Implementasi Model Perkuliahan Assesment for Learning dalam Meningkatkan Kemampuan Pembuktian pada Mahasiswa Pendidikan Matematika Hamdan Sugilar Program Studi Pendidikan Matematika, UIN Sunan Gunung Djati Bandung
Abstrak Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui sikap mahasiswa terhadap assessment for learning (AFL), sikap mahasiswa terhadap mata kuliah analisis riil ditinjau dari substansi atau materi kuliah dan kesungguhan mahasiswa mempelajari materi kuliah dan mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar mahasiswa antara mahasiswa yang kuliah dengan model perkuliahan AFL dengan ekspositori. Metodologi penelitian ini adalah quasi eksperimen (percobaan semu) di mana penulis melakukan perlakuan terhadap variabel bebas dan mengamati perubahan yang terjadi pada variabel terikat. Jenis desain eksperimennya yaitu kelompok kontrol pretes–postes. menurut mahasiswa 92,5% menyatakan bahwa analisis riil, merasa bingung dan kesulitan dalam menyelesaikan soal pembuktian, sikap mahasiswa terhadap mata kuliah analisis riil ditinjau dari substansi atau materi kuliah dan kesungguhan mahasiswa mempelajari materi kuliah diperoleh 70% mahasiswa tidak mempelajari mata kuliah ini sebelumnya. Ketika perkuliahan berlangsungpun 65% mahasiswa kurang memahami materi dengan baik dan memberikan sikap pasif. 77,5% mahasiswa merespon positif terhadap model perkuliahan AFL. berdasarkan hasil postes rata-rata kelas eksperimen 62, kelas kontrol 55 dengan prosentase kenaikan kelas eksperimen 61% sedangkan kelas kontrol 42%. Kesimpulannya mahasiswa yang dalam perkuliahannya melalui AFL kemampuan pembuktian pada mata kuliah analisis riil lebih baik secara signifikan dari pada yang menggunakan perkuliahan ekspositori. Kata kunci: analisis riil, assesment for learning,
1.
Pendahuluan
Pada setiap perkuliahan idealnya materi perkuliahan dapat disampaikan dengan baik kepada mahasiswa. Kemampuan mahasiswa dalam memahami materi perkuliahan dipengaruhi berbagai komponen, dinataranya faktor lingkungan (Ramdhani, 2014), penggunaan media pembelajaran (Ramdhani & Wulan, 2012; Ramdhani & Muhammadiyah, 2015), ketersediaan sumber pelajaran, metoda pengajaran, dan termasuk teknik dan tata cara evaluasi penilaian (assessment).). Dalam konteks pembelajaran matematika, khususnya pada materi pembukitain. Berdasarkan hasil observasi peneliti, mahasiswa telah mampu mengerti dan memahami step-step materi pembuktian namun, seringkali mahasiswa pasif untuk mengemukakan pendapat tidak mau bertanya meskipun ada materi yang kurang dimengerti. Implikasinya nilai yang diperoleh mahasiswa kurang memuaskan dan memiliki sikap apatis terhadap mata kuliah. Agar terjalin komunikasi dua arah antara mahasiswa dan dosen diperlukan peran aktif mahasiswa dan dosen
11
Sugilar
Jurnal Perspektif Vol. 01; No. 01; 2017; 11-19
terhadap pemahaman mahasiswa terhadap materi yang disampaikan dosen. Seringkali mahasiswa mengeluh dan merasa cemas untuk belajar, kurangnya sumber belajar tertulis dan sedikitnya mahasiswa yang memahami sehingga kesulitan untuk bertanya kepada teman sekelasnya. Mata kuliah analisis riil merupakan salah satu mata kuliah bidang matematika yang cukup ketat dalam memberlakukan sistem deduktif-aksiomatik. Hal ini yang kemudian membuat analisis riil menjadi mata kuliah yang cukup ditakuti dan menjadi momok bagi sebagian besar mahasiswa pada Jurusan Matematika di berbagai universitas di Indonesia (Harini, 2014). Materi analisis riil I terbagi ke dalam dua bab yaitu bab I sistem bilangan riil dan bab II barisan bilangan riil. Masingmasing bab tersebut saling terintegrasi dan terstruktur dimana terdapat definisi, teorema dan sifatsifat yang harus mampu dibuktikan, dipahami dan dimengerti dengan baik. Untuk membuktikan teorema-teorema tersebut, para mahasiswa harus memiliki bekal pengetahuan prasyarat yang terkait dengan hal tersebut. Tingkat kesulitan mahasiswa mempelajari analisis riil belum sepenuhnya penulis ketahui, namun sebagian mahasiswa kebingungan untuk mengawali proses pembuktian, algoritma pembuktian belum dimengeri dan dipahami dengan baik. Kondisi tersebut tidak berbeda dengan mahasiswa pada perguruan tinggi lainnya mahasiswa bingung memulai dari mana pada saat disuruh membuktikan, mahasiswa kurang menyadari konsekuensi suatu teorema, temuannya lainnya dan lain sebagainya (Mutaqin, 2010). Tentunya masalah ini akan menjadi kendala selama perkuliahan baik bagi dosen atau bagi mahasiswa. Model perkuliahan yang rutin dilakukan adalah model ekspositori dosen secara rinci membahas materi dilakukan tanya jawab dan selanjutnya latihan soal. Untuk soal-soal latihan pun mahasiswa kurang berani untuk mengerjakan di depan, mahasiswa ingin dibahas bersama-sama dengan dosen. Kondisi inilah yang menjadi tantangan dan hambatan pada setiap perkuliahan yang tidak semestinya terjadi. Asesmen merupakan bagian yang penting pada pembelajaran. Salah satu jenis asesmen yang penting dilaksanakan adalah assesment for learning, atau sering disebut sebagai asesmen formatif. Peran yang pertama adalah memberi acuan pendidik dalam mengambil keputusan selama proses pembelajaran melalui informasi dari peserta didik. Peranan yang kedua berkaitan langsung dengan peserta didik yaitu memberi feedback kepada peserta didik untuk memperbaiki proses belajarnya Fokus pada penelitian ini adalah mengetahui sikap mahasiswa terhadap assessment for learning, sikap mahasiswa terhadap mata kuliah analisis riil ditinjau dari substansi atau materi kuliah dan kesungguhan mahasiswa mempelajari materi kuliah dan mengetahui apakah terdapat perbedaan peningkatan hasil belajar mahasiswa antara mahasiswa yang kuliah dengan model perkuliahan AFL dengan ekspositori.
2.
Metodologi
Menurut metode, penelitian ini termasuk ke dalam penelitian quasi eksperimen (percobaan) di mana penulis melakukan perlakuan terhadap variabel bebas dan mengamati perubahan yang terjadi pada variabel terikat. Jenis desain eksperimennya yaitu kelompok kontrol pretes–postes. Desain penelitian ini terdiri dari dua kelompok. Satu kelompok kontrol dan satu kelompok eksperimen. Kelompok eksperimen mendapat perkuliahan dengan AFL, sedangkan kelompok kontrol mendapat perkuliahan dengan ekspositori. Dengan demikian desain penelitian ini adalah sebagai berikut:
12
www.perspektif.uinsgd.ac.id
Jurnal Perspektif Vol. 01; No. 01; 2017; 11-19
Sugilar
A O X1 O A O X2 O
www.perspektif.uinsgd.ac.id
13
Sugilar
Jurnal Perspektif Vol. 01; No. 01; 2017; 11-19
dengan:
O = X1 = X2 = A =
pretes = postes, pengajaran berbasis masalah terbuka pengajaran ekspositori pemilihan sampel secara acak.
Objek pada penelitian ini adalah mahasiswa program studi pendidikan matematika Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati pada semester lima. Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini adalah data yang sesuai dengan fokus penelitian yaitu kemampuan pembuktian pada mata kuliah analisi riil. Data tersebut berupa tes yang berkaitan dengan materi analisis riil. Populasi dalam penelitian ini adalah mahasiswa program studi pendidikan matematika Universitas Islam Negeri Sunan Gunung Djati pada semester lim pengambilan sampel dari populasi dilakukan secara acak menurut kelompok (cluster sampling). Kelas A sebagai kelas eksperimen dan kelas B sebagai kelas control. Kegiatan penelitian ini dilaksanakan pada semester ganjil tahun akademik 2016/2017, pada bulan Oktober sampai bulan November. Kegiatan penelitian ini terdiri dari prestes, perkuliahan dengan AFL dan postes. Kegiatan AFL dilaksanakan setelah kegiatan pretes dimana penulis memeriksa hasil pretes dan mengomentari jawaban mahasiswa. Pada pertemuan kedua dan ketiga pada kelas eksperimen mahasiswa diberikan lembar kerja untuk diselesaikan secara berkelompok setelah ada pemaparan materi dari dosen. Postes dilakukan pada pertemuan ke empat penelitian dengan soal tes yang berbeda baik materi atau soal dengan tingkat kesulitan yang ekuivalen.
3.
Hasil dan Pembahasan
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, mahasiswa memberikan respon positif terhadap AFL karena mahasiswa mengetahui kekeliruan atas jawaban yang dikerjakan, mahasiswa menjadi peka terhadap kekeliruan dan memahami tingkat pemahaman terhadap materi analisis riil supremum dan infimum, walaupun diperoleh hasil yang kurang memuaskan kurang dari 50 dengan nilai maksimal 100, mahasiswa merasa puas atas kinerjanya dan ini menjadi motivasi agar tidak mengalami kekeliruan pada tes selanjutnya. Mahasiswa mengetahui algoritma pembuktian langsung dan tidak langsung. Berikut disajikan kemampuan pembuktian mahasiswa pada kedua kelas. Tingkat kesulitan yang dialami mahasiswa adalah kebingungan dalam memulai pembuktian, hal apa dan bagaimana langkah awal untuk membuktikan mahasiswa mampu mengerjakan apabila soal itu sudah dibahas sebelumnya, belum sepenuhnya memahami teorema, sifat dan definisi. Berikut hasil belajar analisis riil mahasiswa Tabel 1. Rata-Rata Kemampuan Pembuktian dan Prosentase Kenaikan Hasil Belajar Mahasiswa No 1. 2.
Nilai Kelas Kontrol Eksperimen
Rata-rata Pretes Postes 32 55 28 62
Simpangan Baku Pretes Postes 12,7 10,6 6,67 8,65
kenaikan (%) 42 61
Dari data di atas tampak bahwa kemampuan awal kedua kelompok hampir sama tetapi hasil postes yang berbeda rata-rata kelas eskperimen lebih baik dari pada kelas kontrol. Berdasarkan hasil
14
www.perspektif.uinsgd.ac.id
Jurnal Perspektif Vol. 01; No. 01; 2017; 11-19
Sugilar
postes rata-rata kelas eksperimen 62, kelas kontrol 55 dengan prosentase kenaikan kelas eksperimen 61% sedangkan kelas kontrol 42%. Kesimpulannya AFL membantu meningkatkan kemampuan pembuktian pada mata kuliah analisis riil. Selanjutnya untuk menghitung signifikasi apakah perkuliahan AFL lebih baik dari AFl diuji normalitas masing-masing gain dengan uji Kolmogorov-Smirnov diperoleh hasil sebagai berikut: Tabel 2. Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Kolmogorov-Smirnov Z Asymp. Sig. (2-tailed)
Kelas Eksperimen .498 .965
Kelas Kontrol .710 .694
Dengan taraf signifikan 5%, ternyata P-Value > atau 0,498 > 0,05. Kelas eksperimen berdistribusi normal dan untuk kelas control dengan P-Value > atau 0, 710 > 0,05. Berdasarkan hasil pengujian uji normalitas gain kedua kelas, disimpulkan bahwa gain kedua kelas berdistribusi normal. Untuk menguji perbedaan dua buah rerata digunakan uji statistik dengan Uji-t. Misalkan 1 adalah rata-rata kemampuan pembuktian mahasiswa kelas eksperimen dan 2 adalah rata-rata kemampuan pembuktian mahasiswa kelas kontrol. Hipotesisnya sebagai berikut: H0 : 1 = 2 H1 : 1 > 2
(rata-rata kemampuan pembuktian mahasiswa dengan AFL sama atau tidak ada perbedaan dengan rata kemampuan pembuktian mahasiswa dengan pembelajaran ekspositori) (rata-rata kemampuan pembuktian mahasiswa dengan AFL lebih baik daripada rata-rata kemampuan pembuktian mahasiswa dengan pembelajaran ekspositori).
Tabel 3. Uji Normalitas Kelas Eksperimen dan Kelas Kontrol Levene's Test for Equality of Variances F Sig. t df Gain kedua kelompok
Equal variances assumed Equal variances not assumed
8.110
.006
Sig. (2-tailed)
-5.093
81
.000
-5.018
66.384
.000
Dengan taraf signifikan 5%, P-Value < atau 0,00 < 0,05. Hal ini berarti H0 ditolak dengan kata lain H1 diterima sehingga rata-rata kemampuan pembuktian mahasiswa dengan AFL lebih baik daripada rata- rata kemampuan pembuktian mahasiswa dengan pembelajaran ekspositori Berdasarkan hasil pengujian data dengan menggunakan Sofware SPSS. 16 dapat disimpulkan bahwa mahasiswa yang dalam perkuliahannya melalui AFL kemampuan pembuktian pada mata kuliah analisis riil lebih baik secara signifikan dari pada yang menggunakan perkuliahan ekspositori.
www.perspektif.uinsgd.ac.id
15
Sugilar
Jurnal Perspektif Vol. 01; No. 01; 2017; 11-19
Pretes dan Postes Kelas Kontrol 100 80 60 40 20 0
1
3
5
7
9
11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 Pretes
Postes
Gambar 1. Kemampuan Pembuktian Kelas Kontrol
Hasil Belajar Kelas Eksperimen 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0
1
3
5
7
9 11 13 15 17 19 21 23 25 27 29 31 33 35 37 39 41 43 Pretes
Postes
Gambar 2. Kemampuan Pembuktian Kelas Eksperimen
Tabel 4. Prosentasi Sikap Mahasiswa terhadap Substansi Materi Analisis Riil No Soal
Jenis Soal
Pernyataan
1.
Negatif
Analisis riil adalah mata kuliah yang paling sulit
2.
Negatif
3.
Negatif
16
SS
Prosentase jawaban S TS STS
40
52.5
5
2.5
Saya kebingungan ketika memulai soal membuktikan
42.5
50
5
2.5
Saya bingung untuk mempelajari mata kuliah ini.
15
75
10
0
www.perspektif.uinsgd.ac.id
Jurnal Perspektif Vol. 01; No. 01; 2017; 11-19
Sugilar
Seperti yang ditunjukkan pada tabel mahasiswa sangat setuju 40% dan setuju 52,5% atau (92,5% sikap negatif) bahwa analisis riil merupakan mata kuliah yang sulit, alasan tersebut diyakinkan dengan hasil wawancara terhadap beberapa mahasiswa. Kesulitannya dikarenakan mahasiswa merasa kebingungan harus bagaimana dan memulai darimana pembuktian tersebut karena kompetensi pembuktian kurang dipelajari dan ketidakpahaman terhadap aksioma dan teorema.
Tabel 5. Prosentasi Sikap Mahasiswa terhadap Kesungguhan Mempelajari Materi Analisis Riil Prosentase jawaban S TS STS
No Soal
Jenis Soal
4.
Negatif
Mata kuliah ini bermanfaat ketika saya mengajar di sekolah
12.5
47.5
22.5
17.5
5.
Negatif
Saya mempelajari materi analisi riil sebelum perkuliahan
7.5
22.5
70
0
6.
Negatif
Ketika perkuliahan saya memahami materi dengan baik
20
15
65
0
Pernyataan
SS
Dampak dari sikap mahasiswa yang menyatakan bahwa analisis riil merupakan mata kuliah yang sangat sulit, 70% mahasiswa tidak mempelajari mata kuliah ini sebelumnya, sumber buku yang sedikit dan berbahasa asing menambah sikap negatif mahasiswa. Ketika perkuliahan berlangsungpun 65% mahasiswa kurang memahami materi dengan baik dan memberikan sikap pasif, bahkan tidak sedikit mahasiswa yang mengorbankan nilai mata kuliah ini menurutnya target C saja sudah cukup. Tabel 6. Prosentasi Sikap Mahasiswa terhadap Model AFL Pada Perkuliahan Analisis Riil Prosentase jawaban S TS STS
No Soal
Jenis Soal
7.
Positif
Dosen.memeriksa dan mengomentari jawaban mahasiswa
45
40
7.5
7.5
8.
Positif
AFL dapat meningkatkan kemampuan pembuktian
27.5
50
20
2.5
9.
Negatif
47.5
40
0
12.5
0
12.5
30
57.5
10.
Negatif
Pernyataan
Melalui AFL saya tetap kebingungan mempelajari analisis riil Ketika saya lulus saya kurang berminat menjadi guru matematika
SS
Seperti yang ditunjukkan pada tabel mahasiswa sangat setuju 45% dan setuju 40% atau (85% menyatakan sikap positif) bahwa dosen.memeriksa dan mengomentari jawaban mahasiswa hal ini mendapatkan respon positif/ baik oleh mahasiswa dikarenakan mahasiswa mengetahui tingkat pemahaman materi dan memiliki deskripsi tingkat kekeliruan dan kesalahan yang diketahui sehingga hal ini menjadi pembelajaran yang berarti untuk diperbaiki pada tes selanjutnya, 77,5% mahasiswa merespon positif terhadap model perkuliahan AFL ini dapat dilihat dari gain pretes dan postes yang diberikan, namun mahasiwa masih bingung dengan manfaat kongkret memahami analisis riil. 87,5% menyatakan sikap negatif. AFL dapat meningkatkan hasil belajar namun masih
www.perspektif.uinsgd.ac.id
17
Sugilar
Jurnal Perspektif Vol. 01; No. 01; 2017; 11-19
bingung terhadap substansi mempelajari analisis riil dikarenakan masalah yang diberikan bukan masalah kontekstual tetapi teoretis deduktif aksiomatik. Pada angket selanjutnya penulis menyisipkan pertanyaan dikarenakan ada asumsi bahwa mata kulaih analisis riil kurang bermanfaat ketika menjadi guru ada kecenderungan mahasiswa bersikap apatis dan kurang peduli padahal mata kuliah ini merupakan mata kuliah kematematikaan yang wajib dipahami dengan baik dan sungguh-sungguh atau untuk studi lanjut. 12,5% mahasiswa menyatakan (sikap negatif) bahwa ketika lulus saya kurang berminat menjadi guru matematika. Sedangkan 87,5% mahasiswa berminat menjadi guru.
4
Kesimpulan
Berdasarkan hasil analisis dan pembahasan pada keseluruhan tahap penelitian yang telah dilakukan, diperoleh beberapa kesimpulan berkaitan dengan implementasi model perkuliahan assesment for learning dalam meningkatkan kemampuan pembuktian mahasiswa pendidikan matematika diperoleh kesimpulan sebagai berikut: menurut mahasiswa 92,5% menyatakan bahwa analisis riil, merasa bingung dan kesulitan dalam menyelesaikan soal pembuktian. Alasan tersebut diyakinkan dengan hasil wawancara terhadap beberapa mahasiswa untuk mengetahui sikap mahasiswa terhadap assessment for learning, sikap mahasiswa terhadap mata kuliah analisis riil ditinjau dari substansi atau materi kuliah dan kesungguhan mahasiswa mempelajari materi kuliah diperoleh 70% mahasiswa tidak mempelajari mata kuliah ini sebelumnya. Ketika perkuliahan berlangsungpun 65% mahasiswa kurang memahami materi dengan baik dan memberikan sikap pasif. Mahasiswa menilai positif apabila dosen memeriksa dan mengomentari jawaban hasil tes, sangat setuju 45% dan setuju 40% atau (85% menyatakan sikap positif) bahwa 77,5% mahasiswa merespon positif terhadap model perkuliahan AFL, berdasarkan hasil postes rata-rata kelas eksperimen 62, kelas kontrol 55 dengan prosentase kenaikan kelas eksperimen 61% sedangkan kelas kontrol 42%. Kesimpulannya mahasiswa yang dalam perkuliahannya melalui AFL kemampuan pembuktian pada mata kuliah analisis riil lebih baik secara signifikan dari pada yang menggunakan perkuliahan ekspositori.
Daftar Pustaka Clarke. (2005). Assessment for Learning: Thinking Outside The Black Box. Diambil pada tanggal 10 Desember 2016 dari http://www.mendeley.com Harini, L. P. I., Astawa, I. G. S., & Srinadi, I. G. A. M. (2014). Eksplorasi Miskonsepsi Mahasiswa dalam Pengembangan Buku Teks Analisis Real Bermuatan Peta Pikiran. In Proceding Seminar Nasional Sains & Teknologi (pp. 941-949). Henningsen, M., & Stein, M. K. (1997). Mathematical tasks and student cognition: Classroombased factors that support and inhibit high-level mathematical thinking and reasoning. Journal for research in mathematics education, 524-549. Jihad, A. (2013). Efektivitas Model Pembelajaran di Prodi Pendidikan Matematika FTK UIN Sunan Gunung Djati Bandung penelitian Deskriptif pada Mata Kuliah Pengantar Dasar Matematika Tahun Akademik 2012/2013. Jurnal Analisa Pendidikan Matematika, 2(1) Mansyur. (2009). Pengembangan Model Assessment for Learning pada Pembelajaran di SMP. Yogyakarta: Universitas Negeri Yogyakarta. Maulidiyah, R., & Sugiyanto, S. K. (2015). Pengembangan Instrumen Assessment for Learning Berbasis Web untuk Fisika Dasar 2. Malang: Universitas Negeri Malang
18
www.perspektif.uinsgd.ac.id
Jurnal Perspektif Vol. 01; No. 01; 2017; 11-19
Sugilar
Mutaqin, A. (2010, 3 5). Mengapa Harus Belajar Analisis Real? Retrieved 10 12, 2016, from Matematika: https://anwarmutaqin.wordpress.com/2010/03/05/mengapa-harus-belajaranalisis-real/ Paryanto, P., & Sudiyatno, S. (2011). Implementasi Model Assessment for Learning (AFL) pada Pembelajaran Proses Pemesinan di Jurusan Pendidikan Teknik Mesin FT UNY. Jurnal Pendidikan Teknologi dan Kejuruan, 20(1), 43-66. Ramdhani, M. A. (2014). Lingkungan Pendidikan dalam Implementasi Pendidikan Karakter. Jurnal Pendidikan Universitas Garut, 8(1), 27-36. Ramdhani, M. A., & Muhammadiyah, H. (2015). The Criteria of Learning Media Selection for Character Education in Higher Education. International Conference of Islamic Education in Southeast Asia. Malang: UIN Maulana Malik Ibrahim Malang. Ramdhani, M. A., & Wulan, E. R. (2012). The Analysis of Determinant Factors in Software Design for Computer Assisted Instruction. International Journal of Scientific & Technology Research. 1(8), 69-73.
www.perspektif.uinsgd.ac.id
19