H HA ASSIILL PPEEN NEELLIITTIIA AN N
PENGARUH INDEKS GLIKEMIK, KOMPOSISI, DAN CARA PEMBERIAN PANGAN TERHADAP PROFIL LIPID PLASMA Albiner Siagian1 1
Departemen Gizi Kesehatan Masyarakat Fakultas Kesehatan Masyarakat USU Medan Jl. Universitas No. 21 Kampus USU Medan, Telepon (061) 8213221 ABSTRACT This research was aimed to analyze the effects of glycemic index, composition, and frequency of serving of food on lipid profile of plasm after lunch. The study design was randomized controlled trial with high glycemic index food as control. The location of the research was in Medan, North Sumatra Province. Total subjects were 64 which consisted of 32 normal and 32 obese subjects, based on their body mass index. The number of male and female subjects were selected equally. Subject aged between 18 to 35 years. Test meals consisted of four types, i.e. high glycemic index food (GI:94), low glycemic index food (GI:52), medium glycemic index (high carbohydrate-low fat, GI:66), and medium glycemic index (low carbohydrate-high fat, GI:64) served at the morning. Reference food was white bread (GI:100). The study showed that there is no significant effect of low glycemic index food served at the morning on the lipid profile of plasm atfter lunch. There was no significant difference (p<0.05) between lipid profile of plasm between normal and obese subjects in response to lunch meals which were preceded by the same morning meals. It is suggested to elaborate the study with the longer period of time of treatment. Keywords: Glycemic index, Breakfast meal, Lunch meal, Lipid profile PENDAHULUAN Indeks glikemik (IG) pangan telah meramaikan pendekatan ilmiah untuk pengaturan diet bagi penderita obesitas. Telah banyak bukti ilmiah yang mendukung peran IG tersebut. Namun, tidak sedikit juga hasil penelitian yang mendebatnya. Sampai saat ini, pendekatan indeks glikemik pada pengaturan diet masih kontroversial. Kaitan antara IG pangan dengan obesitas juga masih kontroversial. Studi yang dilakukan oleh Warren et al. (2003) pada remaja yang menderita obesitas menunjukkan bahwa pangan IG-rendah dapat memiliki peran pada pengendalian berat badan (BB) dan penanganan obesitas. Ball et al. (2003) juga menemukan bahwa terjadi penurunan yang signifikan pada respon glukosa dan insulin pada remaja obes setelah mengonsumsi pangan IG-rendah
dibandingkan dengan setelah mengonsumsi pangan IG-tinggi. Penelitian jangka menengah menunjukkan perbedaan potensi penurunan bobot badan antara pangan IG-tinggi dan pangan IG-rendah. Slabber et al. (1994) meneliti wanita penderita obesitas yang mengonsumsi dua jenis diet pembatasan energi, satu diet IG-tinggi dan satu lagi diet IG-rendah, selama 12 minggu pertama (desain paralel) dan diikuti oleh 12 minggu kedua (crossover design). Kedua jenis diet menghasilkan penurunan bobot badan dengan rata-rata 9,4 kg (IG-rendah) dan 7.4 kg (IG-rendah)⎯walaupun tidak berbeda secara bermakna⎯pada 12 minggu pertama. Pada 12 minggu kedua, perbedan penurunan bobot badan antara diet IG-rendah (rata-rata 7.4 kg) dan diet IG-tinggi (rata-rata 4,5 kg) bermakna.
8 Universitas Sumatera Utara
Berbagai cara modifikasi pangan telah diupayakan untuk menangani kelainan akibat kelebihan lipid (hiperlipidemia). Upaya tersebut antara lain adalah pengurangan asupan kalori untuk mendapatkan bobot badan ideal, pengurangan asupan lemak total dan kolesterol, dan peningkatan konsumsi protein nabati sebagai pengganti protein hewani. Modifikasi diet karbohidrat juga menjadi topik penelitian yang hangat (Jenkins et al. 1987). Landasan dari pendekatan ini adalah hasil penelitian Albrink et al (1979) yang menayatakan bahwa sintesa lipid di hati (hepatic lipogenesis, terutama sinstesa trigliserida) dapat dikurangi dengan meminimalkan peningkatan glukosa dan insulin postprandial. Tujuan Penelitian Secara umum, penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pengaruh IG, komposisi, dan cara pemberian pangan pagi hari terhadap profil lipid plasma pada subjek obes dan normal. Manfaat Penelitian Menghasilkan informasi tambahan (bukti ilmiah) berkaitan dengan modifikasi pangan pada pagi hari dan efeknya pada profil lipid plasma pada siang hari. Menghasilkan data dasar penting untuk penatalaksanaan diet bagi penderita obesitas dan hipertrigliserida. BAHAN DAN METODE Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Medan Sumatera Utara. Analisis biokimia darah (hemoglobin, glukosa, trigliserida, dan kolesterol) dilakukan dengan bekerjasama dengan Laboratorium Klinik Gatot Subroto Medan. Sedangkan, analisa komposisi zat gizi pangan dilakukan di Laboratorium Kimia Makanan, Departemen Gizi Masyarakat IPB. Penjaringan subjek penelitian dan pengambilan data berlangsung pada bulan Mei-Oktober 2005. Penyiapan Pangan Pangan Acuan Pangan acuan yang digunakan adalah roti tawar (IG:100) yang mengandung 50 gram karbohidrat. Alasannya adalah karena
roti tawar lebih mencerminkan mekanisme fisiologis dan metabolik daripada glukosa murni (Miller et al. 1997). Pangan Uji Berdasarkan IG-nya, pangan uji dibagi menjadi 2 kelompok, yaitu pangan yang memiliki IG rendah (IG<55) dan IG tinggi (IG>70). Sedangkan menurut komposisinya, pangan dibagi menjadi dua kelompok, yaitu rendah karbohidrat-tinggi lemak (persentase sumbangan kalori 60% dari karbohidrat, 25% dari lemak, dan 15% dari protein) dan rendah lemak-tinggi karbohidrat (dengan persentase sumbangan kalori 25% dari karbohidrat, 60% dari lemak, dan 15% dari protein). Kedua jenis komposisi pangan ini juga mewakili pangan dengan IG sedang (IG:55-70). Kuantitas energi pangan uji, masing-masing, adalah 750 kkal. Pangan uji siang hari adalah pangan yang memiliki IG tinggi (IG:100) yang mengandung 750 kkal. Pangan siang diberikan kepada subjek 4 jam setelah pemberian pangan pagi. Analisis Zat Gizi Pangan uji yang akan diukur IG-nya terlebih dahulu dianalisis profil gizi makronya, yaitu karbohidrat (karbohidrat total, available carbohydrate, pati⎯amilosa dan amilopektin⎯serat total, dan serat kasar), protein total dan lemak total. Komposisi Pangan Uji Pangan uji terdiri atas empat jenis, yaitu pangan uji IG-rendah, pangan uji IGsedang komposisi-1 (tinggi karbohidratrendah lemak), pangan uji IG-sedang komposisi-2 (rendah karbohidrat-tinggi lemak), dan pangan uji IG-tinggi. Sementara itu, cara pemberian makan juga dibedakan, yaitu satu kali pemberian dan dua kali pemberian. Kuantitas kalori pangan uji adalah 750 kkal. Kuantitas pangan untuk dua kali pemberian masing-masing adalah 375 kkal. Agar memenuhi kriteria nilai IG, selanjutnya IG pangan uji diperkirakan dengan metode pengukuran IG pangan campuran (Miller et al. 1997). Indeks glikemik masing-masing pangan penyusun pangan uji diperoleh dari International Table of Glycemic Index and Glycemic Load (Foster-Powel et al. 2002).
Pengaruh Indeks Glikemik, Komposisi, dan Cara (8–17) Albiner Siagian
9 Universitas Sumatera Utara
Tabel 1. Komposisi Zat Gizi Pangan Uji Setara 750 kkal Pangan Uji IG-rendah IG-sedang (komposisi-1) IG-sedang (komposisi-2) IG-tinggi
Karbohidrat1 g kkal 103,5 414,0 112,4 450.0 56,4 226,0 103,2 412,0
Protein g 38,0 38,2 43,5 37,4
kkal 152,0 152,0 175,0 150,0
Lemak G 20,5 16,2 38,9 20,8
kkal 184 146,0 350,0 188,0
Serat2 g 4,3 4.3 4.2 4,6
1
by difference; 2serat total; Komposisi-1: tinggi karbohidrat-rendah lemak;Komposisi-2: rendah karbohidrat-tinggi lemak
Pangan uji IG-tinggi disusun oleh kentang rebus, gula, daging sapi rebus, wortel rebus, dan jus semangka, dan secukupnya. Sedangkan pangan uji IG rendah terdiri atas nasi ramos kukus, gula putih, daging sapi rebus, buncis rebus, dan jus apel, dan garam secukupnya. Kentang rebus (IG:96), gula (IG:74), dan wortel rebus (IG:90) sebagai komponen utama pangan uji IG-tinggi menyumbang IG campuran berturut-turut sebesar 58,6 (65%), 12,9 (14%), dan 10,3 (11%). Sementara itu, pada pangan uji IG rendah, buncis rebus (IG:30) dan jus apel (IG:40) berperan menurunkan IG pangan campuran. Pangan uji IG-sedang (tinggi karbohidrat-rendah lemak) didasarkan pada porsi sumbangan kalori dari karbohidrat, protein, dan lemak pangan. Proporsi sumbangan kalori tersebut adalah 60% dari karbohidrat, 25% dari lemak, dan 15% dari protein. Pangan uji IG-sedang ini terdiri atas nasi ketan hitam kukus, dada ayam goreng, putih telur bebek rebus, susu tepung, buncis rebus, jus apel, gula, dan garam secukupnya. Komposisi kalori pangan uji IG-sedang (rendah karbohidrat-tinggi lemak) adalah 60% kalori dari lemak, 25% kalori dari karbohidrat, dan 15% kalori dari protein. Pangan uji ini tersusun dari nasi ketan hitam kukus, dada ayam goreng, lemak kambing, satu porsi susu tepung, buncis rebus, jus apel, dan garam secukupnya. Subjek Penelitian Subjek penelitian berumur 18-30 tahun yang terdiri atas dua kelompok, yaitu normal dan kelompok obes. Untuk satu jenis pangan uji (perlakuan) dibutuhkan delapan orang subjek normal dan delapan orang subjek obes (masing-masing empat orang pria dan wanita). Setiap kelompok subjek mengalami perlakuan untuk pemberian pangan sela (dua kali pemberian), setelah tiga hari periode
10
wash out. Jumlah total subjek adalah 64 orang. Subjek dilengkapi dengan surat pernyataan kesediaan dan inform consent, serta ethical clearance nomor KS.02.01.2.1.2746 tanggal 16 September 2005. Subjek terlebih dulu menjalani pemeriksaan profil biokimia darah (kadar hemoglobin, glukosa, trigliserida, dan kolesterol total). Kriteria inklusi subjek adalah: tidak memiliki riwayat penyakit DM, tidak sedang mangalami gangguan pencernaan, tidak menggunakan obat terlarang, dan tidak mengonsumsi alkohol. Indeks massa tubuh (IMT) subjek adalah antara 20–25 kg/m2 (normal) dan IMT ≥ 25 (obes). Selanjutnya, subjek tidak memiliki riwayat atau sedang mengalami hipertensi dan tidak sedang mengalami tekanan psikologis. Tingkat aktivitas fisik adalah sedang serta mereka berasal dari suku Batak. Subjek dialokasikan secara merata ke dalam setiap kelompok. Penempatan subjek ke dalam kelompok dilakukan secara acak berstrata. Desain Penelitian Pengujian efek IG, komposisi zat gizi, dan frekuensi pemberian sarapan pada respons glikemik dan nafsu makan pascamakan siang dilakukan dengan metode eksperimen dengan studi acak kelompok terkendali (Kelinbaum et al. 1982; Murti 2003). Pemberian pangan uji dan penempatan subjek pada kelompoknya dilakukan secara acak. Pemberian pangan uji (sarapan) dilakukan pada pukul 8.00 WIB, setelah subjek menjalani puasa, kecuali air. Pemberian Pangan Uji (Satu Kali Pemberian Makan) Pada pagi hari (pukul 8.00 WIB), sebelum pemberian pangan uji (sarapan), sampel darah diambil untuk mengukur kadar
Pengaruh Indeks Glikemik, Komposisi, dan Cara (8–17) Albiner Siagian Universitas Sumatera Utara
glukosa puasa. Selanjutnya, sampel darah kembali diambil berturut-turut pada pukul; 8.15, 8.30, 9.00, 10.00, 11.00, dan 12.00 WIB. Hal ini berlaku untuk semua kelompok perlakuan. Pada pukul 12.00 WIB, makan siang diberikan kepada semua kelompok perlakuan. Sampel darah kembali diambil pada pukul 12.15, 12.30, 13.00, 14.00, 15.00, dan 16.00 WIB untuk diukur kadar glukosanya. Pemberian Pangan Sela (Dua Kali Pemberian Makan) Tiga hari setelah periode wash-out pangan sela diberikan kepada subjek pada setiap kelompok. Pangan sela diberikan dua jam setelah pemberian sarapan. Pangan diberikan dua kali, yaitu setengah (setara dengan 375 kkal) dari kuantitas pangan pada satu kali pemberian pada pagi hari (pukul 8.00 WIB) dan setengah lagi pada pukul 10.00 WIB. Masing-masing kelompok menerima pangan patokan (IG-tinggi) pada siang hari. Selama pengujian, subjek hanya diperbolehkan duduk-duduk atau berjalanjalan ringan dan tidak boleh mengonsumsi pangan lain, kecuali minum air. Profil Lipid Sampel darah untuk pengukuran kadar trigliserida dan kolesterol total pasca makan siang diambil pada pukul 12.00 (sebelum pemberian) dan 14.00, dan 16.00 WIB. Analisa kadar trigliserida dan kolesterol total, masing-masing, dilakukan dengan metode enzimatis (Bucolo and David, 1973 dan Allain et al. 1974). Analisis Data Hasil penelitian disajikan sebagai x±SD. Analisis pengaruh pemberian sarapan terhadap profil lipid pasca makan siang dilakukan dengan membandingkan respon glikemik, skor nafsu makan, dan profil lipid pasca makan siang antara pangan uji dan pangan acuan. Perbedaan rata-rata profil lipid antara kelompok menurut jenis kelamin dan kondisi fisiologis pada awal pengamatan dianalisis dengan uji beda rata-rata sampel terpisah (ttest). Perbedaan profil lipid (trigliserida dan kolesterol total) antara kelompok pangan uji ada pangan acuan dianalisis dengan uji rangking-berpasangan Wilcoxon pada setiap titik pengukuran. Perbedaan efek antar
perlakuan diuji dengan uji One-way ANOVA dengan post hoc test Bonferroni menggunakan SPSS for Windows version 12. Taraf kepercayaan untuk keseluruhan analisis adalah 95%. HASIL DAN PEMBAHASAN Kadar Trigliserida dan Kolesterol Total Pasca Makan Siang Berbagai cara modifikasi pangan telah diupayakan untuk menangani kelainan akibat kelebihan lipid (hiperlipidemia). Upaya tersebut antara lain adalah pengurangan asupan kalori untuk mendapatkan bobot badan ideal, pengurangan asupan lemak total dan kolesterol, dan peningkatan konsumsi protein nabati sebagai pengganti protein hewani. Modifikasi diet karbohidrat juga menjadi topik penelitian yang hangat (Jenkins et al. 1987). Landasan dari pendekatan ini adalah hasil penelitian Albrink et al (1979) yang menayatakan bahwa sintesa lipid di hati (hepatic lipogenesis, terutama sinstesa trigliserida) dapat dikurangi dengan meminimalkan peningkatan glukosa dan insulin postprandial. Jenkins et al (1985) mengemukakan bahwa pangan yang memiliki IG yang rendah dapat berperan dalam penanganan kelainan hiperlipidemia, terutama hipertrigliseridemia. Hal ini didasarkan atas pengujian hipotesa yang menyatakan bahwa pemilihan pangan yang meminimalkan peningkatan kadar glukosa darah dan insulin dapat menurunkan rangsangan sintesa trigliserida hepatik. Harbis et al (2004) menunjukkan bahwa jenis karbohidrat pangan dapat mempengaruhi metabolisme lipid postprandial. Studi intervensi menunjukkan bahwa subjek yang mengonsumsi pangan ber-IG yang tinggi cenderung memiliki LDLcholesterol yang lebih tinggi dibandingkan dengan mereka yang mengonsumsi pangan ber-IG yang rendah. Studi crosssectional juga menunjukkan fenomena yang sama (Ludwig, 2002). Dewasa ini, perhatian juga diberikan kepada diet sangat tinggi lemak-rendah karbohidrat. Berbagai studi menunjukkan bahwa diet jenis ini dapat menurunkan trigliserida, menaikkan HDL-cholesterol dan memperbaiki sensitivitas insulin (Samaha et al. 2003 dan Foster et al. 2003).
Pengaruh Indeks Glikemik, Komposisi, dan Cara (8–17) Albiner Siagian
11 Universitas Sumatera Utara
Sementara itu, diet rendah lemaktinggi karbohidrat telah lama disarankan sebagai diet untuk menurunkan bobot badan pada penderita obes. Diet rendah lemaktinggi karbohidrat memiliki densitas energi yang lebih rendah daripada diet tinggi lemakrendah karbohidrat. Diet ini lebih mengenyangkan dan lebih cepat dioksidasi. Sebaliknya, diet tinggi lemak-rendah karbohidrat kurang mengenyangkan, lebih sulit dioksidasi dan lebih mudah (siap) untuk disimpan (Poppit et al. 2002). Di pihak lain, Foster et al (2006) menunjukkan bahwa diet rendah karbohidrat dapat menurunkan bobot badan penderita obesitas (IMT:33-35) setelah intervensi
selama 3 bulan. Hal senada juga ditemukan oleh Samaha et al (2006) yang membandingkan diet rendah karbohidrat dengan diet rendah lemak pada penderita obesitas berat (rata-rata IMT:43). Samaha dkk menemukan bahwa penurunan bobot badan lebih besar terjadi pada subjek yang mendapatkan diet rendah karbohidrat daripada diet rendah lemak. Akan tetapi, efek modifikasi diet terhadap profil lipid postprandial akan menunjukkan hasilnya pada jangka panjang. Penelitian ini mencoba mengevaluasi efek modifikasi diet pada pagi hari terhadap profil lipid (trigliserida dan kolesterol total) sebagai respon terhadap konsumsi makan siang. IG TINGGI (2 KALI PEMBERIAN)
KADAR TRIGLISERIDA (mg/dl)
132
PgnUji PgnAcuan
131.5 131
130.5 130 0
2
WAKTU (jam)
KADAR TRIGLISERIDA (mg/dl)
IG TINGGI (1 KALI PEMBERIAN) 124.5
PgnUji
124
PgnAcuan
123.5 123 122.5 0
4
PgnAcuan
2
4
KADAR TRIGLISERIDA (mg/dl)
KADAR TRIGLISERIDA (mg/dl)
PgnUji
0
111.5
PgnUji
111
PgnAcuan
110.5 110 109.5 109 0
2
WAKTU (jam)
PgnAcuan
2
KADAR TRIGLISERIDA (mg/dl)
KADAR TRIGLISERIDA (mg/dl)
TINGGI KH-RENDAH LEMAK (2 KALI PEMBERIAN)
PgnUji
0
106 105 104 103 102 101 100 99
PgnUji PgnAcuan
0
4
2
RENDAH KH-TINGGI LEMAK (2 KALI PEMBERIAN)
PgnUji PgnAcuan
114 113.5 113 112.5 112 111.5
0
2 WAKTU (jam)
4
KADAR TRIGLISERIDA (mg/dl)
KADAR TRIGLISERIDA (mg/dl)
RENDAH KH-TINGGI LEMAK (1 KALI PEMBERIAN)
114.5
4
WAKTU (jam)
WAKTU (jam)
115
4
WAKTU (jam)
TINGGI KH-RENDAH LEMAK (1 KALI PEMBERIAN)
102 101.8 101.6 101.4 101.2 101 100.8 100.6 100.4
4
IG RENDAH (2 KALI PEMBERIAN)
IG RENDAH (1 KALI PEMBERIAN)
117 116.5 116 115.5 115 114.5 114 113.5
2 WAKTU (jam)
PgnUji
132.2 132 131.8 131.6 131.4 131.2 131 130.8
PgnAcuan
0
2
4
WAKTU (jam)
Gambar 1. Kadar Trigliserida Pasca Makan Siang (Subjek Normal)
12
Pengaruh Indeks Glikemik, Komposisi, dan Cara (8–17) Albiner Siagian Universitas Sumatera Utara
IG TINGGI (2 KALI PEMBERIAN)
KADAR TRIGLISERIDA (mg/dl)
174
PgnUji
173.5
PgnAcuan
173 172.5 172 171.5 171 0
2
KADAR TRIGLISERIDA (mg/dl)
IG TINGGI (1 KALI PEMBERIAN)
PgnUji
174.2 174
PgnAcuan
173.8 173.6 173.4 173.2 173 0
4
2
IG RENDAH (2 KALI PEMBERIAN)
161.5
PgnUji
161
PgnAcuan
160.5 160 159.5 159 2
4
KADAR KOLESTEROL (mg/dl)
KADAR KOLESTEROL (mg/dl)
IG RENDAH (1 KALI PEMBERIAN)
0
174
PgnUji
173
PgnAcuan
172 171 170 169 168 0
2
WAKTU (jam)
PgnUji
157
PgnAcuan
156 155 154 153
TINGGI KH-RENDAH LEMAK (2 KALI PEMBERIAN)
KADAR KOLESTEROL (mg/dl)
KADAR KOLESTEROL (mg/dl)
158
2
171
PgnUji
170 169
PgnAcuan
168 167 166 165 164
4
0
2
WAKTU (jam)
PgnUji
163
PgnAcuan
162 161 160 159
RENDAH KH-TINGGI LEMAK (2 KALI PEMBERIAN)
KADAR KOLESTEROL (mg/dl)
KADAR KOLESTEROL (mg/dl)
164
2
4
WAKTU (jam)
RENDAH KH-TINGGI LEMAK (1 KALI PEMBERIAN)
0
4
WAKTU (jam)
TINGGI KH-RENDAH LEMAK (1 KALI PEMBERIAN)
0
4
WAKTU (jam)
WAKTU (jam)
4
172 171.5
PgnUji
171
PgnAcuan
170.5 170 169.5 0
WAKTU (jam)
2
4
WAKTU (jam)
Gambar 2. Kadar Kolesterol Total Pasca Makan Siang (Subjek Normal)
Dari hasil penelitian diketahui bahwa pada menit ke-0 (sebelum pemberian makan siang), rata-rata kadar trigliserida untuk perlakuan dengan pangan uji dan pangan acuan, masing-masing adalah 98.4 dan 98,5 mg/dl untuk subjek normal (Gambar 1). Sementara itu, untuk subjek obes, sebelum pemberian makan siang, rata-rata kadar trigliserida pada perlakuan dengan pangan uji dan pangan acuan, masing-masing adalah 115.5 dan 117,6 mg/dl (Gambar 2). Rata-rata kadar kolesterol total pada menit ke-0 (sebelum pemberian makan siang) untuk perlakuan dengan pangan uji
dan pangan acuan, masing-masing adalah 163,4 dan 163,5 mg/dl untuk subjek normal. Sedangkan rata-rata kadar kolesterol total untuk perlakuan dengan pangan uji dan pangan pada waktu yang sama, masingmasing adalah 161,2 dan 161,6 mg/dl, untuk subjek obes. Hasil uji beda rata-rata kadar trigliserida menunjukkan tidak ada perbedaan rata-rata kadar trigliserida pada menit ke-0 atau pukul 12.00 antara perlakuan dengan pangan uji dan pangan acuan, baik untuk subjek normal maupun subjek obes (p>0,05). Hal senada juga berlaku untuk kadar
Pengaruh Indeks Glikemik, Komposisi, dan Cara (8–17) Albiner Siagian
13 Universitas Sumatera Utara
kolesterol total pada perlakuan dan waktu yang sama. Tidak ada perbedaan rata-rata kadar kolesterol total sebelum pemberian makan siang antara perlakuan dengan pangan uji dan pangan acuan, baik pada subjek normal maupun obes (p>0,05). Data ini mengindikasikan bahwa tidak ada pengaruh modifikasi pangan pada pagi hari⎯IG dan cara pemberian pangan yang berbeda⎯pada kadar trigliserida dan kolesterol total pada siang hari (jangka pendek).
Hasil penelitian juga menunjukkan bahwa, baik pada subjek normal maupun obes, tidak ada perbedaan kadar trigliserida dan kolesterol total pasca makan siang (sampai dengan empat jam pasca pemberian makan siang) (p>0,05). Järvi et al (1999) juga menunjukkan bahwa pemberian pangan dengan komposisi dan IG yang berbeda tidak mempengaruhi komposisi asam lemak pada jangka pendek (Gambar 3 dan 4).
IG TINGGI (2 KALI PEMBERIAN)
98 97 96 95
PgnUji
94
PgnAcuan
93 0
2
KADAR TRIGLISERIDA (mg/dl)
KADAR TRIGLISERIDA (mg/dl)
IG TINGGI (1 KALI PEMBERIAN)
PgnUji
102.5
PgnAcuan
102 101.5 101 100.5 100 0
4
2
WAKTU (jam)
IG RENDAH (2 KALI PEMBERIAN)
97
PgnUji
96.5
PgnAcuan
96 95.5 95 94.5 2
KADAR TRIGLISERIDA (mg/dl)
KADAR TRIGLISERIDA (mg/dl)
IG RENDAH (1 KALI PEMBERIAN)
0
4
PgnUji
105 104.5
PgnAcuan
104 103.5 103 102.5 102 0
2
WAKTU (jam)
TINGGI KH-RENDAH LEMAK (2 KALI PEMBERIAN)
PgnUji PgnAcuan
4
KADAR TRIGLISERIDA (mg/dl)
KADAR TRIGLISERIDA (mg/dl)
102 101.5 101 100.5 100 99.5 99 98.5 2
PgnUji
90
PgnAcuan
89.5 89 88.5 88 87.5 0
2
RENDAH KH-TINGGI LEMAK (1 KALI PEMBERIAN)
92 91 90
PgnUji PgnAcuan
87 0
2 WAKTU (jam)
4
KADAR TRIGLISERIDA (mg/dl)
KADAR TRIGLISERIDA (gr/dl)))
RENDAH KH-TINGGI LEMAK (2 KALI PEMBERIAN)
88
4
WAKTU (jam)
WAKTU (jam)
89
4
WAKTU (jam)
TINGGI KH-RENDAH LEMAK (1 KALI PEMBERIAN)
0
4
WAKTU (jam)
101 100.5 100 99.5 99
PgnUji
98.5
PgnAcuan
98 97.5 0
2
4
WAKTU (jam)
Gambar 3. Kadar Trigliserida Pasca Makan Siang (Subjek Obes)
14
Pengaruh Indeks Glikemik, Komposisi, dan Cara (8–17) Albiner Siagian Universitas Sumatera Utara
IG TINGGI (2 KALI PEMBERIAN)
162.4 162.2 162 161.8 161.6 161.4 161.2 161 160.8
PgnUji PgnAcuan
0
2
4
KADAR KOLESTEROL (mg/dl)
KADAR OLESTEROL (mg/dl)
IG TINGGI (1 KALI PEMBERIAN)
PgnUji
191.5 191
PgnAcuan
190.5 190 189.5 189 188.5 0
2
IG RENDAH (2 KALI PEMBERIAN)
166 165 164 163 162 161 160 159 158
PgnUji PgnAcuan
2
KADAR KOLESTEROL (mg/dl)
KADAR KOLESTEROL (mg/dl)
IG RENDAH (1 KALI PEMBERIAN)
0
167 166 165 164 163 162 161 160 159
PgnUji PgnAcuan
0
4
2
TINGGI KH-RENDAH LEMAK (2 KALI PEMBERIAN)
166
KADAR KOLESTEROL (mg/dl)
KADAR KOLESTEROL (mg/dl)
TINGGI KH-RENDAH LEMAK (1 KALI PEMBERIAN)
PgnUji
165
PgnAcuan
164 163 162 161 2
4
168
PgnUji
166
PgnAcuan
164 162 160 158 0
2
155
PgnUji
154
PgnAcuan
153 152 151 150
RENDAH KH-TINGGI LEMAK (2 KALI PEMBERIAN)
KADAR KOLESTEROL (mg/dl)
KADAR KOLESTEROL (mg/dl)
RENDAH KH-TINGGI LEMAK (1 KALI PEMBERIAN)
2
4
WAKTU (jam)
WAKTU (jam)
0
4
WAKTU (jam)
WAKTU (jam)
0
4
WAKTU (jam)
WAKTU (jam)
170 169.5 169 168.5 168 167.5 167
4
PgnUji PgnAcuan
0
WAKTU (jam)
2
4
WAKTU (jam)
Gambar 4. Kadar Kolesterol Total Pasca Makan Siang (Subjek Obes)
Hal ini senada dengan temuan Jenkins et al (1985) yang menunjukkan bahwa tidak ada perbedaan kadar trigliserida dan kolesterol total sampai dengan dua minggu setelah pemberian pangan yang memiliki IG yang rendah. Mereka juga menemukan bahwa tidak ada hubungan langsung antara penurunan IG pangan individual dengan kadar trigliserida. Mereka menyimpulkan bahwa penurunan IG pangan yang disertai dengan peningkatan kadar serat panganlah yang dapat menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol total pada jangka pendek. Dari penelitian ini juga terbukti bahwa pada jangka pendek, modifikasi pangan pada pagi hari (IG dan rasio karbohidrat terhadap
lemak) tidak dapat menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol pada siang hari, baik pada subjek normal maupun obes. Hal yang bertolakbelakang dengan hasil penelitian ini ditemukan oleh Harbis et al (2004) pada penelitian pada subjek obes yang mengalami resistansi insulin. Pada penelitian ini, Harbis dan rekannya menguji hipotesa apakah perubahan pada lipoprotein hepatik postprandial dipengaruhi oleh respon glikemik dan insulinemik terhadap pangan. Mereka menemukan bahwa mengonsumsi pangan yang kaya karbohidrat yang diserap dengan cepat (pangan IG-tinggi) dapat menaikkan insulin dan akumulasi trigliserida
Pengaruh Indeks Glikemik, Komposisi, dan Cara (8–17) Albiner Siagian
15 Universitas Sumatera Utara
yang bersirkulasi dalam darah sampai dengan enam jam pasca pemberian pangan uji. Perbedaan ini kemungkinan besar berkaitan dengan perbedaan subjek penelitian. Subjek pada penelitian Harbis dan kawan-kawan adalah penderita resistansi insulin. Resistansi insulin adalah suatu kelainan metabolik yang dicirikan oleh menurunnya sensitivitas jaringan terhadap insulin (Kendall and Harmel 2002). Resistansi insulin terjadi ketika jaringan gagal merespon insulin secara normal. Efek resistansi insulin antara lain adalah meningkatnya kadar trigliserida dan menurunnya kadar HDL-cholesterol dalam darah (Kendall and Harmel 2002 dan Bessessen 2001). Hasil uji ANOVA menunjukkan tidak ada perbedaan kadar trigliserida dan kolesterol total pasca makan siang, setelah didahului oleh pangan dengan IG, komposisi yang berbeda pada pagi hari, antar jenis kelamin dan antar kondisi fisiologis, yaitu normal dan obes (p>0.05). Hal ini menunjukkan bahwa, pada jangka pendek, pria dan wanita memiliki responsivitas (perubahan profil lipid) yang sama terhadap modifikasi pangan pada pagi hari. Hal yang sama juga berlaku untuk orang normal atau obes. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan Tidak ada perbedaan profil lipid plasma pada subjek obes dan normal pascamakan siang setelah mengonsumsi pangan dengan indeks glikemik, komposisi, dan cara pemberian yang berbeda pada pagi hari. Hal ini berarti bahwa modifikasi pangan pada pagi hari tidak dapat menurunkan kadar trigliserida dan kolesterol total pada siang hari. Artinya, pendekatan IG pangan tidak dapat memperbaiki profil lipid pada intervensi jangka pendek Saran Perlu dilakukan penelitian (eksperimen) untuk mengetahui efek pemberian pangan dengan indeks glikemik, komposisi, dan cara pemberian yang berbeda pada pagi hari pada efeknya pada profil lipid pasca makan siang pada jangka waktu pemberian yang panjang (long-time study).
16
DAFTAR PUSTAKA Albrink MJ, Newman T, and Davidson RC. 1979. Effect of high- and low-fiber diets on plasma lipids and insulin. Am J Clin Nutr, Vol.32:1486-1492 Allain CC, Poon LS, Chan CS, Richmond W, and Fu, PC. 1974. Enzimatic determination of total serum cholesterol. Clin Chem, Vo.20:470-475 Ball SD, Keller KR, Moyer-Mileur LJ, Ding YW, Donaldson D and Jackson WD. 2003. Prolongation of satiety after low versus moderately high glycemic index meals in obese adolescent. Pediatrics, Vol.111: 4888-494 Bessesen DH. 2001. The role of carbohydrates in insulin resistance. J Nutr, 131:2782S-2786S Bucolo G and Davis H. 1973. Quantitative determination of serum triglycerides by the use of enzymes. Clin Chem, Vol.19:476-481 Foster-Powel K, Holt SHA, Miler JCB. 2002. International table of glycemic index and glycemic load: 2002. Am J Clin Nutr, Vol.76:5-56 Harbis A, Perdreau S, Vincent-Baudry S, Charbornnier M, Bernard, MC, Raccah D, Senft M, Lorec AM, Defoort C, Portugal H, Vinoy S, Lang V, and Lairon D. 2004. Glycemic and insulinemic meal responses modulate postprandial hepatic and intestinal lipoprotein accumulation in obese, insulin-resistant subjects. Am J Clin Nutr, Vo.80:896-902 Jenkins DJA, Wolever TM, Kalmusky J, Guidici S, Giordano C, Patten RL, Wong GS, Bird JN, Hall M, Buckley G, and Little JA. 1985. Low glycemic index carbohydrate foods in the management of hyperlipidemia. Am J Clin Nutr, Vol.46:66-71 Jenkins DJA, Wolever TM, Kalmusky J, Guidici S, Giordano C, Patten R, Wong GS, Bird JN, Hall M, Buckley G, Csima A, and Little JA. 1987. Lowglycemic index diet in hyperlipidemia: use of traditional starchy foods. Am J Clin Nutr, Vol.46:66-71 Kendall DM and Harmel AM. 2002. The metabolic syndrome, type 2 diabetes, and cardiovascular disease: Understanding the role of insulin resistance. The Am J Managed Care, Vol.8:633S-653S
Pengaruh Indeks Glikemik, Komposisi, dan Cara (8–17) Albiner Siagian Universitas Sumatera Utara
Ludwig DS. 2002. The glycemic index: physiological mechanisms relating obesity, diabetes, and cardiovascular diseases. JAMA, Vol.287:2414-2423 Mayer J. 1953. Glucostatic mechanism of the regulation of food intake. N Engl J Med, Vol.249:6-13 Miller JCB, Powel KF, Colagiuri S. 1997. The GI Factor: The GI Solution. Hodder and Stoughton, Hodder Headline Australia Pty Limited Samaha FF, Igbal N, Seshadri P, Chicano KL, Daily DA, McGrory J, Williams T, Williams M, Gracely EJ and Stern L. 2003. A low-carbohydrate as compared with low-fat diet in severe obesity. N Engl J Med, Vol.348:20742081
Sheard NF et al. 2004. Dietary carboydrate (amount and type) in the prevention and management of diabetes. Diabetes Care, Vol. 27: 2266-2271 Slabber M, Barnard HC, Kuyl JM, Dannhauser A, Schall R. 1994. Effect of a low-insulin-response, energyrestricted diet on weight loss and plasma insulin concentration in hyperinsulinemic obese females. Am J Clin Nutr, Vol.60:48-53 Warren JM, Henry CJK, Simonite V. 2003. Low glycemic index breakfast and reduced food intake in preadolescent children. Pediatrics, Vol 112: e414e419 Willet WC, Manson JA, Liu S. 2002. Glycemic index, glycemic load, and risk of type 2 diabetes. Am J Clin Nutr, Vol.76:274S-280S
Pengaruh Indeks Glikemik, Komposisi, dan Cara (8–17) Albiner Siagian
17 Universitas Sumatera Utara