Tolong dituliskan Judul Tiap Artikel……
INTEGRASI SDM DAN KEPEMIMPINAN KYAI DI PESANTREN DAN SEKOLAH Laila Budiarti Mahasiswa Pasca Sarjana UNSIQ Program Beasiswa Kemenag, Guru PAI SMP Kemenag Wonosobo Diperbantukan di SMP Negeri 1 Wonosobo Abstrak Pesantren yang dipimpin oleh keluarga kyai diibaratkan seperti sebuah kerajaan kecil. Namanya saja sebuah kerajaan, maka yang menjadi pewaris tahta kepemimpinan adalah keturunan dari kyai pendiri pesantren itu sendiri. Perhatian kita kemudian terfokus lagi, apakah memang keturunan dari sang kyai tersebut benar benar mumpuni dari segi keilmuwan dan dari segi kemampuannya untuk memimpin pesantren tersebut, apalagi jika pesantren tersebut juga memayungi sekolah formal dalam yayasannya. Pengembangan dakwah dan pendidikan serta pelayanan umat terutama dalam bidang keagamaan sangat terbantu sekali dengan banyaknya kiprah dari para kyai, tak terkecuali dari para kyai muda yang bermunculan. Kyai yang memiliki kemampuan keilmuwan yang baik, ditunjang gelar kyai yang dia sandang dari masyarakat tentu akan membuat masyarakat menjadi lebih bisa mendapatkan manfaat atas keberadaan dirinya, apalagi saat gelar kyai itu juga disertai dengan nasab kyai yang mengalir pada dirinya. SDM Kyai yang mumpuni dari segi keilmuwanannya akan membuat sang kyai memiliki pemikiran yang lebih luas. Dia akan lebih terbuka dan mudah menyesuaikan terhadap terjadinya perubahan. Dia akan memiliki jiwa kepemimpinan dan gaya kepemimpinan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan adanya sekolahan-sekolahan formal yang kemudian bernaung di satu yayasan dibawah nama pesantren tersebut. Kepemimpinan model inilah yang diharapkan yaitu menggabungkan tiga konsep sekaligus, yaitu bahwa nasab kyai serta sifat-sifat yang dibawa sejak lahir dilengkapi dengan tipe atau gaya kepemimpinan yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta menyesuaikan pola kepemimpinan itu seiring dengan kondisi perubahan jaman Kata Kunci: SDM, Kyai, Pesantren, Sekolah
A. Pendahuluan Manusia adalah makhluk yang diciptakan dengan sempurna baik secara fisik maupun psikis sehingga diharapkan manusia bisa tumbuh menjadi makhluk pemimpin (khalifah fil ardl). Pemimpin memerlukan jiwa kepemimpinan yang baik, seni memimpin yang tepat dan ilmu yang memadai sehingga bisa memimpin untuk mencapai tujuan yang dikehendaki bersama. Bagi umat Islam, telah memiliki contoh pemimpin yang terbaik, yaitu Nabi Muhammad SAW, dengan sifat wajibnya siddiq, amanah, tabligh dan fatanah. Hubungan antara Islam dan kepemimpinan erat sekali, bahkan dapat dikatakan, Islam adalah agama yang memberikan perhatian besar pada masalah kepemimpinan, contoh yang paling nyata dan dekat adalah praktik shalat berjama’ah. 1 Disitu ada imam yang menjadi seorang pemimpin dan ma’mum yang menjadi pengikut. Ma’mum mengikuti gerakan imam meskipun imamnya ketua RT, sedang ma’mumnya kepala Desa dan Camat. 1
Daud Rasyid, Islam dalam Berbagai Dimensi, (Gema Insani Press, Jakarta, 1998), hal. 299.
120 | ISSN: 2356-2447-XIII
Laila Budiarti, Integrasi SDM Dan Kepemimpinan Kyai Nama Penulis tiap Artikel
Dalam Islam istilah kepemimpinan dikenal dengan kata Imamah. Sedangkan kata yang terkait dengan kepemimpinan dan berkonotasi pemimpin dalam Islam ada tujuh macam, yaitu Khalifah, Malik, Wali, 'Amir dan Ra'in, Sultan, Rais, dan Ulil 'amri. 2 Kepemimpinan dalam Islam berarti sebuah keteladanan (imam) dan motivator (khalifah) dari seorang pemimpin kepada orang-orang di sekitarnya. Konsep kepemimpinan dalam Islam menitik beratkan pada fungsi positif dan transformatif, sehingga tidak mentolelir sikap kesewenangan. Sistem kepemimpinan seperti ini pula yang dipraktikkan di pesantren. Seorang kiyai dengan otoritas sosial dan agamanya menjadi panutan atau teladan dan motivator bagi santri dan masyarakat di mana ia tinggal. Dalam konteks kepemimpinan pondok pesantren, Kyai adalah seorang pemimpin, sama seperti kepala sekolah tetapi masing-masing punya karakteristik dan pola tersendiri dalam menjalankan kepemimpinannya. Keberadaan seorang kyai sebagai pemimpin pesanren, ditinjau dari tugas dan fungsinya dapat dipandang sebagai fenomena kepemimpinan yang unik. Legitimasi kepemimpinan seorang kyai secara langsung diperoleh dari masyarakat yang menilai tidak saja dari segi keahlian ilmu-ilmu agama seorang kyai melainkan dinilai pula dari kewibawaan (kharisma) yang bersumber dari ilmu, kesaktian, sifat pribadi dan seringkali keturunan. Dalam tulisan ini penulis akan membahas integrasi antara SDM dari seorang kyai dalam memimpin baik dari sisi keilmuwannya, seni atau gaya kepemimpinannya dalam memimpin pondok Pesantren. B. Kajian Teori 1.
Pemimpin dan Kepemimpinan
Kepemimpinan adalah seni untuk menciptakan kesesuaian paham dalam satu kelompok. Upayanya dilakukan melalui pemberian kerja sama dan dorongan sehingga orang lain dapat mengikuti rangkaian tindakan dalam mencapai tujuan.” Itu adalah pendapat menurut Stogdill yang mengemukakan beberapa dimensi kepemimpinan seperti yang dikutip oleh Wursanto dalam bukunya yang berjudul dasar-dasar organisasi. Sebagaimana yang dikutip Wursanto juga dalam bukunya tersebut yaitu dari yang dikatakan oleh Ordway yang memberikan rumusan bahwa “leadership is the activity influencing people to cooperate some good which they come to find desirable.” Kepemimpinan adalah suatu kegiatan mempengaruhi orang lain untuk bekerjasama guna mencapai tujuan tertentu yang didinginkan. 3 Definisi tentang kepemimpinan juga dikemukakan oleh Prajudi Atmosudirdjo yang dikutip oleh Ngalim Purwaoto bahwa kepemimpinan adalah suatu seni (art),kesanggupan (ability) atau teknik (technique) untuk membuat sekelompok orang bawahan dalam organisasi formal atau para pengikut atau simpatisan dalam organisasi informal mengikuti atau menaati segala apa yang dikehendakinya, membuat mereka begitu antusias atau bersemangat untuk mengikutinya, atau bahkan mungkin berkorban untuknya. Kepemimpinan dapat pula dipandang sebagai suatu bentuk persuasi suatu seni pembinaan kelompok orang orang tertentu , biasanya melalui “human relations” dan motivasi yang
2 M. Abdurrahman, Dinamika Masyarakat Islam dalam Wawasan Fikih, cet. 1 (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002), hal. 42. 3
Wursanto. Dasar-Dasar Organisasi. (Yogyakarta: Andi, 2013), hal.196 Jurnal Al-Qalam Vol.XIII | 121
Laila dituliskan Budiarti,Judul Integrasi SDM Dan Kepemimpinan Kyai Tolong Tiap Artikel……
tepat, sehingga mereka tanpa adanya rasa takut mau bekerjasama dan membanting tulang untuk memahami dan mencapai segala apa yang menjadi tujuan tujuan organisasi. 4 Kepemimpinan adalah tindakan atau perilaku untuk mengarahkan kegiatan bersama. Kepemimpinan memberi pengaruh pada kegiatan organisasi, kepemimpinan dapat melahirkan gagasan baru, perubahan dan menciptakan suasana kondusif meski organisasi dihadapkan dalam posisi sulit. Kepemimpinan merupakan hubungan kekuasaan, dalam arti bahwa pihak yang memimpin lebih banyak mempengaruhi yang dipimpin. Kepemimpinan merupakan salah satu sarana untuk mencapai tujuan organisasi. “Kepemimpinan yang efektif mampu membangun anggota, menentukan arah,menangani perubahan secara benar dan menjadi katalisator yang mampu mewarnai sikap dan perilaku anggota (yang dipimpin)”5 Ada banyak sekali definisi tentang kepemimpinan, tetapi dari tiga pendapat diatas tentang pengertian kepemimpinan, dapat kita tarik benang merah bahwa kepemimpinan adalah suatu seni atau gaya dari seorang pemimpin untuk mengkondisikan orang orang yang dia pimpin dalam organisasinya, agar mengikuti arahan pemimpin itu untuk mewujudkan tujuan bersama. 2.
Kepemimpinan Kyai
Sebutan kyai merupakan gelar kebangsawanan umat hindu yang di adopsi oleh umat islam, kyai adalah orang yang disegani, orang yang faham dan mendalam tentang ilmu agama. Kyai memiliki sebutan yang berbeda-beda, tergantung daerah tempat tinggalnya. Tercatat oleh Ali Maschan Moesa sebagaimana yang dikutip oleh Mujamil Qomar: di Jawa disebut Kyai, di Sunda disebut Ajengan, di Aceh disebut Tengku, di Sumatera Utara disebut Syaikh dan di Kaimantan Timur dan Kalimantan Tengah disebut Tuan Guru. Mereka semua juga bisa disebut ulama sebagai sebutan umum (menasional). 6 Kyai atau pengasuh pondok pesantren merupakan elemen yang sangat esensial bagi sebuah pesantren,7 di Jawa dan Madura sosok kyai sangat berpengaruh, kharismatik dan berwibawa, sehingga amat di segani masyarakat di lingkungan pesantren, sangat wajar jika pertumbuhan pesantren sangat bergantung pada peran seorang kyai. 8 Dalam budaya pondok pesantren, seorang kyai memiliki peran sebagai pengasuh pondok, guru dan pembimbing bagi para santri sekaligus ayah para santri yang menetap di pondok. Kyai merupakan figur yang disucikan dan dihormati karena dianggap sebagai lambang kewahyuan Ilahi. Pendapat dan fatwa-fatwanya dianggap selalu benar sehingga tidak boleh dikritik atau disangkal. Penghormatan para santri dan anggota masyarakat kepada Kyai dilakukan secara ikhlas. Para santri dan anggota masyarakat menganggap 4
Ngalim Purwanto, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, (Bandung: Remadja Karya, 1987), hal. 28
5
Aan Komariah dan Cepi Triatna. visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. (Jakarta: Bumi Aksara, 2006), hal. 74. 6
Mujamil Qomar, Pesantren: Dari Transformasi, (Jakarta: Erlangga, 2004), hal. 20.
7
Pada sistem pendidikan pesantren adakalanya sebuah pesantren dikelola oleh seorang kyai saja dengan dibantu oleh beberapa orang ustadz dan terkadang dikelola oleh beberapa orang kyai yang masih dalam satu keluarga besar dengan dipimpin oleh seorang kyai sepuh (senior). Proses pergantian kepemimpinan di pesantren itu sendiri pada umumnya menganut sistem pergantian secara geneologis. 8 Amin Haedari., et.all, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan modernitas, (Jakarta: IRD PRESS, 2005), hal. 28
122 | ISSN: 2356-2447-XIII
Laila Budiarti, Integrasi SDM Dan Kepemimpinan Kyai Nama Penulis tiap Artikel
Kyai adalah tempat bertanya tentang semua hal, baik yang bersifat keduniawian maupun kehidupan akherat. Selain itu juga tempat untuk mencari solusi dari semua masalah serta tempat meminta nasihat dan fatwa. Kyai sebagai tokoh sentral mempunyai peran penting dalam lingkungan pesantren. Selain sebagai pemimpin pesantren, Kyai mempunyai tugas utama sebagai guru dan pembimbing spiritual, juga berperan sebagai pengasuh sekaligus pimpinan pondok pesantren. Peran kyai sebagai pengurus pondok serta guru dan pembimbing para santri tidak membuat Kyai melupakan perannya sebagai seorang ayah (pengayom) bagi para santrinya yang menetap (mondok) di pesantren. Kyai disamping mendidik dan mengajar juga memegang kendali manajerial pesantren. Kyai sebagai pemimpin pesantren, maka keberhasilan dan perkembangan pesantren banyak bergantung pada keahlian dan kedalaman ilmu, karismatik dan wibawa, serta ketrampilan sang kyai. Pribadi kyai juga sangat menentukan, sebab dia adalah tokoh sentral dalam pesantren,9 sehingga bentuk pesantren yang bermacam-macam saat ini sesungguhnya adalah pantulan dari kecenderungan sang Kyai.10 Sedangkan keberadaan seorang Kyai sebagai pimpinan pesantren, ditinjau dari tugas dan fungsinya dapat dipandang sebagai fenomena kepemimpinan yang unik. Dikatakan unik Kyai sebagai pemimpin sebuah lembaga pendidikan Islam tidak sekedar berfungsi menyusun kurikulum, membuat peraturan tata tertib, merancang sistem evaluasi, sekaligus melaksanakan proses belajar mengajar yang berkaitan dengan ilmu-ilmu agama di lembaga yang diasuhnya, melainkan bertugas pula sebagai pembina dan pendidik ummat serta menjadi pemimpin masyarakat. 11 Oleh karena itu, keberadaan seorang Kyai dalam tugas dan fungsinya dituntut untuk memiliki kebijaksanaan dan wawasan, trampil dalam ilmu-ilmu agama, mampu menanamkan sikap dan pandangan serta wajib menjadi suri tauladan pemimpin yang baik. Bahkan lebih jauh lagi, keberadaan seorang Kyai dalam tugas dan fungsinya sering dikaitkan dengan fenomena kekuasaan yang bersifat supranatural, dimana figur Kyai sebagai seorang ulama dianggap pewaris risalah kenabian. Sehingga keberadaan seorang Kyai nyaris dikaitkan dengan sosok yang memiliki hubungan dekat dengan Tuhan. 12 C. Pemabahasan 1.
Seni dan Keunikan Model Kepemimpinan Kyai
Pondok pesantren merupakan tempat santri mencari ilmu. Dipimpin oleh pengasuh yang disebut Kyai. Kebanyakan para kyai beranggapan bahwa suatu pesantren dapat diibaratkan sebagai suatu kerajaan kecil dimana kyai merupakan sumber mutlak dari kekuasaan dan kewenangan (power and authority) dalam kehidupan dan lingkungan pesantren. Tidak seorangpun santri atau orang lain yang dapat melawan kekuasaan kyai (dalam lingkungan pesantrennya) kecuali kyai lain yang lebih besar pengaruhnya. Para 9 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, (Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999), hal.: 44 10
Mujamil Qomar, Pesantren: Dari Transformasi, (Jakarta: Erlangga, 2004), hal. 20
11
Imam Bawani, Tradisionalisme Pendidikan islam, (Surabaya: Al-Ikhlas, 1993), hal. 88.
12
Imron Arifin, Op. Cit, hal. 45. Jurnal Al-Qalam Vol.XIII | 123
Laila Budiarti, Integrasi SDM Dan Kepemimpinan Kyai Tolong dituliskan Judul Tiap Artikel……
santri selalu berharap dan berpikir bahwa kyai yang dianutnya merupakan orang yang percaya penuh kepada dirinya sendiri (self-confident), baik dalam soal-soal pengetahuan Islam, maupun dalam bidang kekuasaan dan manajemen pesantren. Para santri dalam sebuah pesantren akan tunduk patuh tawadhuk kepada kyai, uniknya kepatuhan dan ketawadhuan tersebut juga mereka lakukan sama halnya kepada para keturunan dan anggota keluarga kyai, walaupun kemungkinan yang menjadi pengajar langsung dan pemimpin dipesantren itu hanyalah sang kyai seorang. Rasa hormat tersebut muncul karena tipologi pesantren yang memiliki suatu kekuatan tersendiri. Menurut Yudian Wahyudi, “pesantren memiliki tujuh kekuatan yaitu berasrama, santri pada umumnya berasal dari luar daerah, hampir seluruh literaturnya berbahasa arab, ada ujian lisan, ada takror, ada sorogan dan doa kyai.” 13 Tujuh kekuatan tersebut saling berkaitan erat yang melahirkan santri santri tawadhuk atas kepemimpinan sang kyai. Menurut penulis, tujuh kekuatan pesantren tersebut bisa sedikit dipaparkan sebagai berikut; Para santri yang rata rata berasal dari luar daerah yang jauh dari wilayah pesantren tersebut menyebabkan santri harus tinggal di wilayah dimana pesantren itu berada. Faktor tersebut mendorong kyai dan keluarganya untuk membuat asrama sebagai tempat tinggal para santri, atau yang biasa dikenal dengan sebutan pondok. Karena hidup dilingkungan pondokan maka segala aktifitas kyai dan keluarganya bisa diketahui langsung oleh santri. Santri menjadi mengenal keluarga kyai, ini menjadi salah satu faktor ketawadhuan santri yang membuat kepemimpinan kyai menjadi semakin kuat. Dengan ketawadhuan santri tersebut maka kyai akan lebih mudah mengajarkan visi, misi pengajaran sang kyai atas ilmu ilmunya. Literatur di pesantren yang rata-rata berbahasa arab mengharuskan santri untuk benar-benar menyimak saat sang kyai membacakan kitab yang berbahasa asing tersebut agar santri pahanm betul maksud dari kitab yang diajarkan. Ada ujian lisan, takror dan sorogan, mengharuskan para santri untuk benar benar belajar dengan sungguh-sungguh agar saat santri berhadapan langsung dengan kyai sebagai pengujinya dia akan benar-benar dalam kondisi siap. Posisi face to face antara santri dan kyai itu membuat nilai kepatuhan dan ketawadhuan santri otomatis akan muncul. Sistem pengajaran model tersebut juga sangat bisa mengkondisikan para santri untuk mencapai target pembelajaran di pesantren. Pesantren dengan gaya kepemimpinan sang kyai itu memanglah unik. Bisa kita bayangkan jika pada saat para santri yang jumlahnya banyak melakukan setoran, baik itu setoran membaca kitab ataupun setoran hafalan lainnya kepada sang kyai, maka terkadang kita lihat sang kyai tertidur atau tidak fokus menyimak karena terlalu lelah. Para santri tidak memprotes sang kyai, tetapi dia akan terus melanjutkan setorannya sampai selesai. Santri melakukannya dengan senang hati demi mendapatkan doa kyai, barokah serta kemanfaatan akan ilmu yang dia dapatkan. Demi mendapatkan ridho dari kyai juga membuat para santri mengabdikan dirinya untuk membantu keluarga kyai dan bersikap sangat tawadhuk kepada ahlul bait dan para dhurriyyah kyai. Para kyai dengan kelebihannya dalam penguasaan pengetahuan Islam, sering kali dilihat sebagai orang yang senantiasa dapat memahami keagungan Tuhan dan rahasia
13
Yudian Wahyudi, Perang Diponegoro. (Yogyakarta: Cakrawala Media 2012), hal. 35
124 | ISSN: 2356-2447-XIII
Laila Budiarti, Integrasi SDM Dan Kepemimpinan Kyai Nama Penulis tiap Artikel
alam, hingga dengan demikian mereka dianggap memiliki kedudukan yang tak terjangkau, terutama oleh kebanyakan orang awam. Dalam beberapa hal, mereka menunjukkan kekhususan mereka dalam bentuk-bentuk pakaian yang merupakan simbol kealiman misalnya kopiah dan surban. Pakaian bercirikan khusus tersebut semakin mengukuhkan kyai menjadi seorang yang memiliki sisi unik dalam cara memimpin, menjadi berbeda dan lebih dibandingkan anggota komunitas yang dia pimpin. Kepemimpinan di pesantren bersifat turun temurun. Kepemimpinan itu biasanya mengandalkan keturunan (takdir) yang akhirnya dipola agar siap menjadi pemimpin. Jika kita melihat fenomena sekarang, dari seni kepemimpinan kyai, maka banyak pondok pesantren yang memiliki kyai ber-visionary leadership yaitu “Pemimpin yang mampu menjabarkan dan menerjemahkan visi ke dalam tindakan. Pemimpin sebagai penentu arah, agen perubahan, negosiator hebat yang akan mensosialisasikan keunggulan dan visi organisasi dengan dunia luar yang berimplikasi pada hubungan mutualisme dengan banyak organisasi lain, hal ini juga memberi dampak positif bagi kemajuan organisasi. Pemimpin yang visioner dituntut kesabaran dan ketauladanan, pemimpin ini berperan sebagai pelatih anggotanya dalam mengimplementasikan visi dan misi dengan aktor diri pemimpin yang didasari kemampuan/keahlian dan akhlak mulia. 14 Pemimpin inilah yang mampu mengikuti arus zaman dan terbuka dengan perubahan, terbukti pondok pesantren model ini mampu bertahan walaupun terjadi perubahan jaman dengan pesat. Di sisi lain, sebagian pondok pesantren tradisional yang susah payah mempertahankan eksistensinya. 2.
Integrasi SDM Kyai dan Gaya Kepemimpinan kyai di Pesantren
Para pemimpin dari keluarga kyai itu rata-rata awalnya dipatuhi karena dia mewarisi pola kepemimpinan tradisional. Pesantren yang seperti layaknya kerajaan kecil, membuat para keturunan kyai juga akan menjadi pimpinan di pesantren orangtuanya. Dia akan menjadi penerus sebagai kyai selanjutnya. Dia juga akan cenderung untuk dipatuhi karena keistimewaan keturunan yang melekat padanya. “Kyai selalu memberi perhatian istimewa terhadap putra-putri mereka sendiri untuk dapat menjadi pengganti pimpinan dalam lembaga-lembaga pesantren mereka.15 Jika Kyai memiliki anak satu laki-laki, maka Kyai akan membekali ilmu sematang-matangnya untuk dipersiapkan menjadi pemimpin pengganti. Jika hanya memiliki anak perempuan biasanya kyai akan mengawinkan dengan santri yang paling pintar agar bisa memimpin pondok pesantrennya kelak. Inilah juga yang menjadi salah satu keunikan model kepemimpinan dari pondok pesantren. Walaupun tidak menutup kemungkinan bagi seorang santri tanpa latar belakang nasab kyai untuk menjadi kyai baru, tapi kemungkinan itu jarang terjadi. Hal itu disebabkan karena santri senior setelah menamatkan pelajarannya diberbagai pesantren, Maka di pesantren yang terakhir itulah biasanya dia akan menemukan kyai terakhir itu sebagai kyai pembimbingnya untuk merintis pesantren baru. Permasalahannya, hanya sedikit kyai yang bersedia melatih dan membimbing santri senior tanpa latar belakang keturunan kyai, untuk mendirikan pesantren baru. Hal itu merupakan salah satu pemicu
14 Aan Komariah dan Cepi Triatna. visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. (Jakarta :PT Bumi Aksara, 2006), hal. 74 15
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, hal.102 Jurnal Al-Qalam Vol.XIII | 125
Laila Budiarti, Integrasi SDM Dan Kepemimpinan Kyai Tolong dituliskan Judul Tiap Artikel……
jarangnya muncul pesantren baru dengan pimpinan seorang kyai yang benar benar tanpa nasab kyai sebelumnya. Kyai pembimbing pada umumnya menempatkan para Gus (putra kyai) yang nyantri di pesantrennya dalam posisi khusus. Mereka diberikan didikan istimewa agar menggunakan waktu terakhirnya di pesantren khusus untuk mengembangkan bakat kepemimpinannya. Campur tangan kyai biasanya lebih banyak lagi, antara lain calon kyai dicarikan jodoh (biasanya dicarikan mertua yang kaya). “Sarana yang paling utama dalam usaha melestarikan pesantren adalah membangun solidaritas dan kerjasama sekuatkuatnya antara sesama kyai, yaitu mengembangkan tradisi bahwa keluarga terdekat yang menjadi calon kuat pengganti pimpinan pesantren, mengembangkan jaringan aliansi perkawinan antara keluarga kyai, mengembangkan tradisi transmisi pengetahuan dan rantai transmisi intelektual antara sesama kyai dan keluarganya.” 16 Pengembangan dakwah dan pendidikan serta pelayanan umat terutama dalam bidang keagamaan sangat terbantu sekali dengan banyaknya kiprah dari para kyai, tak terkecuali dari para kyai muda yang bermunculan. Kyai yang memiliki kemampuan keilmuwan yang baik, ditunjang gelar kyai yang dia sandang dari masyarakat tentu akan membuat masyarakat menjadi lebih bisa mendapatkan manfaat atas keberadaan dirinya, apalagi saat gelar kyai itu juga disertai dengan nasab kyai yang mengalir pada dirinya. SDM Kyai yang mumpuni dari segi keilmuwanannya akan membuat sang kyai memiliki pemikiran yang lebih luas. Dia akan lebih terbuka dan mudah menyesuaikan terhadap terjadinya perubahan. Dia akan memiliki jiwa kepemimpinan dan gaya kepemimpinan sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Hal ini dibuktikan dengan adanya sekolahan-sekolahan formal yang kemudian bernaung di satu yayasan dibawah nama pesantren tersebut. Kepemimpinan model inilah yang diharapkan yaitu menggabungkan tiga konsep sekaligus, yaitu bahwa nasab kyai serta sifat-sifat yang dibawa sejak lahir dilengkapi dengan tipe atau gaya kepemimpinan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, serta menyesuaikan pola kepemimpinan itu seiring dengan kondisi perubahan jaman. Seorang kyai akan lebih baik jika dia juga adalah seorang akademisi. Kyai tidak harus an-sich berkutat pada dunia pesantren saja. Sudah selayaknya dia juga memikirkan kebutuhan umat akan pendidikan yang seimbang baik ilmu duniawi maupun ilmu ukhrawi. Contoh konkrit dari sosok kyai yang memadukan tiga konsep kepemimpinan itu adalah KH. Muntaha, Alh. Untuk mempertahankan eksistensi keluarga pada semua lini dibawah yayasan yang beliau dirikan, beliau mengkader anak dan cucunya untuk menduduki posisi sebagai pimpinan di sekolah sekolah yang beliau dirikan. Pengkaderan tersebut diwujudkan dengan menuntun para penerus untuk mengenyam pendidikan keagamaan yang mencukupi dan menuntun mereka untuk tetap mengenyam pendidikan umum dari sekolah agar selalu bisa mengikuti perubahan dan perkembangan jaman. Para cucu dan kerabat kyai ditempatkan menjadi pimpinan di sekolah. Pemimpin di sekolah lazim dikenal sebagai kepala sekolah. Kepala sekolah yang diangkat haruslah berkompeten. “kompeten menunjuk pada kemampuan yang bisa diamati serta konsep yang mencakup aspek kognitif, afektif, dan perbuatan secara utuh. Besarnya tanggung 16
Zamakhsyari Dhofier, Tradisi Pesantren, hal.101
126 | ISSN: 2356-2447-XIII
Laila Budiarti, Integrasi SDM Dan Kepemimpinan Kyai
Nama Penulis tiap Artikel
jawab kepala sekolah memerlukan pelaku yang memiliki integritas tinggi. Apalagi juga sekolah tersebut terintegrasi dengan pesantren. Kepala sekolah yang notabene adalah keluarga kyai pemilik pesantren, haruslah tampil sebagai pemimpin organisasi pendidikan yang idealnya akan tampil menjadi visionary leadership yang handal. Sehingga mampu memberikan pelayanan pendidikan pada murid-muridnya sekaligus santri dengan optimal. Selain memberikan pelayanan optimal kepada peserta didik, sosok kyai muda yang menjadi kepala sekolah di dalam yayasannya sendiri haruslah mampu memimpin kelompok yaitu para dewan guru dalam pembagian tugas keprofesionalan. “Kepala sekolah sebagai figur kunci dalam mendorong mendorong perkembangan dan kemajuan sekolah. Kepala sekolah harus pandai dalam memimpin kelompok dan pendelegasian tugas maupun wewenang.17 Dari pemaparan Nurkolis tersebut maka “Kyai muda sang kepala sekolah” harus bisa bekerjasama dengan para dewan guru dengan optimal, tidak hanya mengandalkan kekuatan super powernya sebagai keluarga kyai yang terlalu terbiasa untuk selalu dipatuhi dan dihormati. “Dalam paradigma baru manajemen pendidikan, kepala sekolah sedikitnya harus mampu sebagai berfungsi sebagai educator, manajer, administrator, supervisor, leader, inovator dan motivator.”18 Dari beberapa fungsi kepala sekolah itu, yang paling kita kenal adalah supervisor. “Peran kepala sekolah sebagai supervisor merupakan bagian integral dari perannya sebagai pemimpin pendidikan.” 19 Kyai muda yang menjadi kepala sekolah yang sudah memiliki modal kepemimpinan tradisional sehingga menimbulkan kepatuhan, sudah menjadi keharusan untuk menempa diri agar memiliki kemampuan sebagai kepala sekolah dan kyai yang memiliki kepemimpinan karismatik dan kepemimpinan rasinal sehingga memang benar-benar sangat layak untuk dijadikan panutan atas kepemimpinannya. Dari sedikit paparan itu, jelaslah bahwa posisi kepala sekolah yang didapatkan oleh para kyai muda karena faktor keturunan, memang harus didukung dengan kemampuan akademik yang memadai, tidak hanya karena faktor nasab yang justru akan menjadi bumerang manakala sang kyai muda tidak bisa menunjukkan kompetensi dan keprofesionalannya. D. Kesimpulan Kepemimpinan adalah suatu seni atau gaya seorang pemimpin untuk mengkondisikan orang orang yang dia pimpin dalam organisasinya, agar mengikuti arahan pemimpin itu untuk mewujudkan tujuan organisasi/tujuan bersama. Sedangkan pemimpin sendiri berarti orang yang memberi pengaruh pada pihak lain yang dikondisikan. Konsep kepemimpinan dibedakan menjadi tiga, yang pertama pemimpin karena memang sejak lahir sudah diberi lahan pasti untuk dipimpin, misalnya pewaris pesantren. Yang kedua pemimpin yang harus menyesuaikan gaya kepemimpinan sesuai dengan kondisi kelompok yang dipimpin, yang ketiga pemimpin yang harus menyesuaikan gaya memimpinnya sesuai dengan perubahan jaman yang saat itu terjadi. Pemimpin yang ideal adalah yang menggabungkan tiga konsep tersebut.
17
Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah. (Jakarta: Gramedia Widiasarana Indonesia, 2003), hal. 119
18
Mulyasa, E. Menjadi Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK. (Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003), hal. 98 19
Abdul Choliq, Supervisi Pendidikan. (Yogyakarta: Orbit Trust, 2011), hal. 58 Jurnal Al-Qalam Vol.XIII | 127
Laila Dan Kepemimpinan Kyai TolongBudiarti, dituliskanIntegrasi Judul TiapSDM Artikel……
Seni dan keunikan model kepemimpinan kyai yang terjadi di lingkup pesantren terjadi karena adanya kepemimpinan dari faktor keturunan yang membuat keturunan kyai menjadi istimewa, dan adanya enam kekuatan pesantren yang semakin mengukuhkan keunikan kepemimpinan di pesantren, yaitu berasrama, santri dari luar daerah, literatur berbahasa arab, adanya ujian lisan, takror, sorogan dan doa kyai. Kyai yang memiliki visionary leadership akan siap menyesuaikan diri dengan perubahan yang terjadi. Kyai yang memiliki SDM tangguh yang akan tetap eksis sebagai pemimpin umat dalam meningkatkan mutu pendidikan Islam baik dari sisi formal, informal maupun nonformal yang dapat dia kembangkan di pesantren maupun sekolah yang dia pimpin.
Daftar Pustaka Bawani, Imam., Tradisionalisme Pendidikan Islam, Al-Ikhlas, Surabaya, 1993 Choliq, Abdul., Supervisi Pendidikan. Yogyakarta: Orbit Trust, 2011 Daradjat, Zakiyah., Ilmu Jiwa Islam, Jakarta: Bulan Bintang, 1993 Darmawan, Ainurrafiq dan Ahmad Ta’rifin. Manajemen Madrasah Berbasis Pesantren. Jakarta: Lista Fariska Putra, 2005. Dhofier, Zamakhsyari., Tradisi Pesantren: Studi tentang Pandangan Hidup Kyai, Jakarta: LP3ES, 2011 Haedari, Amin et.all, Masa Depan Pesantren dalam Tantangan modernitas, Jakarta: IRD PRESS, 2005 Hasbullah, Sejarah Pendidikan Islam di Indonesia: Lintasan Sejarah Pertumbuhan dan Perkembangan, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 1999 Jalaluddin, Psikologi agama, Jakarta: PT Raja Grafindo Persada, 2002 Komariah, Aan dan Cepi Triatna. visionary Leadership Menuju Sekolah Efektif. (Jakarta: Bumi Aksara, 2006 Abdurrahman, Dinamika Masyarakat Islam dalam Wawasan Fikih, cet. 1, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2002 Mulyasa, E. Menjadi., Kepala Sekolah Profesional dalam Konteks Menyukseskan MBS dan KBK, Bandung: Remaja Rosdakarya, 2003 Nurkolis, Manajemen Berbasis Sekolah. Jakarta: Gramedia, 2003 Purwanto, Ngalim, Administrasi dan Supervisi Pendidikan, Bandung: Remadja Karya, 1987 Qomar, Mujamil, Pesantren: Dari Transformasi, Jakarta: Erlangga, 2004 Rasyid, Daud., Islam dalam Berbagai Dimensi, Jakarta: Gema Insani Press, 1998 Soetjipto, Profesi Keguruan, Jakarta: Rineka Cipta, 1999 Syukur, Fatah. Manajemen Pendidikan Berbasis pada Madrasah. Semarang: Pustaka Rizki Putra, 2011. Wursanto. Dasar-Dasar Organisasi. Yogyakarta: Andi, 2013
128 | ISSN: 2356-2447-XIII