perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
INTENSITAS MENONTON KOREAN DRAMA DAN FASHION REMAJA PUTRI DI SURAKARTA (Studi Korelasi Intensitas Menonton Korean Drama Dengan Fashion Siswi di SMA Negeri 3 Surakarta Tahun 2011)
Oleh: NURISA DARA GINARI D1209063
KOMUNIKASI NON REGULER FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR PUSTAKA
Ardianto, Elvinaro dan Erdinaya, Liluati Komala, 2004. Komunikasi Massa Suatu Pengantar. Bandung: Simbiosa Rekatama Media. Bernard, Malcolm, 1996. Fashion Sebagai Komunikasi. Yogyakarta: Jalasutra. Danim, Sudarwan, 1995. Media Komunikasi Pendidikan, Jakarta: Bumi Aksara. Effendy, Onong Uchyana 2008. Dinamika Komunikasi. Bandung: Remaja Rosdakarya. -------------, 2003. Komunikasi Teori dan Prakterk. Bandung: Remaja Rosdakarya. Kotler, Philip, 1997. Manajemen Pemasaran Jilid 1, Jakarta: UI Press. Monks, F.J, Knoers,A.M.P, Haditono, S.R, 1991. Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya, Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Nawawi, Hadari 1995. Metode Penelitian Bidang Sosial. Yogyakarta: Gajah Mada University Press. Nurudin, 2006. Komunikasi Massa.Malang: Cespur. Rakhmat, Jalaluddin, 2005. Metode Penelitian Komunikasi, Bandung: Remaja Rosdakarya. Republik Indonesia, 1998. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Sarwono, 2006. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, Yogyakarta: Graha Ilmu. Singarimbun, Masri, 1991. Metode Penelitian Survey, Jakarta: LP3ES. Skripsi Retno Wulandari, 2009. Pengaruh Gaya Busana Musisi Pop Terhadap Fashion di Tahun 2000-an. Bandung: Fakultas Seni Rupa dan Desain Institut Teknik Bandung. Internet http://www.thelanguagejournal.com/2011/11/hallyu-korean-wave.html http://www.inakos.org/jurnal/Hallyu.thtm Jurnal Shim, Doobo. 2006 Hibridity and The Rise of Korean Popular Culture in Asia , Media, Culture, and Society. Vol 28 (1). London: SAGE Publication. Nancy Snow dan Philip M. Taylor, 2006 The Revival Of The Propaganda State. The International Of Communication Gazette. Vol. 68 (5-6). London: SAGE Publication.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
INTENSITAS MENONTON KOREAN DRAMA DAN GAYA FASHION REMAJA PUTRI DI SURAKARTA (Studi Korelasi Intensitas Menonton Korean Drama Dengan Fashion Siswi di SMA Negeri 3 Surakarta Tahun 2011)
Oleh: NURISA DARA GINARI D1209063
OMUNIKASI NON REGULER FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA 2011 commit to user i
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
PERSETUJUAN UJIAN SKRIPSI
Skripsi ini berjudul: INTENSITAS MENONTON KOREAN DRAMA DAN GAYA FASHION REMAJA PUTRI DI SURAKARTA (Studi Korelasi Intensitas Menonton Korean Drama Terhadap Fashion Siswi di SMA Negeri 3 Surakarta Tahun 2011) Disusun oleh: Nama : Nurisa Dara Ginari NIM
: D1209063
Disetujui untuk dipertahankan di hadapan Panitia Ujian Skripsi S1 Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sebelas Maret Surakarta.
Surakarta, 22 Desember 2011 Menyetujui Pembimbing,
Mahfud Anshori, S. Sos, M.Si NIP.19790908 200312 1 001
Drs. H. Dwi Tiyanto,SU NIP. 19540414 198003 1 007
commit to user ii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
HALAMAN PENGESAHAN
Skripsi ini telah disetujui dan disahkan oleh panitia penguji skripsi program Ilmu Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas sebelas Maret Surakarta. Hari
: Rabu
Tanggal
: 25 Januari 2012
Tim Penguji Skripsi : Ketua
: Dra.H. Sofiah, M.Si NIP 19530726 197903 2001
(
)
Sekretaris
: Sri Hastarjo, S.Sos, Ph.D NIP 19710217 199802 1 001
(
)
Penguji I
: Drs. H Dwi Tiyanto, SU NIP. 19540414 198003 1 007
(
)
Penguji II
: Mahfud Anshori, S. Sos, M.Si NIP. 19790908 200312 1 001
(
)
Mengetahui, Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu politik Universitas Sebelas Maret Surakarta
Prof. Drs. Pawito. Ph.D NIP. 195408051985031002
commit to user iii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
MOTTO
Masalah bukanlah masalah, masalah adalah tergantung bagaimana kita menghadapi masalah tersebut [pelatih breevin]
Kegigihan adalah kerja keras yang kita lakukan setelah kita lelah melakukan kerja keras yang kita kerjakan [tulisan tangan di belakang novel]
Imajinasi lebih penting daripada pengetahuan [Albert Einstein]
commit to user iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
Skripsi ini ku persembahkan untuk . . .
Ayah dan Mamah ku Kakak dan Adek Kawan-kawan INDONEED’SYA Kawan-kawan S1 Non Reg 2009 Sholeh Hyeon bin oppa yang sedang wamil Mi mpi ku…
commit to user v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji Syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat dan hidayahnya penulis dapat melaksanakan penelitian dengan lancar. Berbagai halangan, rintangan, dan cobaan yang datang, pada akhirnya telah terlewati sehingga peneliti dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini. Skripsi ini berisi tentang pengamatan terhadap fenomena dan teori yang mendukung demi ke validan data di dalam penelitian. Selain itu dengan ditulisnya skripsi yang berjudul Intensitas Menonton Korean Drama Dan Gaya Fashion Remaja Putri Di Surakarta (Studi Korelasi Tentang Intensitas Menonton Korean Drama Terhadap Gaya Fashion Remaja di SMA Negeri 3 Surakarta Tahun 2011) diharapkan dapat memenuhi syarat menyelesaikan studi pada program sarjana Strata Satu (S1) Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret Surakarta. Perencanaan dan penyusunan Tugas Akhir ini tidak lepas dari bantuan berbagai pihak, untuk segala bantuannya penulis mengucapkan terimakasih sebesar-besarnya kepada : 1. Prof. Pawito Ph.D selaku Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret. 2. Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D selaku Ketua Jurusan Program S1 Komunikasi Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sebelas Maret. 3. Drs. H. Dwi Tiyanto, SU selaku Pembimbing satu Skripsi. 4. Mahfud Anshori, S.Sos, M.Si selaku Pembimbing dua Skripsi.
commit to user vi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
5. Dra. Prahastiwi Utari, M.Si, Ph.D sekali lagi, selaku Pembimbing Akademik. 6. Ibu E. P Agustina M,Pd selaku Wakasek Kesiswaan yang telah membantu selama penelitian di SMA Negeri 3 Surakarta 7. Mamah, Ayah, Kakak dan Adik tercinta atas limpahan kasih sayang, do’a, dan semua dukungan baik moril maupun materiil. 8. Teman-teman INDONEED’SYA terimakasih atas semua pengalaman, pengetahuan yang selalu kalian bagi. 9. Teman-teman S1 Non Reguler angkatan 2009 terimakasih semangat yang selalu kalian tularkan. 10. Sholeh. 11. Dan semua pihak yang telah membantu yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu, terimakasih telah membantu penulis dalam penyusunan Skripsi ini. Dalam penyusunan Tugas Akhir ini, penulis yakin masih terdapat kekurangankekurangan yang harus diperbaiki. Oleh karena itu saran dan kritik yang bersifat membangun sangat diharapkan oleh penulis guna perbaikan di masa mendatang. Sekian dari penulis, dan semoga Skripsi ini dapat membantu dan bermanfaat bagi siapapun yang membacanya.
Surakarta, Desember 2011
Nurisa Dara Ginari
commit to user vii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
Halaman HALAMAN JUDUL ……………………………………..…………………
i
HALAMAN PERSETUJUAN ……………………….……………………..
ii
HALAMAN PENGESAHAN ………………………………………………
iii
HALAMAN MOTTO ………………………………….…………………….
iv
HALAMAN PERSEMBAHAN ………………….…………………………
v
KATA PENGANTAR ………………………………………………………
vi
DAFTAR ISI ……………………………..………………………………….
viii
DAFTAR TABEL ……………………..…………………………………….
xi
DAFTAR DIAGRAM ……………..………………………………………..
xiii
ABSTRAK ………………………………..……...…………………………
xiv
ASBTRACT ………………………………..………………………………..
xv
BAB I
PENDAHULUAN ………………………………………….
1
A. Latar Belakang Masalah ……………………..…………..
1
B. Rumusan Masalah ………………………….……………
4
C. Tujuan …………………………………….……………..
4
D. Manfaat Penelitian …………………….…………………
5
E. Kerangka Teori ……………………………….………….
5
F. Hipotesis ………………………………..………………..
21
commit to user viii
perpustakaan.uns.ac.id
BAB II
digilib.uns.ac.id
G. Definisi Konsepsional dan Operasional ………….…….....
24
1. Definisi Konsepsional ………………………………….
24
2. Definisi Operasional ……………………………………
26
H. Metodologi Penelitian ……………………………………..
27
1. Populasi dan Sampel ……………………………………
28
2. Lokasi Penelitian ………………………………………..
30
3. Jenis Data ……………………………………………….
30
4. Cara Pengumpulan Data ………………………………...
30
5. Teknik Analisis Data ……………...…………………….
31
DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN ……………………..
35
A. Drama Korea ….…………………………………………..
35
a. Sejarah Drama Korea ………………………………….
35
b. Perkembangan K-Drama di Indonesia …………………
37
B. SMA Negeri 3 Surakarta …………………………………..
38
a. Sejarah SMA Negeri 3 Surakarta ………………………
38
b. Visi dan Misi SMA Negeri 3 Surakarta ………………..
46
c. Profil SMA Negeri 3 Surakarta ………….……………..
49
d. Profil Siswa SMA Negeri 3 Surakarta ….……………...
51
e. Data Prestasi Siswa ………………….…………………
51
commit to user ix
perpustakaan.uns.ac.id
BAB III
BAB IV
BAB V
digilib.uns.ac.id
PENYAJIAN DATA …………………………………………
54
A. Langkah-langkah Pengolahan Data ……….………………..
56
B. Analisa Tabel Tunggal …………………….……………….
57
a. Intensitas Menonton K-Drama …….…………………...
57
b. Fashion Remaja ………………….……………………..
66
ANALISA DATA ……………………………………………..
77
A. Uji Hipotesis ……….……………………………………….
78
B. Pembahasan …………………………………………………
83
KESIMPULAN DAN SARAN ……………………………….
85
A. Kesimpulan …………………………………………………
85
B. Saran ………………………………………………………..
86
DAFTAR PUSTAKA LAMPIRAN-LAMPIRAN
commit to user x
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Halaman Tabel 2.1 Profil Data Siswa ……………………………………………………..
47
Tabel 2.2 Data Prestasi Siswa Melalui Proses Berjenjang ……………………… 47 Tabel 2.3 Rekap Data Prestasi Siswa Melalui Proses Berjenjang ………………. 48 Tabel 2.4 Data Prestasi Siswa Tanpa Melalui Proses Berjenjang ………………. 48 Tabel 2.5 Rekap data Prestasi Siswa Tanpa Melalui Proses Berjenjang …………. 48 Tabel 2.6 Rincian Perolehan Medali …………………………………………….. 49
Tabel 3.1 Frekwensi Menonton Responden …………………………………….. 53 Tabel 3.2 Keseriusan Menonton Responden ……………………………………. 55 Tabel 3.3 Lama Responden menonton K-Drama ……………………………….. 56 Tabel 3.4 Kemiripan Pakaian Responden ……………………………………….
58
Tabel 3.5 Kemiripan Aksesoris Responden ……………………………………..
59
Tabel 4.1 Tabel Rangking Intensitas menonton K-drama (X) …………………..
63
Tabel 4.2 tabel Rangking Fashionn Remaja Putri (Y) …………………………... 64
commit to user xi
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR DIAGRAM
Halaman Diagram 3.2 Frekwensi Menonton Responden ……………………………..…..
54
Diagram 3.3 Keseriusan Menonton Responden ………………………………… 55 Diagram 3.4 Lama Responden menonton K-Drama …………………………….
57
Diagram 3.5 Kemiripan Pakaian Responden ……………………………………
58
Diagram 4.6 Kemiripan Aksesoris Responden ………………………………….
59
commit to user xii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRAK Nurisa Dara Ginari, D 1209063, INTENSITAS MENONTON KOREAN DRAMA DAN FASHION REMAJA PUTRI DI SURAKARTA (Studi Korelasi Intensitas Menonton Korean Drama Dengan Fashion Siswi di SMA Negeri 3 Surakarta Tahun 2011). Fenomena Hallyu tidak bisa dipungkiri merupakan fenomena yang sedang melanda remaja-remaja saat ini. Menyebarnya elemen budaya pop Korea, khususnya film, menjadi semakin lancar karena adanya teknologi informasi yang lebih maju. Teknologi tersebut meliputi televisi, sistem internet, dan media. Kemudian gencarnya film-film drama korea diikuti dengan munculnya tren baru. Tren ini muncul dalam berbagai bentuk fashion bergaya korea, musik bercitarasa korea, komunitas dan blogblog yang juga banyak membahas film-film drama, musik, dan semua tentang kebudayaan korea. Semuanya merujuk kepada elemen budaya populer ala korea yang seperti banyak digambarkan dalam film-film drama Korea atau yang biasa kita sebut K-drama, khususnya dalam penelitian ini adalah fashion korea. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui korelasi antara intensitas menonton K-drama terhadap fashion yang meliputi gaya busana, dan aksesoris di siswi – siswi SMA Negeri 3 Surakarta. Teori yang dipergunakan sebagai dasar penelitian ini adalah teori Peluru atau Hypodermic Needle. Sedangkan metode penelitian yang digunakan adalah metode korelasional. Populasinya adalah para siswi di SMA Negeri 3 Surakarta yang menonton K-drama. Sampel ini sendiri berjumlah 88 orang yang diperoleh melalui penarikan cluster sampling, yaitu pemelihan sampel secara acak sehingga setiap unsur populasi yang terkecil pun memperoleh peluang yang sama untuk menjadi sampel atau untuk mewakili populasi. Data penelitian diperoleh dari kuesioner yang berisikan 5 pertanyaan yang berkaitan dengan K-drama dan fashion siswi di SMA Negeri 3 Surakarta. Selanjutnya, data yang telah diperoleh dianalisa dengan menggunakan analisa tabel tunggal dan uji hipotesis. Di dalam pengujian hipotesis ini, peneliti menggunakan rumus korelasi koefisien rank spearman, dan didapatkan hasil rs = 0,449 yang menurut skala Guilford berarti memiliki hubungan yang cukup berarti. Dengan thitung = 5,608 yang lebih besar dari ttabel = 1,662 maka bisa dinyatakan bahwa hubungan kedua variable tersebut adalah signifikan. Hal ini menunjukkan bahwa hipotesis terdapat hubungan antara K-drama terhadap gaya fashion remaja putri di SMA Negeri 3. Demikian hasil penelitian ini menunjukkan bahwa K-drama mempengaruhi gaya fashion remaja putri di SMA Negeri 3 Surakarta.
commit to user xiii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
ABSTRACT Nurisa Dara Ginari, D1209063, THE INTENSITY OF WATCHING KOREAN DRAMA AND FEMALE TEENAGERS’ FASHION IN SURAKARTA (A Correlational Study on the Intensity of Watching Korean Drama and the Female Students’ Fashion in SMA Negeri 3 Surakarta in 2001). The Hallyu phenomenon is established as the phenomenon befalling the teenagers presently. The Korean popular culture, particularly movie, spreads more widely because of the advance information technology presence. Such the technology includes television, internet system, and media. The emergence of Korean drama movies is followed by new trend. This trend emerges in a variety of Korean-style fashion, Korean-taste music, community and blog addressing Korean drama movie, music, and anything about Korea. Everything refers to Korean-style popular culture element as illustrated in Korean drama movies we frequently call K-drama, particularly in this case, Korean fashion. This research aims to find out the correlation between the intensity of watching K-drama and the fashion including dressing style, and accessories in the students of SMA Negeri (Public Senior High School) 3 Surakarta. The theory used as the research foundation was Projectile and Hypodermic Needle theories. Meanwhile the research method used was correlational one. The population was the female students of SMA Negeri 3 Surakarta who watched Kdrama. The sample consisted of 88 students taken using cluster sampling technique, in which the sample was selected randomly so that even the smallest element of population had equal opportunity to become the sample or to represent the population. The data of research was obtained from questionnaire containing 5 items relating to K-drama and fashion of female students of SMA Negeri 3 Surakarta. Then, the data obtained was analyzed using single tabulation analysis and hypothesis testing. In this hypothesis testing, the author used rank spearman correlation coefficient formula, and it was obtained the result rs = 0.449, that according to Guildford scale means having significant relationship. With tstatistic = 5.608 higher than ttable = 1.662, it could be stated that the relationship between two variables was significant. It indicated that the hypothesis that there is a relationship of K-drama to the fashion style of female students of SMA Negeri 3 was supported. Thus, the result of research indicated that K-drama affected the fashion style of female students of SMA Negeri 3 Surakarta.
commit to user xiv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 1
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Budaya populer merupakan suatu sistem yang menghasilkan produk budaya yang diterima dan diadopsi oleh sebagian besar populasi. Sejarah busana telah mencatat bahwa perkembangan fashion sangat erat kaitannya dengan perkembangan film sebagai bagian dari budaya populer. Budaya populer yang berasal dari negara-negara yang bersistem kapitalis termasuk Korea menjadi suatu tren yang menjelma ke dalam berbagai jenis musik, film, media, gaya hidup, sistem industri, dan sebagainya. Menyebarnya elemen budaya pop Korea, khususnya film, menjadi semakin lancar karena adanya teknologi informasi yang lebih maju. Teknologi tersebut meliputi televisi, sistem internet, dan media. Fenomena Hallyu tidak bisa dipungkiri merupakan fenomena yang sedang melanda remaja-remaja saat ini. Tren ini muncul dalam berbagai bentuk fashion bergaya korea, musik bercitarasa korea, komunitas dan blog-blog yang juga banyak membahas film-film drama, musik, dan semua tentang kebudayaan korea. Semuanya merujuk kepada elemen budaya populer ala korea yang seperti banyak digambarkan dalam film-film drama Korea atau yang biasa kita sebut K-drama, khususnya fashion korea.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 2
Penelitian ini meninjau efek yang ditimbulkan dari menonton film-film Kdrama serial sebagai representasi dari fashion siswi akhir-akhir ini. Aktris-aktris dan tokoh-tokoh di dalam K-drama diambil karena peneliti memiliki asumsi bahwa gaya busananya lebih fleksibel dan wearable untuk busana sehari-hari karena selain aktrisaktris tersebut banyak mengadopsi gaya busana dari berbagai sumber, mereka juga kerap membuat gaya tersebut terlihat lebih kasual dari aslinya. Aktris dalam K-drama dipilih karena peneliti mengidentifikasi kecenderungan masyarakat akan fenomena hallyu yang terimplementasi dalam berbagai kegiatan, ketertarikan, dan sugesti media. Masa remaja adalah masa pencarian identitas. Remaja mulai mencari gaya hidup yang pas dan sesuai dengan selera. Remaja juga mulai mencari seorang idola atau tokoh identifikasi yang bisa dijadikan panutan, baik dalan pencarian gaya bicara, gaya berpakaian, gaya rambut, gaya berpacaran sampai gaya bergaul. Dengan terpaan media yang begitu kuat, maka dengan mudah remaja-remaja yang merupakan heavy viewer akan dengan mudah terpengaruh oleh pesan-pesan yang disampaikan dari media televisi. Intensitas menonton akan berpengaruh terhadap seberapa kuat terpaan media untuk mengubah sikap dan perilaku konsumen. Terpaan media adalah suatu keadaan dimana terkena pesan-pesan yang disampaikan oleh media massa (Effendy, 1990:59). Terpaan isi media dapat memberikan petunjuk kepada individu untuk mengidentifikasi kondisi perasaan yang tidak jelas terpaan secara berulang kali terhadap gambaran yang positif dan netral meningkatkan rasa senang, namun tidak menghasilkan apapun terhadap gambaran negatif. Terpaan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 3
media akan mempengaruhi sikap seseorang. Maka jika seseorang terus menerus diterpa oleh informasi dengan intensitas yang tinggi maka akan menambah pengetahuanyadan selanjutnya akan kemungkinan akan terjadi perubahan perilaku pada dirinya. Pesan-pesan tersirat tentang fashion yang dibawa oleh K-drama secara tidak sadar akan terserap di khalayak. Gaya busananya, aksesoris, yang banyak digunakan oleh tokoh-tokoh dan aktris dalam K-drama. Analisis korelasi gaya busana tokoh-tokoh dan aktris dalam serial drama korea terhadap fashion siswi ini dilakukan atas dasar kemiripan, baik dari segi bentuk siluet pakaian, cara memakai, warna, motif, ukuran, dan pilihan bahan. Penelitian ini kemudian akan mengidentifikasi gaya-gaya yang serupa dengan gaya busana tokohtokoh dan aktris dalam K-drama yang muncul dalam fashion di siswi ditahun 2011. Fashion tokoh-tokoh dan aktris di dalam serial drama asia ini kemudian akan mempengaruhi fashion siswi Surakarta, walaupun kemungkinan akan terjadi berbagai proses akulturasi dan penyesuaian budaya. Penyebaran item-item yang dipengaruhi ini, khususnya di Surakarta, terjadi melalui sugesti media, industri garmen, serta toko-toko pakaian yang populer di kalangan konsumen seperti department store, online shop dan factory outlet. Dari latar belakang yang diuraikan diatas, maka dalam penelitian ini peneliti memilih siswi SMA Negeri 3 Surakarta sebagai responden penelitian. Dalam pengetahuan penulis SMA Negeri 3 adalah sekolah yang pendidikan dan pengajarannya berorientasi pada mutu dan relevansi menuju standar internasional. Sehingga siswi-siswi SMA Negeri 3 Surakarta lebih terbuka terhadapan wawasan dan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 4
kebudayaan global. Dengan memiliki siswa-siswi dengan karakteristik dan latar belakang agama dan suku yang bermacam-macam menjadikan SMA Negeri 3 sebagai SMA yang sangat merepresentatifkan remaja Surakarta saat ini. Sehingga siswi SMA Negeri 3 adalah koresponden yang paling cocok untuk penelitian penulis yang berjudul Intensitas Menonton Korean Drama Dan Fashion Siswi Di Surakarta
B. Rumusan Masalah Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah utama penelitian ini adalah: 1. Adakah hubungan antara intensitas menonton K-drama dengan fashion siswi di Surakarta? 2. Seberapa besar hubungan intensitas menonton K-drama dengan fashion siswi di Surakarta?
C. Tujuan Penelitian Berdasarkan permasalahan yang telah terpapar diatas, maka tujuan yang ingin dicapai dalam penulisan karya tulis ini adalah: 1) Mengetahui hubungan intensitas menonton K-drama dengan fashion remaja 2) Mengetahui seberapa besar hubungan intensitas menonton K-drama fashion remaja saat ini.
commit to user
dengan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 5
D. Manfaat Penelitian 1) Manfaat teoritis Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat dalam menambah khasanah pengetahuan ilmu komunikasi, khususnya yang terkait dengan teori peluru. Serta menjadi pembuktian teori teori peluru yang sebenarnya. Selain itu diharapkan juga dapat menjadi acuan untuk penelitian yang selanjutnya. 2) Manfaat Praktis Penelitian ini diharapkan dapat menjadi sarana untuk menggali lebih dalam dampak televisi bagi remaja.
E. Kerangka Teori Di dalam penelitian peneliti yang berjudul Intensitas Menonton Korean Drama dan Fashion Siswi di Surakarta yang merupakan Studi Korelasi tentang Intensitas Menonton Korean Drama Terhadap Fashion Remaja di SMA Negeri 3 Surakarta. Maka dibutuhkan sebuah kerangka teori untuk memahami lebih jauh landasan dan isi dari penelitian ini. Suatu penelitian memerlukan kejelasan titik tolak atau landasan berpikir dalam memecahkan atau menyoroti masalahnya. Untuk itu perlu disusun kerangka teori yang memuat pokok-pokok yang menggambarkan dari sudut mana masalah penelitian akan disorot1.
1
Hadari Nawawi, Metode Penelitian Bidang Sosial, (Yogyakarta, Gajah Mada University Press, 1995) Hal 39.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 6
Ada pun teori yang dianggap relevan dalam penelitian ini adalah teori peluru atau biasa disebut teori jarum suntik sebagai teori utama, dimana penelitian ini difokuskan kepada hubungan intensitas menonton K-drama korea terhadap fashion siswi di SMA Negeri 3 Surakarta. Sedangkan teori pendukung dalam penelitian ini adalah komunikasi dan komunikasi massa, film dan K-drama, fashion, remaja.
1. Komunikasi Sebelum menjelaskan tentang teori peluru, adalah pemahaman tentang komunikasi dan Komunikasi massa terlebih dahulu yang harus dipahami. Menjelaskan
tentang
komunikasi
sangatlah
mudah,
karena
semua
orang
mengalaminya. Setiap manusia yang hidup dalam masyarakat, sejak bangun tidur sampai tidur lagi, secara kodrati senantiasa terlibat dalam komunikasi. Terjadinya komunikasi adalah sebagai konsekuensi hubungan sosial (sosial relations). Masyarakat paling sedikit terdiri dari dua orang yang saling berhubungan satu sama lain yang karena hubungan itu menimbulkan interaksi sosial (sosial interactions). Terjadinya interaksi sosial disebabkan interkomunikasi (intercommunication). Komunikasi adalah preoses penyampaian suatu pesan oleh seseorang kepada orang lain untuk member tahu atau mengubah sikap, pendapat, perilaku, baik secara langsung, maupun tidak langsung melalui media.2 Sehingga jelas kita lihat, bahwa hubungan sosial selalu membutuhkan komunikasi untuk terus berinteraksi di dalamnya. Mudahnya, kegiatan ini kita artikan dengan sebuah proses sederhana yang tak kasat mata yang melibatkan komunikator,
2
Onong Uchyana Effendy, Dinamika Komunikasi (Bandung , Remaja Rosdakarya, 2008) Hal 5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 7
komunikan, mengandung pesan secara lisan ataupun melalui media yang menghasilkan sebuah efek atau reaksi tertentu. Seperti yang sering dikutip oleh para peminat komunikasi, sebuah paradigma yang di kemukakan oleh Harrold Lasswell dalam karyanya the structure and function of society mengungkapkan komunikasi meliputi 5 unsur yaitu: a. Komunikator (communicator source) b. Pesan (message) c. Media (channel, media) d. Komunikan (communicant, receive) e. Efek (effect, impact, influence)3 Berdasarkan paradigma Laswell tersebut, pengertian komunikasi secara lebih sederhana adalah proses penyampaian pesan oleh komunikator kepada komunikan kepada media yang menimbulkan efek tertentu. Dari pengertian komunikasi antar manusia hanya bisa teparjadi jika ada seseorang yang menyampaikan pesan kepada orang lain dengan tujuan tertentu, artinya komunikasi hanya bisa terjadi kalau didukung oleh adanya sumber, pesan, media, penerima dan efek. Unsur-unsur inilah yang disebut elemen komunikasi. Yang terpenting dalam komunikasi adalah bagaimana caranya agar suatu pesan yang disampaikan komunikator itu menimbulkan dampak atau efek tertentu pada komunikan.
3
Onong Uchyana Effendy, Komunikasi Teori dan Praktek (Bandung , Remaja Rosdakarya, 2003) Hal 10
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 8
Dampak yang ditimbulkan dapat diklasifikasikan menurut kadarnya, yakni : a. Dampak kognitif, dampak yang timbul pada komunikan sehingga komunikan menjadi tahu dan meningkat intelektualitasnya. b. Dampak afektif, tujuan komunikator bukan hanya sekedar membuat komunikan tahu, tapi tergerak hatinya; menimbulkan perasaan tertentu, misalnya perasaan iba, terharu, sedih, gembira, marah, dan sebagainya. c. Dampak behavioral, dampak yang timbul pada komunikan dalam bentuk perilaku, tindakan, atau kegiatan. 4
2. Komunikasi Massa Josep A Devito mengemukakan definisi komunikasi massa yakni: “… Mass communication is communication addressed to masses, to an extremely large science. This does not means that audience includes all people or everyone who reads or everyone who watches television; rather it means an audience that is large and generally rather poorly defined. Second, mass communication is communication mediated by audio and/or visual transmitter. Mass communication is perhaps most easily and most logically defined by its form: television, radio, newspaper, magazine, films, books, and tapes.” 5 (“… Komunikasi adalah komunikasi yang ditujukan kepada massa, kepada khalayak yang luar biasa banyaknya. Ini tidak berarti bahwa khalayak meliputi seluruh penduduk atau semua orang yang membaca atau semua orang yang menonton televisi, agaknya ini tidak berarti pula bahwa khalayak itu besar dan pada umumnya agak sukar untuk dedifinisikan. Kedua, komunikasi massa adalah komunikasi yang disalurkan oleh pemancar-pemancar yang audio atau visual. Komunikasi massa
4 5
Onong Uchyana Effendi, Op. Cit Hal 6 Onong Uchyana Effendy, Op. Cit. Hal 21
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 9
barangkali akan lebih mudah dan logis bila didefinisikan menurut bentuknya; televisi, radio, surat kabar, majalah, film, buku, dan pita.”). Definisi diatas, dapat ditafsirkan bahwa komunikasi massa diperuntukan kepada orang dalam jumlah yang banyak dan tersebar, namun tidak diatur seberapa banyaknya. Yang pasti adalah komunikasi massa bersifat umum dan bebas. Selain itu, definisi diatas juga menjelaskan bahwa komunikasi massa harus selalu menggunakan peralatan yang modern untuk menyebarkan pesan, karena ini adalah salah satu cirri dari komunikasi massa itu sendiri yang tidak boleh ditinggalkan. Sementara itu, menurut Jay Black dan Frederick C disebutkan bahwa komunikasi massa adalah sebuah proses dimana pesan-pesan yang diproduksi secara massal/tidak sedikit itu disebarkan kepada massa penerima pesan yang luas, anonim, dan heterogen6. Luas disini berarti lebih besar daripada sekadar kumpulan orang yang berdekatan secara fisik, sedangkan anonim berarti individu yang menerima pesan cenderung asing satu sama lain, dan heterogen berarti pesan dikirimkan kepada orang-orang dari berbagai macam status, pekerjaan, dan jabatan dengan karakteristik yang berbeda satu sama lain dan bukan penerima pesan yang homogen. Berdasarkan pengertian tentang komunikasi massa yang sudah dikemukakan oleh para ahli komunikasi di atas, maka dapat disimpulkan bahwa komunikasi massa
6
Nurudin. Komunikasi Massa.(Malang, Cespur, 2006) hal 12
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 10
adalah komunikasi yang menggunakan media massa modern (media cetak dan elektronik) dalam penyampaian informasi yang ditujukan kepada sejumlah khalayak (komunikan) heterogen dan anonim sehingga pesan yang sama dapat diterima secara serentak. Berdasarkan sifat-sifat komponen, komunikasi massa memiliki ciri-ciri sebagai berikut : 1. Berlangsung satu arah. Artinya tidak terdapat arus balik dari komunikan kepada komunikator. Hal ini terjadi karena di dalam komunikasi massa feedback baru diperoleh setelah komunikasi berlangsung. 2. Komunikator pada komunikasi massa melembaga. Media massa sebagai saluran komunikasi massa merupakan lembaga, yakni suatu institusi atau organisasi. Dikarenakan seorang komunikator dalam media massa bertindak atas nama lembaga, sehingga di dalamnya komunikator nyaris tidak memiliki kebebasan individual. Ungkapan seperti kebebasan mengemukakan pendapat (freedom of expression atau freedom of opinion) merupakan kebebasan terbatasi (restricted freedom). Lebih dari itu, karena pesan-pesan yang disebarkan melalui media massa merupakan hasil kerja sama (collective), maka komunikatornya disebut juga collective communicator. 3. Pesan-pesan bersifat umum. Pesan-pesan yang disampaikan melalui media massa pada umumnya bersifat umum atau untuk orang banyak. Karena bersifat umum dan untuk kepentingan umum, maka tidak ditujukan kepada serseorangan atau kepada kelompok.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 11
4. Melahirkan keserempakan. Coba perhatikan bagaimana kekuatan sebuah radio siaran yang melalui acara tertentu mampu memaksa pendengarnya untuk serempak mendengarkan acara tersebut. Demikian pula dengan siaran televisi dan media cetak di negara-negara maju yang pada saat yang sama paling tidak dibaca oleh kurang lebih satu juta pembaca. Hal inilah yang merupakan ciri paling hakiki dibandingkan dengan media komunikasi lainnya. 5. Komunikan komunikasi massa bersifat heterogen. Dalam keberadaan audience yang terpencar-pencar, dimana satu sama lain tidak saling mengenal dan tidak memiliki kontak pribadi, masing-masing berbeda dalam berbagai hal : jenis kelamin, usia, agama, ideologi, pekerjaan, pengalaman, kebudayaan, pandangan hidup, keinginanan, cita-cita, dan lain sebagainya. Kemajemukan audience komunikasi massa ini yang menyebabkan pelaksana komunikasi massa harus benar-benar mempersiapkan semua idea tau informasi yang akan disampaikan sebaik mungkin sebelum disebarluaskan.7
Fungsi Komunikasi massa bagi masyarakat menurut Effendy adalah sebagai berikut : 1. Menyampaikan informasi (to inform) 2. Mendidik (to educate) 3. Menghibur (to entertain) 7
Onong Uchyana Effendy, Op. Cit hal 22 - 25
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 12
4. Mempengaruhi (to influence)8 Sebagaimana
diketahui,
komunikasi
massa
adalah
pesan
yang
dikomunikasikan dengan memakai media massa sebagai salurannya, sehingga tidak bisa lepas dari media massa sebagai media utama dalam proses komunikasi massa itu sendiri. Dan nyatanya saat ini, tidak semua media massa menjalankan keseluruhan fungsinya sebagai media massa, sebagaimana yang telah diuraikan diatas. Namun media massa tetap saja memiliki kemampuan untuk melakukan keempat fungsi tersebut. Terdapat berbagai macam jenis teori terpaan media yang ada di dalam komunikasi massa itu sendiri. Dan salah satu teori yang dianggap sangat mewakili fenomena yang menjadi judul penulisan penelitian ini adalah Teori Peluru atau Teori Hypodermic Needle.
3. Teori Peluru Teori ini berkembang di sekitar tahun 1930 hingga 1940an. Dan ini merupakan teori media massa pertama yang ada. Teori ini mengasumsikan bahwa komunikator yakni media massa digambarkan lebih pintar dan juga lebih segalanya dari audience. In the early part of the 20th century, concerns about political propaganda, manipulation by the elite and the rising popularity of electronic media led to 8
Ibid., hal 8
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 13
the so-called “hypodermic needle” or “bullet” theories, which envisaged media messages as strong drugs or potent weapons that would have powerful effects on a helpless audience. 9 Seperti yang dikatakan sebelumnya, teori ini memiliki banyak istilah lain. Biasa kita sebut Hypodermic needle ( teori jarum suntik ), Bullet Theory ( teori peluru ) transmition belt theory ( teori sabuk transmisi ). Dari beberapa istilah lain dari teori ini dapat kita tarik satu makna , yakni penyampaian pesannya hanya satu arah dan juga mempunyai efek yang sangat kuat terhadap komunikan. Teori ini menganggap media massa memiliki kemampuan penuh dalam mempengaruhi seseorang. Teori peluru ini merupakan konsep awal sebagai efek komunikasi massa yang oleh para teoritis komunikasi tahun 1970 an dinamakan pula hypodermic needle theory yang dapat diterjemahkan sebagai teori jarum hipodermik. Teori ini ditampilkan pada tahun 1950 an setelah peristiwa penyiaran kaleidoskop stasiun radio CBS di Amerika berjudul “The Invasion From Mars”10. Teori ini mengasumsikan bahwa media memiliki kekuatan yang sangat perkasa, dan komunikan dianggap pasif atau tidak tahu apa-apa. Seorang komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada khalayak yang tidak berdaya (pasif). Seperti yang dikatakan Wilbur Schramm pada tahun 1950-an bahwa seorang komunikator dapat menembakkan peluru komunikasi yang begitu ajaib kepada khalayak yang pasif tidak berdaya. Pengaruh media sebagai
9
Nancy Snow & Philip M. Taylor, The Revival Of The Propaganda State, The International Communication Gazette Vol. 69(5-6), (London SAGE Publication 2006), hal. 394 10 Ardianto dkk, Komunikasi Massa Suatu Pengantar (Bandung, Simbiosa Rekatama Media, 2004) hal. 64
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 14
hypodermic injection (jarum suntik) di dukung oleh munculnya kekuatan propaganda Perang Dunia I (1914-1918) dan Perang Dunia II (1939-1945).
4. K-Drama Film berperan sebagai sarana baru yang digunakan untuk menyebarkan hiburan yang sudah menjadi kebiasaan terdahulu kepada masyarakat umum. Film dapat dikatakan sebagai suatu penemuan teknologi modern paling spektakuler yang melahirkan berbagai kemungkinan. Film memiliki pengertian umum, yaitu untuk menampilkan serangkaian gambar yang diambil dari objek yang bergerak. Gambar objek itu memperlihatkan suatu seri gerakan atau momen yang berlangsung secara terus-menerus, kemudian diproyeksikan ke sebuah layar dengan memutarnya dengan kecepatan tertentu sehingga menghasilkan sebuah gambar hidup. Film dalam batasan sinematografis, sepanjang sejarahnya memberikan keleluasaan tema bila dilihat dari isi dan sasaran atau tujuannya. Film, seperti yang tertuang dalam UU Republik Indonesia No. 08 tahun 1992 didefinisikan sebagai suatu karya cipta seni dan budaya yang merupakan media komunikasi massa pandang-dengar yang dibuat berdasarkan asas sinematografi dengan direkam pada pita seluloid, pita video, piringan video, dan/atau bahan hasil penemuan teknologi lainnya dalam segala bentuk, jenis, dan ukuran melalui proses kimiawi, proses elektronik, atau proses lainnya, dengan atau tanpa suara, yang dapat
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 15
dipertunjukkan dan/atau ditayangkan dengan system proyeksi mekanik, elektronik, dan/atau lainnya. K-drama atau Korean drama adalah serial drama atau film-film yang berasal dari korea. K-drama mulai masuk ke Indonesia sekitar awal tahun 2000-an. Beberapa stasiun televisi swasta di tanah air gencar bersaing menayangkan film-film maupun K-drama. Bahkan, terdapat beberapa K-drama yang sempat ‘sukses’ di layar kaca, sebut saja Winter Sonata, Endless Love, dan Daejanggeum. Sinetron buatan negeri ginseng ini telah berhasil menarik perhatian sebagian masyarakat Indonesia, bahkan beberapa bintang sinetron tersebut telah menjadi idola di tanah air. Sebuah jurnal dari Dine Racoma, menyebutkan bahwa : Basically, South Korean dramas are like soap operas or Mexican telenovelas. They are mini-series that are 16 to over a hundred episodes long, with Korean themes acted out by native South Korean actors and actresses and filmed not only in South Korea but also abroad. Some dramas deal with every day life, romance, comedy, tragedy while some are based or partially based on historical annals. These historical dramas are called “sageuk” in Korean. Best examples of this genre include Jumong, Dae Jang Geum or Jewel in the Palace, Damo, Chuno, Painter in the Wind or the more current King Gwanggaeto The Great and Tree with Deep Roots, which is about King Sejong, who invented the Korean alphabet, Hangul. Since the late 90’s, South Korean dramas have been occupying the boob tubes across China, Japan, the Philippines and other parts of Southeast Asia, and have made its stars popular outside South Korea. This genre of South Korean shows has also been showing up in North America and Europe. Although Mexican telenovelas still reign supreme, the South Korean dramas are not far behind. These South Korean dramas are dubbed in the local language of the country they are shown.11 (“ Pada dasarnya, K-drama sama seperti opera sabun atau telenovela di Meksiko. K-drama adalah mini seri yang terdiri dari 16 episode atau lebih, yang tidak 11
http://www.thelanguagejournal.com/2011/11/hallyu-korean-wave.html diakses pada 2 Juni 2011
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 16
hanya diperankan oleh aktor dan aktris Korea Selatan sendiri, namun terkadang juga aktor dan aktris dari luar negeri. Beberapa K-drama menceritakan kehidupan keseharian, roman, komedi, tragedi, dan juga yang berdasarkan pada cerita sejarah. Di Korea, K-drama yang menceritakan tentang sejarah disebut sebagai “saeguk”. Beberapa contoh K-drama yang berdasarkan sejarah adalah Jumong, Dae Jang Geum atau Jewel in the Palace, Damo, Chuno, Painter in the Wind atau lebih tepatnya King Gwanggaeto The Great and Tree with Deep Roots yang menceritakan tentang Kaisar Sejong, yaitu seorang kaisar yang memperkenalkan huruf abjad korea, atau yang biasa disebut Hangul. Sejak akhir tahun 90-an, K-drama telah disiarkan sampai ke Cina, Jepang, Filipina, dan beberapa negara di Asia Selatan, dan hal ini membuat artis-artis korea pun terkenal sampai ke manca negara. Genre film Korea Selatan ini pun telah muncul di Amerika selatan dan Eropa. Meskipun telenovela Meksiko masih yang menjadi bintangnya, tapi K-drama tidak jauh tertinggal. Dan setiap pemutaran K-drama ini telah di dubing sebelumnya menggunakan bahasa-bahasa lokal di setiap negara yang menayangkannya..”) Satu hal penting yang mesti digaris bawahi dari tulisan Dine Racoma diatas bahwa keberadaan K-drama di dunia sudah tidak bisa dipandang sebelah mata lagi. Berbagai penyewaan VCD dan DVD pun marak di berbagai pelosok negeri ini. Insan Indonesia sudah begitu terbiasa dengan film-film Hollywood yang hampir menguasai rak-rak film di tempat-tempat seperti itu. Namun, sejak tahun 2002 yang lalu, selain film-film Mandarin dan India, ternyata film-film Korea juga telah mulai termasuk dalam jajaran film-film yang disewakan—terlepas asli atau bajakan. Secara khusus bahkan film-film
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 17
Korea mulai menempati rak tersendiri—suatu tanda semakin banyaknya produksi dan masukknya film Korea tersebut ke Indonesia. Hal- hal ini menandakan bahwa film-film Korea pun telah masuk ke dalam lingkaran filmfilm yang mulai diminati12. Tidak berhenti disitu, kepopuleran drama-drama korea ini kemudian diikuti dengan populernya berbagai hal dari Korea seperti fashion, aksesoris, yang digunakan oleh tokoh-tokoh dalam film. Makanan yang menjadi makanan dalam tokoh film tersebut. Bahasa, serta musik yang akan kita kenal sebagai k-pop. Hal tersebut membuat Korea menjadi salah satu eksportir budaya di Indonesia, selain Jepang dan Amerika Serikat tentunya. Dan dengan demikian, pada penelitian ini akan lebih di tekankan pada fashion korea yang sudah mulai mempengaruhi fashion ramaja putri saat ini. bagaimana bentuk fashion dari tokoh-tokoh karakter dalam film dan serial K-drama yang diimitasi menjadi fashion siswi di SMA Negeri 3 Surakarta, akan dijelaskan dalam uraian berikutnya.
5. Fashion Malcolm Barnard membagi definisi fashion dalam dua jenis sifat kata, yaitu kata benda dan kata kerja. Sebagai kata kerja, ‘fashion’ memiliki arti kegiatan membuat atau melakukan.13 Dalam kamus bahasa Inggris, fashion sebagai kata kerja berarti
‘membuat
sesuatu,
yang
umumnya
12
dengan
cara-cara
yang
telah
http://www.inakos.org/jurnal/Hallyu.htm diakses pada 25 Mei 2011 Malcolm Barnard, Fashion Sebagai Komunikasi, terj. Idi Subandy Ibrahim ( Yogyakarta: Jalasutra, 1996) hal 13 13
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 18
diimprovisasi’. Sebagai kata benda, fashion diterjemahkan sebagai ‘benda konsumsi yang dipakai oleh pembelinya’. Nystrom mendefinisikan fashion sebagai ‘tidak lebih dan tidak kurang daripada gaya kebanyakan dalam ke-kini-an’. Gregory mengajukan definisi yang kurang lebih sama, yaitu bahwa ‘fashion adalah gaya yang mendominasi dalam setiap jangka waktu tertentu’. Secara lebih mendetail, fashion dapat diartikan sebagai suatu gaya busana yang dalam jangka waktu tertentu diadopsi oleh anggota kelas sosial dalam proposi yang dominan, karena gaya terpilih tersebut dapat dianggap sesuai secara sosial dengan waktu dan situasi saat itu. Fashion dalam kata benda juga mengacu kepada setiap produk aksesoris.14 Dari semua teori tersebut, dapat disimpulkan bahwa fashion berarti gaya atau paduan gaya, yang populer, banyak digemari dan dianut oleh masyarakat, dalam kurun waktu tertentu, dan secara umum dipengaruhi secara kuat oleh budaya Barat. Di dalam konteks busana, desain adalah sebuah kombinasi yang unik dari karakteristik-karakteristik yang, di dalam klasisfikasi produk, membedakan satu benda dengan benda lainnya. Kemeja, gaun, celama panjang, dan topi mungkin masing-masing dilihat sebagai satu definisi kelas dalam produk fashion yang memiliki kemungkinan desain yang tidak terbatas di dalam kategorinya. Perbedaan antar kelas dapat terjadi dalam banyak variabel, khususnya melalui siluet dan konstruksi, juga warna kain, struktur, motif, dan tekstur. Hal-hal tersebut merupakan
14
Retno Wulandari, “Pengaruh Gaya Busana Musisi Pop Terhadap Fashion di Tahun 2000-an” (Bandung: ITB, 2009) Fakultas Seni Rupa dan Desain, hal 38-39
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 19
kombinasi variabel-variabel yang membentuk suatu desain.15 Seperti yang dinyatakan oleh Sproles bahwa setiap desain tampil sebagai kreasi individualistik yang tinggi. Lingkup Fashion dan Busana Lingkup fashion atau kategorisasi fashion adalah pengelompokan butir-butir fashion berdasarkan perbedaan sitmatik busana. Maksudnya perbedaan antara hal-hal yang muncul sebelum atau sesudah satu sama lain, atau perbedaan subyek. Misalnya perbedaan jenis garmen, contoh nya perbedaan kemeja, jas, dan celana. Dari pengelompokan tersebut secara garis besar akhirnya dapat dilihat bahwa fashion Asia seperti Jepang dan Korea juga masih berkiblat ke Barat. Namun dengan mengadaptasi fahion yang ada, Asia juga masih menunjukan identitasnya. Dengan menambahkan aksen rajutan, renda dengan warna-warna romantic dan casual. Dari awal 2009 sampai saat inilah fashion korea mengukuhkan diri. Meskipun tidak jauh berbeda dengan fashion pada umumnya tapi fashion wanita korea lebih condong menyiratklan kesan innocent. Dengan warna-warna romantic, casual, dengan bahan wool, dan detail renda, pita, dan rajutan menjadi pembeda dari yang lain.
6. Remaja Remaja, yang dalam bahasa aslinya disebut adolensence, berasal dari bahasa latin, adolescere yang artinya “tumbuh atau tumbuh untuk mencapai kematangan”. Perkembangan lebih lanjut, istilah adolensece sesungguhnya memiliki arti yang luas, mecakup mental, emosional sosial, dan fisik. Remaja sebenarnya tidak mempunyai tempat yang jelas. Mereka sudah tidak termasuk golongan anak-anak, tetapi juga belum dapat diterima secara penuh untuk 15
Wulandari. Op. Cit. hal 47
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 20
masuk ke golongan orang dewasa. Remaja berada diantara anak-anak dan dewasa. Oleh karena itu, remaja dikenal dengan fase mencari jati diri atau fase topan dan badai. Remaja masih belum mampu menguasai dan memfungsikan secara maksimal fungsi fisik maupun psikisnya.16 Oleh karena itu dengan dibantu oleh terpaan media remaja mudah sekali terpengaruh. Semua jenis media, baik itu internet, televisi, film, ponsel maupun majalah, berpengaruh besar terhadap gaya hidup remaja masa kini. Kebanyakan media menginformasikan tentang gaya hidup remaja perkotaan, yang sebenarnya sudah terimbas pada gaya hidup modern. Masa remaja adalah masa pencarian identitas. Remaja mulai mencari gaya hidup yang pas dan sesuai dengan selera. Remaja juga mulai mencari seorang idola atau tokoh identifikasi yang bisa dijadikan panutan, baik dalan pencarian gaya bicara, gaya berpakaian, gaya rambut, gaya berpacaran sampai gaya bergaul.17 Sehingga sangat wajar apabila remaja mengidolakan beberapa aktor atau aktris, penyanyi, atau siapa saja yang disukainya. Kemudian mereka mengoleksi artikel, foto, dan mengikuti gaya bicara sampai gaya berpakaiannya. Dari segi modernitas dapat dipahami bahwa tanda-tanda gaya hidup modern tampak pada apa yang dikenakan dan beberapa aktivitas yang dilakukan remaja ternyata sedikit banyak adalah hasil dari pemberontakan atas budaya penampilan di masa lalu. Sedangkan dari segi ideologi penggunaan fashion cukup mempengaruhi
16
Monks, dkk, Psikologi Perkembangan: Pengantar Dalam Berbagai Bagiannya (Yogyakarta: Gajah Mada University Press, 1991) 17 Philip Kotler, Manajemen Pemasaran (Jakarta: UI Press, 1997) hal 159
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 21
gaya penampilan remaja bahkan sudah menjadi sebuah identitas atau ciri khas baru bagi remaja.
F. Hipotesis Hipotesis adalah
sebuah jawaban
yang bersifat semetara
terhadap
permasalahan penelitian sampai terbukti melalui data yang terkumpul. Berdasarkan penjelasan dalam kerangka teori diatas serta sesuai dengan tujuan penelitian maka disusun hipotisis sebagai berikut: a.
Hipotesis Nihil (Ho): Tidak ada hubungan intensitas menonton K-dram terhadap fashion siswi di SMA Negeri 3, Surakarta.
b.
Hipotesis Kerja (Ha): Ada hubungan intensitas menonton K-drama terhadap fashion siswi di SMA Negeri 3, Surakarta.
G. Definisi Konseptual dan Definisi Operasional 1. Definisi konsepsional Konsep merupakan abstaraksi suatu fenomena yang dirumuskan dari sejumlah karakteristik, kejadian, keadaan, kelompok, individu tertentu yang menjadi pusat perhatian ilmu sosial.18 Definisi konsepsional digunakan untuk menghindari penafsiran yang berbedabeda tentang variabel penelitian. 18
Masri Singarimbun, Metode Penelitian Survey (Jakarta, LP3ES, 1991) hal 33
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 22
A. Variabel Independen (X1): Intensitas Menonton Intensitas yaitu keadaan dari tingkatan, ukuran, kedalaman.19 Sedangkat menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia menonton adalah melihat (pertunjukan, gambar hidup,dsb). Sudarwan Darwin dalam bukunya Media komunikasi pendidikan pun menyatakan bahwa menonton adalah aktivitas melihat sesuatu dengan tingkat perhatian tertentu.20 Berdasarkan pengertian di atas maka peneliti dapat menyimpulkan bahwa intensitas menonton adalah aktivitas melihat pertunjukan, gambar hidup dengan tingkatan, ukuran, dan kedalaman tertentu. Intensitas menonton K-drama memberikan pengaruh pada fashion siswi. Fashion siswi saat ini mengidentifikasi betapa kuatnya intensitas menonton K-drama terhadap fashion ramaja putri.
Film sudah menjadi konsumsi masyarakat dari bermacam-macam kelas sosial sebagai bentuk hiburan dan juga sebagai bentuk penyebaran nilai budaya, gaya hidup, mode, yang berkaitan dengan pola hidup individu atau masyarakat. Meskipun film tersebut hanyalah sebuah fiktif belaka. Akan tetapi efek dari pesan yang telah diinterpretasi individu ataupun masyarakat akan menjadi budaya baru dalam kehidupan sosial.
19 20
Republik Indonesia, Departemen Pendidikan dan Kebudayaan tahun 1998, hal 35 Sudarwan Danim, Media Komunikasi Pendidikan (jakarta, Bumi Aksara, 1995) hal 20
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 23
K-drama adalah salah satu tontonan baru yang sedang banyak diminati terutama oleh siswi. K-drama umumnya bercerita tentang kehidupan remaja sehari-hari yang diwarnai konflik. Seperti layaknya sinetron atau sandiwara K-drama diawalai dengan pengenalan tokoh-tokoh yang memiliki karakter masing-masing. Berbagai karakter menimbulkan konflik yang makin lama makin besar hingga sampai pada titik klimaksnya. B. Variabel Dependen (Y) Fashion dapat diartikan sebagai suatu gaya busana yang dalam jangka waktu tertentu diadopsi oleh anggota kelas sosial dalam proposi yang dominan, karena gaya terpilih tersebut dapat dianggap sesuai secara sosial dengan waktu dan situasi saat itu. Fashion menurut Troxell dan Stone dalam bukunya Fashion Merchandising, fashion didefinisikan sebagai gaya yang diterima dan digunakan oleh mayoritas anggota sebuah kelompok dalam satu waktu tertentu. Fashion dalam kata benda juga mengacu kepada setiap produk aksesoris, dandanan, dan bentuk tubuh.21 Secara lebih mendetail, fashion dapat diartikan sebagai suatu gaya busana, dan aksesoris yang dalam jangka waktu tertentu diadopsi oleh anggota kelas sosial dalam proposi yang dominan, karena gaya terpilih tersebut dapat dianggap sesuai secara sosial dengan waktu dan situasi saat itu.
21
Wulandari. Op. Cit, hal 38-39
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 24
2. Definisi Operasional Definisi operasional adalah unsur penelitian yang memberitahukan bagaimana cara mengukur variabel. A. Variabel Independen (X1) Tingkat intensitas menonton K-drama dalam penelitian ini berdasarkan frekuensi, tingkat perhatian, dan durasi menonton. Indikator yang digunakan adalah : I. Frekuensi menonton. Diukur dari berapa kali responden menyaksikan K-drama selama satu bulan : a. Rendah (1-7 kali) b. Sedang (8 – 14 kali) c. Tinggi (15 – 21 kali) d. Sangat tinggi ( > 21 kali) II. Tingkat perhatian. Diukur dari keseriusan responden dalam menyaksikan K-drama a. Selalu diselingi aktivitas lain. b. Sering diselingi aktivitas lain. c. Jarang diselingi aktivitas lain d. Tidak pernah diselingi aktivitas lain. III. Durasi responden dalam menonton K-drama, diukur dengan lama waktu yang disediakan untuk menonton. a. Menonton sebentar (0 menit - 30 menit) b. Menonton cukup lama (31 menit – 60 menit)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 25
c. Menonton lama (61 menit – 90 menit) d. Menonton sangat lama ( > 90 menit) C. Variabel Dependen (Y) Indikator dalam variabel terikat penelitian ini yaitu fashion adalah sebagai berikut ; 1. Cara berpakaian, yaitu gaya dalam mengenakan busana dalam kehidupan seharihari. 3. Gaya aksesoris, yaitu model aksesoris yang dipakai untuk tambahan padu padanan busana.
H. Metodologi Penelitian Metode penelitian yang peneliti gunakan adalah metode survey, yaitu penelitian yang mengambil sampel dari satu populasi dang menggunakan kuesioner sebagai alat pengumpulan data yang pokok. Jenis survey ini digunakan oleh peneliti untuk mengetahui mengapa suatu atau kondisi tertentu terjadi. Peneliti dituntut membuat hipotesis sebagai asumsi awal untuk menjelaskan antar variabel yang diteliti. Jenis penelitian yang digunakan adalah eksplanatif yang bersifat asosiatif, yaitu menjelaskan hubungan antara intensitas menonton K-drama dan fashion remaja yang diteliti. 1. Populasi dan Sampel Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas : obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 26
untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Sedangkan sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut. Populasi ditetapkan adalah siswi-siswi di SMA Negeri 3 Surakarta yang jumlah keseluruhannya ada 1177 siswa, dan siswa putrinya berjumlah 784 siswa. Kemudian diketahui siswi yang pernah menonton K-drama sebanyak 756 siswa. Siswi-siswi inilah yang akan dijadikan sampel di dalam penelitian ini. Meskipun memiliki sifat dan karakteristik yang berbeda satu sama lain namun dengan latar belakang pendidikan yang hampir sama dan jenis kelamin yang sama, akhirnya peneliti memasukkannya sebagai Populasi Homogen. Peneliti menggunakan Rancangan Sampel Probabilitas. Rancangan Sampel Probabilitas artinya penarikan sampel didasarkan atas pemikiran bahwa keseluruhan unit populasi memiliki kesempatan yang sama umtuk dijadikan sampel. Karena semua memiliki kesempatan yang sama untuk menjadi sampel, maka untuk menjadi sampel, unit – unit populasi harus di random. Oleh karenanya, rancangan ini juga disebut sebagai sampling acakan. Rumus perhitungan besaran sampel.22
n=
22
N N (d) ² + 1
Sarwono, Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif, (Yogyakarta, Graha Ilmu, 2006)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 27
Keterangan : n = Jumlah sampel yang dicari N = Jumlah populasi d = Nilai presisi (ditentukan dalam contoh ini sebesar 90 % atau = 0,1) Maka banyaknya sampel ditentukan : n=
756 756 (0,1) ² + 1
n=
_756_ 8,56
=
88,31
Dengan demikian maka dari jumlah populasi 756 diperoleh ukuran sampel sebesar 88,31 atau 88 sampel penelitian. Ke 89 sampel ini diambil dan dipilih secara acak dari keseluruhan siswi putri di SMA Negeri 3 Surakarta. Dari 30 kelas yang ada, maka diambil dua sampai tiga siswi sebagai sampling di setiap kelas atau dengan kata lain peneliti menggunakan teknik cluster sampling.
2. Lokasi Penelitian Penelitian ini dilakukan di SMA Negeri 3, Jl. Prof W.Z. Johanes No. 58 Surakarta
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 28
3. Jenis Data Data adalah bahan mentah yang perlu diolah sehingga menghasilkan informasi kuantitatif yang menunjukkan fakta. Data yang diperoleh dari penelitian ini mencakup 2 jenis data : 1) Data Primer Data yang langsung diperoleh dari sumber pertama secara langsung dari responden. Data yang didapat dan diolah langsung dari obyeknya. Data primer dari penelitian ini adalah siswi SMA Negeri 3 Surakarta. 2) Data Sekunder Data yang di dapatkan dengan cara mengutip dari sumber dara lokasi penelitian dengan tujuan untuk melengkapi data primer.
4. Cara Pengumpulan Data Karena penelitian ini bersifat kuantitatif, maka peneliti hanya menggunakan kuesioner untuk mendapatkan data-datanya. Kuisioner atau yang juga dikenal sebagai angket merupakan salah satu teknik pengumpulan data dalam bentuk pengajuan pertanyaan tertulis melalui sebuah daftar pertanyaan yang sudah dipersiapkan sebelumnya, dan harus diisi oleh responden.
I. Tehnik analisis data Karena penelitian ini penelitian kuantitatif, maka dalam penelitian ini data yang sudah terkumpul akan dianalisis dengan teknik statistik. Masing-masing
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 29
indikator diberi rangking dan untuk menguji apakah ada hubungan yang signifikan diantara variabelnya. Apabila terdapat 2 (dua) buah variabel X (intensitas menonton K-drama) dan Y (fashion remaja) yang kedua-duanya memiliki tingkat pengukuran ordinal maka koefisien korelasi yang dapat dipergunakan adalah koefisien korelasi Spearman atau Spearman’s Coefficient of (Rank) Correlation.
rs = Σx² + Σy² - Σd² 2 √Σx² . Σy²
Dimana :
Σx² = n3 - n _ 12 Σy² = n3 - n _ 12
Σ t3 - t 12 Σ t3 - t 12
Keterangan : rs = Koefisien korelasi Tata Jenjang Spearman n = Banyaknya ukuran sampel t = Banyak anggota kembar pada suatu perkembaran d = Selisih dari rank variabel x dengan rank variabel y ΣTy = Jenjang kembar variabel y ΣTx = Jenjang kembar variabel x
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 30
X² = Jumlah jenjang kembar pada variabel x Y² = Jumlah jenjang kembar pada variabel y Spearman’s rho dilambangkan dengan menggunakan rs. Koefisien korelasi nonparametik untuk mengukur hasil antara hubungan dua variabel, dimana data dibuat dalam ranking. Selanjutnya, untuk melihat tinggi rendahnya korelasi digunakan skala Guilford, sebagai berikut23 : < 0,20
hubungan rendah sekali ; lemas sekali
0,21 – 0,40
hubungan rendah tapi pasti
0,41 – 0,70
hubungan yang cukup berarti
0,71 – 0,90
hubungan yang tinggi ; kuat
> 0,91
hubungan sangat tinggi ; kuat sekali, dapat diandalkan
Untuk
menentukan
tingkat
signifikasi
dilakukan
pengujian
dengan
menggunakan uji dua sisi dengan tingkat signifikasi a = 5%. Uji dilakukan dua sisi karena untuk mengetahui ada atau tidaknya hubungan yang signifikan, jika 1 sisi digunakan untuk mengetahui hubungan lebih kecil atau lebih besar. T sebagai faktor koreksinya, dimana T adalah jumlah pengamatan dari kelompok ranking yang kembar. Mengingat jumlah sampel dalam penelitian ini lebih dari 30 sampel, maka uji signifikan terhadap nilai rs yang diperoleh harus dilakukan dengan menghitung besarnya nilai t terlebih dahulu. Setelah diperoleh nilai koefisien korelasi, maka nilai hitung uji T adalah : 23
Jalaluddin Rakhmat, Mtode Penelitian Komunikasi (Bandung, PT. Remaja Rosdakarya, 2005) hal 29
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 31
T = rs²㼘
뾈s
Dimana : t = Harga signifikan korelasi rs = Koefisien korelasi Tata Jenjang Spearman n = Jumlah sampel n – 2 = Derajat kebebasan Apabila t tabel < t hitung, maka hubungan signifikan, sedangkan apabila t tabel > t hitung, maka hubungan tidak signifikan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 32
BAB II DESKRIPSI WILAYAH PENELITIAN
A. Drama Korea a. Sejarah Drama Korea (K-drama) Jika orang-orang yang lahir pada tahun 1970-an atau 1980-an ditanya mengenai serial rama, film atau musik dari negara Asia mana yang populer di Indonesia pada era generasinya, mungkin mereka akan menjawab Jepang, Cina, dan Hongkong, tanpa menyebut Korea di dalamnya. Akan tetapi, lain halnya jika pertanyaan yang sama ditanyakan pada pemuda sekarang, atau generasi kelahiran 1990-an. Korea pasti akan keluar menjadi salah satu jawaban mereka. Generasi muda sekarang akan dengan mudah menyebut judul film, musik, atau drama Korea. Terlepas dari apakah ia pernah mengkonsumsi film, music, atau drama, fakta bahwa hampir sebagian besar generasi muda di Indonesia dapat mengenali keberadaan produk budaya Korea menunjukkan suatu realitas, yaitu : Budaya Korea telah berkembang begitu pesatnya, hingga sukses menjangkau popularitas di mancanegara. Maraknya produk-produk budaya Korea di luar negeri sebenarnya berawal dari pada tahun 1994 ketika Kim Young-sam, presiden Korea Selatan yang kala itu menjabat, mendeklarasikan globalisasi sebagai visi nasional dan sasaran strategi
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 33
pembangunan. Rencana ini kemudian dimanifestasikan oleh Menteri Budaya Korea waktu itu, Shin Nak-yun, dengan menetapkan abad 21 sebagai ‘century of culture’. Berbagai upaya dan pembenahan dilakukan untuk mewujudkan globalisasi budaya Korea, mulai dari preservasi dan modernisasi warisan budaya tradisional Korea agar lebih dapat diterima publik mancanegara, melatih tenaga professional dalam bidang seni dan budaya, memperluas fasilitas kultural di wilayah lokal, membangun pusat budaya yang luar negeri, sampai membangun jaringan komputer dan internet di seluruh pelosok negeri untuk menunjang persebaran informasi budaya24 . Upaya integratif pemerintah Korea tersebut mulai mendatangkan hasil nyata dalam lima tahun. Budaya Korea mulai terekspansi ke mancanegara. Pada tahun 1999, dalam konteks krisis ekonomi yang melanda, drama Korea menjadi marak diimpor negara-negara Asia Tenggara karena merupakan satu-satunya pilihan yang paling ekonomis jika dibandingkan drama Jepang yang lebih mahal 4 kali lipat dan Hongkong yang bisa lebih mahal 10 kali lipat 25. Seiring berjalannya waktu, budaya Korea tidak hanya marak dikonsumsi di Asia Tenggara, tetapi juga beranjak ke Amerika Serikat, Timur Tengah, dan Amerika Latin, yang terbukti dengan adanya fans club di sana. Dalam 10-15 tahun terakhir, budaya Korea berkembang begitu pesatnya hingga meluas dan diterima publik dunia,
24
Doobo Shim, Hibridity and The Rise of Korean Popular Culture in Asia , Media, Culture, and Society, Vol 28 (1), (London, SAGE Publication,2006) hal 25 25 Shim, Op. Cit, hal 44
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 34
sampai menghasilkan sebuah fenomena demam budaya Korea di tingkat global, yang diistilahkan sebagai ‘hallyu’. “Hallyu” atau "Korean Wave" adalah istilah yang diberikan untuk tersebarnya budaya pop Korea secara global di berbagai negara di dunia, termasuk di Indonesia, atau secara singkat mengacu pada globalisasi budaya Korea (Shim, 2006). Fenomena ini diikuti dengan banyaknya perhatian terhadap produk Korea Selatan, seperti misalnya masakan, barang elektronik, musik dan film. Di Indonesia saat ini, fenomena gelombang Korea melanda generasi muda Indonesia yang umumnya menyenangi drama dan musik Korea.
b. Perkembangan K-drama di Indonesia Di Indonesia sendiri, hallyu diawali oleh serial drama. Berbagai stasiun televisi Indonesia mulai menayangkan drama produksi Korea Selatan setelah salah satu stasiun televisi Indonesia sukses menayangkan drama Endless Love, atau yang berjudul resmi Autumn in My Heart di Korea, pada tahun 2002. Romantisme dan kisah tragis menyedihkan senantiasa mewarnai drama ini, menarik emosi penonton untuk hanyut meresapi alur cerita, sehingga Endless Love sukses memikat perhatian para pecinta drama Indonesia, yang sebagian besar adalah para perempuan. Selain orisinalitas cerita, drama ini juga diperankan oleh aktor dan aktris yang rupawan dengan kemampuan akting yang baik sehingga sukses menjadi titik balik bagi meluasnya budaya pop Korea di Indonesia.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 35
Kesuksesan drama Endless Love yang memiliki genre drama melankolis ini, diikuti dengan kesuksesan drama-drama melankolis Korea lainnya, antara lain Winter Sonata dan Memories in Bali. Setelah drama melankolis, muncul drama komedi romantis yang juga sangat digandrungi oleh pemirsa Indonesia. Beberapa diantaranya adalah Full House, My Sassy Girl dan Princess Hours. Selain drama melankolis dan komedi romantis, genre drama Korea dengan latar belakang sejarah juga mencetak rating tinggi di Indonesia. Drama yang termasuk dalam genre ini antara lain Dae Jang Geum dan Queen Seon Deok.
B. SMA Negeri 3 Surakarta a. Sejarah SMA Negeri 3 Surakarta Awal berdirinya Sekolah Lanjutan Atas Negeri pertama dimulai bulan Agustus 1943, dimana para sat itu (masa pendudukan Jepang) Bapak Mr. Widodo Sastrodiningrat sebagai Kepala Bagian Pendidikan Kasunanan Surakarta dan apak Soetopo Adisepoetro sebagai Kepala Pendidikan Keresidenan Surakarta atas persetujuan pembesar Jepang dibukalah sekolah yang sederajat AMS (Algemene Middle-baar School). Pada tanggal 3 Nopembe 1943, diresmikan pembukaan sebuah Sekolah Lanjutan Atas yang diberi nama Sekolah Menengah Tinggi Negeri (SMT Negeri) bertempat di gedung yang sekarang dipakai Sekolah SMP Negeri 1 Surakarta dengan
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 36
Kepala Sekolah I Bapak Mr. Widodo Sastrodiningrat dengan Wakil Bapak S. Djajeng Soegianto. SMT Negeri ini mempunyai dua kelas yaitu kelas IA jurusan Sastra Budaya dengan 33 siswa. Kelas IB Jurusan Pasti Alam mempunyai 34 siswa. Kedua kelas itu di ampu oleh 12 orang guru. Agustus 1944 jabatan Kepala sekolah di serah terima ke pemimpinan dari Mr. Widodo Sastrodiningrat kepada Bapak S. Djajeng Soegianto sebagai Kepala Sekolah ke II. April 1945 terjadi serah terima jabatan Kepala Sekolah ke III dara Bapak S. Djajeng Soegianto kepada N. Barnami karena Bapak S. Djajeng Soegianto diangkat menjadi Kepala Sekolah SMP Puteri di Pasar Legi Sala. Juli 1945 SMT Negeri Sala mendapat tambahan guru tetap sebanyak 5 orang sehingga seluruh guru yang mengajar ada 17 orang dan ini merupakan guru cikal bakal SMT/SMA Negeri Surakarta.
Adapun nama-nama Guru SMT/SMA Negeri Surakarta :
1. Bp. ISMAsubroto (Bhs Indon) 2. Bp. Soetardjo (Ilmu Alam) 3. Bp. B. Soeparno (Bhs Indon) 4. Ibu Sri Peni (Ilmu Hayat) 5. Ibu Poppy Saleh (Ilmu Ekonomi dan Tata Negara)
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 37
SETELAH INDONESIA MERDEKA
Akhir dari Perang Dunia II dimana Indonesia memerdekakan diri tanggal 17 Agustus 1945, SMT Negeri Surakarta diserahkan kepada Kantor Pendidikan Mangkunegaran Surakarta dibawah Kantor Baraya – Wiyata. Nopember 1945 para Pelajar berjuang di garis depan serta gedung sekolah SMT Manahan di tutup dan gedungnya digunakan untuk asrama Barisan Polisi Istimewa (BPI) yang anggotanya terdiri dari Pelajar SMT sendiri sedangkan para Guru dipekerjakan di Kantor Baraya – Wiyata dan di serah tugas menerjemahkan Encyclopedia 16 volume. Maret 1946 sekolah dibuka lagi dengan Kepala Sekolah IV Bp. Roespandji Atmowirogo. Juni 1946 untuk pertama kalinya SMT Negeri menyelenggarakan ujian penghabisan dengan hasil yang dinyatakan lulus pertama kali diantaranya Ny. Djatikusumo dan Omar Dhani. April 1946 dilaksanakan serah terima jabatan Kepala Sekolah Bp. Roespandji Atmowirogo yang diangkat menjadi Pejabat Residen Surakarta kepada Kepala Sekolah V Bapak Soepandam. Juni 1947 diselenggarakan ujian penghabisan yang kedua dan Alumnus dinyatakan lulus antara lain: Prakoso, Achmadi, Suhendro, Padmosurasmo, dan Singgih Prawoto. Pada saat itu SMT Negeri mempunyai 3 (tiga) jurusan yakni :
Jurusan A untuk Ilmu Sastra dan Budaya
Jurusan B untuk Ilmu Pasti dan Alam.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 38
Jurusan C untuk Ilmu Ekonomi
Juli 1947 terjadi Clash 1 sehingga membuat pecah. Pelajar kembali meninggalkan bangku sekolah dengan kembali berjuang memanggul senjata. Gedung sekolah SMT Negeri yang digunakan Angkatan Laut dibawah pimpinan Achmad Yadau, sedang pelajar putri yang tidak berjuang belajar di pendapa rumah Bp. Parjatmo di Jl. Punggawan No. 10 Sala. September 1947 sekolah mulai dibuka kembali dengan menggunakan gedung SMP Negeri II yang terletak disudut barat daya Kraton Mangkunegaran. Para murid masuk siang hati pukul 13.30 sampai pukul 17.30 April 1948 gedung Sekolah SMT Negeri Manahan diserahkan kembali oleh Angkatan Laut. Juni 1948 dilaksanakan ujianpenghabisan yang ketiga dan siswa dinyatakan lulus diantaranya: Baiquni, Sihiman, Sri Hartati, dan Siti Aminah. Pada tanggal 18 desember 1948 saat Clash II pecah, ada instruksi dari komandan Komando Militer Kota yang dijabat oleh Achmadi (mantan pelajar SMT Negeri Sala) untuk membakar gedung sekolah namun yang terbakar hanya sebagian sekolah saja. Para murid kembali berjuang memanggul senjata. Bulan Nopember 1949, Kepala Sekolah SMT Negeri Bp. Soepandam mendapat perintah dari Menteri Pendidikan dan Kebudayan untuk membuka kembali SMA Negeri A/B Sala, sedangkan Bp. Parjatmo dan Bp. Soemitro ditugaskan mencari
gedung
baru
serta
guru-gurunya.
Ibu
Awalin
ditugaskan
untuk
menyelenggarakan pendaftaran para murid baik dari sekolah negeri maupun swasta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 39
Pada tanggal 15 Desember 1949 dibuka dengan resmi SMA Negeri A/B di Margoyudan Sala yang terdiri dari dua bagian, yaitu:
SMA Negeri A/B I dengan 12 kelas untuk murid biasa dan masuk pada pagi hari.
SMA Negeri A/B II dengan 2 kelas untuk murid bekas pejuang dan masuk pada siang/sore hari.
Kedua Sekolah dikelola oleh:
- Kepala Sekolah : Bp. Soepandam
- Wakasek : Bp. Parjatmo dan Bp. Roespandji Atmowirogo
- Guru tetap : 11 orang
- Guru tidak tetap : 10 orang
- Tenaga Administrasi : Ibu Awalin cs
Juni 1950 diadakan ujian penghabisan yang ke empat atau yang pertama, di gedung Margoyudan, sedang murid yang dinyatakan lulus antara lain: Muso, Marsaid, dan Suripto. Nopember 1950 para pelajar bekas pejuang mendesak dan memohan untuk dibukanya 6 (enam) kelas baru tambahan malam hari. Sebutan “Enam Kelas Baru” akhirnya dibuka dan digabungkan dengan SMA Negeri A/B II.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 40
Pada tanggal 17 Agustus 1951 dibuka secara resmi SMA A/B Malam dengan nama SMA Negeri I Bagian malam yang terdiri dari 6 kelas. Maka sejak itu diluar Sala terdapat 3 SMA Negeri A/B II. SMA Negeri A/B dibawah satu pimpinan, yaitu:
SMA Negeri A/B, yang sekarang dikenal dengan nama SMA Negeri 1 Sala.
SMA Negeri A/B II, yang dikenal dengan nama SMA Negeri 2 Sala.
SMA Negeri A/B I bagian malam, atau sekarang SMA Negeri 3 Sala.
Untuk memperkuat pengajaran Sekolah ini mendapat tenaga pengajar sebanyak 16 orang serta mendapat bantuan tenaga pengajar dari Mahasiswa Universitas Gajah Mada sebanyak 9 (sembilan) orang mahasiswa. Pada tahun 1952 mulai dirintis pendidikan dengan menggunakan laboratorium Kimia, fisika, Anatomi dan Fisiologi. Tanggal 1 Agustus 1958 secara resmi di pecah ketiga sekolah inti dan diganti namanya: SMA Negeri A/B I menjadi SMA Negeri IB di pimpin oleh Bp. Soepandam. SMA Negeri A/B II menjadi SMA Negeri IIA di pimpin oleh Bp. Pajatmo. SMA Negeri A/B I bagian malam menjadi SMA Negeri IIIB dipimpin oleh Bp. Rospandji Atmowirogo. Selanjutnya Bp. Roespandji Atmowirogo menjadi Kepala Sekolah I SMA Negeri 3 Sala dan tanggal ini diresmikan menjadi lahirnya SMA Negeri III Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 41
Tanggal 1 Agustus 1960 pimpinan SMA Negeri III B diserah terimakan dari Bp. Roespandji Atmowirogo kepada Bp. Soemitro. Tahun 1963 SMA Negeri III B diubah menjadi SMA Negeri III, mempunyai empat jurusan yaitu: Jurusan Ilmu Pasti, Alam, sosial, dan Budaya.
KAMPUS SMA NEGERI 3 PINDAH KE WARUNG MIRI
Widya Karma Jaya ditetapkan sebagai motto SMA Negeri 3 Surakarta sejak tanggal 2 Januari 1967 selanjutnya sebagai visi sekolah SMA Negeri 3 Surakarta sampai sekarang yang berarti ungul dalam ilmu dan perbuatan/budi pekerti. Tanggal 30 Januari 1967 terjadi boyongan. Dari Jl. Margoyudan 56 solo pindah ke Jl. Warung Miri 90 (sekarang Jl. RE Martadinata 143) dimana gedung yang ditempati adalah bekas gedung SD SINTJUNG. Tanggal 1 Desember 1965 Kepala Sekolah dijabat sementara oleh Bapak Soerarjo sampai dengan tanggal 1 Januari 1970, Hal ini dikarenakan Bapak Soemitro per tanggal 1 Desember 1969 dinyatakan Pensiun sedangkan penggantinya belum ditetapkan. Tanggal 1 Juni 1970 diangkat Kepala Sekolah difinitif yaitu Bapak Drs. Singgih Prawoto. Pada tahun 1975 oleh Pemerintah Kotamadia Surakarta dalam rangka pengembangan kampus diberikanlah sebuah tanah bekas makam Belanda/Kerkoff di Prof W.Z. Yohanes untuk bangunan Laboratorium Kimia dan Fisika. Tanggal 29 Januari 1980 jabatan Kepala Sekolah diserahterimakan kepada Bapak Soeyono. Pada
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 42
masa kepemimpinan beliau dibangun kampus kerkop untuk ruang kelas III dan Tanggal 22 Desember 1986 Kepala Sekolah digantikan oleh Bapak Drs. Sri Waloejo Mangoendikoro. Pembangunan Kampus Warung Miri menjadi 2 lantai dilokal utara. Tanggal 17 April 1993 Kepala sekolah digantikan oleh Bapak soegiman, Bsc. Tanggal 1 Mei 1995 kembali Jabatan Kepala Sekolah diserah terimakan kepada Bapak soekiman. Pembangunan fisik yang dilaksanakan diantaranya membangun fisik yang dilaksanakan diantaranya membangun gedung kerkop menjadi 2 lantai dibagian depan dan per tanggal 31 Oktober 1998 dinyatakan pensiun dan sebagai gantinya ditunjuk Bapa Drs. Kuswanto, MM dari tanggal 1 Nopember 1998 sampai dengan 6 April 1999. Tanggal 6 April 1999 Bapak Drs Sediyono, MM secara resmi memangku jabatan selaku Kepala Sekolah sampai akhirnya tanggal 24 Mei 2001 beliau meninggal dunia karena sakit. Pada masa Warung Miri atas bantuan Alumni SMA Negeri 3 Sala Bapak Laksamana Widodo A.S Yang Kala itu menjabat sebagai Panlima TNI. Pada tanggal 26 Mei 2001 diangkat secara definitif Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Surakarta sebagai penggantinya yakni Bapak Drs. Kuswanto, MM. Pada masa itu areal kampus Kerkop diperluas dan dimulai pembangunan masjid sekolah di Kerkop. Tanggal 1 Mei 2004 Bapak Drs. Kuswanto, MM diangkat menjadi Kepala Dinas Pendidikan dan Olahraga Kotamadia Surakarta. Akhirnya jabatan Kepala Sekolah diserah terimakan kepada Bapak Drs. H. Soenarso, MM pada tanggal 13 Juni
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 43
2004 sampai sekarang. Gerbong pembangunan kembali dilanjutkan dengan membangun 6 Lokal kelas dan lokal-lokal lain di lantai 2 kampus Kerkop sampai sekarang. b. Visi dan Misi SMA Negeri 3 Surakarta
VISI Terwujudnya akhlak mulia dan semangat berprestasi dalam bidang ilmu pengetahuan, teknologi, komunikasi internasional dan seni budaya menuju sekolah unggul yang berwawasan internasional Indikator Visi : 1. Tertingkatnya akhlak bagi siswa. 2.
Tertingkatnya prestasi siswa pada bidang sains, teknik, komunikasi intenasional dan seni.
3. Tertingkatnya status sekolah menjadi sekolah bertaraf internasional.
MISI 1. Menyelenggarakan pendidikan dan pengajaran yg berorientasi pada mutu dan relevansi menuju standar internasional 2. Menyelenggarakan pembelajaran dengan menerapkan prinsip-prinsip “Active Learning” berbasis pada IT dan penerapan mata pelajaran tertentu.
commit to user
“Bilingual” untuk
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 44
3. Menyelenggarakan pembinaan kesiswaan melalui berbagai kegiatan yang mendukung berkembangnya kecerdasan, kreativitas, akhlak mulia dan kompetitif dalam skala internasional dengan tetap berwawasan budaya nasional. 4. Mewujudkan kerjasama dan partisipasi masyarakat baik nasional maupun internasional yang lebih bermakna , untuk percepatan berkembangnya sekolah. 5. Menyelenggarakan pengelolaan sekolah secara professional, partisipatif, transparan dan akuntabel sesuai dengan prinsip-prinsip manajemen berbasis sekolah. Untuk mewujudkan misi tersebut, dilakukan dengan cara sebagai berikut : 1. Meningkatkan kedisiplinan Guru, Staf Tata Usaha dan Siswa. 2. Meningkatkan kualitas bidang akademik (pembelajaran), dengan berbasis IT and Bilingual. 3. Meningkatkan kerjasama dengan pihak terkait baik skala nasional maupun internasional. 4. Wawasan Keilmuan yang berupa penulisan karya-karya ilmiah, riset-riset sederhana baik dalam bidang MIPA maupun bidang Sosial, serta meningkatkan
kualitas
bidang
non-akademik,
commit to user
yakni
kegiatan
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 45
ekstrakurikuler yang berupaya meningkatkan bakat-prestasi seperti olahraga kesenian, keorganisasian, dan lain-lain. 5. Meningkatkan kualitas manajemen sekolah yang transparan dan akuntabel.
TUJUAN Tujuan pendidikan yang dikembangkan di SMA Negeri 3 Surakarta adalah : 1. Memberi layanan kepada siswa yang berpotensi untuk mencapai prestasi bertaraf nasional dan internasional. 2. Menyiapkan lulusan SMA Negeri 3 Surakarta yang mampu berperan aktif dalam masyarakat global. 3. Menyiapkan lulusan SMA Negeri 3 Surakarta yang memiliki kompetensi seperti yang tercantum dalam Standar Kompetensi Lulusan (SKL) yang diperkaya dengan SKL berciri internasional. 4. Lulusan SMA Negeri 3 Surakarta menjadi : a. Individu yang nasionalis dan berwawasan global. c. Individu yang cinta damai dan toleran. d. Pemikir yang kritis, kreatif dan produktif. e. Pemecah masalah yang efektif dan inovatif. f. Komunikator yang efektif.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 46
g. Individu yang mampu bekerjasama. h. Individu yang mandiri.
c. Profil SMA Negeri 3 Surakarta 1. Nama Sekolah
: SMA Negeri 3 Surakarta
2. Nomor Statistik Sekolah
: NS301036104003
3. Alamat Sekolah
:
a. Jalan
: Jl. Prof W.Z Johanes No 58 Surakarta
b. Desa/Kelurahan
: Purwodiningratan
c. Kecamatan
: Jebres
d. Kabupaten/Kota
: Surakarta
e. Propinsi
: Jawa Tengah
f. Kode Pos
: 57128
g. Telepon/Fax
: 0271 – 648681
h. E-mail
:
[email protected]
i. Website
: www.SMAn3-slo.sch.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 47
4. Kepala Sekolah a. Nama
: Drs. Ngadiyo, M. Pd.
b. Telepon Rumah
: 0271 – 7906622
c. HP
:08882914908
d. e-mail
:
[email protected]
5. Koordinator Pelaksana RSBI a. Nama
: Dra. Eny Wiji Lestari, M. Hum.
b. Telepon Rumah
: 0271 – 853984
c. HP
: 082137392366
d. e-mail
:
[email protected]
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 48
d. Profil Siswa SMA Negeri 3 Surakarta Profil Data Siswa TA 2006/2007 ∑ ∑ Siswa Rombel
Kelas
TA 2007/2008 ∑ ∑ Siswa Rombel
TA 2008/2009 ∑ ∑ Siswa Rombel
TA 2009/2010 TA 2010/2011 ∑ ∑ ∑ ∑ Siswa Rombel Siswa Rombel
X
404
10
415
11
443
13
339
10
390
10
XI IPA
309
8
275
7
297
8
360
11
312
10
XI IPS XI Bahasa
100
3
127
3
122
3
95
3
76
3
XII IPA
294
7
306
8
275
7
296
8
305
9
XII IPS XII Bahasa
104
3
100
3
126
3
118
3
94
3
Jumlah
1211
31
1223
32
1263
34
1208
35
1177
35
Tabel 2.1
e. Data Prestasi Siswa
Tingkatan
Internasional Nasional Provinsi
Tahun 2006/200 7 G S B o i r H l l o M d v s
Tahun 2007/200 8 G S B o i r H l l o M d v s 1
1 1 1
1 2 1 1 1
Tahun 2008/200 9 G S B o i r H l l o M d v s
Tahun 2009/201 0 G S B o i r H l l o M d v s
1 2 1 4 3 1 1 2 3
Tabel 2.2
commit to user
Tahun 2010/201 1 G S B o i r H l l o M d v s 1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 49
Rekap Gold
Silv
Bros
HM
∑
0
0
0
2
2
2
8
2
2
14
4
7
1
1
13
Tabel 2.3
Tingkatan
Tahun 2006/200 7 G S B o i r H l l o M d v s
Tahun 2007/200 8 G S B o i r H l l o M d v s
Tahun 2008/200 9 G S B o i r H l l o M d v s
Internasional
Tahun 2009/201 0 G S B o i r H l l o M d v s
1
Nasional
2 1 1 1
Provinsi
2
1
Tabel 2.4
Rekap Silv
Bros
HM
∑
0
0
0
2
2
6
7
2
4
19
6
4
3
0
13
1
1 3 4 1 2 1 1
2 1 2
Gold
Tahun 2010/201 1 G S B o i r H l l o M d v s
Tabel 2.5
commit to user
1 3 1
1
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 50
Jenis Medali
No. Bidang
Tingkatan
Pelaksana
Tahun
Tempat
1 2 3 4
OSN Matematika Perak OSN Fisika OSN Fisika Matematika
Perak HM HM
nasional nasional nasional internasional
depdiknas depdiknas depdiknas Suken Foundation
2007/2008 2007/2008 2008/2009 2008/2009
Surabaya Surabaya Makasar Jepang
5
Robotik
Emas
nasional
depdiknas
2009/2010
Malang
6 7
Astronomi Biologi
Perak Perak
nasional nasional
depdiknas depdiknas
2009/2010 2010/2011
Jakarta Medan
8
Bahasa Inggris
HM
nasional
2008/2009
Jakarta
9
Astronomi
HM
internasional
depdiknas Chiang May University
2007/2008
Thailand
10
Biologi
Perunggu
nasional
depdiknas
2009/2010
Jakarta
11
Bahasa Inggris
Emas
nasional
depdiknas
2007/2008
Bogor
12
OSN Matematika
Perunggu
nasional
depdiknas
2006/2007
Semarang
13 14
OSN Matematika Astronomi
Perunggu Perak
nasional provinsi
depdiknas dinas pendidikan
2007/2008 2008/2009
Surabaya Semarang
15 16
Lomba mapel Mat OSN Matematika
Perak Emas
provinsi provinsi
dinas pendidikan dinas pendidikan
2009/2010 2010/2011
Semarang Semarang
17
Bahasa Inggris
Perak
provinsi
dinas pendidikan
2008/2009
Semarang
18
Ekonomi
Perunggu
provinsi
dinas pendidikan
2008/2009
Semarang
19
Siswa Berprestasi
Emas
provinsi
dinas pendidikan
2009/2010
Semarang
20
Robotik Cerdas MIPA Pidato Inggris Debat Inggris Debat Inggris Debat Inggris Biologi Biologi Ekonomi
Emas
provinsi
dinas pendidikan
2009/2010
Semarang
Perunggu
provinsi
dinas pendidikan
2009/2010
Semarang
Emas
provinsi
dinas pendidikan
2009/2010
Semarang
Emas
provinsi
dinas pendidikan
2007/2008
Semarang
Perak
provinsi
dinas pendidikan
2009/2010
Semarang
Perak Perak HM Perunggu
provinsi provinsi provinsi provinsi
dinas pendidikan dinas pendidikan dinas pendidikan dinas pendidikan
2009/2010 2008/2009 2008/2009 2008/2009
Semarang Semarang Semarang Semarang
21 22 23 24
25 26 27 28 29 30 Tabel 2.6
Cermas Bahasa Bahasa Bahasa Bahasa
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 51
BAB III PENYAJIAN DATA
Pada bab ini akan dideskripsikan hasil penyebaran kuesioner kepada siswi SMA Negeri 3 Surakarta. Namun sebelumnya, peneliti akan
menjelaskan
pelaksanaan pengumpulan data, ada beberapa langkah yang dilakukan yaitu : 1. Pra Penelitian Kegiatan awal penelitian dilakukan dengan melakukan pra penelitian sebagai upaya penjajakan ke lokasi penelitian. Pra penelitian dimulai dengan melakukan observasi mengenai K-drama di lingkungan remaja, kemudian meninjau ke lokasi penelitian guna mengetahui informasi yang berkaitan dengan topik penelitian. 2. Penyusunan Proposal Penelitian Langkah selanjutnya, yaitu penelitian proposal yang dilakukan selama tujuh bulan. Data-data yang diperoleh pada saat pra penelitian digunakan untuk melengkapi proposal penelitian. 3. Permohonan Rekomendasi Penelitian Proses kegiatan selanjutnya adalah permohonan rekomendasi dari Dekan FISIP UNS, setelah surat rekomendasi diperoleh, selanjutnya diteruskan kepada Kepala Sekolah SMA Negeri 3 Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 52
4. Pelaksanaan Pengumpulan Data Langkah-langkah yang dilakukan dalam proses pelaksanaan pengumpulan data adalah sebagai berikut : a. Diskusi dan konsultasi dengan pembimbing mengenai penyesuaian kuesioner dengan permasalahan yang dapat menjawab masalah dan tujuan penelitian serta penyesuaian komposisi kuesioner yang berpedoman terhadap variabel-variabel yang akan diteliti. b. Suatu penelitian nilainya ditentukan oleh objektifitas data yang diperoleh di lapangan.
Objektifitas
dalam
penelitian
ini
dikumpulkan
dengan
menggunakan kuesioner. Dikarenakan karakteristik responden homogen maka 14 pertanyaan di dalam kuesioner yang digunakan hanya dibagi menjadi dua bagian; bagian pertama berisi 6 pertanyaan tentang intensitas menonton film K-drama; bagian kedua berisi 8 pertanyaan tentang hubungan K-drama terhadap fashion remaja. Pengumpulan data dilakukan selama dua hari A. Langkah – Langkah Pengolahan Data Selanjutnya, peneliti melanjutkan dengan pengolahan data yang diperoleh peneliti dari kuesioner yang disebar kepada 89 siswi SMA Negeri 3 Surakarta. Dari 89 kuesioner yang disebarkan semuanya terkumpul kembali dengan baik, sehingga
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 53
semua sampel yang ditentukan terpenuhi. langkah-langkah pengolahan data yang diperoleh adalah sebagai berikut : 1. Kuesioner dan Penomoran Kuesioner Kuesioner yang telah dikumpulkan, kemudian diberikan nomor urut kuesioner, karena jumlah sampel adalah 89 responden, maka nomor urut yang digunakan dua digit yaitu 01 – 89 responden. 2. Coding Yaitu proses pemindahan jawaban responden ke dalam kotak kode (digit) yang tersedia dalam kuesioner. 3. Menyediakan Kerangka Tabel Banyaknya kerangka tabel minimal sejumlah pertanyaan dalam kuesioner, maksimal sesuai dengan kebutuhan analisis. Kerangka tabel ini dilengkapi dengan nomor tabel, judul tabel, kolom vertikal dan horizontal, kategori dan indikator, frekwensi, persen, dan jumlah. fungsi kerangka tabel ini untuk mewadahi sebaran data penelitian. 4. Tabulasi Data Memasukkan data-data yang telah di dapat dari hasil pengumpulan kuesioner di tahap sebelumnya ke dalam disediakan.
commit to user
tabel-tabel yang telah
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 54
5. Pengolahan Data Terakhir Proses pengolahan data dilakukan sesuai, apabila data penelitian yang akan dianalisis seluruhnya telah dideskripsikan ke dalam tabel-tabel.
B. Analisa Tabel tunggal a. Intensitas Menonton Korean Drama ( K-drama) 1. Frekwensi menonton K-drama No 1
Frekwensi Menonton Jarang (1 – 7 kali sebulan)
F 1
% 1,1%
2
Sering menonton (814 kali sebulan)
36
40,9%
3
Sangat sering menoton (15 – 21 kali sebulan)
40
45,5%
4
Hampir setiap hari menonton ( > 21 kali sebulan)
11
12,5%
Jumlah
88
100%
Tabel 3.1
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 55
Frekwensi Menonton Jarang (1 – 7 Hampir setiap hari menonton ( > 21 kali sebulan) 12,5%
kali sebulan) 1,1%
Sangat sering menoton (15 – 21 kali sebulan) 45,5%
Sering menonton (814 kali sebulan) 40,9%
Diagram 3.1
Tabel 3.1 menunjukkan frekwensi menonton K-drama. berdasarkan tabel 3.1 dapat dilihat responden yang menyatakan jarang sebanyak 1 orang (1,1%). Responden yang memiliki frekwensi menonton sering sebanyak 36 orang (40,9%). Sedangkan responden yang mengaku sangat sering menonton K-drama sebanyak 40 orang (45,5%). Hal ini menunjukkan frekwensi menonton responden yang paling dominan. Sementara responden yang memiliki frekwensi menonton hamper setiap hari atau lebih dari 21 kali sebulan adalah 11 orang (12,5%).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 56
2. Keseriusan Menonton Keseriusan Responden Dalam Menonton
No
Keseriusan Menonton
F
%
1
Selalu diselingi aktivitas
16
18,2%
2
Sering diselingi aktivitas
23
26,1%
3
Jarang diselingi aktivitas
35
39,8%
14
15,9%
88
100%
4
Tidak diselingi aktivitas Jumlah
Tabel 3.2
Keseriusan Menonton Selalu diselingi Tidak diselingi aktivitas aktivitas 18,2% 15,9%
Sering diselingi aktivitas 26,1%
Jarang diselingi aktivitas 39,8%
Diagram 3.2
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 57
Tabel 3.2 diatas menunjukkan keseriusan dalam menoton K-drama oleh responden. Sebanyak 16 orang (18,2%) menyatakan bahwa mereka menonton namun selalu diselingi aktivitas. 23 orang (26,1%) menyatakan sering kali sambil sielingi aktivitas lain, dan 34 orang (39,8%) lain mengaku jarang diselingi aktivitas lain. Sementara 14 orang (15,9%) menonton K-drama tanpa diselingi aktivitas lain.
3. Lamanya Responden Menonton Lama responden menonton K-drama No 1 2
Lama Menonton Sebentar (1 – 30 menit) Cukup lama (31 – 60 menit)
F
%
20
22,7%
36
40,9%
3
Lama (61 – 90 menit)
12
13,7%
4
Sangat lama (> 90 menit)
20
22,7%
Jumlah
88
100%
Tabel 3.3
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 58
Sangat lama (> Lama Menonton 70 menit / sampai selesai) 22,7%
Lama (647– 70 menit) 13,7%
Sebentar (1 – 23 menit) 22,7%
Cukup lama (24– 46 menit) 40,9%
Diagram 3.3
Tabel 3.3 diatas memperlihatkan lamanya reponden menonton. Berdasarkan dari data di atas dapat dilihat bahwa responden yang menonton K-drama hanya sebentar (1 – 23 menit) sebanyak 21 orang (23,6%). Berikutnya, mayoritas responden yang menonton K-drama dengan waktu yang cukup lama (23 – 47 menit) yaitu sebanyak 36 orang. Sedangkan responden yang menonton K-drama dengan waktu yang lama sebanyak 12 orang (13,5%) saja. Sementara 20 orang (22,5%) responden menonton K-drama dengan waktu yang sangat lama (> 70 menit / sampai selesai).
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 59
b. Fashion Remaja 1. Kemiripan Pakaian Responden dengan Pemeran K-drama Kemiripan Pakaian Responden dengan Pemeran dalam K-drama No 1 2 3 4
Cara Berpakaian Tidak pernah memakai Jarang memakai Sering memakai Sangat sering memakai Jumlah
F 24
% 27,3%
41 14 9
46,6% 15,9% 10,2%
88
100%
Tabel 3.4
Kemiripan Pakaian Sangat sering memakai Sering memakai 10,2% 15,9%
Tidak pernah memakai 27,3%
Jarang memakai 46,6%
Diagram 3.4
Tabel 3.4 diatas menunjukkan ketertarikan responden untuk memakai pakaian yang serupa dengan pemeran dalam K-drama. Responden yang tidak pernah memakai
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 60
pakaian serupa dengan yang dipakai oleh pemeran dalam K-drama sebanyak 24 orang (27,3%), dan 41 orang (46,6%) yang jarang memakai pakaian yang serupa. Sedangkan 14 orang (15,9%) mengaku sering memakai pakaian yang serupa dengan pemeran dalam K-drama. Sementara 9 orang (10,2%) dari 88 orang responden sangat sering memakai pakaian yang serupa dengan pemeran K-drama atau Korean style.
2. Aksesoris Responden Yang Serupa Responden Yang Memakai Aksesoris Yang Serupa No 1 2 3 4
Aksesoris Tidak pernah memakai Jarang memakai Sering memakai Sangat sering memakai Jumlah
F
%
24
27,3%
50
56,8%
13
14,8%
1
1,1%
88
100%
Tabel 3.5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 61
Sering memakai 14,8%
Aksesoris serupa Sangat sering memakai 1,1%
Tidak pernah memakai 27,3%
Jarang memakai 56,8%
Diagram 3.5
Tabel 3.5 diatas memperlihatkan minat responden untuk memakai aksesoris yang serupa dengan aksesoris pemeran dalam K-drama. Berdasarkan dari data di atas dapat dilihat bahwa responden yang tidak pernah memakai aksesoris serupa sebanyak 24 orang (27,3%). Berikutnya, responden yang kadang-kadang memakai aksesoris yaitu sebanyak 50 orang (56,8%). Sedangkan responden yang sering memakai sebanyak 13 orang (14,8%) saja. Sementara 1 orang (1,1%) responden yang sangat sering memakai aksesoris serupa dengan aksesoris pemeran dalam K-drama. Alasan responden yang tidak pernah memakai dan jarang memakai sangatlah beragam. Ada yang menyatakan kurangnya uang saku, jarang bisa digunakan di sekolahan, atau tidak mendapat ijin dari orang tua.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 62
BAB IV ANALISA DATA Pada pembahasan bab sebelumnya, masing-masing variabel telah diuraikan. langkah selanjutnya adalah menganalisa hubungan antar variabel, sehingga dapat diketahui apakah hipotesa yang telah diajukan terbukti kebenarannya. Langkah-langkah hipotesis dikemukakan sebagai berikut: 1. Hipotesis diatas terdiri dari 2 buah variabel yang akan dihitung dengan menggunakan rumus korelasi Rank spearman dan akan ditemukan hubungannya. 2. Yang menjadi variabel independen (X) adalah intensitas menonton Kdrama, sedangkan yang menjadi variabel dependen (Y) adalah fashion siswi. Berapa besar X memiliki hubungan dengan Y. 3. Dalam arti intensitas variabel X menentukan perubahan variabel Y. Perubahan ini akan menunjukkan garis lurus yang meningkat (garis linear) dengan koefisien (0,000 – 1,00) 4. Bobot signifikan untuk penerimaan/penolakan hipotesis digunakan tabel n dan alfa (α). 5. Untuk menentukan besar dan bobot hubungan X terhadap Y, digunakan rumus koefisien rank spearman.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 63
A. Uji Hipotesis Dik
: Koefisien korelasi ?
Jawab
: Dengan menggunakan rumus koefisien korelasi rank
spearman. rs =
Dimana :
Σx² + Σy² - Σd² 2 √Σx² . Σy²
∑x2 = n3 – n _ ∑ t3 – t 12 12 ∑y2 = n3 – n _ ∑ t3 – t 12 12 T sebagai faktor koreksinya, dimana T adalah jumlah pengamatan dari kelompok ranking yang kembar. Mengingat jumlah sample dalam penelitian ini lebih dari 30 sampel, maka uji signifikan terhadap nilai rs yang diperoleh harus dilakukan dengan menghitung besarnyanilai t terlebih dahulu. Setelah diperoleh nilai koefisien korelasi, maka nilai hitung uji T adalah :
T = rs²㼘
K 뾈s
Maka untuk mencari nilai koefisien variabel X dengan variabel Y dilakukan dengan scoring data untuk menentukan rangkingnya. Karena dari data yang
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 64
dikumpulkan terdapat nilai yang sama, maka langkahnya dengan menyesuaikan jenjang-jenjang yang sama tersebut. Hubungan nilai dan rangking antara intensitas menonton K-drama (X) dengan fashion siswi di SMA Negeri 3 Surakarta (Y) dan cara mencari Σd dipaparkan dalam lampiran. Sedangkan untuk mencari nilai T pada variabel X juga cara untuk mencari nilai T pada variabel Y. Agar lebih jelas, pada kedua variabel tersebut dapat dilihat pada tabel berikut ini : No
Nilai
Jumlah Kembar
T = (t3-t) : 12
1 2 3 4 5 6 Jumlah
5 6 8 9 10 11
6 15 27 17 12 7 ∑Tx
17,5 280 1638 408 143 28 2514,5
Tabel 4.1
Setelah nilai-nilai tersebut diketahui, maka langkah selanjutnya adalah mencari ∑x2 yaitu : ∑x2 = n3 – n 12
_ ∑ t3 – t 12
= 883 – 88 _ 2514,5 12 = 56782 – 2514,5
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 65
= 54267
Langkah berikutnya adalah mencari Σy², langkah awalnya sama dengan variabel X, yaitu mencari Ty terlebih dahulu. Berikut adalah tabel perhitungan rangking yang disesuaikan pada variabel Y :
No
Nilai
1 2 3 4 5 6 Jumlah
2 3 4 5 6 7
Jumlah Kembar 10 20 36 10 7 4 ∑Tx
T = (t3-t) : 12 82,5 665 3885 82,5 28 5 4748
Tabel 4.2
Setelah nilai-nilai tersebut diketahui, maka langkah selanjutnya adalah mencari ∑y2 yaitu : ∑y2 = n3 – n 12
_ ∑ t3 – t 12
= 883 – 88 _ 4748 12 = 56782 - 4748 = 52034
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 66
Setelah nilai nilai tersebut diketahui, maka langkah selanjutnya adalah mencari nilai rs. Setelah rangking disesuaikan, kemudian dicari selisih antara variabel independen dan variabel dependen, yang disebut dengan nilai di (lihat halaman lampiran) untuk dikuadratkan menjadi di2. Selanjutnya dari kuadrat selisih antara kedua rangking tersebut dicari nilai rs dan dari perhitungan di kemudian dijumlahkan secara keseluruhan menjadi Σdi2, Setelah melalui proses penghitungan diatas, maka dapat dihitung nilai rs dari hubungan variabel x dengan variabel y. rs =
=
=
Σx² + Σy² - Σd² 2 √Σx² . Σy²
54267 + 52034 – 58504 2 √(54267) (52034) 47797 2 √ 2823729078
=
51747 106277,54
=
0,449
Dari hasil hipotesa diperoleh rs = 0,449 dan itu berarti rs = 0. Dengan demikian, maka Ho ditolak dan Ha diterima. Ha dalam penelitian ini adalah “Terdapat hubungan yang cukup berarti antara intensitas menonton K-drama dengan fashion siswi di SMA Negeri 3 Surakarta”. Ini berarti bahwa intensitas menonton Kdrama mampu mempengaruhi fashion remaja di SMA Negeri 3 Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 67
Berdasarkan tinggi-rendahnya korelasi menurut Gurilford, yaitu : <0,20
hubungan rendah sekali ; lemas sekali
0,21 – 0,40
hubungan rendah tetapi pasti
0,41 – 0,70
hubungan cukup berarti
0,71 – 0,90
hubungan yang tinggi ; kuat
> 0,91
hubungan sangat tinggi ; kuat sekali, dapat diandalkan
Maka, berdasarkan hasil perhitungan uji hipotesis diperoleh hasil rs = 0,449. Hal ini menunjukkan hubungan kedua variabel cukup berarti. Dengan
pengertian
bahwa
intensitas
menonton
mempengaruhi fashion siswi di SMA Negeri 3 Surakarta. Untuk menguji tingkat signifikasi digunakan rumus :
thitung
= rs²㼘1
2
2
88 2 1 0.449
= 0,449 㼘
= 0,449 √156,08 = 0,449 . 12,49 = 5,608
commit to user
K-drama
mampu
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 68
Jadi, nilai koefisien korelasi sebesar 5,608. Untuk mengukur ttabel digunakan tabel t. Dari perhitungan diperoleh thitung > ttabel (1,662) pada tingkat α = 0,05, maka korelasi yang diperoleh adalah signifikan, artinya intensitas menonton K-drama memepengaruhi fashion siswi di SMA Negeri 3 Surakarta. Dari hasil uji t tersebut, maka dapat diberikan kesimpulan yaitu terdapat hubungan yang signifikan antara intensitas menonton K-drama terhadap fashion siswi di SMA Negeri 3 Surakarta. B. Pembahasan Setelah analisa data dilakukan, dilanjutkan dengan cara penyajian hipotesis. Pengukuran tingkat hubungan variabel yang linear, dapat menggunakan rumus korelasi koefisien Spearman. Koefisien Spearman, yaitu menjelaskan hubungan antara variabel X dan variabel Y yang tidak diketahui sebarannya atau sebarannya tidak normal. Dan di dalam penelitian ini diharapkan terlihat hubungan antara intensitas menonton K-drama terhadap fashion remaja di SMA Negeri 3 Surakarta. Pengujian hipotesis dimulai dengan membuat ranking dari 88 orang responden di SMA Negeri 3 Surakarta yang telah diberi skornya terlebih dahulu. Kemudian diperoleh hasil hasil rxy = 0,449. Jika rxy > 0, maka Ha diterima, artinya terdapat hubungan antara intensitas menonton K-drama terhadap fashion siswi. Selanjutnya, untuk mengetahui kuat lemahnya hubungan, digunakan pengukuran skal Guilford. Hasil rs = 0,449 berada diantara 0,41 – 0,70. Ini
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 69
menunjukkan hubungan yang cukup berarti antara intensitas menonton K-drama terhadap fashion remaja di SMA Negeri 3 Surakarta. Untuk mengetahui tingkat signifikasi hasil hipotesis tersebut dapat dilakukan dengan menghitung nilai thitung, dan hasil yang diperoleh adalah 5,608. Kemudian diperoleh harga ttabel 1,662. Dari nilai ttabel tersebut bila dibandingkan dengan thitung , maka terlihat bahwa thitung > ttabel . Hal ini menunjukkan bahwa hubungan tersebut signifikan. Berdasarkan dari penelitian di atas dapat dibuat sauatu kesimpulan bahwa intensitas menonton K-drama mempunyai pengaruh yang cukup berarti terhadap fashion siswi di SMA Negeri 3.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 70
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN
A. Kesimpulan Penelitian ini bertujuan untuk mencari hhubungan antara intensitas menonton K-drama dengan fashion siswi di SMA Negeri 3 Surakarta. Hipotesa yang digunakan adalah : ada hubungan yang signifikan antara intensitas menonton K-drama dengan fashion siswi di SMA Negeri 3 Surakarta. Setelah dilakukan pengujian hipotesis dengan koefisien korelasi tata jenjang Spearman, diperoleh hasil rs = 0,449 untuk signifikansi 0,05. Sehingga sesuai dengan hasil penelitian ini maka dapat disimpulkan bahwa terdapat hubungan yang cukup berarti antara intensitas menonton K-drama dengan fashion siswi di SMA Negeri 3 Surakarta.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id 71
B. Saran Berdasarkan dari pengalaman peneliti selama melakukan penelitian , maka penulis mengajukan sejumlah saran sebagai berikut : 1. penulis menyadari bahwa hasil penelitian ini hanyalah bersifat sementara, tergantung pada situasi dan kondisi khalayak itu sendiri. Oleh karena itu perlu dilakukan penelitian-penelitian lanjutan di masa yang akan datang demi kesempurnaan penelitian ini di masa yang kan datang. 2. Untuk mencapai tayangan drama seri yang berkualitas maka sangat penting bagi stasiun televisi dalam memilih dan menyeleksi tayangan-tayangan yang masuk sehingga memiliki kualitas yang baik dan mempunyai dampak yang baik pula bagi masyarakat. Khususnya dalam halini adalah remaja, karena remaja cenderung meniru apa yang dilihatnya. Oleh karena itu seharusnya remaja menonton tayangan yang bersifat mendidik.
commit to user