30%, dan kelompok usia 20-24 tahun sebesar 13.20%, sehingga total kejadian overweight pada kelompok usia 16-24 tahun sebesar 28.80%. Klasifikasi status gizi menggunakan perhitungan Indeks Massa Tubuh (IMT) memiliki cut off point overweight apabila nilai IMT ≥ 25 kg /m2 berdasarkan data Riskesdas. Hasil NHANES (2004) menunjukkan bahwa prevalensi kejadian overweight lebih besar dari 15.00% merupakan masalah besar bagi permasalahan gizi karena dapat meningkatkan risiko berbagai penyakit. Risiko timbulnya komorbiditas penyakit tidak menular (PTM) akan semakin meningkat jika disertai dengan obesitas sentral yaitu lingkar pinggang lebih dari 90 cm pada pria atau lebih dari 80 cm pada wanita (BMI Guideline Asia Pasific 2002). Prevalensi obesitas sentral menurut usia 15-24 tahun sebesar 10.08% dan kejadian obesitas sentral pada perempuan (42.10%) lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki (11.30%) (Balitbangkes 2013). Upaya penurunan berat badan dapat dilakukan dengan kombinasi diet, aktivitas fisik, dan perubahan gaya hidup (Manore 2012). Berbagai penelitian mengenai upaya penurunan berat badan melalui terapi diet dan perubahan gaya hidup telah banyak dilakukan antara lain dengan mengganti makanan atau minuman spesifik merupakan bagian penting dalam pemenuhan kebutuhan energi dan zat gizi sehari yang mungkin akan menjadi strategi yang berguna untuk menurunkan berat badan atau mencegah peningkatan berat badan (Dennis et al. 2010). Air putih menjadi target ideal untuk dapat menurunkan berat badan karena akan memicu pengikatan lemak yang lebih kuat sehingga dapat menurunkan berat badan sebesar 2.00-2.50% (Tate et al. 2012). Hasil observasi lainnya menunjukkan bahwa minum air putih berhubungan dengan upaya penurunan berat badan dan penurunan asupan energi (Stookey et al. 2007). Pada uji laboratorium, hasil konsumsi air putih sebelum makanan dicerna memberikan hasil yang berbeda pada tahapan usia, tidak ada dampak bagi remaja awal tetapi penurunan konsumsi energi bagi remaja tengah dan dewasa (Davy et al. 2008). Didukung oleh ketersediaan air putih kemasan yang tidak berasa menurut WHO/UNICEF JMP (2014) menunjukkan bahwa cakupan air putih sudah semakin baik di Indonesia mencapai 64.00% dari ketersediaan terutama air minum kemasan. The American College of Sports Medicine merekomendasikan latihan selama 30 menit selama lima hari dalam seminggu akan menjaga kesehatan (Erhman 2010). Latihan fisik saja tanpa intervensi diet tertentu serta modifikasi perilaku mempunyai efikasi yang lemah dalam upaya penurunan berat badan. Berdasarkan intensitas, HIIT atau High Intensity Interval Training adalah tepat dikombinasikan dengan diet. Latihan intensitas tinggi mengeluarkan EPOC
2
(Excess of Post Exercise Oxygen Consumption) yaitu oksigen yang tersisa setelah latihan berat dan dapat menekan lebih banyak energi hingga 6.00-15.00% lebih kalori (energy expenditure) yang dikeluarkan selama latihan (Kravitz 2014). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa latihan dan diet secara langsung berhubungan dengan status gizi dan kondisi tubuh (Ertin 2011). Namun kebanyakan hasil penelitian yang telah dilakukan sebelumnya menunjukkan kecenderungan hasil yang sebagian (partial) terhadap perubahan berat badan maupun kebugaran tubuh. Padahal sekarang ini, kebanyakan individu khususnya remaja overweight menginginkan upaya penurunan berat badan dan kebugaran tubuh yang berkelanjutan atau sustainable. Hal ini disebabkan kedua tujuan tersebut berhubungan dengan pengaruh kesehatan dan produktivitas remaja di masa yang akan datang. Berdasarkan beberapa penelitian yang telah dijelaskan di atas maka peneliti tertarik memadukan kombinasi diet dan latihan fisik yaitu dengan melakukan intervensi konsumsi air putih dan HIIT (High Intensity Interval Training) secara teratur untuk mencapai perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) remaja overweight. Perumusan Masalah Berdasarkan data Riskesdas 2007, 2010, dan 2013 pada penduduk berusia di atas 15 tahun menunjukkan adanya peningkatan prevalensi overweight dari 10.30% menjadi 19.10% dan terbaru yaitu 28.80%. Peningkatan kejadian overweight ini memicu timbulnya upaya penurunan kejadian overweight yang telah banyak dilakukan namun kebanyakan menunjukkan hasil yang sebagian (partial). Menurut beberapa penelitian yaitu pemberian intervensi air tidak berasa (plain water) berpengaruh untuk menjaga dan menurunkan berat badan dengan cara meningkatkan konsumsi air tidak berasa individu (Muckelbauer et al. 2013). HIIT (High Intensity Interval Training) merupakan jenis latihan fisik yang direkomendasikan karena memberikan banyak manfaat bagi tubuh dengan memberikan banyak dampak perbaikan berat badan dengan tetap menjaga massa otot (Kravitz 2014). Belum ada bukti yang menunjukkan bahwa kombinasi intervensi konsumsi air putih dan HIIT dapat memberikan hasil yang tidak sebagian. Oleh karena itu, penelitian ini ingin mengetahui mengenai: 1. Bagaimana kebiasaan makan dan minum, konsumsi zat gizi, serta tingkat konsumsi zat gizi remaja overweight? 2. Bagaimana kebiasaan aktivitas fisik, tingkat aktivitas fisik, pola tidur, dan tingkat stress remaja overweight? 3. Apakah terdapat pengaruh intervensi konsumsi air putih, intervensi High Intensity Interval Training (HIIT) dan kombinasi keduanya terhadap perubahan berat badan remaja overweight? 4. Apakah terdapat pengaruh intervensi konsumsi air putih, intervensi High Intensity Interval Training (HIIT) dan kombinasi keduanya terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) remaja overweight? 5. Apakah terdapat pengaruh intervensi konsumsi air putih, intervensi High Intensity Interval Training (HIIT) dan kombinasi keduanya terhadap perubahan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) remaja overweight?
3
Tujuan Tujuan Umum Menganalisis pengaruh intervensi konsumsi air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) remaja overweight. Tujuan Khusus 1. Mengidentifikasi kebiasaan makan dan minum, konsumsi zat gizi, serta tingkat konsumsi zat gizi subjek. 2. Mengidentifikasi kebiasaan aktivitas fisik, tingkat aktivitas fisik, pola tidur, dan tingkat stress subjek. 3. Menganalisis pengaruh intervensi konsumsi air putih, intervensi High Intensity Interval Training (HIIT) dan kombinasi keduanya terhadap perubahan berat badan subjek. 4. Menganalisis pengaruh intervensi konsumsi air putih, intervensi High Intensity Interval Training (HIIT) dan kombinasi keduanya terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) subjek. 5. Menganalisis pengaruh intervensi konsumsi air putih, intervensi High Intensity Interval Training (HIIT) dan kombinasi keduanya terhadap perubahan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) subjek Hipotesis Hipotesis penelitian ini meliputi: 1. Terjadi perubahan berat badan setelah intervensi konsumsi air putih, intervensi HIIT dan kombinasi kedua intervensi tersebut. 2. Terjadi perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) remaja overweight setelah intervensi konsumsi air putih, intervensi HIIT dan kombinasi kedua intervensi tersebut.
Manfaat Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bukti mengenai manfaat dan keunggulan intervensi konsumsi air putih dan HIIT terhadap perubahan berat badan, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) remaja overweight. Dengan demikian, dapat dijadikan bahan pertimbangan bagi masyarakat, ahli kesehatan dan ahli kebugaran menjadi salah satu metode perbaikan status gizi antropometri dan peningkatan kebugaran bagi remaja overweight. Selain itu, untuk memberikan ide baru bagi penelitian selanjutnya. Bagi perguruan tinggi diharapkan juga sebagai perwujudan Tri Dharma Perguruan Tinggi yang meliputi: pendidikan, pengembangan penelitian dan pengabdian masyarakat. Pendidikan dalam upaya pengembangan penelitian gizi dan kebugaran, serta implikasinya dalam pengabdian masyarakat dengan penemuan metode menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh dengan meminum air putih dan melakukan olahraga (High Intensity Interval Training).
4
2 TINJAUAN PUSTAKA Intervensi konsumsi air putih Penelitian yang dilakukan oleh Stookey et al. (2008) dalam analisis kedua data longitudinal dari penelitian sebelumnya yang berdesain Randomized Controlled Trial (RCT) menginvestigasi hubungan prospektif antara peningkatan konsumsi air putih dan berat badan pada wanita overweight yang sedang menjalani diet penurunan berat badan. Metode yang dilakukan pertama kali mengumpulkan data awal yaitu melakukan screening terhadap subjek yang mengonsumsi air putih < 1 L/hari sebanyak 173 subjek. Setelah diberikan intervensi selama 12 bulan, rata-rata penurunan berat badan total subjek mencapai 3.1 kg. Subjek yang melakukan peningkatan konsumsi air putih ≥ 1 L/hari selama 12 bulan, penurunan berat badannya lebih besar 2.3 kg dibandingkan dengan subjek yang tetap mengonsumsi air putih < 1 L/hari yang dibandingkan dengan data awal, kelompok perlakuan dan variasi asupan energi, energy expenditure, dan komposisi makanan. Penelitian yang dilakukan oleh Dennis et al. (2010) yang berdesain Randomized Controlled Trial (RCT) yang menguji efek peningkatan konsumsi air putih sebelum makan terhadap diet hipokalori. Subjek yang overweight dan obese menerima edukasi dalam melaksanakan diet hipokalori ini. Subjek setiap minggu diberikan air putih kemasan dan beberapa makanan serta diminta untuk menjaga level aktivitas fisik. Kelompok intervensi, subjek diberikan edukasi untuk minum 0.5 L air putih sebelum makan (tiga kali satuan waktu makan). Setelah 12 minggu intervensi, hasil pertama yaitu penurunan berat badan sekitar dua kg lebih banyak pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Konsumsi air putih per hari meningkat pada kelompok intervensi sekitar 1.3 L dibandingkan dengan kelompok kontrol 0.3 L. Hasil penelitian di atas menunjukkan bahwa penurunan berat badan berhubungan dengan peningkatan konsumsi air putih (r = 0.35, P = 0.03). Penelitian yang dilakukan oleh Akers et al. (2012) berdesain non randomisasi, kelompok paralel sebagai kelompok intervensi dengan mengkombinasikan konsumsi air putih sebelum makan dan program perubahan perilaku yang meliputi tujuan berperilaku sehat, monitoring diri sendiri, dan konseling diet bulanan. Kelompok intervensi diberikan edukasi untuk minum air putih sekitar 0.5 L sebelum makan dan memonitoring diri sendiri untuk konsumsi air. Hasil penelitian ini yaitu pemberian intervensi tidak berpengaruh signifikan terhadap berat badan, lingkar pinggang atau lemak tubuh. Hal ini disebabkan beberapa kelemahan dalam penelitian meliputi kelompok intervensi tidak di randomisasi, dan terdapat dua kelompok yang memiliki karakteristik data awal yang berbeda seperti berat badan, lemak tubuh, laju metabolisme, dan konsumsi air putih. Penelitian oleh Tate et al. (2012) dengan desain penelitian randomized clinical trial pada subjek penelitian orang dewasa overweight dan obese dengan pembagian tiga kelompok intervensi meliputi (1) minuman tidak berasa, (2) minuman berasa, (3) kelompok kontrol. Hasil penelitian menunjukkan bahwa signifikan penurunan pada berat badan dan lingkar pinggang serta perbaikan
5
tekanan darah tinggi yang diteliti selama enam bulan. Sehingga, mengganti minuman berasa dengan minuman tidak berasa sebagai strategi penurunan berat badan berdasarkan penelitian di atas menurunkan berat badan sebesar 2.00-2.50%. Penelitian Rezaeipour et al. (2014) dengan desain randomized clinical trial pada subjek penelitian orang dewasa overweight dilakukan selama dua bulan dengan pembagian kelompok intervensi meliputi (1) kelompok diet kalori negatif dengan olahraga, (2) kelompok diet rendah kalori dengan olahraga (salah satu makanan dan minuman kelompok diet rendah kalori yaitu air putih). Masingmasing kelompok terdiri dari 15 subjek sehingga total subjek penelitian ada 30 subjek. Hasil penelitian menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan signifikan pada berat badan antara kelompok 1 dan 2 setelah intervensi (p > 0.05), tetapi terdapat kecenderungan menurunkan IMT (kg/m2) pada kelompok diet redah kalori dengan olahraga. Latihan fisik dan High Interval Intensity Training (HIIT) The American College of Sports Medicine merekomendasikan latihan selama 30 menit selama lima hari dalam seminggu akan menjaga kesehatan (Erhman 2010); selain itu, jika tujuannya adalah menurunkan lemak dan berat badan, latihan fisik seperti aerobik merupakan pilihan yang aman dan tepat. Untuk memaksimalkan metabolisme kelebihan lemak, individu harus secara kontinu melakukan ritme latihan aerobik minimal selama 30 menit per gerakan tetapi tidak lebih dari 60-90 menit, secara keseluruhan 150 menit per minggu. Pengaturan komposisi tubuh dapat dilakukan melalui latihan fisik untuk menjaga kesehatan dan mencegah penyakit, program latihan fisik secara regular. Kombinasi pengaturan berat badan dan komposisi tubuh untuk mencapai kondisi tubuh ideal membutuhkan periode untuk dapat mencapai berat badan yang diinginkan. Periode atau lama waktu latihan dapat dimanipulasi dengan intensitas latihan dan volume yang spesifik supaya mendapatkan performa hasil yang diinginkan. Intensitas latihan yang terdiri dari low intensity interval training, medium intensity interval training, dan high intensity interval training. Berdasarkan intensitas latihan tersebut, HIIT atau high intensity interval training adalah tepat dikombinasikan dengan diet untuk dapat menghasilkan penurunan berat badan yang lebih cepat dan hasil maksimal (Rahimi 2006). HIIT atau high intensity interval training yaitu latihan fisik yang dimodifikasi bagi individu yang mempunyai tingkatan kebugaran yang berbeda dan kondisi khusus yaitu kegemukan dan diabetes. HIIT dapat dilakukan dengan berbagai latihan fisik yang meliputi cycling, walking, swimming, aqua training, elliptical cross-training dan lainnya. HIIT memberikan dampak bagi kebugaran tubuh dengan meningkatkan daya tahan latihan dalam melaksanakan aktivitas fisik dengan periode waktu yang lebih pendek. Hal ini dikarenakan HIIT menekan pembakaran kalori yang lebih banyak dibandingkan dengan aktivitas fisik lainnya, khususnya setelah latihan. Setelah periode latihan yang disebut “EPOC” yang merupakan sisa oksigen setelah latihan. Massa ini berlangsung selama dua jam setelah latihan dimana tubuh menyimpan kembali energi dan dan menggunakannya lebih banyak. Karena latihan HIIT yang secara alami sangat berat, EPOC menekan lebih banyak hingga 6.00-15.00% lebih kalori (energy expenditure) yang dikeluarkan selama latihan (Kravitz 2014).
6
Latihan HIIT menjadi sangat dikenal dan direkomendasikan karena memberikan banyak manfaat bagi tubuh dengan memberikan banyak dampak perbaikan pada kebugaran aerobik dan non aerobik, tekanan darah, kesehatan jantung, sensitivitas insulin (membantu latihan otot lebih siap digunakan sebagai glukosa sebagai bahan bakar penghasil energi), profil kolesterol, lemak abdominal (lemak perut) dan berat badan dengan tetap menjaga massa otot. Intensitas selama latihan HIIT berkisar ≥ 80.00% dari perkiraan laju maksimal jantung. Intensitas selama masa recovery berkisar 40.00-50.00% dari perkiraan laju maksimal jantung. Hal ini dapat menjadi pilihan latihan fisik yang nyaman untuk dapat membantu individu selama masa recovery dan persiapan untuk latihan interval selanjutnya (Kravitz 2014). Hubungan antara periode latihan dan recovery adalah penting. Banyak penelitian yang menggunakan rasio latihan untuk recovery sebagai upaya perbaikan perbedaan sistem energi di tubuh. Sebagai subjek, rasio 1:1 dilakukan selama tiga menit (intensitas tinggi) diikuti dengan tiga menit untuk recovery (intensitas rendah). Latihan interval dengan rasio 1:1 tersebut 3-5 menit diikuti dengan waktu yang sama untuk masa recovery. Protokol penelitian untuk HIIT lainnya disebut “spring interval training method”. Tipe dari latihan tersebut yaitu melakukan lari sangat cepat selama 30 detik dan diikuti dengan masa recovery selama 4.00-4.50 menit. Kombinasi latihan ini dilakukan secara berulang selama 3-5 kali. Latihan fisik intensitas tinggi ini merupakan tipe latihan yang sangat pendek (Kravitz 2014). Prioritas untuk memulai latihan HIIT, setiap orang mengharapkan pencapaian tujuan yaitu perbaikan level fitness (kebugaran). Tujuan tersebut terkadang dianggap sama dengan level fitness dasar. Level fitness dasar merupakan konsisten didapatkan dari training aerobic (3-5 kali per minggu selama 20-60 menit per sesi dengan intensitas tinggi), beberapa minggu akan menghasilkan adaptasi otot yang akan memperbaiki transportasi oksigen ke otot. Penetapan perkiraan bentuk latihan dan kekuatan otot adalah penting sebelum melakukan latihan HIIT secara regular untuk dapat menurunkan risiko kesakitan sistem otot (Kravitz 2014). Tanpa melihat umur, jenis kelamin, dan level kebugaran (fitness), satu kunci untuk aman dalam melakukan HIIT yaitu hal ini berlaku bagi semua orang untuk mampu memodifikasi intensitas latihan supaya terlihat lebih menantang namun aman dan tetap fokus untuk menemukan intensitas training yang paling optimal. Latihan HIIT akan lebih melelahkan dibandingkan dengan latihan daya tahan tubuh yang statis. Maka lama waktu recovery sangat dibutuhkan. Kemungkinan dapat dilakukan dengan melakukan latihan HIIT sekali per minggu dibarengi dengan latihan daya tahan tubuh yang statis. Saat individu merasa siap untuk mendapatkan latihan yang lebih menantang, lakukan latihan HIIT dua kali per minggu, dan pastikan akan terus meningkat setiap minggu untuk melakukan latihan HIIT lebih dari dua kali per minggu (Kravitz 2014). Peran air putih dalam tata laksana overweight Air merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Pada pria dewasa, 55.00-60.00% berat tubuh adalah air; pada perempuan dewasa 50.00-60.00% berat tubuh adalah air (William 1989). Air dapat digolongkan sebagai zat gizi
7
makro dan esensial karena jumlah asupan air minum yang dibutuhkan per hari cukup besar yaitu sekitar dua liter. Kebutuhan air yang cukup besar ini adalah agar tercapai keseimbangan jumlah cairan tubuh. Penelitian di Jakarta (2011) membuktikan bahwa membiasakan mengonsumsi air putih pada remaja yang obes dapat menurunkan berat badan. The Indonesian Hydration Regional Study (THIRST) menunjukkan bahwa 46.10% subjek yang diteliti mengalami kurang air atau hipovolemia ringan. Kejadian ini lebih tinggi pada remaja (49.50%) dibanding pada orang dewasa (42.50%) (Hardinsyah et al. 2010). Massa tubuh seseorang merupakan refleksi dari keseimbangan antara asupan energi dengan penyimpanan energi dalam tubuh. Makanan sebagai salah satu sumber energi dalam tiga bentuk yaitu glikogen, protein dan lemak. Berat badan akan stabil apabila ada keseimbangan antara asupan sumber energi dengan penggunaan energi. Fungsi air dalam keseimbangan ini adalah sebagai buffer, dimana hidrasi yang cukup akan membantu metabolisme dari ketiga bentuk penyimpanan energi (Santoso et al. 2011). Selain itu, air tidak memiliki kandungan energi sama sekali namun memiliki kemampuan untuk menekan rasa lapar dan memicu rasa kenyang sehingga akan mencegah seseorang makan berlebih. Telah diketahui dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan bahwa perubahan osmolaritas sel dapat memicu perubahan metabolisme dimana sel hipoosmotik akan menghalangi proteolisis dan pemecahan glikogen di hati sementara sel hiperosmotik dapat memicu pemecahan protein, glikolisis dan glikogenolisis. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa kondisi dehidrasi pada tubuh akan memicu proses katabolisme (Santoso et al. 2011). Untuk mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal, diperlukan konsumsi air tidak hanya dalam jumlah yang cukup melainkan juga dengan kualitas yang baik. Sebagai kesimpulan, air merupakan bagian terbesar dari tubuh sehingga status hidrasi akan sangat berpengaruh terhadap proses metabolisme tubuh dan yang tak kalah pentingnya, asupan air bisa berdampak pada penurunan berat badan yang otomatis berperan dalam masalah obesitas. Pada obesitas, air tubuh total lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas karena kandungan air di dalam sel lemak lebih rendah dari pada kandungan air di dalam sel otot. Dengan demikian, orang obesitas lebih mudah mengalami kekurangan air dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas. Pada obesitas, meskipun sudah terjadi kurang air namun tanda-tanda yang ada tidak jelas sehingga harus hati-hati dalam menilai keadaan kurang air pada obesitas (Santoso et al. 2011). Kebutuhan air bagi orang yang mengalami obesitas sebaiknya dua gelas lebih banyak dibandingkan kondisi normal. Hal ini didasarkan pada penelitian yang menunjukkan bahwa asupan air yang lebih banyak meningkatkan oksidasi (pembakaran lemak). Selain itu perlu diperhatikan cara mengonsumsi dan jenis air minum yang dipilih. Berdasarkan penelitian klinis pada orang dewasa gemuk, minum dua gelas air 1-2 jam sebelum makan (makan siang dan makan malam) dapat menurunkan berat badan. Jenis minuman yang sesuai adalah air putih dan menghindari minuman yang mengandung gula atau minuman manis (Dennis 2009a).
8
Definisi dan pola hidup remaja Remaja merupakan masa kehidupan individu dimulai dari umur 11-21 tahun. Selama masa tersebut terjadi perubahan biologis, emosional, sosial dan kognitif karena peralihan dari masa anak-anak menjadi dewasa. Pada masa ini terjadi perubahan pada berat badan, komposisi tubuh dan massa otot. Sebanyak 50.00% terjadi perubahan berat badan saat remaja. Remaja perempuan kemungkinan mengalami peningkatan berat badan sebesar 6.3 kg selama masa remaja menengah. Puncak peningkatan massa otot akan terjadi setelah masa pubertas meningkat juga (Brown 2008). Perilaku hidup sehat dan perilaku makan selama remaja sangat dipengaruhi oleh banyak faktor meliputi pengaruh teman, perilaku orang tua, ketersediaan pangan, preferensi pangan, biaya, terjangkau, personal, kepercayaan budaya, media massa, dan body image. Kebiasaan makan pada remaja tidak statis, biasanya berhubungan dengan perkembangan psikososial dan kognitif. Snacking dan menunda makan merupakan hal biasa pada remaja (Brown 2008). Pada remaja yang pola makannya tidak teratur, lebih cenderung untuk mengonsumsi snack daripada konsumsi satu menu sajian lengkap. Remaja mengonsumsi lebih kurang dua snack dalam sehari, ini menyumbang 25.00% kalori harian, yaitu 612 kkal/hari menurut Mahan & Escott-Stump (2008). Snack pilihan remaja biasanya bersifat tinggi kandungan lemak, gula dan garam.. Minuman bersoda adalah pilihan popular remaja, ini menyumbang 6.00% kalori harian menurut Mahan & Escott-Stump (2008). Jumlah snack yang dikonsumsi meningkat sebanyak 39.00% dari konsumsi sehari dengan 35.00% kalori discreationary dan 43.00% dari gula yang berasal dari snacking (Sebastian 2008). Peningkatan kalori dari snacking memicu peningkatan konsumsi makanan dari luar rumah yang biasa berasal dari restaurant fast food. Konsumsi soft drink merupakan pilihan yang sering dipilih untuk snacking terutama bagi remaja perempuan, jumlah kalorinya mencapai 6.00% dari total konsumsi. Kebiasan ini menjadi perhatian utama karena secara signifikan jika konsumsi soft drink tinggi maka menurunkan pilihan konsumsi minuman dengan kandungan energi dan kalsium (rendah atau tinggi). Jika berlangsung dalam waktu yang lama meningkatkan risiko kejadian osteoporosis dan obesitas (Nielsen 2002). Aktivitas fisik menunjukkan trend penurunan yang drastis pada remaja khususnya perempuan. Aktivitas fisik yang minimal merupakan penyebab utama obesitas. Pola hidup kurang gerak (sedentary life style) mengeluarkan lebih sedikit kalori dan pola makan yang tinggi lemak (makanan cepat saji) menyebabkan kejadian obesitas semakin meningkat (Beers 2003). Beberapa penelitian menunjukkan bahwa anak-anak dan remaja yang tinggal di perkotaan mempunyai berat badan yang berlebih dibandingkan dengan pedesaan. Hal ini disebabkan penurunan aktivitas fisik (sedentary life style), perubahan pola makan yang tinggi kandungan lemaknya menurut Mahan & Escott-Stump (2008). Jika konsumsi bahan metabolik secara konsisten lebih banyak daripada penggunaan energi (aktivitas fisik), bahan itu akan disimpan sebagai triasilgliserol dalam jaringan adiposa sehingga terjadi obesitas (Murray et al. 2006).
9
Prevalensi overweight pada remaja Kejadian overweight dan obesitas pada remaja terus meningkat setiap tahun. Obesitas menjadi masalah di seluruh dunia karena prevalensinya yang meningkat pada orang dewasa maupun remaja baik di negara maju maupun di negara berkembang. Prevalensi overweight dan obesitas meningkat sangat tajam di kawasan Asia Pasifik. Sebanyak 20.50% dari penduduk Korea Selatan tergolong overweight dan 1.50% tergolong obes. Di Thailand, 16.00% penduduknya mengalami overweight dan 4.00% mengalami obes. Di daerah perkotaan Cina, prevalensi overweight adalah 12.00% pada laki-laki dan 14.40% pada perempuan, sedang di daerah pedesaan prevalensi overweight pada laki-laki dan perempuan masing-masing adalah 5.30% dan 9.80% (Vishuda 2001). Data riskesdas pada tahun 2007 menunjukkan bahwa prevalensi overweight dan obesitas di Indonesia pada remaja usia 15 tahun ke atas sebesar 19.10%, dan untuk usia 6-14 tahun prevalensi overweight dan obesitas untuk jenis kelamin laki-laki sebesar 9.50% dan perempuan 6.40%. Hasil Riskesdas tahun 2010 menunjukkan prevalensi kegemukan pada remaja usia 13-15 tahun yang berjenis kelamin laki-laki sebesar 2.90% dan perempuan 2.00%, dan untuk usia 16-18 tahun masing-masing sebesar 1.30% dan 1.50% (Balitbangkes 2011). Hasil Riskesdas tahun 2013 menunjukkan bahwa kejadian prevalensi overweight pada kelompok usia 16-18 tahun sebesar 7.30%, kelompok usia 19 tahun sebesar 8.30%, dan kelompok usia 20-24 tahun sebesar 13.20%, sehingga total kejadian overweight pada kelompok usia 16-24 tahun sebesar 28.80%. Prevalensi obesitas sentral menurut usia 15-24 tahun sebesar 10.80% dan kejadian obesitas sentral pada perempuan (42.10%) lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki (11.30%). Persentase kejadian overweight jika dibedakan berdasarkan jenis kelamin berdasarkan kelompok umur 19-24 tahun yaitu sebanyak 17.80% laki-laki dan sebanyak 25.90% perempuan mengalami overweight (Balitbangkes 2013). Tingkat stress dan pengendaliaannya Remaja akhir merupakan tahap perkembangan yang akan memasuki masa dewasa. Pada masa ini remaja mengalami suatu kondisi yang disebut dengan periode “storm & stress” (Bakrie 2010). Perubahan kondisi fisiologis dan perkembangan berupa peningkatan kadar hormon mengakibatkan mahasiswa labil dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya. Mahasiswa cenderung terlihat kurang berpengalaman dalam menyelesaikan masalah (Tobroni 2010). Oleh karena itu, mahasiswa cenderung lebih mudah mengalami stress. Womble (2001) menyatakan bahwa stressor akademik meliputi manajemen waktu, masalah finansial, gangguan tidur dan aktivitas sosial. Stress yang berkepanjangan yang dialami oleh individu dapat mengakibatkan penurunan kemampuan untuk beradaptasi terhadap stress (Potter & Perry 2005). Kondisi tersebut dapat memicu timbulnya masalah-masalah kesehatan pada individu. Tingkatan stress di bagi menjadi lima bagian antara lain: (1) stress normal yang dihadapi secara teratur dan merupakan bagian alamiah dari kehidupan. Seperti dalam situasi: kelelahan mengerjakan tugas, takut tidak lulus ujian, merasakan detak jantung berdetak lebih keras setelah aktivitas (Crowford &
10
Henry 2003); (2) stress ringan adalah stressor yang dihadapi secara teratur yang dapat berlangsung beberapa menit atau jam. Situasi seperti banyak tidur, kemacetan atau dimarahi dosen. Stressor ini dapat menimbulkan gejala meliputi bibir sering kering, kesulitan bernafas, kesulitan menelan, merasa goyah, merasa lemas, berkeringat berlebihan ketika temperatur tidak panas, takut tanpa alasan yang jelas, menyadari denyut jantung walaupun tidak setelah melakukanaktivitas fisik, tremor pada tangan dan merasa sangat lega jika situasi berakhir; (3) stress sedang terjadi lebih lama, antara beberapa jam sampai beberapa hari. Stressor menimbulkan gejala meliputi mudah marah, bereaksi berlebihan terhadap suatu situasi, sulit untuk beristirahat, merasa lelah karena cemas, tidak sabar ketika mengalami penundaan dan menghadapi gangguan, mudah tersinggung, gelisah; (4) stress berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa minggu sampai tahun seperti perselisihan dengan dosen atau teman secara terus-menerus, kesulitan financial yang berkepanjangan, dan penyakit fisik jangka panjang; (5) stress sangat berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa bulan dan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan. Pengukuran antropometri dan komposisi tubuh Perubahan status gizi dan kondisi tubuh dapat diukur berdasarkan parameter antropometri dan komposisi tubuh. Parameter antropometri yang digunakan meliputi berat badan (BB), tinggi badan (TB), IMT (kg/m2), lingkar pinggang (WC), lingkar pinggul (LP), rasio lingkar pinggang-pinggul (WHR), lemak perut (abdominal fat), total lemak tubuh (TBF), total air tubuh (TBW), dan massa otot (Fayh et al. 2013). Klasifikasi berat badan menurut IMT dan lingkar pinggang pada orang dewasa Ras Asia-Pasific sebagai berikut: Tabel 1Klasifikasi berat badan menurut IMT dan lingkar pinggang orang dewasa Ras Asia-Pasific Klasifikasi
Underweight Normal Overweight At risk Obese I Obese II
IMT (kg/m2) Lingkar pinggang < 90 cm (pria) < 80 cm (wanita) < 18.5 18.5-22.9 ≥ 23 23-24.9 25-29.9 ≥ 30
Risiko komorbiditas ≥ 90 cm (pria) ≥ 80 cm (wanita) Low (but increased risk of other clinical problems ) Average Increased Moderate Severe
Rasio lingkar pinggang pinggul (RLPP) berhubungan dengan jumlah lemak visceral atau intraabdominal. Dalam berbagai studi, RLPP merupakan prediktor independen peningkatan risiko diabetes, hipertensi, dislipidemia, dan penyakit jantung iskemik. Kombinasi IMT dengan RLPP bermanfaat dalam menilai risiko kesehatan. IMT yang tinggi dengan RLPP rendah menunjukkan IMT tersebut overestimate dan IMT yang rendah dengan RLPP yang tinggi menunjukkan pengukuran IMT underestimate. Individu yang kelebihan berat badan dengan RLPP tinggi dan lemak visceral yang tinggi berisiko tinggi mengalami penyakit
11
metabolik akibat tingginya lemak dalam tubuh dibandingkan dengan individu yang overweight tanpa RLPP yang tinggi (Hill et al. 2006). Perubahan komposisi tubuh secara drastis terjadi saat masa pubertas dengan rata-rata penurunan lean body mass dari 80.00% ke 74.00% dari berat badan sementara kenaikan body fat dari 16.00% ke 27.00% saat masa dewasa. Peningkatan body fat mass setiap tahun selama masa pubertas sebesar 1.14 kg. Berbeda dengan remaja perempuan, peningkatan berat badan pada remaja lakilaki sebanyak 9.00 kg/tahun. Body fat menurun pada masa remaja pada laki-laki karena digantikan dengan peningkatan skeletal mass sebanyak 90.00% pada umur 18 tahun ke atas (Brown 2008). Tubuh memiliki komposisi yang meliputi massa lemak dan massa bebas lemak. Massa bebas lemak, menurut Gibson (1990) biasa disebut Fat Free Mass (FFM) terdiri dari massa protein (otot rangka dan otot non rangka) sebesar 19.40%, mineral 6.80% dan cairan tubuh 73.80% serta mempunyai densitas 1.1 g/cm3. Selain FFM juga terdapat Lean Body Mass (LBM) yang merupakan bagian tubuh yang terdiri dari FFM dan massa lemak esensial yang pada pria puncak kenaikan LBM terjadi saat usia 50 tahun, setelah itu terjadi penurunan terutama di atas usia 80 tahun akan lebih cepat terjadi penurunan. Besar penurunan umunya pada pria adalah 12.00% dan pada wanita 19.00% (Heyward 2001). Massa lemak sendiri umumnya tersebar secara luas hampir di seluruh bagian tubuh dengan proporsi yang berbeda yaitu 50.00% pada subkutan, 45.00% pada sekeliling organ internal (rongga abdomen) yang biasa disebut lemak visceral dan 5.00% lainnya di jaringan intramuskular (Almatsier 2002). Faktor-faktor yang mempengaruhi massa lemak tubuh sangat bervariasi antar individu dan tergantung dari beberapa hal yaitu postur tubuh, umur, jenis kelamin, suku bangsa, keturunan dan keseimbangan energi (yang dipengaruhi oleh kebiasaan makan dan aktivitas fisik). Postur tubuh yang atletis dengan IMT yang cenderung tinggi memiliki LBM yang lebih tinggi daripada massa lemaknya (Heyward 2001), presentase lemak tubuh yang optimal untuk fitness cenderung lebih rendah dibandingkan pada nilai tubuh optimal, karena lemak yang berlebih dapat mengurangi kinerja dan aktivitas fisik. Berdasarkan (Heyward 2001) persentase lemak tubuh yang optimal pada laki-laki dewasa adalah 15.00% dan pada perempuan 23.00%. Menurut Gibson (1990), rata-rata persen lemak tubuh laki-laki dewasa adalah 14.70% dan perempuan 26.90%. Terdapat beberapa hal yang memungkinkan keturunan sebagai faktor risiko kejadian obesitas yaitu efisiensi alur metabolik, proporsi asupan makan yang lebih besar daripada yang digunakan, keseimbangan dan fungsi hormonal, jumlah sel lemak, selera dan rasa kenyang, respon thermogenesis terhadap makanan (Heyward 2001). Air tubuh total atau total body water (TBW) adalah persentase dari berat air dibandingkan dengan berat badan total, bervariasi menurut kelamin, umur, dan kandungan lemak tubuh. Air membentuk sekitar 60.00% dari berat seorang pria dan sekitar 50.00% dari berat badan wanita. Jaringan lemak pada dasarnya bebas air. Oleh karena itu jika dibandingkan dengan orang gemuk dengan kurus maka orang gemuk memiliki TBW yang relaif kecil. Jaringan otot memiliki kandungan air yang tinggi. Maka jika wanita dibandingkan dengan pria, akan ditemukan bahwa TBW pria lebih besar karena sedikit jaringan lemak dan banyaknya masa otot. Berikut ini adalah tabel persentase air (TBW) berdasarkan umur:
12
Tabel 2 Air tubuh total dalam presentase berat badan Bayi baru lahir
75.00%
Dewasa Pria (20-40 tahun) Wanita (20-40 tahun) Usia lanjut (60+ tahun)
60.00% 50.00% 45.00-50.00%
Indeks kebugaran kardiovaskular Kebugaran fisik merupakan kemampuan untuk melakukan aktivitas seharihari dengan bertenaga tanpa ditandai dengan rasa letih dengan jumlah energi yang cukup untuk menikmati waktu luang, menghadapi situasi yang rumit, dan kejadian yang tak terduga. Latihan fisik secara regular diketahui memberikan dampak yang efisien bagi kesehatan. Padahal fakta yang ada menunjukkan bahwa timbulnya penyakit sangat berhubungan dengan rendahnya kebugaran, sehingga kebutuhan untuk mengurangi gaya hidup sedentari dengan rencana aktivitas fisik dengan melakukan olahraga dan latihan formal direkomendasikan oleh The American Alliance for Health, Physical, Education Recreation and Dance (AAHPERD) khususnya bagi remaja (Khodnapur et al. 2012). Latihan fisik akan membantu pencapaian kebugaran fisik maksimum yang akan mengembangkan kekuatan otot yang bermanfaat bagi ketahanan tubuh remaja. Manfaat kebugaran fisik sangat banyak meliputi peningkatan daya tangkap, toleransi, dan aktivitas serta perilaku sosial. Kebugaran fisik membantu remaja lebih mudah mengatasi kondisi di bawah tekanan (stress), tidak mudah lelah dan letih, serta tidak mudah merasakan pegal-pegal. Menurut AAHPERD, kebugaran fisik dapat diukur dengan indeks kebugaran fisik menggunakan modifikasi Harvard Steps (jarak 40 cm). Indeks kebugaran kardiovaskular dinilai menggunakan formula (Khodnapur et al. 2012) sebagai berikut: Indeks kebugaran kardiovaskular = lama latihan dalam detik x 100 2 (denyut nadi 1+2+3) Keterangan: Subjek melakukan Harvards Step Test (jarak 40 cm) dengan satu step setiap 2 detik (30 step/menit), untuk 5 menit sehingga total 150 step. Pada saat menit ke-1,3,5 selama tes, denyut nadi harus dicatat meliputi: a. Denyut nadi 1 : 1 menit setelah latihan b. Denyut nadi 2 : 3 menit setelah latihan c. Denyut nadi 3 : 5 menit setelah latihan Standar indeks kebugaran kardiovaskular dengan menggunakan Harvards Step Test (Hockey 1993) meliputi: a. 90- atas : baik sekali b. 80-89 : baik c. 65-79 : sedang d. 55-64 : kurang e. 0-54 : kurang sekali
13
3 KERANGKA PEMIKIRAN Perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) remaja overweight merupakan hasil yang akan dicapai dari pelaksanaan intervensi air putih dan HIIT (High Intensity Interval Training). Beberapa review penelitian menunjukkan bahwa pemberian intervensi air tidak berasa (plain water) berpengaruh untuk menjaga dan menurunkan berat badan dengan cara meningkatkan konsumsi air tidak berasa individu (Muckelbauer et al. 2013). Berdasarkan penelitian klinis pada orang dewasa gemuk, minum dua gelas air 1-2 jam sebelum makan (makan siang dan makan malam) dapat menurunkan berat badan. Jenis minuman yang sesuai adalah air putih dan menghindari minuman berasa. Mengganti minuman berasa dengan minuman tidak berasa sebagai strategi penurunan berat badan menghasilkan rata-rata penurunan berat badan sebesar 2.00-2.50% (Tate et al. 2012). Penelitian lain menunjukkan bahwa dampak jangka pendek dari konsumsi air yaitu meningkatkan rasa kenyang dan menurunkan rasa lapar (Dennis 2010). HIIT (High Intensity Interval Training) merupakan jenis latihan fisik yang direkomendasikan karena memberikan banyak manfaat bagi tubuh dengan memberikan banyak dampak perbaikan pada kebugaran aerobik dan non aerobik, tekanan darah, kesehatan jantung, sensitivitas insulin (membantu latihan otot lebih siap digunakan sebagai glukosa sebagai bahan bakar penghasil energi), profil kolesterol, lemak abdominal (lemak perut) dan berat badan dengan tetap menjaga massa otot (Kravitz 2014). Penelitian Rahmini (2006) menunjukkan bahwa HIIT (High Intensity Interval Training) memberikan hasil penurunan BMI (kg/m2) (D = 9.34%) dan berat badan (kg) sebesar (D = 6.51%). Overweight merupakan karakteristik utama subjek dalam protokol penelitian ini. Identifikasi melalui berbagai variabel yang meliputi konsumsi zat gizi (makanan dan minuman), pola tidur, kebiasaan olahraga, dan tingkat stress subjek menjadi bagian penting. Berdasarkan identifikasi tersebut maka dapat mengetahui kebiasaan konsumsi minuman berasa dan tidak berasa, pola tidur dan kaitannya terhadap stress, dan kebiasaan aktivitas fisik subjek. Hal ini akan memberikan gambaran secara umum dalam penentuan pelaksanaan intervensi. Pengukuran status gizi yang digunakan sebagai penanda bahwa HIIT (High Intensity Interval Training) berpengaruh terhadap penurunan berat badan individu overweight menurut penelitian Rahmini (2006) yaitu IMT (kg/m2), lemak bahwa kulit (triceps, abdominal, dan thigh), dan komposisi tubuh yaitu persen lemak tubuh. Status gizi yang digunakan sebagai penanda bahwa intervensi air putih berpengaruh terhadap penurunan berat badan individu menurut penelitian Tate et al. (2012) meliputi IMT (kg/m2) dan lingkar pinggang (cm). Pola makan subjek dapat diidentifikasi dari konsumsi makanan dan minuman selama dua bulan yang berasal dari semi quantitative FFQ. Pola aktivitas fisik subjek dapat diidentifikasi dari aktivitas fisik yang dirunut selama 2 x 24 jam pada hari libur dan hari kuliah. Pola makan dan pola aktivitas fisik ini menjadi data awal kebiasaan konsumsi air putih dan latihan fisik subjek. Berdasarkan review penelitian di atas, Fayh et al. (2013) menunjukkan bahwa perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) yang dapat diukur dalam kombinasi diet dan latihan fisik seperti pada intervensi konsumsi air putih dan HIIT (High
14
Intensity Interval Training) yaitu berat badan. Perubahan indeks kebugaran kardiovaskular akibat dampak latihan fisik dapat diukur berdasarkan perubahan denyut nadi per menit subjek. Karakteristik subjek
Pola makan & minum subjek
Jenis kelamin
Gaya & pola hidup subjek
Usia
Kebiasaan makan & minum
Anak ke-
Konsumsi zat gizi
Bentuk tubuh Uang saku
Tingkat konsumsi zat gizi
Aktivitas fisik
Tingkat aktivitas fisik Pola tidur Tingkat stress
Uang makan
Air putih
HIIT
Air putih dan HIIT
Rasa lapar turun, Rasa kenyang meningkat
Pembakaran energi ↑, kebugaran aerobic, non-aerobic
Metabolisme Pembakaran lemak ↑
EPOC Excess-Post Exercise Oxygen Consumption
IMT
IKK
Gambar 1 Kerangka pemikiran intervensi konsumsi air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) dan indeks kebugaran kardiovaskular remaja overweight Keterangan: : Variabel yang diteliti : Variabel yang tidak diteliti : Hubungan yang dianalisis : Hubungan yang tidak dianalisis
15
4 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Penelitian ini telah dilakukan pada Bulan Oktober 2014 sampai Januari 2015 di Laboratorium Gizi Olahraga, Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Desain penelitian ini adalah pre-post experimental study dengan 3 kelompok perlakuan. Kelompok 1 mendapat intervensi berupa konsumsi air putih, kelompok 2 mendapatkan intervensi HIIT (High Intensity Interval Training), dan kelompok 3 mendapatkan intervensi kombinasi air putih dan HIIT (High Intensity Interval Training). Subjek penelitian adalah mahasiswa dan mahasiswi Departemen Gizi Masyarakat berusia 17-23 tahun yang bersedia mengikuti penelitian hingga selesai (menandatangani informed consent). Perizinan komisi etik (ethical clearance) pada penelitian ini didapat dari komisi etik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia No:230/UN2.F1/ETIK/2015. Jumlah dan Cara Penarikan Subjek Pemilihan sampel dilakukan dengan melakukan screening berat badan dan tinggi badan terhadap umur pada mahasiswa dan mahasiswi Departemen Gizi Masyarakat yang memiliki IMT ≥ 23 kg/m2 (BMI in adult Asians) atau berstatus gizi overweight, memenuhi kriteria inklusi dan eksklusi, serta bersedia mengikuti setiap tahapan penelitian (menandatangani informed consent). Kriteria inklusi yaitu: usia 17-23 tahun, memiliki IMT ≥ 23 kg/m2), tidak dalam keadaan menjalankan diet lain, tidak mengalami keluhan sakit, tidak merokok, dan bersedia mengikuti setiap tahap penelitian. Kriteria eksklusi yaitu sedang menjalani diet lain, sedang mengonsumsi obat atau suplemen penurunan berat badan. Pengelompokan intervensi subjek dilakukan dengan random sampling. Kelompok intervensi telah di analisis dengan uji normalitas. Kelompok intervensi terbagi menjadi tiga yaitu kelompok 1, kelompok 2, dan kelompok 3. Kelompok 1 yaitu intervensi konsumsi air putih, kelompok 2 yaitu intervensi HIIT (High Intensity Interval Training), dan kelompok 3 yaitu intervensi kombinasi air putih dan HIIT (High Intensity Interval Training). Penentuan jumlah subjek berdasarkan hasil perhitungan diperoleh jumlah subjek minimal, yaitu 10 subjek/kelompok. Dari jumlah minimal sehingga total subjek yang digunakan yaitu 30 subjek. Perhitungan untuk jumlah subjek adalah sebagai berikut. n > 2 S2 (Zα+Zβ)2 ; n > 2 (1.70)2 (1.96+0.84)2 ; n > 45.31 ; n > 9.36 ∆2 (2.20)2 4.84 Keterangan: n = Jumlah subjek minimal Zα = 1.96 (α= 5%) Zβ = 0.84 (β= 20%), power of test = 80% S2 = Standar deviasi (1.70) (Kelley et al. 2012) = 2.20 (Kelley et al. 2012) (Perubahan IMT (kg/m2)) ∆2
16
Jumlah subjek yang mengikuti screening dalam penarikan sampel dalam intervensi air putih dan HIIT sebanyak 135 subjek. Setelah dilakukan screening berdasarkan IMT ≥ 23 kg/m2 (BMI in adult Asians) sebanyak 35 subjek yang memenuhi syarat berdasarkan kriteria inklusi. Namun hanya 30 subjek saja yang bersedia mengikuti dengan mengisi informed consent. Dari 30 subjek di bagi menjadi tiga kelompok yaitu kelompok air putih (DA) sebanyak sepuluh subjek, kelompok HIIT sebanyak sepuluh subjek, dan kelompok kombinasi DA & HIIT sebanyak sepuluh subjek. Subjek penelitian harus bersedia mengikuti dan mematuhi protokol intervensi. Sebelum melaksanakan intervensi, subjek diharuskan mengisi kuesioner yang berisi beberapa pertanyaan mengenai kebiasaan olahraga dan minum serta riwayat kesehatan subjek yang digunakan sebagai parameter supaya subjek dapat melaksanakan intervensi konsumsi air putih dan HIIT dengan aman. Dari 30 subjek yang melaksanakan intervensi air putih dan HIIT terdapat satu orang yang drop out yaitu pada kelompok air putih (DA). Sehingga total subjek yang melaksanakan intervensi sesuai protokol penelitian sebanyak 29 subjek. Populasi Subjek: overweight Subjek: overweight, bersedia
Total subjek = 30
Air putih = 10
HIIT = 10
Air putih +HIIT = 10
Baseline dan Endline di ukur BB &TB, IMT (intervensi selama dua bulan) Gambar 2 Diagram pengelompokan subjek berdasarkan kelompok intervensi Intervensi terdiri dari dua jenis yaitu intervensi konsumsi air putih dan intervensi HIIT (High Interval Intensity Training), protokol penelitian sebagai berikut: 1. Subjek tidak mengubah pola konsumsi makanan dan minuman serta aktivitas fisik selama dua bulan intervensi. 2. Konsumsi air putih dilakukan dengan aturan sebagai berikut: sebelum sarapan (minum 2-3 gelas/600 ml), sebelum makan siang (minum 2-3 gelas/600 ml), sebelum makan malam (minum 2-3 gelas/600 ml) dilakukan regular setiap hari selama dua bulan (168 botol/2 bulan/subjek). Aturan ini diacu berdasarkan penelitian Dennis et al. (2010) yang menunjukkan bahwa minum air tidak berasa sebanyak 0.5 L sebelum tiga satuan waktu makan (1-2 jam sebelum makan) memberikan dampak
17
penurunan terhadap berat badan (p = 0.03). Pengambilan botol minum air mineral dilakukan subjek setiap hari sebelum atau sesudah kuliah. 3. Selang satu jam interval setelah minum air, subjek tidak diperkenankan mengonsumsi cemilan atau kudapan. 4. HIIT (High Intensity Interval Training) dilakukan dengan aturan sebagai berikut: dilakukan tiga kali/minggu (senin, rabu, dan jumat) pada satuan waktu yang sama sesuai dengan kesediaan waktu subjek (24 kali latihan/2 bulan) dengan durasi/latihan selama 16 menit. Aturan ini diacu berdasarkan penelitian Kravitz (2014). Gerakan meliputi tiga bagian yaitu: 4.1 Warm up cardio (pemanasan) meliputi: boxer shuffle, up & over step, walkdown plank, torso circles, squats, alternating lunges, high kicks, bott kickers, jumping jacks (masing-masing gerakan dilakukan selama 30 detik). 4.2 Body weight HIIT workout meliputi (Kravitz 2014): 4.2.1 Broad jump + 2 jacks (20 detik gerak, 10 detik istirahat) dilakukan 4 x. Manfaat gerakan ini yaitu memperbaiki kesehatan cardiovaskular dan tekanan darah. 4.2.2 Pop squats (20 detik gerak, 10 detik istirahat) dilakukan 4 x. Manfaat gerakan ini yaitu memperbaiki kebugaran aerobik dan non aerobik. 4.2.3 Barpees + kicks (20 detik gerak, 10 detik istirahat) dilakukan 4 x. Manfaat gerakan ini yaitu memperbaiki lemak abdominal dan berat badan sehingga menjadi massa otot. 4.2.4 Switch foot jumps + reverse lunge (20 detik gerak, 10 detik istirahat) dilakukan 4 x. Manfaat gerakan ini yaitu memperbaiki kesehatan cardiovaskular dan tekanan darah. 4.2.5 Squat jump slides (20 detik gerak, 10 detik istirahat) dilakukan 4 x. Manfaat gerakan ini yaitu memperbaiki kebugaran aerobik dan non aerobik. 4.3 Quick cool down and stretch (pendinginan) meliputi: jog in place, lat steps trows, toe touch circles, inside thigh circles, toe touch stretch, inside tigh stretch, quad stretch, switch sides, downward dog, pigeon pose, switch sides, plank calf stretch, cobra stretch, child’s stretch, deep glute stretch, switch sides, full body stretch (masing-masing gerakan dilakukan selama 20 detik). Kepatuhan subjek akan dipantau menggunakan formulir kepatuhan yang diberikan kepada subjek dan akan dimonitoring oleh peneliti setiap selesai intervensi. Selain menggunakan formulir kepatuhan, peneliti juga menggunakan grup sosial media untuk mengingatkan subjek dalam melakukan intervensi konsumsi air putih setiap hari dan intervensi HIIT setiap hari senin, rabu, dan jumat. Pengembalian botol minuman yang telah dikonsumsi selama satu hari selama dua bulan dikembalikan lagi kepada peneliti setiap hari dan disimpan peneliti sebagai bukti pelaksanaan intervensi. Jika subjek tidak sempat mengambil atau mengembalikan botol minuman kepada peneliti, subjek melakukan penggantian botol minum secara mandiri dan akan diganti oleh peneliti, namun subjek tetap harus memberikan foto sebagai bukti pelaksanaan intervensi. Kondisi dan situasi subjek yang tidak dapat mengikuti pelaksanaan intervensi konsumsi air dan HIIT sesuai dengan jadwal dan tempat yang telah
18
ditentukan maka subjek harus mengganti hari dan tempat pelaksanaan intervensi dengan memberikan bentuk laporan berupa foto saat melaksanakan intervensi HIIT di rumah atau di kosan kepada peneliti. Selama melaksanakan intervensi konsumsi air putih dan HIIT antara subjek dan peneliti saling memberikan upaya persuasif (kedekatan personal) dan memanfaatkan peer group supaya kepatuhan terus terjaga hingga akhir penelitian sehingga terhindar dari risiko drop out. Namun drop out akan dilakukan ketika subjek tidak menghadiri dan melaksanakan intervensi secara rutin selama 2 minggu. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang diambil terdiri dari data primer dan data sekunder. Data karakteristik mahasiswa-mahasiswi Departemen Gizi Masyarakat telah diperoleh dari kuesioner yang diisi oleh mahasiswa dan mahasiswi Departemen Gizi Masyarakat setelah mendapatkan penjelasan dan dipandu oleh peneliti. Data primer terdiri dari: a. Data karakteristik subjek meliputi jenis kelamin, usia, anak ke-, bentuk tubuh yang diinginkan, jumlah uang saku, dan alokasi uang makan. b. Data kebiasaan makan dan minum subjek yang meliputi kebiasaan sarapan, jenis sarapan, kebiasaan minum air putih sebelum dan sesudah bangun tidur; sebelum, saat dan sesudah makan; sebelum dan sesudah olahraga; interval waktu minum air putih sebelum dan sesudah makan; jumlah air putih yang diminum/gelas. c. Data konsumsi zat gizi subjek dikumpulkan dengan metode semi quantitative FFQ selama satu bulan terakhir. d. Data kebiasaan konsumsi minuman subjek selama satu bulan terakhir. e. Data frekuensi olahraga subjek yang meliputi jenis olahraga, frekuensi olahraga/minggu, durasi olahraga/kali. f. Data aktivitas fisik 2 x 24 jam saat hari kuliah dan hari libur. g. Data pola tidur subjek yang meliputi kesulitan tidur, kebiasaan terbangun pada malam hari, tingkat kenyenyakan tidur, kebiasaan tidur siang-sore, dan perasaan saat bangun tidur. h. Data tingkat stress subjek berdasarkan jumlah frekuensi kejadian per tahun diacu menggunakan life change index scale (the stress test). Tingkat stress di acu menurut Holmes & Rahe (1967) berdasarkan life change index scale (the stress test) bagi kehidupan rumah tangga yang dimodifikasi bagi remaja i. Data indeks massa tubuh subjek meliputi berat badan (kg) dan tinggi badan (cm). j. Data pemeriksaan fisik subjek meliputi tekanan darah, dan denyut nadi. k. Data indeks kebugaran kardiovaskular subjek yaitu menggunakan test Harvard modifikasi. Data sekunder diperoleh dari data administrasi komisi pendidikan Departemen Gizi Masyarakat yaitu data jumlah mahasiswa dan mahasiswi Departemen Gizi Masyarakat angkatan 49. Berikut variabel, indikator dan cara pengumpulan data secara rinci dapat dilihat pada Tabel 3:
19
Tabel 3Variabel dan indikator penelitian No 1
2
3
4
5
6
7
Variabel Karakteristik subjek
Indikator - Jenis kelamin - Usia - Anak ke berapa - Bentuk tubuh - Jumlah uang saku - Alokasi uang makan Kebiasaan makan dan - Kebiasaan; jenis sarapan minum - Kebiasaan minum air putih sebelum dan sesudah bangun tidur - Kebiasaan minum air putih sebelum, saat, dan sesudah makan - Kebiasaan minum air putih sebelum dan sesudah olahraga - Interval waktu minum air putih sebelum dan sesudah makan - Jumlah air putih yang dikonsumsi/gelas Konsumsi zat gizi dari - Jenis makanan makanan - Jumlah yang dikonsumsi (URT/gram) - Frekuensi makan per hari, minggu, bulan Konsumsi zat gizi dari - Jenis minuman minuman - Jumlah yang dikonsumsi (URT/ml) - Frekuensi minum per hari, minggu, bulan Kebiasaan olahraga - Jenis olahraga - Frekuensi olahraga/minggu - Durasi olahraga/kali Aktivitas fisik (2 x 24 jam) - Kategori aktivitas fisik berdasarkan PAR dari pukul 04.00-03.00 pada hari kuliah (satu hari dan hari libur (satu hari) - Tingkat aktivitas fisik (PAL) - Kategori tingkat aktivitas fisik berdasarkan nilai PAL Pola tidur - Kesulitan tidur malam hari - Kebiasaan terbangun malam hari - Tingkat kenyenyakan - Kebiasaan tidur siangsore - Perasaan saat bangun tidur pagi
Cara pengumpulan data Mengisi kuesioner dan wawancara
Mengisi kuesioner wawancara
dan
Mengisi formulir quantitative FFQ wawancara
semi dan
Mengisi formulir konsumsi minuman dan wawancara
Mengisi kuesioner wawancara
dan
Mengisi formulir aktivitas fisik 2 x 24 jam
Mengisi kuesioner wawancara
dan
20
No 8
Variabel Tingkat stress
9
Indeks (IMT)
10
Pemeriksaan fisik
11
Indeks kebugaran kardiovaskular
Massa
Indikator Kejadian yang dialami setahun terakhir berdasarkan the stress test
Tubuh
Berat badan dan tinggi badan
Tekanan darah dan denyut nadi Harvard step modifikasi (steps 40 cm)
Cara pengumpulan data Mengisi kuesioner dan wawancara berdasarkan life change index scale (the stress test) modifikasi menurut Holmes & Rahe (1967). Pengukuran menggunakan alat terstandarisasi Timbangan BB menggunakan timbangan badan digital dengan kapasitas maksimum 200 kg dan ketelitian 0.1 kg. Microtoice dengan kapasitas maksimum 200 cm dan ketelitian 0.1 cm. Tensiometer Pengukuran melalui test Harvard Step modifikasi
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data Pengolahan data meliputi entry, coding, editing, cleaning. Entry yaitu memasukan data, coding yaitu memberikan kode sebagai panduan entry, editing yaitu memperbaiki data, cleaning yaitu pengecekan ulang untuk memastikan tidak terdapat kesalahan dalam memasukan data. Pengkategorian variabel dan analisis terdapat pada Tabel 4. Selanjutnya, data diolah dan dianalisis menggunakan program komputer Microsoft Excell 2007 dan SPSS versi 17.0 for windows. Konsumsi makanan dan minuman yang dicatat subjek dalam satuan Ukuran Rumah Tangga (URT) kemudian dikonversikan ke dalam satuan gram dan diolah berdasarkan Daftar Komposisi Bahan Makanan (DKBM). Kecukupan energi dan zat gizi subjek dihitung menggunakan Angka Kecukupan Gizi (AKG) menurut Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi (WNPG) 2013 dengan koreksi berat badan aktual subjek. Subjek dengan status gizi kurang dan lebih menggunakan berat badan ideal. Tingkat kecukupan energi dan zat gizi diperoleh dengan membandingkan konsumsi energi dan zat gizi dengan kecukupan energi dan zat gizi subjek. Perhitungan-perhitungan tersebut menggunakan rumus sebagai berikut: / ) x AKGi Kecukupan energi dan zat gizi = ( TKG = (K/Kecukupan energi dan zat gizi ) x 100% Keterangan: TB BBa BBi BB AKGi AKGi K
: tinggi badan : berat badan aktual : berat badan ideal : berat badan berdasarkan kelompok usia pada tabel AKG : angka kecukupan zat gizi subjek berdasarkan kelompok usia : konsumsi energi dan zat gizi subjek
21
Aktivitas fisik subjek dihitung menggunakan PAL (Physical Activity Level). WHO/FAO (2003) menyatakan bahwa aktivitas fisik adalah variabel utama setelah angka metabolisme basal dalam penghitungan pengeluaran energi. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (kkal) per kilogram berat badan dalam 24 jam. Nilai PAR (Physical Activity Rate) untuk berbagai jenis aktivitas dan tingkat aktivitas fisik menurut WHO/FAO (2004). PAL ditentukan dengan rumus sebagai berikut : PAL =
∑(
)
Keterangan: PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik) PARi : Physical activity rate dari masing-masing aktivitas(jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis aktivitasper jam) Wi : Alokasi waktu tiap aktivitas
Indeks kebugaran kardiovaskular menurut The American Alliance for Health, Physical, Education Recreation and Dance (AAHPERD) dapat diukur dengan indeks kebugaran kardiovaskular menggunakan modifikasi Harvard Steps (jarak 40 cm). Indeks kebugaran kardiovaskular dinilai menggunakan formula (Khodnapur et al. 2012) sebagai berikut: Indeks kebugaran kardiovaskular = lama latihan dalam detik x 100 2 (denyut nadi 1+2+3) Keterangan: Subjek melakukan Harvards Step Test (jarak 40 cm) dengan satu step setiap 2 detik (30 step/menit), untuk 5 menit sehingga total 150 step. Pada saat menit ke-1,3,5 selama tes, denyut nadi harus dicatat meliputi: d. Denyut nadi 1 : 1 menit setelah latihan e. Denyut nadi 2 : 3 menit setelah latihan f. Denyut nadi 3 : 5 menit setelah latihan
Analisis data Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan statistik. Data karakteristik mahasiswa-mahasiswi Departemen Gizi Masyarakat dianalisis secara deskriptif seperti kisaran dan rata-rata ± standar deviasi. Uji beda antara ketiga perlakuan intervensi (kelompok 1: intervensi konsumsi air putih, kelompok 2: High Intensity Interval Training (HIIT), kelompok 3: intervensi kombinasi konsumsi air putih dan HIIT, menggunakan uji ANOVA (analysis of variant). Uji paired t-test digunakan untuk melihat perbedaan dalam setiap kelompok sebelum dan sesudah intervensi. Untuk mengetahui pengaruh intervensi konsumsi air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) serta kombinasi keduanya terhadap perubahan berat badan, Indeks Massa Tubuh (IMT) dan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) menggunakan uji simple linear regression. Jenis pengolahan dan analisis data secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4 Pengkategorian dan analisis variabel penelitian No Variabel/indikator Kategori peubah Variabel/indikator 1-6 (karakteristik subjek) 1 Usia (baseline) 17-23 tahun 2 Jenis kelamin (baseline) 1. Laki-laki
Analisis Deskriptif Deskriptif
22
No
Variabel/indikator
3
Anak ke- (baseline)
4
Jumlah uang saku (rata-rata baseline) Alokasi uang makan (rata-rata baseline) Bentuk tubuh (Hill et al. 2006)
5 6
7
Kebiasaan makan dan minum (baseline)
Kategori peubah 2. Perempuan 1. 1-2 2. 3-4 3. 5-6 4. 7-8 1. Rp 400000 - 999999 2. Rp 1000000 - 1999999 1. Rp 200000 – 999999 2. Rp 1000000 - 1999999 1. 1-2 kurus sekali 2. 3-4 kurus 3. 5 normal 4. 6-7 overweight 5. 8-9 obese A. Kebiasaan sarapan 1. Ya 2. Tidak B. Jenis rapan 1. Nasi rames 2. Roti 3. Havermoot 4. Susu C. Kebiasaan minum air putih 1. Ya 2. Tidak D. Terbiasa minum air putih sebelum dan sesudah bangun tidur 1. Ya 2. Tidak E. Jumlah air putih yang diminum/gelas sebelum dan sesudah bangun tidur 1. 1 gelas (240 ml) 2. 2 gelas (480 ml) 3. 3 gelas (720 ml) 4. 4 gelas (960 ml) F. Terbiasa minum air putih sebelum, saat, dan sesudah makan 1. Ya 2. Tidak G. Jumlah air putih yang diminum/gelas sebelum dan sesudah makan 1. 1 gelas (240 ml) 2. 2 gelas (480 ml) 3. 3 gelas (720 ml) 4. 4 gelas (960 ml) H. Durasi waktu interval minum air putih sebelum dan sesudah makan 1. 5 menit 2. 10 menit 3. 30 menit I. Terbiasa minum air putih sebelum dan sesudah olahraga 1. Ya 2. Tidak J. Jumlah air putih yang diminum/gelas sebelum dan sesudah olahraga 1. Satu gelas (240 ml)
Analisis Deskriptif
Deskriptif Deskriptif Deskriptif
Deskriptif
23
No
8
9
10
11
Variabel/indikator
Kategori peubah Analisis 2. Dua gelas (480 ml) 3. Tiga gelas (720 ml) 4. Empat gelas (960 ml) 1. Defisit tingkat berat Deskrptif Konsumsi zat gizi a. Energi, protein (Gibson (< 70% kebutuhan) 2005) 2. Defisit tingkat sedang (70-79% kebutuhan) 3. Defisit tingkat ringan (80-89% kebutuhan) 4. Normal (90-119% kebutuhan) 5. Kelebihan (≥ 120% kebutuhan) b. Lemak (Hardinsyah dan 1. Cukup (20-30% kecukupan energi) Tambunan dalam WNPG 2. Lebih (> 30% kecukupan) VIII 2004) Frekuensi olahraga (baseline) A. Suka berolahraga Deskriptif 1. Ya 2. Tidak B. Jenis olahraga 1. Biliar/bowling/golf 2. Tenis/bersepeda/berenang/bulu tangkis 3. Bola basket/sepak bola/futsal/tinju/dayung 4. Lainnya C. Frekuensi olahraga/minggu 1. 1 x 2. 2-3 x 3. 4-5 x 4. 5-6 x 5. Setiap hari D. Durasi berolahraga/kali 1. < 1 jam 2. 1-2 jam 3. 2-3 jam 4. 3-4 jam 5. > 4 jam Aktivitas fisik Nilai PAL (Physical Activity Level) (FAO/WHO/UNU 2011) 1. Aktivitas ringan (1.40-1.69) Deskriptif 2. Aktivitas sedang (1.70-1.99) 3. Aktivitas berat (2.00-2.40) Pola tidur (baseline) A. Kesulitan tidur Deskriptif 1. Tidak pernah 2. Kadang-kadang 3. Sering 4. Selalu B. Frekuensi terbangun tidur malam hari 1. Tidak pernah 2. 1-2 kali 3. 3-4 kali 4. > 5 kali C. Tingkat kenyenyakan 1. Nyenyak 2. Kadang-kadang nyenyak 3. Tidak nyenyak D. Frekuensi tidur siang-sore
24
No
Variabel/indikator
12
Tingkat stress (Holmes & Rahe 1967)
13
Indeks Massa Tubuh (BMI Asia 2002)
14
Indeks kebugaran kardiovaskular (Hockey 1993)
15
16
17
Kategori peubah Analisis 1. Tidak pernah 2. Kadang-kadang 3. Sering 4. Selalu E. Perasaan saudara saat bangun tidur di pagi hari 1. Segar 2. Sedikit mengantuk 3. Mengantuk 4. Sangat mengantuk 1. 80 % hidup terganggu: nilai stress 300+ Deskriptif 2. 50% hidup terganggu: nilai stress 150299 3. 30% hidup terganggu: nilai stress < 150 Berat badan (kg), tinggi badan (cm) Deskriptif
1. > 90 : Baik sekali 2. 80-89 : Baik 3. 65-79 : Sedang 4. 55-64 : Kurang 5. 0-54 : Kurang sekali Menganalisis pengaruh pemberian intervensi konsumsi air putih, intervensi High Intensity Interval Training (HIIT) dan kombinasi keduanya terhadap perubahan berat badan subjek. Menganalisis pengaruh pemberian intervensi konsumsi air putih, intervensi High Intensity Interval Training (HIIT) dan kombinasi keduanya terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) subjek.
Simple linear regression Simple linear regression
Menganalisis pengaruh pemberian intervensi konsumsi air putih, intervensi High Intensity Interval Training (HIIT) dan kombinasi keduanya terhadap Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) subjek.
Simple linear regression
Deskriptif
5 DEFINISI OPERASIONAL Intervensi air putih adalah perlakuan menambahkan konsumsi air putih pada mahasiswa overweight sejumlah 600 mL sebelum makan utama meliputi sarapan, makan siang, dan makan malam (1800 mL). High adalah latihan fisik berat yang dilakukan oleh mahasiswa overweight yang terdiri dari empat gerakan. Interval adalah jarak waktu dalam pelaksanaan satu gerakan selama empat menit diantara waktu workout dengan fase istirahat. Intensity adalah gerakan workout yang dilakukan secara rutin dan terus-menerus. Training adalah jenis olahraga aerobik yang dilakukan oleh mahasiswa overweight yang sudah dilatih terlebih dahulu. HIIT (High Interval Intensity Training) adalah perlakuan memberikan latihan fisik pada mahasiswa overweight dengan jenis gerakan intensitas tinggi selama 16 menit.
25
Indeks Massa Tubuh adalah ukuran status gizi mahasiswa overweight berdasarkan berat badan (kg) dibagi kuadrat tinggi badan (m2) dengan cut off sebesar ≥ 23 kg/m2. Indeks Kebugaran Kardio adalah kondisi maksimum mahasiswa overweight dalam menjalani gerakan intensitas tinggi dinilai menggunakan modifikasi test Harvard step, dengan cut off sebesar > 80 maka kebugaran baik. Remaja adalah mahasiswa overweight yang berusia 17-23 tahun. Overweight adalah mahasiswa yang mempunyai nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) sama dengan atau lebih 23 kg/m2. Kebiasaan sarapan adalah pola dan jenis menu sarapan yang dikonsumsi setiap pagi hari oleh mahasiswa overweight. Kebiasaan minum adalah pola, interval waktu minum dan jumlah konsumsi minuman berkalori dan air putih per hari oleh mahasiswa overweight. Aktivitas fisik adalah jenis, frekuensi, dan durasi aktivitas per hari oleh mahasiswa overweight. Tingkat Aktivitas fisik adalah kategori dan tingkat aktivitas fisik yang dilakukan oleh mahasiswa overweight per 2x24 jam. Kebiasaan olahraga adalah pola, jenis, frekuensi, dan durasi berolahraga oleh mahasiswa overweight. Tingkat stress adalah jenis dan frekuensi kejadian dalam setahun terakhir yang membuat mahasiswa overweight mengalami gangguan hidup dinilai dari skor stress dalam interval 150 sampai lebih dari 300 (30-80% hidup terganggu). Pola tidur adalah jam, lama tidur, kebiasaan tidur siang, dan tingkat kenyenyakan mahasiswa overweight. Konsumsi zat gizi adalah jenis makanan dan minuman, frekuensi, dan jumlah yang dikonsumsi mahasiswa overweight yang dihitung menggunakan semi quantitavite FFQ. Tingkat konsumsi zat gizi adalah jumlah konsumsi terhadap angka kecukupan zat gizi mahasiswa overweight yang meliputi energi, protein, lemak.
6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik subjek Subjek dalam penelitian ini merupakan mahasiswa - mahasiswi Departemen Gizi Masyarakat IPB angkatan 49. Keragaan karakteristik subjek meliputi jenis kelamin, usia, anak ke berapa dalam keluarga, Indeks Massa Tubuh (IMT), bentuk tubuh sekarang dan bentuk tubuh yang diinginkan, jumlah uang saku, alokasi uang makan, kebiasaan sarapan, dan sarapan yang biasa dikonsumsi. Jenis kelamin, usia, anak ke berapa dalam keluarga Sebanyak 82.76% subjek berjenis kelamin perempuan dan 17.24% berjenis kelamin laki-laki. Rentang usia subjek dalam penelitian ini yaitu 18-22 tahun
26
dengan kisaran rata-rata yaitu 19.82 ± 0.7. Sebanyak 72.41% berusia 20 tahun dan 20.69% berusia 19 tahun, hanya 3.44% yang berusia 18 dan 22 tahun. Lebih dari sepertiga responden (37.93%) merupakan anak ke-1 dalam keluarga dan sebanyak 31.03% merupakan anak ke-3 serta 27.58% merupakan anak ke-2. Indeks Massa Tubuh (IMT), bentuk tubuh sekarang dan yang diinginkan Semua subjek (100%) penelitian memiliki IMT ≥ 23 kg/m2 dengan kisaran rata-rata yaitu 26.09 ± 3.10. Sebanyak 37.93% menilai bentuk tubuh sekarang overweight, sepertiga dari subjek (31.03%) menilai bentuk tubuh sekarang normal, dan sebanyak 27.59% menilai bentuk tubuh sekarang kurus, dan hanya 3.45% yang menilai bentuk tubuh sekarang dalam keadaan obese. Oleh karena banyak yang menilai tubuhnnya overweigth maka setelah mengikuti intervensi dalam penelitian ini, subjek mengharapkan perubahan bentuk tubuh menjadi lebih ideal dengan presentasi sebagai berikut lebih dari tiga per empat (82.76%) menginginkan bentuk tubuh kurus dan 10.34% menginginkan bentuk tubuh kurus sekali dan hanya 6.89% yang menginginkan bentuk tubuh normal. Jumlah uang saku dan alokasi uang makan Jumlah uang saku yaitu jumlah uang yang digunakan untuk keperluan sandang, pangan, dan papan selama satu bulan oleh subjek. Sebanyak hampir tiga per empat subjek (65.52%) subjek memiliki uang saku dalam kisaran nilai rupiah sebesar Rp 1000.000-1999.999 dan nilai rupiah sebesar Rp 400.000-999.999 untuk uang saku terdapat sebanyak 34.48% subjek. Rata-rata dan SD uang saku subjek dalam penelitian ini sebesar Rp 1170.000 ± 979.620. Alokasi uang makan merupakan jumlah uang saku yang didapat oleh subjek dan hanya digunakan untuk makan utama dan jajan makanan atau minuman. Sebanyak 96.55% subjek memiliki alokasi uang makan sebesar Rp 200.000-999.999 dan hanya 3.44% yang memiliki alokasi uang makan sebesar Rp 1000.000-1999.999 serta kisaran ratarata alokasi uang makan yaitu Rp 613.334 ± 501.537. Kebiasaan makan dan minum subjek Pada remaja yang pola makannya tidak teratur, lebih cenderung untuk mengonsumsi snack daripada konsumsi satu menu sajian lengkap. Remaja mengonsumsi lebih kurang dua snack dalam sehari, ini menyumbang 25.00% kalori harian, yaitu 612 kkal/hari (Mahan & Escott-Stump (2008)). Snack pilihan remaja biasanya bersifat tinggi kandungan lemak, gula dan garam. Minuman bersoda adalah pilihan popular remaja, ini menyumbang 6.00% kalori harian (Mahan & Escott-Stump (2008)). Jumlah snack yang dikonsumsi meningkat sebanyak 39.00% dari konsumsi sehari dengan 35.00% kalori discreationary dan 43.00% dari gula yang berasal dari snacking (Sebastian 2008). Peningkatan kalori dari snacking memicu peningkatan konsumsi makanan dari luar rumah yang biasa berasal dari restaurant fast food. Konsumsi soft drink merupakan pilihan yang sering dipilih untuk snacking terutama bagi remaja perempuan, jumlah kalorinya mencapai 6.00% dari total konsumsi. Kebiasan ini menjadi perhatian utama karena secara signifikan jika konsumsi soft drink tinggi maka menurunkan pilihan konsumsi minuman
27
dengan kandungan energi dan kalsium (rendah atau tinggi). Jika berlangsung dalam waktu yang lama meningkatkan risiko kejadian osteoporosis dan obesitas (Nielsen 2002). Kebiasaan makan dan minum salah satunya adalah sarapan. Sarapan (makan pagi) adalah suatu kegiatan yang penting sebelum melakukan aktivitas fisik pada pagi hari. Khomsan (2005) menegaskan bahwa dengan melakukan sarapan dapat menyumbangkan 25.00% dari kebutuhan total energi harian. Manfaat sarapan ditinjau dari aspek kesehatan menurut Smith (2010) sebagai berikut: memperbaiki asupan makanan harian; memperbaiki kebiasaaan dan pola makan; meningkatkan status gizi; mengurangi risiko IMT berlebih; meningkatkan aktivitas dan ketahanan fisik; meningkatkan ketahanan kardiorespiratorik. Disisi lainnya, manfaat sarapan ditinjau dari aspek perilaku dan psikososial menurut Huang (2010) terdiri dari: mengurangi gejala depresi, cemas, stress. Tabel 5 Sebaran subjek dan uji beda antar kelompok (DA, HIIT, DA & HIIT) berdasarkan pola makan dan minum No 1
2
3
4
5
6
7
Pola makan dan minum Kebiasaan sarapan
Menu sarapan
Minum sebelum dan bangun tidur
Berapa gelas sebelum dan bangun tidur
Minum sebelum makan
Jarak waktu minum ke makan
Kebiasaan minum saat
DA n 5
Kelompok HIIT DA & HIIT % n % n % 17.2 7 24.2 5 17.2
n 17
% 58.62
Tidak Total Nasi rames Roti Havermo ot Susu Total Ya
4 9 2
13.8 31.0 11.7
3 10 5
10.3 34.5 29.4
5 10 5
17.2 34.4 29.4
12 29 12
41.38 100.00 70.59
2 1
11.7 5.9
2 0
11.7 0.0
0 0
0.0 0.0
4 1
0 5 6
0.0 28.4 20.7
0 7 8
0.0 32.2 27.6
0 5 6
0.0 29.4 20.7
0 17 21
0.00 100.00 72.41
Tidak Total 1 gelas (240 ml)
3 9 5
10.3 31.0 23.8
2 10 6
6.9 34.5 28.6
4 10 5
13.8 34.5 23.8
8 29 16
27.59 100.00 76.19
2 gelas (480 ml) 3 gelas (720 ml) 4 gelas (960 ml) Total Ya
1
4.8
2
9.5
1
4.8
4
19.05
0
0.0
0
0.0
0
0.0
1
4.76
0
0.0
0
0.0
0
0.0
0
0.00
6 6
27.6 20.7
8 6
38.1 20.7
6 8
28.6 27.6
21 19
100.00 20.69
Tidak Total 5 menit
3 9 5
10.3 31.0 25.0
4 10 5
13.8 34.5 25.0
2 10 7
6.9 34.5 35.0
10 29 17
65.52 100.00 85.00
10 menit 30 menit Total Ya
0 1 6 4
0.0 5.0 30.0 13.8
1 0 6 7
5.0 0.0 30.0 24.2
1 0 8 7
5.0 0.0 40.0 24.2
2 1 20 10
0.10 0.05 100.00 34.48
Kategori Ya
Total
p < 0.05
5.88 5.88
0.794
0.661
0.394
0.991
0.533
0.524
0.277
28
No
Pola makan dan minum
Kategori
DA n
%
Kelompok HIIT DA & HIIT n % n %
Total
p < 0.05
n
% 65.52 100.00 94.4
makan
8
9
10
Berapa gelas air yang diminum (saat makan)
Kebiasaan minum sebelum olahraga
Berapa gelas air yang diminum (sebelum olahraga)
Tidak Total 1 gelas (240 ml)
5 9 4
17.2 31.0 22.2
3 10 7
10.3 34.5 38.9
3 10 6
10.3 34.5 33.3
19 29 17
2 gelas (480 ml) Total Ya
0
0.0
0
0.0
1
5.5
1
4 3
22.2 10.3
7 6
38.9 20.7
7 5
38.8 17.2
18 14
0.330 5.6 100.00 48.3 0.503 Tidak Total 1 gelas (240 ml)
6 9 3
20.7 31.0 21.4
4 10 2
13.8 34.5 14.3
5 10 3
17.2 34.5 21.4
15 29 8
41.7 100.00 57.2
0.112 2 gelas (480 ml) Total
0
0.0
4
28.6
2
14.3
6
3
21.4
6
42.9
5
35.7
14
42,7 100,00
* berbeda signifikan (one way ANOVA , p<0.05) antara DA, HIIT, DA&HIIT
Hampir lebih dari setengah subjek penelitian (58.62%) melakukan sarapan sebelum melakukan aktivitas di pagi hari. Hasil uji beda antara ketiga kelompok menunjukkan hasil yang tidak berbeda nyata pada kebiasaan sarapan (p > 0.05). Khomsan (2005) menjelaskan bahwa bila sarapan dengan aneka ragam pangan, yang terdiri dari nasi, sayur atau buah, lauk pauk dan susu, dapat memenuhi kebutuhan akan vitamin dan mineral. Disisi lain menurut Hardinsyah (2011) menyatakan bahwa sarapan lengkap terdiri dari zat gizi seimbang yang lengkap, meliputi unsur makanan pokok, lauk pauk, buah atau sayur dan minuman. Sarapan yang tidak lengkap terdiri dari: sarapan sederhana meliputi makanan pokok dan lauk pauk, minuman atau makanan pokok dan buah/sayur, minuman. Sarapan amat sederhana hanya makan pokok/buah/salad dan minuman. Jenis menu sarapan subjek yang paling sering dikonsumsi meliputi nasi rames sebesar (70.59%), susu (17.65%), roti (5.88%) dan havermoot (5.88%). Berdasarkan Hardinsyah (2011) menyatakan bahwa sarapan sederhana meliputi makanan pokok dan lauk pauk, minuman atau makanan pokok dan buah/sayur, minuman. Sehingga dapat dikategorikan bahwa jenis sarapan pada subjek penelitian termasuk sarapan sederhana karena nasi rames yang biasa dikonsumsi terdiri dari nasi, lauk hewani atau nabati, dan sayur. Selain kebiasaan makan, kebiasaan minum juga meliputi kebiasaan minum air putih sebelum dan setelah bangun tidur, jumlah air putih yang dikonsumsi saat sebelum dan bangun tidur. Sebanyak tiga per empat kurang (72.41%) dari responden mengonsumsi air putih sebelum dan setelah bangun tidur serta jumlah air putih yang dikonsumsi sebanyak satu gelas (240 ml) sebesar 76.19% dan dua gelas (480 ml) sebesar 19.05%. Uji beda antar ketiga kelompok pada kebiasaan minum sebelum dan sesudah bangun tidur serta jumlahnya keduanya tidak berbeda nyata (p > 0.05).
29
Kebiasaan minum sebelum makan dan jarak mengonsumi air putih sebelum makan, kebiasaan minum saat makan serta berapa gelas air putih yang diminum juga akan dideskripsikan dalam hasil penelitian ini. Sebanyak 65.52% subjek menyatakan tidak pernah minum sebelum makan dan yang terbiasa minum sebelum makan hanya seperempat dari subjek yaitu 20.69% yang jarak waktu minum ke makan hampir secara keseluruhan hanya lima menit yaitu sebanyak 85.00%, hanya satu subjek (0.05%) yang jarak antara minum ke makan yaitu 30 menit. Uji beda antar tiga kelompok pada kebiasaan minum sebelum makan dan jumlah yang dikonsumsi tidak berbeda nyata (p > 0.05). Menurut Dennis (2009) menyatakan bahwa efek jangka pendek saat mengonsumsi air putih sebelum makan berdampak pada peningkatkan rasa kenyang sehingga menurunkan rasa lapar dan sedikit dapat meningkatkan energy expenditure akibat efek termogenik cairan dalam tubuh (Boschman et al. 2003; Boschman et al. 2007). Meskipun didukung oleh banyak penelitian namun pada hasil penelitian ini hanya seperempat (20.69%) yang terbiasa mengonsumsi air putih sebelum makan. Kebiasaan minum saat makan sebanyak 65.52% dan jumlah gelas air putih yang dikonsumsi saat makan yaitu satu gelas (240 ml) sebesar 94.40%. Uji beda antar tiga kelompok pada kebiasaan minum sebelum makan dan jumlah yang dikonsumsi tidak berbeda nyata (p > 0.05). Selain itu, kebiasaan minum air putih dan jumlah air putih yang dikonsumsi sebelum olahraga juga memberikan hasil yang sama dengan sebelumnya yaitu hasil uji beda antar tiga kelompok tidak berbeda nyata (p > 0.05) dan sebaran subjek yang terbiasa minum air putih sebelum olahraga sebanyak 48.30% dan jumlah gelas air putih yang dikonsumsi sebanyak satu gelas (240 ml) sebesar 57.20% subjek. Konsumsi dan tingkat konsumsi zat gizi subjek Konsumsi makanan dan minuman subjek diamati sebelum dan selama dilakukan intervensi. Rata-rata konsumsi subjek pre dan post intervensi dapat dilihat pada Tabel 6 dan 7 di bawah ini. Tabel 6 Rata-rata dan uji beda asupan energi dan zat gizi dari makanan subjek Makanan KG
DA
HIIT
DA & HIIT
Pre
Post
Pre
Post
Pre
Post
E (kkal)
1556±516.00
1560±888.96
1616± 311.98
1578±436.81
1604±417.99
1531±583.50
P (g)
94.81±36.55*
50.99±1.06*
92.62±32.61*
47.90±25.44*
75.76±33.54
60.87±56.80
L (g)
52.91±12.77
56.00±36.27
50.26±13.76
55.44±22.64
53.40±12.31
47.43±22.20
KH (g)
212.45±45.17
216.38±86.71
365.44±513.52
208.52±24.84
191.79±35.41
211.35±34.25
*paired sample t-test (p<0.05) sebelum dan selama intervensi
Konsumsi makanan dan minuman subjek pre dan post intervensi diambil melalui metode semi quantitative FFQ (satu bulan terakhir) dan kueisoner kebiasaan minum kemudian di ambil rataannya. Terjadi perubahan konsumsi makanan pada subjek selama dilakukan intervensi. Hal ini dibuktikan dengan hasil uji beda menggunakan paired-test konsumsi makanan sumber protein pada kelompok DA dan kelompok HIIT berbeda nyata (p < 0.05). Hal ini bermakna bahwa subjek ada kelompok DA dan kelompok HIIT melakukan perubahan pola makan selama intervensi terutama makanan sumber protein. Perubahan konsumsi
30
makanan ini disebabkan keadaan subjek selama intervensi mengalami masa Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS). Situasi dan kondisi saat subjek mengalami UTS dan UAS sulit terkendali karena keinginan atau nafsu makan untuk mengonsumsi cemilan atau kudapan yang tinggi kandungan energi, karbohidrat dan lemak, sebaliknya konsumsi makanan cukup protein menurun. Hal ini didukung oleh hasil data semi quantitative FFQ (baseline-medline-endline), jenis makanan yang paling sering dikonsumsi saat masa UTS dan UAS yaitu gorengan (92.90%), biskuit (60.70%), es krim (72.90%), donat (42.90%), coklat (42.90%), gula (82.10%), dan margarine (446.40%). Perbedaan konsumsi makanan dan minuman subjek selama intervensi akan mempengaruhi validitas berat badan dan IMT yang diukur. Terutama untuk energi dan lemak yang dapat mempengaruhi perubahan berat badan. Konsumsi makanan sumber energi dan lemak pada kelompok DA&HIIT memiliki kecenderungan asupan yang menurun selama intervensi. Namun pada kelompok DA atau kelompok HIIT memiliki kecenderungan asupan yang meningkat selama intervensi. Berbeda dengan konsumsi minuman pada kelompok DA dan kelompok HIIT cenderung asupan meningkat selama intervensi serta kelompok kombinasi DA&HIIT asupan cenderung menurun selama intervensi. Sejalan dengan konsumsi makanan yang mengalami perubahan, konsumsi minuman berkalori dan air putih juga mengalami perubahan (p < 0.05) yang bermakna subjek mengubah konsumsi minuman berkalori dan air putih selama intervensi. Tabel 7 Rata-rata dan uji beda asupan energi dan zat gizi dari minuman berasa, serta total konsumsi minuman berasa dan air putih subjek Minuman berasa KG
DA Pre
HIIT Post
Pre
DA & HIIT Post
Pre
Post
E (kkal) P (g) L (g)
16±16.21
28±21.00
32±26.69
15±12.78
28±23.24
29±20.38
0.42±0.54
0.53 ±1.06
0.84±0.80
2.34±4.39
2.34±5.75
1.29±2.09
5.34±10.99
2.30±3.49
1.50±4.74
11.27±18.23
9.02±14.52
2.97±4.88
KH (g) Total mL/hari Minuman tidak berasa Total mL/hari air putih
47.31±92.53
11.93±17.32
15.79±18.65
15.12±17.04
23.63±22.05
13.61±14.91
12.45±8.68*
5.10±2.84*
16.50±9.80*
8.08±6.10*
14.64±6.82*
8.58±4.78*
DA Pre 2011.11± 848.36*
HIIT Post
2897.78 ± 1932.34*
Pre 1538.00 ± 413.38*
DA & HIIT Post
1810.00 ± 1262.89*
Pre 1941.00 ± 613.84*
Post 2780.00 ± 1050.71*
*paired sample t-test (p<0.05) sebelum dan selama intervensi
Total jumlah air putih (mL/hari) subjek pada kelompok DA dan kombinasi DA&HIIT mencapai 2897.78 ± 1932.34 mL/hari dan 2780.00 ± 1050.71 mL/hari. Penambahan jumlah air putih sejumlah 1800 mL selama dua bulan intervensi memberikan perbedaan yang nyata (p < 0.05) untuk total konsumsi air putih. Hasil tersebut bermakna bahwa subjek mengubah konsumsi air putih selama intervensi. Total jumlah minuman berasa (mL/hari) subjek pada ketiga kelompok mengalami penurunan jumlah mL/hari selama intervensi. Hasil uji statistik menunjukan bahwa terdapat perbedaan signifikan antara jumlah total (mL/hari) minuman
31
berasa subjek (p < 0.05) selama intervensi yang bermakna subjek melakukan perubahan konsumsi minuman berasa. Minuman berasa menyumbang kontribusi sebesar 0.25-0.50% dari jumlah total minuman, untuk air putih berkontribusi sebesar 60.00-95.00% dari jumlah total minuman. Sebaran jenis minuman yang sering dikonsumsi subjek dapat dibagi menjadi dua yaitu minuman berasa dan air putih. Jenis minuman secara umum yang paling sering dikonsumsi saat masa intervensi rata-rata sama antara baseline dan endline yaitu air putih, jus/sari buah tanpa kemasan, jus/sari buah dengan kemasan, aneka es buah/campur/kelapa, minuman serbuk, minuman jelly, susu sapi, susu kedelai, yogurt kemasan, teh tanpa dan dalam kemasan, kopi tanpa dan dalam kemasan, minuman berkarbonasi, minuman berelekrolit, dan minuman lainnya. Berdasarkan Tabel 8 dibawah ini menunjukkan minuman yang paling sering dikonsumsi yaitu air putih 100.00%, jus/sari buah tanpa kemasan 93.10%, susu sapi 75.80%, teh tanpa dan dalam kemasan 89.60%, dan minuman berelektrolit 65.50%. Tabel 8 Sebaran subjek antar kelompok (DA, HIIT, DA & HIIT) berdasarkan jenis minuman No
1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
DA
Jenis
Air putih Jus/sari buah tanpa kemasan Jus/sari buah dengan kemasan Aneka es buah/campur/kelapa Minuman serbuk Minuman jelly Susu Sapi Sari kedelai Yogurt kemasan Teh tanpa dan dalam kemasan Kopi tanpa dan dalam kemasan Minuman berkarbonasi Minuman berelektrolit Minuman lainnya
n 9 9 2 1 4 2 6 2 2 8 3 0 4 0
Kelompok HIIT DA & HIIT
% n 100 10 100 9 22.2 2 100 0 36.4 3 50.0 0 66.7 8 22.2 0 22.2 2 88.9 9 33.3 4 0 5 44.4 7 0 1
% 100 90.0 22.2 0 27.2 0 88.9 0 22.2 90.0 40.0 50.0 70.0 50.0
n 10 9 5 0 4 2 7 0 5 9 3 5 8 1
% 100 90.0 55.6 0 36.4 50.0 77.8 0 55.6 90.0 30.0 50.0 80.0 50.0
Total n
%
29 27 9 1 11 4 21 2 9 26 10 10 19 2
100 93.1 31.0 3.4 37.9 13.8 72.4 6.9 31.0 89.6 34.5 34.5 65.5 6.9
Tingkat konsumsi zat gizi makro yang diamati adalah energi, protein, dan lemak, yang dapat mempengaruhi perubahan berat badan. TKE pada subjek tidak berubah antara pre-post intervensi (p>0.05) tetapi tingkat kecukupan protein dan lemak pada subjek berubah antara pre-post intervensi (p<0.05) pada ketiga kelompok ditunjukkan pada Tabel 9 di bawah ini. Perbedaan nyata pada tingkat kecukupan protein dan lemak disebabkan terjadi juga perubahan pada konsumsi makanan yang disebabkan situasi dan kondisi subjek yang sedang menjalankan Ujian Tengah Semester (UTS) dan Ujian Akhir Semester (UAS). Menurut Gibson (2005), jika persentase TKE dan TKP ≥ 120% dari kebutuhan maka dikategorikan berlebihan sehingga hasil persentase TKE dan TKP pada subjek penelitian ini berlebih. Serta nilai kecukupan lemak yang lebih dari 30% dari angka kecukupan gizi dikatakan berlebih (Hardinsyah & Tambunan 2004) sehingga tingkat kecukupan lemak subjek dari hasil penelitian ini secara keseluruhan berlebih, meskipun memiliki kecenderungan nilai tingkat kecukupan energi, protein, dan lemak yang menurun antara pre-post intervensi pada ketiga kelompok.
32
Tabel 9 Tingkat kecukupan energi dan zat gizi serta uji beda DA
HIIT
DA & HIIT
TKG (%) pre
post
pre
post
pre
post
E
125
112
117
116
116
114
P
125.23*
111.6*
116.56*
115.83*
116.56*
115.83*
L
116*
114*
116.02*
114.01*
116.02*
114.01*
*paired sample t-test (p<0.05) sebelum dan selama intervensi
Gaya dan pola hidup subjek Aktivitas fisik Kebiasaan olahraga pada subjek merupakan kebiasaan aktivitas fisik subjek yang dinilai dari persepsi dan tindakan diri sendiri terhadap upaya pelaksanaan olahraga di dalam dan luar ruangan. Berdasarkan Tabel 10, sebanyak hampir lebih dari setengah yaitu 62.07% menyatakan suka melakukan olahraga dan 37.93% tidak suka melakukan olahraga. Uji beda antar kelompok DA, HIIT, dan DA & HIIT pada kebiasaan olahraga tidak berbeda nyata (p > 0.05). Tabel 10 Sebaran dan uji beda antar kelompok (DA, HIIT, DA & HIIT) berdasarkan kebiasaan olahraga No
Kebiasaan olahraga
1
Kebiasaan
2
Jenis
3
4
Frekuensi
Durasi
Kategori Ya Tidak Total Bulu tangkis /sepeda Basket /futsal Jogging Total 1 kali 2-3 kali Setiap hari Total < 1 jam 1-2 jam Total
DA
Kelompok HIIT n % 5 17.2 5 17.2 10 34.4 1 5.6
DA & HIIT n % 7 24.2 3 10.3 10 34.5 1 5.6
Total n 18 11 29 3
n 6 3 9 1
% 20.7 10.3 31.0 5.6
1
5.6
0
0.0
1
5.6
2
4 6 1 5 0
22.2 34.5 5,6 27,8 0,0
4 5 4 1 0
22.2 27.8 22,2 5,6 0,0
5 7 6 1 0
27.8 35.2 33,3 5,6 0,0
6 4 2 6
33,4 22,2 11,1 33,3
5 3 2 5
27,8 16,7 11,1 27,8
7 4 3 7
38,8 22,2 16,7 38,9
p < 0.05
% 62.07 37.93 100.00 16.67
0.864
5.56
0.268
13 18 11 7 0
77.78 100.00 66,67 27,78 5,56
0.107
18 11 7 18
100,0 55,56 44,44 100,00
0.675
* berbeda signifikan (one way ANOVA , p<0.05) antara DA, HIIT, DA&HIIT
Berdasarkan Tabel 10 di atas bahwa jenis olahraga yang dilakukan oleh subjek yang suka berolahraga meliputi (1) bulutangkis/bersepeda; (2) basket/sepak bola/futsal; (3) lainnya. Sebanyak 77.77% melakukan olahraga seperti lari, jogging, push up, sit up, aerobik. Sebanyak 16.67% melakukan olahraga seperti bulutangkis/bersepeda dan hanya 5,56% yang melakukan basket/sepak bola/futsal. Uji beda antar tiga kelompok pada jenis olahraga tidak berbeda nyata (p > 0.05).
33
The American College of Sports Medicine merekomendasikan olahraga selama 30 menit selama lima hari dalam seminggu akan menjaga kesehatan (Erhman 2010); selain itu, jika tujuannya adalah menurunkan lemak dan berat badan, olahraga seperti aerobik merupakan pilihan yang aman dan tepat. Untuk memaksimalkan metabolisme kelebihan lemak, individu harus secara kontinu melakukan ritme latihan aerobik minimal selama 30 menit per gerakan tetapi tidak lebih dari 60-90 menit, secara keseluruhan 150 menit per minggu. Berdasarkan Erhman (2010) tersebut maka tiga per empat (77.78%) lebih responden telah melakukan jenis latihan fisik yang direkomendasikan seperti jogging, push up, sit up, aerobik. Frekuensi olahraga subjek juga menjadi salah satu indikator kesukaan subjek dalam olahraga. Hampir lebih dari setengah subjek (66.67%) melakukan olaharaga satu kali per minggu, dan sepertiga dari subjek (27.78%) melakukan olahraga 2-3 kali per minggu serta hanya 5.56% yang melakukan olahraga setiap harinya. Durasi dalam jam saat melakukan berbagai jenis olahraga yang dilakukan subjek meliputi kurang dari satu jam dan 1-2 jam. Sebanyak setengah dari subjek (55.56%) melakukan olahraga kurang dari satu jam dan 44.44% subjek melakukan olahraga 1-2 jam. Uji beda antar tiga kelompok pada frekuensi olahraga dan durasi olahraga (p > 0.05), keduanya sama-sama tidak berbeda nyata. Berdasarkan Erhman (2010) menyatakan bahwa frekuensi satu kali/minggu dan durasi olahraga kurang dari satu jam yang dilakukan oleh subjek belum sesuai dengan rekomendasi ACMS sehingga perlu peningkatan kesadaran dan kemauan untuk membiasakan olahraga supaya dapat hidup sehat dan bugar. Oleh karena tidak berbeda nyata pada seluruh variabel (p > 0.05) antara ketiga kelompok bermakna kebiasaan aktivitas fisik subjek tidak berbeda. Tingkat aktivitas fisik Aktivitas fisik adalah gerakan tubuh secara keseluruhan yang menggunakan otot-otot tubuh sehingga meningkatkan pengeluaran energi secara maksimal. Aktivitas fisik dibagi menjadi atas beberapa bagian yaitu waktu tidur, waktu sekolah, waktu luang, waktu mengerjakan tugas, waktu perjalanan ke sekolah dan waktu olahraga. Selama melakukan aktivitas fisik, otot membutuhkan energi dari luar metabolisme untuk beraktivitas dan jantung serta paru-paru memerlukan tambahan energi untuk menghantarkan zat-zat gizi dan oksigen ke seluruh tubuh dan untuk mengeluarkan sisa-sisa dari tubuh (WHO 2010). Aktivitas fisik dan angka metabolisme basal merupakan variabel utama dalam perhitungan pengeluaran energi. Pengeluaran energi dapat menjadi gambaran kebutuhan energi seseorang untuk dapat hidup berkualitas secara keseluruhan. Tingkat aktivitas fisik yang dilakukan seseorang secara 24 jam dinyatakan dalam PAL (Physical Activity Level) atau tingkat aktivitas fisik (FAO/WHO/UNO 2001). Berdasarkan Tabel 11 menunjukkan bahwa seluruh subjek (100%) termasuk dalam kategori aktivitas ringan serta hasil uji beda antar tiga kelompok tidak berbeda nyata (p > 0.05) sehingga bermakna bahwa subjek tidak mengubah tingkat aktvitas fisik. Tingkat aktivitas fisik subjek diakumulasikan dari hari kuliah dan hari libur. Kebanyakan dari subjek melakukan aktivitas seperti mengerjakan tugas, kuliah, tidur, dan menonton televisi, serta berolahraga saat hari libur.
34
Tabel 11 Sebaran dan uji beda antar kelompok (DA, HIIT, DA & HIIT) subjek berdasarkan aktivitas fisik No
1 2 3 4
Sangat ringan (< 1,4) Ringan (1,4-1,69) Sedang (1,7-1,99) Berat (> 1,99) Total
Kelompok HIIT
DA
Kategori n 0
% 0.0
n 0
9
31.0
10
0
0.0
0
0 9
0.0 31.0
0 10
% 0.0
Total DA & HIIT n
p < 0.05
0
% 0.0
n 0
% 0.0
34.5
10
34.5
29
100.0
0.0
0
0.0
0
0.0
0.0 34.5
0 29
0.0 100
0.0 34.5
0 10
0.975
* berbeda signifikan (one way ANOVA , p<0.05) antara DA, HIIT, DA&HIIT
Pola tidur Tidur merupakan salah satu aktivitas fisik yang membantu setiap individu beristirahat sehingga dapat menjaga kesehatan dan kebugaran fisik. Tetapi banyak individu yang mengalami kesulitan tidur yang disebabkan berbagai faktor meliputi frekuensi bangun tengah malam yang sering, bangun karena ada gangguan, minpi buruk, rasa lelah pagi hari, rasa kantuk, rasa kantuk ketika belajar, waktu santai, dan kondisi lingkungan untuk tidur (Sweileh et al. 2011). Berdasarkan Tabel 12 menunjukkan bahwa subjek penelitian yang mengalami kesulitan tidur di bagi menjadi tiga kategori yaitu tidak pernah, kadang-kadang, dan sering. Sebanyak hampir setengah dari subjek (51.72%) merasakan kadang-kadang mengalami kesulitan tidur, dan 41.38% menyatakan tidak pernah mengalami kesulitan tidur serta hanya 7.00% yang sering mengalami kesulitan tidur. Hasil uji beda antar tiga kelompok pada kesulitan tidur menunjukkan hasil yang berbeda nyata (p < 0.05). Faktor-faktor yang menyebabkan kesulitan tidur seperti frekuensi bangun malam, tingkat kenyenyakan, dan kebiasaan tidur siang-sore serta perasaan saat bangun tidur yaitu sebagai berikut: (1) Frekuensi bangun malam pada subjek dikategorikan meliputi tidak pernah (17.24%), 1-2 kali (75.86%), 3-4 kali (6.89%). (2) Tingkat kenyenyakan pada subjek dikategorikan menjadi nyenyak (51.72%) dan kadang-kadang nyeyak (48.27%). (3) Kebiasaan tidur siang-sore pada subjek dikategorikan menjadi tidak pernah sebanyak 24.14% dan kadang-kadang sebanyak 75.86%. (4) Perasaan saat bangun tidur dikategorikan sebagai berikut segar, sedikit mengantuk, dan mengantuk, secara berturut-turut presentasi subjek yang mengalami perasaan segar (20.69%), perasaan sedikit mengantuk (65.52%) dan perasaan mengantuk (13.79%). Berdasarkan keempat faktor yang menyebabkan kesulitan tidur hanya tingkat kenyenyakan yang berbeda nyata setelah di uji beda antar kelompok (p < 0.05). Frekuensi bangun malam, kebiasaan tidur siang-sore, perasaan saat bangun tidur tidak berbeda nyata semua (p>0.05). Oleh karena itu, subjek dalam penelitian ini dapat dikategorikan sebagai subjek yang mengalami kesulitan tidur akibat kualitas tidur yang tidak nyenyak dan kejadian perubahan pola tidur ini terjadi selama masa intervensi.
35
Tabel 12 Sebaran subjek dan uji beda antar kelompok (DA, HIIT, DA & HIIT) berdasarkan pola tidur No 1
2
3
4
5
Pola tidur Kesulitan tidur
Frekuensi bangun malam
Kenyenyak an
Kebiasaan tidur siang sore
Perasaan saat bangun tidur
Kelompok DA HIIT n % n % 6 20.7 4 13.8
DA & HIIT n % 2 6.9
n
%
12
41.38
2
6.9
5
17.2
8
27.6
15
51.72
1 9 2
3.4 31.1 6.9
1 10 1
3.4 34.4 3.4
0 10 2
0.0 34.5 6.9
2 29 5
7.00 100.00 17.24
1-2 kali 3-4 kali Total Ya
6 1 9 7
20.7 3.4 31.1 24.1
9 0 10 5
31.0 0.0 34.4 17.2
7 1 10 3
24.1 3.4 34.5 10.3
22 2 29 15
75.86 6.90 100.00 51.72
Tidak Total Ya
2 9 1
6.9 31.1 3.4
5 10 2
17.2 34.4 6.9
7 10 4
24.1 34.5 13.8
14 29 7
48.28 100.00 24.14
Tidak Total Segar
8 9 2
27.6 31.0 6.9
8 10 3
27.6 34.5 10.3
6 10 1
20.7 34.5 3.4
22 29 6
75.86 100.00 20.69
Sedikit mengantuk Mengantuk Total
6
20.7
5
17.2
8
27.6
19
65.52
1 9
3.4 31.0
6.9 34.5
1 10
Kategori Tidak pernah Kadangkadang Sering Total Tidak pernah
Total
p < 0.05
0.039*
0.993
0.039*
0.149
0.789
2 10
3.4 34.5
4 29
13.79 100.00
* berbeda signifikan (one way ANOVA , p<0.05) antara DA, HIIT, DA&HIIT
Berdasarkan keadaan tersebut maka perlu perbaikan pola tidur supaya subjek dapat terhindar dari kesulitan tidur. Tidur diperlukan untuk penghematan energi, tak ada satu pun mahluk hidup yang dapat bertahan dalam keadaan stres terus menerus dan tidur merupakan periode tanpa aktivitas sehingga tubuh terhindar dari tuntutan sehari-hari. Selain periode istirahat, selanjutnya tidur pun merupakan periode pemulihan. Tidur juga berfungsi untuk memelihara kesegaran fisik. Tidur berfungsi pemulihan setelah mengalami berbagai peristiwa emosional seperti ansietas, perasaan khawatir, depresi maupun setelah melakukan aktivitas intelektual (Bastaman 1988). Tingkat stress Remaja akhir merupakan tahap perkembangan yang akan memasuki masa dewasa. Pada masa ini remaja mengalami suatu kondisi yang disebut dengan periode “storm & stress” (Bakrie 2010). Perubahan kondisi fisiologis dan perkembangan berupa peningkatan kadar hormon mengakibatkan mahasiswa labil dalam menghadapi permasalahan-permasalahan dalam kehidupannya. Mahasiswa cenderung terlihat kurang berpengalaman dalam menyelesaikan masalah (Tobroni 2010). Oleh karena itu, mahasiswa cenderung lebih mudah mengalami stress.
36
Tabel 13 Sebaran subjek dan uji beda antar kelompok (DA, HIIT, DA & HIIT) berdasarkan tingkat stress No
1 2 3
Kategori
Ringan (< 150) Sedang (150-299) Berat (≥ 300) Total
DA n % 3 10.2
Kelompok HIIT n % 2 6.9
DA & HIIT n % 2 6.9
n
Total %
7
24.2
5
17.2
3
10.4
5
17.2
13
44.8
1
3.4
5
17.2
3
10.4
9
31.0
9
31.0
10
34.5
10
34.5
29
p < 0.05
0.681
100
* berbeda signifikan (one way ANOVA , p<0.05) antara DA, HIIT, DA&HIIT
Berdasarkan Tabel 13 di atas menunjukkan bahwa kategori stress untuk mahasiswa sebagai subjek intervensi dalam penelitian ini meliputi stress ringan (nilai < 150), stress sedang (150-299), dan stress berat (≥ 300). Sebanyak hampir setengah dari subjek yaitu 44.80% mengalami stress sedang, dan sepertiga dari subjek yaitu 31.00% mengalami stress berat serta sebanyak 24.20% subjek mengalami stress ringan. Uji beda antar tiga kelompok tidak berbeda nyata (p > 0.05) pada tingkat stress subjek yang bermakna subjek tetap merasakan tingkat stress yang sama selama masa intervensi. Stress yang dialami oleh subjek disebabkan banyak hal tetapi hal yang paling utama yaitu stress akademik karena tugas dan ujian serta rasa kangen dengan keluarga serta kampung halaman (homesick). Tingkat stress di bagi menjadi lima bagian antara lain (1) stress normal yang dihadapi secara teratur dan merupakan bagian alamiah dari kehidupan; (2) stress ringan adalah stressor yang dihadapi secara teratur yang dapat berlangsung beberapa menit atau jam; (3) stress sedang terjadi lebih lama, antara beberapa jam sampai beberapa hari; (4) stress berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa minggu sampai tahun; (5) stress sangat berat adalah situasi kronis yang dapat terjadi dalam beberapa bulan dan dalam waktu yang tidak dapat ditentukan (Crowford & Henry 2003). Berdasarkan (Crowford & Henry 2003) maka tingkat stress subjek dalam penelitian ini termasuk dalam kategori stress normal, stress ringan dan stress berat. Stress normal dan ringan disebabkan kebanyakan berasal dari kelelahan mengerjakan tugas, takut tidak lulus ujian atau mendapatkan nilai yang tidak memuaskan, tekanan tugas yang berasal dari dosen. Stress berat disebabkan rasa kangen yang menumpuk pada keluarga dan kampong halaman karena tidak bisa pulang selama berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun, serta kesulitan financial seperti uang beasiswa belum cair dan uang bulanan yang tidak kunjung dikirimkan oleh orangtua. Selain itu, Womble (2001) menyatakan bahwa stressor akademik meliputi manajemen waktu, masalah finansial, gangguan tidur dan aktivitas sosial. Stress yang berkepanjangan yang dialami oleh individu dapat mengakibatkan penurunan kemampuan untuk beradaptasi terhadap stress (Potter & Perry 2005). Kondisi stress tersebut dapat memicu timbulnya masalah-masalah kesehatan pada individu terutama remaja akhir yang berperan sebagai mahasiswa.
37
Hubungan tingkat stress, pola tidur, dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Womble (2001) menyatakan bahwa stressor akademik salah satunya yaitu gangguan tidur. Stress yang berkepanjangan yang dialami oleh individu dapat mengakibatkan penurunan kemampuan untuk beradaptasi terhadap stress (Potter & Perry 2005). Kondisi tersebut dapat memicu timbulnya masalah-masalah kesehatan pada individu salah satunya overweight. Tabel 14 Hubungan tingkat stress, pola tidur dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Uji hubungan Tingkat stress dengan pola tidur (perasaan saat bangun tidur) Tingkat stress dengan IMT Pola tidur dengan IMT
r 0.411
p < 0.05 0.027*
-0.318 -0.009
0.093 0.696
*berbeda signifikan p<0.05
Berdasarkan Tabel 14 di atas ini menunjukkan bahwa uji hubungan menggunakan uji Pearson menunjukkan tidak terdapat hubungan nyata (p>0.05) antara tingkat stress terhadap IMT. Hal ini dikarenakan yang mempengaruhi tingkat stress yaitu kejadian peningkatan intake makanan yang akan memicu risiko obesitas (Adam & Epel 2007). Hal yang sama terjadi pada pola tidur yang meliputi kesulitan tidur, frekuensi bangun malam, kenyenyakan, kebiasaan tidur siang sore, perasaan saat bangun tidur menunjukkan tidak terdapat hubungan nyata (p>0.05) terhadap IMT. Terdapat hubungan positif antara tingkat stress dengan salah satu faktor pola tidur yaitu perasaan saat bangun tidur yang bermakna bahwa semakin tinggi tingkat stress maka perasaan saat bangun tidur semakin merasa kelelahan. Hubungan konsumsi air putih dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Jumlah konsumsi makanan yang meningkat merupakan prediktor kebiasaan makan yang meningkat saat keadaan individu stress sehingga memicu overweight (Greeno 1994). Menurut Adam (2007) menyatakan bahwa hanya peningkatan konsumsi makanan yang dapat meningkatkan kelebihan glucocorticoid yang berperan dalam peningkatan kejadian obesitas melalui jalur visceral fat deposition. Tabel 15 Hubungan konsumsi air putih dan Indeks Massa Tubuh (IMT) Uji hubungan Konsumsi air putih dengan perubahan IMT
r -0.371
p < 0.05 0.048*
*berbeda signifikan p<0.05
Berdasarkan Tabel 15 di bawah ini uji hubungan menggunakan uji Pearson menunjukkan bahwa terdapat hubungan nyata signifikan (p<0.05) antara konsumsi air putih terhadap Indeks Massa Tubuh. Terdapat hubungan negatif signifikan antara konsumsi air putih dengan IMT (pre-post intervensi) sehingga bermakna semakin tinggi konsumsi air putih maka IMT akan semakin menurun.
38
Uji beda antar kelompok DA, HIIT, dan DA&HIIT terhadap perubahan berat badan Pengaruh pemberian intervensi berdasarkan kelompok DA, HIIT, serta kombinasi DA dan HIIT terhadap perubahan berat badan diuji menggunakan uji paire t-test menghasilkan data sebagai berikut Tabel 16. Tabel 16 Uji beda antar kelompok DA, HIIT, dan DA&HIIT terhadap perubahan berat badan Berat badan p < 0.05 Pre Post Perubahan DA 69,71 ± 19,00 69,90 ± 18,60 0.19 ± 0.69 0.490 HIIT 63,64 ± 6,60 63,24 ± 6,40 -0.40 ± 0.74 0.123 DA & HIIT 63,68 ± 9,64 62,58 ± 9,23 -1.10 ± 0.82 0.002* *berbeda signifikan (paired sample t-test, p<0.05) antara IMT sebelum dan setelah intervensi Kelompok
Perubahan berat badan menurun pada kelompok kombinasi DA dan HIIT yang menunjukkan perbedaan nyata pada perubahan berat badan subjek (p < 0.05). Kelompok kombinasi DA & HIIT menunjukkan hasil yang signifikan nyata perbedaan berat badan (pre-post intervensi). Kombinasi diet dan latihan fisik ini berhasil menurunkan berat badan berkisan 0.18 - 1.92 kg selama dua bulan intervensi tanpa mengatur pola makan dan minum subjek. Menurut Akers et al. 2012 menyatakan bahwa dalam kelompok intervensi air putih yang dikombinasikan dengan kebiasaan sehat seperti aktivitas fisik, self monitoring, dan konseling gizi bulanan memberikan dampak penurunan berat badan yang lebih signifikan sebesar 87.00% dibandingkan dengan kelompok kontrol. Hasil penelitian tersebut sejalan dengan hasil penelitian ini yang menunjukkan penurunan berat badan (0.18 - 1.92 kg) akibat intervensi kombinasi DA & HIIT. Berbeda dengan kelompok kombinasi DA dan HIIT, untuk kelompok DA atau kelompok HIIT saja tidak berbeda nyata (p > 0.05). Hasil penelitian ini tidak sejalan dengan penelitian sebelumnya oleh Dennnis (2009) yang menyatakan bahwa peningkatan jumlah konsumsi air putih sangat bermanfaat untuk strategi penurunan berat badan secara berkala. Pada kelompok DA tidak terjadi penurunan berat badan cenderung mengalami peningkatan. Namun hasil penelitian yang berbeda oleh DellaValle (2005); Flood (2006) menunjukkan bahwa peningkatan jumlah konsumsi air putih dan penggantian minuman berkalori menjadi minuman yang tidak berkalori akan membantu penurunan berat badan jika konsumsi makanan diatur secara teratur. Hal ini dapat menjadi penjelasan dalam penelitian ini tidak memberikan aturan konsumsi makanan bagi subjek sehingga keberhasilan kelompok DA untuk menurunkan berat badan cenderung tidak terjadi. Kelompok HIIT tidak terjadi penurunan berat badan sebab tidak nyata berbeda (p > 0.05) antara pre-post intervensi. Kejadian penurunan berat badan pada pelaksanaan latihan fisik intensitas tinggi terjadi karena peristiwa penurunan metabolisme lipid dan peningkatan oksidasi lemak (Jeukendrep 1998). Menurut Yoshioka et al. (2001) menyatakan bahwa latihan fisik intensitas tinggi meningkatkan metabolisme energi sehingga terjadi deplesi glikogen yang menyebabkan menghilangnya sel adiposit dan menghasilkan total energi expenditure sebanyak 200-700 kkal (840-2900 Kj) jika latihan fisik intensitas tinggi dilakukan selama 30-60 menit. Namun kedua penelitian terdahulu berbeda
39
dengan hasil penelitian ini, hal ini diduga disebabkan durasi HIIT yang singkat yaitu 16 menit, durasi intervensi yang singkat (dua bulan) dan gerakan yang tidak maksimal yang dilakukan oleh beberapa subjek. Uji beda antar kelompok DA, HIIT, dan DA&HIIT terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) Pengaruh pemberian intervensi berdasarkan kelompok konsumsi air putih, HIIT, serta kombinasi air putih dan HIIT terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh diuji menggunakan uji paire t-test menghasilkan data sebagai berikut: Tabel 17 Uji beda antar kelompok DA, HIIT, dan DA&HIIT terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT) IMT (kg/m2) p < 0.05 Pre Post Perubahan 0.09 ± 0.28 0.398 DA 26.74±3.60 26.65±3.70 -0.16 ± 0.29 0.130 HIIT 25.81±2.40 25.97±2.40 DA & HIIT -0.44 ± 0.33 25.73±3.41 25.28±3.26 0.002* * berbeda signifikan (paired sample t-test, p<0.05) antara IMT sebelum dan setelah intervensi Kelompok
Berdasarkan Tabel 17 di atas menunjukkan bahwa kelompok DA, HIIT, kombinasi DA dan HIIT, tidak pada semua kelompok terjadi penurunan IMT remaja overweight. Hanya pada kelompok kombinasi DA&HIIT yang berpengaruh nyata terhadap perubahan IMT (p < 0.05) yang bermakna kombinasi DA&HIIT terbukti dapat menurunkan IMT pada remaja overweight. Kelompok DA dan kelompok HIIT masing-masing tidak berpengaruh nyata pada penurunan IMT. Menurut penelitian Tate et al. (2012) dengan desain Randomized Controlled Trial (RCT) menunjukkan bahwa mengonsumsi 500 mL sebelum makan (sarapan, makan siang, makan malam) selama enam bulan menurunkan berat badan 2.03 ± 0.40% (p < 0.05). Hasil penelitian ini berbeda dengan Tate et al. (2012), pendugaan terhadap hasil tersebut dikarenakan waktu intervensi yang lebih singkat dibandingkan studi oleh Tate et al. (2012). Perlakuan HIIT saja tidak memberikan perubahan nyata (p > 0.05) pada penurunan IMT. HIIT atau high intensity interval training yaitu latihan fisik intensitas tinggi yang dimodifikasi bagi individu dalam kondisi khusus yaitu kegemukan. Hal ini dikarenakan HIIT dapat menekan pembakaran kalori yang lebih banyak dibandingkan dengan latihan fisik lainnya karena dapat menekan Excess of Post Exercise Oxygen Consumption (EPOC) lebih banyak hingga 615% lebih kalori (energy expenditure) yang dikeluarkan selama latihan (Kravitz 2014). Penelitian oleh Trapp et al. (2008) menemukan bahwa intervensi HIIT yang dilakukan selama 15 minggu secara signifikan menurunkan lemak abdominal sebesar 0.15 kg pada wanita muda yang tidak terlatih sementara Dunn (2009) menemukan bahwa intervensi HIIT selama 12 minggu dapat menurunkan lemak abdominal sebanyak 0.12 kg. Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian yang sudah ada, hal ini diduga dikarenakan durasi HIIT yang singkat yaitu 16 menit, durasi intervensi yang singkat (dua bulan) dan gerakan yang tidak maksimal yang dilakukan oleh beberapa subjek. Pengaruh yang nyata (p < 0.05) pada kelompok kombinasi DA&HIIT yang dapat menurunkan IMT (0.11 – 0.77 kg/m2) pada remaja overweight yang disebabkan proses pengaturan perubahan komposisi tubuh yang dilakukan melalui
40
latihan fisik berupa HIIT dan diet rendah kalori (penambahan konsumsi air putih) merupakan kombinasi pengaturan berat badan dan komposisi tubuh untuk mencapai kondisi tubuh ideal. Terdapat beberapa faktor-faktor yang mempengaruhi kombinasi diet air dan HIIT untuk menurunkan berat badan dan mencapai kondisi tubuh ideal yaitu air tidak memiliki kandungan energi sama sekali namun memiliki kemampuan untuk menekan rasa lapar dan memicu rasa kenyang sehingga akan mencegah seseorang makan berlebih. Telah diketahui dari beberapa penelitian yang pernah dilakukan bahwa perubahan osmolaritas sel dapat memicu perubahan metabolisme dimana sel hipoosmotik akan menghalangi proteolisis dan pemecahan glikogen di hati sementara sel hiperosmotik dapat memicu pemecahan protein, glikolisis dan glikogenolisis. Berdasarkan hal ini dapat disimpulkan bahwa kondisi dehidrasi pada tubuh akan memicu proses katabolisme (Santoso et al. 2011). Untuk mempertahankan kondisi kesehatan yang optimal, diperlukan konsumsi air tidak hanya dalam jumlah yang cukup melainkan juga dengan kualitas yang baik. Sebagai kesimpulan, air merupakan bagian terbesar dari tubuh sehingga status hidrasi akan sangat berpengaruh terhadap proses metabolisme tubuh dan yang tak kalah pentingnya, asupan air bisa berdampak pada penurunan berat badan yang otomatis berperan dalam masalah obesitas. Pada obesitas, air tubuh total lebih rendah dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas karena kandungan air di dalam sel lemak lebih rendah dari pada kandungan air di dalam sel otot. Dengan demikian, orang obesitas lebih mudah mengalami kekurangan air dibandingkan dengan orang yang tidak obesitas. Pada obesitas, meskipun sudah terjadi kurang air namun tanda-tanda yang ada tidak jelas sehingga harus hati-hati dalam menilai keadaan kurang air pada obesitas (Santoso et al. 2011). Menurut Dennis et al. (2010) yang berdesain Randomized Controlled Trial (RCT) menyatakan bahwa kelompok intervensi yang diberikan edukasi untuk minum 0.5L air putih sebelum makan (tiga kali satuan waktu makan), setelah 12 minggu terjadi penurunan berat badan sekitar dua kg lebih banyak dibandingkan kelompok kontrol (p < 0.05). Selain itu, penelitian Rezaeipour et al. (2014) dengan desain randomized clinical trial pada subjek penelitian orang dewasa overweight dilakukan selama dua bulan menunjukkan bahwa tidak terdapat perbedaan nyata pada berat badan antara kelompok 1 (diet kalori negatif &olahraga) dan kelompok 2 (diet rendah kalori, air putih& olahraga) setelah intervensi (p > 0.05), tetapi terdapat kecenderungan menurun IMT (kg/m2) pada kelompok diet rendah kalori (air putih) dengan olahraga. Uji beda DA, HIIT, dan DA&HIIT terhadap perubahan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) Pengaruh pemberian intervensi berdasarkan kelompok DA, HIIT, serta kombinasi DA dan HIIT terhadap perubahan IKK yang dianalisis menggunakan uji paire t-test menghasilkan data sebagai berikut. Berdasarkan Tabel 18 di bawah menunjukkan bahwa kelompok perlakuan DA, HIIT, kombinasi DA dan HIIT tidak terjadi peningkatan Indeks Kebugaran Kardio pada remaja overweight, selain itu berdasarkan uji statistika bahwa pada ketiga kelompok perlakuan tersebut tidak berpengaruh nyata (p > 0.05) terhadap perubahan Indeks Kebugaran Kardiovaskular pada remaja overweight.
41
Hasil penelitian ini berbeda dengan penelitian sebelumnya oleh Kravitz (2014) yang menunjukkan bahwa HIIT dapat meningkatkan kebugaran kardiovaskular karena dapat mengeluarkan energi expenditure setelah workout sebesar 5.00-16.00% atau setara ± 130-330 kkal sehingga memberikan dampak penurunan pada IMT dan memicu terjadi peningkatan kebugaran kardiovaskular. Tabel 18 Uji beda DA, HIIT, dan DA&HIIT terhadap perubahan Indeks Kebugaran Kardio (IKK) IKK p <0.05 Pre Post Perubahan DA 89 ± 13 86 ± 10 -3.44 ± 6.39 0.338 HIIT 84 ± 7 80 ± 9 -3.40 ± 9.31 0.278 DA & HIIT 84 ± 8 82 ± 5 -2.10 ± 8.46 0.453 *berbeda signifikan (paired sample t-test, p<0.05) antara IMT sebelum dan setelah intervensi Kelompok
Penelitian yang ditunjukkan oleh Talanian et al. (2007) bahwa HIIT yang dilakukan selama dua minggu dengan jumlah gerakan sebanyak tujuh kali per sesi selama 40 menit meningkatkan indeks kebugaran kardiovaskular sebesar 13%. Penelitian lainnya oleh Trapp et al. (2008) melaksanakan HIIT selama 15 minggu, tiga kali seminggu selama 20 menit per sesi pada wanita muda memberikan hasil yang stabil sebesar 24.00% pada indeks kebugaran kardiovaskular saat melaksanakan program tersebut. Pada penelitian ini dilakukan HIIT selama 16 menit selama delapan minggu sehingga tidak terjadi peningkatan IKK berbeda dengan studi yang telah ada diduga karena dosis minimal HIIT yang harus dilakukan untuk mencapai IKK perlu ditetapkan sehingga perlu diidentifikasi lebih lanjut mengenai durasi optimal dan intensitas HIIT yang dapat meningkatkan IKK (Boutcher 2010). Menurut Chouhan et al. (2014) menunjukkan bahwa jika individu memiliki Indeks Massa Tubuh (IMT) yang lebih besar maka Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) akan menurun sehingga individu yang terkategori overweight atau obesitas akan memiliki indeks kebugaran kardiovaskular yang lebih rendah dibandingkan dengan individu yang normal. Hal yang sama dinyatakan oleh Aires et al. (2010) bahwa nilai Indeks Massa Tubuh (IMT) berbanding terbalik dengan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK). Penurunan nilai IKK berkaitan erat dengan obesitas, sehingga nilai persen lemak tubuh sangat berhubungan dengan peningkatan IKK (Gutin et al. 2002). Uji pengaruh DA, HIIT, dan DA&HIIT terhadap perubahan berat badan (BB), Indeks Massa Tubuh (IMT), dan Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK) Pengaruh intervensi konsumsi air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) serta kombinasi keduanya terhadap perubahan BB, IMT, dan IKK diuji menggunakan simple regression linear dengan menghasilkan beberapa persamaan pada Tabel 19. Hasil uji simple regression linear menunjukkan bahwa pengaruh terbanyak terhadap perubahan berat badan dan IMT yaitu pada perlakuan kombinasi DA&HIIT. The Society of Behavioral Medicine merekomendasikan bahwa multiple health behavior change (MHBC) dapat dilakukan untuk meningkatkan kesehatan dan menguragi risiko timbulnya penyakit (Prochaska et al. 2008). MHBC pada penelitian ini berupa kombinasi
42
DA&HIIT yang dapat didefinisikan sebagai upaya promosi dua atau lebih kebiasaan sehat melalui perubahan perilaku aktivitas fisik dan makan serta minum. Kesuksesan dalam perubahan satu atau lebih perilaku gaya hidup diduga dapat meningkatkan kepercayaan diri untuk menjaga risiko perubahan perilaku secara individual yang dapat menurunkan motivasi untuk berubah (Kakutani et al. 2014). Tabel 19 Uji pengaruh DA, HIIT, dan DA&HIIT terhadap perubahan Indeks Massa Tubuh (IMT), Indeks Kebugaran Kardiovaskular (IKK), dan berat badan (BB) No
Outcome
1
BB
2
IMT
3
IKK
Persamaan (Y) delta BB = 0,855 - 0,645 (perlakuan DA, HIIT, DA&HIIT) (Y) delta IMT = 0,363 - 0.266 (perlakuan DA, HIIT, DA&HIIT) (Y) delta IKF = -4,356 + 0,684 (perlakuan DA, HIIT, DA&HIIT)
p < 0.05 0.036 0.001* 0.024 0.001* 0.309 0.725
Adjusted R2 0.306 0.329 -0.032
*berbeda signifikan p<0.05
Interpretasi makna dari masing-masing persamaan dari outcome yaitu (1) Sebesar 30.60% perlakuan DA, HIIT, DA&HIIT berpengaruh terhadap perubahan berat badan pada remaja overweight, sehingga 68.40% dipengaruhi faktor-faktor lain selain variabel yang diteliti. Menurut Akers et al. (2012), faktor lain yang mempengaruhi perubahan berat badan terutama pada remaja yaitu self monitoring dan konseling gizi setiap bulan. Terdapat hubungan nyata (p < 0.05) yaitu hubungan negatif antara delta berat badan remaja overweight setelah pemberian intervensi DA, HIIT, DA&HIIT. Sehingga perlakuan DA, HIIT, DA&HIIT memberikan pengaruh penurunan nyata pada berat badan remaja overweight. (2) Sebesar 32.90% perlakuan DA, HIIT, kombinasi DA dan HIIT berpengaruh terhadap perubahan IMT pada remaja overweight, sehingga 67.10% dipengaruhi faktor-faktor lain selain variabel yang diteliti. Menurut Manore (2012) menunjukkan bahwa faktor lain yang mempengaruhi perubahan IMT yaitu konsumsi makanan dan suplemen penurunan berat badan seperti teh hijau, serat dan suplemen mengandung tinggi kalsium atau produk turunan susu (dairy product) yang dilengkapi dengan perubahan gaya hidup sehat untuk dapat menurunkan berat badan atau mencegah peningkatan berat badan secara bertahap. Namun konsumsi suplemen penurunan berat badan juga harus dilakukan dengan kombinasi diet, latihan fisik, dan perubahan gaya hidup supaya dapat menurunkan berat badan dalam jangka waktu panjang. Terdapat hubungan nyata (p < 0.05) yaitu hubungan negatif antara delta IMT remaja overweight setelah pemberian intervensi DA, HIIT, DA&HIIT. Sehingga perlakuan DA, HIIT, DA&HIIT memberikan pengaruh penurunan nyata pada IMT remaja overweight. (3) Sebesar 3.20% perlakuan DA, HIIT, DA&HIIT berpengaruh terhadap perubahan IKK pada remaja overweight, sehingga 96.80% dipengaruhi faktorfaktor lain selain variabel yang diteliti. Menurut Gutin et al. (2002), faktor lain yang mempengaruhi peningkatan indeks kebugaran kardiovaskular terutama pada remaja yaitu nilai persen lemak tubuh dimana semakin tinggi persen lemak tubuh maka akan semakin rendah indeks kebugaran kardiovaskular individu. Tidak terdapat hubungan nyata (p > 0.05) antara delta IKK remaja overweight setelah pemberian intervensi DA, HIIT, DA&HIIT. Sehingga perlakuan DA, HIIT, DA&HIIT tidak mengalami peningkatan IKK remaja overweight.
43
7 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kebiasaan makan dan minum meliputi kebiasaan sarapan yaitu sebanyak 58.62% subjek selalu sarapan pagi, sebanyak 72.41% subjek terbiasa minum sebelum dan sesudah bangun tidur sebanyak satu gelas (240 ml). Sebanyak 20.69% subjek terbiasa mengonsumsi air sebelum makan, 34.48% saat makan sejumlah satu gelas (240 ml). Sebanyak 48.3% subjek terbiasa minum sebelum olahraga sebanyak satu gelas (240 ml). Jumlah konsumsi makanan, konsumsi minuman berkalori dan total jumlah air putih berbeda nyata (p < 0.05) antara prepost intervensi. Tingkat kecukupan energi, protein, dan lemak hanya pada zat gizi protein dan lemak berbeda nyata antara pre-post intervensi. Aktivitas fisik subjek dalam kategori ringan sebanyak 100%. Jenis olahraga yang paling sering dilakukan yaitu jogging sebanyak 77.78%. Sebagian subjek sering mengalami kesulitan tidur sebanyak 7.00%, serta subjek dalam kategori stress sedang sebanyak 44.8%. Kelompok intervensi kombinasi DA&HIIT (1800 mL air putih dan 16 menit HIIT workout) dapat menurunkan berat badan (0.18 – 1.92 kg) dan IMT (0.11 – 0.77 kg/m2) pada remaja overweight secara nyata (p < 0.05) yang bermakna perlakuan DA&HIIT terbukti dapat menurunkan berat badan dan IMT pada remaja overweight. Kelompok perlakuan DA, HIIT, kombinasi DA&HIIT, ketiganya tidak dapat meningkatkan IKK pada remaja overweight, dan secara statistika tidak berpengaruh nyata (p > 0.05) terhadap IKK pada remaja overweight. Sebesar 30.60% perlakuan DA, HIIT, DA&HIIT berpengaruh terhadap perubahan berat badan pada remaja overweight , sehingga 68.40% dipengaruhi faktor-faktor lain selain variabel yang diteliti. Sebesar 32.90% perlakuan DA, HIIT, DA&HIIT berpengaruh terhadap perubahan IMT pada remaja overweight, sehingga 67.10% dipengaruhi faktor-faktor lain selain variabel yang diteliti. Sebesar 3.20% perlakuan DA, HIIT, DA&HIIT berpengaruh terhadap perubahan IKK pada remaja overweight, sehingga 96.80% dipengaruhi faktor-faktor lain selain variabel yang diteliti. Singkatnya, kombinasi intervensi DA (1800 mL) dan HIIT (16 menit) selama dua bulan dapat menurunkan berat badan (0.18 – 1.92 kg) dan IMT (0.11 – 0.77 kg/m2). Saran Penelitian ini membuktikan bahwa kombinasi diet dan aktivitas fisik yaitu konsumsi air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) memberikan efek penurunan pada berat badan dan indeks massa tubuh pada mahasiswa overweight. Indeks kebugaran kardiovaskular tidak mengalami peningkatan setelah pemberian kombinasi intervensi tersebut. Disarankan untuk penelitian selanjutnya dapat menambahkan lama waktu intervensi supaya terjadi peningkatan IKK serta diharapkan dapat membandingkan efek perlakuan intervensi DA dan HIIT berdasarkan jenis kelamin sehingga dapat mengetahui apakah terdapat perbedaan efek pada penurunan berat badan, IMT, dan IKK antara laki-laki dan perempuan.
44
DAFTAR PUSTAKA [ACSM] American College of Sports Medicine. 2000. American College of Sports Medicine’s guidelines for exercise testing and prescription. Ed ke-6. New York (US): Lippincott, Williams, & Wilkins. Adam TC, Elissa S.Epel. 2007. Stress, eating, and the reward system. Physiology & Behavior 91: 449-458. Aires L, Pedro Silva, Gustavo Silva, Maria Paula Santos, Jose Carlos Ribeiro, Jorge Mota. 2010. Intensity of physical activity, cardiorespiratory fitness, and body mass index in youth. Journal of Physical Activity and Health 7: 54-59. Akers JD et al. 2012. Daily self-monitoring of body weight, step count, fruit/vegetables intake, and water consumption: a feasible and effective long-term weight loss maintenance approach. J Acad Nutr Diet 112: 68592. Almatsier. 2002. Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta (ID): Gramedia Pustaka. American College of Sports Medicine, American Dietetic Association. 2000. Dietitians of Canada. Joint position statement: nutrition and athletic performance. Med Sci Sports Exerc 32(12 ): 2130–2145. Bakrie I. 2010. Ciri-ciri penting remaja akhir. http://www.tnol.co.id/id/spiritualpschology. (5 Desember 2014). Bastaman TK. 1988. Arti tidur dalam kehidupan sehari-hari. Jakarta (ID): Simposium Insomnia. Beaudeau P, Zeghnoun A, Ledrans M, Volatier JL. 2003. Tap water consumption in France: results from the INCA 1 diet survey. Environment, Risques et Sante 2: 147-58. Bo-Han Wu, Jung Charng Lin. 2006. Effects of exercise intensity on excess postexercise oxygen consumption and substrate use after resistance exercise. J Exerc Sci Fit 4: 2. Boschmann M, Steiniger J, Hille U, Tank J, Adams F, Sharma AM, Klaus S, Luft FC, Jordan J. 2003. Water-induced thermogenesisis. J Clin Endocrinol Metab 88 : 6015-9. Boschmann M, Steiniger J, Franke G, Birkenfeld AL, Luft FC, Jordan J. 2007. Water drinking induces thermogenesis through osmosensitive mechanisms. J Clin Endocrinol Metab 92 : 3334-7. Boutcher SH. 2010. High intensity intermittent exercise and fat loss. Journal of Obesity : doi:10.1155/2011/868305. Brown JE. 2008. Nutrition Through the Life Cycle. Ed ke-4. Belmont (US): Wadsworth. Chouhan S, Suchet Trigotra, LS Dashora, Empreet K Mangat. 2014. An assessment of cardiorespiratory fitness in normal weight, overweight and obese young adults. International Journal of Basic & Applied Physiology 3 : 1. Ciolac EG et al. 2011. The post effect of high intensity aerobic interval vs moderate continuous exercise on ambulatory blood pressure of young normotensive women at high familial sick for hypertension. Edition 7th Europian Congress of Sport Medicine: Salzburg.
45
______________. 2011. Heart rate response to exersice and cardiorespiratory fitness of young women at high familial risk for hypertension: effect interval vs continuous training. Eur J Cardiov Prev Rehabil 18: 824-830. Crowford JC & Henry JD. 2003. The Depression Anxiety Stress Scale (DASS): Normative data and latent structure in a large non clinical sample. British Journal of Clinical Psycology 42: 111-131. Daniels MC, Popkin BM. 2010. Impact of water intake on energy intake and weight status: a systematic review. Nutr Rev 68: 505-21. Davy B, Dennis E, Akers J, Dengo AL, Davy K. 2008. Increased premeal water consumption is associated with rapid initial weight loss. Obesity (Silver Spring) 16 : S229-30. DellaValle DM, Roe LS, Rolls BJ. 2005. Does the consumption of caloric and non-caloric beverages with a meal affect energy intake? Apptetite 44: 187-93. Dennis EA, Flack KD, Davy BM. 2009a. Beverage consumption and adult weight management: A review. Eat Behav 10:237–46. __________ et al. 2010. Water consumption increases weight loss during a hypocaloric diet intervention in middle-aged and older adults. Obesity (Silver Spring) 18:300–7. [Depkes RI] Departemen Kesehatan Republik Indonesia. 2007. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Riset Kesehatan Dasar 2007. Jakarta (ID): Balitbangkes. ______________________________________________. 2011. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Riset Kesehatan Dasar 2011. Jakarta (ID): Balitbangkes. ______________________________________________. 2013. Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Riset Kesehatan Dasar 2013. Jakarta (ID): Balitbangkes. Dunn SL. 2009. Effects of exercise and dietary intervention on metabolic syndrome markers of inactive premenopausal women. Doctoral Dissertation: University of New South Wales. http://unsworks.unsw.edu.au/vital/acces/manager/repository/unsworks:73 45. EG Trapp, DJ Chisholm, J Freund, and SH Boutcher. 2008. The effect of high intensity intermittent exercise training on fat loss and fasting insulin levels of young women. International Journal of Obesity 32 (4) : 684-691. Ertin H, Ozaltay B. 2011. Some ethical reflections on weight loss diets. Turk J Med Science 4 : 951-957. [FAO/WHO] Food Agricultural Organization / World Health Organization. 2001. Human vitamin and mineral requirement Report of a joint FAO/WHO expert consultation. Thailand (TH), Roma (IT): Food and Nutrition Division. Fayh APT et al. 2013. Effects of 5 % weight loss through diet or diet plus exercise on cardiovascular parameters of obese: a randomized clinical trial. Eur J Nutr 52 : 1443–1450. Flood JE, Roe L, Rolls BJ. 2006. The effect of increased beverage portion size on energy intake at a meal. J Am Diet Assoc 106 : 1984-90.
46
Fulgoni VL III. 2007. Limitation of data on fluid intake. J Am Coll Nutr 26: 588S91S. Gibson. 2005. Principles of Nutritional Assessment 2nd Edition. Oxford (GB): Oxford University Press. Grandjean AC, Reimers KJ, Haven MC, Curtis GL. 2003. The effect on hydration of two diets, one with and one without plain water. J Am Coll Nutr 22: 165-73. Greeno CG, Wing RR. 1994. Stress-induced eating. Psycho Bull 115 : 444-64. Gutin B, Barbeau P, Owens S et al. 2002. Effects of exercise intensity on cardiovascular fitness, total body composition, and visceral adiposity of obese adolescents. Am J Clin Nutr 75(5) : 818-826. Hardinsyah. 2011. Sarapan yang aman dan sehat. Bogor: Seminar Gizi Nasional 2011. Hardinsyah , Tambunan V. 2004. Angka Kecukupan Energi, Protein, Lemak, dan Serat Makanan. Dalam Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi VII: Ketahanan Pangan dan Gizi di Era Otonomi Daerah dan Globalisasi. Jakarta (ID): LIPI. Harun I, Veni H, Nurpudji AT. 2013. Obesitas pada Remaja Mahasiswa Baru di Universitas Hasanuddin [Skripsi]. Makassar (ID): Prodi Ilmu Gizi, Fakultas Kesehatan Masyarakat, Universitas Hasanuddin. Henry, Ruth N, Mark HA, Timothy M. 2006. Effect of aerobic and circuit training on fitnessand body image among women. Journal of Sport Behaviour 29 : 281-303. Heyward Vivian. 2001. Asep methods recommendation: body composition assessment. Official Journal of The Amarican Society of Exercise Physiologist (ASEP) :1097-9751. Huang et al. 2010. Associations of breakfast skipping with obesity and healthrelated quality of life: evidence from a national survey in Taiwan. International Journal of Obesity 34 (4) : 720-5. Indonesian Hydration Working Group (IHWG). 2013. Seminar Status Hidrasi pada Kehamilan dan Obesitas. Hotel Grand Sahid Jaya, Jakarta (ID): Sabtu, 2 Maret 2013. Inoue S et al. 2000. The Asia-Pasific perspective: redefining obesity and its treatment. WHO Western Pasific Region (AU): Health Communications Australia. Jeukendrep AE, Saris WHM, Wagenmakers AJM. 1998. Fat metabolism during exersice: a review-part III: effects of nutritional interventions. Int J Sports Med 19 : 371-9. JL Talanian, SDR Galloway, GJF Heigenhauser, A Bonen, and LL Spriet. 2007. Two weeks of high intensity aerobic interval training increases the capacity for fat oxidation during exercise in women. Journal of Applied Physiology 102 (4) : 1439-1447. Jormeus A, Karlsson S, Dahlgren C, Lindstrom T, Nystrom FH. 2010. Doubling of water intake increases daytime blood pressure and reduces vertigo in healthy subjects. Clin Exp Hypertens 32: 439-43. Kant AK, Graubard BI, Atchison EA. 2009. Intakes of plain water, moisture in foods and beverages, and total water in the adults US population-
47
nutritional, meal pattern, and body weight correlates: National Health and Nutrition Examination Surveys 1999-2006. Am J Clin Nutr 90 : 655-63. Kakutani Y, Saori K, Naomi O. 2014. Association between regular exercise and dietary exercise and dietary intake among Japanese young adults aged 18-24 years: a cross-sectional study. J Nutr Sci Vitaminol 61: 255-262. Kelley GA, Kristi SK, Susan R, William H. 2012. Combined effects of aerobic exercise and diet on lipids and lipoproteins in overweight and obese adults: a meta-analysis. Hindawi Publishing Corporation, Journal of Obesity doi:10.1155/2012/985902. Khodnapur JP et al. 2012. Status of Physical Fitness Index (PFI %) and anthropometric parameters in residential school children compared to nonresidential school children. Journal of Krishna Institute of Medical Sciences University: 1. Khomsan A. 2005. Pangan dan Gizi untuk Kesehatan 2. Bogor (ID): Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Kravitz L. 2014. High Intensity Interval Training. Washington DC (US): American College of Sports Medicine. Kuczmarski MF, Mason MA, Schwenk EA, Evans MK, Zonderman AB. 2010. Beverage consumption patterns of a low income population. Top Clin Nutr 25 : 191-201. Langdon SW, Dennee-Sommers B. 2010. Exploring the relationships between self-objectification, rationales, and use of water as a strategy for appetite suppression. Psycho Health Med 15 : 17-25. Lunt H et al. 2014. High intensity interval training in a real worl setting: A randomized controlled feasibility study in overweight active adults, measuring change in maximal oxygen uptake. PLoS ONE 9(1) :doi: 10.1371/ 0083256. Mahan L. Kathleen & Escott-Stump Sylvia. 2008. Krause’s food and nutrition therapy. St.Louis, Missouri (US): Saunder Elsevier Inc. Manore MM. 2012. Dietary Supplements for Improving Body Composition and Reducing Body Weight: Where Is the Evidence? International Journal of Sport Nutrition and Exercise Metabolism 22 : 139 -154. Mokdad AH, ES Ford, BA Bowman et al. 2001. Prevalence of obesity, diabetes, and obesity-related health risk factors. Journal of the AmericanMedical Association 1 (289) : 76–79. Muckelbauer R, Giselle S, Anke Gruneis, Jacqueline MN. 2013. Association between water consumption and body weight outcomes: a systematic review. Am J Clin Nutr 98 : 282–99. Muckelbauer R et al. 2009. Promotion and provision of drinking water in schools for overweight prevention: randomized, controlled cluster trial. Pediatrics 123 : 661–7. McMurray RG, Anthony C.Hackney. 2005. Interactions of metabolic hormones, adipose tissue and exercise. Sports Med 35 (5) : 393-41201121642/05/0005-0393/$34.95/0. Murray R, Kenney W. 2008. Sodium balance and exercise. Current Sport Medicine Reports 7 (4): S1-S2.
48
Nielsen SJ, Siega RAM, Popkin BM. 2002. Trends in food locations and sources among adolescents and young adults. Prev Med 35 : 107-13. Pansare MS. 1986. Physiology of fitness. Medical J of Western India 14:18-20. Petrie H, Osterberg KL, Horswill CA, Murray R. 2004. Reliability of bioelectrical impedance spectroscopy (BIS) use in athletes after exerciseinduced dehydration. Med Sci Sports Exer 36 : S239. Potter P & Perry P. 2005. Fundamental of nursing: concept, process & practice. Jakarta (ID): ECG. Terjemahan Asih Y et al. Physcology Foundation of Australia. 2010. Depression anxiety scale. hhtp:/www2.psy.unsw.edu.au/groups/dass (5 Desember 2014). Prochaska JJ, Spring B, Nigg CR. 2008. Multiple health behavior change research: an introduction and overview. Pre Med 46: 181-188. Rahimi R. 2006. Effect of moderate and high intensity weight training on the body composition of overweight men. Physical Education and Sport 4 (2) : 93-101. Rezaeipour M, Gennady LA, Vladimir IN. 2014. Investigating the effects of negative-calorie diet compared with low-calorie diet under exercise conditions on weight loss and lipid profile in overweight/obese middleaged and older men. Turk J Med Science 44: 792-798. Santoso BI, Hardinsyah, Parlindungan S, Sudung OP. 2011. Air bagi Kesehatan. Jakarta (ID): Centra Communications. Sebastian R, Cleveland IE, Goldman JD. 2008. Effect of snacking frequency on adolescent dietary intakes and meeting national recommendations. J Adolesc Health 42 : 503-11. Smith KJ et al. 2010. Skipping breakfast: longitudinal associations with cardiometabolic risk factors in the childhood determinants of adult health study. Am J Clin Nutr 10 : 39-45. Stookey JD, Constant F, Gardner CD, Popkin BM. 2007. Replacing sweetened caloric beverages with drinking water is associated with lower energy intake. Obesity (Silver Spring) 15 : 3013–22. ___________ et al. 2008. Drinking water is associated with weight loss in overweight dieting women independent of diet and activity. Obesity (Silver Spring) 6 : 2481–8. Sweileh WM et al. 2011. Sleep habits and sleep problems among Palestinian students. Child and Adolescent Psychiatry and Mental Health 5 : 25. Tate DF et al. 2012. Replacing caloric beverages with water or diet beverages for weight loss in adults: main results of the Choose Healthy Options Consciously Everyday (CHOICE) randomized clinical trial. Am J Clin Nutr 10 : 3945. Tobroni. 2010. Stress yang dialami mahasiswa. http://tobroni.staff.umm.ac.id/wpcontent/pluginsas-pdf/generate.php?post=45. (5 Desember 2014) Tremblay MS et al. 2010. Fitness of Canadian children and youth: result from the 2007-2009 Canadian Health measures Survey. Health Reports 21. Tremb1ay A, Jean AS, Claude B. 1994. Impact of exercise intensity on body fatness and skeletal muscle metabolism. Saunder Company Metabolism 7 (4) : 814-818.
49
Turocy PS.2011. National Athletic Trainers’ Association Position Statement: Safe Weight Loss and Maintenance Practices in Sport and Exercise. Journal of Athletic Training 46 (3) : 322–336. Vishuda, Matheus, Michelle, Joan Sabate. 2001. The risk of child adolescen overweight is related to types of food consumed. Nutrition Journal 10:71. Wagner DR, Heyward VH, Gibson AL. 2000. Validation of air displacement plethysmography for assessing body composition. Med Sci Sport Exerc 32: 1339-1344. [WHO] World Health Organization. 2010. Global reccomendation on physical activity for health. Switzzerlad (CH): WHO Press. [WHO] World Health Organization.2014. Global Nutrition Report 2014. USA (US): International Food Policy Research Institute. [WNPG] Widyakarya Nasional Pangan dan Gizi. 2013. Tabel Angka Kecukupan Gizi (AKG) 2013. Jakarta (ID): LIPI. Womble LP. 2001. Impact of stress factors on college students academic performance. University of North Carolina at Charlotte. http:/journal.com (5 Desember 2014) Yoshioka M, Doucet E, St-Pierre S et al. 2001. Impact of high intensity exercise on energy expenditure, lipid oxidation and body fatness. Int J Obese Relat Metab Disord 25 (3) : 332-9.
50
LAMPIRAN
Lampiran 1 Studi sebelumnya yang pernah dilakukan. Peneliti Desain Studi Subjek Metode Durasi Hasil Intervensi intervensi Rezaeipour Ramdomized 37 subjek Diet rendah 3 bulan Signifikan pada P < 2014 clinical trial kalori + 0.001 antara diet air Latihan fisik dan latihan fisik Lunt 2014 Randomized 36 orang 3 kelompok 12 minggu Kebugaran (VO2 controlled melakukan: Max) pada kelompok aerobic interval feasibility aerobic (pilot) study interveal training meningkat dibandingkan dengan training, maximal kelompok kontrol volitional (jalan) (p=0.03) interval training , dan active control group Fayh 2013 Randomized 48 subjek Diet air 80 hari & Kelompok diet ait clinical trial tidak berasa 66 hari dan latihan fisik (P = & Latihan 0.16). fisik Tate 2012 Randomized 318 Menambahk 6 bulan Mean penurunan BB clinical trial subjek an konsumsi sebesar 2-2.5% air tidak berasa 355500 ml (4x satuan makan) Akers 2012 Non 39 subjek Menambahk 12 bulan Mean penurunan BB randomized an konsumsi 87% (β = -0.01, P < parallel air tidak 0.01) pada kelompok group intervensi (β = berasa ~ 0.5 L tiap 0.013, ∆ BB = -0.67 satuan kg dibanding makan (3x) kelompok kontrol (β = - 0.002, ∆ BB = 1.00 kg) Ciolac et al. Randomized 34 orang 3 kelompok 16 minggu Kebugaran VO2 2011 controlled melakukan: Max) pada kelompok study HITT, CMT HIIT berbeda nyata (Continous (p<0.05) Moderate Intensity
51
Lampiran 1 Studi sebelumnya yang pernah dilakukan. Peneliti Desain Studi Subjek Metode intervensi Training) , dan CON (Non Exercise Control) Dennis 2010 Longitudinal 41 subjek Menambahk studies with a an konsumsi follow-up ≥ air tidak 12 wk berasa sebanyak 0.5 L tiap satuan makan (3x) Jormeus Crossover 20 subjek Menambahk 2010 RCT an konsumsi 2 minggu air tidak berasa sebanyak 2.1 L (1 hari) Daniels Systematic Dewasa Data cross 2010 review dan anak references dari 5 review
Durasi Intervensi
Hasil
≥ 12 minggu
Mean penurunan BB (kg) selama 12 minggu, 44% (β = 0.27, P < 0.01)
2 minggu
Tidak terjadi perubahan BB, P = 0.613
-
Beberapa studi pada orang dewasa mendukung hubungan terbalik antara minum air dan BB tetapi terdapat beberapa studi variasi yang menyebabkan masih sulit fitarik kesimpulan. Tidak terdapat perbedaan yang signifikan (P > 0.0167) Tidak terdapat perbedaan signifikan (r = -0.017, P = 0.81) Status gizi normal (989 ± 55 g), overweight (1041 ± 65 g), obese (1152 ± 86 g) Belum cukup data dari studi intervensi
Kuczmarski 2010
Crosssectional
1987 subjek
HANDLS studi
-
Langdon 2010
Crosssectional
218 subjek
Tidak dilaporkan
-
Kant 2009
Crosssectional
10921 subjek
Hasil survei NHANES (1999-2004; 2005-2006)
-
Systematic review
Dewasa
Database PubMed
Dennis 2009
15 tahun lalu
52
Lampiran 1 Studi sebelumnya yang pernah dilakukan. Peneliti Desain Studi Subjek Metode intervensi
Stookey 2008
Trapp et al. 2008 Talanian et al. 2007
Observationa l longitudinal study
-
Fulgoni 2007 Beaudeau 2003
Crosssectional Crosssectional
Grandjean 2003
Crossover RCT 3 hari
Tremblay et al. 1994
Randomized controlled study
Durasi Intervensi
Menambahk 12 bulan an konsumsi air tidak berasa pada (≥ 1 L/hari) pada subjek yang terbiasa minum < 1 L/hari Perempua HIIT 30 15 minggu n muda menit HIIT terdiri 2 minggu dari 7 gerakan/sesi selama 40 menit 8798 Hasil survey subjek NHANES 1809 Survei subjek INCA 1 173 subjek
27 subjek Menambahk 3 hari an konsumsi air tidak berasa sebanyak 685 mL 10 orang 2 kelompok 15 minggu melakukan ET (Endurance Training, 30-45 menit)) dan HIIT (25-30 menit)
Hasil untuk membuat rekomendasi konsumsi air tidak berasa untuk penurunan BB Perubahan BB, LP, % Lemak Tubuh yaitu -2.3 ± 0.4 kg (P < 0.05), -2.3 ± 0.3 cm (P < 0.05) dan 1.1 ± 0.2 (P < 0.05)
Kebugaran meningkat 24% Kebugaran meningkat 13%
Tidak dipublikasikan Hubungan langsung signifikan (P = 0.004). Mean perubahan BB -0.5 kg pada kelompok intervensi, dan -0.6 kg pada kelompok kontrol Kebugaran VO2 Max) siginifikan meningkat (p<0.01) pada kelompk HIIT. Serta siginifikan penurunan pada suprailiac, three trunk, triceps, biseps, subscapular skinfold, abdomen
53
Lampiran 2 Tingkat aktivitas fisik subjek No subjek PAL libur PAL kuliah 1 1.47 1.57 2 1.63 1.39 3 1.56 1.60 4 1.51 1.48 5 1.53 1.49 6 1.49 1.56 7 1.42 1.42 8 1.53 1.53 9 1.54 1.37 10 1.36 1.53 11 1.5 1.48 12 1.63 1.59 13 1.43 1.46 14 1.6 1.6 15 1.49 1.46 16 1.46 1.34 17 1.53 1.62 18 1.44 1.73 19 1.5 1.57 20 1.6 1.41 21 1.51 1.4 22 1.6 1.37 23 1.36 1.66 24 1.6 1.5 25 1.55 1.4 26 1.66 1.59 27 1.52 1.64 28 1.54 1.26 29 1.64 1.23
PAL total 1.52 1.51 1.58 1.5 1.51 1.52 1.42 1.53 1.46 1.45 1.49 1.61 1.44 1.6 1.48 1.4 1.57 1.59 1.53 1.51 1.45 1.48 1.51 1.55 1.48 1.62 1.58 1.4 1.43
Kategori Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan
54
Lampiran 3 Hasil penurunan berat badan sebelum dan sesudah intervensi No subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
BB (kg) pre 53.80 55.30 58.30 64.90 66.20 66.90 71.00 74.00 117.00 52.90 58.90 60.20 60.60 62.50 62.90 63.60 68.30 69.80 76.70 53.80 56.20 57.70 57.70 60.50 62.90 63.90 67.50 69.40 87.20
BB (kg) post 53.60 55.60 58.10 66.50 66.40 68.00 71.30 73.60 116.00 53.30 58.00 60.20 59.70 60.90 63.60 63.30 68.50 69.40 75.50 53.30 55.00 56.40 57.70 59.70 61.70 63.60 66.50 66.50 85.40
Delta BB -0.20 0.30 -0.20 1.60 0.20 1.10 0.30 -0.40 -1.00 0.40 -0.90 0.00 -0.90 -1.60 0.70 -0.30 0.20 -0.40 -1.20 -0.50 -1.20 -1.30 0.00 -0.80 -1.20 -0.30 -1.00 -2.90 -1.80
55
Lampiran 4 Hasil penurunan IMT sebelum dan sesudah intervensi IMT (kg/m2) IMT (kg/m2) No subjek Delta IMT pre post 1 24.07 23.98 -0.09 2 23.32 23.44 0.12 3 23.50 23.42 -0.08 4 25.61 26.24 0.63 5 28.73 28.82 0.09 6 29.54 30.02 0.48 7 23.05 23.15 0.10 8 28.20 28.04 -0.16 9 33.82 33.53 -0.29 10 23.20 23.38 0.18 11 22.81 22.46 -0.35 12 23.96 23.96 0.00 13 25.42 25.04 -0.38 14 25.16 24.52 -0.64 15 25.49 25.77 0.28 16 28.19 28.06 -0.13 17 30.36 30.44 0.08 18 27.27 27.11 -0.16 19 27.83 27.40 -0.43 20 23.50 23.28 -0.22 21 23.85 23.34 -0.51 22 24.24 23.69 -0.55 23 25.64 25.64 0.00 24 23.25 22.95 -0.30 25 25.36 24.87 -0.49 26 23.19 23.08 -0.11 27 26.40 26.01 -0.39 28 27.25 26.11 -1.14 29 34.58 33.87 -0.71
56
Lampiran 5 Hasil peningkatan indeks kebugaran kardiovaskular sebelum dan sesudah intervensi IKK (step/menit) IKK No subjek Delta IKK pre (step/menit)post 1 64 65 1 2 86 81 -5 3 94 85 -9 4 101 92 -9 5 94 86 -8 6 104 100 -4 7 83 90 7 8 95 82 -13 9 83 92 9 10 78 87 9 11 90 88 -2 12 80 82 2 13 85 76 -9 14 84 85 1 15 88 88 0 16 99 90 -9 17 82 66 -16 18 71 79 8 19 83 65 -18 20 81 73 -8 21 93 82 -11 22 87 86 -1 23 76 85 9 24 101 87 -14 25 84 83 -1 26 79 85 6 27 81 83 2 28 76 84 8 29 82 71 -11
57
Lampiran 6 Jumlah konsumsi energi dan zat gizi minuman berasa sebelum dan sesudah intervensi No subjek
Konsumsi pre
Konsumsi post
E (kkal)
P (g)
L (g)
KH (g)
E (kkal)
P (g)
1
168
0.40
0.00
1.90
305
2
0
0.10
0.00
0.00
49
3
2163
0.70
30.00
461.90
4
1231
0.20
18.00
5
0
0.00
6
168
7
Delta konsumsi
L (g)
KH (g)
E (kkal)
P (g)
L (g)
KH (g)
3.30
8.00
56.10
137
2.90
8.00
54.20
0.50
1.10
9.30
49
0.40
37
0.40
2.30
9.30
-2126
-0.30
278.00
67
0.00
0.00
17.10
-1164
-0.20
1.10 27.70 18.00
9.30 452.60 260.90
0.00
0.00
6
0.00
0.00
1.50
6
0.00
0.00
1.50
0.10
0.00
1.00
25
0.30
0.70
4.60
-143
0.20
0.70
3.60
0
0.60
0.10
0.00
17
0.00
0.00
4.30
17
-0.60
-0.10
4.30
8
319
1.70
0.00
2.70
19
0.30
8.60
5.20
-300
-1.40
8.60
2.50
9
482
0.00
0.00
96.00
0
0.00
0.00
0.00
-482
0.00
0.00
-96.00
10
0
1.20
0.00
0.00
18
0.00
1.00
4.60
18
-1.20
1.00
4.60
11
393
0.40
0.00
49.50
0
0.30
8.60
1.00
-393
-0.10
8.60
-48.50
12
0
0.30
0.00
0.00
44
0.00
0.00
11.10
44
-0.30
0.00
13
998
0.20
15.00
230.90
249
2.60
9.30
51.30
-749
2.40
-5.70
11.10 179.60
14
2200
2.10
0.00
6.00
1213
14.60
61.00
230.50
-987
12.50
61.00
224.50
15
246
0.60
0.00
5.90
9
0.20
1.10
2.20
-237
-0.40
1.10
-3.70
16
372
0.00
0.00
27.70
191
4.40
15.90
33.70
-181
4.40
15.90
6.00
17
596
2.30
0.00
42.40
107
1.20
7.00
21.10
-489
-1.10
7.00
-21.30
18
240
0.30
0.00
1.40
2
0.40
8.70
1.50
-238
0.10
8.70
0.10
19
168
1.00
0.00
1.90
8
0.10
0.10
1.60
-160
0.10
-0.30
20
475
18.60
0.00
27.30
206
2.10
5.00
16.20
-269
-0.90 16.50
21
2238
1.20
30.10
493.20
555
5.80
13.30
106.20
-1683
4.60
5.00 16.80
-11.10 387.00
22
267
0.00
0.00
23.50
6
0.10
0.10
1.30
-261
0.10
0.10
-22.20
23
168
0.00
0.00
38.20
49
0.20
0.20
11.50
-119
0.20
0.20
-26.70
24
0
0.20
0.00
0.00
7
0.00
0.00
1.60
7
-0.20
0.00
1.60
25
440
0.20
0.00
0.40
11
0.00
0.00
2.80
-429
-0.20
26
2337
2.00
30.00
510.10
29
0.10
0.10
7.30
-2308
-1.90
0.00 29.90
2.40 502.80
27
79
0.10
0.00
0.00
404
4.20
10.00
47.90
325
4.10
10.00
47.90
28
4
0.00
0.00
0.00
130
0.00
0.00
30.80
126
0.00
29
1875
1.10
30.10
465.60
58
0.40
1.00
6.10
-1817
-0.70
0.00 29.10
30.80 459.50
58
Lampiran 7 Jumlah konsumsi energi dan zat gizi makanan sebelum dan sesudah intervensi No subjek
Konsumsi pre
Konsumsi post
Delta konsumsi
E (kkal)
P (g)
L (g)
KH (g)
E (kkal)
P (g)
L (g)
KH (g)
E (kkal)
P (g)
L (g)
KH (g)
1
1350
66.30
58.30
180.95
1560
61.63
63.30
290.81
210
-4.67
5.00
109.86
2
1753
89.60
49.60
208.83
3021
56.43
54.79
283.26
1268
-33.17
5.19
74.43
3
1490
111.70
49.60
213.01
1288
29.70
46.60
210.07
-202
-82.00
-3.00
-2.94
4
1330
110.30
44.10
224.18
1926
140.00
139.40
222.27
596
29.70
95.30
-1.91
5
1139
50.70
40.30
184.92
860
21.00
41.60
213.70
-279
-29.70
28.78
6
1126
41.20
35.10
185.27
0
0.00
0.00
0.00
-1126
-41.20
7
2510
106.30
71.90
272.36
2535
56.57
56.35
253.48
25
-49.73
8
1059
122.20
61.60
291.77
1240
54.20
54.96
259.45
181
9
2247
155.00
65.70
150.78
1614
39.40
47.00
214.39
-633
10
1735
124.60
50.10
233.02
2389
58.40
57.81
231.52
654
-68.00 115.60 -66.20
1.30 35.10 15.55 -6.64 18.70 7.71
11
1717
71.50
57.00
1824.60
1668
57.00
57.65
254.70
-49
-14.50
0.65
12
1699
90.70
41.10
169.82
1665
25.20
39.90
181.48
-34
-65.50
13
1927
77.70
77.00
222.08
1629
26.30
39.20
184.28
-298
-51.40
14
1369
93.80
40.50
198.88
1249
37.50
49.00
215.02
-120
-56.30
-1.20 37.80 8.50
15
2186
98.00
61.70
217.92
1995
107.10
116.90
192.99
-191
9.10
55.20
-24.93
16
1326
77.40
44.20
150.34
859
19.10
42.60
181.09
-467
-58.30
-1.60
30.75
17
1465
55.60
26.90
193.93
1102
56.70
54.20
231.24
-363
1.10
27.30
37.31
18
1111
68.90
47.30
195.22
1692
53.70
51.50
203.84
581
1629
168.00
56.80
248.58
1527
38.00
45.60
209.05
-102
20
1711
123.60
40.20
212.08
2405
216.00
82.60
231.01
694
4.20 11.20 42.40
8.62
19
-15.20 130.00 92.40
21
2485
91.30
40.40
137.60
1042
19.70
41.50
182.32
-1443
-71.60
22
1556
81.70
57.00
208.35
1525
29.20
45.70
173.14
-31
-52.50
23
2068
23.06
49.10
227.86
1764
65.10
63.90
236.05
-304
42.04
24
1393
85.40
63.40
209.20
1170
26.20
46.10
217.88
-223
-59.20
25
1164
127.20
45.50
136.67
1121
45.50
5.70
173.13
-43
-81.70
26
1667
49.80
53.10
171.18
2627
59.32
55.95
281.96
960
9.52
1.10 11.30 14.80 17.30 39.80 2.85
27
1279
72.40
63.50
226.54
1384
55.08
55.89
226.86
105
-17.32
28
1582
61.20
78.40
220.41
841
32.90
18.00
199.74
-741
-28.30
29
1136
41.90
43.40
167.98
1433
59.70
59.00
191.44
297
17.80
-7.61 60.40 15.60
-185.27 -18.88 -32.32 63.61 -1.50 1569.90 11.66 -37.80 16.14
-39.53 18.93 44.72 -35.21 8.19 8.68 36.46 110.78 0.32 -20.67 23.46
59
Lampiran 8 Tingkat kecukupan energi dan zat gizi sebelum dan sesudah intervensi TKG pre TKG Post No subjek E (%) P (%) L (%) E (%) P (%) L (%) 1 99.26 99.63 99.26 99.63 99.26 99.63 2 102.96 102.41 102.96 102.41 102.96 102.41 3 107.96 107.59 107.96 107.59 107.96 107.59 4 120.19 123.15 120.19 123.15 120.19 123.15 5 122.96 122.59 122.96 122.59 122.96 122.59 6 0.00 123.89 0.00 123.89 0.00 123.89 7 118.33 118.83 118.33 118.83 118.33 118.83 8 137.04 136.30 137.04 136.30 137.04 136.30 9 193.33 195.00 193.33 195.00 193.33 195.00 10 98.70 97.96 98.70 97.96 98.70 97.96 11 109.07 107.41 109.07 107.41 109.07 107.41 12 111.48 111.48 111.48 111.48 111.48 111.48 13 112.22 110.56 112.22 110.56 112.22 110.56 14 115.74 112.78 115.74 112.78 115.74 112.78 15 116.48 117.78 116.48 117.78 116.48 117.78 16 117.78 117.22 117.78 117.22 117.78 117.22 17 126.48 126.85 126.48 126.85 126.48 126.85 18 116.33 115.67 116.33 115.67 116.33 115.67 19 142.04 139.81 142.04 139.81 142.04 139.81 20 99.63 98.70 99.63 98.70 99.63 98.70 21 104.07 101.85 104.07 101.85 104.07 101.85 22 106.85 104.44 106.85 104.44 106.85 104.44 23 106.85 106.85 106.85 106.85 106.85 106.85 24 121.00 119.40 121.00 119.40 121.00 119.40 25 116.48 114.26 116.48 114.26 116.48 114.26 26 106.50 106.00 106.50 106.00 106.50 106.00 27 125.00 123.15 125.00 123.15 125.00 123.15 28 128.52 123.15 128.52 123.15 128.52 123.15 29 145.33 142.33 145.33 142.33 145.33 142.33
60
Lampiran 9 Kepatuhan konsumsi air putih intervensi No subjek 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29
Jumlah air putih intervensi/hari (mL) 1800 1800 1800 1800 1800 1800 1800 1800 1800 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 1800 1800 1800 1800 1800 1800 1800 1800 1800 1800
Total konsumsi air putih/hari (mL) 2400 3000 3720 2250 4600 3300 4200 3480 4800 1500 1000 1000 1680 2000 1800 2000 1200 1200 2000 3600 4300 4110 4300 3300 3300 2400 3600 4800 2800
61
Lampiran 10 Etchical clearance
62
RIWAYAT HIDUP Penulis dilahirkan pada tanggal 13 Januari 1991 di Jakarta. Penulis adalah anak keempat dari empat bersaudara yang merupakan anak dari Bapak Ruvinus Djalaut Gultom dan Ibu Angelina Mastiur Manurung. Pendidikan formal pertama ditempuh penulis di SDN Pesanggrahan 08 PT dari tahun 1996-2002. Pada tahun 2002-2005 penulis melanjutkan sekolah di SMPN 177 Jakarta. Penulis melanjutkan sekolah di SMAN 47 Jakarta dari tahun 2005-2008. Pendidikan sarjana strata satu (S1) ditempuh penulis di Departemen Gizi Masyarakat, Fakultas Ekologi Manusia, Institut Pertanian Bogor. Penulis lulus sebagai sarjana gizi (S Gz) pada tahun 2012 dengan penelitian berjudul "Keterkaitan antara sarapan dan lama tidur siswa sekolah dasar terhadap prestasi belajar”. Penulis sempat menjalani karir sebagai Quality Assurance di PT Carrefour Indonesia dari Oktober 2012-Juli 2013 sebelum akhirnya memilih melanjutkan pendidikan magister (S2) pada Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Karya ilmiah penulis bersama dua rekan lain yang berjudul “Effficacy of Water Intake on Body Weight and Body Mass Index of Overweight Students” yang merupakan bagian dari tesis telah di publish pada IJASEIT (International Journal on Advanced Science Engineering Information Technology) dan dipresentasikan pada International Conference on Quality Improvement and Development of Food Product (QID-Food 2015) di Bukit Tinggi 17-18 April 2015. Karya ilmiah penulis lainnya dan merupakan bagian dari tesis yang berjudul “Efficacy of Plain Water Intake and High Intensity Interval Training on Body Mass Index and Cardiorespiratory Fitness index of Overweight Young Adults” telah dipresentasikan pada International Symposium on Food and Nutrition for Sustainable Health and Well-Being (ISFAN 2015) di Jakarta 3-5 Juni 2015.