102
BAB 4 METODE PENELITIAN 4.1
Rancangan Penelitian Penelitian ini dirancang dalam bentuk penelitian survey, karena melalui
instrumen kuesioner berupa pernyataan-pernyataan untuk direspon sebagai hasil pengumpulan data primer. Selain itu dilihat jenis penelitiannya termasuk penelitian kausal yang menunjukkan adanya hubungan sebab-akibat dan pendekatannya berupa penelitian kuantitatif. Maksud penelitian survey adalah berupaya untuk melakukan eksploratif, deskriptif, explanatory atau confirmatory, evaluasi, prediksi terhadap kejadian-kejadian di masa yang akan datang, penelitian operasional, dan melakukan pengembangan indikator-indikator sosial. Sebagaimana maksud dari penelitian explanatory atau confirmatory bahwa penelitian ini bertujuan untuk menjelaskan hubungan kausal dan melakukan pengujian hipotesis. Adapun maksud dan tujuan untuk menjelaskan hubungan kausal serta melakukan pengujian hipotesis yang menurut Malhorta (2004) adalah: 1. Terlebih dahulu memahami variabel-variabel mana saja yang termasuk variabel penyebab atau independen (seperti: kepemimpinan transformasional dan komitmen organisasional) dan variabel intervening yakni orentasi kewirausahaan serta variabel akibat
atau dependen (seperti kinerja
organisasional) dari fenomena yang diamati dalam penelitian yakni badan usaha koperasi di kota Surabaya. 2. Untuk menentukan sifat dari hubungan antara variabel-variabel penyebab atau independen
(seperti:
kepemimpinan
transformasional
dan
komitmen
organisasional) dan variabel intervening yakni orientasi kewirausahaan serta
102
103
variabel akibat atau dependen (seperti kinerja organisasional) untuk diprediksi dalam penelitian badan usaha koperasi di kota Surabaya.
4.2
Variabel Dan Definisi Operasional Variabel
4.2.1
Variabel Penelitian Variabel dalam penelitian dapat diklasifikasikan yang terdiri dari: variabel
eksogen meliputi kepemimpinan transformasional (transformational leaderships) atau ( X1 ) dan komitmen organisasional (organizational commitment) atau ( X2), variabel intervening atau mediator yakni orientasi kewirausahaan (entrepreneurial oriented) atau ( Y ) dan variabel endogen yaitu kinerja badan usaha koperasi atau ( Z ).
4.2.2 Definisi Operasional Variabel 1.
Kepemimpinan
transformasional
(transformational
leaderships)
adalah
kemampuan seorang pemimpin badan usaha koperasi (pengurus) yang turut terlibat dalam melakukan perubahan nilai, keyakinan-keyakinan dan kebutuhankebutuhan para anggotanya untuk diarahkan kepada
kesejahteraan anggota
melalui pencapaian kinerja badan usaha koperasi sesuai dengan tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan. Sedangkan definisi operasionalnya adalah persepsi yang dirasakan oleh anggota koperasi tentang kemampuan pengurus dalam memimpin koperasi untuk melakukan perubahan nilai, meyakini kebutuhan anggota yang diarahkan pada kesejahteraan melalui pencapaian kinerja badan usaha koperasi sesuai dengan tujuan dan sasaran yang sudah dtetapkan. Indikator yang digunakan didasarkan pada suatu
hasil peneltian tentang
kepemimpinan oleh Kasali (2010) dan Suryana (2003) yang menyatakan sifat-
104
sifat tentang kepemimpinan kewirausahaan, secara rinci indikator yang dimaksud adalah : a. Dorongan atau motivasi yakni : persepsi yang dirasakan anggota tentang upaya-upaya pengurus badan usaha koperasi yang memiliki tingkat usaha yang tinggi, serta memiliki niat yang kuat untuk pencapaian prestasi, memiliki ambisi positif, energy yang melimpah, tak kenal lelah dalam kegiatan, dan menunjukkan inisiatif dalam banyak hal terhadap kehidupan badan usaha koperasi. b. Kehendak atau purpose yakni : persepsi yang dirasakan anggota bekenaan dengan aktivitas pengurus badan usaha koperasi yang berkarakter kuat untuk mempengaruhi dan memimpin anggota koperasi dengan menunjukkan kemauan dalam mengemban tanggung jawab, meskipun pekerjaan atau tugas yang diembannya berbahaya atau berisiko. c. Kejujuran yakni : persepsi yang dirasakan anggota berkenaan dengan aktivitas pengurus badan usaha koperasi yang memiliki sikap, nilai dan perilaku yang mencerminkan keterbukaan terhadap pengalaman barunya, selalu mencermati perubahan sosial anggotanya, realistis terhadap kenyataan yang dihadapi , dan berorientasi pada masa kini serta masa mendatang terhadap kehidupan badan usaha koperasi. d. Integritas yakni : persepsi yang dirasakan anggota berkenaan dengan aktivitas pengurus badan usaha koperasi yang memiliki ketulusan hati, kesabaran dan keutuhan jiwa dalam menghadapi tantangan dan hambatan badan usaha koperasi.
105
e. Kepercayaan diri yakni : persepsi yang dirasakan anggota berkenaan dengan aktivitas pengurus bada usaha koperasi yang memiliki prinsip, disiplin dan optimisme memajukan badan usaha koperasi untuk tumbuh dan berkembang. f. Kecerdasan yakni : persepsi yang dirasakan anggota berkenaan dengan aktivitas pengurus badan usaha koperasi yang memiliki kepandaian dan kearifan (wisdom) dengan kemampuan intelektual dan keterampilan yang melekat pada dirinya dalam mengelola badan usaha koperasi. g. Kepeloporan yakni : persepsi yang dirasakan anggota berkenaan dengan aktivitas pengurus badan usaha koperasi yang pertama kali memiliki kesanggupan dan keberanian mencetuskan gagasan-gagasan kreatif dan diujicobakan dalam bentuk tindakan yang inovatif untuk kepentingan badan usaha koperasi. h. Keteladanan yakni : persepsi yang dirasakan anggota berkenaan dengan aktivitas pengurus badan usaha koperasi yang memiliki peran berkarakter dapat ditiru atau menjadi role model bagi anggota-anggotanya. i.
Berani tampil beda yakni : persepsi yang dirasakan anggota berkenaan dengan aktivitas pengurus badan usaha koperasi yang berani membuat terobosan dalam membuat keputusan untuk kemajuan badan usaha koperasi
j.
Berpikir fleksibel yakni : persepsi yang dirasakan anggota berkenaan dengan aktivitas pengurus badan usaha koperasi yang memiliki keuletan dalam bersikap dan berperilaku tegas ketika badan usaha koperasi mengalami kemunduran atau kemajuan.
2. Komitmen organisasional (organizational commitment) adalah sikap pengurus yang teridentifikasi dengan tujuan, perasaan keterlibatan dalam tugas dan pekerjaan, serta loyal terhadap keberadaan badan usaha koperasi. Sedangkan definisi
106
operasionalnya adalah persepsi yang dirasakan anggota tentang sikap pengurus yang teridentifikasikan terhadap tujuan, perasaan keterlibatan dalam tugas dan pekerjaan serta loyal terhadap koperasi. Indikator yang digunakan dengan menggunakan pendekatan dari pendapat yang dikemukakan oleh Kanter dan pendapat Etzioni dalam Robert & Hunt (1991) serta pendapat Umiker dalam Herscovitch dan Meyer (2002) terkait dengan komitmen organisasional adalah : a. Keterlibatan kontinyuitas yakni : persepsi yang dirasakan anggota berkenaan dengan aktivitas pengurus yang memiliki sikap pengabdian dalam tugas dan pekerjaan secara terus menerus untuk kelangsungan hidup badan usaha koperasi. b. Keterlibatan kohesivitas yakni : persepsi yang dirasakan anggota berkenaan dengan aktivitas pengurus badan usaha koperasi yang senantiasa menjalin hubungan sosial untuk lebih dekat dengan para anggota guna kelangungan hidup badan usaha koperasi
dengan memegang teguh konsistensi dan
konsekuensi dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya. c. Keterlibatan kontrol atau pengendalian
yakni : persepsi yang dirasakan
anggota berkenaan dengan aktivitas pengurus badan usaha koperasi yang senantiasa melakukan pegendalian dalam menjalankan tugas dan pekerjaan untuk kelangsungan hidup badan usaha koperasi. d. Bersikap positif yakni : persepsi yang dirasakan anggota berkenaan dengan aktivitas pengurus badan usaha koperasi yang selalu bersikap posirif terhadap para anggotanya dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya. e. Berperilaku yakni : persepsi yang dirasakan anggota berkenaan dengan aktivitas pengurus badan usaha koperasi yang perilakunya mencerminkan tata
107
nilai dan norma positif terhadap para anggotanya dalam melakukan tugas dan pekerjaannya. f. Akuntabilitas yakni : persepsi yang dirasakan anggota berkenaan dengan aktivitas pengurus badan usaha koperasi yang selalu bertanggung jawab secara profesional dalam menjalankan tugas dan pekerjaannya. g. Konsisten yakni : persepsi yang dirasakan anggota berkenaan dengan aktivitas pengurus badan usaha koperasi yang sepenuhnya bertanggung jawab atas segala pengambilan keputusan yang dijalankan terhadap tugas dan pekerjaannya. h. Proaktif yakni : persepsi yang dirasakan anggota berkenaan dengan aktivitas pengurus badan usaha koperasi yang memiliki kemampuan dan kemauan untuk melakukan adopsi dan adaptasi terhadap segala perubahan yang terjadi untuk kemajuan badan usaha koperasi. 3. Orientasi kewirausahaan (entrepreneurial oriented) badan usaha : dalam orientasi kewirausahaan badan usaha adalah suatu iklim atau budaya organisasional yang diciptakan oleh pengurus sebagai
intrapreneuship melalui metode untuk
menstimulasi tugas dan pekerjaan yang kemudian dilakukan kapitalisasi atau menggunakan
kesempatan untuk berpikir sesuatu yang kreatif yang dapat
dikerjakan secara baik dan berbeda dalam badan usaha koperasi. Sedangkan definisi operasionalnya adalah persepsi yang dirasakan anggota tentang iklim dan budaya organisasional yang diciptakan oleh pengurus sebagai intapreneurship terhadap tugas dan pekerjaan yang dilakukan untuk keperluan koperasi. Indikator yang digunakan melalui pendekatan yang dikemukakan Suryana (2003) berkenaan dengan ciri kewirausahaan dan nilai-nilai hakiki yang penting sekali yakni :
108
a. Percaya diri dalam profesi yakni : persepsi yang dirasakan anggota berkenaan dengan aktivitas pengurus badan usaha koperasi yang memiliki kepercayaan diri atas profesi untuk dijalankan dalam mengelola badan usaha koperasi. b. Berorientasi pada tugas dan hasil yakni : persepsi yang dirasakan anggota berkenaan dengan aktivitas pengurus badan usaha koperasi yang dapat menciptakan suasana yang berorientasi pada tugas dan hasil dalam mengelola badan usaha koperasi. c. Keberanian mengambil risiko yakni : persepsi yang dirasakan anggota berkenaan dengan aktivitas pengurus badan usha koperasi yang memiliki keberanian untuk menghadapi tantangan dan hambatan yang dialami badan usaha koperasi dengan penuh perhitungan secara cermat. d. Berorientasi ke masa depan atau visioner yakni: persepsi yang dirasakan anggota berkenaan dengan aktivitas pengurus badan usaha koperasi yang dapat menciptakan suasana yang berorientasi ke masa depan dengan penuh optimisme untuk kemajuan badan usaha koperasi. e. Orisinalitas dalam kreativitas dan inovasi yakni : persepsi yang dirasakan anggota berkenaan dengan aktivitas pengurus badan usaha koperasi yang dapat menciptakan gagasan-gagasan orisinalitas secara kreatif dan inovatif untuk dijalankan dalam badan usaha koperasi. 4. Kinerja badan usaha koperasi adalah hasil pekerjaan atau aktivitas
yang
mempunyai hubungan kuat dengan tujuan strategis dalam badan usaha koperasi, kepuasan anggota dan memberikan kontribusi kepada perekonomian daerah, termasuk masyarakat sekitarnya. Sedangkan definisi operasionalnya adalah persepsi yang dirasakan oleh pengurus badan usaha koperasi, sehingga dapat
109
memberikan nilai (value) dari hasil kinerjanya serta dapat memberikan kontribusi dalam pembangunan daerah, termasuk masyarakat sekitarnya. Indikator yang digunakan untuk mengukur nilai (value) didasarkan pada Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 22/PER/M.KUMK/IV/2007 yang diubah / disempurnakan oleh Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Nomor: 06/Per/M.KUKM/III/2008 Tentang Pedoman Pemeringkatan Koperasi dengan indikator penilaian terhadap 6 (enam) aspek koperasi berkualitas yang terdiri dari : a. Badan Usaha Aktif yakni : persepsi yang dirasakan oleh pengurus berkenaan dengan nilai (value)
aktivitas yang ditunjukkan dengan berjalannya
mekanisme manajemen koperasi, seperti: rapat anggota tahunan (RAT), audit, proses perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan dan pengawasan, aktivitas bisnis berjalan, dan ketaatan terhadap peraturan perundangan yang berlaku. b.
Kinerja Usaha Yang Semakin Sehat yakni: persepsi yang dirasakan oleh pengurus berkenaan dengan nilai (value) aktivitas yang ditunjukkan dengan membaiknya struktur permodalan, kondisi kemampuan penyediaan dana, penambahan aset, peningkatan volume usaha, peningkatan kapasitas produksi, dan peningkatan keuntungan.
c. Kohesivitas Dan Partisipasi Anggota yakni : persepsi yang dirasakan oleh pengurus berkenaan nilai (value) dengan aktivitas yang ditunjukkan dengan keterikatan antara satu anggota dengan anggota lain ataupun dengan organisasi, dalam hal rasa tanggung renteng atau kemauan untuk berbagi resiko (risk sharing), tingkat pemanfaatan pelayanan koperasi, rasio peningkatan jumlah anggota, persentase kehadiran dalam rapat anggota,
110
persentase pelunasan simpanan wajib, dan persentase besaran simpanan sukarela. d. Orientasi Kepada Pelayanan Anggota yakni : persepsi yang dirasakan oleh pengurus berkenaan nilai (value) dengan aktivitas yang ditunjukkan seperti: keterkaitan antara usaha koperasi dengan usaha anggota, kegiatan penerangan dan penyuluhan terkait dengan usaha anggota, kegiatan pendidikan dan pelatihan bagi anggota dan besaran transasksi usaha yang dilakukan antara koperasi dengan usaha anggotanya. e. Pelayanan Kepada Masyarakat yakni : persepsi yang dirasakan oleh pengurus berkenaan nilai (value) dengan aktivitas yang ditunjukkan dengan seberapa jauh usaha koperasi dapat menyerap tenaga kerja setempat, banyaknya jumlah layanan koperasi yang dapat dinikmati oleh masyarakat umum termasuk peranan koperasi ikut mereduksi kemiskinan masyarakat setempat. f. Kontribusi Terhadap Pembangunan Daerah yakni : persepsi yang dirasakan oleh pengurus berkenaan nilai (value) dengan aktivitas yang ditunjukkan dengan ketaatan koperasi sebagai wajib pajak dalam membayar pajak serta berbagai bentuk dukungan sumberdaya terhadap kegiatan pembangunan daerah. 4.3
Hubungan Antar Variabel dan Indikator Variabel Variabel kepemimpinan transformasional dan komitmen organisasional disebut
variabel eksogen, karena mempengaruhi orientasi kewirausahaan dan kinerja badan usaha. Variabel orientasi kewirausahaan disebut variabel intervening , karena selain dipengaruhi kepemimpinan transformasional
dan komitmen organisasional, juga
mempengaruhi kinerja badan usaha. Sedangkan variabel kinerja badan usaha dinamakan variabel endogen, karena dipengaruhi oleh variabel kepemimpinan
111
transformasional, Berdasarkan
komitmen
sifat
dalam
organisasional penelitian
ini
dan
orientasi
kewirausahaan.
bahwa
variabel
kepemimpinan
transformasional, komitmen organisasional, orientasi kewirausahaan dan kinerja badan usaha merupakan 4 variabel latent. Variabel manifest terdiri dari 29 variabel menjadi indikator untuk semua variabel latent dengan rincian: 10 variabel menjadi ukuran dan mencerminkan kepemimpinan transformasional, 8 variabel menjadi ukuran dan mencerminkan komitmen organisasional, 5 variabel menjadi ukuran dan mencerminkan orientasi kewirausahaan, serta 6 variabel menjadi ukuran dan mencerminkan kinerja badan usaha koperasi. Model hubungan antar variabel dalam penelitian ini adalah hubungan kausal yang ditunjukkan sebagai berikut : e1
e2
e3
e4
e5
e6
e7
e8
e9
e10
X11
X12
X13
X14
X15
X16
X1
X1
X19
X110
Y1
X1
e19
e24
e25
e26
Z1
Z2
Z3
e27
e28
e29
Z4
Z5
Z6
Y2
e20 e21
Y3
e22
Y4
e23
Y
Y5
1
X2
X21
e11
X22
X23
e12
e13
Z
X24
e14
X2
e15
X26
e16
2
X27
e17
X28
e18
Gambar: 4.1 Model Hubungan Antar Variabel Dan Indikator Variabel
112
Keterangan Gambar : 4.1 Hubungan Antar Variabel dan Indikator Variabel : variabel latent yang terdiri dari X1 (kepemimpinan transformasional), X2 (komitmen organisasional), Y (orientasi kewirausahaan) dan Z ( kinerja organisasional). : variabel manifest yang mencerminkan indikator setiap variabel latent. : anak panah yang menghubungkan antara variabel eksogen dan endogen yang menunjukkan pengaruh : anak panah yang mencerminkan setiap variabel eksogen dan variabel endogen yang menunjukkan indikator.
X1
: kepemimpinan transformasional sebagai variabel eksogen dengan indikator :
X1.1 : dorongan atau motivasi pengurus badan usaha koperasi. X1.2
: kehendak atau maksud (purpose) pengurus badan usaha koperasi.
X1.3
: kejujuran pengurus badan usaha koperasi.
X1.4 : integritas pengurus badan usaha koperasi. X1.5
: kepercayaan diri pengurus badan usaha koperasi.
X1.6
: tingkat kecerdasan pengurus badan usaha koperasi.
X1.7
: tingkat kepeloporan pengurus badan usaha koperasi.
X1.8
: tingkat keteladanan pengurus dalam mengelola badan usaha koperasi.
X1.9 : tingkat keberanian pengurus badan usaha koperasi untuk tampil beda. X1.10 : tingkat berpikir fleksibel pengurus badan usaha koperasi. X2
: komitmen organisasional sebagai variabel eksogen dengan indikator :
X2.1 : tingkat keterlibatan kontinyuitas pengurus badan usaha koperasi. X2.2 : tingkat keterlibatan kohesivitas pengurus badan usaha koperasi. X2.3 : tingkat keterlibatan kontrol atau pengendalian pengurus badan usaha koperasi.
113
X2.4 : sikap positif yang diperankan pengurus badan usaha koperasi. X2.5 : perilaku yang diperankan pengurus badan usaha koperasi. X2.6 : tingkat akuntabilitas pengurus badan usaha koperasi. X2.7 : tingkat konsistensi pengurus badan usaha koperasi. X2.8 : tingkat proaktif pengurus badan usaha koperasi. Y
: orientasi kewirausahaan sebagai variabel intervening dengan indikator :
Y1 : tingkat percaya diri pengurus dalam mengelola badan usaha koperasi. Y2 : suasana yang berorientasi pada tugas dan hasil oleh pengurus badan usaha koperasi. Y3 : tingkat keberanian mengambil risiko oleh pengurus dalam mengelola badan usaha koperasi. Y4 : suasana yang berorientasi ke masa depan atau visioner oleh pengurus badan usaha koperasi. Y5 : tingkat orisinalitas kreativitas dan inovasi pengurus dalam mengelola badan usaha koperasi. Z
: kinerja badan usaha koperasi sbagai variabel endogen dengan indikator :
Z1 : keaktifan badan usaha koperasi. Z2 : kinerja usaha yang semakin sehat badan usaha koperasi. Z3 : kohesivitas dan partisipasi anggota badan usaha koperasi. Z4 : orientasi kepada pelayanan anggota badan usaha koperasi. Z5 : pelayanan kepada masyarakat oleh badan usaha koperasi. Z6 : kontribusi terhadap pembangunan daerah oleh badan usaha koperasi. e1 s/d e29 : error atau galat untuk pengukuran indikator. 1 dan 2 : error atau galat gangguan untuk masing-masing persamaan.
114
4.4
Populasi, Sampel DanTeknik Pengambilan Sampel Populasi dalam penelitian ini adalah semua badan usaha koperasi di kota
Surabaya yang terdaftar dan aktif di bawah pembinaan Kantor Dinas Koperasi dan Usaha Mikro, Kecil dan Menengah di Pemerintah Kota Surabaya sampai dengan akhir tahun 2011 sebanyak 1.183 Koperasi. Sedangkan karakteristik populasi dalam penelitian adalah semua badan usaha koperasi primer yang terdiri dari: 1. Memiliki aset paling sedikit Rp 1 milyar dan mempunyai dua atau lebih unit usaha yang masih aktif beroperasi. 2. Selama tiga tahun berturut-turut telah membuat dan melaksanakan Rencana Kerja (RK) / Rencana Anggaran dan Pendapatan Belanja (RAPB) serta Rapat Anggota Tahunan (RAT). 3. Banyaknya anggota populasi yang memenuhi point 1 dan 2 pada akhir tahun 2011 adalah sebanyak 188 Badan Usaha Koperasi di Kota Surabaya. Besarnya sampel penelitian menurut Roscoe dalam Sugiyono (2011) bahwa jumlah sampel minimum adalah 10 kali banyaknya variabel bebas, untuk penelitian ini sebanyak 10 dikalikan 3 yakni minimum 30 sampel penelitian. Namun, dalam penelitian ini diambil sebanyak 94 badan usaha koperasi dari koperasi yang memenuhi criteria yang telah ditetapkan. Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan simple random sampling. Sedangkan responden yang mencerminkan sampel penelitian adalah anggota aktif yang sekurang-kurangnya selama sepuluh tahun menjadi anggota tanpa putus, dan pengurus yang masih aktif mengelola badan usaha koperasi. Responden anggota aktif ini digunakan untuk merespon butir-butir pernyataan
dalam
kuesioner
yang
terkait
dengan
variabel
kepemimpinan
transformasional, komitmen organisasional dan orientasi kewirausahaan. Adapun responden yang diminta untuk merespon butir-butir pernyataan kuesioner yang terkait
115
dengan kinerja badan usaha koperasi adalah pengurus yang masih aktif mengelola badan usaha koperasi. Banyaknya responden untuk setiap badan usaha koperasi yang menjadi sampel penelitian adalah 5 orang anggota aktif dan 3 orang pengurus yang masih aktif mengelola badan usaha koperasi. Kelima orang anggota aktif diminta merespon kepemimpinan
transformasional,
komitmen
organisasional,
dan
orientasi
kewirausahaan yang dimain perankan oleh pengurus dalam melakukan pengelolaan badan usaha koperasi. Sedangkan ketiga pengurus yang masih aktif mengelola badan usaha koperasi diminta merespon variabel kinerja organisasional badan usaha koperasi berdasarkan value yang tertuang pada Peraturan Menteri Negara Koperasi Dan Usaha Kecil Dan Menengah Republik Indonesia Tentang Pedoman Pemeringkatan Koperasi dengan indikator penilaian 6 (enam) aspek koperasi berkualitas. Dari 5 orang anggota aktif dan 3 orang pengurus aktif mengelola badan koperasi itu akan dihitung nilai rata-rata hasil responnya untuk setiap butir-butir pernyataan dalam kuesioner dan dipergunakan untuk dianalisis pada sebanyak 94 badan usaha koperasi sebagai sampel penelitian.
4.5
Prosedur Pengumpulan Data Data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan sekunder. Data primer
dikumpulkan melalui hasil pembagian kuesioner untuk merespon pernyataan yang sudah dirancang dengan skor untuk masing masing pernyataan dengan Skala Likert antara 1 – 5 dalam kisaran sangat setuju ( untuk skor 5) dan sangat tidak setuju (untuk skor 1). Sedangkan data sekunder adalah data yang diperoleh dari badan usaha koperasi berupa data dan informasi tentang keberadaan aktivitas badan usaha koperasi untuk mendukung analisis dan pembahasan dalam hasil penelitian.
116
Sebelum pengumpulan data penelitian dilakukan, terlebih dahulu kuesioner diujicobakan kepada sebanyak 30 badan usaha koperasi yang masing-masing terdiri dari 5 orang anggota aktif dan 3 orang pengurus aktif sebagai pengelola koperasi. Tujuan uji coba yang dilakukan untuk memperoleh tingkat validitas dan reliabilitas respon dari kuesioner yang dirancang. Tingkat validitas dapat dicapai manakala koefisien korelasi antara skor suatu indikator dengan skor total positif lebih besar 0,30 dikatakan valid. Sedangkan pengukuran reliabilitas didapatkan dari Alpha Cronbach yakni besarnya 0,60 yang dapat dikatakan reliabel atau konsistensi internal. Hasil try out dalam pengumpulan data yang dilakukan adalah sebagai berikut: 1. Melakukan wawancara dengan pengurus badan usaha koperasi untuk mendapatkan data dan informasi yang relevan dengan variabel-variabel penelitian. 2. Membagikan
kuesioner kepada responden yang terdiri dari 5 orang anggota
koperasi aktif dan 3 orang pengurus yang masih aktif mengelola badan usaha koperasi. 3. Menjelaskan
cara pengisian kuesioner atas dasar persepsi untuk merespon
beberapa butir pernyataan yang telah disusun dalam kuesioner. 4. Kuesioner yang telah diisi, dilakukan pengecekan untuk diteliti kecukupan hasil respon dan kalau masih belum memadai perlu dikonfirmasi kepada respondennya. 5. Setelah kuesioner dicermati secara teliti dan cukup memadai untuk diolah datanya, maka kuesioner yang terkumpul siap diproses dengan software SPSS sesuai dengan kebutuhan analisis. 4.6
Teknik Analisis Data Untuk mencapai tujuan dan pengujian hipotesis penelitian yang diajukan,
maka data yang diperoleh selanjutnya diolah sesuai dengan kebutuhan analisis. Untuk
117
kepentingan mendiskripsikan hasil penelitian, maka data yang sudah diolah dipaparkan berdasarkan prinsip-prinsip statistik deskriptif. Sedangkan untuk kepentingan analisis dan pembahasan hasil pengujian hipotesis penelitian digunakan pendekatan statistik inferensial, dan selanjutnya diinterpretasikan serta didiskusikan dengan disertai justifikasi teoritik dan empirik. Teknik analisis data yang digunakan dengan pendekatan analisis jalur menurut Solimun (2012) dapat ditempuh dengan beberapa langkah sebagai berikut : Langkah pertama dalam analisis jalur merancang model berdasarkan konsep dan teori yang dapat diidentifikasi sebagai berikut : a) Variabel KT (kepemimpinan transformasional) dan KO (komitmen organisasional) berpengaruh terhadap OK (orientasi kewirausahaan). b) Variabel KBUK (kinerja badan usaha koperasi) dipengaruhi oleh KT (kepemimpinan transformasional), KO (komitmen organisasional) dan OK (orientasi kewirausahaan). 1
2
Kepemimpinan Transformasional (KT)
P1
P3 Orientasi Kewirausahaan (OK)
P2
P5
Kinerja Badan Usaha Koperasi (KBUK)
P4
Komitmen Organisasional (KO)
Gambar 4.2 : Hubungan Antar Variabel KT, KO, dan OK terhadap KBUK
118
Model tersebut dapat dinyatakan dalam bentuk persamaan sehingga membentuk sistem persamaan simultan seperti berikut ini : (1) OK
= P1 KT + P2 KO + 1
(2) KBUK = P3 KT + P4 KO + P5 OK + 2 Keterangan : OK = Orientasi Kewirausahaan ; KT = Kepemimpinan Transformasional ; KO = Komitmen Organisasional ; dan KBUK = Kinerja Badan Usaha Koperasi. 1 dan 2 = error atau galat gangguan untuk masing-masing persamaan. Langkah kedua melakukan pemeriksaan terhadap asumsi yang melandasai analisis jalur sebagai berikut : (1) Model analisis jalur bahwa hubungan antar variabel adalah linier dan aditif. (2) Model rekursif yang dapat dipertimbangkan yakni sistem alir kausal ke satu arah. Hal ini jika memperhatikan gambar hubungan antar variabel menunjukkan arah pengaruh kausalitas dari variabel endogen yang searah. (3) Variabel endogen ( OK = orientasi kewirausahaan; KBUK = kinerja badan usaha koperasi) yang diukur ditunjukkan pengukuran yang valid dan reliabel. Langkah ketiga di dalam analisis jalur adalah melakukan perhitungan koefisien jalur atau pendugaan parameter. Perhitungan koefisien pada gambar hubungan antar variabel menunjukkan anak panah satu arah yang menggunakan perhitungan regresi variabel yang dibakukan dan secara parsial pada masing-masing persamaan. Dalam analisis jalur, disamping ada pengaruh langsung terdapat juga pengaruh tidak langsung dan pengaruh total seperti berikut ini: (1) Pengaruh langsung KT (kepemimpinan transformasional) ke KBUK (kinerja badan usaha koperasi) dapat dinyatakan = P3
119
(2) Pengaruh langsung KT (kepemimpinan transformasional) ke OK (orientasi kewirausahaan) dapat dinyatakan = P1 (3) Pengaruh langsung KO (komitmen organisasional) ke KBUK (kinerja badan usaha koperasi) dapat dinyatakan = P4 (4)
Pengaruh
langsung
KO (komitmen organisasional)
ke OK (orientasi
kewirausahaan) dapat dinyatakan = P2 (5) Pengaruh langsung OK (orientasi kewirausahaan) ke KBUK (kinerja badan usaha koperasi) dapat dinyatakan = P5 (6) Pengaruh tidak langsung KT (kepemimpinan transformasional) ke KBUK (kinerja badan usaha koperasi) melalui OK (orientasi kewirausahaan) yang dapat dinyatakan = P1 dikalikan P5 (7) Pengaruh tidak langsung KO (komitmen organisasional) ke KBUK (kinerja badan usaha koperasi) melalui OK (orientasi kewirausahaan) yang
dapat dinyatakan
= P2 dikalikan P5 (8) Pengaruh total adalah penjumlahan dari pengaruh langsung dan seluruh pengaruh tidak langsung dapat dinyatakan = [ P3 + P4 + ( P1 dikalikan P5 ) + ( P2 dikalikan P5 ) ] Langkah keempat di dalam analisis jalur melakukan pemeriksaan validitas model yang dilandasi oleh asumsi-asumsi seperti yang dikemukkaan pada langkah pertama dengan memperhatikan : Koefisien determinasi total yaitu total keragaman data yang dapat dijelaskan oleh model diukur dengan : R2m = 1 – [ { 1 } . { 2 } ] dalam hal ini bahwa interpretasi terhadap R2m sama dengan dengan interpretasi koefisien determinasi (R2) ada analisis regresi.
120
Langkah kelima di dalam analisis jalur adalah melakukan interpretasi hasil analisis dengan memperhatikan hasil validitas model sehingga akan diperoleh informasi sebagai berikut : (1) Berdasarkan koefisien determinasi total akan diperoleh bahwa model dapat menjelaskan informasi yang terkandung di dalam data sehingga layak untuk dilakukan interpretasi lebih lanjut. (2) Besarnya kontribusi relatif pengaruh suatu variabel terhadap variabel lain yang dihitung dengan cara meng-kuadratkan koefisien jalur dan selanjutnya diinterpretasikan. (3) Lintasan pengaruh yang signifikan dimaknakan dengan menjelaskan dari variabelvariabel eksogen ke variabel endogen melalui variabel endogen yang berperan sebagai variabel intervening atau mediasinya, dan selanjutnya diinterpretasikan. Analisis jalur yang telah dilakukan (berdasarkan sampel) dapat memberikan manfaat sebagai berikut : (1) Memberikan penjelasan terhadap fenomena yang dipelajari atau permasalahan yang diteliti. (2) Melakukan prediksi nilai variabel dependen berdasarkan nilai variabel independen yang mana prediksinya dengan analisis jalur yang bersifat kualitatif. (3) Faktor dominan, yaitu penentuan variabel independen manakah yang berpengaruh dominan terhadap variabel dependennya. Selain itu dapat juga digunakan untuk menelusuri mekanisme (jalur-jalur) pengaruh variabel independen terhadap variabel dependennya.