Katalog BPS : 1101002.34
o. id
INDEKS TENDENSI KONSUMEN 2014
ht
tp :// y
og
ya
ka
rt a.
bp
s. g
Daerah Istimewa Yogyakarta
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
og
tp :// y
ht
.id
go
s.
bp
rt a.
ka
ya
INDEKS TENDENSI KONSUMEN 2014
ht
tp :// y
og
ya
ka
rt a.
bp
s.
go
.id
Daerah Istimewa Yogyakarta
BADAN PUSAT STATISTIK PROVINSI DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA
INDEKS TENDENSI KONSUMEN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2014
:
No. Publikasi
: 34553.15.02
Katalog BPS
: 9202001.34
Ukuran Buku
: 18,2 cm X 25,7 cm
Jumlah halaman
: 70
bp
s.
go
.id
ISBN
ya
ka
Bidang Neraca Wilayah dan Analisis
rt a.
Naskah :
og
Gambar Kulit :
ht
tp :// y
Bidang Neraca Wilayah dan Analisis
Diterbitkan oleh :
Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Boleh dikutip dengan menyebut sumbernya
INDEKS TENDENSI KONSUMEN DAERAH ISTIMEWA YOGYAKARTA 2014
go
.id
Tim Penyusun
: Y. Bambang Kristianto, MA
Editor
: 1. Mainil Asni, SE, ME
ya
ka
rt a.
bp
s.
Penanggung Jawab/Pengarah
: 1. Waluyo, SST, SE, M.Si.
tp :// y
2. Gita Oktavia, S.Si
Pengolah Data/Tabel
: Waluyo, SST, SE, M.Si.
ht
og
Penulis
2. Mutijo, S.Si, M.Si
Design Cover dan Layout
: Waluyo, SST, SE, M.Si.
.id go s. bp rt a.
ht
tp :// y
og
ya
ka
Halaman ini sengaja dikosongkan
KATA PENGANTAR
Informasi dini yang terkait dengan persepsi pelaku konsumsi terhadap situasi perekonomian menjadi kebutuhan yang sangat penting bagi semua pihak. Informasi dini tersebut sangat diperlukan oleh pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat karena mampu memberikan sinyal awal mengenai perkiraan kondisi perekonomian jangka pendek selama beberapa bulan mendatang.
.id
Sejak tahun 2011, Badan Pusat Statistik telah mengembangkan Sistem
go
Pemantauan Indikator Dini sampai dengan level provinsi. Salah satu dari
s.
indikator tersebut adalah Indeks Tendensi Konsumen yang dihitung secara
bp
triwulanan. Indeks Tendensi Konsumen dihitung berdasarkan hasil Survei
rt a.
Tendensi Konsumen (STK) yang dilakukan secara berkala setiap triwulan. Publikasi Indeks Tendensi Konsumen Tahun 2014 merupakan publikasi
ka
keempat yang memuat persepsi konsumen terhadap kondisi perekonomian di
ya
DIY secara triwulanan selama tahun 2014.
og
Ungkapan penghargaan dan terima kasih disampaikan kepada semua
tp :// y
pihak yang telah memberikan kontribusi dalam penyusunan publikasi ini. Mudah-mudahan penerbitan publikasi ini bisa memberi manfaat. Kritik dan
ht
saran sangat diperlukan bagi penyempurnaan publikasi di masa mendatang.
Bantul,
Maret 2015
Badan Pusat Statistik Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta Kepala,
Y. Bambang Kristianto, MA
.id go s. bp rt a. ka
ht
tp :// y
og
ya
Halaman ini sengaja dikosongkan
DAFTAR ISI v
DAFTAR ISI ...................................................................................................
vii
DAFTAR TABEL .............................................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ........................................................................................
xi
BAB I PENDAHULUAN ...............................................................................
1
1.1. Latar Belakang ..........................................................................
3
1.2. Tujuan ...........................................................................................
4
.id
KATA PENGANTAR ........................................................................................
go
1.3. Cakupan Penelitian ........................................................................
s.
1.4. Sistematika Penulisan ..................................................................
5
7 9
2.2. Indeks Sentimen Konsumen (Consumer Sentiment Index) .......
11
2.3. Indeks Kepercayaan Konsumen (Consumer Confidence Index)..
12
2.4. Survei Konsumen (Bank Indonesia) ..........................................
13
BAB III METODOLOGI PENGHITUNGAN ......................................................
15
3.1. Mekanisme Penghitungan Indeks ...............................................
19
tp :// y
og
ya
ka
2.1. Perkembangan Survei Konsumen ...............................................
rt a.
bp
BAB II KAJIAN LITERATUR ..........................................................................
4
26
BAB IV HASIL PENGHITUNGAN INDEKS TENDENSI KONSUMEN ...............
29
ht
3.2. Intepretasi Indeks Komposit IIK dan IIM .....................................
4.1. Profil Rumah Tangga Tahun 2012 ................................................
31
4.2. Perkembangan Nilai ITK sampai Triwulan IV-2014 ....................
37
4.3. Nilai ITK Tahun 2014 Berdasarkan Variabel Pembentuknya .....
40
4.4. Perbandingan Pola Perkembangan ITK dengan Pertumbuhan PDRB DIY .......................................................................................
45
4.5. Perbandingan ITK Provinsi se-Jawa dan Nasional ......................
46
BAB V KESIMPULAN ....................................................................................
49
LAMPIRAN ...................................................................................................
53
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
vii
.id go s. bp rt a. ka
ht
tp :// y
og
ya
Halaman ini sengaja dikosongkan
og
tp :// y
ht
.id
go
s.
bp
rt a.
ka
ya
.id go s. bp rt a.
ht
tp :// y
og
ya
ka
Halaman ini sengaja dikosongkan
1.1. Latar Belakang Informasi dini mengenai kondisi perekonomian regional terkini sangat diperlukan oleh berbagai pihak, baik pemerintah maupun dunia usaha. Pemerintah memerlukan informasi tersebut sebagai bahan perencanaan, sedangkan dunia usaha menggunakannya untuk keperluan investasi atau ekspansi pasar. Ketersediaan data atau informasi dini sangat memungkinkan berbagai pihak untuk mengambil langkah-langkah yang diperlukan dalam mengantisipasi dan mengatasi perubahan keadaan supaya tidak menimbulkan
go
.id
kerugian.
Sejak tahun 1980-an, Badan Pusat Statistik (BPS) telah mengembangkan
bp
s.
berbagai macam indikator yang berkaitan dengan sistem peringatan dini.
rt a.
Salah satu di antaranya adalah Indeks Indikator Pendahuluan (Index of Leading Indicator). Di samping Indeks Indikator Pendahuluan, sejak tahun
ka
1995 BPS juga telah mengembangkan dua macam indikator dini (prompt
ya
indicator) yang saling melengkapi. Kedua indikator tersebut adalah Indeks
og
Tendensi Bisnis (ITB) yang berkaitan dengan perkembangan kegiatan bisnis
tp :// y
dari sisi produsen dan Indeks Tendensi Konsumen (ITK) yang menggambarkan persepsi dan kondisi konsumen. ITB dan ITK digunakan untuk mengetahui
ht
gambaran mengenai kondisi bisnis dan perekonomian di Indonesia dalam jangka pendek (triwulanan). Pada level provinsi, penghitungan masih dilakukan secara terbatas untuk menghitung indikator yang berkaitan dengan kondisi konsumen atau ITK. Sementara, penghitungan ITB atau situasi bisnis dari sisi produsen masih dilakukan secara terbatas di tiga provinsi. Penghitungan ITK di level provinsi mulai dilakukan sejak Triwulan I tahun 2011. Sebagai perwakilan BPS Republik Indonesia di Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY), BPS Provinsi DIY secara berkala juga telah melakukan penghitungan nilai ITK. Pengumpulan data Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
3
pokok yang digunakan dalam penghitungan ITK dilakukan melalui Survei Tendensi Konsumen (STK) yang waktu pengumpulan datanya dilakukan secara berkala setiap triwulan (tiga bulan sekali).
Sementara, penyajian hasil
penghitungan ITK triwulanan telah dipublikasikan ke berbagai kalangan termasuk media massa melalui kegiatan “press release” triwulanan yang bersamaan waktunya dengan publikasi Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) triwulanan DIY.
.id
1.2. Tujuan
go
Tujuan penyusunan Publikasi ITK adalah:
s.
1. Memberikan informasi dini mengenai perkembangan perekonomian dari
bp
sisi konsumen dan gambaran mengenai derajat optimisme konsumen pada
rt a.
triwulan berjalan.
ka
2. Memberikan perkiraan kondisi optimisme konsumen (ekspektasi) pada
og
1.3. Cakupan Penelitian
ya
triwulan mendatang.
tp :// y
Data untuk penghitungan ITK bersumber dari hasil Survei Tendensi Konsumen (STK) yang dilakukan secara triwulanan (tiga bulanan). Pada
ht
periode 1995-1998, pengumpulan data dilakukan dalam 3 putaran setiap tahun yakni pada bulan Juli, Oktober, dan Desember. Sejak tahun 1999, pengumpulan data masih dilakukan secara triwulanan sebanyak 4 putaran yang dilaksanakan pada bulan April, Juli, Oktober, dan Januari setiap tahun. Unit pencacahan dalam Survei Tendensi Konsumen adalah rumah tangga yang termasuk dalam kelas pendapatan menengah ke atas di wilayah perkotaan. Jumlah sampel tiap putaran sebanyak 1.000-1.500 rumah tangga. Pelaksanaan Survei Tendensi Konsumen sampai tahun 2011 hanya dilakukan di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi (Jabodetabek). 4
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
Mulai triwulan I tahun 2011 cakupan pelaksanaan STK diperluas di seluruh wilayah provinsi di Indonesia dan jumlah sampel rumah tangganya juga mengalami peningkatan secara signifikan. Pada tahun 2012, jumlah sampel secara nasional mencapai 14.232 rumah tangga dan 440 rumah tangga diantaranya merupakan sampel rumah tangga STK di wilayah DIY. Sementara, jumlah sampel rumah tangga sasaran STK DIY pada tahun 2014 sebanyak 400 rumah tangga dan tersebar di lima kabupaten/kota di DIY terutama di Kabupaten Sleman dan Kota Yogyakarta. Sampel rumah tangga
go
(Sakernas) 2014 khususnya di daerah perkotaan.
.id
STK tersebut merupakan sub-sampel dari Survei Angkatan Kerja Nasional
bp
s.
Pemilihan sampel rumah tangga dilakukan secara panel antartriwulan
rt a.
untuk memperoleh gambaran yang lebih akurat mengenai perubahan persepsi konsumen antarwaktu. Dengan adanya perluasan sampel, maka nilai
ka
ITK juga dapat disajikan sampai level provinsi. Upaya ini diharapkan mampu
ya
memenuhi ragam kebutuhan data yang semakin bervariasi hingga tingkat
og
regional (spasial antarprovinsi).
tp :// y
1.4. Sistematika Penulisan
Sistematika penulisan buku ini dibagi menjadi lima bab sebagai berikut: Bab I Pendahuluan, yang terdiri dari Latar Belakang, Tujuan, Cakupan
ht
1.
Penelitian, dan Sistematika Penulisan. 2.
Bab II Kajian Literatur, menyajikan berbagai penelitian yang pernah dilakukan mengenai Indeks Tendensi Konsumen.
3.
Bab III Metodologi Penghitungan Indeks Tendensi Konsumen, menyajikan prosedur penghitungan dan interpretasi hasil penghitungan Indeks Tendensi Konsumen.
4.
Bab IV Hasil Penghitungan Indeks Tendensi Konsumen, menyajikan hasil penghitungan dan perkembangannya ITK selama tahun 2014.
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
5
5.
Bab V Kesimpulan, menyajikan ringkasan indikator dini perekonomian secara umum dilihat dari kondisi ekonomi rumah tangga (sisi konsumen)
ht
tp :// y
og
ya
ka
rt a.
bp
s.
go
.id
selama tahun 2014.
6
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
og
tp :// y
ht
.id
go
s.
bp
rt a.
ka
ya
.id go s. bp rt a.
ht
tp :// y
og
ya
ka
Halaman ini sengaja dikosongkan
2.1. Perkembangan Survei Konsumen Kepercayaan konsumen (consumer confidence) maupun sentimen konsumen (consumer sentiment) menjadi istilah yang cukup populer dan sering dikutip oleh pejabat pemerintah, media masa serta konsumen sendiri untuk menggambarkan kondisi perekonomian nasional secara umum. Pengukuran kepercayaan maupun sentimen konsumen mulai diperkenalkan sejak era 1940-an oleh George Katona dari Universitas Michigan Amerika
.id
Serikat sebagai sarana untuk memasukkan harapan/ekspektasi dari konsumen
go
dalam model pengeluaran/konsumsi dan perilaku menabung.
s.
Katona menyatakan bahwa konsumsi atau belanja konsumen
untuk
membeli.
Kemampuan
direpresentasikan
oleh
rt a.
(wellingness)
bp
tergantung pada dua hal, yakni kemampuan (ability) dan kemauan
pendapatan dan aset yang dimiliki oleh konsumen pada saat ini, sementara
ka
kemauan menggambarkan penilaian konsumen mengenai prospek pekerjaan
ya
dan pendapatan yang akan diterimanya pada masa yang akan datang (Curtin,
og
2002). Ketika konsumen merasa optimis maka mereka akan meningkatkan
tp :// y
pengeluaran untuk berbelanja dan pada saat pesimis maka mereka akan mengurangi pengeluaran belanja dan meningkatkan tabungan sebagai bentuk
ht
antisipasi terhadap kondisi yang tidak diinginkan. Penelitian mengenai persepsi maupun ekspektasi konsumen terhadap situasi perekonomian terkini dilakukan melalui pendekatan survei konsumen (surveys of consumers). Pusat penelitian survei di Universitas Michigan Amerika Serikat merilis survei konsumen pertama kali pada tahun 1946 yang menekankan pada aspek pengaruh penting pengeluaran konsumen dan pengambilan keputusan dalam konsumsi terhadap arah perekonomian nasional.
Ukuran yang dihasilkan dari survei tersebut disebut indeks
ekspektasi konsumen.
Indeks ini terbukti menjadi indikator yang cukup
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
9
akurat yang mampu menentukan masa depan perekonomian Amerika Serikat, sehingga dimasukkan dalam kelompok indeks komposit indikator dini (Composite Index of Leading Indicator) yang diterbitkan secara rutin oleh Departemen Perdagangan Amerika Serikat. Hal yang menjadi pertimbangan utama adalah kemampuan dari indikator tersebut dalam menangkap atau merangkum fenomena maupun meramalkan perubahan yang terjadi dalam perekonomian nasional. Ada
.id
enam karakteristik penting agar sebuah indikator dapat dimasukkan ke dalam indeks komposit indikator dini, yakni: signifikansi ekonomi, kecukupan
go
statistik, konsisten dengan waktu dalam siklus bisnis antara puncak dan
bp
s.
resesi, kesesuaian dengan ekspansi dan kontraksi, smoothness, dan up to
rt a.
date. Sangat jarang sebuah indikator yang dihasilkan dari survei lainnya yang mampu memenuhi kriteria yang sangat ketat ini.
ka
Secara umum indeks ekspektasi konsumen fokus pada tiga bidang
ya
pokok, bagaimana konsumen melihat prospek keuangan mereka sendiri;
og
bagaimana mereka melihat prospek ekonomi secara keseluruhan dalam
tp :// y
jangka pendek; dan pandangan konsumen terhadap perekonomian dalam jangka panjang. Survei dilaksanakan secara periodik setiap bulan dan secara
ht
statistik dirancang untuk mewakili rumah tangga di seluruh wilayah Amerika Serikat. Metode pengumpulan data dilakukan dengan wawancara melalui telepon. Kuesioner yang digunakan dalam wawancara mencakup beberapa item pertanyaan terkait dengan sentimen/tendensi konsumen pribadi yakni keuangan pribadi, persepsi tentang situasi/kondisi bisnis secara umum dan kondisi konsumsi/pengeluaran untuk pembelian barang dan jasa. Beberapa item pertanyaan tersebut dalam perkembangannya dijadikan sebagai dasar dalam penyusunan Indeks Kepercayaan Konsumen (Consumers Confidence Index) dan Indeks Sentimen Konsumen (Consumer Sentiment Index). 10
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
2.2. Indeks Sentimen Konsumen (Consumer Sentiment Index) Indeks Sentimen Konsumen (Consumer Sentiment Index = CSI) dihitung melalui pendekatan Survei Sentimen Konsumen yang dilakukan setiap bulan. Tujuan utama penyusunan indeks ini adalah untuk kepentingan investasi. Indeks Sentimen Konsumen disusun sebagai pembanding dari Purchasing Managers Index (PMI) atau Indeks Pembelanjaan Perusahaan yang memantau kondisi bisnis khususnya dari sisi pasar bursa. Nilai indeks PMI diinterpretasikan
sebagai
berikut:
jika
nilai
indeks
di
bawah
50
.id
mengindikasikan kondisi perekonomian mengalami kontraksi, sedangkan nilai
go
indeks di atas 50 menandakan kondisi perekonomian dalam ekspansi.
bp
s.
Variabel-variabel yang digunakan untuk menyusun PMI antara lain:
rt a.
belanja perusahaan terhadap saham, pembelian barang tahan lama dan total penjualan kendaraan mobil. Dua variabel terakhir menunjukkan bahwa
Akibatnya, suplai barang dari produsen juga
ya
tahan lama dan mobil.
ka
semakin tinggi volumenya, semakin tinggi pula permintaan terhadap barang
og
meningkat yang tentunya akan memberikan dampak pada peningkatan
tp :// y
kesempatan kerja. Di lain pihak, permintaan terhadap barang tahan lama dan kendaraan juga merupakan gambaran dari konsumsi rumah tangga.
ht
Pada dasarnya PMI merupakan ukuran kuantitatif, sementara CSI merupakan ukuran kualitatif. Secara kualitatif, informasi dari pengusaha mengenai belanja barang dan jasa perusahaan seperti iklan dan jasa konsultan dapat memberikan gambaran mengenai tingkat sentimen perusahaan terhadap bisnisnya.
Hal ini sejalan dengan sikap konsumen
terhadap konsumsi rumah tangga. Peningkatan konsumsi rumah tangga akan mendorong pertumbuhan ekonomi. Sebagaimana diketahui bahwa konsumsi rumah tangga domestik menjadi salah satu faktor pendorong dalam memperkuat fundamental ekonomi, meskipun dalam perekonomian yang Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
11
lebih luas dan terbuka, konsumsi domestik bukan satu-satunya faktor pendorong karena adanya kegiatan ekspor dan impor.
2.3. Indeks Kepercayaan Konsumen (Consumer Confidence Index) Consumer Confidence Index (CCI) atau Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) diperkenalkan oleh The Conference Board sejak tahun 1985 melalui Survei Kepercayaan Konsumen. IKK ditentukan berdasarkan tingkat optimisme konsumen terhadap kondisi perekonomian, yang disajikan dalam
.id
bentuk indeks yang secara normatif ditentukan dalam nilai 100. Nilai indeks
go
ini merupakan proporsi dari pendapat konsumen mengenai kondisi saat ini
s.
dengan bobot sebesar 40 persen dan kondisi mendatang dengan bobot
dari
indeks
ini
adalah
rt a.
Interpretasi
bp
sebesar 60 persen.
apabila
IKK
meningkat
ka
mengindikasikan konsumsi/belanja konsumen juga meningkat. Akibatnya,
oleh
meningkatnya
permintaan.
Dampak
lain
adalah
og
disebabkan
ya
dari sisi penawaran perusahaan akan meningkatkan produksinya yang
meningkatnya konsumsi rumah tangga sehingga tingkat permintaan kredit ke
tp :// y
Bank meningkat. Dengan demikian pemerintah dapat mengantisipasi akan adanya kenaikan pajak pendapatan yang diperoleh dari naiknya konsumsi
ht
rumah tangga. Sebaliknya bila IKK menurun, maka konsumsi rumah tangga juga menurun yang berarti permintaan terhadap produk juga menurun. Hal ini akan mengakibatkan turunnya suplai dari perusahaan baik dari sektor industri manufaktur, konstruksi, dan lain-lain. Kondisi ini akan mengakibatkan kondisi perekonomian mengalami kontraksi. Survei Kepercayaan Konsumen dilakukan setiap bulan dengan jumlah responden sekitar 5.000 rumah tangga. Variabel yang dicakup pada kuesioner survei ini antara lain: 12
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
1. Kondisi bisnis saat ini 2. Kondisi bisnis 6 (enam) bulan mendatang 3. Kondisi lapangan pekerjaan saat ini 4. Kondisi lapangan pekerjaan 6 (enam) bulan mendatang 5. Jumlah pendapatan seluruh anggota keluarga selama 6 bulan mendatang Setiap variabel di atas mempunyai jawaban positif (meningkat) dan negatif (menurun). Jawaban meningkat diberi skor “1” dan menurun diberi
.id
skor “0”. Untuk penghitungan nilai indeks masing-masing variabel digunakan rumus Diffussion Index. Besarnya indeks menunjukkan tingkat kepercayaan
go
konsumen terhadap kondisi perekonomian pada periode tertentu terhadap
bp
s.
periode pembandingnya. Apabila pertumbuhan indeks kurang dari 5 persen,
rt a.
maka kepercayaan konsumen cenderung tetap atau stagnant, tetapi bila pertumbuhan lebih dari 5 persen maka kepercayaan konsumen meningkat
ka
dibanding periode pembandingnya.
ya
Indeks Kepercayaan Konsumen yang disusun oleh The Conference Board
og
dibagi menjadi dua macam indeks, yaitu Indeks Kepercayaan Konsumen Kini
tp :// y
(Current Consumer Confidence Index) dan Indeks Kepercayaan Konsumen Mendatang (Future Consumer Confidence Index). Indeks Kepercayaan
ht
Konsumen Kini merupakan komposit dari dua variabel, yaitu kondisi bisnis saat ini dan kondisi lapangan pekerjaan saat ini. Sedangkan Indeks Kepercayaan Konsumen mendatang merupakan komposit dari tiga variabel: kondisi bisnis 6 bulan mendatang, kondisi lapangan pekerjaan 6 bulan mendatang dan jumlah pendapatan seluruh anggota keluarga selama 6 bulan mendatang.
2.4. Survei Konsumen (Bank Indonesia) Bank Indonesia juga melakukan survei sejenis yang dinamakan Survei Konsumen. Survei ini dilakukan setiap bulan terhadap 4.600 rumah tangga di Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
13
18 kota besar, yaitu: Jakarta, Bandung, Semarang, Surabaya, Medan, Makassar, Bandar Lampung, Palembang, Banjarmasin, Padang, Pontianak, Samarinda, Manado, Denpasar, Mataram, Pangkal Pinang, Ambon dan Banten. Survei ini dilakukan sejak tahun 1999 dan menghasilkan suatu ukuran yaitu Indeks Keyakinan Konsumen. Indeks Keyakinan Konsumen dihitung dengan menggunakan metode Balance Score (SB-net balance + 100), yaitu dengan menjumlahkan hasil dari Interpretasi dari IKK, adalah jika
.id
Metode SB-net balance ditambah 100.
indeks di atas 100 berarti optimis dan sebaliknya, jika indeks di bawah 100
ht
tp :// y
og
ya
ka
rt a.
bp
s.
go
berarti pesimis.
14
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
og
tp :// y
ht
.id
go
s.
bp
rt a.
ka
ya
.id go s. bp rt a.
ht
tp :// y
og
ya
ka
Halaman ini sengaja dikosongkan
Sebagaimana telah dijelaskan sebelumnya, BPS RI dan BPS Provinsi DIY sejak triwulan I-2011 telah melakukan penghitungan ITK yang dihitung berdasarkan informasi yang diperoleh dari STK. Survei tersebut bertujuan untuk memperoleh gambaran mengenai situasi bisnis dan perekonomian secara umum menurut pendapat konsumen sebagai pelaku konsumsi. Informasi yang dikumpulkan meliputi rencana pembelian beberapa komoditi kategori “normal goods” seperti daging, ikan, susu, buah-buahan untuk
.id
konsumsi makanan, dan komoditi pakaian, biaya perumahan, biaya pendidikan, transportasi, biaya kesehatan, dan rekreasi untuk komoditi bukan
go
makanan. Di samping itu dikumpulkan pula informasi “luxury goods” seperti
bp
s.
rumah/tanah, mobil, TV, komputer untuk konsumsi bukan makanan, serta
rt a.
informasi mengenai kondisi pendapatan dan tabungan. Sejak triwulan I tahun 2013 dilakukan penyempurnaan terhadap
ka
kuesioner yang digunakan dalam pengumpulan data. Penyempurnaan
ya
dilakukan untuk mempertajam variabel tingkat konsumsi makanan dan non
og
makanan oleh rumah tangga serta variabel rencana pembelian barang tahan
tp :// y
lama oleh rumah tangga.
Penyempurnaan kuesioner tersebut tidak
menghilangkan informasi penting dalam kuesioner tahun 2012, tetapi
ht
memperinci jenis-jenis komoditas yang dikonsumsi sehingga keterbandingan cakupan dengan triwulan sebelumnya masih terjaga. Konsumsi rumah tangga komoditas makanan dirinci menjadi dua kelompok, yaitu bahan makanan dan makanan jadi di restoran/rumah makan. Sementara, konsumsi rumah tangga terhadap komoditas non makanan dirinci menjadi tujuh kelompok yakni perumahan (listrik, gas dan bahan bakar); pakaian, tas dan sepatu; kesehatan, peralatan kesehatan dan rumah sakit; pendidikan; rekreasi (termasuk penginapan/hotel); transportasi/angkutan; serta komunikasi. Pertanyaan yang terkait dengan rencana pembelian barang Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
17
tahan lama dikelompokkan menurut jenisnya dan menambahkan variabel rencana pesta/hajatan, rencana membeli tanah dan rencana membeli rumah. Indeks Tendensi Konsumen terdiri dari dua jenis indeks yaitu Indeks Indikator Kini (Current Indicator Index) dan Indeks Indikator Mendatang (Future Indicator Index). Indeks Indikator Kini (IIK) merupakan indeks komposit dari beberapa variabel yang dapat mengidentifikasi kondisi ekonomi rumah tangga (konsumen) pada saat triwulan berjalan (saat survei)
.id
dibandingkan periode triwulan sebelumnya. Sedangkan Indeks Indikator Mendatang (IIM) merupakan indeks komposit dari beberapa variabel yang
go
dapat mengidentifikasi kondisi ekonomi rumah tangga (konsumen) dan
bp
s.
rencana untuk membeli barang-barang tahan lama pada periode tiga bulan
rt a.
mendatang.
Variabel-variabel yang digunakan dalam penghitungan Indeks Tendensi
ka
Konsumen adalah sebagai berikut:
ya
i. Variabel Indeks Indikator Kini (IIK), terdiri dari:
tiga
bulan
tp :// y
(periode
og
a. Pendapatan seluruh anggota rumah tangga selama triwulan berjalan terakhir)
dibandingkan
dengan
triwulan
sebelumnya.
ht
b. Pengaruh kenaikan harga-harga terhadap konsumsi makanan dan bukan makanan sehari-hari (kaitan inflasi dengan konsumsi sehari-hari). c. Volume/tingkat konsumsi beberapa komoditi makanan dan non makanan
Makanan: bahan makanan dan makanan jadi di restoran/warung
Bukan makanan: perumahan (listrik, gas dan bahan bakar); pakaian, sepatu, tas; kesehatan, peralatan kesehatan, jasa rumah sakit;
pendidikan;
rekreasi
(termasuk
penginapan/hotel);
transportasi/angkutan; dan komunikasi. 18
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
ii. Variabel Indeks Indikator Mendatang (IIM),terdiri dari: a. Perkiraan pendapatan seluruh anggota rumah tangga pada periode tiga bulan yang akan datang dibandingkan dengan triwulan berjalan. b. Rencana pembelian barang-barang tahan lama: Elektronik (televisi, CD/VCD player/compo, DVD, dll)
Perhiasan logam dan batu mulia (emas, permata, mutiara, dll)
Perangkat komunikasi (HP, Tabet/Ipad, notebook, dll)
Perabot mebelair (kursi, lemari, tempat tidur, dll)
Peralatan rumah tangga (kulkas, mesin cuci, oven listrik, AC, dll)
Membeli/mengganti sepeda motor
Membeli/mengganti mobil
Merencanakan rekreasi (keluar kota/negeri termasuk menginap di
bp
s.
go
.id
rt a.
hotel dll)
Merencanakan pesta/hajatan (pernikahan, khitanan, ulang tahun)
Membeli tanah
Membeli rumah
og
ya
ka
tp :// y
3.1. Mekanisme Penghitungan Indeks Data yang dikumpulkan melalui Survei Tendensi Konsumen merupakan
ht
data yang bersifat kategorik (kualitatif). Secara umum, data menggambarkan persepsi konsumen mengenai variabel pembentuk indeks yang jawabannya dapat dikelompokkan menjadi 3 jenis, yaitu menurun, sama, dan meningkat. Menurun berarti kondisi sekarang lebih buruk/pesimis dibandingkan dengan tiga bulan yang lalu, sama berarti tidak ada perubahan, dan meningkat berarti kondisi sekarana lebih baik/optimis dibandingkan dengan tiga bulan yang lalu. Secara sederhana dapat diartikan, bahwa semakin banyak responden yang menjawab meningkat maka kondisi ekonomi konsumen semakin membaik dan indikasi tersebut tercermin pada nilai indeks yang juga semakin besar. Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
19
Sebaliknya, jika sebagian besar responden menjawab menurun maka kondisi ekonomi konsumen semakin memburuk. Prosedur penghitungan Indeks Tendensi Konsumen (IIK dan IIM) adalah sebagai berikut: 1.
Penggolongan Pendapatan Rumah Tangga Sampel rumah tangga terpilih digolongkan menjadi dua kelompok, golongan pendapatan rendah (rata-rata pendapatan kurang dari 2 juta rupiah per bulan) dan golongan pendapatan tinggi (rata-rata pendapatan
.id
per bulan 2 juta rupiah ke atas). Penggolongan pendapatan digunakan
Pemberian Skor Jawaban Variabel Tunggal
s.
2.
go
sebagai pembeda/ bobot dalam penghitungan indeks.
bp
Untuk mengakomodir kondisi ekonomi konsumen dalam bentuk indeks
rt a.
maka pada tahapan ini adalah memberikan skor kepada setiap pilihan jawaban responden terhadap setiap variabel tunggal pembentuk IIK dan
ka
IIM. Pemberian skor untuk variabel pendapatan rumah tangga triwulan
ya
berjalan, pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari dan
og
pendapatan rumah tangga mendatang adalah sebagai berikut:
tp :// y
Skor 2, jika jawaban responden “meningkat” Skor 1, jika jawaban responden “sama”
ht
Skor 0, jika jawaban responden “menurun”. Untuk memperoleh Total Skor (TS) setiap variabel terpilih dilakukan dengan menjumlahkan skor jawaban dari seluruh responden terpilih. 3.
Pemberian skor jawaban variabel konsumsi beberapa komoditas makanan dan minuman Varibel konsumsi terhadap beberapa komoditas makanan dan non makanan yang ditanyakan dalam STK terdiri dari 9 kategori.
Setiap
responden terpilih akan ditanya seputar total pengeluaran konsumsi 20
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
seluruh anggota rumah tangganya selama triwulan berjalan dibandingkan dengan triwulan sebelumnya, apakah meningkat/lebih banyak, sama/ tetap atau menurun/lebih sedikit. Setiap komoditas akan diberi skor sesuai dengan jawaban responden, skor 0 jika konsumsi sekarang lebih sedikit dibandingkan dengan triwulan yang lalu, skor 1 jika konsumsi triwulan berjalan sama dengan konsumsi triwulan yang lalu dan skor 2 jika konsumsi triwulan berjalan kurang dari triwulan yang lalu. Total skor untuk komoditas makanan dan non makanan dihitung dengan rata-rata
.id
tertimbang dari Diffusion Index dari setiap komoditas. Penimbang
go
masing-masing komoditas diperoleh dari data Susenas, yaitu proporsi
s.
rata-rata nilai pengeluaran setiap kelompok komoditas terhadap rata-
bp
rata pengeluaran rumah tangga dalam sebulan. Pemberian penimbang
Pemberian Skor Jawaban pada Variabel Pembelian Barang Tahan Lama
ka
4.
rt a.
juga dibedakan menurut golongan pendapatan rumah tangga.
ya
Kegiatan atau aktivitas pembelian barang tahan lama yang direncanakan
og
oleh rumah tangga selama tiga bulan ke depan mencakup 11 jenis. Untuk
tp :// y
masing-masing jenis aktivitas/pembelian, setiap responden akan ditanya apakah berencana untuk membeli barang tersebut, dari mana sumber
ht
dana yang digunakan untuk membeli (tabungan, pendapatan, pinjaman, pemberian, dan belum tahu), serta alasan jika tidak membeli (tidak ada dana, sudah memiliki atau tidak/belum butuh). Pemberian skor jawaban untuk variabel pembelian barang tahan lama adalah sebagai berikut: x = menyatakan rencana jumlah barang tahan lama yang akan dibeli y = menyatakan jumlah barang tahan lama yang sumber dananya berasal dari tabungan, pendapatan, pinjaman dan pemberian. z = menyatakan alasan tidak akan membeli barang karena tidak/belum butuh. Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
21
Skor 2 diberikan jika x > 0, artinya responden telah merencanakan untuk membeli barang tahan lama tersebut minimal 1 jenis/item. Skor 1 diberikan jika x > 0 dan y = 0 atau x = 0 dan z > 0, artinya responden mempunyai rencana untuk membeli batang tahan lama, tetapi sumber dananya tidak tahu, atau responden tidak mempunyai rencana untuk membeli barang tahan lama dengan alasan tidak/belum butuh.
.id
Skor 0 diberikan jika x = 0 dan z = 0, artinya responden tidak memiliki
go
rencana untuk membeli barang tahan lama karena alasan tidak
Penghitungan Indeks Variabel
bp
5.
s.
mempunyai dana.
rt a.
Untuk mendapatkan indeks dari setiap variabel, dihitung dengan
ka
menggunakan rumus Diffusion Index seperti yang digunakan oleh The
ya
Conference Board (1990). Penghitungannya adalah dengan menghitung total skor variabel yang diberi penimbang dan dibagi dengan jumlah
tp :// y
og
responden yang telah diberi penimbang dan dikalikan 100: (
Ivi
(
)
(
) )
ht
(
)
= indeks variabel terpilih ke-i = total skor variabel ke-i dari seluruh responden pada kelompok pendapatan < 2 juta rupiah. = total skor variabel ke-i dari seluruh responden pada kelompok pendapatan ≥ 2 juta rupiah. = jumlah responden pada kelompok pendapatan < 2juta rupiah = jumlah responden pada kelompok pendapatan ≥ 2 juta rupiah
Nilai indeks variabel berkisar antara 0 – 200. 22
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
6.
Penghitungan Indeks Indikator Kini dan Mendatang Indeks Tendensi Konsumen (ITK) merupakan indeks komposit yang terdiri dari Indeks Indikator Kini (IIK) dan Indeks Indikator Mendatang (IIM). Kedua indeks tersebut disusun secara terpisah. Masing-masing indeks indikator tersebut merupakan indeks rata-rata tertimbang dari beberapa indeks variabel pembentuknya. Untuk menghitung IIK dan IIM digunakan rumus sebagai berikut: ∑
go
= Indeks Indikator Mendatang
wi
= Penimbang variabel ke i
Ivi
= Indeks variabel terpilih ke-i
s.
IIM
bp
= Indeks Indikator Kini
ka
rt a.
IIK
Penentuan Penimbang Indeks Indikator Kini (IIK) dan Mendatang (IIM)
ya
7.
.id
∑
og
Penentuan penimbang untuk IIK dan IIM dilakukan menggunakan fungsi
tp :// y
double log dari masing-masing variabel pembentuknya. a. Indeks Indikator Kini (IIK)
ht
IIK merupakan indeks komposit yang menggambarkan kondisi konsumen dari sisi persepsi mengenai kondisi ekonomi konsumen dan perilaku konsumsi konsumen terhadap situasi perekonomian pada triwulan berjalan (saat ini). Indeks komposit ini dibentuk 3 variabel pembentuk indeks, yakni: pendapatan rumah tangga triwulan berjalan, pengaruh kenaikan harga/inflasi terhadap konsumsi rumah tangga sehari-hari dan konsumsi beberapa komoditas makanan dan bukan makanan.
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
23
Dalam penghitungan indeks komposit, setiap variabel pembentuk indeks
mempunyai
penimbang
masing-masing
dengan
mempertimbangkan tingkat elastisitas dari setiap variabel terhadap pembentukan indeks kompositnya. Nilai penimbang masing-masing variabel tersebut dihitung dari series data IIK sebelumnya (Triwulan I 1990 sampai dengan Triwulan I 2013) dengan menggunakan model fungsi Double Log sebagai berikut: )
(
(
)
go
Dimana: = Indeks Indikator Kini
s.
IIK
)
.id
(
bp
PDK = Pendapatan seluruh anggota rumah tangga pada triwulan
rt a.
berjalan
= Pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari
KK
= Konsumsi beberapa komoditi makanan dan bukan makanan 2,
3
= Estimasi parameter fungsi double log
ya
1,
og
0,
ka
KH
tp :// y
Dalam penghitungan fungsi double log nilai koefisien/parameter setiap variabel dalam persamaan menunjukkan elastisitas dari masing-
ht
masing variabel yang bersangkutan. Nilai koefisien (elastisitas) tersebut dijadikan sebagai penimbang dari masing-masing variabel pembentuk IIK. Secara umum, nilai elastisitas menyatakan besarnya perubahan variabel tak bebas IKK (dalam satuan persen) ketika variabel bebas (PDH, KH, dan KK) berubah sebesar 1 persen. Sebagai ilustrasi diperoleh nilai parameter (
1,
2,
3)
masing-masing
sebesar 0,5307; 0,2587 dan 0,2106, maka Besarannya elastisitas pendapatan seluruh anggota rumah tangga terhadap IIK sebesar 0,530 dan nilai ini menjadi bobot/penimbang 24
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
variabel pendapatan rumah tangga sekarang dalam penghitungan indeks komposit kini (IIK). Besarnya nilai elastisitas perubahan kenaikan harga terhadap konsumsi makanan sehari-hari terhadap IIK sebesar 0,2587 dan nilai ini menjadi bobot/penimbang dari variabel pengaruh inflasi terhadap konsumsi makanan sehari-hari dalam penghitungan indeks komposit kini (IIK).
.id
Besarnya nilai elastisitas konsumsi beberapa komoditi makanan
go
dan bukan makanan saat ini terhadap IIK sebesar 0,2106 dan nilai
s.
ini menjadi bobot/penimbang dari variabel tingkat konsumsi
bp
beberapa komoditi makanan dan bukan makanan dalam
rt a.
penghitungan IIK.
ka
b. Indeks Indikator Mendatang (IIM)
ya
IIM merupakan indeks komposit yang menggambarkan persepsi
og
konsumen tentang prediksi kondisi ekonomi konsumen dan perilaku konsumsi konsumen terhadap situasi perekonomian selama tiga bulan
tp :// y
yang akan datang. Indeks komposit ini dibentuk oleh 2 variabel, yakni: pendapatan mendatang dan rencana pembelian barang-barang tahan
ht
lama.
Dalam penghitungan indeks komposit, setiap variabel pembentuk indeks di atas mempunyai penimbang masing-masing dengan mempertimbangkan tingkat elastisitas dari setiap variabel terhadap pembentukan indeks kompositnya. Nilai penimbang masing-masing variabel tersebut dihitung dari series data IIK sebelumnya (sejak triwulan I 2004) dengan menggunakan model fungsi Double Log sebagai berikut: Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
25
(
)
(
);
dimana: IIM
= Indeks Indikator Mendatang
PDM = Perkiraan pendapatan seluruh anggota rumah tangga selama triwulan mendatang RTH = Rencana pembelian barang-barang tahan lama 0,
1,
2
= Estimasi parameter fungsi double log
.id
Dalam penghitungan fungsi double log tersebut diperoleh suatu nilai
go
koefisien (parameter) untuk setiap variabel sebagai ukuran elastisitas
s.
dari masing-masing variabel. Hasil nilai koefisien dari fungsi double log
bp
tersebut menjadi penimbang dari masing-masing variabel pembentuk
Besaran
1
mengindikasikan elastisitas pendapatan seluruh
ka
rt a.
indeks komposit, dengan ilustrasi sebagai berikut:
ya
anggota rumah tangga pada triwulan mendatang terhadap IIM
og
(misalnya sebesar 0,6746). Nilai elastisitas 0,6746 ini menjadi
tp :// y
bobot/penimbang dari variabel pendapatan mendatang dalam penghitungan indeks komposit mendatang (IIM). Besaran
ht
2
mengindikasikan elastisitas rencana pembelian barang-
barang tahan lama pada triwulan mendatang terhadap IIM (misalnya sebesar 0,3254). Nilai elastisitas 0,3254 ini menjadi
bobot/penimbang dari variabel rencana pembelian barang-barang tahan lama dalam penghitungan indeks komposit mendatang (IIM).
3.2. Interpretasi Indeks Komposit IIK dan IIM Nilai IIK dan IIM berkisar antara 0 sampai dengan 200. Interpretasi masing-masing indeks adalah sebagai berikut: 26
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
• Jika nilai IIK maupun IIM berkisar antara 100 sampai 200 maka jumlah jawaban ”meningkat” lebih besar dari jawaban ”menurun”. Artinya, kondisi ekonomi konsumen pada triwulan berjalan meningkat lebih optimis dibanding periode triwulan sebelumnya (untuk IIK), atau perkiraan kondisi ekonomi konsumen pada triwulan mendatang meningkat lebih optimis dibanding pada triwulan yang berjalan (untuk IIM).
.id
• Jika nilai IIK atau IIM sama dengan 100, maka jumlah jawaban Artinya, kondisi
go
”meningkat” dan ”menurun” adalah seimbang.
ekonomi konsumen pada triwulan berjalan sama dengan triwulan
bp
s.
sebelumnya (untuk IIK), atau perkiraan kondisi ekonomi konsumen
rt a.
pada triwulan mendatang sama dengan triwulan berjalan ( untuk IIM). • Jika nilai IIK atau IIM kurang dari 100, maka jumlah jawaban ”menurun”
ka
lebih besar dari jawaban ”meningkat”. Artinya, kondisi ekonomi
ya
konsumen pada triwulan berjalan cenderung menurun (lebih pesimis)
og
dibanding keadaan triwulan sebelumnya (untuk IIK), atau perkiraan
tp :// y
kondisi ekonomi konsumen pada triwulan mendatang menurun (lebih pesimis) dibandingkan dengan kondisi pada triwulan berjalan (untuk
ht
IIM).
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
27
.id go s. bp rt a.
ht
tp :// y
og
ya
ka
Halaman ini sengaja dikosongkan
og
tp :// y
ht
.id
go
s.
bp
rt a.
ka
ya
.id go s. bp
ht
tp :// y
og
ya
ka
rt a.
Halaman ini sengaja dikosongkan
4.1. Profil Umum Rumah Tangga Sampel STK Tahun 2014 di DIY Indeks Tendensi Konsumen (ITK) dihitung untuk memperkirakan gerak perekonomian berdasarkan informasi dini konsumen (rumah tangga) melalui Survei Tendensi Konsumen (STK). Pelaksanaan STK dilakukan secara terintegrasi dengan Survei Angkatan Kerja Nasional (Sakernas) setiap 3 (tiga) bulan sekali dalam setahun. STK 2014 di wilayah DIY dilakukan di seluruh kabupaten/kota terutama di wilayah yang berstatus perkotaan dan
.id
respondennya merupakan sub-sampel dari Sakernas. Pemilihan sampel dilakukan secara panel antartriwulan untuk memperoleh gambaran yang lebih
go
akurat mengenai perubahan persepsi konsumen antarwaktu.
bp
s.
Target sampel STK tahun 2014 di DIY sebanyak 400 rumah tangga yang
rt a.
tersebar di 40 blok sensus di lima kabupaten/kota. Tingkat pemasukan dokumen (response rate) survei antar triwulan selama tahun 2014
ka
berfluktuasi pada kisaran 79-90 persen dan sedikit menurun dibandingkan
ya
dengan tahun 2013 yang berada pada kisaran 83-91 persen. Secara rata-rata,
og
tingkat pemasukan dokumen selama tahun 2014 hanya mencapai 86 persen.
tp :// y
Perkembangan pemasukan dokumen antar triwulan menunjukkan pola yang cenderung menurun, karena metode pencacahan dilakukan secara panel pada
ht
rumah tangga yang sama. Response yang rendah umumnya terjadi di kawasan perkotaan terutama pada responden yang status tempat tinggalnya sewa dan indekost. Kebanyakan dari responden ini merupakan rumah tangga tunggal (ART hanya 1 orang) yang berstatus sebagai pelajar atau mahasiswa. Mobilitas rumah tangga tunggal ini sangat tinggi dan biasanya mereka sering berpindah-pindah tempat tinggal dalam jangka pendek. Tingginya mobilitas ini berpengaruh pada rendahnya tingkat pemasukan dokumen survei, karena pada saat pencacahan banyak dari mereka sudah berpindah tempat atau sedang tidak berada di tempat karena liburan. Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
31
Sampel STK dikategorikan menjadi dua golongan berdasarkan rata-rata pendapatan yang diterima rumah tangga selama sebulan. Golongan pertama adalah rumah tangga memiliki pendapatan kurang dari 2 juta rupiah per bulan sebagai representasi rumah tangga yang berpendapatan rendah. Sementara, golongan yang kedua merupakan rumah tangga yang memiliki pendapatan per bulan sebesar 2 juta rupiah atau lebih sebagai representasi dari rumah tangga yang berpendapatan menengah ke atas.
.id
Dalam kegiatan pencacahan STK 2014, distribusi rumah tangga sampel pada golongan berpendapatan kurang dari 2 juta rupiah cenderung lebih
go
dominan dibandingkan dengan rumah tangga yang berpendapatan menengah
bp
s.
ke atas (Tabel 4.1). Proporsi sampel rumah tangga yang berpendapatan
rt a.
kurang dari 2 juta rupiah sebulan berada pada kisaran 55-58 persen di setiap triwulan. Sementara, proporsi rumah tangga yang berpendapatan 2 juta ke
ka
atas berada pada kisaran 42-45 persen. Hampir sama dengan sebaran sampel
ya
tahun 2013, proporsi jumlah sampel rumah tangga berpendapatan menengah
tp :// y
og
ke atas terbesar terjadi di triwulan III sebesar 44,31 persen. Tabel 4.1.
ht
Distribusi Rumah Tangga Sampel STK 2014 DIY menurut Golongan Pendapatan Rumah Tangga Sebulan dan Response Rate Dokumen (Persen) Golongan Pendapatan Rumah Tangga Sebulan (Rp)
Triwulan
Tahun 2014
I
II
III
IV
(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
Kurang dari 2 Juta
57,10
57,82
55,69
56,33
56,76
2 Juta atau Lebih
42,90
42,18
44,31
43,67
43,24
100
100
100
100
100
89,75
89,50
85,75
79,00
86,00
(1)
Jumlah Response Rate
Sumber: diolah dari data STK Triwulan I-IV 2014 DIY
32
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
Sebaran sampel rumah tangga STK2014 berdasarkan jumlah anggota rumah tangga menunjukkan bahwa proporsi terbesar dari rumah tangga merupakan rumah tangga dengan jumlah anggota sebanyak 4 orang yakni sebesar 24,3 persen.
Berikutnya adalah rumah tangga dengan anggota
sebanyak 3 dan 1 orang dengan proporsi masing-masing sebesar 21,1 persen dan 20,0 persen. Proporsi rumah tangga dengan jumlah anggota rumah tangga 6 orang atau lebih berada di bawah 10 persen.
Jika dilihat
berdasarkan golongan pendapatannya, proporsi rumah tangga yang
.id
berpendapatan 2 juta rupiah ke atas semakin meningkat seiring dengan
go
semakin banyak anggota rumah tangga. Rumah tangga yang hanya terdiri
s.
dari 1 anggota sebagian besar memiliki pendapatan di bawah 2 juta rupiah
bp
sebulan (81,8 persen). Sementara, rumah tangga dengan anggota 8 orang
rt a.
atau lebih memiliki pendapatan rumah tangga di atas 2 juta rupiah sebulan
ka
(100 persen).
ya
Gambar 4.1.
tp :// y
og
Distribusi Responden STK2014 DIY menurut Jumlah Anggota Rumah Tangga dan Golongan Pendapatan Sebulan (Persen)
100 80
>= 2 Juta
18.2
ht
90
< 2 Juta
39.5
45.5
70
50.6
54.5 66.2
60
73.7
50 40
100.0
100.0
8
9
81.8
30
60.5
54.5
20
49.4
45.5 33.8
10
26.3
0 1
2
3
4
5
6
7
Jumlah Anggota Rumah Tangga Sumber: diolah dari data STK Triwulan I-IV 2014 DIY
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
33
Profil sampel rumah tangga STK2014 juga bisa dikaji dari sisi pendidikan terakhir yang ditamatkan oleh kepala rumah tangga. Berdasarkan Tabel 4.2, mayoritas sampel rumah tangga STK 2014 dikepalai oleh kepala rumah tangga yang berpendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA) sederajat. Jika tingkat pendidikan tertinggi yang ditamatkan dibagi menjadi dua kategori, SLTP ke bawah (berpendidikan rendah) dan SLTA ke atas (berpendidikan tinggi), maka proporsi kepala rumah tangga yang berpendidikan tinggi masih
.id
lebih dominan dengan proporsi di atas 57 persen.
go
Tabel 4.2.
Triwulan
(1)
(2)
(4)
(5)
(6)
30,17
29,45
30,70
29,36
12,81
13,13
13,12
14,56
13,37
43,18
41,34
38,48
34,81
39,61
4,46
2,79
4,37
5,06
4,14
12,26
12,57
14,58
14,87
13,52
100
100
100
100
100
(3)
27,30
ya
SD ke Bawah
tp :// y
og
SLTA Sederajat
Sarjana dan Pascasarjana
ht
Jumlah
IV
II
rt a.
I
Akademi
III
Tahun 2014
ka
Pendidikan Kepala Rumah Tangga
SLTP Sederajat
bp
s.
Distribusi Responden STK 2014 DIY menurut Tingkat Pendidikan Tertinggi Kepala Rumah Tangga (Persen)
Sumber: diolah dari data STK Triwulan I-IV 2014 DIY
Sebaran sampel rumah tangga STK2014 menurut triwulan juga menunjukkan bahwa rumah tangga yang dikepalai oleh kepala rumah tangga yang berpendidikan SLTA selalu lebih dominan dengan proporsi antara 34,8143,18 persen dan diikuti oleh kepala rumah tangga yang berpendidikan SD ke bawah dengan proporsi 27,30 sampai 30,70 persen. Rumah tangga yang dikepalai oleh kepala rumah tangga yang berpendidikan akademi ke atas juga cukup banyak dan berada pada kisaran 15-20 persen di setiap triwulan. Hal 34
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
yang perlu menjadi catatan adalah masih besarnya proporsi kepala rumah tangga yang berpendidikan SD ke bawah, karena hal ini bisa berpengaruh terhadap kualitas jawaban yang diberikan ketika yang bersangkutan dijadikan sebagai narasumber. Tabel 4.3. Distribusi Responden STK2014 DIY menurut Sumber Utama Pendapatan Rumah Tangga (Persen) Triwulan
Pertambangan dan Penggalian Industri Pengolahan
tp :// y
0,28
(4)
(5)
7,58
8,86
.id
IV
0,29
0,32
9,22
11,66
12,03
0,56
0,58
0,63
6,13
8,38
6,71
6,96
20,33
18,99
18,66
18,99
3,34
3,07
2,33
1,27
2,23
2,79
1,75
1,58
24,51
23,18
23,62
23,73
24,79
26,54
26,82
25,63
100
100
100
0,56
rt a.
og
ya
Transportasi
Jumlah
6,70
ka
Perdagangan, Hotel dan Restoran
Penerima Pendapatan
7,52
0,84
Konstruksi
Jasa-jasa
(3)
10,03
Listrik, Gas dan Air
Jasa Perusahaan
(2)
III
go
Pertanian
II
s.
(1)
I
bp
Lapangan Usaha Sumber Pendapatan Utama Rumah Tangga
100
ht
Sumber: diolah dari data STK Triwulan I-IV 2014 DIY
Distribusi persentase responden STK2013 menurut sumber utama
penghasilan rumah tangga dapat dilihat pada Tabel 4.3. Berdasarkan tabel tersebut, mayoritas rumah tangga sampel STK 2014 memiliki sumber pendapatan utama dari kegiatan di sektor jasa-jasa dengan proporsi pada setiap triwulan di atas 23 persen dan diikuti oleh sektor perdagangan, hotel dan restoran serta sektor industri pengolahan dengan proporsi masingmasing di atas 18 persen dan 9 persen pada setiap triwulan. Sumber pendapatan utama rumah tangga yang berasal dari sektor lainnya relatif Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
35
rendah dan berada di bawah 10 persen. Hal ini terjadi karena kegiatan survei ini memang didesain di daerah perkotaan yang mayoritas penduduknya memiliki aktivitas bekerja pada lapangan usaha di sektor industri pengolahan, perdagangan, jasa-jasa. Sementara, jumlah rumah tangga sampel yang berstatus sebagai penerima pendapatan masih relatif masih besar. Proporsi setiap triwulannya berada pada kisaran 24-27 persen. Kelompok penerima pendapatan pada
.id
umumnya terdiri dari rumah tangga tunggal yang berstatus seagai mahasiswa atau pelajar yang tinggal secara indekost atau sewa, para pensiunan dan
go
rumah tangga tunggal yang anggota rumah tangganya sudah berusia lanjut
bp
s.
(tua) dan masih mengandalkan transfer/kiriman pendapatan dari anak/famili
rt a.
lain untuk kelangsungan hidupnya. Masih besarnya proporsi kelompok ini cukup berpengaruh terhadap menurunnya tingkat pemasukan dokumen
ka
(response rate), karena pada umumnya mobilitas responden terutama yang
Di samping itu, jawaban-jawaban yang diberikan oleh
og
masa liburan.
ya
statusnya kost/sewa cukup tinggi dan cukup sulit untuk ditemuai pada saat
tp :// y
responden terkait dengan perkembangan pendapatan yang diterima selama triwulan berjalan maupun satu triwulan ke depan, pola konsumsi komoditas
ht
makanan dan bukan makanan maupun rencana pembelian barang tahan lama cenderung statis atau tidak mengalami perubahan antartriwulan serta ada indikasi jawaban yang diberikan oleh responden juga cenderung homogen. Responden STK2014 yang berstatus bekerja dibedakan menjadi dua kategori, yaitu berusaha dan buruh/karyawan/pegawai. Berdasarkan status pekerjaan utamanya, proporsi responden yang berstatus buruh/karyawan/ pegawai selalu lebih dominan dari responden yang berstatus berusaha selama triwulan I sampai triwulan IV 2014. Jumlah responden yang berstatus sebagai buruh berada pada kisaran 53-59 persen. Sebagian besar diantara mereka 36
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
memiliki pendapatan sebulan lebih dari 2 juta rupiah. Sementara, responden yang berstatus berusaha memiliki proporsi yang
bervariasi antara 41-47
persen. Tabel 4.4. Distribusi Responden STK2014 DIY yang Bekerja menurut Status Pekerjaan Utama Kepala Rumah Tangga (Persen)
IV
(3)
(4)
(5)
(6)
< 2 Juta
26,30
26,42
27,60
27,78
>= 2 Juta
18,52
16,80
18,80
Jumlah
44,81
41,13
44,40
46,58
25,19
26,79
24,80
27,78
14,72
s.
< 2 Juta >= 2 Juta
30,00
32,08
30,80
25,64
Jumlah
55,19
58,87
55,60
53,42
100
100
100
100
ka
Buruh/Karyawan/Pegawai
III
bp
Berusaha
II
go
(2)
I
rt a.
(1)
Triwulan
.id
Status Pekerjaan Utama KRT Menurut Pendapatan Sebulan (Rp)
ya
Berusaha+Buruh/Karyawan/Pegawai
og
Sumber: diolah dari data STK Triwulan I-IV 2014 DIY
tp :// y
4.2. Perkembangan Nilai ITK Triwulanan DIY Tahun 2011-2014 Perkembangan kondisi ekonomi konsumen atau rumah tangga di DIY
ht
selama triwulan I 2011 sampai dengan triwulan IV 2014 selalu berada pada taraf optimis. Hal ini terlihat dari nilai ITK pada triwulan berjalan (ITK kini) yang selalu berada di atas 100, sehingga persepsi konsumen terkait dengan kondisi ekonomi mereka selama triwulan berjalan selalu berada dalam kondisi lebih baik atau optimis dibandingkan dengan kondisi pada triwulan sebelumnya. Meskipun demikian, level optimisme konsumen terlihat cukup bervariasi antartriwulan. Gambar 4.2 mengilustrasikan perkembangan nilai ITK triwulanan DIY tahun 2011-2014 yang memiliki pola musiman. Nilai ITK mencapai level Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
37
puncak/tertinggi selama triwulan III (Juli-September) yang bersamaan waktunya dengan momentum liburan dan pergantian tahun ajaran baru sekolah serta perayaan hari raya Idul Fitri.
Selama masa ini,
tingkat
optimisme konsumen terkait dengan kondisi ekonominya maupun kondisi perekonomian secara umum cenderung meningkat lebih tinggi. Tingginya optimisme dari sebagian besar rumah tangga ditandai oleh meningkatnya pendapatan yang diterima oleh konsumen/rumah tangga pada triwulan berjalan baik yang bersumber dari tunjangan hari raya, transfer dari
.id
keluarga/famili, maupun sumber lainnya. Di sisi yang lain, tingkat konsumsi
go
rumah tangga terhadap komoditas makanan dan non makanan selama masa
s.
tersebut juga mengalami kenaikan yang cukup signifikan, karena pada
bp
umumnya rumah tangga melakukan konsumsi komoditas sandang pada masa
rt a.
hari raya dan konsumsi pendidikan dan rekreasi pada masa pergantian tahun
ka
ajaran baru sekolah. Hal yang sedikit berbeda terjadi pada tahun 2014, ITK
ya
tertinggi justru terjadi selama triwulan pertama.
tp :// y
og
Gambar 4.2. Indeks Tendensi Konsumen Triwulanan DIY, 2011-2014 120 115
ht
111.91
118.18 116.23 112.90
110.02
110 105.64
115.89
109.21
114.56
110.47 112.11
109.71 109.85 108.03
105
106.13
102.79
100 95 90
Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV Tw I Tw II Tw III Tw IV 2011 2011 2011 2011 2012 2012 2012 2012 2013 2013 2013 2013 2014 2014 2014 2014 Sumber: diolah dari data STK Triwulan I-IV 2011-2014 DIY
38
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
Nilai ITK mencapai level terendah pada triwulan I (Januari-Maret) di setiap tahun, kecuali tahun 2014. Hal ini berarti tingkat optimisme konsumen selama triwulan I cenderung lebih rendah dibandingkan dengan tingkat optimisme di triwulan lainnya. Fenomena ini terjadi karena setelah perayaan Natal dan liburan akhir tahun rumah tangga cenderung mengurangi tingkat konsumsi terhadap komoditas makanan dan non makanan. Sementara, peningkatan
pendapatan
selama
triwulan
berjalan
belum
mampu
.id
mengkompensasi penurunan konsumsi makanan dan non makanan. Perbandingan antara nilai ITK riil yang dihitung pada triwulan berjalan
go
(IIK) dengan perkiraan nilai ITK yang dihitung di triwulan sebelumnya (IIM)
bp
s.
menunjukkan pola yang hampir sama, meskipun gap atau selisihnya sedikit
rt a.
meningkat dalam beberapa triwulan terakhir (Gambar 4.3). Selisih antara IIK dan IIM sampai triwulan IV 2013 selalu berada di bawah 3 poin. Namun,
ka
mulai triwulan I 2014 selisihnya cenderung meningkat pada kisaran 3,5
ya
sampai 9 poin. Nilai perkiraan ITK triwulan IV-2014 yang dihitung pada saat
og
triwulan III-2014 sebesar 114,6, sementara hasil penghitungan yang
tp :// y
sebenarnya mencapai 108,0 atau lebih rendah 6,6 poin dari nilai perkiraan sebelumnya. Kondisi ITK riil yang lebih rendah dari ITK perkiraan ini
ht
menggambarkan level optimisme konsumen terkait dengan kondisi ekonomi yang sebenarnya sedikit lebih rendah atau lebih buruk dari yang diperkirakan. Secara umum, fenomena ini berkaitan dengan realisasi inflasi harga barang dan jasa kebutuhan rumah tangga yang jauh lebih tinggi dari yang diperkirakan. Laju inflasi yang lebih tinggi dari yang diperkirakan didorong oleh kebijakan pemerintah mencabut subsidi BBM yang berimpas pada kenaikan harga BBM, listrik dan elpiji maupun barang dan jasa kebutuhan rumah tangga lainnya.
Imbasnya, pendapatan riil yang diterima rumah
tangga sedikit terkoreksi, meskipun secara nominal nilainya meningkat. Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
39
Gambar 4.3.
rt a.
Sumber: diolah dari data STK Triwulan I-IV 2011-2014 DIY
bp
s.
go
.id
Perbandingan ITK Terkini (IIK) dengan Perkiraan ITK Mendatang (IIM) di DIY Tahun 2011-2014
Perbandingan nilai ITK triwulanan menurut kelompok pendapatan juga
ka
menunjukkan perbedaan yang cukup signifikan. Secara umum, nilai ITK baik
ya
terkini (IIK) maupun mendatang (IIM) pada kelompok rumah tangga yang
og
berpendapatan 2 juta rupiah ke atas selalu lebih tinggi dibandingkan dengan
tp :// y
kelompok rumah tangga yang berpendapatan kurang dari 2 juta rupiah. Hal ini berarti konsumen pada kelompok berpendapatan 2 juta rupiah ke atas
ht
memiliki level optimisme yang lebih tinggi (lebih optimis) terkait dengan kondisi perekonomian selama berjalan maupun triwulan mendatang dibandingkan dengan kelompok pendapatan kurang dari 2 juta rupiah. 4.3. Nilai ITK Tahun 2014 Berdasarkan Komponen Pembentuknya 4.3.1. Indeks Tendensi Konsumen Kini (IIK) 2014
Ketiga komponen atau variabel pembentuk ITK terkini memiliki pengaruh yang bervariasi di setiap triwulan (Tabel 4.5). Secara umum, semua komponen memiliki nilai indeks di atas 100, sehingga memberi pengaruh 40
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
positif terhadap tingkat optimisme konsumen yang terbentuk selama triwulan berjalan di tahun 2014. Indeks pendapatan rumah tangga tertinggi di tahun 2014 tercatat di triwulan I sebesar 117,13 dan triwulan III sebesar 117,02. Hal ini menggambarkan persepsi rumah tangga yang cukup optimis terkait dengan peningkatan pendapatan yang mereka terima pada triwulan I dan III. Sebagian besar rumah tangga terutama yang berstatus buruh/karyawan/ pegawai akan menerima kenaikan pendapatan di triwulan I pasca penetapan upah minimum. Sementara, pada triwulan III sebagian besar rumah tangga
.id
menerima tambahan penghasilan berkaitan dengan tunjangan dan bonus
s.
bp
Tabel 4.5.
go
menjelang perayaan hari raya.
rt a.
Nilai ITK Triwulanan 2014 DIY Beserta Variabel Pembentuknya Variabel
Triwulan II
III
IV
(2)
(3)
(4)
(5)
118,18
114,56
115,89
108,03
Pendapatan Ruta Kini
117,13
113,01
117,02
101,35
Pengaruh Inflasi Terhadap Konsumsi Makanan dan non Makanan
119,08
121,83
117,66
114,50
Konsumsi Makanan & Non Makanan
119,58
109,13
110,95
115,75
120,58
119,34
114,64
107.81
Pendapatan Ruta Mendatang
121,50
124,12
115,87
109.61
Rencana Pembelian Barang Tahan Lama, Rekreasi dan Pesta/Hajatan
118,91
110,79
112,44
104.64
ka
I
ya
(1)
ht
tp :// y
og
Nilai ITK Kini (IIK)
Nilai ITK Mendatang (IIM)
Sumber: diolah dari data STK 2014 DIY
Indeks konsumsi rumah tangga memberi pengaruh terbesar terhadap nilai ITK terkini di triwulan I dan IV 2014 dengan nilai indeks masing-masing sebesar 119,58 dan 117,75. Pengaruh kenaikan harga atau inflasi terhadap konsumsi makanan dan non makanan memberi kontribusi positif terhadap Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
41
level optimisme rumah tangga, meskipun laju inflasi tahunan selama tahun 2014 tercatat cukup tinggi dengan level 6,79 persen. Secara umum, hal ini menggambarkan peningkatan pendapatan yang diterima rumah tangga masih mampu menutupi peningkatan kebutuhan konsumsi makanan dan non makanan akibat kenaikan harga/inflasi. Indeks konsumsi rumah tangga triwulanan berdasarkan kelompok komoditas selama tahun 2014 menunjukkan perkembangan positif. Nilai
.id
indeks konsumsi makanan maupun konsumsi non makanan selalu berada di atas 100 atau berada pada taraf optimis, meskipun levelnya cukup bervariasi.
go
Indeks konsumsi makanan yang tertinggi terjadi selama triwulan I dan III
bp
s.
dengan nilai masing-masing sebesar 120,58 dan 117,89. Tingginya indeks
rt a.
konsumsi makanan dipengaruhi oleh konsumsi komoditas bahan makanan yang meningkat berkaitan dengan perayaan liburan akhir tahun dan akibat
ka
laju inflasi yang cukup tinggi selama triwulan I dan IV 2014. Sementara,
ya
komoditas makanan jadi juga memiliki nilai indeks yang optimis meskipun
og
levalnya berada di bawah konsumsi bahan makanan.
tp :// y
Hal yang sama juga terlihat pada indeks konsumsi non makanan yang nilainya selalu berada di atas 100. Indeks konsumsi non makanan tertinggi
ht
tercatat di triwulan I sebesar 117,92, artinya persepsi rumah tangga dalam mengkonsumsi kebutuhan non makanan yang selama triwulan I cenderung lebih optimis dibandingkan dengan triwulan lainnya. Jenis komoditas non makanan yang memiliki indeks tertinggi selama triwulan I adalah kelompok komunikasi dan transportasi.
Sementara, selama trwulan II kelompok
komoditas yang memberi andil tertinggi terhadap ITK secara agregat adalah kelompok rekreasi dan transportasi bersamaan dengan liburan pergantian tahun ajaran. Kelompok komoditas yang memiliki indeks konsumsi terbesar selama triwulan III adalah kelompok pakaian yang berkaitan dengan perayaan 42
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
hari raya Idul Fitri dan liburan sekolah. Pada triwulan IV, indeks konsumsi yang tertinggi terjadi pada kelompok komoditas perumahan, transportasi dan komunikasi sebagai dampak dari kenaikan harga BBM pasca diberlakukannya kebijakan pengurangan subsidi energi. Meskipun demikian, ada dua kelompok komoditas yang memiliki nilai indeks konsumsi di bawah 100 yakni kelompok pakaian dan kelompok rekreasi. Penurunan ini terjadi karena pada umumnya rumah tangga telah melakukan konsumsi komoditas pakaian menjelang
go
sekolah dan liburan hari raya yan terjadi di triwulan II.
.id
perayaan hari raya dan melakukan kegiatan rekreasi pada masa liburan
s.
Gambar 4.6.
Triwulan
Kelompok Komoditas
II
III
IV
(2)
(3)
(4)
(5)
120.58 123.36 117.31 117.92 120.85 117.52 117.27 111.78 116.13 122.15 124.90 119.58
108.78 108.37 109.38 109.80 107.71 107.93 102.29 112.20 119.30 111.63 114.89 109.13
111.96 113.20 110.15 109.04 104.59 120.14 108.99 107.88 106.20 112.10 102.86 110.95
117.89 123.92 109.49 112.28 131.89 93.28 109.31 104.55 97.27 119.55 120.22 115.75
rt a.
I
ht
tp :// y
og
ya
ka
(1)
Indeks Konsumsi Makanan Bahan makanan Makanan jadi Indeks Konsumsi non Makanan Perumahan Pakaian Kesehatan Pendidikan Rekreasi Transportasi Komunikasi Indeks Konsumsi Total
bp
Indeks Konsumsi menurut Kelompok Komoditas di DIY Triwulan I-IV 2014
Sumber: diolah dari data STK 2014 DIY
Secara umum, level indeks konsumsi rumah tangga triwulanan di DIY selama tahun 2014 selalu lebih tinggi dari rata-rata indeks secara nasional, kecuali di triwulan III. Hal ini menggambarkan level optimisme rumah tangga dalam melakukan konsumsi di DIY yang lebih tinggi dari rata-rata nasional. Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
43
Level indeks konsumsi rumah tangga di DIY yang cukup tinggi didorong oleh indeks kelompok komoditas makanan maupun non makanan. Gambar 4.4. Perbandingan Indeks Konsumsi menurut Kelompok Komoditas di DIY dan Nasional Triwulan I-IV 2014 125
DIY
120.6
120
119.6
117.9 117.9 116.2 114.5
108.8 107.6
110
112.5
112.3 112.0 109.8110.1 109.8 109.0
112.0
113.0
.id
112.8
115.7 113.2 111.0
109.1108.5
go
115
NAS
106.4
bp
s.
105
95 I
II
III
IV
I
III
IV
Indeks Non Makanan
II
III
IV
Indeks Total
ya
I
og
Sumber: diolah dari data STK 2014 DIY
II
ka
Indeks Makanan
rt a.
100
tp :// y
4.3.2. Indeks Tendensi Konsumen Mendatang (IIM) 2014
Nilai ITK mendatang (IIM) DIY tahun 2014 dan semua komponen
ht
penyusunnya berdasarkan Tabel 4.5 memiliki nilai di atas 100 atau berada pada taraf yang optimis. Nilai IIM yang tertinggi terjadi pada triwulan II dan triwulan III dengan nilai indeks sebesar 120,58 dan 119,34. Selama tahun 2014, komponen pendapatan rumah tangga mendatang (tiga bulan ke depan) memiliki kontribusi yang lebih besar dalam pembentukan IIM dibandingkan dengan variabel rencana pembelian barang tahan lama, rekreasi dan pesta/hajatan. Hal ini terlihat dari nilai indeks pendapatan rumah tangga mendatang yang selalu lebih tinggi dari indeks rencana konsumsi. Indeks pendapatan rumah tangga mendatang yang tertinggi tercatat di triwulan II. 44
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
Artinya, perkiraan kenaikan pendapatan akan diharapkan oleh sebagian besar rumah tangga selama triwulan III yang bersamaan waktunya dengan momentum liburan akhir tahun dan perayaan hari raya. Perkiraan ini tidak jauh berbeda dengan nilai realisasi indeks pendapatan rumah tangga terkini selama triwulan III yang mencapai 117,02. 4.4. Perbandingan Pola ITK dengan Pertumbuhan PDRB DIY Seperti telah dijelaskan pada Bab III, ITK menjadi salah satu indikator
.id
dini yang mampu memprediksi arah dan gerak perekonomian nasional dan
go
regional dalam jangka pendek. Gambar 4.5 menyajikan secara ringkas pola
s.
perkembangan ITK dan pertumbuhan konsumsi rumah tangga serta PDRB
bp
konstan di DIY triwulan I 2011 sampai triwulan IV 2014.
rt a.
Gambar 4.5.
ht
tp :// y
og
ya
ka
Perbandingan Pola Perkembangan ITK, Pertumbuhan Konsumsi Rumah Tangga dan Pertumbuhan PDRB DIY Triwulan I 2011 – Triwulan IV 2014
Sumber: diolah dari data STK 2014 DIY
Secara umum, terdapat pola yang searah antara perkembangan ITK dengan pertumbuhan konsumsi rumah tangga triwulanan. Kedua ukuran tersebut secara umum memiliki pola musiman, mencapai level tertinggi di triwulan III (Juli-September) dan mencapai level terendah di triwulan I (Januari-Maret). Berdasarkan perkiraan nilai ITK triwulan mendatang yang Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
45
optimismenya sedikit melemah diprediksi pula arah pertumbuhan konsumsi rumah tangga di Triwulan I 2015 yang juga akan mengalami perlambatan. Sementara, perbandingan antara nilai ITK triwulanan dengan pertumbuhan PDRB konstan (pertumbuhan ekonomi) DIY juga memiliki pola yang hampir serupa, meskipun terdapat sedikit perbedaan. Kedua ukuran baik ITK maupun pertumbuhan ekonomi mencapai level puncak (nilai tertinggi) di waktu yang sama, yakni selama triwulan III (Juli-September).
.id
4.5. Perbandingan ITK Provinsi se-Jawa dan Nasional
go
Perkembangan ITK terkini DIY triwulan I 2011 sampai dengan triwulan I
s.
2014 memiliki pola yang sama dengan ITK pada level nasional. Secara umum,
bp
nilai ITK DIY selama periode tersebut cenderung lebih tinggi dibandingkan
rt a.
dengan rata-rata ITK nasional. Fenomena ini menggambarkan tingkat optimisme yang dimiliki oleh konsumen/rumah tangga di DIY terhadap kondisi
ka
perekonomian yang cenderung lebih baik atau lebih optimis dibandingkan
og
ya
dengan rata-rata optimisme secara nasional.
tp :// y
Gambar 4.6.
Perkembangan Nilai ITK DIY dan Nasional Triwulan I 2011-Triwulan I 2014
ht
120 115
112.9
111.9
110.0 109.7 109.9 110 105
102.8
100
102.4
108.8
108.4 106.4
112.1 110.5
109.2 111.1
105.6 110.2
118.2 115.9 114.6
116.2
112.1
106.1 108.6
112.4 108.0 110.8 109.6 110.0
108.0
106.5
107.6
104.7
95 DIY
Nasional
90 Tw I2011
Tw II- Tw III- Tw IV- Tw I2011 2011 2014 2012
Tw II- Tw III- Tw IV- Tw I2012 2012 2012 2013
Tw II- Tw III- Tw IV- Tw I2013 2013 2013 2014
Tw II- Tw III- Tw IV2014 2014 2014
Sumber: diolah dari data STK 2011-2013
46
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
Besarnya selisih level optimisme antara DIY dan nasional pada setiap triwulan terlihat cukup bervariasi. Selisih ITK yang terbesar terjadi selama triwulan I 2014 sebesar 8,2 poin, sementara selisih yang terendah terjadi pada triwulan I 2011 dan triwulan IV 2014 sebesar 0,4 poin. Sementara, nilai ITK mendatang (triwulan I 2015) di DIY yang sebesar 107,8 juga diperkirakan akan lebih tinggi dari rata-rata nasional yang diperkirakan sebesar 106,93. Tabel 4.7.
.id
ITK DIY menurut Variabel Pembentuknya dan ITK Provinsi-provinsi di Pulau Jawa serta Nasional, 2014
IV
(3)
(4)
(5)
bp
I
118,18
114,56
115,89
108,03
117,13
113,01
117,02
101,35
Pengaruh inflasi terhadap tingkat konsumsi
119,08
121,83
117,66
114,50
Tingkat konsumsi Makanan dan non Makanan
119,58
109,13
110,95
115,75
112,53
114,80
116,00
106,03
112,42
112,95
113,72
107,09
117,56
117,79
118,75
109,93
111,84
112,86
115,99
110,23
115,41
115,89
116,09
107,83
110,03
110,76
112,44
107,63
(1)
(2)
ITK DIY
ka
Pendapatan rumah tangga kini
ya
ITK Jawa Tengah ITK DKI ITK Banten
tp :// y
ITK Jawa Timur
og
ITK Jawa Barat
ITK Nasional
II
s.
III
rt a.
go
Triwulan
Variabel Pembentuk
ht
Sumber: diolah dari data STK 2014
Secara nasional, peringkat ITK triwulanan DIY selama tahun 2014 cukup dinamis. Pada triwulan I, peringkat ITK DIY menempati urutan kedua tertinggi secara nasional. Namun, peringkat tersebut berangsur-angsur turun menjadi ketujuh di triwulan II, peringkat kelima di triwulan III dan peringkat kedua belas di triwulan IV. Jika dibandingkan dengan provinsi-provinsi lain di Pulau Jawa maka peringkat nilai ITK DIY juga terlihat cukup dinamis. Pada triwulan I 2014, nilai ITK DIY berada diperingkat pertama di antara provinsi-provinsi di Pulau Jawa. Memasuki triwulan kedua, ITK DIY turun menjadi ke peringkat Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
47
empat setelah Provinsi DKI Jakarta, Banten dan Jawa Tengah. Urutan peringkat selama triwulan III 2014 tidak mengalami perubahan dibandingkan dengan triwulan II. Sementara, pada triwulan IV 2014 nilai ITK DIY meningkat
ht
tp :// y
og
ya
ka
rt a.
bp
s.
go
.id
menjadi urutan kedua setelah DKI Jakarta dan Jawa Timur.
48
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
og
tp :// y
ht
.id
go
s.
bp
rt a.
ka
ya
.id go s. bp rt a.
ht
tp :// y
og
ya
ka
Halaman ini sengaja dikosongkan.
Nilai ITK DIY yang terdiri dari ITK terkini (IIK) maupun ITK mendatang (IIM) selama triwulan I-IV 2014 selalu berada pada taraf optimis yang ditunjukkan oleh nilai indeks yang lebih dari 100.
Perkembangan ITK
triwulanan sejak tahun 2011 mengikuti pola musiman, mencapai level puncak (optimisme tertinggi) di triwulan III (Juli-September) yang berkaitan dengan momentum pergantian tahun ajaran baru sekolah, liburan dan perayaan hari raya Idul Fitri. Sementara, ITK mencapai level terendah di triwulan I (Januari-
Optimisme
konsumen
didorong
.id
Maret), kecuali pada tahun 2014. oleh
ketiga
kompoken
go
pembentuknya. Komponen pembentuk indeks yang memiliki pengaruh
bp
s.
terbesar terhadap IIK adalah pengaruh kenaikan harga terhadap konsumsi
rt a.
makanan dan non makanan selama triwulan berjalan dan diikuti oleh pendapatan yang diterima rumah tangga. Kinerja perekonomian DIY dari sisi
ka
suplai mampu tumbuh 5,2 persen selama tahun 2014. Secara tidak langsung
ya
hal ini turut mendorong peningkatan pendapatan yang diterima oleh
og
konsumen/rumah tangga, sehingga tingkat konsumsi terhadap barang dan
tp :// y
jasa juga mengalami peningkatan dan persepsi yang terbentuk cukup optimis. Sementara variabel pembentuk IIM yang memiliki pengaruh terbesar adalah
ht
perkiraan peningkatan pendapatan yang akan diterima. Realisasi nilai ITK terkini (IIK) dengan nilai perkiraan ITK yang dilakukan
pada triwulan sebelumnya tidak menunjukkan perbedaan yang mencolok, artinya masih berjalan searah meskipun ada selisih perbedaan antara keduanya.
Perkembangan ITK triwulanan DIY selama tahun 2011-2014
memiliki pola yang searah dengan pola pertumbuhan konsumsi rumah tangga dalam PDRB triwulanan, sehingga ITK dapat dijadikan sebagai indikator dini untuk menentukan arah pertumbuhan konsumsi rumah tangga dalam jangka pendek. Dibandingkan dengan level ITK provinsi-provinsi lainnya di Pulau Jawa Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
51
maupun dengan ITK nasional, peringkat ITK DIY selama tahun 2014 berada pada posisi yang relatif baik. Evaluasi pelaksanaan STK di DIY pada tahun 2014 secara umum menghasilkan tingkat pemasukan (response rate) dokumen setiap triwulan pada kisaran 79-90 persen. Angka ini sedikit menurun dibandingkan dengan tahun 2013 yang mencapai 83-91 persen, namun angka tersebut sudah cukup mewakili untuk melakukan penghitungan nilai ITK.
Beberapa persoalan
.id
terkait dengan sebaran sampel seperti besarnya komposisi rumah tangga sampel yang termasuk dalam kategori berpendapatan rendah (< 2 juta
go
rupiah); proporsi pendidikan kepala rumah tangga yang berpendidikan rendah
bp
s.
(SD ke bawah) yang masih besar; proporsi rumah tangga sampel dengan
rt a.
sumber pendapatan utama yang berstatus sebagai penerima pendapatan masih cukup besar akan menyebabkan kualitas jawaban responden menjadi
ka
sangat meragukan. Persoalan dan keterbatasan terkait dengan sebaran
ya
sampel STK disebabkan oleh pelaksanaan lapangan yang integrasi dengan
og
sampel Sakernas yang bertujuan untuk pengumpulan data ketenagakerjaan.
tp :// y
Ke depan perlu dipertimbangkan pelaksanaan pengumpulan data yang berdiri sendiri, sehingga mampu mengontrol sebaran responden yang mewakili
ht
semua golongan konsumen.
52
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
og
tp :// y
ht
.id
go
s.
bp
rt a.
ka
ya
.id go s. bp rt a.
ht
tp :// y
og
ya
ka
Halaman ini sengaja dikosongkan
Tabel 1. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I-2014 dan Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan II-2014 Tingkat Nasional dan Provinsi Pengaruh Konsumsi Rencana Pembelian Pendapat Pendapatan Inflasi Thd Makanan & Barang Tahan Lama, ITK an Ruta ITK Kini Ruta Tingkat Non Kegiatan Pesta dan Mendatang 1) Kini Mendatang Konsumsi Makanan Rekreasi
Provinsi
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
104,98
109,22
110,11
107,22
106,01
113,57
108,71
Sumatra Utara
107,31
120,95
118,09
113,28
111,67
108,87
110,67
Sumatra Barat
108,84
112,90
116,56
111,58
111,32
109,79
110,77
Riau
110,19
111,98
110,25
110,69
110,42
109,30
110,02
Jambi
104,52
105,17
109,00
105,66
114,45
104,41
110,86
Sumatra Selatan
107,73
107,73
107,52
107,69
113,70
110,56
112,58
Bengkulu
101,66
115,62
112,02
107,63
109,30
Lampung
106,08
110,06
110,80
108,16
109,76
Kepulauan Babel
105,04
104,93
105,58
105,13
Keulauan Riau
107,64
112,33
114,94
110,46
DKI Jakarta
117,41
117,54
117,95
117,56
Jawa Barat
111,01
113,64
114,29
112,42
Jawa Tengah
108,64
118,99
113,80
DI Yogyakarta
117,13
119,08
Jawa Timur
109,92
Banten
108,06
112,03
110,57
111,56
110,28
111,11
121,61
112,72
118,43
118,41
118,51
118,45
113,87
110,94
112,82
112,53
115,18
108,87
112,93
119,58
118,18
121,50
118,91
120,58
113,64
114,21
111,84
114,44
110,27
112,95
112,63
117,46
119,53
115,41
118,30
111,90
116,01
Bali
116,27
111,45
116,29
114,98
120,91
116,47
119,32
NTB
106,54
114,63
119,86
111,57
113,72
109,92
112,37
NTT
98,45
101,49
104,25
100,51
108,88
105,43
107,65
Kalimantan Barat
108,80
116,73
126,87
114,80
116,40
112,88
115,14
Kalimantan Tengah
106,16
106,01
108,58
106,64
113,49
110,39
112,38
Kalimantan Selatan
116,69
104,81
107,21
111,47
110,34
106,95
109,13
Kalimantan Timur
119,13
117,68
122,79
119,52
111,58
119,95
114,57
Sulawesi Utara
101,44
98,12
101,16
100,49
111,13
106,17
109,36
104,24
106,67
110,79
106,29
114,75
111,50
113,59
Sulawesi Selatan
114,12
106,89
109,23
111,13
118,28
115,29
117,21
Sulawesi Tenggara
104,13
100,98
106,12
103,71
107,80
107,74
107,78
Gorontalo
103,06
109,37
110,83
106,42
112,09
107,96
110,62
Sulawesi Barat
103,55
104,51
108,27
104,82
113,97
109,41
112,34
Maluku
120,56
112,81
112,94
116,85
112,11
107,53
110,47
Malut
114,59
103,04
112,36
111,00
112,09
108,16
110,69
Papua Barat
104,06
108,21
110,11
106,47
109,90
112,68
110,90
Papua
108,74
108,54
110,14
108,99
111,71
106,04
109,68
Nasional
108,83
110,40
112,49
110,03
113,35
110,64
112,39
s.
bp
rt a.
ka
ya
tp :// y
ht
Sulawesi Tengah
go
105,82
og
(1)
.id
(2)
NAD
1)
Catatan: Angka Perkiraan ITK Triwulan II 2014
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
55
Tabel 2. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan II-2014 dan Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III-2014 Tingkat Nasional dan Provinsi Pengaruh Konsumsi Rencana Pembelian Pendapat Pendapatan Inflasi Thd Makanan & Barang Tahan Lama, ITK an Ruta ITK Kini Ruta Tingkat Non Kegiatan Pesta dan Mendatang 1) Kini Mendatang Konsumsi Makanan Rekreasi
Provinsi
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
101,78
111,24
101,09
104,18
109,84
101,06
106,69
Sumatra Utara
113,94
117,97
107,68
113,69
117,56
106,95
113,76
Sumatra Barat
98,19
119,71
114,54
107,48
104,84
101,78
103,74
Riau
109,76
113,25
108,39
110,41
106,98
107,85
107,29
Jambi
117,13
107,38
106,20
112,17
114,68
108,06
112,31
Sumatra Selatan
101,03
121,43
106,71
107,74
116,67
100,50
110,87
Bengkulu
102,00
119,05
109,13
108,12
115,50
Lampung
105,17
118,19
108,92
109,48
107,73
Kepulauan Babel
112,12
106,47
102,86
108,62
121,71
Keulauan Riau
111,61
118,03
110,30
113,06
116,46
DKI Jakarta
118,98
118,07
114,58
117,79
Jawa Barat
110,76
118,66
111,07
112,95
Jawa Tengah
114,59
118,66
110,43
DI Yogyakarta
113,01
121,83
109,13
Jawa Timur
114,44
115,51
105,68
Banten
112,25
119,27
120,45
Bali
119,50
114,20
NTB
108,91
114,55
NTT
101,66
103,91
Kalimantan Barat
101,74
120,57
Kalimantan Tengah
115,41
105,32
Kalimantan Selatan
111,86
Kalimantan Timur
110,15
106,18
107,17
111,64
118,10
107,34
113,19
121,98
110,87
118,00
116,66
112,96
114,80
bp
106,34
121,26
105,49
115,61
114,56
124,12
110,79
119,34
112,86
121,74
106,54
116,29
115,89
118,82
111,75
116,29
113,29
116,75
121,92
111,03
118,02
110,27
110,72
121,51
100,31
113,91
103,47
102,65
114,77
106,76
111,90
116,74
110,02
113,76
104,70
110,51
104,32
110,32
116,38
113,56
115,37
104,08
102,92
107,86
109,86
105,03
108,13
117,15
120,11
116,64
117,84
120,81
112,87
117,96
Sulawesi Utara
109,37
102,31
100,84
105,65
119,01
102,28
113,01
Sulawesi Tengah
114,41
106,39
104,06
110,04
122,45
102,07
115,14
113,23
108,12
104,98
110,09
114,23
103,73
110,47
Sulawesi Tenggara
117,30
101,25
107,35
110,85
117,89
113,86
116,45
Gorontalo
109,29
108,93
107,00
108,70
117,04
106,84
113,38
Sulawesi Barat
98,05
104,19
103,37
100,84
114,01
102,42
109,85
Maluku
119,42
113,68
109,05
115,66
125,00
100,47
116,21
Malut
115,59
102,96
105,99
110,14
115,62
101,83
110,68
Papua Barat
113,46
107,35
107,27
110,49
118,42
113,95
116,82
Papua
101,49
110,60
109,48
105,65
120,74
101,37
113,80
Nasional
110,72
112,58
108,54
110,76
116,97
106,27
113,13
s.
rt a.
ka
og
tp :// y
ht
Sulawesi Selatan
go
100,59
ya
(1)
.id
(2)
NAD
1)
Catatan: Angka Perkiraan ITK Triwulan III 2014
56
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
Tabel 3. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan III-2014 dan Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan IV-2014 Tingkat Nasional dan Provinsi Pengaruh Konsumsi Rencana Pembelian Pendapat Pendapatan Inflasi Thd Makanan & Barang Tahan Lama, ITK an Ruta ITK Kini Ruta Tingkat Non Kegiatan Pesta dan Mendatang 1) Kini Mendatang Konsumsi Makanan Rekreasi
Provinsi
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
107,00
107,16
107,64
107,18
105,02
110,40
106,95
Sumatra Utara
116,77
110,79
112,60
114,27
106,14
111,19
107,95
Sumatra Barat
103,44
113,17
116,79
108,91
104,98
102,00
103,91
Riau
113,47
113,16
119,55
114,69
103,64
109,15
105,61
Jambi
117,56
108,85
115,06
114,68
106,67
110,78
108,14
Sumatra Selatan
108,69
115,06
119,20
112,65
106,34
111,94
108,35
Bengkulu
112,12
111,57
118,01
113,23
104,24
Lampung
113,12
112,14
112,09
112,64
104,99
Kepulauan Babel
110,51
104,33
110,72
108,89
Keulauan Riau
112,34
111,71
117,05
113,18
DKI Jakarta
122,05
113,42
117,48
118,75
Jawa Barat
115,00
110,36
114,84
113,72
Jawa Tengah
116,03
114,59
117,70
DI Yogyakarta
117,02
117,66
Jawa Timur
118,16
Banten
103,98
106,53
105,55
110,24
115,56
112,15
112,24
111,63
112,02
113,42
114,04
113,64
108,69
107,31
108,20
116,00
112,51
107,41
110,68
110,95
115,89
115,87
112,44
114,64
110,45
117,71
115,99
108,74
105,95
107,74
114,22
116,04
120,68
116,09
111,37
112,25
111,68
Bali
111,84
110,98
113,19
111,90
109,01
113,73
110,70
NTB
111,12
109,07
115,70
111,54
113,14
103,29
109,61
NTT
102,28
103,85
107,14
103,74
111,52
103,50
108,64
Kalimantan Barat
111,12
110,30
117,53
112,27
110,08
108,86
109,64
Kalimantan Tengah
118,69
104,56
106,72
112,33
111,72
113,30
112,29
Kalimantan Selatan
112,64
104,80
107,39
109,41
102,66
103,39
102,92
Kalimantan Timur
120,24
116,72
117,87
118,79
114,57
116,34
115,21
Sulawesi Utara
109,28
101,98
108,56
107,16
111,08
105,49
109,07
116,24
109,02
109,19
112,79
118,06
108,01
114,46
Sulawesi Selatan
113,63
105,48
110,03
110,67
119,28
115,65
117,98
Sulawesi Tenggara
118,94
107,15
111,68
114,21
109,58
106,27
108,40
Gorontalo
112,25
108,73
112,00
111,25
105,81
106,34
106,00
Sulawesi Barat
110,52
111,35
113,10
111,30
105,04
114,56
108,46
Maluku
119,52
111,99
109,77
115,41
122,03
102,48
115,02
Malut
119,63
105,45
110,44
113,85
107,63
106,95
107,39
Papua Barat
113,31
105,72
107,48
110,02
113,51
107,62
111,40
Papua
106,16
107,68
109,17
107,21
113,07
103,96
109,81
Nasional
113,48
109,86
113,18
112,44
110,09
108,84
109,64
s.
bp
rt a.
ka
ya
tp :// y
ht
Sulawesi Tengah
go
103,52
og
(1)
.id
(2)
NAD
1)
Catatan: Angka Perkiraan ITK Triwulan IV 2014
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
57
Tabel 4. Indeks Tendensi Konsumen Triwulan IV-2014 dan Perkiraan Indeks Tendensi Konsumen Triwulan I-2015 Tingkat Nasional dan Provinsi Pengaruh Konsumsi Rencana Pembelian Pendapat Pendapatan Inflasi Thd Makanan & Barang Tahan Lama, ITK an Ruta ITK Kini Ruta Tingkat Non Kegiatan Pesta dan Mendatang 1) Kini Mendatang Konsumsi Makanan Rekreasi
Provinsi
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)
(8)
101.63
111.40
108.50
105.77
102.28
109.69
104.98
Sumatra Utara
106.74
102.33
107.47
105.69
106.72
101.46
104.82
Sumatra Barat
108.90
98.27
109.56
106.14
104.02
107.43
105.27
Riau
99.90
95.68
114.84
101.96
104.65
103.22
104.14
Jambi
101.46
106.95
110.06
104.81
104.47
103.44
104.11
Sumatra Selatan
101.61
98.08
111.52
102.78
106.46
104.40
105.72
Bengkulu
100.58
105.50
120.78
106.26
107.48
Lampung
104.51
106.89
110.31
106.41
107.81
Kepulauan Babel
102.13
108.09
108.64
105.15
106.84
Keulauan Riau
102.83
108.83
115.96
107.29
106.61
DKI Jakarta
108.38
106.16
118.39
109.93
Jawa Barat
107.59
103.10
110.95
107.09
Jawa Tengah
98.97
112.66
114.38
DI Yogyakarta
101.35
114.50
115.75
Jawa Timur
108.97
111.52
111.60
Banten
109.42
95.89
119.19
Bali
116.55
108.80
NTB
106.32
103.12
NTT
104.25
102.99
Kalimantan Barat
100.18
114.06
Kalimantan Tengah
109.47
97.59
Kalimantan Selatan
101.70
Kalimantan Timur
105.49
102.61
105.93
101.68
104.98
106.23
106.48
110.80
107.28
109.53
108.54
106.19
106.02
bp
102.05
103.18
109.52
105.49
108.03
109.61
104.64
107.81
110.23
110.80
106.11
109.11
107.83
110.35
101.28
107.06
110.48
113.13
111.99
109.53
111.11
118.69
108.11
108.45
103.53
106.67
114.90
106.20
105.51
102.69
104.50
115.63
107.29
108.99
111.84
110.04
106.25
105.54
105.13
103.97
104.72
103.65
106.74
103.32
103.72
101.90
103.07
109.53
113.19
115.13
111.73
110.62
103.81
108.16
Sulawesi Utara
102.36
115.72
115.88
108.91
109.41
105.47
107.99
Sulawesi Tengah
100.18
122.68
108.75
108.16
109.72
103.94
107.63
106.44
110.78
109.08
108.19
108.31
106.54
107.68
Sulawesi Tenggara
109.35
108.00
108.01
108.69
109.95
104.50
107.98
Gorontalo
101.34
109.34
110.56
105.50
105.01
101.22
103.64
Sulawesi Barat
103.29
104.02
108.30
104.57
105.60
101.06
103.96
Maluku
101.08
91.53
118.52
102.23
104.02
101.01
102.94
Malut
99.35
105.52
109.78
103.28
109.81
105.66
108.31
Papua Barat
104.49
113.83
112.28
108.71
107.55
104.89
106.59
Papua
113.32
107.78
112.45
111.62
109.69
102.29
107.01
Nasional
106.10
106.32
112.96
107.62
108.12
104.80
106.93
s.
rt a.
ka
og
tp :// y
ht
Sulawesi Selatan
go
101.98
ya
(1)
.id
(2)
NAD
1)
Catatan: Angka Perkiraan ITK Triwulan I 2015
58
Indeks Tendensi Konsumen Daerah Istimewa Yogyakarta, 2014
og
tp :// y
ht
.id
go
s.
bp
rt a.
ka
ya
o. id s. g bp rt a. ka
ht
tp :// y
og
ya
MENCERDASKAN BANGSA
BADAN PUSAT STATISTIK
Provinsi Daerah Istimewa Yogyakarta
Jl. Lingkar Selatan, Tamantirto, Kasihan Bantul Telp. (0274) 4342234 (Hunting); Fax. (0274) 2432230 E-mail:
[email protected] Homepage: http//yogyakarta.bps.go.id