SeminarNasionalPeternakan dan Veteriner 1998
ANALISIS BIAYA DAN PENDAPATAN DARI USAHA PENGGEMUKAN KERBAU TORAJA DI SULAWESI SELATAN MATIIEus SARiuBANG, DANIEL PASAMBE,
dan RIKA HARYANI
Instalasi Penelitian dan Pengkajian Teknologi Pertanian Gowa P.O. Box 1285, Ujung Pandang 90001
ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui tingkat pendapatan yang diperoleh dari usaha penggemukan kerbau Toraja di Sulawesi Selatan . Penelitian ini dilakukan dengan metode survai terhadap 60 responden orang peternak sebagai responden dilakukan dengan metode purposive sampling dalam menentukan kooperator sebayak 45 kooperator dibagi ke dalam 3 kelompok masing-masing kelompok terdiri dari 15 kooperator, tiap kelompok mendapatkan salah satu perlakuan pakan dengan perlakuan sebagai berikut : Perlakuan A = Penggemukan secara tradisional (Soma), Perlakuan B = A + 4 kg Beef Kwik, Perlakuan C = B + 50 g Pikuten . Hasil kajian menunjukkan bahwa pemberian konsentrat pada penggemukan kerbau, memberikan pertambahan bobot badan yang berbeda sangat nyata (P<0,01), dibandingkan kerbau yang digemukan secara tradisional (Soma) . Hal ini menunjukkan bahwa sistem penggemukan kerbau secara soma perlu diperbaiki dengan sistem kocnbinasi yaitu sistem soma ditambah pemberian tambahan konsentrat clan tambahan unsur mineral yang memadai, jika ditinjau dari keuntungan berdasarkan bobot harga daging/kg mengalami kerugian namun sebagai alat ritual memberikan keuntungan yang lebih besar . Kata kunci : Kerbau, analisis usaha, Toraja PENDAHULUAN Tujuan utama usaha penggemukan ternak kerbau adalah untuk memperoleh produksi daging melalui pertambahan bobot badan yang optimal sehingga dapat diperoleh pendapatan yang optimal . Pemberian ransum yang hanya hijauan saja hanya akan memperoleh zat-zat makanan untuk hidup pokok dan sedikit untuk produksi. Hambatan lain dalam pemberian hijauan saja pada kerbau terutama di daerah tropis adalah fluktuasi produksi hijauan yang sangat ditentukan oleh pertukaran, musim sehingga produksi optimal tidak berlangsung secara berkesinambungan . Oleh karena itu apabila diharapkan pertambahan bobot badan yang tinggi maka perlu pemberian makanan tambahan yang bernilai gizi dan hayati yang memadai (PRESTON clan LENG, 1979) . Salah satu usaha yang dapat dilakukan agar ternak kerbau dapat mengkonsumsi zat-zat gizi yang cukup sesuai dengan yang dibutuhkan adalah dengan pemberian inakanan penguat (konsentrat) . PRESTON dan WILLIS (1974) menyatakan bahwa pemberian konsentrat ke dalam ransum ternak akan meningkatkan pertambahan bobot badan, lebih lanjut dinyatakan bahwa ternak yang diberi konsentrat dan hijauan ternyata dapat menaikkan tingkat efisiensi penggunaan pakan, lebih lanjut dikemukakan SUMBLING et al. (1981) ballwa pertambahan bobot badan pada masa penyesuaian, bila memperlihatkan pertambahan bobot badan yang tinggi maka merupakan pencerminan kurang baiknya gizi ternak percobaan sebelumnya kemudian diberi makanan berkualitas baik akan menunjukkan pertunlbuhan kompensasi . Walaupun demikian pemberian konsentrat mungkin tidak ekonomis oleh karena itu maka untuk mengetahui dampak dari
655
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
pemberian konsentrat pada ternak kerbau yang digemukan, perlu adanya analisis ekonomi pemberian konsentrat tersebut. MATERI DAN METODE Kerbau balcalan yang dipergunakan dalam kajian ini adalah milik petani . Semua ternak yang dipergunakan ditempatkan dalam kandang individu dan dipelihara secara,intensif. Jumlah ternak yang digunakan dalam kajian ini sebanyak 45 ekor dibagi secara acak ke dalam 3 kelompok perlakuan yaitu Perlakuan A : Penggemukan secara tradisional (Soma) Perlakuan B : A + 4 kg Beef Kwik (BK) Perlakuan C : B + 50 gram Pikuten Semua ternak yang dikaji direndam/mandi setiap hari selama 2-5 jam, hal ini merupakan kebiasaan peternak untuk membersihkan kerbaunya dan sekaligus memberikan kesempatan kepada ternaknya untuk meregurgitasi/mengunyah pakan yang baru dimakan. Demikian juga kerbau yang sedang berbaring dikandang maupun berbaring di sungai/kolam kepala digantung lebih tinggi dari badannya dengan maksud agar kelasa (leher bertambah besar dan kuat) pada leher terbentuk, sehinggah kerbau akan tampak lebih menarik Parameter yang diukur adalah dengan melakukan penimbangan bobot badan, konsumsi dan residu pakan yang diberikan, dan mengukur tinggi pundak, lingkar dada, panjang badan, serta efisiensi dan konversi pakan. Analisis data. Data yang terkumpul selama kajian berlangsung dianalisis sesuai dengan model analisis statistik sederhana (parameter produksi) dan analisis efisiensi ekonomi (parameter sosial ekonomi). HASIL DAN PEMBAHASAN Dari hasil pengkajian pada Tabel 1 terliliat bahwa pada perlakuan A (kontrol) rataan pertambahan bobot badan adalah 0,340 kg/ekor/hari lebih rendah dibandingkan dengan perlakuan B sebesar 0,764 kg/ekor/hari dan perlakuan C memberikan rataan pertambahan bobot badan 0,832 kg/ekor/hari, demikian juga dengan rataan pertambahan ukuran tubuh lainnya yakni tinggi pundak, panjang badan, dalam dada, lebar dada dan lingkar dada. Perlakuan A lebih rendah dari pada perlakuan B dan C, namun tinggi pundak dan panjang pada perlakuan B lebih tinggi dari pada perlakuan C. Hal ini disebabkan karena kerbau pada perlakuan C sangat gemuk sehingga balm agak merata keluar . Secara statistik, pertambahan bobot badan kerbau pada perlakuan A dibandingkan dengan perlakuan B dan C memperlihatkan perbedaan yang sangat nyata (P<0,01) akan tetapi perbedaan pertambahan bobot badan antara B dan C tidak berbeda sangat nyata (P>0,01). Hal ini sejalan yang digemukan oleh LUBIS (1963) mengatalcan bahwa ternak herbivora yang hanya mendapat hijauan dari rumput lapangan setiap hari hanya cukup memenuhi kebutuhan hidup pokok (maintenance) dengan sedikit produksi sedangkan perambahan makanan penguat ke dalam ransum, akan memberikan pertambahan bobot badan di mana semakin tinggi jumlah pemberian makanan penguat sampai batas tertentu semakin besar pula pertambahan bobot badan yang dapat dicapai . Hal ini sesuai dengan pernyataan ANGGORODI (1979) bahwa pertumbuhan ternak akan mengikuti kurva pertumbuhan yaitu dengan pemberian pakan yang baik akan dipergunakan untuk kebutuhan 656
Seminar NasionalPeternakan dan Veteriner 1998
hidup pokok dan pertumbuhan di mana pada suatu titik pertumbuhan akan berhenti (plateou) . Dengan demikian pemberian makanan penguat pada tern k hares efisien atau dengan kata lain pemberian pakan yang berimbang sesuai dengan tujuan produksi . Tabel 1.
Rata-rata pertambahan ukuran tubuhlekor/hari
Uraian Rata-rata pertambahan ukuran tubuh/ekor/hari - Bobot badan (kg) - Tinggi pundak (cm) - Panjang badan (cm) - Dalam dada (cm) - Lebar dada (cm) - Lingkar dada (cm)
A
Perlakuan B
C
0,340 + 0,206
0,764 +_ 0,300
0,832 +_ 0,239
0,045 ±_0,065 0,074 + 0,063
0,092 +_ 0,112
0,069 _+ 0,032
0,027 + 0,049
0,096 +_ 0,037
0,085 +_ 0,080
0,048 _+ 0,026
0,061 +_ 0,036
0,036 +_ 0,016 0,169 + 0,050
0,038 +_ 0,026
0,035 + 0,044 0,137 + 0,080
0,182 + 0,036
Penerimaan (output) Penerimaan adalah hasil penjualan kerbau yang telah digemukan dikurangi dengan harga bakalan . Jumlah penerimaan yang diperoleh dari usaha penggemukan hanya dihasilkan dari penjualan kerbau ditambah dengan hasil ikutan lainnya . Sistem penjualan kerbau di Tana Toraja didasarkan atas taksiran harga yang dilakukan melalui proses tawar menawar . Sedangkan faktor yang mempengaruhi nilai jual kerbau sangat didominasi oleh tanda eksterior dari kerbau itu sendiri disusul dengan kondisi tubuh yang prima dari hasil penelitian didapatkan bahwa penerimaan perlakuan A (Rp 3.284.400,-/th) lebih rendah dari perlakuan B (Rp 4.181.500,-/th) dan C (Rp 5 .156.250,-/th) sedangkan penerimaan yang diperoleh berdasarkan pertambahan bobot badan dengan hasil ikutannya masing-masing perlakuan A (Rp 224 .200,-/th), B (Rp 409 .930,-/th) dan C (Rp 448.560, -/th) . Biaya produksi (input) Biaya produksi adalah biaya yang dikeluarkan selama penggemukan yang terdiri dari beberapa komponen : tenaga kerja, pakan, penyusutan kandang dan lain-lain . Tenaga kerja yang dipakai adalah tenaga kerja keluarga yaitu sekitar 1,5-4 jam/liari . Jumlah biaya dari tiap komponen dapat dilihat pada Tabe12 dan 3 . Pada Tabel 2 dan 3 terlihat bahwa biaya tenaga kerja mendominasi jumlah biaya operasional . Biaya tenaga kerja diperoleh dari jumlah waktu yang digunakan peternak untuk mengambil rumput alam sebagai makanan . Yang termasuk dalam biaya pakan hanyalah benipa, garam, konsentrat dan pikuten . Biaya lain-lain adalah alat-alat penunjang dalam penggemukan kerbau. Keuntungan (net output) Keuntungan adalah penghasilan bersih yang diterima peternak yang selisih antara biaya penerimaan dan biaya operasional ternyata dari hasil analisis finansial didapatkan bahwa penggemukan kerbau di Tana Toraja mengalami kenigian jika ditinjau dari segi pertambahan bobot badan dikaitkan dengan harga/kg daging untuk bobot hidup karena tidak seimbang dengan 657
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
biaya operasional yang digunakan, namun dari segi ritual berdasarkan masyarakat Toraja dapat meningkatkan keuntungan yang lebih besar yaitu sekitar Rp 1 .500 .000 - Rp 3 .000 .000/tahun. Tabel2 .
Analisis penerimaan, biaya produksi dan keuntungan terhadap penggeimikkan kerbau berdasarkan harga daging/ekor/tahim
Parameter
Perlakuan
I. Penerimaan (output) Penjualan daging berdasar pertambahan bobot badan Pupuk Jumlah
191 .800
32400 224.200
378.430
31 .500 409.930
417.310 31 .250 448 .560
450.000
450 .000
450 .000
487.030
2.520 1 .089 .080
2.590
-262 .830
-679 .150
II. Biaya Produksi (input) Tenaga kerja
Pakan Penyusutan kandang Lain
18 .000 16 .520 2 .510
Jumlah
III. Keuntungan (net output) Per tahun Per bulan
-21 .902,5 -0,5
B/C ratio
Tabel3.
-56 .596,8 -0,4
756.360 96 .780
1 .225 .730
-777.170 -64.764,2 -0,4
Analisis penerimaan, biaya produksi dan keuntungan terhadap penggennikan kerbau berdasarkan alat ritual masyarakat Toraja/ekor/tahun
Parameter I. Penerimaan (output) Harga penjualan ternak Pupuk
Perlakuan
A
B
3.250 .000 32 .400
C
4 .150 .000
Jumlah
3.282 .400
31 .500 4.181 .500
Harga bakalan ternak
1.260 .000
1 .275 .000
16 .520
619.200 17 .360
II . Biaya produksi (input) Tenaga kerja Pakan
Penyusutan kandang Lain Jumlah
III . Keuntungan (net output) Per taluin Per bulan
B/C - ratio 65 8
619 .200 17 .360
450.000 218.000
2.510 1 .947 .030 1 .335 .370
112.280,83 1,7
450.000
5 .125 .000 31 .250
5.156 .250 1 .325 .000 450.000 756.360 16 .780
2.520
2.590 2 .550 .730
1 .817 .420 151 .451,70
2 .605 .530
2.364 .080
1,8
217.127,50 2,0
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
Perbandingan biaya dan keuntungan antara pudu dan saleko (belang) Dari Tabel 4 merupakan hasil wawancara dengan tokoh masyarakat, pedagang, peternak, pemerintah dan mahasiswa menyatakan bahwa, tingkat pendapatan pengelolaan (selisih antara nilai hasil dan biaya) pada usaha pemeliharaan pejantan kerbau Pudu (hitam keabu-abuan) lebih rendah dibanding dengan usaha pemeliharaan pejantan kerbau Saleko (belang) . Pada usaha pemeliharaan pejantan kerbau Saleko memberikan pendapatan hampir dua kali lipat daripada usaha pemeliharaan pejantan kerbau pudu. Walaupun pada usaha pemeliharaan pejantan kerbau Saleko memerlukan harga bibit dan biaya pemeliharaan serta ketekunan mengelola yang lebih tinggi perbandingan biaya dan keuntungan pemeliharaan antara pejantan kerbau Saleko dibanding dengan Pudu (B/C ratio masing-masing 1,71 dan 1,36). Tabel 4.
Perbandingan biaya dan keuntungan pemeliharaan antara pejantan kerbau hitam keabu-abuan (Pudu) dan belang (Saleko) pertahun
Parameter I. Penerimaan Harga penjualan Jumlah II. Biaya produksi Harga bekalan Pemeliharaan,penyusutan kandang, tenaga kerja, dll Jumlah Keuntungan B/C Ratio Biaya per bulan
Jantan Pudu (Rp)
Jantan Saleko (Rp)
2.850 .000
5.400 .000
2.850 .000
5.400 .000
1 .500 .000
2.250 .000
600.000
900.000
2.100 .000
3.150 .000
750.000
2.250 .000
1,36 62 .500
1,71 187.500
KESIMPULAN Dari hasil kajian teknik produksi Trnak kerbau Toraja dapat disimpulkan bahwa
2. 3.
Hasil analisis B/C (analisis usaha) dengan perhitungan atas dasar bobot hidup ternyata introduksi teknologi tidak menunjukkan peningkatan (P>0,05) tetapi harga atas dasar nilai ritual menunjukkan perbedaan nyata (P<0,05) . Karena kerbau dengan tanda-tanda yang bagus dan kondisi tubuh prima akan meningkat harganya. Pemberian konsentrat dan pikuten sebagai pakan tambahan pada sistem usaha penggemukan kerbau Toraja spesifik lokasi (soma) dapat meningkatkan bobot badan sangat nyata (P<0,01) . Kerbau Toraja yang digemukkan secara tradisional (soma) ternyata tidak diberikan kesempatan untuk kawin, sehingga perlu dilakukan pemuliabiakan atau Inseminasi Buatan (IB) dan terarah . DAFTAR PUSTAKA
ANGGGRGDi. 1979 . Makanan Ternak Unium . PT Gramedia,
Lums, D.A . 1963 . Ilmu Makanan Ternak. PT . PRESTON, T.
R. dan W. B.
WILLIS . 1974 .
Jakarta .
Pembangunan, Jakarta .
Intensiv e beefproduction . J. Anintal Sci .
35 : 153 .
65 9
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1998
T. R dan R.A . LENG . 1978 . Sugarcan e As Cattle Feed . Part 1 : Nutritional constrains and perspectives . World Animal Review. No . 27 . sapi SUIvmuNG, F.P ., A. LATiF, dan D. PATuNDRU. 1981 . Pertambahan berat badan, perfonnans reproduksi Universitas Fakultas Ilmu-Ilmu Peternakan kebuntingan pertama kah. Bali, umur dan bobot badan Hasanuddin, Ujung Pandang.
PRESTON,