KatalogBPS:2302003.18
INDIKATOR TENAGA KERJA PROVINSILAMPUNG
Labo urI ndi c at o r so fLampungPr o v i nc e
2012
Kerjasama
BadanPerencanaanPembangunanDaerahLampung dan
BadanPusatStatitistikProvinsiLampung
BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG
INDIKATOR TENAGA KERJA PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2012
INDIKATOR TENAGA KERJA PROVINSI LAMPUNG TAHUN 2012
ISSN. 2085 - 8981 No.Publikasi/Publication Number Katalog BPS/BPS Catalogue Ukuran Buku/Book Size Jumlah Halaman/Total Size
: 18521.1301 : 2302003.18 : 21 x 29,7 cm : x + 53 halaman/pages
Naskah: Bidang Statistik Sosial Sosial Statistics Division Penyunting/Editor: Bidang Statistik Sosial Sosial Statistics Division Gambar Kulit/Cover Design: Bidang Statistik Sosial Sosial Statistics Division Diterbitkan oleh/Published by: Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung BPS-Statistics Lampung Province
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya May be cited with reference to the source
KATA PENGANTAR Pembangunan sektor ketenagakerjaan di Provinsi Lampung memerlukan dukungan data yang lengkap dan berkesinambungan untuk kepentingan evaluasi sekaligus bahan perencanaan bagi pemerintah daerah dan seluruh pemangku kepentingan (stakeholder). Publikasi Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung 2012 ini salah satunya dimaksudkan untuk memenuhi tujuan di atas. Sebagai publikasi tahunan, buku ini merupakan kelanjutan dari publikasi sejenis pada tahun-tahun sebelumnya yang diterbitkan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung bekerjasama dengan Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (BAPPEDA) Provinsi Lampung.
Dalam kedudukannya sebagai sebuah media informasi, publikasi ini memuat ulasan dan indikator yang menggambarkan keadaan ketenagakerjaan Provinsi Lampung kondisi terkini, dimana data yang digunakan sebagian besar adalah data yang dihitung dari hasil Survei Angkatan Kerja Nasional 2012 yang dilaksanakan oleh Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung. Atas terbitnya publikasi ini, ucapan terimakasih kami sampaikan kepada semua pihak yang secara aktif telah ikut memberikan kontribusinya. Semoga publikasi ini bermanfaat.
Bandar Lampung, BAPPEDA PROVINSI LAMPUNG
Oktober 2013
BPS PROVINSI LAMPUNG
K e p a l a,
Tonny O. L. Tobing, SE, MSP
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
K e p a l a,
Drs. Akhmad Jaelani, M.Si
iii
DAFTAR ISI
Halaman Kata Pengantar
..............................................................................
iii
Daftar Isi
..............................................................................
v
Daftar Tabel
..............................................................................
vi
Daftar Gambar
.................................................................
viii
Bab 1. Pendahuluan
.................................................................
1
....................................................
1
.................................................................
3
....................................................
3
.......................................
4
1.1. Latar Belakang 1.2. Tujuan 1.3. Sumber Data 1.4. Konsep dan Definisi
1.5. Indikator Kunci Pasar Tenaga Kerja 1.6. Sistematika Penulisan
.............
11
………………………..
12
Bab 2. Keadaan Penduduk dan Sosial Ekonomi Daerah 2.1. Kependudukan
............
13
....................................................
13
2.2. Struktur Ekonomi Daerah
…...................................
15
Bab 3. Penduduk Usia Kerja
.......................... ..........................
17
Bab 4. Angkatan Kerja
.......................... ..........................
25
4.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja 4.2. TPAK menurut Umur
..........................
25
....................................................
28
4.3. TPAK menurut Pendidikan
……...............................
31
Bab 5. Penduduk yang Bekerja
....................................................
33
Bab 6. Profil Pengangguran
....................................................
45
6.1. Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)
.............
46
..........................
49
.................................................................
53
6.2. TPT Menurut Pendidikan Daftar Pustaka
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
v
DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 2.1.
Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk se-Sumatera, 2012
Tabel 2.2.
………..………......................................
………………………………....
……………………………….....
..........................
20
Persentase Penduduk Perempuan Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kegiatan, 2012
Tabel 4.1.
…....................................
27
........................................
28
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut Golongan Umur dan Kota-Desa, 2012
vi
26
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin, 2012
Tabel 4.4.
………..
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut Kabupaten/ Kota dan Jenis Kelamin, 2012
Tabel 4.3.
22
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke atas Menurut Karakteristik, Jenis Kelamin dan Kota-Desa, 2012
Tabel 4.2.
19
Persentase Penduduk Laki-laki Berumur 15 Tahun Ke Atas Menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kegiatan, 2012
Tabel 3.4.
18
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kegiatan, 2012
Tabel 3.3.
16
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke Atas menurut Jenis Kegiatan, 2010-2012
Tabel 3.2.
15
Laju Pertumbuhan PDRB Atas Dasar Harga Konstan dan Kontribusi Sektoral, 2012
Tabel 3.1.
14
Jumlah Penduduk menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin, 2012
Tabel 2.3.
………………….....................................
....................................................
30
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
Tabel 4.5.
Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Kota-Desa, 2012
Tabel 5.1.
………..
32
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke atas yang Bekerja Menurut Golongan Umur, Jenis Kelamin dan Kota-Desa, 2012
……………….........................................
Tabel 5.2.
Inactivity Rate (Persen), 2008 – 2012
………..............
Tabel 5.3.
Persentase Penduduk yang Bekerja Menurut Lapangan Pekerjaan, Jenis Kelamin dan Kota-Desa, 2012
Tabel 5.4.
.............
34 35
36
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke atas yang Bekerja Menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2008 – 2012
Tabel 5.5.
……………….........................................
38
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama, Jenis Kelamin dan Kota-Desa, 2012
Tabel 5.6.
………………………………….............
39
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke atas yang Bekerja Menurut Status Pekerjaan Utama, dan Pendidikan TerTinggi yang Ditamatkan, 2012
Tabel 5.7.
………...........................
41
Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun Ke atas yang Bekerja Menurut Jenis Pekerjaan Utama, Jenis Kelamin dan Kota-Desa, 2012
Tabel 6.1.
................................................................. ………..
47
Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Kabupaten/ Kota dan Jenis Kelamin, 2012
Tabel 6.3.
42
Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Jenis Kelamin, 2004 - 2012
Tabel 6.2.
.................................................................
………………………....
48
Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Jenis Kelamin dan Kota-Desa, 2012
…………………………………………………………....
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
51
vii
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1.1.
Diagram Ketenagakerjaan
Gambar 3.1.
Persentase Penduduk Usia Kerja Menurut Jenis Kegiatan, 2012
Gambar 3.2.
...........................................................................................
………...............................................................................
………………………………….......................................
………………………………….......................................
………..................................................................
………..................................................................
29
31
37
40
Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja dan Jenis Kelamin, 2012
…………………...........
Gambar 6.1.
Tren TPT Tahun 2004 – 2012 (persen)
Gambar 6.2.
TPT menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin, 2012
Gambar 6.3.
TPT menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2012
viii
28
Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Status Pekerjaan, 2012
Gambar 5.3.
23
Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Usaha, 2012
Gambar 5.2.
..............................................................................
TPAK menurut Kelompok Umur dan Kota-Desa (Persen), 2012
Gambar 5.1.
21
TPAK menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin (Persen), 2012
Gambar 4.3.
………..................................................................
TPAK menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin (Persen), 2012
Gambar 4.2.
19
Persentase Penduduk Perempuan Usia Kerja Menurut Jenis Kegiatan,
Gambar 4.1.
7
Persentase Penduduk Laki-laki Usia Kerja Menurut Jenis Kegiatan,
Gambar 3.3.
………………………………....
..........................
……………................................
43 49 49
51
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
Gambar 6.4.
TPT menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Kota-Desa, 2012
……………………....................
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
52
ix
PENDAHULUAN
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Pertumbuhan ekonomi yang tinggi tidak selamanya berdampak pada penurunan kemiskinan. Hal ini dimungkinkan ketika pertumbuhan ekonomi yang tinggi tersebut terjadi tetapi ditopang oleh sektor-sektor usaha yang memiliki elastisitas lapangan kerja rendah. Menurut Dudley Seers (1979), setidaknya ada tiga masalah pokok yang perlu diperhatikan dalam mengukur tingkat pembangunan suatu negara yaitu tingkat kemiskinan, pengangguran dan ketimpangan di berbagai bidang. Pertumbuhan ekonomi yang tinggi hanya akan berarti apabila diikuti oleh pemerataan atas hasil-hasil pembangunan yang pada gilirannya akan mengurangi jumlah pengangguran dan penduduk miskin. Pada hakekatnya pembangunan yang dilaksanakan merupakan suatu proses yang berkelanjutan yang mengarah pada suatu tujuan. Untuk mencapai tujuan pembangunan di Provinsi Lampung khususnya di bidang perekonomian, perlu ditempuh berbagai kebijakan dan strategi yang sesuai dengan kondisi dan sumber daya lokal yang tersedia. Provinsi Lampung sebagai salah satu daerah yang pernah menjadi tujuan transmigrasi utama memiliki sumber daya manusia yang sangat majemuk. Kondisi ini tentu menjadi modal tersendiri bagi proses pembangunan yang dilakukan di Provinsi Lampung, mengingat kualitas dan efektifitas sumber daya manusia (SDM) mempunyai korelasi positif yang cukup erat terhadap suksesnya proses pembangunan. Dalam hal ini gambaran atau profil SDM merupakan suatu informasi masukan untuk mengevaluasi pembangunan ekonomi sebelumnya dan merencanakan tahap pembangunan selanjutnya.
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
1
Masalah ketenagakerjaan merupakan salah satu aspek yang sangat menonjol dalam proses pembangunan, khususnya di negara-negara berkembang. Hal ini disebabkan masalah ketenagakerjaan selalu mengetengahkan isu-isu tentang pengangguran, kesempatan kerja dan partisipasi angkatan kerja yang tentunya berkaitan dengan kualitas sumber daya manusia (SDM). Ketidakseimbangan antara permintaan dan penawaran tenaga kerja misalnya, akan memunculkan problematika sosial budaya berupa pengangguran, karena tidak semua tenaga kerja mampu diserap oleh pasar. Meningkatnya angka pengangguran tentu akan berdampak kepada penurunan tingkat kesejahteraan
rakyat. Penawaran tenaga kerja sendiri selama ini berkorelasi positif
dengan pertumbuhan penduduk. Sejalan dengan strategi pembangunan pemerintah pusat yang dititikberatkan pada tiga pendekatan atau triple track strategy yaitu pro-growth (pertumbuhan ekonomi), pro-job (kesempatan/lapangan
kerja)
dan
pro-poor
(kemiskinan),
terlihat
jelas
bahwa
ketenagakerjaan merupakan salah satu prioritas penting dalam pembangunan karena tenaga kerja merupakan modal penting dalam menggerakan roda pembangunan di daerah. Karena itu sangat penting untuk mengevaluasi sejauh mana pembangunan ketenagakerjaan di Provinsi Lampung telah dicapai terkait dengan pro-job. Data-data dan indikator ketenagakerjaan dalam hal ini sangatlah diperlukan, di samping diperlukan untuk penyusunan perencanaan sektor ketenagakerjaan di masa mendatang. Untuk dapat mengerti masalah ketenagakerjaan sangat dibutuhkan data yang dapat dipercaya dan cukup terperinci mengenai karakteristik angkatan kerja dan struktur penyerapan tenaga kerja. Ketersediaan informasi data ketenagakerjaan yang cukup rinci dengan ruang lingkup yang cukup luas bersumber dari beberapa kegiatan pendataan yang dilakukan oleh BPS seperti Sensus Penduduk (SP), Survei Penduduk Antar Sensus (SUPAS), Survei Angkatan Kerja Nasional (SAKERNAS) dan Survei Sosial Ekonomi Nasional (SUSENAS). Sumber-sumber data ketenagakerjaan tersebut tidak semuanya dapat dibandingkan dalam melihat perkembangan dan perubahan partisipasi angkatan kerja serta penyerapan tenaga kerja. Kenyataan ini disebabkan oleh perbedaan dalam konsep dan definisi, serta ketidakseragaman dalam klasifikasi. Maka perlu kecermatan dan kehati-hatian para peneliti dalam menganalisis dan menarik kesimpulan tentang ketenagakerjaan dari waktu ke waktu atau membuat perbandingan antar wilayah. Karena berbeda dengan indikator komponen demografi lainnya, beberapa konsep pokok ketenagakerjaan seperti
2
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
tingkat partisipasi, bekerja, pengangguran, sektor, jenis pekerjaan dan status pekerjaan sangat bergantung pada konsep yang dipakai dan penerapannya di lapangan.
1.2. Tujuan Data ketenagakerjaan yang dihasilkan dari sensus dan survei yang dilakukan BPS merupakan bahan masukan yang sangat penting untuk perencanaan dan evaluasi program pengembangan SDM dan ketenagakerjaan. Data tentang jumlah angkatan kerja, tingkat partisipasi angkatan kerja, tingkat pengangguran, struktur lapangan usaha, status pekerjaan, dan jenis pekerjaan sangat diperlukan dalam menentukan arah perencanaan pembangunan ketenagakerjaan, dengan penekanan pada beberapa masalah pokok, yaitu perluasan lapangan pekerjaan, peningkatan mutu atau kualitas dan kemampuan tenaga keja. Secara umum, laporan ini bertujuan untuk menggambarkan situasi ketenagakerjaan di Provinsi Lampung selama beberapa tahun terakhir yang dapat diketahui melalui: 1.
Perkembangan statistik ketenagakerjaan di Provinsi Lampung.
2.
Perkembangan pengumpulan data ketenagakerjaan di Provinsi Lampung, konsep dan definisi serta metodologi.
3.
Analisis perkembangan statistik ketenagakerjaan di Provinsi Lampung, seperti Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) dan Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT).
1.3. Sumber Data Sumber data utama penyusunan publikasi ini adalah Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) Agustus 2012 Provinsi Lampung dengan jumlah sampel sebanyak 6.240 rumah tangga yang tersebar di 14 kabupaten/kota. Sakernas sendiri, merupakan salah satu survei dengan pendekatan rumahtangga yang dilakukan BPS secara regular, dan secara khusus bertujuan untuk mengumpulkan data ketenagakerjaan secara periodik. Survei ini telah dilakukan BPS sejak tahun 1976 (dengan wilayah yang sangat terbatas). Sejak tahun 1986 dilakukan secara periodik dan mencakup seluruh wilayah Republik Indonesia.
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
3
1.4. Konsep dan Definisi Beberapa konsep dan definisi yang digunakan dalam publikasi ini adalah:
A. Penduduk Penduduk adalah semua orang yang berdomisili di wilayah geografis Republik Indonesia selama enam bulan atau lebih dan atau mereka yang berdomisili kurang dari enam bulan tetapi bertujuan untuk menetap.
B. Umur Umur seseorang dapat diketahui bila tanggal, bulan, dan tahun kelahiran diketahui. Penghitungan umur menggunakan pembulatan ke bawah atau umur menurut ulang tahun terakhir. Umur dinyatakan dalam kalender Masehi. Penduduk di suatu Negara mengkonsumsi barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan hidupnya, tetapi hanya sebagian dari mereka yang terlibat langsung dan tidak langsung dalam memproduksi barang dan jasa tersebut. Dengan kata lain hanya sebagian dari penduduk yang melakukan kegiatan ekonomi atau produktif (Adioetomo dan Samosir, 2010). Berdasarkan hal tersebut, penduduk di suatu wilayah dapat dikelompokkan menjadi dua bagian, yaitu: 1.
Angkatan kerja yaitu bagian dari tenaga kerja yang sesungguhnya terlibat atau berusaha untuk terlibat dalam kegiatan produktif, yaitu memproduksi barang dan jasa dalam kurun waktu tertentu. Mereka adalah kelompok penduduk usia kerja yang selama seminggu lalu mempunyai pekerjaan, baik yang bekerja maupun sementara tidak bekerja karena suatu sebab seperti menunggu panen, pegawai cuti dan sejenisnya. Di samping itu mereka yang tidak mempunyai pekerjaan tetapi sedang mencari/mengharap pekerjaan juga termasuk kategori angkatan kerja.
2.
Bukan Angkatan kerja yaitu penduduk yang pada periode referensi tidak mempunyai/melakukan aktivitas ekonomi, baik karena sekolah (yang kegiatannya hanya sekolah), mengurus rumah tangga (yang kegiatannya hanya mengurus rumah tangga/membantu mengurus rumah tangga tanpa mendapat upah), atau lainnya (pensiun, penerima transfer/kiriman, penerima deposito/bunga bank, jompo atau alasan yang lain). Dalam
mengelompokan
penduduk
sebagai
angkatan
kerja
(bekerja
dan
pengangguran) atau bukan angkatan kerja, digunakan tiga pendekatan sebagai berikut:
4
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
1.
Konsep Kebiasaan (Gainful Worker Concept) Konsep ini menentukan aktivitas ekonomi seseorang apakah seseorang bekerja atau tidak berdasarkan kebiasaannya (usual activity). Konsep ini tidak memakai batasan waktu tertentu, tetapi hanya didasarkan kebiasaan responden. Kelemahan konsep ini, seseorang dapat melaporkan bekerja pada saat pencacahan padahal sudah lama tidak bekerja. Jumlah pengangguran yang tercatat jika memakai konsep ini diduga akan sedikit sekali karena mereka yang mencari pekerjaan untuk pertama kalinya tidak tercatat dalam konsep ini. Konsep ini jarang dipakai dalam analisis.
2.
Konsep Angkatan Kerja (Labor Force Concept) Konsep ini mulai dipergunakan dalam Sensus Penduduk 1940 oleh United States Bureau of Cencus. Dua perbaikan dalam konsep ini yaitu: a.
Activity concept, bahwa yang termasuk angkatan kerja (labor force) haruslah orang yang aktif bekerja atau sedang aktif mencari pekerjaan.
b.
Aktivitas itu dilakukan dalam suatu batasan waktu tertentu sebelum wawancara.
Dengan kata lain konsep angkatan kerja umumnya disertai referensi waktu. Di Indonesia referensi waktu yang digunakan adalah selama seminggu yang lalu dan berakhir sehari sebelum pencacahan. Berdasarkan konsep tersebut, angkatan kerja (labor force) dibagi menjadi dua yaitu: a.
Bekerja
b.
Mencari pekerjaan (menganggur) yang dapat dibedakan : -
Mencari pekerjaan tetapi sudah pernah bekerja sebelumnya
-
Mencari pekerjaan untuk pertama kalinya (belum pernah bekerja sebelumnya).
3.
Konsep Pemanfaatan Tenaga kerja (Labor Utilization)
C. Penduduk Usia Kerja Penduduk usia kerja adalah penduduk usia 15 tahun ke atas. 1. Bekerja Bekerja adalah melakukan kegiatan dengan maksud memperoleh atau membantu memperoleh penghasilan/keuntungan selama paling sedikit satu jam selama seminggu yang lalu dan tidak boleh terputus.
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
5
Orang atau sekelompok orang yang menjadi: -
Pekerja tetap, pegawai pemerintah atau swasta yang tidak sedang bekerja atau cuti, sakit, mogok, mangkir, perusahaan menghentikan kegiatannya sementara (misalnya kerusakan mesin, belum masa produksi, dan sebagainya).
-
Petani-petani yang mengusahakan tanah pertanian yang tidak bekerja karena menunggu panen atau menunggu hujan untuk menggarap sawah dan sebagainya.
-
Orang-orang yang bekerja di bidang keahlian seperti dokter, tukang cukur, tukang pijat, dan sebagainya.
tetap dikategorikan bekerja, walaupun selama seminggu sebelum pencacahan bekerja kurang dari satu jam. 2. Pengangguran Penganggguran meliputi penduduk yang sedang mencari pekerjaan, atau mempersiapkan suatu usaha, atau merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan, atau sudah punya pekerjaan tetapi belum mulai bekerja. Mencari pekerjaan adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh pekerjaan pada suatu periode rujukan. Mempersiapkan usaha adalah suatu kegiatan yang dilakukan seseorang dalam rangka mempersiapkan suatu usaha “baru”, yang bertujuan untuk memperoleh penghasilan/keuntungan atas resiko sendiri, baik dengan atau tanpa mempekerjakan buruh/karyawan/pegawai dibayar maupun tak dibayar. Mempersiapkan suatu usaha yang dimaksud adalah apabila “tindakannya nyata” seperti mengumpulkan modal atau perlengkapan/alat, mencari lokasi/tempat, mengurus ijin usaha dan sebagainya, telah/sedang dilakukan. Merasa tidak mungkin mendapatkan pekerjaan adalah mereka yang berkali-kali mencari pekerjaan tetapi tidak berhasil mendapatkan pekerjaan sehingga ia merasa tidak mungkin mendapat pekerjaan. Atau mereka yang merasa karena situasi/kondisi/iklim/musim tidak mungkin mendapatkan pekerjaan yang diinginkan. Sudah punya pekerjaan, tetapi belum mulai bekerja adalah mereka yang tidak mencari pekerjaan karena sudah diterima bekerja/sudah mempersiapkan suatu usaha tetapi pada saat pencacahan belum mulai bekerja. Setengah Penganggur adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu). Setengah penganggur terdiri dari: -
Setengah Penganggur Terpaksa, adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), dan masih mencari pekerjaan atau masih bersedia menerima pekerjaan.
6
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
-
Setengah Penganggur Sukarela, adalah mereka yang bekerja di bawah jam kerja normal (kurang dari 35 jam seminggu), tetapi tidak mencari pekerjaan atau tidak bersedia menerima pekerjaan lain (sebagian pihak menyebutkan sebagai pekerja paruh waktu /part time worker).
Gambar 1.1. Diagram Ketenagakerjaan
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
7
D. Lapangan Usaha/Pekerjaan Lapangan
usaha/pekerjaan
adalah
bidang
kegiatan
dari
pekerjaan/usaha/perusahaan/kantor tempat seseorang bekerja atau yang dihasilkan oleh perusahaan/kantor tempat responden bekerja. Klasifikasi lapangan usaha menggunakan klasifikasi Baku Lapangan Usaha (KBLI) 2009 yang mengacu pada the International Standard Of Industrial Classification (ISIC). Di dalam KBLI 2009, lapangan usaha diklasifikasikan ke dalam 21 jenis kategori, namun sering disederhanakan menjadi 9 kelompok lapangan usaha yaitu: 1.
Pertanian tanaman pangan, peternakan, perkebunan, kehutanan dan perikanan
2.
Pertambangan dan penggalian
3.
Industri pengolahan
4.
Listrik, gas dan air
5.
Bangunan
6.
Perdagangan, rumah makan dan hotel
7.
Angkutan, pergudangan dan komunikasi
8.
Keuangan, asuransi dan usaha persewaan bangunan
9.
Jasa-jasa kemasyarakatan, sosial dan perorangan
10. Lainnya E. Status Pekerjaan Status pekerjaan adalah jenis kedudukan seseorang dalam pekerjaan, yang terdiri dari: 1. Berusaha sendiri, misalnya: -
Tukang becak yang berusaha atas resiko sendiri
-
Sopir taksi yang berusaha atas resiko sendiri
-
Kuli-kuli di pasar, stasiun atau tempat-tempat lainnya yang tidak mempunyai majikan tertentu
-
Pedagang partai kecil yang tidak menggunakan tenaga orang lain yang menjalankan usahanya atas resiko sendiri
2. Berusaha dibantu anggota rumah tangga/buruh tidak tetap Adalah mereka yang dalam menjalankan usahanya dibantu oleh anggota rumah tangga dan atau buruh tidak tetap. Buruh tidak tetap adalah mereka yang bekerja pada majikan dan hanya digaji jika ada kegiatan.
8
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
3. Berusaha dengan buruh tetap Adalah mereka yang dalam menjalankan usahanya atas resiko sendiri dan dalam usahanya itu mempekerjakan paling sedikit satu orang buruh tetap yang dibayar, misalnya: -
Pemilik toko yang mempekerjakan satu/lebih buruh tetap
-
Pengusaha industri yang memakai buruh tetap
4. Buruh/Karyawan Adalah mereka yang bekerja pada orang lain atau instansi/perusahaan dengan menerima upah/gaji baik berupa uang maupun barang, misalnya: -
Pegawai negeri, pegawai perusahaan negara/swasta
-
Pelayan hotel, buruh di pabrik sepatu
5. Pekerja Bebas di Pertanian Adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam sebulan terakhir) di usaha pertanian baik yang berupa usaha rumah tangga maupun bukan usaha rumah tangga atas dasar balas jasa dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang, dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun borongan, misalnya: -
Buruh panen padi, buruh cangkul sawah, buruh menyadap karet
-
Buruh panen udang, buruh pemetik kopi, kelapa, cengkeh, dsb
6. Pekerja bebas di Non Pertanian Adalah seseorang yang bekerja pada orang lain/majikan/institusi yang tidak tetap (lebih dari satu majikan dalam sebulan terakhir) di usaha non pertanian dengan menerima upah atau imbalan baik berupa uang maupun barang, dan baik dengan sistem pembayaran harian maupun borongan, misalnya: -
Kuli-kuli di pasar, kuli bangunan, kuli stasiun, calo penumpang angkutan umum
-
Tukang cuci keliling, pemulung, tukang parkir bebas, dsb.
7. Pekerja Tak Dibayar/Pekerja Keluarga Seseorang yang bekerja membantu orang lain yang berusaha dengan tidak mendapat upah/gaji baik berupa uang maupun barang, misalnya: -
Anak yang membantu melayani pembeli di warung orang tuanya
-
Istri yang membantu suami di sawah
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
9
F. Jenis Pekerjaan Jenis Pekerjaan adalah macam pekerjaan yang sedang dilakukan oleh orang-orang yang termasuk golongan bekerja. Jenis/jabatan bekerja dibagi 8 golongan besar, yaitu : 0.
Tenaga Profesional
1.
Tenaga Kepemimpinan dan Ketatalaksanaan
2.
Pejabat Pelaksana, Tenaga Tata Usaha
3.
Tenaga Usaha Penjualan
4.
Tenaga Usaha Jasa
5.
Tenaga Usaha Pertanian, Kehuatanan, Perburuan dan Perikanan
6.
Tenaga Produksi Operator Alat-alat Angkutan dan Pekerja Kasar
7.
Lainnya
G. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) Adalah ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja dalam suatu kelompok umur sebagai persentase penduduk dalam kelompok umur itu, rumusnya sebagai berikut : Σ Angkatan Kerja TPAK
=
x 100 % Σ Penduduk 15 Tahun Keatas
Angka ini menunjukan perubahan penawaran tenaga kerja setelah adanya pengaruh dari masing-masing faktor baik sosial maupun ekonomi.
H. Pengangguran 1. Pengangguran Terbuka Pengangguran terbuka adalah penduduk usia kerja yang tidak bekerja dan saat ini sedang aktif mencari pekerjaan, termasuk juga mereka yang pernah bekerja atau sekarang sedang dibebastugaskan (baik akan dipanggil kembali atau tidak) sehingga menganggur dan sedang mencari pekerjaan. 2. Angka Pengangguran Terbuka Angka pengangguran terbuka adalah ukuran yang menunjukan berapa banyak dari jumlah angkatan kerja yang sedang aktif mencari pekerjaan, rumusnya adalah: Σ Pencari Kerja APT
=
x 100 % Σ Angkatan Kerja
10
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
Perhitungan tingkat pengangguran ini masih dipertanyakan karena: -
dengan ukuran apakah pengangguran tersebut dinyatakan
-
apa batas yang digunakan untuk dapat mengatakan bahwa seseorang tersebut dapat dikatakan menganggur/tidak menganggur
I. Upah/Gaji Bersih Adalah penerimaan bersih pekerja/karyawan berupa uang atau barang yang dibayarkan perusahaan/instansi/majikannya. Penerimaan dalam bentuk barang dinilai dengan harga setempat. Penerimaan bersih yang dimaksud adalah setelah dikurangi dengan potongan-potongan, iuran wajib, pajak penghasilan dan lain sebgainya oleh perusahaan/instansi/majikan.
J. Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan Adalah jenjang pendidikan yang diikuti oleh seseorang hingga mencapai kelas tertinggi dari tingkatan sekolah dan berakhir dengan mendapatkan tanda tamat/ijazah baik sekolah negeri atau swasta. Pada tingkat Sekolah Dasar sampai dengan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas, seseorang yang belum mengikuti pelajaran pada kelas tertinggi, tetapi jika mengikuti ujian dan lulus, maka dianggap tamat pada jenjang pendidikan tersebut. Untuk tingkat akademi/universitas adalah mereka yang mendapat gelar Sarjana Muda/Sarjana.
K. Upah Minimum Regional (UMR) Adalah batas terendah dari penerimaan pekerja/karyawan (dalam satuan rupiah) yang dibayar perusahaan/kantor/majikan. Besarnya upah tersebut sangat tergantung pada keadaan sosial dan ekonomi daerah masing-masing.
1.5. Indikator Kunci Pasar Tenaga Kerja Indikator-indikator kunci yang dapat menggambarkan situasi pasar tenaga kerja (labour market) di suatu wilayah dikenal dengan The Key Indicators of the Labour Market (KILM). ILO senantiasa menerbitkan publikasi mengenai KILM yang terdiri dari 18 indikator aspek ketenagakerjaan, yaitu: KILM 1: Labour Force Participation Rate/Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja. KILM
2:
Employment-to-population
ratio/Rasio
penduduk
bekerja
terhadap
penduduk usia kerja
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
11
KILM 3: Status in employment/Penduduk bekerja menurut status pekerjaan KILM 4: Employment by sektor/Penduduk bekerja menurut sektor KILM 5: Part-time workers/Penduduk bekerja paruh waktu KILM 6: Employment by occupation/Proporsi penduduk bekerja menurut jenis pekerjaan KILM 7: Hours of work/Proporsi penduduk bekerja menurut jam kerja KILM 8: Employment in the informal economy/Penduduk bekerja di sektor informal KILM 9: Unemployment/Tingkat Pengangguran Terbuka KILM 10: Youth unemployment/Tingkat Pengangguran Usia Muda KILM 11: Long-term unemployment/Persentase pengangguran setahun atau lebih KILM 12: Time-related underemployment/Proporsi Setengah Pengangguran menurut jam kerja KILM 13: Inactivity/Persentase penduduk bukan angkatan kerja usia 25-54 tahun terhadap total penduduk usia kerja. KILM 14: Educational attainment and illiteracy/Proporsi angkatan kerja menurut pendidikan yang ditamatkan dan kemampuan baca tulis. KILM 15: Average monthly wages/Rata-rata upah per bulan KILM 16: Hourly compensation costs/Biaya konpensasi per jam KILM 17: Labour productivity/Tingkat produktivitas pekerja KILM 18: Poverty, working poverty and income distribution/Kemiskinan, pekerja miskin, dan distribusi pendapatan 1.6. Sistematika Penulisan Sistematika penulisan publikasi Indikator Tenaga Kerja Propinsi Lampung ini dibagi menjadi 5 (lima) bab yaitu: BAB I.
PENDAHULUAN
BAB II.
KEADAAN PENDUDUK DAN SOSIAL EKONOMI DAERAH
BAB III. PENDUDUK USIA KERJA BAB IV. ANGKATAN KERJA BAB V.
PENDUDUK YANG BEKERJA
BAB VI. PROFIL PENGANGGURAN
12
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
KEADAAN PENDUDUK DAN SOSIAL EKONOMI DAERAH
2
BAB II
KEADAAN PENDUDUK DAN SOSIAL EKONOMI DAERAH 2.1. Kependudukan Lampung sebagai salah satu Provinsi terujung di pulau Sumatera menjadi gerbang ekonomi yang menghubungkan antara 2 pulau. Karena letaknya yang sangat strategis maka menjadikan pluralisme dan kemajemukan di Provinsi Lampung berkembang dengan sangat pesat. Dengan luas wilayah 35.288,35 km persegi dan terdiri dari 14 kabupaten/kota, saat ini penduduk Provinsi Lampung berjumlah 7.767.312 jiwa. Jumlah penduduk Provinsi Lampung tercatat sebagai wilayah berpenduduk terbesar kedua di Sumatera setelah Sumatera Utara dan terbesar kedelapan secara nasional. Walaupun demikian, secara global terlihat bahwa kepadatan penduduk Lampung tertnggi seSumatera. Pada tabel di bawah terlihat bahwa tingkat kepadatan penduduk Provinsi Lampung sebesar 220,11 orang/km2 atau sekitar 220 jiwa di setiap 1 kilometer. Angka ini jauh di atas tingkat kepadatan penduduk di Sumatera yaitu 108,89 jwa/km2 dan di atas rata-rata kepadatan penduduk di Indonesia yang memiliki kisaran 127,8 jiwa/km2. Lampung sebagai salah satu Provinsi berkembang di Indonesia memiliki laju pertumbuhan yang cukup tinggi. Dari hasil Sensus Penduduk 2010 yang terakhir didapat bahwa laju pertumbuhan penduduk Provinsi Lampung adalah 1,24. Angka ini menunjukan kenaikan jika dibandingkan dengan hasil Sensus Penduduk 2000, dimana laju pertumbuhan penduduk Provinsi Lampung kala itu 1,01. Tingginya laju
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
13
pertumbuhan penduduk yang dialami bukan semata-mata disebabkan oleh pertumbuhan alami, tetapi lebih banyak didorong oleh migrasi dalam hal ini adalah transmigrasi. Majunya transportasi dan komunikasi antara Jawa dan Lampung ikut juga membantu laju migrasi spontan dari Jawa ke Lampung terutama pekerja musiman. Tabel 2.1. Jumlah Penduduk, Luas Wilayah dan Kepadatan Penduduk se-Sumatera, 2012 Provinsi
Jumlah Penduduk (jiwa)
Luas Wilayah (km2)
Kepadatan Penduduk (jiwa/km2)
(1)
(2)
(3)
(4)
Aceh
4.693.934
56.770,81
82,68
Sumatera Utara
13.215.401
71.680,68
184,36
Sumatera Barat
4.957.719
42.012,89
118,00
Riau
5.929.172
89.150,16
66,51
Jambi
3.242.814
53.435,00
60,69
Sumatera Selatan
7.701.528
87.027,41
88,50
Bengkulu
1.766.794
19.919,33
88,70
Lampung
7.767.312
35.288,35
220,11
Kep. Bangka Belitung
1.298.168
15.524,14
83,62
Kepulauan Riau
1.847.478
10.595,41
174,37
Sumatera
52.420.320
481.404,18
108,89
Indonesia
244.215.983
1.910.931,32
127,80
Sebagaimana diketahui bahwa jumlah penduduk yang besar akan menjadi modal pembangunan atau bisa berlaku sebaliknya yaitu menjadi beban dalam proses pembangunan. Salah satu penyebabnya adalah jika penduduk atau sumber daya manusia yang ada tidak memiliki kualitas yang memadai, baik dari sisi kesehatan, pendidikan, maupun perekonomiannya. Secara makro hal ini dijadikan landasan kebijakan untuk mengendalikan
laju
pertumbuhan
penduduk.
Kebijakan
pembangunan
sektor
kependudukan memiliki posisi yang strategis karena proses pembangunan pada akhirnya akan bermuara pada penduduk. Penduduk tidak hanya sebagai obyek tetapi juga sebagai subyek pembangunan. Pembangunan di banyak sektor sangat dipengaruhi oleh keberhasilan dalam pembangunan kependudukan. Untuk mengendalikan kualitas dan persebaran serta memperbaiki kualitas penduduk, baik untuk aspek kesehatan, pendidikan,
dan
perekonomiannya,
diperlukan
kebijakan
pembangunan
dan
kependudukan yang terpadu.
14
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
Tabel 2.2 Jumlah Penduduk menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin, 2012 Kabupaten/Kota
Laki-laki
Perempuan
Total
Sex Ratio
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
Lampung Barat
227.245
200.528
427.773
113,32
Tanggamus
287.176
261.552
548.728
109,80
Lampung Selatan
480.641
451.911
932.552
106,36
Lampung Timur
497.071
470.933
968.004
105,55
Lampung Tengah
609.888
583.070
1.192.958
104,60
Lampung Utara
303.417
291.145
594.562
104,22
Way Kanan
214.672
200.406
415.078
107,12
Tulang Bawang
213.474
197.251
410.725
108,22
Pesawaran
210.683
196.792
407.475
107,06
Pringsewu
190.444
179.713
370.157
105,97
Mesuji
100.402
90.819
191.221
110,55
Tulang Bawang Barat
131.710
124.123
255.833
106,11
Bandar Lampung
456.620
446.265
902.885
102,32
74.980
74.381
149.361
100,81
3.998.423
3.768.889
7.767.312
106,09
Metro Lampung
Sumber: Proyeksi Penduduk hasil SP2010
Tabel di atas menunjukan komposisi penduduk Provinsi Lampung tahun 2012 menurut kabupaten/kota dan jenis kelamin. Terlihat jumlah penduduk Lampung saat ini 7.767.312 jiwa dengan jumlah penduduk laki-laki 3.998.423 jiwa penduduk perempuan berjumlah 3.768.889 jiwa. Jumlah penduduk terbesar adalah Kabupaten Lampung Tengah yaitu 1.192.958, sedangkan jumlah penduduk terkecil berada di Kota Metro yaitu 149.361. Rasio jenis kelamin di Provinsi Lampung pada tahun 2012 adalah 106,09.
2.2. Struktur Ekonomi Daerah Pada umumnya lapangan pekerjaan penduduk Provinsi Lampung adalah di bidang pertanian. Ditinjau dari Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) menurut lapangan usaha (sektoral) atas dasar harga berlaku pada tahun 2012 terlihat bahwa sektor pertanian memberikan
kontribusi
sebesar
35,92
persen.
Kontribusi
terbesar
berikutnya
disumbangkan oleh sektor perdagangan dan sektor industri masing-masing sebesar 15,86 persen dan 15,55 persen. Kondisi ini tidak berbeda yang jika dibandingkan dengan tahun 2011, dimana kontribusi sektor pertanian teratas yaitu sebesar 36,05 persen, disusul oleh sektor industri sebesar 16,01 persen dan sektor perdagangan sebesar 15,91 persen. Jika
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
15
ditilik lebih lanjut mengenai laju pertumbuhannya, maka terlihat bahwa sektor angkutan dan komunikasi justru memiliki persentase tertinggi yaitu 13,63 persen. Angka tersebut jauh melampaui laju pertumbuhan PDRB Provinsi Lampung secara keseluruhan yaitu 6,48 persen. Meskipun pertanian merupakan sektor terpenting dan memiliki kontribusi terbesar namun tidak didukung dengan peningkatan nilai tambah yang sangat signifikan. Hal ini terlihat dengan laju pertumbuhannya yang berkisar di 4,2 persen. Tabel 2.3. Laju Pertumbuhan PDRB atas dasar Harga Konstan dan Kontribusi Sektoral, 2012
Lapangan Usaha (1)
1.
Pertanian
2.
Pertambangan
3.
Industri
4.
Laju Pertumbuhan (%)
Kontribusi (%) 2011
2012
(2)
(3)
(4)
35,56
35,92
4,20
2,09
1,96
2,28
16,07
15,55
4,39
Listrik, Gas & Air Minum
0,54
0,55
10,51
5.
Konstruksi dan Bangunan
3,44
3,36
5,82
6.
Perdagangan
16,01
15,86
5,59
7. 8.
Angkutan dan Komunikasi Keuangan, Lembaga Keuangan dan Jasa Perusahaan Jasa-jasa
11,51
11,54
13,63
5,97
6,15
12,44
8,82
9,11
9,42
100,00
100,00
6,48
9.
Lampung Sumber: BPS Provinsi Lampung
16
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
PENDUDUK USIA KERJA
3
BAB III
PENDUDUK USIA KERJA
Jumlah penduduk usia kerja suatu daerah sangat berkaitan erat dengan besarnya jumlah penduduk di derah itu sendiri, karena penduduk usia kerja merupakan bagian dari jumlah penduduk secara keseluruhan. Penduduk usia kerja yang digunakan di Indonesia adalah jumlah penduduk yang berusia 15 tahun keatas sesuai dengan rekomendasi International Labour Organization (ILO) atau Organisasi Buruh Sedunia. Penduduk usia kerja dikelompokkan menjadi dua kategori, yaitu Angkatan Kerja dan Bukan Angkatan Kerja. Angkatan kerja adalah penduduk usia kerja yang bekerja, dan pengangguran. Di Provinsi Lampung, penduduk usia kerja ini cenderung mengalami peningkatan setiap tahunnya namun hal tersebut agak berbeda pada tahun ini. Pada tahun 2012 terjadi pertambahan jumlah penduduk usia kerja sebesar 0,99 persen. Pada tahun 2011 terdapat sekitar 5,44 juta penduduk usia kerja dimana sekitar 68 persen merupakan angkatan kerja, sedangkan pada tahun 2012 bertambah menjadi sekitar 5,49 juta penduduk usia kerja dan sekitar 66,27 persen diantaranya merupakan angkatan kerja (Tabel 3.1). Penduduk usia kerja yang masuk kelompok angkatan kerja sendiri (bekerja dan pengangguran) tampaknya mengalami perubahan komposisi, dimana penduduk yang bekerja dan yang menganggur mengalami penurunan. Tabel 3.1 memperlihatkan penduduk usia kerja yang menganggur mengalami penurunan sebesar 0,6 persen, dan penduduk usia kerja yang bekerja meningkat sebesar 0,6 persen. Pada tahun 2011 ada
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
17
sekitar 94,2 persen penduduk bekerja, dan pada tahun 2012 bertambah menjadi 94,8 persen. Persentase penduduk bekerja terhadap penduduk angkatan kerja dikenal sebagai Tingkat Kesempatan Kerja (TKK). Indikator ini menunjukan seberapa besar penduduk yang berpotensi secara ekonomis untuk menghasilkan barang dan jasa secara riil berpartisipasi menghasilkan barang dan jasa tersebut, atau dengan kata lain termasuk ke dalam kelompok penduduk bekerja. Tabel 3.1. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Jenis Kegiatan, 2010-2012
Angkatan Kerja
Bukan Angkatan Kerja
Tahun Bekerja
Pengang-
Total
guran
Sekolah
Mengurus rmtg
Lain-
Total
Jumlah Penduduk 15 Tahun ke Atas
nya
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
(9)
2010
94,4
5,6
67,95
23,9
63,5
12,7
32,0
100
2011
94,2
5,8
68,00
19,7
67,1
13,1
32,0
100
2012
94,8
5,2
66,3
24,9
63,1
12,0
33,7
100
Sumber: Sakernas Agustus 2010-2012
Penduduk yang mengurus rumah tangga merupakan kelompok dominan dalam golongan penduduk bukan angkatan kerja, terutama yang merupakan ibu rumah tangga, yaitu mereka yang hanya melakukan kegiatan kerumahtanggaan seperti memasak, mencuci, dan sebagainya. Dalam hal ini tidak termasuk pembantu rumah tangga yang melakukan kegiatan serupa tetapi mendapat upah/gaji. Pada tahun 2012, penduduk yang kegiatannya hanya mengurus rumah tangga sebesar 63,1 persen. Persentase ini mengalami kenaikan dibandingkan tahun sebelumnya yang berjumlah 67,1 persen. Sementara itu, proporsi penduduk yang bersekolah terhadap penduduk bukan angkatan kerja pada tahun 2012 adalah 24,9 persen. Sedangkan penduduk bukan angkatan kerja yang hanya melakukan kegiatan lainnya seperti olahraga, kursus, piknik, dan kegiatan sosial termasuk yang tidak mampu melakukan kegiatan apapun seperti orang lanjut usia, cacat jasmani, dan penerima pendapatan berjumlah 12 persen.
18
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
Tabel 3.2. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kegiatan, 2012 Kabupaten/Kota
Bekerja
Pengangguran
Sekolah
Mengurus Rmtg
Lainnya
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Lampung Barat
82,15
1,93
7,04
7,10
1,78
100
Tanggamus
68,75
2,30
6,94
17,45
4,56
100
Lampung Selatan
58,58
3,78
10,33
24,19
3,11
100
Lampung Timur
65,12
1,91
6,78
21,39
4,80
100
Lampung Tengah
68,65
1,90
5,71
20,91
2,83
100
Lampung Utara
58,52
5,21
7,91
23,33
5,03
100
Way Kanan
64,99
2,32
6,93
22,90
2,85
100
Tulang Bawang
62,50
3,78
7,14
23,76
2,83
100
Pesawaran
57,15
4,16
9,70
23,95
5,04
100
Pringsewu
57,60 60,88 66,16 51,43 57,19 62,83
3,66 2,82 1,34 7,03 7,33 3,44
9,84 5,26 5,84 14,60 11,41 8,41
24,69 28,67 24,21 20,16 17,71 21,29
4,21 2,36 2,45 6,78 6,36 4,04
100 100 100 100 100 100
Mesuji Tulang Bawang Barat Bandar Lampung Metro Lampung Sumber: Sakernas Agustus 2012
Dengan demikian pada tahun 2012 secara umum sebagian besar penduduk berusia 15 tahun keatas di Provinsi Lampung melakukan aktivitas bekerja (62,83 persen), sedangkan 21,29 persen mengurus rumah tangga, 8,41 persen penduduk melakukan aktivitas bersekolah, 4,04 persen melakukan aktivitas lainnya dan 3,44 persen sisanya adalah menganggur (Tabel 3.2). Mengurus Rmtg 21,29%
Lainnya 4,04%
Bekerja 62,83% Sekolah 8,41%
Pengangguran 3,44%
Gambar 3.1. Persentase Penduduk Usia Kerja menurut Jenis Kegiatan, 2012
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
19
Apabila dilihat menurut wilayah kabupaten/kota dan tanpa memperhatikan lapangan usaha, jenis pekerjaan dan status dalam bekerja, maka Kabupaten Lampung Barat tercatat sebagai daerah dengan persentase terbesar untuk penduduk berusia 15 tahun keatas yang melakukan aktivitas bekerja. Di kabupaten tersebut penduduk berusia 15 tahun keatas yang bekerja mencapai 82,15 persen Jauh di atas angka rata-rata Provinsi Lampung yang hanya mencapai 62,83 persen. Sebaliknya, di Kota Bandar Lampung persentase penduduk berusia 15 tahun keatas yang melakukan aktivitas bekerja ini justru tercatat paling rendah jika dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya (51,43 persen). Khusus penduduk berusia 15 tahun keatas yang masuk kelompok pengangguran, bila dilihat menurut wilayah, persentase terbesar terdapat di Metro (7,33 persen) disusul Kota Bandar Lampung (7,03 persen) dan Kabupaten Lampung Utara (5,21 persen). Tabel 3.3. Persentase Penduduk Laki-laki Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kegiatan, 2012 Kegiatan Kabupaten/Kota
Bekerja
Pengang guran
Sekolah
(2)
(3)
(4)
Lampung Barat
89,77
0,85
Tanggamus
83,88
Lampung Selatan
(1)
Jumlah Mengurus Lainnya Rmtg (5)
(6)
(7)
6,85
0,55
1,99
100
1,98
6,78
2,36
5,00
100
79,75
2,94
10,59
2,50
4,23
100
Lampung Timur
82,89
1,92
5,52
2,57
7,10
100
Lampung Tengah
86,45
1,41
5,41
3,19
3,54
100
Lampung Utara
78,18
5,06
8,64
1,94
6,17
100
Way Kanan
86,86
1,70
6,28
1,44
3,72
100
Tulang Bawang
82,23
3,53
7,91
2,49
3,84
100
Pesawaran
79,69
4,27
8,60
2,03
5,41
100
Pringsewu
79,23
2,92
9,95
2,60
5,30
100
Mesuji
80,95
4,21
5,19
5,43
4,22
100
Tulang Bawang Barat
88,53
1,14
5,11
1,69
3,53
100
Bandar Lampung
68,99
6,84
13,61
1,98
8,59
100
Metro Lampung
74,08
4,59
11,31
1,85
8,17
100
81,38
3,03
8,06
2,35
5,18
100
Sumber: Sakernas Agustus 2012
Tabel 3.3 dan 3.4 menunjukan perbedaan intensitas dari aktivitas penduduk berjenis kelamin laki-laki dan perempuan yang dilihat dari waktu terbanyak yang digunakan dalam referensi waktu seminggu sebelum pencacahan. Berdasarkan hasil Sakernas
20
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
Agustus 2012 di Provinsi Lampung, mayoritas penduduk laki-laki melakukan aktivitas bekerja (81,38 persen), sedangkan sisanya ada yang menganggur (3,03 persen), bersekolah (8,06 persen), melakukan aktivitas lainnya (5,18 persen) dan hanya sebagian kecil saja yang mengurus rumah tangga (2,35 persen). Bila dilihat menurut wilayah, persentase terbesar penduduk laki-laki berusia 15 tahun keatas yang bekerja terdapat di Kabupaten Lampung Barat (89,77 persen), sedangkan persentase terkecil terdapat di Kota Metro (68,99 persen). Sementara persentase terbesar untuk penduduk laki-laki berusia 15 tahun keatas yang menganggur terdapat di Kota Metro (6.84 persen), sedangkan persentase terkecil terdapat di Kabupaten Lampung Barat 0,85 persen). Kota Metro mempunyai penduduk laki-laki berusia 15 tahun keatas yang melakukan aktivitas bersekolah paling banyak (13,61 persen). Sedangkan Kabupaten Tulang Bawang Barat mempunyai penduduk laki-laki berusia 15 tahun keatas yang melakukan aktivitas bersekolah paling sedikit (5,11 persen). Pengangguran 3,03% Sekolah Mengurus Rmtg 8,06% 2,35%
Lainnya 5,18% Bekerja 81,38%
Gambar 3.2. Persentase Penduduk Laki-laki Usia Kerja menurut Jenis Kegiatan, 2012 Aktivitas bekerja penduduk perempuan berusia 15 tahun keatas di Provinsi Lampung nampaknya tidak setinggi penduduk laki-lakinya. Meskipun yang memiliki aktivitas bekerja ini memang masih lebih tinggi dibandingkan dengan aktivitas-aktivitas lain yang dilakukan oleh penduduk perempuan, akan tetapi persentasenya hanya tercatat sebesar 43,15 persen, atau hanya sedikit lebih tinggi dari aktivitas mengurus rumah tangga yang angkanya tercatat sebesar 41,38 persen. Demikian pula dengan aktivitas
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
21
bersekolah yang pada tahun 2012 dilakukan oleh sekitar 8,78 persen dari total penduduk usia kerja perempuan. Bila dilihat menurut wilayah, persentase terbesar penduduk perempuan berusia 15 tahun keatas yang bekerja terdapat di Kabupaten Lampung Barat (73,31 persen), sedangkan persentase terkecil terdapat di Kabupaten Pesawaran (33.00 persen). Sebaliknya, persentase terbesar untuk penduduk wanita yang menganggur justru terdapat di Kota Metro (10,08 persen), sedangkan persentase terkecil terdapat di Kabupaten Mesuji (1,28 persen). Tabel 3.3. Persentase Penduduk Perempuan Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kegiatan, 2012 Kegiatan Kabupaten/Kota
Bekerja
Pengangguran
Sekolah (4)
(2)
(3)
Lampung Barat
(1)
73,31
3,18
Tanggamus
51,88
Lampung Selatan Lampung Timur
Jumlah Mengurus Lainnya Rmtg (5)
(6)
(7)
7,26
14,70
1,55
100
2,65
7,11
34,27
4,08
100
36,09
4,68
10,06
47,24
1,93
100
46,45
1,91
8,11
41,15
2,39
100
Lampung Tengah
50,18
2,40
6,02
39,30
2,10
100
Lampung Utara
38,23
5,37
7,16
45,39
3,85
100
Way Kanan
41,41
3,00
7,64
46,04
1,91
100
Tulang Bawang
40,98
4,04
6,30
46,94
1,73
100
Pesawaran
33,00
4,05
10,88
47,44
4,64
100
Pringsewu
34,70 38,54
4,44 1,28
9,73 5,33
48,06 54,56
3,06 0,29
100 100
42,40
1,55
6,62
48,12
1,31
100
33,44 40,23 43,15
7,23 10,08 3,87
15,61 11,51 8,78
38,78 33,64 41,38
4,94 4,54 2,83
100 100 100
Mesuji Tulang Bawang Barat Bandar Lampung Metro Lampung
Sumber: Sakernas Agustus 2012
Gambar 3.3 di bawah ini memperlihatkan komposisi jenis kegiatan yang dilakukan oleh penduduk perempuan berusia 15 tahun keatas di Provinsi Lampung pada tahun 2012.
22
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
Lainnya 2,83% Mengurus Rmtg 41,38%
Bekerja 43,15%
Sekolah 8,78%
Pengangguran 3,87%
Gambar 3.3. Persentase Penduduk Perempuan Usia Kerja menurut Jenis Kegiatan, 2012
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
23
24
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
ANGKATAN KERJA
4
BAB IV
ANGKATAN KERJA
4.1. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja Tenaga kerja merupakan unsur utama di dalam proses produksi barang dan jasa serta mengatur sarana produksi untuk menghasilkan sesuatu. Namun demikian, tidak semua penduduk dapat dimasukkan ke dalam tenaga kerja. Permasalahan dan perencanaan angkatan kerja seyogyanya didasarkan dan memperhatikan beberapa aspek, diantaranya keberadaan seseorang tergolong dalam angkatan kerja atau bukan angkatan kerja, perpindahan dari angkatan kerja ke kelompok bukan angkatan kerja dan status angkatan kerja antar daerah. Idealnya, sejalan dengan bertambahnya penduduk usia kerja, jumlah angkatan kerja yang meliputi penduduk yang bekerja atau punya pekerjaan namun sementara tidak bekerja dan pengangguran juga bertambah. Jumlah angkatan kerja di Provinsi Lampung pada tahun 2012 mencapai angka lebih kurang 3.637,90 ribu jiwa atau sekitar 66,27 persen dari keseluruhan jumlah penduduk usia 15 tahun ke atas. Angka ini menurun sekitar 1,73 persen dibandingkan dengan keadaan pada tahun 2011 yang mencapai angka lebih kurang 3.696,07 ribu jiwa. Dari Tabel 4.1 terlihat bahwa persentase angkatan kerja laki-laki jauh lebih tinggi dari persentase angkatan kerja perempuan. Persentase angkatan kerja laki-laki ini pada tahun 2012 tercatat sebesar 84,41 persen dari seluruh penduduk usia kerja laki-laki,
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
25
sedangkan angkatan kerja perempuan tercatat hanya sebesar 47,02 persen dari seluruh penduduk usia kerja perempuan. Tabel 4.1. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas menurut Karakteristik, Jenis Kelamin dan Kota-Desa, 2012 Karakteristik (1) Penduduk Usia Kerja Angkatan Kerja Bukan Angkatan Kerja TPAK
Laki-
Perem-
laki
puan
Perkotaan
Pedesaan
Total
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
2.826,16
2.663,42
1.410,75
4.078,83
5.489,58
(100,00) 2.385,67
(100,00) 1.252,23
(100,00) 885,16
(100,00) 2.752,78
(100,00) 3.637,90
(84,41) 440,49
(47,02) 1.411,19
(62,74) 525,63
(67,49) 1326,05
(66,27) 1.851,68
(15,59)
(52,98)
(37,26)
(32,51)
(33,73)
84,41
47,02
62,74
67,49
66,27
Sumber: Sakernas Agustus 2012
Fenomena lain yang terlihat dari Tabel 4.1 di atas adalah relatif lebih besarnya persentase angkatan kerja di daerah pedesaan dibandingkan persentase di daerah perkotaan. Persentase angkatan kerja di daerah pedesaan tercatat sebesar 67,49 persen, sedangkan angkatan kerja di daerah perkotaan tercatat sebesar 62,74 persen. Dalam hubungannya dengan kegiatan ekonomi tidak semua angkatan kerja terlibat didalamnya. Hanya angkatan kerja yang bekerja saja terlibat dalam kegiatan ekonomi, dan sebagian dari bagian ini termasuk dalam sedang mencari pekerjaan. Untuk mengetahui perubahan komposisi angkatan kerja pada setiap saat dapat digunakan ukuran tingkat partisipasi angkatan kerja. Secara umum, TPAK didefinisikan sebagai ukuran yang menggambarkan jumlah angkatan kerja untuk setiap 100 penduduk usia kerja. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) biasanya dipengaruhi oleh keadaan sosial-ekonomi, budaya, demografi serta keadaan daerah. Dengan komposisi
jumlah
angkatan kerja terhadap penduduk usia kerja seperti yang digambarkan terdahulu, maka secara umum Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja (TPAK) di Provinsi Lampung tercatat sebesar 68 persen. Angka ini mengandung pengertian dari 100 orang penduduk usia kerja, sekitar 68 orang diantaranya adalah angkatan kerja (mereka yang bekerja, sementara tidak bekerja, atau mencari pekerjaan). Bila dibedakan menurut wilayah, Kabupaten Lampung Barat mempunyai angka TPAK tertinggi (84,07 persen) dibandingkan dengan kabupaten/kota lainnya di Provinsi Lampung, disusul Kabupaten Tanggamus (71,05 persen) dan Kabupaten Lampung Tengah (70,54 persen). Sementara itu dua wilayah yang mempunyai angka TPAK
26
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
terendah adalah Kota Bandar Lampung
(58,46 persen) dan Kota Pringsewu (61,26
persen). Rendahnya TPAK Kota Bandar Lampung dan Kabupaten Pringsewu bila dibandingkan dengan daerah kabupaten/kota lainnya, disebabkan karena kedua daerah ini merupakan pusat pendidikan sehingga banyak penduduk usia produktif yang masih bersekolah. Tabel 4.2. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin, 2012 Kabupaten/Kota
Jenis Kelamin
Total
Selisih
Laki-laki
Perempuan
(2)
(3)
(4)
(5)
Lampung Barat
90,62
76,49
84,07
14,12
Tanggamus
85,86
54,54
71,05
31,32
Lampung Selatan
82,69
40,77
62,36
41,92
Lampung Timur
84,81
48,36
67,03
36,45
Lampung Tengah
87,85
52,58
70,54
35,28
Lampung Utara
83,24
43,60
63,73
39,64
Way Kanan
88,56
44,41
67,31
44,16
Tulang Bawang
85,76
45,03
66,27
40,73
Pesawaran
83,96
37,05
61,32
46,92
Pringsewu
82,15
39,14
61,26
43,01
Mesuji
85,16
39,82
63,71
45,34
Tulan Bawang Barat
89,67
43,94
67,50
45,73
Bandar Lampung
75,83
40,68
58,46
35,15
Metro
78,66
50,31
64,51
28,36
Lampung
84,41
47,02
66,27
37,40
(1)
TPAK
Sumber: Sakernas Agustus 2012
Bila dilihat berdasarkan jenis kelamin, TPAK penduduk laki-laki berkisar antara 75,82 persen (Kota Bandar Lampung) dan 90,62 persen (Kabupaten Lampung Barat). Sedangkan TPAK penduduk perempuannya berkisar antara 37,05 persen (Kabupaten Pesawaran) dan 76,49 persen (Kabupaten Lampung Barat). Dengan dibedakannya angka TPAK menurut jenis kelamin dan kabupaten/kota seperti terlihat pada Tabel 4.2 di atas, maka Kabupaten Pesawaran tercatat sebagai daerah yang perbedaan angka TPAK laki-laki dan perempuannya paling besar, sedangkan Kota Lampung Barat tercatat sebagai daerah yang perbedaan angka TPAK laki-laki dan perempuannya paling kecil. Gambar 4.1 berikut memperlihatkan perbandingan angka TPAK dimaksud secara lebih jelas.
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
27
100,0
90,62
90,0 80,0
85,86
82,69 84,81
87,85
88,56 83,24
85,76 83,96 85,16 82,15
89,67
76,49
75,83
78,66
70,0 60,0
54,54
48,36
50,0
52,58
50,31 43,60 44,41 45,03
40,77
40,0
39,82 37,05 39,14
43,94
40,68
30,0 20,0 10,0 0,0
Laki-laki
Perempuan
Gambar 4.1. TPAK menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin (Persen), 2012
4.2. TPAK Menurut Umur TPAK seringkali digunakan sebagai alat untuk mengetahui tingkat kegiatan masyarakat yang akan memengaruhi besarnya tenaga kerja. Faktor-faktor seperti golongan umur, tingkat pendidikan, status perkawinan serta perkembangan ekonomi dan lain-lain dapat memengaruhi besaran angka TPAK. Tabel 4.3. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut Golongan Umur dan Jenis Kelamin, 2012 Golongan Umur
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
15 - 19 20 - 24
42,30 85,22
22,25 41,78
32,83 63,44
25 - 29 30 - 34
94,98 97,87
49,14 56,03
72,78 77,36
35 - 39
98,05
55,73
77,31
40 - 44
97,43
58,36
78,68
45 - 49
96,98
60,81
79,09
50 - 54
97,14
61,86
80,72
55 - 59 60 - 64
91,50 83,93
51,38 38,16
71,98 63,46
65 +
54,39
25,50
39,87
Total
84,41
47,02
66,27
Sumber: Sakernas Agustus 2012
28
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
Sebagai contoh peningkatan pendidikan dapat menyebabkan turunnya angka TPAK pada usia muda. Penurunan TPAK pada usia 65 tahun ke atas dapat disebabkan oleh terbatasnya jenis pekerjaan yang dapat dilakukan oleh tenaga tua. Penurunan TPAK pada usia lanjut juga disebabkan adanya pertumbuhan ekonomi yang menyebabkan pergeseran lapangan usaha, dimana lapangan pekerjaan yang mulai tumbuh umumnya membutuhkan tenaga-tenaga usia muda dan produktif. Tabel 4.3 mengungkapkan tingkat patisipasi penduduk laki-laki dan perempuan. Tingkat partisipasi laki-laki pada tahun 2012 adalah 84,41 persen, sedangkan untuk perempuan jauh lebih rendah yaitu 47,02 persen. Hal ini dikarenakan tugas utama perempuan adalah mengelola rumah tangga, mengurus anak-anaknya dan ikut bekerja apabila keadaan memungkinkan. Selanjutnya, bila diperhatikan lebih jauh menurut golongan umur tampak adanya variasi pada golongan umur muda dan tua. Secara umum grafik TPAK membentuk model “U terbalik“ (terutama untuk lakilaki). Seperti yang tersaji pada gambar di bawah, terlihat bahwa grafik TPAK meningkat secara tajam pada usia 20 tahun, lalu peningkatannya menjadi lamban hingga mencapai puncaknya pada usia 40-44 tahun, kemudian perlahan-lahan turun hingga 55-59 tahun dan pada akhirnya menurun secara tajam hingga usia 65 tahun ke atas. 120,0 94,98
100,0
97,87
98,05
97,43
96,98
97,14
85,22
91,50
80,0
64,80
60,0 42,30
56,03
40,0
55,73
58,36
60,81
61,86 51,38
49,14 41,78
20,0
29,35 22,25
0,0 15-19
20-24
25-29
30-34
35-39
Laki-laki
40-44
45-49
50-54
55-59
60+
Perempuan
Gambar 4.2. TPAK menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin (Persen), 2012 Adapun pola TPAK perempuan pada dasarnya tidak memiliki bentuk yang pasti, meskipun demikian banyak yang berbentuk menyerupai kurva U terbalik. TPAK perempuan secara umum juga berkaitan dengan TPAK laki-laki. Kecilnya pendapatan suami dan terbukanya kesempatan yang lebih luas bagi perempuan untuk berpartisipasi
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
29
dalam pembangunan tentu dapat meningkatkan angka TPAK perempuan. Dilihat dari segi umur, peningkatan TPAK perempuan cenderung meningkat pada periode sebelum kelahiran anak-anak, kemudian menurun pada masa kelahiran dan anak-anak kecil. Pada saat anak-anak beranjak dewasa, dimungkinkan TPAK perempuan meningkat lagi sekalipun tidak setajam di awal-awal usia kerja. Dengan demikian, kehidupan rumah tangga, rata-rata usia pada kehamilan pertama dan rata-rata jumlah anak yang dimiliki akan memengaruhi pola TPAK perempuan. Tabel 4.4. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut Golongan Umur dan Kota-Desa, 2012 Golongan Umur
Daerah Tempat Tinggal Perkotaan Pedesaan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
15 - 19 20 - 24 25 - 29
22,33 62,55 76,85
36,39 63,76 71,40
32,83 63,44 72,78
30 - 34
80,67
76,20
77,36
35 - 39
73,11
78,68
77,31
40 - 44
77,24
79,21
78,68
45 - 49
79,02
79,11
79,09
50 - 54
78,00
81,69
80,72
55 - 59 60 – 64
61,08 48,19
75,88 68,51
71,98 63,46
65 +
22,55
45,87
39,87
Total
62,74
67,49
66,27
Sumber: Sakernas Agustus 2012
Perbedaan partisipasi menurut kelompok umur diduga erat hubungannya dengan umur mulai bekerja dan tidak bekerja lagi. Umur bekerja di daerah kota umumnya lebih tua daripada daerah pedesaan, sebaliknya umur mulai berhenti bekerja di daerah perkotaan lebih awal daripada pedesaan. Di daerah pedesaan perbedaan menurut golongan umur tidak terlalu tinggi karena kebanyakan dari penduduk pedesaan sejak umur muda sampai tua sudah bekerja, sedang di kota tidak demikian halnya. Hal yang menarik adalah perbedaan tingkat partisipasi menurut golongan umur di bawah 25 tahun dan 60 tahun ke atas, untuk daerah perkotaan dan pedesaan. Diduga, perbedaan tersebut karena penduduk perempuan perkotaan sebelum dan sesudah berumah tangga proporsi yang bekerja jauh lebih sedikit daripada di wilayah perdesaan, dan kebanyakan dari mereka hanya mengurus rumah tangga. Lain halnya dengan daerah pedesaan, mereka
30
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
tetap bekerja sebelum dan sesudah menikah untuk menambah penghasilan keluarga yang umumnya masih rendah.
90,0 80,0
71,40
63,76
70,0
76,85
76,20
78,68
80,67 73,11
79,21
79,11
77,24
79,02
81,69 75,88 78,00 53,38
60,0 62,55
50,0 40,0
61,08
36,39
30,0 30,79
20,0 10,0
22,33
0,0 15-19
20-24
25-29
30-34
35-39 Kota
40-44
45-49
50-54
55-59
60+
Desa
Gambar 4.3. TPAK menurut Kelompok Umur dan Kota-Desa (Persen), 2012
4.3. TPAK Menurut Pendidikan Bila ditinjau dari aspek sosial, maka pendidikan dapat digunakan sebagai indikator status sosial budaya, sedangkan dari aspek ekonomi dapat digunakan untuk mengetahui persediaan tenaga yang cukup baik kualitasnya untuk masa mendatang. Ada beberapa peneliti yang mengatakan bahwa ada korelasi positif antara tingkat pendidikan dengan tingkat partisipasi angkatan kerja. Maksudnya adalah semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin besar pula kemungkinannya untuk mendapatkan pekerjaan. Namun di Lampung, tidak semuanya berlaku, sebab struktur lapangan kerja yang ada sekarang belum dapat mendukung sepenuhnya. Secara keseluruhan dapat dikatakan sulit untuk menarik pola yang tegas hubungan antara pendidikan dengan tingkat partisipasi. Pada tingkat pendidikan SD ke bawah dan tidak sekolah, tingkat partisipasinya lebih tinggi dari SMP, tetapi lebih rendah bila dibandingkan dengan SMA maupun universitas. Rupanya kelompok SMP ini merupakan kelompok tanggung, antara harus bekerja dengan meneruskan sekolah. Perbedaan lapangan pekerjaan yang tersedia di daerah perkotaan maupun pedesaan serta tingkat pendidikan yang dimiliki berpengaruh terhadap tingkat partisipasi. Lapangan pekerjaan formal yang mengelompok di perkotaan memberikan dorongan bagi penduduk pedesaan untuk meninggalkan desa dan seterusnya pergi ke
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
31
kota mencari pekerjaan sekiranya sesuai dengan pendidikan yang dimiliki terutama pada kelompok usia muda. Tabel 4.5. Tingkat Partisipasi Angkatan Kerja menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Kota-Desa, 2012 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Perkotaan
Pedesaan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
Tidak/Belum Pernah Sekolah Tidak/Belum Tamat SD SD SLTP
24,39 57,83 62,54 47,20
49,13 68,79 70,10 58,60
45,25 67,21 68,92 55,99
SLTA
66,69
75,33
71,64
> SLTA
88,45
91,83
89,76
Total
62,74
67,49
66,27
Sumber: Sakernas Agustus 2012
32
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
PENDUDUK YANG BEKERJA
5
BAB V
PENDUDUK YANG BEKERJA Dalam analisis ketenagakerjaan, penduduk yang bekerja dapat dibedakan menurut kelompok umur. Tujuannya adalah untuk melihat kontribusi pekerja muda, pekerja prima dan pekerja tua dalam pasar tenaga kerja. Idealnya, mayoritas penduduk yang bekerja dalam pasar tenaga kerja berusia prima. Namun tidak menutup kemungkinan penduduk usia muda dan tua dapat ikut andil dalam pasar tenaga kerja. Hal ini antara lain disebabkan adanya rasa tanggung jawab untuk mencari nafkah, membantu ekonomi rumah tangga atau keluarga, adanya kebutuhan akan sosialisasi dan pengakuan dari masyarakat. Penduduk yang bekerja di Provinsi Lampung yang merupakan bagian dari penduduk yang aktif secara ekonomi, pada tahun 2012 tercatat berjumlah sekitar 3,44 juta orang atau sekitar 94,82 persen dari seluruh angkatan kerja yang ada. Bila dibedakan menurut golongan umur, penduduk yang bekerja pada umumnya berumur antara 25 – 54 tahun. Penduduk yang termasuk dalam kelompok penduduk usia prima (25–54 tahun) dan merupakan bagian dari kelompok penduduk usia produktif ini merupakan penduduk yang sangat berpotensi untuk menghasilkan barang dan jasa dalam pasar tenaga kerja sebagai penggerak roda perekonomian suatu daerah. Tabel 5.1 menunjukan bahwa dari sekitar 3,44 juta orang yang bekerja, sebanyak 71,5 persen diantaranya merupakan penduduk usia prima, sedangkan penduduk usia muda yang masih merupakan usia sekolah tetapi terpaksa bekerja terdapat 15,4 persen. Untuk penduduk usia tua (55 tahun ke atas) yang masih aktif bekerja ada 13,1 persen. Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
33
Pekerja usia tua ini termasuk juga mereka yang sudah memasuki usia pensiun tetapi masih tetap bekerja dengan berbagai alasan, utamanya untuk menghidupi anggota keluarganya. Tabel 5.1. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut
Golongan Umur, Jenis Kelamin dan Kota-Desa, Tahun 2012 Golongan Umur
Lakilaki
Perempuan
Perkotaan
Pedesaan
Lampung
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
15 - 24
16,3
13,7
12,7
16,2
15,4
25 – 54
70,4
73,8
76,6
70,0
71,5
55+
13,3
12,5
10,7
13,8
13,1
Total
100,0
100,0
100,0
100,0
100,0
Sumber : Sakernas Agustus 2011
Dilihat menurut daerah tempat tinggal, proporsi penduduk yang bekerja pada usia prima di daerah perkotaan terlihat lebih besar dibandingkan dengan proporsi di daerah pedesaan pada kelompok umur yang sama. Pada golongan umur ini di daerah perkotaan tercatat sebesar 76,6 sedangkan di daerah pedesaan hanya sebesar 70 persen. Lain halnya dengan kelompok penduduk usia muda (15–24 tahun) dimana untuk daerah perkotaan mereka yang bekerja jumlahnya mencapai 12,7 persen atau 3,6 persen lebih rendah dari daerah pedesaan yang tercatat sebesar 16,2 persen. Berbeda halnya dengan kelompok penduduk usia 55 tahun keatas, proporsi penduduk daerah pedesaan yang bekerja pada golongan umur ini justru lebih besar dibandingkan dengan proporsi penduduk golongan umur yang sama di daerah perkotaan, yaitu masing-masing 13,8 persen dan 10,7 persen. Pada kenyataan di lapangan tidak semua penduduk usia prima termasuk ke dalam angkatan kerja. Dalam KILM indikator penduduk dengan karakteristik tersebut dikenal dengan istilah inactivity rate
dan masuk ke dalam KILM ke-13, yaitu persentase
penduduk bukan angkatan kerja usia 25–54 tahun terhadap total penduduk usia kerja. Dengan demikian, inactivity rate menggambarkan persentase penduduk usia prima yang seharusnya masuk dalam pasar tenaga kerja tetapi tidak ikut andil.
34
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
Tabel 5.2. Inactivity Rate (Persen), 2008–2012 Tahun
Proporsi
(1)
(2)
2008
12,61
2009
12,74
2010
13,30
2011
13,42
2012
13,66
Sumber: Sakernas Agustus 2008-2012
Tabel 5.2 menunjukan bahwa tingkat inaktivitas (Inactivity rate) selama periode 2008–2012 meningkat dari 12,61 persen menjadi 13,66 persen. Hal ini mengindikasikan adanya perubahan orientasi kegiatan penduduk usia prima dari kegiatan yang menciptakan barang dan jasa (bekerja) atau berusaha untuk menghasilkan barang dan jasa (mencari pekerjaan) menjadi kegiatan yang tidak menghasilkan barang dan jasa seperti bersekolah dan mengurus rumah tangga. Analisis data kegiatan ekonomi penduduk biasanya dititikberatkan pada alokasi angkatan kerja menurut sektor, tren perpindahan (terutama dari sektor pertanian ke sektor lain) dan penyebab perpindahan tersebut serta implikasinya. Pembagian penduduk yang bekerja dan dilihat perkembangannya dari waktu ke waktu sering dianalisis dengan membedakan tiga sektor pokok yaitu: Sektor A (pertanian), Sektor M (termasuk pertambangan, industri, bangunan, listrik, air) dan Sektor S (angkutan dan perhubungan, perdagangan dan jasa). Menurut beberapa teori ekonomi pembangunan, kegiatan ekonomi penduduk biasanya disertai dengan perpindahan tenaga kerja dari sektor A ke sektor M dan S. Keberhasilan strategi pembangunan sering dikaitkan dengan kecepatan pertumbuhan sektor M yang dianggap berkaitan erat dengan peningkatan produktivitas angkatan kerja. Sedangkan lambatnya penurunan sektor pertanian diduga erat hubungannya antara lapangan pekerjaan yang tersedia dengan besarnya jumlah angkatan kerja yang tersedia dari angkatan kerja baru maupun dalam bentuk setengah pengangguran. Dan dalam hal ini hanya sektor pertanian saja yang dirasa masih sanggup menampungnya (Hasibuan, 1983:93) Alokasi penduduk yang bekerja menurut sektor dapat dipengaruhi oleh waktu survei dan referensi waktu yang digunakan dalam suatu survei. Misalnya waktu survei bersamaan waktunya dengan fluktuasi musim dalam penyerapan tenaga kerja di sektor
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
35
A, sehingga persentase penduduk yang bekerja cenderung akan meningkat pada masa penggarapan tanah dan panen, dan menurun pada masa lain (misalnya pada musim paceklik). Dilihat dari lapangan usaha atau lapangan pekerjaannya (KILM 4), seperti kebanyakan daerah lain di Indonesia, Provinsi Lampung masih merupakan daerah agraris dimana sekitar 48,31 persen penduduknya bekerja di sektor pertanian. Sektorsektor lain umumnya sangat sedikit menyerap tenaga kerja, dan beberapa sektor penting seperti perdagangan, jasa-jasa dan industri hanya mampu menampung masing-masing sekitar 18,13 persen; 13 persen; dan 9,55 persen. Tabel 5.3 selanjutnya bila diamati lebih jauh menurut jenis kelamin pada sektor tertentu lebih banyak digeluti oleh perempuan atau sebaliknya. Umumnya sektor-sektor usaha yang membutuhkan tenaga fisik (power) akan lebih didominasi dengan kaum laki-laki dibanding perempuan. Contohnya pada sektor pertanian, pertambangan, industri, konstruksi, angkutan dan komunikasi lebih banyak menyerap tenaga kerja laki-laki sedangkan sektor perdagangan dan jasa berlaku sebaliknya. Pekerjaan yang sedikit banyak memerlukan ketelitian/kesabaran banyak menggunakan tenaga perempuan. Tabel 5.3. Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Pekerjaan, Jenis Kelamin dan Kota-Desa, 2012 Lapangan Pekerjaan
Lakilaki
Perempuan
Perkotaan
Pedesaan
Jumlah
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
A
Pertanian
50,61
43,71
11,52
59,09
48,31
M
Penggalian
1,19
0,06
0,39
0,93
0,81
Industri
9,74
9,17
8,63
9,82
9,55
Listrik & Air
0,17
0,10
0,46
0,06
0,15
Konstruksi
8,18
0,16
7,37
4,96
5,51
Total M
19,27
9,50
16,85
15,77
16,01
Perdag., Hotel dan Restoran
13,19
28,02
33,39
13,66
18,13
Transportasi
5,18
0,35
6,97
2,58
3,57
Keuangan
1,09
0,75
3,23
0,32
0,98
Jasa-jasa
10,66
17,67
28,04
8,59
13,00
Total S
30,12
46,79
71,63
25,14
35,68
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
S
Total Sumber : Sakernas Agustus 2011
36
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
Pada Tabel 5.3 di bawah ini terlihat bahwa di daerah pedesaan 59,09 persen penduduk bekerja di sektor pertanian, sedangkan di perkotaan hanya 11,52 persen penduduk yang bekerja pada sektor yang sama. Di perkotaan tercatat sebanyak 71,63 persen dari seluruh penduduknya yang bekerja di sektor S, kemudian di sektor M sebesar 16,85 persen. Beberapa peneliti, antara lain Suhartaji (1978) menjelaskan perihal tingginya penyerapan tenaga kerja sektor S di kota antara lain disebabkan banyak pekerja musiman terlibat dalam sektor informal di kota karena kemudahan untuk keluar dan masuk, tanpa ada syarat yang sulit. Transportasi 3,57%
Keuangan 0,98%
Perdag., Hotel & Restoran 18,13%
Jasa-jasa 13,00% Pertanian 48,31%
Industri 9,55% Konstruksi 5,51% Listrik & Air 0,15%
Penggalian 0,81%
Gambar 5.1. Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Lapangan Usaha, 2012 Analisis ketenagakerjaan dapat juga dibedakan menurut jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan. Hal ini bertujuan untuk melihat seberapa besar pasar tenaga kerja dapat menyerap tenaga kerja dengan tingkat keahlian atau ketrampilan tertentu atau sesuai dengan tingkat pendidikannya. Semakin tinggi jenjang pendidikan seseorang tidak menjamin semakin mudah baginya untuk memperoleh pekejaan apalagi yang sesuai dengan pendidikannya. Adanya tuntutan untuk memenuhi kebutuhan hidup menyebabkan pasar tenaga kerja yang dimasuki seseorang yang berpendidikan tinggi tak jarang menjadi tidak tepat. Sebaliknya, karena tingginya permintaan tenaga kerja pada jenis pekerjaan yang hanya mengandalkan fisik atau berpendidikan rendah, maka mereka yang berpendidikan rendah dapat memenuhi kebutuhan tersebut. Dilihat menurut tingkat pendidikannya, pada tahun 2012 sebagian besar penduduk yang bekerja tingkat pendidikannya tidak lebih dari tamat Sekolah Dasar (47,1 persen), dengan rincian pekerja yang tidak/belum pernah sekolah tercatat sebesar 3,29 persen,
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
37
pekerja yang tidak/belum tamat SD tercatat sebesar 17,44 persen, dan pekerja yang tamat SD mencapai 26,37 persen. Hal ini berarti secara umum rata-rata tingkat pendidikan penduduk yang bekerja di Provinsi Lampung masih rendah, dan ini berkaitan erat dengan lapangan usaha informal sebagai lapangan usaha mayoritas yang mereka masuki dengan. Penduduk yang bekerja dengan tingkat pendidikan yang memadai sendiri persentasenya masih sangatlah rendah. Mereka yang tamat pendidikan tinggi saja misalnya, jumlahnya hanya tercatat sebesar 5,56 persen. Selama periode 2008–2012, lebih dari sepertiga penduduk yang bekerja adalah berpendidikan Sekolah Dasar (SD). Tingkat pendidikan berikutnya ialah SLTP yang berkisar antara 20,91 persen dan 25,68 persen (cenderung stabil dan tidak ada perubahan yang signifikan). Sementara penduduk yang berpendidikan Diploma ke atas hanya berkisar antara 4,68 persen dan 5,56 persen dengan kecenderungan yang terus meningkat. Hal ini salah satunya mengindikasikan kurangnya tingkat kesempatan kerja bagi penduduk yang berpendidikan tinggi karena jenis pekerjaan yang dibutuhkan umumnya memerlukan tingkat keahlian dan ketrampilan yang rendah. Tabel 5.4. Persentase Penduduk Berumur 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Pendidikan Tertingi yang Ditamatkan, 2008-2012 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
2008
2009
2010
2011
2012
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Tidak/Belum Pernah Sekolah
3,25
3,16
3,07
2,29
3,29
Tidak/Belum Tamat SD
16,44
24,05
20,80
18,22
17,44
SD
37,17
27,42
29,61
29,04
26,37
SLTP
20,91
22,10
22,27
22,31
25,68
SLTA
17,54
18,29
18,59
21,45
21,67
4,68
4,97
5,66
6,68
5,56
> SLTA Sumber: Sakernas Agustus 2012
Tabel 5.5 di bawah ini memperlihatkan hubungan antara jenis kelamin dan daerah tempat tinggal dengan status pekerjaan utama penduduk yang bekerja di Provinsi Lampung. Berdasarkan kategori tersebut maka pada lapangan usaha pertanian (sektor A) pada umumnya menunjukan sektor yang banyak menyerap pekerja informal, terutama bagi tenaga kerja wanita dengan status sebagai pekerja keluarga. Sedangkan yang bekerja di sektor jasa biasanya berstatus berusaha sendiri.
38
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
Tabel 5.5. Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Status Pekerjaan, Jenis Kelamin dan Kota-Desa, 2012 Status Pekerjaan Utama
Laki-laki
Perempuan
Perkotaan
Pedesaan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Berusaha sendiri
16,61
14,12
18,04
15,12
15,78
Berusaha dibantu buruh tidak tetap
26,31
13,00
10,55
25,19
21,87
Berusaha dibantu buruh tetap
5,01
1,61
4,77
3,62
3,88
27,16
25,33
48,91
20,00
26,55
Pekerja bebas di pertanian
5,11
2,99
1,28
5,32
4,40
Pekerja bebas di non pertanian
8,57
1,47
7,54
5,81
6,20
Pekerja tak dibayar
11,23
41,47
8,91
24,84
21,31
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Buruh/karyawan
Total Sumber: Sakernas Agustus 2012
Dilihat dari status pekerjaannya (KILM 3), penduduk yang bekerja di Provinsi Lampung pada umumnya berstatus buruh/karyawan
(26,55 persen), atau berstatus
sebagai pekerja keluarga (21,31 persen), dan berstatus berusaha dbantu buruh tidak tetap (21,87 persen). Penduduk yang bekerja dengan status sebagai berusaha dibantu buruh tetap atau pengusaha (employer) hanya sebesar 3,88 persen. Kondisi ini memperlihatkan masih tingginya persentase penduduk yang bekerja di sektor informal, yang umumnya tidak
memerlukan
pendidikan
tinggi
maupun
keahlian
khusus.
Hal
yang
memprihatinkan adalah masih tingginya persentase penduduk perempuan yang bekerja sebagai pekerja tak dibayar, dimana proporsinya mencapai 41,47 persen. Dilihat dari jenis kelamin, pekerja perempuan nampaknya lebih mendominasi pekerjaan di sektor informal, dan sebaliknya untuk pekerjaan di sektor formal lebih didominasi oleh pekerja laki-laki. Komposisi seperti ini masih mengundang keprihatinan karena secara tidak langsung kesenjangan gender masih cukup terlihat di pasar tenaga kerja. Dilihat menurut daerah tempat tinggal, di daerah perkotaan 48,91 persen dari penduduk yang bekerja berstatus sebagai buruh/karyawan/pegawai dan 18,04 persen sebagai berusaha sendiri. Keadaan yang berbeda terjadi di pedesaan
24,84 persen
penduduk yang bekerja berstatus sebagai pekerja tak dibayar (pekerja keluarga), dan
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
39
25,19 persen berstatus sebagai berusaha dibantu buruh tidak tetap. Hal ini berkaitan dengan dominannya sektor pertanian di pedesaan, dan pada umumnya pekerja tak dibayar banyak terserap di sektor ini (lihat Tabel 5.3).
Buruh/Karyawan /Pegawai 21,68%
Pekerja Bebas 22,19%
Pekerja Keluarga/Tak Dibayar 7,54% Berusaha sendiri 2,35%
Berusaha dibantu buruh tetap/brh dibayar 27,98%
Berusaha dibantu buruh tidak tetap/brh tdk dibayar 18,26%
Gambar 5.2. Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Status Pekerjaan, 2012 Jika ditelaah lebih lanjut, didapatkan fakta bahwa terdapat kaitan antara jenjang pendidikan tertinggi yang ditamatkan dengan status pekerjaan utama. Penduduk yang bekerja sebagai buruh/karyawan sebagian besar mempunyai pendidikan yang lebih tinggi, sementara pekerja bebas dan pekerja tidak dibayar sebagian besar mempunyai tingkat pendidikan yang rendah. Lebih dari 82 persen penduduk berpendidikan diploma dan sarjana ke atas bekerja sebagai buruh/karyawan, sementara yang bekerja sebagai pekerja bebas dan pekerja tak dibayar dengan jenjang pendidikan yang sama jumlahnya tidak lebih dari 3,37 persen. Hal ini menunjukan adanya peran pendidikan dalam menentukan status pekerjaan utama. Sektor pekerjaan formal yang meliputi buruh dan berusaha dibantu buruh tetap merupakan sektor yang membutuhkan pendidikan, sementara sektor informal yang meliputi pekerja bebas, berusaha sendiri, berusaha dibantu buruh tidak dibayar dan pekerja keluarga tidak membutuhkan pendidikan yang tinggi. Persentase penduduk yang berusaha dibantu buruh tetap hampir sama untuk setiap jenjang pendidikan. Hal ini menunjukan bahwa penduduk yang berusaha dibantu buruh tetap tidak mempunyai kecenderungan pada tingkat pendidikan tertentu, padahal diharapkan penduduk yang mempunyai tingkat pendidikan tinggi dapat menciptakan lapangan usaha. Indikasi lain dari gejala tersebut adalah masih rendahnya jiwa
40
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
entrepreneur/kemandirian penduduk. Perluasan lapangan usaha menjadi sulit untuk ditingkatkan karena pengusaha kecil/rakyat yang dibantu pekerja tetap sebagai tempat penyerapan tenaga kerja mempunyai derajat pendidikan yang rendah. Tabel 5.6. Persentase Penduduk Provinsi Lampung yang Bekerja menurut Status Pekerjaan dan Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, 2012
Status Pekerjaan Utama
Tdk/Blm Sekolah
Tdk/Blm Tamat SD
SD
SLTP
SLTA
> SLTA
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
Berusaha sendiri
20,66
17,88
15,20
18,12
16,02
4,14
Berusaha dibantu buruh tidak tetap
33,73
32,33
26,23
18,35
15,46
5,72
Berusaha dibantu buruh tetap
1,86
2,76
2,85
4,11
4,77
4,01
Buruh/karyawan
7,28
11,63
15,40
21,02
41,24
82,77
Pekerja bebas di pertanian
6,35
6,50
6,22
4,78
1,31
0,00
Pekerja bebas di non pertanian
2,70
5,93
8,16
6,96
5,61
0,25
Pekerja tak dibayar
28,02
22,98
24,95
26,66
15,38
3,12
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Total Sumber : Sakernas Agustus 2012
Dalam pemilihan/penetapan suatu jenis pekerjaan, untuk pekerja perempuan tidak terlepas dari peran produktifnya, tanpa mempertimbangkan kemampuan perempuan itu sendiri. Dengan demikian sedikit sekali perempuan yang berkedudukan sebagai pengambil keputusan. Tabel berikut menunjukan bahwa persentase terbesar jenis pekerjaan utama penduduk Provinsi lampung tahun 2012 adalah sebagai tenaga usaha pertanian, yaitu 47,71 persen. Untuk pekerja tenaga usaha pertanian yang laki-laki berjumlah 49,82 persen sedangkan untuk perempuan berjumlah 43,49 persen. Hal ini sejalan dengan pola lapangan pekerjaan yang masih didominasi oleh sektor pertanian di wilayah Lampung. Urutan terbesar kedua adalah sebagai tenaga produksi, operator dan pekerja kasar yaitu sebesar 22,66 persen. Persentase pekerja laki-laki sebagai tenaga produksi jumlahnya mencapai 28,63 persen. Angka ini lebih dari dua kali lipat nilainya jika dibandingkan dengan persentase perempuan yang bekerja sebagai tenaga produksi yaitu sebesar 10,73 persen. Untuk daerah perkotaan persentase terbesar bekerja sebagai tenaga produksi Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
41
yaitu sebesar 28,56 persen. Selanjutnya, urutan terbesar kedua bekerja sebagai tenaga penjualan yaitu sebesar 29,22 persen. Sedangkan untuk daerah pedesaan persentase terbesar bekerja sebagai tenaga pertanian yaitu 58,44 persen dan terbesar kedua bekerja sebagai tenaga produksi, operator dan pekerja kasar yaitu sebesar 20,94 persen. Di Lampung, mereka yang bekerja sebagai tenaga kepemimpinan masih sangat kecil, yaitu hanya sebesar 0,44 persen. Proporsi kedua terbesar untuk laki-laki adalah mereka yang bekerja sebagai tenaga produksi (28,63 persen), sedangkan untuk perempuan adalah sebagai tenaga usaha penjualan (26,27 persen). Tabel 5.7. Persentase Penduduk Berusia 15 Tahun ke Atas yang Bekerja menurut Jenis Pekerjaan, Jenis Kelamin dan Kota-Desa, 2012 Jenis Pekerjaan Utama
Lakilaki
(1)
(2)
Tenaga Profesional Tenaga Kepemimpinan Dan Ketatalaksanaan Tenaga Pelaksana dan Tata Usaha Tenaga Penjualan Tenaga Usaha Jasa Tenaga Usaha Pertanian Tenaga Produksi, Operator dan Pekerja Kasar Lainnya Total
Perempuan (3)
Perkotaan Pedesaan (4)
(5)
Total (6)
3,68
10,40
12,24
4,07
5,92
0,58
0,18
0,91
0,31
0,44
2,65
3,93
9,44
1,21
3,07
11,48 2,52 49,82
26,27 4,84 43,49
29,22 6,82 11,07
12,66 2,26 58,44
16,41 3,29 47,71
28,63
10,73
28,56
30,94
22,66
0,65
0,16
1,74
0,12
0,49
100,00
100,00
100,00
100,00
100,00
Sumber : Sakernas Agustus 2011
Proporsi penduduk yang bekerja menurut jumlah jam kerja yang merupakan KILM ke-7 (Hours of Work) dan proporsi setengah pengangguran karena lama waktu bekerja kurang dari jumlah jam kerja normal (Time Related Underemployment) yang merupakan KILM ke-12 merupakan indikator-indikator yang juga dihasilkan dari Sakernas. Kedua indikator ini berguna untuk mengetahui proporsi penduduk bekerja yang dapat dikategorikan sebagai pekerja “murni” dan proporsi penduduk bekerja namun dikategorikan pengangguran karena jumlah jam kerjanya kurang dari jumlah jam kerja normal.
Pada umumnya penduduk Indonesia bekerja di atas jam kerja normal. Ini tercermin dari 58,61 persen penduduk bekerja 35 jam atau lebih dalam seminggu. Persentase
42
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
pengangguran kritis, yaitu mereka yang bekerja kurang dari 15 jam seminggu, sebesar 8,77 persen. Pada kelompok pengangguran kritis ini, proporsi perempuan dua kali lipat lebih banyak dibandingkan proporsi laki-laki. Lebih rendahnya jam kerja perempuan dibandingkan dengan jam kerja laki-laki menunjukan bahwa perempuan pada umumnya bekerja paruh waktu (part time). Terlihat dari besarnya persentase jumlah perempuan dengan jam kerja antara 15–34 yaitu, sebesar 30,36 persen. Hal tersebut kemungkinan disebabkan karena perempuan juga dituntut untuk berperan ganda yaitu mengurus rumah tangga disamping bekerja. Lain halnya dengan laki-laki, pada umumnya bekerja di luar urusan rumah tangga. Selain karena pengaruh budaya yang umumnya laki-laki masih merupakan tulang punggung rumah tangga dan pencari nafkah utama bagi rumah tangga, sehingga kemungkinan tersebut memengaruhi lebih tingginya jam kerja laki-laki. 100
80 64,07 60
50,55
40
32,55 25,83
20
12,12 4,79
4,00
6,10
0 0
1-14
Laki-laki
15-34
35+
Perempuan
Gambar 5.3. Persentase Penduduk yang Bekerja menurut Jumlah Jam Kerja dan Jenis Kelamin, 2012
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
43
44
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
PROFIL PENGANGGURAN
6
BAB VI
PROFIL PENGANGGURAN
Pengangguran atau Tuna Karya adalah istilah orang yang tidak bekerja sama sekali, sedang mencari kerja, atau seseorang yang sedang berusaha mendapatkan pekerjaan. Pengangguran umumnya terjadi karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Pengangguran di berbagai daerah masih merupakan masalah yang sulit diatasi. Pengangguran umumnya terjadi karena jumlah angkatan kerja tidak sebanding dengan jumlah lapangan pekerjaan yang mampu menyerapnya. Sebagai akibatnya timbul sejumlah pekerja yang tidak diberdayakan dalam kegiatan ekonomi. Pengangguran seringkali menjadi masalah dalam perekonomian karena dengan adanya pengangguran, produktivitas dan pendapatan masyarakat akan berkurang sehingga dapat menimbulkan kemiskinan dan masalah sosial lainnya.
Ketiadaan
pendapatan
menyebabkan
penganggur
harus
mengurangi
pengeluaran atau konsumsinya yang pada akhirnya akan mengakibatkan turunnya tingkat kualitas hidup atau kemakmuran dan kesejahteraan. Pengangguran yang berkepanjangan atau berlangsung lama juga dapat menimbulkan efek psikologis yang buruk bagi penganggur bahkan keluarganya. Dari sisi nasional, tingkat pengangguran yang terlalu tinggi dapat menyebabkan ketidakstabilan politik, keamanan dan sosial sehingga dapat mengganggu pertumbuhan dan pembangunan suatu negara. Akibat jangka panjangnya adalah menurunnya Produk Nasional Bruto dan pendapatan per kapita suatu negara. Pembangunan merupakan upaya perubahan struktural yang dimaksudkan untuk meningkatkan produktivitas dan menciptakan kesempatan kerja yang pada akhirnya akan meningkatkan pendapatan penduduk. Namun demikian tidak semua penduduk memiliki kesempatan yang sama untuk terlibat langsung dalam proses dan kegiatan
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
45
pembangunan, sehingga masih ada yang tertinggal dan tidak terangkat dari kemiskinan. Sementara, kemiskinan merupakan salah satu masalah yang timbul dalam pembangunan bersama-sama dengan pengangguran dan kesenjangan sosial, dan ketiganya saling terkait. Menurut para pakar pembangunan ekonomi, salah satu gejala pembangunan ekonomi yang pesat seperti Negara berkembang yang lebih mengutamakan proses industrialisasi yang pesat khususnya industrialisasi yang padat modal, adalah terjadinya peningkatan pengangguran, terutama di daerah perkotaan yang merupakan pusat sebagian besar industri yang baru didirikan. Masalah pengangguran terbuka pada umumnya adalah cirri khas dari angkatan kerja di daerah perkotaan. Pengangguran banyak dicirikan oleh perempuan, berusia muda, berpendidikan relatif tinggi, dan baru pertama kali mencari pekerjaan.
6.1. Tingkat Pengangguran Terbuka Dalam membahas pengangguran terbuka atau unemployment rate, untuk negara sedang berkembang seperti Indonesia, seyogyanya dilakukan dengan sangat hati-hati terhadap angka yang diperoleh. Hal ini perlu dikemukakan karena angka-angka tersebut sangat dipengaruhi oleh batasan atau definisi dari siapa sebenarnya yang dimasukkan dalam golongan pengangguran. Menyadari akan adanya kelemahan tersebut maka Turnham (1971) mengungkapkan beberapa kelemahan dalam pengukuran tingkat pengangguran terbuka antara lain: batasan waktu yang digunakan untuk menentukan apakah seseorang bekerja atau menganggur. Semakin pendek referensi waktu yang digunakan semakin kecil jumlah penduduk yang menganggur. Kelemahan lainnya adalah adanya pekerja yang sifatnya discouraged atau additional menyebabkan bias dalam laporan jumlah pengangguran. Kelemahan yang terakhir adalah pertanyaan-pertanyaan yang kurang jelas/kurang tepat dengan keadaan struktur pekerjaan dan keadaan daerah yang beraneka ragam. Dengan beberapa kelemahan tersebut maka dalam menganalisa jumlah pengangguran terbuka di negara sedang berkembang termasuk di Indonesia harus hati-hati. Walaupun jumlahnya belum dapat mendekati kenyataan, namun demikian pola dan ciri-ciri pengangguran terbuka dapat diketahui sebagai dasar pengambilan kebijaksanaan dalam menangani masalah pengangguran. Imbas dari terbatasnya perluasan kesempatan kerja, maka tidak semua angkatan kerja mendapat pekerjaan. Penduduk yang belum mendapat pekerjaan digolongkan ke dalam penduduk yang sedang mencari pekerjaan atau pengangguran terbuka. Indikator 46
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
yang biasa digunakan untuk mengukur pengangguran adalah TPT. TPT memberikan gambaran indikasi besarnya angkatan kerja yang termasuk pengangguran. Secara umum angka pengangguran penduduk Provinsi Lampung menunjukan angka yang fluktuatif khususnya dalam kurun waktu empat tahun terakhir (lihat Tabel 6.1). Dalam satu tahun terakhir angka pengangguran yang menggunakan TPT mengalami penurunan dari 5,8 persen pada tahun 2011
menjadi sekitar 5,2 persen pada tahun 2012. Secara umum
terlihat pergerakan angka pengangguran di Provinsi Lampung antara tahun 2004–2012 pada tiga tahun awal mengalami kenaikan dan empat tahun terakhir ini terus mengalami penurunan meskipun pada tahun terakhr kembali mengalami kenaikan. TPT yang cukup tinggi pada tahun 2006 tersebut diduga kuat sebagai dampak dari kebijakan kenaikan harga BBM oleh pemerintah pada 1 Oktober 2005. Kebijakan ini menimbulkan efek domino pada semua sektor ekonomi, dan pada akhirnya menyebabkan peningkatan pengangguran. Namun setelah berjalan satu atau dua tahun kemudian, kembali dunia pasar tenaga kerja sedikit demi sedikit mampu menyerap sebagian angkatan kerja. Penyesuaian ini terlihat pada tahun 2007, TPT kembali mengalami penurunan sebagai akibat mulai bergairahnya iklim usaha atau berkembangnya pasar tenaga kerja. Pada tabel berikut juga dapat terlihat bahwa kelompok pengangguran ini didominasi oleh kaum perempuan dibanding laki-laki. Tabel 6.1. Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Jenis Kelamin, 2004-2012 Tahun
Laki-laki
Perempuan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
2004
6,9
8,3
7,4
2005
5,8
13,4
8,5
2006
7,3
12,6
9,1
2007
5,1
12,0
7,6
2008
5,4
10,3
7,2
2009
5,3
9,0
6,6
2010
3,8
8,9
5,6
2011
4,1
9,1
5,8
2012
3,6
8,2
5,2
Sumber: Sakernas 2004–2006, Sakernas Agustus 2007-2012
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
47
16 13,4
14
12,6
12
12
10,3
10
8,5
8,3 7,4
8 6
9,1
9 7,6
7,2
8,9
9,1
5,6
5,8
3,8
4,1
2010
2011
8,2
6,6
7,3
6,9
5,8
4
5,1
5,4
5,2
5,3
2
3,6
0 2004
2005
2006
Laki-laki
2007
2008
2009
Perempuan
2012
Total
Gambar 6.1. Tren TPT menurut Jenis Kelamin, 2004-2012 Tabel 6.2. Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin, 2012 Kabupaten/Kota (1)
Jenis Kelamin Laki-laki Perempuan (2)
(3)
Jumlah (4)
Lampung Barat
0,93
4,16
2,29
Tanggamus
2,30
4,86
3,23
Lampung Selatan
3,56
11,48
6,07
Lampung Timur
2,26
3,94
2,85
Lampung Tengah
1,60
4,57
2,69
Lampung Utara
6,08
12,31
8,18
Way Kanan
1,92
6,75
3,45
Tulang Bawang
4,12
8,98
5,70
Pesawaran
5,08
10,93
6,79
Pringsewu
3,55
11,34
5,97
Mesuji
4,94
3,22
4,43
Tulang Bawang Barat
1,27
3,52
1,98
Bandar Lampung
9,02
17,78
12,03
Metro
5,83
20,03
13,36
Lampung
3,59
8,22
5,18
Sumber : Sakernas Agustus 2012
48
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
Bila dilihat menurut wilayah (lihat Tabel 6.2), maka TPT tertinggi terdapat di Kota Bandar Lampung (12,03 persen) dan Kota Metro (11,36 persen). Sedangkan TPT terendah terdapat di Kabupaten Tulang Bawang Barat (1,98 persen), Kabupaten Lampung Barat (2,29 persen) dan Kabupaten Lampung Tengah (2,69 persen) Banyaknya pencari kerja yang belum terserap menyebabkan tingginya angka pengangguran di Kota Metro. Pada Tabel 6.2 juga terlihat bahwa penduduk perempuan ternyata lebih tinggi tingkat penganggurannya dibandingkan penduduk laki-laki. 25,0 20,03
20,0
17,78
15,0
12,31
11,48
10,93 11,34
10,0 5,0
9,02
8,98
4,16
6,08
4,86 3,56 2,30
3,94 2,26
0,93
6,75
4,57 1,60
4,12
5,08 3,55
1,92
4,94 3,22
5,83 3,52 1,27
0,0
Laki-laki
Perempuan
Gambar 6.2. TPT menurut Kabupaten/Kota dan Jenis Kelamin, 2012
6.2. TPT menurut Pendidikan Kualitas mutu dan kompetensi sumber daya manusia dalam pasar tenaga kerja dapat ditingkatkan melalui sarana pendidikan. Semakin tinggi tingkat pendidikan seseorang yang termasuk angkatan kerja akan memengaruhi dan menngkatkan tingkat produktivitas dalam pekerjaannya. Untuk itu analisis pengangguran menurut tingkat pendidikan dapat digunakan sebagai indikator ketidakmampuan pasar tenaga kerja memanfaatkan supply angkatan kerja. Pendidikan merupakan salah satu faktor yang memengaruhi angka pengangguran. Secara umum kesempatan bekerja akan lebih besar diperoleh mereka yang berpendidikan lebih tinggi, tetapi bila tingkat pendidikan seseorang tidak sama dengan kebutuhan di lapangan, maka setidaknya kondisi tersebut akan menjadi kendala bagi seseorang untuk mendapatkan pekerjaan, dan pada akhirnya akan timbul pengangguran di antara mereka yang sebenarnya mempunyai tingkat pendidikan tinggi.
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
49
Tingkat pengangguran terdidik merupakan indikator dari besarnya jumlah dan persentase pengangguran yang memiliki tingkat pendidikan cukup tinggi di suatu wilayah. Indikator ini mampu menggambarkan perbandingan jumlah pencari kerja yang berpendidikan tingkat atas (SLTA) dan yang setara ditambah dengan yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi (perguruan tinggi/universitas), yang dianggap kelompok terdidik, terhadap besarnya angkatan kerja pada kelompok tersebut. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut. Secara absolut, jumlah penganggur di Lampung terdistribusi di semua jenjang pendidikan. Tingkat pengangguran tertinggi berada pada mereka yang berpendidikan tamat SLTA (11,23 persen). Pengangguran juga tinggi pada mereka yang sebagian besar menyelesaikan pendidikan SMA Kejuruan (8,04 persen). Mereka yang menamatkan pendidikan universitas juga memliki angka pengangguran yang tinggi yaitu 5,12 persen. Masih sedikitnya lapangan pekerjaan formal yang membutuhkan spesifikasi pendidikan khusus, ternyata menjadi salah satu penyebab tingkat pengangguran di Provinsi Lampung. Tabel 6.3. Tingkat Pengangguran Terbuka menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan, Jenis Kelamin dan Kota-Desa, 2012 Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan
Laki-laki
Perempuan
Perkotaan
Pedesaan
Total
(1)
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Tidak/belum sekolah Tidak/Belum tamat SD SD SMP SMA Umum
0,00 2,08 1,79 3,25 6,98
1,17 2,22 6,18 9,94 20,25
2,41 10,05 11,95 13,96 16,39
0,50 1,02 1,80 3,17 7,53
0,66 2,13 3,24 5,25 11,23
SMA Kejuruan Diploma I/II/III Universitas
6,83 3,34 5,14
11,29 6,58 5,09
8,25 8,70 4,93
7,91 0,98 5,45
8,04 5,01 5,12
Total
4,07
8,22
11,71
3,08
5,18
Sumber: Sakernas Agustus 2012
Pada tabel 6.3 terlihat tingkat pengangguran terbuka terendah berasal dari kelompok mereka yang berpendidikan tidak lebih dari SD yaitu (0,66 persen). Jika dilihat menurut jenis kelamin, nampak jelas bahwa tingkat pengangguran perempuan jauh lebih tinggi dibandingkan pengangguran pada laki-laki. Tingkat pengangguran terbuka tertinggi penduduk laki-laki berada pada mereka dengan pendidikan yang ditamatkan adalah SMA umum, yaitu 6,98 persen. Sedangkan tingkat pengangguran terendah justru berada pada tingkat pendidikan Tidak atau belum sekolah 50
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
yaitu nol persen. Hal ini disebabkan karena banyaknya lapangan pekerjaan informal yang tersedia di Provinsi Lampung tidak terlalu mengharuskan jenjang pendidikan tinggi dan keahlian khusus untuk menggelutinya. Fenomena yang hampir serupa juga terlihat pada tingkat pengangguran penduduk perempuan. Tingkat pengangguran tertinggi berada pada mereka yang berpendidikan hingga SMA umum yaitu sebesar 20,2 persen. Jenjang pendidikan yang mereka tempuh umumnya tidak berorientasi pada peningkatan kelebihan (skill) khusus
sehingga membuat daya entrepeneur mereka kurang tergali
dengan baik. Hal ini berimbas pada mereka yang memiliki tingkat pendidikan rendah lebih mudah dalam hal memiliki pekerjaan yang sifatnya jauh lebih informal. 25,0 20,25 20,0
15,0 11,29
9,94 10,0
6,98
6,18 5,0 0
1,17
2,082,22
6,83
6,58
5,145,09
3,34
3,25 1,79
0,0 Tidak/blm Tidak/blm sekolah tamat SD
SD
SMP
Laki-laki
SMA Umum
SMA Kejuruan
Diploma Universitas I/II/III
Perempuan
Gambar 6.3. TPT menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Jenis Kelamin, 2012 Jika dilihat menurut tipikal daerah tempat tinggal, secara umum terlihat bahwa tingkat pengangguran terbuka di wilayah perkotaan jauh lebih tinggi daripada di wilayah pedesaan. Besarannya yang mencapai hampir dua kali lipat pengangguran di wilayah pedesaan tentu menjadi problematika tersendiri bagi masyarakat perkotaan. Di perkotaan ternyata tingkat pengangguran tertinggi tetap dipegang oleh mereka yang menamatkan pendidikan SMA umum (16,39 persen). Sedangkan di wilayah pedesaan tingkat pengangguran tertinggi berada pada mereka yang menamatkan pendidikan SMA Kejuruan yaitu 7,91 persen.
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
51
18,0
16,39
16,0
13,96
14,0
11,95
12,0
10,05
10,0 7,53
8,0
8,257,91
8,70 4,935,45
6,0
4,0 2,0
3,17
2,41 0,50
1,02
1,80
0,98
0,0 Tidak/blm Tidak/blm sekolah tamat SD
SD
SMP
Kota
SMA Umum
SMA Kejuruan
Diploma Universitas I/II/III
Desa
Gambar 6.4. TPT menurut Pendidikan Tertinggi yang Ditamatkan dan Kota-Desa, 2012
52
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
DAFTAR PUSTAKA
1. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2010. Keadaan Angkatan Kerja Provinsi Lampung 2010. BPS Provinsi Lampung 2. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2010. Keadaan Angkatan Kerja Provinsi Lampung 2009. BPS Provinsi Lampung 3. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2009. Keadaan Angkatan Kerja di Provinsi Lampung Agustus 2008. BPS Provinsi Lampung. 4. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2009. Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2008. BPS Provinsi Lampung. 5. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2010. Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2009. BPS Provinsi Lampung. 6. Badan Pusat Statistik Provinsi Lampung, 2010. Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2010. BPS Provinsi Lampung. 7. Badan Pusat Statistik, 2008. Analisis Perkembangan Statistik Ketenagakerjaan. BPS RI. 8. Badan Pusat Statistik, 2004. Indikator Ketenagakerjaan Februari 2004. BPS RI. 9. Badan Pusat Statistik, 1984. Analisis Ketenagakerjaan di Indonesia. BPS RI.
Indikator Tenaga Kerja Provinsi Lampung Tahun 2012
53
DATA MENCERDASKAN BANGSA
BADANPUSATSTATISTIKPROVINSILAMPUNG Jl.BasukiRahmatNo.54-BandarLampung Telp:(0721)482909Fax:(0721)484329 homepage:lampung.bps.go.id Email:
[email protected]