Didaktis, Vol. 15, No. 1, Hal 1 - 116, Oktober 2015, ISSN 1412-5889
IMPLEMENTASI MONITORING DAN EVALUASI PROSES LESSON STUDY DI FKIP UM SURABAYA
Gunawan, Yuni Gayatri, Dwijani Ratna Dewi, Chusnal Ainy, Yarno
ABSTRAK Tim Monitoring dan evaluasi (Monev) internal secara spesifik melakukan enam tugas. Yakni, (1). Mengembangkan mekanisme pemantauan dan evaluasi; (2). Mengembangkan alatalat pemantauan dan evaluasi yang diperlukan; (3). Melaksanakan monev dengan menggunakan mekanisme, prosedur, dan instrumen yang telah dikembangkan; (4). Mengomunikasikan temuan-temuan kepada Dekan sebagai bahan untuk pembuatan kebijakan pengendalian program. (6). Mengomunikasikan temuan-temuan monev kepada pihak pelaksana program di lapangan dalam Workshop Evaluasi. Tulisan ini berusaha (1). Memaparkan pelaksanaan Plan-Do-See Lesson Study di FKIP UMSurabaya pada semester genap tahun akademik 2013-2014; (2). Memberikan informasi tanggapan dosen, mahasiswa dan pimpinan fakultas terhadap pelaksanaan LS sebagai masukan kepada pengelola LS, pimpinan FKIP dan UMSurabaya. Metode penelitian yang digunakan adalah metode survei, yang memaparkan hasil penelitian berdasarkan data yang diperoleh dari angket, observasi dan wawancara. Pada pelaksanaan Plan dalam LS telah nampak partisipasi, kolegalitas, kolaboratif pada dosen-dosen Kelompok Bidang Keahlian (KBK), dilihat dari kehadiran dan adanya diskusi teman sejawat dalam penyusunan perangkat pembelajaran (RPP, LKM, hand out, media). Fokus implementasi Do (pelaksanaan) dalam LS adalah aktivitas mahasiswa dan observer (pengamat). Fokus kegiatan See (Refleksi) adalah partisipasi, komunitas belajar dan kolegialitas. Hasil observasi tim dosen terfokus pada proses pembelajaran dan aktivitas mahasiswa. Dalam hal ini tetap mempertahankan prinsip kolaboratif dalam LS yakni kolegialitas, berkelanjutan, kolaboratif, mutual learning (saling belajar), pengkajian pembelajaran, pembinaan profesi, komunitas belajara. Materi sosialisasi LS memotivasi mereka mengimplementasikan LS dan meyakini dapat meningkatkan kemampuan mereka dalam membelajarkan mahasiswa. Kegiatan pembelajaran memfokuskan pada permasalahan pembelajaran yang dialami mahasiswa dan telah memberikan masukan dalam penyusunan perangkat pembelajaran. Kerjasama antar anggota Kelompok Bidang Keahlian (KBK) sudah cukup baik. Kata Kunci: Lesson Study, plan, do, see,
88
PENDAHULUAN
tahuan, ketertarikan, kemauan belajar, kualitas
Peningkatan kualitas pembelajaran seba-
dasar individu life skill yang diambil sebelum
gai salah satu aspek tolok ukur kualitas sebuah
pelaksanaan LS dan digunakan untuk dasar
perguruan tinggi telah menjadi sebuah prio-
merancang perubahan, prosedur dan iklim
ritas. Berbagai pendekatan, metode, dan tek
kelas.
nik pembelajaran terus dikembangkan. Se-
Dalam pelaksanaan LS, monitoring dan
buah metode pembelajaran yang dikembang-
evaluasi (Monev) adalah bagian integral dalam
kan di Jepang ialah Jugyokenkyu (Yoshida,
implementasinya. Menurut Dikti (2009),
1999 dalam Lewis, 2002) atau Lesson Study
Monev pada dasarnya melakukan kegiatan-
(LS) yang diaplikasikan dalam pembelajaran
kegiatan seperti: 1) Mengembangkan meka-
dan dianggap dapat meningkatkan prestasi
nisme pemantauan dan evaluasi; 2) Mengem-
siswa Jepang. Dalam pelaksanaan LS para
bangkan alat-alat pemantauan dan evaluasi
guru berkolaborasi mempelajari kurikulum,
yang diperlukan; 3) Melaksanakan monev
merumuskan tujuan pengajaran dan pengem-
dengan menggunakan mekanisme, prosedur,
bangan kecakapan hidup para siswanya, me-
dan instrumen yang telah dikembangkan; (4)
rancang, melaksanakan, mengamati, meng-
Mengomunikasikan temuan-temuan kepada
kaji, menyempurnakan dan merencanakan
dekan sebagai bahan untuk pembuatan kebi-
pembelajaran berdasarkan refleksi ini. Me-
jakan pengendalian program; 5) Mengo-
nurut Stigler dan Hiebert (1999) LS membe-
munikasikan temuan-temuan monev secara
rikan unsur kunci yang hilang yaitu pening-
berkala kepada dekan LPTK sebagai bahan
katan kualitas pembelajaran lewat pengem-
untuk pembuatan kebijakan pengendalian
bangan profesionalitas pengajar secara kola-
program; dan 6) Mengomunikasikan temuan-
boratif berdasarkan praktik pembelajaran.
temuan monev kepada pihak pelaksana pro-
Lewis (2002) menambahkan bahwa LS ber-
gram di lapangan dalam workshop evaluasi.
peran cukup besar dalam melakukan peru-
Monev pada LS berfungsi sebagai alat
bahan yang sistemik, selain pengembangan
pemantau manajemen. Karena itu, model
profesionalitas pengajar juga terhadap pening-
evaluasi CIPP (Context, Input, Process, Pro-
katan sistem yang lebih luas, tidak hanya me-
duct) dari Stufflebeam dalam Dikti (Ibid)
nerjemahkan tujuan dan standar pendidikan
dianggap relevan sebagai sistem monev.
ke realita dalam kelas, juga menggalakkan
Monev dengan CIPP meliputi evaluasi kon-
upaya perbaikan berdasar pada data empiris.
teks dan input pada tahap perencanaan pro-
Misalnya data tentang pemahaman, penge-
gram LS, evaluasi proses pada tahap imple89
Didaktis, Vol. 15, No. 1, Hal 1 - 116, Oktober 2015, ISSN 1412-5889
mentasi dan evaluasi produk yang mencakup evaluasi output pada akhir implementasi program dan evaluasi dampak pada tahap pasca pelaksanaan program. Berikut deskripsi dari masing-masing jenis evaluasi pada kegiatan LS tersebut. 1. Evaluasi konteks merupakan analisis kebutuhan untuk pengembangan profesional pendidik. Sasaran evaluasi mencakup semua permasalahan yang dihadapi para dosen yaitu kelemahan dan kekurangan pada aspek akademis, fasilitas dan SDM. Evaluasi konteks nantinya dapat menyimpulkan misi utama program LS, serta substansi inovasi yang perlu menjadi muatan kegiatan ini, khususnya aspekaspek kompetensi yang perlu dikembangkan pada dosen melalui kegiatan LS. 2. Evaluasi input berfokus pada pengumpulan informasi input yang penting seperti profil mahasiswa, dosen serta fasilitas belajar yang tersedia. Dari evaluasi input dapat disimpulkan pendekatan pengelolaan apa yang perlu diterapkan dalam program LS, model pembelajaran apa yang perlu ditumbuhkembangkan, serta misi utama yang perlu dibawa melalui program tersebut. 3. Evaluasi proses (monitoring) berorientasi pada kajian efektivitas pelaksanaan operasional kegiatan LS yang mengarah pada peningkatan kualitas pembelajaran dan pengembangan profesionalisme dosen yang diharapkan. Evaluasi proses bersifat
formatif, sehingga temuan-temuan digunakan sebagai umpan balik kepada pihakpihak terkait, misalnya pimpinan fakultas dan/atau universitas. 4. Evaluasi produk meliputi aspek output dan outcome. Aspek output melihat langsung hasil program, baik perubahan kinerja mengajar dosen, kinerja belajar mahasiswa. Aspek outcome bersifat mengevaluasi keterlanjutan program LS pada masa yang akan datang. Kerangka kerja Monev LS diilustrasikan pada Gambar 1 tentang hubungan antara komponen evaluasi, fungsi dan prosedurnya. Evaluasi konteks dan input dilaksanakan sebagai baseline survey untuk memperoleh data awal kondisi institusi yang diteliti. Data akhir diperoleh pada akhir kegiatan LS atau endline survey. Endline survey mengukur ulang parameter yang ditetapkan di awal kegiatan, sehingga dapat diukur perbedaannya. Instrumen tes dan kuesioner dapat digunakan dengan menggunakan penghitungan kuantitatif serta analisis statistika. Dari baseline survey diperoleh kondisi awal yang akan menjadi parameter untuk menilai keberhasilan program. Permasalahan umum pendidikan di lokasi LS juga dapat diketahui sehingga dapat dilakukan penajaman pada permasalahan tersebut terhadap program yang dirancang. Evaluasi dilakukan secara kualitatif melalui observasi, perekaman gambar dan interview.
90
KOMPONEN
FUNGSI
PROSEDUR
Asesmen Kebutuhan Baseline survey Input
Kondisi Lokasi
Proses
Formatif
PROGRAM EVALUASI Monitoring Output (sumatif)
End-line survey
Dampak/sustainability
Studi Dampak
Produk
Gambar 1. Kerangka Kerja Monev Program Lesson Study
Pelaksanaan monitoring dilakukan me-
merupakan perwujudan fungsi totalitas psi-
lalui prosedur observasi terhadap pelaksanaan
kologis yang mencakup potensi individu ma-
kegiatan LS. Interview terhadap pihak-pihak
nusia (kognitif, afektif, dan psikomotorik) dan
terkait LS dilakukan untuk mengetahui ke-
fungsi totalitas sosialkultural dalam konteks
berhasilan dan kekurangan, baik implementasi
interaksi (dalam keluarga, satuan pendidikan,
pembelajaran maupun kegiatan LS secara
dan masyarakat) dan berlangsung sepanjang
keseluruhan. Mahasiswa yang mengikuti
hayat, demikian buku Desain Induk Pen-
pembelajaran dan dosen observer menjadi
didikan Karakter (2010). Potensi dan fungsi
responden interview pada tahap ini. Sedang-
tersebut bersumber pada (1) olah hati (2) olah
kan evaluasi produk berfokus pada peru-
pikir (3) olah raga dan kinestetik dan (4) olah
bahan-perubahan dengan cara membanding-
rasa dan karsa. Proses itu secara holistik dan
kan data pada pra program dengan pasca
koheren memiliki saling keterkaitan dan saling
program LS.
melengkapi, serta masing-masingnya terkan-
Topik LS di UMSurabaya yaitu “Pening-
dung sejumlah nilai nilai karakter (Ibid. , 8-
katan Profesionalisme Dosen dan Kualitas
9). Penekanan Pendidikan karakter masih
Pembelajaran Berbasis Karakter Melalui
menjadi prioritas program LS di UMSura-
Lesson Study” menitikberatkan pada pendi-
baya pada semester genap tahun 2014 ini,
dikan karakter karena penumbuhan karakter
karena pendidikan karakter wajib ada dalam
utama pada mahasiswa berdasar pada prinsip
kerangka dasar semua unsur pendidikan di
bahwa perilaku seseorang yang berkarakter
perguruan tinggi dan pendidikan dasar dan 91
Didaktis, Vol. 15, No. 1, Hal 1 - 116, Oktober 2015, ISSN 1412-5889
menengah, karena pendidikan karakter adalah landasan bagi budaya akademik, sebab ilmu dapat dipandang sebagai perspektif mo ral dan sosial, sehingga berdampak pada perspektif kehidupan berbangsa dan bernegara (Santoso, 2011). Usaha peningkatan profesionalitas dosen dan kualitas pembelajaran di UMSurabaya diimplementasi dalam kegiatan LS dengan pengintegrasian pendidikan karakter di dalamnya melalui Dana Hibah Dikti (tahun ke-3). Sebagai perluasan implementasi kegiatan LS tahun ke-3 ini melibatkan pula 1 sekolah dasar, yaitu SD Muhammadiyah 8 Surabaya dan 1 sekolah menengah pertama, yaitu SMP Muhammadiyah 10 Surabaya. yang keduanya berlokasi di dekat UMSurabaya. RUMUSAN MASALAH Dari latar belakang tersebut di atas, dirumuskan permasalahan sebagai berikut. 1. Bagaimana implementasi kegiatan Plan, Do, Seekegiatan LS di FKIP UMSurabaya, SMP Muhammadiyah 10 Surabaya, dan SD Muhammadiyah 8 Surabaya pada semester genap tahun akademik/ajaran 2013-2014? 2. Bagaimana tanggapan mahasiswa/siswa dan dosen/guru terhadap kegiatan LS? 3. Apa output dan outcome kegiatan LS tersebut? 4. Bagaimana nilai-nilai karakter yang sudah diintegrasikan di kegiatan LS?
TUJUAN: Penelitian ini bertujuan untuk: 1. Memaparkan pelaksanaan Plan, Do, See LS di UMSurabaya, SDM 8, dan SMPM 10 Surabayapada semester genap tahun akademik 2013-2014. 2. Memberikan informasi tanggapan dosen/ guru, mahasiswa/siswa dan pimpinan fakultas serta kepala sekolah terhadap pelaksanaan LS. 3. Memperoleh data output dan outcome kegiatan LS dari hasil monev. 4. Memperoleh data tentang nilai-nilai karakter yang sudah diintegrasikan di dalam pembelajaran. MANFAAT: Hasil kegiatan monitoring evaluasi ini diharapkan dapat digunakan oleh pimpinan fakultas/universitas sebagai pengambil kebijakan untuk menerapkan peningkatan kualitas pembelajaran secara umum. Di samping itu deskripsi hasil analisis data juga dapat digunakan untuk perbaikan dan rencana pengembangan program LS ke sekolah-sekolah binaan. Data monev ini juga diharapkan dapat memotivasi dosen/guru dan mahasiswa untuk menerapkan pembelajaran model LS sebagai budaya akademik kampus/sekolah, sehingga peningkatan profesionalitas dosen dan kualitas pengajaran dapat terus diimplementasikan secara berkelanjutan. Data monev ini juga dapat menjadi inspirasi bagi mahasiswa PPL untuk menularkan model
92
pembelajaran LS kepada sekolah-sekolah
mengambil data di lapangan dengan meng
tempat berlatih mengajar, sehingga prinsip-
gunakan instrumen wawancara, kuesioner dan
prinsip LS dapat digunakan untuk perubahan
observasi lapangan.
dan pengembangan yang berkelanjutan.
Pelaksana program ini ialah 5 prodi dari FKIP UMSurabaya yaitu Prodi Pend. Bahasa
METODE PENELITIAN PENDEKATAN PENELITIAN
Inggris, Pend. Bahasa dan Sastra Indonesia, Pend. Matematika, Pend Biologi, dan PG
Pendekatan penelitian ini terutama ialah
PAUD, serta 2 sekolah, yaitu SDM 8 Sura-
penelitian kuantitatif, sedangkan data kualitatif
baya dan SMPM 10 Surabaya. Pelaksanaan
menjadi pelengkap data kuantitatif untk
program dimulai pada bulan Maret hingga
mempelajari dan mendeskripsikan fenoma-
Mei 2014 pada mata kuliah/mata pelajaran
fenomena yang ditemui di lapangan. Metode
sbb:
yang digunakan adalah metode survei dengan FKIP UMSurabaya PRODI Pend.Bhs. Inggris Pend. Bhs dan Sastra Indonesia Pend. Matematika Pend. Biologi PG. Pend. Anak Usia Dini
MATAKULIAH Pronunciation Practice Penyutradaraan & Pementasan Sistem Geometri Kimia Organik Metode Perkembangan Afektif
SMP Muhammadiyah 10 Surabaya KLS MAPEL VIII Bhs Inggris VIII
SDMuhammadiyah 8 Surabaya KLS MAPEL IV Bhs Inggris IV
VIII
Bhs. Indonesia Matematika
VIII
IPA
IV
IV
Bhs. Indonesia Matematik a IPA
Berdasarkan mata kuliah dan mata pela-
takuliah/mata pelajaran di atas, dosen dan
jaran tersebut telah dibentuk masing-masing
guru model, tim KBK, observer dari tiap mata
satu Tim Kelompok Bidang Keahlian (KBK)
kuliah dan mata pelajaran yang diteliti, Ketua
yang beranggotakan 3-6 dosen/guru yang
masing-masing program studi dan kepala
keseluruhannya terdapat 7 Tim KBK.
sekolah.
SUBJEK PENELITIAN Subjek penelitian kegiatan LS ini ialah
METODE PENGUMPULAN DATA & ANALISIS DATA
para mahasiswa FKIP dari 5 prodi, para siswa
Pengumpulan data dilakukan dengan
SDM 8, dan SMPM 10 Surabaya dari ma-
instrumen berupa: 1) Wawancara (terhadap 93
Didaktis, Vol. 15, No. 1, Hal 1 - 116, Oktober 2015, ISSN 1412-5889
dosen tim KBK, ketua prodi, mahasiswa,
dan outcome-nya. Membandingkan peren-
guru tim KBK, siswa, kepala sekolah); 2)
canaan pembelajaran dengan implementasi
Kuesioner; 3) Lembar monitoring (terhadap
di kelas untuk melihat integrasi nilai-nilai ka-
kegiatan plan, do, see); 4) Videotaping; 5)
rakter.
Pengamatan lapangan /Field note melalui observasi langsung di kelas. Data yang diperoleh dari kuesioner ditabulasi dan dipersentase kemudian dideskripsikan dan diintepretasi. Data kualitatif sebagai data awal yang digunakan untuk parameter kegiatan LS. Data ini akan dibandingkan dengan hasil wawancara dengan dosen model, observer dan pimpinan untuk memperoleh informasi perubahan atau perkembangan. Analisis data kuantitatif dan
HASIL DAN PEMBAHASAN IMPLEMENTASI KEGIATAN PERENCANAAN (PLAN), PELAKSANA AN (DO) DAN REFLEKSI(SEE) Tahap Perencanaan (Plan) Tahap Perencanaan ini diamati dengan menggunakan lembar monitoring kegiatan plan, diperoleh hasil sbb:
kualitatif diintepretasi untuk melihat output Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Monitoring Tahap Perencanaan (Plan) No.
Kegiatan Peserta Responden = Ya %
1 2 2 3 4 5
5 6 7 7 8
94
Apakah dibicarakan tujuan pertemuan? Apakah tim dosen/guru KBK telah mengenal pendidikan karakter? Apakah dosen/guru model ditentukan pada saat pertemuan? Apakah RPP disusun dosen model? Jika RPP disusun oleh dosen model, apakah RPP didiskusikan dalam pertemuan? Apakah RPP yang disusun sudah secara khusus memasukkan unsur-unsur karakter yang dibidik? Apakah RPP disusun secara bersama dalam pertemuan? Apakah didiskusikan tujuan pembelajaran dalam RPP? Apakah tujuan pembelajaran yang berkarakter sudah ada? Apakah didiskusikan apersepsi yang akan dilaksanakan pada saat membuka pelajaran? Apakah didiskusikan metode/strategi pembelajaran yang akan digunakan?
TOTAL 13 Tidak
Orang %
13
100 %
0
0,00%
13
100 %
0
0,00%
13
100 %
0
0,00%
13
100 %
0
0,00%
13
100 %
0
0,00%
12
92,30%
1
7,69%
11
84,61%
2
15,38 %
13
100 %
0
0,00%
12
92,30%
1
7,69%
10
76,00%
3
23,00 %
13
100 %
0
0,00%
9
10 11
12 13 14
14 15 16
Apakah dalam strategi pembelajaraan sudah tercantum karakter yang diharapkan muncul dalam proses pembelajaran? Apakah didiskusikan media pembelajaran yang akan digunakan? Apakah didiskusikan materi pembelajaran yang akan disampaikan dalam proses pembelajaran? Apakah didiskusikan pengelolaan waktu dalam proses pembelajaran? Apakah didiskusikan jenis evaluasi yang akan digunakan dalam proses pembelajaran? Apakah sudah ada instrumen evaluasi untuk mengukur karakter dalam proses pembelajaran yang muncul? Apakah didiskusikan instrumen evaluasi yang akan digunakan dalam proses pembelajaran? Apakah kolegialitas tercipta selama diskusi? Apakah dibicarakan agenda pertemuan berikutnya?
12
92,30%
1
7,69%
13
100 %
0
0,00%
13
100 %
0
0,00%
12
92,30%
1
7,69%
13
100 %
0
0,00%
12
92,30%
1
7,69%
13
100 %
0
0,00%
13
100 %
0
0,00%
12
92,30%
1
7,69%
Dalam kegiatan perencanaan (plan) para
pendidikan karakter. Temuan penting lainnya
dosen dan guru mengembangkan rencana dan
ialah bahwa prinsip kolegialitas telah terbentuk
perangkat pembelajaran secara kolaboratif,
pada tahap ini pada semua tim KBK (100%),
ini sesuai dengan prinsip bahwa LS adalah
terutama ketika para dosen/guru ini
suatu model pembinaan profesi pendidik
mendiskusikan hal-hal prinsip, yaitu RPP yang
melalui pengkajian pembelajaran secara
akan digunakan dalam open class termasuk
kolaboratif dan berkelanjutan berlandaskan
terutama tujuan pembelajaran, metode/strategi
prinsip-prinsip kolegalitas dan mutual learn-
dan materi pembelajaran, juga pengelolaan
ing untuk membangun learning comunity
waktu dan instrumen evaluasi.
(Dikti 2009). Berdasarkan hasil observasi
RPP disusun sepenuhnya oleh dosen/guru
terhadap pelaksanaan perencanaan pada
model, tetapi juga didiskusikan secara
kegiatan LS di UMSurabaya ini maka
bersama-sama didalam pertemuan. Tentang
terdapat temuan-temuan penting antara lain
aspek-aspek RPP diperoleh informasi bahwa:
bahwa semua tim KBK dosen dan guru
(1) sebagian besar (92, 30%) a) integrasi nilai-
(100%) sudah membicarakan tujuan
nilai karakter yang dibidik sudah ada dalam
pertemuan dan penentuan dosen/guru model.
RPP, nilai-nilai karakter juga sudah
RPP sudah ada pada saat pertemuan dan
diintegrasikan dalam tujuan pembelajaran,
semua dosen KBK telah mengenal
strategi pembelajarandan instrumen evaluasi 95
Didaktis, Vol. 15, No. 1, Hal 1 - 116, Oktober 2015, ISSN 1412-5889
untuk mengukur nilai-nilai karakter yang
Tahap Pelaksanaan (Do)
dibidik dalam pembelajaran sudah dibuat oleh
Tahap pelaksanaan ini diamati dengan
tim KBK; (2) Dalam hal membuka pelajaran/
menggunakan lembar monitoring. Pengamatan
apersepsi (76%) didiskusikan (sedikit
terhadap kegiatan pelaksanaan (do) ini dila-
meningkat dari LS sebelumnya): (3) Informasi
kukan oleh 26 observer (dosen/guru KBK
lain ialah diskusi pada tahap ini memberi
dan tim monev) dan diperoleh hasil sbb:
tekanan kepada diskusi tentang jenis evaluasi yang akan digunakan dalalm open lesson. Tabel 2. Rekapitulasi Hasil Monitoring Tahap Pelaksanaan (Do)
No.
Kegiatan Peserta Ya
1.
2. 3. 4. 5. 6.
7.
8. 9. 10.
11. 12. 13.
96
Apakah sebelum kegiatan ini telah dihasilkan perangkat pembelajaran yang siap digunakan? (misalnya: RPP, LKM, hand out, sarana pendukung) Apakah dosen/guru yang tampil sesuai dengan kesepakatan? Apakah dosen/guru penyaji tampil secara mandiri (bukan tim)? Apakah dosen/guru model membicarakan tujuan pembelajaran? Apakah dosen/guru model menyampaikan karakter yang diharapkan dari pembelajaran? Apakah dosen/guru model memberikan apersepsi dalam pembelajaran? Apakah para mahasiswa/siswa mengajukan pertanyaan selama proses pembelajaran? Jika ya, tuliskan jumlah mahasiswa/siswa yang mengajukan pertanyaan dalam kolom komentar. Apakah dosen/guru model memberikan jawaban dengan tepat terhadap pertanyaan mahasiswa/siswa? Apakah terjadi miskonsepsi dalam pembelajaran? Apakah dosen/guru model berani mengubah RPP dalam pelaksanaan pembelajaran sesuai dengan situasi pembelajaran yang terjadi? Apakah dosen/guru model memanfaatkan media pembelajaran sesuai dengan media pembelajaran yang disebutkan dalam RPP? Apakah mahasiswa/siswa belajar secara berkelompok dalam pembelajaran? Jika mahasiswa/siswa bekerja dalam kelompok, apakah diskusi dalam kelompok berjalan lancar?
TOTAL Resp = 27 % Tidak
Orang %
27
100%
0
0,00%
26
96,29%
1
3,70%
26
96,29%
1
3,70%
25
92,59%
2
7,40%
17
62,96%
10
37,03 %
27
100%
0
0,00%
27
100%
0
0,00%
27
100%
0
0,00%
1
3,70%
26
96,29 %
22
80,77%
5
19,23 %
26
92,31%
1
3,85%
23
88,46%
3
11,54 %
24
92,31%
2
7,69%
14.
15.
16. 17. 18. 19.
20.
21. 22. 23.
Jika mahasiswa/siswa bekerja dalam kelompok, apakah ada diskusi kelompok yang tidak berjalan lancar? Jika ada sebutkan jumlah kelompok yang tidak lancar dalam berdiskusi. Jika mahasiswa/siswa bekerja dalam kelompok, apakah ada mahasiswa yang diam/tidak terlibat dalam diskusi Apakah ada mahasiswa/siswa yang kesulitan dan luput dari perhatian dosen/guru? Jika ada, sebutkan jumlah mahasiswa/siswa tersebut. Apakah mahasiswa/siswa memperoleh kesempatan untuk mengerjakan soal? Apakah pada akhir pembelajaran diadakan evaluasi? Apakah penggunaan waktu sesuai dengan rencana alokasi waktu dalam RPP? Apakah akt ivitas observer mengganggu pelaksanaan perkuliahan? (posisi menghalangi kamera, dibelakang, mobilitas observer, interaksi observer, keseriusan) Adakah observer yang membantu mahasiswa/siswa? Secara umum, apakah observer melakukan pengamatan sesuai dengan tata tertib? Apakah ada aktivitasyang diutamakan dalam kegiatan LS ini ? Jika ‘ya’ sebutkan
22
81,48%
5
18,52 %
20
74,07%
7
25,92 %
18
66,67%
9
33,33 %
24
92,31%
3
7,69%
26
96,29%
1
3,70%
22
81,48%
5
18,52 %
3
7,69%
24
92,31 %
3
7,69%
24
19
33,33%
8
26
96,29%
1
92,31 % 66,67 % 3,70%
Hasil monitoring pelaksanaan open les-
perubahan dari apa yang dipersiapkan ketika
son, dari analisis data ini terlihat para observer
hal itu memang dibutuhkan. Secara umum
(100%) menyatakan bahwa tim KBK telah
tidak terjadi miskonsepsi yang signifikan
membuat perangkat pembelajaran (RPP,
dalam keseluruhan pengajaran, namun pada
LKM, hand out dan sarana pendukung) yang
akhir pembelajaran sebagian besar dosen
siap digunakan. Dosen/guru model adalah
memberikan evaluasi pembelajaran.
mereka yang memang dipersiapkan
Ketika pembelajaran berlangsung,
sebelumnya dan tampil secara mandiri. Pada
beberapa mahasiswa/siswa berkesempatan
umumnya dosen/guru sudah melakukan
mengajukan pertanyaan selama proses
tugasnya sebagai pengajar di kelas antara lain
pembelajaran, rata-rata 1-3 mahasiswa/siswa
membicarakan tujuan pelajaran dan
yang mengajukan pertanyaan, dan secara
memberikan apersepsi di kelas. Mereka juga
umum dosen/guru cukup dapat menjawab
menggunakan media sesuai dengan yang
pertanyaan tsb. Selain itu para mahasiswa/
dinyatakan dalam RPP. Para dosen/guru ini
siswa tampaknya memiliki kesempatan yang
berani mengajar dengan mengadakan
baik untuk mengerjakan soal di kelas. Dalam 97
Didaktis, Vol. 15, No. 1, Hal 1 - 116, Oktober 2015, ISSN 1412-5889
kegiatan LS ini di hampir semua open les-
diintegrasikan dalam pembelajaran di kelas,
son, mahasiswa/siswa belajar secara
tampaknya ada37, 03%dari dosen/guru
berkelompok di mana mahasiswa/siswa
model yang tidak menyampaikan nilai-nilai
mendiskusikan materi perkuliahan/
karakter yang ingin dibangun lewat kegiatan
pembelajaran secara lancar. Namun 18,
belajar ini.
52%observer menyatakan bahwa kelompok
Untuk aktivitas monitoring ini para ob-
diskusi tidak berjalan seimbang sebab ada 1-
server sendiri telah melakukan tugasnya,
2 kelompok dari seluruh jumlah kelompok
yaitu melakukan pengamatan sudah sesuai
tidak melakukan diskusi dengan seharusnya,
tata tertib. Mereka melaksanakan dengan
diantaranya ada mahasiswa yang diam, tidak
serius, tidak mengganggu jalannya
memperhatikan, tidak terlibat dalam diskusi
perkuliahan, dan tidak membantu mahasiswa
dengan anggota kelompok lainnya dan hal ini
dalam kegiatan open lesson. Sedangkan
luput dari perhatian dosen (sekitar 1-2 orang
aktivitas yang diutamakan dalam open les-
dalam kelas). Dan terkait dengan hal ini dalam
son ini lebih berkisar pada kegiatan yang
pembelajaran ternyata banyak mahasiswa
berpusat pada mahasiswa/siswa, pemahaman
(33, 33%) yang kesulitan memahami
pendidikan karakter, dan cara belajar induktif.
pembelajaran namun luput dari perhatian
Belajar induktif di mana mahasiswa/siswa
dosen/guru.
ditantang untuk berpikir kreatif dan
Tujuan pembelajaran berkarakter
menumbuhkan karakter seperti rasa ingin tahu
sebenarnya telah disebutkan dalam RPP yang
tinggi dengan menyimpulkan sendiri materi
memberi penekanan pada pengkondisian
yang diberikan dengan banyak melakukan
nilai-nilai karakter berupa implementasi
hands on activity seperti berdiskusi,
penanaman dan pelatihan nilai-nilai karakter
membaca atau mengonstruksi materi lewat
dalam kegiatan perkuliahan yang terintegrasi
praktik.
dalam silabus perkuliahan/pembelajaran. Pengondisian ini terwujud mulai dari standar
Tahap Refleksi (See)
kompetensi, tujuan, langkah-langkah
Tahap Refleksi ini diamati dengan
perkuliahan di kelas hingga evaluasi. Tentang
menggunakan lembar monitoring diperoleh
nilai-nilai karakter yang seharusnya
hasil sebagai berikut.
98
Tabel 3. Rekapitulasi Hasil Monitoring Tahap Refleksi (See) No.
Kegiatan Peserta
1
Apakah moderator mengenalkan tim Lesson Study?
2 3
Apakah moderator menyampaikan susunan acara? Apakah moderator menyampaikan garis besar tata tertib refleksi? Apakah moderator memberikan kesempatan pertama pada dosen pengajar untuk menyampaikan refleksi diri? Apakah ada observer yang menceritakan pengalamannya sendiri yang sejenis? Apakah semua observer diberi kesempatan untuk berbicara? Apakah komentar observer didasarkan atas buktibukt i konkrit dan spesifik? Apakah komentar observer lebih banyak bersifat positif? (kira-kira berapa persen) Adakah saran yang bersifat solutif dan konstruktif? Apakah ada observer yang menyampaikan komentar menurut pandangannya sendiri? Apakah kegiatan diskusi-refleksi didominasi seseorang atau beberapa orang saja? Apakah dosen/guru yang mengajar dapat menerima saran perbaikan? Apakah komentar observer terfokus pada aktivitas belajar? Apakah komentar observer terfokus pada materi pembelajaran? Apakah komentar observer terfokus pada cara dosen/guru mengajar? Apakah acara refleksi berlangsung sesuai dengan susunan acara yang direncanakan?
4
5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16
Ya 7
TOTAL Responden = 10 Orang % Tidak % 70,00% 3 30,00%
7
70,00%
3
30,00%
7
70,00%
3
30,00%
10
100,00%
0
0,00%
6
60,00%
4
40,00%
10
100,00%
0
0,00%
10
100,00%
0
0,00%
8
80,00%
2
20,00%
10
100,00%
0
0,00%
9
90,00%
1
10,00%
4
40,00%
6
60,00%
10
100,00%
0
0,00%
10
100,00%
0
0,00%
5
50,00%
5
50,00%
5
50,00%
5
50,00%
10
100,00%
0
0,00%
Dalam kegiatan refleksi ini terekam
umumnya mereka adalah teman sendiri dan
aktivitas yang dipimpin oleh moderator,
sudah mengenal sehingga perkenalan, susunan
walaupun selanjutnya dosen/guru model
acara dan tata tertib refleksi tidak terlalu
mendapat kesempat an pertama dan
menjadi perhatian. Dalam diskusi refleksi para
terbanyak karena selain melakukan refleksi
dosen/guru observer 40% menceritakan
diri maka pembelajarannyalah yang
pengalamannya sendiri yang sejenis untuk
diperbincangkan. Pembukaan pertemuan
memberikan masukan pada dosen/guru
untuk refleksi ini tidak begitu mendapat
model, namun diskusi berlangsung cukup baik
tanggapan dari moderator karena pada
pada beberapa prodi karena prinsip mencari 99
Didaktis, Vol. 15, No. 1, Hal 1 - 116, Oktober 2015, ISSN 1412-5889
desain mengajar yang baik untuk mata kuliah/
dosen/guru ini telah mempersiapkan silabi dan
mata pelajaran tersebut terus digali. Hal ini
bahan ajar sebelum melaksanakan per-
tecermin pada fokus pembicaraan yang lebih
kuliahan. Dalam waktu satu minggu sampai
memberikan penekanan pada materi
satu bulan sebelumnya dan memerlukan
pembelajaran serta metode penyampaiannya.
waktu 2 jam dalam mempersiapkannya.
Misalnya bahwa pembelajaran sebaiknya
Fasilitas yang dimiliki untuk menunjang
bersifat induktif, karena lebih menarik dan
pelaksanaan perkuliahan ialah LCD, laptop,
mendorong mahasiswa/siswa untuk berpikir
multimedia, studio, TV, alat peraga dan
kritis dan kreatif, contoh lainnya ialah tentang
laboratorium, mereka menggunakan fasilitas
kondisi mahasiswa ketika belajar, sikap,
tersebut setiap kali memberi kuliah dan hampir
kreativitas dan keterlibatan mereka pada
seluruh dosen menyatakan bahwa tidak ada
pembelajaran menjadi topik penting dalam
kendala dalam pemanfaatan fasilitas tersebut,
diskusi.
kecuali koneksi internet yang kurang baik.
Cara dosen/guru mengajar juga menjadi
Kegiatan hands-on di mana mahasiswa/
perhatian walaupun hanya 50, 00%dari ob-
siswa bekerja dan menemukan sendiri dalam
server yang memberikan perhatian pada hal
perkuliahan/pembelajaran ternyata tidak selalu
tsb. Semua observer berkesempatan mem-
dilaksanakan, beberapa dosen/guru
berikan komentar yang konkret dan spesifik
menyatakan bahwa mereka sering
berdasarkan apa yang terjadi pada saat open
melaksanakan kegiatan ini, namun banyak
lesson berlangsung. Mereka memaparkan
yang mengatakan pernah, jarang atau bahkan
fakta, ide dan saran-saran secara solutif dan
tidak pernah melakukannya dalam
konstruktif untuk pengembangan desain
perkuliahan/pembelajaran. Kegiatan ini
mengajar yang lebih baik. Pada umumnya
biasanya dilakukan pada saat mengajarkan
kegiatan refleksi sudah sesuai dengan yang
semua topik (Prodi Pendidikan Biologi dan
direncanakan dan dosen/guru model pada
PAUD). Kegiatan hands-on ini biasanya
umumnya menerima saran dan masukan dari
dilakukan dalam praktek atau berlatih
anggota tim KBK atau dosen lainnya.
mengerjakan sesuatu di kelas, dengan bahan/ alat-alat berupa LKM, multimedia, alat tulis/
TANGGAPAN TERHADAP LESSON STUDY Dosen/Guru Tim KBK dan Dosen/Guru Model Informasi yang diperoleh ialah para 100
gambar, white-board dsb. Sementara itu untuk mendukung kegiatan ini ada keluhan bahwa fasilitas belajar kurang luas. Kegiatan perkuliahan/pembelajaran yang
biasa dilakukan di kelas secara umum ialah
dapat mengisi kekurang pahaman mahasiswa
memberi ceramah, meminta mahasiswa/siswa
terhadap materi perkuliahan/teori. Para dosen
berdiskusi dan presentasi dan berpraktek
ini menganggap bahwa fasilitas di laboratorium
serta latihan soal-soal. Kegiatan tersebut
masih kurang memadai terutama untuk Prodi
sering dilakukan karena mahasiswa/siswa
Pend. Biologi. Dalam satu semester praktik
lebih aktif terlibat karena perkuliahan/
dilakukan beberapa kali untuk mata kuliah
pembelajaran apabila lebih berpusat pada
tertentu, pada umumnya petunjuk kegiatan
mahasiswa/siswa sehingga mahasiswa/siswa
sudah dipersiapkan sebelumnya. Metode
lebih aktif. Pada umumnya para dosen/guru
yang digunakan dalam praktikum yang biasa
ini kurang merasa puas setelah kegiatan
dilakukan ialah metode Eksperimen, diskusi,
pembelajaran karena berbagai kendala,
presentasi, observasi langsung, diskusi dan
terutama kemampuan mahasiswa/siswa
tugas. Lewat praktikum mahasiswa pada
kurang memadai; mahasiswa/siswa ternyata
umumnya dapat melakukan praktik langsung,
kurang paham terhadap materi yang diberikan;
memperkaya pengetahuan, dan menemukan
banyak mahasiswa datang terlambat. Motivasi
hal-hal baru. Hal ini didorong oleh fakta
mahasiswa/siswa yang perlu ditingkatkan
bahwa di laboratorium, mahasiswa
serta mereka merasa strategi pembelajaran
memperoleh kesempatan untuk melakukan
yang digunakan kurang variatif. Walaupun
pengamatan, mengumpulkan dan mengolah
begitu sebagian dosen/guru sudah
data, menyimpulkan dan mempresentasikan
menyatakan
hasil
hasil percobaan. Sedangkan evaluasi kegiatan
pengajarannya. Pada aspek evaluasi
praktek dilakukan dengan lembar observasi
perkuliahan/pembelajaran para dosen/guru ini
terhadap hasil praktikum, prosedur kerja dan
banyak menggunakan berbagai cara, misalnya
kemampuan analisis mahasiswa.
puas
terhadap
yang meliputi evaluasi proses (termasuk au-
Pada umumnya semua dosen/guru pernah
thentic assessment) dan hasil. Sedangkan
melakukan inovasi pembelajaran dengan
buku-buku yang digunakan mahasiswa
tujuan melihat respon mahasiwa dan untuk
meliputi, diktat, handout; textbook; e-book;
meningkatkan kualitas dan efektifitas
jurnal
perkuliahan, namun hanya sebagian yang
Sementara itu kegiatan perkuliahan di
mencatumkan jenis inovasi mereka. Inovasi
laboratorium dianggap sebagai kegiatan
sebaiknya dilakukan terhadap model,
penting bagi mahasiswa, karena lewat
pendekatan, media pembelajaran, optimasi
kegiatan di laboratorium/studio mahasiswa
penggunaan IT dan integrasi karakter religi 101
Didaktis, Vol. 15, No. 1, Hal 1 - 116, Oktober 2015, ISSN 1412-5889
dengan materi. Dalam bekerja hampir semua
materi sosialisasi memotivasi mereka untuk
dosen/guru menyatakan bahwa mereka telah
mengimplementasikan LS di prodi masing
bekerja secara optimal, sementara ada ke-
masing (89%). Sosialisasi membuat hampir
inginan dari para dosen/guru agar antara do-
semua (95%) dosen/guru model yakin bahwa
sen/guru perlu saling berkolaborasi untuk
implementasi LS dapat meningkatkan
mengoptimalkan kinerja karena kinerja dosen
kemampuan mereka sebagai dosen/guru
masih perlu ditingkatkan dan untuk men-
dalam membelajarkan mahasiswa/siswa.
dukung optimasi kinerja ini salah satunya ialah
Pada tahap ini 77% dosen/guru model
diadakannya pelatihan berbasis IT untuk
merencanakan untuk memfokuskan kegiatan
dosen/guru. Sedangkan suasana akademis di
LS berdasarkan suatu problem pembelajaran
kampus/di sekolah dikatakan sebagai cukup
yang dialami mahasiswa/siswa, mereka juga
kondusif walaupun kolaborasi antar dosen/
menyatakan bahwa dalam berkolaborasi
guru perlu ditingkatkan. Semua dosen/guru
dengan teman sejawat mereka memperoleh
yang terlibat dalam LS beranggapan bahwa
masukan yang berharga (lebih dari 85%)
LS cukup bermanfaat terutama dalam hal
dalam diskusi untuk penyusunan perangkat
kerja sama antar dosen/guru. LS juga
pembelajaran. Hampir seluruh dosen /guru
bermanfaat sebagai lahan melakukan inovasi
model yang diteliti menyatakan bahwa dengan
pembelajaran, karena itu hampir semua
berkolaborasi dengan teman, mereka dapat
dosen/guru menyarankan agar LS dilanjutkan.
mengembangkan bahan ajar dan strategi
Kegiatan sosialisasi LS membuat para
pembelajaran yang lebih menantang. Selain
dosen/guru tim KBK dan dosen/guru model
itu kolaborasi dengan teman sejawat
memahami LS sebelum pelaksanaan LS itu
membuat mereka mampu mengembangkan
sendiri. Hal ini dapat diamati dari hasil
media pembelajaran dan LKM/LKS yang
pengambilan data bahwa setelah sosialisasi,
lebih menantang, selain itu mereka mampu
sebagian besar dosen/guru model menjadi
mengembangkan lembar observasi kegiatan
mengerti tujuan LS (85%) dan memahami
pembelajaran berdasar fokus permasalahan
prosesnya (72%), walaupun begitu terdapat
pembelajaran.
15% dosen/guru merasa ragu-ragu bahwa
Pada tahap pelaksanaan LS yaitu open
mereka mengerti proses LS sebelum mulai
lesson para dosen/guru model ini pada
kegiatan. Hampir semua dosen/guru model
umumnya (84%) tidak merasa terganggu
menyatakan bahwa materi sosialisasi mem-
dengan adanya observer yang hadir di kelas
bantu mereka memahami LS (83%) dan
dimana mereka mengajar. Hampir seluruh
102
dosen/guru model memfasilitasi mahasiswa/
LS. Bila dibandingkan LS tahun sebelumnya
siswa saat mereka berdiskusi, dan memberi
jumlah dosen ragu-ragu ini mengalami
kesempatan untuk mengajukan pertanyaan
penurunan karena sudah beberapa kali
serta tidak mendominasi perkuliahan/
melaksanakan LS sehingga menjadi lebih
pembelajaran dengan ceramah. Pada tahap
mengerti tujuan dan proses LS sebelum
ini para dosen/guru model ini menyatakan
kegiatan LS. Kalau pun masih ada,
bahwa mereka mampu mengidentifikasi
dimungkinkan dosen atau guru ybs ini baru
kesulitan belajar mahasiswa dan membantu
mengikuti LS pada tahun ini.
kesulitan belajar mahasiswa tersebut. Mereka
Pelaksanaan perencanaan (plan)
juga mampu menyesuaikan rencana
nampaknya telah dilaksanakan sesuai dengan
pembelajaran dengan kondisi nyata di kelas
prinsip-prinsip kolaboratif dan mutual learn-
dan mampu mencapai target pembelajaran.
ing. Dari seluruh dosen/guru observer
Pada tahap diskusi untuk membicarakan
sebagian besar (83%) menyatakan kegiatan
hasil open lesson para dosen/guru model ini
pembelajaran
memfokuskan
pada
seluruhnya menyatakan bahwa saran/
permasalahan pembelajaran yang dialami
komentar yang disampaikan oleh observer
mahasiswa. Sebagian besar observer (87%)
memang berdasar pada temuan-temuan pada
merasa telah memberikan masukan dalam
saat open lesson. Hampir seluruh dosen/guru
penyusunan perangkat pembelajaran (RPP,
model ini tidak merasa dihakimi saat
LKM, Media), untuk bahan ajar yang
berdiskusi pada tahap refleksi ini dan
menantang, untuk strategi pembelajaran
menyatakan akan menerapkan hasil diskusi
(83%), untuk pengembangan LKM (87%)
pada pembelajaran berikutnya. Sebagian
dan pengembangan media pembelajaran
besar dosen/guru model menyatakan akan
(75%) yang sesuai dengan fokus
tetap melaksanakan kegiatan LS pada masa
permasalahan pembelajaran, sedangkan
yang akan datang dan telah menyatakan
sisanya tidak memberikan masukan dan ragu-
bahwa LS ini juga sebagai penelitian tindakan
ragu.
kelas. Hampir semua dosen/guru observer
Dari hasil pengamatan dan kuesioner ob-
meyakini bahwa LS dapat meningkatkan
server nampaknya telah menerapkan prinsip
kemampuan mereka dalam membelajarkan
tidak mengganggu proses pembelajaran
mahasiswa/siswa. Namun demikian masih
dengan menyatakan bahwa sebagian besar
ada dosen (8%) dan guru (17%) yang ragu-
mereka selama kegiatan open lesson
ragu tujuan dan proses LS sebelum kegiatan
merekatidak melakukan intervensi, tidak 103
Didaktis, Vol. 15, No. 1, Hal 1 - 116, Oktober 2015, ISSN 1412-5889
keluar masuk ruangan, dan tidak berbicara
Dalam diskusi refleksi para observer
dengan sesama observer. Selama open les-
telah berkontribusi memberikan masukan
son mereka memfokuskan pengamatan pada
dari hasil pemantauan. Para dosen/guru
kegiatan belajar mahasiswa/siswa (lebih dari
berkolaborasi mencari solusi terhadap
96%) dan mendapati mahasiswa/siswa
temuan-temuan saat open lesson dan
mendapat kesempatan berdiskusi serta
menggunakan hasil diskusi untuk dasar
mengajukan pertanyaan. Namun pada saat
pengembangan desain pembelajaran pada
proses pembelajaran para observer ini
siklus berikutnya. Para observer(83%) ini
menyatakan bahwa dosen/guru model
menyatakan bahwa saran/komentar yang
mendominasi perkuliahan melalui ceramah
disampaikan telah berdasar pada temuan
(46%) sedangkan sisanya menyatakan tidak
selama kegiatan pembelajaran. Hampir
dan ragu-ragu. Jumlah ini mengalami
seluruh observer menyat akan tidak
penurunan bila dibandingkan tahun LS semes-
menghakimi dosen/guru model saat diskusi
ter lalu sebesar 53%. Sementara itu 83%
refleksi dan mereka telah memberi masukan
observer menyatakan bahwa dosen model
berharga untuk perbaikan perkuliahan
mampu mengidentifikasi mahasiswa yang
berikutnya. Pada tahap ini observer
mengalami kesulitan belajar, 17% lainnya
menyatakan memperoleh inspirasi untuk
menyatakan tidak mampu, namun hampir
meningkatkan mutu perkuliahan (96%) dan
seluruh pengamat menyatakan setuju bahwa
akan menerapkan hasil refleksi pada
dosen/guru model membantu mahasiswa yang
perkuliahan (83%) serta tetap melaksanakan
mengalami kesulitan dalam pembelajaran.
kegiatan LSpada masa yang akan datang
Dosen/guru model dapat menyesuaikan
(50%). Di antara para observer, sebanyak
rencana pembelajaran dengan kondisi nyata
79% termotivasi untuk menjadi dosen/guru
di kelas dan target pembelajaran tercapai.
model (sedikit meningkat dari semester lalu
Pada semester yl pengamatan pada kegiatan
sebesar 73%), namun mengetahui dan
pembelajaran terfokus pada dosen (64%),
memahami tujuan dan proses LS mungkin
22% pengamatan lebih tertuju kepada respon
tidak bisa serta merta termotivasi menjadi
mahasiswa terhadap materi perkuliahan yang
dosen/guru model.
disampaikan, sedangkan semester ini sebanyak 75% pengamat menyatakan tidak memfokuskan pengamatan pada kegiatan dosen dalam perkuliahan. 104
Mahasiswa Dari wawancara awal terhadap mahasiswa diperoleh data bahwa sebagian
mahasiswa merasa kesulitan mengikuti
biasanya karena dosen menyampaikan mata
perkuliahan di prodi masing-masing karena
kuliah terlalu cepat, kurang mengena atau
berbagai alasan, misalnya karena cara
tidak memberi kesempatan pada mahasiswa
penyampaian dosen yang dirasakan kurang
untuk bertanya. Selain itu mahasiswa kesulitan
tepat, karena materi perkuliahan yang terlalu
untuk memperoleh buku untuk kuliah
abstrak, materi perkuliahan baru dan cukup
termasuk kesulitan memahami bahasa buku
banyak, baru atau karena kurang memahami
yang tidak mudah dipahami, hal ini membuat
ilmu dasar dari mata kuliah tersebut. Sebagian
mahasiswa terkendala untuk memahami
lagi menyatakan bahwa perkuliahan tidak
materi perkuliahan. Untuk mengatasi
terlalu sulit karena sesuai dengan bidang dan
permasalahan ini mahasiswa biasanya
minat mahasiswa. Semua mahasiswa
bertanya kepada dosen ybs atau kepada
menyatakan menyenangi perkuliahan di
teman. Selain itu, mereka membaca dari
prodinya masing-masing sebab para dosen
sumber lain termasuk internet. Sumber belajar
menyampaikan mata kuliah dengan jelas,
yang umum digunakan ialah foto kopian dari
sebab lainnya ialah karena prodi yang dipilih
dosen, hands-out dan terutama buku baik
sesuai dengan minat mereka, selain itu
dalam bentuk hard maupun softcopy.
mahasiswa dapat mempelajari hal-hal baru,
Beberapa mahasiswa memiliki banyak buku
dan mempelajari cara memecahkan masalah.
( >8 ) namun sebagian lain hanya memiliki 1
Mereka juga menganggap perkuliahan yang
atau 2 buku saja.
mereka pilih adalah perkuliahan penting
Tanggapan Mahasiswa terhadap
karena sesuai dengan pekerjaan mereka saat
pelaksanaan LS diperoleh dari hasil pengisian
ini dan juga untuk kehidupan mereka kelak.
kuesioner oleh 139 mahasiswa. Dari hasil
Sebagian besar menyatakan bahwa
pengumpulan data diperoleh hasil diketahui
perkuliahan pada prodi masing-masing
bahwa LS berdampak pada meningkatnya
membuat mereka paham akan materi yang
motivasi belajar mahasiswa. Hal ini tampak
disampaikan, sebagian menyatakan kurang
pada pendapat para mahasiswa yang terlibat
paham bahkan membosankan karena dosen
dalam LS ini yang menyatakan bahwa mereka
kurang menggunakan media lain dalam
tidak merasa terganggu dengan adanya dosen
mengajar. Dalam mengajar hampir semua
pengamat yang hadir selama kegiatan open
mahasiswa mengatakan bahwa dosen paling
lesson. Sebagian besar mereka menyenangi
sering menggunakan media laptop dan LCD
perkuliahan yang diobservasi (open lesson)
di kelas. Kesulitan yang dihadapi mahasiswa
seperti dalam kegiatan LS ini, mereka juga 105
Didaktis, Vol. 15, No. 1, Hal 1 - 116, Oktober 2015, ISSN 1412-5889
menyukai materi dan cara penyampaian materi
dalam kelas. Pada bagian berikutnya
dalam LS. Mereka selalu bersemangat dan
mahasiswa berpendapat bahwa ada
merasa termotivasi untuk mengikuti
peningkatan kualitas metode pembelajaran
perkuliahan. Hampir semua mahasiswa
dan media pembelajaran yang dipilih dosen.
menyatakan bahwa mereka memperoleh
Selain itu hampir seluruh mahasiswa
kesempatan untuk berdiskusi dengan teman
menyatakan bahwa pembelajaran yang
(90%). Ketika menghadapi kesulitan belajar
dilakukan dosen lebih banyak melibatkan
para mahasiswa pada umumnya memperoleh
mahasiswa dan sumber-sumber belajar
perhatian dosen dan memperoleh kesempatan
seperti handout/buku/Lembar Kegiatan
untuk mengajukan pertanyaan. Media
Mahasiswa banyak digunakan di kelas.
pembelajaran yang digunakan di kelas juga
Namun sehubungan dengan keterlibatan
membuat mereka terinspirasi untuk berpikir
dosen pengamat di kelas, sebagian mahasiswa
lebih lanjut. Dalam hal mengutarakan pendapat
menyatakan tidak setuju bahwa kehadiran
sebagian mahasiswa (17%) masih merasa
mereka akan meningkatkan kualitas
canggung untuk melakukannya, namun bila
perkuliahan (32%).
dibandingkan dengan LS tahun sebelumnya jumlah ini mengalami penurunan.
Pelaksanaan LS di FKIP merupakan tahun ketiga, maka perbandingan pelaksanaan
Sehubungan dengan materi perkuliahan
antar LS tahun-tahun sebelumnya dapat
hampir seluruh mahasiswa yang terlibat dalam
digunakan untuk melihat gambaran umum,
LS menyatakan bahwa mereka lebih mudah
kekurangan dan kelebihan pelaksanaan LS
memahami materi yang disajikan dalam
ini. Berikut ini akan dibandingkan LS tahun
perkuliahan. Mereka termotivasi untuk
ke-1, ke-2 dan ke-3. Data ini diperoleh dari
mempelajari materi perkuliahan tersebut
kuesioner yang diberikan pada mahasiswa
lebih lanjut serta selalu ingin mempelajari
setelah kegiatan open lesson.
materi perkuliahan agar dapat berdiskusi
106
Gambar: Perbandingan Tanggapan Mahasiswa pada LS Tahun ke-1 s. d ke-3
Gambaran secara umum dari diagram
pada LS tahun ke-3 ini namun masih cukup
tersebut, nampak adanya peningkatan dari LS
signifikan, 90% mahasiswa mengatakan
tahun ke-1 hingga LS tahun ke-2. Beberapa
memperoleh kesempatan berdiskusi dengan
aspek mengalami peningkatan dari LS tahun
temannya, 88% mahasiswa setuju bahwa
ke-2 hingga LS tahun ke-3, namun beberapa
pembelajaran yang dilakukan dosen lebih
aspek yang lain mengalami penurunan pada
banyak melibatkan kegiatan mahasiswa.
LS tahun ke-3 ini. Peningkatan pada jumlah
Selain itu, masih banyak mahasiswa (83%)
mahasiswa, sebanyak 88% mahasiswa yang
memperoleh kesempatan mengajukan
menyatakan tidak merasa terganggu
pertanyaan, ingin selalu mempelajari materi
perkuliahan mereka dengan kehadiran
perkuliahan agar dapat berdiskusi dalam kelas
pengamat dan menyenangi perkuliahan yang
dan termotivasi untuk mempelajari materi
diobservasi (open lesson). Selain itu, jumlah
perkuliahan tersebut lebih lanjut. Meskipun
mahasiswa yang merasakan tidak canggung
masih cukup tinggi, penurunan ini merupakan
mengemukakan pendapat dalam perkuliahan
bahan evaluasi tim KBK setiap prodi untuk
yang di-LS-kan juga meningkat selama 3
kegiatan LS berikutnya.
tahun berturut-turut. Hal ini menunjukkan
Beberapa aspek yang menjadi catatan
bahwa LS telah memberikan kontribusi positif
dan perhatian bersama antara monev-in,
pada peningkatan partisipasi mahasiswa dalam
pengelola LS, tim KBK FKIP UMSurabaya
perkuliahan.
pada LS tahun ke-3 ini adalah, penurunan
Bila dibandingkan dengan LS tahun
kualitas metode dan media pembelajaran yang
sebelumnya, meskipun mengalami penurunan
dilakukan dosen serta kemudahan mahasiswa 107
Didaktis, Vol. 15, No. 1, Hal 1 - 116, Oktober 2015, ISSN 1412-5889
memahami materi yang disajikan dalam
Siswa
perkuliahan. Penurunan kualitas metode dan
Dari wawancara terhadap siswa di
media pembelajaran yang dilakukan dosen
sekolah, sebagian besar siswa kesulitan
(dari 79, 38% menjadi 68, 24%) serta
dalam hal konsentrasi. Terkadang mereka
kemudahan mahasiswa memahami materi
tidak konsentrasi memperhatikan guru
yang disajikan dalam perkuliahan (dari 89,
sehingga tidak bisa memasukkan materi ke
69% menjadi 74, 71%), disebabkan subjek
dalam otak. Semua siswa menyatakan senang
penelitian (mahasiswa) yang melakukan LS
dengan pembelajaran yang dilakukan guru
setiap tahunnya tidak sama dan ada prodi
karena dapat menambah ilmu pengetahuan.
yang melibatkan mahasiswa baru (angkatan
Pembelajaran di kelas lebih banyak dijelaskan
tahun 2013-2014) yang belum mengetahui
oleh guru dan siswa mendengarkan penjelasan
LS. Asumsi belum mengenal apa dan
guru. Media yang digunakan guru kadang-
bagaimana LS ini berdasarkan pendapat
kadang LCD, alat peraga, dan beberapa kali
mahasiswa yang dilibatkan LS, bahwa untuk
mengerjakan soal. Jika mereka mengalami
LS selama 3 tahun berturut-turut ini, jawaban
kesulitan biasanya mereka menanyakan pada
mahasiswa tidak mengalami perubahan
gurunya, membaca buku materi tersebut, atau
(cenderung stagnan), hanya 65% mahasiswa
mengerjakan lagi sampai mengerti. Sumber
yang setuju bahwa adanya dosen pengamat
belajar yang mereka gunakan adalah buku.
akan meningkatkan kualitas perkuliahan.
Dari kuesioner siswa, diperoleh informasi
Dosen model yang berbeda dari LS tahun ke
bahwa
semua
siswa
menyenangi
1 dan ke 2 juga menjadi salah satu alasan,
pembelajaran yang di observasi dan tidak
karena dosen yang bersangkutan belum
merasa terganggu oleh adanya observer.
mengikuti LS tahun-tahun sebelumnya di
Sebanyak 79% siswa menyukai cara
FKIP dan sebagai dosen baru yang belum
penyampaian materi yang di bahas, karena
pernah mengenal LS. Walaupun demikian,
merasa termot ivasidan memperoleh
kegiatan kolaborasi tim dosen melalui LS ini
kesempatan berdiskusi dengan teman (93%).
sebagai sarana untuk meningkatkan
71% siswa memperoleh perhatian guru namun
profesionalisme dosen dan kualitas akademik
50% siswa merasa masih canggung
untuk jangka panjang akan berdampak positif
mengemukakan pendapat. 86% siswa
di FKIP.
termotivasi untuk mempelajari materi lebih lanjut. 64% siswa menyetujui adanya peningkatan kualitas metode pembelajaran
108
yang dilakukan guru, 71 % adanya
kolaboratif antar dosen/guru untuk mencari
peningkatan kualitas media pembelajaran
solusi atas problem-problem pembelajaran.
yang dilakukan guru, sisanya menyatakan
Pimpinan terus mengingatkan agar budaya ini
tidak setuju dan ragu-ragu.
dapat terbentuk dengan bagus dan intens
Pimpinan
dengan selalu berupaya mengadakan
Menurut para pimpinan pada Fakultas,
koordinasi untuk kelancaran pelaksanaan LS.
Prodi dan Kepala Sekolah terkait, mereka
Kegiatan akademis yang biasa diikuti/
menyatakan bahwa kinerja para dosen/guru
dilakukan dosen untuk meningkatkan kinerja
cukup baik. Beberapa upaya yang dilakukan
mereka di luar/dalam kampus di antaranya
pimpinan untuk meningkatkan kinerja dosen
adalah seminar, penelitian, workshop, bedah
antara lain ialah mengusahakan para dosen
buku, sarasehan, pengajuan paten dan
agar melakukan studi lanjut, menjalin dunia
kegiatan lain.
kerja sama dengan dunia profesi sesuai bidang
Sehubungan dengan implementasi LS di
masing-masing, serta melakukan koordinasi
prodi masing-masing, Program studi
rutin mengenai kinerja dosen. Untuk para
mendukung keterlibatan semua dosen di
guru, sekolah memberikan pelatihan yang
kegiatan LS dengan cara membentuk
berhubungan dengan pembelajaran serta
kelompok dosen bidang keahlian,
melaksanakan penilaian kinerja. Sementara
menyediakan fasilitas yang dibutuhkan,
kompetensi para dosen/guru sudah sesuai
perbaikan sistem pengajaran kolaboratif dan
dengan standar kompetensi dosen/guru pada
mendorong dosen agar menjadi dosen model.
umumnya, yaitu baik dan profesional sesuai
Demikian pula implementasi LS di sekolah,
bidangnya/mapel dan interaksi antar dosen di
kepala sekolah secara aktif mendukung
program studi secara umum berjalan baik.
adanya LS. Mengusahakan semua guru bisa
Sikap dosen di masing-masing program studi
mengerti dan memahami LS dan
baik, dalam pembelajaran dosen sangat aktif,
menggunakannya dalam PBM. Mendukung
bersemangat serta berintegritas tinggi. Ada
dan menyiapkan segala perangkat yang
kerja sama para guru antar mapel yang
dibutuhkan dalam LS, mengikutkan work-
serumpun dan lintas mapel. Bekerja sebagai
shop tentang LS dan melakukan kegiatan
tim dalam pelaksanaan PBM di sekolah.
bersama dalam kegiatan plan, do, dan see.
Dalam kaitannya dengan LS keterlibatan
Hal ini dilakukan sebab para pimpinan
dosen/guru cukup baik, mereka bersikap aktif
sependapat bahwa LS diyakini dapat
dan antusias, namun perlu dibangun budaya
memotivasi proses pembelajaran yang baik 109
Didaktis, Vol. 15, No. 1, Hal 1 - 116, Oktober 2015, ISSN 1412-5889
dan menambah wawasan para dosen dan
laboratorium yang masih belum optimal dan
guru terhadap model pengajaran. Sangat
belum rutin dilakukan. Selain itu belum ada
berpengaruh bagi dosen dan guru dalam
sistem pengelolaan yang mapan, termasuk
meningkatkan kinerja, interaksi antar dosen
kurangnya tenaga pengelola dan belum
lebih baik, ada kolaborasi dalam pelaksanaan
terspesialisasi.
dan pengembangan dalam PBM. Untuk itu disarankan agar LS ini dapat berlanjut untuk semua mata kuliah dan semua fakultas di
OUTPUT DAN OUTCOME IMPLEMENTASI LS DI UMSURABAYA
UMSurabaya serta sekolah-sekolah mitra.
Suatu program seperti LS di suatu institusi
Para dosen dan guru juga disarankan untuk
pendidikan manapun seharusnya merupakan
lebih meningkatkan kolaborasi antar dosen/
suatu kesempatan yang sangat baik, mengingat
guru, dan sangat perlu adanya evaluasi lebih
di dalamnya terdapat kegiatan-kegiatan
lanjut terhadap program LS ini. Mohon untuk
perencanaan, pelaksanaan dan evaluasi yang
dilanjutkan dalam pembinaan dan
masing-masing mengharuskan orang yang
pengawasan.
terlibat di dalamnya mempersiapkan semua
Bagi program studi yang menggunakan
bahan yang diperlukan untuk digunakan. Dari
laboratorium/studio dalam menunjang
tim KBK LS UMSurabaya dihasilkan satu
perkuliahan, mereka menggunakan jadwal
unit perangkat pembelajaran terkoreksi dan
dan melibatkan dosen dalam pengelolaannya
teruji yang lengkap dari silabus, RPP
dengan dikoordinasi oleh kepala laboratorium
dilengkapi dengan alat evaluasi dan medianya
dan laboran. Pada fakultas tertentu
sekaligus. Perangkat ini dapat menjadi bagian
pengelolaannya dilakukan dengan bekerja
dari pedoman akademik program studi
sama dengan pihak lain. Pemeliharaan alat-
masing-masing, dan memenuhi salah satu
alat laboratorium dilakukan secara teratur.
syarat akreditasi. Dari tim Monev-in akan
Sementara itu budget yang yang digunakan
dihasilkan satu unit perangkat instrumen
untuk mengelola laboratorium didasarkan
evaluasi yang meliputi baseline dan endline
pada jumlah mahasiswa, namun jumlah dana
survey sekaligus hasil studi dampak
yang tersedia belum mencukupi kebutuhan
pelaksanaan LS.
untuk pengelolaan laboratorium. Kendala
Dampak bagi implementasi LS di
dalam pengelolaan laboratorium disebutkan
UMSurabaya, terlebih jika pelaksanaan LS
antara lain terbatasnya dana dan ruangan
ini berkelanjutan dan menjadi budaya
Laboratorium serta pemeliharaan alat
akademis di UMSurabaya maka akan berdampak positif bagi mahasiswa, karena
110
skema pembelajaran di benak mereka adalah
sebab ilmu dapat dipandang sebagai
pembelajaran model LS yang mereka terima
perspektif moral dan sosial, sehingga
sehari-hari di kelas-kelas perkuliahan, maka
berdampak pada perspektif kehidupan
pada saat PPL mereka akan menularkan
berbangsa dan bernegara. Oleh sebab itu
pembelajaran model LS ini kepada guru-guru
pengintegrasian nilai-nilai karakter dalam
di sekolah dimana mereka melaksanakan
set iap tahapan pembelajaran sudah
PPL. Karena itu, tanpa melalui program
seharusnya menjadi bagian dari semua unur-
khusus mereka sudah menyosialisasikan
unsur dari kegiatan LS ini. Pengamatan
sekaligus memberikan contoh tentang cara
terhadap hal ini dilakukan terhadap tahap-
mengajar model LS ini. Bila satu angkatan
tahap pelaksanaan LS di UMSurabaya.
mahasiswa ber-PPL di 10 sekolah, pada
Pada tahap perencanaan, nilai-nilai
tahun keempat mereka akan menularkan ilmu
karakter diamati dari berbagai instrumen yaitu
ini kepada 40 sekolah. Bila tiap sekolah juga
silabus dan rencana pembelajaran yang dibuat
menularkan ilmu ini kepada teman-teman
oleh tim KBK dan instrumen monitoring
sebidang studi di MGMP masing-masing, bisa
pelaksanaan tahap perencanaan, berupa
dibayangkan seberapa jauh sebaran ilmu LS
kuesioner terhadap pelaksanaan kegiatan.
ini ke satuan-satuan pendidikan dan berarti
Dari silabus dan rencana pembelajaran nilai-
UMSurabaya sudah menyumbang kepada
nilai karakter pada umumnya dosen KBK
dunia pendidikan sesuatu yang berharga dan
FKIP UMSurabaya ini mengintegrasikan nilai-
cukup penting.
nilai karakter pada tujuan pembelajaran, indikator pencapaian kompetensi, kegiatan
INTEGRASI NILAI-NILAI KARAKTER Pendidikan karakter tetap menjadi tema
pembelajaran, lembar observasi dan rubrikrubrik penilaian. Bagian dari perencanaan belajar
yang
digunakan
unt uk
kegiatan LS di UMSurabaya pada semester
mengintegrasikan aspek-aspek nilai karakter
genap tahun 2014 ini, karena pendidikan
ialah tujuan perkuliahan. Pada prodi
karakter merupakan bagian dari pendidikan
Matematika, misalnya tujuan perkuliahan
di perguruan tinggi, merujuk pada pesan
dibagi menjadi tujuan berbasis domain
Dirjen Dikti Kemdikbud Indonesia (2011)
kognitif, afektif dan psikomotor. Terutama
bahwa pendidikan karakter wajib ada dalam
pada domain afektif, dengan didasari pada
kerangka dasar semua unsur pendidikan di
nilai karakter sikap-sikap pribadi dan sosial
perguruan tinggi, karena pendidikan karakter
menjadi tujuan utamanya. Sikap pribadi,
adalah landasan bagi budaya akademik, 111
Didaktis, Vol. 15, No. 1, Hal 1 - 116, Oktober 2015, ISSN 1412-5889
misalnya berpikir kritis, kreatif, teliti, kerja
diberikan oleh dosen model. Pada
keras dan sikap sosial, misalnya bekerja
pengalaman belajar mahasiswa tercantum
sama, berbagi informasi dan komunikatif.
‘saling menghargai orang lain dan berani
Pada prodi Bhs Indonesia dikembangkan
mengungkapkan pendapat’
tidak hanya kerjasama dalam kelompok tetapi
Nilai-nilai karakter juga terlihat
juga sikap toleransi dalam olah vokal dalam
dicantumkan pada bagian-bagian lain dalam
drama. Pada Indikator Pencapaian
perencanaan pembelajaran, misalnya pada
Kompetensi, nilai-nilai karakter banyak
prodi Biologi, lembar observasi dan rubrik
dicantumkan sebagai bagian dari indikator itu
penilaian unjuk kerja
sendiri. Pada Prodi Biologi, sebagai contoh,
mengintegrasikan nilai-nilai karakter di
selain ’menyampaikan gagasan dengan
dalamnya, misalnya untuk menilai kemampuan
santun’, juga ada indikator ‘=’ menjaga
bekerja sama dan komunikasi. Bentuk lembar
ketersediaan senyawa-senyawa organik baik
observasi dan rubrik penilaian ini ini berupa
terdapat di alam maupun buatan dalam
tabel yang terdiri dari aspek-aspek yang dinilai
pemanfaatannya sebagai rasa syukur atas
berupa kolom-kolom penilaian nilai karakter
kebesaran ciptaan Allah SWT.
dan bobot penilaian setiap aspek. Lembar
mahasiswa
Pada kegiatan belajar nampak nilai-nilai
observasi dan rubrik penskoran juga
karakter diintegrasikan pada langkah-langkah
nampaknya sesuai untuk digunakan sebagai
kegiatan. Sebagian besar prodi, pada akhir
alat pengintegrasian nilai-nilai karakter ini.
set iap langkah pembelajaran selalu
Pada prodi Matematika, nilai-nilai karakter
mencantumkan nilai karakter tertentu yang
terlihat digunakan sebagai aspek utama untuk
kemungkinan dimaksudkan untuk menjadi
pengamatan diskusi dengan menggunakan
bagian pembelajaran. Misalnya, pada
tabel yang terdiri dari indikator dan skala
kegiatan awal tercantum ’dosen memberi
pencapaian. Demikian juga pada rubrik
salam dan memimpin berdoa sebelum memulai
penilaian presentasi mahasiswa, nilai-nilai
perkuliahan (religius)’. Pada bagian respons
karakter digunakan sebagai bagian dari aspek
mahasiswa, nilai-nilai karakter dicantumkan
’pengetahuan’ untuk menilai penguasaan
setelah deskripsi respons mahasiswa
materi presentasi mahasiswa.
terhadap
pembelajaran.
Pada tahap Pelaksanaan (Do)
Pencantuman ini dimungkinkan sebagai sikap
pelaksanaan nilai-nilai karakter ini diukur oleh
mahasiswa yang diharapkan muncul sebagai
pertanyaan dalam kuesioner monitoring
respon dari kegiatan pembelajaran yang
pelaksanaan do, yaitu apakah dosen model
112
kegiatan
menyampaikan karakter yang diharapkan
guru-guru telah mencantumkan pengukuran
dari pembelajaran, ternyata 84. 31% dari para
sikap dan aktivitas/motivasi belajar siswa yang
observer menyatakan bahwa dosen model
meliputi aspek keaktifan, keantusian dan
telah menyampaikan nilai-nilai karakter dalam
keceriaan yang diamati menggunakan lembar
kelas mereka. Pengamatan lapangan oleh para
pengamatan sikap.
observer menyatakan bahwa nilai-nilai karakter ini sudah terintegrasi dalam kegiatan belajar mahasiswa, misalnya berkelompok,
KESIMPULAN DAN SARAN PELAKSANAAN PLAN, DO, SEE
laborat orium,
Pada kegiatan plan, di awal pertemuan
mempresentasikan tugas, bertanya jawab
tim KBK secara umum telah mempersiapkan
dengan dosen dsb. Namun hampir semua
draft RPP yang kemudian dikembangkan lagi
dosen model tidak menyatakan atau
dengan memperoleh input dari hasil diskusi
menginformasikan secara eksplisit manfaat
antar dosen-dosen/guru-guru, sehingga RPP
jenis-jenis kegiatan belajar mereka yang
merupakan hasil kerja bersama. Semua
dihubungkan dengan nilai-nilai karakter.
aspek dibicarakan dalam kegiat an
Dengan demikian, sangat mungkin mahasiswa
perencanaan ini antara lain membicarakan
tidak memahami bahwa kegiatan belajar
tujuan pembelajaran, metode/strategi
mereka adalah sebagai ajang untuk menguasai
pembelajaran, media, materi, pengelolaan
skill, knowledge namun juga attitude atau
waktu dan kelas serta instrumen evaluasi.
nilai-nilai karakter untuk kehidupan.
Sehubungan dengan pendidikan karakter
Beberapa dosen model dan dosen KBK lain
mereka juga telah memasukkan unsur-unsur
menyat akan
dalam
karakter dalam tujuan pembelajaran, aspek
mengintegrasikan nilai-nilai karakter dalam
evaluasi dan diintegrasikan dengan
pembelajaran. Misalnya, di tahap apa mereka
pencapaian kompetensi dari mata kuliah/mata
sebaiknya memasukkan nilai-nilai karakter ini,
pelajaran.
berdiskusi,
praktek
kebingungan
dan apakah harus ada evaluasi khusus untuk
Pada pelaksanaan LS di kelas dosen/guru
nilai-nilai yang diintegrasikan, atau apakah ini
melaksanakan pembelajaran yang berpusat
cukup dilatihkan tanpa perlu evaluasi karena
pada mahasiswa/siswa sementara dosen/guru
perubahan sikap itu memerlukan waktu
lain mengobservasi aktivitas belajar
panjang dibandingkan dengan frekuensi
mahasiswa/siswa. Dosen/guru model telah
pembelajaran yang sangat terbatas. Adapun
mempersiapkan pengajarannya dengan baik,
pada perencanaan pembelajaran di sekolah,
perangkat pembelajaran (RPP, LKM, hand out, sarana pendukung lainnya) telah siap 113
Didaktis, Vol. 15, No. 1, Hal 1 - 116, Oktober 2015, ISSN 1412-5889
digunakan sebelum kegiatan. Pada umumnya
mengajar yang lebih baik.
dosen/guru sudah melakukan tugasnya sebagai dosen/guru di kelas. Mahasiswa
TANGGAPAN
cukup aktif terlibat di kelas dan dosen dapat
Para dosen/guru menyatakan sudah siap
mengelola kelas dengan baik. Perlu perhatian
dengan silabi dan bahan ajar umumnya 2
lebih dari dosen kepada mahasiswa di kelas.
minggu sebelum waktu perkuliahan. Mereka
Integrasi nilai-nilai karakter telah
menyiapkan pula perlengkapan mengajar
tersampaikan dengan jelas pada level
mereka, misalnya dengan menggunakan me-
perencanaan dan telah diintegrasikan didalam
dia yang tersedia di kampus/sekolah yaitu
kegiatan belajar di kelas serta dievaluasi
LCD, laptop, multimedia, TV, alat peraga dan
secara khusus maupun melalui proses belajar.
laboratorium.
Sedangkan pembelajaran lebih sebagai
Pada umumnya para dosen/guru ini
kegiatan yang berpusat pada mahasiswa
kurang merasa puas setelah kegiatan
dengan metode induktif. Belajar induktif
perkuliahan karena berbagai kendala,
mendorong mahasiswa berpikir kreatif dan
terutama kemampuan dan motivasi
menumbuhkan karakter seperti bekerja sama,
mahasiswa/siswa kurang memadai.
rasa ingin tahu tinggi dengan menyimpulkan
Perkuliahan/pembelajaran berprinsip pada
sendiri materi kuliah dengan hands-on activ-
students’ center Aspek evaluasi pada
ity seperti berdiskusi, membaca dan meneliti.
umumnya menggunakan evaluasi proses dan
Kegiatan refleksi dengan prinsip
hasil. Sementara itu kegiatan perkuliahan di
kolegialitas, secara kolaborasi merefleksikan
laboratorium sangat penting bagi mahasiswa/
efektivitas pembelajaran dan saling belajar
siswa karena dapat melengkapi pemahaman
antara anggota KBK. Dalam kegiatan
mahasiswa/siswa
refleksi dosen/guru model lebih banyak
pembelajaran. Fasilitas laboratorium teutama
berperan untuk melakukan refleksi diri dan
prodi Biologi. Semua dosen/guru selalu
mendiskusikan usulan anggota KBK lainnya.
berupaya agar mahasiswa/siswa belajar lebih
Fokus pembicaraan lebih pada materi
baik, dan pembelajaran diselenggarakan
pembelajaran, metode penyampaiannya.
sesuai dengan kebutuhan bagi mahasiswa
kondisi dan keterlibatan mahasiswa ketika
Masalahmasalah yang sering muncul dalam
belajar. Semua anggota KBK memaparkan
pembelajaran ialah lebih banyak pada
fakta, ide dan saran-saran secara solutif dan
mahasiswa/siswa, misalnya banyak
konstruktif untuk pengembangan desain
mahasiswa terlambat dan kurang aktif
114
t erhadap
materi
berinteraksi di kelas, kurangnya motivasi.
perhatian dosen/guru dan kesempatan
Semua dosen/guru pernah melakukan
bertanya. Walaupun masih canggung
inovasi pembelajaran. Dalam bekerja dosen/
berpendapat. Materi mudah dipahami,
guru menyatakan telah bekerja secara opti-
kualitas metode media pembelajaran
mal, dan perlu saling menyemangati untuk
meningkat, mahasiswa banyak dilibatkan,
mengoptimalkan kinerja dan perlu
walaupun ada keraguan tentang keefektifan
peningkatan dengan bersikap aktif atau
keberadaan observer di kelas.
mengikuti pelatihan-pelatihan. Kolaborasi dan
Para Kaprodi memberikan respon
diskusi antar dosen/guru pada dasarnya
bahwa para dosen sudah melakukan kinerja
kurang, LS dianggap cukup memfasilitasi
secara rutin, dan kinerja para dosen dianggap
dosen/guru agar berkembang. Pada
baik. Untuk meningkatkan kinerja dosen para
pelaksanaan LS dosen/guru menganggap
Kaprodi memotivasi mereka agar terus
bahwa sosialisasi LS sangat bermanfaat.
meningkatkan profesionalisme dalam bekerja.
Dari wawancara awal terhadap
Mereka berusaha meningkatkan komunikasi
mahasiswa diperoleh data bahwa sebagian
internal rutin dan mensosialisasi program
mahasiswa merasa kesulitan dan sebagian lagi
secara online. Sementara kompetensi dosen
menyatakan tidak terlalu kesulitan dengan
baik/sangat baik dan berkembang sesuai
perkuliahan, Mereka
menganggap
kompetensi bidang masingmasing, namun
perkuliahan penting karena sesuai dengan
beberapa dosen perlu ada peningkatan.
pekerjaan mereka saat ini dan juga untuk
Interaksi antar dosen baik, di beberapa prodi
kehidupan mereka kelak. Sebagian besar
sudah ada team teaching mata kuliah
menyatakan bahwa perkuliahan pada prodi
tertentu. Sikap dosen baik dan berkembang,
masing-masing membuat mereka paham
sebagian bersedia bekerja sama, namun
namun sebagian menyatakan kurang, bahkan
sebagian tidak bersedia bekerja sama, dan
membosankan karena dosen kurang
mengutamakan bekerja dan sibuk dengan
menggunakan media lain dalam mengajar.
aktivitas sendiri-sendiri.
Setelah pelaksanaan LS para mahasiswa
Kegiatan lain yang biasa dilakukan para
berpendapat bahwa LS berpotensi
dosen selain memberi kuliah ialah mengikuti
meningkatkan motivasi belajar mahasiswa.
seminar, workshop/pelatihan, penelitian
Mereka menyenangi perkuliahan, media,
Hibah, pendamping PKM, Kontribusi Prodi
materi dan cara penyampaiannya. Mereka
untuk kegiatan LS ialah dengan memberikan
bersemangat, termotivasi, memperoleh
kontribusi ruang, SDM dan jadwal, namun 115
Didaktis, Vol. 15, No. 1, Hal 1 - 116, Oktober 2015, ISSN 1412-5889
ada keluhan bahwa penjadwalan LS sering
satuan-satuan pendidikan yang luas.
tidak tepat. Sementara itu pemberdayaan dosen dilakukan dengan melibatkan dosen
NILAI-NILAI KARAKTER
dalam tim KBK secara bergantian dan
Nilai-nilai karakter dalam kegiatan LS ini
mengelompokkan dosen sesuai bidang
telah terintegrasi didalam perencanaan
keahliannya. LS menurut para pimpinan ini
pembelajaran. Pada tahap perencanaan ini,
telah memberikan dampak yang cukup
nilai-nilai karakter diamati dari silabus dan
signifikan terhadap pembinaan dosen/guru,
rencana pembelajaran yang dibuat oleh tim
mereka juga menyarankan agar kegiatan ini
KBK dan instrumen monitoring pelaksanaan
dapat dilanjutkan dan diimplementasikan
tahap perencanaan, berupa kuesioner
pada jurusan lain. Mereka berharap agar LS
terhadap pelaksanaan kegiatan. Dosen KBK
ini menjadi budaya kinerja baru para dosen/
FKIP UMSurabaya maupun guru KBK
guru.
SMPM 10 dan SDM 8 Surabaya ini mengintegrasikan nilai-nilai karakter pada
OUTPUT DAN OUTCOME
tujuan pembelajaran, indikator pencapaian
Dari tim KBK LS UMSurabaya
kompetensi, kegiatan pembelajaran, lembar
dihasilkan satu unit perangkat pembelajaran
observasi dan rubrik-rubrik penilaian. Bagian
terkoreksi yang lengkap dari silabus, RPP
dari perencanaan belajar yang digunakan
dilengkapi dengan alat evaluasi dan medianya.
untuk mengintegrasikan aspek-aspek nilai
Perangkat ini dapat menjadi bagian dari
karakter ialah tujuan pembelajaran, indikator
pedoman akademik program studi sebagai
kompetensi, pada kegiatan belajar nampak
salah satu syarat akreditasi. Tim Monev-in
nilai-nilai karakter diintegrasikan pada
menghasilkan satu unit perangkat instrumen
langkah-langkah kegiatan, respon mahasiswa/
evaluasi dan hasil studi dampak LS. Dampak
siswa, pengalaman belajar mahasiswa/siswa.
implementasi LS jika pelaksanaan LS ini
Nilai-nilai karakter juga terlihat pada lembar
berkelanjutan akan berdampak positif bagi
observasi dan rubrik penilaian unjuk kerja
mahasiswa karena pembelajaran model LS
mahasiswa/siswa
mereka kuasai. Pada PPL mereka menularkan
pengamatan diskusi rubrik penilaian presentasi
model LS kepada guru-guru di sekolah dan
mahasiswa/siswa.
termasuk
rubrik
kemudian guruguru menularkan ke guru lain
Pengamatan lapangan oleh para observer
sebidang studi di MGMP masing-masing,
menyatakan bahwa nilai-nilai karakter ini
maka sebaran ilmu LS ini menjangkau ke
sudah terintegrasi dalam kegiatan belajar
116
mahasiswa/siswa, misalnya berkelompok, berdiskusi,
praktek
laborat orium,
mempresentasikan tugas, bertanya jawab dengan dosen dsb. Namun dosen/guru model tidak menginformasikan secara eksplisit manfaat jenis-jenis kegiatan belajar mereka yang dihubungkan dengan nilai-nilai karakter. Sehingga mahasiswa/siswa mungkin tidak memahami bahwa kegiatan belajar mereka adalah sebagai ajang untuk menguasai skill, knowledge namun juga attitude atau nilainilai karakter untuk kehidupan. SARAN-SARAN 1. LS sudah dilaksanakan di berbagai negara, maka temuan-temuan oleh tim monev seharusnya menjadi acuan bagi prodi, fakult as, dan universitas unt uk dimanfaatkan sebagai data perbaikan ke depan pada setiap level. 2. Kegiatan LS ini seharusnya diawali dengan membuat komitmen antara pejabat struktural dengan tim KBK agar diakhir kegiatan LS mereka menyerahkan satu produk kegiatan ini yang akan menjadi milik Fakultas dan Prodi sehingga dapat dimanfaatkan untuk seluruh dosen dalam pembelajaran. Misalnya : RPP hasil LS satu mata kuliah untuk satu semester berikut medianya. 3. Evaluasi program seperti prosedur monev yaitu baseline, process dan endline survey dapat menjadi model prosedur evaluasi yang lebih efektif karena mencakup area pemantauan yang lebih luas dari pada
sekedar memantau hasil diakhir program. Prosedur monev ini dapat menjadi sustainable comprehensive evaluation model atau model evaluasi yang menyeluruh dan dapat digunakan secara berkesinambungan. 4. Model pembelajaran LS yang sudah dilaksanakan selama lebih dari 2 tahun ini logikanya sudah dapat menjadi budaya akademi kampus, dimana para dosen saling berkolaborasi dalam pembelajaran sehingga 3M (matter, method, manner) dalam pembelajaran adalah merupakan pemikiran t im bukan individual danberkesinambungan yang dapat digunakan untuk masa-masa akan datang 5. Masing-masing prodi dapat melakukan kerja sama dengan sekolah-sekolah menengah untuk menularkan model pembelajaran LS, sekaligus untuk program pengabdian masyarakat. REFERENSI Lewis, Chaterine. 2004. Does Lesson Study Have a Future in the United States? Best practice lessons and lesson study. Journal of Social Science Education 1-2004 Kementrian Pendidikan Nasional. (2010). Desain Induk Pendidikan Karakter. Jakarta. ____________, 2009, Buku 4: Panduan Monitoring dan Evaluasi Program LS Di LPTK, Direktorat ketenagaan Direktorat 117
Didaktis, Vol. 15, No. 1, Hal 1 - 116, Oktober 2015, ISSN 1412-5889
Jenderal Pendidikan Tinggi Departemen Pendidikan Nasional. Santoso, Djoko. 2011. Pendidikan Karakter di Perguruan Tinggi. Pidato 20 Mei 2011. Stigler, J. W. , & Hiebert, J. (1999). The Teaching Gap. NY: Free Press
118
Tim Monev-In UM Surabaya. 2011. Laporan Implementasi Monitoring dan EvaluasiProses Lesson Studi di FKIP UM Muhammadiyah Surabaya. Unpublished paper. Tim Monev-In UM Surabaya. 2012. Laporan Implementasi Monitoring dan EvaluasiProses Lesson Studi di FKIP UM Muhammadiyah Surabaya. Unpublished paper