BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Konsep Keselamatan dan Kesehatan Kerja
2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja Keselamatan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu program yang didasari dengan pendekatan ilmiah dalam upaya mencegah atau memperkecil terjadinya bahaya (hazard) dan risiko (risk) terjadinya penyakit dan kecelakaan maupun kerugian-kerugian lainnya yang dapat terjadi. Keselamatan kesehatan kerja bertujuan untuk mencegah para pekerja mengalami gangguan kesehatan yang disebabkan oleh kondisi kerja mereka dan melindungi para pekerja dari segala risiko akibat pekerjaan yang dapat menimbulkan gangguan kesehatan (Chandra, 2009).
2.1.2 Dampak Kerja dengan Posisi Duduk Masalah nyeri punggung bawah yang timbul akibat duduk lama menjadi fenomena yang sering terjadi saat ini. Enam puluh persen orang dewasa mengalami nyeri punggung bawah karena masalah duduk yang terjadi pada mereka yang bekerja atau yang aktivitasnya lebih banyak dilakukan dengan duduk. Duduk lama dengan posisi yang salah dapat menyebabkan otot-otot punggung menjadi tegang dan dapat merusak jaringan lunak sekitarnya. Bila keadaan ini berlanjut, akan menyebabkan penekanan pada bantalan saraf tulang
11
12
belakang yang mengakibatkan hernia nukleus pulposus, yaitu saraf tulang belakang terjepit diantara ruas tulang belakang sehingga menyebabkan selain nyeri punggung bawah juga rasa kesemutan yang menjalar ke tungkai sampai ke kaki. Bahkan bila dibiarkan, dapat menyebabkan kelumpuhan (Samara et al., 2003).
2.1.3 Penyakit Akibat Kerja Penyakit akibat kerja adalah penyakit atau gangguan kesehatan yang diakibatkan oleh pekerjaan atau lingkungan kerjanya dan diperoleh pada waktu melakukan pekerjaan dan masyarakat umum biasanya tidak akan terkena. Berat ringannya penyakit dan cacat tergantung dari jenis dan tingkat sakit. Cara menegakkan diagnosa penyakit akibat kerja sedikit berbeda dengan diagnosis penyakit-penyakit umum karena untuk penyakit ini tidak cukup hanya dengan pemeriksaan klinis dan laboratorium. Akan tetapi, harus pula diperiksa tempat, cara, dan syarat-syarat kerja. Selain itu sebagai tambahan bagi anamnesis yang biasa, harus pula dipertanyakan riwayat pekerjaan dari si penderita (Basuki, 2009). Secara umum, gangguan di daerah tulang belakang dapat terjadi karena posisi duduk antara lain: nyeri leher, nyeri punggung bawah. Secara teori nyeri punggung bawah terjadi karena posisi duduk yang terus menerus selama kerja.
13
2.2
Konsep Nyeri Punggung Bawah
2.2.1
Pengertian Nyeri Punggung Bawah Nyeri punggung bawah merupakan kelainan muskuloskeletal yang sering
ditemukan dan mempengaruhi kemampuan untuk beraktivitas pada hampir setiap individu dalam kehidupan sehari-harinya. Nyeri punggung bawah penyebab paling utama tenaga kerja mengambil cuti sakit atau mempunyai disabilitas dibandingkan penyakit-penyakit lainnya. Nyeri punggung bawah bisa akut maupun kronis berdasarkan durasinya (Mahadewa & Maliawan, 2009). Nyeri punggung bawah adalah rasa nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah yang dapat merupakan nyeri lokal maupun nyeri radikuler atau keduanya. Nyeri ini terasa diantara sudut iga terbawah sampai lipat bokong bawah yaitu di daerah lumbal dan sering disertai dengan perjalanan nyeri ke arah tungkai dan kaki. Nyeri yang berasal dari daerah punggung bawah dapat menyebar ke daerah lain atau sebaliknya nyeri yang berasal dari daerah lain dirasakan di daerah punggung bawah Nyeri punggung bawah yang lebih dari enam bulan disebut kronik. (Meliala, 2003;Mahadewa & Muliawan, 2009). Nyeri punggung bawah tidak mengenal umur, jenis kelamin, pekerjaan, status sosial, tingkat pendidikan, semuanya bisa terkena nyeri punggung bawah. Tulang punggung bawah berfungsi menyangga beban tubuh dan sekaligus sangat berdekatan dengan jaringan lain yakni traktus digestivus dan traktus urinarius. Kedua jaringan ini apabila mengalami perubahan patologik tertentu dapat menyebabkan nyeri yang dirasakan di daerah punggung bawah (Basuki, 2009).
14
2.2.2
Penyebab Nyeri Punggung Bawah Nyeri punggung bawah merupakan hal yang umum terjadi dan penyebab
yang spesifik sering tidak dapat diidentifikasi (Patel & Ogle, 2000). Terdapat beberapa penyebab nyeri punggung bawah di bidang medis antara lain: obesitas, stress, depresi, analgetik, kelainan muskuloskeletal, sistem saraf, sistem vaskuler dan psikogenik, dan beban kerja yang berat seperti mengangkat sesuatu yang berat setiap hari, bekerja dengan posisi kerja yang tidak benar, serta duduk terlalu lama dan penuh dengan ketegangan akan dapat menimbulkan keluhan nyeri punggung bawah (Smeltzer & Bare, 2002). Nyeri punggung bawah dapat timbul akibat dari adanya peregangan atau laserasi pada ligament (sprain) atau peregangan yang berlebihan dari otot atau sendi (strain) atau postur yang tidak tepat. Nyeri punggung bawah berat biasanya disebabkan terjadinya cedera pada sendi tulang punggung yang mengakibatkan nyeri pada jaringan atau serabut saraf
di
dekatnya, keadaan ini biasa terjadi ketika membungkuk. Penyebab nyeri punggung bawah selain spasme otot adalah deformitas, osteoarthritis, fraktur tulang punggung, lordosis, scoliosis, dan lain-lain (Murtagh, 2002). Penyebab nyeri punggung bawah adalah beban statis pada otot punggung yang menyebabkan otot-otot tubuh tegang dan pembuluh darah menyempit. Keadaan ini menurunkan aliran darah yang membawa oksigen dan glukosa ke seluruh tubuh dan akibatnya orang tersebut merasa lelah, tulang punggung dan ototnya akan merasa sakit. Penyempitan pembuluh darah juga mengakibatkan dilepasnya bahan-bahan yang dapat menstimulus reseptor nyeri seperti serotonin, histamin, ion kalium, bradikinin, prostaglandin, substansi P, dan penimbunan
15
asam laktat yang akan mengakibatkan respon nyeri. Rasa nyeri tersebut ditimbulkan oleh adanya akumulasi sisa-sisa hasil metabolisme yang menumpuk di jaringan. Penumpukan zat sisa hasil metabolisme tersebut dapat dihilangkan dengan gerakan pelatihan punggung yang cukup untuk mendilatasikan pembuluh darah. Lancarnya sirkulasi darah dan nutrisi maka zat-zat yang tidak berguna bagi tubuh ikut terbuang. Nyeri akan berkurang diikuti dengan spasme otot berkurang sehingga akan merileksasikan otot dan mengaktivasi pelepasan sistem endorphin dalam darah (Santosa, 2008). Endorphin dihasilkan di otak dan sumsum saraf tulang belakang. Hormon ini dapat berfungsi sebagai obat penenang alami yang diproduksi otak yang melahirkan rasa nyaman dan meningkatkan kadar endorphin dalam tubuh untuk mengurangi rasa nyeri. Pelatihan terbukti dapat meningkatkan kadar b-endorphin empat sampai lima kali di dalam darah. Sehingga semakin banyak melakukan pelatihan, maka akan semakin tinggi pula kadar b-endorphin akan keluar. Ketika seseorang melakukan pelatihan, maka b-endorphin akan keluar dan diterima oleh reseptor di dalam hipothalamus dan sistem limbik yang berfungsi untuk mengatur emosi. Peningkatan b-endorphin terbukti berhubungan erat dengan penurunan rasa nyeri, peningkatan daya ingat, memperbaiki nafsu makan, kemampuan seksual, tekanan darah dan pernafasan (Siswantoyo, 2010). Beberapa penyebab yang dapat menimbulkan nyeri punggung bawah antara lain:
16
1) Umur Keluhan muskuloskeletal mulai dirasakan pada usia kerja, yaitu pada usia 25-65 tahun. Keluhan biasanya akan mulai dirasakan pada usia 35 tahun dan akan semakin meningkat dengan bertambahnya usia. Hal ini terjadi karena pada usia setengah baya, kekuatan dan ketahanan otot dan tulang mulai menurun, sehingga risiko keluhan otot dan tulang akan meningkat (Chaffin, 1979 & Guo et al, 1995 dalam Tarwaka, 2004). 2) Jenis kelamin Masalah jenis kelamin wanita dan laki-laki mengenai penyebab dari nyeri punggung bawah dengan perbandingan hampir sama. Secara keseluruhan wanita lebih banyak mengalami nyeri punggung bawah dibandingkan dengan laki-laki karena kepadatan tulang yang kurang. Proses berhentinya menstruasi (menopause) juga dapat menyebabkan kepadatan tulang berkurang akibat penurunan hormon estrogen. 3) Kebiasaan olahraga Latihan olahraga teratur adalah cara yang ampuh untuk melawan nyeri yang ditimbulkan oleh gangguan punggung bawah. Jenis olahraga yang dapat dilakukan oleh penderita nyeri punggung bawah yang sudah berusia lanjut adalah jalan cepat dan jogging. Sedangkan bagi yang berusia di bawah 50 tahun dapat memilih jenis olahraga seperti: berenang, bersepeda santai dengan posisi punggung tegak, aerobik intensitas rendah hingga sedang, jogging, jalan cepat ataupun naik turun tangga.
17
4) Status gizi Diet yang tidak seimbang menyebabkan obesitas sehingga akan meningkatkan insiden terjadinya gangguan muskuloskeletal terutama pada punggung bawah karena lumbal merupakan titik mobilitas dari punggung. 5) Faktor psikososial Stres dapat menyebabkan otot menjadi tegang sehingga merupakan faktor psikososial terhadap pekerjaan dan gangguan daerah punggung. Faktor psikososial di tempat kerja dapat mempengaruhi tekanan psikososial para pekerja yaitu kontrol yang rendah dari organisasi pekerjaan, hubungan yang buruk dari manajemen, teman kerja dan permintaan yang tinggi dari hasil produksi, ketelitian, dan kecepatan kerja. 6) Sikap tubuh dan desain tempat kerja Sikap dengan posisi menunduk terlalu lama dalam jangka waktu yang lama dapat menyebabkan sakit punggung. Posisi statis terus menerus akan menyebabkan otototot menjadi spasme dan akan merusak jaringan lunak. Posisi tubuh yang salah selama duduk membuat tekanan abnormal dari jaringan sehingga menyebabkan rasa sakit. Dalam bekerja dengan posisi duduk, sikap tubuh selama bekerja berhubungan dengan tempat duduk dan meja kerja.
2.2.3
Patofisiologi Nyeri Punggung Bawah Tulang vertebra merupakan struktur komplek yang secara garis besar
terbagi atas dua bagian yaitu bagian anterior tersusun atas corpus vertebra, discus intervertebrallis, dan ditopang oleh ligamentum longitudinal anterior dan
18
posterior. Sedangkan bagian posterior tersusun atas pedikel, lamina, kanalis vertebralis, serta procesus tranversus dan spinosus yang menjadi tempat otot penyokong dan pelindung columna vertebra. Stabilitas vertebra tergantung integritas corpus vertebra dan discus intervertebralis serta dua jenis jaringan penyokong yaitu ligamentum (pasif) dan otot (aktif). Untuk menahan beban yang besar terhadap columna vertebra, stabilitas daerah punggung sangat bergantung pada gerak kontraksi volunter dan reflek otot-otot sakrospinalis, abdominal, gluteus maksimus, dan hamstring. Discus intervertebralis, baik annulus fibrosus maupun nucleus pulposus adalah bagian yang tidak peka nyeri. Bagian yang peka nyeri adalah ligamentum longitudinal anterior, ligamentum longitudinal posterior, corpus vertebra dan periosteumnya, articulation zygoapophyseal, ligamentum supraspinosum, facia dan otot (Meliala L., 2003).
Gambar 1. Kolumna Vertebralis Jaringan-jaringan ligamen dan tendon memegang tulang-tulang vertebra di tempatnya dan melekatkan otot-otot kepada columna spinalis. Punggung bawah mempunyai fungsi yang penting pada tubuh manusia, antaranya memberi
19
sokongan struktur, pergerakan, dan proteksi untuk jaringan-jaringan tubuh. Selain itu, punggung bawah berperan dalam melindungi jaringan lunak sistem saraf pusat yang mempersarafi bagian lumbal serta ekstremitas bawah, serta organ-organ daerah pelvis dan abdomen. Tulang belakang terdiri dari ruas vertebra servikalis, vertebra torakalis, vertebra lumbalis, vertebra sakralis, dan vertebra koksigius dan jumlah semua ruasnya adalah 33 ruas yang merupakan satu kesatuan dalam melakukan fungsinya seperti memperhatikan posisi tegak tubuh, menyangga berat badan, fungsi pergerakan tubuh, dan pelindung jaringan tubuh. Pada saat berdiri tulang belakang mempunyai fungsi sebagai penyangga berat badan, sedangkan pada saat jongkok atau memutar tulang belakang mempunyai fungsi sebagai penyokong pergerakan tersebut. Struktur dan peranan yang kompleks dari tulang belakang inilah yang sering kali menyebabkan masalah. Tulang belakang yang paling sering mengalami masalah adalah pada daerah lumbal karena daerah lumbal menyangga berat badan atas serta berat yang berasal dari benda yang dibawa manusia. Daerah ini berada dalam tekanan yang konstan terutama saat melakukan gerakan membungkuk, memutar, mengangkat, dan pada postur yang salah terutama pada posisi duduk lama karena dapat menyebabkan beban yang berlebihan dan kerusakan jaringan pada vertebra lumbal.
2.2.4
Manifestasi Klinis Nyeri Punggung Bawah Tanda dan gejala dari nyeri punggung bawah adalah ditemukan nyeri
myofasial yang khas ditandai dengan nyeri gerak dan nyeri tekan dari seluruh
20
daerah yang bersangkutan, kehilangan ruang gerak kelompok otot yang bersangkutan, dan spasme otot punggung bawah. Keluhan nyeri akibat spasme otot daerah lumbosakral sering hilang bila kelompok otot tersebut diregangkan. Keluhan nyeri gerak punggung bawah akibat spasme otot daerah lumbosakral akan dapat gambaran klinis sebagai berikut: 1) Keluhan nyeri yang dirasakan hebat dengan lokasi yang jelas. 2) Setiap kegiatan menimbulkan rasa sakit dan bila penderita tidur sakitnya hilang. 3) Penampilan umum dan pola jalan agak pincang. 4) Adanya spasme otot daerah lumbosakral, lingkup gerak sendi lumbosakral menjadi terbatas.
Pembagian derajat nyeri menurut (Apley & Solomon, 1986 dalam Dachlan, 2009).: 1) Derajat 1: normal (tidak ada keluhan). 2) Derajat 2: nyeri ringan adalah nyeri yang terus menerus namun dapat diabaikan dan tidak mengganggu aktivitas, apabila dipalpasi dengan penekanan yang kuat akan timbul keluhan nyeri. 3) Derajat 3 : nyeri sedang adalah nyeri yang timbul terus menerus dan mengganggu aktivitas dan tidak bisa diabaikan, apabila dipalpasi dengan penekanan sedang akan timbul keluhan nyeri.
21
4) Derajat 4 : nyeri berat adalah nyeri yang timbul terus menerus dan selalu mengganggu aktivitas, apabila dipalpasi dengan penekanan ringan akan timbul keluhan nyeri.
2.2.5
Klasifikasi Nyeri Punggung Bawah Klasifikasi nyeri punggung bawah dapat dibagi antara lain:
1) Viserogenik Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber oleh adanya kelainan pada organ dalam (viseral) seperti gangguan ginjal, usus, maag, dan lain-lain. 2) Neurogenik Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya penekanan pada saraf punggung bawah. 3) Vaskulogenik Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya gangguan vaskuler di sekitar punggung bawah. 4) Spondilogenik Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya gangguan pada struktur tulang maupun persendian tulang punggung bawah. 5) Psikogenik Merupakan nyeri punggung bawah yang bersumber dari adanya gangguan psikologis penderita (Tamsuri, 2007).
22
2.2.6
Faktor yang Mempengaruhi Nyeri Punggung Bawah Adapun faktor yang dapat mempengaruhi nyeri punggung bawah antara
lain: 1) Usia Nyeri bukan merupakan bagian dari proses penuaan yang tidak dapat dihindari. Namun, individu yang berusia lanjut memiliki risiko tinggi mengalami situasisituasi yang membuat lansia merasakan nyeri. 2) Jenis kelamin Secara umum, pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam berespon nyeri. Beberapa kebudayaan yang mempengaruhi jenis kelamin (misalnya menganggap bahwa seorang anak laki-laki harus berani dan tidak harus menangis, sedangkan anak perempuan boleh menangis dalam situasi yang sama). Toleransi nyeri sejak lama telah menjadi subyek penelitian yang melibatkan pria dan wanita. Akan tetapi, toleransi terhadap nyeri dipengaruhi oleh faktor-faktor biokomia dan merupakan hal yang unik pada setiap individu. 3) Kebudayaan Keyakinan dan nilai-nilai budaya mempengaruhi cara individu mengatasi nyeri. Individu mempelajari apa yang diharapkan dan apa yang diterima oleh kebudayaan mereka. 4) Makna nyeri Makna seseorang yang dikaitkan dengan nyeri mempengaruhi pengalaman nyeri dan cara seseorang beradaptasi terhadap nyeri. Hal ini juga dikaitkan secara dekat dengan latar belakang budaya individu tersebut. Individu akan mempersepsikan
23
nyeri dengan cara berbeda-beda apabila nyeri tersebut memberi kesan ancaman, suatu kehilangan, hukuman, dan tantangan. 5) Perhatian Perhatian yang meningkat dihubungkan dengan nyeri yang meningkat, sedangkan upaya pengalihan dihubungkan dengan respon nyeri yang menurun. Dengan memfokuskan perhatian dan konsentrasi klien pada stimulan lain, maka nyeri dapat ditempatkan pada kesadaran perifer. 6) Ansietas Nyeri yang tidak kunjung hilang seringkali menyebabkan gangguan psikologis dan kepribadian. Individu yang sehat secara emosional biasanya lebih mampu mentoleransi nyeri sedang hingga berat daripada individu yang memiliki status emosional kurang stabil. Klien yang mengalami cedera atau menderita penyakit kronis seringkali mengalami kesulitan mengontrol lingkungan dan perawatan diri yang dapat menimbulkan tingkat ansietas yang tinggi. 7) Keletihan Rasa kelelahan menyebabkan sensasi nyeri semakin intensif dan menurunkan kemampuan koping. Hal ini dapat menjadi masalah umum pada setiap individu yang menderita penyakit dalam jangka waktu yang lama. 8) Pengalaman sebelumnya Individu yang sudah pernah mengalami nyeri cenderung untuk mampu mengatasi nyerinya atau beradaptasi dengan nyeri yang dialami saat ini.
24
9) Dukungan keluarga dan sosial Individu yang mengalami nyeri seringkali bergantung kepada anggota keluarga atau teman dekat untuk memperoleh dukungan, bantuan, atau perlindungan. 10) Gaya koping Nyeri
dapat
menyebabkan
keseluruhan/total.
Klien
ketidakmampuan
seringkali
baik
menemukan
sebagian
berbagai
cara
maupun untuk
mengembangkan koping terhadap efek fisik dan psikologis nyeri. Sumber-sumber seperti berkomunikasi dengan keluarga pendukung, melakukan pelatihan, atau menyanyi dapat digunakan dalam upaya mendukung klien dan mengurangi nyeri sampai tingkat tertentu (Potter & Ferry, 2006). Selain faktor di atas, adapun faktor yang mempengaruhi nyeri punggung bawah menurut (Occupational Safety and Health Administration/OSHA, 2000) sebagai berikut: 1) Postur yang tidak baik ketika duduk atau berdiri 2) Lama waktu bekerja 3) Hidup dan aktivitas kerja yang penuh ketegangan 4) Kondisi fisik yang tidak baik 5) Kelelahan
2.2.7
Pengukuran Nyeri Skala nyeri harus dirancang sehingga skala tersebut mudah digunakan dan
tidak menyita waktu banyak saat klien melengkapinya. Skala nyeri deskriptif merupakan alat pengukuran tingkat keparahan nyeri yang lebih objektif.
25
Skala pendeskripsian verbal (Verbal Descriptor Scale/VDS) merupakan sebuah garis yang terdiri dari tiga sampai lima kata pendeskripsian yang tersusun dengan jarak yang sama disepanjang garis. Pendeskripsian ini dijelaskan dari “tidak terasa nyeri” sampai “nyeri yang tidak tertahankan”. Perawat menunjukkan skala tersebut dan meminta klien untuk memilih intensitas nyeri terbaru yang dirasakan. Alat VDS ini memungkinkan klien memilih sebuah kategori untuk mendeskripsikan nyeri. Visual Analog Scale/VAS adalah alat ukur lainnya yang digunakan untuk memeriksa intensitas nyeri dan secara khusus meliputi 10-15 cm garis dengan setiap ujungnya ditandai dengan level intensitas nyeri (ujung kiri diberi tanda “tidak nyeri” dan ujung kanan diberi tanda “nyeri hebat”. Klien diminta untuk menandai di sepanjang garis tersebut sesuai dengan level intensitas nyeri yang dirasakan klien. Kemudian jaraknya diukur dari batas kiri sampai pada tanda yang diberi oleh klien (mm), dan itulah skornya yang menunjukkan level intensitas nyeri. Kemudian skor tersebut dicatat untuk melihat kemajuan pengobatan/terapi selanjutnya. Skala Nyeri Numerik (Numerical Rating Scale/NRS) lebih digunakan sebagai pengganti alat pendeskripsian kata. Skala paling efektif digunakan saat mengkaji intensitas nyeri sebelum dan setelah intervensi terapeutik (Agency for Health Care and Research/AHCH, 1992 dalam Potter & Perry, 2006). Dalam hal ini, klien menilai nyeri dengan menggunakan skala 0-10. Klasifikasi nyeri berdasarkan skala nyeri numerik yaitu skala 10 berarti nyeri sangat hebat, skala
26
nyeri 7-9 termasuk nyeri hebat, skala 4-6 termasuk nyeri sedang, skala nyeri 1-3 termasuk nyeri ringan, skala nyeri 0 berarti tidak ada terasa nyeri (Tamsuri, 2007).
Skala Nyeri Deskriptif/Verbal Descriptor Scale (VDS)
Tidak Ada Nyeri
Nyeri Ringan
Nyeri Sedang
Nyeri Hebat
Nyeri Sangat Hebat
Nyeri Paling Hebat
Skala Nyeri Analog/Visual Analog Scale (VAS)
Tidak Ada Nyeri
Nyeri Paling Hebat
Skala Nyeri Numerik/Numerical Rating Scale (NRS)
0
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
Gambar 2. Skala Pengukuran Nyeri (Tamsuri, 2007).
Tabel 1. Penjelasan Skala Nyeri Numerik/Numerical Rating Scale (NRS) Pengukuran Nyeri Deskriptif
0 (Tidak Ada Nyeri)
1-3 (Nyeri Ringan)
4-6 (Nyeri Sedang)
7-9 (Nyeri Hebat)
10 (Nyeri Paling Hebat)
Pasien menyatakan tidak merasakan nyeri
Pasien menyatakan nyerinya ringan atau tidak tampak gelisah
Pasien menyatakan nyerinya sedang atau tampak gelisah dari nyerinya, sedikit mampu berpartisipas i dalam perawatan
Pasien menyatakan nyerinya hebat atau tampak sangat gelisah, fungsi mobilitas atau perilaku berubah
Pasien menyatakan nyerinya sangat hebat, perubahan yang menyolok dalam pemenuhan aktivitas sehari-hari, ketergantunga n,dan melelahkan
(Sumber : Potter & Perry, 2006)
27
2.2.8
Penatalaksanaan Nyeri Punggung Bawah Penatalaksanaan nyeri punggung bawah dapat dilakukan melalui dua cara
yaitu dengan farmakologis dan non farmakologis. Penatalaksanaan farmakologis dapat dilakukan dengan pemberian analgesik berupa obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) yang digunakan pada nyeri ringan sampai sedang. Steroid dapat digunakan terutama bila terdapat proses inflamasi. Sedangkan untuk mengurangi spasme otot dan sulit tidur akibat nyeri digunakan relaksan otot. Pada kasus nyeri punggung bawah berat digunakan kombinasi OAINS, steroid, dan relaksan otot dengan dosis terbagi. Nyeri punggung bawah dapat diatasi bukan hanya dengan pengobatan saja melainkan dapat diatasi dengan terapi konservatif lainnya seperti dengan terapi modalitas yaitu terapi non farmakologis seperti ultrasound, transcutaneous electrical nerve stimulation (TENS), short wave, akupuntur, latihan peregangan otot punggung (Dachlan, 2009).
2.3
Pelatihan punggung McKenzie Extension Exercise
2.3.1
Pengertian Pelatihan Punggung Metode ini pertama kali dikembangkan oleh Robin McKenzie pada tahun
1960-an. Terapi McKenzie Extension Exercise adalah serangkaian gerakan tubuh yang bertujuan untuk mengurangi keluhan nyeri punggung bawah (McKenzie, 1995 dalam Wahyuni, 2012). Prinsip pada terapi McKenzie Extension Exercise adalah memperbaiki postur untuk mengurangi hiperlordosis lumbal, penurunan spasme otot melalui efek relaksasi, membebaskan kekakuan sendi intervertebralis dan koreksi postur yang buruk. McKenzie Extension Exercise dapat menurunkan
28
rasa nyeri, mengurangi nyeri kambuh kembali dan menurunkan tindakan operasi nyeri punggung. Mobilitas tulang belakang dapat meningkat dengan metode Mc. Kenzie Extension Exercise, namun tidak selalu menyebabkan perbaikan pada penderita nyeri punggung bawah (Johannsen, 1995 dalam Wahyuni, 2012). Mekanisme dari terapi McKenzie Extension Exercise dalam mengurangi nyeri punggung bawah adalah dengan mengurangi tekanan pada bagian posterior annulus fibrosus melalui gerakan-gerakan ekstensi (Kisner, 1996 dalam Wahyuni, 2012). Pelatihan ini terdiri dari enam latihan yaitu program latihan 1-4 adalah extension exercise, program latihan 5-6 adalah flexion exercise. Latihan ini didesain untuk meningkatkan mobilitas tulang belakang dan memperbaiki postur serta dirancang untuk mengurangi nyeri punggung dengan memberikan efek relaksasi pada otot yang mengalami spasme sehingga dapat mengembalikan fungsi normal pada lumbal (Michelle H.C (2009) dalam Nahdliyyah & Prastiwi (2014).
2.3.2 Program Pelatihan Menurut teori yang dikemukakan oleh American Collage of Sport Medicine, pelatihan fisik yang dapat meningkatkan kekuatan otot dapat dilakukan dengan frekuensi tiga kali seminggu (Mahler et al., 2004). Waktu yang efektif untuk melakukan pelatihan adalah pada sore hari, karena pada sore hari otot-otot tubuh cenderung sudah hangat akibat aktivitas sebelumnya, fleksibel, dan tidak kaku sehingga tidak rentan mengalami cedera. Selain itu, pelatihan akan
29
bermanfaat untuk meningkatkan kesegaran jasmani jika dilaksanakan dalam zona pelatihan paling sedikit 15 menit (Maryam et al., 2008).
2.3.3 Persiapan Alat Dalam hal ini alat yang digunakan adalah alas dengan bahan yang lunak/sedikit keras namun nyaman untuk responden.
2.3.4 Persiapan Responden Responden diperiksa tekanan darah untuk mengetahui apakah responden mengalami keluhan pusing, mata berkunang-kunang, mual, dan lain-lain. Dengan kebugaran jasmani yang baik dapat lebih membantu dan tidak mengganggu saat latihan berlangsung. Sarankan pada responden untuk tidak menggunakan pakaian terlalu ketat yang dapat membatasi gerakan pelatihan, sebaiknya gunakan pakaian yang nyaman.
2.3.5 Pelaksanaan McKenzie Extension Exercise Sebelum McKenzie Extension Exercise dilakukan, responden diberi contoh terlebih dahulu gerakan pelatihannya. Bentuk-bentuk pelatihannya sebagai berikut: 1)
Posisi awal: tidur, tengkurap dengan kepala diputar ke satu sisi dan
kedua lengan rileks di samping badan. Dalam posisi ini, lakukan nafas dalam kemudian rileks secara sempurna selama 4-5 menit. Latihan ini
30
digunakan terutama dalam pengobatan nyeri punggung akut, dilakukan pada awal dari setiap sesi latihan.
Gambar 3. McKenzie Extension Exercise Nomor 1 2) Tetap dalam posisi tidur tengkurap kemudian posisikan kedua siku di bawah bahu sehingga bersandar pada kedua lengan bawah. Selama latihan ini, lakukan nafas dalam kemudian relaksasikan otot-otot pinggang secara sempurna. Lakukan latihan ini selama lima menit. Latihan 2 terutama digunakan dalam pengobatan nyeri punggung bawah berat.
Gambar 4. McKenzie Extension Exercise Nomor 2 3) Tetap dalam posisi tengkurap kemudian posisikan kedua tangan di bawah bahu. Kemudian luruskan kedua siku dengan mendorong badan ke atas sejauh mungkin sehingga nyeri berkurang. Posisi ini penting untuk merelaksasikan tulang panggul, pinggang dan tungkai secara sempurna. Pertahankan posisi ini selama dua detik sehingga region pinggang terasa
31
lentur/longgar dan lakukan 10 kali repitisi. Latihan ini sangat berguna dan efektif dalam pengobatan nyeri punggung bawah akut dan kekakuan.
Gambar 5. McKenzie Extension Exercise Nomor 3 4) Berdiri tegak dengan kedua kaki sedikit membuka. Letakkan kedua tangan pada pinggang dengan jari-jari menghadap ke belakang. Kemudian ekstensikan badan sejauh mungkin dengan kedua tangan sebagai tumpuan dan lutut harus tetap lurus. Pertahankan posisi ini selama dua detik dan ulangi sebanyak 5-6 kali. Latihan ini dapat diberikan setelah mengalami fase penyembuhan nyeri punggung bawah.
Gambar 6. McKenzie Extension Exercise Nomor 4
32
5) Posisi tidur terlentang kemudian tekuk kedua lutut dan kedua kaki datar pada lantai. Kemudian bawa kedua lutut ke arah dada dengan bantuan kedua tangan secara perlahan sampai kedua lutut dekat dengan dada. Pertahankan posisi selama dua detik dan kembali ke posisi semula (jangan menaikkan kepala atau meluruskan tungkai) dan ulangi sebanyak 5-6 kali. Latihan ini digunakan pada pengobatan nyeri punggung bawah akut dan kekakuan.
Gambar 7. McKenzie Extension Exercise Nomor 5 6) Posisi duduk di kursi yang tidak memakai sandaran dengan kedua lutut dan kaki terbuka dan kedua tangan bersandar diatas ke dua tungkai. Kemudian tekuk badan ke depan sehingga kedua tangan menyentuh lantai. Kembali ke posisi awal dan ulangi sebanyak 5-6 kali. Latihan ini dapat menjadi lebih efektif dengan kedua tangan pada pergelangan kaki dan tekuk badan sejauh mungkin.
33
Gambar 8. McKenzie Extension Exercise Nomor 6
2.3.6 Mekanisme Penurunan Nyeri 1) Teori pengendalian Gerbang (Gate Control Theory) Teori ini menjelaskan bahwa impuls nyeri dapat diatur atau bahkan dihambat oleh mekanisme pertahanan di sepanjang sistem saraf pusat (Melzack & Wall, 1982 dalam Potter & Perry, 2006). Mekanisme pertahanan/gerbang ini dapat ditemukan di sel-sel gelatinosa substansia di dalam kornu dorsalis pada medulla spinalis, thalamus, dan sistem limbik (Clancy & Mc Vicar, 1992 dalam Potter & Perry, 2006). Teori ini mengatakan bahwa impuls nyeri dihantarkan saat sebuah pertahanan dibuka dan impuls dihambat saat sebuah pertahanan tertutup. Upaya menutup pertahanan tersebut merupakan dasar terapi menghilangkan nyeri. Trasmisi impuls nyeri melalui pintu gerbang sumsum tulang belakang dipengaruhi oleh: a) Aktivitas serabut sensori Gerbang akan terbuka dengan adanya perangsangan serabut A delta dan C yang melepaskan substansi P untuk mentransmisi impuls melalui mekanisme gerbang. Sinyal nyeri ini bisa diblok dengan stimulasi serabut A beta. Serabut saraf A beta adalah serat saraf bermielin yang besar sehingga mengantarkan
34
impuls ke sistem saraf pusat jauh lebih cepat daripada serabut A delta atau serabut C. Apabila masukan yang dominan berasal dari serabut A beta, maka gerbang akan menutup (Potter & Perry, 2006). Serabut ini berespon terhadap masase ringan pada kulit, pergerakan otot dan stimulasi listrik. Ketiga hal ini dalam bahasa non fisiologi, membuat otak tetap “sibuk” sehingga mencegah untuk terlalu terganggu dengan impuls yang datang dari sumber nyeri (Kenworthy et al, 2002). b) Neuroregulator: endorphin Neuroregulator atau substansi yang mempengaruhi transmisi stimulus saraf memegang peranan yang penting dalam suatu pengalaman nyeri. Substansi ini ditemukan di lokasi nosiseptor, di terminal saraf dalam kornu dorsalis pada medulla spinalis. Neuroregulator dibagi menjadi dua kelompok, yakni neurotransmiter dan neuromodulator. Neurotransmiter seperti substansi P mengirim impuls listrik melewati celah sinaps di antara dua serabut saraf. Serabut saraf tersebut adalah eksitator dan inhibitor. Neuromodulator memodifikasi aktivitas neuron dan menyesuaikan atau memvariasikan transmisi stimulus nyeri tanpa secara langsung menstransfer tanda saraf melalui sebuah sinaps. Nerumodulator
diyakini
tidak
bekerja
secara
langsung,
yakni
dengan
meningkatkan dan menurunkan efek neurotransmiter tertentu. Endorphin (berasal dari kata endogenous morphin) dan juga enkefalin, serotonin, noradrenalin dan gamma-aminobutyric acid (GABA) adalah contoh neuromodulator. Enkefalin dan endorphin diduga dapat menghambat impuls nyeri dengan memblok transmisi impuls ini di dalam otak dan medula spinalis. Kadarnya yang berbeda di antara
35
individu menjelaskan mengapa stimulus nyeri yang sama dirasakan berbeda oleh orang yang berbeda (Potter & Perry, 2006). 2) Agen Anastetik dan Analgesik Spesifik Terdapat tiga kelompok obat analgesik (pereda nyeri) yang tersedia untuk menangani nyeri. Kelompok pertama adalah non-opioid termasuk paracetamol dan Obat Anti Inflamasi Non Steroid (OAINS) yang dipertimbangkan untuk diberikan sebelum beralih ke kelompok kedua yaitu opioid dan kelompok ketiga adalah adjuvan. Analgesik adjuvan adalah obat-obat yang tidak diklasifikasikan sebagai analgesik, tetapi dapat digunakan untuk menangani nyeri pada situasi tertentu, misalnya antidepresan dan antikonvulsan yang biasanya digunakan untuk penanganan nyeri neuropatik. Agen analgesik dapat diberikan dalam berbagai jalan seperti parenteral, oral, rektal, transdermal, dan intraspinal.