EFIKASI AIR PUTIH DAN HIGH INTENSITY INTERVAL TRAINING (HIIT) TERHADAP PERUBAHAN PROFIL LIPID DAN INDEKS KEBUGARAN KARDIORESPIRATORI
NAZHIF GIFARI
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
PERNYATAAN MENGENAI TESIS DAN SUMBER INFORMASI SERTA PELIMPAHAN HAK CIPTA* Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis berjudul Efikasi Air Putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap Perubahan Profil Lipid dan Indeks Kebugaran Kardiorespiratori adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir tesis ini. Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor. Bogor, Januari 2016 Nazhif Gifari NIM I151130371
RINGKASAN NAZHIF GIFARI. Efikasi Air Putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap Perubahan Profil Lipid dan Indeks Kebugaran Kardiorespiratori Mahasiswa Overweight. Dibimbing oleh HARDINSYAH dan DRAJAT MARTIANTO.
Di Indonesia, prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19.7 persen dan prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32.9 persen, baik laki-laki maupun perempuan mengalami peningkatan dari Data Riskesdas 2010 (Riskesdas 2013). Upaya penurunan berat badan dapat dilakukan dengan kombinasi diet, aktivitas fisik, dan perubahan gaya hidup. Perbaikan status gizi dengan mengkombinasikan olahraga dan diet merupakan kombinasi yang paling efektif dalam mengoptimalkan perbaikan status gizi. Upaya dalam perbaikan status gizi dapat dilakukan dengan mengonsumsi air putih (Tate et al. 2012). Latihan High Intensity Interval Training (HIIT) merupakan latihan kardio yang mengkombinasikan latihan intensitas tinggi dengan intensitas sedang atau rendah dengan waktu atau interval tertentu, latihan HIIT dengan teratur dapat meningkatkan HDL dalam darah dan menurunkan total kolesterol, LDL, trigliserida dalam darah. Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh efikasi minum air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap perubahan profil lipid dan kebugaran fisik remaja overweight. Tujuan khusus antara lain: 1) mengidentifikasi kebiasaan minum air, profil lipid, dan indeks kebugaran 2) mengkaji perubahan status gizi (Indeks Massa Tubuh) dan komposisi tubuh sebelum dan sesudah intervensi; 3) mengkaji efikasi intervensi minum air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap perubahan profil lipid (total kolesterol, HDL, LDL, dan trigliserida); 4) mengkaji efikasi intervensi minum air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap perubahan indeks kebugaran kardiorespiratori. Penelitian ini menggunakan desain pre-post experimental study dengan tiga kelompok intervensi. Sebanyak 27 mahasiswa overweight dan obesitas mengikuti intervensi ini selama 2 bulan terbagi atas tiga kelompok intervensi. Kelompok 1 mendapatkan intervensi air putih (DA), kelompok 2 mendapatkan HIIT, dan kelompok 3 kombinasi DA+HIIT. Rata-rata umur pada kelompok DA adalah 19.9±0.6 tahun, pada kelompok HIIT 19.8±0.4 tahun, dan pada kelompok DA+HIIT 19.5 ± 0.9 tahun. Rata-rata konsumsi air putih kelompok DA sebesar 2300 ± 737 mL, kelompok HIIT sebesar 1752 ± 791 mL dan kelompok DA+HIIT sebesar 2500 ± 719 mL. Rata-rata konsumsi dan asupan energi minuman karbonasi kelompok DA sebesar 183 ± 173 mL dan 80 ± 77 kkal, kelompok HIIT sebesar 94 ± 69 mL dan 231 ± 159 kkal, dan kelompok DA+HIIT sebesar 99 ± 73 mL dan 231 ± 159 kkal. Asupan energi pada kelompk DA sebesar 1929 ± 355 kkal, kelompok HIIT sebesar 1908 ± 515 kkal dan kelompok DA+HIIT sebesar 2198 ± 539 kkal. Asupan protein pada kelompok sebesar 52.2 ± 10.4 g, kelompok HIIT sebesar 50.4 ± 11.5 g dan kelompok DA+HIIT sebesar 51.7 ± 12.3 g. Sebagian besar subjek memiliki tingkat aktivitas sangat ringan dan ringan baik hari libur ataupun
hari kuliah. Pada hari libur sebesar 74.1% dan sebesar 22.1% memiliki tingkat aktivitas sangat ringan dan ringan. Pada hari kuliah, sebesar 92.6% dan sebesar 7.4% dengan kategori sangat ringan dan ringan. Secara keseluruhan subjek, hanya sebesar 3.7% dari keseluruhan subjek yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang sedang. Berdasarkan rata-rata berat badan pada kelompok DA sebesar 69.7 ± 19 kg, kelompok HIIT sebesar 63.6 ± 6.5 kg, dan kelompok DA+HIIT sebesar 63.6 ± 9.6 kg. Hasil ANOVA menunjukkan sebelum intervensi tidak terdapat perbedaan yang nyata berat badan antara ketiga kelompok perlakuan. Setelah intervensi dilakukan, terdapat perbedaan pada kelompok DA, kelompok HIIT dan kelompok DA+HIIT yaitu sebesar 69.9 ± 18.6 kg, 63.2 ± 6.4 kg dan 62.5 ± 9.2 kg. Penurunan berat badan paling besar setelah intervensi pada kelompok DA+HIIT sebesar -1.1 ± 0.8 kg dan kelompok HIIT sebesar -0.4 ± 0.7 kg. Berdasarkan selisih berat badan, ANOVA terhadap ketiga kelompok terdapat perbedaan yang nyata dengan nilai P<0.05. Pada Indeks Massa Tubuh (IMT), penurunan terbesar terjadi pada kelompok DA dan HIIT yaitu -0.44±0.36 (kg/m2) kemudian penurunan kedua pada kelompok HIIT sebesar -0.15±0.29 (kg/m2), namun pada kelompok DA tidak terjadi penurunan IMT. Berdasarkan ANOVA terhadap ketiga kelompok ini pada selisih IMT terdapat perbedaan yang nyata (P<0.05). Komposisi tubuh subjek meliputi pengukuran Percent Body Fat (PBF) dan Total Body Water (TBW). Pada variabel PBF pada kelompok kombinasi DA+HIIT mengalami penurunan terbesar sebanyak -4.1±4.7, kemudian pada kelompok HIIT mengalami penurunan sebanyak -1.0±8.6. Berdasarkan uji ANOVA terhadap selisih tidak terdapat perbedaan yang nyata antar ketiga kelompok tersebut. Peningkatan HDL terjadi pada semua kolompok perlakuan, yaitu peningkatan kelompok DA sebesar 6.7±6.6 (mg/dL), kelompok HIIT sebesar 5.7±6.0 (mg/dL) dan kelompok DA+HIIT sebesar 6.6±6.2 (mg/dL). Kadar total kolesterol sebelum intervensi yaitu pada kelompok DA (180.8 mg/dL), HIIT (190.3 mg/dL) dan DA+HIIT (178.7 mg/dL). Setelah intervensi, kadar total kolesterol mengalami perubahan yaitu kelompok DA (171.6 mg/dL), HIIT (180.6 mg/dL) dan DA+HIIT (164.2 mg/dL). Pada kadar trigliserida kelompok DA (91.5 mg/dL), kelompok HIIT (84.5 mg/dL) dan kelompok DA+HIIT (88.3 mg/dL). Setelah intervensi, kadar trigliserida menjadi 79 mg/dL pada kelompok DA, sebesar 73.2 mg/dL pada kelompok HIIT dan sebesar 74.8 mg/dL pada kelompok DA+HIIT. Pada nilai indeks kebugaran kardiorespiratori berdasarkan Tes Harvard, sebelum intervensi kelompok DA, HIIT dan DA+HIIT memiliki indeks kebugaran sebesar 87.1, 83.3, dan 84.2. Setelah diberikan intervensi, nilai indeks kebugaran sebagian besar mengalami penurunan, pada kelompok DA sebesar 85.8, kelompok HIIT sebesar 80.6 dan kelompok DA+HIIT sebesar 82. Berdasarkan uji ANOVA dan paired sample t-test tidak terdapat perbedaan yang nyata sebelum dan sesudah intervensi. Kata kunci: HIIT, IKK, konsumsi air putih, profil lipid
SUMMARY NAZHIF GIFARI. Efficacy Water and High Intensity Interval Training (HIIT) to change of Lipid Profile and Cardiorespiratory Fitness Index Overweight Students. Supervisor by HARDINSYAH and DRAJAT MARTIANTO. In Indonesia, the prevalence of obese male adult population in 2013 is 19.7 percent and the prevalence of obesity in adult women (> 18 years) is 32.9 percent. Compared to data from national health survey in 2010, the prevalence of obesity in 2013 has increased, for both groups of men and women (Riskesdas 2013). Weight loss can be achieved by combining the diet, physical activity, and lifestyle changes. Improvement of the nutritional status by combining exercise and diet is the most effective combination to optimize the improvement of nutritional status. Water drinking may be potential as an alternative to improve nutritional status (Tate et al. 2012). High Intensity Interval Training (HIIT) exercise is a cardio workout that combines high-intensity exercise with moderate or low intensity with certain intervals or time. Regular HIIT exercise may increase blood HDL and lower total cholesterol, LDL, triglycerides in the blood. The general objective of this study was to analyze the effect of water drinking efficacy and High Intensity Interval Training (HIIT) on lipid profiles and physical fitness changing in overweight adolescent. The specific objectives are: to identify drinking habits, exercise habits, energy and nutrient intake, level of physical activity; to examine the changes in anthropometric nutritional status and body composition before and after the intervention; to assess the efficacy of water drinking and efficacy of High Intensity Interval Training (HIIT) on lipid profile (total cholesterol, HDL, LDL, and triglycerides) changing; to assess the efficacy of water drinking and efficacy of High Intensity Interval Training (HIIT) on in physical fitness index changing. The study design was pre-post experimental study with three intervention groups. A total of 27 overweight and obesity students were recruited in this intervention for 2 months. Group 1 received water interventions (DA), group 2 received HIIT intervention, and group 3 received both DA+HIIT. The results showed that the average of age in the DA group was 19.9 ± 0.6 years, the average of age in the HIIT group was 19.8 ± 0.4 years, and the average of age in the DA+HIIT group was 19.5 ± 0.9 years. The average of water consumption in DA group was 2300 ± 737 mL, in HIIT group was 1752 ± 791 mL and in DA+HIIT group was 2500 ± 719 mL. The average of carbonated beverages consumption and its energy contribution in DA group was 183 ± 173 mL and 80 ± 77 kcal, in HIIT group was 94 ± 69 mL and 231 ± 159 kcal, and in DA+HIIT group was 99 ± 73 mL and 231 ± 159 kcal. The average of daily energy intake in DA group was 1929 ± 355 kcal, in HIIT group was 1908 ± 515 kcal and in DA+HIIT group was 2198 ± 539 kcal. The average of daily protein intake in the DA group was 52.2 ± 10.4 g, in HIIT group was 50.4 ± 11.5 g and in DA+HIIT group was 51.7 ± 12.3 g. Most of the subjects posed mild activity levels on the weekend, as well as weekday. On the weekend, 74.1% of subjects had a very light level activity and 22.1% of the subjects had a light level activity. On the weekday, 92.6% subjects had a very light level activity and 7.4%
subjects had a light level activity. Only 3.7% of total subjects had a moderate level activity. The average of body weight in the DA group was 69.7 ± 19 kg, in HIIT group was 63.6 ± 6.5 kg, and in DA + HIIT group was 63.6 ± 9.6 kg. ANOVA test showed there was no significant difference in body weight baseline among the three groups. After the intervention, there was a significant difference among three groups, which equals to 69.9 ± 18.6 kg, 63.2 ± 6.4 kg and 62.5 ± 9.2 kg. Greatest weight loss after intervention was found in DA + HIIT group by -1.1 ± 0.8 kg and HIIT group by -0.4 ± 0.7 kg. There was significant difference in body weight reduction among three groups (p<0.05). The largest Body Mass Index (BMI) reduction was found in the DA + HIIT group (-0.44 ± 0.36 kg / m2), followed by HIIT group (- 0.15 ± 0.29 kg / m2). There was no significant BMI reduction in DA group. ANOVA test showed that there was significant difference in BMI reduction among three groups (P <0.05). Percent Body Fat (PBF) and Total Body Water (TBW) were used in this study to measure body composition. PBF variable in DA + HIIT combination group experienced the largest decline as much as -4.1 ± 4.7, followed by the HIIT group by -1.0 ± 8.6. ANOVA test showed that there was no significant difference among the three groups. HDL increased in all treatment groups. The increases in the DA group amounted to 6.7 ± 6.6 (mg/dL), HIIT group amounted to 5.7 ± 6.0 (mg/dL) and DA + HIIT group amounted to 6.6 ± 6.2 (mg/dL). Total cholesterol levels before the intervention in DA group was 180.8 mg/dL, in HIIT group was 190.3 mg/dL, and in DA + HIIT group was (178.7 mg/dL). After the intervention, the levels of total cholesterol in DA group changed to (171.6 mg/dL), HIIT group (180.6 mg/dL) and DA + HIIT group (164.2 mg/dL). Triglyceride levels of DA group was 91.5 mg/dL, HIIT group was 84.5 mg/dL, and DA + HIIT group was 88.3 mg/dL. After the intervention, triglyceride level decreased to 79 mg/dL in DA group, amounted to 73.2 mg/dL in the HIIT group and amounted to 74.8 mg/dL in DA + HIIT group. According to cardiorespiratory fitness index value of Harvard test, fitness index at the baseline in DA, HIIT, and DA + HIIT group were 87.1, 83.3, and 84.2. Then, after intervention fitness index changed in the DA group (85.8), HIIT group (80.6) and DA + HIIT group (82). Based on the ANOVA and paired sample t-test there were no significant differences before and after intervention. Keywords: consumption of water, HIIT, IKK, lipid profile
© Hak Cipta Milik IPB, Tahun 2016 Hak Cipta Dilindungi Undang-Undang Dilarang mengutip sebagian atau seluruh karya tulis ini tanpa mencantumkan atau menyebutkan sumbernya. Pengutipan hanya untuk kepentingan pendidikan, penelitian, penulisan karya ilmiah, penyusunan laporan, penulisan kritik, atau tinjauan suatu masalah; dan pengutipan tersebut tidak merugikan kepentingan IPB Dilarang mengumumkan dan memperbanyak sebagian atau seluruh karya tulis ini dalam bentuk apa pun tanpa izin IPB
EFIKASI AIR PUTIH DAN HIGH INTENSITY INTERVAL TRAINING (HIIT) TERHADAP PERUBAHAN PROFIL LIPID DAN INDEKS KEBUGARAN KARDIORESPIRATORI
NAZHIF GIFARI
Tesis sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Magister Sains pada Program Studi Ilmu Gizi Masyarakat
SEKOLAH PASCASARJANA INSTITUT PERTANIAN BOGOR BOGOR 2016
Penguji Luar Komisi pada Ujian Tesis: Dr. Hadi Riyadi, MS
Judul
: Efikasi Air Putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) Terhadap Perubahan Profil Lipid dan Indeks Kebugaran Kardiorespiratori
Nama Mahasiswa
: Nazhif Gifari
NIM
: I151130371
Disetujui oleh, Komisi Pembimbing
Prof Dr Hardinsyah, MS Ketua
Dr Drajat Martianto, MS Anggota
Diketahui oleh
Ketua Program, Studi Gizi Masyarakat
Dekan Sekolah Pascsarjana
Prof Dr Dodik Briawan, MCN
Dr. Ir. Dahrul Syah, MScAgr
Tanggal Ujian : 9 November 2015
Tanggal Lulus:
PRAKATA Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT, yang telah memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga karya ilmiah dengan judul " Efikasi Air Putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) Terhadap Perubahan Profil Lipid dan Indeks Kebugaran Kardiorespiratori" ini bisa berhasil diselesaikan. Terima kasih penulis ucapkan kepada Prof. Dr. Hardinsyah, MS dan Dr. Drajat Martianto, MS selaku pembimbing yang senantiasa membimbing, memberikan saran, masukan, dan arahannya kepada penulis dalam penyusunan tesis ini. Penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Dr. Hadi Riyadi, MS selaku dosen penguji atas saran dan kritik untuk perbaikan tesis ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada Tim Peneliti yaitu Megah Stefani, Wayan, Annisa dan Nova sehingga penelitian ini bisa berjalan dengan lancar serta adik-adik mahasiswa gizi masyarakat angkatan 49 yang bersedia menjadi subjek dalam penelitian ini. Kemudian, kepada PT. Danone AQUA Tirta Investama, yang telah memberikan bantuan penyediaan air minum dalam penelitian ini. Ucapan terima kasih juga disampaikan kepada kedua orang tua, Adrianus, MPd (Alm) dan Prof. Dr. Yufiarti, MS (Ibu) yang memberikan doa dan dukungan baik secara
moral maupun material serta Gita Wahyu Arifiyanti, Nashiruddin Alfath, Fadhilah Nur Azizah, dan Akbar Ma'ruf (istri dan adik-adik) serta Tim Sekret Perhimpunan Pakar Gizi dan Pangan (PERGIZI PANGAN Indonesia) yaitu Khoirul, Teguh, Septian, Angga, Zakia, Alghifari, Nisa dan Dian yang telah banyak mendampingi, memberi dorongan, doa, dan masukan dalam
penulisan tesis ini. Semoga karya ilmiah ini bermanfaat. Bogor, Januari 2016 Nazhif Gifari
DAFTAR ISI DAFTAR ISI DAFTAR GAMBAR DAFTAR LAMPIRAN 1 PENDAHULUAN Latar Belakang Perumusan Masalah Tujuan Manfaat Hipotesis 2 TINJAUAN PUSTAKA Masalah dan Pengukuran Gizi Lebih Faktor-faktor yang Mempengaruhi Gizi Lebih Intervensi Air Putih High Intensity Training (HIT) Kebugaran Fisik 3 KERANGKA PEMIKIRAN 4 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Jumlah dan Cara Pengambilan Subjek Pelaksanaan Intervensi Jenis dan Cara Pengumpulan Data Pengolahan dan Analisis Data 5 DEFINSI OPERASIONAL 6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subjek Jumlah Asupan Minum dan Jenis Minuman Asupan dan Tingkat Konsumsi Zat Gizi dan Tingkat Aktivitas Fisik Kebiasan Minum Air Putih Pangaruh Intervensi terhadap Status Gizi dan Komposisi Tubuh Pengaruh Intervensi terhadap Perubahan Profil Lipid Pengaruh Intervensi terhadap Indeks Kebugaran Kepatuhan Minum Air putih dan HIIT 7 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Saran DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN RIWAYAT HIDUP
xii xiii xiii 1 1 2 2 3 3 4 4 5 5 6 8 10 11 11 11 12 13 14 17 18 18 18 19 21 22 24 25 27 28 29 29 30 31 35 44
DAFTAR TABEL 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks masa tubuh (IMT) Gerakan High Intensity Interval Training (HIIT) Variabel, data, metode, dan waktu dalam penelitian Nilai normal profil lipid darah Kategori tingkat kecukupan energi dan zat gizi Kategori nilai indeks kebugaran Karakteristik subjek menurut kelompok perlakuan Jumlah asupan air dan asupan energi dari minuman menurut kelompok perlakuan Nilai rataan asupan dan tingkat kecukupan zat gizi menurut kelompok perlakuan Kebiasaan olahraga menurut kelompok perlakuan Klasifikasi tingkat aktivitas fsik menurut kelompok perlakuan Kebiasaan minum menurut kelompok perlakuan Karakteristik status gizi antropometri dan komposisi tubuh menurut kelompok perlakuan Kadar profil lipid sebelum dan sesudah intervensi Indeks kebugaran sebelum dan sesudah berdasarakan kelompok perlakuan Sebaran subjek menurut tingkat kepatuhan
4 13 14 15 16 16 18 19 20 21 21 22 23 25 27 28
DAFTAR GAMBAR 1 2 3 4
Sumber energi utama selama latihan HIIT Perubahan berat badan dalam kombinasi diet dan latihan Kerangka pemikiran intervensi Diagram pengelompokan subjek berdasarkan kelompok intervensi
7 8 10 12
DAFTAR LAMPIRAN 1 2 3
Kuesioner penelitian Ethical clearance Hasil uji one way ANOVA variable penelitian
35 42 43
1
1 PENDAHULUAN Latar Belakang Masalah overweight dan obesitas merupakan masalah kesehatan masyarakat di dunia yang memiliki dampak negatif terhadap kesehatan. Obesitas ini berisiko terhadap berbagai penyakit degeneratif, yaitu ke arah stres fisik dan proses biologis, kondisi ini berkaitan dengan peningkatan risiko penyakit jantung, diabetes melitus tipe 2, osteoarthritis, dan bentuk-bentuk kanker lainnya (Aronne et al. 2007). Prevalensi overweight dan obesitas di Dunia semakin meningkat sehingga diperlukanya berbagai upaya dalam menjaga tubuh agar ideal. Pada tahun 2008, sebesar 35% usia dewasa mengalami overweight (34% laki-laki dan 35% wanita), dan sebanyak 1.5 milyar usia remaja mengalami overweight dan lebih dari 500 juta mengalami obesitas (WHO 2011). Di Indonesia, prevalensi penduduk laki-laki dewasa obesitas pada tahun 2013 sebanyak 19.7 persen dan prevalensi obesitas perempuan dewasa (>18 tahun) 32.9 persen, baik laki-laki mapun perempuan mengalami peningkatan dari Data Riskesdas 2010 (Riskesdas 2013). Beberapa penyebab terjadinya overweight dan obesitas ini dikarenakan adanya pergeseran pola makan seperti tingginya mengonsumsi gula dan kurangnya melakukan aktivitas fisik sehingga memicu terjadinya obesitas (Popkin 2011). Upaya penurunan berat badan dapat dilakukan dengan kombinasi diet, aktivitas fisik, dan perubahan gaya hidup (Manore 2012). Perbaikan status gizi dengan mengombinasikan olahraga dan diet merupakan kombinasi yang paling efektif dalam mengoptimalkan perbaikan status gizi. Hasil penelitian Koc (2011), pemberian latihan aerobik dengan teratur dapat meningkatkan HDL dalam darah dan menurunkan total kolesterol, LDL, trigliserida dalam darah. Salah satu latihan yang dapat membantu dalam pengelolaan profil lipid yaitu High Intensity Interval Training (HIIT). HIIT ini merupakan latihan kardio yang dapat meningkatkan kebugaran dan memelihara komposisi tubuh dengan durasi yang singkat namun dengan intensitas yang tinggi. Hasil penelitian O'Donovan et al. (2002), pemberian intervensi latihan HIIT dapat menurunkan total kolesterol dan kolesterol LDL. Manfaat HIIT lainnya yaitu dapat meningkatkan kolesterol HDL dan VO2max (O'Donovan et al. 2002; King et al. 2002). Latihan High Intensity Interval Training (HIIT) merupakan latihan kardio yang mengombinasikan latihan intensitas tinggi dengan intensitas sedang atau rendah dengan waktu atau interval tertentu. Hasil penelitian oleh Helgerud et al. (2007) membuktikan bahwa dampak latihan aerobik dengan intensitas dan metode yang berbeda mendapatkan hasil bahwa latihan High Intensity Interval Training (HIIT) terbukti efektif untuk meningkatkan kebugaran tubuh 6-8% (VO2max). Karakteristik latihan HIIT termasuk dalam latihan berat sehingga Excess of Post Exercise Oxygen Consumption (EPOC) akan meningkatkan lebih banyak pembakaran kalori sebesar 6-15% kalori selama latihan (Kravitz 2014). Mengonsumsi air yang cukup sangat direkomendasikan sebagai salah satu upaya yang dapat dilakukan dalam pemeliharaan tubuh dan mengontrol penurunan berat badan. Studi menunjukkan bahwa mengonsumsi air minum yang teratur memberikan rangsangan pada tingkat metabolisme, seperti proses thermogenesis (Boschmann et al. 2003). Hasil penelitian yang sama dilakukan oleh Stookey
2
(2007), menunjukkan bahwa mengonsumsi air putih berhubungan dengan upaya penurunan berat badan dan penurunan asupan kalori. Hasil penelitian oleh Muckelbauer (2009), dengan mengonsumsi air putih dalam jumlah dan batas aman pada anak-anak memiliki potensi sebagai upaya mengurangi risiko kegemukan. Hasil penelitian lain dilakukan pada subjek orang dewasa yang memiliki status gizi overweight dan obesitas dengan mengonsumsi air putih air 1-2 jam sebelum makan (makan siang dan makan malam) sebanyak 2 gelas (500 mL) dapat menurunkan berat badan (Stookey 2007; Tate et al. 2012). Sebagian besar hasil penelitian berfokus pada proses perbaikan status gizi dengan olaharaga dan diet khusus menghasilkan penurunan berat badan yang sementara. Untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh yang optimal perlunya motivasi dan berkelanjutan (sustainable) khususnya pada remaja yang overweight dan obesitas. Sampai saat ini masih sulit ditemukan cara efektif dalam mengatasi masalah overweight dan obesitas dengan pendekatan pengaturan pola makan dan aktivitas fisik dengan waktu yang singkat. Berdasarkan beberapa kajian mengenai aktivitas fisik dan konsumsi air putih maka peneliti tertarik untuk melakukan penelitian ini. dengan mengombinasikan intervensi air putih dan melakukan olahraga yaitu High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap profil lipid (HDL, LDL, Trigliserida dan Total Kolesterol). Perumusan Masalah Pemberian konsumsi air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) dapat memberikan perbaikan profil lipid dan indeks kebugaran kardiorespiratori pada remaja overweight. Kedua intervensi ini dapat dijadikan pilihan rekomendasi dalam memberikan perbaikan profil lipid darah (kolesterol total, kolesterol HDL, kolesterol LDL, dan trigliserida) dan indeks kebugaran kardiorespiratori. Intervensi ini akan mempengaruhi metabolisme energi dalam tubuh pada latihan dengan intensitas tinggi. Penelitian ini ingin mengetahui: pengaruh intervensi minum air putih dengan perubahan profil lipid dan indeks kebugaran kardiorespiratori remaja overweight; pengaruh intervensi High Intensity Interval Training (HIIT) dengan perubahan profil lipid dan indeks kebugaran kardiorespiratori remaja overweight; pengaruh kombinasi intervensi minum air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap perubahan profil lipid dan indeks kebugaran kardiorespiratori remaja overweight. Tujuan Penelitian Tujuan umum penelitian ini adalah untuk menganalisis pengaruh efikasi minum air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap perubahan profil lipid dan kebugaran kardiorespiratori remaja overweight. Tujuan khusus antara lain: 1) mengidentifikasi kebiasaan minum air, profil lipid, dan indeks kebugaran kardiorespiratori; 2) mengkaji perubahan status gizi (Indeks Massa Tubuh) dan komposisi tubuh sebelum dan sesudah intervensi; 3) mengkaji efikasi intervensi minum air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap perubahan profil lipid (total kolestrol, HDL, LDL, dan trigliserida); 4) mengkaji efikasi intervensi minum air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap perubahan indeks kebugaran kardiorespiratori.
3
Manfaat Penelitian Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi dan bukti mengenai manfaat dan keunggulan intervensi minum air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT) terhadap perubahan profil lipid dan indeks kebugaran pada remaja overweight. Selain itu, penelitian ini juga diharapkan dapat menjadi rekomendasi pilihan untuk perbaikan status gizi dan peningkatan kebugaran tubuh. Penelitian ini juga diharapakan dapat digunakan sebagai referensi bagi peneliti lain untuk melakukan penelitian lanjutan. Hipotesis H1= Terdapat perubahan profil lipid dan indeks kebugaran remaja overweight setelah efikasi minum air putih, HIIT (High Intensity Interval Training) dan kombinasi kedua efikasi tersebut. H0 = Tidak terjadi perubahan profil lipid dan indeks kebugaran remaja overweight setelah pemberian efikasi minum air putih, HIIT (High Intensity Interval Training) dan kombinasi kedua efikasi tersebut.
4
2 TINJAUAN PUSTAKA Masalah dan Pengukuran Gizi Lebih Masalah overweight dan obesitas merupakan masalah yang terjadi di seluruh dunia, hal ini didiskusikan pada Rome Declaration on Nutrition. Deklarasi ini memfokuskan beberapa masalah gizi termasuk overweight dan obesitas. Masalah overweight dan obesitas ini meningkat pada orang dewasa maupun remaja baik di negara maju maupun di negara berkembang (WHO). Kejadian overweight dan obesitas pada remaja terus meningkat setiap tahun. Masalah kelebihan berat badan (overweight dan obesitas) memiliki risiko terhadap berbagai penyakit degeneratif dan masalah ini merupakan masalah serius yang perlu untuk diatasi. Penelitian epidemiologi membuktikan terjadi peningkatan prevalensi overweight dan obesitas tidak hanya pada dewasa, namun pada remaja dan anak-anak tentu kejadian ini akan berdampak pada morbiditas. Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks masa tubuh (IMT) dapat dilihat di Tabel 1. Tabel 1 Klasifikasi status gizi berdasarkan indeks masa tubuh (IMT) Kategori BMI (kg/m2) Underweight < 18.5 Normal 18.5-22.9 Overweight > 23 At risk 23.0-24.9 Obese I 25.0-29.9 Obese II > 30.0 Sumber: WHO (2000)
Status gizi merupakan keadaan kesehatan tubuh seseorang atau sekelompok orang yang diakibatkan oleh konsumsi, penyerapan (absorbs) dan penggunaan (utilization) zat gizi makanan. Penilaian status gizi masyarakat dapat dilakukan secara langsung atau tidak langsung. Penilaian secara langsung antara lain dengan menilai pola makan, indikator biokimia (laboratorium), pengukuran antropometri dan mengamati gejala klinis (Gibson 2005). Persen lemak tubuh merupakan persentase lemak (%BF) yang digunakan untuk mengklasifikasikan tingkat kandungan lemak tubuh. Termasuk didalamnya semua lemak yang dapat diekstrak dari jaringan adiposa dan jaringan-jaringan lain. Pengukuran persen lemak tubuh dapat diukur dengan menggunakan alat yang disebut Body Fat Monitor. Hasil studi yang dilakukan oleh Flagel et al. (2012) menyatakan bahwa nilai IMT, waist circumference (WC) dan waist-stature ratio (WSR) merupakan indikator dalam penentuan persen lemak tubuh, akan tetapi ketiga indikator ini memiliki hubungan yang lebih dekat sesamanya jika dihubungkan dengan persen lemak tubuh. Pengukuran triceps merupakan indikator yang menentukan lemak tubuh. Di dalam tubuh, jaringan adiposa terletak pada bagian lipatan triceps, subskapuler, abdominal, panggul dan paha. Kondisi obesitas dapat diklasifikasikan jika pada laki-laki hasil pengukurannya sebesar > 18.6 mm dan perempuan sebesar > 25.1 mm. Pengukuran profil lipid darah meliputi kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida. Pengukuran profil lipoprotein ini dilakukan setelah subyek berpuasa
5
8- 12 jam. LDL merupakan pembawa kolesterol utama dalam darah. LDLKolesterol terbentuk dari pemecahan VLDL. Setelah LDL-Kolesterol terbentuk, 60% LDL dibawa oleh reseptor LDL menuju hati, adrenal dan jaringan lainnya. Nilai trigliserida dikaitkan dengan faktor resiko lain seperti intolerans glukosa, hipertensi, rendahnya kadar HDL-kolesterol dan tingginya kadar LDL-kolesterol, yang memiliki hubungan dengan sindrom metabolik. Kadar trigliserida dapat diturunkan dengan adanya latihan aerobik intensitas sedang setelah melakukan latihan kekuatan (Dure 2008). Faktor-faktor yang mempengaruhi terhadap perubahan nilai profil lipid darah yaitu usia, genetik, hormon, berat badan, kebiasaan aktivitas fisik, diet, dan berbagai penyakit (Mahan dan Escoot-Stump 2008). Kadar kolesterol dalam darah dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu usia, diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol, genetik, hormon, berat badan, tingkat aktivitas fisik dan penyakit lain (Mahan dan Escott-Stump 2008). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Gizi Lebih Overweight dan obesitas terjadi akibat adanya ketidakseimbangan energi. Berat badan akan dapat normal jika jumlah kalori yang dikonsumsi sama jumlahnya dengan kalori yang gunakan untuk aktivitas fisik. Namun, jika yang dikonsumsi lebih banyak maka sangat berpotensi terjadi overweight dan obesitas. Obesitas disebabkan karena adanya penumpukan adipose (jaringan lemak) secara berlebihan, sehingga berakibat memiliki berat badan yang lebih berat dibandingkan idealnya. Faktor-faktor yang mempengaruhi overweight dan obesitas yaitu, faktor genetik, kurangnya melakukan aktivitas fisik, faktor lingkungan, dan gaya hidup. Faktor genetik merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi overweight dan obesitas. Berbagai hasil penelitian membuktikan terdapat hubungan yang signifikan antara obesitas dan genetik. Hal ini terjadi ketika seorang ibu obesitas yang sedang hamil sehingga memiliki unsur sel lemak yang berjumlah besar dan melebihi ukuran normal maka akan diwariskan kepada sang bayi selama dalam kandungan (Herring et al. 2014). Kurangnya melakukan aktivitas fisik merupakan salah satu penyebab terjadinya obesitas. Hasil Riskesdas (2013), kondisi masyarakat Indonesia tergolong aktivitas fisik tergolong kurang aktif sebesar 26.1%. Hasil kajian oleh Vandenbroeck et al. (2007) terdapat faktor-faktor yang mempengaruhi kejadian masalah obesitas yaitu, produksi pangan, konsumsi pangan, biologi, aktivitas individu, lingkungan, dan gaya hidup. Intervensi Air Putih Air merupakan kebutuhan vital yang merupakan komponen utama dalam tubuh manusia. Rata-rata 50-60% berat tubuh terdiri dari air. Air berperan dalam dalam pembentukan cairan tubuh seperti darah, cairan lambung, hormon, enzim dan lainya. Di dalam otot, air berperan menjaga tonus (kekecangan) otot sehingga mampu berkontraksi. Secara langsung maupun tidak langsung air memiliki peran terhadap pengaturan berat badan. Pada tahun 2003, sebuah penelitian minum air putih (plain water) dilakukan
6
untuk menguji hipotesis bahwa stimulus simpatik yang diberikan oleh air putih bisa meningkatkankan tingkat metabolisme (thermogenesis). Hasil studi ini mendapatkan hasil bahwa mengonsumsi air putih sebanyak 500 mL air dapat meningkat tingkat metabolisme sebesar 30% pada laki-laki dan perempuan. Peningkatan ditingkat metabolisme terlihat dalam 10 menit setelah selesai mengosumsi dan mencapai maksimum pada waktu 30-40 menit setelah minum air putih, terlihat efek yang berkelanjutan dalam waktu satu jam lebih. Berdasarkan hasil pengukuran ini, diperkirakan mengonsumsi air putih menambah pengeluaran energi harian sekitar 200 Kj. Meskipun kosep water-induced thermogenesis masih dalam kontroversi tapi mengonsumsi air putih yang cukup direkomendasikan sebagai salah satu upaya dalam mengontrol berat badan (Vij dan Joshi 2013). Kebutuhan air bagi orang yang mengalami obesitas sebaiknya 2 gelas lebih banyak dibandingkan kondisi normal. Hal ini didasarkan pada penelitian yang menunjukkan bahwa asupan air yang lebih banyak meningkatkan oksidasi (pembakaran lemak). Selain itu perlu diperhatikan cara mengonsumsi dan jenis air minum yang dipilih. Berdasarkan penelitian klinis pada orang dewasa gemuk, minum 2 gelas air 1-2 jam sebelum makan (makan siang dan makan malam) dapat menurunkan berat badan. Jenis minuman yang sesuai adalah air putih dan menghindari minuman yang mengandung gula atau minuman manis (Dennis 2009). Namun, perlu diketahui juga terdapat beberapa faktor perancu yang memengaruhi penurunan berat badan yaitu asupan makanan, aktivitas fisik, pengetahuan gizi, dan asupan gula. High Intensity Interval Training (HIIT) Latihan High Intensity Interval Training (HIIT) merupakan latihan kardio yang mengombinasikan latihan intensitas tinggi dengan intensitas sedang atau rendah dengan waktu atau interval tertentu, rata-rata menghabiskan waktu sekitar 4 sampai 6 menit. Latihan HIIT lebih disukai dan digemari karena alasanya yaitu 1) lebih cepat meningkatkan kebugaran, 2) waktu yang dibutuhkan relatif cepat, 3) lebih menyenangkan dalam melakukanya (Garzon dan Mohr 2013). Latihan high intensity interval training termasuk latihan yang memerlukan energi yang cukup tinggi. Kondisi ini tentunya membuat tubuh mencari sumber energi yang dapat digunakan. Sumber energi yang dapat digunakan, seperti ATP, PCr, anaerobik glycogenolysis dan glikolisis. HIIT atau high intensity interval training yaitu latihan fisik yang dimodifikasi bagi individu yang mempunyai tingkatan kebugaran yang berbeda dan kondisi khusus yaitu kegemukan dan diabetesi. Hasil penelitian oleh Hamed dan Raoof (2014), latihan HIIT efektif untuk menurunkan cidera dan glucose tolerance pada wanita obes yang mengalami diabetes. Proses dari HIIT merupakan proses pembakaran kalori yang lebih banyak dibandingkan dengan aktivitas fisik lainnya, khususnya setelah latihan. Setelah periode latihan yang disebut “EPOC” yang merupakan kondisi kelebihan oksigen setelah latihan. Massa ini berlangsung selama 2 jam setelah latihan dimana tubuh menyimpan kembali energi dan menggunakannya lebih banyak. Karena latihan HIIT yang secara alami sangat berat, EPOC menekan lebih banyak hingga 6-15% lebih kalori (energy expenditure) yang dikeluarkan selama latihan (Kravitz 2014). Dapat dilihat pada Gambar 1 mengenai sumber energi utama selama latihan HIIT.
7
Sumber: McLaren D dan Morton J (2002)
Gambar 1 Sumber energi utama selama latihan HIIT Penelitian oleh Helgerud et al. (2007) yang melihat dampak latihan aerobik pada intensitas dan metode yang berbeda mendapatkan hasil bahwa latihan high intensity interval training (HIIT) terbukti efektif untuk meningkatkan kebugaran tubuh 6-8% (VO2max). Latihan HIIT selama 15 minggu juga berhasil menurunkan lemak pada bagian abdominal pada wanita muda (Trapp et al. 2007). Hasil postif lain dalam melakukan HIIT yaitu dapat menurunkan oksidasi lemak dalam tubuh, dan juga menurunkan kadar asam laktat setelah melakukan High Intensity Interval Training (HIIT) (Alkahtani et al. 2013). Prioritas dalam memulai latihan HIIT harus disesuaikan dengan kondisi dan tujuan. Setiap individu mengharapkan perbaikan tingkat atau level fitness (kebugaran). Perbaikan level fitness merupakan latihan dengan konsisten yang didapatkan dari training aerobic (3-5 kali per minggu selama 20-60 menit per sesi dengan intensitas tinggi), beberapa minggu akan menghasilkan adaptasi otot yang akan memperbaiki transportasi oksigen ke otot. Penetapan perkiraan bentuk latihan dan kekuatan otot adalah penting sebelum melakukan latihan HIIT secara regular untuk dapat menurunkan risiko kesakitan sistem otot (Kravitz 2014). Dalam pengelolaan status gizi perlunya mengombinasikan antara diet dan aktivitas fisik sehingga mencapai hasil yang maksimal, dapat dilihat di bawah ini Gambar 2 Perubahan berat badan dalam kombinasi diet dan latihan.
8
Keterangan: FM : Fat mass FFM : Fat free mass Sumber: Fogelholm M (2015)
Gambar 2 Perubahan berat badan dalam kombinasi diet dan latihan. Kebugaran Fisik Kebugaran fisik merupakan salah satu indikator yang dapat menentukan derajat kesehatan tubuh. Kebugaran jasmani atau kebugaran fisik merupakan kemampuan tubuh seseorang untuk melakukan tugas dan pekerjaan sehari-hari, kegiatan rekreasi atau kegiatan lainnya yang bersifat mendadak tanpa mengalami kelelahan yang berarti. The American College of Sports Medicine merekomendasikan latihan selama 30-45 menit selama 3 hari dalam seminggu akan menjaga kebugaran dan kesehatan tubuh. Menurut The American Alliance for Health, Physical, Education Recreation and Dance (AAHPERD) mengkategorikan kebugaran menjadi dua kategori. Klasifikasi kebugarannya meliputi kebugaran berhubungan dengan kesehatan dan kebugaran berhubungan dengan keterampilan. Unsur-unsur kebugaran tubuh yang berkaitan antara satu dengan yang lainnya yaitu terdiri dari kemampuan daya tahan, kekuatan, kecepatan, dan kelentukan. Pengukuran daya tahan kardiorespiratori dapat dilakukan dengan mengukur aspek denyut nadi dan tekanan darah. Faktor-faktor fisiologis yang memengaruhi kemampuan daya tahan kardiovaskuler antara lain yaitu keturunan, usia, jenis kelamin dan juga aktivitas fisik yang saling memengaruhi dan berhubungan antara satu dengan lainnya. Istilah kemampuan kekuatan merupakan kekuatan otot yang menggambarkan kemampuan maksimal yang dihasilkan oleh otot atau sekelompok otot terhadap suatu tahanan atau beban. Komponen kedua, yaitu kecepatan didefinisikan sebagai kemampuan untuk melakukan gerakan secara berturut-turut dalam waktu sesingkat-singkatnya. Komponen ketiga kelentukan, istilah ini dedifinisikan sebagai bagian dari latihan kerangka (skelet) khususnya
9
latihan untuk memperluas pergerakan persendian. Komponen terakhir yaitu komposisi tubuh, merupakan kemampuan seseorang dalam melakukan olahraga. Keseluruhan komponen kebugaran ini, memberikan manfaat kebugaran tubuh, mengembangkan kecepatan, koordinasi dan meningkatkan kelincahan. Indeks kebugaran seseorang dapat diketahui melalui serangkaian pemeriksaan fisik, tes kebugaran digunakan untuk indikator kuantitatif yang menggambarkan sejauh mana kualitas fisik. Penentuan tes kebugaran fisik dipilih berdasarkan tujuan dan kemampuan dilakukan. Salah satu cara pengukuran kebugaran fisik (physical fitness: cardiorespiratory) dapat diukur dengan indeks kebugaran fisik menggunakan modifikasi Harvard Steps (jarak 40 cm). Dapat dlihat dibawah ini cara menghitung indeks kebugaran. Indeks Kebugaran = Lama latihan (detik) x 100 2 (denyut nadi 1+2+3) Keterangan: Denyut nadi 1 : 1 menit setelah latihan Denyut nadi 2 : 3 menit setelah latihan Denyut nadi 3 : 5 menit setelah latihan Harvard step test, berikut standar indeks kebugaran : a. 90-atas : baik sekali : baik b. 80-89 c. 65-79 : sedang d. 55-64 : kurang e. 0-54 : kurang sekali
10
3 KERANGKA PEMIKIRAN Karakteristik sampel terdiri dari jenis kelamin, umur, alokasi uang makan, berat badan, tinggi badan, dan riwayat penyakit. Pengukruan status gizi terdiri dari Indeks Massa Tubuh (IMT) dan profil lipid (HDL, LDL, trigliesrida dan total kolesterol). Beberapa variabel yang diduga memiliki hubungan dengan variabel penelitian, terdiri dari asupan makanan, kebiasaan olahraga, kebiasaan konsumsi air putih, dan infeksi. Dalam penelitian ini, penyakit infeksi tidak dianalisis secara khusus. Kemudian intervensi ini terbagi menjadi 2 kelompok, intervensi HIIT ini dilakukan 3 kali seminggu selama 16 menit yang terdiri dari 4 gerakan utama HIIT. Kelompok intervensi air putih dikonsumsi sebanyak 600 mL, 1-2 jam sebelum makan pagi, siang dan malam. Intervensi ini dilakukan selama 2 bulan. Setelah 2 bulan intervensi, dianalisis kembali kebugaran tubuh dan profil lipid setelah intervensi. Pengaturan pola makan dapat berdampak pada kejadian obesitas. Kemudian, overweight maupun obesitas dapat diperbaiki dengan rutin melakukan aktivitas fisik maupun pengaturan pola makan. Kombinasi antara aktivitas fisik dan diet merupakan kombinasi yang paling efektif dalam pengaturan status gizi. Dalam penelitian ini, HIIIT merupakan kegiatan aktivitas fisik dan pengaturan konsumsi air putih merupakan diet. Sehingga, diharapkan setelah dilakukan penelitian ini dapat memperbaiki status gizi meliputi perubahan berat badan dan profil lipid yang lebih baik. Dapat dilihat dibawah ini Gambar 4 mengenai kerangka pemikiran intervensi.
Diet
Intervensi Air Putih
Overweight dan Obesitas
Perubahan Berat Badan
High Intensity Interval Training (HIIT)
Perubahan Profil Lipid
Gambar 4 Kerangka pemikiran intervensi
11
4 METODE Desain, Tempat, dan Waktu Desain penelitian ini adalah pre-post experimental study dengan 3 kelompok perlakuan. Kelompok 1 mendapat intervensi berupa efikasi minum air putih, kelompok 2 mendapatkan efikasi high intensity interval training (HIIT), kelompok 3 mendapatkan efikasi minum air putih dan high intensity interval training (HIIT). Penelitian ini dilakukan pada Bulan Oktober 2014 sampai Bulan Juni 2015. Tempat yang digunakan dalam penelitian ini yaitu laboratorium penilaian status gizi dan gizi olahraga, Departemen Gizi Masyarakat, Institut Pertanian Bogor. Perizinan komisi etik (ethical clearance) pada penelitian ini didapat dari komisi etik Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia No: 527/UN2.F1/ETIK/2015 (Lampiran 2). Jumlah dan Cara Penarikan Subjek Populasi dalam penelitian ini adalah remaja (usia 18-23 tahun) yang berstatus sebagai mahasiswa Departemen Gizi Masyarakat Angkatan 49. Pemilihan subjek dilakukan dengan melakukan screening berdasarkan berat badan dan tinggi badan tang dipilih secara random. Subjek penelitian adalah mahasiswa yang memiliki IMT ≥23 kg/m2 atau overweight, bersedia mengikuti studi (menandatangani informed consent) dan memenuhi kriteria inkulsi dan ekslusi. Pemilihan subjek ini berdasarkan kriteria inklusi dan ekslusi. Kriteria inklusi yaitu usia 18-23 tahun, memiliki IMT ≥23 kg/m2, tidak menderita penyakit kronis dan tidak merokok, sedangkan kriteria eksklusinya yaitu sedang mengonsumsi obat atau suplemen penurun berat badan, hamil, dan mengalami penyakit kronis. Penentuan jumlah subjek minimal dihitung berdasarkan asumsi bahwa nilai α= 5% (Zα=1.96), kekuatan uji= 90% (Zβ=1.28), simpangan baku sebesar (σ=3.28), perubahan status gizi setelah (2.20 kg/m2). Perhitungan untuk jumlah subjek sebagai berikut. n > 2 Sd2 (Z +Z )2 ; n > 9 subjek ∆2 Keterangan: n = Jumlah subjek minimal Zα = 1.96 (α= 5%) Zβ = 0.84 (β= 10%), power of test = 80% 2 S = Standar deviasi (3.28) ∆2 = 2.20 (Kelley 2012) Pengelompokan subjek dilakukan dengan random sampling. Jumlah subjek yang telah didapat harus ditambahkan sebanyak 10% untuk mempertimbangkan adanya subjek yang drop out, sehingga diperoleh jumlah subjek minimal untuk setiap kelompok adalah 10 orang/kelompok. Pada penelitian ini dibutuhkan 3 kelompok perlakuan. Sehingga, jumlah keseluruhan subjek yang dibutuhkan adalah 30 orang. Saat penelitian ini berlangsung, subjek yang dapat
12
menyelesaikan intervensi berjumlah 27 orang, sebanyak 3 orang tidak dapat melanjutkan intervensi karena alasan kesehatan. Dapat dilihat di bawah Gambar 3 diagram pengambilan subjek berdasarkan kelompok intervensi. Populasi (Mahasiswa GM49)
Subjek dengan gizi lebih (overweight dan obesitas)
Total subjek n = 30
Air putih n = 10
HIIT n = 10
Air putih + HIIT n = 10
Baseline dan Endline di ukur BB &TB, IMT, Tekanan darah, Denyut nadi, Kolesterol total, HDL, LDL, Trigliserida (intervensi selama 2 bulan) Gambar 3 Diagram pengelompokan subjek berdasarkan kelompok intervensi Pelaksanaan Intervensi Intervensi dilakukan dengan dua perlakuan, intervensi minum air putih dan High Intensity Interval Training (HIIT). Intervensi ini dilakukan selama dua bulan. Intervensi minum air putih diberikan dengan mengatur pola konsumsi air putih selama sehari, dengan mengonsumsi sejumlah 3 botol (1.8 L). Kemudian, intervensi High Intensity Interval Training (HIIT) ini dilakukan sebanyak 3 kali/seminggu dengan gerakan yang terstandar. Intervensi minum air putih diberikan dengan pengaturan, sebelum sarapan sebanyak satu botol (600 mL), sebelum makan siang satu botol (600 mL), dan sebelum makan malam satu botol (600 mL), dalam sehari subjek mengonsumsi 3 botol. Sehingga selama intervensi, subjek mengonsumsi air sebanyak 1.8 L/hari dengan perkiraan menghabiskan 84 botol/bulan/subjek. Distribusi pemberian air putih dilakukan setiap hari sebelum atau sesudah kuliah. Intervensi High Intensity Interval Training (HIIT) menggunakan video recorder sehingga subjek bisa dengan mudah mengikuti gerakan HIIT. Intervensi
13
ini dilakukan sebanyak 3 kali/seminggu dengan durasi latihan 16 menit, mengenai waktu dalam melakukan intervensi ini disepakati subjek penelitian yaitu pada waktu sore atau pagi hari. Gerakan high intensity interval training (HIIT) ini terbagi atas 3 bagian, yaitu warm up cardio, body weight HIIT workout, dan quick cool down stretch. Gerakan high intensity interval training (HIIT) dapat dilihat pada Tabel 2 dibawah ini: Tabel 2 Gerakan High Intensity Interval Training (HIIT) Bagian Pemanasan
High Intensity Interval Training (HIIT)
Gerakan Gerakan kepala, merenggangkan dan melentukkan kepala, tangan, kaki. Broad jump + 2 jacks Pop squats
Manfaat Mengurangi cidera sebelum melakukan HIIT
20 detik/gerakan sebanyak 4 kali, 10 detik istirahat 20 detik/gerakan sebanyak 4 kali, 10 detik istirahat
Meningkatkan daya tahan cardiovaskular Memerbaiki kebugaran aerobik dan non aerobik Memperbaiki lemak abdominal dan berat badan sehingga menjadi massa otot Meningkatkan daya tahan kardiorespiratori Memperbaiki kebugaran aerobik dan non aerobik Merenggangkan dan membuat otot-otot menjadi lebih rileks
Barpees + kicks
20 detik/gerakan sebanyak 4 kali, 10 detik istirahat
3 Switch foot jumps
20 detik/gerakan sebanyak 4 kali, 10 detik istirahat 20 detik/gerakan sebanyak 4 kali, 10 detik istirahat
Squat jump slides
Pendinginan
Durasi Masing-masing gerakan selama 30 detik
Gerakan kepala, merenggangkan dan melentukkan kepala, tangan, kaki
Masing-masing gerakan selama 20 detik
(Kravits 2014) Intervensi minum air putih dilakukan setiap hari dan kelompok intervensi High Intensity Interval Training (HIIT) dilakukan 3 kali/minggu. Dalam upaya menjaga kepatuhan dalam intervensi dilakukan pengawasan oleh peneliti dengan memonitoring, pengisian form kepatuhan, dan memotivasi subjek supaya dapat terus mengikuti penelitian ini. Jenis dan Cara Pengumpulan Data Jenis data yang dikumpulkan pada penelitian ini berupa data primer. Data dikumpulkan melalui tiga cara yaitu dengan yaitu dengan wawancara langsung, pengukuran langsung dan pemeriksaan laboratorium yang dilakukan oleh dokter. Data yang dikumpulkan selama pelaksanaan penelitian meliputi karakteristik subjek, status gizi antropometri dan biokimia, kebiasaan konsumsi air putih, konsumsi pangan, konsumsi minuman, aktivitas fisik, dan kebugaran tubuh. Kuesioner penelitian dapat dilihat pada Lampiran 1. Dapat dilihat Tabel 3 dibawah ini mengenai variabel, data, metode, dan waktu dalam penelitian.
14
Tabel 3 Variabel, data, metode, dan waktu dalam penelitian No 1
Variabel Karakteristik subjek
Data Jenis kelamin, berat badan, tinggi badan, bentuk tubuh, jumlah uang saku, alokasi uang makan, kebiasaan sarapan Berat badan, tinggi badan, IMT
Metode Wawancara dengan kuesioner
Waktu Sebelum intervensi
2
Status Gizi Antropometri
Wawancara dan pengukuran langsung
Status Gizi Biokima
Profil lipid lengkap (kolesterol total, HDL, LDL, dan trigleserida)
Laboratorium
4
Komposisi tubuh
Percent body fat, total body water
Body Composition Analyze
5
Kebiasaan olahraga Kebiasaan konsumsi air putih
Jenis olahraga, frekuensi olahraga / minggu, durasi olahraga / kali Kebiasaan minum air putih sebelum dan sesudah bangun tidur, makan, dan olahraga Interval waktu minum air putih sebelum dan sesudah makan Jumlah air putih yang dikonsumsi/gelas Jumlah yang dikonsumsi (URT/gram), frekuensi makan per hari, minggu, dan bulan
Wawancara dengan kuesioner Wawancara dengan kuesioner
Sebelum dan sesudah intervensi Sebelum dan sesudah intervensi Sebelum dan sesudah intervensi Sebelum intervensi Sebelum intervensi
3
6
7
Konsumsi pangan
Semi food frequency questionaire (FFQ)
8
Konsumsi minuman
Jenis minuman, jumlah yang dikonsumsi (URT/ml),
Wawancara dengan kuesioner
9
Aktivitas fisik (2x24 jam)
Aktivitas fisik hari kuliah dan hari libur
Record aktivitas fisik dan wawancara
10
Indeks kebugaran
Data kebugaran kardiorespiratori tubuh (VO2max)
Menggunakan test Harvard (jarak 40 cm) modifikasi.
Sebelum, selama dan sesudah intervensi Sebelum intervensi dan sesudah intervensi Sebelum dan sesudah intervensi Sebelum dan sesudah intervensi
Pengolahan dan Analisis Data Pengolahan data Pengolahan data dilakukan dengan entry, coding, editing, dan cleaning setelah mendapatkan data. Analisis data dilakukan secara bertahap dari data kuesioner sampai data siap untuk dianalisis. Hasil pengolahan data selanjutnya dianalisis secara deskriptif dan statistik. Selanjutnya, data diolah dan dianalisis menggunakan program komputer Microsoft Excell 2013 dan SPSS versi 21.0 for windows. Data karakteristik subjek dikumpulkan melalui pengisian kuesioner meliputi usia, jenis kelamin, bentuk tubuh, kebiasaan sarapan, tingkat stress, pola tidur, kebiasaan olahraga, kebiasaan konsumsi air putih, konsumsi zat gizi, dan aktivitas fisik. Kemudian, pengukuran langsung meliputi antropometri dengan IMT (kg/m2) menggunakan timbangan berat badan dan microtoice, profil lipid melalui pembuluh darah vena, tekanan darah menggunakan tensiometer, dan denyut nadi menggunakan alat ukur nadi, profil lipid dan indeks kebugaran.
15
Pengukuran status biokimia yang dilakukan pada penelitian ini menggunakan pemeriksaan profil lipid darah yaitu total kolesterol, HDL, LDL dan trigliserida. Sehari sebelum pelaksanaan tes, subjek diminta untuk menjalani puasa antara 10-12 jam, dengan tetap boleh minum air putih kemudian dilakukan pengambilan darah secara serentak antara jam 07.00-08.00, selanjutnya darah dibawa ke laboratorium dan kemudian didapat parameter dari pengukuran total kolesterol, kolesterol HDL, kolesterol LDL dan trigliserida. Dapat dilihat pada Tabel 4 di bawah ini nilai normal profil lipid darah. Tabel 4 Nilai normal profil lipid darah Profil lipid Kolesterol total Kolesterol LDL Kolesterol HDL Trigliserida
Nilai normal <200 mg/dL <100 mg/dL >40 mg/dL <150 mg/dL
Sumber: American Heart Association (2011)
Besarnya aktivitas fisik yang dilakukan seseorang selama 24 jam dinyatakan dalam physical activity level (PAL) atau tingkat aktivitas fisik. PAL merupakan besarnya energi yang dikeluarkan (Kal) per kilogram berat badan dalam 24 jam. Rumus perhitungan PAL dapat dilihat di bawah ini: PAL = (PAR x Wi) 24 jam
Keterangan: PAL : Physical activity level (tingkat aktivitas fisik) PARi : Physical activity rate dari masing-masing aktivitas (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis aktivitas per jam) Wi : Alokasi waktu tiap aktivitas Nilai PAL dari hasil perhitungan menggunakan nilai PAR kemudian dikategorikan untuk mengatahui kategori aktivitas fisiknya termasuk ringan, sedang, atau berat. Keterangan: PAL adalah Physical Activity Level (tingkat aktivitas fisik) dan PAR adalah Physical Activity Ratio (jumlah energi yang dikeluarkan untuk tiap jenis kegiatan per satuan waktu tertentu). Selanjutnya tingkat aktivitas fisik dikategorikan sebagai berikut: ringan dengan nilai PAL 1.40–1.69, sedang dengan nilai PAL 1.70-1.99, dan berat dengan nilai PAL 2.002.40 (FAO/WHO/UNU 2001). Data konsumsi dari Food Frequency Questionaire (FFQ) direkap untuk diidentifikasi berbagai jenis, ukuran dan frekuensi pangan yang telah dikonsumsi oleh subjek. Data jenis pangan yang telah berhasil diidentifikasi kemudian dikonversi ke dalam zat gizi. Kemudian, tingkat kecukupan energi dan protein subjek dihitung dengan membandingkan antara asupan energi dan protein dengan kebutuhan masing-masing subjek. Selanjutnya akan dilihat tingkat kecukupan energi dan zat gizi dengan kategori yang dapat dilihat pada Tabel 5.
16
Tabel 5 Kategori tingkat kecukupan energi dan zat gizi Kategori Energi dan Protein
a. b. c. d. e.
Persentase (%) Defisit berat (< 70 %) Defisit sedang (70-79 % AKG) Defisit ringan (80-89 % AKG) Normal (90-119 % AKG) Kelebihan (≥ 120% AKG)
Sumber: Kemenkes (2005)
Penentuan nilai indeks kebugaran dinilai menggunakan formula (Khodapur et al. 2012) sebagai berikut: Indeks kebugaran = lama latihan dalam detik x 100 2 (denyut nadi 1+2+3) Standar indeks kebugaran tubuh dengan menggunakan Harvards Step Test dapat dilihat pada Tabel 6. Tabel 6 Kategori nilai indeks kebugaran Kategori Baik sekali Baik Sedang Kurang Kurang sekali
Nilai 90- atas 80-89 65-79 55-64 0-54
Sumber: Khodapur et al. (2012) Analisis data Analisa data dilakukan secara bertahap mulai dari data yang terkumpul di lapangan maupun data kuesioner sampai data siap untuk dianalisis. Data yang terkumpul di lapangan dan juga melalui kuesioner kemudian melalui tahapan editing, coding dan entry. Untuk mengetahui sebaran data secara deskriptif menggunakan analisis univariat. Kemudian seluruh data rasio dari variable konsumsi, aktivitas fisik, status gizi dan juga kebugaran antara sebelum dan sesudah perlakuan diuji dengan menggunakan uji skala data yang digunakan paired sample t-test untuk melihan pengaruh sebelum dan sesudah perlakuan. Kemudian, analisis selanjutnya menggunakan analisis ANOVA (analysis of variate) untuk membandingkan perbedaan rata-rata variabel bebas dan terikat dua atau lebih kelompok baik sebelum maupun sesudah perlakuan dilanjutkan dengan Uji Duncan pada variabel yang signifikan.
17
5 DEFINISI OPERASIONAL Intervensi air merupakan pemberian air putih sebanyak 600 mL yang dikonsumsi 1-2 jam sebelum makan pagi, siang dan malam. High Intensity Interval Training (HIIT) merupakan jenis latihan kardio yang mengombinasikan latihan intensitas tinggi dengan intensitas sedang atau rendah dengan waktu atau interval tertentu. Profil lipid merupakan pengukuran profil lipid darah meliputi kolesterol total, LDL, HDL, dan trigliserida. Kebugaran kardiorespiratori merupakan pengukuran tingkat kebugaran tubuh menggunakan harvard step test. Overweight dan obesitas merupakan mahasiswa yang memiliki IMT > 23 kg/m2. Aktivitas fisik merupakan mengukuran tingkat aktivits fisik yang diukur menggunakan Physical Activity Level (PAL) sebelum dan sesudah intevensi. Kebiasaan konsumsi minuman air putih merupakan kebiasaan konsumsi air putih sebelum dan sesudah bangun tidur, olahraga, interval, jumlah yang dikonsumsi dan saat makan. Kebiasaan olahraga merupakan jenis, frekuensi, dan durasi olahraga selama 1 bulan terakhir.
18
6 HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik Subjek Subjek yang mengikuti penelitian ini berjumlah 27 orang dengan kisaran umur 17-19 tahun. Subjek terbagi menjadi tiga kelompok berdasarkan intervensi yang diberikan, yaitu konsumsi air putih (DA), High Intensity Interval Training (HIIT), dan kombinasi antara konsumsi air putih dengan HIIT (DA+HIIT). Ratarata umur pada kelompok DA adalah 19.9 ± 0.6 tahun, pada kelompok HIIT ratarata berumur 19.8 ± 0.4 tahun, dan pada kelompok DA+HIIT rata-rata berumur 19.5 ± 0.9 tahun. Berdasarkan rata-rata uang saku pada kelompok DA, HIIT dan DA+HIIT, berturut-turut yaitu Rp 1.522.200 ± 1.712.200, Rp 920.000 ± 265.800, dan Rp 1.120.000 ± 349.000. Karakteristik subjek menurut kelompok perlakuan dapat dilihat pada Tabel 7. Tabel 7 Karakteristik subjek menurut kelompok perlakuan1 Kelompok Karakteristik p DA HIIT DA+ HIIT (n=9) (n=9) (n=9) Umur (Tahun) 19.9 ± 0.6 a 19.8 ± 0.4 a 19.5 ± 0.9 a 0.170 Uang Saku (Rp/bulan) 1 522 200 ± 920 000 ± 1 120 000 0.065 1 712 200 a 265 800 a ± 349 000 a Alokasi pangan 811 000 ± 510 000 ± 600 000 ± 0.140 a a a (Rp/bulan) 840 600 171 200 278 800 a. x ± Sd b. Pada baris yang sama, angka dengan huruf yang tidak sama menunjukkan perbedaan nyata antar kelompok perlakuan (Uji Anova, p<0.05) Alokasi pangan rata-rata sebanyak 50% dari uang saku yang didapat, yaitu kelompok DA sebesar Rp 811.000 ± 840.600, kelompok HIIT sebesar Rp 510.000 ± 171.200 dan kelompok DA+HIIT sebesar Rp 600.000 ± 278.800. Berdasarkan uji ANOVA tidak terdapat perbedaan yang nyata antar kelompok perlakuan. Jumlah Asupan Minum dan Jenis Minuman Jenis minuman dan jumlah asupan air yang dianalisis dalam penilitian ini yaitu, air putih, minuman berkarbonasi, minuman elektrolit, kopi dan teh, jus atau sari buah, dan susu. Rata-rata konsumsi air putih kelompok DA sebesar 2300 ± 737 mL, kelompok HIIT sebesar 1752 ± 791 mL dan kelompok DA+HIIT sebesar 2500 ± 719 mL. Rata-rata konsumsi dan asupan energi minuman karbonasi kelompok DA sebesar 183 ± 173 mL dan 80 ± 77 kkal, kelompok HIIT sebesar 94 ± 69 mL dan 231 ± 159 kkal, dan kelompok DA+HIIT sebesar 99 ± 73 mL dan 231 ± 159 kkal. Konsumsi energi dari minuman dapat dikatakan tinggi apabila energi yang didapat dari minuman mencapai >300 kkal. Dalam penelitian ini, rata-rata asupan energi dari minuman yang paling tinggi yaitu kelompok DA+HIIT (328 ± 156 kkal), DA (291.6 ± 143 kkal) dan HIIT (303 ± 101 kkal). Berdasarkan hasil penelitian lain selama 18 minggu dengan desain double blind experimental didapatkan hasil bahwa anak-anak yang diberikan minuman manis mengalami kenaikan berat badan >1 kg dan juga menyebabkan dampak negatif dari
19
mengonsumsi minuman manis yaitu membuat karies gigi dan erosi gigi (De Ruyter et al. 2012). Jumlah konsumsi dan asupan energi berdasarkan jenis minuman yang dikonsumsi dapat dilihat pada Tabel 8. Tabel 8 Jumlah asupan air dan asupan energi dari minuman menurut kelompok perlakuan
Jenis Minuman
Air putih Minuman berkarbonasi Minuman elektrolit Kopi dan Teh Jus/sari buah Susu Total
Jumlah asupan air (ml) dan energi dari minuman DA HIIT DA + HIIT Asupan Asupan Asupan Asupan Asupan Asupan energi energi energi Air Air Air minuman minuman minuman (mL) (mL) (mL) (kkal) (kkal) (kkal) 2297 ± 1752 ± 2500 ± 0 0 0 737 791 719 183 ± 231 ± 231 ± 80 ± 77 94 ± 69 99 ± 73 173 159 159 244 ± 255 ± 220 ± 54 ± 54.2 62.7 ± 56 69.0 ± 60 187 195 170 110 ± 95 ± 175 ± 117 ± 55 ± 72.6 60 ± 84 142 125 170 126 100 ± 120 ± 60 ± 29 ± 41.7 42.7 ± 44 35 ± 19.7 61.2 63.2 84.3 127 ± 62.2 ± 105 ± 33.6 ± 80 29.3 ± 148 64.7 43.7 40.7 ±71.4 37.9 3063 ± 2558 ± 291.6 3262 ± 303 ± 101 328 ±156 798 737.3 ±143 635
p
0.188 0.743 0.984 0.681 0.327 0.527
Upaya perbaikan status gizi dapat pula menggunakan pengaturan konsumsi makanan dan minuman. Salah satu minuman yang bisa menurunkan berat badan adalah pemberian teh hijau. Kandungan antioksidan yang cukup tinggi dalam kandungannya merupakan salah satu manfaat konsumsi teh hijau. Namun, sebagian besar subjek dalam penelitian ini mengonsumsi teh instant yang memiliki kandungan gula yang cukup tinggi. Penelitian oleh Zare dan Sarvestani (2012) dalam upaya penurunan berat badan melalui kombinasi olahraga dan konsumsi teh hijau selama 2 minggu mendapatkan hasil bahwa intervensi tersebut dapat memberikan efek penurunan berat badan pada orang obesitas. Asupan dan Tingkat Kecukupan Zat Gizi Latihan high intensity interval training termasuk latihan yang memerlukan energi yang cukup tinggi sehingga membuat tubuh mencari sumber energi yang dapat digunakan seperti ATP, sistem PCr, anaerobik glycogenolysis dan glikolisis. Asupan energi pada kelompok DA sebesar 1964 ± 527 kkal, kelompok HIIT sebesar 1933 ± 248 kkal dan kelompok DA+HIIT sebesar 2002 ± 563 kkal. Asupan protein pada kelompok sebesar 52.4 ± 15.1 g, kelompok HIIT sebesar 50.5 ± 14.6 kg dan kelompok DA+HIIT sebesar 46.2 ± 12.5 kg. Dapat dilihat pada Tabel 9 nilai rataan asupan dan tingkat kecukupan zat gizi.
20
Tabel 9 Nilai rataan asupan dan tingkat kecukupan zat gizi menurut kelompok perlakuan Zat Gizi Sebelum Asupan Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Tingkat Kecukupan Gizi Energi (%) Protein (%) Lemak (%) Sesudah Asupan Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Tingkat Kecukupan Gizi Energi (%) Protein (%) Lemak (%) Total Asupan Energi (kkal) Protein (g) Lemak (g) Tingkat Kecukupan Gizi Energi (%) Protein (%) Lemak (%)
DA (n=9)
Kelompok HIIT (n=9)
1972 ± 378 48.3 ± 8.2 46.1 ± 12.9
DA+ HIIT (n=9)
p
1945 ± 664 41.3 ± 4.2 43.9 ± 10.5
2242 ± 606 47.9 ± 9.1 45.1 ± 7.7
0.477 0.105 0.907
75.9 ± 18.4 70.7 ± 16.3 53.3 ± 15.1
77.3 ± 27.6 65.5 ± 10.1 54.0 ± 13.7
88.1 ± 23.1 74.4 ± 12.9 55.3 ± 10.8
0.493 0.317 0.949
1885 ± 434 56 ± 13 48.2 ± 13.3
1872 ± 414 47.6 ± 20 42.1 ± 6.1
2154 ± 563 55.4 ± 21 44.9 ± 7.6
0.379 0.583 0.415
73.2 ± 23.4 83.5 ± 29.2 55.9 ± 17.9
74 ±15.6 74.8 ± 31.5 51.9 ± 8.6
84.8 ± 22.7 85.7 ± 31.2 54.8 ± 9.5
0.437 0.729 0.791
1929 ± 355 52.2 ± 10.4 47.1 ± 12.18
1908 ± 515 44.4 ± 11.5 43.0 ± 8.4
2198 ± 539 51.7 ± 12.3 49.9 ± 9.7
0.371 0.297 0.148
74.6 ± 19.6 77.4 ± 22.4 54.6 ± 16.1
75.6 ± 21 70.3 ± 18.3 52.9 ± 11.2
86.4 ± 21 80.3 ± 15.6 55.1 ± 9.9
0.414 0.526 0.871
a. x ± Sd b. Pada baris yang sama, angka dengan huruf yang tidak sama menunjukkan perbedaan nyata antar kelompok perlakuan (Uji Anova, p<0.05)
Berdasarkan hasil penelitian ini, sebagian besar subjek memiliki tingkat kecukupan energi dan protein tergolong defisit ringan dan asupan air minum sudah mencukupi namun tingkat kecukupan lemak masih berlebih sehingga perlu upaya yang lebih untuk menurunkan konsumsi makanan sumber lemak. Hasil studi HELENA (Healthy Lifestyle in Europe by Nutrition in Adolescence) hubungan asupan zat gizi makro dengan profil lipid didapatkan hasil bahwa asupan karbohidrat memiliki hubungan yang terbalik dengan HDL serta hubungan yang terbalik juga antara asupan lemak dengan TAG (Bell-serrat et al. 2014). Kelebihan asupan lemak yang berlebih akan berisiko terhadap berbagai penyakit degeneratif sehingga diperlukannya strategi dalam pengaturan pola makan yang baik dan aktivitas fisik yang teratur serta merubah gaya hidup yang lebih baik.
21
Kebiasaan Olahraga dan Tingkat Aktivitas Fisik Kebiasaan olahraga dinilai berdasarkan jenis, frekuensi dan durasi olahraga. Berdasarkan kebiasaan olahraga, secara keseluruhan sebesar 48.2% tidak memiliki kebiasaan olahraga, kemudian sebesar 51.8% memiliki kebiasaan olahraga. WHO menganjurkan untuk melakukan olahraga secara teratur sebanyak 3 kali/minggu selama 30 menit agar tubuh sehat dan bugar. Sebagian besar subjek pada ketiga kelompok, menyukai melakukan olahraga jogging dibanding jenis olahraga lainnya. Rata-rata frekuensi melakukan olahraga dalam seminggu yaitu 2-3 kali. Sebagian besar subjek yang melakukan olahraga kurang dari 1 jam, dapat dilihat pada Tabel 10 kebiasaan olahraga menurut kelompok perlakuan. Tabel 10 kebiasaan olahraga menurut kelompok perlakuan No
1 2
3
4
Kebiasaan olahraga
Kebiasaan Jenis
Frekuensi
Durasi
Kategori
Kelompok DA
HIIT
Total DA+HIIT n
%
55.5
14
51.8
4
44.4
13
48.2
0
0
1
3.7 3.7
n
%
n
%
n
%
Ya
4
44.4
5
55.5
5
Tidak
5
55.5
4
44.4
Bulu tangkis/sepeda
0
0
1
11.1
Basket/futsal
1
11.1
0
0
0
0
1
Jogging
3
33.3
4
44.4
5
55.5
13
48.1
1 kali
1
11.1
2
22.2
2
22.2
5
18.5
2-3 kali
3
33.3
2
22.2
3
33.3
8
29.6 0
setiap hari
0
0
0
0
0
0
0
<1 jam
3
33.3
4
44.4
5
55.5
12
44.4
1-2 jam
1
11.1
1
11.1
0
0
2
22.2
Sebagian besar subjek masih belum terbiasa melakukan olahraga secara teratur. Beberapa alasan seperti tidak ada waktu, malas dan letih sering dijadikan alasan untuk tidak olaharga. Padahal dengan olahraga membuat tubuh sehat dan bugar. Masih rendahnya frekeunsi olahraga pada subjek ini dapat dihubungkan dengan rendahnya tingkat aktivitas fisik. Dapat dilihat pada Tabel 11 Klasifikasi tingkat aktivitas fisik menurut kelompok perlakuan. Tabel 11 Klasifikasi tingkat aktivitas fisik menurut kelompok perlakuan Tingkat Aktivitas Fisik (PAL) Sangat ringan (<1.4) Ringan (1.4-1.69) Sedang (1.7-1.99) Berat (>1.99)
Hari libur n % 6 22.1 20 74.1 1 3.7 0 0
Hari kuliah n % 2 7.4 25 92.6 0 0 0 0
Total n % 8 14.8 45 83.3 1 1.9 0 0
Sebagian besar subjek memiliki tingkat aktivitas sangat ringan dan ringan baik hari libur ataupun hari kuliah. Pada hari libur sebesar 74.1% dan sebesar 22.1% memiliki tingkat aktivitas sangat ringan dan ringan. Pada hari kuliah, sebesar 92.6% dan sebesar 7.4% dengan kategori sangat ringan dan ringan. Secara keseluruhan subjek, hanya sebesar 3.7% dari keseluruhan subjek yang memiliki tingkat aktivitas fisik yang sedang. Dalam penelitian ini HIIT diharapakan dapat
22
dijadikan solusi untuk mengatasi malas dalam olahraga, karena dengan durasi singkat mendapatkan kesehatan maksimal. Kebiasan minum air putih Cairan dalam tubuh merupakan bagian yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Kebutuhan rata-rata konsumsi air putih pada masyarakat Indonesia sebanyak 2.5 L. Kebiasaan konsumsi minum air sebelum dan bangun tidur pada kelompok DA (55.6%), HIIT (77.8%) dan DA+HIIT (55.6%), berdasarkan ketiga kelompok tersebut sebagian besar subjek terbiasa minum sebelum dan bangun tidur sebesar 63.0%. Berdasarkan jumlahnya, sebagian besar subjek mengonsumsi sebanyak 240 mL sebesar 76.2% dan 480 mL sebesar 19.0%. Minum sebelum makan, sebagian besar mengonsumsi air putih sebelum makan sebesar 74.1% dan ketika saat makan sebesar 59.3%. Berdasarkan pada data kebiasaan minum sebelum olahraga, sebagian besar subjek tidak biasa untuk mengonsumsi air sebesar 60.0% dan untuk yang biasa mengonsumsi air sebesar 40.0%. Dapat dilihat pada Tabel 12 Kebiasaan minum menurut kelompok perlakuan. Tabel 12 Kebiasaan minum menurut kelompok perlakuan No
Kebiasaan minum
1
Minum sebelum dan bangun tidur
2
Berapa gelas sebelum dan bangun tidur
3
Minum sebelum makan
4
Kebiasaan minum saat makan
5
Kebiasaan minum sebelum olahraga Total
Kategori DA n % 5 55.6 4 44.4
Kelompok HIIT n % 7 77.8 2 22.2
DA+HIIT n % 5 55.6 4 44.4
n 17 10
% 63.0 37.0
Total 1. Gelas (240 mL) 2. Gelas (480 mL) 3. Gelas (720 mL) Ya Tidak
9 5
100.0 83.3
9 6
100.0 75.0
9 5
100.0 83.3
27 16
100.0 76.2
1
16.7
2
25.0
1
16.7
4
19.0
0
0.0
0
0.0
1
16.7
1
4.8
6 3
66.7 33.3
6 3
66.7 33.3
8 1
88.9 11.1
20 7
74.1 25.9
Total Ya Tidak
9 4 5
100.0 44.4 55.6
9 6 3
100.0 66.7 33.3
9 6 3
100.0 66.7 33.3
27 16 11
100.0 59.3 40.7
Total Ya
9 3
100.0 33.3
9 2.0
100 33.3
9 3.0
100.0 60.0
27 8.0
100.0 40.0
6
66.7
4.0
66.7
2.0
40.0
12.0
60.0
9
100.0
6.0
100.0
5.0
100.0
20.0
100.0
Ya Tidak
Tidak
Total
Kekurangan air tubuh selama beraktivitas fisik dapat mengganggu beberapa fungsi fisiologi, meningkatkan stres thermoregulatory dan kardiovaskuler. Kondisi ini dapat menyebabkan penurunan performa dan peningkatan berbagai risiko penyakit akibat kelebihan panas (muscle heat cramps, pingsan, heat exhaustion) (Feld et al. 2010). Penelitian The Indonesian Hydration Regional Study (THRIST) yang dilakukan sebanyak 604 remaja dari 6 Kota di Indonesia menunjukkan bahwa 49.5% remaja mengalami kurang air tubuh, hal ini
23
menunjukkan bahwa kurang air tubuh lebih mungkin terjadi pada individu dengan tingkat pengetahuan hidrasi yang rendah (Hardinsyah et al. 2010). Pangaruh Intervensi terhadap Status Gizi dan Komposisi Tubuh Pengukuran masing-masing variabel dalam intervensi ini dilakukan sebelum dan sesudah intervensi Berdasarkan rata-rata berat badan pada kelompok DA sebesar 69.7 ± 19 kg, kelompok HIIT sebesar 63.6 ± 6.5 kg, dan kelompok DA+HIIT sebesar 63.6 ± 9.6 kg. Hasil uji ANOVA menunjukkan tidak terdapat perbedaan yang nyata sebelum intervensi terhadap ketiga kelompok perlakuan untuk berat badan. Setelah intervensi dilakukan, terdapat perbedaan pada kelompok DA, kelompok HIIT dan kelompok DA+HIIT yaitu sebesar 69.9 ± 18.6 kg, 63.2 ± 6.4 kg dan 62.5 ± 9.2 kg. Penurunan berat badan paling besar setelah intervensi pada kelompok DA+HIIT sebesar -1.1 ± 0.8 kg dan kelompok HIIT sebesar -0.4 ± 0.7 kg. Dapat dilihat pada Tabel 13 Karakteristik status gizi antropometri dan komposisi tubuh menurut kelompok perlakuan. Tabel 13 Karakteristik status gizi antropometri dan komposisi tubuh menurut kelompok perlakuan1 Status Gizi Status Gizi Antropometri BB (kg) Sebelum Sesudah BB IMT (kg/m2) Sebelum Sesudah IMT Komposisi Tubuh Percent Body Fat Sebelum Sesudah PBF Total Body Water (TBW) Sebelum Sesudah TBW a. b.
c.
DA (n=9)
Kelompok HIIT (n=9)
69.7 ± 19 a,1 69.9 ± 18.6 a,1 0.18 ± 0.78
DA+ HIIT (n=9)
p
62.6 ± 6.5 a,1 63.2 ± 6.4 a,1 -0.4 ± 0.7
63.6 ± 9.6 a,1 62.5 ± 9.2 a,2 -1.1 ± 0.8
0.497 0.377 0.007
26.6 ± 3.6 a,1 26.7 ± 3.6 a,1 0.09 ± 0.29
25.9 ± 2.4 a,1 25.8 ± 2.4 a,1 - 0.15 ± 0.29
25.7 ± 3.4 a,1 25.2 ± 3.2 a,2 - 0.44 ±0.36
0.812 0.601 0.005
22.5 ± 8.9 a,1 22.9 ± 7.7 a,1 0.3 ± 5.4
24.6 ± 5.6 a,1 23.5 ± 3.7 a,1 -1.0 ± 5.0
24.8 ± 7.1 a,1 20.7 ± 8.5 a,2 -2.7 ± 2.5
0.776 0.666 0.452
36.0 ± 6.5 a,1 35.1 ± 6.3 a,1 -0.9 ± 2.7
34.8 ± 5.2 a,1 33.3 ± 4.5 a,1 -1.5 ± 4.0
35.3 ± 7.3 a,1 35.2 ± 5.3 a,1 -0.17 ± 3.3
0.926 0.677 0.776
x ± Sd Pada baris yang sama, angka dengan huruf yang tidak sama menunjukkan perbedaan nyata antar kelompok perlakuan (Uji Anova, p<0.05) Pada kolom yang sama, angka yang tidak sama menunjukkan perbedaan nyata antar kelompok perlakuan (Uji Paired t-test, p<0.05)
Pada perubahan berat badan sebelum dan selisih intervensi, dengan uji ANOVA terhadap ketiga kelompok terdapat perbedaan yang nyata dengan nilai P<0.05. Hasil penelitian oleh Fogelholm (2015) mengungkapkan hal yang sama yaitu kombinasi diet dan olahraga lebih efektif dibandingkan dengan diet atau olahraga saja. Oleh karena itu, disarankan untuk mendapatkan tubuh yang ideal,
24
upaya yang bisa dilakukan yaitu mengkombinasi diet dan olahraga karena kedua kegiatan ini merupakan kombinasi yang paling ideal. Pada Indeks Massa Tubuh (IMT), penurunan terbesar terjadi pada kelompok DA dan HIIT yaitu -0.44±0.36 (kg/m2) kemudian penurunan kedua pada kelompok HIIT sebesar -0.15±0.29 (kg/m2), namun pada kelompok DA tidak terjadi penurunan IMT. Berdasarkan uji ANOVA terhadap ketiga kelompok ini pada selisih IMT terdapat perbedaan yang nyata (P<0.05). Berdasarkan uji paired sanple t-test pada IMT, terdapat perbedaan yang nyata hanya pada kelompok kombinasi DA+HIIT. Berdasarkan hasil penelitian hubungan IMT terhadap profil lipid pada pekerja di Jepang, IMT bisa menggambarkan kondisi tekanan darah dan profil lipid jika dibandingkan dengan hasil PBF (Nakanishi et al. 2000). Oleh karena itu, perlunya pemantauan IMT secara berkala untuk melihat perkembangan tubuh agar ideal. Komposisi tubuh subjek meliputi pengukuran Percent Body Fat (PBF) dan Total Body Water (TBW). Pada variabel PBF pada kelompok kombinasi DA+HIIT mengalami penurunan terbesar sebanyak -4.1±4.7, kemudian pada kelompok HIIT mengalami penurunan sebanyak -1.0±8.6. Berdasarkan ANOVA terhadap selisih tidak terdapat perbedaan yang nyata antar ketiga kelompok tersebut. Namun, berdasarkan uji paired t-test sebelum dan sesudah intervensi, terjadi perubahan PBF pada kelompok kombinasi DA+HIIT. Pada variabel TBW terdapat penurunan setelah intervensi pada ketiga kelompok, berdasarkan uji ANOVA tidak terdapat perbedaan yang nyata pada selisih terhadap ketiga kelompok tersebut. Hasil penelitian Kutac (2011), olahraga yang teratur dapat membuat TBW turun sebesar 0.4% dan lemak tubuh mengalami penurunan sebesar 2.7% dari berat badan tubuh. Hasil penelitian serupa oleh Irving et al 2008, intervensi HIIT menurunkan total fat mass sebesar 2 kg, menurunkan lemak di perut sebesar 17%, dan menurunkan waist hip ratio setelah intervensi selama 3 bulan. Jika dihubungkan dengan hasil penelitian ini, terdapat kesesuaian hasil pada penurunan TBW. Mengonsumsi air putih sebanyak 8 gelas/hari merupakan anjuran agar tubuh sehat, cerdas dan bugar. Hasil penelitian Stookey et al.(2007), mengonsumsi air putih dengan cara menambahkan jumlah air dari yang biasa diminum dengan waktu makan (sarapan, makan siang dan makan malam) dalam jumlah batas yang direkomendasikan dapat memperbaiki status gizi. Salah satu upaya yang dapat dilakukan yaitu melakukan aktivitas fisik. Aktivitas fisik sangat dianjurkanya sebanyak 3 kali/minggu untuk menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh. HIIT merupakan salah satu latihan fisik dan juga latihan kardio yang dapat meningkatkan kesehatan dan kebugaran tubuh. Upaya perbaikan status gizi dapat lebih efektif jika dilakukan dengan kombinasi diet, melakukan aktivitas fisik, dan perubahan gaya hidup yang lebih baik (Manore 2012). Dalam penelitian ini durasi HIIT selama 16 menit, waktu aktivitas HIIT sangat beragam, rata-rata 20 menit. Hal ini tergantung durasi dalam pemasan, HIIT workout, dan pendinginan. Hasil penelitian O'Donovan et al, pemberian intervensi latihan HIIT dapat menurunkan total kolesterol dan kolesterol LDL (O'Donovan 2005). Manfaat HIIT lainnya yaitu dapat meningkatkan kolesterol HDL dan VO2max (O'Donovan et al. 2005; King et al. 2002). Karakteristik latihan HIIT termasuk dalam latihan berat sehingga Excess of Post Exercise Oxygen Consumption (EPOC) akan
25
menekan lebih banyak kalori sebesar 6-15% kalori selama latihan (Kravitz 2014). Subjek dalam penelitian ini, sebagian besar mengalami defisit ringan pada energi dan protein. Hasil penelitian Fayh et al. (2013), penurunan sebesar 5% dari berat badan memiliki dampak positif terhadap penurunan total kolesterol dan trgliserida. Pengaruh Intervensi terhadap Perubahan Profil Lipid Status gizi biokimia yang dianalisis yaitu profil lipid meliputi total kolesterol, trigliserida, HDL dan LDL sebelum dan sesudah intervensi selama 8 minggu. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa variabel total kolesterol dan LDL (mg/dL) mengalami penurunan setelah intervensi selama 2 bulan, kemudian terjadi peningkatan terhadap kadar HDL (mg/dL). Perubahan nilai profil lipid di dalam tubuh dipengaruhi oleh banyak faktor, antara lain usia, diet tinggi lemak jenuh dan kolesterol, genetik, hormon, berat badan, tingkat aktivitas fisik dan penyakit lain. Peningkatan HDL terjadi pada semua kolompok perlakuan, yaitu peningkatan kelompok DA sebesar 6.7±6.6 (mg/dL), kelompok HIIT sebesar 5.7±6.0 (mg/dL) dan kelompok DA+HIIT sebesar 6.6±6.2 (mg/dL). Kadar total kolesterol sebelum intervensi yaitu pada kelompok DA (180.8 mg/dL), HIIT (190.3 mg/dL) dan DA+HIIT (178.7 mg/dL). Setelah intervensi, kadar total kolesterol mengalami perubahan yaitu kelompok DA (171.6 mg/dL), HIIT (180.6 mg/dL) dan DA+HIIT (164.2 mg/dL). Pada kadar trigliserida kelompok DA (91.5 mg/dL), kelompok HIIT (84.5 mg/dL) dan kelompok DA+HIIT (88.3 mg/dL). Setelah intervensi, kadar trigliserida menjadi 79 mg/dL pada kelompok DA, sebesar 73.2 mg/dL pada kelompok HIIT dan sebesar 74.8 mg/dL pada kelompok DA+HIIT. Kadar profil lipid sebelum dan sesudah intervensi dapat dilihat pada Tabel 14. Tabel 14 Kadar profil lipid sebelum dan sesudah intervensi1 Profil Lipid Total Kolesterol (mg/dL) Sebelum Sesudah Kolesterol Trigleserida (mg/dL) Sebelum Sesudah Trigliserida HDL (mg/dL) Sebelum Sesudah HDL LDL (mg/dL) Sebelum Sesudah LDL a b.
c
DA (n=9)
Kelompok HIIT (n=9)
DA+ HIIT (n=9)
p
180.8 ± 30.8 a 171.6 ± 19.6 a -11.0 ± 13.1
190.3 ± 13.0 a 180.6 ± 21.5 a -9.6 ± 12.01
178.7 ± 21.8 a 164.2 ± 12.7 a -18.2 ± 21.71
0.708 0.186 0.496
91.5 ± 22.4 a 79 ± 17.1 a -12.5 ± 23.9
84.5 ± 32.4 a 73.2 ± 28.9 a -11.3 ± 18.6
88.3 ± 26 a 74.8 ± 12.5 a -13.4 ± 17.41
0.863 0.832 0.976
51.5 ± 10.4 a 59.3 ± 8.3 a 6.7 ± 6.61
56.8 ± 11 a 63.1 ± 8.5 a 5.7 ± 6.01
57.5 ± 8.2 a 65.5 ± 6.8 a 6.6 ± 6.21
0.302 0.226 0.935
111.6 ± 28.2 a 99.7 ± 19.8 a -15.2 ± 14.4
111 ± 11.5 a 104 ± 16.9 a -13.1 ± 11.1
101.7 ± 15.3 a 89.6 ± 9.9 a -12.1 ± 17.7
0.700 0.069 0.418
x ± Sd Pada baris yang sama, angka dengan huruf yang tidak sama menunjukkan perbedaan nyata antar kelompok perlakuan (Uji Anova, p<0.05) Pada kelompok yang sama terdapat perbedaan yang nyata sebelum dan sesudah intervensi (Uji Beda-t, p<0.05)
26
Jika hasil penelitian ini dibandingkan dengan hasil di Jepang, bahwa tidak terdapat penurunan total kolesterol dan trigliserida setelah intervensi olahraga, namun terdapat peningkatan HDL (Ata et al. 2008). Hasil latihan HIIT telah terbukti berhasil menurunkan lemak pada bagian abdominal pada wanita muda dalam waktu 15 minggu (Trapp et al. 2007). Pada penelitian oleh Heydari et al. (2012), pemberian intervensi HIIT selama 12 minggu pada remaja laki-laki gemuk dengan intensitas 80-95% DNM selama 20 menit juga dapat mengurangi total lemak tubuh, lemak bagian perut dan meningkatkan kebugaran tubuh (VO 2max). Intervensi HIIT ini terbukti efektif untuk meningkatkan kekuatan dan kebugaran kardiorespiratori serta menurunkan kadar trigliserida pada pria aktif (Gottsschall et al. 2014). Pemberian intervensi HIIT tidak selamanya dapat memperbaiki kadar profil lipid di dalam tubuh. Hasil penelitian Ourghi et al. (2014), pemberian intervensi HIIT tidak dapat memperbaiki kadar profil lipid darah (total kolesterol, trigliserida, HDL dan LDL) namun dapat meningkatkan kapasitas aerobik subjek. Peneliti tersebut menjelaskan kelemahan dalam terletak pada waktu yang relatif singkat selama 12 minggu dan subjek yang relatif sedikit. Jika dibandingkan durasi dalam penelitian ini, durasi 8 minggu pemberian intervensi air dan HIIT sudah dapat memperbaiki kadar profil lipid (total kolesterol, trigliserida dan HDL) dalam tubuh, namun kadar LDL belum mengalami perbaikan. Hasil penelitian pada remaja yang diberikan intervensi selama 12 minggu mengalami peningkatan HDL (mg/dL) sebanyak 9.7% namun tidak ada perubahan pada total kolesterol (mg/dL) (Tjonna et al. 2008). Berdasarkan hasil kajian review terhadap 13 studi mengenai HIIT, bahwa kadar HDL (mg/dL) akan meningkat setelah intervensi jika kadar HDL (mg/dL) awal (baseline) yang sangat rendah, dengan durasi intervensi paling minimum selama 8 minggu (Kessler et al. 2012). Dalam penelitian ini mendapatkan hasil bahwa dengan durasi 8 minggu kadar HDL dapat meningkat sebanyak 10% setelah intervensi. Mengombinasikan berbagai aktivitas fisik seperti HIIT, endurance training dan low intensity merupakan salah satu strategi dalam menjaga kondisi kesehatan dan memperbaiki status gizi. Hasil penelitian Paoli et al. (2013), dengan melakukan kombinasi beberapa latihan terhadap perubahan status gizi mendapatkan hasil bahwa latihan HIIT terbukti lebih efektif dalam memperbaiki profil lipid, dan menjaga tekanan darah jika dibandingkan dengan kelompok kombinasi endurance dan low intensity. Dalam penelitian ini, mengkombinasikan pengaturan konsumsi air putih dan HIIT terbukti lebih efektif dalam memperbaiki kadar profil lipid jika dibandingkan dengan kelompok intervensi. Penelitian ini terdapat beberapa kelemahan, yaitu durasi intervensi masih singkat dan jumlah subjek yang masih kurang. Sebagian besar hasil penelitian berfokus pada proses perbaikan status gizi dengan olahraga dan diet khusus untuk perbaikan status gizi. Untuk itu, perlunya menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh yang optimal perlu adanya motivasi dan berkelanjutan (sustainable) khususnya pada remaja yang overweight dan obesitas. Secara umum, ada kecenderungan hasil dalam penelitian ini sudah mengarah ke arah yang baik. Hasil review beberapa studi oleh Muckelbauer et al. (2013), mengenai pemberian air minum untuk penurunan berat badan masih belum konsisten, untuk itu rekomendasi penelitian selanjutnya dapat dengan memperbanyak subjek dan studi bersifat longitudinal sehingga dapat diaplikasikan terhadap populasi.
27
Pengaruh Intervensi terhadap Indeks Kebugaran Kardiorespiratori Penentuan indeks kebugaran ini dilakukan menggunakan modifikasi harvard test. Sebelum intervensi, kelompok DA, HIIT dan DA+HIIT memilki indeks kebugaran 87.1, 83.3, dan 84.2. Kemudian, setelah diberikan intervensi indeks kebugaran mengalami perubahan sebesar kelompok DA (85.8), kelompok HIIT (80.6) dan kelompok DA+HIIT (82). Secara keseluruhan variabel indeks kebugaran sebelum dan sesudah masih termasuk dalam kategori baik (80-89). Namun, berdasarkan uji ANOVA tidak terdapat perbedaan yang nyata terhadap ketiga kelompok. Dapat dilihat pada Tabel 15 indeks kebugaran kardiorespiratori sebelum dan sesudah intervensi. Tabel 15 Indeks kebugaran kardiorespiratori sebelum dan sesudah berdasarakan kelompok perlakuan Kebugaran Kardio Indeks Kebugaran Sebelum Sesudah IK
DA (n=9)
Kelompok HIIT (n=9)
87.1 ± 12.6 a 85.8 ± 9.9 a -1.3 ± 8.6
83.8 ± 7.4 a 80.6 ± 9.1 a -3.2 ± 9.2
DA+ HIIT (n=9)
p
84.2 ± 7.7 a 82 ± 5.3 a - 2.2 ± 7.9
0.712 0.390 0.896
a. x ± Sd b. Pada baris yang sama, angka dengan huruf yang tidak sama menunjukkan perbedaan nyata antar kelompok perlakuan (Uji Anova, p<0.05)
Hasil penelitian oleh Helgerud et al. (2007) yang melihat dampak latihan aerobik pada intensitas dan metode yang berbeda mendapatkan hasil bahwa latihan high intensity interval training (HIIT) terbukti efektif untuk meningkatkan kebugaran tubuh 6-8% (VO2max). Latihan HIIT dinilai lebih mampu meningkatkan kapasitas aerobik dan anaerobik dibandingkan dengan latihan intensitas sedang atau rendah (Boutcher 2010). Hasil serupa yang dilakukan oleh Gormley et al. (2008), latihan HIIT lebih efektif untuk meningkatkan VO2max pada remaja. Latihan HIIT selama 8-12 minggu terbukti secara nyata dalam meningkatkan kebugaran kardiorespiratori pada remaja obes (Gutin et al. 2002; Heydari et al. 2012). Namun, dalam penelitian ini tidak terdapat peningkatan kebugaran tubuh hal ini dipengaruhi dari kondisi fisik, kondisi psikologis, kebiasaan aktivitas fisik, motivasi dan mood. Kebugaran kardiorespiratori dalam penelitian ini tidak menunjukkan peningkatan kebugaran tubuh subjek. Overtraining merupakan menururnya kemampuan tubuh fisiologi dan psikologis saat proses latihan dalam satu kurun waktu yang ditandai dari segi subyektif dan obyektif. Overtraining melalui tiga fase yaitu psikologi, fisiologi dan performance. Hasil penelitian Ghasemnezhad (2011), pada atlet basket ball saat kejuaraan Divisi I di Iran selama 12 minggu mendapatkan hasil bahwa overtrainig berpengaruhi terhadap fisiologi dan psikologi, namun pada performace tidak mengalami penurunan. Namun, peneliti mengindikasi jika durasi diperpanjang maka akan berdampak negatif pada performance.
28
Kepatuhan Minum Air putih dan HIIT Kepatuhan dalam mengonsumsi air minum dan HIIT ini diawasi oleh peneliti selama pelaksanan penelitian. Pengawasan terdiri dari wawancara langsung dan diskusi mengenai hal-hal yang sedang dialami oleh subjek selama intervensi. Selama intervensi, total botol yang dikonsumsi subjek sebanyak 84 botol/bulan/subjek dan untuk intervensi HIIT sebanyak 3 kali/minggu. Dapat dilihat pada Tabel 16 sebaran subjek menurut tingkat kepatuhan. Tabel 16 Sebaran subjek menurut tingkat kepatuhan Kepatuhan
Total
DA (n=9)
Kelompok HIIT (n=9)
DA+ HIIT (n=9)
98.8 %
98.1 %
97.7 %
Berdasarkan tabel diatas, sebagian besar ketiga kelompok intervensi tingkat kepatuhan >90% (DA: 98.8%; HIIT: 98.1%; DA+HIIT: 97.7%). Hal ini bisa diartikan sudah cukup baik dalam pengawasan selama intervensi. Berbagai upaya dilakukan agar tingkat kepatuhan dalam kategori baik, beberapa cara yang dapat dilakukan agar tingkat kepatuhan subjek meningkat yaitu dengan cara memotivasi dan memberikan gambaran manfaat dari intervensi ini.
29
7 SIMPULAN DAN SARAN Simpulan Kebiasaan konsumsi minum air sebelum dan bangun tidur pada kelompok DA (55.6%), HIIT (77.8%) dan DA+HIIT (55.6%). Jumlah air yang dikonsumsi sebelum intervensi umumnya sudah baik sebanyak 2.5 L. Sebesar 48.2% subjek tidak memiliki kebiasaan olahraga, sebesar 51.8% memiliki kebiasaan olahraga yang teratur. Olahraga jogging merupakan olahraga yang paling diminati oleh para subjek. Pada kebugaran kardiorespiratori, keseluruhan subjek memiliki kebugaran kardiorespitaori yang baik (>80). Rata-rata konsumsi air putih kelompok DA sebesar 2297±737 mL, kelompok HIIT sebesar 1752±791 mL dan kelompok DA+HIIT sebesar 2500±719 mL. Asupan energi pada kelompk DA sebesar 1964 ± 527 kkal, kelompok HIIT sebesar 1933 ± 248 kkal dan kelompok DA+HIIT sebesar 2002 ± 563 kkal. Asupan protein pada kelompok sebesar 52.4 ± 15.1 g, kelompok HIIT sebesar 50.5 ± 14.6 kg dan kelompok DA+HIIT sebesar 46.2 ± 12.5 kg. Sebagian besar subjek tergolong memiliki tingkat kecukupan energi dan protein defisit ringan namun untuk asupan air minum sudah mencukupi. Sebagian besar subjek memiliki tingkat aktivitas sangat ringan dan ringan baik hari libur ataupun hari kuliah. Pada Indeks Massa Tubuh (IMT), penurunan terbesar terjadi pada kelompok DA dan HIIT yaitu -0.44±0.36 (kg/m2) kemudian penurunan kedua pada kelompok HIIT sebesar -0.15±0.29 (kg/m2), namun pada kelompok DA tidak terjadi penurunan IMT. Berdasarkan uji ANOVA terhadap ketiga kelompok ini pada selisih IMT terdapat perbedaan yang nyata (P<0.05). Komposisi tubuh subjek meliputi pengukuran Percent Body Fat (PBF) dan Total Body Water (TBW). Pada variabel PBF pada kelompok kombinasi DA+HIIT mengalami penurunan terbesar sebanyak -4.1±4.7, kemudian pada kelompok HIIT mengalami penurunan sebanyak -1.0±8.6. Berdasarkan uji ANOVA terhadap selisih tidak terdapat perbedaan yang nyata antar ketiga kelompok tersebut. Namun, berdasarkan uji paired t-test sebelum dan sesudah intervensi, terjadi perubahan pada kelompok kombinasi DA+HIIT. Pemberian 1800 mL air putih secara signifikan dapat meningkatkan kadar HDL (mg/dL) pada subjek dengan intervensi DA. Pada kelompok HIIT, intervensi yang diberikan selama 16 menit sebanyak 3 kali/minggu secara signifikan dapat menurunan kadar total kolesterol dan meningkatkan kadar HDL (mg/dL). Pada kelompok kombinasi, intervensi yang diberikan dapat menurunkan kadar kolesterol (mg/dL), trigliserida (mg/dL), dan meningkatkan kadar HDL (mg/dL). Pada indeks kebugaran kardiorespiratori, kondisi indeks kebugaran umumnya sudah baik pada saat sebelum intervensi. Setelah pemberian intervensi pemberian air putih, HIIT dan kombinasi DA+HIIT tidak memberikan perbaikan pada indeks kebugaran kardiorespiratori sebelum dan sesudah intervensi. Pada uji ANOVA antar kelompok tidak terdapat perbedaan yang nyata, hasil yang sama pada uji paired sample t-test sebelum dan sesudah intervensi pada kelompok yang sama tidak terdapat perbedaan yang nyata (p>0.05).
30
Saran Olahraga dengan intensitas tinggi yaitu High Intensity Intreval Training (HIIT) selama 16 menit sebanyak 3 kali/minggu disertai minum air putih 1.8L/hari dapat dijadikan salah satu upaya dalam penurunan berat badan atau mengatasi kegemukan. Saran untuk penelitian selanjutnya adalah dengan meningkatkan jumlah subjek dan lama penelitian, disertai komponen kebugaran lainnya (seperti kecepatan, kelentukan, kekuatan, dan daya tahan), pengukuran biomarker anti inflamasi serta dampak keberlanjutan setelah diberikan intervensi.
31
DAFTAR PUSTAKA Alkahtani SA, Kign NA, Hills AP, Byrne NM. 2013. Effect of interval training intensity on fat oxidation, blood lactate, and the rate of perceived exertion in obese men. SpringerPlus 2:532. American Heart Association. 2011. Cholesterol. http: // www.heart.org/ HEARTORG/ Conditions/ Cholesterol/ About Cholesterol /AboutCholesterol _ UCM_001220 _Article. jsp Aronne LJ, Isoldi KK. Overweight and obesity: key components of cardiometabolic risk. 2007. Clin Cornerstone 8: 29 – 37. Ata AB, Mansi K, Aburjai T. Lipid profile of gymnasts of the Jordan National Team. American Journal of Applied Science 5: 6: 742-746. Bell-serrat S, Mouratidou T, Huybrechts I, Labayen I, Garcia M, Palacios G, et al. 2014. Associations between macronutrient intake and serum lipid profile depend on body fat in European adolescents: the Healthy Lifestyle in Europe by Nutrition in Adolescence (HELENA) study. British Journal of Nutrition 112, 2049–2059 Buckworth, Janet, and Claudio Nigg. 2010. Physical Activity, Exercise, and Sedentary Behavior in College Students. Journal of American College Health 53: 28-34. Boschmann M, Steiniger J, Hille U, Tank J, Adams F, Sharma AM, Klaus S, Luft FC, Jordan J. 2003. Water induced thermogenesis. J Clin Endocrinol Metab 88(12): 6015-09. Dennis EA, Flack KD, Davy BM. 2009. Beverage consumption and adult weight management: A review. Eat Behav 2009: 10: 237–46. De Ruyter JC, Feldman HA Chomitz VR, Antonelli TA, Gortmaker SL, Osganian SK, Ludwig DS. 2012. A trial of sugar-free or sugar sweetened beverages and body wieght in children. N Eng J Med 367:1397-1406 [Depkes] Departemen Kesehatan. 2013. Laporan Hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia Tahun 2013. Jakarta: Balitbangkes-Depkes RI. Dure ML, Malfatti CRM, Burgos LT. 2008. Triglycerides hydrolysis and blood lactacidemy during aerobic exercise executed after muscular resistance exercise. Fit Perf J 7(6): 400-5. [FAO] Food And Nutrition. Technical Report Series. 2001. Human Energy Requirements. Rome: FAO/WHO/UNU. Fogelholm M. 2015. Managing and Preventing Obesity: The interaction of diet and physical activity in managing obesity. University of Helsinki: Finlandia. Feld LG, Friedman A, Massengill SF. 2010. Fluid and electrolytres in Pediatrics. Human Press: 3-46. Garzon R dan Mohr C. 2013. Meeting the nutritionals demands of high-intensity interval tarining. Jr America collage of Sport Medicine Vol: 18:5. Gibson. 2005. Principles of Nutritional Assessment 2nd Edition. Oxford (GB): Oxford University Press. Ghasemnezhad M. 2011. Overtraining in Sport: Physiological, Psychological and Performance Effects of Participation in Division I Competitive Basketball. International Journal of Sports Science and Engineering 05. 04. 195-206. Gottschall JS, Boop CM, Hastings B. 2014. The Addition of High Intensity Interval Training Reduces Cardiovaskular Disease Risk Factors and
32
Enhances Strength in Active, Health Adults. Journal of Preventive Medicine 4: 275-282. Gutin B, Barbeau P, Owens S, Lemmon CR, Bauman M, Allison J, Kang HS, Litaker MS. 2002. Effect of Excercise Intensity on Cardiovascular Fitness, Total Body Composition, and Viceral Adiposity of Obes Adolescents. Am J Clin Nutr 275: 818–26. Hardinsyah, Briawan D, Hartati, Adiningsih, Thaha. 2010. Kebiasaan minum dan status dehidrasi pada remaja dan dewasa di beberapa daerah di Indonesia. The Indonesian Hydration Regional Study (THRIST) Report. Hamed NS dan Raoof NAL. 2014. Effect of high intensity interval training on diabetic obese women with polyneuropathy: a randomized controlled clinical trial. Physical Theraphy and Rehabilitation 2055-2386: 1- 4. Helgerud J, Høydal K, Wang E, Berg P, Bjerkaas M, Simonsen T, Helgesen C, Hjorth N, Bach R, Hoff J. 2007. Aerobic high-intensity intervals improve VO2 max more than moderate training. Medicine and Science in Sports and Exercise 39: 4: 665-671. Herring MP, Sailors MH and Bray MS. 2014. Etiology and Pathophysiology: Genetic factors in exercise adoption, adherence and obesity. Obesity review 15:29-39. Heydari M, Freud J, Boutcher H. 2012. The Effect of High-Intensity Intermittent Exercise on Body Composition of Overweight Young Males. Journal of Obesity 480467:8. Irving BA, Davis CK, Brock DW, Weltman JY, Swift D, Barret EJ, Gaesser GA, Weltman A. Effect of exercise training intensity on abdominal visceral fat and body composition. Med Sci Sports Exerc 40:11:1863-1872. Kelley GA, Kristi SK, Susan R, William H. 2012. Combined effect of aerobic exercise and diet on lipids and lipoproteins in overweight and obese adults: A Meta-Analysis Journal of obesity 985902. [Kemenkes] Kementerian Kesehatan. 2005. Gizi dalam Angka. Jakarta: Kemenkes RI. Khodnapur JP, Dhanakshirur, Gopal B, Bagali, Shrilaxmi, Mullur, Lata M, Aithala, Mnajunath. 2012. Status of Physical Fitness Index (PFI %) and anthropometric parameters in residential school children compared to nonresidential school children. Journal of Krishna Institute of Medical Sciences University 1: 2, July-Dec. King J, Broeder C, Browder K, Panton L. 2002. Acomparison of interval vs steadystate exercise on substrate utilization in overweight women. Med Sci Sports Exerc 33:228. Koc H. 2011. The comparison of blood lipid levels of athletes and sedentary college students. Pak J Med Sci 27(3). Kravitz L. 2014. High Intensity Interval Training. USA: American College of Sports Medicine. Mahan K dan Escott-Stump S. 2008. Krause’s Food Nutrition and Therapy. AS: Elsevier. Manore MM. 2012. Dietary Supplements for Improving Body Composition and Reducing Body Weight: Where Is the Evidence? International Journal of Sport Nutrition and Exercise Metabolism 22: 139 -154.
33
McLaren D dan Morton J. 2002. Biochemistry for Sport and Exercise Metabolism. UK : John Wiley & Sons, Ltd. Muckelbauer R, Giselle S, Anke Gruneis, Jacqueline MN. 2013. Association between water consumption and body weight outcomes: a systematic review. Am J Clin Nutr 98: 282–99. Muckelbauer R, Libuda L, Clausen K, Toschke AM, Reinehr T, Kersting M. 2009. Promotion and provision of drinking water in schools for overweight prevention: randomized, controlled cluster trial. Pediatrics 123: e661–7. Nakanishi N, Nakamura K, Suzuki K, Matsuo Y, Tatara K. 2000. Associations of Body Mass Index and Percentage Body Fat by Bioelectrical Impedance Analysis with Cardiovascular Risk Factors in Japanese Male Office Workers. Industrial Health 38: 273–279. O’Donovan G,Owen A,Bird SR, Keanery EM, Nevill AM, Jones DW, WoolfMay K. 2005. Change in cardiorespiratory fitness and coronary heart disease risk factors following 24 wk of moderate-or high-intensity exercise of equal energy cost. J Appl Physiol 98:1619–25. Ouerghi N, Khammassi M, Boukorra S, Feki M, Kaabachi N, Bouassida. Effect of a high intermittent training program on aerobic capacity and lipid profile in trained subjects. Open access journal of sports medicine. 2014; 5-243-248. Popkin BM. 2011. Contemporary nutritional transition: determinants of diet
and its impact on body composition. Proc Nutr Soc 70:82–91. Stookey JD, Constant F, Gardner CD, Popkin BM. 2007. Replacing sweetened caloric beverages with drinking water is associated with lower energy intake. Obesity (Silver Spring) 15:3013–22. Tate DF, Tirner McGrievy, Lyons E, Stevens J, Erickson K, Polzien K, Diamond M, Wang X, Popkin B. 2012. Replacing caloric beverages with water or diet beverages for weight loss in adults: main results of the Choose Healthy Options Consciously Everyday (CHOICE) randomized clinical trial. Am J Clin Nutr 10: 3945. Tjonna AE, Lee SJ, Rognmo, Stolen TO, Bye A, Haram PE, Loennechen JP, AlShare QY, Skogvoll E, Slordahl SA, Kemi OJ, Najjar SM, Wisloff U. 2008. Aerobic interval tarining versus continous moderate exercise as a treatment for the metabolic sydrome: a pilot study. Circulation J 118 (4): 346-54. Trapp EG, Chisholm DJ, and Boutcher SH. 2007. Metabolic response of trained and untrained women during high- intensity intermittent cycle exercise. American Journal of Physiology 293;6 ; R2370–R2375. Vandenbroeck IP, Goossens J and Clemens M. 2007. Foresight Tackling Obesities: Future Choices—Building the Obesity System Map. Government Office for Science, UKGovernment’s Foresight Programme http://www.foresight.gov.uk/Obesity/12.pdf Vij Vinu AK dan Joshi AS. 2014. Effect of excessive water intake on body weight, body mass index, body fat, and appetite of overweight female participants. Jr of Natural Science, Biology, and Medicine 5:2. [WHO]. World Health Organization. 2011. World Health Statistic. http://www.who.int/whosis/whostat/2011/en/index.html. [Januari 2015]. [WHO]. World Health Organization. 2000. Body Mass Index (BMI) = Indeks massa tubuh. http://www.obesitas.web.id/indonesia/bmi(i).htm [Januari 2015].
34
Wong CH, Chia MYH, Tsou IYY, Wansaicheong GKL, Tan B, Wang JCK, Tan J, Kim CG, Boh G, Lim D. 2008. Effects of a 12-week exercise training progamme on aerobic fitness, body composition, blood lipids and c- reactive protein in adolescents with obesity. Ann Acad Med Singapore 37:286-93. Zare H, Sarvestani FS.2012. Combined effects of physical exercise and green tea on obese people. International Journal of Ayurvedic and Herbal Medicine 2:3:435-440.