BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 Kajian Pustaka 2.1.1 Pengertian Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Menurut I Komang Ardana (2012) Keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah upaya perlindungan yang ditujukan agar tenaga kerja dan orang lain di tempat kerja atau selalu dalam keadaan selamat dan sehat sehingga setiap sumber produksi dapat digunakan secara aman dan efisien. Menurut Moekijat (2010) keselamatan dan kesehatan kerja (K3) bertujuan untuk memberikan pengetahuan mengenai hal-hal yang berhubungan dengan masalah keselamatan dan kesehatan yang terjadi dalam pekerjaan. Dalam keselamatan dan kesehatan kerja (K3) terdapat tiga pokok masalah terjadinya kecelakaan kerja, yaitu peristiwa yang terjadi secara kebetulan, kondisi dan tindakan atau perbuatan yang membahayakan yang mengakibatkan terjadinya kecelakaan kerja. Menurut Titi Syartini, (2010) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) secara filosofi adalah suatu pemikiran dan
upaya untuk menjamin keutuhan dan
kesempatan baik jasmaniah maupun rohaniah karyawan pada khususnya dan manusia pada umumnya. Menurut Malthis dan Jackson, (2003) Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) adalah suatu istilah yang sangat erat kaitannya. Kesehatan kerja mengacu pada keadaan umum fisik, mental dan kesejahteraan emosional, setiap karyawan diharuskan sehat dan bebas dari penyakit, cedera atau masalah mental dan emosional yang mengganggu aktivitas, praktek manajemen keselamatan di organisasi dibentuk untuk mempertahankan karyawan secara keseluruhan menjadi baik.
8
9
2.1.1.1 Tujuan Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3) Menurut Mangkunegara (2002), tujuan dari keselamatan dan kesehatan kerja (K3) adalah sebagai berikut : 1) Agar setiap karyawan mendapat jaminan keselamatan dan kesehatan kerja baik secara fisik, sosial, dan psikologis. 2) Agar setiap perlengkapan dan peralatan kerja digunakan sebaik-baiknya seefektif mungkin. 3) Agar semua hasil produksi dipelihara keamanannya. 4) Agar adanya jaminan atas pemeliharaan dan peningkatan kesehatan gizi pegawai. 5) Agar meningkatkan kegairahan, keserasian kerja, dan partisipasi kerja. 6) Agar terhindar dari gangguan kesehatan yang disebabkan oleh lingkungan atau kondisi kerja. 7) Agar setiap pegawai merasa aman dan terlindungi dalam bekerja 2.1.1.2 Kesehatan Kerja Program kesehatan kerja merupakan suatu hal yang penting dan perlu diperhatikan oleh pihak pengusaha. Karena dengan adanya program kesehatan yang baik akan menguntungkan para karyawan secara material, karena karyawan akan lebih jarang absen, bekerja dengan lingkungan yang lebih menyenangkan, sehingga secara keseluruhan Menurut Malthis dan Jackson (2003) masalah kesehatan kerja pada karyawan yang beraneka jenis sangatlah susah untuk dihindari. Masalah-masalah tersebut dapat berupa masalah kesehatan yang kecil sampai pada keadaan sakit yang parah /serius yang berhubungan dengan pekerjaan yang mereka lakukan. Beberapa diantara masalah tersebut seperti masalah pada kesehatan emosional sampai dengan karyawan
10
yang memiliki kecenderungan mengkonsumsi obat-obatan terlarang atau alkohol. Kesehatan kerja itu sendiri berhubungan pada kondisi fisik, mental dan stabilitas emosi secara umum dengan tujuan memelihara kesejahteraan individu secara menyeluruh. “Program kesehatan kerja menunjukan pada kondisi yang bebas dari gangguan fisik, mental, emosi, atau rasa sakit yang disebabkan oleh lingkungan kerja. Resiko kesehatan merupakan faktor–faktor dalam lingkungan kerja yang bekerja melebihi periode waktu yang ditentukan, lingkungan yang dapat membuat stress emosi atau gangguan fisik.” (Mangkunegara,2002). Sedangkan menurut Sedarmayanti (2009), menyebutkan bahwa kesehatan merupakan sebuah pemeliharaan dimana suatu kondisi untuk menjaga kesejahteraan fisik dengan meningkatkan kondisi mental, loyalitas dan kondisi fisik para pegawai agar mereka tetap ingin bekerja sampai mereka pensiun. Program kesehatan fisik yang dibuat oleh perusahaan sebaiknya terdiri dari salah satu atau keseluruhan elemen–elemen (Ranupandojo dan Husnan,2002) berikut ini : a. Pemeriksaan kesehatan pada waktu karyawan pertama kali diterima bekerja. b. Pemeriksaan keseluruhan para karyawan kunci ( key personal ) secara periodik. c. pemeriksaan kesehatan secara suka rela untuk semua karyawan secara periodik. d. tersedianya peralatan dan staff media yang cukup. e. Pemberian perhatian yang sistematis dan preventif masalah ketegangan. f. Pemeriksaan sistematis dan periodik terhadap persyaratan – persyaratan sanitasi yang baik. Selain melindungi karyawan dari kemungkinan terkena penyakit atau keracunan, usaha
menjaga kesehatan fisik juga perlu memperhatikan kemungkinan–
kemungkinan karyawan memperoleh ketegangan atau tekanan selama mereka
11
bekerja. Stress yang di derita oleh karyawan selama kerjanya, sumbernya bisa dikelompokan menjadi empat sebab (Ranupandojo dan Husnan,2002) : a. Yang bersifat kimia b. Yang bersifat fisik c. Yang bersifat biologis d. Yang bersifat social Ketegangan ini tidak hanya menyerang tubuh manusia tetapi juga pikiran manusia. Kalau manusia tidak tahan terhadap ketegangan ini mereka akan menjadi sakit. Karenanya usaha yang perlu dilakukan adalah untuk menghilangkan sumber ketegangan. Usaha-usaha untuk mencegah dan mengendalikan tekanan didalam tempat kerja dapat dijalankan dengan cara (Ranupandojo dan Husnan,2002) sebagai berikut : a. Mencari sumber dari tekanan. b. mencari media yang menjadi alat penyebaran tekanan tersebut. c. Memberi perawatan khusus pada karyawan yang menderita tekanan tersebut. Usaha untuk menjaga kesehatan mental perlu juga dilakukan (Ranupandojo dan husnan,2002) yaitu dengan cara : a. Tersedianya psikolog untuk konsultasi b. Kerjasama dengan dengan psikolog diluar perusahaan atau yang ada di lembaga – lembaga konsultan. c. Mendidik para karyawan perusahaan tentang arti pentingnya kesehatan mental. d. mengembangkan dan memelihara program–program human relation yang baik. Bekerja diperlukan usaha- usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja. Adapun usaha–usaha untuk meningkatkan kesehatan kerja (Mangkunegara,2002) adalah sebagai berikut :
12
a. Mengatur suhu, kelembapan, kebersihan udara, penggunaan warna ruangan kerja, penerangan yang cukup terang dan menyejukkan, dan mencegah kebisingan. b. Mencegah dan memberikan perawatan terhadap timbulnya penyakit. c. Memelihara kebersihan dan ketertiban, serta keserasian lingkungan kerja. 2.1.1.2.1 Faktor Kesehatan Kerja Perusahaan memperhatikan kesehatan karyawan untuk memberikan kondisi kerja yang lebih sehat, serta menjadi lebih tanggung jawab atas kegiatan–kegiatan tersebut,
terutama
bagi
organisasi–organisasi
yang
mempunyai
tingkat
kecelakaanyang tinggi, di bawah ini dikemukakan beberapa sebab yang memungkinkan
terjadinya
kecelakaan
dan
gangguan
kesehatan
pegawai
(Mangkunegara,2002) yaitu : a. Keadaan Tempat Lingkungan Kerja 1) Penyusunan dan penyimpanan barang–barang yang berbahaya kurang diperhitungkan keamanannya. 2) Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak. 3) Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak ada tempatnya. 4) Pengaturan udara 5) Pergantian udara diruang kerja yang tidak baik ( ruang kerja yang kotor, berdebu, dan barbau tidak enak). 6) Suhu udara yang tidak dikondisikan pengaturannya. b. Pengaturan Penerangan 1) Pengaturan dan penggunaan sumber cahaya yang tidak tepat. 2) Ruang kerja yang kurang cahaya, remang – remang. c. Pemakaian Peralatan Kerja 1) pengamanan peralatan kerja yang sudah using atau rusak.
13
2)
Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik.
d. Kondisi Fisik dan Mental Pegawai 1) Kerusakan alat indera, stamina pegawai yang using atau rusak 2) Emosi pegawai yang tidak stabil, kepribadian pegawai yang rapuh, cara berfikir dan kemampuan persepsi yang lemah, motivasi kerja rendah, sikap pegawai yang ceroboh, kurang cermat, dan kurang pengetahuan dalam penggunaan fasilitas kerja terutama fasilitas kerja yang membawa resiko. 2.1.1.3 Keselamatan Kerja Perlindungan tenaga kerja meliputi beberapa aspek dan salah satunya yaitu perlindungan keselamatan. Perlindungan tersebut
bermaksud agar tenaga kerja
secara aman melakukan kerjaannya sehari–hari untuk meningkatkan produksi dan produktivitas. Tenaga kerja harus memperoleh perlindungan dari berbagai soal di sekitarnya dan pada dirinya yang dapat menimpa atau menggangu dirinya serta pelaksanaan pekerjaannya. Pengertian keselamatan kerja : Menurut Mangkunegara, (2002) keselamatan kerja menunjuk pada kondisi yang aman atau selamat dari penderitaan, kerusakan atau kerugian di tempat kerja. sedangkan menurut Malthis dan Jackson (2003), keselamatan kerja mengarah kepada perlindungan fisik yang bertujuan untuk menghindari cidera fisik dan kecelakaan kerja. Seorang manajer harus menaruh perhatian besar terhadap keselamatan kerja dengan tujuan untuk menumbuhkan rasa hati-hati dalam bekerja untuk mengurangi bahaya atau resiko-resiko yang akan terjadi. Moekijat (2010), berpendapat setidaknya sebagian dari keselamatan kerja dan pencegahan terjadinya kecelakaan kerja adalah tanggung jawab seorang manajer, karena seorang manajer mempunyai pengaruh dan perhatian yang besar terhadap keselamatan kerja para karyawannya dengan tujuan agar karyawan dapat bekerja
14
secara hati-hati untuk mengurangi berbagai macam resiko dan mengurangi biaya. Karena sebaik apapun tempat atau kondisi lingkungan kerja akan selalu terjadi kecelakaan kerja, oleh karena itu supervisor atau manajer sangat berperan penting dalam hal ini. Akan tetapi jika dengan adanya tanggung jawab oleh semua tingkatan manajemen yang ada pada satu perusahaan untuk mengurangi tindakan yang membahayakan para karyawan. Maka dalam hal ini supervisor sebagai pengawas pada tingkat paling bawah yang mempunyai peranan penting karena sebagai mata rantai yang sangat berpengaruh dalam manajemen. Menurut Malthis dan Jackson (2006), manajemen yang efektif membutuhkan sebuah komitmen organisasional pada kondisi kerja yang aman. Keselamatan kerja juga berpengaruh terhadap jam kerja karyawan, dimana akan timbul rasa lelah karena pekerjaan fisik yang dilakukan atau karena rasa bosan yang timbul akibat mengerjakan pekerjaan yang sama pada periode yang lama atau kerja lembur. Jika timbulnya rasa lelah maka akan mengurangnya motivasi kerja dan memungkinkan untuk timbulnya kecelakaan kerja. Tetapi, jika program keselamatan yang dirancang dan dikelola dengan baik dapat memberikan keuntungan yaitu mengurangi kecelakaan dan biaya-biaya terkait, seperti kompensasi para pekerja dan denda. 2.1.1.3.1 Indikator Keselamatan Kerja Menurut Mangkunegara (2002), bahwa indikator penyebab keselamatan kerja adalah: 1) Keadaan tempat lingkungan kerja, yang meliputi: • Penyusunan dan penyimpanan barang-barang yang berbahaya yang kurang diperhitungkan keamanannya. • Ruang kerja yang terlalu padat dan sesak • Pembuangan kotoran dan limbah yang tidak pada tempatnya.
15
2) Pemakaian peralatan kerja, yang meliputi: • Pengaman peralatan kerja yang sudah usang atau rusak. • Penggunaan mesin, alat elektronik tanpa pengaman yang baik Pengaturan penerangan. 2.1.1.4 Keselamatan dan Kesehatan Kerja (Depkes RI) Menurut departemen kesehatan RI, tentang system manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja di era globalisasi dan pasar bebas WTO dan GATT yang akan berlaku tahun 2020 mendatang, keselamatan dan kesehatan kerja merupakan salah satu prasyarat yang ditetapkan dalam hubungan ekonomi perdagangan barang dan jasa antar Negara yang harus dipenuhi oleh seluruh Negara anggota. Pelaksanaan Keselamatan dan Kesehatan Kerja adalah salah satu bentuk upaya untuk menciptakan tempat kerja yang aman, sehat, bebas dari pencemaran lingkungan, sehingga dapat mengurangi dan bebas dari kecelakaan kerja dan penyakit akibat kerja yang pada akhirnya dapat meningkatkan efisiensi dan produktivitas kerja. Kecelakaan kerja tidak saja menimbulkan korban jiwa maupun kerugian bagi para apekerja dan pengusaha, tetapi juga dapat menggangu proses produksi secara menyeluruh, merusak lingkungan yang pada akhirnya berdampak pada masyarakat luas. Penyakit Akibat Kerja (PAK) dan kecelakaan kerja dikalangan petugas kesehatan dan non kesehatan di Indonesia belum terekan dengan baik. Jika kita pelajari angka kecelakaan dan penyakit akibat kerja di beberapa Negara maju menunjukkan kecenderungan peningkatan pravalensi. Sebagai factor penyebab, sering terjadi karena kurangnya kesadaran pekerja dan kualitas serta keterampilan pekerja yang kurang memadai. Banyak pekerja yang meremehkan resiko kerja, sehingga tidak menggunakan alat–alat pengaman walaupun sudah tersedia.
16
Akhir–akhir ini semakin dirasakan betapa perlunya pelayanan kesehatan kerja lebih dikembangkan di perusahaan–perusahaan agar tujuan kesehatan kerja yaitu terciptanya tenaga kerja yang sehat, selamat, sejahtera, dan produktif kian menjadi nyata. Fakta menunjukkan bahwa telah banyak perusahaan khususnya perusahaan besar yang telah mengembangkan pelayanan kesehatan kerja sebagaimana mestinya. Disamping hal tersebut, masih sering ditemukan pelayanan kesehatan kerja yang berbentuk klinik dengan fungsi pengobatan semata dan ruang lingkup aktivitasnya belum mencerminkan sama sekali program kesehjateraan secara luas. Memasyarakatkan kesehatan kerja dapat dilihat dari dua dimensi yaitu memperluas pengertian dan penerapan kerja ke semua sector kegiatan ekonomi serta memperluas pengertian dan penerapan kesehatan kerja kepada seluruh masyarakat tenaga kerja. Memperluas jangkauan ke semua sektor kegiatan ekonomi yang meliputi sektor–sektor: pertanian, pertambangan, industry, bangunan/konstruksi, perdangan, angkutan, bank–bank atau jasa. 2.1.1.5 Kecelakaan Kerja Menurut Dale S. Beach yang dikutip oleh Malthis dan Jackson (2006) kecelakaan adalah kejadian yang tidak diharapkan yang menggangu jalannya kegiatan. Menurut Moekijat (2010), beberapa kondisi yang membahayakan atau faktor penyebab terjadinya kecelakaan kerja adalah : 1) Perlengkapan yang perawatannya kurang baik. 2) Perlengkapan kerja yang sudah rusak atau tidak layak pakai. 3) Prosedur yang membahayakan pekerja pada mesin atau perlengkapan kerja lainnya. 4) Tempat penyimpanan yang melebihi muatan. 5) Penerangan yang kurang memadai (terlalu redup atau menyilaukan).
17
6) Vertilasi atau saluran udara yang tidak baik. Terdapat tiga faktor yang menyebabkan terjadinya kecelakaan, yakni peristiwaperistiwa yang terjadi secara kebetulan, kondisi yang membahayakan dan tindakan yang membahayakan. Akan tetapi kondisi fisik dan mental seseorang juga turut menimbulkan kecelakaan kerja. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mencegah timbulnya kecelakaan kerja yaitu dengan menggunakan pendekatan dasar terhadap pencegahaan kecelakaan kerja dimana bergantung pada tiga-E. Enginering dimana suatu pekerjaan harus direncanakan terlebih dahulu, education karyawan diberikan pendidikan untuk memahami bagaimana pentingnya keselamatan dalam bekerja, enforcement dimana para karyawan menaati peraturan-peraturan yang ada . Secara umum penyebab kecelakaan ada dua, yaitu unsafe action (faktor manusia) dan unsafe condition (faktor lingkungan). Menurut penelitian bahwa 80%85% kecelakaan disebabkan oleh unsafe action. 1. Unsafe action Unsafe action dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut : • Ketidak seimbangan fisik tenaga kerja, yaitu : • Posisi tubuh yang menyebabkan mudah lelah • Cacat fisik • Cacat sementara • Kepekaan panca indera terhadap sesuatu • Kurang pendidikan - Kurang pengalaman - Salah pengertian terhadap suatu perintah - Kurang terampil
18
- Salah mengartikan SOP (standart operational procedure) sehingga mengakibatkan kesalahan pemakaian alat kerja. • Menjalankan pekerjaan tanpa mempunyai wewenang • Menjalankan pekerjaan yang tidak sesuai dengan keahlianya • Pemakaian alat pelindung diri (APD) hanya berpura – pura • Mengangkut beban yang berlebihan • Bekerja berlebihan atau melebihi jam kerja 2. Unsafe Condition Unsafe Condition dapat disebabkan oleh berbagai hal berikut : • Peralatan yang sudah tidak layak pakai • Ada api di tempat bahaya • Pengamanan gedung yang kurang standar • Terpapar bising • Terpapar radiasi • Pencahayaan dan ventilisasi yang kurang atau berlebihan • Kondisi suhu yang membahayakan • Dalam keadaaan pengamanan yang berlebihan • System peringatan yang berlebihan • Sifat pekerjaan yang mengandung potensi bahaya 2.1.1.5.1 Kerugian Akibat Kecelakaan Setiap kecelakaan kerja akan menimbulkan kerugian yang besar, baik itu kerugian material dan fisik. Kerugian yang disebabkan oleh kecelakaan kerja antara lain adalah ;
19
1) Kerugian ekonomi yang meliputi : • Kerusakan alat/mesin, bahandan bangunan • Biaya pengobatan dan perawatan • Tunjangan kecelakaan • Jumlah produksi dan mutu berkurang • Kompensasi kecelakaan • Penggantian tenaga kerja yang mengalami kecelakaan 2) Kerugian non ekonomi yang meliputi : • Penderitaan korban dan keluarga • Hilangnya waktu selama sakit, baik korban maupun pihak keluarganya • Keterlambatan aktivitas akibat tenaga kerja lain berkerumun/berkumpul, sehingga aktifitas terhenti sementara • Hilangnya waktu kerja Semua kerugian yang ada di atas hanyalah sebagian kecil dari kecelakaan kerja. Kerugian lainnya adalah : 1. Kerugian langsung • Pengobatan dan perawatan • Kompensasi • Kerusakan bangunan • Kerusakan perkakas dan peralatan 2. Kerugian tidak langsung • Tertundanya produksi sehingga produktivitas pekerja berkurang selama beberapa waktu • Biaya untuk mendapatkan karyawan pengganti • Biaya training
20
• Upah lembur • Waktu kerja dari pengawas tambahan • Hilangnya waktu kerja si korban • Hilangnya waktu kerja bagi keluarga yang dating menjenguk korban • Waktu untuk menyelesaikan urusan administrasi • Biaya untuk membayar karyawan pendamping 2.1.1.6 Alat Pelindung Diri 2.1.1.6.1 Pengertian Alat Pelindung Diri Alat pelindung diri (APD) adalah suatu kewajiban dimana biasanya para pekerja atau buruh bangunan yang bekerja disebuah proyek atau pembangunan sebuah gedung, diwajibkan mengunakannnya. Kewajiban itu sudah disepakati oleh pemerintah melalui Departemen Tenaga Kerja Republik Indonesia. Alat-alat demikian harus memenuhi persyaratan tidak menggangu kerja dan memberikan perlindungan efektif terhadap jenis bahaya. Alat pelindung diri (APD) berperan penting terhadap kesehatan dan keselamatan kerja, dalam pembangunan nasional, tenaga kerja memiliki peranan dan kedudukan yang penting sebagai pelaku pembangunan. Sebagai pelaku pembangunan, perlu dilakukan upaya-upaya perlindungan baik dari aspek ekonomi, politik, social, teknis, dan medis dalam mewujudkan kesejahteraan tenaga kerja. Terjadinya kecelakaan kerja dapat mengakibatkan korban jiwa, cacat, kerusakan, peralatan, menurunnya mutu dan hasil produksi, terhentinya proses produksi, kerusakan lingkungan, dan akhirnya akan merugikan semua pihak serta berdampak kepada perekonomian nasional. Upaya kesehatan kerja adalah upaya penyerasian antara kapasitas kerja, beban kerja, dan lingkungan kerja agar setiap pekerja dapat bekerja secara sehat tanpa
21
membahayakan dirinya sendiri maupun sekelilingnya, agar diperoleh produktivitas kerja yang optimal 2.1.1.6.2 Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) APD yang disediakan oleh pengusaha dan dipakai oleh tenaga kerja harus memenuhi syarat pembuatan, pengujian dan sertifikat. Tenaga kerja berhak menolak untuk memakainya jika APD yang disediakan tidak memenuhi syarat. Dari ketiga pemenuhan persyaratan tersebut, harus diperhatikan factor-faktor pertimbangan di mana APD harus : a) Enak dan nyaman dipakai b) Tidak menggangu ketenangan kerja dan tidak membatasi ruang gerak pekerja c) Memberikan perlindungan yang efektif terhadap segala jenis bahaya/potensi bahaya d) Memenuhi syarat estetika e) Memperhatikan efek samping penggunaan APD f) Mudah dalam pemeliharaan, tepat ukuran, tepat penyediaan dan harga terjangkau Macam-macam alat perlindungan diri adalah sebagai berikut : Masker Pada tempat-tempat tertentu seringkali udaranya kotor yang diakibatkan oleh bermacam-macam sebab antara lain : (1) Debu-debu kasar dari penginderaan atau operasi-operasi jenis (2) Racun dan debu halus yang dihasilkan dari pengecatan atau asap (3) Uap racun atau gas beracun dari pabrik kimia (4) Bukan gas beracun tetapi seperti CO2 yang menurunkan konsentrasi oksigen di udara
22
Kacamata Salah satu masalah tersulit dalam pencegahan kecelakaan adalah pencegahan kecelakaan yang menimpa mata di mana jumlah kecelakaan demikian besar. Orangorang merasa enggan memakai kacamata karena ketidak nyamanan sehingga dengan alasan tersebut pekerja merasa mengurangi kenikmatan kerja. Kecelakaan mata berbeda-beda dan aneka jenis kacamata pelindung di perlakukan. Sebagai misal, pekerjaan dengan kemungkinan adanya risiko dari bagian-bagian yang melayang memerlukan kacamata dengan lensa yang kokoh, sedangkan bagi pengelasan diperlukan lensa penyaringan sinar las yang tepat. Sepatu pengaman Sepatu pengaman harus dapat melindungi tenaga kerja terhadap kecelakaankecelakaan yang disebabkan oleh beban berat yang menimpa kaki, paku-paku atau benda tajam lain yang mungkin terinjak, logam pilar, asam-asam dan sebagainya. Biasanya sepatu kulit yang buatannya kuat dan baik cukup memberikan perlindungan, tetapi terhadap kemungkinan tertimpa benda-benda berat masih perlu sepatu dengan ujung bertutup baja dan lapisan baja dalam sol sepatu. Lapis baja didalam sol sepatu perlu untuk melindungi tenaga kerja dari tusukan benda runcing dan tajam khususnya pada pekerjaan bangunan. Kadang-kadang harus diberikan kepada tenaga kerja sepatu pengaman lain. Misalnya, pekerja listrik harus memakai sepatu mengkonduktor, yaitu sepatu tanpa paku logam, atau tenaga kerja di tempat yang mungkin menimbulkan peledakan harus pakai sepatu yang tidak menimbulkan loncatan api. Sarung tangan Sarung tangan harus diberikan kepada tenaga kerja dengan pertimbangan akan bahaya-bahaya dan persyaratan yang diperlukan. Antara lain syaratnya adalah
23
bebannya bergerak jari dan tangan. Macamnya tergantung pada jenis kecelakaan yang akan dicegah yaitu tusukan, sayatan, terkena radiasi dan sebagainya. Sarung tangan juga sangat membantu pada pengerjaan yang berkaitan dengan benda kerja yang panas, panas ataupun benda kerja yang licin. Sarung tangan juga dipergunakan sebagai isolator untuk pengerjaan listrik. Topi pengaman Topi pengaman (helmet) harus dipakai oleh tenaga kerja yang mungkin tertimpa pada kepala oleh benda jatuh atau melayang atau benda-benda lain yang bergerak. Topi demikian harus cukup keras dan kokoh, tetapi ringan. Bahan plastik dengan lapisan kain terbukti sangat cocok untuk keperluan ini. Perlindungan telinga Jika perlu, telinga harus dilindungi terhadap loncatan api, percikan logam, pijar atau partikel- partikel yang melayang. Perlindungan terhadap kebisingan dilakukan dengan sumbat atau tutup telinga. 2.1.2 Asuransi 2.1.2.1 Pengerti Asuransi Menurut Syahsono (2010) asuransi adalah Sarana/cara untuk memindahkan risiko kerugian, dari satu pihak (yang seharusnya menanggung risiko tersebut), kepada pihak lain (yang bersedia menerima pengalihan risiko tersebut), dengan cara membayar premi asuransi, yaitu mengeluarkan biaya yang relatif kecil namun mampu memberikan kepastian (guaranteed small loss), untuk mencegah kerugian dalam jumlah besar atau bahkan luar biasa besar dikemudian hari. Menurut Djojosoedarso (2003) asuransi atau pertanggungan merupakan “Suatu perjanjian, dimana seorang penanggung mengikatkan diri pada tertanggung dengan menerima suatu premi, untuk memberi penggantian kepadanya karena suatu
24
kerugian, kerusakan, atau kehilangan keuntungan yang diharapkan, yang mungkin akan di deritanya karena suatu peristiwa yang tidak tertentu”. Berdasarkan definsi tersebut, maka terdapat empat unsur dalam asuransi, yaitu: a. Pihak tertanggung (insured) yang berjanji untuk membayar uang premi kepada pihak tertanggung. b. Pihak penanggung (insurer) yang berjanji akan mebayara sejumlah uang (santunan) kepada pihak tertanggung,
apabila terjadi sesuatu yang
mengandung unsur tidak tertentu. c. Suatu peristiwa (accident) yang tidak tertentu (tidak diketahui sebelumnya). d. Kepentingan (interest) yang mungkin akan mengalami kerugian karena peristiwa yang tak tertentu. Sedangkan menurut Kertonegoro yang dikutip oleh Saputra (2003), unsur asuransi dibagi menjadi 5: a. Pihak yang berhak atas penggantian kerugian disebut tertanggung. b. Pihak yang bersedia mengganti kerugian disebut penanggung. c. Pembayaran yang diterima penanggung disebut premi. d. Kontrak asuransi disebut polis. e. Kerugian yang dihadapi disebut ekspor kerugian. Menurut peraturan Depnaker No.3 tahun 1992 Jaminan sosial atau asuransi memiliki ruang lingkup yaitu : a. Jaminan kesehatan b. Jaminan kecelakaan c. Jaminan hari tua
25
2.1.2.2 Fungsi Asuransi Menurut Nugraha (2008), fungsi asuransi di bagi menjadi tiga, yaitu fungsi utama terdiri dari pemindahan risiko, pengumpulan dana, dan premi yang seimbang. Yang kedua adalah fungsi sekunder; merangsang pertumbuhan usahanya, pencegahan kerugian melalui identifikasi risiko-risiko potensional, pengendalian kerugian untuk meminimalkan kerugian, manfaat social untuk mempercepat pemulihan perekonomian, dan tabungan (investasi). Yang terakhir adalah fungsi tambahan, terdiri dari investasi dana dari premi yang terkumpul dan invisible earnings. 2.1.2.3 Jenis Asuransi Menurut Nugraha (2008), ada beberapa jenis asuransi : 1. Asuransi Jiwa Cakupannya yaitu asuransi jiwa individu, asuransi jiwa untuk group (kumpulan), misal karyawan , asuransi pendidikan/beasiswa, asuransi hari tua/pension, asuransi unit link (investasi), asuransi rawat inap dan rawat jalan (kesehatan), asuransi penyakit-penyakit kritis, dan asuransi kecelakaan. Polis asuransi diterbitkan untuk jangka waktu lama-beberapa tahun, atau bahkan seumur hidup, dan risiko yang ditanggung adalah meninggal dunia, sakit, cacat, dan pendapatan tetap setelah pensiun. 2. Asuransi Umum Cakupannya antara lain, kebekaran, termasuk gangguan bisnis dan musibah, transportasi laut dan udara-kargo dan lambung kapal, hutang, missal hutang pegawai, hutang barang, dang anti kerugian, kecelakaan lainnya, termasuk kredit, kerugian pinjaman, dan lainnya, kendaraan, mencakup kendaraan umum dan kendaraan komersil, pencurian, termasuk perampokan, seluruh risiko, pengiriman barang dan
26
uang, asuransi perjalanan (luar negeri dan dalam negeri), asuransi satelit, dan asuransi alat elektronik. Polis asuransi biasanya diterbitkan untuk jangka waktu 12 bulan atau lebih pendek lagi dan risiko yang ditanggung berupa kehilangan atau kerusakan barang seperti kendaraan bermotor, kapal, bangunan, saham, dan lainnya, serta hutang yang ditimbulkan akibat penjualan produk atau barang atau proses yang menyertainya. Sedangkan Syahyono (2010) berpendapat bahwa jenis asuransi dibagi menjadi empat, yaitu : 1. Asuransi Jiwa (life insurance) Yang dapat diasuransikan adalah kemampuan untukv mendapat penghasilan setelah mengalami musibah memasuki masa pensiun; biaya rawat inap pengobatan, biaya pendidikan di masa depan, dan biaya melunasi angsuran/kredit bank. 2. Asuransi Umum (general insurance) Yang dapat diasuransikan adalah aset berupa bangunan berikut isi bangunan, kegiatan konstruksi, kehilangan pekerjaan yang semestinya diperoleh jika tidak terjadi musibah, kendaraan/alat transportasi, barang/mesin dalam perjalanan, barang pribadi, uang. Biaya dokter/rumah sakit, tanaman/hewan/pesawat terbang. 3. Asuransi Sosial (social insurance) Yang dapat diasuransikan adalah kemampuan untuk mendapat penghasilan setelah mengalami musibah/memasuki masa pensiun, dan biaya rawat inap pengobatan. 4. Asuransi Kesehjateraan Sosial (social security insurance) Asuransi ini khusus untuk orang tidak mampu dan tidak terjamin oleh sistem asuransi sosial pada umumnya yang berbasis pada kontribusi peserta.
27
2.1.2.4 Manfaat Asuransi Menurut
Mathis,
Jackson
(2003).
Dalam
bukunya
Human
Resource
Management ada beberapa manfaat asuransi, antara lain : a. Asuransi Jiwa Adalah umum bagi majikan untuk memberikan asuransi jiwa untuk karyawan. Asuransi jiwa dibeli sebagai kebijakan kelompok, dan majikan membayar semua atau beberapa premi, namun tingkat cakupan biasanya rendah dan terikat pada dasar karyawan membayar. Tingkat khas cakupan adalah satu dan setengah atau dua kali karyawan tahunan gaji. Beberapa eksekutif mungkin mendapatkan cakupan yang lebih tinggi sebagai bagian dari paket kompensasi eksekutif. b. Cacat Asuransi Manfaat asuransi lain yang sering dikaitkan dengan gaji karyawan tingkat jangka pendek dan jangka panjang asuransi cacat. Jenis asuransi memberikan terus penghasilan perlindungan bagi karyawan yang menjadi cacat dan tidak mampu untuk bekerja. Jangka panjang asuransi cacat adalah jauh lebih umum karena banyak perusahaan mencakup jangka pendek situasi kecacatan dengan memungkinkan karyawan untuk bertambah yang diberikan cuti sakit setiap tahunnya. Semakin banyak pengusaha mengintegrasikan kecacatan mereka program asuransi dengan upaya untuk mengurangi klaim kompensasi pekerja. c. Hukum Asuransi Hukum ditawarkan sebagai manfaat melalui beberapa pengusaha, sering sebagai bagian dari program imbalan kantin, yang membiarkan pekerja memilih dari banyak manfaat yang berbeda. Rencana asuransi hukum beroperasi dalam banyak cara yang sama kesehatan organisasi pemeliharaan lakukan. Karyawan (atau pengusaha) membayar biaya tetap atau setiap bulan. Sebagai imbalannya, mereka memiliki hak
28
untuk menggunakan layanan jaringan pengacara untuk menangani masalah hukum mereka. 2.1.3 Produktivitas kerja 2.1.3.1 Pengertian Produktivitas Kerja Menurut Yuniarsih dan Suwatno (2008) produktivitas kerja karyawan adalah hasil konkrit (produk) yang dihasilkan oleh individu atau kelompok, selama satuan waktu tertentu dalam suatu proses kerja. Menurut Greeberg yang dikutip oleh Yuniasih dan Suwatno (2008) mendefinisikan produktivitas sebagai perbandingan antar totalitas pengeluaran pada waktu tertentu dibagi totalitas masukan selama periode tersebut. Sedarmayanti (2009) menyatakan bahwa produktivitas kerja tidak semata- mata ditujukan untuk mendapatkan hasil kerja yang banyak, melainkan kualitas untuk kerja yang sangat penting diperhatikan. Menurut Mulyadi (2012), dengan meningkatnya persaingan pasar maka akan terjadi peningkatan dalam hal ketenagakerjaan dimana kualitas tidak lagi diperhatikan. Sedangkan keunggulan suatu negara atau perusahaan ditentukan oleh produktivitas, kualitas produk yang dihasilkan dan tingkat efisiensi yang dicapai dalam berproduksi. Oleh karena itu sumber daya manusia yang baiklah yang akan meningkatkan produktivitas. 2.1.3.2 Faktor- Faktor Produktivitas Menurut Sinungan (2008), produktivitas tenaga kerja dipengaruhi oleh beberapa faktor baik yang berhubungan dengan tenaga maupun faktor – faktor lain seperti: 1) Pendidikan dan keterampilan, karena pada dasarnya tingkat pendidikan dan intensitas latihan meningkatkan keterampilan kerja.
29
2) Keterampilan fisik dipengaruhi oleh gizi dan kesehatan dimana faktor gizi dan kesehatan dipengaruhi oleh tingkat penghasilan. 3) Penggunaan sarana – sarana produksi alat yang digunakan (manual, semi manual, mesin) teknologi dan lingkungan kerja. Kemampuan manajerial menggerakan dan mengarahkan tenaga kerja dan sumber – sumber yang lain, serta kesempatan yang diberikan. Menurut Simanjuntak (2005) menyatakan bahwa aktivitas perusahaan tidak terjadi dalam isolasi. Segala sesuatu yang terjadi dalam perusahaan dipengaruhi oleh hal-hal yang terjadi diluarnya, seperti sumber-sumber faktor produksi yang digunakan, prospek pemasaran, perpajakan, perizinan, lingkungan hidup dan lain. Adalagi faktor-faktor lain yang mempengaruhi produktivitas, antara lain adalah: a. Sikap mental (motivasi dan disiplin) b. Pendidikan/latihan c. Keterampilan d. Manajemen e. Tingkat penghasilan f. Gizi dan kesehatan kerja g. Jaminan social h.
Lingkungan/iklim kerja
i. Saran dan teknologi 2.1.4 Penelitian Terdahulu Ada 2 jurnal yang digunakan dalam penelitian ini sebagai referensi 1) Ms. Monika Marwaha & Dr. Parul Khanna dalam Asian Journal Of Research in Social & Humanities vol. 2 (2 October,2011) menyatakan bahwa jika perusahaan menjaga keselamatan dan kesehatan kerja mereka maka para
9
pekerja atau karyawan akan menjaga dan meningkatkan citra dan keuntungan perusahaan dimana mereka bekerja. 2) Dalam Jurnal Alok Kumar yang berjudul Insurance, Productivity, and Wage Dispersion (March,2003) menyatakan bahwa eksperimen kuantitatif menunjukkan bahwa asuransi meningkatkan produktivitas tenaga kerja dan dapat meningkatkan output. Jadi dapat disimpulkan bahwa asuransi memiliki pengaruh positif dalam meningkatkan produktifitas kerja dan output perusahaan. 2.2 Kerangka Pemikiran
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (X1)
1. Keadaan tempat lingkungan kerja. 2. Pemakaian peralatan kerja 3. Pengaturan udara 4. Kondisi fisik pegawai 5. Pengaturan pencahayaan dan penerangan.
Asuransi (X2)
1.
Jaminan pertanggungan kesehatan 2. Jaminan kecelakaan 3. Jaminan hari tua
Produktivits (Y)
1. Pendidikan dan keterampilan 2. Ketrampilan fisik 3. Penggunaan sarana produksi 4. Kemampuan manajerial.
Gambar 2.1 Gambar Kerangka Pemikiran
2.3 Hipotesis Menurut Sugiyono (2007), hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap rumusan masalah penelitian. Dikatakan, sementara, karena jawaban yang diberikan baru didasarkan pada teori yang relevan, belum didasarkan pada fakta-
10
fakta empiris yang diperoleh melalui pengumpulan data. Jadi, hipotesis juga dapat dinyatakan sebagai jawaban teoritis terhadap rumusan masalah penelitian. Hipotesis dari penelitian ini berdasarkan rumusan masalah, yaitu: 1. H1
: Keselamatan dan kesehatan kerja berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan
2. H2
: Asuransi berpengaruh secara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan
3. H3
: Keselamatan dan kesehatan kerja serta asuransi berpengaruhsecara signifikan terhadap produktivitas kerja karyawan