Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
INTEGRASI DAN INTERNALISASI ASWAJA AN NAHDLIYAH DALAM PENYEMPURNAAN POLA PIKIR KURIKULUM 2013 Eka Sugeng Ariadi MTs Negeri Pohjentrek Kabupaten Pasuruan Abstrak; Secara konseptual, Kurikulum 2013 telah dipersiapkan dengan pola pikir yang lebih baik daripada kurikulum sebelumnya. Meski di semester genap tahun ajaran 2014-2015 ini, Kurikulum 2013 belum diterapkan menyeluruh disebabkan kendala persiapan yang belum tuntas. Akan tetapi, kekurangan ini tidak merubah esensi dari perubahan penyempurnaan pola pikir 16 proses pembelajaran yang lebih baik. Dengan pergeseran mendasar pola pikir 16 proses pembelajaran, SDM bangsa ini diharapkan mampu menjawab tantangan internal dan eksternal pada masa mendatang. Memahami besarnya tantangan tersebut, penulis merasa sangat perlu adanya integralisasi dan internalisasi nilai Aswaja an Nahdliyah sebagai penguat penyempurnaan pola pikir 16 proses pembelajaran bagi madrasah khususnya dan sekolah pada umumnya. Karena prinsip dasar Aswaja an Nahdliyah telah terbukti menjadi ‘pondasi, tiang dan atap’ kokoh bangsa Indonesia. Penelitian ini menggunakan kajan kepustakaan atau library research dengan menggunakan beberapa dokumen-dokumen, buku, majalah dan sumber dari internet menjadi sumber kajian kemudian dianalisis sesuai dengan tema penelitian. Rumusan masalah penelitian ini adalah bagaimana integralisasi dan internalisasi nilai-nilai Aswaja An Nahdliyah dalam penyempurnaan pola pikir Kurikulum 2013. Tujuan penelitian ini adalah untuk mendeskripsikan integralisasi dan internalisasi nilai-nilai Aswaja An Nahdliyah dalam penyempurnaan pola pikir Kurikulum 2013. Hasil penelitian ini adalah nilai-nilai yang terkandung dalam Aswaja An Nahdliyah yaitu moderat, toleran, reformatif, dinamis dan metodologis yang menjadi lima prinsip dasar dalam bermasyarakat, bernegara dan berbangsa menjadi penyeimbang penyempurnaan pola pikir kurikulum 2013. Kata Kunci: Integralisasi, Internalisasi, Aswaja An Nahdliyah, Pola Pikir Kurikulum 2013
PENDAHULUAN Pada penggalan kalimat “Selamatkan Dunia Dengan ASWAJA!”, adalah salah satu judul di rubrik Majalah Nahdlatul Ulama AULA (Ishdar 02 Snh XXXVII Februari 2015. Hal. 14-15) menggugah pemikiran pembacanya. Afif,
Integrasi dan Internalisasi Aswaja an-Nahdliyah Dalam Kurikulum 13
penulis rubrik mengupas tuntas sejarah kaum muslimin sejak masa Sayyidina Ali bin Abi Thalib karramallahu wajhah hingga sekarang. Dalam konteks ke-Indonesia-an, Afif menceritakan kembali paparan Ketua Umum PBNU KH. Said Aqil Siroj bahwa “... kehadiran Hadratus Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ari adalah penyelamat bangsa ini sehingga terhindar dari konflik dan perang saudara. Jauh sebelum mendirikan NU, Mbah Hasyim sudah memiliki visi dan misi untuk membangun 3 ukhuwah. Yakni ukhuwah Islamiyah, ukhuwah Wathaniyah, dan ukhuwah Insaniyah. ...” Visi misi kehidupan yang diberikan oleh seorang ulama sekaligus pahlawan nasional sejak tahun 1964 ini selayaknya menjadi dasar formal konstitusional dalam penyelenggaraan roda pemerintahan di segala bidang kehidupan. Karena Hadratus Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ari termasuk salah satu founding fathers negara ini, memiliki andil sangat besar, turut berjuang dan kerja keras mendirikan serta meraih kemerdekaan dan mengisi pembangunan Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI). Beliau termasuk peletak pondasi religius yang kuat mengakar hingga sekarang. Berdirinya organisasi masyarakat bidang keagamaan terbesar di Indonesia bahkan di dunia, Nahdlatul Ulama (NU) menjadi salah satu bukti ide, gagasan, dan kerja keras beliau telah menjadi ‘pondasi, tiang dan atap’ yang kokoh penguat berdirinya negara ini. Akan tetapi, sayangnya hingga detik ini visi-misi beliau masih belum banyak mewarnai secara formal jalannya roda pemerintahan, salah satunya dalam bidang pendidikan. Tiga ukhuwah di atas sejatinya menjadi blue print visi misi yang sangat mendasar bagi negara ini, sebagai landasan hubungan manusia dengan Tuhannya, manusia dengan negaranya dan manusia dengan sesama manusia (termasuk dengan dirinya) tanpa memandang suku, agama dan ras (SARA). Ketiga ukhuwah inilah saling memperkuat satu sama lain dalam
23 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Eka Sugeng Ariadi
bingkai nilai-nilai/norma agama, norma sosial dan kemasyarakatan yang mengedepankan toleransi dalam hidup berbangsa dan bernegara. Sehingga dengan adanya visi-misi ini, rakyat Indonesia mempunyai semangat nasionalisme tinggi dan ikatan persaudaraan yang sangat kuat untuk mengusir penjajah selama 350 tahun lebih dan sekaligus mengisi kemerdekaan hingga sekarang. Ikatan itu adalah ikatan agama, ikatan nasionalisme dan ikatan persaudaraan. Maka tak heran, KH. Said Aqil Siroj berkata, “Aswaja telah terbukti mampu menciptakan kehidupan bangsa yang kondusif dan damai meskipun dihuni oleh masyarakat yang heterogen.” Bila ditelaah lebih jauh visi-misi pendiri NU ini, memiliki ruh yang sama dengan tujuan Pendidikan Nasional yang tertuang dalam UndangUndang No. 20 Tahun 2003 (sebagai jabaran dari UUD 1945) pasal 3 yang menyebutkan bahwa, “Pendidikan nasional berfungsi mengembangkan kemampuan dan membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa (berelasi dengan ukhuwah
Islamiyah),
berakhlak
mulia
(berelasi
dengan
ukhuwah
Wathaniyah), sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggung jawab (berelasi dengan ukhuwah Insaniyah).” M. Nuh, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) dalam naskah sambutannya pada Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, secara implisit menunjukkan adanya relasi yang kuat antara 3 ukhuwah di atas dengan landasan pemikiran pengembangan K-13. Beliau mengatakan bahwa: “... Modul Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya untuk merespon berbagai tantangan tantangan internal dan eksternal. Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah
24
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Integrasi dan Internalisasi Aswaja an-Nahdliyah Dalam Kurikulum 13
penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan internal dan eksternal yang di bidang pendidikan. Karena itu, implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan.” Demikian juga Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (BPSDM-PM) dalam Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, menjabarkan bahwa “Tantangan internalnya antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan... Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Terkait dengan tantangan internal pertama, berbagai kegiatan dilaksanakan untuk mengupayakan agar penyelenggaraan pendidikan dapat mencapai ke delapan standar yang telah ditetapkan. Perhatikan gambar di bawah ini. Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat, perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka.” Relasi antara tiga ukhuwah yang dikonsep oleh Hadratus Syaikh Muhammad Hasyim Asy’ari, dengan tujuan Pendidikan Nasional dan titik tekan Kurikulum 2013 menunjukkan irisan yang sangat besar. Penerapan
25 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Eka Sugeng Ariadi
ukhuwah Islamiyah, ukhuwah Wathaniyah, dan ukhuwah Insaniyah sungguh dibutuhkan dalam mewujudkan program-program pendidikan dan sekaligus untuk menjawab tantangan internal serta eksternal yang menjadi dasar pengembangan Kurikulum 2013 sekarang ini dan untuk menjawab tantangan masa depan. Sudah terbukti nilai-nilai Aswaja yang dikonsep oleh beliau telah mampu menciptakan kehidupan bangsa yang kondusif dan damai. Berdasarkan paparan di atas, penulis memandang penting untuk menformalisasikan nilai-nilai Aswaja an Nahdliyah menjadi landasan penyempurnaan pola pikir pengembangan K-13. Oleh karenanya, sangat perlu nilai-nilai Aswaja an Nahdliyah diintegrasikan dan diinternalisasikan ke dalam K-13 Dengan dasar pernyataan inilah, maka karya ilmiah ini akan fokus mengulas tentang bagaimana mengintegrasikan dan menginternalisasikan nilainilai Aswaja an Nahdliyah ke dalam dokumen penyempurnaan pengembangan pola pikir K-13 secara formal. KAJIAN PUSTAKA Teori Integrasi dan Internalisasi Integrasi berasal dari bahasa inggris ‘integration’ yang berarti kesempurnaan atau keseluruhan. Integrasi dimaknai sebagai proses penyesuaian di antara sistem-unsur yang saling berbeda dalam kehidupan masyarakat sehingga menghasilkan pola kehidupan masyarakat yang memiliki keserasian fungsi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), integrasi diartikan pembauran sesuatu yang tertentu hingga menjadi kesatuan yang utuh dan bulat. Integrasi sistem adalah proses penyesuaian sistem-unsur yang berbeda dalam masyarakat sehingga menjadi satu kesatuan. Unsur-unsur yang berbeda tersebut dapat meliputi ras, etnis, agama bahasa, kebiasaan, sistem nilai dan lain sebagainya (Ronikurosaky, 2014).
26
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Integrasi dan Internalisasi Aswaja an-Nahdliyah Dalam Kurikulum 13
Sedangkan internalisasi menurut Berger & Luckmann adalah lebih merupakan penyerapan kembali dunia objektif ke dalam kesadaran sedemikian rupa sehingga subjektif individu dipengaruhi oleh struktur dunia sosial. Berbagai macam unsur dari dunia yang telah terobjektifikasi tersebut akan ditangkap sebagai gejala realitas diluar kesadarannya, sekaligus sebagai gejala internal bagi kesadaran. Melalui internalisasi manusia menjadi hasil dari masyarakat atau Man is a social product (Ataghaitsa, 2015). Pola Pikir Kurikulum 2013 M. Nuh, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan (Mendikbud) dalam naskah sambutannya pada Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, menjelaskan tentang pola pikir yang menjadi landasan pengembangan K-13 sebagai berikut: “... Modul Kurikulum 2013 merupakan pengembangan dari kurikulum sebelumnya untuk merespon berbagai tantangan internal dan eksternal. Titik tekan pengembangan Kurikulum 2013 adalah penyempurnaan pola pikir, penguatan tata kelola kurikulum, pendalaman dan perluasan materi, penguatan proses pembelajaran, dan penyesuaian beban belajar agar dapat menjamin kesesuaian antara apa yang diinginkan dengan apa yang dihasilkan. Pengembangan kurikulum menjadi amat penting sejalan dengan kontinuitas kemajuan ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni budaya serta perubahan masyarakat pada tataran lokal, nasional, regional, dan global di masa depan. Aneka kemajuan dan perubahan itu melahirkan tantangan internal dan eksternal yang di bidang pendidikan pendidikan. Karena itu, implementasi Kurikulum 2013 merupakan langkah strategis dalam menghadapi globalisasi dan tuntutan masyarakat Indonesia masa depan.” Kesimpulan pertama dari isi sambutan di atas adalah salah satu titik tekan pengembangan K-13 yaitu penyempurnaan pola pikir. Konsep penyempurnaan pola pikir ini tentunya berawal dari konsep perubahan pola pikir atau dalam
27 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Eka Sugeng Ariadi
modul pelatihan ini, disebut dengan Perubahan Mindset. Begitu pentingnya materi perubahan Mindset, maka dijadikanlah materi ini sebagai materi pelatihan
yang
pertama
dan
utama
bagi
para
fasilitator
dalam
mengawali/membuka pelatihan K-13 kepada para guru sebagai agent of change dan semua stake holder pendidikan. Tujuannya agar semua insan pendidik memiliki perubahan pola pikir yang baik dan benar dalam menerima perubahan dari Kurikulum 2006 (KTSP) ke K-13 dan mampu menerapkannya sesuai teori yang ada. Kedua, para pendidik di seluruh NKRI diingatkan adanya tantangan internal dan eksternal yang semakin besar dan berat yang harus dihadapi oleh generasi muda (peserta didik) negeri ini, mulai dari tingkat sekolah dasar hingga perguruan tinggi. Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia dan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan (BPSDM-PM) dalam Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013, menjabarkan bahwa “Tantangan internalnya antara lain terkait dengan kondisi pendidikan dikaitkan dengan tuntutan pendidikan yang mengacu kepada 8 (delapan) Standar Nasional Pendidikan... Tantangan internal lainnya terkait dengan faktor perkembangan penduduk Indonesia dilihat dari pertumbuhan penduduk usia produktif. Terkait dengan tantangan internal pertama, berbagai kegiatan dilaksanakan untuk mengupayakan agar penyelenggaraan pendidikan dapat mencapai ke delapan standar yang telah ditetapkan. Perhatikan gambar di bawah ini.”
28
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Integrasi dan Internalisasi Aswaja an-Nahdliyah Dalam Kurikulum 13
Gambar. Tantangan internal pertama
Gambar. Tantangan internal kedua Sedangkan gambaran tantangan eksternalnya, sebagaimana dijelaskan oleh BPSDM-PM, adalah sebagai berikut: “Tantangan eksternal yang dihadapi dunia pendidikan antara lain berkaitan dengan tantangan masa depan, kompetensi yang diperlukan di masa depan, persepsi masyarakat,
29 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Eka Sugeng Ariadi
perkembangan pengetahuan dan pedagogi, serta berbagai fenomena negatif yang mengemuka.”
Tantangan Masa Depan
-
-
-
-
-
-
-
-
-
Globalisasi: WTO, ASEAN Community, APEC, CAFTA Masalah lingkungan hidup. Kemajuan teknologi informasi. Konvergensi ilmu dan teknologi. Ekonomi berbasis pengetahuan. Kebangkitan industri kreatif dan budaya. Pergeseran kekuatan ekonomi dunia. Pengaruh dan imbas teknosains. Mutu, investasi dan transformasi pada sektor
30
Kompetensi Masa Depan
-
-
-
-
-
-
-
Persepsi Masyarakat
Kemampuan berkomunikasi . Kemampuan berpikir jernih dan kritis. Kemampuan mempertimba ngkan segi moral suatu permasalahan. Kemampuan menjadi warga negara yang bertanggungja wab. Kemampuan mencoba untuk mengerti dan toleran terhadap pandangan yang berbeda. Kemampuan hidup dalam masyarakat yang mengglobal. Memiliki minat luas dalam
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Terlalu menitikb eratkan pada aspek kognitif Beban siswa terlalu berat Kurang bermuat an karakter
Perkembangan Pengetahuan dan Pedagogi -
Neurologi Psikologi Observation based [discovery] learning dan Collaborativ e Learning
Fenomena Negatif yang Mengemu ka -
-
-
Perkel ahian pelajar Narko ba Korup si Plagiar isme Kecura ngan dalam Ujian (Nyont ek) Gejola k masya rakat (social unrest )
Integrasi dan Internalisasi Aswaja an-Nahdliyah Dalam Kurikulum 13
-
pendidikan. Materi TIMSS dan PISA.
-
-
-
kehidupan. Memiliki kesiapan untuk bekerja. Memiliki kecerdasan sesuai dengan bakat/minatny a. Memiliki rasa tanggungjawa b terhadap lingkungan
Oleh karena perubahan pendidikan yang sesuai dengan kebutuhan masa depan hanya akan dapat terwujud apabila terjadi pula pergeseran atau perubahan atau penyempurnaan pola pikir pada sumber daya manusianya (SDM), maka disusun 16 proses pembelajaran sebagai penyempurnaan pola pikir yang ada di dalam K-13, yang meliputi: 1) Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa. 2) Dari satu arah menuju interaktif. 3) Dari isolasi menuju lingkungan jejaring. 4) Dari pasif menuju aktif-menyelidiki. 5) Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata. 6) Dari pembelajaran pribadi menuju pembelajaran berbasis tim. 7) Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah keterikatan. 8) Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala penjuru. 9) Dari alat tunggal menuju alat multimedia. 10)Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif. 11)Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan. 12)Dari usaha sadar tunggal menuju jamak.
31 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Eka Sugeng Ariadi
13)Dari satu ilmu pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak. 14)Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan. 15)Dari pemikiran faktual menuju kritis. 16)Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan. Pada ke-16 proses pembelajaran inilah penulis bermaksud fokus mengintegrasikan sekaligus menginternalisasikan nilai-nilai Aswaja an Nahdliyah ke dalamnya. Nilai Ahlus Sunnah wal Jama’ah (Aswaja) an Nahdliyah Al-Qathani & Abdul Kadir (2003: 13) menyatakan bahwa Aswaja adalah orang-orang yang meniti jalan yang ditempuh oleh Nabi Muhammad Saw dan para shahabatnya. Yaitu mereka yang selalu berpegang teguh kepada sunnah Nabi Muhammad Saw. Mereka itu adalah para sahabat, tabi’in, dan para pelopor kebenaran yang mengikuti jalannya. Dan mereka itulah yang selalu istiqomah dan ber-ittiba’ (mengikuti dengan mengetahui dalil) serta menjauhi dari hal-hal bid’ah, dimana pun dan kapan pun. Mereka itulah (golongan) yang tetap mendapat pertolongan Allah sampai hari kiamat. Hasan (1986:9) dalam bukunya Prospek Islam dalam Menghadapi Tantangan Zaman, memberikan pedoman bahwa dalam suatu sistem sosiokultural, terdapat empat komponen yang terpadu, salah satunya adalah sistem
ideologi
(ideo-sistem),
yang
merupakan
pandangan
hidup
masyarakat, baik terhadap lingkungan dirinya sendiri. Oleh karenanya, Musthofa (2014) juga memberikan penjelasan tentang ideologi nilai-nilai Aswaja an Nahdliyah yang menjadi identitas dan karakteristik NU. Dalam artikel yang dimuat M.Ed’s Bulletin (September 2014), beliau menyatakan bahwa:
32
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Integrasi dan Internalisasi Aswaja an-Nahdliyah Dalam Kurikulum 13
“The term an Nahdliyah here refers to the ideology of Nahdlatul Ulama (NU). There are at least five fikrah (mindsets) of UNISMA, which distinguish from other thoughts. The first is fikrah tawassuttiyah (moderate mindset). It means to be balanced in addressing the issue in any context and situation. Second is the fikrah tasammuhiyah (tolerant mindset). Meaning that the Master of English Language Teaching Program UNISMA can coexist with other community residents and even different religious beliefs. Third is fikrah islahiyyah (reformative mindset). It means working toward a better direction. The fourth is fikrah tatawwuriyah (dynamic mindset) which means that the Master of English Language Teaching Program of UNISMA always does contextualization in response to a variety of problems. The last one is fikrah manhajiyyah (methodological mindset). This mindset urges people to have a strong methodology and concept in their thinking.” Dari penjelasan tersebut, penulis menterjemahkan secara bebas bahwa ideologi yang dibawa oleh NU sebagai salah satu golongan Aswaja an Nahdliyah memiliki ada 5 prinsip pola pikir yang menjadi pedoman dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara. Pertama, pola pikir moderat, yang bermakna sikap seimbang (berimbang) seseorang dalam menghadapi segala sesuatu dan kondisi. Kedua, pola pikir toleran, yang berarti bahwa seseorang harus bisa berkerjasama dan berkomunikasi dengan baik antar sesamanya maupun yang berbeda SARA. Ketiga, berpola pikir reformatif, maksudnya seseorang diharapkan bisa berkarya dan bekerja lebih baik, lebih inovatif, dan kreatif. Keempat, pola pikir dinamis, artinya seseorang yang mampu menjawab dengan tepat segala permasalahan yang ada. Kelima, adalah pola pikir metodologis, yakni memiliki cara berpikir dan metodologi yang kuat dalam menyampaikan ide/gagasan. Lima prinsip pola pikir ini merupakan pola pikir yang lengkap dan menyeluruh yang telah mampu menjaga eksistensi NU dan pengikutnya sebagai bagian dari warga negara NKRI yang berkontribusi positif dalam segala bidang kehidupan.
33 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Eka Sugeng Ariadi
PEMBAHASAN Penulis melihat bahwa pada saat-saat inilah penguatan penyempurnaan pola pikir K-13 harus dilakukan. Integralisasi dan internalisasi nilai-nilai Aswaja an Nahdliyah pun bisa segera diaplikasikan ke dalam 16 proses pembelajaran sebagai pola pikir penyempurna pengembangan K-13. Hal ini tentu dikarenakan Mendikbud Kabinet Kerja, Anies Baswedan, baru saja membuat gebrakan baru dengan menghentikan pelaksanaan Kurikulum 2013 (K-13) bagi sekolah/madrasah yang baru satu semester menjalankannya dan mempersilahkan sekolah/madrasah melanjutkan pelaksanaan K-13 bagi yang telah 3 semester (Kemendikbud , 2015). Artinya kesempatan untuk mengintegralisasikan dan menginternalisasikan nilai-nilai Aswaja an Nahdliyah ke dalam dokumen resmi pola pikir pengembangan K-13 sangat terbuka lebar bisa dicantumkan sebagaimana tertuang dalam tabel di bawah ini.
No
16 Proses
Nilai
Pembelajaran K-13
Aswaja
Integralisasi & Internalisasi Dari berpusat pada guru menuju berpusat pada siswa
Dari berpusat pada guru 1
menuju berpusat pada
Reformatif
siswa.
yang reformatif artinya siswa dapat semakin leluasa berkarya, berkreasi dan berinovasi lebih baik lagi. Dari satu arah menuju
Dari satu arah menuju
2
interaktif.
interaktif yang dinamis, artinya Dinamis
siswa mendapat kesempatan lebih luas menyampaikan dan menyelesaikan segala
34
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Integrasi dan Internalisasi Aswaja an-Nahdliyah Dalam Kurikulum 13
permasalahan yang dihadapi. Dari isolasi menuju lingkungan jejaring yang toleran, artinya 3
Dari isolasi menuju lingkungan jejaring.
siswa saling membuka diri Toleran
terhadap sesama teman untuk bekerjasama dan berkomunikasi dengan sesama tanpa ada diskriminasi. Dari pasif menuju aktifmenyelidiki yang metodologis, artinya siswa memiliki cara
4
Dari pasif menuju aktifmenyelidiki.
Metodologis
berfikir yang ilmiah dan tersistem dalam memecahkan permasalahan atau dalam menyampaikan ide/gagasannya. Dari maya/abstrak menuju konteks dunia nyata yang moderat, artinya siswa
Dari maya/abstrak 5
menuju konteks dunia
memiliki prinsip yang Moderat
nyata.
seimbang antara realitas (fakta di lapangan) dengan ide/gagasan abstrak yang ada di sekitarnya.
Dari pembelajaran 6
pribadi menuju pembelajaran berbasis
Dari pembelajaran pribadi Dinamis
menuju pembelajaran berbasis tim yang dinamis, artinya siswa
35 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Eka Sugeng Ariadi
tim.
mendapat kesempatan lebih luas dalam proses pembelajaran melalui teamwork yang bagus dengan temannya. Dari luas menuju perilaku khas memberdayakan kaidah
Dari luas menuju perilaku khas
7
memberdayakan kaidah
keterikatan yang reformatif, Reformatif
keterikatan.
artinya siswa dapat semakin leluasa berkarya, berkreasi dan berinovasi lebih baik lagi sesuai dengan karakter khasnya masing-masing. Dari stimulasi rasa tunggal menuju stimulasi ke segala
Dari stimulasi rasa tunggal menuju
8
stimulasi ke segala
penjuru yang dinamis, artinya Dinamis
penjuru.
siswa mendapat kesempatan lebih luas dalam memperoleh stimulus yang lebih variatif dan dari berbagai sumber belajar. Dari alat tunggal menuju alat multimedia yang dinamis,
Dari alat tunggal
9
menuju alat multimedia.
artinya siswa mendapat Dinamis
kesempatan lebih luas dalam mendapatkan alat pelajaran yang lebih menarik dan interaktif.
36
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Integrasi dan Internalisasi Aswaja an-Nahdliyah Dalam Kurikulum 13
Dari hubungan satu arah bergeser menuju kooperatif yang toleran, artinya siswa
Dari hubungan satu 10
arah bergeser menuju
Toleran
kooperatif.
saling membuka diri terhadap sesama teman untuk bekerjasama dan berkomunikasi dengan sesama tanpa ada diskriminasi. Dari produksi massa menuju kebutuhan pelanggan yang
Dari produksi massa 11
menuju kebutuhan
reformatif, artinya siswa dapat Reformatif
pelanggan.
semakin leluasa berkarya, berkreasi dan berinovasi lebih baik lagi sesuai dengan kebutuhan pelanggan. Dari usaha sadar tunggal menuju jamak yang toleran,
12
Dari usaha sadar tunggal menuju jamak.
artinya siswa saling membuka Toleran
diri terhadap sesama teman untuk bekerjasama dan berkomunikasi dengan sesama tanpa ada diskriminasi. Dari satu ilmu pengetahuan
Dari satu ilmu 13
pengetahuan bergeser menuju pengetahuan disiplin jamak.
bergeser menuju pengetahuan Reformatif
disiplin jamak yang reformatif, artinya siswa dapat semakin leluasa berkarya, berkreasi dan berinovasi lebih baik lagi
37 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Eka Sugeng Ariadi
melalui berbagai disiplin ilmu yang terintegrasi. Dari kontrol terpusat menuju otonomi dan kepercayaan yang dinamis, artinya siswa
Dari kontrol terpusat 14
menuju otonomi dan
Dinamis
kepercayaan.
mendapat kesempatan lebih luas dalam pembelajaran sesuai dengan otonomi dan kepercayaan yang diberikan oleh pendidiknya. Dari pemikiran faktual menuju kritis yang reformatif, yang artinya siswa dapat semakin
15
Dari pemikiran faktual menuju kritis.
Reformatif
leluasa berkarya, berkreasi dan berinovasi lebih baik lagi melalui pengolahan pemikiran yang lebih kritis berdasarkan fakta-fakta yang ada. Dari penyampaian pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan yang
Dari penyampaian 16
pengetahuan menuju pertukaran pengetahuan.
toleran, artinya siswa saling Toleran
membuka diri terhadap sesama teman dan guru untuk bekerjasama dan berkomunikasi saling tukar menukar informasi dan pengetahuan.
38
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Integrasi dan Internalisasi Aswaja an-Nahdliyah Dalam Kurikulum 13
Dari tabel di atas, bisa disimpulkan bahwa integralisasi dan internalisasi nilai-nilai Aswaja an Nahdliyah sangat tepat bila dijadikan penyempurna dokumen formal pola pikir pengembangan K-13 yang telah ada dan tentu saja bisa diaplikasikan untuk lembaga pendidikan di lingkungan madrasah maupun sekolah. Sinergi antara nilai Aswaja an Nahdliyah dengan pola pikir pengembangan K-13 akan menghasilkan manfaat yang luar biasa. Sebagaimana Poerwati & Amri (2013) menuliskan beberapa manfaat yang terdapat dalam K-13 bagi pihak sekolah, guru dan siswa, antara lain: 1. Mendorong terwujudnya otonomi sekolah dalam penyelenggaraan pendidikan 2. K-13 memberi peluang yang lebih luas kepada sekolah-sekolah plus mengembangkan kurikulum yang sesuai dengan kebutuhan 3. Mendorong para guru, kepala sekolah untuk semakin meningkatkan kreativitasnya dalam penyelenggaraan program-program pendidikan 4. Guru sebagai fasilitator dalam membantu peserta didik membangun pengetahuan 5. Adanya perubahan paradigma belajar 6. K-13
sangat
memungkinkan
bagi
setiap
sekolah
untuk
menitikberatkan dan mengembangkan mata pelajaran tertentu yang akseptable (dapat diterima) bagi kebutuhan siswa. Dan lain-lain.
PENUTUP Kesimpulan Berdasarkan pembahasan di atas, penulis menyimpulkan bahwa integrasi dan internalisasi nilai-nilai Aswaja an Nahdliyah ke dalam dokumen pemerintah tentang pola pikir pengembangan K-13 sebagai landasan pola
39 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Eka Sugeng Ariadi
pikir pengembangan penerapan kurikulum baru sangat memungkinkan untuk dilakukan. Saran Menformalisasikan konsep antara 16 pola pikir pengembangan K-13 dengan lima nilai-nilai Aswaja an Nadliyah dalam dokumen kurikulum adalah tepat sekali untuk menyempurnakan konsep pengembangan K-13 sebelum ke depan akan digunakan kembali secara menyeluruh di seluruh Nusantara, baik di lingkup Kementerian Agama maupun Kementerian Pendidikan Nasional. Integrasi dan internaliasasi ini akan menjawab secara baik dan benar adanya tantangan internal dan eksternal yang dihadapi bangsa Indonesia di masa mendatang.
DAFTAR PUSTAKA Al-Qathani, Dr. Said. & Al-Aql, Dr. Nashir bin Abdul Kadir. 2003. Aqidah Ahlus Sunnah wal Jamaah dan Kewajiban Mengikutinya. Surabaya: Pustaka As-Sunnah. Hasan, Muhammad Tholchah. 1986. Prospek Islam dalam Menghadapi Tantangan Zaman. Jakarta: Bangun Prakarya. Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. 2013. Modul Pelatihan Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta. Badan Pengembangan Sumberdaya Manusia Pendidikan dan Kebudayaandan Penjaminan Mutu Pendidikan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan. Majalah Nahdlatul Ulama AULA, ishdar 02 Snh XXXVII Februari 2015. Muchsin, M.Si. Prof. Dr. M. Bashori. 2014. Taubatnya Manusia Monologis? Diunduh dari http://www.malang-post.com/serba-serbi/redakturtamu/96748-taubatnya-manusia-monologis pada 09 Pebruari 2015
40
Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015
Integrasi dan Internalisasi Aswaja an-Nahdliyah Dalam Kurikulum 13
Musthofa, DR. Hj. Muthmainnah, M.Pd. 2014. Aswaja Values: The Contextualization of Islamic Educational Approach in Response to AFTA 2015. Artikel diambil dari M.Ed’s Bulletin, September 2014. Malang: Islamic University of Malang Poerwati M.Pd, Dra. Loeloek Endah & Amri, S.Pd, Sofan. 2013. Panduan Kurikulum 2013. Jakarta: PT. Prestasi Pustakaraya. Undang-undang Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional http://www.kemdiknas.go.id/kemdikbud/siaranpers/3630 diakses 8 Pebruari 2015 http://aina-tunk.blogspot.com/2012/07/teori-pendekatan-deduktifdan.html#sthash.sTLCukDr.dpuf diakses 8 Pebruari 2015 http://ronikurosaky.blogspot.com/2014/05/teori-integritas-sosialmenurut-emile.html diakses 6 Pebruari 2015 https://ataghaitsa.wordpress.com/tag/internalisasi/ diakses 6 Pebruari 2015
41 Jurnal Review Pendidikan Islam Volume 02, Nomor 01, Juni 2015