PENGARUH MEKANISME GOOD CORPORATE GOVERNANCE TERHADAP PROFITABILITAS PERUSAHAAN PROPERTY DAN REAL ESTATE Yang Terdaftar Dalam Bursa Efek Indonesia Tahun 2010 – 2012 INFLUENCES OF CORPORATE GOVERNANCE MECHANISM TO PROFITABILITYON PROPERTY AND REAL ESTATE In Indonesia Stock Exchange During The Years 2010-2012 Frans Pangabahan Pasaribu Universitas Telkom Willy Sri Yuliandhari, SE., MM., Ak Universitas Telkom ABSTRAK Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji pengaruh mekanisme good corporate governance yang meliputi komposisi dewan komisaris independen, kepemilikan institusional dan komite audit terhadap profitabilitas baik secara simultan maupun parsial pada perusahaan property dan real estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia selama tahun 2010-2012. Penelitian ini menggunakan analisis regresi data panel. Penelitian ini termasuk dalam jenis penelitian deskriptif verifikatif bersifat kausalitas. Data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Hasil pengujian empiris menunjukkan bahwa secara simultan variabel komposisi dewan komisaris independen, kepemilikan institusional, komite audit berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas. Pengujian secara parsial melalui Uji t menyatakan bahwa hanya komposisi dewan komisaris independen berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas, komite audit tidak berpengaruh signifikan terhadap profitabilitas. Kata kunci :
Komposisi Dewan Komisaris Independen (KDKI), Kepemilikan Institusional (KI), Komite Audit (KA), Profitabilitas (ROE).
ABSTRACT This study aims to examine the influence of corporate governance mechanisms including an independent board, institutional ownership, and audit committee to profitability on property and real estate in indonesia stock exchange during the years 2010-2012. This study used panel data regression analysis. This study included in research is verification descriptive’s type of causality. Data that used in this study is secondary data. The results show that simultaneous variables such as independent board, institutional, and audit committee have a significant effect to profitability. Based on partially test using Uji t show that the only independent board has significant effect to profitability, while the institutional ownership, audit committee have not significant effect to profitability. Keywords : Independent Board (IB), Institutional Ownership (IO), and Audit Committee (AC), Profitability (ROE).
1
PENDAHULUAN Industri Property dan Real Estate pada umumnya merupakan dua hal yang berbeda. Menurut Thomsett (1994) Real estate merupakan tanah dan semua peningkatan permanen di atasnya termasuk bangunan-bangunan, seperti gedung, pembangunan jalan, tanah terbuka, dan segala bentuk pengembangan lainnya yang melekat secara permanen. Menurut peraturan perundang-undangan di Indonesia, pengertian mengenai industri real estate tercantum dalam PDMN No.5 Tahun 1974 yang mengatur tentang industri real estate. Dalam peraturan ini pengertian industri real estate adalah perusahaan property yang bergerak dalam bidang penyediaan, pengadaan, serta pematangan tanah bagi keperluan usaha-usaha industri, termasuk industri pariwisata. Sedangkan definisi Property menurut SK Menteri Perumahan Rakyat no.05/KPTS/BKP4N/1995, Ps 1.a:4 adalah tanah hak dan atau bangunan permanen yang menjadi objek pemilik dan pembangunan. Dengan kata lain, property adalah industri real estate ditambah dengan hukum-hukum seperti sewa dan kepemilikan. Perkembangan bisnis Property dan Real Estate di Indonesia mengalami kenaikan yang sangat tajam pada dekade terakhir ini. Kebutuhan akan hunian dan kantor terus meningkat seiring dengan perkembangan ekonomi yang terjadi di Indonesia (http://www.telkomsolution.com). Good Corporate Governance merupakan sistem yang mengatur dan mengendalikan perusahaan guna menciptakan nilai tambah (value added) untuk semua stakeholders. Konsep ini menekankan pada dua hal yakni, pertama, pentingnya hak pemegang saham untuk memperoleh informasi yang benar dan tepat pada waktunya dan kedua, kewajiban perusahaan untuk melakukan pengungkapan (disclosure) secara akurat, tepat waktu, transparan terhadap semua informasi kinerja perusahaan, kepemilikan, dan stakeholders (Kaihatu, 2006). Masalah corporate governance muncul karena terjadinya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan sehingga berpengaruh terhadap profitabilitas perusahaan. Lemahnya penerapan Good Corporate Governance juga menyebabkan berkurangnya kinerja yang berdampak langsung pada produktivitas suatu perusahaan (http://www.hukumonline.com, diakses 21 April 2014). Mengingat bahwa akhir-akhir ini Good Corporate Governance merupakan salah satu topik pembahasan sehubungan dengan semakin gencarnya publikasi tentang kecurangan (fraud) maupun keterpurukan bisnis yang terjadi sebagai akibat kesalahan yang dilakukan oleh para eksekutif manajemen, dan semakin marak adanya pemberitaan mengenai kasus kejahatan korporasi yang dilakukan oleh perusahaan-perusahaan besar baik pada skala lokal, regional maupun global. Selain kasus fraud dan penipuan akuntansi, dewasa ini justru semakin banyak perusahaan terbuka yang kemudian tersangkut kasus korupsi, terutama dalam delik penyuapan kepada para penyelenggara negara guna memuluskan proyek yang dikerjakannya. Pihak korporasi maupun para pelaku fraud dan korupsi tersebut tidak menyadari bahwa sebagai tindakan yang mereka lakukan sangat bertentangan dengan
2
prinsip-prinsip etika bisnis dan dapat berdampak sangat besar tidak hanya terhadap para pemegang saham, namun juga merugikan perekonomian negara secara keseluruhan. maka hal ini menimbulkan suatu tanda tanya tentang penerapan Good Corporate Governance. Penerapan Good Corporate Governance dapat memberikan kepercayaan kepada pemilik perusahaan terhadap kemampuan manajemen dalam mengelola kekayaan yang dimiliki oleh pemilik (pemegang saham), sehingga dapat meminimalisasi konflik kepentingan dan biaya keagenan (agency cost) (Susiana dan Herawaty, 2007 dalam Noviawan dan Septiani, 2013). Konflik kepentingan dan biaya keagenan berhubungan dengan teori keagenan, dimana teori tersebut menjelaskan bahwa terdapat pemisahan antara pemilik dengan manajer atau dapat dikatakan bahwa hubungan antara pemilik dengan manajer sulit terbangun karena adanya benturan kepentingan. Di era persaingan global ini, dimana batas-batas negara tidak lagi menjadi penghalang untuk berkompetisi, hanya perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance yang mampu memenangkan persaingan. Good Corporate Governance merupakan suatu keharusan dalam rangka membangun kondisi perusahaan yang tangguh dan sustainable. Good Corporate Governance diperlukan untuk menciptakan sistem dan struktur perusahaan yang kuat sehingga mampu menjadi perusahaan kelas dunia (http://workshopprogram.com). Ketika penerapan corporate governance lemah maka akan menjadi pemicu terjadinya berbagai skandal keuangan didalam perusahaan (Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance, 2012). Terdapat beberapa fakta yang menunjukkan bahwa penerapan corporate governance di Indonesia dikatakan masih rendah, salah satu nya yaitu hasil survei Transparancy International menunjukkan Indonesia berada di urutan yang belum menggembirakan. Selama kurun waktu 15 tahun, Indonesia masih dalam kategori negara korup karena masih memperoleh nilai Indeks Persepsi Korupsi (IPK) di bawah 3. Sampai tahun 2010, peringkat Indonesia berada di urutan 110 dari 178 negara dengan nilai 2,8 dari skala 10 (Khomsiyah, 2012). Penerapan Good Corporate Governance ini dinilai dapat memperbaiki citra perusahaan yang sempat buruk, melindungi kepentingan stakeholders serta meningkatkan kepatuhan terhadap peraturan perundang-undangan yang berlaku dan etika-etika umum pada perusahaan dalam rangka mencitrakan sistem perusahaan yang sehat (Dewayanto, 2010). Selain itu penerapan Good Corporate Governance di dalam perusahaan diharapkan dapat meningkatkan profitabilitas, mengurangi risiko akibat tindakan pengelolaan yang cenderung menguntungkan diri sendiri. Perusahaan yang menerapkan Good Corporate Governance akan lebih efisien dan daya saingnya meningkat (Dewayanto, 2010).
3
TINJAUAN PUSTAKA Teori Keagenan Teori keagenan memandang perusahaan sebagai nexus of contracts, yaitu organisasi yang terikat kontrak dengan beberapa pihak seperti pemegang saham, supplier, karyawan (termasuk manajer) dan pihak-pihak lain yang berkepentingan (Scott, 2009:313). Teori keagenan, dapat menjelaskan bagaimana pihak-pihak yang terlibat dalam perusahaan akan berperilaku, karena pada dasarnya antara agent dan principal memiliki kepentingan yang berbeda yang menyebabkan terjadinya konflik keagenan (agent conflict). Menurut Noviawan dan Septian (2013) yang dimaksud dengan principal adalah pemilik perusahaan atau pemegang saham, sedangkan agent adalah manajerperusahaan. Pada dasarnya, konflik keagenan terjadi karena adanya pemisahan antara kepemilikan dan pengendalian perusahaan. Good Corporate Governance Good corporate governance dijelaskan oleh IICG (Indonesian institute of Corporate Governance) sebagai proses dan struktur yang diterapkan dalam menjalankan perusahaan, dengan tujuan utama meningkatkan nilai pemegang saham dalam jangka panjang, dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholders yang lain. Good corporate governance juga mensyaratkan adanya struktur perangkat untuk mencapai tujuan dan pengawasan atas kinerja. Good corporate governance juga merupakan kumpulan hukum, peraturan dan kaidah yang wajib dipenuhi, yang dapat mendorong Profitabilitas bekerja secara efisien, menghasilkan nilai ekonomi jangka panjang yang berkesinambungan bagi para pemegang saham maupun masyarakat sekitar secara keseluruhan. Pengertian Corporate Governance Menurut Komite Nasional Kebijakan Governance pada tahun 2012, setiap perusahaan harus memastikan bahwa asas Good Corporate Governance diterapkan pada setiap aspek bisnis dan di seluruh jajaran perusahaan. Asas Good Corporate Governance yang harus dipastikan pelaksanaannya meliputi transparansi, akuntabilitas, responsibilitas, independensi serta kewajaran dan kesetaraan. Asas Good Corporate Governance diperlukan untuk mencapai kesinambungan usaha (sustainability) perusahaan dengan memperhatikan kepentingan pemegang saham, nasabah serta pemangku kepentingan lainnya. Tujuan Penerapan Good Corporate Governance Tujuan penerapan Good Corporate Governance antara lain : a. Mengoptimalkan pemberdayaan sumber daya ekonomis dari sebuah usaha b. Melindungi kepentingan pemegang saham dan memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya c. Meningkatkan iklim investasi nasional
4
d.
Memperbesar keuntungan secara nasional dari sebuah usaha yang dikelola secara baik. Pencapaian prestasi yang lebih baik dan penghematan sumber daya dan modal secara ekonomis akan meningkatkan produktivitas dalam negeri ketika bersaing di pasar internasional.
Manfaat Penerapan Good Corporate Governance Dengan melaksanakan Corporate Governance, menurut Forum of Corporate Governance in Indonesia (FCGI) ada beberapa manfaat yang diperoleh, antara lain : a. Meningkatkan Kinerja Keuangan dan Profitabilitas melalui terciptanya proses pengambilan keputusan yang lebih baik, meningkatkan efisiensi operasional perusahaan, serta lebih meningkatkan pelayanan kepada stakeholder b. Mempermudah diperolehnya dana pembiayaan yang lebih murah dan tidak rigid (karena faktor kepercayaan) yang pada akhirnya akan meningkatkan Corporate Value c. Mengembalikan kepercayaan investor untuk menanamkan modalnya di Indonesia d. Pemegang saham akan puas dengan Kinerja Keuangan dan Profitabilitas karena sekaligus akan meningkatkan shareholder Value dan deviden Mekanisme Good Corporate Governance Mekanisme Good Corporate Governance merupakan suatu prosedur dan hubungan yang jelas antara pihak yang mengambil keputusan dengan pihak yang memonitor suatu keputusan tersebut. Pada umumnya yang tercakup sebagai mekanisme Good Corporate Governance spesifik perusahaan adalah struktur kepemilikan saham, pembiayaan perusahaan, audit eksternal, komite audit, dewan pengurus, dan kompensasi manajemen (Lembaga Komisaris dan Direktur Indonesia, 2010). Dewan Komisaris Independen Dewan komisaris Independen merupakan organ peranan penting dalam pengimplementasian good corporate governance di suatu perusahaan. Komisaris merupakan organ yang mengawasi kebijaksanaan direksi dalam menjalankan perusahaan serta memberikan nasihat kepada direksi. Untuk menjamin pelaksanaan Good Corporate Governance berjalan dengan baik diperlukan anggota dewan komisaris yang berintegritas tinggi, tidak cacat hukum, serta mampu bekerja secara profesional tanpa memihak dengan salah satu pemegang saham pengendali (mayoritas) secara langsung maupun tidak langsung.Komisaris Independen diukur berdasarkan persentase jumlah Komisaris Independen terhadap jumlah total Komisaris yang ada dalam susunan Dewan Komisaris perusahaan (Ningrum dan Rahardjo, 2012).
5
Kepemilikan Institusional Kepemilikan institusional merupakan kepemilikan saham oleh pihak-pihak yang berbentuk lembaga atau institusi seperti bank, perusahaan asuransi, perusahaan investasi, perusahaan luar negeri, pemerintah dan kepemilikan institusi lain (Rajgofal et al, 1999 dalam Syiami, 2012). Perusahaan dengan kepemilikan institusional yang besar (lebih dari 5%) mengindikasikan kemampuannya untuk memonitor manajemen (Arif, 2006 dalam Nurkhin, 2009). Kepemilikan institusional diukur dengan menggunakan rasio antara jumlah lembar saham yang dimiliki oleh institusi terhadap jumlah lembar saham perusahaan yang beredar secara keseluruhan (Wijayanti dan Mutmainah, 2012). Komite Audit Komite audit adalah organ tambahan yang diperlukan dalam pelaksanaan prinsip good corporate governance. Komite audit dibentuk oleh dewan komisaris untuk melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas penting berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan perusahaan. Independensi merupakan karakteristik penting untuk efektivitas komite audit. Independensi komite audit meningkat dengan besarnya board of director dan persentase orang luar di dalam board dan menurun dengan pertumbuhan perusahaan serta kerugian yang dialami berturutan. Oleh karena itu, perusahaan seharusnya memodifikasi komite auditnya dan menyesuaikannya dengan lingkungan ekonomis perusahaan (LKDI, 2010). Profitabilitas Perusahaan Profitabilitas adalah hasil bersih dari sejumlah kebijakan dan keputusan perusahaan. Menurut Simamora (2000:528), profitabilitas merupakan suatu ukuran pokok keseluruhan keberhasilan perusahaan. Sedangkan menurut APB Statement mengartikan profitabilitas adalah kelebihan (defisit) penghasilan diatas biaya selama satu periode akuntansi (Harahap, 2001: 226). Dari pengertian diatas, dapat disimpulkan bahwa profitabilitas adalah ukuran keberhasilan suatu perusahaan dalam mencapai tujuannya pada suatu periode akuntansi tertentu. Skala perhitungan profitabilitas adalah ROE (Return on Equity) Rasio ini mengukur kemampuan perusahaan menghasilkan laba berdasarkan modal tertentu.Rasio ini merupakan ukuran profitabilitas dari sudut pandang pemegang saham. Rasio ROE bisa dihitung sebagai berikut: KERANGKA PEMIKIRAN Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris Independen terhadap Profitabilitas (ROE) Teori keagenan menyatakan bahwa konflik kepentingan antara agent dengan principal dapat dikurangi dengan pengawasan yang tepat. Komisaris Independen adalah anggota dewan komisaris yang tidak terafiliasi dengan direksi, anggota dewan komisaris lainnya dan pemegang saham pengendali, serta bebas dari hubungan bisnis atau hubungan lainnya yang dapat mempengaruhi kemampuannya untuk bertindak independen (Louw, 2011). Adanya Dewan Komisaris yang independen akan
6
meningkatkan kualitas fungsi pengawasan dalam perusahaan. Semakin besar proporsi Komisaris Independen menunjukkan bahwa fungsi pengawasan akan lebih baik (Noviawan dan Septiani, 2013). Hal ini juga diungkapkan oleh Ningrum dan Rahardjo (2012) bahwa proporsi Komisaris Independen yang besar akan meningkatkan kinerja keuangan perusahaan di masa depan. Pengaruh Kepemilikan Institusional terhadap Profitabilitas (ROE) Jensen dan Meckling (1976) dalam Louw (2011) menyatakan bahwa kepemilikan institusional memiliki peranan yang penting dalam meminimalisasi konflik keagenan yang terjadi diantara pemegang saham dengan manajer. Keberadaan investor institusional dianggap mampu mengoptimalkan pengawasan kinerja manajemen dengan memonitoring setiap keputusan yang diambil oleh pihak manajemen selaku pengelola perusahaan. Menurut Solomon (2004) dalam Noviawan dan Septiani (2013), pengaruh investor institusional terhadap manajemen perusahaan dapat menjadi sangat penting serta dapat digunakan untuk menyelaraskan kepentingan manajemen dengan pemegang saham. Pengaruh Komite Audit terhadap Profitabilitas (ROE) Menurut Louw (2011) Komite audit yang bertanggung jawab untuk mengawasi laporan keuangan, mengawasi audit eksternal, dan mengamati sistem pengendalian internal (termasuk audit internal) dapat mengurangi sifat opportunistic manajemen yang melakukan manajemen laba (earnings management) dengan cara mengawasi laporan keuangan dan melakukan pengawasan pada audit eksternal. Kurnianingsih dan Supomo (1999) dalam Arifani (2012) juga menjelaskan bahwa komite audit pada aspek akuntansi dan pelaporan keuangan diharapkan dapat melaksanakan beberapa fungsi yaitu: menelaah seluruh laporan keuangan untuk menjamin objektivitas, kredibilitas, reliabilitas, integritas, akurasi dan ketepatan waktu penyajian laporan keuangan; menelaah kebijakan akuntansi dan memberikan perhatian khusus terhadap dampak yang ditimbulkan oleh adanya perubahan kebijakan akuntansi; menelaah efektifitas Struktur Pengendalian Internal (SPI) dan memastikan tingkat kepatuhan SPI; mengevaluasi kemungkinan terjadinya penipuan dan kecurangan; menilai estimasi, kebijakan dan penilaian manajemen yang dipertimbangkan mempunyai pengaruh material terhadap laporan keuangan.
7
HIPOTESIS PENELITIAN Berdasarkan teori dan kerangka pemikiran yang telah dijelaskan pada bagian sebelumnya, maka penelitian ini memiliki hipotesis sebagai berikut:
H01: Ha1: H02: Ha2: H03: Ha3: Ho4:
H14:
Tidak terdapat hubungan positif Komposisi Dewan Komisaris Independen terhadap Profitabilitas (ROE). Terdapat hubungan positif Komposisi Dewan Komisaris Independen terhadap Profitabilitas (ROE). Tidak terdapat hubungan positif Kepemilikan Institusional terhadap Profitabilitas (ROE). Terdapat hubungan positif Kepemilikan Institusional terhadap Profitabilitas (ROE). Tidak terdapat hubungan positif Komite Audit terhadap Profitabilitas (ROE). Terdapat hubungan positif Komite Audit terhadap Profitabilitas (ROE). Tidak terdapat hubungan positif Komposisi Dewan komisaris independen, Kepemilikan Institusional dan Komite Audit secara bersama-sama terhadap Profitabilitas (ROE). Terdapat hubungan positif Komposisi Dewan komisaris independen, Kepemilikan Institusional dan Komite Audit secara bersama-sama terhadap Profitabilitas (ROE)
Ruang Lingkup Penelitian Lokasi penelitian yang dipilih adalah Bursa Efek Indonesia dan objek penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah perusahaan sektor Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia tahun 2010 sampai 2012. Objek penelitian lebih difokuskan pada informasi yang terkait dengan Komposisi Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, Komite Audit dan Profitabilitas (ROE) perusahaan sektor Property dan Real Estate. POPULASI DAN SAMPEL
Populasi adalah wilayah generalisasi yang terdiri atas obyek/subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya (Sugiyono, 2012:119). Sampel adalah bagian dari jumlah dan karakteristik yang dimiliki oleh populasi tersebut (Sugiyono, 2012:120). Populasi dalam penelitian ini adalah perusahaan Property dan Real Estate yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI). Jumlah perusahaan Property Property dan Real Estate pada tahun 2010-2012 adalah sebanyak 46 perusahaan.
8
VARIABEL OPERASIONAL Variabel Independen Menurut Sugiyono (2012:64) variabel independen atau variabel bebas merupakan variabel yang memengaruhi atau menjadi sebab perubahannya atau timbulnya variabel dependen (terikat). Variabel independen dalam penelitian ini adalah A.
Komposisi Dewan Komisaris Independen Variabel komisaris independen diukur berdasarkan persentase jumlah Komisaris Independen terhadap jumlah total Komisaris yang ada dalam susunan dewan komisaris perusahaan (Ningrum dan Rahardjo, 2012)..
= B.
Kepemilikan Institusional Variabel kepemilikan institusional diukur dengan menggunakan rasio antara jumlah lembar saham yang dimiliki oleh institusi terhadap jumlah lembar saham perusahaan yang beredar secara keseluruhan (Wijayanti dan Mutmainah, 2012).
C.
Komite Audit Variabel kmite audit diukur dengan menggunakan rasio yaitu jumlah komite audit. Dengan berjalannya fungsi komite audit yang efektif, maka fungsi pengawasan terhadap perusahaan akan lebih baik dan dapat mencegah konflik keagenan, juga dapat meningkatkan profitabilitas. ∑
3.1.1
Variabel Dependen Profitabilitas dalam penelitian ini diukur dengan menggunakan rasio tingkat perputaran atas aktiva atau Return On Equity (ROE). Rasio ROE diperoleh dengan membagi laba sebelum bunga dan pajak dengan jumlah aset perusahaan (Tandelilin, 2011:372):
ROE =
X 100%
TEKNIK ANALISIS DATA Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini ialah analisis regresi data panel. Data panel (pooled data) disebut juga longitudinal atau micropanel data. Gujarati dan Porter 2009:23) menyatakan, “In pooled or combined, dataare elements of both time eries and cross section data”. Data panel memiliki beberapa keunggulan diantaranya yaitu memiliki unsur penelitian cross section yang berulang (time series), banyaknya obyek penelitian berdampak pada data yang lebih informatif, bervariasi, kolinearitas antar variabel erkurang, dan derajat kebebasan (degree of freedom) meningkat. Serta data panel mampu eminimalkan bias
9
yang ditimbulkan oleh agregasi data individu. Keunggulan-keunggulan ersebut berdampak pada tidak harus dilakukan pengujian asumsi klasik dalam data panel (Ajija t al, 2011:52). Metode analisis yang digunakan dalam penelitian ini adalah model regresi data anel yang persamaannya dapat dituliskan sebagai berikut:
Y = α + β1KDKI + β2KI + β3KA + ε Keterangan: Y = ROE α = Konstanta β1- β3 = Koefisien regresi dari setiap variabel independen KM = Komposisi Dewan Komisaris Independen KI = Kepemilikan Institusional KDKI = Komite Audit ε = Error term HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN Pengujian Model Peneliti menggunakan metode regresi data panel (pooled data) dimana metode ini memiliki tiga model yaitu model common effect, fixed effect dan random effect. Untuk mengetahui model manakah yang sesuai bagi penelitian ini, selanjutnya akan dilakukan pengujian model yaitu Likelihood Ratio untuk menentukan model yang digunakan common effect atau fixed effect. Serta Hausman Test untuk menentukan model fixed effect atau random effect yang digunakan. 1. Uji Common Effect
Tabel 1 Uji Common Effect Dependent Variable: PFT? Method: Pooled Least Squares Date: 06/20/14 Time: 19:08 Sample: 2010 2012 Included observations: 3 Cross-sections included: 21 Total pool (balanced) observations: 63 Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C KDKI? KI? KA?
-0.098083 0.254984 0.052730 0.024956
0.130450 0.093167 0.050021 0.037870
-0.751885 2.736835 1.054150 0.658996
0.4551 0.0082 0.2961 0.5125
R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression Sum squared resid Log likelihood F-statistic Prob(F-statistic)
0.121739 0.077081 0.084106 0.417356 68.64078 2.726060 0.052106
Mean dependent var S.D. dependent var Akaike info criterion Schwarz criterion Hannan-Quinn criter. Durbin-Watson stat
0.114976 0.087548 -2.052088 -1.916016 -1.998570 1.422822
10
Berdasarkan Tabel 1, dapat dilihat semua variabel independen yang terdiri dari Komposisi Dewan Komisaris Independen (KDKI), Kepemilikan Institusional (KI), Komiteaudit (KA) berpengaruh sebesar 12,17% terhadap variabel dependen yaitu Profitabilitas. Namun uji common effect ini tidak menjadi hasil akhir dalam regresi data panel karena masih terdapat pengujian lebih lanjut yaitu uji model fixed effect dan random effect.
B.
Uji Chow (Fixed Effect) Model fixed effect mengasumsikan bahwa individu atau perusahaan memiliki intersep tetapi memiliki slope yang sama. Untuk menguji model ini dilakukan dengan Likelihood Ratio untuk mengetahui model common effect (H0) atau fixed effect (H1) yang sesuai untuk penelitian ini. Dalam penelitian ini peneliti menggunakan taraf signifikansi 5% (α = 0.05). Kriteria pengambilan keputusan yaitu apabila: 1. Probability (p-value) Cross-section Chi-square ≤ 0.05 = tolak H0 2. Probability (p-value) Cross-section Chi-square > 0.05 = terima H0 atau 1. Probability (p-value) Cross-section F ≤ 0.05 = tolak H0 2. Probability (p-value) Cross-section F > 0.05 = terima H0 Berdasarkan pengujian fixed effect diperoleh data hasil pengujian sebagai berikut: Tabel 2 Uji Fixed Effect (Likelihood Ratio) Redundant Fixed Effects Tests Pool: Untitled Test cross-section fixed effects Effects Test Cross-section F Cross-section Chi-square
Statistic 2.547105 52.643086
d.f.
Prob.
(20,39) 20
0.0061 0.0001
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2014 Berdasarkan Tabel 2, menunjukkan nilai probability (p-value) cross section Chisquare sebesar 0.0001 dan nilai probability (p-value) cross section F sebesar 0.0061. Maka kesimpulan hasil pengujian fixed effect dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3 Kesimpulan Hasil Pengujian Fixed Effect Kriteria Pengujian Keputusan Prob.Cross-section Chi-square Taraf Signifikansi < Tolak H0 0.0001 0.05 Prob. Cross-section F Taraf Signifikansi < Tolak H0 0.0061 0.05 Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2014
11
Berdasarkan hasil pengujian tersebut dapat disimpulkan bahwa H0 ditolak, sehingga model yang dapat digunakan ialah fixed effect, tetapi keputusan penggunaan model ini belum merupakan hasil akhir karena masih terdapat satu pengujian lagi antara model fixed effect dengan model random effect menggunakan Hausman Test. C.
Uji Hausman (Random Effect) Model random effect menggunakan residual yang diduga memiliki hubungan antar waktu dan antar individu/antar perusahaan.Untuk menguji model ini dilakukan dengan Hausman Test. Untuk melakukan uji random effect peneliti membuat hipotesis sebagai berikut: H0 : model random effect H-1 : model fixed effect Dengan kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut : 1. Chi-square Statistic ≥ Chi-square tabel = tolak H0 2. Chi-square Statistic < Chi-square tabel = terima H0 atau 1. Probability Cross-section random ≤ 0.05 = tolak H0 2. Probability Cross-section random > 0.05 = terima H0 Berdasarkan pengujian random effect diperoleh data hasil pengujian sebagai berikut: Tabel 4 Uji Random Effects (Hausman Test) Correlated Random Effects - Hausman Test Pool: RANDOM Test cross-section random effects
Test Summary
Chi-Sq. Statistic
Chi-Sq. d.f.
Prob.
0. 426665
3
0. 9347
Cross-section random
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2014 Tabel 4 di atas menunjukkan nilai Chi-square Statistic yaitu 0,426665 maka kesimpulan hasil pengujian Random effect dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 5 Kesimpulan Hasil Pengujian Random Effect Kriteria Pengujian Chi-square Statistic 0. 426665 Prob. Cross-section random 0. 9347
Keputusan
<
Chi-square tabel 7.815
Terima H0
>
Taraf Signifikansi 0.05
TerimaH0
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2014
12
Berdasarkan Tabel 5 menunjukkan nilai Chi-square tabel dengan nilai degree of freedom (df) = 3 sebesar 7,815. Berdasarkan tabel hasil pengujian tersebut, dapat disimpulkan bahwa H0 diterima sehingga model yang tepat digunakan untuk menganalisis pengaruh Komposisi Dewan Komisarin Independen (X1), Kepemilikan Institusional (X2), komite audit (X3) terhadap Profitabilitas adalah model Random Effect. 4.3.2
Persamaan Regresi Data Panel Berdasarkan pengujian model yang telah dilakukan, maka model yang sesuai untuk penelitian ini ialah Random effect. Tabel berikut merupakan hasil uji menggunakan Random effect: Tabel 6 Model Random Effect Dependent Variable: PFT? Method: Pooled EGLS (Cross-section random effects) Date: 06/20/14 Time: 19:11 Sample: 2010 2012 Included observations: 3 Cross-sections included: 21 Total pool (balanced) observations: 63 Swamy and Arora estimator of component variances Variable
Coefficient
Std. Error
t-Statistic
Prob.
C KDKI? KI? KA? Random Effects (Cross) _APLN--C _ASRI--C _BAPA--C _BCIP--C _BKSL--C _COWL--C _CTRA--C _CTRP--C _CTRS--C _DART--C _DILD--C _DUTI--C _GMTD--C _JRPT--C _KIJA--C _KPIG--C _LAMI--C _LPCK--C _MDLN--C
-0.134602 0.275199 0.057083 0.033409
0.163510 0.111918 0.064744 0.047223
-0.823202 2.458932 0.881667 0.707481
0.4137 0.0169 0.3815 0.4821
0.048262 0.056107 -0.010713 -0.028791 -0.030052 -0.014161 -0.036954 -0.033735 0.000666 -0.028074 -0.032721 -0.025570 0.121017 0.037305 -0.024403 -0.023097 0.018551 0.044194 -0.041619
13
_OMRE--C _RDTX--C
0.021381 -0.017595 Effects Specification S.D.
Cross-section random Idiosyncratic random
0.055138 0.068120
Rho 0.3958 0.6042
Weighted Statistics R-squared Adjusted R-squared S.E. of regression F-statistic Prob(F-statistic)
0.103654 0.058077 0.066617 2.274260 0.009264
Mean dependent var S.D. dependent var Sum squared resid Durbin-Watson stat
0.066766 0.068641 0.261835 2.260842
Unweighted Statistics R-squared Sum squared resid
0.120370 0.418007
Mean dependent var Durbin-Watson stat
0.114976 1.416170
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2014 Berdasarkan output regresi linier di atas, model regresi berganda yang digunakan dalam penelitian ini dapat dirumusakan sebagai berikut: Profitabilitas (Y) = -0.134602+ 0.275199KDKI + 0.057083KI + 0.033409KA
Uji Signifikan Simultan (Uji Statistik F) Uji statistik F pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel bebas atau variabel independen mempunyai pengaruh secara simultan terhadap variabel terikat/variabel dependen. Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: 1. Bila Probability (F-statistic) ≥ 0.05, maka H0.1 diterima, artinya tidak berpengaruh signifikan 2. Bila Probability (F-statistic) < 0.05, maka H0.1 ditolak, artinya berpengaruh signifikan Berdasarkan hasil pengujian diperoleh nilai sebagai berikut: Tabel 7 Uji Statistik F Variabel
Variabel independen (X1, X2, X3)
Probability (F-statistic) 0.009264
<
Taraf Signifikansi
Keputusan
Pengaruh
0.05
Tolak H0.1
Berpengaruh Signifikan
Sumber: Data sekunder yang diolah tahun 2014
14
Berdasarkan Tabel 4.12 di atas, nilai probability (F-statistic) lebih kecil dari taraf signifikansi 0.05, sehingga Good Corporate Governance (Komposisi Dewan Komisaris Independen (X1), Kepemilikan Institusional (X2), dan Komite Audit (X3)) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas. Koefisien Determinasi (R2) Koefisien determinasi pada intinya mengukur seberapa jauh kemampuan model dalam menerangkan variasi variabel independen (Ghozali, 2011:97). Setelah melalui pengolahan melalui Eviews versi 6, berdasarkan tabel 4.11 dapat diketahui nilai koefisien determinasi sebesar 0.103654 atau 10.36%. Dengan demikian, maka dapat diperoleh bahwa Komposisi Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional dan Komite Audit dapat meningkatkan Profitabilitas pada perusahaan Property dan Real Estate di Indonesia periode 2010 - 2012 sebesar 10.36%, sedangkan sisanya yaitu 89.64% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model tersebut. Uji Signifikan Parsial (Uji Statistik t) Uji statistik pada dasarnya menunjukkan apakah semua variabel independen atau bebas secara individu mempunyai pengaruh terhadap variabel dependen atau terikat. Kriteria pengambilan keputusan sebagai berikut: 1. Bila Probability (p-value) ≥ 0.05, maka H0.1 diterima, artinya tidak terdapat hubungan positif 2. Bila Probability (p-value) < 0.05, maka H0.1 ditolak, artinya terdapat hubungan positif Atau 1. Bila t hitung >t tabel atau –t hitung < -t tabel, maka H0.1 ditolak, artinya variabel bebas terdapat hubungan positif 2. Bila t hitung
-t tabel,, maka H0.1 diterima , artinya variabel bebas tidak terdapat hubungan positif. Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris Independen Terhadap Profitabilitas Pada Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa jumlah Komposisi Dewan Komisaris Independen yang diukur dengan menggunakan jumlah anggota dewan komisaris Independen internal dibagi dengan jumlah dewan komisaris berpengaruh signifikan dengan arah positif terhadap Profitabilitas. Berpengaruh signifikan dengan arah positif artinya bahwa Komposisi Dewan Komisaris Independen memiliki hubungan positif terhadap Profitabilitas. Hal tersebut diketahui bahwa variabel Komposisi Dewan Komisaris Independen memiliki nilai prob. (p-value) 0.0169< 0,05 dan nilai koefisien regresi 0.275199, sesuai ketentuan pengambilan keputusan maka H0.1 ditolak yang berarti Komposisi Dewan Komisaris Independen memiliki pengaruh signifikan dengan arah positif terhadap Profitabilitas (ROE) secara parsial. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Ningrum dan Rahardjo (2012) yang juga menemukan bahwa Komposisi Dewan Komisaris Independen berpengaruh
15
signifikan terhadap Kinerja keuangan. Dapat disimpulkan bahwa semakin besar Komposisi Dewan Komisaris Independen maka akan semakin tinggi juga Profitabilitas perusahaan. Wijayanti dan Mutminah (2012) dalam penelitiannya menjelaskan bahwa Semakin besar proporsi Komisaris Independen menunjukkan bahwa fungsi pengawasan akan lebih baik. Semakin baik fungsi pengawasan maka Return On Equity perusahaan akan semakin meningkat sehingga nilai perusahaan juga meningkat. Dengan demikian semakin besar Komposisi Dewan Komisaris Independen dapat mempengaruhi peningkatan Profitabilitas perusahaan. Pengaruh Kepemilikan Institusional Terhadap Profitabilitas Pada Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa Kepemilikan Institusional yang diukur dengan jumlah saham institusional dibagi dengan jumlah saham yang beredar tidak memiliki hubungan positif terhadap Profitabilitas. Tidak memiliki hubungan positif terhadap artinya bahwa Kepemilikan Institusional belum tentu mempengaruhi besarnya Profitabilitas. Hal tersebut diketahui bahwa variabel Kepemilikan Institusional memiliki nilai prob. (p-value) 0,3815 > 0,05 dan nilai koefisien regresi 0,057083, sesuai ketentuan pengambilan keputusan maka H0.2 diterima yang berarti kepemilikan institusional tidak memiliki pengaruh signifikan dengan arah positif terhadap Profitabilitas (ROE) secara parsial. Hal ini berarti Kepemilikan Institusional yang tinggi belum tentu memiliki Profitabilitas (ROE) yang tinggi, begitu juga dengan sebaliknya ketika Kepemilikan Institusional yang rendah belum tentu menghasilkan Profitabilitas (ROE) yang rendah. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa kepemilikan saham institusional yang terdiri dari bank, asuransi, dana pensiun, perusahaan luar negeri dan pemerintah pada perusahaan perbankan yang diteliti sudah memiliki komposisi yang besar karena lebih dari 5%. Namun, besarnya kepemilikan saham institusional yang dimiliki ternyata tidak dapat memberikan pengaruh terhadap Profitabilitas. Walaupun jumlah saham yang dimiliki oleh perusahaan Institusional relatif besar terhadap perusahaan Property dan Real Estate namun hal tersebut tidak mengakibatkan bahwa kepemilikan institusional berpengaruh terhadap Profitabilitas. Menurut Sofyaningsih (2012), bahwa kepemilikan institusional yang tinggi dapat bertindak sebagai pihak yang memonitor perusahaan, sehingga manajer akan efisien dalam memanfaatkan asset perusahaan. Dari hasil ini disimpulkan bahwa jumlah pemegang saham yang besar tidak efektif dalam memonitor perilaku manajer dalam perusahaan. Hal ini terjadi karena adanya asimetri informasi antara investor dengan manajer, investor belum tentu sepenuhnya memiliki informasi yang dimiliki oleh manajer (sebagai pengelola perusahaan) sehingga manajer sulit dikendalikan oleh investor institusional. Dan juga hal tersebut dapat terjadi karena pemegang saham dan investor kurang aktif memberdayakan diri, sehingga daya tawarnya lemah ketika berhadapan dengan manajemen. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa Kepemilikan Institusional pada seluruh perusahaan Property dan Real Estate yang diteliti sudah memenuhi syarat perhitungan Kepemilikan Institusional, namun
16
Kepemilikan Institusional tersebut tidak terbukti memiliki pengaruh terhadap Profitabilitas. Pengaruh Komite Audit Terhadap Profitabilitas Pada Tabel 4.11 dapat diketahui bahwa komite audit yang diukur dengan menggunakan jumlah komite audit di perusahaan berpengaruh positif dan tidak memiliki hubungan terhadap Profitabilitas. Tidak memiliki hubungan dengan arah positif artinya bahwa komite audit belum tentu mempengaruhi besarnya Profitabilitas. Hal tersebut diketahui bahwa variabel komite audit memiliki nilai prob. (p-value) 0.4821> 0,05 dan nilai koefisien regresi 0.033409, sesuai ketentuan pengambilan keputusan maka H0.3 diterima yang berarti komite audit tidak memiliki pengaruh signifikan dengan arah positif terhadap Profitabilitas (ROE) secara parsial. Hal ini berarti dengan jumlah komite audit yang tinggi belum tentu memiliki Profitabilitas (ROE) yang tinggi, begitu juga dengan sebaliknya ketika jumlah komite audit yang rendah belum tentu menghasilkan Profitabilitas (ROE) yang rendah. Hasil penelitian ini konsisten dengan penelitian Noviawan dan Septian (2013) menunjukkan bahwa ukuran komite audit tidak berpengaruh terhadap kinerja keuangan. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa jumlah Komite Audit pada 63 sampel yang diteliti sudah memenuhi syarat jumlah Komite Audit yaitu komite audit dibentuk oleh komisaris independen untuk memeriksa dan mengawasi kinerja perusahaan. Dari 63 sampel perusahaan Property dan Real Estate yang memiliki komite Audit diatas tidak terbukti memiliki pengaruh terhadap Profitabilitas. Hal ini mungkin disebabkan karena keberadaan komite audit dalam perusahaan yang telah diatur oleh Peraturan Bapepam Kep 29/PM/2004 tentang Peraturan Nomor IX.1.5 membuat perusahaan hanya sebatas menjalankan formalitas dalam menaati peraturan tentang jumlah minimal komite audit dalam perusahaan yaitu tiga orang. Terbukti dengan rata-rata jumlah anggota komite audit perusahaan sampel adalah tahun 2010 sebesar 3, tahun 2011 sebesar 3, tahun 2012 sebesar 3,048 (3 orang). Formalitas dalam menaati peraturan tentang jumlah komite audit ini menyebabkan efektivitas komite audit dalam menjalankan fungsi pengawasan menjadi kurang baik. Berdasarkan hasil penelitian dapat dilihat bahwa komite audit pada seluruh perusahaan Property dan Real Estate yang diteliti sudah memenuhi syarat pembentukan komite audit, namun komite audit tersebut tidak terbukti memiliki pengaruh terhadap Profitabilitas. KESIMPULAN
Komposisi Dewan Komisaris Independen (KDKI), Kepemilikan Institusional (KI), dan Komite Audit (KA) secara simultan berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas pada perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2012. Koefisien determinasi R2 yang dihasilkan sebesar 0.103654 atau 10.06% dengan demikian Komposisi Dewan Komisaris Independen (KDKI), Kepemilikan Institusional (KI), dan Komite Audit (KA) dapat menjelaskan Profitabilitas (ROE) pada perusahaan Property dan Real Estate di Bursa Efek Indonesia (BEI) periode 2010-2012 sebesar
17
10.06%, sedangkan sisanya 89.94% dipengaruhi oleh variabel lain diluar model tersebut. Pengaruh Variabel Pengaruh Komposisi Dewan Komisaris Independen, Kepemilikan Institusional, dan Komite Audit terhadap Profitabilitas Secara Parsial. Hasil pengujian hipotesis secara parsial dengan menggunakan software Eviews versi 6 menunjukkan bahwa: a. Komposisi Dewan Komisaris Independen ( KDKI) berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas dengan arah positif. b. Kepemilikan Institusional (KI) tidak berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas dengan arah positif. c. Komite Audit (KA) tidak berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas dengan arah positif. SARAN 1. Aspek Teoritis Bagi penelitian selanjutnya: a. Berdasarkan R Square penelitian ini menjelaskan pengaruh yang relatif rendah, maka peneliti menyarankan untuk menambah variabel independen lainnya yang relevan, seperti kepemilikan manajerial, komposisi dewan direksi, kepemilikan publik dan audit eksternal untuk mengetahui bagaimana pengaruhnya terhadap Profitabilitas. b. Menambah populasi dan sampel penelitian agar tidak terbatas pada sektor property dan real estate saja, tetapi peneliti selanjutnya dapat meneliti pada sektor industri jasa yang terdaftar di Bursa Efek Indonesia secara keseluruhan. 2. Aspek Praktis Bagi Investor a. Berdasarkan hasil penelitian, kepada pihak investor yang melakukan investasi pada sektor property dan real estate dalam melakukan penilaian ada baiknya mempelajari agency cost pada perusahaan tersebut, dengan cara membandingkan dengan rata-rata industri. b. Berdasarkan hasil penilitian ini investor dapat menggunakan proporsi komisaris independen sebagai acuan untuk mengambil keputusan dalam berinvestasi di sektor property dan real estate. Hal ini dikarenakan dalam penelitian ini variable Komposisi Dewan Komisaris Independen berpengaruh signifikan terhadap Profitabilitas. Bagi Perusahaan a. Memastikan bahwa kepemilikan saham oleh institusional dapat berjalan dengan benar dan efektif. Selain itu perusahaan diharapkan tidak sekedar menambah jumlah kepemilikan institusional untuk memaksimalkan pengawasannya. Investor institusional sebaiknya tidak hanya mengutamakan kepentingan dirinya sendiri dan pihak-pihak
18
b.
berkepentingan lainnya saja. Dalam hal ini investor institusional sebaiknya dapat menyeimbangkan pemenuhan kepentingan antara dirinya sendiri, manajemen maupun pihak-pihak yang berkepentingan, dan pemenuhan fungsi pengawasan yang efektif dan efisien bagi perusahaan sehingga mampu mendukung mekanisme Good Corporate Governance. Oleh karena itu semakin bertambah jumlah kepemilkan institusional menyebabkan perputaran aset (ATO) semakin meningkat, perputaran aset yang meningkat menyebabkan efisiensinya fungsi pengawasan oleh pihak institusional serta dapat meningkatkan Profitabilitas perusahaan. Memastikan fungsi Komite Audit telah efektif dengan tujuan untuk melakukan pemeriksaan atau penelitian yang dianggap perlu terhadap pelaksanaan fungsi direksi dalam melaksanakan pengelolaan perusahaan serta melaksanakan tugas penting berkaitan dengan sistem pelaporan keuangan perusahaan. Mengacu pada fungsi Komite Audit dalam pelaksanaan prinsip good corporate governance, maka Anggota komite audit diharuskan mempunyai keahlian yang memadai dalam pemeriksaan atau penelitian perusahaan, karena Komite Audit ini memiliki kewenangan dalam mengakses fasilitas dan data perusahaan, selain itu komite audit dituntut harus memiliki sikap yang independen. Oleh sebab itu semakin baik kualitas Komite Audit maka semakin tinggi pula pengawasan pada suatu perusahaan, sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan perusahaan dan meminimalisasi kerugiaan yang dapat dialami oleh perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA Ajija, Shochrul R et.al. (2011). Cara Cerdas Menguasai Eviews. Jakarta: Salemba Empat. Arifani, Rizky. (2012). Pengaruh good corporate governance terhadap kinerja keuangan Perusahaan (studi pada perusahaan yang tercatat di bursa efek indonesia): Universitas Brawijaya. Dewayanto. Totok, (2010). Pengaruh Mekanisme Good Corporat Governance Terhadap Kinerja Perbankan Nasional Studi Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia Periode 2006-2008. Harahap, Sofyan S, 2001. Menuju Perumusan Akuntansi Islam. Pustaka Quantum. Gujarati, Damodar N dan Dawn C. Porter. (2009). Basic Econometrics (Fifth Edition). Canada: McGraw Hill International Edition. 19
Kaihatu, Thomas S. (2006). Good Corporate Governance dan Penerapannya di Indonesia. Jurnal Manajemen dan Kewirausahaan, Vol. 8 No. 1, 1-9. Khomsiyah. 2012. Good Governance & Pemberantasan Korupsi: Ikatan Akuntan Indonesia PERC tahun 2000 dan 2012. Louw, Febriana. (2011). Kajian corporate governance dan likuiditas terhadap kinerja Keuangan pada sektor property & real estate: STIE Widya Dharma Pontianak. Ningrum, Riyanti N. dan Rahardjo, Shidiq N. (2012). Analisis Pengaruh Intellectual Capital Dan Corporate Governance Terhadap Financial Performance: Universitas Diponegoro. Noviawan. A. Ridho dan Septiani Aditya. 2013. Pengaruh Mekanisme Corporate Governance Dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kinerja Keuangan: Universitas Diponegoro. Nurkhin, Ahmad. (2010). Corporate Governance Dan Profitabilitas, Pengaruhnya Terhadap Pengungkapan Csr Sosial Perusahaan: Universitas Negeri Semarang Indonesia. Scott, William R. (2009). Financial Accounting Theory (Fifth Edition). Canada: Pearson Educational, Prentice Hall. Simamora, Henry. 2000. Akuntansi Basis Pengambilan Keputusan Bisnis. Jakarta: Salemba Empat. Sugiyono. (2012). Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Method) (Edisi 2). Bandung: Alfabeta. Syiami, Indri.( 2012). Penerapan Good Corporate Governance. Ed Pertama. Kencana: Jakarta Tandelilin, Eduardus. 2001. Portofolio dan Investasi Teori dan Aplikasi. Yogyakarta: Kanisius. Wijayanti, Sri, dan Mutminah, Siti. (2012). Pengaruh Penerapan Corporate Governance Terhadap Kinerja Keuangan Pada Perusahaan Perbankan Yang Terdaftar Di Bursa Efek Indonesia (Bei) Tahun 2009-2011: Bisnis Universitas Diponegoro.
20
Komite Nasional Kebijakan Corporate Governance pada tahun 2012 Lembaga Komisaris dan Direktur Indonesia, 2010 LKDI, 2010 PDMN No.5 Tahun 1974 http://www.hukumonline.com, diakses 21 April 2014 http://workshopprogram.com 20 Maret 2014
21