Jurnal Ilmu Pertanian dan Perikanan Juni 2014 Vol. 3 No.1 Hal : 19-29 ISSN 2302-6308
Available online at:
http://umbidharma.org/jipp
FAKTOR INTERNAL DAN EKSTERNAL PENGELOLAAN SUMBERDAYA PERIKANAN SECARA OPTIMAL DAN BERKELANJUTAN DI PERAIRAN PULAU PANJANG KABUPATEN SERANG PROVINSI BANTEN (Internal and External Factors to Optimum and Sustainable Mangement of Fisheries Resources at Panjang Island Serang District Banten Province)
Dian Anggraeni1*, Aliudin1, dan Sakinah Haryati2 1Jurusan
Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa, Jl. Raya Jakarta, KM 04. Pakupatan, Serang, Banten. 2Jurusan Perikanan, Fakultas Pertanian, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa *Korespondensi:
[email protected] Diterima: 12 April 2014 / Disetujui: 25 Mei 2014 ABSTRACT
Panjang Island is one island in the Province of Banten region densely populated with a density of 4 people per km². Most of the populations (75%) depend on marine resources of Panjang Island. At the time of abundant marine life resource fishing community on Its Island are not many obstacles. But when the rise in population greater than the availability, this condition will threaten the lives of fishing communities. This study aims to determine the internal and external factors in the management of fisheries resources in Panjang Island. Target of this research is to be achieved is obtained fisheries resources management strategies in the waters of Panjang Island. The method used in this study is a survey method with the specified location deliberately. The sampling technique used was simple random sampling. Basis for determining the sample is ownership of a motor boat and fishing gear. The number of fisherman in Long Island fisherman who has a 605 motor boats and fishing gear, fishing 65 selected samples. Based on the results of that analysis, strategy based on opportunities, threats, strengths and weaknesses are in quadrant II. The strategy called diversification strategy. This strategy can be done by using force to overcome the threat. Keywords: management, fisheries resources, optimal utilization ABSTRAK Pulau panjang merupakan salah satu Pulau di Wilayah Provinsi Banten yang berpenduduk padat dengan tingkat kepadatan 4 orang per km². Sebagian besar penduduk 75 % dari total penduduk secara keseluruhan hidupnya bergantung dari sumberdaya perairan laut di sekitar Pulau Panjang. Pada saat Sumberdaya laut berlimpah kehidupan masyarakat nelayan di pulau panjang tidak banyak menemukan kendala, tetapi pada jangka panjang yaitu pada saat kenaikan jumlah penduduk lebih besar dibandingkan dengan ketersediaan sumberdaya laut, kondisi ini akan mengancam kehidupan masyarakat nelayan di Pulau Panjang. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor internal dan ekternal dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di Pulau Panjang. Target yang ingin dicapai yaitu diperolehnya strategi pengelolaan sumber daya perikanan di perairan Pulau
20
ANGGRAENI ET AL.
JIPP
Panjang. Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survei dengan lokasi ditentukan secara sengaja. Teknik sampling yang digunakan adalah simple random sampling. Dasar penetapan sampel adalah kepemilikan perahu motor dan alat tangkap ikan. Jumlah nelayan yang ada di Pulau Panjang 605 nelayan yang memiliki perahu motor dan alat tangkap ikan, sampel terpilih 65 orang nelayan. Berdasarkan hasil analisis bahwa, startegi berdasarkan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan berada pada Kuadaran II. Strateginya disebut strategi diversifikasi. Strategi ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. Kata kunci: pengelolaan, sumberdaya perikanan, pemanfaatan optimal PENDAHULUAN Indonesia memiliki potensi lestari (maximum sustainable yield) sumberdaya ikan laut sebesar 6,4 juta ton per tahun. Potensi tersebut tersebut terdiri atas ikan pelagis besar 1,65 juta ton, ikan pelagis kecil 3,6 juta ton, ikan demersal 1,36 juta ton, ikan karang 145 ribu ton, udang paneid 94,8 ribu ton , lobster 4,8 ribu ton dan cumi-cumi sebesar 28,25 ribu ton. Kegiatan perikanan tidak hanya penyumbang devisa negara tetapi yang lebih penting lagi kegiatan perikanan mampu memberikan keuntungan ekonomi bagi nelayan seperti pemenuhan kebutuhan hidup dan peningkatan kesejahteraan, serta menurunkan angka pengangguran. Pulau Panjang merupakan serangkaian dari Kepulauan Seribu yang langsung berbatasan dengan Laut Jawa, Teluk Banten, dan Selat Sunda. Daratan Pulau Panjang secara keseluruhan lahan pasir dan berbatu karang, sehingga yang dapat tumbuh baik hanya pohon kelapa. Sumber pendapatan andalan masyarakat setempat adalah dari hasil perikanan tangkap dan budidaya rumput laut. Luas daratan Pulau Panjang 745 ha2 dengan panjang garis pantai 2500 ha. Kondisi daratan yang miskin unsur hara dan sebagian besar terdiri dari rawa pasang surut, hingga saat ini belum dimanfaatkan sebagai sumber ekonomi bagi masyarakat nelayan pulau panjang. Sumber pendapatan utama nelayan di Pulau Panjang mengandalkan dari hasil laut dari sepanjang garis
pantai di pulau panjang. Hasil laut penting di Pulau Panjang yaitu rumput laut dan hasil ikan tangkap. Budidaya rumput laut di Pulau Panjang hanya memanfaatkan 5,63 ha areal laut yang berada di sepanjang garis pantai yang berbatasan langsung dengan Teluk Banten, sedangkan potensi lahan di sepajang garis pantai Pulau Panjang 2500 ha (Bapenas 2009). Pada tahun 2010 produksi rumput laut basah mencapai 43,59 ton per musim tanam. Hasil ikan tangkap yang terpenting dari nelayan Pulau Panjang yaitu ikan pelagis besar seperti tongkol (Auxis hazard) dan tenggiri (Scomberonomus comerson), ikan pelagis kecil seperti ikan kembung (Rastrelliger sp.), tembang (Sardinella sp.), japuh (Dussumeina sp.) dan julung-julung (Hemirhampus sp), ikan demersal seperti kakap (Lates calcalifer), bambangan (Lutjanus sanguines), cucut (Hemigaleus argentata), pari (Dasyatis sp.), kuro (Elentherinema tetadacty), rajungan (Portunus pelagicus) dan udang putih (Trygon sephen) (DKP Banten 2010). Perkembangan hasil tangkap ikan di Pulau Panjang dari tahun ke tahun berfluktusai, selama lima tahun terakhir dari tahun 2005 sampai dengan 2010, rata-rata 1.543, 25 ton. Jumlah tersebut menyumbang 30 % dari total hasil tangkapan yang ada di TPI Karangantu. Nilai komersil dan pangsa pasar yang tinggi dari komoditi perikanan merupakan peluang yang sekaligus merupakan ancaman bagi kegiatan usaha perikanan berkelanjutan. Meningkatnya aktivitas penangkapan
Vol. 3, 2014
Faktor Internal dan Eksternal Pengelolaan
melalui peningkatan upaya penangkapan , akan memberikan tekanan yang besar terhadap sumberdaya dan ekosistem yang mengarah pada tangkap lebih (overfishing) baik secara biologi maupun secara ekonomi. Overfishing secara biologi akan menurunkan biomassa yang ditandai dengan penurunan jumlah hasil tangkapan per unit (ukuran ikan hasil tangkapan semakin kecil dan perubahan daerah penangkapan (fishing ground), penurunan bilogi tersebut menyebabkan penurunan secara ekonomi (penangkapan ikan menjadi tidak efisien). Ancaman tersebut lebih lanjut lagi akan berdampak pada kesejahteraan nelayan dan kerusakan eksosistem. Berdasarkan kondisi tersebut dibutuhkan estimasi yang tepat terhadap perikanan baik hasil tangkapan maupun hasil budidaya. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui faktor internal dan faktor ekternal dalam pengelolaan sumberdaya perikanan dan mengetahui strategi dalam pengembangan sumberdaya perikanan di Pulau Panjang. METODE PENELITIAN Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode survey. Penelitian dengan menggunakan metode survey merupakan metode penelitian yang mengambil sampel dari suatu populasi dan menggunakan kuesioner sebagai pengumpul data yang pokok (Singarimbun dan Sofian Effendi )1995. Metode Pengambilan Data Data yang diperlukan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari nelayan yang ada di Pulau Panjang yang terpilih sebagai sampel dengan teknik wawancara langsung dan dengan menggunakan daftar quesioner yang disusun sebelumnya berdasarkan variabel yang diteliti.
21
Metode Pengambilan Sampel Populasi sasaran adalah para nelayan yang memiliki perahu motor dan alat tangkap ikan. Teknik sampling yang digunakan simple random sampling. Sampel terpilih 65 nelayan dari 567 orang nelayan. Alasan penggunaan teknik simple random sampling karena sampel relatif homogen dalam pemilikan perahu bermotor dan kepemilikan alat tangkap ikan. Selain nelayan sampel juga dipilih sampel dari stake holder baik yang ada di Pulau Panjang maupun di Kabupaten dan Provinsi, teknik sampling yang digunakan snowball sampling setelah penelitian berjalan. Metode Analisis Data Data dan informasi yang terkumpul diolah dan dianalisis secara kualitatif dan disajikan dalam bentuk deskriptif. Metode pengolahan dan analisis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan konsep matriks SWOT. Data yang diperoleh dari para nelayan dan stake holder, analisis diawali dengan mengidentifikasikan faktor-faktor lingkungan yang berpengaruh terhadap pengelolaan perikanan di perairan Pulau Panjang. Lingkungan yang berpengaruh terhadap pengelolaan perikanan di perairan Pulau Panjang terdiri dari lingkungan internal dan lingkungan eksternal. Faktor lingkungan internal dijadikan acuan untuk menentukan kekuatan dan kelemahan usaha pengelolaaan perikanan di perairan Pulau Panjang. Faktor Lingkungan eksternal dijadikan acuan untuk menentukan peluang dan ancaman untuk pengembangan pengelolaan perikanan di Pulau Panjang. Faktor-faktor internal dan eksternal pengeloaan perikanan dianalisis melalui matriks SWOT untuk mencari alternatif strategi pengembangan pengelolaan perikanan di perairan Pulau Panjang yang sesuai untuk diterapkan pada usaha perikanan tersebut. Model SWOT terdiri atas empat sel alternatif strategi seperti terlihat pada
22
ANGGRAENI ET AL.
Tabel 1, keempat sel alternatif strategi itu adalah: 1) Strategi SO (Kekuatan-Peluang), yaitu menggunakan kekuatan untuk mengambil keuntungan dari peluang yang ada. 2) Strategi WO (Kelemahan-Peluang), yaitu menggunakan kekuatan dari peluang dan mengatasi kelemahan yang dimiliki. 3) Strategi ST (Kekuatan-Ancaman), yaitu menggunakan kekuatan untuk menghadapi ancaman. 4) Strategi WT(Kelemahan-Ancaman), yaitu meminimumkan kelemahan dan menghindari ancaman. Formulasi strategi pengembangan melibatkan pengambilan keputusan pada tingkat divisi atau tingkat unit bisnis, strategi ini harus konsisten dengan strategi bisnis keseluruhan yang dikhususkan untuk line of business tersebut. Salah satu pendekatan yang berguna untuk merumuskan strategi bisnis adalah analisis kompetitif. Anlisis tersebut sesungguhnya didasarkan terhadap lima kekuatan kompetitif yaitu ancaman pesaing baru, kekuatan tawarmenawar dari pembeli, ancaman produk pengganti serta persaingan antar perusahaan yang sudah ada di dalam perusahaan (Michael Porter, 1980). Sebelum kita merumuskan alternatif kita terlebih dahulu strategi matriks SWOT. Analisis yang diteliti dari masing-masing elemen internal dan eksternal dapat dilakukan dengan menggunakan matriks Internal Faktor Evaluation (IFE) dan Eksternal Faktor Evaluation (EFE). Penilaian internal ditujukan untuk mengukur sejauh mana kekuatan dan kelemehan yang dimiliki oleh suatu perusahaan. Langkah yang singkat dalam melakukan penilaian internal adalah dengan menggunakan matriks Internal Faktor Evaluation (IFE). Alat formulasi ini merangkum, mengevaluasi kekuatan dan kelemahan utama dalam fungsi bisnis juga merupakan dasar identifikasi serta evaluasi hubungan antara fungsi-fungsi yang ada (David, 1997).
JIPP Suatu matriks EFE mengarahkan perumus strategi untuk merangkum dan megevaluasi informasi ekonomi, sosial budaya, demografi, lingkungan, politik, pemerintah, hukum, teknologi, dan tingkat persaingan (Fredy Rangkuti, 2005) Gabungan Matriks Internal Faktor Evaluation dan Eksternal Faktor Evaluation menghasilkan matriks Internal-Eksternal (I-E) yang berisikan sembilan macam sel yang memperlihatkan kombinasi total nilai terboboti dari matrik-matrik IFE dan EFE. Tujuan penggunanan matrik IE adalah untuk memperoleh strategi bisnis di tingkat perusahaan yang lebih detil (David, 1997). Matrik IE dibagi menjadi tiga daerah utama yang mempunyai implikasi yang berbeda. Tiga daerah berbeda tersebut adalah: 1) Daerah 1 meliputi sel I, II atau IV termasuk daerah growth and build. Strategi yang sesuai dengan daerah ini adalah strategi intensif, misalnya penetrasi pasar, pengembangan pasar atau pengembangan produk atau strategi integratif misalnya integrasi horizontal dan integrasi vertikal. 2) Daerah 2, meliputi sel III, V atau VII. Strategi yang paling sesuai adalah strategi-strategi hold and Maintain. Strategi yang sesuai yaitu penetrasi pasar dan pengembangan produk. 3) Daerah 3, meliputi sel VI, VIII atau IX adalah harvest dan divest. HASIL DAN PEMBAHASAN Lingkungan Luar Lingkungan luar yang berpengaruh terhadap pengelolaan sumberdaya perikanan adalah: pendidikan dan pengalaman tentang pengelolaan perikanan, ekosistem perairan disekitar pulau panjang, perkembangan teknologi, tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan, situasi pasar perikanan, dukungan kebijakan stakeholder,
Vol. 3, 2014
Faktor Internal dan Eksternal Pengelolaan
budaya dan sosial masyarakat nelayan di wilayah Perairan Pulau Panjang. Pendidikan dan pengalaman tentang pengelolaan sumberdaya perikanan, merupakan faktor terpenting dalam pengelolaan sumberdaya perikanan di Pulau Panjang. Sampai saat ini pendidikan sumberdaya perikanan tidak berkembang, perkembangan teknik pengelolaan sumber daya perikanan yang mereka peroleh berpatokan pada pendidikan dan pelatihan yang nelayan peroleh pada tahun 1996. Ekosistem perairan di sekitar Pulau Panjang merupakan faktor penentu keberlanjutan usaha perikanan. Terdapat fenomena yang mulai terlihat bahwa pemanfaatan ekosistem Pulau Panjang sudah melewati ambang lestari (melewati Maximum Sustainable Yield), fenomena ini menunjukkan setiap tonase komoditi perikanan yang dipanen memerlukan biaya yang melebihi tonase tersebut, biaya yang dikeluarkan oleh nelayan tidak sanggup lagi merespon hasil panen perikanan. Kasus yang terjadi pada pengelolaan sumberdaya perikanan, sudah menurun hampir 30 %. Rata–rata hasil tangkapan nelayan per satu kali tangkap 3 ku sampai 4 ku. Perkembangan teknologi yang berkaitan dengan perikanan tidak menunjukkan trend yang meningkat, dan keterlambatan perkembangan teknologi ini yang mempercepat penurunan daya dukung ekosistem perairan Pulau Panjang. Perairan Pulau Panjang merupakan tumpuan bagi masyarakat nelayan dan karakteristik pengelolaan perikanan ini bersifat common good sumberdaya milik bersama, karakteristik seperti ini biasanya cepat menguras sumber daya yang tersedia, dan apabila terdapat kelambatan dalam perkembangan teknologi akan mempercepat pengurasan sumberdaya. Kesejahteraan rumah tangga nelayan, sangat menunjang bagi keberlangsungan pengelolaan perikanan. Kesejahteraan tersebut berkaitan dengan peluang pengelolaan perikanan.
23
Masa menunda merupakan hal yang penting bagi pengelolaan perikanan. Pada saat masa menunda penjualan hasil perikanan merupakan masa untuk mencari peluang harga pasar yang sangat menguntungkan. Walaupun haga hasil perikanan sudah ditetapkan secara internasional (khusus untuk teri), tetapi praktek di lapangan, pihak yang menentukan harga pada umumnya para tengkulak. Situasi pasar, untuk pemasaran perikanan masih terbuka lebar. Hasil perikanan dijual oleh nelayan dalam bentuk hasil olahan. Proses penjualan ini mempengaruhi perolehan nilai tambah (perolehan nilai tambah yang diterima pengelola sumberdaya perikanan terbatas), sedangkan berdasarkan wawancara dengan pihak industri, nelayan mempunyai peluang untuk meningkatkan nilai tambah dengan cara merubah wujud produk, seperti produk rumput laut menjadi tepung rumput laut. Untuk memperluas pangsa pasar dan meningkatkan nilai tambah diperlukan inovasi teknologi bagi nelayan. Dukungan kebijakan stakeholder memegang peranan penting, untuk pengembangan dan pengelolaan perikanan dimasa yang akan datang. Tidak ada kebijakan yang mengatur tentang pengeloaan wilayah laut. Hal ini menyebabkan setiap penduduk yang ada di Pulau Panjang tanpa batas dalam memanfaatkan areal laut. Situasi sosial budaya sangat berpengaruh terhadap keberlanjutan usaha perikanan. Terutama berkaitan dengan pemahaman pengelolaan sumberdaya perikanan tentang kepemilikan dan penguasaan areal laut. Pengelolaan sumberdaya perikanan menganggap laut sebagai lahan usaha terpenting dan merupakan anugerah Tuhan yang diperoleh secara gratis. Persepsi mendasar ini akan mempercepat kerusakan sumberdaya areal laut.
24
ANGGRAENI ET AL.
Lingkungan dari dalam Pengelolaan Perikanan di Pulau Panjang Lingkungan internal yang penting yang berkaitan dengan pemberdayaan pengelolaan sumberdaya perikanan meliputi: motivasi berusaha para nelayan, sikap mandiri, pengelolaan keuangan, daya kreativitas, dan keberanian mengambil risiko dalam berusaha. Motivasi berusaha dalam pengelolaan sumberdaya perikanan. Sebagian besar motivasi berusaha nelayan ingin memperoleh keuntungan yang sebesarbesarnya. Persepsi dari pengelolaan sumberdaya perikanan ini dalam jangka pendek memang dapat dicapai. Kondisi tersebut dapat dilihat dari pertumbuhan produksi sampai dengan mencapai puncaknya pada tahun 2010, sedangkan setelah melampaui tahun tersebut produksi menurun drastis. Sikap mandiri bagi pengelolaan sumberdaya perikanan. Sikap mandiri bagi nelayan laut merupakan modal dasar untuk menjamin keberlangsungan usaha. Sikap mandiri pengelolaan sumberdaya perikanan cukup baik meliputi sikap nelayan untuk mencoba tidak selalu tergantung pada pemilik modal. Hal ini terbukti bagi pengelolaan sumberdaya perikanan yang sudah lama berkecimpung dalam kelompok nelayan, mereka sudah mandiri walaupun pada kondisi tertentu masih ada yang meminjam modal pada tengkulak. Sikap mandiri lainnya terlihat dalam perencanaan usaha, mereka merencanakan sendiri mulai dari penyediaan sarana produksi sampai dengan pemasaran. Pengeloaan keuangan sumber daya perikanan. Dalam hal pengelolaan keuangan masih sangat sederhana dan tidak mengenal monitoring dan evaluasi. Implikasinya pertumbuhan usaha perikanan baik secara individu maupun secara keseluruhan tidak terlihat secara nyata, padahal rekam jejak usaha perikanan berdasarkan data-data otentik sangat diperlukan untuk melihat perkembangan dan pertumbuhan usaha
JIPP perikanan. Rekam jejak pertumbuhan dan perkembangan usaha perikanan sangat penting untuk mendeteksi dini apabila terjadi kejanggalan dalam pengelolaan perikanan. Daya kreativitas. Daya kreativtas pengelolaan sumberdaya perikanan tidak nampak dapat dikatakan kurang berkembang. Rendahnya daya kreativitas ini dapat dilihat dari penguasaan teknologi yang tidak berkembang. Serta upaya (effort) mereka untuk mengolah hasil perikanan menjadi produk lain yang memiliki nilai yang lebih tinggi dapat dikatakan tidak ada. Keberanian mengambil risiko usaha pengelolaan sumberdaya perikanan sangat tinggi. Nelayan kadang melampaui daya risiko usaha. Persepsi yang ada pada pengelolaan sumberdaya perikanan secara bebas memanfaatkan areal laut dengan leluasa, sedangkan usaha untuk meminimalisasi risiko tersebut sangat sedikit. Matrik EFE Matrik EFE menginventarisir faktorfaktor eksternal dalam bentuk skala prioritas dalam kerangka peluang dan ancaman. Faktor yang dikategorikan sebagai peluang yang dapat dimanfaatkan bagi pengelolaan sumberdaya perikanan dikategorikan sebagai berikut: 1) Pendidikan dan pengalaman tentang pengelolaan perikanan 2) Ekosistem perairan disekitar pulau panjang, perkembangan teknologi, 3) Tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan, 4) Situasi pasar, 5) Dukungan kebijakan stakeholder, 6) Budaya dan sosial masyarakat nelayan. Matrik EFE yang merupakan peluang, antara lain pendidikan dan pengalaman tentang pengelolaan perikanan, situasi pasar, dan dukungan kebijakan dari pemerintah dan stakeholder. Pendidikan dan pengalaman pengelolaan perikanan menjadi peluang
Vol. 3, 2014
Faktor Internal dan Eksternal Pengelolaan
untuk pemberdayaan masyarakat nelayan. Pengalaman yang dimiliki merupakan modal penting untuk pemberdayaan. Pengalaman nelayan dirintis mulai tahun 1996, miminal para nelayan berpengalaman 5 tahun dan maksimal pengelolaan sumberdaya perikanan 60 tahun. Pengalaman nelayan ini memungkinkan nelayan lebih efektif dan efisien dalam melakukan pengelolaan sumberdaya perikanan. Pangsa pasar; pangsa pasar perikanan berkaitan dengan permintaan dan penawaran. Permintaan pasar sampai saat ini mebutuhkan 20 ton per hari baik permintaan dari dalam negeri maupun permintaan dari luar negeri , permintaan tersebut terutama untuk dunia industri. Berdasarkan identifikasi dengan dukungan pemerintah stakeholder untuk pemberdayaan nelayan; dukungan pemerintah dan stakeholder terkait dengan pemberdayaan pengelolaan sumberdaya perikanan meliputi: pelatihan manajemen usaha pengelolaan hasil perikanan. Pelatihan ini penting karena pengelolaan sumberdaya perikanan hingga saat ini belum mengetahui tentang pentingnya pembukuan usaha perikanan. Selanjutnya pelatihan yang diperlukan juga berkaitan dengan perhitungan analisa usaha nelayan. Perhitungan analisis usaha sangat diperlukan karena dengan analisis usaha, para pengelolaan sumberdaya perikanan dapat membuat master plan bisnis perikanan yang matang. Peran stakeholder yang tidak kalah pentingnya adalah dorongan dan motivasi untuk membentuk koperasi atau usaha sejenis, pembentukan koperasi ini penting karena dalam jangka panjang koperasi dapat mengarahkan perkembangan dan pertumbuhan usaha perikanan. Budaya dan sosial masyarakat pengelolaan sumberdaya perikanan: budaya dan sosial para nelayan di Pulau Panjang kurang mendukung terhadap pertumbuhan dan perkem-
25
bangan nelayan di Pulau Panjang. Masyarakat di Pulau Panjang cenderung bersifat individual, karakteristik ini terbentuk karena pola hidup masyarakat Pulau Panjang yang memiliki warna mendekati kehidupan dan pola masyarakat nelayan, pada saat malam hari berlabuh kelaut lepas, sedangkan pada siang hari menghabiskan waktu untuk istrirahat, intensitas dan waktu luang untuk kegiatan budaya dan sosial masyarakat sangat rendah. SWOT Analisis Faktor-faktor strategis internal dapat diidentifikasi kedalam 1 kelompok: aspek dari individu nelayan. Faktor-faktor strategis eksternal yaitu: aspek dari individu nelayan, sosial ekonomi pembudidaya, kebijakan, aspek kekuatan hukum, aspek kelembagaan. Lebih jelas faktor internal dan ekternal dapat dilihat pada matrik pada Tabel 1. Aspek dari individu pengelolaan sumberdaya perikanan yang terpenting adalah motivasi berusaha para nelayan laut, sikap mandiri dan tanggung jawab terhadap pekerjaan, pengelolaan keuangan, daya kreativitas, keberanian mengambil risiko dalam berusaha. Aspek alam dan ekosistem yang terpenting adalah: lingkungan perairan di Pulau Panjang dan disekitar Pulau Panjang, perkembangan dan kemajuan teknologi pengelolaan perairan di kawasan Pulau Panjang, aspek sosial dan ekonomi nelayan yang terpenting yaitu tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan laut, budaya dan sosial masyarakat nelayan laut, situasi pasar. Aspek kebijakan yang terpenting yaitu dukungan kebijakan dari para stakeholder dan peraturan-peraturan minimal perdes (peraturan desa). Aspek kelembagaan usaha yang terpenting yaitu aspek wadah usaha model koperasi. Analisis faktor internal Faktor kekuatan yang teridentifikasi berdasarkan hasil idepth interview yang
26
ANGGRAENI ET AL.
JIPP
terpenting pertama (1) Motivasi berusaha para pengelolaan sumberdaya perikanan dengan skor 3. Berdasarkan hasil indepth interview faktor terpenting pertama ini jumlah 6. (2) sikap mandiri dan tanggung jawab terhadap pekerjaan dengan skor 3. Sedangkan faktor kekuatan yang terpenting kedua yaitu penguasaan dalam teknologi penangkapan dan keberanian untuk mengambil risiko. Berdasarkan hasil indepth interview faktor terpenting kedua berjumlah 4. Faktor terpenting terakhir dapat dikatakan faktor tunggal, jumlah nilai yang diperoleh adalah 1. Total faktor internal kedua memiliki jumlah skor 11 seperti disajikan pada Tabel 2.
Faktor kelemahan yang teridentifikasi berdasarkan hasil indepth interview yang terpenting adalah (1) Kemampuan permodalan dengan skor 3 (2) Manajemen usaha individu dengan skor 3. Berdasarkan hasil indepth interview faktor terpenting pertama ini jumlah (-6), sedangkan faktor kelemahan yang terpenting kedua dapat dikatakan faktor tunggal yaitu pembukuan usaha dengan jumlah skor (-2). Faktor terpenting terakhir yaitu control keuangan dan kemampuan analisa usaha dengan total skor (-2). Total faktor internal sebagai faktor kelemahan total skor (-10) seperti disajikan pada Tabel 3.
Tabel 1 Matrik faktor strategis internal dan faktor strategis eksternal Faktor strategis internal Motivasi berusaha para nelayan , sikap mandiri dan tanggung jawab terhadap pekerjaan pengelolaan keuangan Aspek dari individu nelayan
Faktor strategis eksternal Aspek alam dan ekosistem
Daya kreativitas Sosial ekonomi pembudidaya Kemampuan analisa usaha
Keberanian mengambil risiko dalam berusaha
Kebijakan dan kekuatan hukum Aspek kelembagaan
Lingkungan perairan pulau panjang dan sekitar pulau panjang Perkembangan dan kemajuan teknologi Pengelolaan perairan di kawasan pulau panjang Tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan , Budaya dan Sosial masyarakat nelayan laut. Situasi pasar Ketersediaan alat/ bahan atau sarana produksi secara lokal Ketersediaan tenaga Kerja Secara Lokal Dukungan kebijakan stakeholder, Peraturan peraturan minimal perdes Wadah usaha model koperasi
Vol. 3, 2014
Faktor Internal dan Eksternal Pengelolaan
27
Tabel 2 Hasil analisis peluang pengembangan pengelolaan sumberdaya perikanan sebagai faktor kekuatan No 1 2
Kekuatan
Identifikasi faktor-faktor kunci internal
+1
Motivasi berusaha para nelayan laut, sikap mandiri dan tanggung jawab terhadap pekerjaan Penguasaan dalam teknologi budi daya daya kreativitas keberanian mengambil risiko dalam berusaha
3 4 5
+2
+3 XXX XXX
XX X XX
Jumlah Total
1
4 11
6
Tabel 3 Hasil analisis peluang pengelolaan sumberdaya perikanan sebagai faktor peluang No 1 2 3 4 5
Identifikasi faktor-faktor kunci internal Kemampuan permodalan Kontrol keuangan Kemapuan Analisa usaha Pembukuan usaha Manajemen usaha individu Jumlah
Analisis Faktor Eksternal Faktor peluang yang teridentifikasi berdasarkan hasil indepth interview yang terpenting pertama 1. Lingkungan perairan Pulau Panjang dan kondisi lingkungan di sekitar Pulau Panjang dengan skor (3), 2. Permintaan perikanan dengan skor (3) dan 3 Ketersediaan alat dan bahan/sarana produksi secara lokal termasuk benih unggul rumput laut jenis E. cottoni dengan skor (3). Jumlah keseluruhan faktor terpenting pertama jumlah skornya (9). Sedangkan faktor peluang yang terpenting kedua dapat dikatakan faktor tunggal yaitu ketersediaan tenaga kerja lokal dengan skor (+2). Faktor terpenting terakhir yaitu dukungan dari stakeholder dengan total skor (+1). Total faktor internal sebagai faktor peluang total skor (12). Berdasakan hasil analisis tersebut grand total untuk faktor peluang adalah 12 seperti disajikan pada Tabel 4. Faktor ancaman yang teridentifikasi berdasarkan hasil idepth interview yang
-1
Kelemahan -2
-3 XXX
X X XX 2
2
XXX 6
terpenting pertama 1. Perkembangan dan kemajuan teknologi Pengelolaan perairan di kawasan Pulau Panjang dengan skor (3). 2. Tingkat kesejahteraan rumah tangga pengelolaan sumberdaya perikanan dengan skor (3). 3. Belum adanya peraturan-peraturan minimal peraturan dari kepela Desa (perdes) tentang teritorial pengelolaan pantai dan laut dengan skor (3). 4. Belum terbentuknya Wadah Usaha Model koperasi dengan skor (3). Jumlah keseluruhan faktor ancaman terpenting pertama jumlah skornya (12). Sedangkan faktor ancaman yang terpenting kedua yaitu budaya dan sosial masyarakat pengelolaan sumberdaya perikanan dengan skor (2) dan Faktor terpenting terakhir skor (0). Total faktor ekternal sebagai faktor ancaman total skors (14) seperti disajikan pada Tabel 5. Faktor kekuatan yang teridentifikasikan (+ 11), kelemahan teridentifikasi (-10), sehingga jumlah faktor internal yang (+1). Faktor kunci peluang teriden-
28
ANGGRAENI ET AL.
tifikasi (12), sedangkan ancaman teridentifikasi (-14). Jumlah total faktor eksternal (-2). Berdasarkan hasil analisis tersebut startegi berdasarkan peluang, ancaman, kekuatan dan kelemahan berada pada Kuadaran II.
JIPP Strateginya disebut strategi diversifikasi. Strategi ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan kekuatan untuk mengatasi Ancaman seperti disajikan pada Gambar 1.
Tabel 4 Hasil analisis peluang pengelolaan sumberdaya perikanan sebagai faktor peluang No
Identifikasi faktor-faktor kunci external
2
Lingkungan perairan pulau panjang dan kondisi lingkungan di sekitar pulau panjang Permintaan pasar
3
Dukungan dari stakeholder
4
Ketersediaan tenaga kerja lokal Ketersediaan alat dan bahan/sarana produksi secara lokal. Jumlah Grand Total
1
5
+1
Peluang +2
+3 XXX XXX
X XX XXX 1
2 12
9
Tabel 5 Hasil analisis peluang pengelolaan sumberdaya perikanan sebagai faktor ancaman No 1 2 3 4 5
Identifikasi faktor-faktor kunci external Perkembangan dan kemajuan teknologi Pengelolaan perairan di kawasan pulau panjang tingkat kesejahteraan rumah tangga nelayan laut, Budaya dan Sosial masyarakat nelayan laut. Belum adanya peraturan-peraturan minimal peraturan dari kepela desa (perdes) tentang territorial pengelolaan pantai dan laut Belum terbentuknya Wadah Usaha Model koperasi Jumlah Grand Total
-1
Ancaman -2 -3 XXX XXX XX XX X
0
2 14
XXX 12
Vol. 3, 2014
Faktor Internal dan Eksternal Pengelolaan
4
Peluang Eksternal
Strategi Turn around: Meminimalkan kelemahan internal untuk memafaatkan peluang :
Kelemahan Internal
29
Strategi Ofensif : Menggunakan kekuatan untuk memanfaatkan Peluang
-1
1
Kekuatan Internal
Strategi Diversifikasi : Menggunakan kekuatan untuk mengatasi Anacaman
Strategi Defensif : Meminimalkan kelemahan dan menghindari ancaman
-2
Ancaman Eksternal Internal
Gambar 1 Strategi pengelolaan perikanan di Pulau Panjang KESIMPULAN Faktor internal dalam pemberdayaan pengelolaan sumberdaya perikanan yaitu motivasi berusaha para nelayan laut, sikap mandiri dan tanggung jawab terhadap pekerjaan, pengelolaan keuangan, daya kreativitas serta kemampuan menganalisa usaha. Sedangkan faktor strategis eksternal yaitu lingkungan perairan Pulau Panjang dan sekitar Pulau Panjang, perkembangan dan kemajuan teknologi pengelolaan perairan di kawasan Pulau Panjang, perkembangan dan kemajuan teknologi pengelolaan perairan di kawasan Pulau Panjang, budaya dan sosial masyarakat nelayan laut, situasi pasar, ketersediaan alat/ bahan atau sarana produksi secara lokal, dukungan kebijakan stakeholder, peraturan peraturan minimal perdes, dan wadah usaha model koperasi. Faktor kekuatan memiliki skor (+ 11), kelemahan skor (10), sehingga jumlah faktor internal skornya (+1). Faktor kunci peluang skornya (12), sedangkan ancaman skornya (-14). Jumlah total faktor eksternal skornya (-2). Berdasarkan hasil analisis tersebut startegi berdasarkan peluang, ancaman, kekuatan dan
kelemahan berada pada Kuadaran II. Strateginya disebut strategi diversifikasi. Strategi ini dapat dilakukan dengan cara menggunakan kekuatan untuk mengatasi ancaman. DAFTAR PUSTAKA Bapenas. 2009. Rencana Pembangunan Jangka Panjang Nasional (2005-2025). Undangundang Nomor 17 tahun 2007. Jakarta. David FR. 2007. Manajemen Strategis. Edisi ke-7 Terjemahan. Jakarta: PT Prenhallindo. [DKP] Dinas Kelautan dan Perikanan Kabupaten Serang. 2010. Laporan Statistik Perikanan Kabupaten Serang. Serang-Banten. Porter M.E. 2004. Strategi Bersaing : Teknik Menganalisis Industri dan Pesaing. Jakarta: Erlangga. Rangkuti F. 2005. Analsis SWOT Teknik Membedah.Kasus Bisnis; reorientasi Konsep Perencanaan Strategis untuk Menghadapi Abad 21. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama.