81
VII.
INTEGRASI PASAR CPO DUNIA DAN DOMESTIK
Indonesia merupakan produsen CPO terbesar di dunia saat ini dengan produksi CPO pada tahun 2010 mencapai 23,6 juta ton atau mencapai 44% dari total produksi CPO dunia (USDA, 2010). Produksi CPO Indonesia terutama ditujukan untuk ekspor. Hanya sekitar 30% dari produksi CPO Indonesia yang digunakan untuk keperluan di dalam negeri. Sebagai negara eksportir, harga CPO domestik akan dipengaruhi oleh fluktuasi harga CPO dunia. Aliran perdagangan yang berlangsung dari pasar domestik ke negara importir juga merupakan faktor terjadinya integrasi antara pasar CPO dunia dengan pasar CPO domestik. Namun demikian, penerapan pajak ekspor CPO yang merupakan bagian dari kebijakan stabilisasi harga minyak goreng domestik dapat mempengaruhi integrasi pasar yang berlangsung.
7.1 Pengujian Stasioneritas Data Langkah pertama untuk menganalisis integrasi pasar CPO dunia dan domestik adalah dengan menguji stasioneritas series harga CPO dunia dan series harga CPO domestik. Langkah ini perlu dilakukan karena adanya dugaan bahwa data bersifat non stasioner. Pengujian stasioneritas data dilakukan dengan metode ADF dan dilakukan pada level dan pada tingkat first difference. Pengujian pda tingkat level
Hasil pengujian stasioneritas data ditampilkan dalam Tabel 13
berikut.
Tabel 13 Hasil Pengujian Stasioneritas Data No Variabel Harga (log) 1 2
CPO Internasional (LCPOINT) CPO Domestik (LCPODOM) Critical Value (1%) (5%) (10%)
ADF Test Pada Level ADF Test Pada First Difference -1.16 (lag 1) - 9.22*(lag 0) -0.60 (lag 0) -10.54*(lag 0) -3.48 -2.88 -2.58
-2.58 -1.94 -1.62
Keterangan: Panjang lag optimal berdasarkan Akaike’s Information Criterion (AIC), Hipotesis H 0 : Series mempunyai akar unit (nonstasioner), Nilai kritis mengikuti MacKinnon (1996), tanda * berarti H 0 ditolak (data stasioner)
82
Dari hasil pengujian terlihat jika kedua series harga bersifat non stasioner pada level yang terlihat dari nilai t-statistik uji ADF yang lebih kecil dari nilai kritisnya. Pengujian pada tingkat first difference memperlihatkan jika kedua data telah stasioner (I(1)) sehingga dalam pembentukan model integrasi antara kedua pasar ini harus diuji keberadaan kointegrasi antara kedua harga yang akan diuji pada tahapan selanjutnya.
7.2 Pengujian Kointegrasi Harga CPO Dunia dan Harga CPO Domestik Kointegrasi adalah keseimbangan yang terjadi antara kedua harga dalam jangka panjang. Metode yang digunakan adalah ‘Johansen Cointegration Test’. Bentuk persamaan yang diuji ditentukan berdasarkan kriteri SC, dimana asumsi yang dipilih adalah ‘no deterministic trend’ dan panjang lag optimum juga berdasarkan kriteria SC dimana lag yang digunakan adalah lag 3. Tabel 14 menampilkan hasil pengujian kointegrasi antara harga CPO internasional dan CPO domestik. Dari hasil tersebut disimpulkan bahwa antara kedua harga tidak terdapat persamaan kointegrasi yang disimpulkan dari nilai trace statistic dan max-eigen value yang lebih kecil dari nilai kritis untuk hipotesis nol tidak ada kointegrasi, sehingga hipotesis nol tersebut tidak dapat ditolak. Dengan demikian, dalam jangka panjang tidak terdapat keseimbangan antara CPO internasional dan harga CPO. Tabel 14 Hasil Pengujian Kointegrasi Harga CPO Internasional dan CPO Domestik Hipotesis Nol Trace Statistic None 10.85489 At most 1 1.623637
Nilai Kritis 5% 20.26184 9.164546
Max-Eigen Statictic 9.231250 1.623637
Nilai Kritis 5% 15.89210 9.164546
Keterangan : Tanda (*) berarti H 0 dapat ditolak pada taraf 5%
Tidak terjadinya kointegrasi harga berarti dalam jangka panjang pasar CPO internasional dan pasar CPO domestik tidak terintegrasi.
Tidak terjadinya
integrasi dalam satu sisi akan merugikan produsen CPO di dalam negeri karena perubahan harga di tingkat dunia tidak ditransmisikan kepada harga CPO domestik. Namun di sisi yang lain dapat mencegah dampak yang lebih luas
83
terjadinya fluktuasi harga CPO dunia terhadap stabilitas harga CPO domestik yang pada akhirnya juga dapat berdampak pada stabilitas harga minyak goreng domestik.
7.3 Integrasi Jangka Pendek antara Pasar CPO Dunia dan Domestik Meskipun dalam jangka panjang kedua pasar tidak terintegrasi, namun dalam jangka pendek integrasi yang terjadi dapat dievaluasi melalui pendekatan VAR dalam bentuk first difference. Untuk mengestimasi model integrasi pasar CPO dunia dan domestik, pertama-tama dilakukan pemilihan lag optimum untuk menyusun sistem VAR. Menurut kriteria SC, lag optimum yang dapat digunakan adalah lag 2. Estimasi model VAR first diff antara kedua variabel ditampilkan pada Tabel 15. Dari model tersebut terlihat jika dalam jangka pendek perubahan harga CPO domestik dipengaruhi secara signifikan oleh harganya sendiri dua bulan sebelumnya dan harga CPO internasional dua bulan sebelumnya. Sedangkan perubahan harga CPO internasional secara signifikan dipengaruhi oleh harganya sendiri 1 bulan sebelumnya dan harga CPO domestik 2 bulan sebelumnya.
Tabel 15 Estimasi model integrasi pasar CPO dunia dan domestik Variabel eksogen DLCPODOM(-1) DLCPODOM(-2) DLCPOINT(-1) DLCPOINT(-2) C
Variabel endogen DLCPODOM DLCPOINT -0.01528 -0.212835* 0.162530 0.338080* 0.007211
0.021737 0.210183* 0.249734* -0.188782 0.006766
Keterangan : tanda * berarti signifikan pada level 5%
Dari model di atas terlihat adanya saling pengaruh antara kedua harga. Untuk melihat arah kausalitas antara harga CPO internasional dan CPO domestik dilakukan uji VAR Granger Causality yang hasilnya ditampilkan pada Tabel 16dari hasil pengujian terlihat sifat eksogenitas variabel harga CPO internasional. Dengan demikian dalam jangka pendek pasar CPO domestik cenderung dipengaruhi oleh pasar internasional.
Hal ini memperlihatkan jika Indonesia
84
sebagai produsen CPO terbesar belum mempunyai kekuatan dalam mempengaruhi harga. Perkembangan industri hilir kelapa sawit yang masih terbatas pada industri minyak goreng dan belum berkembang pada industri lain seperti oleokimia dan biodiesel menimbulkan Indonesia mempunyai ketergantungan yang tinggi kepada pasar CPO dunia untuk memasarkan produknya sehingga dalam jangka panjang, perlu dilakukan upaya pengembangan sektor hilir untuk memperkuat posisi tawar Indonesia dalam pasar CPO dunia.
Tabel 16 VAR Granger Causality/Block Exogeneity Wald Test Variabel endogen DLCPODOM DLCPOINT
H0 : excluded DLCPOINT DLCPODOM
Chi-sq 14.59309 4.572814
Probabilitas 0.0007 0.1016
7.4 Dampak Perubahan Mekanisme Pajak Ekspor CPO Terhadap Integrasi Pasar CPO Penerapan pajak ekspor CPO diduga merupakan salah satu faktor yang dapat mempengaruhi integrasi pasar. Sejak diberlakukan pada tahun 1994 terjadi beberapa kali perubahan dalam penentuan besaran pajak yang harus dibayar oleh eksportir. Pada periode tahun 2000-2007, besaran pajak ekspor CPO ditentukan berdasarkan tarif pajak ekspor (PE) dan harga patokan ekspor (HPE), dengan rumus : PE x Jumlah ekspor x HPE x nilai kurs (Rifin, 2011). Harga patokan ekspor pada periode itu konstan pada angka 3%.
Pada tahun 2007, dengan
dilatarbelakangi kenaikan harga CPO dunia yang tajam pada tahun tersebut, pemerintah mengubah mekanisme penetapan pungutan ekspor CPO.
Melalui
Keputusan Menteri Keuangan Nomor 94/PMK 011/2007, besar HPE ditentukan berdasarkan harga rata-rata di Rotterdam bulan sebelumnya dan semakin tinggi HPE maka PE yang dikenakan juga semakin tinggi. Tabel..menampilkan pengujian kointegrasi antara harga CPO dunia dan domestik pada dua periode, yaitu Januari 2000-Agustus 2007 dan Oktober 2007April 2012. Dari hasil pengujian tersebut terlihat jika pada periode tahun 20002007 ketika besaran pajak ekspor bersifat konstan, terjadi integrasi jangka panjang antara pasar CPO dunia dengan pasar CPO domestik. Perubahan mekanisme
85
pajak ekspor pada bulan September 2007 menyebabkan kedua pasar menjadi tidak terintegrasi kembali.
Tabel 17 Hasil Pengujian Kointegrasi Harga CPO Internasional dan CPO Domestik Periode Jan 2000-Agt 2007 Sep 2007-Apr 2012
Hipotesis Nol None* At most 1 None At most 1
Trace Statistic 26.70985 0.554441 17.08384 5.478330
Nilai Kritis 5% 15.49471 3.841466 20.26184 9.164546
Max-Eigen Statictic 26.15541 0.554441 11.60551 5.478330
Nilai Kritis 5% 14.26460 3.841466 15.89210 9.164546
Keterangan : Tanda (*) berarti H 0 dapat ditolak pada taraf 5%
Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan jika penetapan besaran pajak ekspor CPO secara progresif dari sisi stabilisasi harga minyak goreng dinilai lebih efektif karena dapat meredam dampak fluktuasi harga CPO dunia terhadap harga CPO domestik. Namun pada sisi yang lain, mekanisme pajak secara progresif berdampak negatif bagi produsen CPO dan petani sawit karena harga di tingkat dunia tidak tertransmisikan secara penuh kepada harga domestik. Upaya stabilisasi harga minyak goreng dalam jangka panjang tidak boleh berhenti pada penerapan pajak ekspor, namun perlu dilakukan upaya antisipasi lain melalui perbaikan struktur pasar dan pengembangan sektor hilir.