Seminar Nastonal Peternakan dan Veterrner 1997
INSEMINASI BUATAN DADA ITIK A.R . SETIOKO Balai Penelitian
Ternak, P.O .
Box 221, Bogor 16002
RINGKASAN Teknik Inseminasi Buatan (IB) pada itik sejak lama dikenal dan dikembangkan baik untuk pengembangan ilmu pengetahuan maupun untuk industri . Tujuan dari tinjauan pustaka ini adalah untuk menginventarisir informasi tentang teknik IB pada itik guna memberikan informasi yang up to date tentang perkembangan teknik, prospek dan aplikasi IB pada itik. Informasi tentang slat reproduksi dan tingkah laku kawin alam merupakan dasar dalam melaksanakan IB, baik pada pengumpulan sperms, proses penanganan sperma dan inseminasi sperms ke slat reproduksi betina . Pada dasarnya dikenal tiga teknik pengumpulan sperma yaitu rangsangan urut, rangsangan listrik dan vagina buatan, walaupun beberapa peneliti membuat kombinasi ketiga teknik tersebut . Pengawetan sperms dengan menggunakan sullu rendah masili mengalami beberapa kesulitan mengingat bentuk sperms itik yang penjang, sehingga mudah rusak . Ada dua teknik inseminasi sperma ke slat reproduksi betina itik, yaitu dengan teknik bantuan jari (finger guided) atau FG dan pembukaan cloaca (everled cloaca) atau EC.' Prospek dan aplikasi IB pada itik memiliki masa depan yang cerah, sejalan dengan perkembangan konsumen daging itik di negara-negara China dan konsumen lemak hati itik di negara-negara Eropah, mengingat anal dari produk tersebut mayoritas dari itik Serati, dimana IB untuk menghasilkan itik ini sangat diperlukan . Kata kunci : Inseminasi buatan, itik PENDAHULUAN Inseminasi Biatan (IB) pada unggas merupakan suatu teknik yang sangat berguna baik untuk pengembangan industri perunggasan maupun untuk penelitian ilttuah (CHENG et al., 1997) . Program pemuliaan pada unggas dan studi pengembangan lainnya dapat dilakukan secara efektif dan efisien dengan menggunakan teknik inseminasi buatan ini . Inseminasi buatan adalah suatu cara/teknik pemindahan sel-sel reproduksi jantan (spermatozoa) ke dalam slat reproduksi betina dengan cars buatan . Menurut WATANABE (1961) ads beberapa kegmaan IB pada unggas antara lain untuk : (1) studi bidang pemuliaan ternak (breeding) terutama untuk pembentukan galur barn ; (2) penyelidikan masalah-masalah yang menyangkut fertilitas baik pada unggas jantan maupun betina ; (3) peningkatan efisiensi penggunaan unggas jantan dalam proses produksi ; (4) menanggulangi rendahnya fertilitas akibat kesulitan-kesulitan pada proses kawin alam; (5) mengetahui dengan pasti asal-usul dari setiap meri yang menetas ; (6) mengurangi penyebaran penyakit akibat kontak langsung pada proses kawin alam; dan (7) mendapatkan telur-telur fertil pada unggas yang dikandangkan secara individu . Informasi tentang IB pada itik sangat terbatas, walaupun teknik ini sudah banyak digunakan secara komersial di Taiwan, Cina. Perancis, dan beberapa negara di Eropah Timur, IB digunakan secara komersial terutama untuk menghasilkan itik serati ("mule duck'') yaitu perkawinan antara
Seminar Naslonal Peternakan dan Veieriner 1997
Entog jantan dan itik betina sebagai pengasil daging dan lemak hati yang semakin banyak diperdagangkan di Eropah (CHELMONSKA dan LLIKASZEWICZ, 1995) . Tujuan dari tin_iauan pustaka ini adalah untuk menginventarisir informasi tentang teknik IB pada itik baik yang berasal dari buku-buku, majalah, atau hasil seminar/lokakarva di dalam dan luar negeri guna memberikan informasi yang up to date tentang perkembangan teknik, prospek dan aplikasi IB pada itik dan unggas air lainnya . RANGKUMAN HASIL Alat reproduksi dan perilaku kawin alam Alat Reprotluksi Itik Jantan : Sepasang testis jantan yang berbentuk silindris terletak di rongga badan . vaitu tempat yang dapat menyebabkan infertil pada hewan mamalia. Testis berada di bagian dorsal dan menempel pada dinding rongga badan. Dalam keadaan aktif ukuran testis dapat mencapai panjang R cm, lebar 4,5 cm, dan tebal 4 cm (SISSON dan GROSSMAN, 1975) . Saluran yang keluar dari testis terdiri dari epididyrnis dan vasa differentia dan setiap papilla dari vasa differentia berakhir pada daerah yang disebut ejaculatorv duct. Pada hewan mamalia . terdapat beberapa glandula seperti glandula vesicula seininalis, prostata dan bulbouretralis, dan hampir selunili cairan seminal-plasma berasal dari glandula tersebut . Akan tetapi, pada itik jantan tidak terdapat glandula tersebut, dan dilaporkan bahwa semen yang diejakulasikan merupakan campuran antara sper-nratozon dari vasa differentia dan cairan sperma yang berasal dari ejaculatorv eland (NISHI)' .At .a et al.. 1976). Mereka juga rneneliti lebilh dalam tentang mekanismc ejakulasi dan derajad penambalian cairan pada sperma . Alat genitalia pada itik jantan inemanjang dan berbentuk spiral yang dapat mencapai 15 cm pada waktu ereksi . Berbeda dengan penis hewan mamalia . penis itik jantan tidak memiliki jaringan otot . Pada posisi istirahat penis berada di dalam lipatan membran di bagian ventral pada dinding dan berada di sebelah kiri cloaca (SISSON dan GROSSMAN, 1975) . Sepanjang organ ini terdapat saluran/canal yang disebut ejaculatorv grove dan berpangkal di bagian coprodaeuin pada cloaca sampai ke ujung penis . Alat Reproduksi Itik Betina : Seperti lialnya pada ayam, alai reproduksi itik betina terdiri dari dua bagian besar yaitu ovariunr dan oviduct . Walupun ada sepasang ovariunr dan oviduct di rongga penit, namun hanya bagian kiri yang berfungsi, sedangkan yang kanan mengalami rudimenter. Ovarium pada itik menipakan kumpulan kuning lelur (volk) berbagai ukuran, mulai dari yang kecil berdiamater t),5 mm sampai yang besar menyenipai kuning telur. Bagian oviduct merupakan bagian penting pada proses IB, dan terdiri dari in/undibulum, magnum, isthmus, uterus dan vagina. Dalaru proses inseminasi, sejumlah besar .spematozoa tersimpan dalam lipatan-lipatan antara uterus dan vagina (utero-vaginal junction) . Dengan suatu proses yang masih belum diketahui, sejumlah spermatozoa melakukan perjalanan ke oviduct bagian atas, yaitu di daerah chalaziferous, simana spematozoa tersebut disimpan kembali . Tempat ini merupakan tempat terjadinya fertilisasi atau pembuahan telur olelt spematozoon . Perjalanan spermatozoa ini mungkin terjadi setiap hari pada saat oviduct dalam keadan kosong . Untuk itu perlu diketaltrii jutnlah spermatozoa optimal yang hams diinseminasikan agar diperoleh angka fertilitas yang baik. Selain itu, kedalaman inseminasi, agar spermatozoa dapat disimpan di utero-vaginal junction dalam juntlah besar perlu mendapat perhatian .
496
SemfnarNasionalPeternakan don Veteriner 1997
Perilaku Kawin ,91arn Pada Itik : Pada kondisi liar, itik biasanya kawin diatas air, yaitu di sungai-sungai atau danau. Namun pads kondisi intensip, itik dapat kawin dengan hasil fertilitas yang baik tarlpa ada fasilitas kolam untuk kawin. Pada dasarnya ada lima tahapan tingkah laku itik sewaktu kawin yaitu taltap perayuan (courtship), tahap naik diatas punggung den mengatur posisi (mounting and positioning), perangsangan betina (stimulating), ereksi dan ejakulasi (erection and ejaculation), dan gerakan setelah kawin (post coital display). Tahapan-tahapan tersebut banyak diuraikan oleh LORENZ (1951) dan TAN (I980b). WATANABE (1961) telah mengamati tingkah laku kawin alam pada itik yang dipelihara tanpa kolam. Sebelum kawin itik jantan mendekati itik betina dengan kepala naik turun sarnpai mendekati tanah . Walaupun lama perayuan ini berbeda antara itik liar dan yang telah didomestikasi, namun gerakan kepala naik turun selalu tampak pada saat menjelang kawin. Itik jantan kemudian naik di atas punggung betina sambil menggigit bagian atas kepala/leher betina secara kokoh . Kaki itik jantan membuat gerakan seperti memijat bagian punggtmg betina . Gerakan seperti mengunlt ini yang digunakan untuk merangsang itik jantan pada waktu pengumpulan sperma, demikian juga pada betina pada saat inseminasi. Adanya rangsangan oleh pejantan tersebut menyebabkan itik betina mengangkat vaginanya ke atas dan pada saat bersamaan itik jantan mulai menonjolkan penisnya pada lipatan membran di bagian dinding ventral dari cloaca . Dengan satu gerakan yang cepat, ejakulasi terjadi dan kemudian itik jantan nienuniukkan gerakan-gerakan setelah kawin.
Teknik pengumpulan sperma itik Pada dasarnya dikenal tiga metoda pengumpulan sperma pada itik, yaitu metoda rengsangan unit, rengsangan listrik dan vagina buatan (SETIOKO, 1981, CHELMONSKA dan LUKASZEWICZ, 1995) . Beberapa peneliti membuat kombinasi antara ketiga metoda tersebut . Metoda yang paling banyak dilakukan orang adalah rengsangan unit. dan dfkuti oleh rangsangan listrik, sedangkan vagina buatan masili belum banyak dikenal . Teknik rengsangan urut : Teknik ini pertama kali ditulis oleh QUINN dan BURROWS (1936), dan digunakan sebagai dasar teknik pengumpulan sperma unggas hingga sekarang. ONISHI et al. (1955) mengembangkan due metoda pengumpulan sperma itik dengan menggunakan betina penggoda (teaser) untuk merangsang nafsu birahi itik jantan dan menggabungkan dengan teknik rengsangan unit. Teknik ini kemudian dibandingkan dengan teknik rengsangan unit tanpa itik penggoda . Pada teknis pertama, itik jantan dimasukkan dalam kandang itik betina . Pada seat itik jantan naik di atas punggung betina, pejantan tersebut diambil dan dengan menggimakan tangan kanannya, bagian punggung diurut ke arah cloaca . Pada scat yang same operator lain menampung mini' dengan menggunakan tabung yang ditentpelkan di bagian cloaca . Pada metoda kedua, itik jantan diletakkan di atas tanali pada posisi duduk, dan rengsangan unit dilakukan dengan menggunakan jari-jari tangan kirinya pada kedua sisi punggtmg bawah . Gerakan ini diulangi beberapa kali sampai itik jantan terangsang. Setelah itu pengumpulan sperma dilakukan seperti pada teknik pertama . WATANABE dan SUGOMIRI (1957) menguji kembali metoda ONISHI, dan melaporkan baltwa penggunaan meja pengikat pejantan akan lebili mudah dan berhasil . Itik jantan diikatkan pada meja kecil dengan sayap dan kaki diikatkan ke depan, sedangkan bagian cloaca menonjol keluar . Dengan metoda ini, hanya dibutultkan seorang operator. Selanjutnya mereka melaporkan bahwa dari 47 ekor pejantan yang diuji, 10 ekor berhasil diambil spermanya tanpa diadakan latihan sebelumnya, 24 ekor perlu latihan dan sisanya 13 ekor tidak berhasil diambil spermanya . Pejantan mentbutuhkan niasa latihan antara 10 - 15 hari sebelum sperma dapat dikuntpulkan . Riga dilaporkan bahwa latihan hangs dihentikan bile terjadi luka akibat rengsangan
Seminar Namonal Peternakan dan Veteriner 1997
unit yang berulang-ulang kali dilakukan . KAMAR (1962) menguji teknik ini pads berbagai bangsa itik . CHELMONSKA dan GALUSZKOWA (1966) mengurut 18 ekor itik Pekin jantan dan hanya 7 ekor yang dapat diambil spermanya . DAVTYAN dan STARYGIN (1974) berhasil menampu> g sperma 160 ekor dari 200 ekor itik yang dilatih (rata-rata tingkat keberhasilan 80%). Beberapa peneliti seperti PINGEL (1972), OLVER et al. (1977) dan CHAVEZ dan LASMINI (1977) jugs melaporkan telah berhasil menampung spernia itik dengan metoda rangsangan urut; tetapi tidak dilaporkan berapa persen tingkat keberliasilannya . Teknik Rangsangan Listrik : Pada itik jantan yang tidak dapal dilatih dengan metoda rangsangan unit, kadang-kadang rangsangan listrik dapat digunakan dan mengliasilkan sperma berkualitas baik. CHELMONSKA et al. (1962) niampu mengumpulkan sperma dari 17 ekor itik Pekin, dimana 11 ekor fdak dapat dilatih dengan rangsangan unit. SEREBROWSKH dan SKOLOVSKAYA (1934) melaporkan baliwa Inereka berhasil menampung sperma itik, ayam, angsa, ayam mutiara dan bunmg dara dengan menggunakan teknik rangsangan listrik . WATANABE (1961) lebill jauli meneliti metoda ini dengan menggunakan itik Osaka dan entog . Alat yang digunakan terdiri dari sebuah transformer, voltmeter (0 - 30 volt), milliampmeter (I - 100 milliamper) dan tombol kontak . Pertania, itik dipegang oleh seorang operator di antara lengan dan badannya. Sebuah kutub listrik, benlpa janim, dimasukkan di bawah kulit di bagian sisi punggung, sedangkan kutub listrik lainnya benlpa batang besi kecil, dimasukkan ke dalam cloaca sedalarn 4 cm. Pada rangsangan pertania, ants listrik 30 volt dan 60 - 80 milliamper dialirkan dengan menekan ton1bol kontak selania 3 detik dan diulangi sampai tiga atau lima kali dengan interval 5 detik . Dengan menggunakan teknik ini, uniumnN'a penis berapa di dalam posisi semula, tanpa adanya penonjolan penis, sehingga perlu dilakukan peremasan (milking) dan penampungan sperma ke dalam gelas penampung . CHELMONSKA et al. (1962) dan WATANABE (1961) melaporkan bahwa volume dan konsentrasi sperma yang diliasilkan dengan menggunakan metoda ini lebili tinggi dibanding teknik rangsangan urut. Selain itu, pencemaran sperma oleh kotoran (feces dan urine) juga berkurang . Teknik Vagina Buatan : Pertama kali dilakukan pengumpulan mani dengan teknik vagina buatan pada unggas dilaporkan oleli ISHIKAWA (1930), dan berhasil mengumpulkan spernia ayam dengan memasang tabung sebagai vagina buatan pada cloaca ayam betina . TINJAKOv (1933) juga menulis tentang vagina buatan ),ang dipasang di cloaca ayam jantan . Teknik vagina buatan pada itik, pertania kali dilaporkan oleh KUZJMINA (1933) dengan nienggunakan tabung dari gelas yang dimasukkan ke dalam lingkaran kare dan difiksasi di cloaca itik betina . Semen secara otoniatis tertampung di tabung tersebut bila itik jantan nielakukan kawin alani. NISHIYAMA et al. (1976) nienggunakan vagina buatan untuk menampung senien itik jantan . Alat, ini mirip pada vagina buatan untuk ternak besar, tetapi ukurannya lebili kecil dan tidak perlu mengisi air hangat maupun pemberian pelumas . Itik jantan diniasukkan ke dalam kandang betina, pada saat pejantan naik di atas punggung betina, penis diurahkan ke dalani vagina buatan. Dengan metoda ini semen yang bersili dan berkualitas baik dapat dikumpulkan dengan cepat . Rata-rata volume semen per ejakulasi adalah 0,39 ml dan konsentrasinya 9,46 x 109 per ml. Hasil tersebut jauh lebih tinggi dibanding dengan pengunipulan rangsangan unit (CHELMONSKA dan GALUSZKOWA, 1966; PINGEL, 1972) inaupun teknik rangsangan listrik (CHELMONSKA et al., 1962) . Perbedaan ini mungkin disebabkan adanya variasi dari kandungan mani yang dihasilkan oleli vasa differentia dan ejaculatory grove region (TAN, 1980x). TAN (1980b) selanjutnya menguraikan cars pengumpulan sperma dengan teknik vagina buatan pada entog. Teknik ini menggunakan tabung gelas berdiameter 3,5 cm dan panjang 10 cm dan entog betina digunakan sebagai "dummy" . Tingkah laku itik jantan selama periode latilian dan tingkat keberhasilan latihan juga diuraikan . Selanjutnya dilaporkan bahwa 498
Seminar Nasional Peternakan dan Veteriner 1997
dengan teknik vagina buatan ini, sperrna itik dapat lebih sering dikumpulkan tanpa mempengaruhi kualitas dan, kuantitasnya. Namun penelitian ini hanya dilakukan selama 24 hari dan fertilitas spermatozoa, yang merupakan parameter penting untuk menguji kualitas permatozoa, tidak diukur . Perbandingan teknik rangsangan urut, rangsangan listrik dan vagina buatan Penelitian tentang teknik pengumpulan sperma terhadap kulitas dan kuantitas spermatozoa telah dilakukan oleh SETIOKo dan HETZEL (1984), dimana itik dipelihara di kandang baterai dan di pen . Dilaporkan bahwa dari tiga metoda pengumpulan sperrna yaitu vagina buatan, rangsangan Isitrik dan rangsangan urut, diperoleh hasil bahwa teknik vagina buatan menghasilkan volume sperma, konsentrasi sperma dan jumlah sperma per ejakulasi tertinggi dibanding dengan dua teknik lainnya . Pemeliharaan itik jantan di kandang baterai menghasilkan sperma yang lebih baik dibanding dengan itik yang dipelihara di kandang pen . Selain itu, lama fertilitas, yang diukur mulai hari kedua setelah inseminasi sampai telur fertil terakhir, secara nyata lebili tinggi pada teknik vagina buatan (8,8 hari) dibanding dengan teknik rangsangan listrik (6,5 hari) dan rangsangan unit (5,2 hari) . Walaupun teknik vagina buatan membutuiikan ketrampilan tersendiri dari operator, namun teknik ini direkomendasikan untuk digunakan secara umum, karena dapat menghasilkan produksi sperma yang lebih tinggi dan fertilitas yang lebih lama. Penyimpanan sperms pads suhu rendah Spermatozoa unggas memiliki bentuk inorfologi yang berbeda dengan spermatozoa hewan mamalia, karena bentuk kepalanya yang memanjang dan sedikit bengkok, seperti bentuk sabit. Karena bentuknva yang sepern itu, menyebabkan sperma itik sulit untuk diawetkan atau disimpan . Walaupun demikina. penyimpanan sperrna itik sangat berguna untuk tujuan breeding guna meningkatkan mutu genetik itik . Selain itu, penyimpanan sperrna itik pada suhu rendah juga memungkinkan untuk pengembangan bank sperma itik superior, dan pemanfaatan pejantan unggul secara lebih efisien . Kadang-kadang untuk mendapatkan itik jantan yang baik diperlukan import, sehingga hares melalui proses karantina dan aklimatisasi pejantan di negara yang dituju . Namun dengan teknik preservasi sperma cukup membawa sperma beku sehingga lebih sederhana dan murah . Bank spenma juga dapat berfungsi sebagai konservasi berbagai spesies unggas yang terancam kepunalian (SAKHATSKY et al., 1995). Saat sekarang telah dikembangkan berbagai teknik penyimpanan sperma unggas pads suhu rendah dengan ltasil daya tetas yang Itampir sama yaitu antara 50 - 80 % (LAKE et al., 1981, LUKE, 1986) . ANDREYEV (1987) melakukan penelitian penyimpanan sperna pada itik, dimana sperma sebelumnya diencerkan 1 : 1 dengan media B-26 pada sulmt 20 °Cdan ditunmkan suhunya hingga 0 - 2 °C dalam waktu 10 menit . Larutan B-26 terdiri dari 1,4 g glycine, 0,8 g mannitol, 3,0 g lactose, 0,2 g sodium glutamat, 0,08 g magnesium acetat, 0,15 g polyvinyl pyrolidone, 100 ml aquadest dan 10 % dimethylformamide . Lanitan sperma tersebut disimpan dalam bentuk granola, berupa tabung polyethyline dalam volume 0,3 ml dan dibekukan pads sulru -80 °C dengan kecepatan 50 °C per menit, kemudian sampai suhu -196 °C dengan kecepatan 8 - 15 °C per menit. Setelah tersimpan, kemudian granula tersebut di thawing hingga suhu 0° - 2 °C dalam waktu 1 menit, dan kemudian hingga suhu .40 °C sampai bagian solid hilang . Dimethyl formamide dipisahkan melalui centifugasi pada 700 g selama 5 - 15 menit . Hasil inseminasi 2 x per minggu pads itik betina
Sennnor Nosional Peternakan don Vetermer 1997
mengasilkan fertilitas 55 - 60 % dan days tetas 40 - 50 %. Penelitian lain dengan menggunakan teknik yang sama pada angsa oleh SAKHATSKY et al. (1995) menghasilkan fertilitas 85,1 - 91,0 dan daya tetas 66,3 - 72,9 %: Teknik inseminasi sperma ke slat reproduksi itik betina Dalam mengevaluasi fertilitas reproduksi itik betina, jumlah telur yang fertil dan lama fertilitas merupakan dua parameter penting . Lama fertilitas menurut LAKE (1967) adalah jumlah hari antara insenunasi sampai telur fertil teraklur yang dihasilkan, dan ini ditentukan oleh Sifat sifat tersebut sangat tergantung pads spesies, breed, umur dan individu itik, serta sifat-sifat spermatozoa yang diinseminasikan (OLVER et al ., 1977 ; PINGEL 1972; dale CHELMONSKA daft LuKASZEWICZ, 1995). Selanjtanya jumlah telur yang dihasilkan, fertilitas, days tetas dan jumlah DOD yang menetas secara sehat juga perlu diperhatikan. BRILLARD dan SCHELLER (1997) melaporkan bahwa ads-dua teknik inseminasi spenna ke slat reproduksi betina itik, yaitu dengan teknik bantuan jari (finger guided) atau FG dan pembukaan cloaca (everted cloaca) atau EC. Pada teknik FG, sperms dimasukan ke dalam slat reproduksi itik betina dengan menggunakan "straw" dengan menggunakan salah satu tangannya, sedangkan jari telunjuk pada tangan lainnya dimasukkan ke dalam cloaca sebagai petunjuk untuk mencapai saluran reproduksi di dalam cloaca . Pada teknik EC . metnbuka cloaca dengan jalan mendorong bagian lunak di bawah cloaca, sampai cloaca terbuka dan saluran reproduksinya tainpak dari luar. Ujung straw dimasukkan ke dalam saluran tersebut dan secara perlahan tekanan dilepaskan sampai cloaca menutup kernbali dan segera sperms disuntikkan .
Prospek dan aplikasi inseminasi buatan pada itik Inseminasi Buatan pada itik telah diaplikasikan secara komersial dibeberapa negara terutama di Taiwan, Perancis dan beberapa negara Eropah (CHENG et al., 1997; BRILLARD dan SCHELLER, 1997). Produksi itik serati (Mule ducks) yang merupakan kawin silang antara Entogjantan dan itik Mallard betina sebagai penghasil daging di Taiwan telah dioperasionalkan melalui inseminasi buatan dalam jumlah yang besar (HOFFMAN, 1984), sehingga IB pada itik di negara tersebut sudah membudaya di kalangan peternak itik pedaging . Di Taiwan pengembangan teknik IB secara efisien telah dinutlai 30 tahun yang lalu, dan pada talum 1985, 35 juts ekor itik Serati telah dihasilkan di negara tersebut . Telur tetas itik Serati basil IB dikirim pada unuu tetas 28 hari, dan pada saat sampai di negara tujuan, telur tersebut menetas. Untuk dapat menetas, itik Serati membutulikan waktu 32 hari, sedangkan Entog 35 hari, dan itik Pekin 28 hari. Itik Serati dari Taiwan berasal dari perkawinan antara itik petelur Tsaiya dan itik Pekin, yang menghasilkan itik Kaiya, itik ini kemudian dikawinkan dengan Entog jantan untuk menghasilkan itik Serati (TAI, 1985; TAI Ltti dan TAI, 1991). DAFTAR PUSTAKA J.P. and M.F. SCHELLER . 1997 . Mule Duck Production : A Matter of Teclmique to Adequately Inseminate Pekin Female Ducks. In Proceeding I Ith European Symposium on Water Fowl. Nantes (France) September 8 - 10, 1997 . pp . 4101117 .
BRILLARD,
500
Seminar Nasional Peternakan dan Veterrner 1997
E .R . and A. LASMINI. 1977 . Artificial Insemination for Ducks. P4 (Pusat Penelitian dan Pengembangan Peternakan) Repor. pp. I - 8.
CHAVEz,
CHELMONSKA, B. and E. LuKAszEwicz . 1995 . Current State and Future of At in Waterfowl . In Proceedings 10 th European Symposium on Waterfowl . Hats (Saale), Gernani, March 26 - 31, 1995 . pp 225 - 240. CHELMONSKA, B. and H. GALUSZKOWA. 1966 . Observation on Collection of Semen from Drakes by Massaging the Dorsal Ventral Region of the Body . Zesyty Problemowe Postepow Nauk Rolniczych . 61 : pp . 273 277. CHELMONSKA, B., H . GALUSZKOWA, and J. LIsIECKI . 1962 . Electro Ejaculation in Drakes. Medycina Wet. 18 pp . 712 - 714 . CHENG, Y.S ., R. RouvIER, .1 .P . POIVEY, S.C . HUANG, and C . TAI . 1997 . The Selection for the Duration of The Fertile Period in Brown Tsaiya Laing Ducks in Intergeneric Crossbreeding with Muscovy Drakes Fertility and Hatchability. hi Proceeding I Ith European Symposium on Water Fowl . Nantes (France) September 8 - 10, 1997 . pp . 298 -303 . DAVTYAN, A.D . and M.I . STARYGIN . 1974 . Artificial Insemination and Duration of Fertility in Pekin Ducks. Proc . XV Worlds Poutry Congress New Orleans. pp 384 - 386 . HOFFMAN, E. 1984 . Al the key to mule duck development . Poultry International 23 : 10, pp . 84 - 85 ISHIKAWA, H. 1930 . The Life Duration of Cock Spermatozoa Outside the Body . Proc . 4th World Poultry Congress . Pp 90 - 94 (Quoted from Biol . Abst . 1932 (6) : 131081 . KAMAR, A.R . 1962 . Semen Characteristics of Various Breeds of Drakes in the Sub Tropics. .1 . Reprod . Fert . 3 pp . 405 - 409, KUZJMINA, N.D . 1933 . Artificial bnsenninationin Duck . Trndy hnst . Gibrid Askania Nova I : 197 - 205 (Quoted from Animal Breeding Abstract, 1934 : 2 : 1481 . LAKE, P.E . 1967 . Artificial Insemination in Poultry and the Storage of Semen. A Re-apprisal . World Poultry Science Journal 23 (2) : pp . 111 - 132. LORENZ, K. 1951 . Comparative Studies on the Behavior of Anatinae . Agricultural Magazine 57 : pp . 157 182. MSHIYAMA, H., N NAKASHIX,IA, and N. FUIIHARA . 1976 . Studies on the Accessory Reproductive Organs in the drake: 1 . Addition to semen of the fluid from the ejaculatory grove regions. Poultry Science. 55 :pp. 234-242 . OLVER, M.D ., M.A . KuYPER, and D.J . MUULI) . 1977 . Artificial Insemination and Duration of Fertility in Pekin Duck . Agroanimalia 9 : pp . 27 - 30 . ONISHI, N., Y . KATO, and K. FUTAMURA . 1955 . Studies on the Artificial Insemination in Ducks. Bull . Nat . Inst . Agric. Sci. Series 6, No . I 1 : pp . 17 - 31 . PINGEL, H. 1972 . A Contribution to Artificial bnsemnation in Duck Breeding . Wissenclnatlliche Zeitschritlder Humboldt - Universitat zu Berlin, Matln - Nat R XXI (2) pp . 179 -181 . QUIN,
J.P. and W.H . BuRRows. 1936 . Artificial Insemination in Fowl . J. Hered. XXVH : pp. 31 - 37 .
SEREBROWSKII, A.S . and I.I . SOKOLOVSKAYA. 1934 . Electro Ejaculation in Bireds . Probl . Zivotn 5 : pp . 57 - 59 . SETIOKO, A.R . 1981 . Tlne effect of Frequency of Semen Collection and Semen Characteristics on Fertility of Pekin Drakes Semen . A. M .Sc. Thesis . Dep. of Animal Science and Prod . University of Western Australia.
SeminarNasional Peternakan dan Veteriner 1997 SETioxo, A.R. and D.J. HETZEL . 1984 . The effect of collection method and housing system on semen production and fertility of Alabio drakes . British Poultry Science Vol 25 (2) pp . 167 -172 . SIssoN, S. and GRossmAN, J.F . 1975 . The Anatomy of Domestic Animals. Vol 2, 5a' edition. W.B . Saunders Co ., Philadelphia, London Toronto, pp 1933 -1935. TAI, C . 1985 . Duck Breeding and Artificial Insemination in Taiwan . In Duck Production Science and World Practice, Farrell, D.J . and Stapleton, P. (ed) University of New England. pp 193 -203 . TAI
Liu, J.J . and TAI, C . 1991 . Mule duck Production in Taiwan : 1 . Artificial Insemination of Ducks. Food & Fertilizer Technology Center, Extension Bulletin No . 328 : pp. 1 - 6. 1980 a. The Frequency of Semen Collection and Semen Production in Muscovy Ducks. British Poultry Science 21 : pp. 265 -272 .
TAN, N.S . TAN,
N.S . 1980 b. The Training of Drakes for Semen Collection . Ann Zootech. 29 (2) : pp . 93 -103 . 1933 . Novyi Metod Polucenija Spermy u Kurinyli. Prob . Zhivon . Moscow 6 : 90 - 92 [Quoted from Smyth, J.R . Jr . 19681 .
TINJAKOV, G.G .
1961 . Experimental Studies on the Artificial Insemination of Domestic Ducks with Special Reference to the Production of Mule Ducks. J. Fac. Fish . Anim . Husb. Hiroshima Univ . 3 (2) : pp . 439-478 .
WATANABE, M.
and Y . SUGOMIRI . 1957 . Studies on Artificial Insemination of Ducks. Zooteclmica e Veterinaria 12 : pp . 119 - 124.
WATANABE, M.