IMPLEMENTASI MODEL PBL (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS IV SD INSAN TELADAN PARUNG BOGOR Skripsi Diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Mencapai Gelar Sarjana Pendidikan
oleh Astria NIM 1112018300002
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN (UNIVERSITAS ISLAM NEGERI) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
LEMBAR PENGESAHAN DOSEN PEMBIMBING IMPLEMENTASI MODEL PBL (PROBLEM BASED LEARNING) UNTUK MENINGKATKAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS IV SD INSAN TELADAN PARUNG BOGOR Penelitian Tindakan Kelas (Classroom Action Research)
Skripsi Diajukan untuk Persyaratan Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta
Oleh Astria 1112018300002
di Bawah Bimbingan Pembimbing
Dindin Ridwanudin, M.Pd NIP. 19771121 201101 1 001
JURUSAN PENDIDIKAN GURU MADRASAH IBTIDAIYAH FAKULTAS ILMU TARBIYAH DAN KEGURUAN UIN (UNIVERSITAS ISLAM NEGERI) SYARIF HIDAYATULLAH JAKARTA 2016
LEMBAR PENGESAHAN
Skripsi berjudul Implementasi Model PBL (Problem Based Learning) Untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa Kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor disusun oleh Astria NIM 1112018300002, diajukan kepada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta dan telah dinyatakan lulus dalam Ujian Munaqasah pada tanggal 04 Agustus 2016 di hadapan dewan penguji. Karena itu, penulis berhak memperoleh gelar Sarjana S I (S.Pd) dalam bidang Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah,
Jakarta, 29 Juni 2016
Yang Mengesahkan,
Pembimbing
Dindin Ridwanudin, M.Pd NIP. 19771121 201101 1 001
ABSTRAK Astria, “Implementasi Model PBL (Problem Based Learning) untuk Meningkatkan Keterampilan Membaca Siswa Kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor”. Skripsi Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah, Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2016. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca dengan model Problem Based Learning siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor. Metode penelitian yang digunakan adalah PTK (Penelitian Tindakan Kelas) yang terdiri atas empat tahapan yaitu perencanaan, tindakan, observasi, dan refleksi. Keempat tahap tersebut merupakan siklus yang berlangsung secara berulang dan dilakukan langkah-langkah yang sama untuk meningkatkan keterampilan membaca melalui model Problem Based Learning. Penelitian Tindakan Kelas ini dilakukan pada siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor yang berjumlah 20 siswa pada Semester Genap Tahun Pelajaran 2015/2016. Hasil penelitian menunjukkan bahwa keterampilan membaca pada siswa kelas IV melalui model Problem Based Learning mengalami peningkatan. Peningkatan tersebut dapat dilihat dari hasil penilaian dan observasi aktivitas pembelajaran siklus I dan siklus II. Hasil penilaian keterampilan membaca siklus I dengan rerata yang diperoleh 72,50, 70% siswa mencapai KKM 75, sedangkan pada siklus II dengan rerata 83,75, 90% siswa mencapai KKM 75. Dengan demikian, dapat disimpulkan bahwa implementasi model Problem Based Learning meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor. Demikian juga dengan hasil observasi aktivitas pembelajaran siklus I dan siklus II yang menunjukkan bahwa pembelajaran membaca sudah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran model Problem Based Learning. Dari kesimpulan di atas sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: Pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan pada pengembangan Problem Based Learning di sekolah sehingga guru-guru yang lain dapat menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dan membawa siswa dalam pembelajaran yang menyenangkan dan penggunaan model Problem Based Learning dalam keterampilan membaca dapat mendorong siswa dalam membaca. Khususnya SD Insan Teladan hendaknya dapat menerapkan model Problem Based Learning pada mata pelajaran yang lain, yang dianggap sulit dalam pemecahan masalah.
Kata kunci: Model Problem Based Learning dan Keterampilan Membaca
i
ABSTRACT Astria, "The Implementation of PBL (Problem Based Learning) Model to Improve the Reading Skill of Students of Grade IV SD Insan Teladan Parung Bogor". Department of Government Elementary School Teacher Education Thesis, Faculty of MT and Teaching, UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, in 2016. This study aims to identify improvements in reading skills utilizing problem based learning model for Students of Grade IV SD Insan Teladan Parung Bogor. The method of analysis applied was a Classroom Action Analysis (CAS) consisting of four stages, namely planning, action, observation, and reflection. Those four stages forms a cycle that is repeated and the same steps are taken to improve reading skills through the model of Problem Based Learning. This Classroom Action Analysis was conducted on Students of Grade IV SD Insan Teladan Parung Bogor with a total of 20 students in the even semester of 2015/2016. The research showed that the reading skills of the fourth graders that were put through the Problem Based Learning models have improved. The improvements were seen through the assessment result and observation of learning activities in first and second cycles. Results of reading skills assessment in the first cycle average achieved were 72.50, 70% of students reached the KKM 75, while in the second cycle average were 83.75, 90% of students reached the KKM 75. Therefore, it can be concluded that the Problem Based Learning model can improve the reading skills of 4th grade students of SD Insan Teladan Parung Bogor. Likewise with the observation results of the learning activities in first and second cycles showed that the learning to read was already in accordance with the steps of Problem Based Learning model. From the above conclusion as a follow up of this research, it can be put forward some of suggestion as follow: the school should be provide support to the development of Problem Based Learning in school so that the other teachers could be implement the Problem Based Learning model and bring the students in to the enjoyable learning and the utilization of Problem Based Learning model in reading skills could be encourage the students in reading. Particularly in SD Insan Teladan should be implement the Problem Based Learning model on the other subjects which are considered difficult in problem solving. Keywords: Model Problem Based Learning and Reading Skills
ii
KATA PENGANTAR
Bismillahirahmannirohim Puji syukur ke hadirat Allah SWT yang telah memberikan rahmat dan hidayat-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan skripsi ini. Shalawat serta salam semoga tercurah pada junjungan Nabi besar Muhammad SAW, sebagai penyempurna akhlak yang mulia dan rahmatan lil alamin, serta kepada sahabatnya keluarga dan kita sebagai para pengikutnya. Selanjutnya, dalam penulisan skripsi ini banyak hambatan dan rintangan yang penulis hadapi, maka dengan segala kerendahan hati, penulis menyadari bahwa terselesainya skripsi ini tidak terlepas dari adanya bimbingan, dorongan, dukungan serta doa dari berbagai pihak. Oleh karena itu perkenankanlah penulis mengucapkan terimakasih dari hati yang peling dalam kepada. 1. Prof. Dr. Ahmad Thib Raya, MA, Dekan Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi. 2. Dr. Khalimi, MA, Ketua Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi. 3. Asep Ediana Latip, M.Pd, selaku Dosen Penasehat Akademik Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang selalu memberikan bimbingan dan motivasi.
iii
4. Dindin Ridwanudin, M.Pd, Dosen Pembimbing yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 5. Dr. Hindun, M.Pd. dan Dr. Fidrayani, M.Pd., M.Si, Dosen Penguji yang telah bersedia meluangkan waktunya untuk memberikan bimbingan dan arahan dalam penulisan skripsi ini. 6. Bapak dan Ibu Dosen Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, yang telah mendidik dan memberikan ilmunya kepada penulis ketika di bangku kuliah. 7. Kepala Sekolah SD Insan Teladan Parung Bogor, Eka Sari Budiwati, S.Pd., dan seluruh komponen sekolah lainnya terutama Bapak Fadlur Rahman serta Ibu Iis Milasari selaku wali kelas IV yang telah membantu penulis dalam pembuatan skripsi ini. 8. Siswa-siswi kelas IV SD Insan Teladan yang telah memberikan semanagat dan senyuman serta telah berpartisipasi dalam penulisan skripsi ini. 9. Ayah Bunda tercinta, Bapak H. Asmin dan Ibu Hj. Arnidah, yang senantiasa mencurahkan cinta serta kasih sayangnya melalui doa, nasihat, dukungan, kesabaran, serta pengorbanan yang selalu diberikan sehingga penulis dapat mempersembahkan sebuah karya sederhana ini. 10. Saudari tercinta dan tersayang Asmita, S.Sos.I., Astika, S.E., Asnaura yang selalu mendukung dan mendoakan penulis untuk segera mnyelesaikan skripsi ini dan segera meraih gelar sarjana.
iv
11. Sahabat-sahabat tersayang, Rudi Setiawan, Ressa Carera, Ismi Charindah, Erikh Bastian, Rosi Lestari, Saly Fadhila, Anisa Putri Utami, Jingga Puspa Wimantara, dan Maulidia Agustin. Terimakasih atas indahnya persabatan serta dukungan dalam memberikan bantuan dan motivasi kepada penulis untuk menyelesaikan skripsi ini. 12. Teman-teman angkatan 2012 di Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah yang turut memberikan motivasi dalam menyelesaikan tugas akhir ini. Serta ucapan terimakasih kepada seluruh pihak yang tidak dapat penulis tuliskan satu persatu. Akhirnya hanya kepada Allah SWT jualah semua ini penulis serahkan, semoga kebaikan mereka mendapatkan balasan yang berlipat ganda dari Allah SWT. Harapan penulis semoga skripsi ini memberikan manfaat bagi pembaca khususnya mahasiswa Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah. Penulis menyadari bahwa masih banyak kekurangan dan ketidaksempurnaan dalam penulisan skripsi ini, oleh karena itu kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan.
Jakarta, 29 Juni 2016
Astria 1112018300002
v
DAFTAR ISI
ABSTRAK ..................................................................................................... i KATA PENGANTAR ................................................................................... iii DAFTAR ISI .................................................................................................. vi DAFTAR TABEL ......................................................................................... ix DAFTAR GAMBAR ..................................................................................... .x DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................. xi BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang ............................................................................... 1 B. Identifikasi Masalah ....................................................................... 4 C. Pembatasan Masalah ....................................................................... 4 D. Rumusan Masalah .......................................................................... 4 E. Tujuan Penelitian ............................................................................ 4 F. Manfaat Penelitian .......................................................................... 5 BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN A. Acuan Teori dan Fokus yang Diteliti ............................................. 6 1. Model Problem Based Learning ............................................... 6 a. Pengertian Model ................................................................ 6 b. Pengertian Model Problem Based Learning ...................... 7 c. Karakteristik Model Problem Based Learning .................. 9 d. Tujuan Model Problem Based Learning ........................... 12 e. Tahap-Tahap Model Problem Based Learning ................. 13
vi
f. Kelebihan & Kekurangan Model PBL ................................ 16 2. Keterampilan Membaca ........................................................... 18 a. Pengertian Keterampilan .................................................... 18 b. Pengertian Membaca .......................................................... 19 c. Tujuan Membaca ............................................................... 20 d. Jenis-Jenis Membaca ......................................................... 23 e. Pengertian Keterampilan Membaca ................................... 24 f. Keterampilan Membaca untuk Anak Sekolah Dasar .......... 26 B. Hasil Penelitian yang Relevan ........................................................ 28 C. Hipotesis Tindakan ......................................................................... 30 BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Tempat Penelitian dan Waktu Penelitian ....................................... 31 B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian ...................... 31 C. Subjek Penelitian ............................................................................ 33 D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian .................................... 33 E. Tahap Intervensi Tindakan ............................................................. 33 F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan ................................... 36 G. Data dan Sumber Data..................................................................... 36 H. Instrumen Pengumpulan Data ......................................................... 36 I. Teknik Pengumpulan Data ............................................................... 39 J. Teknik Analisis Data ........................................................................ 40 K. Pengembangan Perencanaan Tindakan ........................................... 41
vii
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan (Pra Siklus) .............................. 42 1. Siklus I ...................................................................................... 43 2. Siklus II ..................................................................................... 48 B. Analisis Data .................................................................................. 53 1. Lembar Observasi ..................................................................... 53 2. Penilaian Keterampilan Membaca ............................................ 56 C. Interpretasi Hasil Penelitian ........................................................... 58 D. Pembahasan Temuan Penelitian ..................................................... 59 BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan .................................................................................... 61 B. Saran ............................................................................................... 61 DAFTAR PUSTAKA .................................................................................... 63 LAMPIRAN-LAMPIRAN ........................................................................... 65
viii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1 Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia ................................ 27 Tabel 3.1 Jenis Data, Instrumen dan Sumber Data ......................................... 36 Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca ................. 37 Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data .............................................................. 39 Tabel 4.1 Jadwal Mata Pelajaran Kelas IV ..................................................... 43 Tabel 4.2 Hasil Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I .............................. 47 Tabel 4.3 Hasil Analisis Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan II ................ 53 Tabel 4.4 Hasil Analisis Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II ................ 55 Tabel 4.5 Hasil Penilaian Keterampilan Membaca Siklus I dan II ................. 56 Tabel 4.6 Perolehan Statistika Deskripsi Hasil Membaca Siklus I dan II ....... 60
ix
DAFTAR GAMBAR Gambar 3.1: Siklus Penelitian Tindakan Kelas................................................ 32 Gambar 4.1: Diagram Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan II .......... 54 Gambar 4.2: Diagram Hasil Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II ............ 56 Gambar 4.3: Diagram Hasil Penilaian Membaca Siklus I dan II ..................... 57
x
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran 1 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I.............................. 65 Lampiran 2 Lembar Kerja Siswa .................................................................. 69 Lampiran 3 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus I.............................. 71 Lampiran 4 Lembar Kerja Siswa ................................................................... 75 Lampiran 5 Lembar Penilaian Keterampilan Membaca ............................... 77 Lampiran 6 Hasil Penilaian Keterampilan Membaca Siklus I ....................... 80 Lampiran 7 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ............................ 81 Lampiran 8 Lembar Kerja Siswa ................................................................... 85 Lampiran 9 Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II ............................ 87 Lampiran 10 Hasil Penilaian Keterampilan Membaca Siklus II ...................... 92 Lampiran 11 Lembar Observasi Kegiatan Guru .............................................. 93 Lampiran 12 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus I ..................................... 94 Lampiran 13 Hasil Observasi Kegiatan Guru Siklus II ................................... 95 Lampiran 14 Lembar Observasi Aktivitas Siswa............................................. 96 Lampiran 15 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus I ................................... 97 Lampiran 16 Hasil Observasi Aktivitas Siswa Siklus II .................................. 98 Lampiran 17 Pedoman Wawancara Pra Siklus ................................................ 99 Lampiran 18 Hasil Wawancara Pra Siklus....................................................... 100 Lampiran 19 Dokumentasi Kegiatan Pembelajaran ........................................ 101 Lampiran 20 Surat Bimbingan Skripsi ............................................................. 104 Lampiran 21 Surat Permohonan Izin Penelitian ............................................. 105 Lampiran 22 Surat Keterangan Telah Melaksanakan Penelitian .................... 106 Lampiran 23 Lembar Uji Referensi ................................................................ 107
xi
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Pendidikan memegang peranan yang sangat penting untuk menjamin kelangsungan hidup Bangsa dan Negara. Pendidikan merupakan wahana untuk meningkatkan dan mengembangkan kualitas sumber daya manusia. Untuk mewujudkan tujuan di atas, diperlukan usaha dari masyarakat maupun pemerintah. Usaha meningkatkan kualitas sumber daya manusia merupakan tugas penting yang memerlukan proses pendidikan yang baik dan terarah. Guru sebagai tenaga professional harus memiliki kemampuan menerapkan metode, model, serta strategi pembelajaran yang efektif dan efisien, kemampuan melibatkan siswa berpartisipasi aktif dan membuat suasana belajar yang kondusif untuk tercapainya tujuan pembelajaran. Berbagai model, metode, strategi, dan media pembelajaran yang bervariasi mulai diterapkan oleh para guru termasuk dalam keterampilan berbahasa. Penguasaan keterampilan berbahasa bukan hanya untuk diketahui melainkan juga untuk dikuasai oleh siswa. Keterampilan berbahasa berperan penting dalam kemampuan seseorang berbahasa secara lisan maupun tulis. Dalam memperoleh keterampilan berbahasa saat kecil seseorang belajar menyimk atau mendengarkan bahasa, kemudian belajar untuk berbicara sampai akhirnya belajar membaca dan menulis. Berdasarkan peningkatan tersebut keterampilan berbahasa diajarkan sejak usia dini sampai dengan perguruan tinggi. Keterampilan berbahasa biasanya mencakup keterampilan menyimak, berbicara, membaca, dan menulis. Salah satu keterampilan berbahasa yang dijadikan topik utama dalam penelitian ini adalah keterampilan membaca. Keterampilan membaca salah satu keterampilan yang ada pada pembelajaran bahasa Indonesia, merupakan ilmu yang sangat penting digunakan untuk berkomunikasi yang harus dimiliki oleh setiap orang. Karena dengan membaca juga menambah wawasan untuk memberikan informasi di era globalisasi ini. Apabila banyak membaca, akan menambah perbendaharaan kata, 1
penambahan pengetahuan, melatih alat ucap, serta menambah penalaran yang dapat digunakan dalam proses belajar dan mengajar. Proses belajar mengajar yang dilakukan di kelas merupakan interaksi aktif yang terjadi antara peserta didik dan guru. Proses belajar mengajar terjadi untuk memberikan pengetahuan dan pemahaman terhadap peserta didik, sehingga dapat tercapainya tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan. Pada proses belajar guru harus mengenali peserta didik yang diajarkannya. Guru juga dihadapkan dengan keterampilan, kemampuan, kreativitas, serta keaktikan yang dapat meningkatkan proses belajar peserta didik. Pada hakikatnya dalam proses pembelajaran siswa diharuskan mendapatkan pengetahuan dari berbagai macam mata pelajaran. Atas dasar pembelajaran itu, keterampilan membaca di SD/MI harus menitikberatkan pada proses pembelajaran berdasarkan pengalaman siswa dalam memecahkan masalah secara individu ataupun kelompok, serta interaksi dengan lingkungannya. Dengan demikian rancangan pembelajaran dalam keterampilan membaca dapat menggunakan model pembelajaran sehingga proses pembelajaran menarik perhatian siswa. Berdasarkan hasil wawancara terhadap guru kelas dan hasil observasi pembelajaran pra siklus ditemukan permasalahan-permasalahan pelaksanaan pada keterampilan membaca di kelas IV SD Insan Teladan yaitu hasil belajar keterampilan membaca siswa belum mencapai nilai KKM yang diharapkan, siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran, dan juga keterampilan membaca siswa sangat rendah. Selain itu permasalahan juga di temukan pada guru, yaitu guru tidak menggunakan model pembelajaran yang variatif. Pembelajaran dimulai oleh guru menggunakan metode ceramah saja untuk menyampaikan informasi, sehingga pembelajaran seperti itu membuat siswa merasa jenuh dan tidak tertarik untuk membaca. Permasalahan lain yang ditemukan yaitu guru kurang memotivasi siswa agar tidak malas untuk membaca dan siswa masih terlihat pasif dalam berinteraksi dengan teman-temannya, maka siswa menganggap remeh kegiatan membaca. Hal ini di tunjukkan dari interaksi pembelajaran yang tidak muncul, ada permasalahan yang harus
diselesaikan
secara
kelompok
namun
permasalahan tersebut tidak terselesaikan.
2
tidak
diungkapkan,
sehingga
Melihat masalah-masalah yang terjadi, maka banyak hal yang disampaikan oleh guru untuk memperbaiki kualitas proses pembelajaran di antaranya adalah guru menggunakan berbagai model pembelajaran yang bervariasi sesuai dengan tuntutan kompetensi dasar yang ada pada standar isi kurikulum. Guru juga dapat menggunakan media pembelajaran yang menarik untuk dapat menghantarkan pemahaman siswa pada materi yang diajarkan. Salah satu model yang dapat dianggap mengaktifkan siswa dalam proses pembelajaran keterampilan membaca adalah model Problem Based
Learning.
Model
Problem
Based
Learning
merupakan
pendekatan
pembelajaran yang berbasis masalah sehingga merangsang siswa untuk belajar. Siswa dapat bekerjasama dalam tim untuk memecahkan masalah-masalah yang diberikan. Model Problem Based Learning dapat digunakan untuk meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan rasa ingin tahu siswa dalam bekerja, serta menumbuhkan motivasi dalam diri untuk belajar dan dapat menumbuhkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. Penggunakan model Problem Based Learning pada keterampilan membaca dapat membantu guru dalam penyusunan model pembelajaran yang diharapkan mampu meningkatkan keterampilan membaca siswa. Penerapan model Problem Based Learning pada keterampilan membaca diharapkan agar siswa tidak lagi bersikap pasif dalam berinteraksi dengan teman-temannya dan mampu memotivasi dan menumbuhkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok. Berdasarkan paparan latar belakang di atas, peneliti tertarik untuk melakukan penelitian tindakan kelas yang berjudul “Implementasi Model PBL (Problem Based Learning) Untuk Menigkatkan Keterampilan Membaca Siswa Kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor”.
3
B. Identifikasi Area dan Fokus Masalah Berdasarkan latar belakang masalah di atas, maka area dan fokus masalah penelitian ini sebagai berikut: 1. Keterampilan membaca siswa belum mencapai nilai KKM yang diharapkan. 2. Siswa kurang terlibat aktif dalam proses pembelajaran keterampilan membaca. 3. Guru kurang kreatif dalam memilih model pembelajaran keterampilan membaca. 4. Guru kurang memotivasi siswa agar banyak berlatih membaca.
C. Pembatasan Fokus Masalah Dengan
keterbatasan
waktu
penelitian
tidak
mengakomodir
seluruh
permasalahan yang teridentifikasi di atas, maka penelitian ini dibatasi pada implementasi
model Problem Based Learning untuk meningkatkan keterampilan
membaca nyaring dan membaca dalam hati siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor pada semester genap Tahun Pelajaran 2015/2016. D. Rumusan Masalah Berdasarkan pembatasan masalah penelitian di atas, maka masalah dalam penelitian ini sebagai berikut: “Bagaimana penerapan model Problem Based Learning untuk meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor?”
E. Tujuan Penelitian Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui peningkatan keterampilan membaca dengan model Problem Based Learning siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor.
4
F. Kegunaan Hasil Penelitian/ Manfaat Penelitian Manfaat yang diharapkan dari penelitian ini, antara lain: 1. Bagi sekolah yang menjadi fokus penelitian, hasil diharapkan bermanfaat sebagai bahan dokumentasi historis dan bahan pertimbangan untuk mengambil langkah-langkah guna meningkatkan kualitas pembelajaran di SD Insan Teladan. 2. Bagi guru dan peneliti dapat meningkatkan kemampuan dalam mengangkat suatu fenomena yang ada di sekolah, serta dapat mencari informasi tentang upaya meningkatkan keterampilan membaca dengan model Problem Based Learning. 3. Bagi siswa dapat memanfaatkan dengan baik dalam meningkatkan dan juga dapat membantu serta menumbuhkan keterampilan membaca siswa.
5
BAB II KAJIAN TEORETIK DAN PENGAJUAN KONSEPTUAL INTERVENSI TINDAKAN
A. Kajian Teoretik 1. Model Problem Based Learning a. Pengertian Model Model menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia adalah contoh, acuan, ragam, sesuatu yang akan dibuat atau dihasilkan.1 Sedangkan model menurut Dendy Sugono, dkk adalah potongan, gaya.2 Model merupakan contoh yang dipergunakan para ahli dalam menyusun langkah-langkah dalam melaksanakan pembelajaran, maka dari itu strategi merupakan bagian dari langkah yang digunakan model untuk melaksanakan pembelajaran.3 Menurut Knapp, mendefinisikan “an instructional model is a step-by-step procedure that leads to specific learning outcomes. Joyce & Weil juga mendefinisikan model sebagai kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran”.4 Jadi, model pembelajaran pada dasarnya merupakan bentuk pembelajaran yang tergambar dari awal sampai akhir yang disajikan secara khas oleh guru. Dengan kata lain, model pembelajaran merupakan bingkai dari penerapan suatu pendekatan, metode, dan teknik pembelajaran, serta kerangka konseptual yang melukiskan prosedur yang sistematis untuk mencapai tujuan belajar. Berkenaan dengan model pembelajaran, Bruce Joyce dan Marsha Weil mengatakan empat kelompok model pembelajaran, yaitu: model interaksi sosial, model pengolahan informasi, model personal-humanistik, dan model modifikasi
1
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Op. cit., hlm. 751 Dendy Sugono, dkk, Op. cit., hlm. 230 3 Martinis Yamin, Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, hlm.17 4 Mohamad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar, (Jakarta: PT RajaGrafido Persada, 2015), Cet. I, hlm. 37 2
6
tingkah laku. Dengan demikian, seringkali penggunaan istilah model pembelajaran tersebut diidentikkan dengan strategi pembelajaran.5 Dari teori di atas, dapat disimpulkan bahwa model PBL (Problem Based Learning) adalah model pengelolaan informasi, karena pada penerapannya siswa memecahkan masalah dengan cara menemukan informasi dari berbagai sumbersumber yang diperolehnya.
b. Pengertian Model Problem Based Learning Pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning atau PBL) merupakan sebuah pendekatan pembelajaran yang menyajikan masalah kontekstual sehingga merangsang peserta didik untuk belajar. Dalam kelas yang menerapkan Problem Based Learning, peserta didik bekerja dalam tim untuk memecahkan masalah dunia nyata (real world).6 Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah merupakan penggunaan berbagai macam kecerdasan yang diperlukan untuk melakukan konfrontasi terhadap tantangan dunia nyata, kemampuan untuk menghadapi segala sesuatu yang baru dan kompleksitas yang ada.7 Pembelajaran
berbasis
masalah
merupakan
pembelajaran
yang
menitikberatkan pada penyelesaian masalah. Dalam penerapannya, guru memberikan stimulus kepada peserta didik dengan mengangkat sesuatu permasalahan yang nantinya dijadikan sebagai topik masalah yang akan dikaji secara bersama-sama, sehingga dari hal itu peserta didik diberi kesempatan untuk menentukan topik pembahasan, walaupun pada dasarnya guru telah mempersiapkan apa yang harus dibahas. Dilihat dari aspek psikologi belajar, pembelajaran berbasis masalah berdasarkan pada psikologi kognitif yang berangkat dari asumsi bahwa belajar adalah proses perubahan tingkah laku berkat adanya pengalaman. Belajar bukan semata-mata proses menghafal sejumlah fakta, tetapi suatu proses interaksi secara sadar antara individu dengan lingkungannya. Melalui proses ini sedikit demi sedikit peserta didik akan berkembang secara utuh, tidak hanya berkembang pada aspek kognitif, tetapi 5
Yani Zuhriyah, (http://eprints.uny.ac.id/8074/pdf), Op. cit. Kemdikbud, Model Pembelajaran Berbasis Masalah/ PBL, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2013) 7 Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Jakarta: UIN PRESS, 2015), Cet. I, hlm 54 6
7
juga aspek afektif dan psikomotorik melalui penghayatan secara internal akan masalah yang dihadapi.8 Jones, Rasmussen, and Moffit yang dikutip oleh Dindin Ridwanuddin menyatakan bahwa pembelajaran berbasis masalah lebih menekankan pada pemecahan masalah secara autentik seperti pemecahan masalah yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Pembelajaran berbasis masalah dapat diterapkan bila didukung lingkungan belajar yang konstruktivistik, kasus-kasus berhubungan fleksibilitas, kognisi, sumber-sumber informasi, pemodelan yang dinamis, percakapan dan kolaborasi dan dukungan social dan kontekstual. Dengan demikian, PBL (Problem Based Learning): 1) Menciptakan pembelajaran bermakna, di mana peserta didik dapat memecahkan masalah yang mereka hadapi dengan cara mereka sendiri sesuai dengan pengetahuan dan pengalamannya, kemudian menerapkan dalam kehidupan nyata. 2) Dapat mengintegrasikan pengetahuan dan keterampilan secara stimultan dan mengaplikasikannya dalam konteks yang relevan. 3) Dapat meningkatkan kemampuan berpikir kritis, menumbuhkan inisiatif peserta didik dalam bekerja, motivasi internal untuk belajar, dan dapat mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok.9 Problem Based Learning atau pembelajaran berbasis masalah menurut Sudarman, “suatu pendekatan pembelajaran yang menggunakan masalah dunia nyata sebagai suatu konteks bagi peserta didik untuk belajar tentang cara berpikir kritis dan keterampilan pemecahan masalah, serta untuk memperoleh pengetahuan dan konsep yang esensial dari materi pelajaran”.10 Selanjutnya Agus N. Cahyo “pembelajaran berdasarkan masalah adalah suatu model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal integrasi pengetahuan baru”.11 Dari teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa PBL (Problem Based Learning) adalah pembelajaran yang menitikberatkan pada pemecahan masalah. 8
Ibid. Ibid., hlm 55 10 Sudarman, Suatu Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan dan meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah, (JJPI, 2007), hlm. 69 11 Agus N. Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler, (Yogyakarta: Diva Press, 2013), hlm. 283 9
8
Pembelajaran yang menghadapkan siswa dengan pengalaman dalam kehidupan nyata yang terjadi di lingkungan sekitarnya. Problem Based Learning (PBL) juga merupakan pembelajaran yang bermakna untuk meningkatkan berpikir kritis serta dapat menumbuhkan atau mengembangkan hubungan interpersonal dalam bekerja kelompok yang mengacu pada pembelajaran berdasarkan proyek, pengalaman, autentik dan bermakna.
c. Karakteristik Model Problem Based Learning Pembelajaran berbasis masalah menurut Scott dan Laura dalam Eggen dan Kauchak adalah seperangkat model mengajar yang menggunakan masalah sebagai fokus untuk mengembangkan keterampilan pemecahan masalah, materi, dan pengaturan diri. Pembelajaran berbasis masalah menurut Scott dan Laura memiliki tiga karakteristik yaitu: 1) Kegiatan pembelajaran berbasis masalah bermula dari satu masalah dan memecahkannya adalah fokus pelajarannya. 2) Siswa bertanggung jawab untuk menyusun strategi dan memecahkan masalah. Pelajaran pembelajaran berbasis masalah biasanya dilakukan secara berkelompok, sehingga semua siswa terlibat dalam proses itu. 3) Guru menuntun upaya siswa dengan mengajukan pertanyaan dan memberikan dukungan pengajaran lain saat siswa berusaha memecahkan masalah. Karakteristik ini penting dan menuntut keterampilan serta pertimbangan yang sangat profesional utnuk memastikan kesuksesan pelajaran pembelajaran berbasis masalah.12 Meminjam pendapat Bruner dalam Dahar yang dikutip oleh Trianto, bahwa berusaha sendiri untuk mencari pemecahan masalah serta pengetahuan yang menyertainya, menghasilkan pengetahuan yang benar-benar bermakna. Suatu konsekuensi logis, karena dengan berusaha untuk mencari pemecahan masalah secara mandiri akan memberikan suatu pengalaman konkret, dengan pengalaman tersebut
12
Paul Eggen, dkk, Strategi dan Model Pembelajaran, Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, Edisi Enam, (Jakarta:PT Indeks, 2012), Cet. I, hlm 307
9
dapat digunakan pula memecahkan masalah-masalah serupa, karena pengalaman itu memberikan makna tersendiri bagi peserta didik.13 Wina Sanjaya dalam Mohamad Syarif Sumantri, pembelajaran berbasis masalah merupakan salah satu model pembelajaran yang berasosiasi dengan pembelajaran konstektual. Pembelajaran artinya dihadapkan pada suatu masalah yang kemudian dengan melalui pemecahan masalah. Melalui masalah tersebut siswa belajar keterampilan-keterampilan yang lebih mendasar.14 Ibrahim & Nur dalam Agus N. Cahyo mengatakan pembelajaran berbasis masalah memiliki beberapa ciri dan karakteristik sebagai berikut: 1) Pembelajaran berpusat pada siswa. Meskipun siswa dipandu oleh guru, mereka harus bertanggung jawab atas pembelajaran mereka sendiri, mengidentifikasi apa yang mereka perlu ketahui untuk mengelola masalah dan dimana mencari informasi. 2) Belajar terjadi dalam kelompok kecil siswa. Pada akhir setiap unit kurikuler, siswa secara acak dikondisikan dalam kelompok baru. 3) Guru adalah fasilitator. Guru tidak memberikan pembelajaran atau informasi faktual, tetapi hanya mengarahkan para siswa agar berupaya mencari langsung ke sumber. Fasilitator harus meminta siswa agar bertanya pada diri sendiri untuk memahami dan mengelola masalah. 4) Masalah membentuk fokus pengaturan dan stimulus pada pembelajaran. Suatu masalah dapat disajikan dalam format yang berbeda (kasus tertulis, rekaman video, simulasi komputer) dan itu merupakan tantangan bagi para siswa dalam menghadapi praktik, memberikan relevansi dan motovasi untuk belajar. Jadi, masalah memberi siswa fokus pada pengintegrasian informasi, yang dapat memfasilitasi kemudian mengingat dan aplikasi untuk masalah masa depan. 5) Masalah adalah wahana pengembangan keterampilan dalam memecahkan masalah. Masalah menarik kontemporer dan autentik. Masalah adalah cermin dari apa yang akan siswa temukan dalam kehidupan nyata. 13
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Konsep Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Ed. I, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet. I, hlm. 91 14 Mohamad Syarif Sumantri, Op. cit., hlm. 42
10
6) Informasi baru diperoleh melalui belajar mandiri. Para siswa diharapkan belajar dan mengumpulkan keahlian berdasarkan penyelidikan dan penelitian mereka sendiri seperti para profesional melakukannya.15 Jadi, dari teori-teori di atas dapat disimpulkan bahwa pembelajaran berbasis masalah (Problem Based Learning) adalah model pembelajaran yang didasarkan pada prinsip menggunakan masalah sebagai titik awal integrasi pengetahuan baru. Pemecahan masalah yang dapat mengembangkan keterampilan dalam memecahkan masalah, serta menghasilkan pengetahuan yang bermakna, karena secara mandiri memberikan pengalaman nyata bagi peserta didik. Depdiknas dalam Dindin Ridwanudin, ciri utama Problem Based Learning meliputi mengorientasikan siswa kepada masalah atau pertanyaan yang autentik, multidisiplin, menuntut kerjasama dalam penyelidikan, dan menghasilkan karya. Pierce dan Jones mengemukakan bahwa kejadian-kejadian yang harus muncul pada waktu pelaksanaan pembelajaran berbasis masalah adalah sebagai berikut: 1) Keterlibatan meliputi mempersiapkan siswa untuk berperan sebagai pemecah masalah yang bisa bekerja sama dengan pihak lain, menghadapkan siswa pada situasi yang mendorong untuk mampu menemukan masalah dan meneliti
permasalahan
sambil
mengajukan
dugaan
dan
rencana
penyelesaian. 2) Inkuiri dan investigasi yang mencakup kegiatan mengeksplorasi dan mendistribusikan informasi. 3) Performa yaitu menyajikan temuan. 4) Tanya jawab yaitu menguji keakuratan dari solusi dan melakukan refleksi terhadap proses pemecahan masalah.16 Di atas telah disebutkan, bahwa ciri-ciri utama pembelajaran berdasarkan masalah adalah meliputi suatu pengajuan pertanyaan atau masalah memusatkan keterkaitan antardisiplin. Penyelidikan autentik, kerjasama, dan menghasilkan karya dan peragaan. Pembelajaran berdasarkan masalah tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa.
15 16
Agus N. Cahyo, Op. cit., hlm. 284-285 Dindin Ridwanudin, Op. cit., hlm. 57
11
d. Tujuan Model Problem Based Learning Trianto dalam bukunya Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Konsep Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP) mengatakan bahwa sesuai dengan karakter tersebut, pembelajaran berdasarkan masalah memiliki tujuan: 1) Membantu
siswa
mengembangkan
keterampilan
berpikir
dan
keterampilan pemecahan masalah. 2) Belajar peranan orang dewasa yang autentik. 3) Menjadi pembelajar yang mandiri.17
Eveline dalam buku Mohamad Syarif Sumantri terdapat sejumlah tujuan dari Problem Based Learning. Problem Based Learning dapat meningkatkan kedisiplinan dalam hal: 1) Adaptasi dan partisipasi dalam suatu perubahan. 2) Aplikasi dari pemecahan masalah dalam situasi yang baru atau ynag akan datang. 3) Pemikiran yang kreatif dan kritis. 4) Adaptasi data holistik untuk masalah-masalah dan situasi-situasi. 5) Apresiasi dari beragam cara pandang. 6) Kolaborasi tim yang sukses. 7) Identifikasi dalam mempelajari kelemahan dan kekuatan. 8) Kemajuan mengarahkan diri sendiri. 9) Kemampuan komunikasi yang efektif. 10) Kemampuan dalam kepemimpinan.18
Pada prinsipnya, tujuan utama pembelajaran berbasis masalah adalah untuk menggali daya kreativitas siswa dalam berpikir dan memotivasi siswa untuk terus belajar. Dan harus diingat bahwa model pembelajaran ini tidak dirancang untuk membantu guru memberikan informasi sebanyak-banyaknya kepada siswa, akan tetapi pembelajaran berbasis masalah dikembangkan untuk membantu siswa 17 18
Trianto, Op. cit., hlm. 94-95 Mohamad Syarif Sumantri, Op. cit., hlm. 44
12
mengembangkan kemampuan berpikir, pemecahan masalah dan keterampilan intelektual, belajar berbagai peran orang dewasa melalui perlibatan mereka dalam pengalaman nyata atau simulasi dan menjadi pembelajar mandiri.19 Jadi, kesimpulan dari penjabaran di atas, tujuan model Problem Based Learning adalah meningkatkan kedisiplinan dengan adanya partisipasi dari pemecahan masalah yang dihadapi, dapat mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, serta kemajuan mengarahkan diri sendiri dan kemampuan komunikasi ynag efektif dapat menimbulkan kolaborasi tim yang sukses.
e. Tahap-Tahap Model Problem Based Learning Ibrahim dalam Dindin Ridwanudin, dalam pembelajaran berbasis masalah, terdapat lima tahap utama sebagai berikut: 1) Tahap orientasi siswa kepada masalah. Guru menjelaskan tujuan pembelajaran, memotivasi siswa terlibat dalam pemecahan masalah yang dipilihnya. 2) Tahap mengorganisasikan siswa untuk belajar. Guru membantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah tersebut. 3) Tahap membimbing penyelidikan individual maupun kelompok. Guru mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, melaksanakan
eksperimen
untuk
mendapatkan
penjelasan
dan
pemecahan masalah. 4) Tahap mengembangkan dan menyajikan hasil karya. Guru membentuk siswa merencanakan dan menyiapkan karya yang sesuai. 5) Tahap menganalisa dan mengevaluasi proses pemecahan masalah. Guru membantu siswa untuk melakukan refleksi atau evaluasi terhadap penyelidikan mereka dan proses yang mereka gunakan. 20
19
Imas Kurniasih, Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Kata Pena, 2015), Cet. II, hlm. 48 20 Dindin Riwanudin, Op. cit., hlm. 60
13
FASE-FASE
PERILAKU GURU
Menjelaskan tujuan pembelajaran, menjelaskan logistik yang dibutuhkan. Orientasi siswa kepada masalah. Memotivasi siswa untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih. Fase 2 Mebantu siswa mendefinisikan dan mengorganisasikan tugas belajar yang Mengorganisasikan siswa berhubungan dengan masalah tersebut. Fase 3 Mendorong siswa untuk mengumpulkan informasi yang sesuai, Membimbing penyelidikan individu dan melaksanakan eksperimen untuk kelompok mendapatkan penjelasan dan pemecahan masalah. Fase 4 Membantu siswa dalam merencanakan dan menyiapkan karya Mengembangkan dan menyajikan hasil yang sesuai seperti laporan, model, karya dan berbagi tugas dengan teman. Fase 1
Fase 5 Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah
Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari/ meminta kelompok presentasi hasil kerja.
1) Fase 1: Orientasi Peserta Didik pada Masalah a) Guru menjelaskan tujuan pembelajaran. b) Guru memotivasi peserta didik untuk terlibat aktif dalam pemecahan masalah yang dipilih. c) Guru memberikan konsep dasar, petunjuk, referensi, atau link dan skill yang diperlukan dalam pembelajaran tersebut. Hal ini dimaksudkan agar peserta didik lebih cepat masuk dalam atmosfer pembelajaran dan mendapatkan „peta‟ yang akurat tentang arah dan tujuan pembelajaran. d) Sebelum memulai proses belajar-mengajar di dalam kelas, peserta didik terlebih dahulu diminta untuk mengobservasi suatu fenomena terlebih dahulu. Kemudian peserta didik diminta mencatat masalahmasalah yang muncul.
14
2) Fase 2: Mengorganisasikan Peserta Didik
dalam Pendefinisian
Masalah (Defining the Problem) a) Guru
menyampaikan
permasalahan
kemudian
peserta
didik
melakukan brainstorming melalui: mengungkapkan pendapat, ide, dan tanggapan terhadap permasalahan sehingga dimungkinkan muncul berbagai macam alternatif pendapat. b) Setelah itu tugas guru adalah merangsang peserta didik untuk berpikir kritis dalam memecahkan masalah yang ada. Tugas guru adalah mengarahkan peserta didik untuk bertanya, membuktikan asumsi, dan mendengarkan pendapat yang berbeda dari mereka. c) Guru
membantu
peserta
didik
mendefinisikan
dan
mengorganisasikan tugas belajar yang berhubungan dengan masalah. 3) Fase 3: Membimbing Penyelidikan Individu dan Kelompok dalam Pembelajaran Mandiri (Self Learning) a) Peserta didik mencari berbagai sumber yang dapat memperjelas isu yang sedang diinvestigasi. Sumber yang dimaksud dapat dalam bentuk artikel tertulis yang tersimpan di perpustakaan, halaman web, atau bahkan pakar dalam bidang yang relevan. b) Guru mendorong peseta didik untuk mengumpulkan informasi yang sesuai dengan isu yang sedang diinvestigasi, melaksakan eksperimen untuk mendapatkan penjelasan dan memecahkan masalah. 4) Fase 4: Mengembangkan dan Menyajikan Hasil Karya Setelah mendapatkan sumber untuk keperluan pendalaman materi dalam langkah pembelajaran mandiri, selanjutnya pada pertemuan berikutnya peserta didik berdiskusi dalam kelompoknya untuk mengklarifikasi capaiannya dan merumuskan solusi dari permasalahan kelompok. Pertukaran pengetahuan ini dapat dilakukan dengan cara peserta didik berkumpul sesuai kelompok dan fasilitatornya.
15
5) Fase 5: Penilaian Penilaian dilakukan dengan memadukan tiga aspek: sikap (attitude), pengetahuan (knowledge), dan keterampiilan (skill). 21 Jadi, dapat disimpulkan dari batasan di atas, bahwa Problem Based Learning memiliki lima tahap pembelajaran untuk melatih kemampuan balajar siswa dalam melaksanakan suatu kegiatan di lapangan. Membantu siswa mengembangkan keterampilan berpikir dan keterampilan pemecahan masalah, serta mejadikan siswa menjadi pembelajar yang mandiri.
f. Kelebihan dan Kekurangan Model Problem Based Learning Menurut Junaidi, dkk dalam Dindin Ridwanudin terdapat kelebihan dan kekurangan pada model pembelajaran Problem Based Learning. 1) Kelebihan pada pembelajaran berbasis maslaah yakni: a) Pemecahan masalah yang cukup bagus untuk lebih memahami isi pelajaran. b) Pemecahan masalah dapat menentang kemampuan peserta didik dan memberikan kepuasan untuk menemukan pengetahuan baru bagi siswa. c) Pemecahan masalah dapat membantu peserta didik bagaimana mentransfer pengetahuan mereka untuk memahami masalah dalam kehidupan mereka. d) Pemecahan
masalah
dapat
membantu
peserta
didik
untuk
mengembagkan pengetahuan barunya dan bertanggung jawab dalam pembelajaran yang mereka lakukan. e) Pemecahan biasanya memperlihatkan kepada peserta didik bahwa setiap mata pelajaran, pada dasarnya merupakan cara berpikir, dan sesuatu yang harus dimengerti oleh peserta didik bukan hanya sekedar belajar dari guru atau dari buku-buku saja. f) Pemecahan masalah dapat mengembangkan kemampuan peserta didik untuk berpikir kritis dan mengembangkan kemampuan mereka sesuai dengan pengetahuan baru. 21
Kemdikbud, Op. cit.
16
g) Pemecahan masalah dapat memberikan kesempatan pada peserta didik untuk secara terus menerus belajar. 2) Kekurangan pembelajaran berbasis masalah: a) Ketika peserta didik tidak memiliki minat dan bakat atau tidak mempunyai kepercayaan bahwa masalah yang dipelajari sulit untuk dipecahkan, maka mereka merasa enggan untuk mencoba. b) Keberhasilan strategis pembelajaran membutuhkan cukup waktu untuk persiapan. c) Tanpa pemahaman, pemecahan masalah yang sedang dipelajari, mereka tidak akan belajar apa yang mereka ingin dipelajari.22 Setiap model memiliki kelebihan dan kekurangan. Menurut Mohamad Syarif Sumantri model pembelajaran berbasis masalah mempunyai kelebihan dan kekurangan diantaranya: 1) Kelebihan model pembelajaran berbasis masalah a) Melatih siswa untuk mendesain suatu penemuan. b) Berpikir dan bertindak kreatif. c) Siswa dapat memecahkan masalah yang dihadapi secara realistis. d) Mengidentifikasi dan mengevaluasi penyelidikan. e) Menafsirkan dan mengevaluasi hasil pengamatan. f) Merangsang bagi perkembangan kemajuan berpikir siswa untuk menyelesaikan suatu permasalahan yang dihadapi dengan tepat. g) Dapat membuat pendidikan lebih relevan dengan kehidupan. 2) Kekurangan model pembelajaran berbasis masalah a) Pembelajaran hanya berdasarkan masalah. b) Beberapa pokok bahasan sangat sulit untuk menerapkan model ini, misalnya terbatasnya sarana dan prasarana atau media pembelajaran yang dimiliki dapat menyulitkan siswa untuk melihat dan mengamati serta akhirnya dapat menyimpulkan konsep yang diajarkan.23
22 23
Dindin Riwanuddin, Op. cit., hlm. 64-65 Mohamad Syarif Sumantri, Op. cit., hlm. 46-47
17
2. Keterampilan Membaca a. Pengertian Keterampilan Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia keterampilan merupakan kecakapan untuk menyelesaikan tugas.24 Sedangkan menurut Dendy Sugono, dkk menyebutkan terampil adalah mampu dan cekatan contohnya adalah seseorang terampil dalam mengerjakan tugas sehari-hari.25 Jadi, dapat disimpulkan keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas dalam usahanya untuk menyelesaikan tugas. Keterampilan perlu dilatihkan kepada anak sejak dini supaya di masa yang akan datang anak akan tumbuh menjadi orang yang terampil dan cekatan dalam melakukan segala aktivitas, dan mampu menghadapi permasalahan hidup. Selain itu mereka akan memiliki keahlian yang akan bermanfaat bagi masyarakat. Pengertian keterampilan menurut Yudha dan Rudhyanto “Keterampilan adalah kemampuan anak dalam melakukan berbagai aktivitas seperti motorik, berbahasa, sosial-emosional, kognitif, dan afektif (nilai-nilai moral)”. Keterampilan yang dipelajari dengan baik akan berkembang menjadi kebiasaan. Terdapat hubungan yang saling mempengaruhi antara keterampilan dengan perkembangan kemampuan keseluruhan anak. Keterampilan anak tidak akan berkembang tanpa adanya kematangan. Beberapa faktor yang mempengaruhi keterampilan pada anak yaitu: keturunan, makanan, intelegensi, pola asuh, kesehatan, budaya, ekonomi, sosial, jenis kelamin, dan rangsangan dari lingkungan.26 Dari batasan di atas dapat disimpulkan bahwa keterampilan merupakan kemampuan anak dalam melakuakn aktivitas dengan mengembangkan keterampilan fisik dan motorik. Keterampilan itu harus dilakukan setiap saat, agar menjadi pembiasaan, sehingga berkembanglah kebiasaan-kebiasaan baik.
24
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Cet. I, hlm. 1180 25 Dendy Sugono, dkk, Kamus Bahasa Indonesia Sekolah Dasar, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), Cet. VI, hlm. 394 26 Yani Zuhriyah, Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Anak Kelompok B Darul Athfal, 2012 (http://eprints.uny.ac.id/8074/pdf)
hlm. 12 18
b. Pengertian Membaca Membaca menurut Crawley dan Mountain dalam Rahim pada hakikatnya adalah suatu yang rumit yang melibatkan banyak hal, tidak hanya sekedar melafalkan tulisan, tetapi juga melibatkan aktivitas visual, berpikir, psikolinguistik, dan metakognitif. Sebagai proses visual membaca merupakan proses menerjemahkan simbol tulis (huruf) ke dalam kata-kata lisan. Sebagai suatu proses berpikir, membaca mencakup aktivitas pengenalan kata, pemahaman literal, interpretasi, membaca kritis, dan pemahaman kreatif. Pengenalan kata bisa berupa aktivitas membaca kata-kata dengan menggunakan kamus.27 Membaca menurut Tarigan dalam Resmini, dkk adalah kegiatan berinteraksi dengan bahasa yang dikodekan dalam bentuk cetakan (huruf-huruf). Dengan demikian membaca sebetulnya merupakan aktivitas menguraikan kode-kode tulisan ke dalam bunyi atau menguraikan kode-kode grafis yang mewakili bahasa ke dalam makna tertentu. Membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis.28 Klein, dkk dalam Rahim yang dikutip oleh Resmini, dkk mengemukakan, bahwa definisi membaca mencakup membaca merupakan suatu proses, membaca adalah strategis, dan membaca merupakan kegiatan interaktif. Membaca merupakan suatu proses dimaksudkan informasi dari teks dan pengetahuan yang dimiliki oleh pembaca mempunyai peranan yang utama dalam membentuk makna.29 Dalam buku H.G. Tarigan mengatakan membaca adalah suatu proses yang dilakukan serta dipergunakan oleh pembaca untuk memperoleh pesan yang hendak disampaikan oleh penulis melalui media kata-kata atau bahasa tulis. Suatu proses yang menuntut agar kelompok kata yang merupakan suatu kesatuan akan terlihat dalam suatu pandangan sekilas dan makna kata-kata secara individual akan dapat di ketahui. Sedangkan dari segi linguistik, membaca adalah suatu proses penyandian kembali dan pembacaan sandi (a recording and decoding prosess), berlainan dengan 27
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), ), Cet. II, hlm 02 28 Novi Resmini, dkk, Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, hlm 74 29 Ibid., hlm. 75
19
berbicara dan menulis yang justru melibatkan penyandian (encoding). Sebuah aspek pembacaan sandi (decoding) adalah menghubungkan kata-kata tulis (written word) dengan makna bahasa lisan (oral language meaning) yang mencakup pengubahan tulisan atau cetakan menjadi bunyi yang bermakna.30 Dari batasan di atas, dapat disimpulkan bahwa membaca adalah proses pengenalan kata-kata dalam bentuk cetak atau huruf-huruf, yang mempunyai peranan penting dalam memberikan informasi serta memperoleh pesan yang ingin disampaikan melalui media kata-kata. Membaca juga dapat melatih kemampuan berbicara dan kemampuan mengenal kata perkata dalam suatu kalimat. Membaca dapat pula dianggap sebagai suatu proses untuk memahami yang tersirat dalam yang tersurat, melihat pemikiran yang terkandung di dalam kata-kata yang tertulis. Tingkat hubungan antara makna yang hendak dikemukakan oleh penulis dan penafsiran pembaca turut menentukan ketepatan membaca. Makna bacaan tidak terletak pada halaman tertulis tetapi berada pada pikiran pembaca. Demikianlah makna itu akan berubah, karena setiap pembaca memiliki pengalaman yang berbedabeda yang di pergunakan sebagai alat untuk menginterpretasikan kata-kata tersebut.31 Dari pengertian atau batasan yang telah diutarakan di atas maka membaca dapat dikatakan juga sebagai metode yang digunakan untuk berkomunikasi menyampaikan pesan yang tersurat dan tersirat agar mudah dipahami dengan baik. Menurut Farida Rahim membaca adalah interaktif, keterlibatan pembaca dengan teks tergantung pada konteks. Orang yang senang membaca suatu teks yang bermanfaat, akan menemui beberapa tujuan yang ingin dicapainya, teks yang dibaca seseorang harus mudah dipahami (readable) sehingga terjadi interaksi antara pembaca dan teks.32
c. Tujuan Membaca Sarkiyah dalam Supryadi mengemukakan bahwa “kemampuan membaca yang diperoleh pada membaca permulaan akan sangat berpengaruh terhadap kemampuan 30
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV Angkasa, 2015), hlm. 07 31 Isah Cahyani, dkk, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, hlm hlm. 99 32 Farida Rahim, Op. cit., hlm. 3
20
membaca lanjut”. Sebagai kemampuan yang mendasari kemampuan berikutnya maka kemampuan membaca permulaan benar-benar memerlukan perhataian guru, sebab jika dasar itu tidak kuat, pada tahap membaca lanjut anak akan mengalami kesulitan untuk dapat memiliki kemampuan membaca yang memadai.33 Membaca hendaknya mempunyai tujuan, Karena seseorang yang membaca dengan suatu tujuan, cenderung lebih memahami dibandingkan dengan orang yang tidak mempunyai tujuan. Dalam kegiatan membaca di kelas, guru seharusnya menyusun tujuan. Tujuan membaca menurut Farida Rahim mencakup: 1) Menyempurnakan membaca nyaring. 2) Menggunakan strategi tertentu. 3) Memperbaharui pengetahuannya tentang suatu topik. 4) Mengaitkan informasi baru dengan informasi yang telah diketahuinya. 5) Memperoleh informasi untuk laporan lisan atau tertulis. 6) Mengkonfirmasikan atau menolak prediksi.34
Sejalan dengan Farida Rahim dan Novi Resmini, dkk, Henry Guntur Tarigan dalam bukunya Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa mengatakan bahwa tujuan utama dalam membaca adalah untuk mencari serta memperoleh informasi, mencakup isi, memahami makna bacaan. Berikut tujuan membaca, yakni: 1)
Membaca untuk menemukan atau mengetahui penemuan-penemuan yang telah dilakukan oleh tokoh, apa-apa yang telah dibuat oleh tokoh, apa yang telah terjadi pada tokoh khusus, atau untuk memecahkan masalah-masalah yang dibuat oleh tokoh. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta (reading for details or facts).
2)
Membaca untuk mengetahui mengapa hal itu merupakan topik yang baik dan menarik, masalah yang terdapat dalam cerita, apa-apa yang dipelajari atau dialami tokoh, dan merangkumkan hal-hal yang dilakukan oleh tokoh
33
Sarkiyah, Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Media Kartu di Kelas 1 MI Alkhairaat Uemalingku Kecamatan Ampana Kota, JKTO, 2010, Vol. 4, No. 4, hlm. 139 34 Op. cit., hlm. 11
21
untuk mencapai tujuannya. Membaca seperti ini disebut membaca untuk memperoleh ide-ide utama (reading for main ideas). 3)
Membaca untuk menemukan atau mengetahui apa yang terjadi pada setiap bagian cerita, apa yang terjadi mula-mula pertama, kedua, ketiga/ seterusnya. Setiap tahap dibuat untuk memecahkan suatu masalah, adeganadegan dan kejadian, kejadian buat dramatisasi. Ini disebut membaca untuk mengetahui urutan atau susunan, organisasi cerita (reading for organization).
4)
Membaca untuk menemukan serta mengetahui mengapa para tokoh merasakan seperti cara mereka itu, apa yang hendak diperlihatkan oleh pengarang kepada para pembaca, mengapa para tokoh berubah, kualitaskualitas yang dimiliki para tokoh yang membuat mereka berhasil atau gagal. Ini disebut membaca untuk menyimpulkan, membaca inferensi (reading for inference).
5)
Membaca untuk menemukan serta mengetahui apa-apa yang tidak biasa, tidak wajar mengenai seorang tokoh, apa yang lucu dalam cerita, atau apakah cerita itu benar atau tidak benar. Ini disebut membaca untuk mengelompokkan, membaca untuk mengklasifikasikan (reading to classify).
6)
Membaca untuk menemukan apakah tokoh berhasil atau hidup dengan ukuran-ukuran tertentu, apakah kita ingin berbuat seperti yang diperbuat oleh tokoh, atau bekerja seperti cara tokoh bekerja dalam cerita itu. Ini disebut membaca menilai, membaca mengevaluasi (reading to evaluate).
7)
Membaca untuk menemukan bagaimana caranya tokoh berubah, bagaimana hidupnya berbeda dari kehidupan yang kita kenal, bagaimana dua cerita mempunyai persamaan, dan bagaimana tokoh menyerupai pembaca.
Ini
disebut
membaca
untuk
membandingkan
atau
mempertentangkan (reading to compare or contrast). 35 Jadi, dari teori di atas dapat disimpulkan membaca memiliki tujuan-tujuan penting seperti, membaca untuk memperoleh perincian-perincian atau fakta-fakta, membaca untuk memperoleh ide-ide utama, membaca untuk mengetahui urutan atau 35
Henry Guntur Tarigan, Op. cit., hlm. 09-10
22
susunan, organisasi cerita, membaca untuk menyimpulkan, dan membaca untuk mengklasifikasikan.
d. Jenis-Jenis Membaca Telah diutarakan bahwa membaca merupakan suatu keterampilan yang kompleks yang melibatkan serangkaian keterampilan yang lebih kecil lainnya. Sebagai garis besarnya, terdapat dua aspek penting dalam membaca, yaitu: 1) Keterampilan yang bersifat mekanis (mechanical skill) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih rendah (lower order). Aspek ini mencakup pengenalan bentuk huruf, pengenalan unsur-unsur linguistik (fonem/grafem, kata, pola klausa, kalimat dan lain-lain, pengenalan hubungan atau korespondensi pola ejaan dan bunyi. 2) Keterampilan yang bersifat pemahaman (comprehension skills) yang dapat dianggap berada pada urutan yang lebih tinggi (higher order). Aspek ini mencakup memahami pengertian sederhana, memahami signifikansi atau makna, evakuasi atau penialaian, dan kecepatan membaca yang fleksibel yang mudah disesuaikan dengan keadaan.36 Novi Resimi, dkk menuliskan dalam bukunya Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Kelas Tinggi, bahwa terdapat jenis-jenis membaca, yakni: 1) Membaca pemahaman, adalah salah satu bentuk dari kegiatan membaca dengan tujuan utamanya untuk memahami isi pesan yang terdapat dalam bacaan. Membaca pemahaman lebih menekankan pada penguasaan isi bacaan, bukan pada indah, cepat, atau lambatnya bacaan. 2) Membaca memindai, merupakan kegiatan membaca yang sangat cepat untuk memperoleh informasi tertentu dari bahan bacaannya. 3) Membaca layap, atau membaca sekilas adalah membaca yang membuat mata kita bergerak dengan cepat melihat, memperlihatkan bahan tertulis untuk mengetahui isi umum atau bagian dalam suatu bacaan. 4) Membaca intensif, adalah proses membaca yang dilakukan secara seksama, cermat, dan teliti dalam penanganan terperinci yang dilakukan pada saat membaca, karena kegiatan membaca intensif ini tidak semata36
Ibid., hlm. 12
23
mata merupakan kegiatan membaca saja tetapi lebih menekankan pada pemahaman isi dari bacaan. 5) Membaca nyaring, merupakan kegiatan membaca yang dilakukan untuk meningkatkan kemampuan membaca dna menyimak. Dengan membaca nyaring, seluruh siswa yang ada di dalam kelas akan memperhatikan bahan
bacaan
sehingga
ketika
temannya
membaca
akan
tahu
kesalahannya. 6) Membaca dalam hati, merupakan jenis kegiatan membaca yang berbeda dengan membaca nyaring tetapi memiliki kesamaan tujuan dalam mendalami materi yang terdapat dalam bacaan. Membaca dalam hati memberikan kesempatan kepada siswa utnuk memahami teks yang dibacanya secara lebih mendalam. Membaca dalam hati juga memberikan kesempatan kepada guru untuk mengamati reaksi dan kebiasaan membaca siswa.37
e. Pengertian Keterampilan Membaca Membaca merupakan satu keterampilan berbahasa di samping menyimak, berbicara, dan menulis. Sebagai unsur keterampilan berbahasa, membaca dapat dipelajari dengan berbagai cara. Cara yang ditempuh tentunya harus disesuaikan dengan tujuan yang hendak dicapai dalam kegiatan membaca tersebut. Menurut Budinuryanta, dkk dalam bukunya Pengajaran Keterampilan Berbahasa tujuan membaca dilingkupi oleh empat tujuan berbahasa berikut. Pertama, tujuan penalaran, menyangkut kesanggupan berpikir dan pengungkapan nilai serta sikap social budaya. Pendeknya identitas dan kepribadian seseorang. Kedua, tujuan instrumental menyangkut penggunaan bahasa yang dipelajari itu untuk tujuan-tujuan material dan konkret. Ketiga, tujuan integratif, menyangkut keinginan seseorang menjadi menjadi anggota suatu masyarakat yang menggunakan bahasa itu sebagai bahasa pergaulan sehari-hari dengan cara menguasai bahasa itu seperti seorang penutur asli, atau paling sedikit membuat orangnya tidak akan diaggap “asing” lagi oleh penutur-penutur bahasa atau dialek itu. Keempat, tujuan kebudayaan terdapat pada orang yang secara ilmah ingin mengetahui atau memperdalam pengetahuannya tentang suatu 37
Novi Resmini, dkk, Op. cit., hlm. 80-82
24
kebudayaan atau masyarakat. Ini didasakan atas asumsi bahwa bahasa adalah suatu inventaris dari unsur-unsur suatu kebudayaan atau masyarakat bahasa.38 Keterampilan membaca mempengaruhi kebiasaan dan kebudayaan membaca. Orang yang mempunyai hobi membaca secara reflektif senantiasa meningkatkan kualitas membacanya. Dalam diri seseorang akan terbina tata baca yang baik dan benar serta situasional sesuai dengan keadaan yang ada di sekitarnya. Hobi membaca merupakan suau kebutuhan yang senantiasa harus dipenuhi setiap hari sebelum seseorang istirahat setelah lelah menjalankan tanggung jawab dan kewajiban berkaitan dengan fungsional sosial.39 Dari batasan di atas dapat disimpulkan bahwa membaca merupakan salah satu keterampilan berbahasa. Pada dasarnya keterampilan membaca memiliki tujuan yang sama dengan tujuan keterampilan berbahasa, yakni penalaran, instrumental, integratif, dan kebudayaan. Keterampilan membaca juga mempengaruhi kebiasaan dan kebuadayaan membaca. Keterampilan
membaca
pada
umumnya
diperoleh
dengan
cara
mempelajarinya di sekolah. Keterampilan ini merupakan suatu keterampilan yang sangat unik serta berperan penting bagi pengembangan pengetahuan, dan sebagai alat komunikasi bagi kehidupan manusia.40 Setiap guru bahasa haruslah menyadari serta memahami benar bahwa membaca adalah suatu keterampilan yang kompleks, yang rumit, yang mencakup atau melibatkan serangkaian keterampilan-keterampilan yang lebih kecil. Dengan perkataan lain, keterampilan membaca mencakup tiga komponen, yaitu: 1) Pengalaman terhadap aksara serta tanda-tanda baca. 2) Korelasi aksara beserta tanda-tanda baca dengan unsur-unsur linguistik yang formal. 3) Hubungan lebih lanjut dari siswa ke siswa dengan makna.41
38
Budinuryanta, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, Edisi Dua, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet. II, hlm. 112 39 Alek & Ahmad. H.P, Bahasa Indonesia Untuk Peguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. I, hlm. 77 40 Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. III, hlm. 245 41 Henry Guntur Tarigan, Op. cit., hlm. 11
25
Selanjutnya, menurut Henry Guntur Tarigan dalam bukunya Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa dalam membantu serta membimbing para peserta didik untuk mengembangkan serta meningkatkan keterampilan-keterampilan yang mereka butuhkan dalam membaca. Usaha yang dapat dilakukan untuk meningkatkan keterampilan membaca itu, adalah: 1) Guru dapat membantu peserta didik dalam memperkaya kosa kata mereka. 2) Guru dapat membantu peserta didik untuk memahami makna strukturstruktur kata dan kalimat. 3) Guru dapat meningkatkan kecepatan membaca para peserta didik dengan metode-metode membaca.42 Dari teori di atas, dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca merupakan suatu keterampilan berbahasa yang penting, karena dapat dipergunakan oleh pembaca untuk menerima pesan. Suatu proses yang menuntut agar pembaca atau peserta didik memperkaya kosa kata agar dapat memahami, mengembangkan, serta meningkatkan kecepatan membacanya.
f. Keterampilan Membaca untuk Anak Sekolah Dasar Salah satu hal yang menjadi tugas guru, khususnya guru SD adalah mengajari anak membaca. Hal ini penting karena melalui membaca anak akan dapat menambah pengetahuan mereka dengan lebih mudah. Dengan kata lain, membaca merupakan salah satu kunci bagi anak untuk mempelajari pengetahuan-pengetahuan lainnya. Kegiatan dalam membaca masih lebih ditekankan pada pengenalan dan pengucapan lambang-lambang bunyi yang berupa huruf, kata, dan kalimat dalam bentuk sederhana. Pengucapan tersebut akan lebih bermakna jika dapat membangkitkan makna seperti dalam pembicaraan lisan. Kemudian secara berangsur-angsur siswa mulai membaca pemahaman.43 Setiap pembaca memiliki tahap perkembangan kognitif yang berbeda, misalnya siswa kelas rendah (siswa kelas I) dengan siswa kelas tinggi (siswa kelas IV), tingkat perkembangan kognitifnya tidak sama. Dengan demikian, bahan ajar atau bacaan yang dibacapun tidak sama, sehingga harus disesuaikan dengan tingkat 42
Ibid., hlm. 16 Sarkiyah, Op. cit.
43
26
perkembangan kognitif yang dimiliki siswa agar dapat berkembang secara optimal. Dalam standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya aspek membaca pada kelas IV dapat dilihat pada tabel berikut:44 Tabel 2.1 Kompetensi Mata Pelajaran Bahasa Indonesia Aspek Keterampilan Membaca Kelas IV Aspek Semester Standar Kompetensi Kompetensi Dasar Membaca
I
II
Memahami teks agak panjang (150-200 kata), petunjuk pemakaian, makna kata dalam kamus/ensiklopedi
3.1 Menemukan pikiran pokok teks agak panjang (150-200 kata) dengan cara membaca sekilas. 3.2 Melakukan sesuatu berdasarkan petunjuk pemakaian yang dibaca. 3.3 Menemukan makna dan informasi secara tepat dalam kamus/ensiklopedi melalui membaca memindai. Memahami teks 7.1 Menemukan kalimat utama melalui membaca pada tiap paragraf melalui intensif, membaca membaca intensif. nyaring, dan membaca 7.2 Membaca nyaring suatu pengumuman dengan lafal pantun dan intonasi yang tepat. 7.3 Membaca pantun anak secara berbalasan dengan lafal dan intonasi yang tepat
Berdasarkan standar kompetensi mata pelajaran bahasa Indonesia, khususnya aspek membaca pada kelas IV salah satunya adalah pelaksanaan membaca nyaring yang dilakukan dengan vokalisasi. Kegiatan teknis membaca nyaring di samping berfungsi untuk pemahaman diri sendiri juga untuk orang lain. Dengan demikian, pelaksanaan pengajarannya menekankan pada segi penguasaan, sebagai berikut. 1) Lafal bahasa Indonesia dengan tepat. 2) Jeda, lagu, dan intonasi yang tepat. 3) Penggunaan tanda-tanda baca. 4) Mengelompokan kata / frase ke dalam satuan-satuan ide.
44
Permendiknas Tentang Standar Isi SD, MI
27
5) Menggerakan mata dan memelihara kontak mata. 6) Kelancaran dan berekspresi dalam membaca.45 Jadi dapat disimpulkan bahwa melalui kegiatan membaca nyaring siswa dibiasakan membaca dengan intonasi yang wajar, tekanan yang tepat, dan lafal yang tepat. Selain itu, membaca teknis membaca nyaring dilakukan dengan suara keras.
B. Hasil Penelitian yang Relevan Ada beberapa penelitian yang relevan dengan penelitian yang peneliti lakukan, diantaranya: Pertama, Toha Nasruddin
(2010)
yang berjudul
Penerapan
Model
Pembelajaran Problem Based Learning (PBL) Sebagai Upaya Peningkatan Partisipasi dan Prestasi Belajar Siswa Kelas X B MAN Tempel Yogyakarta Pada Pokok Bahasan Keanekaragaman Hayati”. Hasil penelitian ini menunjukan model pembelajaran Problem-Based Learning dapat meningkatkan partisipasi belajar siswa kelas X B MAN Tempel pada materi Keanekaragaman Hayati dan juga dapat meningkatkan prestasi siswa kelas X B MAN Tempel dengan effect size yaitu 1,51.
Perbedaan penelitian Toha Nasruddin dengan penelitian ini adalah: 1. Toha Nasruddin meneliti pada tahun 2010, sedangkan skripsi ini
dilaksanakan pada tahun 2016. 2. Data penelitian Toha Nasruddin diambil pada siswa kelas X B MAN
Tempel Yogyakarta, sedangkan skripsi ini diambil pada siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor. 3. Penelitian Toha Nasruddin tentang PBL memfokuskan pada materi Keanekaragaman Hayati yang pada akhirnya meningkatkan partisipasi belajar siswa kelas X B MAN Tempel Yogyakarta, sedangkan skripsi ini memfokuskan pada materi membaca pengumuman yang pada akhirnya meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor.
45
Yeni Anindya Sari, Peningkatan Kemampuan Membaca Nyaring Melalui Media Cerita Bergambar Siswa Kelas II B SD NEGERI PANGGANG, (Yogyakarta, 2014), hlm. 21
28
Kedua, Mila Zulfiah (2013) yang berjudul Peningkatan Aktivitas dan Hasil Belajar Siswa Menggunakan Model Problem Based Learning (PBL) Dalam Pembelajaran Ekonomi Pada Konsep Inflasi di Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy Jakarta Barat. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, aktivitas siswa dalam memperhatikan penjelasan guru memiliki rata-rata 77%, sedangkan keberanian siswa dalam mengajukan pertanyaan memiliki rata-rata 65% dan aktivitas siswa dalam berdiskusi dengan teman memiliki rata-rata 85%, kemudian aktivitas semangat siswa dalam memecahkan masalah memiliki rata-rata 87,3%. Maka penggunaan model
Problem Based Learning dalam penelitian ini dapat meningkatkan aktivitas dan hasil belajar di Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy. Perbedaan penelitian Mila Zulfiah dengan penelitian ini adalah: 1. Mila Zulfiah meneliti pada tahun 2013, sedangkan skripsi ini dilaksanakan pada tahun 2016. 2. Data penelitian Mila Zulfiah diambil pada siswa Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy Jakarta Barat, sedangkan skripsi ini diambil pada siswa kelas IV
SD Insan Teladan Parung Bogor. 3. Penelitian Mila Zulfiah tentang PBL memfokuskan pada Ekonomi Konsep Inflasi yang pada akhirnya meningkatkan aktivitas dan hasil belajar di
Madrasah Aliyah Annida Al-Islamy, sedangkan skripsi ini memfokuskan pada materi membaca pengumuman yang pada akhirnya meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor.
Ketiga, Itiqomah (2012) yang berjudul Analisis Keterampilan Berpikir Kritis Siswa dalam Model Problem Based Learning (PBL). Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa, pencapaian keterampian berpikir kritis untuk masing-masing kelompok siswa dapat dicapai dengan baik. Kemudian keterampilan mengobservasi dan mempertimbangkan hasil observasi dalam mencatat hasil pengamatan praktikum faktor-faktor yang mepengaruhi laju reaksi masing-masing kelompok siswa mencapai kategori baik. Maka penggunaan model Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan berpikir kritis. Perbedaan penelitian Itiqomah dengan penelitian ini adalah: 1. Itiqomah meneliti pada tahun 2012, sedangkan skripsi ini dilaksanakan
pada tahun 2016. 29
2. Penelitian Itiqomah tentang PBL memfokuskan laju reaksi yang pada akhirnya meningkatkan keterampilan berpikir kritis, sedangkan skripsi ini memfokuskan pada materi membaca pengumuman yang pada akhirnya meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor.
C. Hipotesis Tindakan Hipotesis tindakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut: Model Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor.
30
BAB III METODOLOGI PENELITIAN A. Waktu dan Tempat Penelitian Waktu penelitian dilaksanakan selama 4 (empat bulan), terhitung sejak bulan Februari hingga Mei 2016. Waktu dari perencanaan sampai pada penulisan laporan hasil penelitian tersebut pada semester II tahun pelajaran 2015/2016. Penelitian ini mengambil lokasi di SD Insan Teladan Parung Bogor yang beralamat Jl. Kalisuren Rt 002/Rw 05 Desa Kalisuren, kecamatan Tajurhalang Kabupaten Bogor.
B. Metode Penelitian dan Rancangan Siklus Penelitian Untuk memperoleh data yang representative dalam pembahasan skripsi ini, digunakan jenis PTK (Penelitian Tindakan Kelas). Penelitian tindakan kelas sering disebut dengan classroom action research, karena jenis penelitian ini mampu menawarkan pendekatan dan prosedur baru yang lebih menjanjikan dampak langsung dalam bentuk perbaikan dan peningkatan professionalisme guru dalam mengelola proses belajar mengajar di kelas. Disamping itu jenis penelitian ini dapat juga diterapkan untuk mengimplementasikan berbagai program di sekolah dengan mengkaji berbagai indikator keberhasilan proses dan hasil pembelajaran yang terjadi pada siswa. Dengan kata lain melalui penelitian tindakan kelas, guru atau pendidik langsung memperoleh “teori” yang dibangunnya sendiri bukan diberikan oleh pihak lain. Berikut ini akan di kemukakan beberapa definisi tentang PTK (Penelitian Tindakan Kelas): 1. Menurut Taggart, bentuk penelitian reflektif diri yang secara kolektif dilakukan oleh peneliti dalam situasi social untuk meningkatkan penalaran dan keadilan praktik pendidikan dan sosial serta pemahaman mengenai praktik. 2. Menurut PGSM Diknas, bentuk kajian yang bersifat reflektif oleh pelaku tindakan, dilakukan untuk meningkatkan kemantapan rasional dari tindakantindakan mereka dalam melaksanakan tugas, memperdalam pemahaman 31
terhadap tindakan yang dilakukan, serta memperbaiki kondisi praktik pembelajaran yang dilakukan. 3. Menurut Kemmis penelitian tindakan kelas adalah untuk menguji cobakan ide-ide ke dalam praktik dalam rangka memperbaiki atau mengubah sesuatu agar memperoleh dampak nyata dari situasi.46 Penelitian ini menggunakan model Kemmis dan Mc. Tanggart. Model ini menggunakan system spiral, satu siklus atau putaran terdiri dari empat komponen, yaitu: perencanaan (planning), aksi/tindakan (acting), observasi dan refleksi (reflecting).47 Dalam penelitian ini, peneliti merencanakan dua siklus, dimana setiap siklus terdiri dari empat tahapan, yaitu: Perencanaan Refleksi
Siklus I
Pelaksanaan
Pengamatan Perencanaan Refleksi
Siklus II
Pelaksanaan
Pengamatan Dan Seterusnya Gambar 3.1 Siklus Penelitian Tindakan Kelas
1. Perencanaan (planning) Pada tahap ini, peneliti menyiapkan rencana pembelajaran (RPP) dan instrumen penelitian. Instrumen penelitian yang digunakan adalah lembar observasi dan penilaian keterampilan membaca. 2.
Tindakan (acting) Pada tahap ini yang dilakukan peneliti, yaitu melaksanakan proses pembelajaran dengan menggunakan model Problem Based Learning sesuai dengan RPP yang yang telah dirancang sebelumnya.
46
Abd. Rozak & Maifalinda Fatra, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014) hlm. 12 47 Samsu Somadayo, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), Cet I, hlm. 40
32
3. Pengamatan (observing) Pada proses pengamatan dilakukan bersamaan dengan proses pelaksanaan tindakan. Pada tahap ini, dilakukan kolaborasi dengan observer untuk mengisi lembar observasi guru dan siswa. Peneliti merencanakan, keterampilan membaca pada siswa kelas IV diamati dengan menyebarkan penilaian keterampilan membaca kepada siswa pada setiap akhir siklus. 4. Refleksi (reflecting) Pada tahap ini, hasil dari pengamatan yang didapat dari lembar observasi dan penilaian keterampilan membaca dianalisis bersama observer sehingga dapat diketahui kekurangan yang ada pada siklus I. Kemudian hasil analisis dapat dijadikan acuan untuk merencanakan tindakan pada siklus II. Dan begitu seterusnya hingga penelitian ini mencapai kriteria keberhasilan lalu siklus dihentikan.
C. Subjek Penelitian Subjek dalam penelitian ini adalah siswa kelas IV yang berjumlah 20 siswa. Pihak yang terkait dalam penelitian ini adalah peneliti dan wali kelas IV. Guru selain menjelaskan materi, juga ikut berpartisipasi dalam mengamati aktivitas siswa, sedangkan observer bertugas mengamati dan mencatat sikap detail aktivitas guru (peneliti) dan siswa di kelas pada lembar observasi.
D. Peran dan Posisi Peneliti dalam Penelitian Pada
penelitian
ini
peneliti
berperan
langsung
sebagai
perencana
pembelajaran, pembuat instrumen penelitian, pelaksana proses pembelajaran dan pembahas hasil penelitian. Dalam proses pembelajaran peneliti di bantu oleh seorang kolaborator yang berfungsi sebagai observer kegiatan pelaksanaan pembelajaran keterampilan membaca dengan menggunakan model Problem Based Learning.
E. Tahapan Intervensi Tindakan Penelitian tindakan kelas ini direncanakan dalam dua siklus. Hal ini dimaksudkan untuk melihat bagaimana keterampilan membaca siswa kelas IV pada setiap siklus setelah diberikan tindakan. Jika pada penelitian siklus I terdapat 33
perkembangan maka diberikan pada siklus II lebih diharapkan pada perbaikan dan penyempurnaan terhadap hal-hal yang dianggap kurang pada siklus I. 1. Penelitian Pendahuluan a. Observasi kegiatan belajar mengajar Pada kegiatan ini peneliti mengamati aktivitas pembelajaran bahasa Indonesia pada materi membaca di kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor. b. Penilaian keterampilan membaca Penilaian dilakukan setelah melakukan tindakan pada siklus I untuk mengetahui kemampuan siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor terhadap pelajaran membaca pada pelajaran bahasa Indonesia. Hal ini bertujuan untuk mengetahui kondisi kemampuan membaca dalam belajar bahasa Indonesia. 2. Siklus I a. Tahap Perencanaan 1) Pembuatan rencana pembelajaran (RPP) I dengan model PBL (Problem Based Learning) 2) Penentuan materi membaca dengan mampu membaca teks pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat , menjelaskan isi teks pengumuman serta mampu menyimpulkan teks pengumuman dengan baik. b. Tahap Tindakan 1) Pelaksanaan pembelajaran dengan model PBL 2) Pembelajaran siklus I terdiri dari dua kali pertemuan 3) Pada saat proses pembelajaran, menggunakan metode membaca dalam hati, membaca bersuara, tanya jawab, dan diskusi. 4) Pada setiap pertemuan observer melakukan pengamatan dengan mengisi lembar observasi yang telah disediakan sebelumnya. c. Tahap Analisis dan Evaluasi 1) Penilaian kemampuan membaca dengan siswa dilakukan setelah siklus I selesai dilaksanakan. 2) Tujuan dari penilaian keterampilan membaca adalah untuk mengetahui perubahan yang ada pada siswa dari segi keterampilan membaca siswa dalam belajar bahasa Indonesia. 34
d. Tahap Refleksi 1) Pada tahap refleksi dilakukan analisis kekurangan-kekurangan yang ada pada siklus I. 2) Analisis didiskusikan dengan observer, kemudian dibuat perbaikanperbaikan berdasarkan kekurangan yang ada. 3) Hasil analis tersebut akan menjadi acuan baru dalam menyusun RPP baru pada siklus II. 3. Siklus II a. Tahap Perencanaan 1) Pembuatan RPP II dengan melihat hasil refleksi dari siklus I. 2) Peneliti berdiskusi dengan observer dalam pembuatan RPP. 3) Materi pada siklus II adalah membaca dengan mampu membaca teks pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat serta memilih kalimat utama pada teks pengumuman dengan baik. b. Tahap Tindakan 1) Pelaksanaan pembelajaran melalui PBL (Problem Based Learning). 2) Dalam pelaksanaannya, tindakan kedua ini tidak jauh berbeda dengan tindakan I c. Tahap Analisis dan Evaluasi 1) Penilaian keterampilan membaca untuk mengetahui perubahan yang terjadi pada siswa dengan membandingkan hasil penilaian keterampilan membaca pada siklus I. 2) Hasil penilaian keterampilan membaca dianalisis dengan menggunakan metode yang sama pada tahap analisis siklus I. 3) Menganalisis hasil lembar observasi dan membandingkan dengan siklus I. d. Tahap Refleksi 1) Mengevaluasi perkembangan setelah dilakukan tindakan kedua ini dengan melihat hasil dari lembar observasi, penilaian keterampilan membaca. Berdiskusi dengan observer terhadap hasil yang didapat dalam setiap instrumen penelitian. 2) Mengidentifikasi penyebab ketidak berhasilan penelitian pada siklus II. 3) Membandingkan hasil sebelum tindakan dan sesudah tindakan. 35
F. Hasil Intervensi Tindakan yang Diharapkan Menurut E. Mulyasa, seorang peserta didik dipandang tuntas belajar jika ia mampu menyelesaikan, menguasai kompetensi atau mencapai tujuan pembelajaran minimal 65% dari seluruh tujuan pembelajaran. Sedangkan keberhasilan kelas dilihat dari jumlah peserta didik yang mampu menyelesaikan atau mencapai minimal 65%, sekurang-kurangnya 85% dari jumlah peserta didik yang ada di kelas tersebut. 48 Untuk itu penelitian tindakan kelas ini dihentikan apabila hasil penilaian keterampilan membaca siswa 85% mencapai nilai KKM 75, dan aktivitas pembelajaran keterampilan membaca sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran model Problem Based Learning mencapai kategori baik. Hasil yang diharapkan dari penelitian ini adalah meningkatnya keterampilan membaca kelas IV dalam belajar Bahasa Indonesia dengan model PBL (Problem Based Learning). G. Data dan Sumber Data Data yang diperoleh berupa nilai keterampilan membaca siswa dan aktivitas siswa dan guru terhadap model Problem Based Learning. Tabel 3.1 Jenis Data, Instrumen dan Sumber data
Jenis Data
Sumber Data
Wawancara (Pra Siklus)
Guru kelas
Aktivitas guru dan siswa
Guru
Membaca pengumuman
&
Kegiatan siswa
Siswa
Instrumen Pedoman wawancara Lembar observasi Penilaian keterampilan membaca Catatan lapangan peneliti
H. Instrumen Pengumpulan Data Instrumen yang digunakan pada penelitian ini adalah instrumen penelitian yang berbentuk studi lapangan akan dilaksanakan dengan:
48
E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan Inovasi), (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. XII, hlm. 99
36
1. Wawancara (Pra Siklus) Wawancara adalah cara pengumpulan data yang dilakukan dengan cara komunikasi langsung verbal. Peneliti dalam melakukan wawancara dapat menggunakan panduan wawancara yang disebut pedoman wawancara. Wawancara dilakukan untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau situasi dan kondisi tertentu terhadap kegiatan tindakan pada pra siklus dengan menggunakan pedoman wawancara. Wawancara juga digunakan untuk mengetahui gambaran umum proses pembelajaran dan masalah-masalah yang terdapat setiap siklus. 2. Penilaian keterampilan membaca Penilaian keterampilan membaca diberikan pada setiap siklus I dan II kepada siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor. Instrumen bertujuan untuk memperoleh skor keterampilan membaca dalam kategori tinggi, sedang, dan rendah. Untuk instrumen skala keterampilan membaca menggunakan skala yang dikembangkan oleh Likert yang digunakan bersifat langsung dan tertutup. Skala likert digunakan untuk mengukur sikap, pendapat, dan persepsi seseorang atau sekelompok orang tentang fenomena sosial. Dalam penelitian, fenomena sosial ini telah ditetapkan secara spesifik oleh peneliti, yang selanjutnya
disebut
sebagai
variabel
penelitian.49
Untuk
keperluan
penyekoran, guru harus menyiapkan rubrik. Aspek yang diskor haruslah terdiri dari ketepatan berbahasa yang dirinci menjadi beberapa subkomponen.50 Adapun penjabaran masing-masing aspek penilaian keterampilan membaca, indikator dan tiap skor dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.2 Kisi-Kisi Instrumen Penilaian Keterampilan Membaca Aspek yang Dinilai No 1
Ketepatan dalam intonasi. a. Terdapat variasi irama dan tekanan b. Terdapat variasi tetapi masih terdapat penggunaan tekanan kurang tepat.
49
Kategori
Skor
Sangat baik Baik
5 4
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, cv, 2012), Cet. III, hlm. 136 50 Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta: BPFE,2010), hlm. 391
37
c. Terdapat variasi tetapi penggunaan tekanan sering tidak tepat. d. Irama dan tekanan monoton.
2
Cukup
3
Kurang
2
e. Tidak menggunakan variasi irama dan tekanan. Ketepatan dalam pelafalan
Sangat kurang
1
a. Tidak terdapat kesalahan dalam pelafalan.
Sangat baik
5
Baik
4
Cukup
3
Kurang
2
Sangat kurang
1
Sangat baik
5
Baik
4
Cukup
3
Kurang
2
Sangat kurang
1
a. Dapat dijangkau oleh semua pendengar dari awal sampai akhir. b. Dapat dijangkau oleh sebagian pendengar namun masih kurang maksimal. c. Dapat dijangkau oleh sebagian pendengar.
Sangat baik
5
Baik
4
Cukup
3
d. Hanya dapat dijangkau pada kata-kata tertentu saja oleh pendengar. e. Sangat lemah suaranya tidak dapat didengar. JUMLAH
Kurang
2
Sangat kurang
1
b. Terdapat satu bagian kalimat yang salah dalam pelafalan. c. Terdapat lebih dari dua bagian kalimat salah dalam pelafalan. d. Terdapat lebih dari tiga bagian kalimat yang salah dalam pelafalan. e. Tidak dapat melafalkan bacaan. 3
Kelancaran dalam membaca a. Lancar dalam membaca. b. Lancar dalam membaca tetapi masih ada bagian yang diulang dalam membaca. c. Ada pengulangan bacaan tetapi nafas teratur. d. Tersendat-sendat dalam membaca banyak pengulangan. e. Tidak lancar sama sekali dalam membaca.
4
Kenyaringan suara
20
3. Lembar observasi Observasi atau pengamatan digunakan sebagai alat penilaian untuk mengukur atau menilai hasil dan proses belajar misalnya tingkah laku siswa
38
pada waktu belajar, tingkah laku guru pada waktu mengajar, kegiatan diskusi siswa, dan partisipasi siswa dalam simulasi.51 Observasi ini bertujuan untuk mengadakan pengamatan lapangan terhadap obyek penelitian. Lembar observasi yang digunakan terdiri dari dua macam, yaitu lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Lembar observasi guru digunakan untuk mengevaluasi kegiatan mengajar guru selama tindakan pada siklus I dan siklus II, sedangkan lembar observasi siswa digunakan untuk mengetahui aktivitas belajar dengan menggunakan model Problem Based Learning. 4. Catatan Harian Peneliti Catatan harian peneliti digunakan untuk mencatat kejadian-kejadian selama proses pembelajaran berlangsung. Catatan harian ini bertujuan untuk mendapatkan informasi mengenai keterampilan membaca pada siswa kelas IV selama proses pembelajaran berlangsung.
I. Teknik Pengumpulan Data Dalam usaha memperoleh data yang memadai dan akurat, maka ditentukan beberapa teknik. Teknik pengumpulan data yang dilakukan penulis dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 3.3 Teknik Pengumpulan Data
No
Instrumen
Teknik Pengumpulan Data
1
Pedoman Wawancara
Peneliti melakukan wawancara kepada guru kelas IV sebelum penelitian dimulai
2
Lembar Observasi
Pengisian lembar observasi yang dilakukan oleh observer pada tiap pertemuan
3
Penilaian Keterampilan
Penilaian keterampilan membaca kepada siswa
Membaca
kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor pada akhir siklus I dan II
4
Catatan Lapangan Peneliti
Pencatatan
kejadian-kejadian
pada
setiap
pertemuan yang dilakukan oleh peneliti 51
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 84
39
J. Teknik Analisis Data Setelah data dari lapangan terkumpul dengan menggunakan metode pengumpulan data di atas yang diperoleh dari instrumen penelitian, maka peneliti akan mengolah dan menganalisis data tersebut dengan menggunakan analisis secara deskriptif-kualitatif. Data yang telah diperoleh harus diolah dengan menggunakan statistik yang harus melewati beberapa tahap, meliputi:
1. Penilaian Keterampilan Membaca Penelitian tindakan kelas ini menggunakan analisis secara deskriptif. Pada penilaian keterampilan membaca, pemberian makna atau responden dicapai melalui acuan tertentu. Salah satu cara untuk memberi interpretasi terhadap skor individual dalam skala ranting yang dijumlahkan dengan membandingkan skor responden dengan skor kelompoknya. Berikut metode analisis data hasil keterampilan membaca siswa: a. Ketuntasan individu Untuk mengetahui hasil akhir siklus penilaian keterampilan membaca siswa, dianalisis secara deskriptif kualitatif dengan menggunakan percentages correction. Rumus ketuntasan individu dapat dihitung dengan cara sebagai berikut:52 R S
= N
Keterangan: S
= nilai yang diharapkan (dicari)
R
= jumlah skor dari item/ soal yang dijawab benar
N
= skor maksimal dari tes tersebut Indikator keberhasilan siswa dikatakan tuntas belajar jika siswa
memperoleh nilai sesuai atau lebih besar dari Kriteria Ketuntasan Minimal (KKM) yaitu minimal 75.
52
M.Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 2002), Cet. XII, hlm. 112
40
b. Ketuntasan klasikal Ketuntasan klasikal dapat dihitung dengan rumus:
Persentase = jumlah peserta didik tuntas belajar x 100% jumlah seluruh peserta didik
Ketuntasan belajar klasikal dinyatakan berhasil jika persentase siswa yang tuntas belajar atau nilai siswa lebih besar atau sama dengan 85% dari jumlah seluruh siswa di kelas. 2. Lembar Observasi Pada instrumen lembar observasi, observasi yang digunakan adalah observasi tertutup. Observasi dilakukan oleh observer selama proses pembelajaran. Lembar observasi terbagi menjadi dua macam, yaitu lembar observasi guru dan lembar observasi siswa. Data yang dikumpulkan pada setiap kegiatan observasi dari pelaksanaan siklus penelitian dianalisis secara deskriptif. Pada setiap lembar observasi, tahapan analisis dilakukan dengan menjumlahkan nilai-nilai yang ada dan membandingkan dengan nilai yang ada pada observasi sebelumnya. Kemudian untuk pengelolaan lembar observasi dikategorikan dalam klasifikasi sangat baik, baik, cukup, kurang baik, dan sangat kurang baik.
K. Pengembangan Perencanaan Tindakan Setelah tindakan siklus I selesai dilaksanakan dan hasil yang diharapkan belum mencapai kriteria keberhasilan yang telah ditentukan maka akan ditindak lanjuti dengan melakukan siklus II dengan perencanaan pembelajaran yang telah diperbaiki sebelumnya, dan begitu seterusnya hingga hasilnya mencapai kriteria yang ditentukan dan sikluspun dapat dihentikan. Penelitian ini akan berakhir, apabila penelitian ini telah menunjukkan keberhasilan proses pembelajaran dengan menggunakan model PBL (Problem Based Learning) dalam meningkatkan keterampilan membaca dalam belajar bahasa Indonesia.
41
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN PENELITIAN A. Deskripsi Data Hasil Pengamatan (Pra Siklus) Sebelum kegiatan penelitian dilakukan, peneliti berkonsultasi terlebih dahulu dengan kepala sekolah dan guru bahasa Indonesia di kelas IV tentang perkembangan siswa dalam pelajaran bahasa Indonesia khususnya pada pelajaran membaca. Setelah peneliti mendapatkan gambaran tentang perkembangan siswa dalam pembelajaran bahasa Indonesia pada materi membaca pengumuman, maka peneliti mulai mengadakan kegiatan penelitian, kegiatan ini dilakukan pada hari Senin, tanggal 23 Mei 2016. Peran peneliti pada sekolah tersebut sebagai guru mata pelajaran bahasa Indonesia di kelas IV. Untuk menentukan kelas yang akan dijadikan objek peneliti, peneliti melakukan diskusi dengan kepala sekolah dan kelas yang menjadi objek peneliti adalah kelas IV yang memiliki kemampuan cukup baik. Hal ini karena kelas IV merupakan kelas yang tepat untuk dijadikan objek penelitian. Kelas yang menjadi objek penelitian berjumlah 20 siswa, yang terdiri dari 12 siswa perempuan dan 8 siswa laki-laki. Sebagian besar siswa terlihat kurang antusias selama proses pembelajaran berlangsung, terutama jika pembelajaran sudah pada tahap membaca, mereka cenderung malas dan kurang memperhatikan guru atau teman yang sedang membaca, sehingga hasil keterampilan membaca mereka belum mencapai kompetensi yang diharapkan. Berdasarkan pengamatan atau catatan lapangan guru pada kegiatan pra penelitian tindakan kelas diawali dengan mengamati proses pembelajaran di kelas IV. Pada tanggal 19 Mei 2016 guru mulai mengamati proses pembelajaran bahasa Indonesia di kelas IV. Berdasarkan pengamatan yang dilakukan dalam pembelajaran guru melihat bahwa pada kegiatan pembelajaran ini hanya menggunakan metode ceramah dan pengajaran hanya berpusat pada guru, siswa tidak diberikan kesempatan untuk membangun pengetahuannya sendiri dan memecahkan masalah. Pada saat guru memberikan ceramah siswa tidak terfokus untuk memperhatikan apa yang disampaikan guru, pada saat guru memberi kesempatan untuk membaca, beberapa siswa ada yang mengobrol dan malas untuk membaca. Melihat keadaan ini, guru 42
melihat bahwa model yang digunakan kurang tepat. Untuk mengetahui kondisi tersebut maka dilakukan suatu tindakan kelas dalam meningkatkan keterampilan membaca dengan model PBL (Problem Based Learning). Sesuai dengan kesepakatan kolaborator dan guru, penelitian dilakukan sesuai dengan jadwal pelajaran bahasa Indonesia dengan materi membaca pengumuman. Adapun jadwal pelajaran bahasa Indonesia ditunjukkan dalam tabel berikut: Tabel 4.1 Jadwal Mata Pelajaran Kelas IV
Kelas
Hari
Jam ke
Waktu
IV
Selasa
1,2
07.40-08.50
Rabu
3,4
08.50-09.25/ 09.55-10.30
Kamis
5,6
10.30-11.40
1. Tindakan Pembelajaran Siklus I a. Tahap Perencanaan Pembelajaran pada siklus I terdiri dari 2 kali pertemuan yang berdurasikan 2 x 35 menit, materi yang di ajarkan pada siklus I ini adalah membaca pengumuman. Kegiatan yang dilakukan pada tahap siklus ini adalah peneliti membuat RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajaran). Dengan pokok bahasan membaca isi teks pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat. Untuk menunjang proses pembelajaran peneliti menyiapkan alat media pembelajaran berupa teks pengumuman. Selain itu peneliti juga menyiapkan lembar observasi untuk setiap pertemuan dan penilaian keterampilan membaca yang akan diberikan kepada siswa pada akhir siklus. b. Tahap Pelaksanaan Pada pelaksanaan yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi tiga tahap, tahap pendahulan, tahap kegiatan inti, dan tahap penutup. Tahap ini merupakan pelaksanaan model PBL (Problem Based Learning). Pada tahap pendahuluan, guru menyampaikan salam pembuka, berdo‟a, melakukan tanya jawab yang mengarah pada materi membaca 43
pengumuman, pengaturan kelas dengan membagi siswa ke dalam beberapa kelompok, selain itu guru juga memberikan motivasi serta menyampaikan tujuan pembelajaran kepada siswa. Sedangkan, pada tahap kegiatan inti ini, meliputi: 1) Guru menyampaikan materi pembelajaran dan meminta siswa untuk membaca teks pengumuman yang diberikan. 2) Guru memancing siswa untuk mencoba berpendapat tentang teks yang diberikan. 3) Guru memberikan penjelasan kepada siswa dan mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan. 4) Siswa berdiskusi dalam kelompoknya mengenai teks pengumuman yang diberikan. 5) Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing siswa di dalam kelompok untuk membaca teks pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat dihadapan teman-temannya. 6) Guru menilai siswa dari aspek intonasi, pelafalan, kelancaran, dan kenyaringan siswa dalam membaca teks pengumuman. Tahap penutup dalam pembelajaran membaca pengumuman adalah guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran, guru memberikan informasi materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya, guru memberikan teks pengumuman untuk pertemuan selanjutnya kepada siswa agar siswa membacanya. c. Observasi 1) Obesrvasi Guru Observasi dilakukan oleh peneliti dan observer, tujuannya untuk mengetahui aktivitas guru selama proses kegiatan pembelajaran melalui model Problem Based Learning. Berdasarkan data yang dihasilkan terkait kegiatan guru, guru melakukan setiap langkah dalam RPP. Sesuai dengan data yang di peroleh pada pertemuan pertama dan kedua, guru kurang memberi motivasi kepada siswa, kurang memberi kesempatan siswa untuk bertanya, kurangnya 44
interaksi antara siswa dengan guru, dan guru masih kurang baik dalam membimbing siswa berdiskusi. Selain itu, dimana guru sebagai fasilitator sudah cukup menempatkan fungsinya sebagaimana mestinya, mengajak siswa membaca serta menyimpulkan materi dengan cukup baik, guru juga sudah baik dalam menjelaskan dan menguasai materi pembelajaran. Dari data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan pada setiap pertemuannya. Sehingga pada siklus I guru mencapai kategori baik. 2) Observasi Siswa Observasi dilakukan oleh peneliti dan observer, tujuannya untuk mengetahui aktivitas siswa selama proses kegiatan pembelajaran melalui model Problem Based Learning. Untuk hasil observasi terhadap siswa pada siklus I pertemuan pertama dan kedua dapat dideskripsikan sebagai berikut. Berdasarkan hasil observasi pada siklus I dapat dideskripsikan bahwa siswa belum terbiasa belajar dengan menggunakan model Problem Based Learning, terlihat dari beberapa siswa yang belum terbiasa dalam belajar berkelompok dan memecahkan masalah bersama kelompoknya. Sesuai dengan data yang di peroleh
pada pertemuan pertama dan kedua, siswa masih kurang dalam
menghargai pendapat orang lain dan juga interaksi antara guru dengan siswa terlihat kurang, sehingga setiap kelompok juga belum terlihat kompak dalam berdiskusi memecahkan masalah. Selain itu, siswa cukup antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, menemukan masalah dengan cukup baik, berpendapat dan menjawab pertanyaan dengan baik. Hal ini tampak ketika guru membagi siswa dalam beberapa kelompok. Semua siswa mulai mengikuti pembelajaran dengan serius, ketika guru memberi kesempatan untuk membaca di depan kelas, sebagian siswa cukup antusias dan berlomba-lomba untuk dapat membaca di depan kelas. Namun, ada beberapa siswa yang menolak untuk membaca di hadapan temantemannya. Hal ini dikarenakan setiap kelompok tidak terlihat kompak dalam berdiskusi, ada beberapa siswa juga yang tidak menghargai pendapat teman kelompoknya dan malu untuk mengungkapan pertanyaan atau menanyakan 45
materi pelajaran yang belum jelas. Terdapat sedikit peningkatan pada pertemuan pertama dan kedua, hal ini menunjukkan bahwa aktivitas belajar siswa belum sempurna, sehingga aktivitas pembelajaran pada siklus I sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning dan mencapai kategori cukup baik. 3) Penilaian Keterampilan Membaca Melengkapi data pada tahap observasi ini, peneliti juga melakukan peniliaian keterampilan membaca yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keterampilan membaca siswa setelah diberikan tindakan melalui Problem Based Learning pada siklus I. Data hasil penilaian ini merupakan data penentu keterampilan membaca siswa. Hasil penilaian keterampilan membaca siswa pada siklus I sebagai berikut. Hasil keterampilan membaca siswa dapat dijelaskan bahwa dari 20 siswa terdapat 14 siswa yang termasuk tuntas yaitu mereka yang mencapai nilai minimal 75. Sementara ada 6 siswa yang termasuk dalam kategori belum tuntas yaitu mereka yang mencapai nilai kurang dari standar KKM (Kriteria Ketuntasan Minimal) 75. Hasil penilaian keterampilan membaca pada siklus I memperlihatkan adanya beberapa siswa yang masih kurang dalam membaca. Kekurangan ini dapat diamati pada tabel diatas, dimana siswa yang tuntas ada 14 siswa dengan presentase ketuntasan sebesar 70%. Hasil penilaian siklus I menunjukkan adanya hasil yang cukup baik dengan rata-rata kelas 72,50 dan ketercapaian ketuntasan 70% siswa mencapai KKM 75. Berdasarkan data di atas, maka dapat disimpulkan bahwa keterampilan membaca pada siklus I tergolong kategori baik. Namun hasil tersebut belum memenuhi target penelitian yang diharapkan dan masih harus ditingkatkan sehingga perlu diadakan suatu tindakan pembelajaran pada siklus II.
46
d. Tahap Refleksi Tahap ini dilakukan oleh peneliti dan observer setelah melakukan analisis pada siklus I. Berdasarkan hasil analisis pada observasi dan penilaian keterampilan membaca ditemukan beberapa kekurangan yang ada pada siklus I. hasil refleksi tersebut dapat dilihat dari tabel berikut: Tabel 4.2 Hasil Refleksi Tindakan Pembelajaran Siklus I No 1
Kekurangan/ Kendala Guru kurang
Perencanaan Perbaikan Siklus II
memotivasi Guru harus memotivasi siswa untuk
siswa untuk berpendapat.
berpendapat
sebelum
kegiatan
pembelajaran dimulai. 2
Saat
guru
menerangkan Guru harus lebih mengarahkan siswa
pelajaran, guru kurang jelas untuk serius saat sedang memberi menyampaikan pembelajaran penjelasan pembelajaran keterampilan PBL. 3
membaca.
Masih banyak siswa yang Guru harus tegas dalam mengarahkan bermalas-malasan dan malu siswa untuk tidak bermalas-malasan untuk membaca.
4
dan malu dalam membaca.
Masih banyak siswa yang Guru harus memberi ketegasan dan kurang menghargai pendapat mengarahkan siswa untuk menghargai temannya.
pendapat
temannya
sangat
sedang
membaca. 5
Kurangnya kerja sama siswa Guru
harus
dalam kelompok membuat mengarahkan guru
membantu siswa
untuk
dan dapat
kesulitan
untuk berdiskusi serta bekerja sama dalam
menertibkan siswa.
kegiatan pembelajaran keterampilan membaca.
Dengan banyaknya kekurangan yang ada pada siklus I, maka pada perencanaan
siklus
II
diperlukan
berdasarkan hasil refleksi pada siklus I. 47
perbaikan-perbaikan
yang
disusun
2. Tindakan Pembelajaran Siklus II a. Tahap Perencanaan Tahap perencanaan pada siklus II ini dimulai dengan menyiapkan RPP (Rancangan Pelaksanaan Pembelajara), lembar observasi, dan penilaian keterampilan membaca. Pada RPP materi yang dibahas pada siklus II ini adalah membaca pengumuman. Pada siklus II RPP dibuat dalam 2 pertemuan untuk menjelaskan materi dengan menggunakan model PBL. Berdasarkan hasil refleksi siklus I maka proses pembelajaran harus lebih diarahkan. Perbaikan-perbaikan yang ada pada siklus I diterapkan pada siklus II dengan mengubah beberapa peraturan yang terdapat pada siklus I, yaitu: 1) Guru harus memotivasi siswa terutama pada siswa yang kurang aktif untuk berpendapat. 2) Guru harus lebih mengarahkan siswa untuk serius saat sedang memberi penjelasan pembelajaran. 3) Guru harus tegas dalam mengarahkan siswa untuk tidak bermalasmalasan dan malu dalam membaca. 4) Guru harus memberi ketegasan dan mengarahkan siswa untuk menghargai pendapat temannya. 5) Guru harus membantu dan mengarahkan siswa untuk dapat berdiskusi serta bekerja sama dalam kelompoknya. b. Tahap Pelaksanaan Pelaksanaan yang dilakukan pada siklus II merupakan perbaikanperbaikan yang didasarkan pada pelaksanaan yang telah dilakukan pada siklus I. pelaksanaan yang akan dilakukan pada siklus II ini adalah melaksanakan kegiatan pembelajaran membaca pengumuman yang meliputi tiga tahap, yaitu pendahuluan, tahap kegiatan inti, dan tahap penutup. Tahap ini merupakan pelaksanaan model PBL (Problem Based Learning).
48
Tahap pendahuluan ini, guru mengucapkan salam pembuka, berdo‟a, melakukan
pengaturan
kelas,
bertanya
jawab
dengan
siswa
dalam
pembelajaran membaca dipertemuan sebelumnya, menyampaikan tujuan pembelajaran serta memberi motivasi pada siswa. Sedangkan pada tahap kegiatan inti ini, meliputi: 1) Guru meminta siswa membaca teks pengumuman yang diberikan pada pembelajaran sebelumnya. 2) Siswa dalam kelompok mulai berpendapat tentang teks pengumuman yang diberikan. 3) Guru memberikan penjelasan kepada siswa dan mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan. 4) Siswa berdiskusi dalam kelompoknya mengenai teks pengumuman yang diberikan. 5) Guru memberikan kesempatan kepada masing-masing siswa di dalam kelompok untuk membaca teks pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat di hadapan teman-temannya. 6) Guru menilai siswa dari aspek intonasi, pelafalan, kelancaran, dan kenyaringan siswa dalam membaca teks pengumuman. Tahap penutup dalam pembelajaran membaca pengumuman adalah guru bersama siswa menyimpulkan kegiatan pembelajaran, guru menilai hasil pembelajaran membaca pengumuman, guru memberikan kesempatan pada siswa untuk menanyakan kesulitan yang dihadapi dalam membaca. c. Observasi 1)
Observasi Guru Hasil Observasi yang dilaksanakan selama pembelajaran bahasa
Indonesia menggunakan model Problem Based Learning siklus II. Pengamatan dilakukan oleh peneliti dan observer yang mencatat seluruh aktivitas guru selama proses pembelajaran. Berdasarkan data yang dihasilkan pada tabel di atas terkait kegiatan guru, guru melakukan setiap langkah dalam RPP. Sesuai dengan data yang di peroleh pada siklus II pertemuan pertama 49
dan kedua, guru sudah baik dalam memberi motivasi kepada siswa, memberi kesempatan siswa untuk bertanya, interaksi antara siswa dengan guru, dan juga guru cukup baik dalam membimbing siswa berdiskusi. Selain itu, dimana guru sebagai fasilitator sudah sangat baik menempatkan fungsinya sebagaimana mestinya, mengajak siswa membaca serta menyimpulkan materi dengan sangat baik, guru juga dalam menjelaskan dan menguasai materi pembelaran. Dari data tabel di atas dapat disimpulkan bahwa terdapat peningkatan pada setiap pertemuannya.
Sehingga pada siklus II guru
mencapai katagori sangat baik. 2)
Observasi Siswa Hasil Observasi yang dilaksanakan selama pembelajaran bahasa
Indonesia menggunakan model Problem Based Learning untuk hasil observasi terhadap siswa pada siklus II pertemuan pertama dan kedua dapat dideskripsikan sebagai berikut. Berdasarkan hasil observasi pada siklus II dapat dideskripsikan bahwa aktivitas belajar siswa dengan menggunakan model Problem Based Learning sudah menunjukkan hasil yang semakin baik. Siswa sudah tampak terbiasa dalam belajar berkelompok dan memecahkan masalah bersama kelompoknya. Sesuai dengan data yang di peroleh pada pertemuan pertama dan kedua, siswa sangat antusias dalam mengikuti proses pembelajaran, menemukan masalah dengan baik, berpendapat dan menjawab pertanyaan dengan cukup baik. Peningkatan yang cukup memuaskan juga tampak dari sikap siswa dalam menghargai pendapat orang lain dan juga interaksi antara guru dengan siswa terlihat semakin baik, sehingga setiap kelompok terlihat kompak dalam berdiskusi memecahkan masalah. Hal ini tampak ketika guru membagi siswa dalam beberapa kelompok. Semua siswa mulai mengikuti pembelajaran dengan antusias dan serius, ketika guru memberi kesempatan untuk membaca di depan kelas, semua kelompok sangat antusias dan berlomba-lomba untuk dapat membaca di depan kelas. Tidak ada yang menolak untuk membaca di depan kelas. Keberanian siswa mengungkapkan pendapat hasil diskusi juga meningkat. Hal ini dikarenakan 50
setiap kelompok terlihat kompak dalam berdiskusi, karena beberapa siswa sudah cukup baik dalam menghargai pendapat teman kelompoknya dan tidak malu untuk mengungkapan pertanyaan atau menanyakan materi pelajaran yang belum jelas. Siswa telah Nampak benar-benar mandiri dalam mengerjakan tugas bersama kelompoknya, dengan sesekali tetap bertanya pada guru jika mengalami kesulitan. Terdapat peningkatan yang memuaskan pada pertemuan pertama dan kedua, hal ini berbeda dengan pertemuan siklus I. Sehingga aktivitas pembelajaran pada siklus II sudah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning dan mencapai kategori sangat baik. 3)
Penilaian Keterampilan Membaca Melengkapi data pada tahap observasi ini, peneliti juga melakukan
peniliaian keterampilan membaca yang bertujuan untuk mengetahui tingkat keterampilan membaca siswa setelah diberikan tindakan melalui Problem Based Learning pada siklus II. Data hasil penilaian ini merupakan data penentu keterampilan membaca siswa. Hasil penilaian keterampilan membaca siswa pada siklus II sebagai berikut. Berdasarkan hasil penilaian keterampilan membaca bahasa Indonesia dari 20 siswa ada 18 siswa yang tuntas yaitu yang memiliki nilai lebih dari standar KKM Kriteria Ketuntasan Minimal) 75. Siswa yang mendapat nilai di bawah standar Kriteria Ketuntasan Minimal ada dua orang siswa dengan nilai 50 dan 55 yang berada di bawah KKM. Hasil penilaian keterampilan membaca pada siklus II menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik. Peningkatan ini dapat dilihat pada tabel di atas, dimana siswa yang terampil dalam membaca dalam kategori tuntas ada 18 siswa dengan rata-rata 83,75 ketuntasan sebesar 90% siswa mencapai KKM 75 hasil tersebut pada siklus I hanya 14 siswa dengan prosentase ketuntasan sebesar 70%. Dari hasil siklus I sampai dengan siklus II mengalami peningkatan 20%.
51
Dengan adanya peningkatan ini, proses pembelajaran penerapan model PBL (Problem Based Learning) telah berhasil membuat perubahan yang signifikan selama siswa belajar bahasa Indonesia dan kerja sama dalam memecahkan masalah dalam berkelompok sudah semakin terlihat dengan sikap siswa yang ditunjukkan selama proses pembelajaran berlangsung, mereka ikut terlibat dalam belajar seperti aktif bertanya, menghargai pendapat teman dan berpartisipasi dalam kerja kelompok. Kemampuan belajar siswa terhadap bahasa Indonesia sudah semakin meningkat, bahkan 90% siswa termasuk dalam kategori kemampuan membaca sangat baik. Penerapan model PBL (Problem Based Learning) membuat siswa lebih tertarik untuk belajar bahasa Indonesia khususnya membaca sehingga selama proses pembelajaran tidak terlihat adanya siswa yang bermalasmalasan membaca, malu berpendapat dan bertanya. d. Tahap Refleksi Dalam proses pembelajaran penerapan model Problem Based Learning telah berhasil membuat siswa lebih antusias, turut aktif, lebih bekerja sama selama belajar bahasa Indonesia. Siswa yang tidak menghargai temannya dalam berpendapat dan membaca di depan kelas perlahan mulai dapat menghargai temannya dan siswa yang masih malu-malu dalam berpendapat dan bertanya mulai dapat mengikuti pembelajaran dengan baik yang ditunjukkan selama proses pembelajaran berlangsung, mereka ikut terlibat dalam belajar seperti aktif bertanya dan berpartisipasi dalam kerja kelompok. Penerapan model Problem Based Learning membuat siswa lebih tertarik untuk belajar bahasa Indonesia khususnya membaca sehingga siswa selama proses pembelajaran tidak terlihat ada yang bermalas-malasan membaca, malu untuk berpendapat dan bertanya. Dengan adanya data-data yang mengarah pada meningkatnya kemampuan membaca, maka penelitian ini dihentikan pada siklus II dan dianggap penerapan model PBL (Problem Based Learning) ini dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas IV terhadap pelajaran bahasa Indonesia khususnya membaca. 52
B. Analisis Data Tahap analisis dimulai dengan membaca keseluruhan data yang di dapat peneliti dari berbagai siklus. Diantaranya sebagai berikut: 1. Lembar Observasi Siswa Lembar observasi digunakan untuk menganalisis dan merefleksi setiap siklus. Hasil dari observasi siswa tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.3 Hasil Analisis Observasi Aktivitas Siswa Siklus I dan II No
I
II
III
IV
V
Aspek Yang Diamati
Pertemuan ke Siklus I Siklus II 1 2 1 2
Fase 1 (Orientasi siswa pada masalah) 1. Siswa tampak antusias mengikuti proses 3 4 pembelajaran 2. Siswa membentuk kelompok heterogen yang 3 4 terdiri dari 4-5 orang Fase 2 (Mengorganisasikan siswa) 3. Siswa menemukan masalah yang terdapat pada 3 3 teks bacaan 4. Siswa menjawab pertanyaan dengan tepat 3 3 ketika berlangsungnya pembelajaran 5. Siswa menyebutkan pendapat dengan jelas 3 3 masalah yang terdapat dalam teks bacaan 6. Siswa menghargai pendapat orang lain 2 3 7. Siswa memperhatikan materi yang di 3 3 sampaikan guru Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok) 8. Siswa mengoptimalkan interaksi antara siswa 2 3 dan guru dengan kerja kelompok 9. Siswa terlibat langsung dalam kegiatan di 3 3 kelas selama proses pembelajaran 10. Siswa bekerja sama dalam memecahkan 2 2 permasalahannya dengan cepat Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya) 11. Siswa membaca teks bacaan dalam kelompok 3 3 12. Siswa membacakan hasil temuan kelompok 3 3 terhadap kelompok lain Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah) 13. Siswa menyimpulkan pelajaran yang di 3 3 terimanya 14. Siswa melaksanakan tes tulis 3 3 15. Siswa menilai dan memperbaiki pekerjaannya 3 3 53
4
4
4
4
4
4
3
4
3
4
3 4
4 5
4
5
4
5
3
4
4 4
5 4
4
4
4 4
5 5
Dari hasil skor pada lembar observasi yang dicapai pada siklus I terlihat bahwa aktivitas belajar siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning dan tergolong pada kategori cukup baik. Akan tetapi pada siklus II, aktivitas belajar siswa terhadap pelajaran bahasa Indonesia mengalami peningkatan, yaitu sudah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning dan tergolong kategori sangat baik. Dan peningkatan yang terlihat jelas ada pada aspek membaca teks bacaan bersama kelompoknya. Hal ini membuktikan bahwa pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa dalam pelajaran bahasa Indonesia. Dari hasil lembar observasi siswa dapat disajikan dalam gambar berikut: 140 120 100 80
Sangat Baik
60
Cukup Baik
40 20 0 Siklus I
Siklus II
Gambar 4.1 Diagram Hasil Lembar Observasi Siswa Pada Siklus I dan Siklus II
Diagram di atas, menunjukkan adanya peningkatan kegiatan siswa setelah diterapkannya model Problem Based Learning. Jika dilihat dari diagram tersebut, pada siklus I kegiatan siswa tergolong pada kategori cukup baik. Sedangkan pada hasil kegiatan guru siklus II ini meningkat menjadi kategori sangat baik. 2. Lembar Observasi Guru Lembar kegiatan guru diberikan kepada guru setiap pertemuan pada setiap siklusnya, akhir siklus I dan akhir siklus II. Hasil dari observasi guru tersebut dapat dilihat pada tabel berikut: 54
Tabel 4.4 Hasil Analisis Observasi Aktivitas Guru Siklus I dan II
No
Aspek Yang Diamati
Pertemuan Ke Siklus I Siklus II 1 2 1 2
I
Fase 1 (Orientasi siswa pada masalah) 1. Guru memberi motivasi kepada siswa 2 3 4 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 3 4 4 3. Guru mengelompokkan siswa ke dalam 3 4 4 beberapa kelompok masing-masing terdiri dari 4-5 orang II Fase 2 (Mengorganisasikan siswa) 4. Guru membagikan teks bacaan kepada siswa 4 4 4 5. Guru membimbing siswa untuk berpendapat 3 4 4 6. Guru memberi kesempatan kepada siswa 2 3 4 untuk bertanya tentang materi pelajaran yang belum di pahami 7. Guru menguasai materi pembelajaran 3 4 4 8. Guru menjelaskan materi pembelajaran 3 4 4 III Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok) 9. Guru mengoptimalkan interaksi antara siswa 2 3 4 dan guru dengan kerja kelompok 10. Guru mengajak siswa untuk membaca teks 3 4 4 bacaan 11. Guru membimbing siswa dalam kegiatan 2 3 3 diskusi 12. Guru menjadi fasilitator dalam pembelajaran 3 3 4 IV Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya) 13. Guru membimbing siswa untuk 4 4 4 menyimpulkan pembelajaran di depan kelas V Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah) 14. Guru memberikan tugas kepada siswa 3 4 4 15. Guru melaksanakan evaluasi pembelajaran 3 4 4
4 4 4
4 5 4
5 5 5 4 4 4 5
5 5
Berdasarkan data di atas, peningkatan kegiatan guru setiap siklus dapat terlihat lebih jelas pada diagram dibawah ini, maka keseluruhan pada siklus I dan siklus II pada tabel 4.4 divisualisasikan ke dalam sebuah diagram berikut:
55
140 120 100 80 60 40 20 0
Sangat Baik Baik
Siklus I Siklus II Gambar 4.2 Diagram Hasil Lembar Observasi Guru Pada Siklus I dan Siklus II
Diagram di atas, menunjukkan adanya peningkatan kegiatan guru setelah diterapkannya model Problem Based Learning. Jika dilihat dari diagram tersebut, pada siklus I kegiatan guru tergolong pada kategori baik. Sedangkan pada hasil kegiatan guru siklus II ini meningkat menjadi kategori sangat baik. 3. Penilaian Keterampilan Membaca Penilaian keterampilan membaca diberikan pada siswa sebanyak dua kali, yaitu pada akhir siklus I dan siklus II. Berdasarkan analisis hasil keterampilan membaca pada siklus I dan siklus II dapat di lihat pada tabel berikut: Tabel 4.5 Hasil Penilaian Keterampilan Membaca Siklus I dan Siklus II
NO 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14
NAMA RESPONDEN R1 R2 R3 R4 R5 R6 R7 R8 R9 R10 R11 R12 R13 R14 56
SIKLUS I
SIKLUS II
KKM
80 80 75 95 50 75 90 75 55 75 60 75 85 80
85 90 85 100 75 85 100 85 75 80 80 85 95 90
75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75 75
15 16 17 18 19 20
R15 R16 R17 R18 R19 R20 JUMLAH RATA-RATA PERSENTASE TUNTAS
40 60 90 50 75 85 1.450 72,50 70%
50 75 100 55 90 95 1.675 83,75 90%
75 75 75 75 75 75
Hasil penilaian keterampilan membaca pada siklus I belum mencapai hasil yang memuaskan. Siswa yang memperoleh nilai di atas KKM diberikan pengayaan dan siswa yang memperoleh nilai kurang dari KKM diberikan perbaikan atau remedial sehingga diharapkan pada tindakan pembelajaran siklus berikutnya dapat memperoleh hasil yang memuaskan. Berdasarkan data di atas, peningkatan keterampilan membaca setiap siklus dapat terlihat lebih jelas, maka keseluruhan pada siklus I dan siklus II pada tabel 4.5 divisualisasikan ke dalam sebuah diagram berikut: 100% 80% 60%
Sangat Baik
40%
Baik
20% 0% Siklus I Siklus II Gambar 4.3 Diagram Hasil Penilaian Keterampilan Membaca Pada Siklus I dan Siklus II
Hasil penilaian keterampilan membaca pada siklus I menunjukkan adanya 14 siswa dalam kategori tuntas dengan persentase ketuntasan 70% siswa mencapai KKM 75. Pada siklus II peningkatan ini dapat dilihat pada tabel di atas, dimana siswa yang terampil dalam membaca dalam kategori 57
tuntas ada 18 siswa dengan persentase ketuntasan sebesar 90% siswa mencapai KKM 75. Dari hasil siklus I sampai dengan siklus II mengalami peningkatan 20%. C. Interpretasi Hasil Penelitian Hasil pengamatan pada penelitian ini menunjukkan bahwa siswa tertarik pada proses pembelajaran bahasa Indonesia dengan menerapkan model Problem Based Learning. Ketertarikan itu dapat dilihat Selama proses pembelajaran yang akhirnya akan meningkatkan keterampilan membaca siswa dalam belajar bahasa Indonesia. Pada siklus I siswa mulai merasakan adanya sedikit perubahan pada diri siswa, mereka mulai terlihat tidak bermalas-malasan untuk membaca, mulai berani untuk bertanya dan antusias ketika guru meminta untuk membaca di depan kelas. Siswa merasakan suasana belajar kelompok dengan senang. Namun, masih ada siswa yang asyik mengobrol dan bermalas-malasan untuk membaca. Pada siklus I masih banyak kekurangan dalam proses pembelajaran sehingga hasil yang diinginkan belum tercapai secara maksimal. Maka hasil dari observasi siswa pada siklus I sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning dan tergolong kategori cukup baik, dengan hasil penilaian keterampilan membaca siswa pada siklus I, siswa yang tuntas ada 14 siswa dengan prosentase ketuntasan sebesar 70% siswa mencapai KKM 75. Hasil penilaian siklus I menunjukkan adanya hasil yang baik dengan rata-rata kelas 72,50. Oleh karena itu, pembelajaran masih terus dilakukan dengan perbaikanperbaikan yang ada. Pada siklus II secara keseluruhan dari observasi siswa sudah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran Problem Based Learning dan tergolong kategori sangat baik telah tercapai kriteria keberhasilan, yaitu dengan hasil penilaian keterampilan membaca siswa dalam kategori tuntas ada 18 siswa dengan prosentase ketuntasan sebesar 90% siswa mencapai KKM 75. Hasil ini menunjukkan adanya peningkatan yang sangat baik dengan rata-rata kelas 83,75. Maka pembelajaranpun dihentikan berdasarkan kriteria keberhasilan tersebut.
58
Berdasarkan hasil observasi dan penilaian keterampilan membaca terlihat bahwa pembelajaran dengan menerapkan model Problem Based Learning dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa dalam belajar bahasa Indonesia. D. Pembahasan Temuan Penelitian Pada pelaksanaannya, penelitian ini dilakukan dalam dua siklus mulai dari 19 Mei 2016 sampai 26 Mei 2016 dari kedua siklus yang telah dilaksanakan terlihat adanya peningkatan hasil membaca siswa dengan penerapan model Problem Based Learning, hal tersebut diperkuat juga dengan peningkatan aktivitas siswa dari siklus ke siklus. Penilaian keterampilan membaca diberikan kepada siswa sebanyak dua kali yaitu tes membaca di akhir siklus. Pada pelaksanaan siklus I terdapat beberapa kendala yang di alami oleh siswa, diantaranya pada saat diskusi banyak siswa yang lebih mengandalkan temannya yang aktif dan pintar, ada juga siswa yang berdiskusi sambil mengobrol, mereka masih terlihat kurang semangat dan bermalas-malasan dalam membaca, ada beberapa siswa juga yang tidak menghargai temannya ketika sedang membaca. Mereka tidak bertanya ketika kesulitan dalam menentukan masalah dalam teks. Hal ini terlihat ketika di awal pelajaran, mereka tampak malas untuk memulai pelajaran sedangkan ketika pelajaran berakhir mereka terlihat senang, maka dengan demikian hasil observasi siswa tergolong cukup baik. Berdasarkan hasil skor rata-rata penilaian membaca pada siklus I yaitu 72,50 adalah sebanyak 14 siswa mencapai ketuntasan yang nilainya memperoleh ≥ 75, jika di persentasekan hanya 70% siswa mencapai KKM 75. Sementara siswa yang membacanya < 75 berjumlah 6 siswa atau sekitar 30%. Dari keterangan di atas angka tersebut belum mencapai kriteria keberhasilan yang diinginkan oleh peneliti yaitu sebesar 85% dengan KKM 75. Dan hasil dari aktivitas siswa pada siklus ini hanya dengan kategori baik. Dapat disimpulkan bahwa pada siklus I ini, keterampilan membaca siswa belum sepenuhnya terbangun. Selain itu, belum tercapainya kriteria tersebut disebabkan karena siswa masih belum terbiasa dengan pembelajaran menggunakan model Problem Based Learning. Oleh karena itu, pembelajaran masih dilanjutkan dengan siklus II. 59
Temuan peneliti pada siklus II menunjukkan adanya perubahan aktivitas pembelajaran siswa yang tergolong sangat baik. Hasil keterampilan membaca siswa juga dapat dilihat dengan nilai rata-rata siswa mengalami peningkatan dari 72,50 menjadi 83,75. Dari data tersebut dapat diketahui bahwa siswa yang memperoleh nilai ≥ 75 dari 14 siswa sekitar 70% menjadi 18 siswa atau 90% siswa mencapai KKM 75. Perolehan hasil aktivitas siswa juga meningkat dari kategori baik menjadi sangat baik. Kondisi ini menunjukkan telah terjadi peningkatan yang signifikan dari tindakan siklus I ke siklus II. Maka disimpulkan bahwa tindakan pada siklus II telah mencapai kriteria keberhasilan yang diinginkan yaitu sebesar 85% dengan KKM 75. Hal ini dapat dilihat pada tabel berikut: Tabel 4.6 Perolehan Statistika Deskriptif dari Hasil Membaca Siklus I dan Siklus II Keterangan
Siklus I
Siklus II
Rata-rata
72,50
83,75
Nilai Tertinggi
95
100
Nilai Terendah
40
50
Berdasarkan uraian di atas, dapat disimpulkan bahwa peningkatan keterampilan membaca siswa diikuti pula dengan peningkatan aktivitas belajar siswa dengan model Problem Based Learning. Oleh karena itu, peneliti memutuskan untuk menghentikan penelitian sampai pada siklus II, karena pada siklus ini hasil penilaian keterampilan membaca siswa telah memenuhi indikator keberhasilan membaca, serta aktivitas pembelajaran guru dan siswa sudah sesuai dengan langkah-langkah model Problem Based Learning.
60
BAB V PENUTUP A. Kesimpulan Berdasarkan deskripsi data dan pembahasan hasil penelitian yang telah diuraikan sebelumnya, hasil penelitian ini dapat disimpulkan bahwa penggunaan model Problem Based Learning dalam pembelajaran bahasa Indonesia khususnya pada membaca dapat meningkatkan keterampilan membaca siswa. Pada siklus I aktivitas pembelajaran siswa dengan model Problem Based Learning tergolong pada kategori cukup baik dan aktivitas mengajar guru mencapai kategori baik. Peningkatan terjadi pada siklus II, aktivitas pembelajaran guru dan siswa tergolong pada kategori sangat baik. Dengan demikian, hasil observasi aktivitas pembelajaran siklus I dan siklus II yang menunjukkan bahwa pembelajaran membaca sudah sesuai dengan langkah-langkah pembelajaran model Problem Based Learning. Cara penerapan model Problem Based Learning dalam membaca dapat dilihat pada hasil penilaian keterampilan membaca, Hasil penilaian keterampilan membaca siklus I dengan rerata yang diperoleh 72,50, 70% siswa mencapai KKM 75. Sedangkan pada siklus II dengan rerata 83,75, 90% siswa mencapaia KKM 75. Maka dari hasil tersebut penerapan model Problem Based Learning meningkatkan keterampilan membaca siswa kelas IV SD Insan Teladan Parung Bogor.
B. Saran Dari kesimpulan di atas sebagai tindak lanjut dari hasil penelitian ini, maka dapat di kemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Pihak sekolah hendaknya memberikan dukungan pada pengembangan Problem Based Learning di sekolah sehingga guru-guru yang lain dapat menerapkan model pembelajaran Problem Based Learning dan membawa siswa dalam pembelajaran yang menyenangkan.
61
2. Setiap pembelajaran sebaiknya guru selalu menganalisis kekurangankekurangan yang ada pada setiap pertemuan sehingga pada pembelajaran selanjutnya akan menjadi lebih baik. 3. Guru hendaknya dapat menciptakan kondisi belajar mengajar yang menyenangkan bagi siswa sehingga tidak merasa bosan dalam mengikuti pembelajaran dan dapat menumbuhkan motivasi belajar siswa. 4. Penggunaan model Problem Based Learning dalam keterampilan membaca dapat mendorong dan menumbuhkan minat membaca siswa, serta siswa khususnya SD Insan Teladan hendaknya dapat menerapkan model Problem Based Learning pada mata pelajaran yang lain, yang dianggap sulit dalam pemecahan masalah.
62
DAFTAR PUSTAKA Alek & Ahmad. H.P. Bahasa Indonesia untuk Peguruan Tinggi. Jakarta: Kencana. Cet. I, 2010. Budinuryanta, dkk. Pengajaran Keterampilan Berbahasa Edisi Dua. Jakarta: Universitas Terbuka. Cet. II, 2008. Cahyani, Isah, dkk. Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD. Bandung: UPI PRESS. Cet. I, 2007. Eggen, Paul, dkk. Strategi dan Model Pembelajaran, Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, Edisi Enam. Jakarta: PT Indeks. Cet. I, 2012. Galih, Purwaning & Muh Darisman. Bahasa Indonesia Kelas IV SD. Bogor: Yudhistira, 2015. Guntur Tarigan, Henry. Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa. Bandung: CV Angkasa. 2015. Iskandarwassid. Strategi Pembelajaran Bahasa. Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. III, 2011. Kemdikbud. Model Pembelajaran Berbasis Masalah/ PBL. Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2013. Kurniasih, Imas. Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru. Jakarta: Kata Pena. Cet. II, 2015. Mulyasa, E. Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan Inovasi). Bandung: PT Remaja Rosdakarya. Cet. XII, 2010. N. Cahyo, Agus. Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler. Yogyakarta: Diva Press, 2013. Nurcholis, Hanif & Mafrukhi. Saya Senang Berbahasa Indonesia Jilid 4 Untuk SD Kelas 4. Jakarta: Erlangga, 2007. Nurgiyantoro, Burhan. Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi. Yogyakarta: BPFE. 2010. Purwanto, M. Ngalim. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. (Bandung: PT Remaja Rosadakarya). Cet. XII, 2002. Rahim, Farida. Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar. Jakarta: PT Bumi Aksara. Cet. II, 2008.
63
Resmini, Novi, dkk. Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi. Bandung: UPI PRESS. Cet. I, 2007. Ridwanudin, Dindin. Bahasa Indonesia. Jakarta: UIN PRESS. Cet. I, 2015. Rozak, Abd & Maifalinda Fatra. Penelitian Tindakan Kelas. Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta. 2014. Sarkiyah, Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Media Kartu di Kelas 1 MI Alkhairaat Uemalingku Kecamatan Ampana Kota. JKTO. Vol. 4, No. 4, 2010. Somadayo, Samsu. Penelitian Tindakan Kelas. Yogyakarta: Graha Ilmu. Cet. I, 2013. Sudarman. Suatu Model Pembelajaran untuk Mengembangkan dan meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah. JJPI, 2007. Sudjana, Nana. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009. Sugiono. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods). Bandung: Alfabeta, cv. Cet. III, 2012. Sugono, Dendy, dkk. Kamus Bahasa Indonesia Sekolah Dasar. Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama. Cet. VI, 2010. Sumantri, Mohamad Syarif. Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar. Jakarta: PT RajaGrafido Persada. Cet. I, 2015. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga. Jakarta: Balai Pustaka, Cet. I, 2001. Trianto. Mendesain Model Pembelajaran Inovatif-Progresif, Konsep Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Ed. I. Jakarta: Kencana Prenada Media Group. Cet. I, 2009. Yamin, Martinis. Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran. Jakarta: GP Press Group. Cet. I, 2013. Zuhriyah, Yani. Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Anak Kelompok B Darul Athfal. 2012 (http://eprints.uny.ac.id/8074/pdf) diakses pada tanggal 26 Oktober 2015 pukul 08.50 WIB
64
RPP (RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN)
Nama Sekolah
: SD Insan Teladan
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: IV/II
Alokasi Waktu
: 2 x 35 Menit
Pertemuan/ Siklus
: 1/ I
A. Standar Kompetensi Membaca 7. Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca pantun. B. Kompetensi Dasar 7.2 Membaca nyaring suatu pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat. C. Indikator : 7.2.1 Membaca isi teks pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat. 7.2.2 Menyimpulkan isi teks pengumuman. 7.2.3 Menjelaskan isi teks pengumuman. D. Tujuan Pembelajaran Melalui pembelajaran Probem Based Learning siswa dapat: 1. Membaca isi teks pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat. 2. Menyimpulkan isi pegumuman. 3. Menjelaskan isi teks pengumuman.
Nilai Karakter : Disiplin, Religious, mandiri, gemar membaca, teliti, tanggung jawab, percaya diri, rasa ingin tahu, tekun, rajin, berani.
65
E. Materi Pembelajaran dan Sumber Pembelajaran Bahasa Indonesia : Membaca Pengumuman. Sumber Pelajaran : Buku Purwaning Galih & Muh Darisman, Bahasa Indonesia Kelas IV SD, Bogor: Yudhistira, 2015 dan Hanif Nurcholis & Mafrukhi, Saya Senang Berbahasa Indonesia Jilid 4 Untuk SD Kelas 4, Jakarta: Erlangga, 2007, dan sumber- sumber
lainnya yang relavan.
F. Pendekatan, Media, Metode 1. Pendekatan
: Berpusat pada siswa
2. Model
: Problem Based Learning (PBL)
3. Media
: Teks pengumuman
4. Metode
: Ceramah, Penugasan dan tanya jawab
G. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama (2 x 35 Menit) Kegiatan
Guru
Pendahuluan Fase 1 (Orientasi siswa kepada masalah). 1. Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai pembelajaran. 2. Melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan untuk mengarahkan siswa kemateri yang akan dipelajari. 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan di capai. 4. Memotivasi siswa dengan memberikan contoh manfaat dari
membaca. Inti
1. Guru membagi siswa ke dalam 4 kelompok. Fase 2 (Mengorganisasikan siswa). 2. Guru memberikan teks pengumuman kepada masingmaisng kelompok. 3. Guru meminta siswa terlebih dahulu untuk mengobservasi teks pengumuman.
66
4. Guru meminta siswa berpendapat tentang teks pengumuman yang telah diberikan. 5. Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada). 6. Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya (jika ada yang bersedia) 7. Guru memberikan penjelasaan tentang teks pengumuman yang diberikan. Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok). 8. Setiap siswa dalam kelompok membaca teks pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat. 9. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya dengan mencari tahu masalah-masalah yang terdapat dalam teks pengumuman. 10. Guru meminta masing-masing kelompok membaca teks pengumuman di depan kelas. Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya). 11. Setiap siswa diberi kesempatan menyimpulkan isi teks pengumuman di depan kelas. Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah) 12. Guru memberikan latihan soal materi yang diajarkan. 13. Siswa mengerjakan latihan soal secara mandiri. 14. Mengecek dan menjelaskan kembali latihan yang telah dikerjakan siswa. 15. Guru memberikan umpan balik tehadap pembelajaran yang diajarkan. Penutup
1. Mempersilakan siswa untuk menyimpulkan materi yang telah diajarkan. 2. Guru memberikan infomasi materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya. 3. Guru menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa
67
penutup (acak). 4. Memberi salam penutup.
H. Penilaian Indikator Pencapaian 7.2.1
Membaca isi teks pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat.
Teknik Penilaian Tes Lisan dan Tertulis
7.2.2 Menyimpulkan isi teks pengumuman.
7.2.3 Menjelaskan isi teks pengumuman.
68
Bentuk Instrumen Essai
Contoh Instrumen Bacalah teks pengumuan dengan lafal dan intonasi yang tepat! Jawablah pertanyaanpertanyaan dan berilakan simpulan pada teks pengumuman yang kamu baca! Jelaskan isi teks pengumuman di hadapan temantemanmu!
A. Bacalah teks pengumuman dibawah ini dengan lafal dan intonasi yang tepat!
Pengumuman Para siswa yang terpilih sebagai duta “Olimpiade Sains Nasional Tingkat SD” diharapkan kedatangannya pada: Hari/ Tanggal : Minggu, 21 November 2010 Waktu
: Pukul 08.00
Tempat
: Ruang laboratorium SD Negeri Mandiri Jaya
Acara
: Pembekalan dan pemantapan materi untuk olimpiade sains Semua siswa diharapkan hadir tepat waktu dengan berpakaian rapih dan
membawa alat tulis masing-masing.
Surabaya, 15 November 2010 Kepala Sekolah
(Tri Asmara)
Sumber: Purwaning Galih & Muh Darisman, Bahasa Indonesia Kelas IV SD, (Bogor: Yudhistira, 2015), hlm. 114
69
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini! 1. Apa isi pengumuman di atas? 2. Siapa yang bertangggung jawab terhadap kegiatan tersebut? 3. Kapan pengumuman itu dibuat? 4. Untuk siapakah pengumuman tersebut? 5. Dimanakah kegiatan tersebut dilaksanakan?
C. Berilah kesimpulan teks pengumuman yang kamu baca!
70
RPP (RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN)
Nama Sekolah
: SD Insan Teladan
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: IV/II
Alokasi Waktu
: 2 x 35 Menit
Pertemuan/ Siklus
: 2/ I
A. Standar Kompetensi Membaca 7. Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca pantun.
B. Kompetensi Dasar 7.2 Membaca nyaring suatu pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat.
C. Indikator : 7.2.4 Menentukan isi pokok teks pengumuman. 7.2.5 Menyebutkan bagian-bagian pengumuman.
D. Tujuan Pembelajaran Melalui pembelajaran Probem Based Learning siswa dapat: 4. Menentukan isi pokok teks pengumuman. 5. Menyebutkan bagian-bagian pengumuman.
Nilai Karakter : Disiplin, Religious, mandiri, gemar membaca, teliti, tanggung jawab, percaya diri, rasa ingin tahu, tekun, rajin, berani.
71
E. Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia : Membaca Pengumuman
F. Pendekatan, Media, Metode 5. Pendekatan
: Berpusat pada siswa
6. Model
: Problem Based Learning (PBL)
7. Media
: Teks pengumuman
8. Metode
: Ceramah, Penugasan dan tanya jawab
G. Sumber Pembelajaran Buku Purwaning Galih & Muh Darisman, Bahasa Indonesia Kelas IV SD, Bogor: Yudhistira, 2015 dan Hanif Nurcholis & Mafrukhi, Saya Senang Berbahasa Indonesia Jilid 4 Untuk SD Kelas 4, Jakarta: Erlangga, 2007, dan sumber- sumber lainnya yang
relavan. H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama (2 x 35 Menit) Kegiatan
Guru
Pendahuluan Fase 1 (Orientasi siswa kepada masalah). 1. Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai pembelajaran. 2. Melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan untuk mengarahkan siswa kemateri yang akan dipelajari. 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan di capai. 4. Memotivasi siswa dengan memberikan contoh manfaat dari membaca. Inti
1. Guru membagi siswa ke dalam 4 kelompok. Fase 2 (Mengorganisasikan siswa). 2. Guru meminta siswa membaca teks pengumuman yang diberikan pada pembelajaran sebelumnya.
72
3. Guru meminta siswa terlebih dahulu untuk mengamati teks pengumuman, kemudian siswa mencatat pokok-pokok teks pengumuman. 4. Guru meminta siswa berpendapat tentang teks pengumuman yang telah diberikan. 5. Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada). 6. Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya (jika ada yang bersedia) Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok). 7. Guru
meminta
siswa
mencari
bagian-bagian
teks
pengumuman. 8. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya dengan mencari tahu apa
saja
bagian-bagian
yang
terdapat
dalam
teks
pengumuman. Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya). 9. Guru meminta siswa menyebutkan bagian-bagian teks pengumuman di depan kelas. Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah) 10. Guru memberikan latihan soal materi yang diajarkan. 11. Siswa mengerjakan latihan soal secara mandiri. 12. Mengecek dan menjelaskan kembali latihan yang telah dikerjakan siswa. 13. Guru memberikan umpan balik tehadap pembelajaran yang diajarkan Penutup
1. Mempersilakan siswa untuk menyimpulkan materi yang telah diajarkan 2. Guru memberikan infomasi materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya 3. Guru menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa
73
penutup 4. Memberi salam penutup
I. Penilaian Indikator Pencapaian
Teknik Penilaian 7.2.4 Menentukan isi pokok Tes Lisan dan teks pengumuman. Tertulis
7.2.5 Menyebutkan bagianbagian pengumuman.
Bentuk Instrumen Essai
Contoh Instrumen Tentukan isi pokok teks pengumuman berdasarkan hasil pengamatanmu! Sebutkan bagianbagian pengumuman yang terdapat pada teks pengumuman yang kamu baca!
74
A. Bacalah teks pengumuman dibawah ini dengan lafal dan intonasi yang tepat!
Pengumuman Diumumkan kepada murid kelas I s.d. V SDN Tanjung bahwa akan diadakan uji coba ujian untuk siswa kelas VI. Uji coba ujian akan dilaksanakan pada tanggal 8 dan 9 Februari 2009. Selama murid kelas VI melaksanakan uji coba ujian, murid kelas I s.d. V belajar sampai pukul 09.00. Selebihnya belajar di rumah. Demikian pengumuman ini disampaikan, harap dipatuhi bersama.
Bogor, 01 Februari 2009 Kepala
SDN
Tanjung
Apud Syarifudin, S. Pd
Sumber: Purwaning Galih & Muh Darisman, Bahasa Indonesia Kelas IV SD, (Bogor: Yudhistira), hlm. 85
75
B. Jawablah pertanyaan-pertanyaan di bawah ini! 1. Apa isi pokok pengumuman itu ? 2. Siapa yang mengeluarkan pengumuman ? 3. Dimana pengumuman itu dikeluarkan ? 4. Manakah bagian kaki dari pengumuman itu ? 5. Ditunjukan kepada siapa pengumuman itu ?
76
Lembar Penilaian Keterampilan Membaca Siswa Selama Proses Pembelajaran Nama/ No. Absen Siswa
:
Kelas/ Semester : IV/ II
Pertemuan/ Siklus
:
Hari/ Tanggal
1 = tidak baik
No
1
2
3
4
2 = kurang baik 3 = cukup
4 = baik
Aspek yang Dinilai
Ketepatan dalam intonasi. a. Terdapat variasi irama dan tekanan b. Terdapat variasi tetapi masih terdapat penggunaan tekanan kurang tepat. c. Terdapat variasi tetapi penggunaan tekanan sering tidak tepat. d. Irama dan tekanan monoton. e. Tidak menggunakan variasi irama dan tekanan. Ketepatan dalam pelafalan a. Tidak terdapat kesalahan dalam pelafalan. b. Terdapat satu bagian kalimat yang salah dalam pelafalan. c. Terdapat lebih dari dua bagian kalimat salah dalam pelafalan. d. Terdapat lebih dari tiga bagian kalimat yang salah dalam pelafalan. e. Tidak dapat melafalkan bacaan. Kelancaran dalam membaca a. Lancar dalam membaca. b. Lancar dalam membaca tetapi masih ada bagian yang diulang dalam membaca. c. Ada pengulangan bacaan tetapi nafas teratur. d. Tersendat-sendat dalam membaca banyak pengulangan. e. Tidak lancar sama sekali dalam membaca. Kenyaringan suara a. Dapat dijangkau oleh semua pendengar dari awal sampai akhir. b. Dapat dijangkau oleh sebagian pendengar namun masih kurang maksimal. c. Dapat dijangkau oleh sebagian pendengar. d. Hanya dapat dijangkau pada kata-kata tertentu saja oleh pendengar. e. Sangat lemah suaranya tidak dapat didengar. JUMLAH 77
: 5 = sangat baik
Skor
5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1 5 4 3 2 1
Ket
Bacalah sebuah teks pengumuman di bawah ini dengan lafal dan intonasi yang tepat!
PENGUMUMAN Teman kita, Doni, sedang sakit. Sekarang, ia dirawat di rumah sakit “Harapan Warga”. Untuk meringankan beban orang tua teman kita itu, kita perlu membantunya. Oleh karena itu, teman-teman dimohon memberikan bantuan berupa uang. Uang tersebut nanti akan disampaikan kepada orang tuanya. Sumbangan dapat di serahkan kepada bendahara kelas, yaitu Rico Permana. Atas bantuan teman-teman, saya mengucapkan terimakasih. Semoga Tuhan membalas Kebaikan teman-teman, amin.
Makasar, 27 Maret 2007
Ketua Kelas, Ahmad Rifai
Sumber: Hanif Nurcholis & Mafrukhi, Saya Senang Berbahasa Indonesia Jilid 4 Untuk SD Kelas 4, (Jakarta: Erlangga), hlm. 158
78
Bacalah sebuah teks pengumuman di bawah ini dengan lafal dan intonasi yang tepat!
SD HARAPAN BANGSA Jl. Pelita Bangsa No. 25 Jambi Telp. (0521) 6787801
PENGUMUMAN Kepengurusan koperasi sekolah Harapan Bangsa masa bakti 2005-2006 akan segera berakhir. Oleh karena itu, akan segera dibentuk pengurus baru. Para siswa yang berminat untuk menjadi pengurus koperasi sekolah masa bakti 20072009 agar segera mengambil formulir pendaftaran kepada Bapak Hasyim. Syarat-syarat untuk menjadi pengurus sudah tertulis dalam formulir pendaftaran. Formulir pendaftaran dapat diambil dua hari setelah pengumuman ini. Formulir harus dikembalikan paling lambat tanggal 20 Desember 2006. Saya mengucapkan terima kasih atas perhatian semua siswa.
Kepala Sekolah,
Rizal Permana, S.Pd.
Sumber: Hanif Nurcholis & Mafrukhi, Saya Senang Berbahasa Indonesia Jilid 4 Untuk SD Kelas 4, (Jakarta: Erlangga), hlm. 139
79
HASIL PENILAIAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS IV SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SIKLUS I Responden
Intonasi
Pelafalan
3 3 R1 3 4 R2 3 4 R3 4 5 R4 3 2 R5 4 3 R6 4 4 R7 4 4 R8 2 4 R9 3 3 R10 2 5 R11 3 4 R12 4 4 R13 4 4 R14 1 2 R15 3 3 R16 4 5 R17 2 2 R18 3 4 R19 4 4 R20 *Keterangan : (1) Sangat Kurang (2) Kurang
Kelancaran Kenyarigan skor Nilai Membaca Suara 5 5 16 80 5 4 16 80 4 4 15 75 5 5 19 95 2 3 10 50 4 4 15 75 5 5 18 90 4 3 15 75 2 3 11 55 4 5 15 75 4 1 12 60 4 4 15 75 5 4 17 85 4 4 16 80 2 3 8 40 3 3 12 60 5 4 17 80 3 3 10 50 4 4 15 75 5 4 17 85 (3) Cukup (4) Baik (5) Sangat Baik
80
Remedial
Tuntas √ √ √ √
√ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √ √
RPP (RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN)
Nama Sekolah
: SD Insan Teladan
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: IV/II
Alokasi Waktu
: 2 x 35 Menit
Pertemuan/ Siklus
: 1/ II
A. Standar Kompetensi Membaca 7. Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca pantun. B. Kompetensi Dasar 7.2
Membaca nyaring suatu pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat.
C. Indikator : 7.2.1
Membaca isi teks pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat.
7.2.6
Memilih kalimat utama pada setiap paragraf bacaan.
D. Tujuan Pembelajaran Melalui pembelajaran Probem Based Learning siswa dapat: 1. Membaca isi teks pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat. 2. Memilih kalimat utama pada setiap paragraf bacaan.
Nilai Karakter : Disiplin, Religious, mandiri, gemar membaca, teliti, tanggung jawab, percaya diri, rasa ingin tahu, tekun, rajin, berani.
E. Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia : Membaca Pengumuman.
81
F. Pendekatan, Media, Metode 1. Pendekatan
: Berpusat pada siswa
2. Model
: Problem Based Learning (PBL)
3. Media
: Teks pengumuman
4. Metode
: Ceramah, Penugasan dan tanya jawab
G. Sumber Pembelajaran Buku Purwaning Galih & Muh Darisman, Bahasa Indonesia Kelas IV SD, Bogor: Yudhistira, 2015 dan Hanif Nurcholis & Mafrukhi, Saya Senang Berbahasa Indonesia Jilid 4 Untuk SD Kelas 4, Jakarta: Erlangga, 2007, dan sumber- sumber lainnya yang
relavan. H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama (2 x 35 Menit) Kegiatan
Guru
Pendahuluan Fase 1 (Orientasi siswa kepada masalah). 1. Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai pembelajaran. 2. Melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan untuk mengarahkan siswa kemateri yang akan dipelajari. 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan di capai. 4. Memotivasi siswa dengan memberikan contoh manfaat dari membaca. Inti
1. Guru membagi siswa ke dalam 4 kelompok. Fase 2 (Mengorganisasikan siswa). 2. Guru meminta siswa membaca teks pengumuman yang diberikan pada pembelajaran sebelumnya. 3. Guru meminta siswa terlebih dahulu untuk mengamati teks pengumuman. 4. Guru meminta siswa berpendapat tentang teks pengumuman yang telah diberikan. 82
5. Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada). 6. Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya (jika ada yang bersedia) Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok). 7. Guru meminta siswa mencari kalimat utama yang terdapat pada teks pengumuman. 8. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya dengan mencari tahu apa saja kalimat utama yang terdapat dalam teks pengumuman. Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya). 9. Guru meminta siswa membacakan kalimat utama yang terdapat pada teks pengumuman di depan kelas. Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah) 10. Guru memberikan latihan soal materi yang diajarkan. 11. Siswa mengerjakan latihan soal secara mandiri. 12. Mengecek dan menjelaskan kembali latihan yang telah dikerjakan siswa. 13. Guru memberikan umpan balik tehadap pembelajaran yang diajarkan Penutup
1. Mempersilakan siswa untuk menyimpulkan materi yang telah diajarkan 2. Guru memberikan infomasi materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya 3. Guru menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa penutup (acak) 4. Memberi salam penutup
83
I. Penilaian Indikator Pencapaian 7.2.4
Membaca isi teks pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat.
7.2.6
Memilih kalimat utama pada setiap paragraf bacaan.
Teknik Penilaian Tes Lisan dan Tertulis
Bentuk Instrumen Essai
Contoh Instrumen Bacalah teks pengumuan dengan lafal dan intonasi yang tepat!
Pilihlah kalimat utama yang terdapat pada setiap paragraf teks pengumuman!
84
A. Bacalah pengumuman di bawah ini! Dan tentukan kalimat utama yang terdapat pada setiap paragraf pengumuman!
SDN 01 KOTA SELAYANG PANDANG Jl. Raya Menara Gading No. 23 Selayang Pandang Telp. (024) 3562478
PENGUMUMAN Keberhasilan pendidikan tidak dapat dipisahkan dari tingkat kedisiplinan semua warga sekolah, termasuk siswa. Oleh karena itu, sekolah perlu membuat tata tertib, termasuk tata tertib siswa. Adapun tata tertib yang dimaksud adalah bahwa semua siswa wajib mematuhi ketentuan-ketentuan, sebagai berikut: berpakaian seragam sekolah dengan kelengkapannya, siswa harus hadir lima menit sebelum pelajaran pertama dimulai, bersikap sopan dan santun, serta menghormati Bapak dan Ibu guru, baik di sekolah maupun di luar sekolah. Jika seorang siswa tidak dapat hadir di sekolah maka pada hari pertama masuk sekolah harus memperlihatkan surat keterangan yang sah, yaitu surat keterangan orang tua/wali atau surat keterangan dokter jika sakit lebih dari dua hari. Untuk itu, semua siswa diharapkan dapat mengikuti tata tertib sekolah yang berlaku. Sekian dan terima kasih. Kepala SD Tunas Muda, Drs. A Rifai Amran
Sumber: Hanif Nurcholis & Mafrukhi, Saya Senang Berbahasa Indonesia Jilid 4 Untuk SD Kelas 4, (Jakarta: Erlangga, 2007), hlm. 113-114
85
No.
Paragraf
1.
Pertama
2.
Kedua
3.
Ketiga
4.
Keempat
Kalimat Utama
86
RPP (RENCANA PELAKSANAAN PEMBELAJARAN)
Nama Sekolah
: SD Insan Teladan
Mata Pelajaran
: Bahasa Indonesia
Kelas/Semester
: IV/II
Alokasi Waktu
: 2 x 35 Menit
Pertemuan/ Siklus
: 2/ II
A. Standar Kompetensi Membaca 7. Memahami teks melalui membaca intensif, membaca nyaring, dan membaca pantun.
B. Kompetensi Dasar 7.2 Membaca nyaring suatu pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat.
C. Indikator : 7.2.7
Menyusun teks pengumuman dengan tepat.
7.2.1 Membaca isi teks pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat.
D. Tujuan Pembelajaran Melalui pembelajaran Probem Based Learning siswa dapat: 1. Menyusun teks pengumuman dengan tepat. 2. Membaca isi teks pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat.
Nilai Karakter : Disiplin, Religious, mandiri, gemar membaca, teliti, tanggung jawab, percaya diri, rasa ingin tahu, tekun, rajin, berani.
87
E. Materi Pembelajaran Bahasa Indonesia : Membaca Pengumuman
F. Pendekatan, Media, Metode 1. Pendekatan
: Berpusat pada siswa
2. Model
: Problem Based Learning (PBL)
3. Media
: Teks pengumuman
4. Metode
: Ceramah, Penugasan dan tanya jawab
G. Sumber Pembelajaran Buku Purwaning Galih & Muh Darisman, Bahasa Indonesia Kelas IV SD, Bogor: Yudhistira, 2015 dan Hanif Nurcholis & Mafrukhi, Saya Senang Berbahasa Indonesia Jilid 4 Untuk SD Kelas 4, Jakarta: Erlangga, 2007, dan sumber- sumber lainnya yang
relavan. H. Langkah-langkah Kegiatan Pembelajaran Pertemuan Pertama (2 x 35 Menit) Kegiatan
Guru
Pendahuluan Fase 1 (Orientasi siswa kepada masalah). 1. Melakukan pembukaan dengan salam pembuka dan berdoa untuk memulai pembelajaran. 2. Melakukan apersepsi dengan mengajukan pertanyaan untuk mengarahkan siswa kemateri yang akan dipelajari. 3. Menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan di capai. 4. Memotivasi siswa dengan memberikan contoh manfaat dari membaca. Inti
1. Guru membagi siswa ke dalam 4 kelompok. Fase 2 (Mengorganisasikan siswa). 2. Guru meminta siswa membaca teks pengumuman yang 88
diberikan pada pembelajaran sebelumnya. 3. Guru meminta siswa terlebih dahulu untuk mengamati teks pengumuman. 4. Guru meminta siswa berpendapat tentang teks pengumuman yang telah diberikan. 5. Mempersilahkan siswa untuk mengajukan pertanyaan (jika ada). 6. Mempersilahkan siswa lain untuk menjawab pertanyaan temannya (jika ada yang bersedia) Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya). 7. Guru meminta masing-masing siswa dalam kelompok membuat teks pengumuman dengan tepat. Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok). 8. Siswa berdiskusi dengan kelompoknya dengan mencari tahu cara membuat teks pengumuman. Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah) 9. Guru meminta siswa membacakan hasil teks pengumuman yang dibuatnya di depan kelas. 10.Guru memberikan umpan balik tehadap pembelajaran yang diajarkan Penutup
1. Mempersilakan siswa untuk menyimpulkan materi yang telah diajarkan 2. Guru memberikan infomasi materi yang akan dipelajari pada pertemuan selanjutnya 3. Guru menunjuk seorang siswa untuk memimpin doa penutup (acak) 4. Memberi salam penutup
89
I. Penilaian Indikator Pencapaian 7.2.7 Menyusun teks pengumuman dengan tepat. 7.2.5
Teknik Penilaian Tes Lisan dan Tertulis
Membaca isi teks pengumuman dengan lafal dan intonasi yang tepat.
Bentuk Instrumen Essai
Contoh Instrumen Buatlah sebuah teks pengumuman dengan tepat! Bacalah teks pengumuan dengan lafal dan intonasi yang tepat!
90
Buatlah sebuah pengumuman dengan tepat! Isi pengumuman tentang menjaga kebersihan di kelas! Kerjakan bersama tema kelompokmu!
91
HASIL PENILAIAN KETERAMPILAN MEMBACA SISWA KELAS IV SEMESTER II TAHUN PELAJARAN 2015/2016 SIKLUS II Responden Intonasi Pelafalan Kelancaran Kenyarigan skor Nilai Remedial Tuntas Membaca Suara 4 4 5 4 17 85 R1 √ 4 5 5 4 18 90 R2 √ 4 4 5 4 17 85 R3 √ 5 5 5 5 20 100 R4 √ 4 3 4 4 15 75 R5 √ 4 4 5 4 17 85 R6 √ 5 5 5 5 20 100 R7 √ 4 4 5 4 17 85 R8 √ 4 3 4 4 15 75 R9 √ 4 4 4 4 16 80 R10 √ 4 4 5 3 16 80 R11 √ 4 4 5 4 17 85 R12 √ 4 5 5 5 19 95 R13 √ 4 5 5 4 18 90 R14 √ 2 3 2 3 10 50 R15 √ 4 3 5 3 15 75 R16 √ 5 5 5 5 20 100 R17 √ 3 3 2 3 11 55 R18 √ 4 5 5 4 18 90 R19 √ 4 5 5 5 19 95 R20 √ *Keterangan : (1) Sangat Kurang (2) Kurang (3) Cukup (4) Baik (5) Sangat Baik
92
LEMBAR OBSERVASI Aktivitas Guru Selama Proses Pembelajaran Kelas/ Semester Indonesia
: IV/ II
Mata Pelajaran
:
Pertemuan/ Siklus
:
Hari/ Tanggal
:
Bahasa
Petunjuk Pengisian: Berikan tanda check list (√) pada kolom sesuai dengan pengamatan anda terhadap keterlaksanaan model Problem Based Learning yang dilaksanakan oleh guru dan siswa. 1 = tidak baik baik No
2 = kurang baik
3 = cukup
Aspek Yang Diamati
4 = baik
Skor 1
I
II
III
IV
V
5 = sangat
Fase 1 (Orientasi siswa pada masalah) 1. Guru memberi motivasi kepada siswa 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 3. Guru mengelompokkan siswa ke dalam beberapa kelompok masing-masing terdiri dari 4-5 orang Fase 2 (Mengorganisasikan siswa) 4. Guru membagikan teks bacaan kepada siswa 5. Guru membimbing siswa untuk berpendapat 6. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk bertanya tentang materi pelajaran yang belum di pahami 7. Guru menguasai materi pembelajaran 8. Guru menjelaskan materi pembelajaran Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok) 9. Guru mengoptimalkan interaksi antara siswa dan guru dengan kerja kelompok 10. Guru mengajak siswa untuk membaca teks bacaan 11. Guru membimbing siswa dalam kegiatan diskusi 12. Guru menjadi fasilitator dalam pembelajaran Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya) 13. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pembelajaran di depan kelas Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah) 14. Guru memberikan tugas kepada siswa 15. Guru melaksanakan evaluasi pembelajaran JUMLAH
93
2
3
4
5
Hasil Lembar Observasi Guru Pada Siklus I No
Aspek Yang Diamati
I
Jumlah Nilai Pada Pertemuan Ke 1 2
Fase 1 (Orientasi siswa pada masalah) 1. Guru memberi motivasi kepada siswa 2 3 2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran 3 4 3. Guru mengelompokkan siswa ke dalam 3 4 beberapa kelompok masing-masing terdiri dari 4-5 orang II Fase 2 (Mengorganisasikan siswa) 4. Guru membagikan teks bacaan kepada siswa 4 4 5. Guru membimbing siswa untuk berpendapat 3 4 6. Guru memberi kesempatan kepada siswa 2 3 untuk bertanya tentang materi pelajaran yang belum di pahami 7. Guru menguasai materi pembelajaran 3 4 8. Guru menjelaskan materi pembelajaran 3 4 III Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok) 9. Guru mengoptimalkan interaksi antara siswa 2 3 dan guru dengan kerja kelompok 10. Guru mengajak siswa untuk membaca teks 3 4 bacaan 11. Guru membimbing siswa dalam 2 3 kegiatan diskusi 12. Guru menjadi fasilitator dalam pembelajaran 3 3 IV Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya) 13. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan 4 4 pembelajaran di depan kelas V Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah) 14. Guru memberikan tugas kepada siswa 3 4 15. Guru melaksanakan evaluasi pembelajaran 3 4
94
Hasil Lembar Observasi Guru Pada Siklus II No
I
Aspek Yang Diamati
Jumlah Nilai Pada Pertemuan Ke 1 2
Fase 1 (Orientasi siswa pada masalah) 1. Guru memberi motivasi kepada siswa
4
4
2. Guru menyampaikan tujuan pembelajaran
4
4
4
4
4. Guru membagikan teks bacaan kepada siswa
4
4
5. Guru membimbing siswa untuk berpendapat
4
5
6. Guru memberi kesempatan kepada siswa untuk
4
4
7. Guru menguasai materi pembelajaran
4
5
8. Guru menjelaskan materi pembelajaran
4
5
3. Guru
mengelompokkan
siswa
ke
dalam
beberapa kelompok masing-masing terdiri dari 4-5 orang II
Fase 2 (Mengorganisasikan siswa)
bertanya tentang materi pelajaran yang belum di pahami
III Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok) 9. Guru mengoptimalkan interaksi antara siswa
4
5
4
4
11. Guru membimbing siswa dalam kegiatan diskusi
3
4
12. Guru menjadi fasilitator dalam pembelajaran
4
4
4
5
dan guru dengan kerja kelompok 10. Guru mengajak siswa untuk membaca teks bacaan
IV Fase 4 (M engembangkan dan menyajikan hasil karya) 13. Guru membimbing siswa untuk menyimpulkan pembelajaran di depan kelas V
Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah) 14. Guru memberikan tugas kepada siswa
4
5
15. Guru melaksanakan evaluasi pembelajaran
4
5
95
LEMBAR OBSERVASI Aktivitas Siswa Selama Proses Pembelajaran Nama/ No. Absen Siswa : Kelas/ Semester : Pertemuan/ Siklus : Hari/ Tanggal : Petunjuk Pengisian: Berikan tanda check list (√) pada kolom sesuai dengan pengamatan anda terhadap keterlaksanaan model Problem Based Learning yang dilaksanakan oleh guru dan siswa. 1 = tidak baik 2 = kurang baik 3 = cukup 4 = baik 5 = sangat baik No Aspek Yang Diamati Skala Penilaian 1 2 3 4 5 I Fase 1 (Orientasi siswa pada masalah) 1. Siswa tampak antusias mengikuti proses pembelajaran 2. Siswa membentuk kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5 orang II Fase 2 (Mengorganisasikan siswa) 3. Siswa menemukan masalah yang terdapat pada teks bacaan 4. Siswa menjawab pertanyaan dengan tepat ketika berlangsungnya pembelajaran 5. Siswa menyebutkan pendapat dengan jelas masalah yang terdapat dalam teks bacaan 6. Siswa meghargai pendapat orang lain 7. Siswa memperhatikan materi yang di sampaikan guru III Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok) 8. Siswa mengoptimalkan interaksi antara siswa dan guru dengan kerja kelompok 9. Siswa terlibat langsung dalam kegiatan di kelas selama proses pembelajaran 10. Siswa bekerja sama dalam memecahkan permasalahannya dengan cepat IV Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya) 11. Siswa membaca teks bacaan dalam kelompok 12. Siswa membacakan hasil temuan kelompok terhadap kelompok lain V Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah) 13. Siswa menyimpulkan pelajaran yang di terimanya 14. Siswa melaksanakan tes tulis 15. Siswa menilai dan memperbaiki pekerjaannya JUMLAH
96
HASIL LEMBAR OBSERVASI SISWA SIKLUS I No
I
Aspek Yang Diamati
Pertemuan Ke 1 2
Fase 1 (Orientasi siswa pada masalah) 1. Siswa tampak antusias mengikuti proses pembelajaran
3
4
2. Siswa membentuk kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5
3
4
3. Siswa menemukan masalah yang terdapat pada teks bacaan
3
3
4. Siswa
ketika
3
3
5. Siswa menyebutkan pendapat dengan jelas masalah yang
3
3
6. Siswa meghargai pendapat orang lain
2
3
7. Siswa memperhatikan materi yang di sampaikan guru
3
3
2
3
3
3
2
2
11. Siswa membaca teks bacaan dalam kelompok
3
3
12. Siswa membacakan hasil temuan kelompok terhadap
3
3
orang II
Fase 2 (Mengorganisasikan siswa)
menjawab
pertanyaan
dengan
tepat
berlangsungnya pembelajaran
terdapat dalam teks bacaan
III
Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok) 8. Siswa mengoptimalkan interaksi antara siswa dan guru dengan kerja kelompok 9. Siswa terlibat langsung dalam kegiatan di kelas selama proses pembelajaran 10. Siswa bekerja sama dalam memecahkan permasalahannya dengan cepat
IV
Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya)
kelompok lain V
Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah) 13. Siswa menyimpulkan pelajaran yang di terimanya
3
3
14. Siswa melaksanakan tes tulis
3
3
15. Siswa menilai dan memperbaiki pekerjaannya
3
3
97
HASIL LEMBAR OBSERVASI SISWA SIKLUS II No
I
Aspek Yang Diamati
Pertemuan Ke 1 2
Fase 1 (Orientasi siswa pada masalah) 1. Siswa tampak antusias mengikuti proses pembelajaran
4
4
2. Siswa membentuk kelompok heterogen yang terdiri dari 4-5
4
4
3. Siswa menemukan masalah yang terdapat pada teks bacaan
4
4
4. Siswa
ketika
3
4
5. Siswa menyebutkan pendapat dengan jelas masalah yang
3
4
6. Siswa meghargai pendapat orang lain
3
4
7. Siswa memperhatikan materi yang di sampaikan guru
4
5
4
5
4
5
3
4
11. Siswa membaca teks bacaan dalam kelompok
4
5
12. Siswa membacakan hasil temuan kelompok terhadap
4
4
orang II
Fase 2 (Mengorganisasikan siswa)
menjawab
pertanyaan
dengan
tepat
berlangsungnya pembelajaran
terdapat dalam teks bacaan
III
Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok) 8. Siswa mengoptimalkan interaksi antara siswa dan guru dengan kerja kelompok 9. Siswa terlibat langsung dalam kegiatan di kelas selama proses pembelajaran 10. Siswa bekerja sama dalam memecahkan permasalahannya dengan cepat
IV
Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya)
kelompok lain V
Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah) 13. Siswa menyimpulkan pelajaran yang di terimanya
4
4
14. Siswa melaksanakan tes tulis
4
5
15. Siswa menilai dan memperbaiki pekerjaannya
4
5
98
PEDOMAN WAWANCARA (PRA SIKLUS) 1. Apakah guru dalam mengajar menggunakan model yang bervariasi? 2. Bagaimana cara guru mengembangkan RPP bahasa Indonesia sebelum mengajar di kelas? 3. Kesulitan apa yang guru hadapi dalam melaksanakan pelajaran di kelas? 4. Apakah guru pernah melaksanakan pelajaran keterampilan membaca dengan model PBL? 5. Bagaimana dampak penggunaan model PBL dalam belajar keterampilan membaca? 6. Bagaimana manfaatkan model PBL dalam pembelajaran keterampilan membaca?
99
HASIL WAWANCARA PRA SIKLUS
1. Guru dalam mengajar menggunakan model yang bervariasi. 2. Guru dalam mengembangkan RPP bahasa Indonesia sebelum mengajar di kelas hanya mengandalkan dari buku paket saja. 3. Guru masih bingung dalam menentukan langkah-langkah pembelajaran bahasa Indonesia.
Dalam mengajar di kelas kesulitan yang dihadapi guru adalah
dalam hal mengajarkan pelajaran membaca. 4. Guru pernah melaksanakan pembelajaran keterampilan membaca melalui pembelajaran kelompok dalam materi membaca teks agak panjang untuk menemukan pikiran pokok, namun masih mengalami kesulitan dalam mengajar, hal ini dikarenakan siswa tidak membaca dengan serius dan ada siswa yang bermalas-malasaan dalam membaca. 5. Dampak penggunaan model PBL dalam pembelajaran keterampilan membaca adalah siswa hanya ingin berkelompok dengan teman yang pintar dan masih terdapat siswa yang kurang aktif dalam pembelajaran, masih ada siswa yang kurang menghargai temannya ketika membaca di depan kelas, kurangnya buku-buku bacaan yang sesuai dengan materi diperpustakaan sekolah membuat pembelajaran melalui model PBL terhambat serta membuat keterampilan membaca siswa rendah, ketercapaian kompetensi kurang memuaskan. 6. Manfaat penggunaan model PBL dalam keterampilan adalah siswa senang belajar berkelompok, interaksi guru dan siswa berjalan multi arah.
100
DOKUMENTASI KEGIATAN PEMBELAJARAN KELAS IV SD INSAN TELADAN PARUNG BOGOR Fase 1 (Orientasi siswa kepada masalah).
Fase 2 (Mengorganisasikan siswa).
101
Fase 3 (Membimbing penyelidikan individu dan kelompok).
102
Fase 4 (Mengembangkan dan menyajikan hasil karya) dan Fase 5 (Menganalisis dan mengevaluasi proses pemecahan masalah)
103
104
105
106
UJI REFERENSI PENELITIAN
NO
REFERENSI
PARAF PEMBIMBING
BAB II 1
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Cet. I, hlm. 1180
2
Dendy Sugono, dkk, Kamus Bahasa Indonesia Sekolah Dasar, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), Cet. VI, hlm. 394
3
Yani Zuhriyah, Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Anak Kelompok B Darul Athfal. 2012 (http://eprints.uny.ac.id/8074/pdf) diakses pada tanggal 26 Oktober 2015 pukul 08.50 WIB hlm. 12
4
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), ), Cet. II, hlm 02
5
Novi Resmini, dkk, Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, hlm 74
6
Novi Resmini, dkk, Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, hlm. 75
7
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV Angkasa, 2015), hlm. 07
8
Isah Cahyani, dkk, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, hlm 98
9
Isah Cahyani, dkk, Kemampuan Berbahasa Indonesia di SD, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, hlm. 99
10
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), ), Cet. II,hlm. 3
107
11
Sarkiyah, Upaya Meningkatkan Keterampilan Membaca Permulaan Melalui Media Kartu di Kelas 1 MI Alkhairaat Uemalingku Kecamatan Ampana Kota, JKTO, 2010, Vol. 4, No. 4, hlm. 139
12
Farida Rahim, Pengajaran Membaca di Sekolah Dasar, (Jakarta: PT Bumi Aksara, 2008), ), Cet. II, hlm. 11
13
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV Angkasa, 2015),hlm. 09-10
14
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV Angkasa, 2015), hlm. 12
15
Novi Resmini, dkk, Pendidikan Bahasa dan Sastra di Kelas Tinggi, (Bandung: UPI PRESS, 2007), Cet. I, hlm. 80-82
16
Budinuryanta, dkk, Pengajaran Keterampilan Berbahasa, Edisi Dua, (Jakarta: Universitas Terbuka, 2008), Cet. II, hlm. 112
17
Alek & Ahmad. H.P, Bahasa Indonesia Untuk Peguruan Tinggi, (Jakarta: Kencana, 2010), Cet. I, hlm. 77
18
Iskandarwassid, Strategi Pembelajaran Bahasa, (Bandung: PT Remaja Rosdakarya, 2011), Cet. III, hlm. 245
19
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV Angkasa, 2015) hlm. 11
20
Henry Guntur Tarigan, Membaca Sebagai Suatu Keterampilan Berbahasa, (Bandung: CV Angkasa, 2015) hlm.16
21
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa, Kamus Besar Bahasa Indonesia, Edisi Ketiga, (Jakarta: Balai Pustaka, 2001), Cet. I,hlm. 751
22
Dendy Sugono, dkk, Kamus Bahasa Indonesia Sekolah Dasar, (Jakarta: PT. Gramedia Pustaka Utama, 2010), 108
Cet. VI, hlm. 230 23
Martinis Yamin, Strategi dan Metode dalam Model Pembelajaran, (Jakarta: GP Press Group, 2013), Cet. I, hlm.17
24
Mohamad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar, (Jakarta: PT RajaGrafido Persada, 2015), Cet. I, hlm. 37
25
Yani Zuhriyah, Upaya Meningkatkan Keterampilan Berbicara Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Tipe STAD Pada Anak Kelompok B Darul Athfal. 2012 (http://eprints.uny.ac.id/8074/pdf) diakses pada tanggal 26 Oktober 2015 pukul 08.50 WIB hlm. 12
26
Kemdikbud, Model Pembelajaran Berbasis Masalah/ PBL, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2013)
27
Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Jakarta: UIN PRESS, 2015), Cet. I, hlm 54
28
Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Jakarta: UIN PRESS, 2015), Cet. I, hlm 55
29
Sudarman, Suatu Model Pembelajaran Untuk Mengembangkan dan meningkatkan Kemampuan Memecahkan Masalah, (JJPI, 2007), hlm. 69
30
Agus N. Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler, (Yogyakarta: Diva Press, 2013), hlm. 283
31
Paul Eggen, dkk, Strategi dan Model Pembelajaran, Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, Edisi Enam, (Jakarta:PT Indeks, 2012), Cet. I, hlm 307
32
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran InovatifProgresif, Konsep Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Ed. I, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet. I, hlm. 91
33
Mohamad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar,
109
(Jakarta: PT RajaGrafido Persada, 2015), Cet. I, hlm. 42 34
Paul Eggen, dkk, Strategi dan Model Pembelajaran, Mengajarkan Konten dan Keterampilan Berpikir, Edisi Enam, (Jakarta:PT Indeks, 2012), Cet. I, hlm 307
35
Agus N. Cahyo, Panduan Aplikasi Teori-Teori Belajar Mengajar Teraktual dan Terpopuler, (Yogyakarta: Diva Press, 2013), hlm. 284-285
36
Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Jakarta: UIN PRESS, 2015), Cet. I, hlm. 57
37
Trianto, Mendesain Model Pembelajaran InovatifProgresif, Konsep Landasan Dan Implementasinya Pada Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP), Ed. I, (Jakarta: Kencana Prenada Media Group, 2009), Cet. I, hlm. 94-95
38
Mohamad Syarif Sumantri, Strategi Pembelajaran Teori dan Praktik di Tingkat Pendidikan Dasar, (Jakarta: PT RajaGrafido Persada, 2015), Cet. I, hlm. 44
39
Imas Kurniasih, Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitas Guru, (Jakarta: Kata Pena, 2015), Cet. II, hlm. 48
40
Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Jakarta: UIN PRESS, 2015), Cet. I,hlm. 60
41
Kemdikbud, Model Pembelajaran Berbasis Masalah/ PBL, (Jakarta: Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia, 2013)
42
Dindin Ridwanudin, Bahasa Indonesia, (Jakarta: UIN PRESS, 2015), Cet. I, hlm. 64-65 BAB III
1
Abd. Rozak & Maifalinda Fatra, Penelitian Tindakan Kelas, Jakarta: FITK UIN Syarif Hidayatullah Jakarta, 2014) hlm. 12
2
Samsu Somadayo, Penelitian Tindakan Kelas, (Yogyakarta: Graha Ilmu, 2013), Cet I, hlm. 40
3
E.Mulyasa, Kurikulum Berbasis Kompetensi (Konsep, Karakteristik, Implementasi, dan Inovasi), (Bandung: 110
PT Remaja Rosdakarya, 2010), Cet. XII, hlm. 99 4
Sugiono, Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan Kombinasi (Mixed Methods), (Bandung: Alfabeta, cv, 2012), Cet. III, hlm. 136
5
Burhan Nurgiyantoro, Penilaian Pembelajaran Bahasa Berbasis Kompetensi, (Yogyakarta: BPFE,2010), hlm. 391
6
Nana Sudjana, Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar, (Bandung: PT. Remaja Rosdakarya, 2009), hlm. 84
7
M.Ngalim Purwanto, Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran, (Bandung: PT Remaja Rosadakarya, 2002), Cet. XII, hlm. 112
Jakarta, 18 Juli 2016 Mengetahui,
Dindin Ridwanudin, M.Pd NIP. 19771121 201101 1 001
111
BIODATA DIRI Astria atau biasa dipanggil tia. Lahir di Jakarta, 24 Januari 1995. Anak ketiga dari pasangan H. Amin dan Hj. Arnidah. Memiliki 2 (dua) orang kakak yang bernama Asmita, S.Sos.I. dan Astika, S.E., dan 1 (satu ) orang adik bernama Asnaura. Pada tahun 2000-2006 penulis memulai pendidikan di SDN 05 Petamburan Jakarta. Kemudian tahun 2006-2009 penulis melanjutkan seklah di MTs Jamiat Kheir Jakarta. Lulus dari MTs Jamiat Kheir penulis menimbah ilmu di MAN 1 Jakarta pada tahun 2009-2012. Penulis melanjutkan pendidikan di Jurusan Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah (PGMI) pada Ilmu Tarbiyah dan Keguruan (FITK) di Universitas Islam Negeri (UIN) Syarif Hidayatullah Jakarta setelah terdaftar sebagai mahasiswi pada tahun 2012. Pada saat SD penulis mengikuti ekstrakulikuler PMR dan pernah menjadi salah satu dokter kecil di sekolah. Penulis juga pernah mengikuti ekstrakulikuler KIR pada saat sekolah di MAN 1 Jakarta. Berkat keikutsertaan penulis pada ekstrakulikuler ini, penulis terpilih menjadi ketua KIR dan pernah mengikuti Lomba Karya Ilmiah di SMKN 20 Jakarta dan berhasil menjadi juara Harapan 1. Karena mengikuti ekstrakulikuler KIR, penulis terpilih menjadi salah satu pengurus OSIS sebagai bendahara 2 Tahun 2010-2011. Penulis sangat menyukai hal-hal yang berhubungan dengan kegiatan sosial. Berkat kesukaan penulis dengan kegiatan sosial, penulis bekerja sebagai voulentir di Yayasan Kelas Kepompong. Penulis sebagai pengajar anak-anak yang kurang mampu di daerah Karet Tanah Abang. Jika ada pertanyaan, kritikan ynag membangun, dan saran untuk penulis mengenai skripsi ini, pembaca dapat menghubungi penulis melalui email
[email protected].
112