Informasi hasil aplikasi perhitungan emisi grk Aplikasi perhitungan grk di wilayah sumatera
Program Judul RPI Koordinator RPI
Aplikasi Perhitungan GRK di Wilayah Sumatera
: Penelitian dan Pengembangan Produktivitas Hutan : Laporan Hasil Pengembangan Perhitungan Emisi GRK Kehutanan : Ir.Ari Wibowo, M.Sc
Perhitungan karbon untuk perbaikan factor emisi dan serapan grk kehutanan
Page 127
Judul Kegiatan
: Perhitungan Karbon untuk Perbaikan Faktor Emisi dan Serapan GRK Kehutanan
Sub Judul Kegiatan
: Perhitungan Karbon untuk Perbaikan Faktor Emisi dan Serapan GRK Kehutanan pada Hutan Tanaman Gambut
Pelaksana Kegiatan
: Ir. R. Dody Prakosa, MSc. Johan Tampubolon
ABSTRAK Hutan memiliki kemampuan dalam menyerap karbon dari atmosfir. Indonesia termasuk salah satu negara berkembang yang giat memperjuangkan mekanisme perdagangan karbon melalui mekanisme REDD (Reducing Emissions from Deforestation and Forest Degradation). Hal ini dilakukan setelah adanya hasil COP-13 (Conference of Parties) di Bali. Peraturan Menteri Kehutanan No. 30, tahun 2009, telah memberi kesempatan kepada pengelola hutan untuk berpartisipasi dalam kegiatan REDD. Hutan di Sumatera Selatan pada umumnya berupa hutan alam dan hutan tanaman yang ditanam di tanah mineral maupun di tanah gambut. Jenis tanaman Acacia crassicarpa merupakan jenis yang biasa ditanam pada hutan tanaman lahan gambut. Emisi maupun serapan karbon yang terjadi dari kegiatan pengelolaan hutan tanaman di lahan gambut masih belum banyak diketahui secara detil, khususnya dibagian yang mana yang paling besar mengeluarkan emisi CO2. Dengan demikian belum diketahui pula apakah pengelolaan hutan tanaman pada lahan gambut tersebut lebih besar mengemisi karbon atau menyerap karbon. Dengan demikian perlu dilakukan analisis simpanan dan emisi karbon, yaitu dimana dan kapan karbon tersebut teremisi dan terserap serta tersimpan pada pengelolaan lahan hutan tanaman di lahan gambut. Permasalahan yang terjadi adalah bagaimana cara mengukur tingkat serapan dan emisi karbon secara cepat dan akurat serta dimana dan kapan terjadinya emisi dan serapan yang besar. Dengan demikian penggunaan teknik remote sensing dan GIS serta ground check di lapangan merupakan salah satu cara yang cepat agar pengukuran tersebut dapat dilakukan secara cepat pada lokasi yang sangat luas. Tujuan penelitian ini adalah mendapatkan metode kuantifikasi simpanan dan emisi karbon pada hutan tanaman gambut dengan jenis A. crassicarpa. Penelitian ini dilakukan dengan mengukur emisi dan simpanan karbon di atas dan di dalam permukaan tanah. Pengukuran simpanan karbon di atas permukaan tanah (vegetasi pohon) dilakukan dengan menggunakan remote sensing dan GIS, sedangkan karbon di dalam tanah dilakukan dengan pengeboran. Dengan mengetahui karbon yang tersimpan, maka potensi emisi yang akan ditimbulkan sekaligus dapat diketahui. Pengukuran karbon dilakukan dengan cara membuat plot-plot penelitian sebagai ground check yaitu: plot 20x20m untuk mengukur karbon pada tegakan dan karbon pada kayu mati (nekromasa) serta karbon yang hilang saat hutan ditebang, sedangkan plot 2x2 m untuk mengukur karbon pada tumbuhan bawah dan serasah. Karbon dalam tanah diukur dengan menggunakan bor gambut dengan tempat pengeboran dari gambut yang membentuk dome (gundukan) sampai tempat yang landai dengan bantuan peta topografi (kontur). Pada tahun 2012 penelitian dilakukan untuk mengukur emisi karbon pada berbagai lokasi di hutan tanaman, tetapi karena belum tersedia alat pengukur emisi (Irga), maka penelitian difokuskan pada pengukuran simpanan karbon pada lahan bekas kebakaran, baik pada hutan tanaman maupun hutan
Perhitungan karbon untuk perbaikan factor emisi dan serapan grk kehutanan
Page 128
alam. Penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan suatu metode kuantifikasi simpanan dan emisi karbon pada hutan tanaman gambut dengan jenis A. crassicarpa.
Kata kunci : Karbon, REDD, remote sensing, gambut, emisi, serapan A. Latar Belakang Pengaruh deforestasi terhadap meningkatnya gas rumah kaca (GRK) di atmosfir sudah sejak lama diketahui namun baru pada COP-12 di Montreal tahun 2005 masuk dalam agenda pembahasan di Konvensi Perubahan Iklim (UNFCCC). Isu ini baru mendapatkan perhatian serius dari masyarakat internasional setelah terbitnya hasil review yang dilakukan oleh Nicholas Stern (UK) tentang Ekonomi Perubahan Iklim (Stern Review : The Economics of Climate Change) yang mencatat bahwa deforestasi di negara berkembang menyumbang emisi CO2 sekitar 20 % dari emisi global.Sementara karbon yang saat ini tersimpan di ekosistem hutan (4500 Gt CO2) lebih besar dari yang tersimpan di atmosfir (3000 Gt CO2), oleh karenanya diperlukan dukungan internasional untuk melindungi hutan yang masih ada. Dalam transaksi ini pada tahun 2006, BadanInternasional untuk Perubahan Iklim (IPCC) memberikan pedoman untuk perhitungan serapan dan potensi emisi karbon pada suatu bentang lahan, yaitu dengan menghitung simpanan karbon di atas permukan tanah dan di bawah permukaan tanah pada lahan AFOLU (Agriculture, Forestry and Other Land Uses). Sektor Kehutanan yang dalam konteks perubahan iklim termasuk kedalam sektor LULUCF (land use, land use change and forestry) atau kehutananadalah salah satu sektor penting yang harus dimasukkan dalam kegiatan inventarisasi gas rumah kaca (GRK). Kehutanan memainkan peranan penting dalam siklus karbon. Di tingkat global, kontribusi sektor LULUCF sebesar 18 %, sedangkan di tingkat nasional mencapai 74 % (Stern (2007). Indonesia penting untuk menerapkan metode inventarisasi gas rumah kaca dengan hasil inventarisasi yang lebih akurat dan terpercaya sehingga diakui oleh internasional. Hasil perhitungan emisi GRK kehutanan yang dapat diukur, dilaporkan dan diverifikasi (measurable, reportable and verifiable), perlu untuk pengembangan kegiatan perdagangan karbon di Indonesia baik melalui mekanisme pasar sukarela atau wajib (compliance) termasuk mekanisme REDD. Kajian mengenai kondisi terkini metode perhitungan emisi perlu dilakukan sebagai informasi guna mengembangkan sistem perhitungan GRK di Indonesia. Tingkat kerincian (Tier) yang lebih tinggi (Tier 2 atau 3) untuk activity data dan emission factor diperlukan guna memperoleh hasil perhitungan emisi yang akurat. Untuk kepentingan inventarisasi gas rumah kaca, berbagai metode inventarisasi telah dikembangkan. Diantaranya IPCC (International Panel on Climate Change) telah mengembangkan metode yang telah diaplikasikan secara luas oleh negara-negara yang meratifikasi UNFCCC.
Perhitungan karbon untuk perbaikan factor emisi dan serapan grk kehutanan
Page 129
Aplikasi metode IPCC Guideline memerlukan data dan informasi yang lebih komprehensif mencakup tidak hanya sektor kehutanan tapi juga sektor pertanian. Hutan alam dan hutan tanaman khususnya di lahan gambut juga menyimpan karbon dalam jumlah yang cukup besar, bahkan diduga jauh lebih besar dari hutan di lahan kering. Hutan gambut mempunyai karakter yang khusus dimana dekomposisi bahan organik berjalan sangat lambat karena bahan organik tersebut terendam air (anaerob), sehingga tertumpuk dalam bentuk gambut. Besarnya bahan organik yang tersimpan tergantung dari kedalaman tanah gambut itu sendiri. Pada musim kering (kemarau) permukaan air gambut akan turun sehingga gambut sangat mudah terbakar dan sangat sulit dipadamkan. Terbakarnya gambut akan mengemisi karbon (CO2) ke udara dalam jumlah yang jauh lebih besar dibandingkan hutan lahan kering. Hal ini yang menjadi alasan mengapa lahan gambut perlu dilindungi dan dijaga agar tidak terbakar. Dengan demikian pengusahaan hutan tanaman di lahan gambut perlu dipertimbangkan tidak hanya dari segi penyerapan karbon (carbon sequestration), tetapi juga dari segi emisi karbon dan usaha perlindungan terhadap kebakaran gambut yang mengandung lebih besar karbon yang akan teremisi apabila gambut terbakar. Tanpa adanya pengelolaan hutan tanaman di lahan gambut, tanah gambut mempunyai potensi yang lebih besar untuk terbakar. Dengan demikian diperlukan teknik untuk mengukur emisi dan serapan serta stok karbon yang tersimpan pada lahan gambut yang diusahakan menjadi hutan tanaman, baik yang tersimpan di atas permukaan tanah dan di bawah permukaan tanah, termasuk tanah gambut itu sendiri. Penelitian tentang pengukuran jumlah stok karbon yang terkandung pada hutan tanaman Acacia crassicarpa di lahan gambut sudah pernah dilakukan, tetapi hanya pada vegetasi pohon dan akar dengan menggunakan plot-plot kecil yang masih perlu diperbaiki apabila untuk menghitung pada bentang lahan (landscape) yang cukup luas, misalnya penghitungan pada areal konsesi HTI tertentu yang cukup luas. Untuk biomassa atau karbon pada seresah, tumbuhan bawah, kayu atau batang yang mati (nekromasa) dan tanah gambutnya sendiri masih belum banyak dilakukan. Selain itu penelitian kedalaman gambut juga sudah dilakukan dengan cara pengeboran untuk mengetahui kedalaman gambut di bidang pertanian, namun penghitungan dalam skala landscape di bidang kehutanan dengan menggunakan teknologi remote sensing juga belum banyak dilakukan. Dari aksioma tersebut, masih terdapat beberapa masalah yang perlu dijawab dan diselesaikan, misalnya: belum ditemukan cara menghitung biomassa atau karbon yang hilang akibat penebangan dan terjadinya kebakaran lahan, baik di hutan tanaman gambut maupun hutan alam gambut. B. Tujuan dan Sasaran Berdasarkan permasalahan di atas, tujuan dari penelitian ini adalah untuk mendapatkan metode kuantifikasi simpanan dan emisi karbon pada hutan tanaman gambut dengan jenis A. crassicarpa. Sasaran penelitian tahun 2012 adalah:
Perhitungan karbon untuk perbaikan factor emisi dan serapan grk kehutanan
Page 130
1. Tersedianya data dan informasi emisi karbon pada hutan tanaman Acacia crassicarpa di lahan gambut. 2. Tersedianya data dan informasi simpanan dan emisi biomassa atau karbon di hutan gambut sekunder. Oleh karena belum tersedianya alat pengukur emisi (Irga), maka penelitian difokuskan pada sasaran 2013, yaitu: 1. pengukuran karbon pada lahan bekas kebakaran di hutan tanaman. 2. Pengukuran karbon pada lahan bekas kebakaran di hutan alam. Penelitian ini berusaha menjawab masalah yang sangat penting ini secara sistematis, dengan menghitung simpanan dan emisi karbon pada beberapa komponen yang mengandung karbon. Tentunya masing-masing komponen mempunyai karakter yang berbeda-beda, oleh karena itu perlu dikelompokkan untuk mempermudah didalam penghitungannya. C. Metode Penelitian 1. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini ialah pengukuran lapangan (field measurement). Pengambilan Sampel a. Rancangan pengambilan sampel Teknik pengambilan sampel yang digunakan adalah pengambilan sampel berlapis (stratifiedsampling) secara sistematik (stratified systematic sampling) atau acak (simple randomsampling), dengan toleransi kesalahan(sampling error) maksimal 20 %. b. Bentuk dan Ukuran Plot Dibuat plot sebanyak enam plot pada satu bentang lapangan yang akan dilalukan percobaan dengan tempat yang berbeda-beda.Ukuran plot untuk tiap tingkatan pertumbuhan vegetasi adalah sebagai berikut:
D C B Perhitungan karbon untuk perbaikan factor emisi dan serapan grk kehutanan 5m
Page 131
A 2m
Gambar 1. Skema plot pengukuran biomassa karbon di lapangan. Keterangan: A : sub plot untuk semai, serasah, tumbuhan bawah (2x2 m) B : sub plot untuk pancang (5x5 m) C : sub plot untuk tiang (10x10 m) D : sub plot untuk pohon (20x20 m) C. Pengukuran Biomassa di Atas Permukaan Tanah 1. Pembuatan Persamaan Allometrik untuk mengukur biomassa pohon Pengukuranbiomassa pohon Tahapan pengukuran biomassa pohon diawali dengan identifikasi nama jenis pohon, lalu diukur diameter setinggi dada (dbh). Kemudian dicatat data dbh dan nama jenis pohon ke dalam tally sheet. Jumlah sampel pohon minimal 3 batang pada tiap jenis pohon (diameter besar, sedang dan kecil).
Penebangan sampel pohon Penebangan pohon dilakukan dengan menebang pada pangkal pohon, selanjutnya dipisahkan menjadi fraksi batang, cabang dan ranting, daun serta bunga dan buah (kalau ada). Masing-masing fraksi ditimbang berat basahnya. Selanjutnya masing-masing fraksi diambil sampelnya (300 gr) untuk diukur berat keringnya di laboratorium. Pengukuran tinggi total pohon Pengukuran tinggi total dilakukan pada pohon yang telah rebah dan diukur dari pangkal sampai pucuk daun tertinggi. Pembuatan persamaan allometrik Pembuatan persamaan allometrik dilakukan dengan mencari hubungan (regresi) antara diameter (cm) dengan berat kering (biomassa) seluruh fraksi pohon (gr). Penghitungan biomassa pohon pada seluruh plot dilakukan dengan menggunakan persamaan allometrik untuk masing-masing jenis pohon. 2. Pengukuran biomassa tumbuhan bawah Pengukuran dilakukan dengan memotong semua bagian tumbuhan bawah yang masih hidup di atas permukaan tanah dengan gunting stek. Lalu ditimbang Perhitungan karbon untuk perbaikan factor emisi dan serapan grk kehutanan
Page 132
berat basah total tumbuhan bawah dalam areal plot pengukuran. Diambil dan ditimbang berat basah sampel sebanyak ±300 gram. Selanjutnya dilakukan pengeringan dengan menggunakan oven di laboratorium dengan kisaran suhu 70 o C sampai dengan 85 oC hingga mencapai berat konstan selama 2 x 24 jam. Lalu ditimbang berat kering (biomassa) tumbuhan bawah menggunakan timbangan analitik. Selanjutnya dihitung berat kandungan karbonnya dengan mengalikan 0,47. 3. Pengambilan sampel serasah Dikumpulkan serasah dalamplot pengukuran, ditimbang berat totalserasah dalam plot, ambil sebanyak ± 300 gram untukditimbang berat sampel. Lalu dilakukan pengeringan di dalam Laboratorium dengan menggunakanoven terhadapserasah padakisaran suhu 70 °C sampai dengan 85oChingga mencapai berat konstan selama 2 x 24 jam. Ditimbang beratkering (biomassa) serasah mengunakan timbangan analitik.Selanjutnya dihitung berat kandungan karbonnya dengan mengalikan 0,47. 4. Perhitungan a. Volume pohon Volume pohon dihitung dengan formula V = ¼ x 3,14 (dbh/100)2 x t x f Dimana, V = Volume pohon (m3) Dbh = diameter setinggi dada (1,3 m) pohon mati/pohon (cm) T = Tinggi total pohon mati(m) F = faktor bentuk. (0,6) b. Berat jenis pohon Bj = Bk V Dimana, Bks = berat kering sampel (gr) V = volume pohon (cm3) c.
Berat biomassa Bo = Bks x Bbt Bbs Dimana, Bo : Biomassa Bks : Berat keringsampel (kg) Bbt : Berat basah total(kg) Bbs : Berat basah sampel (kg).
Perhitungan karbon untuk perbaikan factor emisi dan serapan grk kehutanan
Page 133
d.
Karbon dari biomassa dan serasah Perhitungan karbon dari biomassa tumbuhan bawah dan serasah menggunakan rumus sebagai berikut: Cb = Bo x % C organik Dimana, Cb : kandungan karbon dari biomassa (kg) Bo : berat biomassa (kg) % C : nilai persentase kandungan karbon sebesar 0,47
e.
Cadangan karbon total dalam plot Perhitungan kandungan karbon dalam plot pengukuran menggunakan persamaan sebagai berikut: C plot = (Cph + Cserasah + Ctmb ) Dimana, C plot : total kandungan karbon pada plot (ton/ha) Cph : total kandungan karbon biomassa pohon per hektar pada plot (ton/ha) Cserasah: total kandungan karbon biomassa serasah per hektar pada plot (ton/ha). Ctmb : total kandungan karbon biomassa tumbuhan bawah per hektar pada plot (ton/ha) D. HasilYang Telah Dicapai Setelah dilakukan survei dan pengukuran, maka diperoleh data hasil pengukuran lapangan yaitu: 1. Hasil Perhitungan Karbon Hutan Alam Gambut yang Telah Terbakar 8 tahun lalu. a. Persamaan allometrik Hasil persamaan allometrik masing-masing jenis pohon tingkat pancang disajikan pada Tabel 1. Tabel 1. Hasil persamaan allometrik untuk perhitungan biomassa No.
Jenis
Persamaan 2,418
R2
Jenis Regresi
1.
Sepungol
Y = 1812,4x
0,99
Power
2.
Samak
Y = 14337x - 14300
0,88
Linier
No.
Jenis
Persamaan
R2
Jenis Regresi
3.
Prepat
Y = 622,97x3,4022
0,99
Power
4.
Beriang
Y = 5073,5ln(x) + 4278,4
0,73
Logaritmik
5.
Gerunggang
Y = 1897e0,7039x
0,92
Eksponensial
Perhitungan karbon untuk perbaikan factor emisi dan serapan grk kehutanan
Keterangan x=Diameter (cm) Y=Biomassa pancang(gr) Keterangan
Page 134
6.
Y = 1771,8x2,1909
Gelam
0,995
Power
Tabel 1 menunjukkan bahwa regresi yang terbaik diperoleh pada jenis gelam dengan nilai R2 0,995, sedangkan yang paling rendah diperoleh pada jenis Beriang, dengan nilai R2= 0,73. b. Hasil Perhitungan kandungan karbon pada plot sampel Hasil perhitungan berat karbon pada 6 plot sampel yang terdiri atas pohon, tumbuhan bawah dan serasah disajikan pada Tabel 2. Tabel 2. Berat kandungan karbon pada lokasi hutan gambut bekas terbakar setelah 8 th Karbon Serasah
Karbon Tumbuhan Bawah
Karbon Pancang
Jumlah Karbon
(ton/ha)
(ton/ha)
(ton/ha)
(ton/ha)
I
1,949
1,310
1,33
4,59
II
3,975
0,605
10,31
14,89
III
3,189
0,969
6,59
10,75
IV
3,335
0,736
57,65
61,72
V
3,141
0,805
24,43
28,38
VI
1,250
0,435
6,54
8,23
Plot
Total
128,55
Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa kandungan karbon pada serasah setelah kurang lebih 8 tahun tidak terbakar berkisar antara 1,250-3,975 ton/ha, sedangkan kandungan karbon pada tumbuhan bawah antara 0,435-1,310 ton/ha. Kandungan karbon pada pohon tingkat pancang antara 1,33-57,65 ton/ha. Setelah dirata-rata ternyata kandungan karbon total di atas permukaan tanah pada lahan gambut yang telah terbakar 8 tahun yang lalu adalah 21,42 ton/ha. Pertumbuhan pohon baru pada tingkat pancang (diameter 2 - < 10 cm), karena untuk tingkat tiang dan pohon belum ada. Selain itu pohon mati dan kayu mati juga tidak ada pada plot yang diukur.
2.
Hasil Perhitungan Karbon Hutan Alam Gambut yang Baru Terbakar 1 tahun lalu. Hasil perhitungan kandungan karbon pada hutan alam gambut yang baru terbakar setahun yang lalu, merupakan areal dimana vegetasi pohon tingkat pancang, tiang maupun pohon hampir tidak ada lagi. Simpanan karbon hanya terdapat pada tumbuhan bawah, serasah, kayu mati dan pohon mati serta sisa akar dan sisa gambut. Lahan ini bukan sekali saja terbakar, tetapi telah berulang-ulang Perhitungan karbon untuk perbaikan factor emisi dan serapan grk kehutanan
Page 135
terbakar, dengan demikian vegetasi pohon yang akan tumbuh akan mati kembali setelah terbakar. Dampak dari terbakar berulang-ulang tersebut, maka hampir tidak dijumpai vegetasi pohon yang hidup, meskipun hanya tingkat pancang atau tiang. Hasil pengukuran plot sampel pada lahan tersebut disajikan pada Tabel 3. Tabel 3 menunjukkan bahwa simpanan karbon terbesar setelah tanah gambut adalah pada pohon mati (0,452 ton/ha) dan yang terendah pada kayu mati (0,222 ton/ha). Rata-rata simpanan karbon pada lahan tersebut 1,296 ton/ha. Tabel 3. Penghitungan cadangan karbon total, pada hutan gambut alam yang terbakar setahuN yang lalu.
Plot 1 2 3 Jumlah Ratarata
Karbon serasah (ton/ha) 0,209 0,521 0,328 1,058 0,353
Karbon Karbon kayu pohon mati mati (ton/ha) (ton/ha) 0,374 1,080 0,188 0,146 0,104 0,130 0,665 1,356 0,222
0,452
Karbon tumbuhan bawah (ton/ha) 0,222 0,214 0,375 0,810 0,270
Total karbon (ton/ha) 1,884 1,069 0,936 3,889 1,296
E. Kesimpulandan Rekomendasi Kesimpulan 1. Pada hutan alam gambut bekas terbakar, setelah 8 tahun tingkat pertumbuhan pohonnya baru pada tingkat pancang dan tidak terdapat pohon mati dan kayu mati. 2. Diperoleh 6 jenis pohon tingkat pancang yang dominan di lahan gambut bekas terbakar, yaitu sepungol, prepat, gelam, beriang, gerunggang dan samak. 3. Telah diperoleh 6 persamaan allometrik untuk menentukan besarnya kandungan biomassa tingkat pancang untuk 6 jenis pohon pada lahan gambut bekas terbakar. 4. Kandungan karbon rata-rata pada lahan gambut bekas terbakar yang sudah tidak terbakar kurang lebih selama 8 tahun adalah sebesar 21,42 ton/ha. 5. Simpanan karbon pada hutan alam gambut yang terbakar setahun yang lalu hanya 1,296 ton/ha, dan yang terbesar berada pada pohon mati (0,452 ton/ha).
Rekomendasi
Perhitungan karbon untuk perbaikan factor emisi dan serapan grk kehutanan
Page 136
Perlu dilakukan pengukuran biomassa karbon di bawah permukaan tanah pada lahan alam gambut bekas terbakar (baik yang terbakar setahun atau delapan tahun yang lalu) di Desa Kedaton, Kecamatan Kayu Agung, Kabupaten Ogan Komering Ilir, sehingga diperoleh data biomassa karbon total yang masih tersimpan pada lahan gambut tersebut. Hasil persamaan regresi 6 jenis pohon tingkat pancang Biomassa Ph. Gelam (gr)
25.000,00
Biomassa Ph Beriang (gr)
8.000,00
y = 1771,8x2,1909 R² = 0,9952
20.000,00 15.000,00
y = 5073,5ln(x) + 4278,4 R² = 0,7287
6.000,00 4.000,00
10.000,00 5.000,00
Diameter (cm)
0,00 0,00
1,00
2,00
3,00
0,00
0,50
1,00
1,50
2,00
Biomassa Ph Sepungol (gr)
15.000,00
15.000,00
y = 14337x - 14300 R² = 0,8849
10.000,00
0,00
4,00
Biomassa Ph Samak (gr)
Diameter (cm)
2.000,00
10.000,00
y = 1812,4x2,418 R² = 0,9937
5.000,00
5.000,00
Diameter ) 1,00 (cm1,50 2,00
0,00 0,00
0,50
Biomassa Ph Gerunggang (gr)
Diameter
0,00
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50
Biomassa Ph Prepat (gr)
12.000,00
15.000,00
1897e0,7039x
y= R² = 0,9218
10.000,00
y = 622,97x3,4022 R² = 0,987
10.000,00 8.000,00 6.000,00
5.000,00
4.000,00
0,00 0,00
Foto Kegiatan.
1,00
Diameter (cm)
2,00
3,00
Diameter (cm)
2.000,00 0,00
0,00 0,50 1,00 1,50 2,00 2,50
Perhitungan karbon untuk perbaikan factor emisi dan serapan grk kehutanan
Page 137
Pengumpulan daun dan buah dari
Pengumpulah serasah.
pohon
dan serasah
Pengumpulan tumbuhan bawah pada plot 2x2 m
Pengambilan sampel kayu untuk dibawa ke laboratorium
Kondisi tegakan lahan gambut bekas terbakar 8 th lalu
Penimbangan daun, tumbuhan bawah
Perhitungan karbon untuk perbaikan factor emisi dan serapan grk kehutanan
Page 138