Implementasi Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
IMPLEMENTASI UNDANG-UNDANG KESELAMATAN DAN KESEHATAN KERJA Henry Arianto Fakultas Hukum Universitas INDONUSA Esa Unggul, Jakarta Jln. Arjuna Utara Tol Tomang Kebun Jeruk, Jakarta 11510
[email protected]
ABSTRACT There are many Indonesia citizen in particular resident at silvan one is opting work as Labour Of Indonesia beyond seas, as at Saudi's Malaysia and Arab, to weigh working as farmer. If don't chance to abroad go to, therefore village resident is opting become labour at metropolises to weigh as farmer. Base Indonesian state constitution, section 27 sentence 2 UUD ’ 45, every citizen really is entitled to work and subsistence that reasonably divides humanitarianism. But of course that citizen can carry on its work with every consideration, therefore needs to be given by protection by state. About problem which will be worked through deep observational it is hit, “What and How forms protection of state to its citizen in ketenagakerjaan's area?” In arrange this research writer uses to methodic normatif's law research. One that intended with normatif's jurisdictional research is observational jurisdictional bibliographical. With descriptive character because gets form to enlighten or figuring an about problem by use of theories as base as to solve problems. Order hit safety And job health be meant to give protections for employ or labour of instance or adverse labor situation or gets to disadvantage health in order to that someone does work. Order hits safety and health job not know word as “ ought to ”, “better ”, “obviously ”. On the contrary, order about safety and job health constitutes “ instruction ” or “ prohibition ”. Employer that doesn't accomplish to command or employer that ignore its sanction prohibition be been threatened by criminal coop or fine. Keywords: Implementation, Health, Working Safety Law
Masyarakat Indonesia mulai merubah sistem sosial-
Pendahuluan Sejak memproklamirkan kemerdekaannya
nya, dari yang semula masyarakat Indonesia dikenal
pada tanggal 17 Agustus 1945, bangsa Indonesia te-
sebagai masyarakat agraris, kini lebih dikenal de-
lah mengisi kemerdekaan dengan berbagai macam
ngan masyarakat pekerja.
aktivitas. Pembangunan di segala bidang dapat kita
Banyak warga negara Indonesia khususnya
lihat, mulai dari kota hingga desa. Seperti pemba-
penduduk di desa yang lebih memilih bekerja se-
ngunan jalan, jembatan, gedung sekolah, gedung
bagai Tenaga Kerja Indonesia (TKI) di luar negeri,
perkantoran dan lain sebagainya. Tenaga kerja pun
seperti di Malaysia dan Arab Saudi, ketimbang be-
banyak dibutuhkan dalam pembangunan tersebut.
kerja sebagai petani. Bila tidak berkesempatan ke
Masyarakat Indonesia pun mulai meng-
luar negeri, maka penduduk desa lebih memilih
alami perubahan sosial. Selo Soemardjan meru-
menjadi buruh di kota-kota besar ketimbang men-
muskan perubahan sosial adalah perubahan-peru-
jadi petani.
bahan pada lembaga-lembaga kemasyarakan di da-
Berdasarkan konstitusi negara Indonesia,
lam suatu masyarakat yang mempengaruhi sistem
pasal 27 ayat 2 UUD’45, tiap warga negara memang
sosialnya, termasuk di dalamnya nilai-nilai, sikap &
berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak
pola perilaku diantara kelompok dalam masyarakat.
bagi kemanusiaan. Namun tentu agar warga negara
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
1
Implementasi Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dapat menjalankan pekerjaannya dengan baik, maka perlu diberikan perlindungan oleh negara.
Pembahasan Indonesia kini telah memiliki beberapa
Permasalahan yang akan dibahas dalam
aturan mengenai tenaga kerja. Aturan–aturan ter-
penelitian ini adalah mengenai, “Apa dan Bagaima-
sebut di buat tentunya adalah untuk melindungi
nakah bentuk perlindungan dari negara kepada war-
manusia sebagai subyek hukum. Seperti telah kita
ga negaranya dalam bidang ketenagakerjaan?”
ketahui bersama bahwa dibuatnya hukum salah satu
Dalam menyusun penelitian ini penulis mempergunakan metode penelitian hukum normatif.
tujuannya adalah untuk melindungi kepentingankepentingan manusia yang berbeda-beda.
Yang dimaksud dengan penelitian hukum normatif
Apabila kita mencermati mengenai hukum
adalah penelitian hukum kepustakaan.(Soerjono
perlindungan tenaga kerja di Indonesia, maka kita
Soekanto, 2006) Dengan sifat deskriptif karena
dapat melihat bahwa sifat perlindungan hukum te-
berbentuk menerangkan atau menggambarkan suatu
naga kerja di Indonesia adalah bersifat Preventif dan
permasalahan dengan menggunakan teori-teori se-
Represif. Dikakatan bersifat preventif karena un-
bagai landasan untuk memecahkan masalah. Dalam
dang-undang tersebut mengatur hal-hal yang belum
metode ini, yang ditempuh adalah melalui pencarian
tentu terjadi, namun telah di atur sebagai tindakan
dan pengumpulan data sekunder. Penelitian nor-
pencegahan agar apabila dikemudian hari terjadi hal
matif sering juga disebut penelitian kepustakaan
yang dikhawatirkan tersebut, maka telah ada pe-
atau library research. Dikarenakan tujuan dari pe-
doman atau aturan mengenai tindakan apa yang se-
nulisan penelitian ini hanya untuk memberikan
harusnya dilakukan.
gambaran atau penjelasan maka sifat dari penelitian
Sifat perlindungan tenaga kerja yang ber-
ini adalah bersifat deskriptif. Penelitian deskriptif
sifat preventif adalah aturan-aturan mengenai Kese-
adalah peneltian yang menggambarkan fakta yang
hatan dan Keselamatan Kerja (K-3). Seperti aturan
sebenarnya terjadi dalam kasus yang sedang dibahas
tentang keselamatan kerja, kesehatan kerja, dan hi-
pada penelitian ini. (Soerjono Soekanto, 1984)
giene perusahaan yang merujuk kepada Undang-
Berdasarkan jenis dan bentuknya maka data
Undang No. 14 Tahun 1969, Undang-Undang No.12
yang diperlukan dalam penelitian ini adalah data
Tahun 1948 jo Undang-Undang No. 1 Tahun 1951
sekunder. Secara definisi, data sekunder adalah data
dan Undang-Undang No. 1 Tahun 1970. (Goenawan
yang ditemukan dalam bahan-bahan pustaka. Oleh
Oetomo, 2006). Sedangkan sifat perlindungan te-
karena itu, maka bahan-bahan pustaka merupakan
naga kerja yang bersifat represif berupa:
sumber utama data sekunder. Data sekunder ini
1. Social Assistant (bantuan sosial)
terdiri dari bahan hukum primer, bahan hukum se-
Bentuk dari social assistant ini adalah aturan-
kunder dan bahan hukum tersier. Adapun tujuan
aturan mengenai perusahaan yang diharuskan
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui per-
untuk memberikan santuan-santunan kepada
lindungan dari negara kepada warga negaranya da-
karyawan, seperti uang santunan kesehatan
lam bidang ketenagakerjaan
maupun uang santunan kecelakaan kerja.
2
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
Implementasi Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Social Insurance (asuransi sosial)
Pensiun Pemberi Kerja dan PP No.77 tahun
Bentuk dari asuransi sosial ini adalah santunan
1992 tentang Jaminan Pensiun Lembaga Keua-
perusahaan kepada karyawan. Maksud dari
ngan. Dimana peraturan ini mengatur mengenai
social insurance ini adalah untuk menambah
jaminan sosial tenaga kerja khususnya jaminan
stabilitas derajat penghidupan dalam keadaan
sosial yang berupa jaminan pensiun. Mengingat
yang silih berganti, artinya majikan membe-
sedikit banyak, buruh atau tenaga kerja telah
rikan nafkah kepada buruh tanpa menerima
berjasa dalam perusahaan, maka ketika berakhir
prestasi kerja. Social insurance merupakan ja-
masa kerjanya perlu pula diperhatikan nasibnya
minan sosial yang berarti penjaminan atau ke-
setelah pensiun tersebut.
pastian penerimaan suatu tunjangan dari suatu
4. Yuridis, seperti Undang-Undang No.13 Tahun
penghasilan jika penghasilan itu tidak diterima
2003 tentang Ketenagakerjaan. Dimana peratu-
lagi karena menganggur, sakit, mengalami ke-
ran ini mengatur lebih dalam mengenai hukum
celakaan atau telah lanjut usia hingga tidak
tenaga kerja di Indonesia.
mampu bekerja lagi. Di Indonesia, jaminan sosial ini dilaksanakan pertama kali berdasar Un-
Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa
dang-Undang No.33 Tahun 1947 jo Undang-
aturan hukum tenaga kerja di Indonesia sudah cukup
Undang No.2 Tahun 1951 yang mewajibkan
memadai, sudah cukup lengkap, mengatur berbagai
perusahaan untuk memberikan santunan kepada
segi kehidupan kaum tenaga kerja itu sendiri.
buruhnya apabila mengalami kecelakaan kerja.
Pada awal konsep hukum perburuhan kla-
Ini adalah cikal bakal dari adanya Asuransi
sik, bidang keselamatan dan kesehatan kerja lebih
Tenaga Kerja (Astek).
dikenal dengan istilah hukum perlindungan buruh. Hal ini dikarenakan bahwa pembahasan dalam bi-
Perlindungan tenaga kerja dapat dikelom-
dang keselamatan dan kesehatan kerja pada dasar-
pokkan kedalam beberapa jenis, yaitu:
nya bertujuan untuk memberikan perlindungan ke-
1. Teknis, seperti Undang-Undang No.2 Tahun
pada buruh akibat dari adanya kecelakaan kerja dan
2004 tentang Penyelesaian Perselisihan Hubu-
timbulnya penyakit akibat kerja. (Imam Soepomo,
ngan Industrial. Dimana peraturan ini memba-
1988)
has cara-cara atau teknis penyelesaian perselisihan di bidang hukum tenaga kerja.
Munculnya konsep pengaturan mengenai hukum perlindungan buruh tersebut dilatarbelakangi
2. Ekonomi, seperti Undang-Undang No.2 Tahun
oleh kondisi sosiologis pada saat itu dimana muncul
1951 tentang Pemberian Santunan. Dimana pe-
pandangan atau pendapat yang sama dikalangan pe-
raturan ini mengatur agar buruh mendapatkan
ngusaha bahwa buruh sebagai bagian dari kompo-
kesejahteraan yang layak sehingga taraf kehidu-
nen produksi tidak perlu diberikan perlindungan
pan perekonomiannya pun tidak jatuh terpuruk.
yang khusus. Hal ini akan menambah biaya pro-
3. Sosial, seperti Undang-Undang No.11 Tahun
duksi yang harus dikeluarkan oleh pengusaha. Se-
1992 jo PP No.76 Tahun 1992 tentang Jaminan Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
3
Implementasi Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
dangkan disisi lain, pengusaha ingin memperoleh tingkat keuntungan yang sebesar-besarnya. Konsep keselamatan kerja pada waktu itu,
Apabila dirinci lebih lanjut, maka terdapat beberapa peraturan perundang-undangan yang menjadi dasar pengaturan di bidang keselamatan dan ke-
lebih mengutamakan penjagaan keamanan terhadap
sehatan kerja, yaitu sebagai berikut :
mesin-mesin produksi daripada kepentingan kesela-
1. Undang-Undang Nomor 1 Tahun 1970 tentang
matan dan kesehatan pekerja. Hal ini tentunya searah dengan tujuan pengusaha yang hanya lebih mengutamakan kepentingan ekonomis perusahaan daripada kepentingan keselamatan buruh. Dalam perkembangannya, kemudian muncul konsep hukum perlindungan buruh yang pada
Keselamatan Kerja. 2. Undang-Undang Nomor 3 Tahun 1992 tentang Jaminan Sosial Tenaga Kerja. 3. Peraturan Pemerintah Nomor 14 Tahun 1993 tentang Penyelenggaraan Program Jaminan Sosial Tenaga Kerja.
dasarnya muncul akibat dari ketiadaan pengaturan
4. Keputusan Presiden Nomor 22 Tahun 1993
yang melindungi hak-hak buruh. Sama halnya yang
tentang Penyakit yang Timbul Karena Hubu-
terjadi di Indonesia, yang juga telah memiliki pe-
ngan Kerja.
raturan perundang-undangan yang mengatur tentang keselamatan kerja ini.
5. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 02 Tahun 1970 tentang Pembentukan Panitia Pem-
Adapun alasan yang melatarbelakangi pe-
bina Keselamatan Dan Kesehatan Kerjs (P2K3).
nyusunan dan pemberlakuan peraturan perundang-
6. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Nomor
undangan tentang perlindungan keselamatan dan ke-
3 Tahun 1978 tentang Persyaratan Penunjukan
sehatan kerja tersebut adalah bahwa tenaga kerja
dan Wewenang serta Kewajiban Pegawai Pe-
bukan merupakan obyek dalam suatu proses pro-
ngawas Keselamatan dan Kesehatan Kerja dan
duksi. Tenaga kerja merupakan subyek dalam suatu
Ahli Keselamatan Kerja.
proses produksi yang oleh karenanya pengusaha
7. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 02
wajib menghormati dan melindungi hak-hak yang
Tahun 1980 tentang Pemeriksaan Kesehatan
dimiliki oleh tenaga kerja tersebut.
Tenaga Kerja dalam Penyelenggaraan Kesela-
Secara historis, awal pengaturan tentang ke-
matan Kerja.
selamatan dan kesehatan kerja sebagai bagian dari
8. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 04
hukum perlindungan tenaga kerja di Indonesia di-
Tahun 1980 tentang Syarat-Syarat Pemasangan
mulai pada tahun 1970. Pada saat itu, pemerintah te-
Dan Pemeliharaan Alat Pemadam Api Ringan.
lah mengeluarkan Undang-Undang yang khusus
9. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 01
mengatur mengenai keselamatan dan kesehatan ker-
Tahun 1981 tentang Kewajiban Melapor Penya-
ja. Namun dalam perkembangannya, kemudian
kit Akibat Kerja.
muncul pula aturan-aturan hukum lainnya yang
10. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 03
bersifat memperlangkap aturan hukum yang sudah
Tahun 1982 tentang Pelayanan Kesehatan Tena-
ada lebih dahulu.
ga Kerja.
4
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
Implementasi Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
11. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 02 Ta-
Perlindungan terhadap tenaga kerja dimak-
hun 1983 tentang Instalasi Alarm Kebakaran
sudkan untuk menjamin hak-hak dasar pekerja/
Otomatik.
buruh dan menjamin kesamaan kesempatan serta
12. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 04
perlakuan tanpa diskriminasi atas dasar apapun un-
Tahun 1987 tentang Tata Cara Pembentukan
tuk mewujudkan kesejahteraan pekerja/buruh dan
P2K3 dan Pengangkatan Ahli K3.
keluarganya dengan tetap memperhatikan perkem-
13. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 02
bangan kemajuan dunia usaha.
Tahun 1989 tentang Pengawasan Instalasi Penyalur Petir.
Kesehatan Kerja adalah bagian dari ilmu kesehatan yang bertujuan agar tenaga kerja memper-
14. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor 02
oleh keadaan kesehatan yang sempurna baik fisik
Tahun 1992 tentang Tata Cara Pengangkatan
maupun mental dan sosialnya sehingga memung-
Ahli K3.
kinkan bekerja secara optimal. Tujuan dari adanya
15. Peraturan Menteri Tenaga Kerja Nomor Per-
peraturan mengenai Kesehatan kerja adalah:
05/MEN/1993 tentang Petunjuk Teknis Pendaf-
1. Meningkatkan dan memelihara derajat kese-
taran Kepesertaan, Pembayaran Iuran, Pemba-
hatan tenaga kerja yang setinggi-tingginya baik
yaran Santunan, dan Pelayanan Jaminan Sosial
fisik, mental dan sosial.
Tenaga Kerja.
2. Mencegah dan melindungi tenaga kerja dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kon-
Selain itu, perihal Kesemalatan dan Kesehatan Kerja ini juga disinggung secara singkat da-
disi lingkungan kerja. 3. Menyesuaikan tenaga kerja dengan pekerjaan a-
lam Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
tau pekerjaan dengan tenaga kerja.
Ketenagakerjaan. Dalam Undang-Undang Ketena-
4. Meningkatkan produktivitas kerja.
gakerjaan tersebut dijelaskan bahwa Keselamatan dan Kesehatan Kerja merupakan bagian dari hak
Sumber-sumber bahaya bagi Kesehatan Kerja ada-
dari setiap pekerja atau buruh untuk memperoleh
lah:
perlindungan. (Iman Sjahputra Tunggal, 2005)
1. Faktor Fisik.
Selain
itu,
Undang-Undang
Ketenaga-
a. Suara yang terlalu bising
kerjaan juga menjelaskan bahwa pemberian perlin-
b. Suhu yang terlalu tinggi atau terlalu rendah
dungan keselamatan dan kesehatan kerja bagi pe-
c. Penerangan yang kurang memadai
kerja atau buruh dilakukan dengan tujuan untuk
d. Ventilasi yang kurang memadai
mendukung mewujudkan produktivitas kerja yang
e. Radiasi
optimal. Oleh karena itu, setiap perusahaan me-
f.
miliki kewajiban untuk menerapkan sistem mana-
g. Tekanan udara yang terlalu tinggi atau terlalu
jemen keselamatan dan kesehatan kerja yang terintegrasi dengan sistem manajemen perusahaan.
Getaran mekanis
rendah h. Bau-bauan di tempat kerja. i.
Kelembaban udara dan lain-lain.
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
5
Implementasi Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2. Faktor Kimia.
1.
Pegawai Keselamatan dan Kesehatan Kerja.
a. Gas atau uap
2.
Ahli Keselamatan Kerja.
b. Cairan
3.
Pengawas ketenagakerjaan terpadu yang ter-
c. Debu-debuan
diri dari orang umum dan mereka yang memi-
d. Batuan kristal dan bentuk-bentuk lain
liki keahlian yang khusus.
e. Bahan-bahan kimia yang mempunyai sifat beracun
Dalam Keselamatan dan kesehatan Kerja ini
3. Faktor Biologis
maka Pengurus atau majikan memiliki tanggung ja-
a. Bakteri
wab atas Keselamatan dan Kesehatan Kerja di tem-
b. Virus
pat kerja adalah pimpinan atau pengurus tempat ker-
c. Jamur
ja (pengusaha). Dalam Pasal 14 Undang-Undang
d. Serangga
Keselamatan Kerja juga dikatakan bahwa ada ke-
e. Tumbuh-tumbuhan berbahaya
wajiban dari pengurus untuk melaksanakan K-3 ter-
4. Faktor Faal
sebut, dalam pasal 14 tersebut dikatakan bahwa pe-
a. Sikap badan yang tidak baik pada waktu kerja.
ngurus mempunyai kewajiban sebagai berikut: a. secara tertulis menempatkan dalam tempat kerja
b. Peralatan yang tidak sesuai atau tidak cocok
yang dipimpinnya, semua syarat keselamatan
dengan tenaga kerja atau dengan pekerjaan
kerja yang diwajibkan, sehelai Undang-undang
yang dilakukan.
ini dan semua peraturan pelaksanaannya yang
c. Gerak yang senantiasa berdiri atau duduk.
berlaku bagi tempat kerja yang bersangkutan,
d. Proses, sikap dan cara kerja yang monoton.
pada tempat-tempat yang mudah dilihat dan me-
e. Bahan kerja yang melampui batas kemam-
nurut petunjuk pegawai pengawas atau ahli ke-
puan.
selamatan kerja;
5. Faktor Psikologis
b. Memasang dalam tempat kerja yang dipim-
a. Kerja yang terpaksa atau dipaksakan yang tidak sesuai dengan kemampuan.
pinnya, semua gambar keselamatan kerja yang diwajibkan dan semua bahan pembinaan lain-
b. Suasana kerja yang tidak menyenangkan.
nya, pada tempat-tempat yang mudah dilihat
c. Pikiran yang senantiasa tertekan terutama
dan terbaca menurut petunjuk pegawai penga-
karena sikap atasan atau teman sekerja yang tidak sesuai.
was atau ahli keselamatan kerja. c. Menyediakan secara cuma-cuma, semua alat
d. Pekerjaan yang cenderung lebih mudah menimbulkan kecelakaan.
perlindungan diri yang diwajibkan pada tenaga kerja berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang lain yang memasuki
Dalam pelaksanaannya, pengawasan terha-
tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjuk-
dap Keselamatan dan Kesehatan Kerja ini dilakukan
petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk-
oleh pihak-pihak tertentu yaitu sebagai berikut : 6
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
Implementasi Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
petunjuk yang diperlukan menurut petunjuk
pembinaan keselamatan dan kesehatan kerja atau
pegawai pengawas atau ahli keselamatan kerja.
perusahaan. Adapun manfaat adanya P2K3 ini adalah
Pelaksanaan Pengawasan Kesehatan Kerja ditujukan kepada hal-hal sebagai berikut : 1.
pimpina perusahaan dan tenaga kerja dalam me-
dap
laksanakan kewajiban bersama, khususnya da-
a. Kebersihan tempat kerja dan perawatan ke-
lam melaksanakan keselamatan dan kesehatan kerja serta dalam melancarkan proses produksi
b.Kondisi lingkungan kerja.
3.
1. Mengembangkan kerja sama antara unsur-unsur
Tempat Kerja, dilakukan pengawasan terha-
bersihannya.
2.
sebagai berikut:
pada umumnya.
Proses Kerja., yaitu perlu diteliti bagaimana
2. Memberikan pengertian atau kesadaran kepada
proses kerjanya, yang dimuali dari gudang
semua tenaga kerja tentang keinginan pimpinan
bahan baku, persiapan, pengolahan, penge-
atau pengurus perusahaan dalam melaksanakan
pakan sampai dengan pendistribusian.
pencegahan kecelakaan, kebakaran, peledakan
Tenaga Kerja, dalam hal ini yang dilakukan
dan penyakit akibat kerja di tempat kerja.
pengawasan adalah terhadap:
3. Mengembangkan pendapat dan sebagai forum
a. Alat pelindung diri.
pembahasan masalah di bidang keselamatan dan
b.Sikap kerja dari pekerja atau buruh.
kesehatan kerja kepada pimpinan perusahaan.
c. Jenis kelamin.
4. Membantu meringankan beban tanggung jawab
d.Usia.
semua pihak dalam hal pencegahan kecelakaan
e. Beban kerja.
termasuk kebakaran, peledakan dan penyakit
f. Gizi tenaga kerja.
akibat kerja.
4.
Pelayanan kesehatan
5.
Fasilitas Kesehatan.
5. Memadukan atau menjalin pengetahuan dan pengalaman antara tenaga kerja dan pengawas kerja dalam rangka peningkatan usaha pencega-
Selain adanya pengawasan, maka faktor
han kecelakaan kerja.
pembinaan juga memiliki peran yang penting. Dalam pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan
Kesimpulan
Kerja maka pembinaan terhadap keselamatan dan
Aturan-aturan mengenai Keselamatan Dan
kesehatan kerja dilakukan oleh Panitia Pembina
Kesehatan Kerja dimaksudkan untuk memberikan
Keselamatan dan kesehatan Kerja atau yang sering
perlindungan bagi pekerja atau buruh dari kejadian
dikenal dengan singkatan P2K3. Secara teoritis,
atau keadaan perburuhan yang merugikan atau dapat
maka P2K3 adalah merupakan wadah bagi unsur
merugikan kesehatan dalam rangka seseorang itu
pimpinan perusahaan dan unsur tenaga kerja yang
melakukan pekerjaan. Aturan mengenai Kesela-
fungsi dan tugasnya adalah berkaitan dengan
matan dan Kesehatan Kerja tidak mengenal katakata seperti “hendaknya”, “sebaiknya”, “seyogya-
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009
7
Implementasi Undang-Undang Keselamatan dan Kesehatan Kerja
nya”. Sebaliknya, aturan tentang Keselamatan dan
Daftar Pustaka
Kesehatan Kerja merupakan “perintah” atau “la-
Soerjono Soekanto, Sri Mamudji, “Penelitian Hu-
rangan”. Majikan yang tidak memenuhi perintah
kum Normatif Suatu Tinjauan Singkat”, PT
atau majikan yang mengabaikan larangan sanksinya
RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006.
adalah diancam dengan pidana kurungan atau
Soerjono Soekanto, “Pengantar Penelitian Hukum”,
denda.
UI Press, Jakarta, 1984. Salah satu faktor yang mendukung terlak-
R. Goenawan Oetomo, “Pengantar Hukum Perbu-
sananya Keselamatan dan Kesehatan Kerja secara
ruhan dan Hukum Perburuhan di Indone
baik adalah adanya tindakan pengawasan dan pem-
sia”, Grhandhika Binangkit Press, Jakarta,
binaan yang dilakukan oleh Departemen Ketenaga-
2006.
kerjaan. Dalam kedudukan sebagai pihak yang ber-
Imam Soepomo, “Hukum Perburuhan Bidang Kese-
wenang, maka tindakan pengawasan yang dilakukan
hatan Kerja (Perlindungan Buruh)”, Pradnya
oleh
Paramita, Jakarta, 1988.
Departemen
Ketenagakerjaan
diharapkan
mampu untuk melakukan deteksi awal (early detec-
Iman Sjahputra Tunggal, “Tanya Jawab Hukum
tion) sehingga dapat mencegah potensi kerugian
Ketenagakerjaan Indonesia”, Harvarindo,
bagi pekerja atau buruh yang diakibatkan oleh
Jakarta, 2005.
faktor kecelakaan kerja atau timbulnya penyakit akibat kerja. Selain itu, pengawasan ini juga diharapkan untuk mendukung terciptanya suasana kerja yang aman dan stabil sehingga dapat pula meningkatkan produksi dan produktivitas kerja.
8
Lex Jurnalica Vol. 7 No.1, Desember 2009