Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
ADOPSI TEKNOLOGI BUDIDAYA AYAM BURAS DI PEDESAAN: SUATU KAJIAN DI LOKASI PILOT-PROJECT PENGEMBANGAN PERTANIAN RAKYAT TERPADU (P2RT) KABUPATEN JOMBANG, JAWA TIMUR DICKY PAImINGKAs, GUNAWAN, L. AFFANDHY,
dan D.E.
WAHYoNo
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Grati Jalan Pahlawan, Grati Pasuruan 67184
ABSTRAK Produktivitas ayam buras di pedesaan menunjukkan keragaman yang tinggi, malalian kontinyuitas pasok daging dan telur ayam buras di tingkat pasar masill kurang terpenuhi . Kondisi ini antara lain disebabkan tidak stabilnya populasi ayam buras yang siap jual, disamping pengetahuan, sikap dan ketrampilan petani di pedesaan dalam beternak ayam buras masih belum optimal . Suatu kajian dllakrlkan untuk memperoleh gambaran mengenai tingkat adopsi teknologi budidaya ayam buras oleh petani-ternak peserta Proyek Pengembangan Rakyat Terpadu (P2RT) di kabupaten Jombang, Jawa Tlnmr . Jumlah responden 130 orang (dipilih secara purposive random sampling) tersebar di empat desa; yaitu 2 desa di Kecamatan Diwek (Desa Keras dan Desa Ceweng), 1 desa di Kecamatan Sumobito (Desa Tanjung Gunung) dan 1 desa di Kecamatan Peterongan (Desa Trawasan) . Kegiatan ini menlpakan bagian dari kegiatan sistem usalia pertanian (SUP) ayam buras dari BPTP Karangploso selama dua talmn anggaran. Pengtlkuran tingkat adopsi teknologi dilakukan pada awal dan akhir kegiatan ; menggimakan metode Skoring. Pembinaan teknis/penyuluhan dilaksanakan secara periodik tentang teknologi madya budidaya ayam buras yang menyangkut aspek : bibit, kandang, pakan, tatalaksana pemelillaraan (pencegahan dan pengobatan penyakit) serta aspek pemasaran dan kelembagaan . Skoring dibuat berdasarkan jawaban dari kuisener yang disusun secara terbuka dan tertutup (skor 0 = tidak mengetahui, skor 5= mengetahui, tidak menerapkan dan skor 10 = mengetahmi, menerapkan) . Diperoleh hasil bahwa rataan skor awal = 3,3; sedangkan skor akhir = 8,5 . Hal ini berarti bahwa adopsi teknologi meningkat sebesar 5,2 (157,6 %). Peningkatan tertinggi (=6) dicapai pada adopsi tentang pengobatan penykit ; sedangkan peningkatan terendah (=4,2) pada aspek perkandangan. Peningkatan adopsi teknologi berdampak terhadap peniobhan pola usaha, yakni penunman jumlah petani tradisonal (usaha sambilan) dari 132 orang megiadi 50 orang; peningkatan usaha keluarga dari 36 orang menjadi 63 orang dan peningkatan usaha pokok dari 12 orang menjadi 67 orang. Kata kunci : Adopsi teknologi, ayam, pilot project PENDAHULUAN Peran usahatani ayam buras tents meningkat, dan orientasinya mulai bergeser dari usaha sampingan menjadi usaha produktif sebagai sumber pendapatan petani, sumber gizi dan berpotensi meningkatkan keseiallteraan petani di pedesaan. Natnun demikian produktivitas ayam buras di pedesaan menunjukkan keragaman yang cukup tinggi . Permasalahan utarna adalah disebabkan sebagian besar petani masili membudidayakan ayam buras dalam skala kecil dengan sistem pemeliharaan tradisional, seperti tnenggiulakan input teknologi yang rendah ; kandang sederhana bercampur dapur, pakan seadanya, pencegahan penyakit jarang dilakukan dan pengobatan penyakit 833
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1998
dengan obat tradisional atau seadanya. Kondisi ini menyebabkan tingkat produktivitas rendah da angka mortalitas mencapai 68,55 % (SARAGIH dan BURHANUDIN, 1995) . Kasus penyakit ND yar menyerang ayam buras di Jawa Timur pada tahun 1993 mencapai 185 .000 ekor. NATAAMIJAYA al. (1986) menambahkan bahwa produksi anak masih rendah yaitu 12 ekor per taliun dengan day hidup 6 ekor/induk. Kondisi yang demikian menyebabkan tidak stabilnya populasi ayam bur, yang siap jual, sehingga permintaan pasar sering kurang terpenuhi . Rangkaian permasalahan rendahnya produktivitas ayam buras harus segera diantisipasi sedil mungkin, karena untuk menciptakan sistem produksi peternakan yang berkelanjutan da berwawasan lingkungan dipengaruhi oleh faktor biofisik dan sosial ekonomi (SOEKARTAWI, 1994 Kendala internal bagi peternak umumnya terletak pada keterbatasan lahan, tenaga kerja yan berkualitas, modal, pengetahuan dan ketrampilan . Kondisi internal ini pada akhirny mempengaruhi peternak dalam proses adopsi terhadap inovasi teknologi . Di sisi lain, kondi; eksternal yang paling banyak mempengauhi adalah kondisi pemasaran, kelembagaan da kebijakan pemerintah terhadap sistem produksi peternakan. Program pengembangan ayam buras yang tepat harus berlandaskan penggunaan teknolof pemeliharaan yang tepat dan pola pengembangan yang sesuai dengan kondisi wilayah setempa dalam arti kualitas sumberdaya manusia juga harus meningkat . Introduksi teknologi melibatka perubahan sikap dan perilaku petani; pada umumnya terdapat beberapa karakteristik sosia ekonomi yang berpengaruli dalam mengadopsi rakitan teknologi (inovasi baru) yaitu : umul pendidikan, status sosial, mobilitas sosial, luas penguasaan lahan, motivasi dan tujuan usahatar (ROGER, 1983). Program pengembangan pertanian rakyat terpadu (P2RT) di Kabupaten Jombang menyangkut keberadaan sentra pengembangan agribisnis komoditas unggulan (SPAKU) ayatl buras sebagai pusat pengembangan ayam buras di wilayah Jawa Timur, perlu dukungan teknolog yang memadai guna mencapai tujuan dan sasaran kegiatan program . Keberhasilan SPAKU sanga bergantung pada eksistensi kelompok tani ternak, olehi karena itu pemnnaan terhadap kelompo tani ternak secara kontinyu dilakukan dan terus ditingkatkan melalui wadah koperasi. Suatu kajian telah dilakukan di wilayah P2RT ayam buras di Kabupaten Jombang, bertujuat mengobservasi keberadaan teknologi yang dikuasai oleh petani peternak guna mendukunl peningkatan kemampuan petani peternak dalain beternak ayam buras : yang akhirnya dapa mendukung dan menjamin kestabilan dan peningkatan populasi ayam buras . MATERI DAN METODE Pengkajian dilaksanakan di lokasi pilot project pengembangan pertanian rakyat terpadi (P2RT) di Kabupaten Jombang . Sebanyak 130 orang petani ternak dipilih secara purposive sebaga reponden yaitu 63 orang di Desa Keras dan 20 orang di Desa Ceweng (Kecamatan Diwek), 3( orang di Desa Tanjunggunung (Kecamatan Sumobito) dan 17 orang di Desa Trawasan (Kecamata Peterongan) . Kegiatan ini merupakan bentuk kerjasama BPTP Karangploso dengan Kanwi Departemen Pertanian Tk . I Jatim melalui Dinas Peternakan Kabupaten Tk. II Jombang . Rakitai teknologi yang diintroduksikan meliputi aspek Bibit,. Bibit ayam buras adalah ayam Kedu Putih, diproduksi oleh pusat pembibitan ayarr buras di Desa Keras Kecamatan Diwek . Kandang,- . digunakan kandang sistem litter untuk pemeliharaan DOC sampai dengan umul 60 hari. kandang sistem umbaran untuk ayam dara dan kandang sistem umbaran dan batterai untuk ayam dewasa . 834
Seminar Nosional Peternakan dan Veteriner 1998
Pakan,. Pemberian pakan seperti tercantum pada Tabel 1 dan formulasi pakan mengikuti pedoman pada Tabel 2. Tabel 1.
Pedoman pemberian pakan ayam buras
Umur ayam (hari) 1-7 8-14 15-21 22-28 29-35 36112 43-49 50-56 57-77 78-84 85-105 > 105 Tabel 2.
(kg/50 ek/mg) 2,5 5 7,5 10 12,5 15 17,5 20 22,5 25 27,5 35
Komposisi pakan ayam buras
Umur ayam (hari) 1-21 22-42 43-84 > 85
(g/ek/hari) 7 14 21 28 35 42 49 56 64 72 78 100
Pemberian pakan
Dedak padi 0 1 4 7
I m b a n g an Jagung 0 1 2 2
Konsentrat 1 1 1 1
Vaksinasi,-. Vaksinasi ND dilakukan saat ayam benmtur 3 hari, 3 minggu, 2 bulan dan diulang setiap 3 bulan. Pemberian obat cacing, -. Dosis pencegahan melalui air ininum dilakukan pada saat ayam berumur 42 dan 84 hari. Pencegahan penyakit Snot/CRD,-.Dilakukan dengan memberikan vitachick melalui air minum. Pemasaran telur dan ayam, -. Secara berkelompok setiap minggu dengan harga ditentukan berdasarkan kesepakatan bersama (pedagang dan peternak) . Kelembagaan,- .dibentuk kelompok usalia bersaina agrobisnis (KL7BA) ayani buras . Pembinaan kelompok,-. Pembinaan kelompok dilakukan secara periodik oleh tim peneliti, petugas detaser, PPL dan petugas Dinas Peternakan kecamatan . Pengukuran tingkat adopsi menggunakan metoda skoring yang dilakukan pada awal dan akhir kegiatan pengkajian. Skoring dibuat berdasarkan atas jawaban dari kuisioner yang tersusun secara terbuka dan tertutup ; yakni berdasarkan asumsi : skor 0 = tidak mengetahui, skor 5 = mengetahui, tidak menerapkan dan skor 10 = mengetalitii dan menerapkan. 835
SeminarNasionalPeternakan don Veteriner 1998
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakteristik responden
Responden dipilih secara purposive dengan maksud untuk mengeliminir heterogenitas sampel dan untuk mempermudah klarifikasi kegiatan pengkajian . Pengusulan nama-nama responden atas rekomendasi dari petugas teknis disn
Seminar Na .sional Peternakan don Veteriner 1998
Tabel 3.
Karakteristik responden
Uraian Jenis kelainin: - wanita - pria Umur (tahun) -20-35 -36-50 - >50
Jumlah anggota keluarga -_3 -4-8 - >_ 9
Pendidikan fonnal - Tidak tamat SD - Tamat SD - Tamat SUP - Tamat SLTA - Diploma - Sarjana Pendidikan non-fonnal - Kursus peteniakan - Kursus pertanian Pekerjaan utama: - Tani - Buruh tani - Dagang - Tenrnak - PNS - Swasta - Tukang - Lain-lain
Pekerjaan sampingan : - Tani - Buruli Tani - Dagang - Ternak - Lain-lain - Tidak punya
Jumlah responden (orang)
Persentase (%)
102 28
78,5 21,5
48 53 29
36,9 40,8 22,3
121 8 1
93,1 6,1 0,8
25
18 8
1 1
19,2 59,2 13,8 6,1 0,8 0,8
25 40
19,2 30,8
70 30 5
3 3 l
53,8 23,1 3,8 7,7 6,1 2,3 2,3 0,8
25 32 18 44 3 8
19,2 24,6 13,9 33,8 2,3 6,1
77
10
8
Pola introduksi teknologi Penibinaan kelompok-. Petani ternak diaralikan membentuk kelompok-kelompok, yang selanjutnya dilakukan pembinaan . Pembinaan kelompok dilakukan secara terpadu oleh tim yang berasal dari IPPTP Grati dan petugas Dinas Peternakan kabupaten . Upaya pembinaan kelompok ini bertujuan meningkatkan produktivitas clan pengembangan populasi ayam buras . Kelompok inti (beranggotakan 25 orang) telah dibentuk di Desa Keras clan tujuh kelompok pengembangan ; total angota kelompok berjumlah 200 orang . Pertenntan kelompok antar anggota dan kelompok inti dilakukan tiga kali seminggti dengan topik baliasan budidaya beternak, pengaturan pemasaran dan kelembagaan ; sedangkan kelompok pengembangan melaksanakan pertemuan sebulan sekali dengan topik bahasan yang sama. Keberhasilan petani ternak dalam mengadopsi teknologi baru,
837
Seminar NasionalPeternakon dan Veteriner 1998 diukur dari kelaykan sosial ekonomis, budaya dan wawasan lingkungan dan intuisi penyaluran teknologi . Materi yang dibahas dalam pembinaan kelompok berkembang sesuai dengan diskusi pada waktu tersebut, namun tidak menyimpang dari kondisi internal budidaya ayam yang mengarah pada pola intensifikasi . Tabel 4 .
Distribusi pemilikan lahan, ayam buras dan prakiraan nilai jual Jumlah responden (orang)
Uraian Pemilikan lahan (ha) : 0 0-0,25 0,26-0,5 0,51-<1
55
Pejantan : a. < 5 b .>6 Induk : a. < 5 b. 6-10 c . >1 1
Dara : a . < 5 b .6-10 c . > 11 Anak : a . <10 b . 11-25
0 < 25 .000 .000 - 50 .000 26
3,8 3,1
60.000 - 100 .000
2
1,6
>I 10 .000
123 7
94,6
4
Pemilikan ayam buras (ekor) :
Nilai jual (xRp 1000,-)
42,3 49,2
64 5
> 1,1
105 22
< 75
5,4 80,8
> 90
16,9
60-100 >110
< 50
2,3
3 45 61
34,6 46,9
24 127
18,5 97,7
3
2,3
<0 24-40 > 44
11-25
0
0
c. >26
Tabel 5.
Persentase (%)
>26
Tampilan produksi ayam buras di 4 lokasi desa pengkjjian Lokasi Desa
Uraian Keras -Umur bertelur pertama (bulan) -Jwnlah telur/ekor/periode -Frekuensi bertelur (kali) -Daya tetas (%)
-Mortalitas ayam s/d umur 1,5 bln
6
Tanjunggunung 5,7
11,5 5,5
12
75
70
40,3
36,2
5,5
Ceweng 6,5 11,3 4,5
Trawasan 6,5 11,0 5
80
80
47,6
33,2
Studi banding,-. Agar lebih mengakumulasi komponen teknologi dan menambah wawasi
bagi peternak atau kelompok ternak, telah dilaksanakan studi banding ke luar daerah atau I kelompok peternak lain yang sudah maju, diharapkan dapat menimbulkan motivasi bagi petern, agar memiliki perilaku positif dan realistis dengan ketrampilan yang memadai, sehing berdampak terhadap terciptanya pernbahan pola usaha yang bergeser dari pola tradisional menq pola yang lebih berorientasi pasar (ANONIMUS, 1994) . Kegiatan studi banding merupaki visualisasi terhadap model kandang, pakan dan bibit yang baik serta tatalaksana pemeliharas yang optimal .
83 8
Seminar Nosional Peternakan dan Veteriner 1998
Tingkat adopsi teknologi Rakitan teknologi merupakan suatu inovasi yang memerlukan proses dan waktu yang cukup lama untuk dapat diterima petani peternak . Pengkajian tingkat penguasaan teknologi budidaya ayam buras dilakukan pada tahap awal . Data dalam Tabel 6 . menunjukkan bahwa dalam aspek pengetahuan tentang penggunaan kandang mencapai skor paling tinggi, yaitu = 5,0 . Hal ini berarti sebagian besar peternakc telah mengetahui saja, namun tidak mengaplikasikannya . Pengetahuan mengenai perkandangan ini diperoleh peternak melalui media informasi antara lain : majalah, koran clan televisi . Namun demikian alasan tidak menerapkan teknologi adalah karena pertimbangan manfaat, ekonomi dan sebagian besar peternak belum berani meningkatkan Skala usaha pemeliharaan . Skor paling rendah (1,2) pada tatalaksana pemberian obat . Dalam hal ini peternak sama sekali belum mengetahui penggunaan obat untuk mengatasi problem penyakit . Hanya sebagian kecil peterntlc yang mengobati ayam salcit dengan obat tradisional clan ataupun obat manusia. Keadaan yang demikian mendukung tingkat mortalitas ayam yang cukup tinggi seperti yang tertera dalainn Tabel 5 . Tabel 6.
Tingkat adopsi teknologi Skor adopsi
Parameter Awal Bibit Perkandangan Pakan
Vaksinasi ND Pengobatan
Pencegahan snot/CRD Raman
Peningkatan Akhir
3,8
9,6
4,5 3,2
8,6
5,0
1,2 2,3
3,3
9,2 9,0 7,2 7,6 8,5
5,8
4,2 4,5
5,4 6,0 5,3
5,2
Skor adopsi tertinggi pada akhir pengkajian diperoleh pada aspek bibit, ykni 9,6. Skor diperoleh karena pada akhir pengkajian hampir semua responden telah menggiuiakan bibit ayam buras yang baik yaitu ayam kedu putih. Sebagian besar (90,3%) responden telah mampu menyebutkan kriteria bibit ayam yang mampu berproduksi tinggi . Skor akhir terendah didapat pada aspek pengobatan, yaitu 7,2 . Akan tetapi apabila dikaitkan dengan skor awal, peningkatan skor adopsi terhadap aspek pengobatan ini adalah tertinggi yaitu 6 . Rataan skor awal adopsi adalah 3,3 ; sedangkan skor akhir = 8,5 berarti terdapat pengingkatan 5,2 atau sekitar 157,6% . Keadaan yang demikian mencerminkan bahwa penerapan rakitan teknologi budidaya ayam buras adalah cukup baik . GONZALES (1988) mengemukakan bahwa perbedaan laju adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh lima karakteristik inovasi yaitu, (1) keuntungan relatif; (2) kesesuaian inovasi dengan tata nilai maupun pengalaman yang ada; (3) tingkat kerumitan untuk mempelajari dan menggunakan inovasi; (4) tingkat kesempatan mencoba inovasi secara terbatas ; dan (5) tingkat kecepatan hasil inovasi atau dampak yang dapat dilihat . Dampak pengkajian Setelah dilakukan pengukuran tingkat adopsi, pada akhr pengkajian, dilakukan evaluasi terhadap dampak kegiatan, terkait dengan perubalian pola usalia pemeliharaan ayam buras, sebagaimana tertera dalain Tabel 7. 83 9
SeminarNasionalPeternakan don Veteriner 1998
Tabel 7.
Pola usaha pemeliharaan ayam buras sebelum dan sesudah pengkajian
Pola usaha pemeliharaan Usaha sambilan Usaha keluarga Usaha pokok
Junrlah peternak Sebelum SUP 132 36 12
Sesudah SUP 50 63 67
Persentase penlbahan (%) 62,1 75,0 458,3
KESIMPULAN Tingkat adopsi rakitan teknologi budidaya ayam buras di lokasi pengkajian cukup baik dan berdampak positif terhadap perubahan pola usaha, yakni penurunan jumlah peternak pada pola usaha sambilan dan peningkatan jumlah peternak pada pola usaha keluarga dan usaha pokok. UCAPAN TERIMAKASIH Kepada Kepala Dinas Peternakan Dati 11 Kabupaten Jombang beserta stafnya, kepada pimpinan unit pembibitan ayam buras beserta staf, serta kepada aparat kecamatan dan desa di kecamatan Diwek, Sumobito dan Peterongan disampaikan rasa terimakasill atas kerjasamanya yang baik, hingga pengkajian SUP ayam buras tahun anggaran 1996/1997 dan 1997/1998 dapal berlangsung dengan lancar . DAFTAR PUSTAKA Penelitian Pengembangan Teknologi Petemakan di Daerah Padat Penduduk (Jawa) . Laporan Tahun 1993/1994. Puslitbangnak . Bogor.
ANONIMUS .
1994 .
dan M. SARIUBANG. 1994. Studi potensi pemeliharaan ayam buras pada lahan kering di derah Sulawesi Selatan. Pros . Pertemuan Ilmiah . Hasil Penelitian Petemakan Lallan Kering . Sub Balitnak Grati.
CHALIDJAH, P.C . PAAT,
H. 1988 . Dii usi dan Umpan Balik. Dalam : Kontunikasi Illassa dan Penthangunan Pedesaan di Negara-Negara Dunia Ketiga. Suatu Pengantar. AMRi JAHI (Eds) Gramedia . Jakarta.
GONZALES,
L. AFFANDHY, D. PAMUNGKAS. A. RASYID, dan B. SUDARmADI. 1997 . Pengembangan Komoditas Ayam Buras di Kabutiaten Jombang. Dinas Peternakan Dati 11 . Kab. Jombang.
GUNAWAN,
AG ., D. SUGANDHI, D. MUSLIH, U. KUSNADI, H. SUPRIYADI, dan I.G . ISMAIL . 1986 . Peningkatan keragaan ayam buras di daerah Transmigrasi Batumarta, Sumatera Selatan. Risalah Lokakarya Pola Usahatani . Buku 1. Badan Litbang Pertanian. Jakarta.
NATAAMIJAYA,
B. dan BURHANUDIN . 1995 . Mulai menarik agribisnis ayam buras. Ayant dan Telur. Ed . Febmari 1995 . Tahun XXV. Jakarta.
SARAGIH,
1994 . Manfaat agrobisnis peternakan bagi kesejahteraan peternak di pedesaan . Pros . Pertemuan Ilmiah Hasil Penelitian Petemakan Lalran Kering . Sub Balitnak Grati.
SOEKARTAWL
A. MULYADI, dan P. SITORUS. 1996 . Analisis pulang pokok (break even) pada usaha temak ayam buras secara intensif dan semi intensif di pedesaan Riau . Pros . Temu Ilmiah Hasil-Hasil Penelitian Petemakan . Aplikasi Hasil Penelitian Untuk Industri Petemakan Rakyat . Balitnak Ciawi.
SOEPENO,
1991 . Daya hidup ayam kampung di dataran rendah dan sedang di wilayah Kab. Dati II Banyumas . Pros . Sem. Nas. Usaha Peningkatan Produktivitas Petemakan dan Perikanan. Fak. Petenakan. Univ . Diponegoro . Semarang.
SUTRISNO.
840