Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (1) April 2009: 1 – 8
ISSN: 0853-4489
MODEL PENGELOLAAN EKOWISATA PULAU-PULAU KECIL BERKELANJUTAN DI KECAMATAN MOROTAI SELATAN DAN MOROTAI SELATAN BARAT KABUPATEN HALMAHERA UTARA, PROPINSI MALUKU UTARA The Management Modelling of Sustainable Ecotourism Small Island of South Morotai and South-West Nort Halmahera District, North Maluku Province Abdurrachman Baksir1 , Fredinan Yulianda2, T.F.Djamar Lumbatu3 M.F. Rahardjo4 1
Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Khairun, Ternate Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Institut Pertanian Bogor
2,3,4
Diterima: 11 Agustus 2008; Disetujui: 10 Januari 2009
ABSTRACT This research is aimed to establish the management modelling of small island for sustainable ecotourism used. Data and information were collected in participative term by used a quezioner and field survey. Analysis methods for modelling used software Stella 7,02. The model showed the quality of environmental ecology play an important role in order to get a carring capacity area and ecotourism demand. If the environmental ecology were degradated, the number of tourists and the demand of tourisms will be decreased too, on the contrary if the environmental ecology much better the number and demand of tourisms will be increased. Key word : Management modelling, small island, ecotourism
PENDAHULUAN Pulau-pulau kecil merupakan suatu kawasan yang sangat rentan terhadap kegiatan pemanfaatan sumberdaya. Oleh karena itu konsep pengelolaan pulau-pulau kecil hendaknya mempertimbangkan daya dukung kawasan dan pola pemanfaatan sumberdaya yang tepat. Konsep pengelolaan tersebut dapat dikembangkan dalam suatu model pengelolaan pulau-pulau kecil yang sesuai dengan kedinamikaan sumberdaya dan kebutuhan masyarakat. Potensi sumberdaya kawasan pulau-pulau kecil kecamatan Morotai Selatan dan Morotai Selatan-Barat masih belum dimanfaatkan secara optimal bagi pemanfaatan wisata bahari. Untuk mengembangkan ekowisata di kawasan pulau-pulau kecil ini diperlukan analisis pengembangan dan pengelolaan kawasan untuk ekowisata melalui pembuatan model pengelolaan yang dikaji secara ilmiah, dengan tetap mempertimbangkan kebutuhan dan realitas dinamika masyarakat. Menyusun model konsep pengelolaan kawasan pulaupulau kecil kecamatan Morotai Selatan dan Morotai Selatan Barat untuk pemanfaatan ekowisata agar dapat dilakukan secara berkelanjutan. METODE PENELITIAN Penelitian ini dilakukan di kawasan pulau-pulau kecil kecamatan Morotai Selatan dan Morotai Selatan Barat (KP2K MS2B) kabupaten Halmahera Utara, Propinsi Maluku 1)
Korespondensi: Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Khairun Ternate Maluku Utara. Jalan Bandara Babullah. Ternate. 97728. Email:
[email protected]
Model Pengelolaan Ekowisata Pulau-Pulau Kecil Berkelanjutan
1
Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (1) April 2009: 1 – 8
ISSN: 0853-4489
Utara terletak antara 2000’LU - 2025’LU dan 128010’ BT - 128025’. Pengumpulan data profil sumberdaya pulau-pulau kecil, sosial ekonomi dan budaya melibatkan partisipasi masyarakat dilakukan dengan metode PRA (Parcipatory Rural Appraisal). Pendekatan partisipatif ini dilakukan dengan mengajak sebagian masyarakat/ stakeholder berbincang dalam diskusi kelompok terarah (focus group discussion). Pengumpulan data untuk KP2K MS2B meliputi : Data primer (biofisik dan sosekbud) diperoleh melalui menerapkan metode penelurusan informasi yang terdokumentasi di berbagai lembaga, pemerintah dan masyarakat. Analisis Pemodelan KP2K MS2B Model KP2K MS2B dianalisis dengan pendekatan pemodelan. Pemodelan merupakan suatu gugus aktivitas pembuatan model. Secara umum pemodelan didefinisikan sebagai suatu abstraksi dari sebuah obyek atau situasi aktual (Eriyatno 2003). Membangun model dilakukan menggunakan software Stella 7.0.2 dibuat model dan mensimulasi faktor-faktor serta menduga kemungkinan di masa depan (Muhammadi dkk., 2001). Dalam pemodelan sistem yang akan dilakukan disini meliputi sub-sub model sebagai berikut : a) Submodel lingkungan ekologi kawasan ekowisata b) Submodel pendapatan kawasan ekowisata -
Sub model lingkungan ekologi kawasan ekowisata pulau-pulau kecil
Sub model ekologi kawasan ekowisata pulau-pulau kecil dibangun dengan pendekatan kriteria ekologi (Salm et al., 2000) dan daya dukung kawasan ekowisata (Yulianda 2007). Kriteria ekologi menjelaskan keberadaan parameter ekologi seperti keragaman hayati pulau, kealamian pulau, keunikan pulau, kerentanan pulau dan keterkaitan pulau. Kriteria ekologi dihitung dengan dengan model matematis secara umum menggunakan persamaan sebagai berikut: W X i NKE W x Wxni Wxn i Keterangan : NKE = Nilai Kriteria Ekologi W = Bobot setiap parameter ekologi Σ Xi = Penjumlahan rata-rata skor ke i Σ W = Penjumlahan bobot setiap parameter ekologi ni = banyaknya sub parameter ekologi Dengan ketentuan : 8,0 ≤ IE ≤ 9,9 kondisi baik 4,8 ≤ IE < 8,0 kondisi sedang 2,9 ≤ IE < 4.8 kondisi buruk Daya dukung kawasan ekowisata menjelaskan jumlah maksimum pengunjung yang secara fisik dapat ditampung di kawasan yang disediakan pada waktu tertentu tanpa menimbulkan gangguan pada alam dan manusia (Yulianda 2007). Sub model ini dibangun berdasarkan keberadaan daya dukung kawasan ekowisata bahari meliputi: Daya dukung kawasan ekowiata bahari kategori wisata rekreasi, ekowisata bahari kategori wisata snorkling, wisata selam dan wisata lamun. Masing-masing jenis wisata dapat ditulis:
2
Abdurahman Baksir
Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (1) April 2009: 1 – 8
DDK = K =
ISSN: 0853-4489
Lp Wt x Lt Wp
Keterangan : DDK = Daya dukung kawasan (orang/ kawasan/waktu) K = Potensi ekologis pengunjung (orang) Lp = Luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan (m2 atau m) Lt = Unit area untuk kategori tertentu (m2 atau m) Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (jam) Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (jam) - Sub Model pendapatan kawasan ekowisata pulau-pulau kecil Model pendapatan wisata yang dibangun melalui pendekatan ”Metode Biaya Perjalanan” (Travel cost method/ TCM) merupakan metode yang biasa digunakan untuk memperkirakan nilai rekreasi dari suatu kawasan wisata. Metode ini merupakan metode pengukuran secara tidak langsung terhadap barang atau jasa yang tidak memiliki nilai pasar (Adrianto 2006). Sub model ini dibangun berdasarkan tingkat kunjungan wisatawan dan koefisien biaya perjalanan akan mempengaruhi konsumen surplus, sedangkan konsumen surplus dan jumlah kunjungan wisatawan pertahun akan mempengaruhi total benefit kawasan wisata. HASIL DAN PEMBAHASAN Pembangunan Model Seperti telah dijelaskan di atas model yang dibangun terdiri dari dua sub model yaitu; sub model lingkungan ekologi kawasan ekowisata pulau-pulau kecil, dan sub model pendapatan ekowisata pulau-pulau kecil. Masing-masing sub model disesuaikan dengan peruntukkannya dalam mendukung model yang dibangun, berikut adalah gambaran model: Deskripsi Model Sub model lingkungan ekologi kawasan ekowisata menggambarkan, faktor-faktor ekologi yang berperan dalam kawasan ekowisata serta faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti keragaman hayati pulau, kealamian pulau, kerentanan pulau, keterkaitan pulau, dan keunikan pulau. Selanjutnya faktor-faktor ekologi kawasan akan mempengaruhi daya dukung masing-masing jenis kegiatan ekowisata seperti ekowisata rekreasi, ekowisata snorkling, ekowisata selam dan ekowisata lamun. Sedangkan masing-masing jenis daya dukung kawasan ekowisata dipengaruhi oleh potensi ekologis pengunjung, luas area atau panjang area yang dapat dimanfaatkan, unit area untuk kategori tertentu, waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari, dan waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan tertentu (Gambar 1).
Model Pengelolaan Ekowisata Pulau-Pulau Kecil Berkelanjutan
3
Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (1) April 2009: 1 – 8
ISSN: 0853-4489
Lingkungan Ekologi Ekowis ata KP2K MS2B Kealam ian Pulau
Laju % pertam bahan KAP
Laju % penyus utan KAP
Laju % pertam bahan KHP Pers entas e penyus utan KAP
Pers entas e pertam bahan KAP Pers entas e pertam bahan KHP
Kerentanan Pulau Keragam an hayati pulau Keunikan Pulau
Ekologi kawas an PPK Keterkaitan Pulau
Pers entas e penyus utan KHP Lt s norkling Laju % penyus utan KHP
LP rekreas i
Wp snorkling
Kons tanta ekologi Kawas an PPK
Faktor penghubung
Daya dukung kawas an wis ata rekreas i
Daya dukung Kawas an wis ata s norkling Wt s norkling LP s norkling
K rekreasi Lt rekreas i
K s norkling Wt rekreas i
Ratarata penutupan kom karang s elam
ratarata pers entas e tutupan lam un
Wp rekreas i
Daya dukung kawas an wis ata s elam
K s elam
Wp s elam Wt s elam
Lt lam un
LP lam un Daya dukung kawas an wis ata lam un
Lt s elam LP s elam
ratarata penutupan kom karang s norkling
K lam un Wt lam un
Wp lam un
Gambar 1. Sub Model Lingkungan Ekologi Kawasan Ekowisata Keterangan gambar. KHP = Keragaman hayati pulau KAP = Kealamian pulau PPK = Pulau-pulau kecil LP = Luas areal yang dapat dimanfaatkan Lt = Unit area untuk kategori tertentu K = Potensi ekologis pengunjung Wt = Waktu yang disediakan oleh kawasan untuk kegiatan wisata dalam satu hari (jam) Wp = Waktu yang dihabiskan oleh pengunjung untuk setiap kegiatan
Sub model pendapatan ekowisata menggambarkan jumlah biaya yang dikeluarkan pengunjung sampai ke tempat wisata. Faktor-faktor yang mempengaruhi adalah konsumen surplus dan jumlah wisatawan pertahun yang akan mempengaruhi total benefit kawasan wisata pertahun, sedangkan konsumen surplus dipengaruhi oleh tingkat kunjungan wisatawan dan koefisien biaya perjalanan. Sedangkan perubahan pendapatan masing-masing wisata dipengaruhi oleh daya dukung kawasan wisata masing-masing dan total benefit kawasan wisata per tahun (Gambar 2).
4
Abdurahman Baksir
Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (1) April 2009: 1 – 8
ISSN: 0853-4489
Pendapatan Ekowis ata Ekowis ata rekreasi
Ekowisata snorkling
Pendapatan wis ata rekreas i PPK
Perubahan pendapatan wisata rekreas i
Pendapatan wisata s norkling PPK
Daya dukung kawas an wisata rekreas i
Daya dukung kawas an wisata s norkling Daya dukung kawasan wisata s elam
Ekowis ata selam
Pendapatan wisata Selam
Perubahan pendapatan wis ata snorkling
Daya dukung kawas an Perubahan pendapatan wis ata lam un wis ata s elam Ekowisata lamun Total benefit kawas an wis ata per tahun
Pendapatan wis ata lam un Perubahan pendapatan wis ata lamun
Jum lah kunjungan per tahun wis ata Konsumen surplus Tingkat kunjungan wisatawan
Koefisien biaya perjalanan
Gambar 2. Sub Model Pendapatan Wisata Simulasi Skenario Dasar Pengambilan Kebijakan Simulasi skenario dilakukan sebagai suatu rancangan kebijakan yang memungkinkan dilakukan dalam keadaan nyata didasarkan pada model yang dibuat. Sebagai suatu strategi pengelolaan keberlanjutan KP2K MS2B, kebijakan dilakukan melalui penyusunan skenario yang telah dibuat. Ada dua skenario yang disimulasikan, yaitu : pertama, model skenario tetap (kondisi eksisting) dengan laju % pertambahan keragaman hayati pulau (KHP) dan kealamian pulau (KAP) sebesar 2%, dan kedua, model skenario tetap (kondisi eksisting) dengan laju % penyusutan keragaman hayati pulau (KHP) dan kealamian pulau (KAP) sebesar 2 %. Simulasi Skenario Ekowisata KP2K MS2B (Laju % Pertambahan KHP dan KAP Sebesar 2% per Tahun) Simulasi skenario model eksisting ekowisata KP2K MS2B dengan laju % pertambahan keragaman hayati pulau (KHP) dan kealamian (KAP) sebesar 2% menghasilkan ekologi kawasan ekowisata semakin baik, yang secara langsung akan mempengaruhi daya dukung kawasan dan perubahan pendapatan masing-masing jenis wisata, salah satu contoh :
Wisata Pantai Kategori Wisata Rekreasi
Hasil simulasi skenario dengan laju % pertambahan KHP dan KAP sebesar 2% akan mempengaruhi keanekaragaman hayati pulau dan kealamian pulau ke kondisi yang baik, sehingga keadaan ekologi kawasan dari kondisi sedang (nilai 6,82) pada keadaan eksisting tahun 2006 ke kondisi membaik (nilai 9,47) pada tahun 2026, artinya 20 tahun akan datang kondisi ekologi semakin membaik sehingga akan mempengaruhi daya dukung kawasan ekowisata rekreasi yang diartikan sebagai jumlah pengunjung yang dapat ditampung dalam suatu kawasan wisata rekreasi. Pada tahun 2026 diperkirakan jumlah wisatawan sebesar 587.583 orang, jumlah ini belum melebihi jumlah wisatawan maksimum sebesar 846.285 orang dari luas areal untuk kawasan rekreasi sebesar 2.115 Ha. Semakin meningkatnya jumlah wisatawan berarti juga Model Pengelolaan Ekowisata Pulau-Pulau Kecil Berkelanjutan
5
Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (1) April 2009: 1 – 8
ISSN: 0853-4489
akan mempengaruhi pendapatan wisata rekreasi, tahun 2006 sebesar 33 milyar akan meningkat tahun 2026 sebesar 46 milyar (Gambar 3) Kondisi ekologis wisata yang semakin baik akan menjaga abrasi dan erosi tanah pesisir. Sebagai contoh kerusakan hutan pantai secara luas dan drastis terjadi di kawasan Nusa Tenggara akibat pembangunan pariwisata yang tidak memperhatikan aspek-aspek lingkungan. Di Gili Anyer, Gili Meno, dan Gili Trawangan, formasi pes-caprae (sejenis tumbuhan kangkung pantai berbunga terompet ungu Ipomoea pes-caprea) ini pernah menutupi sebagian besar pantai ketiga pulau kecil tersebut, karena dipandang mengotori destinasi wisata tumbuhan ini ditebang dan dibersihkan untuk ditanami kelapa dan pohonpohon asem serta pembangunan destinasi dan akomodasi pariwisata (Monk et al.,2000) 1: Ekologi kawasan PPK 1: 2: 3: 4:
2: LP rekreasi
3: DD Rekreasi
4: P Pdapatan wisata Rek
10 21145945 600000 5e+010. 3 1
1: 2: 3: 4:
3
8 21145944 500000 4e+010.
4
4
1 3
4
1 4 3 1: 2: 3: 4:
7 21145944 400000 3e+010. ®
1
2
2006.00
2
2
2011.00
2016.00 Y ears
Page 1
2
2021.00 2026.00 8:23 AM Wed, Sep 17, 2008
Untitled
INPUT
OUTPUT
Laju % pertambahan KHP 0.00
1.00 0.02
~
Laju % pertambahan KAP 0.00 ~
1.00 0.02
RUN
Ekologi kawasan PPK
9.47
LP rekreasi
21,145,943.6…
DD Rekreasi
587,502.72
P Pdapatan wisata Rek 4.63642e+010
Gambar 3. Perilaku Skenario Model Eksisting Wisata Pantai Kategori Wisata Rekreasi dengan Laju % Pertambahan KHP dan KAP 2% per Tahun Simulasi Skenario Ekowisata KP2K MS2B (Laju % Peyusutan KHP dan KAP Sebesar 2% per Tahun) Simulasi skenario ekowisata dengan laju % penyusutan KHP dan KAP sebesar 2% menghasilkan ekologi kawasan wisata PPK mengarah pada kondisi buruk sehingga berpengaruh pada daya dukung masing-masing kegiatan wisata antara lain wisata pantai kategori wisata rekreasi, wisata bahari kategori wisata snorkling, selam dan lamun. Keadaan ini juga akan berpengaruh pada pendapatan wisata, sebagai contoh:
6
Abdurahman Baksir
Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (1) April 2009: 1 – 8
ISSN: 0853-4489
Wisata Pantai Kategori Wisata Rekreasi
Seperti penjelasan di atas simulasi skenario dengan penyusutan KHP dan KAP sebesar 2% akan berpengaruh pada ekologi kawasan pulau-pulau kecil dengan nilai ekologi kawasan PPK pada kondisi eksisting tahun 2006 adalah 6,82 (mengarah pada kondisi baik) pada tahun 2026 adalah 5,01 (mengarah pada kondisi buruk). Keadaan ini sangat mempengaruhi daya dukung kawasan wisata rekreasi, dengan semakin menurunnya jumlah wisatawan pada tahun 2026 sebesar 310.719 orang dengan luas kawasan wisata sebesar 2.115 Ha, artinya 20 tahun ke depan kondisi ekologis semakin menurun mengakibatkan kunjungan wisatawan semakin berkurang berdampak pada pendapatan wisata yang menurun sebesar 9 milyar (selisih pendapatan wisata tahun 2006-2026) (Gambar 4) 1: Ekologi kawasan PPK 1: 2: 3: 4:
7 21145945 500000 3.35e+010
2: LP rekreasi
3: DD Rekreasi
4: P Pdapatan wisata Rek
1 4
1 1: 2: 3: 4:
6 21145944 400000 2.9e+010
3
4 3
1 4 3 1
1: 2: 3: 4:
5 21145944 300000 2.45e+010
2
2
2
2
3 4
2006.00
2011.00
2016.00 Y ears
Page 1
2021.00 2026.00 1:34 PM Wed, Sep 17, 2008
Untitled
INPUT
OUTPUT
Laju % penyusutan KHP 0.00
1.00
Ekologi kawasan PPK
5.01
LP rekreasi
21,145,943.6…
DD Rekreasi
310,718.88
P Pdapatan wisata Rek
2.45212e+010
0.02
~
RUN Laju % penyusutan KAP 0.00 ~
1.00 0.02
Gambar 4. Perilaku Skenario Model Eksisting Wisata Pantai Kategori Wisata Rekreasi dengan Laju % Penyusutan KHP dan KAP 2% per Tahun. KESIMPULAN Pengelolaan KP2K MS2B sebagai kawasan ekowisata berkelanjutan diperlukan kondisi ekologis yang baik, sehingga memberikan pengaruh pada daya dukung kawasan ekowisata, dan pendapatan wisata sebagai aplikasi dari suatu sistem.
Model Pengelolaan Ekowisata Pulau-Pulau Kecil Berkelanjutan
7
Torani (Jurnal Ilmu Kelautan dan Perikanan ) Vol. 19 (1) April 2009: 1 – 8
ISSN: 0853-4489
DAFTAR PUSTAKA Adrianto, L. 2006. Pengenalan Konsep dan Metodologi Valuasi Ekonomi Sumberdaya Pesisir dan Laut. PKSPL IPB Eriyatno. 2003. Bogor
Ilmu Sistem Meningkatkan Mutu dan Efektifitas Manajemen. IPB Press.
Monk, A.K., Y. de Fretes and G.Y. Lilley. 2000. The Ecology of Nusa Tenggara and Maluku. Dalhousie University - CIDA Muhammmadi., Aminullah E dan B Soesilo. 2001. Analisis Sistem Dinamis (Lingkungan Hidup, Sosial, Ekonomi, Manajemen). UMJ Press. Jakarta Pusat Penelitian Oseanografi LIPI. 2006. Ekspedisi Halmahera. Jakarta Salm R.V., J.R. Clark and E Siirila. 2000. Marine and Coastal Protected Areas: A Guide for Planners and Managers. Third Edition. Internasional Union For Conservation of Nature and Natural Resources, Bland, Switzerland. Yulianda, F.2007.Ekowisata Bahari Sebagai Alternatif Pemanfaatan Sumberdaya Pesisir Berbasis Konservasi. Seminar Sains Departemen MSP, 21 Februari. Bogor
8
Abdurahman Baksir