Implementasi Kebijakan Pendidikan... (Hapsari Desanti) 210
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PENDIDIKAN DEMOKRASI DI SMA KOLESE DE BRITTO THE IMPLEMENTATION OF DEMOCRATIC EDUCATION POLICY In KOLESE DE BRITTO SENIOR HIGH SCHOOL Oleh: Hapsari Desanti (11110244029), Jurusan Filsafat dan Sosiologi Pendidikan, Program Studi KebijakanPendidikan, Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Yogyakarta,
[email protected]
Abstrak Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan implementasi kebijakan pendidikan demokrasi di SMA Kolese De Britto dan mengetahui faktor pendukung serta penghambat implementasi kebijakan pendidikan demokrasi di SMA Kolese De Britto. Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitatif dengan metode deskriptif. Subyek dari penelitian ini adalah kepala sekolah, guru-guru, dan siswa SMA Kolese De Britto. Sedangkan objek penelitian adalah implementasi kebijakan pendidikan demokrasi di SMA Kolese De Britto. Metode pengumpulan data yang digunakan berupa observasi, wawancara, dan dokumentasi. Triangulasi yang digunakan dalam penelitian ini adalah triangulasi sumber dan teknik. Instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti dengan menggunakan pedoman observasi, pedoman wawancara, dan pedoman dokumentasi. Analisis data yang digunakanadalahpengumpulan data, reduksi data, penyajian data, danverifikasi. Hasil penelitian ini adalah 1) Implementasi kebijakan pendidikan demokrasi dalam proses belajar mengajar dilihat dari diskusi silabus dan kelompok karena pada saat diskusi tersebut muncul perbedaan pendapat yang menunjukkan bahwa setiap siswa memiliki keunikan dan perbedaan masing-masing. Dalam sistem kepemimpinan dilihat saat kepala sekolah memimpin jalannya briefing dan cara kepemimpinan ketua kelas dan presidium tercermin pendidikan demokrasi dengan cara menggerakan anggotanya dalam pelaksanaan pendidikan guna mencapai tujuan pendidikan. Dalam aktifitas atau keseharian di sekolah pada aktifitas forum angkatan dan forum kelas menunjukkan adanya pendidikan demokrasi, yaitu menyampaikan pendapat walaupun diskusi yang dilakukan hanya melibatkan dua orang. Dalam aturan sekolah dilihat dari tindakan indisipliner siswa yang masih banyak menyalahgunakan kebijkan pendidikan demokrasi sehingga timbul tindakan-tindakan indisipliner. Oleh sebab itu pendidikan demokrasi diimplementasikan pada semua aspek di sekolah agar dapat dipahami dan dihayati secara benar-benar oleh seluruh warga sekolah; 2) Faktor Pendukung adalah adanya visi misi yang jelas, dukungan dari guru dan karyawan, pemahaman yang tepat mengenai pendidikan demokrasi, adanya relasi sekolah dengan kultur yang sama, adanya dukungan alumni dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan siswa, dan status sekolah yang merupakan sekolah swasta. Sedangkan faktor penghambatnya adalah adanya kesalahpahaman siswa dalam mengartikan pendidikan bebas dan standarisasi dari Dinas Pendidikan dalam kurikulum, jadwal ujian, dan mata pelajaran. Kata kunci: implementasi, pendidikan demokrasi, SMA Kolese De Britto
Abstract This study aimed to describe the implementation of democratic education policy in Kolese De Britto Senior High School and determine the supporting as well as the inhibiting factors in the implementation of democratic education policy in Kolese De Britto Senior High School. This study used qualitative approach with descriptive methods. The subjects of this study were the principal, teachers, and students of Kolese De Britto. While the object of this research was the implementation of democratic education policy in Kolese De Britto Senior High School. The methods of collecting data were done through observation, interview, and documentation. Triangulations which were used in this research are triangulation of sources and techniques. The instruments in this study were researcher using observation, interview, and documentation guidelines. The data analysis that used was data collection, data reduction, data presentation, and verification. The results of this study were 1) the implementation of democracy education in the learning process can be seen from the syllabus and group discussions because at the time of the discussion, there was a disagreement indicating that each student has unique and individual differences. In the system of leadership can be seen when the principal lead the briefing, class president’s leadership and presidium, it reflected democratic education by moving
211 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 2 Vol. V Tahun 2016
members in the implementation of education in order to achieve educational goals. In daily activities at school or on the activity of generation and class forum showed a democratic education classes i.e. expressed the opinion although the discussion only involve two people. In school rules, it can be seen from student’s disciplinary action which were still many students abuse the democratic education policy so that cause disciplinary actions. Therefore, democracy education was implemented on all aspects in schools so that can be understood and lived in completely by the entire school community; 2) the supporting factors were the clear mission and vision, a support from teachers and employees, a proper understanding of democratic education, school relation with same culture, the support from alumni in carrying out the students activities, and the school status as a private school. While the inhibiting factors were the student’s misconceptions in defining free education and the standardization of Education Department in terms of curriculum, exam schedules, and subjects. Keywords: implementation, democratic education, Kolese De Britto Senior High School
demokrasi
PENDAHULUAN Prinsip
penyelenggaraan
pendidikan
yakni
bahwa
dalam
kehidupan
di
bermasyarakat harus menjunjung tinggi toleransi,
Indonesia adalah pendidikan yang demokratis,
adanya rasa saling menghargai, tolong menolong,
berkeadilan dan tanpa diskriminasi, seperti yang
persamaan
disebutkan dalam UU No. 20 Tahun 2003 pasal 4
berasumsi, dan kesempatan untuk diterapkan agar
ayat 1 yang berbunyi “pendidikan diselenggarakan
sejalan dengan dasar penyelenggaraan pendidikan
secara demokratis dan berkeadilan serta tidak
demokrasi (Fiky Setyowati, 20014: 5-6).
diskriminatif dengan menjunjung tinggi hak asasi
hak
Salah
dan
kewajiban,
satu
kebebasan
sekolah
manusia, nilai keagamaan, nilai cultural dan
mengimplementasikan
kemajemukan bangsa. Disebutkan pula pada pasal
dalam kehidupan di lingkungannya adalah SMA
5 ayat 1 bahwa setiap warga negara mempunyai
Kolese De Britto .Pada tahun 1973, di SMA
hak yang sama untuk memperoleh pendidikan
Kolese
yang bermutu” (Suprijanto Rijadi. 2009. www.
bebas.Konsep pendidikan bebas ini merupakan
Slideshare.net).
jawaban terhadap keadaan masyarakat yang
De
Britto
pendidikan
yang
dicanangkan
demokrasi
pendidikan
Dalam perspektif pendidikan, demokrasi
kurang bisa menerima pendapat yang berbeda dari
dapat dipahami sebagai suatu proses yang
pendapat umum, khususnya sekitar tahun 1960-
dilakukan warga masyarakat dengan waktu yang
1970.Masyarakat lebih mementingkan penampilan
lama dan dijiwai oleh semangat kehidupan yang
luar daripada motivasi dari dalam.Para pendidik di
adil
SMA Kolese De Britto merasa bahwa para siswa
dan
persaudaraan
serta
bermartabat
(Zamroni,2007: 51). Pendidikan diharapkan akan
harus
berpendapat
sendiri.Pendidikan
dapat memainkan peran yang penting untuk
Debritto
menanamkan dan mengembangkan nilai-nilai dan
merupakan
cita-cita demokrasi di kalangan siswa, sehingga
kebebasan anak-anak Allah (Rom. 8:21).Siswa
mereka memiliki kesadaran dan sikap serta
dididik menjadi pribadi yang bebas dari belanggu
perilaku yang mendorong terwujudnya masyarakat
gengsi, sikap materialistis, dan kecenderungan
yang demokratis (Zamroni, 2002:1-2). Inti dari
mengikuti arus. Sebagai manusia yang bebas,
mengutamakan perwujudan
kebebasan konkret
dari
Kolese yang nilai
Implementasi Kebijakan Pendidikan... (Hapsari Desanti) 212
siswa dididik sehingga mampu bertanggung jawab
pada SMA tersebut didasarkan adanya keunikan
atas pilihan dan tindakannya, memperlakukan
pendidikan demokrasi yang tidak ditemukan di
sesama penuh hormat, berempati terhadap orang
sekolah yang lain. SMA Kolese De Britto
miskin
permasalahan
merupakan sekolah yang bernaung dibawah
pendidikan
yayasan katolik, berbudaya pendidikan bebas,
demokrasi atau kebebasan di De Britto yaitu bebas
sekolah ini memiliki peranan yang besar dalam
berpakaian kecuali berkaos, bebas memakai jenis
menanamkan nilai-nilai demokrasi kepada siswa
sepatu atau sepatu sandal kecuali bersandal, bebas
ditengah perbedaan baik fisik maupun psikologis
berambut panjang asal rapih dan tidak di
untuk saling toleransi dan menghargai perbedaan
warnai.Peraturan-peraturan tersebut diberlakukan
sekolah.
dan
lingkungan
peduli
terhadap
hidup.Wujud
dari
dengan maksud memberikan pemahaman kepada siswa bahwa mereka adalah individu yang merdeka namun tetap pada aturan yang berlaku dan
dapat
dipertanggungjawabkan.Selain
Jenis Penelitian Jenis penelitian yang digunakan dalam
itu
penelitian ini adalah penelitian kualitatif. Menurut
nilai
Lexy J. Moleong penelitian kualitatif adalah
demokrasi di sekolah adalah adanya pemilihan
penelitian yang dimaksud untuk memahami
presidium, kegiatan jam perwalian, dan kegiatan
fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
forum angkatan.
penelitian, misalnya perilaku, persepsi, motivasi,
kegiatan-kegiatan
yang
mencerminkan
Secara umum pelaksanaan demokrasi di
tindakan, dll., secara holistik, dan dengan cara
sekolah hingga saat ini masih mengalami beberapa
deskripsi dalam bentuk kata-kata dan bahasa, pada
permasalahan,
suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan
antara
lain:
(1)
Pengambilan
kebijakan di sekolah masih bisa bertindak otoriter;
memanfaatkan berbagai metode alamiah (2014:6).
(2) Pola pengambilan keputusan di sekolah yang
Metode yang digunakan adalah metode
sentralistik; (3) Cara penyelesaian masalah yang
deskriptif karena peneliti ingin mendeskripsikan
belum melembaga; (4) Adanya keseragaman
atau menggambarkan implementasi kebijakan
dalam berbagai hal; (5) Belum dipahami secara
pendidikan demokrasi di SMA Kolese De Britto
mendasar paradigma baru tentang pendidikan
secara terperinci.
demokrasi (Biyot, 2011). Dapat dilihat jika nilai demokratis dalam ruang lingkup pendidikan memiliki peranan yang sangat penting dan tidak semua
sekolah
mampu
menanamkan
Waktu dan Tempat Penelitian Dalam penelitian ini, lokasi yang dijadikan
nilai
sebagai sumber data (social situation) adalah
demokrasi dalam kegiatan maupun aktivitas di
Sekolah Menengah Atas Kolese De Britto yang
dalah ruang lingkup sekolah.
beralamat di Jalan Laksda Adisucipto 161 (Jalan
Bertolak dari berbagai alasan diatas, peneliti
Solo Km 4,9), Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.
tertarik untuk melakukan penelitian tentang
Dipilihnya sekolah tersebut didasari pada hasil
“Implementasi Pendidikan Nilai Demokrasi Di
observasi awal, bahwasanya sekolah tersebut
SMA Kolese De Britto”. Ketertarikan peneliti
memenuhi kriteria utama dalam penelitian tentang
213 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 2 Vol. V Tahun 2016
implementasi kebijakan pendidikan demokrasi di SMA Kolese De Britto.Penelitian ini dilakukan selama kurang lebih 3 bulan pada bulan Agustus s.d Oktober.
Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini adalah observasi partisipasi pasif yaitu peneliti datang di tempat kegiatan
Subjek dan Objek Penelitian
orang yang diamati, tetapi tidak ikut terlibat dalam
Subjek penelitian adalah informan yang memberikan
Teknik Pengumpulan Data
data
tentang
variabel
yang
kegiatan tersebut (Sugiyono, 2014:66). Observasi terus terang yaitu peneliti dalam melakukan
akanditeliti dan diamati oleh peneliti. Bertindak
pengumpulan
sebagai subjek dalam penelitian ini adalah pejabat
kepada sumber data, bahwa peneliti sedang
sekolah
dan
melakukan penelitian.Jadi mereka yang diteliti
siswa.Sedangkan yang menjadi objek penelitian
mengetahui sejak awal sampai akhir tentang
ini adalah kebijakan sekolah yang berfokus pada
aktifitas peneliti (Sugiyono, 2014:66).
(Kepala
Sekolah),
guru,
implementasi kebijakan pendidikan demokrasi di
data
menyatakan
terus
terang
Wawancara, menurut Sugiyono wawancara
SMA Kolese De Britto.
adalah merupakan pertemuan dua orang untuk
Sumber Data
bertukar informasi dan ide melalui tanya jawab,
Dalam penelitian ini, data berasal dari
sehingga dapat dikonstruksikan makna dalam
kegiatan, pelaku kegiatan dan tempat kegiatan
suatu
yang berhubungan dengan kebijakan sekolah
sebagai teknik pengumpulan data apabila peneliti
dalam
ingin
program
kebijakan
pendidikan
topik
tertentu.
melakukan
Wawancara
studi
digunakan
pendahuluan
untuk
demokrasi.Adapun sumber data primer bersumber
menemukan persamalahan yang harus diteliti,
dari hasil wawancara mendalam dengan beberapa
tetapi juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-
narasumber
hal
yang
dipilih
secara
purposive.Bertindak sebagai narasumber utama
dari
responden
yang
lebih
mendalam
(2014:72).
(key informant) dalam penelitian ini adalah
Dokumen merupakan catatan peristiwa
narasumber yang berasal dari masing-masing
yang sudah berlalu.Dokumen bisa berbentuk
sekolah yang diteliti, diantaranya 1 Kepala
tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari
Sekolah, 3 Guru, dan 5 Siswa.
seseorang.Dokumen
yang
berbentuk
tulisan
Sementara itu data sekunder diperoleh dari
misalnya catatan harian, sejarah kehidupan, cerita,
hasil observasi yang dilakukan untuk melihat
biografi, peraturan, dan kebijakan (Sugiyono,
kesesuaian antara kebijakan yang telah diputuskan
2014:82).Dokumen yang peneliti gunakan adalah
dan
dokumen yang menyangkut SMA tindak tanduk
pernyataan
narasumber
dengan
implementasinya dilapangan.Sumber data lainnya
mengenai nilai demokrasidi SMA De Britto.
didapat dari dokumentasi/ arsip terkait kebijakan sekolah
dalam
menyelenggarakankebijakan
pendidikan demokrasi melalui penelusuran pada dokumen/ arsip sekola.
Teknik Analisis Data 1. Pengumpulan Data
Implementasi Kebijakan Pendidikan... (Hapsari Desanti) 214
Data-data yang diperoleh di lapangan
dengan bukti-bukti yang valid dan konsisten pada
dicatat direkam dalam bentuk naratif, yaitu uraian
saat peneliti melakukan kembali pengumpulan
data yang diperoleh di SMA Kolese De Brittoapa
data di lapangan, maka kesimpulan tersebut
adanya
bersifat kredibel (Sugiyono, 2010: 345).
tanpa
komentar
peneliti,
yang
dikembangkan dalam bentuk catatan-catatan kecil dan alat rekam.
Instrumen Penelitian Dalam penelitian ini yang menjadi instrumen
2. Reduksi Data (Data Reduction) Reduksi atau dalam arti kata lain adalah
penelitian adalah peneliti itu sendiri.Peneliti
merangkum hal-hal pokok, memfokuskan pada
menggunakan
tiga
bentuk
instrumen
yakni
hal-hal penting, mencari tema atau pola serta
pedoman observasi, pedoman wawancara, dan
membuang hal-hal yang tidak dianggap penting.
pedoman dokumentasi.
(Sugiyono, 2010: 338).Dengan demikian data yang telah diperoleh peneliti selama penelitian
Keabsahan Data
berlangsung, yang didapatkan selama proses
Keabsahan data merupakan hal yang sangat
observasi, wawancara dan dokumen akan dipilah
penting, dalam Sugiyono (2012: 330) suatu
beberapa hal yang penting dan pokok agar sesuai
penelitian yang baik memerlukan data yang valid,
dengan fokus penelitian dan tujuan dari penelitian
kredibel, dan reliabel. Proses pengujian keabsahan
ini.
data yang dilakukan dalam penelitian ini meliputi:
3. Penyajian Data (Data Display)
1.
Triangulasi dengan pengecekan data dari
Penyajian data dalam penelitian kualitatif
sumber, cara, waktu, yang berbeda. Peneliti
fapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat,
melakukan triangulasi sumber dan teknik.
bagan, hubungan antar kategori, flowchart, dan
Triangulasi sumber dilakukan peneliti dengan
lainnya.
untuk
cara membandingkan informasi dari satu
memudahkan dalam memahami apa yang terjadi,
orang dengan informasi dari orang lain. Hal
dan dapat merencakanan kegiatan selanjutnya
ini dilakukan untuk melakukan Crosscheck
dengan
dari seseorang yang kadang-kadang bisa
Fungsi
dari
berdasarkan
display
data
pemahaman
tersebut
(Sugiyono, 2010: 341).
berubah karena bisa mengikuti orang atau
4. Verifikasi (Conclusion Drawing)
dipengaruhi oleh kepentingan dan lain-lain.
Verifikasi
merupakan
tahap
untuk
Sedangkan triangulasi teknik peneliti peneliti
penarikan kesimpulan. Dalam penelitian kualitatif
melakukan dengan membandingkan informasi
kesimpulan yang ditemukan pada tahap awal
yang diperoleh dari teknik wawancara dan
merupakan kesimpulan yang bersifat sementara
membuktikannya dengan teknik observasi dan
dan kemudian akan berubah apabila ditemukan
dokumentasi.
bukti-bukti yang kuat untuk tahap penarikan
informasi yang diperoleh bukan informasi
kesimpulan berikutnya. Akan tetapi, apabila
yang sembarangan tetapi berdasarkan pada
kesimpulan yang diuraikan pada tahap awal
realitas yang ada.
merupakan kesimpulan yang kuat dan didukung
Tujuannya
adalah
agar
215 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 2 Vol. V Tahun 2016
2. Melakukan validitas data agar diperoleh data yang
akurat
dan
dapat
dipertanggungjawabkan.
karena prestasi di bidang akademis dan intelektual, olah raga, dan bidang non-akademis lainnya. Nama 'de Britto' sendiri didapat dari nama seorang
3. Melakukan diskusi dengan dosen pembimbing skripsi dengan maksud validitas data.
Santo dan misionaris Portugal pada abad ke-17 yang berkarya di India, Johanes de Britto. Makna mendasar dari lambing De Britto yakni; Kolese De Britto yang dijiwai oleh
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
semangat kristiani yang bersumber dari Allah
A. Deskripsi SMA Kolese De Britto SMA yang lebih dikenal dengan nama De
Tritunggal (Bapa, Putra, dan Roh Kudus) bercita-
Britto atau “JB” (kependekan dari Johanes De
cita meraih keunggulan dengan dilandasi hati yang
Britto) ini mempunyai sejarah yang cukup
bersih untuk mewujudkan hidup damai bersama
panjang. Bermula dari suatu kebutuhan mendesak
dengan orang lain.
waktu itu.Sesaat setelah pemerintah pendudukan
Pada tahun ajaran 2014/2015 SMA Kolese
Jepang mencabut peraturan yang melarang pihak
De Britto memiliki 705 siswa, meliputi 232 siswa
swasta mendirikan sekolah, para Bruder CCI
kelas X yang terbagi dalam kelas , 241 siswa
bersama suster-suster Carolus Borromeus dan
kelas XI yang terbagi dalam 5 kelas regular IPA, 3
Fransiskanes
sekolah
kelas regular IPS, dan 1 kelas Bahasa, kemudian
SMP.Untuk
di kelas XII tredapat 232 siswa yang terbagi dalam
menampung lulusan SMP itulah dirasa mendesak
5 kelas regular IPA, 3 kelas regular IPS dan 1
adanya sebuah sekolah menengah atas yang
kelas Bahasa.
menengah
mendirikan katolik,
sebuah
setingkat
bersendikan asas-asas katolik.Atas persetujuan
Siswa Kolese De Britto memiliki banyak
bersama Yayasan Kanisius di bawah pemimpin
prestasi di bidang olah raga maupun non-olah
Romo Djojoseputro dengan para romo Jesuit dan
raga.Untuk bidang olah raga, secara spesifik De
para suster Carolus
Borromeus didirikanlah
Britto terkenal dengan prestasi basketnya, yang
Sekolah Menengah Atas Kanisius, yang dibuka
pada tiga tahun terakhir berturut-turut menjuarai
secara resmi pada tanggal 19 Agustus 1948.
DBL (Liga Bola Basket SMA) dan menempatkan
SMA
Kolese
De
Britto
terletak
di
beberapa pemainnya mewakili Yogyakarta dalam
beralamat di jalan Laksda Adisucipto 161 (Jalan
Liga DBL Nasional. Sementara untuk non-olah
Solo Km 4,9), Kabupaten Sleman, Provinsi DIY.
raga, De Britto terkenal dengan prestasi debatnya,
Terletak di dekat perbatasan kota Yogyakarta
dengan beberapa kali menjuarai lomba debat
dengan Kabupaten Sleman. Dibangun di atas tanah
nasional. Fotografi rutin mengadakan pameran
seluas 32.450 m2.Kolese De Britto (De Britto
terbuka
College atau yang lebih dikenal dengan akronim
perseorangan siswa-siswa De Britto banyak
JB [jébé] yang berasal dari nama Johanes de
menyabet kejuaraan daerah maupun nasionla
Britto.), adalah Sekolah Menengah AtasKatolik
dalam bidang akademik/olimpiade sains dan karya
yang diasuh oleh Serikat Jesuit. SMA ini termasuk
tulis lainnya.
salah satu SMA favorit di Yogyakarta dan terkenal
untuk
umum.Demikian
juga
secara
Implementasi Kebijakan Pendidikan... (Hapsari Desanti) 216
B. Makna
Peran kepemimpinan kepala sekolah dalam
pendidikan demokrasi di SMA
pelaksanaan kebijakan pendidikan demokrasi ini
Kolese De Britto Pemahaman
para
siswa
mengenai
sangat besar. Selain kepala sekolah, dewan direksi
pendidikan demokrasi, peneliti lihat dari apa yang
juga berperan, karena dewan direksi lah
mereka bahas pada saat forum dilaksanakan. Salah
membantu kinerja kepala sekolah termasuk dalam
satunya dalam forum angkatan, sebagian besar
hal pembuatan kebijakan. Peran kepala sekolah
siswa
membahas
dalam pelaksanaan pendidikan demokrasi di
permasalahan yang sedang menjadi topik.Namun
sekolah ini juga terwujud pada dukungan dalam
yang peneliti lihat, siswa-siswa yang aktif
berbagai
berdiskusi tersebut hanya mendiskusikan dengan
menyediakan fasilitas-fasilitas yang mendukung
teman disebelahnya dan tidak mengusulkan ke
pelaksanaan pendidikan demokrasi.
aktif
berdiskusi
dalam
forum.Aktifitas berdiskusi tersebut menunjukkan adanya
pendidikan
demokrasi,
yaitu
kegiatan
dan
kebijakannya
yang
dalam
Pada saat briefing pagi kepala sekolah dengan
guru-guru
mengevaluasi
hari
sebelumnya
proses
menyampaikan pendapat walaupun diskusi yang
pembelajaran
kemudian
dilakukan hanya melibatkan dua orang.
membahas kegiatan yang akan dilakukan sehari ke depan, dengan tujuan untuk mencapai pengajaran
C. Implementasi
Kebijakan
Pendidikan
hasil
dilakukan
peneliti,
pendidikan
demokrasi
pengamatan
implementasi dalam
yang
kebijakan
proses
lebih
baik.
Bentuk
dari
pendidikan
demokrasi pada saat briefing yaitu kepala sekolah
Demokrasi di SMA Kolese De Britto. Berdasarkan
yang
belajar
mendengarkan
pernyataan
guru-guru
dan
memimpin diskusi untuk mencari solusi dari permasalah yang ditemukan hari sebelumnya.
mengajar dilakukan oleh guru dengan memberikan
Berbagai macam aktifitas di sekolah
kebijakan membuat kelompok pada setiap mata
mencerminkan kebijakan pendidikan demokrasi.
pelajarannya. Pada saat melakukan observasi,
Aktifitas tersebut dilakukan secara berkelanjutan
peneliti menjumpai hal tersebut pada mata
dan menjadi kultur sekolah yang melibatkan
pelajaran sejarah, dimana guru menyuruh semua
demokrasi dalam keyakinan, cara, norma, dan tata
siswanya membuat beberapa kelompok.Setelah
kelakuan.
kelompok sudah
dijadikan energi positif untuk mencapai target dan
memberikan
terbentuk kemudian guru
beberapa
dalam
kultur
sekolah
untuk
tujuan perbaikan kualitas sekolah. Kemampuan
didiskusikan oleh para siswa. Pada saat diskusi
warga sekolah dalam mempraktikan nilai-nilai
berlangsung
semua
demokrasi dilakukan melalui sikap kerja yang
anggotanya aktif dan ada kelompok yang hanya
konsisten dan profesional, hal tersebut menjadi
beberapa
kunci sukses perbaikan kualitas sekolah.
ada
kelompok
anggotanya
argument.Pembentukan dibentuk
agar
pertanyaan
Demokrasi
siswa
aktif
yang
dalam
kelompok belajar
menghargai pendapat setiap orang.
bertukar tersebut
berdemokrasi
Peneliti juga mengamati aktifitas para siswa
dalam
diselenggarakan
oleh
forum
angkatan
yang
tiap
angkatan.
Forum
angkatan diselenggarakan untuk memecahkan
217 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 2 Vol. V Tahun 2016
masalah yang ada di setiap angkatan.Pada saat
bertanggung
peneliti melakukan observasi, siswa kelas XI
implementasikan pada kehidupan sehari-harinya di
sedang menyelenggarakan forum angkatan di
luar sekolah.
Auditorium
sekolah.
Forum
jawab,
serta
dapat
mereka
angkatan
diselenggarakan diluar jam pelajaran sehingga tidak mengganggu aktifitas akademik. Seluruh
D. Faktor
Pendukung
dan
Penghambat
Adanya Kebijakan Pendidikan Demokrasi
siswa kelas XI terlihat antusias dalam mengikuti
Dalam pelaksanaan kebijakan pendidikan
forum tersebut dengan tema permasalahan JB
demokrasi di SMA De Britto tidak terlepas dari
Mania atau supporter tim basket SMA Kolese De
adanya
Britto. Dalam forum tersebut, salah satu siswa
penghambat.Faktor pendukung dan penghambat
memimpin jalannya diskusi, membahas dan
tersebut berasal dari internal dan eksternal.
menjelaskan
akan
Faktor pendukung internal adalah adanya visi misi
ditampilkan dalam pertandingan basket yang akan
yang jelas, dukungan dari guru dan karyawan,
datang, siswa lain memberikan pertimbangan dan
serta adanya pemahaman yang tepat pada siswa
memutuskan konsep yang akan digunakan secara
bahwa pendidikan demokrasi atau bebas ini adalah
musyawarah. Dalam proses diskusi tersebut,
kebebasan yang bertanggungjawab. Sementara itu
terlihat unsur demokrasi yang diusung oleh siswa
faktor pendukung eksternal pendidikan demokrasi
De Britto untuk memutuskan sesuatu hal secara
ini adalah adanya relasi sekolah yang juga
musyawarah mufakat. Selain itu walaupun siswa-
memiliki kultur dan pendidikan demokrasi, adanya
siswa De Britto tidak memakai seragam yang
dukungan alumni dalam melaksanakan kegiatan-
sama dan berpenampilan bebas, peneliti melihat
kegiatan
bahwa proses belajar mengajar dan pergaulan
merupakan sekolah swasta jadi kebijakan yang
antar siswa tetap dapat berjalan harmonis dan
dikeluarkan
dinamis.
pendidikan,
beberapa
konsep
yang
Memang masih ada siswa yang belum
faktor
siswa,
pendukung
dan
tidak
status
dan
sekolah
bergantung
pada
faktor
yang
dinas
Faktor penghambat internal antara lain
begitu paham mengenai apa itu pendidikan bebas
kurangnya
dan kemudian melakukan tindakan indisipliner,
kurangnya keterbukaan siswa untuk mengutarakan
hal tersebut kebanyakan dilakukan oleh siswa
kekurang
kelas X dikarenakan mereka masih berada dalam
munculnya tindakan-tindakan indisipliner, dan
proses adaptasi. Tindakan indisipliner tersebut
penyalahgunaan kebijakan pendidikan demokrasi
dilakukan karena mereka belum memahami betul
oleh beberapa siswa. Selain itu faktor penghambat
apa
eksternalnya
makna
pendidikan
bebas.
Berdasarkan
pemahaman
pahaman
adalah
nilai-nilai
nilai-nilai
standarisasi
kebebasan,
kebebasan,
dari
Dinas
pernyataan diatas didapat pula keterangan bahwa
Pendidikan yang berupa kurikulum, jadwal ujian,
justru sebenarnya dengan dipahaminya pendidikan
dan mata pelajaran.
bebas secara benar, maka siswa akan dapat berperilaku mereka
disiplin
lakukan
karena adalah
kebebasan kebebasan
Secara internal upaya yang dilakukan
yang
diantaranya adalah guru memanggil siswa yang
yang
bermasalah, guru menasehati siswa agar tidak
Implementasi Kebijakan Pendidikan... (Hapsari Desanti) 218
melakukan tindakan indisipliner, guru melakukan
dalam salah satu nilai-nilai dan karakteristik
pendampingan, dan guru memberikan pengarahan
demokrasi sebagai jiwa yang menghidupkan
pada siswa mengenai makna kebebasan.Selain itu
persekolahan
secara eksternal pihak sekolah juga mengadakan
merupakan instrument yang diperlukan untuk
rapat rutin dengan Dinas Pendidikan terkait
dapat
dengan pelaksanaan pendidikan bebas.
demokrasi (Zamroni, 2013:4).
yaitu
memberikan
Implementasi
PEMBAHASAN Implementasi
struktur.Struktur
fasilitas
berlangsungnya
kebijakan
pendidikan
pendidikan
demokrasi dalam aturan sekolah dilakukan dengan
demokrasi di SMA Kolese De Britto dilakukan
tanggungjawab dari setiap siswa.Ditunjukkan dari
dalam
pernyataan seorang guru Bimbingan Konseling
proses
kebijakan
nilai
belajar
mengajar,
kepemimpinan,
aktifitas
atau
sekolah,
aturan
sekolah.
sistem di
bahwa sedikit point yang didapat siswa yang
Pendidikan
menyangkut adanya kebijakan kebebasan di
demokrasi diimplementasikan pada semua aspek
sekolah.Dalam hal aturan, sekolah membebaskan
di sekolah agar dapat dipahami dan dihayati secara
siswa
benar-benar oleh seluruh warga sekolah.
kesehariannya siswa menggunakan pakaian bebas
dan
Implementasi demokrasi
dalam
keseharian
kebijakan proses
pendidikan
belajar
mengajar
dalam
berpenampilan,
maka
dalam
(tidak berseragam) dan sepatu dengan warna bebas,
terlebih
juga
berambut
dilakukan dengan mengintegrasikannya ke dalam
(gondrong).Aturan-aturan
Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan silabus.
sekolah ini digunakan untuk menindak perilaku-
Selain itu juga dilaksanakan dalam pembiasaan
perilaku indisipliner, namun pada kenyataannya
praktek berdiskusi kelompok di kelas.Pelaksanaan
menurut
pendidikan demokrasi juga diwujudkan dengan
indisipliner tidak begitu banyak karena para siswa
membebaskan
dan
telah memahami pendidikan demokrasi dengan
menggunakan buku paket. Pendidikan demokrasi
baik. Meskipun begitu walaupun tidak banyak,
nampak jelas dalam proses belajar mengajar,
tetap ada tindakan indisipliner yang dilakukan
terutama dalam diskusi kelompok. Hal tersebut
oleh beberapa siswa kelas X yang masih baru dan
dikarenakan pada saat diskusi kelompok muncul
belum
perbedaan pendapat yang menunjukkan bahwa
demokrasi.
siswa
untuk
membeli
setiap siswa memiliki keunikan dan perbedaan masing-masing. pendidikan
Implementasi
demokrasi
dalam
kebijakan
proses
belajar
hasil
begitu
yang
panjang
penelitian
ditetapkan
di
tindakan-tindakan
memahami
arti
pendidikan
Pada prinsipnya demokrasi tercipta untuk saling menghargai dan menghormati.Keadaan ini menciptakan suasana kesetaraan tanpa sekat-sekat
mengajar merupakan pembiasaan yang paling
kesukuan,
mendasar dalam kehidupan di sekolah karena
ekonomi.Dengan
belajar mengajar merupakan kegiatan inti dari
mempunyai ruang untuk mengekspresikan diri
sekolah.
secara bertanggungjawab.Situasi seperti inilah
Implementasi
kebijakan
pendidikan
demokrasi dalam sistem kepemimpinan ini masuk
agama,
derajat,
keadaan
serta
tersebut
status manusia
yang dibangun di SMA Kolesse De Britto agar
219 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 2 Vol. V Tahun 2016
para
siswa
dapat
mengembangkan
potensi-
potensinya. Dalam
memiliki keistimewaan lain yaitu kewenangan untuk membuat kebijakan sendiri sesuai dengan
kebijakan
peraturan yang telah ditetatpkan di sekolah
faktor-faktor
tersebut semenjak pertama kali berdiri. Faktor-
pendukung dan penghambat, faktor-faktor tersebut
faktor pendukung inilah yang membuat kebijakan
terdiri dari faktor internal dan eksternal. Berikut
pendidikan demokrasi di SMA Kolese De Britto
ini merupakan faktor pendukung internal dari
terus dapat dilaksanakan.
pendidikan
mengimplementasikan demokrasi
terdapat
implementasi kebijakan pendidikan demokrasi di
Selain faktor pendukung terdapat pula faktor
SMA Kolese De Britto diantaranya adalah adanya
penghambat
visi misi yang jelas, dukungan dari guru dan
kebijakan
karyawan, serta adanya pemahaman yang tepat
penghambat internal dari implementasi kebijakan
pada siswa bahwa pendidikan demokrasi atau
demokrasi antara lain kurangnya pemahaman
bebas
nilai-nilai
ini
adalah
kebebasan
yang
bertanggungjawab.
dalam
mengimplementasikan
pendidikan
kebebasan,
demokrasi.
kurangnya
Faktor
keterbukaan
siswa untuk mengutarakan kekurang pahaman
Selain itu, sekolah ini juga memiliki nilai
nilai-nilai
kebebasan,
munculnya
kebebasan yang menyebutkan bahwa siswa dididik
tindakan
indisipliner,
menjadi pribadi yang bebas dari belenggu gengsi,
kebijakan pendidikan demokrasi oleh beberapa
sikap materialistis, dan kecenderungan mengikuti
siswa. Kurangnya pemahaman mengenai nilai-
arus.Siswa dididik untuk mampu bertanggung
nilai kebebasan dialami oleh beberapa siswa kelas
jawab atas pilihan dan tindakannya.
X yang baru saja masuk. Mereka belum begitu
dan
tindakan-
penyalahgunaan
Atas dasar itulah sekolah melaksanakan
memahami arti kebebasan dalam pendidikan
pendidikan demokrasi sehingga seluruh guru dan
demokrasi di sekolah karena masih dalam masa
karyawan mendukung sepenuhnya.Dukungan dari
transisi dari siswa SMP ke SMA. Di sisi lain,
guru dan karyawan juga dikarenakan pemahaman
adanya ketidak terbukaan siswa-siswa yang tidak
yang benar bahwa pendidikan demokrasi atau
begitu paham makna pendidikan demokrasi malah
pendidikan bebas ini adalah kebebasan yang
mengakibatkan
bertanggung jawab.
indisipliner. Kurangnya pemahaman itu juga
Sementara itu faktor pendukung eksternal pendidikan demokrasi ini adalah adanya relasi
mengakibatkan
mereka
siswa
bertindak
secara
menyalahgunakan
kebebasan dalam pendidikan demokrasi.
sekolah yang juga memiliki kultur dan pendidikan
Selain itu faktor penghambat eksternalnya
demokrasi yang sama dengan SMA Kolese De
adalah standarisasi dari Dinas Pendidikan yang
Britto,
berupa kurikulum, jadwal
adanya
dukungan
alumni
dalam
ujian, dan mata
melaksanakan kegiatan-kegiatan siswa, dan status
pelajaran. Walaupun SMA Kolese De Britto
sekolah yang merupakan sekolah swasta sehingga
merupakan sekolah swasta, namun sekolah ini
sekolah memiliki otoritas dalam menerapkan
juga masih berada dibawah wewenang Dinas
kebiajakn sekolah terkait pendidikan demokrasi.
Pendidikan, jadi kurikulum, jadwal ujian, dan
SMA Kolese De Britto sebagai sekolah swasta
mata pelajaran yang harus dilaksanakan juga harus
Implementasi Kebijakan Pendidikan... (Hapsari Desanti) 220
mengikuti peraturan yang ada. Faktor-faktor
walaupun
diskusi
penghambat tersebut terus diusahakan untuk
melibatkan dua orang. Implementasi kebijakan
diperbaiki dan diminimalisir agar pendidikan
pendidikan demokrasi dalam aturan sekolah
demokrasi tetap dapat diimplementasikan di SMA
dilihat dari tindakan indisipliner siswa yang
Kolese De Britto.
masih
banyak
pendidikan
yang
dilakukan
menyalahgunakan
demokrasi
sehingga
hanya
kebijkan timbul
SIMPULAN DAN SARAN
tindakan-tindakan indisipliner seperti pada
Simpulan
bebas memakai baju, bebas bersepatu dan bebas
Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan
berambut panjang tetapi tidak bertanggung
maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut :
jawab atau tidak pada aturannya. Oleh sebab itu
1. Implementasi Kebijakan Pendidikan Demokrasi
pendidikan demokrasi diimplementasikan pada
di SMA Kolese De Britto dilakukan melalui
semua aspek di sekolah agar dapat dipahami
proses belajar mengajar, sistem kepemimpinan,
dan dihayati secara benar-benar oleh seluruh
aktifitas atau keseharian di sekolah, dan aturan
warga sekolah.
sekolah.Pada
kebijakan
2. Faktor Pendukung dan Penghambat dalam
pendidikan demokrasi dalam proses belajar
Implementasi Kebijakan Pendidikan Demokrasi
mengajar dilihat dari adanya diskusi silabus dan
di SMA Kolese De Britto antara lain faktor
diskusi kelompok karena pada saatdiskusi
pendukung internalnya adalah adanya visi misi
silabus dan diskusi kelompok akan muncul
yang jelas, dukungan dari guru dan karyawan,
perbedaan pendapat yang menunjukkan bahwa
serta adanya pemahaman yang tepat pada siswa
setiap siswa memiliki keunikan dan perbedaan
bahwa pendidikan demokrasi atau bebas ini
masing-masing.
kebijakan
adalah kebebasan yang bertanggungjawab.
sistem
Sementara itu faktor pendukung eksternal
kepemimpinan dilihat pada saatkepala sekolah
pendidikan demokrasi ini adalah adanya relasi
memimpin
sekolah
pendidikan
implementasi
Implementasi
demokrasi
jalannya
dalam
briefing
dan
cara
yang
juga
memiliki
kultur
dan
kepemimpinan ketua kelas dan presidium.
pendidikan demokrasi yang sama dengan SMA
Sistem kepemimpinan mereka tercermin dalam
Kolese De Britto, adanya dukungan alumni
adanya
cara
dalam melaksanakan kegiatan-kegiatan siswa,
memimpinya sudah menggerakan anggotanya
dan status sekolah yang merupakan sekolah
dalam pelaksanaan pendidikan guna mencapai
swasta sehingga memiliki otoritas dalam
tujuan
kebijakan
membuat kebijakan sekolah sesuai peraturan di
aktifitas atau
sekolah tersebut. Sedangkan faktor penghambat
keseharian di sekolah dilihat dari pemahaman
internal dari implementasi kebijakan demokrasi
siswa mengenai pendidikan demokrasi, seperti
adalah adanya kesalahpahaman siswa dalam
pada forum angkatan. Aktifitas berdiskusi
mengartikan pendidikan bebas yang kadang
tersebut
pendidikan
melenceng dan merugikan oranglain, dan faktor
pendapat
penghambat eksternalnya adalah standarisasi
pendidikan
demokrasi
yaitu
pendidikan.Implementasi
pendidikan demokrasi dalam
menunjukkan
demokrasi,
yaitu
adanya
menyampaikan
221 Jurnal Kebijakan Pendidikan Edisi 2 Vol. V Tahun 2016
dari Dinas Pendidikan yang berupa kurikulum,
Mereferensikan pendidikan demokrasi untuk
jadwal ujian, dan mata pelajaran yang kadang
diimplementasikan ke sekolah-sekolah lain
bentrok dengan peraturan yang telah ditetapkan
sesuai dengan kemampuannya agar siswa
oleh Dinas Pendidikan, sehingga sekolah harus
tidak bosan dengan pereturan-peraturan yang
menyesuaikan dengan peraturan yang telah
biasanya.
dibuat oleh Dinas Pendidikan. DAFTAR PUSTAKA Saran Bersumber pada temuan dan kesimpulan, sebagai
bentuk
rekomendasi,
maka
peneliti
menyarankan beberapa hal kepada pihak yang terkait
implementasi
implementasi
kebijakan
pendidikan demokrasi di SMA Kolese De Britto sebagai berikut: 1. Bagi Pemerintah Pemerintah harus mendukung implementasi kebijakan pendidikan demokrasi dengan cara terus
melakukan
sosialisasi
kepada
masyarakat umum, dan mendorong sekolah agar segera membuat pedoman pelaksanaan agar
sekolah
tidak
kebingungan
dalam
melakukan pengelolaan, monitoring, serta evaluasi.
Biyot.(2011). Demokrasi Sekolah.Diunduh dari http://biyot.wordpress.com/2011/05/05/de mokrasi-sekolah pada Rabu 1 Juli 2015 pukul 12.00 WIB. Fiky Setyowati. (2014). Implementasi Nilai-Nilai Demokrasi Di Sekolah Inklusi. Yogyakarta: UNY Lexy J. Moleong.(2014). Metodologi Penelitian Kualitatif Edisi Revisi.Bandung: PT Remaja Rosdakarya. UU No. 20 Tahun 2003 Pasal 4 Ayat 1.Prinsip Penyelenggaraan Pendidikan. Sugiyono.(2014). Memahami PenelitianKualitatif. Bandung: Penerbit Alfabet. Zamroni .(2002). Demokrasi Dan Pendidikan Dalam Transisi : Perlunya Reorientasi Pengajaran Ilmu-Ilmu Sosial Si Sekolah Menengah. Yogyakarta : UNY. ._____ (2007). Pendidikan Dan Demokrasi Dalam Transisi. Jakarta: PASP Muhammadiyah. .____
(2011). Pendidikan Demokrasi Pada Masyarakat Multikultural. Yogyakarta: Gavin Kalam Utama.
.____
(2013). Pendidikan Demokrasi Pada Masyarakat Multikultural. Yogyakarta: Penerbit Ombat.
2. Bagi Sekolah Sekolah perlu mengadakan studi banding kepada
sekolah
yang
sudah
memiliki
kebijakan pendidikan demokrasi (pendidikan bebas) .Melakukan kerjasama dengan pihakpihak
yang
dapat
mendukung
sekolah
berpendidikan bebas. 3. Bagi Siswa Siswa
seharusnya
lebih
memahami
pendidikan demokrasi secara benar dan bertanggungjawab,
agar
dapat
mematuhi
aturan yang ada dan mencegah diri dari tindakan indisipliner. 4. Bagi Dunia Pendidikan