101
VI. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PENAWARAN DAN PERMINTAAN GULA DI PASAR DOMESTIK DAN DUNIA 6.1. Keragaan Umum Hasil Estimasi Model Model ekonometrika perdagangan gula Indonesia dalam penelitian ini merupakan model simultan yang dinamis dan dibangun dari 30 persamaan yang terdiri dari 20 persamaan struktural dan 10 persamaan identitas. Model tersebut sudah melalui beberapa tahapan respesifikasi model. Data yang digunakan adalah deret waktu (time series) dengan periode pengamatan tahun 1981 sampai dengan tahun 2010. Berdasarkan kriteria ekonomi, semua variabel penjelas telah menunjukkan tanda parameter estimasi yang sesuai dengan harapan (hipotesis). Berdasarkan kriteria statistik, nilai koefisien determinasi (R2) secara umum cukup tinggi. Sebagian besar (83.33 persen) persamaan struktural mempunyai nilai R2 diatas 50 persen. Hal ini menunjukkan bahwa terdapat 83.33 persen variabel penjelas yang mampu menjelaskan dengan baik lebih dari 50 persen perilaku variabel endogen. Kemudian apabila dilihat dari nilai peluang uji F-statistik, sebesar 86.67 persen persamaan memiliki nilai peluang uji F-statistik yang lebih kecil dari taraf α = 0.05. Pengujian asumsi klasik autokorelasi yang menggunakan uji statistik durbin watson (dw) diperoleh nilai dw berkisar antara 1.440 sampai 2.366 sedangkan yang menggunakan uji statistik durbin-h (dh) diperoleh kisaran nilai -2.448 sampai 2.829. Dari hasil tersebut diperoleh 11 persamaan yang mengalami masalah serial korelasi, 7 persamaan yang tidak terdeteksi serial korelasinya dan 2 persamaan yang mengalami masalah serial korelasi. Terlepas dari ada tidaknya masalah serial korelasi yang serius, Pindyck dan Rubinfield (1998) menjelaskan bahwa masalah serial korelasi hanya mengurangi efisiensi estimasi parameter dan serial korelasi tidak menimbulkan bias regresi. Berdasarkan kriteria-kriteria tersebut dan mempertimbangkan model yang cukup besar serta periode pengamatan yang cukup panjang, maka hasil estimasi model cukup representatif menangkap fenomena ekonomi dari industri gula di pasar domestik maupun pasar dunia.
102
6.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penawaran dan Permintaan Gula di Pasar Domestik dan Dunia 6.2.1. Areal Perkebunan Tebu Indonesia Persamaan luas areal perkebunan di Indonesia didisagregasi menjadi 3 persamaan berdasarkan status pengusahaan perkebunan, yaitu : (1) luas areal perkebunan besar negara, (2) luas areal perkebunan besar swasta, dan (3) luas areal perkebunan rakyat. Luas areal perkebunan besar negara berhubungan positif dengan harga gula tingkat pedagang besar, sedangkan jumlah pabrik gula, tren waktu, dan luas areal perkebunan besar negara t-1. harga riil gabah dan suku bunga BI riil berhubungan negatif dengan luas areal perkebunan besar negara di Indonesia. Hasil estimasi pada Tabel 17 menunjukkan bahwa luas areal pada perkebunan besar negara dipengaruhi secara nyata oleh jumlah pabrik gula dan luas areal perkebunan besar negara tahun t-1 Tabel 17. Hasil Estimasi Persamaan Luas Areal Perkebunan Besar Negara (APTN) Variabel
Parameter Estimate
Elastisitas SR
Intercept
-58 507.800
HRGPB
7.019
0.410
0.676
HRGB
-8.931
-0.216
-0.356
1 401.404
1.063
1.752
-235.054
-0.008
-0.014
JPG LSBR T
0.393
Prob>|F| : 0.1338
Variabel Label
0.2182 Intercept
296.083
LAPTN
Prob > |T|
LR
R2 : 0.3482
0.1540 Harga riil gula pedagang besar 0.2310 Harga riil gabah 0.1025 Jumlah pabrik gula 0.2208 Suku bungaBI riil t-1 0.3051 Tren waktu Luas areal perkebunan besar 0.0286 negara t-1 Dw : 2.0409 Dh : -
Keterangan : taraf signifikansi yang digunakan α= 0.15
Harga riil gula tingkat pedagang besar berpengaruh secara tidak nyata terhadap luas areal perkebunan besar negara. Hal ini menunjukkan bahwa fluktuasi harga gula tidak mempengaruhi keputusan petani pada perkebunan besar negara mengenai luas areal tanamnya. Harga riil gabah juga berpengaruh secara tidak nyata terhadap luas areal perkebunan besar negara. Perkebunan besar negara memang spesifik untuk fokus dalam membudidayakan komoditas perkebunan seperti tebu, sehingga kenaikan harga riil gabah tidak mempengaruhi luas areal perusahaan perkebunan tebu negara untuk beralih mengusahakan tanaman padi.
103
Jumlah pabrik gula berpengaruh secara nyata terhadap luas areal perkebunan besar negara. Perkebunan tebu sangat mengandalkan adanya pabrik gula untuk mengolah tebu menjadi gula. Pertambahan jumlah pabrik gula di Indonesia menjadi pertimbangan tersendiri bagi perkebunan besar negara untuk menambah luas areal tanamnya. Hal ini diperkuat pula oleh respon luas areal perkebunan besar negara terhadap jumlah pabrik gula yang elastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Penambahan 1 persen jumlah pabrik gula akan meningkatkan luas areal perkebunan besar negara sebesar 1.063 persen dalam jangka pendek dan 1.752 persen dalam jangka panjang. Suku bunga BI riil t-1 berpengaruh secara tidak nyata terhadap luas areal perkebunan besar negara. Hal ini dikarenakan peningkatan luas areal perkebunan besar negara lebih ditentukan oleh kebijakan pemerintah sehingga tidak mengandalkan perbankan sebagai salah satu sumber permodalan. Variabel tren waktu yang merepresentasikan perbaikan teknologi, infrastruktur, dan manajemen berpengaruh secara tidak nyata terhadap areal perkebunan besar negara. Adopsi teknologi yang dilakukan oleh perkebunan besar negara tidak menjadi pertimbangan bagi perkebunan besar negara untuk meningkatkan luas areal perkebunannya, sedangkan luas areal perkebunan besar negara t-1 berpengaruh secara
nyata
terhadap
luas
areal
perkebunan
besar
negara.
Hal
ini
mengindikasikan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat bagi luas areal perkebunan besar negara untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi. Hasil estimasi persamaan luas areal perkebunan besar swasta yang ditunjukkan oleh Tabel 18 dipengaruhi oleh perubahan harga riil gula tingkat pedagang besar, rasio harga riil gabah, jumlah pabrik gula, suku bunga BI riil, teknologi, dan luas areal perkebunan besar swasta t-1. Berdasarkan hasil estimasi persamaan luas areal perkebunan besar swasta dapat dijelaskan bahwa variabel luas areal perkebunan besar swasta dipengaruhi secara nyata oleh jumlah pabrik gula, suku bunga BI riil, tren waktu, dan luas areal perkebunan besar swasta t-1. Perubahan harga riil gula tingkat pedagang besar tidak berpengaruh secara nyata terhadap luas areal perkebunan besar swasta. Hal ini mengindikasikan bahwa perubahan harga riil gula tingkat pedagang besar tidak mempengaruhi keputusan
104
perkebunan besar swasta mengenai luas arealnya. Rasio harga riil gabah juga tidak berpengaruh secara nyata terhadap luas areal perkebunan besar swasta. Perkebunan besar swasta lebih konsisten terhadap jenis tanaman yang ditanam sehingga kenaikan harga riil gabah tidak akan membuat perusahaan perkebunan besar swasta beralih mengusahakan tanaman padi sehingga menurunkan luas areal perkebunan. Tabel 18. Hasil Estimasi Persamaan Luas Areal Perkebunan Besar Swasta (APTS) Variabel
Parameter Estimate
Intercept
-30 759.5
SHRGPB RHRGB JPG SBR T LAPTS
Elastisitas SR LR
Prob > |T| 0.2543
1.396
0.001
0.001
0.3411
-10 934.20 660.433 -488.834 1 655.675
-0.179 0.682 -0.022
-0.458 1.742 -0.056
0.2869 0.1471 0.0527 0.0057
0.609
Prob>|F| : <.0001
Variabel Label
0.0007 R2 : 0.9513
Dw :
Perubahan harga riil gula tingkat pedagang besar Rasio harga riil gabah Jumlah pabrik gula Suku bunga BI riil Tren waktu Luas areal perkebunan besar swasta t-1 2.448 Dh : -2.449
Jumlah pabrik gula t-1 berpengaruh secara nyata terhadap luas areal perkebunan besar swasta. Perkebunan besar swasta pada umumnya lebih progresif dalam melakukan pengembangan perkebunan. Hal ini diperkuat dengan perubahan luas areal perkebunan besar swasta yang sangat responsif terhadap perubahan jumlah pabrik gula baik dalam jangka panjang. Peningkatan 1 persen jumlah pabrik gula akan meningkatkan luas areal perkebunan besar swasta sebesar 0.682 persen dalam jangka pendek dan 1.742 persen dalam jangka panjang. Suku bunga BI riil juga berpengaruh secara nyata terhadap luas areal perkebunan besar swasta. Hal ini menunjukkan bahwa perkebunan besar swasta mengandalkan perbankan sebagai salah satu sumber dalam permodalan untuk peningkatan areal. Namun, respon luas areal perkebunan besar swasta terhadap perubahan suku bunga BI riil adalah ineslastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Peningkatan 1 persen suku bunga BI riil akan menurunkan luas areal perkebunan besar swasta sebesar 0.022 persen dalam jangka pendek dan 0.056 persen dalam jangka panjang. Variabel tren waktu yang merepresentasikan perbaikan teknologi, infrastruktur, dan manajemen juga berpengaruh secara nyata terhadap luas areal
105
perkebunan besar swasta. Peningkatan terhadap adaposi inovasi dan teknologi akan mendorong peningkatan luas areal pada perkebunan besar swasta. Luas areal perkebunan besar swasta t-1 juga berpengaruh secara nyata terhadap luas areal perkebunan besar swasta. Hal ini mengindikasikan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat bagi luas areal perkebunan besar swasta untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi. Berdasarkan Tabel 19 dapat diketahui bahwa persamaan luas areal perkebunan rakyat dipengaruhi oleh harga riil gula tingkat petani, harga riil gabah, jumlah pabrik gula, suku bunga BI riil, tren waktu, dan luas areal perkebunan rakyat t-1. Hasil estimasi menunjukkan bahwa luas areal perkebunan rakyat hanya dipengaruhi secara nyata oleh jumlah pabrik gula dan luas areal perkebunan rakyat t-1. Peningkatan harga riil gula tidak berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan luas areal perkebunan rakyat. Hal ini mengindikasikan peningkatan harga gula tingkat petani tidak mampu menjadi insentif bagi petani tebu rakyat untuk meningkatkan luas areal perkebunannya. Kenaikan harga gula tingkat petani seringkali juga diikuti dengan kenaikan biaya produksi yang harus dikeluarkan oleh petani selama masa tanam. Hal ini yang membuat kenaikan harga
gula
petani
tidak
membuat
petani
meningkatkan
luasan
areal
perkebunannya. Tabel 19. Hasil Estimasi Persamaan Luas Areal Perkebunan Rakyat (APTR) Variabel
Parameter Estimate
Elastisitas SR
LR
Prob > |T|
Variabel Label
Intercept
-70 786.7
HRGP
4.640525
0.088
0.193
HRGB
-30.1531
-0.261
-0.572
JPG
3 185.105
0.867
1.899
0.1291 Jumlah pabrik gula
SBR
-420.724
-0.005
-0.011
0.3345 Suku bunga BI riil
T
915.7704
LAPTR
0.3375 0.1536 Harga riil gabah
0.2030 Tren waktu
0.54337
Prob>|F| : 0.0013
0.3873 Harga riil gula tingkat petani
0.0098 Luas areal perkebunan rakyat t-1 R2 : 0.6176
Dw : 1.991
Dh : -
Harga riil gabah berpengaruh secara tidak nyata terhadap luas areal perkebunan rakyat. Hal ini menunjukkan bahwa petani relatif konsisten dalam membudidayakan tebu dan tidak serta merta mengganti luas areal pertanamannya dengan padi sekalipun harga gabah mengalami peningkatan. Jumlah pabrik gula
106
berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan luas areal perkebunan rakyat. Namun peningkatan jumlah pabrik gula ini responsif pada jangka panjang dalam mempengaruhi luas areal perkebunan rakyat. Peningkatan 1 persen jumlah pabrik gula akan meningkatkan luas areal perkebunan rakyat sebesar 0.867 persen dalam jangka pendek dan 1.899 persen dalam jangka panjang. Suku bunga BI riil t-1 juga berpengaruh secara tidak nyata terhadap luas areal perkebunan rakyat. Hal ini mengindikasikan bahwa petani pada perkebunan rakyat kurang tertarik untuk mengakses permodalan dengan pihak perbankan, demikian pula dengan perbankan yang tidak tertarik untuk membiayai usaha pertanian dengan alasan resiko yang terlalu tinggi (high risk) dan keuntungan yang relatif rendah (low profit). Hal ini yang kemudian membuat petani beralih pada rentenir untuk memperoleh modal pembiayaan usahataninya. Variabel tren waktu yang merepresentasikan perbaikan teknologi, infrastruktur, dan manajemen juga tidak berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan luas areal perkebunan rakyat. Petani perkebunan rakyat relatif masih tertinggal dalam melakukan adopsi teknologi. Luas areal perkebunan rakyat t-1 juga berpengaruh secara nyata terhadap luas areal perkebunan rakyat. Hal ini mengindikasikan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat bagi luas areal perkebunan besar negara untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.
6.2.2. Produktivitas Gula Hablur Indonesia Sama halnya dengan persamaan luas areal perkebunan, persamaan produktivitas gula hablur Indonesia juga didisagregasi menjadi 3 persamaan, yaitu : (1) produktivitas gula hablur negara, (2) produktivitas gula hablur swasta, dan (3) produktivitas gula hablur rakyat. Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 20 produktivitas gula hablur negara dipengaruhi secara nyata oleh harga riil gula tingkat pedagang besar, perubahan harga riil pupuk, luas areal perkebunan besar negara t-1, rendemen tebu, dan tren waktu. Harga riil gula tingkat pedagang besar berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas gula hablur negara. Respon produktivitas gula hablur negara terhadap harga riil gula tingkat pedagang besar adalah inelastis dalam jangka pendek. Hal ini mengindikasikan bahwa kenaikan harga riil gula tingkat pedagang
107
besar 1 persen akan menyebabkan produktivitas gula hablur meningkat sebesar 0.818 persen dalam jangka pendek. Perubahan harga riil pupuk juga berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas gula hablur negara. Peningkatan harga pupuk membuat produktivitas perkebunan besar negara mengalami penurunan. Namun, respon penurunan perubahan harga riil pupuk terhadap produktivitas gula hablur negara adalah inelastis. Peningkatan perubahan harga riil pupuk sebesar 1 persen akan menurunkan produktivitas gula hablur sebesar 0.003 persen dalam jangka pendek. Tabel 20. Hasil Estimasi Persamaan Produktivitas Gula Hablur Negara (YGHN) Elastisitas Parameter Variabel Prob > |T| Variabel Label Estimate SR LR Intercept -7.8257 0.0003 Harga riil gula tingkat HRGPB 0.0007 0.818 0.0001 pedagang besar SHRPUK -0.0009 -0.003 0.0970 Perubahan harga riil pupuk Luas areal perkebunan besar LAPTN 0.000007 0.126 0.1070 negara t-1 REND 1.0217 1.762 <.0001 Rendemen tebu LURBUN -0.000008 -0.021 0.4105 Upah pekerja perkebunan t-1 T 0.0350 0.0724 Tren waktu Prob>|F| : <.0001
R2 : 0.7616
Dw : 2.366
Luas areal perkebunan besar negara t-1 berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas gula hablur negara. Ini juga menunjukkan bahwa peningkatan luas areal perkebunan besar negara dapat menjadi tolak ukur bagi peningkatan produktivitas gula hablur negara. Namun respon produktivitas gula hablur negara terhadap luas areal perkebunannya adalah inelastis. Peningkatan 1 persen luas areal perkebunan besar negara hanya akan meningkatkan 0.126 persen produktivitas gula hablur negara dalam jangka pendek. Lebih lanjut, rendemen tebu juga berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas gula hablur negara. Peningkatan rendemen tebu akan meningkatkan produksi sehingga meningkatkan produktivitas gula hablur negara. Respon produktivitas gula hablur pada perkebunan besar negara terhadap rendemen adalah elastis, artinya perubahan tingkat rendemen akan memberikan perubahan yang cukup besar bagi produktivitas gula hablur pada perkebunan besar negara sehingga akan meningkatkan produksi gula di Indonesia.
108
Upah riil pekerja perkebunan t-1 tidak berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan produktivitas gula hablur negara. Peningkatan upah pekerja perkebunan tidak menyebabkan turunnya produktivitas perkebunan gula hablur negara. Variabel tren waktu yang merepresentasikan perbaikan teknologi, infrastruktur dan manajemen berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas gula hablur negara. Berkembangnya teknologi budidaya tebu yang dilakukan oleh perkebunan besar negara ternyata memberikan manfaat ekonomi melalui peningkatan produktivitas gula hablur pada perkebunan besar negara. Hasil estimasi terhadap persamaan produktivitas gula hablur pada perkebunan besar swasta di Tabel 21 menunjukkan bahwa produktivitas gula hablur dipengaruhi oleh perubahan harga riil gula tingkat pedagang besar, rasio harga riil pupuk, luas areal perkebunan besar swasta t-1, curah hujan, rendemen tebu, upah riil pekerja perkebunan, dan produktivitas gula hablur swasta t-1. Dapat dijelaskan bahwa produktivitas gula hablur swasta hanya dipengaruhi secara nyata oleh luas areal perkebunan besar swasta t-1 dan rendemen tebu. Tabel 21. Hasil Estimasi Persamaan Produktivitas Gula Hablur Swasta (YGHS) Elastisitas Parameter Variabel Prob > |T| Variabel Label Estimate SR LR Intercept 1.3175 0.4100 Perubahan harga riil gula SHRGPB 0.0000 0.00010 0.0001 0.4608 tingkat pedagang besar RHPUK -1.8542 -0.314 -0.325 0.2687 Rasio harga riil pupuk Luas areal perkebunan LAPTS 0.000028 0.272 0.282 0.0233 besar swasta t-1 CHJ 0.0001 0.048 0.049 0.3487 Curah hujan REND 0.6392 0.789 0.818 0.0680 Rendemen tebu Upah riil pekerja URBUN -0.000020 -0.040 -0.041 0.3867 perkebunan Produktivitas gula hablur LYGHS 0.0356 0.4505 swasta t-1 2 Prob>|F| : 0.050 R : 0.46315 Dw : 2.101 Dh : -
Perubahan harga riil gula tingkat pedagang besar berpengaruh secara tidak nyata terhadap produktivitas gula hablur pada perkebunan besar swasta. Perkebunan besar swasta umumnya mempunyai tata cara budidaya tersendiri dalam upaya meningkatkan produktivitas gula hablur sehingga perubahan harga riil gula tingkat pedagang besar tidak mempengaruhi produktivitas gula hablur swasta. Rasio harga riil pupuk juga berpengaruh secara tidak nyata terhadap
109
produktivitas gula hablur swasta. Demikian juga dengan upah riil pekerja perkebunan yang juga berpengaruh secara tidak nyata terhadap produktivitas gula hablur swasta. Hal ini menunjukkan bahwa perkebunan besar swasta memiliki ketahanan modal yang kuat sehingga peningkatan harga pupuk dan upah riil pekerja perkebunan tidak membuat perkebunan besar swasta mengurangi kuantitas input tersebut sehingga tidak menurunkan produktivitas gula hablurnya. Pada perkebunan besar swasta curah hujan berpengaruh secara tidak nyata terhadap produktivitas gula hablur swasta. Curah hujan tidak menjadi penghalang dalam upaya peningkatan produktivitas gula hablur pada perkebunan besar swasta. Hal ini diduga karena perkebunan besar swasta telah memiliki sistem tata kelola air yang baik. Begitu pula dengan luas areal perkebunan besar swasta tahun t-1 yang berpengaruh secara tidak nyata terhadap produktivitas gula hablur swasta. Ini berarti peningkatan luas areal perkebunan besar swasta tidak menjadi tolok ukur bagi peningkatan produktivitas gula hablur swasta. Luas areal perkebunan besar swasta t-1 berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan produktivitas gula hablur swasta. Akan tetapi respon yang diberikan oleh luas areal perkebunan besar swasta t-1 terhadap produktivitas gula hablur swasta swasta adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Peningkatan luas areal perkebunan t-1 sebesar 1 persen maka akan meningkatkan produktivitas gula hablur swasta sebesar 0.272 persen dalam jangka pendek dan 0.282 persen dalam jangka panjang. Rendemen tebu berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas gula swasta. Rendemen tebu pada perkebunan besar swasta pada umumnya lebih tinggi karena mesin penggiling gula yang digunakan lebih modern sehingga lebih efisien dan mampu meningkatkan produktivitas gula hablur. Namun demikian, respon produktivitas terhadap rendemen tebu pada perkebunan besar swasta tidak lebih elastis daripada perkebunan besar negara. Peningkatan rendemen tebu sebesar 1 persen hanya akan meningkatkan produktivitas gula hablur sebesar 0.789 persen dalam jangka pendek dan 0.818 persen dalam jangka panjang. Produktivitas gula hablur swasta t-1 berpengaruh secara tidak nyata terhadap produktivitas gula hablur swasta. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada tenggang waktu yang dibutuhkan oleh
110
produktivitas gula hablur swasta untuk menyesuaikan diri kembali kepada tingkat keseimbangannya dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi. Produktivitas gula hablur rakyat dipengaruhi oleh rasio harga riil gula tingkat petani dengan harga riil pupuk, luas areal perkebunan rakyat t-1, upah riil pekerja perkebunan, dummy kredit ketahanan pangan dan energi, rendemen tebu, dan produktivitas gula hablur rakyat t-1. Berdasarkan hasil estimasi pada Tabel 22 dapat dijelaskan bahwa produktivitas gula hablur rakyat hanya dipengaruhi secara nyata oleh rendemen tebu dan produktivitas gula hablur rakyat t-1. Tabel 22. Hasil Estimasi Persamaan Produktivitas Gula Hablur Rakyat (YGHR) Elastisitas
Variabel
Parameter Estimate
Intercept
-0.9461
HGPUK
0.1448
0.086
0.269
0.2200
LAPTR
0.0000003
0.011
0.035
0.4786
URBUN
-0.000040
-0.086
-0.270
0.1937
DKKPE
0.6171
-
-
0.1747
REND
0.3278
0.437
1.369
0.0542
LYGHR
0.6807
Prob>|F| : 0.0009
SR
Prob > |T|
LR
Variabel Label
0.2681
0.0001 R2 : 0.63075
Rasio harga riil gula tingkat petani dengan harga riil pupuk Luas areal perkebunan rakyat t-1 Upah riil pekerja perkebunan Dummy Kredit Ketahanan Pangan dan Energi Rendemen tebu Produktivitas gula hablur rakyat t-1
Dw : 2.424
Dh : -1.853
Rasio harga riil gula tingkat petani dengan harga riil pupuk tidak berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas gula hablur rakyat. Hal tersebut menunjukkan bahwa rasio harga riil gula tingkat petani dengan harga riil pupuk tidak dapat menjadi tolak ukur peningkatan produktivitas gula hablur pada perkebunan rakyat. Demikian pula dengan luas areal perkebunan rakyat t-1 tidak berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas gula hablur. Peningkatan luas areal perkebunan rakyat juga tidak dapat menjadi tolak ukur bagi peningkatan produktivitas gula hablurnya. Upah riil pekerja perkebunan berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan produktivitas gula hablur rakyat. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan upah riil pekerja perkebunan membuat petani tebu mengurangi penggunaan input lainnya sehingga menurunkan produktivitas gula hablurnya.
111
Dummy Kredit Ketahanan Pangan dan Energi merupakan bantuan kredit untuk usaha budidaya tebu yang diberikan kepada petani perkebunan rakyat utamanya untuk program bongkar ratoon dan rawat ratoon dalam upaya peningkatan produktivitas. Namun, Dummy Kredit Ketahanan Pangan dan Energi ini berpengaruh secara tidak nyata terhadap peningkatan produktivitas gula hablur rakyat. Kredit Ketahanan Pangan dan Energi belum optimal dalam membantu petani perkebunan rakyat dalam meningkatkan produktivitasnya. Pada penyaluran kredit ketahanan pangan dan energi ini pemerintah perlu menyertainya dengan bimbingan dan pendampingan sehingga target kredit untuk peningkatan produktivitas gula hablur rakyat terealisasi sesuai dengan tujuannya. Sebagai upaya pemerintah untuk meningkatkan ketangguhan produksi tebu maka bantuan kredit tersebut dapat terus dilanjutkan dan menjangkau lebih banyak petani tebu lagi sehingga dapat menjadi kail bagi petani tebu untuk meningkatkan kesejahteraannya. Selanjutnya berdasarkan Tabel 22 dapat dijelaskan pula bahwa rendemen tebu berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas gula hablur. Respon produktivitas perkebunan rakyat terhadap rendemen tebu adalah inelastis dalam jangka pendek namun elastis pada jangka panjang. Peningkatan 1 persen rendemen tebu akan meningkatkan 0.437 persen gula hablur perkebunan rakyat pada jangka pendek dan 1.369 persen pada jangka panjang. Demikian pula dengan variabel produktivitas gula hablur rakyat tahun t-1 berpengaruh secara nyata terhadap produktivitas gula hablur rakyat. Hal ini mengindikasikan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat bagi produktivitas gula hablur rakyat untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.
6.2.3. Permintaan Gula Indonesia 6.2.3.1.Permintaan Gula Rumah Tangga Hasil estimasi permintaan gula Indonesia untuk konsumsi dapat dilihat pada Tabel 23. Permintaan gula rumah tangga dipengaruhi oleh harga riil gula eceran, rasio harga riil gula merah, harga riil kopi, pertumbuhan PDB riil Indonesia, populasi penduduk Indonesia dan permintaan gula rumah tangga t-1. Permintaan gula rumah tangga dipengaruhi secara nyata oleh harga riil gula
112
eceran, pertumbuhan PDB riil Indonesia, populasi penduduk Indonesia, dan permintaan gula rumah tangga t-1. Tabel 23. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Gula Rumah Tangga (DGRT) Parameter Elastisitas Variabel Prob>|T| Variabel Label Estimate SR LR 0.3776 Intercept 224 009.4 0.0287 Harga riil gula eceran HRGE -185.862 -0.464 -0.752 0.4498 Rasio harga riil gula merah RHRGM 37 639.88 0.018 0.029 0.2763 Harga riil kopi HRKO -2.49354 -0.037 -0.061 Pertumbuhan PDB riil 0.1283 LJPDBR 522 469.5 0.019 0.031 Indonesia 0.0235 Populasi penduduk Indonesia POPINA 0.010401 0.982 1.590 Permintaan gula rumah 0.0657 LDGRT 0.382462 tangga t-1 2 Prob>|F| : <.0001 R : 0.8334 Dw : 2.002 Dh : Harga eceran gula berpengaruh secara nyata terhadap permintaan gula rumah tangga. Konsumen gula rumah tangga akan cenderung mengurangi konsumsi gula ketika harga gula mengalami kenaikan. Namun, respon permintaan gula terhadap peningkatan harga riil gula eceran adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini dikarenakan gula merupakan salah sumber pemanis utama yang digunakan oleh mayoritas penduduk Indonesia. Kenaikan 1 persen harga riil gula eceran hanya akan mengurangi 0.464 persen dalam jangka pendek dan 0.752 persen dalam jangka panjang permintaan gula rumah tangga. Permintaan gula dipengaruhi secara tidak nyata oleh rasio harga riil gula merah. Kenaikan perubahan harga riil gula merah tidak akan membuat konsumen meningkatkan permintaan gula. Gula merah merupakan salah satu komoditas substitusi gula. Hal ini ditunjukkan oleh nilai elastisitas yang bernilai positif 0.018 dalam jangka pendek dan 0.029 dalam jangka panjang. Namun demikian, permintaan gula tidak responsif terhadap perubahan rasio harga gula merah. Sekalipun gula merah merupakan komoditas substitusi, namun gula merah tidak mempunyai ikatan yang erat dengan gula. Harga riil kopi memberikan pengaruh secara tidak nyata terhadap permintaan gula rumah rangga. Kenaikan harga riil kopi tidak akan membuat konsumen menurunkan permintaan gula. Kopi merupakan salah satu komoditas komplementer gula. Hal ini ditunjukkan oleh elastistias harga kopi yang bernilai
113
negatif yaitu 0.037 persen pada jangka pendek dan 0.061 dalam jangka panjang. Pertumbuhan GDP riil Indonesia berpengaruh secara nyata terhadap permintaan gula rumah tangga. Namun respon permintaan gula terhadap GDP riil Indonesia adalah inelastis. Kenaikan 1 persen pertumbuhan GDP riil Indonesia hanya akan meningkatkan 0.019 persen permintaan gula dalam jangka pendek dan 0.031 persen dalam jangka panjang. Populasi penduduk Indonesia berpengaruh secara nyata terhadap permintaan gula rumah rangga. Peningkatan jumlah penduduk akan meningkatkan permintaan akan gula rumah tangga. Respon yang ditunjukkan oleh permintaan gula rumah tangga terhadap perubahan jumlah penduduk adalah inelastis dalam jangka pendek namun elastis pada jangka panjang. Kenaikan 1 persen jumlah penduduk Indonesia akan meningkatkan 0.982 persen permintaan gula rumah tangga dalam jangka pendek dan 1.590 persen dalam jangka panjang. Permintaan gula rumah tangga tahun t-1 berpengaruh secara nyata terhadap permintaan gula rumah tangga tahun t. Hal ini mengindikasikan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat bagi permintaan gula Indonesia untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.
6.2.3.2.Permintaan Gula Industri Hasil estimasi permintaan gula industri dapat dilihat pada Tabel 24. Permintaan gula industri dipengaruhi oleh harga riil gula tingkat pedagang besar t-1, harga riil komposit produk makanan dan minuman, pertumbuhan industri makanan dan minuman, PDB riil sektor makanan dan minuman, dan permintaan gula Indonesia t-1. Permintaan gula industri hanya dipengaruhi secara nyata oleh harga riil komposit produk makanan dan minuman, PDB riil sektor makanan dan minuman, serta permintaan gula industri t-1. Harga riil gula tingkat pedagang besar t-1 berpengaruh secara secara tidak nyata terhadap permintaan gula industri. Hal ini dikarenakan gula menjadi bahan baku yang sangat esensial bagi industri makanan dan minuman maupun olahannya, sehingga peningkatan harga riil gula tingkat pedagang besar tidak akan langsung direspon dengan penurunan permintaan gula oleh industri makanan dan minuman. Sebagai produk industri makanan dan minuman yang paling banyak
114
diekspor confectionary sugar (permen gula) berpengaruh secara nyata terhadap permintaan gula industri. Kenaikan harga riil komposit produk makanan dan minuman ini akan membuat konsumen industri meningkatkan permintaan mereka terhadap gula. Tabel 24. Hasil Estimasi Persamaan Permintaan Gula Industri (DGIN) Elastisitas Parameter Variabel Prob > |T| Variabel Label Estimate SR LR Intercept
-396 625
LHRGPB
-12.4975
-0.067
-0.280
0.4332
HRKIN
34 560.46
0.266
1.109
0.0984
LJJIM
148 787.7
0.008
0.034
0.3365
L2PDBIN
1.292485
0.532
2.213
0.0351
LDGIN
0.759753
Prob>|F| : <.0001
0.2089
0.0002
R2 : 0.9003
Harga riil gula pedagang besar t-1 Harga riil komposit produk makanan dan minuman Pertumbuhan industri makanan dan minuman PDB riil sektor makanan dan minuman t-2 Permintaan gula industri t-1
Dw : 3.015
Dh : -
Pertumbuhan jumlah industri makanan dan minuman berpengaruh secara tidak nyata terhadap permintaan gula industri. Hal ini menunjukkan bahwa kenaikan permintaan gula industri tidak semata-mata disebabkan oleh peningkatan jumlah industri makanan dan minuman di Indonesia. Selain itu pula, diduga sejak beberapa dekade terakhir industri makanan dan minuman tidak hanya menggunakan gula sebagai perasa manis, adanya tambahan fruktosa sebagai penguat rasa manis mulai banyak digunakan pula oleh industri gula. PDB riil sektor makanan dan minuman tahun t-2 berpengaruh secara nyata terhadap permintaan gula. Bahkan respon permintaan gula terhadap PDB sektor makanan dan minuman tahun t-2 adalah inelastis pada jangka pendek namun sangat elastis pada jangka panjang. Peningkatan 1 persen PDB riil sektor makanan dan minuman tahun t-2 akan meningkatkan permintaan gula industri sebesar 0.532 persen dalam jangka pendek dan 2.213 persen dalam jangka panjang. Demikian pula dengan permintaan gula industri tahun t-1 yang berpengaruh secara nyata terhadap permintaan gula industri tahun t. Hal ini mengindikasikan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat bagi permintaan gula industri untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.
115
6.2.4. Harga Gula Indonesia 6.2.4.1.Harga Riil Gula Tingkat Petani (HRGP) Hasil estimasi harga riil gula tingkat petani yang ditunjukkan oleh Tabel 25 dapat dijelaskan bahwa harga riil gula tingkat petani dipengaruhi secara positif oleh harga riil gula tingkat pedagang besar, dummy kebijakan Harga Patokan Petani (HPP), tren waktu, dan harga riil gula tingkat petani tahun t-1. Adapun variabel rasio produksi gula tahun t dengan tahun t-1 berpengaruh secara negatif terhadap harga riil gula tingkat petani. Variabel yang berpengaruh secara nyata terhadap harga riil gula tingkat petani adalah harga riil gula tingkat pedagang besar, rasio produksi gula Indonesia tahun t terhadap tahun t-1, dan harga riil gula tingkat petani t-1. Tabel 25. Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Gula Tingkat Petani (HRGP) Variabel
Parameter Estimate
Elastisitas SR
Prob > |T|
LR
Intercept
-16.5646
HRGPB
0.881358
0.97174
1.1346
-557.12
-0.1304
-0.1522
105.1625
-
-
3.70296
0.01369
0.0160
RQGINA DHPP T LHRGP
0.4897
0.1435
Prob>|F| : <.0001
Variabel Label
Harga riil gula tingkat pedagang besar Rasio produksi gula Indonesia 0.0672 tahun t terhadap tahun t-1 0.2056 Dummy Kebijakan HPP
<.0001
0.2723 Tren waktu 0.0111 Harga riil gula tingkat petani t-1
2
R : 0.93707
Dw : 2.153
Dh : -0.426
Harga riil gula tingkat pedagang besar berpengaruh secara nyata terhadap harga riil gula tingkat petani. Peningkatan harga riil gula di tingkat pedagang besar akan meningkatkan harga riil gula di tingkat petani. Hal ini diduga karena adanya transmisi harga yang besar antara harga riil gula tingkat pedagang besar dengan harga riil gula tingkat petani. Respon harga riil gula tingkat petani terhadap harga riil gula tingkat pedagang besar adalah inelastis dalam jangka pendek namun elastis pada jangka panjang. Peningkatan harga riil gula tingkat pedagang besar sebesar 1 persen akan meningkatkan harga riil gula tingkat petani dalam jangka pendek sebesar 0.972 persen dan 1.135 persen dalam jangka panjang. Rasio produksi gula Indonesia tahun t dengan tahun sebelumnya berpengaruh secara nyata terhadap harga riil gula tingkat petani. Peningkatan
116
produksi gula Indonesia akan menurunkan harga gula tingkat petani. Oleh karena itu, target swasembada yang dicanangkan oleh pemerintah hendaknya diikuti dengan kebijakan penetapan harga yang sesuai bagi petani, sehingga kesejahteraan petani tidak mengalami penurunan. Dummy kebijakan HPP gula berpengaruh secara tidak nyata terhadap harga riil gula tingkat petani. Hal ini menunjukkan bahwa adanya kebijakan HPP tidak efektif dalam meningkatkan harga gula petani. Kebijakan HPP gula memang tidak dimaksudkan untuk meningkatkan harga gula, karena sistem penetapan harga gula tingkat petani dilakukan dengan sistem lelang yang menggunakan HPP sebagai referensi harga atau sebagai batas harga minimum. Harga riil gula kecenderungan waktu tidak menunjukkan adanya peningkatan harga gula tingkat petani. Dalam hal ini harga riil gula tingkat petani relatif tidak stabil, sedangkan harga riil gula tingkat petani t-1 berpengaruh secara nyata terhadap harga riil gula tingkat petani. Hal ini mengindikasikan bahwa terdapat tenggang waktu yang cukup bagi harga riil gula tingkat petani untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.
6.2.4.2.Harga Riil Gula Tingkat Pedagang Besar (HRGPB) Hasil estimasi persamaan harga riil gula tingkat pedagang besar disajikan pada Tabel 26. Harga riil gula tingkat pedagang besar dari model yang diestimasi ditentukan oleh variabel harga riil gula eceran, tren waktu, dan harga riil gula tingkat pedagang besar t-1. Berdasarkan kriteria statistik maka harga riil gula tingkat pedagang besar dipengaruhi secara nyata oleh harga riil gula eceran dan tren waktu. Tabel 26. Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Gula Tingkat Pedagang Besar (HRGPB) Variabel
Parameter Estimate
Elastisitas SR
LR
Intercept HRGE
-218.315 0.904098
0.985
1.015
T
8.933385
0.030
0.031
LHRGPB
0.029177
Prob>|F| : <.0001
Prob > |T|
Variabel Label
0.1919
R2 : 0.9752
<.0001 Harga riil gula eceran 0.0005 Tren waktu Harga riil gula tingkat 0.2029 pedagang besar t-1 Dw : 1.340
Dh : 1.776
117
Harga riil gula eceran berpengaruh secara nyata terhadap harga riil gula tingkat pedagang besar. Kenaikan harga riil gula eceran akan meningkatkan harga riil gula pedagang besar. Hal ini dikarenakan adanya transmisi harga yang besar antara harga riil gula eceran dengan harga riil gula tingkat pedagang besar. Respon harga riil gula tingkat pedagang besar terhadap harga riil gula eceran adalah inelastis dalam jangka pendek namun elastis dalam jangka panjang. Peningkatan harga gula eceran sebesar 1 persen akan meningkatkan harga riil gula tingkat pedagang besar sebesar 0.985 persen pada jangka pendek dan 1.015 pada jangka panjang. Selanjutnya harga riil gula tingkat pedagang besar berpengaruh secara nyata terhadap tren waktu. Hal ini menunjukkan bahwa adanya tenggang waktu yang relatif lambat bagi harga riil gula tingkat pedagang besar untuk kembali pada tingkat keseimbangannya, dalam hal ini harga riil gula tingkat pedagang besar relatif tidak stabil.
6.2.4.3.Harga Riil Gula Eceran Hasil estimasi terhadap persamaan harga riil gula eceran pada Tabel 27 menunjukkan bahwa harga riil gula eceran dipengaruhi secara positif oleh harga impor riil gula Indonesia, permintaan gula Indonesia dan secara negatif oleh penawaran gula t-1. Harga riil gula eceran dipengaruhi secara nyata oleh harga impor riil gula Indonesia dan permintaan gula Indonesia. Harga riil gula eceran tidak responsif terhadap perubahan harga impor riil gula Indonesia dengan nilai elastisitas 0.192 dalam jangka pendek. Artinya, apabila harga impor riil gula meningkat 1 persen maka hanya akan meningkatkan harga riil gula eceran sebesar 0.262 persen. Kebijakan impor yang bertujuan untuk memenuhi segmen pasar tertentu dan memenuhi kebutuhan domestik akan gula pada musim-musim tertentu dengan harga yang relatif murah dapat menekan kenaikan harga riil gula eceran, terlebih lagi banyaknya gula impor rafinasi yang seharusnya untuk pasar industri merembes ke pasar konsumsi dan akan mensubstitusi gula domestik begitu perbedaan harga keduanya menjadi tinggi. Meskipun hal ini dilarang, namun kenyataan dilapangan masih menunjukkan banyaknya jumlah gula impor (rafinasi) yang dipasarkan pada pasar konsumsi. Hal ini terjadi akibat harga impor gula kristal rafinasi lebih murah daripada harga gula domestik.
118
Tabel 27. Hasil Estimasi Persamaan Harga Riil Gula Eceran (HRGE) Variabel
Parameter Estimate
Elastisitas SR
Intercept
3 905.693
HRGINA
0.262341
0.192
DGINA SGINA
0.000249 -0.00008
0.142 -0.062
LR
Prob > |T| <.0001
R2 : 0.4379
Prob>|F| : 0.0028
Variabel Label
Harga impor riil gula Indonesia 0.1473 Permintaan gula Indonesia 0.3267 Penawaran gula Indonesia 0.0002
Dw : 1.906
Selanjutnya pada Tabel 27 juga menunjukkan bahwa permintaan gula berpengaruh secara nyata terhadap harga riil gula eceran. Peningkatan permintaan gula akan menyebabkan kenaikan harga riil gula eceran. Namun, respon harga riil gula eceran terhadap perubahan permintaan adalah inelastis. Artinya, kenaikan 1 persen permintaan gula Indonesia hanya akan meningkatkan harga riil gula eceran sebesar 0.142 persen. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa harga riil gula eceran kurang responsif terhadap permintaan gula Indonesiaedangkan penawaran gula Indonesia tidak berpengaruh secara nyata terhadap harga riil gula eceran. Perubahan pada penawaran gula Indonesia tidak dapat menjadi tolok ukur bagi perubahan harga riil gula eceran Indonesia.
6.2.4.4.Harga Impor Riil Gula Indonesia Hasil estimasi terhadap harga impor riil gula Indonesia yang disajikan pada Tabel 28 menunjukkan bahwa harga impor riil gula Indonesia dipengaruhi secara positif oleh harga riil gula dunia, tren waktu, dan harga impor riil gula Indonesia t-1. Berdasarkan kriteria statistik, dapat diketahui bahwa harga impor riil gula Indonesia dipengaruhi secara nyata oleh harga riil gula dunia dan tren waktu. Tabel 28. Hasil Estimasi Persamaan Harga Impor Riil Gula Indonesia (HRGINA)
Variabel
Parameter Estimate
Intercept HRGW T
156.1317 4.937577 51.66909
LHRGINA
0.202815
Prob>|F| :
0.1201
Elastisitas Prob > |T| Variabel Label SR LR 0.4683 0.540 0.678 0.0204 Harga riil gula dunia 0.1539 Tren waktu Harga impor riil gula 0.1441 Indonesia t-1 2 R : 0.2119 Dw : 1.932 Dh : 1.159
119
Salah satu konsekuensi dari perekonomian terbuka yaitu adanya integrasi harga antara harga di tingkat pasar dunia dengan harga pada negara yang bersangkutan. Apabila ditinjau dari koefisien parameternya harga riil gula dunia sangat berpengaruh terhadap harga impor riil gula Indonesia dengan koefisien parameter 4.937 yang menjelaskan bahwa dari setiap kenaikan harga riil gula dunia sebesar 1 US$ per ton, dengan asumsi ceteris paribus maka harga impor riil gula Indonesia akan meningkat sebesar Rp 4 937.00 per kilogram. Apabila ditinjau dari elastisitasnya, respon harga impor riil gula Indonesia terhadap perubahan harga riil gula dunia bersifat inelastis baik pada jangka pendek maupun jangka panjang. Peningkatan harga riil gula dunia sebesar 1 persen hanya akan menyebabkan peningkatan harga impor riil gula Indonesia 0.540 persen dalam jangka pendek dan 0.678 persen dalam jangka panjang. Selanjutnya, harga riil gula tingkat pedagang besar berpengaruh secara nyata terhadap tren waktu. Hal ini menunjukkan bahwa adanya tenggang waktu yang relatif lambat bagi harga impor riil gula untuk kembali pada tingkat keseimbangannya. Dalam hal ini harga impor riil gula relatif tidak stabil. Sedangkan harga impor riil gula Indonesia t-1 berpengaruh secara tidak nyata terhadap harga impor riil gula Indonesia. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada tenggang waktu yang cukup bagi harga impor riil gula Indonesia untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.
6.2.5. Impor Gula Indonesia Thailand merupakan eksportir gula terbesar bagi Indonesia, sedangkan bagi China yang merupakan negara produsen gula, Indonesia masih menjadi tujuan ekspor nomor satu bagi negara ini. Disamping Thailand dan China sebagai negara pengekspor gula bagi Indonesia ada beberapa negara lain yang juga mengekspor gulanya ke Indonesia. Namun dalam penelitian ini negara selain Thailand dan China dikelompokkan dalam rest of the word. Persamaan impor gula Indonesia merupakan penjumlahan impor gula Indonesia dari Thailand, China, dan negara lain (selain Thailand dan China).
120
6.2.5.1.Impor Gula Indonesia dari Thailand Hasil estimasi persamaan impor gula Indonesia dari Thailand pada Tabel 29 menunjukkan bahwa impor gula Indonesia dari Thailand dipengaruhi secara positif oleh tren waktu dan impor gula Indonesia dari Thailand t-1. Adapun variabel harga impor riil gula Indonesia, produksi gula Indonesia, nilai tukar Indonesia terhadap Thailand, stok gula Indonesia t-1, dan tarif impor gula Indonesia berpengaruh secara negatif terhadap impor gula Indonesia dari Thailand. Variabel yang berpengaruh secara nyata terhadap impor gula Indonesia dari Thailand adalah produksi gula Indonesia dan tren waktu. Tabel 29. Hasil Estimasi Persamaan Impor Gula Indonesia dari Thailand (MGITH) Elastisitas Parameter Variabel Prob > |T| Variabel Label Estimate SR LR Intercept 341 127.1 0.1543 Harga impor riil gula HRGINA -20.8237 -0.222 -0.239 0.2664 Indonesia QGINA -0.09003 -0.592 -0.637 0.1480 Produksi gula Indonesia t-1 Nilai tukar Indonesia ERITH -244.582 -0.233 -0.251 0.3465 terhadap Thailand LSTG -0.14987 -0.378 -0.406 0.2006 Stok gula Indonesia t-1 Tarif impor gula TIG -6 335.73 -0.200 -0.216 0.1767 Indonesia T 36 383.02 0.0145 Tren waktu Impor gula Indonesia dari LMGITH 0.070703 0.3848 Thailand t-1 2 Prob>|F| : 0.000 R : 0.71443 Dw : 2.0128 Dh : Harga impor riil gula Indonesia berpengaruh secara tidak nyata terhadap impor gula Indonesia dari Thailand. Indonesia mempunyai ketergantungan yang sangat tinggi terhadap ekspor gula dari Thailand, sehingga peningkatan harga impor riil gula Indonesia tidak menyebabkan penurunan impor gula Indonesia dari Thailand. Produksi gula Indonesia berpengaruh secara nyata terhadap impor gula Indonesia dari Thailand. Hal ini menunjukkan bahwa untuk mengurangi ketergantungan impor gula Indonesia dari Thailand maka pemerintah sebaiknya berupaya untuk meningkatkan produksi gula Indonesia dari produsen dalam negeri. Namun demikian respon perubahan impor gula Thailand terhadap perubahan produksi gula Indonesia adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Peningkatan produksi gula Indonesia t-1 sebesar 1 persen
121
akan menurunkan impor gula Indonesia dari Thailand sebesar 0.592 persen dalam jangka pendek dan 0.637 persen dalam jangka panjang. Hal ini dikarenakan impor gula dilakukan pemerintah untuk memenuhi kebutuhan gula pada daerah non produsen di Indonesia. Seperti misalnya, di Kalimantan Barat yang tidak memungkinkan untuk menunggu pasokan gula karena terkendala trasportasi yang tidak bisa mengirim dalam waktu yang cepat sehingga pemerintah memberikan izin untuk melakukan impor bagi daerah tersebut. Lebih lanjut, hal ini pula yang turut menyebabkan banyaknya impor gula ilegal yang memenuhi pasar konsumsi di Indonesia sebab lemahnya pengawasan dari pemerintah. Nilai tukar riil Indonesia mempengaruhi impor gula Indonesia dari Thailand secara tidak nyata. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada nilai tukar tersebut tidak dapat digunakan sebagai tolak ukur perubahan jumlah impor gula Indonesia dari Thailand. Pengaruh tarif impor gula Indonesia dari Thailand juga tidak nyata. Peningkatan tarif impor gula oleh pemerintah Indonesia tidak menyebabkan turunnya impor gula Indonesia dari Thailand. Hal ini diduga karena besaran tarif yang ditetapkan pemerintah Indonesia terhadap impor gula selama ini masih rendah. Selain faktor-faktor tersebut, tren waktu juga berpengaruh secara nyata terhadap impor gula Indonesia dari Thailand. Hal ini menunjukkan bahwa adanya tenggang waktu yang relatif lambat bagi impor gula Indonesia dari Thailand untuk kembali pada tingkat keseimbangannya. Impor gula Indonesia dari Thailand juga dipengaruhi secara tidak nyata oleh impor gula Indonesia dari Thailand t-1. Hal ini menunjukkan bahwa tidak terdapat tenggang waktu yang cukup bagi impor gula Indonesia dari Thailand untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.
6.2.5.2.Impor Gula Indonesia dari China China merupakan salah satu negara produsen gula terbesar di Dunia. Salah satu negara tujuan ekspor China adalah Indonesia. Hasil estimasi yang disajikan pada Tabel 30 menunjukkan bahwa impor gula Indonesia dari China dipengaruhi secara positif oleh tren waktu. Adapun perubahan harga impor riil gula Indonesia, produksi gula Indonesia, tarif impor gula Indonesia, perubahan nilai tukar Indonesia terhadap China dan perubahan stok gula Indonesia berpengaruh secara
122
negatif. Impor gula Indonesia dari China dipengaruhi secara nyata oleh produksi gula Indonesia, tarif impor gula Indonesia, dan tren waktu. Tabel 30. Hasil Estimasi Persamaan Impor Gula Indonesia dari China (MGICN) Elastisitas Parameter Variabel Prob > |T| Variabel Label Estimate SR LR Intercept 27 132.28 0.0319 Perubahan harga impor SHRGINA -1.83649 -0.0002 0.2977 riil gula Indonesia QGINA -0.02588 -2.7787 0.0002 Produksi gula Indonesia Tarif Impor Gula TIG -2 397.54 -1.2375 0.0006 Indonesia Perubahan nilai tukar SERICN -2.15749 -0.0005 0.4257 Indonesia terhadap China Perubahan stok gula SSTG -0.00045 0.0003 0.4896 Indonesia T 5 214.175 <.0001 Tren waktu 2 Prob>|F| : 0.0005 R : 0.6497 Dw : 2.360 Sama halnya dengan impor gula Indonesia dari Thailand, perubahan harga impor riil gula Indonesia juga berpengaruh secara tidak nyata terhadap impor gula Indonesia dari China. Peningkatan harga impor riil gula Indonesia tidak menyebabkan penurunan impor gula Indonesia dari China. Demikian juga dengan perubahan nilai tukar Indonesia terhadap China yang berpengaruh secara tidak nyata terhadap impor gula Indonesia dari China. Hal ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada nilai tukar tersebut tidak dapat digunakan sebagai tolak ukur perubahan jumlah impor gula Indonesia dari China. Demikian halnya dengan perubahan stok gula Indonesia yang berpengaruh secara tidak nyata terhadap impor gula Indonesia. Peningkatan stok gula Indonesia tidak menyebabkan impor gula Indonesia dari China berkurang. Pemerintah masih kurang cermat dalam melakukan perhitungan stok gula di Indonesia, sehingga sering kali impor gula masih dilakukan sekalipun sebenarnya stok gula masih mencukupi untuk memenuhi kebutuhan domestik. Produksi gula Indonesia berpengaruh secara nyata terhadap impor gula Indonesia dari China. Penurunan produksi gula Indonesia menyebabkan peningkatan impor gula Indonesia dari China. Hal ini diperkuat oleh respon impor gula China terhadap produksi gula indonesia yang sangat elastis.
123
Peningkatan 1 persen produksi gula Indonesia menyebabkan impor gula Indonesia dari China menurun 2.779 persen. Tarif impor gula juga berpengaruh secara nyata terhadap impor gula Indonesia dari China. Respon perubahan impor gula China terhadap perubahan tarif impor gula adalah elastis. Penurunan tarif impor gula sebesar 1 persen akan meningkatkan impor gula Indonesia dari China sebesar 1.237 persen. Impor gula Indonesia dari China juga dipengaruhi secara nyata oleh tremd waktu. Hal ini menunjukkan bahwa adanya tenggang waktu yang relatif lambat bagi harga impor riil gula Indonesia dari China untuk kembali pada tingkat keseimbangannya.
6.2.6. Ekspor Impor Gula Dunia Ekspor Gula 6.2.6.1.Ekspor Gula Brazil Brazil merupakan negara pengekspor gula terbesar di dunia saat ini. Hasil estimasi persamaan eskpor gula Brazil disajikan pada Tabel 31. Ekspor gula Brazil dapat ditentukan harga riil gula dunia, produksi gula Brazil, perubahan nilai tukar riil Brazil, dan ekspor gula Brazil t-1. Ekspor gula Brazil dipengaruhi secara nyata oleh harga riil gula dunia, produksi gula Brazil dan perubahan nilai tukar riil Brazil. Tabel 31. Hasil Estimasi Persamaan Ekspor Gula Brazil (XGBR) Elastisitas Parameter Variabel Prob > |T| Variabel Label Estimate SR LR Intercept -6 330 563 <.0001 HRGW 2 504.546 0.125 0.135 0.0604 Harga riil gula dunia QGBR 0.790311 1.544 1.667 <.0001 Produksi gula Brazil Perubahan nilai tukar riil SERBR 325 475.5 0.002 0.002 0.1353 Brazil LXGBR 0.073383 0.3085 Ekspor gula Brazil t-1 Prob>|F| : <.0001
R2 : 0.98382
Dw : 1.868
Dh : 0.539
Harga riil gula dunia berpengaruh secara nyata terhadap ekspor gula Brazil. Hal ini menunjukkan bahwa peningkatan harga riil gula dunia dapat menjadi stimulus bagi Brazil meningkatkan volume ekspor gulanya. Namun, respon ekspor gula Brazil terhadap harga riil gula dunia adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Peningkatan harga riil gula dunia
124
sebesar 1 persen akan meningkatkan ekspor gula Brazil sebesar 0.125 persen dalam jangka pendek dan 0.135 persen dalam jangka panjang. Produksi gula Brazil berpengaruh secara nyata terhadap ekspor gulanya. Semakin besar jumlah gula yang diproduksi oleh Brazil maka akan mendorong pengusaha gula Brazil untuk meningkatkan jumlah ekspor gula yang lebih banyak lagi. Hal ini diperkuat dengan respon ekspor gula Brazil terhadap produksi gulanya yang sangat elastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Kenaikan 1 persen produksi gula Brazil maka akan meningkatkan 1.544 persen ekspor gulanya dalam jangka pendek dan 1.667 persen dalam jangka panjang. Perubahan nilai tukar riil Brazil juga berpengaruh secara nyata terhadap ekspor gula Brazil. Namun respon ekspor gula Brazil terhadap perubahan nilai tukar riil Brazil bersifat inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini berarti bahwa perubahan yang terjadi pada nilai tukar riil Brazil menyebabkan terjadinya perubahan volume gula yang diekspor oleh eksportir gula Brazil, walaupun perubahannya kecil baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Sebaliknya, ekspor gula Brazil t-1 berpengaruh secara tidak nyata terhadap ekspor gula Brazil. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada tenggang waktu yang dibutuhkan oleh ekspor gula Brazil untuk menyesuaikan diri kembali kepada tingkat keseimbangannya dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.
6.2.6.2.Ekspor Gula Thailand Thailand merupakan eksportir gula terbesar kedua di dunia. Hasil estimasi persamaan ekspor gula Thailand disajikan pada Tabel 32. Ekspor gula Thailand dari model yang diestimasi ditentukan oleh harga riil gula dunia, produksi gula Thailand, perubahan nilai tukar riil Thailand, dan tren waktu. Ekspor gula Thailand dipengaruhi secara nyata oleh harga riil gula dunia, produksi gula Thailand, dan nilai tukar riil Thailand. Harga riil gula dunia yang berpengaruh secara nyata terhadap ekspor gula Thailand mengindikasikan bahwa peningkatan harga riil gula dunia menjadi stimulus bagi eksportir gula Thailand untuk meningkatkan ekspor gulanya. Respon ekspor gula Thailand terhadap harga riil gula dunia adalah inelastis. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan harga
125
gula dunia sebesar 1 persen akan meningkatkan ekspor gula Thailand sebesar 0.100 persen dalam jangka pendek. Tabel 32. Hasil Estimasi Persamaan Ekspor Gula Thailand (XGTH) Elastisitas Parameter Variabel Prob > |T| Variabel Label Estimate SR LR Intercept -179 072 0.2948 HRGW 716.1686 0.100 0.0501 Harga riil gula dunia QGTH 0.470358 0.687 <.0001 Produksi gula Thailand Perubahan nilai tukar riil SERTH 2 570.296 -0.001 0.4335 Thailand T 50 528.95 0.0009 Tren waktu Prob>|F| : <.0001
R2 : 0.95432
Dw : 1.440
Peningkatan produksi gula Thailand juga menjadi salah satu pendorong ekspor gula Thailand. Namun, respon ekspor gula Thailand terhadap produksi gula Thailand adalah inelastis. Apabila terjadi peningkatan produksi gula Thailand sebesar 1 persen maka akan meningkatkan ekspor gula Thailand sebesar 0.687 persen dalam jangka pendek. Selain faktor-faktor tersebut ekspor gula Thailand juga dipengaruhi secara tidak nyata oleh perubahan nilai tukar riilnya. Hal ini menujukkan bahwa perubahan yang terjadi pada nilai tukar tidak dapat digunakan sebagai tolak ukur perubahan jumlah ekspor gula Thailand, sedangkan variabel tren waktu berpengaruh secara nyata terhadap ekspor gula Thailand. Hal ini menunjukkan bahwa adanya tenggang waktu yang relatif lambat bagi harga ekspor gula Thailand untuk kembali pada tingkat keseimbangannya dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.
6.2.6.3. Total Ekspor Gula Dunia Persamaan ekspor gula dunia merupakan penjumlahan dari ekspor gula Brazil, Thailand, dan negara eksportir lainnya (selain Brazil dan Thailand). Hal tersebut dibangun berdasarkan analisis dalam kurun waktu 1981 sampai dengan 2010 yang diperoleh proporsi (share) ekspor rata-rata gula dunia adalah 57.11 persen oleh Brazil dan 10.37 persen oleh Thailand, sedangkan rata-rata ekspor dari negara lain sebesar 40.92 persen. Hal tersebut mengindikasikan bahwa meskipun Brazil dan Thailand merupakan negara terbesar dalam impor gula namun masih terdapat banyak negara-negara lain yang menjadi negara eksportir
126
gula di dunia, namun jumlah impornya relatif kecil. Sehingga ekspor gula dunia merupakan penjumlahan dari ekspor gula Brazil, Thailand, ditambah dengan ekspor gula sisa dunia.
Impor Gula Dunia 6.2.6.4. Impor Gula India India sebagai negara dengan jumlah penduduk terbesar kedua di dunia merupakan negara importir gula terbesar di dunia. Impor gula India dipengaruhi secara positif oleh pertumbuhan penduduk india t-1, perubahan nilai tukar India, sedangkan harga riil gula dunia dan GDP riil India berpengaruh secara negatif terhadap impor gula India. Adapun hasil estimasi persamaan impor gula India yang ditunjukkan oleh Tabel 33 menyatakan bahwa impor gula India dipengaruhi secara nyata oleh harga riil gula dunia, produksi gula India, pertumbuhan penduduk India, GDP riil India, dan tren waktu. Tabel 33. Hasil Estimasi Persamaan Impor Gula India (MGIN) Elastisitas Parameter Variabel Prob > |T| Variabel Label Estimate SR LR Intercept -23 560 000 0.0329 HRGW -2 465.20 -2.226 0.0080 Harga riil gula dunia QGIN -0.12 -3.572 0.0002 Produksi gula India Pertumbuhan penduduk LJPOPIN 1 064 500 000 41.378 0.0243 India Perubahan nilai tukar SERIN -43 429.60 0.067 0.0652 India terhadap Amerika IRIN 0.000003 2.517 0.0411 GDP riil India T 356 268.40 0.0350 Tren waktu 2 Prob>|F| : 0.0012 R : 0.6212 Dw : 2.058 Pengaruh harga riil gula dunia yang nyata terhadap impor gula India menunjukkan bahwa perubahan pada harga riil gula dunia mampu menyebabkan terjadinya perubahan impor gula India. Secara ekonomi, respon perubahan ekspor gula India terhadap harga riil gula dunia adalah elastis. Kenaikan 1 persen harga gula dunia akan meyebabkan impor gula India berkurang 1.814 persen. Produksi gula India berpengaruh secara nyata terhadap impor gula India. Penurunan impor gula dunia sangat responsif terhadap peningkatan produksi gula India. Peningkatan produksi gula India sebesar 1 persen akan menurunkan impor gula India sebesar 3.572 persen dalam jangka pendek. Pertumbuhan penduduk India
127
juga berpengaruh secara nyata terhadap impor gula India. Peningkatan penduduk India menjadi pendorong bagi India untuk meningkatkan volume impornya. Namun demikian impor gula India terhadap pertumbuhan penduduk India adalah sangat elastis. Peningkatan jumlah penduduk India sebesar 1 persen akan meningkatkan impor gula India sebesar 41.378 persen. GDP riil India berpengaruh secara nyata pula terhadap impor gula India. Hal ini menunjukkan bahwa perilaku impor gula India ditentukan oleh perubahan GDP riilnya dan memiliki respon yang sangat elastis dalam jangka pendek. Peningkatan GDP riil India sebesar 1 persen akan meningkatkan impor gula India sebesar 2.517 persen dalam jangka pendek. Selain itu, perubahan nilai tukar India juga berpengaruh secara nyata terhadap impor gula India. Ini menunjukkan bahwa perubahan yang terjadi pada nilai tukar riil India dapat dijadikan tolak ukur berubahnya volume impor gula India. Demikian juga dengan variabel tren waktu yang berpengaruh secara nyata terhadap impor gula India. Hal ini menunjukkan bahwa adanya tenggang waktu yang relatif lambat bagi harga impor gula India untuk kembali pada tingkat keseimbangannya dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.
6.2.6.5.Impor Gula Amerika Serikat Hasil estimasi persamaan impor gula Amerika Serikat ditunjukkan oleh Tabel 34. Impor gula Amerika Serikat dari model yang diestimasi ditentukan oleh perubahan harga riil gula dunia, produksi gula Amerika Serikat, konsumsi gula Amerika Serikat, stok gula Amerika Serikat, dan impor gula Amerika Serikat t-1. Dapat diketahui bahwa konsumsi gula Amerika Serikat dan impor gula Amerika Serikat t-1 berpengaruh positif terhadap impor gula Amerika Serikat. Adapun perubahan harga riil gula, produksi gula Amerika Serikat, dan stok gula Amerika Serikat mempengaruhi impor gula Amerika Serikat secara negatif. Berdasarkan kriteria statistik, impor gula Amerika Serikat dipengaruhi secara nyata oleh produksi gula Amerika Serikat, konsumsi gula Amerika Serikat, dan stok gula Amerika Serikat. Perubahan harga riil gula dunia berpengaruh secara tidak nyata terhadap impor gula Amerika Serikat. Ini menunjukkan bahwa kenaikan harga gula dunia tidak membuat pengusaha importir gula Amerika Serikat mengurangi impor gula.
128
Produksi gula Amerika Serikat berpengaruh secara nyata terhadap impor gula Amerika Serikat. Peningkatan produksi gula Amerika Serikat akan menurunkan impor gula Amerika Serikat. Hal ini diperkuat oleh respon impor gula Amerika Serikat terhadap produksi yang sangat elastis. Peningkatan 1 persen produksi gula Amerika Serikat akan menurunkan impor gula Amerika Serikat sebesar 3.223 persen dalam jangka pendek dan 3.248 persen dalam jangka panjang. Tabel 34. Hasil Estimasi Persamaan Impor Gula Amerika Serikat (MGUS) Elastisitas Parameter Variabel Prob > |T| Variabel Label Estimate SR LR Intercept 1 565 346 <.0001 Perubahan harga riil gula SHRGW -132.809 0.001 0.002 0.3099 dunia QGUS -0.93316 -3.113 -3.284 <.0001 Produksi gula USA CGUS 0.767013 3.225 3.401 <.0001 Konsumsi gula USA STUS -0.89732 0.008 0.008 <.0001 Stok gula USA LMGUS 0.051877 0.2103 Impor gula USA t-1 Prob>|F| : <.0001
R2 : 0.9548
Dw : 1.286
Dh : 2.004
Konsumsi gula Amerika Serikat berpengaruh secara nyata terhadap impor gulanya. Ini menunjukkan bahwa perilaku impor gula Amerika Serikat dapat ditentukan oleh perubahan konsumsi masyarakatnya. Adapun respon impor gula Amerika Serikat terhadap konsumsi gulanya adalah elastis. Peningkatan 1 persen konsumsi gula Amerika Serikat akan meningkatkan impor gula Amerika Serikat sebesar 3.225 persen pada jangka pendek dan 3.402 persen pada jangka panjang. Stok gula Amerika Serikat juga berpengaruh secara nyata terhadap impor gula Amerika Serikat. Peningkatan stok gula akan menurunkan impor gulanya meskipun kurang responsif. Peningkatan stok gula Amerika Serikat akan menurunkan impor gula Amerika Serikat sebesar 0.008 persen baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Lebih lanjut, impor gula Amerika Serikat t-1 juga berpengaruh secara tidak nyata terhadap impor gula Amerika Serikat. Hal ini mengindikasikan bahwa tidak ada tenggang waktu yang cukup bagi impor gula Amerika serikat untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.
129
6.2.6.6.Impor Gula China China merupakan negara produsen gula terbesar di dunia, namun China juga menjadi konsumen gula terbesar di dunia setelah Amerika Serikat dan India. Hal ini sesuai dengan tabulasi data historis selam kurun waktu 2007-2009 yang dapat dijelaskan bahwa rata-rata share impor gula China terhadap total impor dunia adalah 3.03 persen. Berdasarkan Tabel 35 dapat diketahui bahwa impor gula China ditentukan oleh harga gula dunia t-1, produksi gula China, konsumsi gula China, stok gula China, GDP riil China, pertumbuhan penduduk China, dan impor gula China t-1. Adapun secara statistik yang memberikan pengaruh secara nyata terhadap impor gula China antara lain harga riil gula dunia t-1, produksi gula China, stok gula China, GDP riil China, pertumbuhan penduduk China, dan impor gula China t-1. Tabel 35. Hasil Estimasi Persamaan Impor Gula China (MGCN) Elastisitas Parameter Variabel Prob > |T| Variabel Label Estimate SR LR Intercept 350 378.8 0.3886 LHRGW -1 131.57 -0.358 -0.498 0.1000 Harga riil gula dunia t-1 QGCN -0.16627 -0.941 -1.311 0.0615 Produksi gula China CGCN 0.061002 0.327 0.456 0.3280 Konsumsi gula China STCN -0.45192 0.033 0.047 0.0114 Stock gula China 0.0000007 IRCN 0.553 0.771 0.0214 GDP riil China Pertumbuhan penduduk LJPOPCN 120 150 000 0.859 1.197 0.0828 China LMGCN 0.2825 0.0777 Impor gula China t-1 Prob>|F| : 0.078 R2 : 0.395 Dw : 1.868 Dh : Harga riil gula dunia memberikan pengaruh nyata terhadap impor gula China. Hal ini mengindikasikan bahwa harga riil gula dunia mampu menyebabkan terjadinya perubahan volume impor gula China. Namun demikian, secara ekonomi respon impor gula China terhadap harga riil gula dunia t-1 adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Hal ini berarti perubahan harga gula dunia sebesar 1 persen akan menyebabkan perubahan impor gula China kurang dari 1 persen baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Produksi gula China juga berpengaruh secara nyata terhadap impor gula China. Peningkatan produksi gula China akan menurunkan impor gula China dengan respon yang cukup elastis dalam jangka panjang. Peningkatan 1 persen produksi
130
gula China akan menurunkan impor gula China sebesar 0.941 persen dalam jangka pendek dan 1.311 persen dalam jangka panjang. Sebaliknya, konsumsi gula China tidak berpengaruh secara nyata terhadap peningkatan impor gula China. Hal ini menunjukkan bahwa konsumsi gula China tidak dapat menjadi tolak ukur dalam peningkatan impor gula China. Adapun stok gula China berpengaruh secara nyata terhadap impor gula China. Peningkatan stok gula China akan menurunkan impor gula China sekalipun kurang responsif. Peningkatan stok gula China akan menurunkan impor gula China sebesar 0.033 persen dalam jangka pendek dan 0.047 persen dalam jangka panjang. Lebih lanjut, GDP riil China memberikan pengaruh yang nyata terhadap impor gula China. Peningkatan GDP riil China membuat importir gula di China meningkatkan jumlah impor gula. Namun respon peningkatan impor gula China terhadap GDP riil China adalah inelastis baik dalam jangka pendek maupun jangka panjang. Peningkatan GDP riil China sebesar 1 persen hanya akan meningkatkan impor gula China sebesar 0.553 persen dalam jangka pendek dan 0.771 persen dalam jangka panjang. Demikian halnya dengan pertumbuhan penduduk China yang juga berpengaruh secara nyata terhadap impor gula China. Namun respon impor gula China terhadap pertumbuhan penduduk China inelastis dalam jangka pendek dan elastis dalam jangka panjang. Hal ini mengindikasikan bahwa peningkatan penduduk China sebesar 1 persen akan meningkatkan impor China sebesar 0.895 dalam jangka pendek dan 1.197 dalam jangka panjang. Apabila dikaitkan dengan perjanjian perdagangan bebas ASEAN China Free Trade Area (ACFTA) jika pemerintah China tidak mampu membendung laju pertumbuhan penduduknya maka China yang selama ini dikenal sebagai negara penghasil gula terbesar ketiga dunia akan memborong gula dari pasar internasional dan mengurangi ekspornya ke Indonesia. Impor gula China juga dipengaruhi secara nyata oleh impor gula China t-1. Ini berarti bahwa ada tenggang waktu yang cukup bagi China untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.
131
6.2.6.7. Total Impor Gula Dunia Persamaan impor gula dunia merupakan penjumlahan impor gula India, Amerika Serikat, China, dan negara importir gula lainnya. Hal tersebut dibangun berdasarkan tabulasi data historis selama kurun waktu 2007-2009 dapat dijelaskan bahwa rata-rata share impor India, Amerika Serikat, China, dan Indonesia adalah 14.09 persen (India 2.10 persen, Amerika Serikat 5.03 persen, China 3.03 persen, dan Indonesia 3.93 persen), sedangkan rata-rata impor gula negara lain sebesar 85.91 persen. Hal ini mengindikasikan bahwa meskipun India, Amerika Serikat, China, dan Indonesia merupakan negara-negara terbesar dalam impor gula dunia, namun masih terdapat banyak negara-negara lain yang juga menjadi importir gula dunia. Hal ini sekaligus menunjukkan bahwa terdapat banyak negara importir gula di dunia, namun jumlah impornya relatif kecil.
6.2.7. Harga Riil Gula Dunia Hasil estimasi terhadap persamaan harga riil gula dunia disajikan pada Tabel 36. Harga riil gula dunia ditentukan oleh ekspor gula dunia, impor gula dunia, dan harga riil gula dunia t-1. Ekspor gula dunia berpengaruh secara negatif terhadap harga riil gula dunia, sedangkan impor gula dunia dan harga riil gula dunia t-1 berpengaruh secara positif terhadap harga riil gula dunia. Tabel 36. Hasil Estimasi Persamaan Harga Gula Dunia (HRGW) Elastisitas Parameter Variabel Prob > |T| Variabel Label Estimate SR LR Intercept 216.782 0.0709 XGW -0.00002 -1.652 -4.473 0.1583 Ekspor gula dunia MGW 0.00002 1.572 4.256 0.1857 Impor gula dunia LHRGW 0.630578 <.0001 Harga riil gula dunia t-1 Prob>|F| : <.0001
R2 : 0.7651
Dw : 1.180
Dh : 2.829
Harga riil gula dunia hanya dipengaruhi secara nyata oleh harga riil gula dunia t-1. Ekspor gula dunia berpengaruh secara tidak nyata terhadap harga riil gula dunia. Hal ini menunjukkan bahwa ekspor gula dunia tidak dapat menjadi tolak ukur peningkatan harga gula dunia. Peningkatan ekspor gula dunia memiliki kecenderungan untuk tidak menyebabkan penurunan harga riil gula dunia. Demikian pula dengan impor gula dunia yang juga berpengaruh secara tidak nyata
132
terhadap harga riil gula dunia, sehingga perubahan impor gula dunia juga tidak menyebabkan perubahan yang besar terhadap harga riil gula dunia, sedangkan harga riil gula dunia t-1 berpengaruh secara nyata terhadap harga riil gula dunia. Hal ini mengindikasikan bahwa ada tenggang waktu yang relatif lambat dari harga riil gula dunia untuk menyesuaikan diri dalam merespon perubahan ekonomi yang terjadi.