KEMENTERIAN PEKERJAAN UMUM DAN PERUMAHAN RAKYAT
Edisi
08 Tahun XV Agustus 2017 Karya Cipta Infrastruktur Permukiman
Infrastruktur Di Pinggiran Indonesia Wujud Konkret Kehadiran Negara
daftar isi
Edisi
08/Tahun XV Agustus 2017
04
11 13
15
27
21 04
berita utama
08
liputan khusus
10
info baru
Infrastruktur Di Pinggiran Indonesia Wujud Konkret Kehadiran Negara Menteri Basuki Instruksikan Konstruksi Infrastruktur PSN Sudah Dimulai Tahun 2018 Kementerian PUPR Dukung Kampung Sejahtera Kohod
11
Program PISEW Tingkatkan Sosial Ekonomi WILAYAH Banten
12
Gubernur Riau Ground Breaking Pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum Regional Durolis
13
TPS 3R Kurangi Masalah Sampah Di Kota Manado
02|Edisi 08Tahun XV
14 15
16
Teluk Kendari Disulap Menjadi Obyek Wisata Kabupaten Kepahiang Tingkatkan Taraf Kesehatan Masyarakat melalui Pamsimas
inovasi
Aksi Kita Untuk Indonesia
19
Usulan Algoritma Penyelenggaraan TPA Sampah Regional
21
Sosialisasi dan Penegakan Hukum untuk Cegah Buang Sampah Sembarangan
23
City Prosperity Index (CPI), Mengawal Implementasi Sustainable Development Goals11 (SDGs 11)
27
PHLN Alternatif Sumber Pendanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya
30 32 33
34
sebaiknya anda tahu Kenali dan Cintai Indonesiamu
lensa CK
Upacara Peringatan HUT RI ke-72 Fun Bike-Senam
seputar kita
Walikota Ternate Resmikan Landmark Titik Nol Kota Ternate Dukungan Infrastruktur PLP Untuk Pengembangan KSPN Siap Dibangun Cipta Karya dan Water.org Kerjasama Wujudkan Akses Aman Air Minum
editorial Pelindung Sri Hartoyo Penanggung Jawab Rina Agustin Indriani Dewan Redaksi Dwityo A. Soeranto, Adjar Prajudi, Rina Farida, Dodi Krispratmadi, Muhammad Sundoro Pemimpin Redaksi Mardi Parnowiyoto Penyunting Redaksi Ardhani P, Indah Raftiarty ER, Astaf Aji Pranaya Bagian Produksi Ari Iswanti, Bramanti Nawang Sari, Dewi Savitri, Rizqiah Darmawiasih Bagian Administrasi & Distribusi Fajar Drestha Birawa, Harniati Ulfah Kontributor Sri Murni Edi K, Taufan Madiasworo, Tanozisochi Lase, Diana Kusumastuti, Dian Irawati, Marsaulina Pasaribu, Didiet A. Akhdiat, Boby Ali Azhari, Prasetyo, Ade Syaiful Rachman, Meike Kencanawulan, Komang Raka Maharthana, Sandhi Eko Bramono, Astiana Harjanti, Andika Budi Prasetya, Bhima Dhananjaya, Airyn Saputri Harahap, Meinar Manurung Alamat Redaksi Jl. Pattimura No. 20, Kebayoran Baru 12110 Telp/Fax. 021-7245754
Redaksi menerima saran maupun tanggapan terkait bidang Cipta Karya ke email
[email protected] atau saran dan pengaduan di www.pu.go.id
http://ciptakarya.pu.go.id
Indonesia Kerja Bersama: Kobarkan Semangat Proklamasi, Jaga Kredibilitas dan Integritas
M
emperingati 72 tahun kemerdekaan Negara Kesatuan Republik Indonesia, semangat Proklamasi yakni daya juang yang tinggi dan kebersamaan kokoh dalam membangun negeri harus senantiasa dikobarkan. Tema peringatan ke merdekaan kali ini yaitu, “Indonesia Kerja Bersama” sesuai dengan tujuan dan lingkup tugas Kabinet Kerja di bawah Presiden Joko Widodo dan Wakil Presiden Jusuf Kalla. Tema tersebut menekankan pembangunan infrastruktur bidang Pekerjaan Umum dan Pe rumahan Rakyat hanya dapat dicapai dengan sinergi dan kerja sama antara Kementerian/ Lembaga, Pemerintah Daerah, swasta, dan terutama masyarakat luas. Infrastruktur menjadi prioritas utama pembangunan nasional yang tertuang dalam RPJMN 2015-2019, hal ini dikarenakan infrastruktur mampu meningkatkan daya saing dan mengurangi kesenjangan antar wilayah serta kesenjangan sosial ekonomi masyarakat. Di sinilah kredibilitas dan integritas kita dalam konteks pembangunan dinamis wajib dijaga dan dipertahankan, mengingat harapan publik yang tinggi terhadap capaian kinerja pembangunan infra struktur. Sampai dengan saat ini, capaian infrastruktur permukiman antara lain pembangunan 7 Pos Lintas Batas Negara (PLBN) (Entikong, Aruk, Nanga Badau, Wini, Motaain, Motamasin, dan Skouw), renovasi Gelora Bung Karno dan pembangunan venue olahraga pendukung Asian Games 2018 di Jakarta dan Palembang. Di bidang regulasi, kita juga telah menuntaskan 3 peraturan perundang-undangan salah satunya Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2017 tentang Arsitek. Semangat Proklamasi dan bekerja ala rock and roll menjadi moto Menteri Basuki untuk menyemangati setiap aparatur, bahwa seluruh tugas yang diberikan dapat diselesaikan tepat waktu, administratif, dan mutu. Infrastruktur yang andal dan berkualitas adalah tumpuan dalam menjaga momentum pertumbuhan ekonomi nasional yang positif, se kaligus meningkatkan daya saing Indonesia secara global yang saat ini berada di urutan ke-60. Untuk itu dibutuhkan terobosan yang menyangkut 5 aspek, antara lain regulasi dan hukum khususnya pengadaan tanah, koordinasi antar lembaga yang intensif, skema pembiayaan yang inovatif, kepemimpinan yang jelas dan tegas, serta penerapan hasil riset dan teknologi.
@ditjenck @ditjenciptakarya Ditjen Cipta Karya Ditjen Cipta Karya
Pesan dari Menteri Basuki bagi generasi muda adalah “smart is a must, but not sufficient”. Jadi pintar saja tidak cukup, kita harus membekali diri dengan akhlakul karimah, mental yang kuat, berani, militant, bersih, dan memiliki jiwa seni dalam berinovasi membangun infrastruktur bagi negeri tercinta. (Redaksi)
[email protected]
Cover : Pembangunan Infrastruktur Permukiman di Skouw, Provinsi Papua
Tahun XVEdisi 08 |03
berita utama
Infrastruktur Di Pinggiran Indonesia Wujud Konkret Kehadiran Negara
Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Direktorat Jenderal (Ditjen) Cipta Karya ikut berperan aktif dalam membangun daerah pinggiran Indonesia.
S
esuai Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 20152019, Ditjen Cipta Karya men ca nangkan Gerakan 100-0-100, yaitu 100 persen akses air minum aman, nol persen permukiman kumuh, dan 100 persen akses sanitasi layak. Hal tersebut juga sesuai poin ketiga program Nawa Cita, Pemerintahan Joko Widodo-Jusuf Kalla yang mencanangkan untuk membangun Indonesia dari ping giran dengan memperkuat daerah-daerah pinggiran dan desa dalam kerangka ne gara kesatuan. Untuk mewujudkannya, bentuk konkret kehadiran negara sangat diperlukan. Untuk itu, beberapa strategi
04|Edisi 08Tahun XV
pelaksanaan dan program strategis telah disiapkan. Tahun 2017, Ditjen Cipta Karya ber ko mitmen untuk mengentaskan per mukiman kumuh seluas 1.160 hektare, termasuk di dalamnya penataan enam kawasan kampung nelayan. Untuk men capai 100 persen akses sanitasi la yak, akan dilakukan pembangunan pengo lahan Sistem Pengelolaan Air Limbah (SPAL) skala regional, kota, kawasan dan berbasis masyarakat untuk 654.266 rumah tangga. Kemudian pembangunan sistem penanganan persampahan skala regional, kota, kawasan dan berbasis masyarakat untuk 1,2 juta rumah tangga, dan pengurangan genangan seluas 391 hektare melalui pembangunan infra struktur drainase. Untuk mewujudkan akses aman air minum, Ditjen Cipta Karya juga me lakukan kegiatan pembangunan Sis tem Penyediaan Air Minum (SPAM) regional, kawasan perkotaan, kawasan khusus (de sa rawan air/perbatasan/pulau kecil terluar), dan SPAM berbasis masyarakat untuk 2,9 juta jiwa dengan kapasitas 8.785 liter per detik. Selain kegiatan itu, Ditjen Cipta Kar ya mempunyai program infrastruktur berbasis masyarakat (IBM) yang bertu
juan untuk meningkatkan kualitas infra struktur permukiman bagi masyarakat menjadi layak huni dan berkelanjutan. Pembangunan IBM ini dikemas dalam beberapa program, yaitu program Penye diaan Air Minum dan Sanitasi Ber ba sis Masyarakat (Pamsimas), Sanitasi Ber basis Masyarakat (Sanimas), Kota Tanpa Kumuh (KOTAKU), dan PISEW. Di tahun 2017, Pamsimas akan dilaksanakan di 4.674 desa, Sanimas di 526 kelurahan, dan KOTAKU di 1.185 kelurahan. Khusus di daerah perbatasan dan pu lau-pulau kecil terluar, Ditjen Cipta Karya juga sudah melakukan beberapa te ro bosan. Direktur Jenderal Cipta Karya Sri Hartoyo mengutarakan pada 2016, Ditjen Cipta Karya telah membangun SPAM di 10 kawasan daerah pinggiran de ngan kapasitas sebesar 75 liter/detik. Untuk 2017, sedang dibangun SPAM di tiga lokasi pelabuhan perikanan, yaitu kawasan nelayan PPU Ujong Pancu Ka bupaten Aceh Besar, Pulau Kalepon Dis trik Tabonji Kabupaten Merauke, dan kawasan nelayan Werwaru Kabupaten Maluku Barat Daya. Di bidang pengem bangan kawasan permukiman di daerah pinggiran, pada 2016 Ditjen Cipta Karya telah berhasil mengurangi kawasan ku muh seluas 438,38 hektare.
Untuk pembangunan kawasan per batasan, Ditjen Cipta Karya hadir untuk me ningkatkan kualitas lingkungan per mukimannya. “Paling tidak ada tiga hal yang disen tuh Ditjen Cipta Karya di sana antara lain jalan akses dan lingkungan sehingga mo bilitas penduduk menjadi lebih lancar, sistem penyediaan air minum sesuai de ngan standar pelayanan yang ada, dan hal-hal terkait sanitasi,” tutur Sri Hartoyo. Untuk pengembangan kawasan per
Tahun XVEdisi 08 |05
mu kiman di perbatasan, selain mem ba ngun PLBN Ditjen Cipta Karya telah melakukan pembangunan infra struktur di beberapa wilayah perbatasan seperti Entikong, Nanga Badau, Aruk, Motaain, Motamasin, Wini, Skouw, Sebatik Tengah, dan Long Apari. Pembangunan tersebut diharapkan dapat menjadikan kawasan perbatasan sebagai pusat pertumbuhan ekonomi khususnya pengembangan ekonomi lo kal, simpul utama transportasi wila yah,
06|Edisi 08Tahun XV
pintu gerbang internasional atau pos pemeriksaan lintas batas, serta mening katkan kualitas lingkungan, kemakmu ran, kesejahteraan melalui pemenuhan kebutuhan dasar masyarakat, untuk me ngurangi kesenjangan antar wilayah, du kungan terhadap kawasan perbatasan, tertinggal, terpencil, dan terisolir mela lui penyediaan akses di desa-desa di kecamatan lokasi prioritas dengan kon disi infrastruktur yang me madai, baik transportasi darat, sungai, laut, dan udara.
Selain itu, Ditjen Cipta Karya juga melakukan upaya penanganan bagi pu lau-pulau kecil terluar. Pulau Kecil adalah pulau dengan luas lebih kecil atau sama dengan 2.000 km2 beserta kesatuan eko sistemnya (UU No.27 Tahun 2007 Ten tang Pengelolaan Wilayah Pesisir Dan Pulau-Pulau Kecil). Pulau-pulau Kecil Terluar (PPKT) adalah pulau-pulau kecil yang memiliki titik-titik dasar koordinat geografis yang menghubungkan garis pangkal laut kepulauan sesuai dengan hukum internasional dan nasional. (Kep pres Nomor 6 Tahun 2017 tentang Tun jangan Jabatan Fungsional Pemeriksa Perlindungan Varietas Tanaman). Pada 2017, penanganan tersebut dilaksanakan di Pulau Lingayan, Provinsi Sulawesi Tengah. Untuk mengembangkan dan menjaga ekosistem dilihat dari kondisi Pulau Lingayan, antara lain dilakukan pengembangan dan pengelolaan peri kanan tangkap dan budidaya melalui pengembangan teknologi, penyediaan sa rana dan prasarana perikanan dan pembukaan akses pasar. Sementara untuk mengembangkan Pulau Marampit, Provinsi Sulawesi Utara dilakukan antara lain, pemeliharaan titik refrensi dan titik dasar, pemeliharaan sa rana bantu navigasi pelayaran, upaya pe
negakan hukum dan pengawasan yang dilakukan bersama-sama antara apa rat dan masyarakat, mengembangkan perikanan tangkap dan budidaya, dan pem bindaan dan pembentukan daerah lindungan laut berbasis masyarakat. Ditjen Cipta Karya melakukan semua itu melalui kerja sama dengan kemen terian lainnya yang dimulai dari tahap perencanaan, pembangunan, hingga ta hap pemanfaatan dan pemeliharaan. Pada tahap perencanaan, mengacu pada Instruksi Presiden Nomor 6 tahun 2015 tentang Percepatan Pembangunan 7 Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Terpadu dan Sarana Prasarana Penunjang di Kawasan Perbatasan, Kementerian PUPR bertindak sebagai anggota yang dikoordinasikan Kementerian Koordinator Bidang Polhu kam bersama Badan Nasional Pengelola Perbatasan (BNPP). Dalam tahap pembangunan, Ke menterian PUPR bekerja sama dengan BNPP dan Pemerintah Provinsi/dae rah maupun kabupaten/kota dalam rang ka mensinkronkan perencanaan yang sudah disusun dengan kebijakan pem bangunan di daerah. Secara khusus, ter kait dengan penyediaan lahan yang dimiliki pemerintah daerah dan pem bebasan lahan milik masyarakat, Ditjen Cipa Karya bekerja sama dengan peme rintah kabupaten menyediakan lahan pembangunan PLBN. Sedangkan pola
kerja sama dengan masyarakat, Ditjen Cipta Karya mengikutsertakan masyara kat lokal secara aktif dalam proses pem bangunan melalui pemberdayaan masya rakat sebagai tenaga kerja pada saat pembangunan PLBN. Sementara, salah satu desa yang su dah merasakan manfaat pembangunan infrastruktur permukiman di kawasan perbatasan adalah Desa Aji Kuning. Desa ini terletak di Kecamatan Sebatik Tengah, Kabupaten Nunukan, Provinsi Kalimantan Utara. Di desa tersebut terdapat potensi agropolitan yaitu hasil perkebunan dan pertanian, serta hasil perkebunan dan pertanian diangkut/dijual ke pasar me lalui Sungai Aji Kuning. Hal ini dika renakan akses melalui jalan darat belum tersedia secara memadai. Selain itu, akses
masyarakat ke lokasi fasilitas umum dan fasilitas sosial juga terbatas. Ditjen Cipta Karya juga membangun jalan akses menuju lokasi sekolah dan pasar. Bukan hanya itu, jembatan untuk menghubungkan pada jalan akses per mukiman juga dibangun. “Saat ini, jalan lingkungan dan jembatan itu telah dimanfaatkan masyarakat menuju lokasi se kolah, pasar dan fasilitas sosial dan umum lainnya,” kata Sri Hartoyo. Sri Hartoyo menambahkan, pemba nguan infrastruktur di daerah perbatasan dan pulau-pulau kecil terluar diharapkan mampu mengurangi kesenjangan antar wilayah, dukungan terhadap kawasan perbatasan, tertinggal, terpencil, dan ter isolir serta dapat menumbuhkan per e konomian di wilayah tersebut. (Teks: bns)
Tahun XVEdisi 08 |07
liputan khusus
Menteri Basuki Instruksikan
Konstruksi Infrastruktur PSN Sudah Dimulai Tahun 2018
Kabinet Kerja di bawah Presiden Joko Widodo dan Wapres Jusuf Kalla telah menetapkan 245 Proyek Strategis Nasional (PSN) sebagaimana tertuang dalam Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017.
08|Edisi 08Tahun XV
D
ari 245 PSN tersebut, 151 di antaranya merupakan proyek in fra struktur yang dikerjakan oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Peru mahan Rakyat (PUPR). Sebanyak 4 proyek sudah selesai pembangunannya, yakni Bendungan Te ritip dan tiga Pos Lintas Batas Negara (PLBN) Nanga Badau, Wini, dan Aruk. Sebanyak 97 proyek dalam tahap kons truksi seperti Bendungan Gondang, Ka rian, Lolak, Jalan Tol Elevated Cikampek II, Tol Becakayu, dan SPAM Umbulan. Sementara itu 50 proyek lainnya masih dalam tahap persiapan maupun tahap lelang. “Salah satu syarat sebagai PSN, proyek tersebut harus sudah dimulai
konstruksinya tahun 2018. Bila tidak, akan dikeluarkan dari daftar PSN,” jelas Menteri PUPR Basuki Hadimuljono saat Rapat Kerja (Raker) Kementerian PUPR, di Gedung Auditorium PUPR, Jakarta, Selasa (30/08/2017). Sebagian PSN lainnya sudah selesai namun tidak masuk dalam lingkup Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tentang Perubahan Atas Peraturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan PSN antara lain 6 bendungan (Rajui, Bajulmati, Nipah, Payaseunara, Titab, dan Jatigede), 4 PLBN (Skouw, Motaain, Motamasin, dan Entikong) dan Jalan Tol Gempol-Pandaan. Basuki juga menginstruksikan agar dila kukan pengalihan alokasi anggaran
proyek infrastruktur yang belum lelang tahun 2017 untuk menambah pendanaan proyek infrastruktur yang dibiayai secara tahun jamak (multiyears) sehingga mem percepat penyelesaiannya, sekaligus me ngurangi kebutuhan pendanaan pro yek tersebut pada tahun 2018. Disamping memacu kerja Kemen terian PUPR dengan ritme rock and roll, Menteri Basuki meminta kepada pegawai Kementerian PUPR untuk menjauhi nar koba dan perilaku koruptif. “Semua harus mawas diri, kita perkuat iman kita untuk tidak berbuat tercela. Kita bekerja adalah sebagai ibadah dan untuk keluarga. Ingat itu,” kata Basuki. Basuki menambahkan, agar infra struktur yang dibangun tidak hanya ce pat tapi juga berkualitas. Selain itu se mua Satker dan PPK harus benar-benar memperhatikan tertib waktu, tertib biaya, tertib administrasi, dan tertib mutu. “Pe kerjaan harus cepat selesai, progres pe nyerapan keuangan juga baik, dan semua pelaksana selamat,” tutur Basuki. Dalam Raker yang mengangkat Te ma: “Satu Hati, Satu Pikiran, dan Satu Langkah Mempercepat Pembangunan In frastruktur PUPR untuk Negeri” dibe ri kan pembekalan untuk memberikan mo tivasi bekerja dengan hati. Amanah tersebut harus dilaksanakan dengan ke pe mimpinan yang kuat, didukung oleh seluruh jajaran dengan penuh semangat dan motivasi, serta dilandasi oleh kode etik dan perilaku.
Ditjen Cipta Karya Optimis Capai 96% Target Pembangunan 2017 Dalam Peraturan Presiden Nomor 58 Tahun 2017 tentang Perubahan atas Pe raturan Presiden Nomor 3 Tahun 2016 tentang Percepatan Pelaksanaan Proyek Strategis Nasional, dari 248 PSN terdapat 151 diantaranya merupakan proyek infrastruktur yang merupakan tugas dan fungsi Kementerian PUPR dan terkait bidang Cipta Karya terdapat 22 PSN. Dari 22 proyek strategis nasional ter sebut terdiri dari 8 proyek pembangunan SPAM Regional, 1 proyek penyediaan in frastruktur sistem air limbah komunal, 3 proyek pembangunan Pos Lintas Batas Negara (PLBN) dan sarana penunjang, serta proyek pembangunan infrastruktur permukiman untuk 10 Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN). Di antara pro yek tersebut, terdapat proyek yang sudah selesai masa konstruksinya yakni pembangunan 3 PLBN Nanga Badau, Aruk dan Wini. Sementara itu masih ada proyek yang masih dalam persiapan, tahap le lang, maupun sedang masa konstruksi. Direktur Jenderal Cipta Karya Sri Hartoyo menjelaskan, pada tahun 2017 Direktorat Jenderal Cipta Karya juga mem bangun proyek strategis lainnya yang saat ini masih dalam proses kons truksi yaitu renovasi stadion utama Gelora Bung Karno (GBK) dengan capaian fisik 83,20%, 56,07% untuk pembangunan training facility GBK, 80,15% untuk re novasi sta dion renang, 88,40% untuk
renovasi istana olahraga, 98,82% untuk renovasi stadion tenis indoor dan tenis outdoor center court GBK, 55,39% untuk renovasi stadion madya, lapangan softball pintu I, lapangan baseball dan gedung basket GBK, 44,14% untuk pembangunan dan renovasi shooting range Jakabaring sport city, 53,72% untuk pembangunan infrastruktur venue Danau Dayung Jaka baring sport city, 85,13% untuk TPA Re gional Nambo Kabupaten Bogor, serta 94,2% untuk TPST Kota Malang. Semua proyek tersebut ditargetkan selesai pada Tahun 2017 ini. Pada tahun 2018, Direktorat Jen deral Cipta Karya berkomitmen untuk me ngentaskan permukiman kumuh se luas 1.991 hektar termasuk di 6 kawasan kampung nelayan, menyediakan air mi num melalui pembangunan SPAM re gional, SPAM kawasan perkotaan, SPAM kawasan khusus, SPAM rawan air, dan SPAM berbasis masyarakat dengan kapa sitas 4.193 liter/detik. Untuk mewujudkan sanitasi layak, akan dilakukan pembangunan Sistem Pe ngelolaan Air limbah skala regional, kota, kawasan dan berbasis masyarakat untuk 860.836 rumah tangga, pembangunan sistem penanganan persampahan skala regional, kota, kawasan, dan berbasis masyarakat untuk 882.403 rumah tang ga, serta pengurangan genangan seluas 413 hektar melalui pembangunan in frastruktur drainase. Selain itu, Direktorat Jenderal Cipta Karya juga melaksanakan kegiatan stra tegis lainnya, antara lain melakukan re vitalisasi kawasan tematik perkotaan di 24 kawasan, pembangunan 10 KSPN me lalui penataan kawasan, pembangunan infrastruktur permukiman khusus, SPAM kawasan khusus dan Sistem Pengelolaan Air Limbah skala kawasan, pembangunan 7 PLBN dan 9 lokasi pengembangan per mukiman, serta Pengembangan Infra struktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW) di 800 kecamatan. “Kami optimis semua target pem bangunan yang direncanakan dapat se lesai tepat waktu dan pemanfaatan ang garannya dapat mencapai 96% se suai dengan prognosis di dalam rapat kerja Kementerian PUPR 2017,” tegas Sri Hartoyo. (Teks: Redaksi)
Tahun XVEdisi 07 |09
info baru
Kementerian PUPR Dukung Kampung Sejahtera Kohod Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) melalui Ditjen Cipta Karya turut mendukung program Organisasi Aksi Solidaritas Era Kabinet Kerja (OASE-KK) yaitu Kampung Sejahtera Desa Kohod, Kecamatan Pakuhaji, Tangerang. Iriana Joko Widodo dan Mufidah Jusuf Kalla beserta anggota OASEKK mengunjungi Desa Kohod ke beberapa titik, Rabu (02/08/2017).
D
i Desa Kohod, Iriana Joko Widodo beserta rombongan meninjau lang sung berbagai fasilitas penunjang yang telah dibangun di desa tertinggal tersebut seperti Posyandu, Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD), Rumah Instan Sederhana Sehat (RISHA), kebun bibit,
10|Edisi 08Tahun XV
lapangan bulu tangkis hingga rumah ibadah. Desa Kohod merupakan salah satu gambaran desa miskin di Kabupaten Tangerang dengan, sekitar 60 persen dari 8.000 jiwa penduduk desa ini hidup dari bertani dan nelayan. Selain didukung pe ngurus PKK Kabupaten Tangerang. desa binaan Oase-KK ini dipilih se bagai kampung sejahtera dengan per timbangan meskipun sangat dekat de ngan Ibu Kota Jakarta kondisinya
memprihatinkan. Dengan terdapat 90-an rumah kumuh, infrastruktur jalan desa yang buruk, persoalan sanitasi dan lahan pertanian yang tidak digarap. Namun sejak tahun 2016 ditetapkannya desa ini sebagai kampung binaan Oase, desa ini mulai berbenah. Dalam kunjungan ini turut hadir mendampingi Direktur Pengembangan Kawasan Permukiman (PKP) Rina Farida. Rina menjelaskan, Ditjen Cipta Karya turut mendukung dengan membangun infrastruktur permukiman antara lain gerbang atau gapura Kohod, peningka tan jalan poros dan jalan lingkungan, pembangunan sumur air bersih dan su mur resapan, pembangunan MCK dan Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas), pengadaan tempat sampah dan kontainer, pengembangan SPAM di kawasan rawan air, pembangunan drainase lingkungan, pembangunan sarana pendukung se perti taman sepadan sungai, lapangan bulutangkis dan pergola. “Dibangunnya infrastruktur permu kiman di Desa Kohod, saya harap dapat dipelihara keberlanjutannya oleh masya rakat, dengan dapat menjaga dan me manfaatkannya dengan baik,” harap Rina. (Teks: kompuck)
info baru
Program PISEW Tingkatkan Sosial Ekonomi WILAYAH Banten
P
rogram tersebut dilaksanakan di beberapa kabupaten/kota di Provinsi Banten, seperti di Desa Bangkonol Kecamatan Koroncong Kabu paten Pandeglang pada tahun 2016. Tujuan dari program PISEW yaitu meningkatkan pengembangan sosial ekonomi wilayah berbasis pada poten si sumber daya lokal untuk mengurangi kesenjangan antar wilayah melalui pem bangunan infrastruktur wila yah da lam rangka meningkatkan kesejahteraan so sial masyarakat. Kepala Satuan Kerja Pengembang an Kawasan Permukiman (Satker PKP) Provinsi Banten Andreas mengatakan, program PISEW ini sesuai dengan Nawa Cita Presiden Republik Indonesia yaitu membangun Indonesia dari pinggiran dengan memperkuat daerah-daerah dan desa dalam kerangka kesatuan, mening katkan produktivitas rakyat dan daya saing di pasar internasional, serta me wujudkan kemandirian ekonomi dengan menggerakkan sektor-sektor stra tegis ekonomi domestik. “Sasaran kegiatan program PISEW tertuju langsung ke lingkungan ma
sya rakat sehingga memudahkan in frastruktur perhubungan/transportasi, pen dukung produksi dan pemasaran hasil pertanian, peternakan, perikanan, in dustri dan pariwisata, terlebih lagi da lam pembangunan program PISEW ini melalui pemberdayaan masyarakat,“ tutur andreas. Pada dasarnya program ini dilan dasi pada empat pendekatan yaitu pendekatan partisipatif birokratis se perti adanya partisipasi Pemerintah Kabupaten/Kota dalam menentukan pembangunan desa berkembang yang men jadi sentra produksi partisipatif teknokratis yaitu pendekatan dalam pem buatan perencanaan DED (Detail Engineering Design) yang melibatkan
Ditjen Cipta Karya telah mengembangkan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya pada sektor sosial ekonomi wilayah, yang disebut program Pengembangan Infrastruktur Sosial Ekonomi Wilayah (PISEW). fasilatator, pokja, forum kecamatan serta stakeholder lainnya. Tekhnokratis yaitu adanya birokrasi dalam pelaksanaan antara PPK PKP dengan pihak penyedia jasa konstruksi. Sedangkan birokratis yaitu dilaksana kan antara Pemerintah Provinsi dengan Pemerintah Kabupaten/Kota dalam rangka melaksanakan serah terima aset infrastruktur yang terbangun untuk di manfaatkan dan dipelihara. (Teks: Afq/Ero/Randal Banten/ari)
Tahun XVEdisi 08 |11
info baru
Gubernur Riau Ground Breaking Pembangunan SPAM Regional Durolis Ground breaking pembangunan Sistem Penyediaan Air Minum (SPAM) regional Durolis (Dumai, Rokan Hilir, Bengkalis), Senin (21/08/2017) menandai dimulainya pelaksanaan pembangunan air minum di Provinsi Riau khususnya di ketiga wilayah kabupaten tersebut.
S
ebagai tindak lanjut atas kese pa katan bersama serta perjanjian kerja sama yang telah ditan datangani pada 18 juli 2017 yang lalu antara Pemerintah Provinsi Riau bersama Kementerian PUPR dan Pemerintah Kota Dumai, Kabupaten Rokan Hilir dan Kabu paten Bengkalis, pemerintah yang secara sinergis akan mewujudkan pelayanan air minum yang aman bagi masyarakat. SPAM Regional Durolis ini direnca nakan memiliki kapasitas sebesar 1.500 liter/detik yang terbagi dalam 3 tahap. Tahap I sebesar 400 liter/detik akan dimulai pembangunannya pada tahun
12|Edisi 08Tahun XV
2017 dan akan melayani 6 kecamatan di Dumai, 4 kecamatan di Rokan Hilir, dan 2 kecamatan di Bengkalis dengan jumlah Sambungan Rumah (SR) yang terlayani sebanyak 40.000 SR. Hadir dalam acara, Dirjen Cipta Karya yang diwakili oleh Direktur Pengem bangan Sistem Penyediaan Air Minum, M Sundoro, Kepala Balai Wilayah Sungai Ditjen Sumber Daya Air Asmelita, Wa likota Dumai Zulkifli As, Bupati Rokan Hilir Suyatno, Bupati Bengkalis Amril Mukminin, anggota DPRD Provinsi Riau dan para tokoh masyarakat. Acara diresmikan oleh Gubernur Riau Arsyadjuliandi Rahman. Dalam sam butannya Arsyadjuliandi mengatakan bahwa amanah Undang-Undang Dasar 1945 disebutkan bahwa bumi dan air adalah milik negara yang digunakan sebesar-besarnya untuk kemakmuran dan kesejahteraan rakyat. “Penyediaan air minum yang layak di Provinsi Riau menjadi tanggungjawab kita semua baik pemerintah, masyarakat, maupun peran serta swasta dalam rangka upaya pen capaian Sustainable Development Goals (SDGs) dimana pada akhir tahun 2019, diharapkan 100% masyarakat Riau dapat mengakses layanan air minum yang la yak,” tutur Arsyadjuliandi. Pembangunan SPAM Regional Du rolis diinisiasi oleh Pemerintah Provinsi
Riau sebagai bagian dalam perwujudan komitmen Pemerintah Provinsi untuk peningkatan pelayanan dasar pub lik yakni pelayanan di bidang air mi num. SPAM Regional Durolis adalah salah satu skenario pengembangan air minum regional dari rencana 3 SPAM Regional yang akan dikembangkan di seluruh wilayah Provinsi Riau. Dukungan Kementerian PUPR khususnya Ditjen Cipta Karya dan Ditjen Sumber Daya Air dalam upaya meningkatkan pelayanan dasar air minum bagi masyarakat, menjadi kunci keberhasilan penyelenggaraan SPAM Regional Durolis. Sundoro mengungkapkan, sumber air yang digunakan dalam pembangunan air minum Durolis berasal dari Sungai Rokan yang menjadi sumber air baku satu-satunya yang layak digunakan un tuk pelayanaan air minum di ketiga wilayah tersebut. Tahap I ini akan me nelan biaya kurang lebih Rp. 800 milar yang didanai bersama oleh APBN. APBD Provinsi dan APBD kabupaten/kota. “Di ha rapkan pada akhir tahun 2018 ma syarakat di Rokan Hilir akan dapat me nikmati pelayanan air minum yang layak. Kemudian pembangunan jaringan pipa distribusi yang cukup panjang untuk me layani wilayah Dumai dan sekitar Duri dapat dinikmati pada akhir tahun 2019,” tutur Sundoro. (Teks: AP-RandalRiau/ari)
info baru Agar infrastruktur tersebut dapat berkelanjutan, dibutuhkan suatu lembaga/instansi pengelola oleh Pemerintah Daerah masing-masing kabupaten/kota.
TPS 3R KURANGI MASALAH SAMPAH DI Kota Manado Untuk mengatasi permasalahan sampah di Kota Manado Pemerintah Pusat dan Daerah bekerja sama dalam mencari solusi lewat pembangunan TPS 3R.
P
ada kesempatan ini, Wali Kota Ma nado Vicky Lumentut mele takkan batu pertama untuk pem bangunan TPS 3R di Kelurahan Malen deng, Kecamatan Paal Dua Kota Manado, Selasa (22/08/17). Dalam sambutannya, Vicky Lumen tut menyampaikan apresiasi kepada Pemerintah Pusat yang sudah memban tu Pemerintah Kota Manado dalam me ngatasi masalah persampahan, me ngingat TPA di Kota Manado sudah tidak bisa menampung lagi produksi sampah dari masyarakat. “Kami berharap lewat pembangunan TPS 3R ini akan me ngurangi bahkan menanggulangi ma salah sampah yang ada di Kota Manado, oleh karena itu sekiranya ma syarakat yang tergabung dalam KSM Manguni selaku pelaksana pembangunan dapat melaksanakan tugas dan tanggung ja wabnya sebaik mungkin agar TPS 3R ini dapat terbangun sesuai dengan yang diharapkan bersama,” tutur Vicky.
Sementara itu, Kepala Bidang Cipta Karya Dinas Pekerjaan Umum dan Pena taan Ruang Daerah Provinsi Su lawesi Utara Hengki Manumpil me nuturkan, sesuai dengan Peraturan Pre siden No
mor 2 Tahun 2015 tentang Rencana Pem bangunan Jangka Me nengah Na sional Tahun 2015-2019, dia manatkan pada tahun 2019 seluruh ma syarakat mendapatkan akses sanitasi dan air mi num yang aman. Salah satu strategi pemenuhan target tersebut, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melaksanakan penyediaan infrastruktur sanitasi berupa pengolahan air limbah, persampahan, dan drainase. Agar infrastruktur tersebut dapat berkelanjutan, dibutuhkan suatu lembaga/instansi pengelola oleh Pe merintah Daerah masing-masing ka bupaten/kota. Hal tersebut sejalan dengan Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah, yaitu pengelolaan dan pengembangan sistem air limbah maupun persampahan menjadi kewenangan Pemerintah Ka bupaten/Kota, sehingga nantinya dalam mewujudkan 100% akses sanitasi yang layak pada tahun 2019. (Teks: MLQ / Randal Sulut/ari)
Tahun XVEdisi 08 |13
info baru
Teluk Kendari Disulap Menjadi Obyek Wisata
Ditjen Cipta Karya melalui Satker Penataan Bangunan Lingkungan (PBL) Provinsi Sulawesi Tenggara menjadikan kawasan mangrove (hutan bakau) di Teluk Kendari sebagai kawasan wisata mangrove Teluk Kendari.
14|Edisi 08Tahun XV
K
asatker PBL Provinsi Sulawesi Tenggara Markus Gana, di Kendari, Selasa (02/08/2017) menjelaskan, dinamakan Wisata Mangrove Lahundape dengan masyarakat lokal setempat ka rena kawasan ini terletak di Kelurahan Lahundape, Kecamatan Kendari Barat, Kota Kendari dengan kawasan seluas 1,5 hektar. “Aktivitas masyarakat semakin me ningkat saat hari libur dan akhir pe kan. Berbagai macam aktifitas para pe ngunjung antara lain memancing, fo to, wisata kuliner serta menikmati peman dangan suasana Teluk Kendari,” tutur Markus. Markus mengatakan, selain menjadi alternatif wisata di Kota Kendari, ka wasan mangrove ini juga dapat menum buhkan kegiatan ekonomi khususnya bagi para pedagang yang ber jualan di
sekitar kawasan tersebut dengan tetap memperhatikan kebersihan dan ke nya manan. Jaya (22), salah satu pedagang ak sesoris mengaku sudah hampir setahun berjualan di kawasan tersebut dan me rasa sangat senang karena adanya pe ningkatan penjualan dengan ramainya pengunjung yang datang dan berbelanja terutama saat akhir pekan. Senada dengan hal tersebut, salah satu pengunjung kawasan wisata mang rove Mila (21) mengungkapkan, dirinya sering mengunjungi kawasan mangrove karena selain gratis (tanpa tiket masuk) juga dapat menikmati pemandangan Teluk Kendari. “Hanya ke depannya perlu dibuatkan pagar pe ngaman agar lebih aman untuk para pengunjung khususnya anak-anak,” saran Mila. (Teks: Eny-Maman Randal Sultra/bns)
info baru
Kabupaten Kepahiang Tingkatkan Taraf Kesehatan Masyarakat melalui Pamsimas Program Pamsimas masuk ke Kebupaten Kepahiang melalui Pamsimas II sejak tahun 2013-2016 dengan jumlah desa penerima program sebanyak 20 desa di 7 kecamatan, dengan total dana Rp. 4,8 Miliar.
K
epala Satker Pengembangan Sis tem Penyediaan Air Minum (SPAM) Provinsi Bengkulu Eko Kuncoro mengatakan bahwa Pamsimas merupa kan program berkelanjutan yang me li batkan masyarakat dalam pelak sa naan dan pengelolaannya. “Program Pamsimas bertujuan un tuk memberikan akses pelayanan air
minum kepada masyarakat berpenghasi lan rendah di wilayah perdesaan dan meningkatkan penerapan nilai dan pe ri laku hidup bersih dan sehat dalam rangka pencapaian target 100% akses air minum pada tahun 2019,” terang Eko saat ditemui di Ruang PSPAM Provinsi Bengkulu, Senin (21/08/2017). Desa Kembang Seri Kecamatan Ber mani Ilir Kabupaten Kepahiang me ru pakan penerima manfaat program Pam simas II sejak tahun 2015. Sebanyak 30 Sambungan Rumah dan memiliki 15 keran umum dioperasikan pada program Pamsimas pertama kali. Kemudian Desa Kembang Seri terus mengembangkan jaringan untuk pelayanan kepada masya rakatnya. Ketua BPPSPAM Desa Kembang Seri, Syaiful Andi mengatakan masuknya Pam simas ke Desa Kembang Seri membe rikan kontribusi positif terhadap pening
katan taraf kesehatan masyarakat. “Sejak masuknya Pamsimas di desa kami, masyarakat sudah jarang terserang muntaber, berbeda sekali dengan kondisi sewaktu Pamsimas belum ada, ketika masyarakat melakukan MCK di sungai,” terang Syaiful. Sementara Bupati Kabupaten Ke pahiyang, Hidayat pada saat acara pe letakan batu pertama program Pam simas 2017 berharap adanya keterlibatan seluruh SKPD untuk bekerjasama guna mencapai target akses universal sektor air minum dan sanitasi, yaitu 100% masyarakat mendapatkan layanan air minum dan sanitasi yang layak. “Semoga program Pamsimas III akan dapat berjalan sukses dan sarana yang dibangun, dapat berguna, bermanfaat untuk masyarakat dan tentu saja dipe lihara keberlanjutannya,” harap Hidayat. (Teks: Memo/Indah/RDLBKL/ari) Tahun XVEdisi 08 |15
inovasi
Aksi Kita Untuk Indonesia Fadhilah Annisa *)
Indonesia memang kaya akan sumber daya, baik sumber daya alam maupun manusianya. Tapi sayang, hal tersebut tidak berbanding lurus dengan kondisi lingkungannya.
P
ekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat melalui Direktorat Jenderal Cipta Karya menyelenggarakan kegiatan untuk menjadi wadah bagi para remaja memajukan sanitasi di Indonesia. Duta sanitasi, sebagai tombak utama dalam hal ini. Duta sanitasi yang merupakan anak-anak SMP pilihan dari berbagai provinsi di Indonesia, dibimbing melalui kegiatan Jambore Sanitasi yang sudah dilaksanakan mulai tahun 2008 hingga sekarang. Dalam kegiatan tersebut, anak-anak Indonesia yang ter
16|Edisi 08Tahun XV
pilih diberi pembekalan mengenai ba gaimana sanitasi yang baik, dengan harapan agar bisa menaikkan mutu sa nitasi di Indonesia hingga mencapai 100%. Penulis bernama Fadhilah Annisa, duta sanitasi Provinsi Sumatera Utara tahun 2013 merupakan satu dari sekian pelajar yang mengikuti Jambore Sanitasi di Jakarta. Sebagai Duta Sanitasi, banyak program yang harus kami lakukan demi sanitasi baik di Indonesia. Mulai dari menyadarkan diri sendiri sampai mem
beri penyuluhan kepada masyarakat umum, serta melakukan aksi-aksi nyata. 1. Meresmikan Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS) di Nias Utara. Sekitar 6 bulan setelah penulis pulang dari Jambore Sanitasi 2013, penulis diundang untuk melihat bagaimana kea daan sanitasi di Nias Utara sekaligus melihat pembangunan SANIMAS yang ada di desa tersebut. Tidak menyianyiakan kesempatan yang sudah diberikan, penulis menyempatkan diri untuk memberikan
beberapa teman saya untuk membantu membuat kompos sekolah. Karena itu, bu Nurhalimah Sibuea selaku Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Medan pada pe riode itu langsung mengukuhkan tim kompos tersebut dengan nama Orga nisasi Pecinta Alam Lingkungan SMP Negeri 3 Medan (REPLIKA).
penyuluhan kepada beberapa masyarakat sekitar Nias Utara, Kecamatan Lotu, Desa Maziaya. Mereka antusias mendengarkan beberapa penjelasan penulis mengenai sanitasi, kegiatan Jambore Sanitasi, dan apa sebenarnya duta sanitasi itu, sampai ada seorang bapak yang sangat ingin anaknya menjadi duta sanitasi juga. Di Nias Utara, penulis juga berkesempatan meresmikan SANIMAS bersama ibu-ibu SIKIB pada tanggal 24 September 2013 dan dihadiri oleh Kepala Desa yaitu Bapak Foeraera Zega dan Satker PPLP Sumatera Utara.
terbagi dalam beberapa tahap, yaitu ta hap I sampai dengan tahap X. 4. Pembentukan Organisasi Pencinta Alam (REPLIKA) SMP Negeri 3 Medan. Kegiatan ini diresmikan pada tanggal 25 Februari 2014 yang dihadiri oleh Ke tua Badan Lingkungan, Komite Se ko lah, dan Kepala Sekolah SMP Negeri 3 Medan di halaman sekolah SMP Ne geri 3 Medan. Singkat cerita, or ga ni sasi ini dibentuk ketika penulis pulang dari kegiatan Jambore Sanitasi 2013 di Jakarta, karena ada tim kompos yang merupakan gabungan dari adik kelas dan
5. Memberikan penyuluhan kepada anak SD di Tanjung Pasir, Tangerang. Kegiatan di atas penulis lakukan bersama duta sanitasi seluruh Indonesia ketika mengunjungi salah satu SD di Tangerang. Sekedar berbagi pengalaman ketika da lam diperjalanan menuju sekolah ter sebut, masih banyak warga di daerah Tan jung Pasir yang melakukan MCK (Man di, Cuci, Kakus) di sungai. Melihat kejadian tersebut, terbukti masih banyak masyarakat Indonesia yang belum me ngetahui secara baik tentang hidup sehat. Yang masih dekat dengan Jakarta saja belum secara merata melakukan sanitasi yang baik, bagaimana pula dengan kotakota lain yang jauh dari Ibukota? Sesampainya di sekolah tersebut, pe nulis dan teman-teman melakukan so sialisasi serta memberikan sedikit moti vasi agar anak-anak di SD Tanjung Pasir dapat menjadi agen perubahan baik bagi diri mereka sendiri maupun bagi orang lain.
2. Penyuluhan di TK Pancabudi mengenai pentingnya membuang sampah pada tempatnya, pada tanggal 28 Desember 2013. Kegiatan di atas penulis lakukan bersama para duta sanitasi Sumstera Utara 2013 yang bertujuan untuk membimbing adik-adik agar mengetahui pentingnya membuang sampah pada tempatnya. Da lam kegiatan tersebut, penulis juga me nyumbangkan beberapa tempat sampah kepada adik-adik, memberikan beberapa permainan sanitasi, seperti “ayo pilih aku” dan beberapa kuis dengan hadiah yang menarik. 3. Bersama teman-teman di SMP Negeri 3 Medan juga melakukan kegiatan yang berhubungan dengan sanitasi, yaitu Pembuatan Kompos Kegiatan di atas penulis lakukan bersama teman-teman dan guru pembimbing di SMP Negeri 3 Medan. Pembuatan kompos
Tahun XVEdisi 08 |17
inovasi
6. Memberikan Penyuluhan di SMP 3 Bogor Penulis dan beberapa duta sanitasi lain berkunjung ke SMP Negeri 3 Bo gor. Selama disana kami berkeliling seko lahnya, melihat kamar mandi, tempat sampah, tempat cuci tangan, tempat pe ngolahan kompos, ruangan 3R, kantin, selokan, dan lainnya. Kegiatan ekskul nya juga keren-keren, ada tim kompos. Mereka senang sekali ketika kami datang dan memberikan sosialisasi . 7. Workshop sanitasi di Batam Mengikuti workshop dengan tema “Pe ran Perempuan dan Duta Sanitasi Men dukung Sanitasi yang Berkelanjutan” di Batam. Ambil bagian dalam di kegiatan mengenai sanitasi di Indonesia dan ber gabung bersama Ibu-ibu PKK dan Satker PPLP Provinsi merupakan kebang gaan tersendiri bagi penulis. Mem per kenal kan lagu 3R dan membuat ran cangan ke giatan untuk majunya sa nitasi di In donesia. Selama di Batam kami tidak ha nya mengikuti workshop, tetapi juga ber kesempatan kota Batam.
18|Edisi 08Tahun XV
8. Penyuluhan mengenai sanitasi di lingkungan rumah warga Jalan Karya II Karang Berombak, Medan Barat bersama duta sanitasi Sumatera Utara pada tanggal 30 Juni 2016. Kegiatan di atas penulis lakukan bersama duta sanitasi Sumatera Utara pada ke giatan “Penyuluhan Sanitasi kepada Ma syarakat”. Dalam acara tersebut penulis, Bapak Kepala Lingkungan, serta duta sanitasi lainnya melakukan penyuluhan dari rumah ke rumah. Tidak jauh dari rumah warga, kami juga mengunjungi tempat yang sangat mengganggu war ga yang tinggal di daerah tersebut. Ter dapat beberapa tumpukan sampah yang
dibakar, beberapa sampah yang masuk ke dalam sungai, dan kami juga me li hat para pemulung yang sedang me mungut sampah di tempat tersebut. Kami sempat bertanya-tanya kepada para pemulung dan memberikan sedikit pengetahuan mengenai sanitasi kepada mereka. Atas kerja sama dengan Bapak Kepala Lingkungan setempat juga kami ber kesempatan untuk menyalurkan be berapa pendapat warga mengenai tum pukan sampah yang sangat mengganggu lingkungan permukiman mereka.
*) Duta Sanitasi Sumatera Utara 2013
inovasi
Usulan Algoritma Penyelenggaraan TPA Sampah Regional Sandhi Eko Bramono *)
Tentunya kita pernah mendengar beberapa contoh Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah regional, yang pemanfaatannya belum optimal.
S
ejumlah masalah yang mengemuka, seperti draft dokumen kerjasama yang belum disepakati, besaran tonase atau kuantitas sampah dari masing-masing Pemerintah Kabupaten/ Kota yang belum disetujui, hingga ke sepakatan akan besaran biaya pem ro sesan akhir sampah yang belum men capai titik temu, merupakan be berapa potret khas dari penyebab be lum difungsikannya TPA sampah regional sebagaimana yang diharapkan. Menilik pada hal tersebut, tentunya kita perlu untuk memeriksa kembali syarat pe nyelenggaraan TPA sampah regional, sehingga kita tidak lagi terjebak dalam pembangunan TPA sampah regional yang berpotensi untuk tidak dimanfaatkan se cara optimal.
Konsep Dasar TPA Sampah Regional TPA sampah merupakan salah satu infra struktur dasar yang perlu untuk tersedia terkait sektor persampahan, khususnya di perkotaan. Dengan kebu tuhan luas lahan yang besar dalam penyediaan TPA sampah, sementara lahan di per kotaan sudah semakin sulit untuk dipe roleh, maka didorong kebijakan terkait penyediaan TPA sampah regional, dimana Pemerintah Daerah (umumnya Peme rintah Kota) dapat secara bersama-sama dengan Pemerintah Daerah lainnya (umumnya Pemerintah Kabupaten seki tarnya), untuk secara bersama-sama menggunakan TPA sampah secara re gio nal, yang lokasi infrastrukturnya di
wilayah administrasi kabupaten seki tarnya, karena wilayah administrasi ka bupaten umumnya lebih memiliki ke ter sediaan lahan ketimbang di wilayah administrasi kota. Selain itu, karena TPA sampah regional merupakan bentuk kerja sama antar beberapa Pemerintah Daerah (Pemerintah Kabupaten dan Pe merintah Kota), maka difasilitasi oleh pemerintahan pada tingkatan yang le bih tinggi, yaitu Pemerintah Provinsi. Mes kipun tidak menutup kemungkinan adanya TPA sampah regional antar pro vinsi, yang akan difasilitasi melalui ting katan pemerintahan yang lebih ting gi, yaitu Pemerintah Pusat. Selain itu, keterbatasan pengangga ran oleh Pemerintah Kabupaten/Kota dalam mengoperasikan TPA sampah da pat ter atasi dengan adanya kontribusi pendanaan atau subsidi biaya operasi-pe lihara-rawat dari Pemerintah Provinsi jika dilakukan dengan TPA sampah regional. Saat ini besaran biaya operasi-pelihararawat TPA sampah dengan metode lahan urug terkendali (controlled landfill) adalah sebesar Rp. 77.000/ton, yang dinilai ma sih memberatkan bagi hampir seluruh Pemerintah Kabupaten/Kota. Usulan Algoritma Penyelenggaraan Sebelum memasuki kriteria kesiapan
(readiness criteria) penyelenggaraan TPA sampah regional, pijakan dalam pe ngambilan kebijakan untuk TPA sam pah regional harus didasarkan oleh pertimbangan teknik sebagai pertim bangan pertama, yang diusulkan dalam bentuk algoritma penye lenggaraan TPA sampah regional (terlampir). Pertim ba ngan paling utama adalah ketiadaan lahan untuk TPA sampah di kawasan perkotaan. Hal ini menjadi dasar utama dalam penentuan perlu atau tidaknya dilaksanakan TPA sampah regional. Jika lahan di kawasan perkotaan ti dak tersedia, maka dapat dilakukan pen jajakan dengan beberapa Pemerin tah Kabupaten di sekitar kota tersebut, seki ranya Pemerintah Kabupaten seki tar bersedia secara regional atau tidak. Selanjutnya dilakukan penjajakan de ngan Pemerintah Provinsi untuk dilak sanakan pengembangan kerjasama para pihak, yaitu Pemerintah Kota-Pe me rintah Kabupaten-Pemerintah Pro vinsi. Oleh karenanya, pihak pertama yang seharusnya memiliki proritas kepen ti ngan untuk penyelenggaraan TPA sam pah regional adalah Pemerintah Kota, bukan Pemerintah Kabupaten, bukan Pemerintah Provinsi, dan juga bukan Pe merintah Pusat. Selain itu, penempatan calon lokasi
TPA sampah merupakan salah satu infrastruktur dasar yang perlu untuk tersedia terkait sektor persampahan, khususnya di perkotaan. Tahun XVEdisi 08 |19
inovasi TPA sampah regional adalah di wilayah administrasi kabupaten, bukan di wi la yah administrasi kota, dimana lahan ma sih tersedia di wilayah administrasi kabupaten. Hanya ada satu TPA sampah regional yang terletak di wilayah admi nistrasi kota, yaitu TPA sampah regional Banjarbakula, yang saat ini (tahun 20172018) sedang dibangun, yaitu di wilayah administrasi Kota Ban jarbaru. Hal ini dikarenakan Kota Banjarbaru meru pa kan pengembangan atau pemecahan dari Kabupaten Banjar pada tahun 1999, se hingga secara his toris, sebenarnya TPA sampah regional Banjarbakula terletak di “Kabupaten Banjar”. Setelah kriteria bahwa lahan ti dak tersedia di wilayah administrasi ko ta dan tersedia lahan di wilayah ad ministrasi kabupaten, yang merupakan kri teria penyisih pertama, maka segera dila kukan penjajakan kriteria penyisih kedua berupa kriteria kesiapan. Kriteria kesiapan di antaranya tersedianya surat minat dari Pemerintah Provinsi-Pe me rintah Kabupaten-Pemerintah Kota, do ku men Rencana Tata Ruang Wilayah (RTRW) kabupaten-kota-provinsi yang memuat TPA sampah regional, dokumen Kesepakatan Bersama (KSB), dokumen Perjanjian Kerja Sama (PKS), dokumen AMDAL, dokumen kepemilikan lahan oleh Pemerintah Provinsi, Rencana Induk serta Rencana Teknik Rinci, produk pengaturan di tingkat provinsi (Peraturan Gubernur dan/atau Peraturan Daerah) yang men dukung, serta Unit Pelaksana Teknis Daerah (UPTD) di tingkat provinsi selaku calon pengelola TPA sampah regional. Terkait pembagian pembiayaan operasipelihara-rawat TPA sampah regional, se cara spesifik juga harus diatur dalam do kumen PKS. Dalam upaya mendorong terseleng garanya TPA sampah regional secara ber kelanjutan dan berkesinambungan, maka penyempurnaan dan ketegasan untuk menjalankan algoritma penye lenggaraan TPA sampah regional, seba gaimana diusulkan di atas sebagai da sar pengambilan keputusan (decision making process), mutlak untuk dilak sanakan. Kebelumcermatan pengambi lan keputusan di masa silam untuk be berapa TPA sampah regional yang saat
20|Edisi 08Tahun XV
kota kesulitan lahan untuk TPA sampah
tidak
TPA sampah regional tidak diselenggarakan
ya Pemerintah Kabupaten sekitar setuju beregional
tidak
ya Pemerintah Provinsi setuju memfasilitasi TPA sampah regional
tidak
ya
Kriteria kesiapan dipenuhi: a. Surat minat tersedia b. Dokumen RTRW kabupatenkota-provinsi terkait TPA sampah regional tersedia c. Dokumen KSB dan PKS tersedia d. Dokumen AMDAL tersedia e. Bukti kepemilikan tanah (di wilayah administrasi kabupaten) oleh Pemerintah Provinsi tersedia f. Rencana Induk dan Rencana Teknik Rinci tersedia g. Produk pengaturan yang mendukung tersedia h. UPTD (calon pengelola) telah terbentuk
tidak
ya TPA sampah regional diselenggarakan Usulan Algoritma Penyediaan TPA Sampah Regional
ini kondisinya “masih bersih” atau belum dimanfaatkan, seharusnya menjadi pem belajaran untuk tidak terjebak da lam “keharusan” menyediakan TPA sam pah regional. Penyelenggaraan TPA sam pah regional tidak boleh semata-mata diterjemahkan dan tidak boleh dieja wantahkan letterlijk, sebagai ben tuk realisasi belanja infrastruktur yang ber kualitas, apalagi jika harus dicap sebagai proyek strategis nasional. Kesa lahan dalam menerjemahkan dan menge ja wantahkan kebijakan tersebut, hanya
akan melahirkan TPA sampah- regional yang “kosong dan bebas dari sampah” atau mangkrak. *) Penulis adalah staf fungsional (sektor persampahan) pada Satuan Kerja Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Strategis, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Kontak dengan penulis:
[email protected]
inovasi
Sosialisasi dan Penegakan Hukum
untuk Cegah Buang Sampah Sembarangan Reza Fahrurrozi *)
Kita tentunya sudah sering menemukan kondisi masyarakat yang belum memiliki kesadaran untuk membuang sampah pada tempatnya. Di berbagai pasar, sungai, bahkan di sepanjang jalan menuju lokasi Tempat Pemrosesan Akhir (TPA) sampah dijadikan tempat membuang sampah.
S
eringkali juga ditemukan berbagai wadah sampah sudah tersedia di lokasi publik tersebut, namun masyarakat terkadang enggan dan men cari jalan termudah untuk mem buang sampah. Dalam berbagai kam panye ter kait kesadaran akan pentingnya pe na nganan sampah, sudah sering diso sialisasikan hingga pemilahan sam pah dengan berbagai jenis karak teristik sampah. Namun ternyata pada tataran mendasar saja, yaitu untuk membuang sampah pada tempatnya, masih dite mukan perilaku masyarakat yang tidak terpuji untuk membuang sampah tidak pada tempatnya. Beberapa alasan ma syarakat yang sering ditemui, seperti merasa malas, tidak disiplin, ketiadaan tempat sampah, tempat sampah yang berjarak jauh, lokasi berpikir ada petugas kebersihan yang akan menuntaskan, hing ga ancaman hukuman yang tidak diindahkan. Ironi, 72 tahun Indonesia merdeka, namun mengapa kesadaran masyarakat untuk membuang sampah pada tempatnya, yaitu hal yang sangat sederhana, seringkali sulit untuk dite rapkan ?
Contoh Sampah Yang Dibuang Sembarangan di Jalan Menuju Salah Satu TPA Sampah di Indonesia
Upaya Preventif, Persuasif, dan Korektif/ Koersif Upaya untuk membangun kesadaran membuang sampah pada tempatnya, ti daklah serta merta dibangun dengan upaya “mengancam”. Upaya preventif sebagai upaya pencegahan sangat pen ting untuk dilakukan, di antaranya de ngan penyiapan sarana dan prasarana yang andal, misalnya tersedianya wadah sampah dalam jumlah yang cukup, pe ngangkutan sampah secara rutin serta terjadwal dari wadah sampah ke TPA sampah, hingga membangun citra ope rator pengelola sampah sebagai opera tor yang profesional, merupakan kunci ter depan dalam membangun gam ba ran (image) yang positif terkait sis tem pengelolaan sampah yang baik. Upaya persuasif juga perlu dibangun, misalnya melalui kampanye dan so sia lisasi, mengenai peran penting ma syarakat, untuk bersama-sama de ngan pemerintah, dalam membangun ke sa daran akan pentingnya membuang sam pah pada tempatnya. Berbagai media
komunikasi dapat digunakan, seperti pemasangan spanduk, banner, baliho, pamflet, hingga menggunakan media massa (televisi dan radio), bahkan media sosial melalui internet. Ajakan ini perlu untuk dilakukan secara menerus, masif, dan terstruktur, hingga masyarakat me rasakan pentingnya sistem pengelolaan sampah yang baik melalui mem buang sampah pada tempatnya. Jika upaya preventif dan persuasif telah dilaksanakan maka sesungguhnya sistem sudah terbangun, yaitu tersedianya prasarana dan sarana yang memadai, serta dilakukan ajakan untuk mengubah pola pikir masyarakat secara baik. Akan tetapi penegakan hukum sebagai upaya korektif/koersif perlu diterapkan, jika upaya preventif dan persuasif belum membuahkan hasil. Penegakan hukum berupa implementasi hukuman atas pelanggaran produk hukum positif yang telah dikeluarkan pemerintah yang pada akhirnya akan “memaksa” masyarakat untuk mengikuti aturan, serta bahkan kembali diingatkan akan upaya preventif
Tahun XVEdisi 08 |21
inovasi dan persuasif yang telah dibangun, agar dipatuhi bersama. Selain sanksi berupa denda, akan ada sanksi sosial untuk menambah efek jera bagi pelaku pem buang sampah. Sejumlah pelanggar yang tak mampu membayar denda akan dike nakan sanksi sosial, seperti menyanyikan lagu wajib di depan umum mau pun memungut sampah di sepanjang jalan sebagai efek jera. Contoh Upaya Penegakan Hukum Selain melaksanakan sosialisasi dan kam panye termasuk melalui kegiatan Jam bore Sanitasi yang difasilitasi oleh Kementerian Pekerjaan Umum dan Pe rumahan Rakyat melalui Direktorat Jen deral Cipta Karya, upaya penegakan hukum juga memegang peranan yang sangat vital. Sosialisasi yang dipadukan dengan penegakan hukum yang tegas, akan berdampak secara sinergis dalam mendukung sisem pengelolaan sampah yang baik. Kita dapat mencontoh penerapan sanksi berupa denda sebagaimana yang diterapkan oleh Pemerintah Provinsi DKI Jakarta. Melalui Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2013 tentang Pengelolaan Sampah misalnya pada Pasal 126 yang membahas tentang batasan waktu yang diizinkan bagi masyarakat untuk mem buang sampah di Tempat Pe ngo lahan Sampah Terpadu (TPST) dan Tem pat Pem rosesan Akhir (TPA) sampah. Juga pada Pasal 127 yang membahas pe rihal sanksi bagi masyarakat yang tidak melakukan pemilahan sampah, yaitu sanksi administratif dari RW. Bagi pihak pengelola kawasan pemukiman, komer sial, industri,dan kawasan khusus, akan dikenakan sanksi denda sebesar Rp. 10-50 juta, jika pengelolanya tidak me nyediakan fasilitas pengelolaan sampah. Bagi pelanggar yang sengaja membuang sampah ke sungai, waduk, situ, saluran air limbah, jalan, taman, atau tempat umum, maka dikenakan denda paksa sebesar Rp. 500 ribu. Bahkan ditegaskan pula untukpengelola pusat perbelanjaan yang tidak menggunakan kantong belanja ramah lingkungan, akan dikenakan denda sebesar Rp 5-25 juta. Selain Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, Pemerintah Kota Depok juga
22|Edisi 08Tahun XV
menerapkan aturan yang tegas terkait sektor persampahan. Hal ini merupa kan suatu keharusan mengingat kondisi TPA sampah Cipayung yang melayani pem rosesan akhir sampah untuk Kota Depok sudah dalam kondisi penuh (overload). Segala upaya dilakukan Pe merintah Kota Depok untuk mene kan laju alir sampah ke TPA sampah Cipa yung, yaitu pemilahan dan pengu rangan sampah di sumber sampah. Me lalui slogan “sampah tidak dipilah, sampah tidak diangkut”, menjadikan pe milahan dan pengurangan sampah di sumber sampah oleh masyarakat se bagai suatu keharusan yang tegas un tuk dilaksanakan. Selain itu, karena pa datnya permukiman di Kota Depok maka penanganan sampah di perkotaan harus teratur dan tertib, sehingga akan menekan potensi terganggunya aspek kesehatan lingkungan dan higienis ma syarakat akibat sampah yang tidak ter kelola dengan baik. Dengan adanya implementasi aturan yang tegas terkait membuang sampah pada tempatnya, maka diharapkan ma syarakat untuk tidak merasa terpaksa atau takut semata-mata akan hukuman yang diberikan, namun untuk membangun ke sadaran diri dalam peran serta menjaga
kebersihan lingkungan. Melalui upa ya pendidikan yang secara terus-me nerus dilakukan serta melakukan pem bangunan karakter bagi masyarakat, maka hasilnya akan dirasakan secara permanen dan positif bagi perubahan cara pandang masyarakat untuk mem buang sampah pada tempatnya. Hal ini memang membutuhkan proses dan waktu yang lama, bahkan mungkin dalam periode dekade, hingga hasilnya terlihat. Membangun karakter bangsa yang baik memang tidak mudah, membutuhkan yang komitmen kuat, waktu panjang, butuh energi besar, dan bisa terancam gagal, jika tidak dilakukan secara sis tematis dan konsisten. Oleh karenanya, peran pemerintah sangat besar untuk mencapai hal ini, yang tentunya harus memperoleh dukungan penuh dari ma syarakat. *) Penulis adalah staf fungsional (sektor persampahan) pada Satuan Kerja Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman Strategis, Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman, Direktorat Jenderal Cipta Karya, Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat. Kontak dengan penulis:
[email protected]
Hukuman Sosial Bagi Masyarakat Yang Tertangkap Basah Membuang Sampah Sembarangan (Sumber : http://jogja.tribunnews.com/2017/02/28/sanksi-sosial-orang-yang-buang-sampah-di-car-free-day-disuruhbawa-kertas-bertuliskan-seperti-ini)
inovasi
City Prosperity Index (CPI),
Mengawal Implementasi Sustainable Development Goals11 (SDGs 11)
Desiana Sinukaban *) Tulisan adalah hasil mengikuti IUTC Training Course – Korea Selatan (Action Planning for Cities with City Prosperity Index - SDG 11)
Berkelanjutan, kata yang melekat pada setiap kegiatan terutama yang terkait dengan pembangunan perkotaan dan permukimansejak digaungkan dalam Konferensi Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) tentang Lingkungan dan Pembangunan di Rio de Jeneiro pada tahun 1992.
K
ata tersebut tentunya harus da pat diartikan dan diukur oleh setiap pemangku kepentingan sehingga implementasinya dapat ber jalan dengan baik. Menindaklanjuti hal tersebut, UN-Habitat sebagai badan PBB yang mengawal pembangunan per kotaan dan permukiman membuat alat untuk mengukur berkelanjutannya pem bangunan kota. Hal ini untuk menjawab banyaknya permintaan dari pemerintah daerah dan pemerintah pu sat untuk memperkirakan tingkat kesejahteraan masing-masing negara termasuk tingkat kesejahteraan kota/kabupaten kepada UN-Habitat. Alat atau metodologi ini dikenal dengan nama City Prosperity Index (CPI) atau Indeks Kesejahteraan Kota. Wa likota dan pengambil keputusan lain nya tentunya ingin mengetahui bagai mana fitur kota mereka masing-masing bila dibandingkan dengan kota-kota lain bahkan kota-kota di negara lain.
Dengan CPI, pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah juga mendapatkan wawasan mengenai kebijakan-kebija kan apa yang akan yang akan diambil dalam merencanakan ataupun men jalankan program-program yang di miliki dalam rangka peningkatan kualitas hidup masyarakat untuk men capai kesejahteraan kota yang berke lanjutan. Selain itu, pemerintah pusat dan daerah dapat mengetahui keleng kapan database yang mereka mili ki dalam rangka peningkatan kua litas database yang dimiliki oleh ma singmasing kota/kabupaten dan penilaian serta pengukuran terhadap tingkat ke sejahteraan yang telah dicapai. Dengan CPI, negara-negara maju dan negaranegara berkembang dapat menciptakan indikator dan informasi da sar untuk menentukan kebijakan, rencana jangka panjang dan target pencapaiannya, pe ngambilan keputusan terhadap program yang akan dilakukan sebagai intervensi
dari pemerintah pusat dan pemerintah daerah, serta mengindentifikasi peluang dan potensi kota/ka bupaten masingmasing. Jenis pengambilan keputusan yang tepat ini merupakan prasyarat untuk memutuskan: i. Kebijakan mana yang akan diterapkan? ii. Dimana me ng alo kasikan sumber daya publik dan swasta? iii. Bagaimana mengidentifikasi kemunduran dan peluang? iv. Bagaimana mengukur apa yang telah berubah? Singkatnya, untuk mendapatkan kualitas hidup yang baik membutuhkan pilihan terbaik dan menitikberatkan pada berke lanjutan. CPI dapat memainkan peran penting dalam proses ini. Kerangka CPI CPI dibangun secara bertahap untuk mendukung pemerintah pusat dan pe me rintah daerah. CPI dapat di ukur menurut empat skenario sebagai beri kut: i. Peringkat kota secara global, ii. Tahun XVEdisi 08 |23
inovasi Indeks dasar kesejahteraan kota, iii. Indeks kesejahteraan kota jangka pan jang, iv. Indeks kesejahteraan kota secara kontekstual (gambar 1).
Indeks Dasar Kesejahteraan Kota (Pemeriksaan awal dan Peringkat Kota perbandingan secara global internasional) (Monitoring global dan regional)
Indeks Kesejahteraan Kota Jangka Panjang (Pemeriksaan secara detail dan mendalam, perbandingan dengan kota/kabupaten di dalam negeri)
berkelanjutan terkait dengan masa lah urbanisasi, untuk mengatasi GLOBAL CITY MONITORING
Indeks Kesejahteraan Kota secara kontekstual (Keterkaitan antara kinerja kebijakan dan alat monitoring perkotaan)
- Global monitoring adalah langkah awal untuk membandingkan kota-kota dengan menggunakan sejumlah indikator tertentu yang menggambarkan kesejahteraan dan pembangunan kota yang berkelanjutan; - Laporan kota secara global menggunakan data resmi dari kota dan negara namun UN-Habitat tetap memvalidasi data tersebut; - Dalam beberapa kasus data resmi tidak tersedia, karena beberapa kota dan negara menggunakan definisi yang berbeda terhadap indikator-indikator (contoh : pengangguran, kemiskinan, dan lain-lain); - Indikator tata kelola lyang ebih banyak dibutuhkan untuk pemeriksaan yang lebih baik dan komparatif karena mereka menciptakan beberapa distorsi nilai suatu kota seperti Tokyo atau Sao Paulo; - UN-Habitat mengajak kota untuk berpartisipasi dalam memprakarsai kesejahteraan kota dengan meningkatkan pengumpulan data dan analisis kebijakan ke tingkat yang lebih tinggi; - Untuk Laporan The Global City Report edisi 2016, UN-Habitat akan berusaha untuk memperluas indikator yang sebanding dengan berbagai dimensi yang membutuhkan analisis lebih jauh, seperti: keuangan kota dalam pemerintahan dan badan legislasi, mobilitas dalam hubungannya dengan Infrastruktur; ruang publik dalam hubungannya dengan kualitas hidup.
Gambar 1: Kerangka CPI
Konsep Kesejahteraan dan IndikatorIndikator dalam CPI Sebagian besar indeks telah diran cang untuk pemerintah nasional yang meng gunakan agregat negara, banyak di antaranya bersifat sektoral, berfokus pada dimensi pengembangan tertentu (lingkungan, daya saing, tata kelola, korupsi, dan lain-lain). CPI menawarkan pandangan holistik dan unik tentang pembangunan perkotaan yang ber ke lanjutan, mengartikulasikan ber bagai dimensi pertumbuhan kota, dengan empat cara yang unik: 1. Kerangka kerja monitoring yang fleksibel. CPI mempertimbangkan ke butuhan kontekstual dan ke khasan kota. Walaupun itu mendo rong model urbanisasi baru yang universal (kota yang kompak, tang guh, beragam secara sosial, hemat energi dan berkelanjutan seca ra ekonomi), tentunya ini perlu dise suaikan dengan keadaan kota dan negara yang berbeda sesuai dengan tantangan yang beragam dan pe luang urbanisasi. 2. Kerangka kerja yang mendorong integ rasi. CPI mendorong integrasi dalam implementasi yang lebih
24|Edisi 08Tahun XV
degradasi lingkungan, sosial dan ekonomi keberlanjutan. 3. Alat inovatif berdasarkan analisis spasial. Struktur CPI menyediakan banyak alat analisis baru berdasarkan spasial indikator. Indikator baru se perti bentuk perkotaan, ruang publik, ekonomi aglomerasi mem berikan distribusi spasial yang jelas yang membantu meningkatkan penilaian nilai dan mendukung pengambilan keputusan. 4. Alat pengambilan keputusan mul ti-skala. Tujuan CPI adalah untuk mendukung pengambilan keputusan untuk tingkat pemerintahan multi level mulai dari kebijakan perkota an nasional hingga strategi regional dan metropolitan. Dan intervensi di seluruh kota ke kabupaten-ka bupaten sub-kota atau lingkungan sekitar. CPI memberi para pengambil keputusan kemampuan untuk mem buat keputusan berbasis fakta dila pangan dan data yang memadai, sehingga mengartikulasikan ber ba gai tingkatan intervensi pemerintah dan sektoral di daerah perkotaan. CPI atau Indeks Kesejahteraan Ko
ta, menurut definisi adalah indeks mul ti dimensional. Oleh karena itu, ke makmuran suatu kota ditentukan berdasarkan kumpulan faktor atau di mensi yang berkaitan dengan konsep tualisasi kota yang sejahtera. Setiap dimensi terdiri dari sub-dimensi, yang didefinisikan dari sekelompok variabel (atau indikator) yang diukur untuk ma sing-masing kota. Bila sub-dimensi dibuat oleh dua indikator atau lebih, mereka akan digabungkan menjadi satu nilai tunggal. Indikator dibakukan dengan menggunakan patokan yang diamati secara internasional (UNHabitat, 2015). Pakar dari, Asia, Afrika, negara-negara Arab dan Amerika Latin sepakat bahwa kota yang makmur menyatukan 6 dimensi kritis, yaitu se bagai berikut: 1. Produktifitas Kota yang makmur berkontribusi terhadap pertumbuhan ekonomi dan pembangunan, menghasilkan pendapatan, kesempatan kerja dan kesempatan yang sama, selanjutnya memberikan standar hidup yang memadai bagi seluruh penduduk. 2. Infrastruktur Kota yang makmur memiliki infra struktur, aset fisik dan fasilitas antara lain air bersih, sanitasi, pasokan listrik, jaringan jalan, teknologi in formasi dan komunikasi, dan seba gainya yang dibutuhkan untuk me nopang populasi dan ekonomi, dan memberikan kualitas hidup yang lebih baik. 3. Kualitas Hidup Kota yang makmur menyediakan fasilitas seperti layanan sosial, pen didikan, kesehatan, rekreasi, kea manan dan keamanan yang diper lukan untuk meningkatkan stan dar kehidupan, memungkinkan memak simalkan populasi potensi in dividu dan untuk kehidupan yang baik. 4. Persamaan dan keterlibatan sosial Kota yang makmur adalah kota yang memiliki tingkat kemiskinan dan ketidaksetaraan yang minimal. Tidak ada kota yang bisa mengklaim sejahtera ketika sebagian besar populasi hidup dalam kemiskinan dan kekurangan, serta berbanding
inovasi lurus terhadap pengurangan tingkat kekumuhan dan tingkat kemiskinan secara marginal. 5. Ketahanan Lingkungan Pertumbuhan kota dan pemba ngunan ekonomi tetap menjaga ketahanan lingkungan serta tidak menurunkan kualitas lingkungan, men jaga sumber daya dan aset ling kungan, dan memiliki rencana dalam mempromosikan kelestarian lingkungan.
6. Pemerintahan dan Kebijakan Kota mampu menggabungkan keber lanjutan dan kemakmuran bersama melalui tata pemerintahan perkotaan yang efektif dan kepe mimpinan transformasional, me ne rapkan kebijakan, undang-undang dan peraturan yang tepat dan efektif, dan menciptakan kerangka kelembagaan yang memadai de ngan institusi lokal yang kuat dan pengaturan kelembagaan yang se hat.
CPI dibentuk oleh enam dimensi, setiap dimensi diintegrasikan dengan serangkaian sub-indeks atau subdimensi, serta beberapa indikator un tuk perhitungan indeks tertentu. CPI dapat dibentuk dari data dasar yang dimiliki oleh masing-masing kota/ka bu paten kemudian diperluas dengan karakteristik dai masing-masing kota/ kabupaten. Perhitungan index dilakukan melalui:Standarisasi variable, Kerangka/ skema pembobotan danAgregasi dari indeks komposit.
Tabel 1. Integrasi CPI dengan dimensi, subdimensi, dan indikatornya yaitu sebagai berikut: No. 1.
2.
Dimensi Produktivitas
Pembangunan Infrastruktur
Sub Dimensi
Indikator
Satuan
Kekuatan Ekonomi
Produk Perkapita Kota
USD PPP
Aglomerasi Ekonomi
Ketergantungan Hari Tua
Perbandingan
Pekerja
Tingkat pengangguran
Nilai
Tingkat pengangguran
Nilai
Infrastruktur Perumahan
Peningkatan Kualitas Perumahan
%
Akses terhadap Peningkatan Kualitas Air
%
Infrastruktur Sosial
Densitas Dokter
χ/1,000 penduduk
Teknologi Informasi dan Komunikasi
Akses Internet
%
Kepadatan Persimpangan
χ/km2
Konektivitas Jalan
Pengalokasian tanah untuk jalan
%
Densitas jalan
km/km2
Mobilitas Perkotaan
Kesehatan 3.
Kualitas Hidup
Pendidikan
Kesetaraan dan Inklusi Sosial
Tata Kelola Kota dan Perundang-undangan
km / 1,000,000 penduduk
Harapan hidup saat kelahiran
Tahun
Tingkat Kematian dibawah Lima Tahun
χ/1,000 kelahiran
Tingkat Melek Huruf
% Tahun m2 / penduduk
Keselamatan dan keamanan
Tingkat Pembunuhan
χ/100,000 penduduk
Koefisien Gini
Tidak berdimensi (0-1)
Keterlibatan sosial
Air dan energi Penanganan limbah
6.
Panjang Jaringan Angkutan Massal
Wajib belajar
Kualitas Udara Ketahanan lingkungan
χ/100,000 penduduk
Ruang Hijau per kapita
Inklusi gender
5.
%
Tingkat kecelakaan lalu lintas
Tempat Umum
Ekuitas Ekonomi 4.
Penggunaan Angkutan Umum
Partisipasi dan Akuntabilitas Keuangan Kota
Tingkat kemiskinan
%
Rumah Kumuh
%
Pengangguran Berusia Muda
%
Pendaftaran Sekolah Menengah yang setara
Tidak berdimensi (0-∞)
Konsentrasi PM2.5
ug/m3
Emisi CO2
Metrik ton per kapita
Energi terbarukan
%
Pengumpulan limbah padat
%
Pengolahan air limbah
%
Keuangan Kota
%
Pengumpulan pendapatan sendiri
%
Jumlah hari kerja
Hari
Keterangan :χ = Nilai Indikator
Tahun XVEdisi 08 |25
inovasi Produktivitas
Diperlukan intervensi kebijakan dan program
Tata Kelola Kota dan Perundangundangan
Pembangunan Infrastruktur
Ketahanan lingkungan
Kualitas Hidup Kesetaraan dan Inklusi Sosial (Sumber : UN-Habitat – IUTC, 2014) Gambar 2. Diagram hasil analisis CPI
Bagaimana dengan Indonesia? Indonesia tentunya membutuhkan pe ne rapan metodologi CPI sebagai da sar penentuan prioritas program yang akan dilaksanakan pada kota/kabu paten di Indonesia. Penggunaan CPI sangat bergantung dengan data-data yang aktual mengenai semua indikator yang ada di metodologi CPI. Dalam hal ini, kota/kabupaten di Indonesia masih kurang dalam penyajian data-data yang dapat diakses secara publik, masih kurangnya integrasi data dari seluruh
instansi pemerintahan yang bermuara pada data BPS. Contohnya data rumah sehat atau rumah layak huni, data-data tersebut masih belum dapat diakses atau didapatkan pada data BPS masingmasing kota/kabupaten, terkadang data didapatkandari Kementerian Kesehatan, dan lain sebagainya. Komitmen penuh dari pemerintah, baik pemerintah pusat dan daerah, serta peran dari seluruh stakeholder terkait termasuk masyarakat itu sendiri, menjadi salah satu kunci untuk dapat mengu
1. Produktivitas 2. Pembangunan Infrastruktur 3. Kulitas hidup 4. Kesetaraan dan Inklusi Sosial 5. Ketahanan lingkungan 6. Tata Kelola Kota dan Perundangundangan 7. Indeks Kesejahteraan Kota (City Prosperity Index)
Gambar 3. Diagram hasil analisis CPI
26|Edisi 08Tahun XV
Penggunaan CPI sangat bergantung dengan data-data yang aktual mengenai semua indikator yang ada di metodologi CPI. bah pengelolaan dan penyediaan data yang akurat dan aktual dalam rangka pencapaian lingkungan yang layak huni. CPI membantu dalam memahami kondisi kota saat ini berdasarkan pada data base kota, membantu dalam men jabarkan kekuatan praktis dan ke le mahan kota, memberikan manfaat yang baik untuk menggambarkan ki nerja dimensi dan sub dimensi yang ter kait dengan realisasi pembangunan berkelanjutan. Tetapi untuk langkah selanjutnya, masih dibutuhkan model atau metodologi yang lebih kompre hensif untuk menerapkannya dalam ren cana aksi pembangunan kota yang berkelanjutan, sehingga dapat langsung dimasukkan dalam perencanan program di masing-masing kota/kabupaten. *) Staf Subdit. Kawasan Permukiman Perkotaan, Direktorat Pengembangan Kawasan Permukiman
inovasi
PHLN Alternatif Sumber Pendanaan Pembangunan Infrastruktur Bidang Cipta Karya Yoyok S. Utomo *)
Direktorat Jenderal Cipta Karya terus berupaya dalam mendapatkan sumber pendanaan lainnya, khususnya melalui Pinjaman dan Hibah Luar Negeri (PHLN), untuk membiayai pembangunan infrastruktur Bidang Cipta Karya dalam rangka pencapaian Renstra Cipta Karya 2015 – 2019.
B
erdasarkan blue book 2015 – 2019, rencana total nilai pinjaman luar negeri untuk bidang Cipta Karya adalah sebesar 8,6 miliar USD untuk mendanai 26 kegiatan bidang Cipta Karya. Berdasarkan evaluasi sampai dengan bulan Juli tahun 2017, kegiatan yang sudah terealisasi administrasi pin jaman dan mendapatkan komitmen pendanaan pinjaman luar negeri dan sudah ditandatangani Loan Agreement adalah untuk 5 kegiatan dengan nilai pinjaman sebesar 1,17 miliar USD. Kebutuhan pendanaan untuk me menuhi target nasional bidang Cipta Karya sampai dengan tahun 2019 diperkirakan sekitar Rp. 829 triliun, sedangkan ketersediaan dana APBN di per kirakan hanya sebesar Rp. 124,4 triliun, sehingga terdapat gap kebutuhan pendanaan infrastruktur bidang Cipta Karya yang sangat besar, yaitu sebesar Rp. 704,6 triliun. Untuk mengurangi gap tersebut, perlu adanya alternatif sumber
pendanaan lainnya guna membiayai ke giatan bidang Cipta Karya. Beberapa tantangan dalam pem bangunan infrastruktur bidang Cipta Karya sesuai RPJMN 2015 – 2019 adalah memenuhi 4 (empat) target capaian nasional pada tahun 2019, yang pertama peningkatan pelayanan air minum, sa nitasi, dan pengurangan kawasan ku muh, kedua mewujudkan struktur dan pola ruang nasional sesuai Rencana Tata Ruang Wilayah Nasional (RTRWN) bahwa pemerintah telah menetapkan struktur dan pola ruang nasional yang mana ditetapkan wilayah yang menjadi Pusat Kegiatan Strategis Nasional (PKSN) dan Kawasan Strategis Nasional (KSN). Penentuan PKSN dan KSN dimaksudkan untuk mendorong pengembangan eko nomi wilayah, mempertahankan hu tan lindung, serta fungsi pertahanan dan keamanan secara nasional. Oleh karena itu, hingga 2019 yang akan datang, Direktorat Jenderal Cipta Karya Tahun XVEdisi 01 |27
inovasi harus mengarahkan prioritas program dan kegiatan di kabupaten/kota yang termasuk dalam PKSN dan KSN guna mendukung struktur dan pola ruang nasional tersebut, dengan memiliki Perda RTRW dan Perda Bangunan Ge dung. Pendekatan keterpaduan da lam proses perencanaan pembangunan infrastruktur bidang Cipta Karya dia rah kan pada pendekatan berbasis ka wasan (entitas), sehingga mendo rong keterpaduan berbagai program yang dila kukan Ditjen Cipta Karya untuk membangun sistem permukiman, mem ber dayakan Pemerintah Daerah, dan memberdayakan masyarakat menuju keberlanjutan dan keseimbangan pem bangunan infrastruktur permukiman di perkotaan dan perdesaan, baik dalam basis regional, kota/kabupaten, kawasan, maupun lingkungan. Selain itu memenuhi Standar Pe layanan Minimal (SPM) di Kabupaten/ Kota yang berarti Pemerintah Daerah, sesuai dengan Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pem bagian Urusan Antara Pemerintah, Pe merintah Daerah Provinsi, dan Pe me rintah Daerah Kabupaten/Kota telah mengatur kewenangan dan urusan yang harus dilakukan da lam menyediakan pelayanan bagi masyarakat. Dalam era seperti ini, Pemerintah Daerah Ka bupaten/Kota akan mengambil peran yang lebih besar dalam penyediaan pelayanan bidang Cipta Karya. Sesuai dengan kewe na ngannya, Ditjen Cipta Karya akan mem fasilitasi kabupaten/ kota untuk mencapai layanan minimal yang harus disediakan bagi masyarakat. Untuk mencapai visi-misi pem ba ngunan nasional tersebut di atas, dibu tuhkan dukungan pendanaan yang be sar, yang berasal dari Pemerintah, Pemerintah Daerah, Swasta, dan ma sya rakat. Memperhatikan kemampuan pemerintah untuk membiayai kebutuhan ini sangat terbatas, maka pemerin tah harus mengupayakan sumber-sumber pendanaan, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri. Kriteria kegiatan pembangunan yang harus dipenuhi untuk dapat dibiayai khususnya melalui pinjaman luar negeri
28|Edisi 08Tahun XV
adalah kegiatan yang bertujuan untuk mencapai sasaran RPJMN 2015–2019, kegiatan yang bertujuan untuk mencapai tujuan pembangunan nasional dalam rangka mendorong pertumbuhan eko nomi, meningkatkan akses dan kualitas pelayanan kepada masyarakat, serta pemerataan pembangunan untuk me ngurangi kesenjangan antar wilayah. Selektif dan fokus dalam mendu kung pencapaian target akses pelayanan air minum 100%, pengurangan kawasan kumuh hingga 0%, dan akses pelayanan sanitasi 100%, signifikan dan masif, serta membutuhkan pembiayaan yang besar, yang sulit apabila dibiayai melalui APBN atau APBD, responsif, yang ditunjukkan melalui kesiapan dan komitmen dari
Pemerintah Daerah serta Sustainable, untuk mendukung pencapaian target lain nya dalam rangka pertumbuhan ekonomi (pro growth), penciptaan lapa ngan pekerjaan (pro job), penurunan ke miskinan secara nyata dan terukur (pro poor), dan mendukung pembangunan yang berwawasan lingkungan (pro environment). Pengelolaan pinjaman dan hibah yang dikelola oleh Direktorat Jenderal Cipta Karya dalam rangka pembangunan infrastruktur sampai dengan tahun 2017sebagai berikut: A. Proyek-proyek Pinjaman dan Hibah Terencana di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya (On going) berdasarkan Kelompok:
1. Negara/Lembaga Donor
2. Direktorat Sektor
inovasi B. Kegiatan Hibah Langsung Luar Negeri di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya :
1. Kelompok Per Pemberi Hibah
Dalam era seperti ini, Pemerintah Daerah Kabupaten/Kota akan mengambil peran yang lebih besar dalam penyediaan pelayanan bidang Cipta Karya. Sesuai dengan kewenangannya, Ditjen Cipta Karya akan memfasilitasi kabupaten/ kota untuk mencapai layanan minimal yang harus disediakan bagi masyarakat. Dengan tersedianya alternatif pem biayaan pembangunan melalui dana PHLN ini diharapkan mampu untuk men dukung tersedianya infrastruktur dasar
C. Hasil Pembangunan Infrastruktur Proyek Pinjaman dan Hibah di lingkungan Direktorat Jenderal Cipta Karya : Arahan terkait pemanfaatan pin ja man luar negeri dengan memper timbangkan beberapa hal di antaranya dana pinjaman merupakan bagian dari pengelolaan biaya dan risiko pinjaman pemerintah, dapat menambah kapasitas implementasi terutama untuk programprogram di bidang infrastruktur ter masuk dengan mendorong peran BUMN dan swasta, berfungsi sebagai upaya replikasi dari program/kegiatan pin jaman luar negeri, dan sebagai ins trumen kerja sama pembangunan de ngan para mitra. 2. Kelompok per Direktorat Sektor
dalam rangka pencapaian prioritas tiga dimensi pembangunan nasional, yaitu pembangunan sektor ung gulan, pem bangunan manusia, serta pe me rataan dan kewilayahan. *) Staf Pemantauan dan Pelaporan PHLN, Subdit. Keterpaduan Pelaksanaan Direktorat KIP
Tahun XVEdisi 08 |29
sebaiknya anda tahu
Kenali dan Cintai
Indonesiamu Indonesia Terletak di antara Benua Australia dan Asia, dan dilalui garis khatulistiwa. Indonesia adalah negeri kepulauan terbesar di dunia. Memiliki lebih dari puluhan ribu pulau, dengan pegunungan yang terjal dan hutan tropis yang lebat. Ada lebih dari 100 gunung berapi yang masih aktif, dan gunung-gunung tersebut merupakan yang paling aktif di seluruh dunia.
Provinsi dengan Pulau Terbanyak Provinsi di Indonesia yang memiliki pulau terbanyak adalah Kepulauan Riau. Provinsi ini memiliki 2.408 pulau, disusul Provinsi Papua Barat dengan 1.917 pulau, Maluku Utara dengan 1.525 pulau, Maluku dengan 1.399 pulau, dan Provinsi Nusa Tenggara Timur dengan 1.192 pulau.
30|Edisi 08Tahun XV
Kabupaten Terluas di Indonesia Siapa yang tidak kenal Merauke, kabupaten paling timur di wilayah Indonesia yang terletak di Papua. Semua orang pasti mengetahuinya. Tetapi tidak banyak yang tahu bahwa Kabupaten Merauke merupakan kabupaten terbesar di Indonesia bukan? Dengan luas wilayah 70 kali lebih besar dari luas Singapura yaitu 119.749 km2 atau 29% dari luas wilayah Provinsi Papua. Kabupaten Merauke mempunyai 20 kecamatan di dalamnya. Jumlah penduduk Kabupaten Merauke per tanggal 31 Desember 2015 menurut pen dataan dari Dinas Kependudukan dan Catatan Sipil berjumlah 263.664 Jiwa. Dari jumlah tersebut, Penduduk laki-laki mencapai 139.092 Jiwa dan perempuan mencapai 124.572 jiwa.
Bandara Baru di Dua Pulau Terluar Indonesia Nama Pulau Anambas dan Pulau Miangas mungkin masih cukup jarang didengar, tapi faktanya kedua pulau tersebut merupakan dua dari sekian banyak pulau terluar yang ada di Republik Indonesia. Berdasarkan data dari Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia, terdapat sekitar 92 pulau terluar yang ada di Indonesia, dan 2 dari pulau tersebut kini memiliki bandara. Pulau Miangas adalah pulau terluar Indonesia yang terletak dekat perbatasan antara Indonesia dengan Mindanao, Filipina yang berjarak hanya sekitar 92 kilometer. Pulau ini termasuk ke dalam Desa Miangas. Pulau Miangas adalah salah satu pulau yang tergabung dalam gugusan Kepulauan Nanusa yang berbatasan langsung dengan Filipina. Bandara Miangas terletak di Kecamatan Nanusa, Kabupaten Kepulauan Talaud, Provinsi Sulawesi Utara. Pulau Miangas adalah pulau yang terletak di paling utara. Sedangkan bandara baru di pulau terluar selanjutnya adalah Bandara Letung yang berada di Pulau Jemaja, Kabupaten Kepulauan Anambas, Provinsi Kepulauan Riau. Kepulauan Anam bas berada di kawasan Laut China Selatan yang berbatasan dengan negara tetangga seperti Singapura, Thailand, dan Ma laysia. Bandara Letung dilengkapi apron dan landasan pacu pesawat sepanjang 1.200×30 meter serta taxi way sepanjang 15×125 meter. Berbagai Sumber/IR
Tahun XVEdisi 08 |31
lensa CK
UPACARA PERINGATAN
HUT RI KE-72
32|Edisi 08Tahun XV
FUN BIKE & senam
HUT RI KE-72
Tahun XVEdisi 08 |33
seputar kita Walikota Ternate Resmikan Landmark Titik Nol Kota Ternate Pemerintah Daerah Kota Ternate, melalui Dinas Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat berhasil membangun sebuah landmark baru di jantung Kota Ternate. Pembangunan landmark ini menjadi penanda dan ciri khas kota. Letaknya cukup strategis, sekaligus menjadi penanda titik nol Kota Ternate. Landmark yang membentang pada lahan seluas 1,2 Ha, dan menghabiskan anggaran Rp 15 miliar ini, telah diresmikan penggunaannya oleh Walikota Ternate, beberapa waktu lalu. Landmark ini yang dilengkapi dengan tugu setinggi 11 meter yang diujungnya terdapat bola bumi berbentuk lengkungan. Tugu tersebut di topang oleh 4 sudut yang menggambarkan kejayaan empat kerajaan di Maluku Utara pada masa lalu yang dikenal dengan sebutan “Moluku Kie Raha” dan negeri yang kaya akan rempah – rempah seperti pala dan cengkeh.
Dukungan Infrastruktur PLP Untuk Pengembangan KSPN Siap Dibangun Kementerian PUPR melalui Ditjen Cipta Karya mendukung pe ngembangan infrastruktur di lokasi Kawasan Strategis Pariwisata Nasional (KSPN) mulai dari segi akses, peningkatan sumber daya air, bidang Cipta Karya, maupun penyediaan perumahan bagi destinasi wisata prioritas. “Adapun bentuk dukungan yang dapat diberikan dari Ditjen Cipta Karya melalui Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP) adalah berupa penyediaan bin sampah, pem bangunan toilet wisata, drainase lingkungan, MCK serta IPAL Komunal. Selain itu, juga dilakukan revitalisasi terhadap fasilitas MCK,” tutur Dodi.
Cipta Karya dan Water.org Kerjasama Wujudkan Akses Aman Air Minum Dalam rangka mencapai 100% akses aman air minum pada tahun 2019, Ditjen Cipta Karya Kementerian PUPR melalui Direktorat Pengembangan SPAM mela kukan kerjasama dengan water.org dalam upaya menjaga keberlanjutan program SPAM berbasis masyarakat, di Jakarta, Jumat (04/08/2017). Bentuk kerja sama tersebut yaitu peningkatan ka pa sitas Badan Pengelola Sistem Pe nyediaan Air Minum dan Sanitasi (BPSPAMS) untuk mengakses kredit mikro dari lembaga keuangan. Direktur PSPAM M. Sundoro, turut hadir dalam penandatangan kersajama tersebut.
34|Edisi 05Tahun XV