IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO KECIL MENENGAH (UMKM) DI KOTA TANGERANG SKRIPSI
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Gelar Sarjana Ilmu Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara
Oleh: Pradytia Herlyansah NIM. 6661120495
FAKULTAS ILMU SOSIAL DAN ILMU POLITIK UNIVERSITAS SULTAN AGENG TIRTAYASA SERANG 2016
ABSTRAK Pradytia Herlyansah. NIM. 6661120495 2016. Skripsi. Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Tangerang. Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Pembimbing I Gandung Ismanto, MM. Pembimbing II Arenawati, M.Si.
Fokus penelitian ini adalah Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Tangerang. Masalah yang diidentifikasi oleh peneliti dalam penelitian ini adalah Belum adanya Lembaga Keuangan Mikro yang disediakan oleh Pemerintah Kota Tangerang dalam mengatasi permodalan, Pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum berjalan dengan optimal, Sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum efektif karena masih banyak pelaku UMKM yang belum memiliki sertifikat halal, Fasilitas yang disediakan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum memadai. Penelitian ini menggunakan teori Van Meter dan Van Horn dalam Implementasi yaitu : Ukuran dan tujuan kebijakan, Sumber-sumber kebijakan, Karakterikstik Agen Pelaksana, Sikap/Kecenderungan Agen Pelaksana, Komunikasi Antar Organisasi, Lingkungan sosial ekonomi dan politik. Penelitian ini menggunakan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian ini menunjukan bahwa Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Tangerang sudah baik, namun masih perlu pembenahan dalam berbagai aspek. Hal ini disebabkan oleh beberapa faktor, seperti: tidak adanya Lembaga Keuangan Mikro di Kota Tangerang, tidak adanya sentra oleh-oleh Kota Tangerang sebagai wadah promosi, kurangnya sumber daya manusia yang ada di Dinas Perindustrian Perdagangan dam Koperasi, belum adanya database UMKM di Kota Tangerang.
Kata Kunci: Implementasi, Usaha Mikro Kecil dan Menengah
ii
ABSTRACT Pradytia Herlyansah. NIM. 6661120495. 2016. Implementation of Policy Empowerment of Micro, Small and Medium Enterprises (UMKM) in the city of Tangerang. Public Administration Departement, Social and Politic Faculty, Sultan Ageng Tirtayasa University. First Advisor Gandung Ismanto, MM. Second Advisor Arenawati, M.Si.
The focus of this research is Implementation of Policy Empowerment of Micro, Small and Medium Enterprises (UMKM) in the city of Tangerang. Problems identified by the researchers in this study is the absence of Microfinance Institution provided by the Tangerang City Government in dealing with capital, coaching is conducted by the Department of Industry, Commerce and Cooperatives Tangerang City has not run optimally, socialization conducted by the Department of Industry, Commerce and Cooperatives City Tangerang was not effective because there are still many UMKM which do not have the halal certificate, amenities provided by the Department of Industry, Commerce and Cooperatives Kota Tangerang inadequate. This study uses the theory of Van Meter and Van Horn in implementation are: The size and purpose of the policy, resources policy, karakterikstik Implementing Agencies, attitude / tendency Implementing Agencies, Inter-Organizational Communication, socio-economic and political environment. This study used qualitative research methods. These results indicate that the Empowerment Policy Implementation of Micro, Small and Medium Enterprises (UMKM) in the city of Tangerang has been good, but still need improvement in many aspects. It is caused by several factors, such as: the absence of Microfinance Institutions in the city of Tangerang, the absence of centers souvenirs Tangerang City as a venue for the promotion, lack of human resources in the Department of Industry, Commerce dam Cooperative, the absence of a database of UMKM in Tangerang.
Keywords: Implementation, Micro Businesses Small and Medium Enterprises
i
LA TAHZAN (JANGAN BERSEDIH, ALLAH SELALU BERSAMA KITA)
SKRIPSI ini aku persembahkan untuk Bapak, Ibu, Adik dan Keluarga Tercinta Terima kasih untuk motivasi yang selama ini diberikan
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah, segala puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah memberi rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan
skripsi
ini
dengan
judul
“Implementasi
Kebijakan
Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Tangerang”. Skripsi ini di susun sebagai salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana Ilmu Sosial pada konsentrasi Kebijakan Publik, Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. Dalam penyusunan Skripsi ini penulis melibatkan banyak pihak yang senantiasa memberikan bantuan, baik berupa bimbingan, dukungan moral dan materil, maupun keterangan-keterangan yang sangat berguna hingga tersusunnya Skripsi ini. Oleh karena itu, dengan rasa hormat penulis mengucapkan terimakasih kepada: 1. Prof. Dr. H. Sholeh Hidayat, M.Pd., Rektor Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 2. Dr. Agus Sjafari, M.Si., Dekan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 3. Rahmawati, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan I Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 4. Imam Mukhroman, S.Sos, M.Si., Wakil Dekan II Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa.
vi
vii
5. Kandung Sapto Nugroho, M.Si., Wakil Dekan III Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 6. Listyaningsih, S.Sos, M.Si., Ketua Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 7. Yeni Widyasuti, M.Si., Dosen Pembimbing Akademik yang telah membimbing selama perkuliahan. 8. Gandung
Ismanto,
MM.,
Dosen
Pembimbing
Skripsi
I
terus
menyemangati dan membimbing peneliti dalam menyusun proposal skripsi ini. 9. Arenawati, M.Si., Dosen Pembimbing Skripsi II yang juga telah menyemangati dan membimbing peneliti dalam menyusun proposal skripsi ini. 10. Seluruh Dosen dan Staf Program Studi Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 11. Teman-teman seperjuangan seluruh Mahasiswa Ilmu Administrasi Negara Reguler dan Non-Reguler Angkatan 2012, Khususnya teman-teman Administasi Negara Kelas C yang selama 3 tahun lebih telah banyak mengisi cerita dan kehidupan peneliti selama di bangku perkuliahan. 12. Serta pihak lain yang membantu mendukung penelitian ini yang tidak dapat peneliti ucapkan satu per satu. Peneliti ucapkan terimakasih.
vii
viii
Peneliti berharap skripsi yang telah peneliti tulis ini dapat bermanfaat bagi seluru stakeholder, dosen, mahasiswa, maupun pihak lain yang membacanya. Akhir kata, peneliti ucapkan terimakasih.
Serang, 18 Oktober 2016
Pradytia Herlyansah
viii
ix
DAFTAR ISI
ABSTRAK .............................................................................................................. i ABSTRACT ............................................................................................................ ii LEMBAR PERSETUJUAN ................................................................................ iii PERNYATAAN ORISINALITAS...................................................................... iv LEMBAR PENGESAHAN ...................................................................................v KATA PENGANTAR .......................................................................................... vi DAFTAR ISI ......................................................................................................... ix DAFTAR TABEL ............................................................................................... xii DAFTAR GAMBAR .......................................................................................... xiii DAFTAR LAMPIRAN ...................................................................................... xiv BAB I PENDAHULUAN 1.1.
Latar Belakang Masalah ...............................................................................1
1.2.
Identifikasi Masalah ...................................................................................16
1.3.
Batasan Masalah .........................................................................................17
1.4.
Rumusan Masalah ......................................................................................17
1.5.
Tujuan Penelitian........................................................................................18
1.6.
Manfaat Penelitian......................................................................................19
1.7.
Sistematika Penulisan .................................................................................20
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN 2.1.
Landasan Teori ...........................................................................................23 2.1.1. Pengertian Kebijakan .....................................................................24 ix
x
2.1.2. Pengertian Kebijakan Publik ..........................................................25 2.1.3. Tahap-tahap Kebijakan Publik .......................................................28 2.1.4. Implementasi Kebijakan Publik .....................................................29 2.1.5. Model-model Implementasi Kebijakan ..........................................33 2.1.5.1. Model Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier ..........................33 2.1.5.2. Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III ..........34 2.1.5.3. Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle ...............35 2.1.5.4. Model Donald Van Metter dan Carl Van Horn .......................36 2.1.6. Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) .......................................38 2.1.6.1. Konsep dan Definisi UMKM ..................................................38 2.1.6.2. Landasan Hukum UMKM ......................................................39 2.1.6.3. Kriteria UMKM ......................................................................39 2.1.6.4. Kriteria Produk Unggulan UMKM .........................................40 2.1.7. Renstra Disperindagkop 2014-2018 ...............................................41 2.2.
Penelitian Terdahulu ..................................................................................48
2.3.
Kerangka Pemikiran Penelitian ..................................................................49
2.4.
Asumsi Dasar .............................................................................................52
BAB III METODOLOGI PENELITIAN 3.1.
Metode Penelitian ......................................................................................53
3.2.
Ruang Lingkup Penelitian ..........................................................................54
3.3.
Lokasi Penelitian ........................................................................................55
3.4.
Fenomena yang Diamati ............................................................................55 3.4.1. Definisi Konsep ..............................................................................55 3.4.2. Definisi Operasional.......................................................................56 x
xi
3.5.
Instrumen Penelitian...................................................................................60
3.6.
Informan Penelitian ....................................................................................61
3.7.
Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data ...........................................62 3.7.1. Teknik Pengumpulan Data .............................................................62 3.7.2. Analisis Data ..................................................................................70
3.8.
Lokasi dan Jadwal Penelitian ....................................................................74
BAB IV PEMBAHASAN 4.1. Deskripsi Kota Tangerang ............................................................................75 4.2. Gambaran Umum Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang ... .................................................................................................80 4.2.1. Visi-Misi Dinas Indagkop Tangerang...............................................81 4.2.2. Tugas Fungsi dan Struktur Dinas Indagkop Tangerang ...................82 4.3. Deskripsi data ...............................................................................................88 4.3.1. Deskripsi Informan Penelitian ..........................................................88 4.3.1. Data Informan Penelitian ..................................................................93 4.4. Deskripsi dan Data Temuan Lapangan .........................................................95 4.5. Implementasi Kebijakan Pembinaan UMKM di Kota Tangerang ...............96 4.5.1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan ..........................................................96 4.5.2. Sumber-sumber Kebijakan .............................................................109 4.5.2.1. Sumber Daya Manusia ......................................................109 4.5.2.2. Sumber Daya Anggaran ....................................................111 4.5.2.3. Sumber Daya Sarana dan Prasarana .................................112 4.5.3. Karakteristik Agen Pelaksana .........................................................117 xi
xii
4.5.4. Sikap/Kecenderungan Agen Pelaksana ..........................................118 4.5.4.1. Inisiatif ..............................................................................118 4.5.4.2. 4.5.5.
Partisipatif ......................................................................121
Komunikasi Antar Organisasi ......................................................125
4.5.6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik ......................................129 4.6. Pembahasan ................................................................................................134 4.6.1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan ........................................................135 4.6.2. Sumber-sumber Kebijakan .............................................................139 4.6.3. Karakteristik Agen Pelaksana .........................................................145 4.6.4. Sikap dan Kecenderungan Agen Pelaksana ....................................145 4.6.5.1. Inisiatif ...............................................................................145 4.6.5.2. Partisipatif ..........................................................................146 4.6.5. Komunikasi Antar Organisasi .........................................................147 4.6.6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik ......................................148 BAB V SIMPULAN DAN SARAN 5.1
Kesimpulan .................................................................................................149
5.2
Saran ...........................................................................................................155
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................... LAMPIRAN .............................................................................................................. DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................................................
xii
xiii
DAFTAR TABEL Tabel 1.1 Kriteria UMKM Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang UMKM .....................................................................................3 Tabel 1.2 Data Perkembangan UMKM 2013 ........................................................4 Tabel 1.3 Jumlah UMKM tahun 2008 ...................................................................8 Tabel 1.4 Data Jumlah UMKM Berdasarkan Kriteria Usaha Perkecamatan tahun 2015 ....................................................................................................12 Tabel 1.5 Program Kegiatan dan Indikasi Pendanaan .....................................14 Tabel 2.1 Kriteria UMKM Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2008 Tentang UMKM ....................................................................................40 Tabel 2.2 Indikator Sasaran dan Program Pembangunan Daerah Kota Tangerang di Disperindagkop bagi UMKM dan Koperasi 2014-2018..................47 Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Penelitian ..........................................................59 Tabel 3.2 Informan Penelitian ..............................................................................62 Tabel 3.3 Jadwal Penelitian..................................................................................74 Tabel 4.1 Data PDRB Kota Tangerang ................................................................77 Tabel 4.2 Data Jumlah UMKM di Kota Tangerang .............................................79 Tabel 4.3 Daftar Informan Penelitian...................................................................94 Tabel 4.4 Jumlah UMKM yang telah difasilitasi sertifikat halal .......................139 Tabel 4.5 Data Jumlah UMKM di Kota Tangerang ...........................................141 Tabel 4.6 Program kegiatan dan Indikasi Pendanaan ........................................142
DAFTAR GAMBAR xiii
xiv
Gambar 2.1 Sekuensi Implementasi Kebijakan ....................................................31 Gambar 2.2 Model Implementasi Kebijakan Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier .....................................................................................34 Gambar 2.3 Model Implementasi Kebijakan George C. Edward II ......................35 Gambar 2.4 Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle .........................36 Gambar 2.5 Model Implementasi Kebijakan Van Metter dan Van Horn .............37 Gambar 2.6 Kerangka Berfikir Penelitian .............................................................51 Gambar 3.1 Siklus Teknis Analisis data Menurut Miles dan Huberman ..............73 Gambar 4.1 Peta Kota Tangerang .........................................................................76 Gambar 4.2 Struktur Organisasi Dinas Indagkop Tangerang ...............................87 Gambar 4.3 Sentra oleh-oleh Tangerang ............................................................144
Daftar Lampiran Lampiran 1
Surat Izin Penelitian xiv
xv
Lampiran 2
Surat Persetujuan Penelitian
Lampiran 3
Pedoman Umum Wawancara
Lampiran 4
Matirks Hasil Wawancara
Lampiran 5
Member Check
Lampiran 6
Dokumentasi Penelitian
Lampiran 7
Catatan Lapangan
Lampiran 8
Catatan Bimbingan
Lampiran 9
Undang-Undang No.20 Tahun 2008
Lampiran 10 Daftar Riwayat Hidup
xv
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah Kemiskinan dan pengangguran merupakan hal yang tidak bisa dipisahkan dari masalah yang ada di Indonesia. Sumber daya manusia yang masih minim sehingga sulit mendapatkan sumber penghasilan serta kebutuhan ekonomi yang mendesak menjadikan perekonomian masyarakat menjadi sangat lemah. Ini merupakan hal yang selalu menjadi pekerjaan rumah bagi pemerintah dari massa ke massa. Setiap tahun anggaran selalu digelontorkan oleh pemerintah untuk membangun
perekonomian
masyarakat.
Dalam
merealisasikan
tujuan
pembangunan, maka segenap potensi alam harus digali, dikembangkan, dan dimanfaatkan sebaik-baiknya. Begitu pula dengan potensi manusianya yang harus ditingkatkan dari segi pengetahuan serta keterampilannya sehingga mampu menggali, mengembangkan dan memanfaatkan potensi alam secara maksimal dan pelaksanaan program pembangunan dapat terealisasi. Pada hakekatnya tujuan pembangunan suatu negara dilaksanakan adalah mewujudkan kesejahteraan masyarakat. Demikian halnya dengan tujuan dibentuknya indonesia. Dalam pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 dinyatakan bahwa tujuan Pembangunan Nasional Bangsa Indonesia adalah melindungi segenap bangsa dan seluruh tumpah dara Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, serta ikut melaksanakan
1
2
ketertiban dunia. Untuk mewujudkan tujuan tersebut dilaksanakan pembangunan nasional yaitu pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat seutuhnya. Di Indonesia sejak pertengahan tahun 1997 krisis ekonomi yang menimpa hingga kini masih dirasakan dampaknya, baik dampak yang bersifat negatif maupun positif. Dampak negatif krisis ekonomi itu antara lain berupa tingkat pertumbuhan
perekonomian
rendah,
banyaknya
perusahaan
mengalami
kebangkrutan, pengangguran membengkak serta jumlah penduduk miskin makin bertambah. Sedangkan dampak positifnya berupa mengingatkan dan menyadarkan pemerintah perlunya perubahan paradigma pembangunan yang selama ini menggunakan pendekatan-pendekatan berlandaskan ekonomi konglomerat untuk dikembalikan berdasarkan ekonomi kerakyatan dengan memberikan peran yang tinggi terhadap Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM). Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) mempunyai peran yang strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. Pada saat krisis ekonomi yang terjadi tahun 1997, dimana banyak usaha berskala besar yang mengalami stagnasi bahkan berhenti aktifitasnya, sektor UMKM terbukti lebih tangguh dalam menghadapi krisis tersebut. Peranan UMKM, terutama sejak krisis ekonomi dapat dipandang sebagai katup pengaman dalam proses pemulihan ekonomi nasional, baik dalam mendorong laju pertumbuhan ekonomi nasional maupun penyerapan tenaga kerja. Berdasarkan Undang-Undang No. 20 Tahun 2008 tentang UMKM diperoleh pengertian bahwa Usaha Mikro adalah usaha produktif milik perorangan dan/atau
3
badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria usaha kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau canbang perusahaan yang dimiliki, dikuasai atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. Berikut peneliti lampirkan Kriterianya :
Tabel 1.1 Kriteria UMKM Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang UMKM No.
Uraian
Kriteria Asset
Omzet
1
Usaha Mikro
Maks 50 juta
Maks 300 juta
2
Usaha Kecil
>50 Juta – 500 juta
>300 Juta – 2,5 Milyar
3
Usaha Menengah
>500juta – 10 Milyar
>2,5 Milyar – 50 Milyar
4
Kegiatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) merupakan salah satu bidang usaha yang dapat berkembang dan konsisten dalam perekonomian nasional. UMKM menjadi wadah yang baik bagi penciptaan lapangan pekerjaan yang produktif. UMKM merupakan usaha yang bersifat padat karya, tidak membutuhkan
persyaratan
tertentu
seperti
tingkat
pendidikan,
keahlian
(keterampilan) pekerja, dan penggunaan modal usaha relatif sedikit serta teknologi yang digunakan cenderung sederhana. UMKM masih memegang peranan penting dalam perbaikan perekonomian Indonesia, baik ditinjau dari segi jumlah usaha, segi penciptaan lapangan kerja, maupun dari segi pertumbuhan ekonomi nasional yang diukur dengan Produk Domestik Bruto. Tabel 1.2 Data Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) 2013 NO 1
2
3
INDIKATOR
SATUAN
JUMLAH
Unit Usaha (A+B) 57.900.787 A. Usaha Mikro, Kecil dan 57.895.721 Menengah (UMKM) - Usaha Mikro (Umi) (Unit) 57.189.393 - Usaha Kecil (UK) 654.222 - Usaha Menengah (UM) 52.106 B. Usaha besar (UB) 5.066 Tenaga Kerja (A+B) 117.681.244 A. Usaha Mikro, Kecil dan 114.144082 Menengah (UMKM) - Usaha Mikro (Umi) (Orang) 104.624.466 - Usaha Kecil (UK) 5.570.231 - Usaha Menengah (UM) 3.949.385 B. Usaha besar (UB) 3.537.162 PDB atas Dasar Harga Berlaku 9.014.951,2 (A+B) A. Usaha Mikro, Kecil dan 5.440.007,9 Menengah (UMKM) (Rp.Milyar) - Usaha Mikro (Umi) 3.326.564,8 - Usaha Kecil (UK) 876.385,3 - Usaha Menengah (UM) 1.237.057,8 B. Usaha besar (UB) 3.574.943,3 Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM, 2013
PANGSA (%) 100 99,99 98,77 1,13 0,09 0,01 100 96,99 88,90 4,73 3,36 3,01 100 60,34 36,90 9,72 13,72 39,66
5
Data Dinas Koperasi dan UMKM tahun 2013 menunjukkan total nilai Produk Domestik Bruto (PDB) Indonesia mencapai Rp. 9.014,9 triliun seperti terlihat pada tabel 1.1. UMKM memberikan kontribusi sebesar Rp. 5.440 triliun atau 60,34% dari total PDB Indonesia. Jumlah populasi UMKM Indonesia pada tahun 2013 mencapai 57,90 juta unit usaha atau 99,99% terhadap total unit usaha di Indonesia, sementara jumlah tenaga kerjanya mencapai 114,14 juta orang atau 96,9% terhadap seluruh tenaga kerja Indonesia. Data tersebut menunjukkan bahwa peranan UMKM dalam perekonomian Indonesia sangat penting dalam menyediakan lapangan pekerjaan dan menghasilkan output yang berguna bagi masyarakat. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) mempunyai peranan strategis dalam pembangunan ekonomi nasional. UMKM berperan dalam pertumbuhan ekonomi dan penyerapan tenaga kerja. Selain itu, UMKM juga berperan dalam pendistribusian hasil-hasil pembangunan. Keberadaan sektor Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bukan hanya dianggap sebagai tempat penampungan sementara bagi para pekerja yang belum masuk ke sektor formal, tetapi juga sebagai motor pertumbuhan aktivitas ekonomi. Hal ini dikarenakan jumlah penyerapan tenaga kerjanya yang demikian besar. Mengingat pengalaman yang telah dihadapi oleh Indonesia selama krisis ekonomi, kiranya tidak berlebihan apabila pengembangan sektor swasta difokuskan pada UMKM. Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan peranan serta kelembagaan UMKM dalam perekonomian nasional, maka pemberdayaan tersebut perlu dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha,
6
dan Masyarakat secara menyeluruh, sinergis dan berkesinambungan. Untuk mewujudkan hal tersebut maka Pemerintah mengesahkan UU No 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Undang-undang ini disusun dengan maksud untuk memberdayakan Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Walaupun Usaha Mikro Kecil dan Menengah telah menunjukan peranannya dalam perekonomian nasional namun masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala. Pada dasarnya hambatan dan kendala yang dihadapi para pelaku UMKM dalam meningkatkan kemampuan usaha sangat kompleks dan meliputi berbagai aspek yang mana satu dengan yang lainnya saling berkaitan antara lain : -kurangnya permodalan baik jumlah maupun sumbernya, - kurangnya kemampuan manajerial dan keterampilan beroperasi serta tidak adanya bentuk formil dari perusahaan, - lemahnya organisasi dan terbatasnya pemasaran. Disamping itu terdapat juga persaingan yang kurang sehat dan desakan ekonomi sehingga mengakibatkan ruang lingkup usaha menjadi terbatas. Beragamnya hambatan dan kendala yang dihadapi UMKM, tampaknya masalah permodalan masih merupakan salah satu faktor kritis bagi para UMKM, baik untuk pemenuhan kebutuhan modal kerja maupun modal investasi dalam pengembangan usaha. Untuk mengatasi persoalan yang dihadapi UMKM, Pemerintah Kota Tangerang melalui Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi melakukan berbagai upaya dalam mengatasi persoalan UMKM tersebut dengan melakukan Pemberdayaan UMKM di kota Tangerang.
7
Kota Tangerang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota Tangerang. Kota Tangerang memiliki letak strategis yaitu sebelah barat berbatasan langsung dengan Ibu Kota DKI Jakarta memiliki peran aktif untuk menopang kemajuan Negara. Bandara internasional Soekarno Hatta yang terletak di wilayah Kota Tangerang dengan berakses ke ruas jalan tol Jakarta-Merak dan tol Serpong-dalam Kota DKI Jakarta yang memberi akses kemudahan arusu lalu lintas manusia dan barang. Sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) RI No. 13 Tahun 1976 Kota Tangerang ditetapkan menjadi daerah penyanggah DKI Jakarta, sejak saat itu Kota Tangerang tumbuh – kembang secara pesat dengan mengunggulkan perekonomian yang bertulang punggung perindustrian, perdagangan dan koperasi. Sebagai daerah penyanggah Ibu Kota Negara DKI Jakarta gerak maju perekonomian Kota Tangerang sangat berkolerasi dengan gerak maju perekonomian nasional. Selain itu, sesuai dengan pernyataan Walikota Tangerang Bapak H. Arief Rachadiono Wismansyah yang mengatakan Tangerang tidak hanya menjadi pusat industri tetapi juga menjadi kota bisnis, perdagangan dan jasa. Hal ini memperlihatkan kesiapan Kota Tangerang untuk menghadapi persaingan global. Seiring dengan tumbuh kembangnya Kota Tangerang mendapatkan julukan garda terdepan perekonomian Provinsi Banten. Julukan ini berdasarkan hasil pendataan Pemerintah Kota Tangerang pada Oktober 2008 sebagai berikut :
8
Tabel 1.3 Jumlah Usaha Mikro Kecil dan Menengah Tahun 2008 No. 1
Tingkatan Usaha Usaha Mikro
Jenis Usaha
Jumlah
Industri
2.005
2
Perdagangan
43.376
3
Jasa
56.755
Industri
1.581
5
Perdagangan
9.777
6
Jasa
4
7
Usaha Kecil
Usaha Menengah
14.030
Indsutri
78
8
Perdagangan
9
Jasa
130 11
(Sumber: Profil Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang 2009, Pengembangan Database Informasi Potensi Unggulan Kota Tangerang)
Melihat banyaknya usaha yang ada di Kota Tangerang, diantaranya pada sektor
jasa(Travel/pariwisata,
Grafis/Perecetakan,
Fotocopy,
Transportasi, Sewa
Mobil,
Pendidikan, Katering,
Design Jahit,dsb),
perdagangan(Buah, Makanan, Minuman,dll) dan juga industri(Pakaian Jadi, Handmade, Makanan, Minuman, Furniture, dll), maka sangat sesuai apabila Kota Tangerang mendapatkan julukan garda perekonomian Provinsi Banten. Apabila potensi unggulan dari usaha-usaha diatas dikembangkan dan dikelola dengan komitmen yang kuat oleh Pemerintah Kota Tangerang khususnya Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi
Kota Tangerang maka akan
memberikan manfaat yang besar bagi Pemerintah Kota Tangerang dan masyarakat Kota Tangerang dalam memajukan pendapatan dan taraf perekonomian.
9
Salah satu potensi unggulan UMKM yang ada di Kota Tangerang adalah usaha dodol lapis tangerang dan usaha kerajinan sandal. Usaha dodol yang dibuat oleh ny.fang dan ny.lauw warga kelurahan karangsari kecamatan neglasari ini sudah terkenal hingga ke luar kota bahkan penjualannya sudah mencapai ke Medan, Palembang, Lampung, Tangerang selatan dsb. Dodol ini sangat terkenal puluhan tahun lalu sehingga saat ini sudah dijadikan sebagai oleh-oleh kuliner khas kita Tangerang. Berikutnya Kerajinan berupa tas, sepatu, ikat pinggang dan kantung HP terbuat dari kulit buaya, ular, biawak, sapid dan ikan pari yang didapatkan dari Kalimantan. Usaha kerajinan sandal oleh keluarga Ny. Tio Wan Nio, keluarga keturunan Cina yang bertempat tinggal di Neglasari setelah dilatih dan dibina Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi mendapatkan kepercayaan mengerjakan pembuatan sandal kamar untuk konsumsi tamu-tamu hotel berbintang di Jakarta, Bali, Surabaya dan Lampung. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang memiliki peran yang sangat signifikan dalam mengatur permasalahan-permasalahan produk dalam negeri dalam menghadapi persaingan global khususnya khususnya kesiapan produk yang dihasilkan dan kesiapan masyrakat Kota Tangerang, sehingga sangat diharapkan oleh masyarakat untuk bisa melakukan pendataan, managemen, pelatihan, pemberdayaan, Pemberdayaan, promosi, pelayanan, kualitas dan pengawasan yang sesuai agar masyarakat Kota Tangerang mampu menghadapi dan bersaing nantinya dan juga Dinas Perindsutrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang melakukan pengembangan-pengembangan dan senantiasa memenuhi kebutuhan sesuai dengan tugas pokok dan fungsi.
10
Rumusan kebijakan Rencana Pembangunan Jangka Panjang Daerah (RPJPD) Kota Tangerang sama sebangun dengan rumusan sektor industri, perdagangan dan koperasi skala nasional. Rumusan RPJPD Kota Tangerang 20102025 bidang Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi adalah (1) Memperkuat basis industri manufaktur sehingga menjadi industri kelas dunia (world class industry). (2) Memperkuat industri penggerak pertumbuhan ekonomi. (3) Meningkatkan sumbangan Industri Kecil Menengah (IKM) terhadap PDB dibandingkan dengan sumbangan industri besar. (4) Menguatkan jaringan kerjasama / networking antara IKM dan industri besar. Peneliti memfokuskan penelitian ini pada Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) di Kota Tangerang. Karena masih banyak permasalahan yang dialami oleh para pelaku UMKM di Kota Tangerang sehingga Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi harus lebih berperan aktif dalam menghadapi masalah yang dialami oleh UMKM diKota Tangerang. Sesuai dengan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia Nomor 17 Tahun 2013 Tentang Pelaksanaan Undang-Undang Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro Kecil dan Menengah Pasal 2 yaitu : (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah sesuai dengan kewenangannya menyelenggarakan pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah. (2) Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan dengan: a. Pengembangan usaha; b. Kemitraan; c. Perizinan; dan d. Koordinasi dan pengendalian. Sudah menjadi
11
kewajiban
bagi
Dinas
Perindustrian
Perdagangan
dan
Koperasi
untuk
memberdayakan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) untuk keberlangsungan pelaku UMKM dalam menjalankan usahanya. Berikut ini adalah data jumlah UMKM berdasarkan Kriteria Usaha yang ada di Kota Tangerang : Berdasarkan hasil observasi awal yang dilakukan oleh peneliti dalam melihat permasalahan terkait UMKM di Kota Tangerang peneliti memfokuskan pada beberapa permasalahan yang didapatkan setelah melakukan
observasi
lapangan dan wawancara langsung dengan pihak terkait. Temuan lapangan menunjukan bahwa terdapat beberapa faktor yang menjadi masalah dalam Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang ini yaitu : Pertama, Belum adanya Lembaga Keuangan Mikro (LKM) sehingga membuat Pemkot Tangerang belum bisa memberikan pinjaman lunak kepada pelaku UMKM. Karena masalah permodalan selalu menjadi masalah utama bagi para pelaku UMKM. Para pelaku UMKM masih menggunakan modal sendiri dan sulit mendapatkan modal dari lembaga-lembaga permodalan lain karena masih banyak pula para pelaku UMKM yang masih belum bisa membuat managemen pembukuan dan mengelola keuangan secara baik. Pelaku UMKM Kota Tangerang masih menggunakan sistem manual dan belum rapih dalam membuat laporan keuangan seperti pengeluaran dan pemasukan selama menjalankan usaha.
12
Tabel 1.4 Data Jumlah UMKM Berdasarkan Kriteria Usaha Perkecamatan Di Kota Tangerang Tahun 2015 No.
Kecamatan
Mikro
Kecil
Menengah
Jumlah
1
Batu Ceper
442
56
4
502
2
Benda
201
25
5
231
3
Cibodas
3.617
214
8
3.839
4
Ciledug
231
53
25
309
5
Cipondoh
175
221
32
428
6
Jatiuwung
876
257
38
1.171
7
Karang Tengah
243
73
7
323
8
Karawaci
516
30
7
553
9
Larangan
190
318
218
726
10
Neglasari
122
25
2
149
11
Periuk
452
50
45
547
12
Pinang
683
78
10
771
13
Tangerang
289
77
27
393
8.037
1.477
428
9.942
Total
(Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang)
Tabel diatas merupakan data jumlah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) berdasarkan kriteria usaha perkecamatan di Kota Tangerang pada tahun 2015. Dapat dilihat bahwa di Kota Tangerang masih banyak usaha yang berskala mikro daripada skala menengah. UMKM terbanyak ada pada kecamatan Cibodas sebanyak 3.839 UMKM dan terendah pada kecamatan Benda sebanyak 231 UMKM.
13
Kedua,
Pemberdayaan
yang dilakukan
oleh
Dinas
Perindustrian
Perdagangan dan Koperasi belum optimal. Pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang hanya sebatas seminar dan pelatihan yang sifatnya sementara. Seminar dan pelatihan diberikan 2-3 hari disebuah tempat yang telah ditentukan, sehingga tidak begitu efektif. Sebuah pelatihan yang hanya 2-3 hari tanpa adanya praktik lapangan tidak akan membuat para pelaku UMKM menjadi kreatif, inovatif dan memahami cara-cara untuk berkembang. Dana yang dianggarkan untuk Pemberdayaan UMKM cukup. Berikut ini adalah tabel program kegiatan dan indikasi pendanaan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang :
14
Tabel 1.5 Program Kegiatan dan Indikasi Pendanaan Program
Kegiatan
Program Pengembangan Sistem Pendukung
Tahun 2014
Tahun 2015
Angg. (Rp)
Angg. (Rp)
Kegiatan Penyelenggaraan Promosi Produk UMKM Melalui Pameran Kegiatan Pembangunan Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT)
Rp. 220.000.000
Rp. 242.000.000
Rp.
Rp. 25.000.000.
Kegiatan Sosial Program KUR
Rp.
Kegiatan Sosialisasi Prinsip-Prinsip Pemahaman Perkoperasian Kegiatan Pemberdayaan, Pengawasan dan Penghargaan Koperasi Berprestasi Kegiatan Revitalisasi Koperasi
Rp. 170.000.000
Rp. 187.000.000
Rp. 350.000.000
Rp. 358.000.000
Rp. 150.000.000
Rp. 165.000.000
Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan dan Program Pembangunan Koperasi (Kegiatan Penyebaran Model-Model Pola Pengembangan Koperasi) Kegiatan Memfasilitasi Penin gkatan Kemitraan Usaha bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kegiatan Penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan Kegiatan Pelatihan Manajemen Pengelolaan Koperasi
Rp. 168.000.000
Rp.
Rp. 187.000.000
Rp. 205.700.000
Rp. 186.402.500
Rp. 205.700.000
Rp.
-
Rp. 205.042.750
Sosialisasi Kebijakan Tentang Usaha Mikro Kecil Menengah
Rp.
-
Rp. 200.000.000
Perencanaan Koordinasi dari Pengembangan UMKM
Rp.
-
Rp. 200.000.000
Fasilitas Pengembangan UMKM
Rp.
-
Rp. 200.000.000
Pendataan UMKM di Kota Tangerang
Rp.
-
Rp.
-
000
Usaha Bagi Mikro Kecil Menengah Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi
Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha
-
Rp. 175.000.000
-
Kecil Menengah Program Penciptaan
Iklim Usaha yang Kondusif
-
(Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang)
Tabel di atas merupakan indikasi pendanaan untuk kegiatan di UMKM pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi. Sesuai dengan kenaikan pendanaan dari tahun ke tahun, berarti kenaikan juga pada hasil yang akan
15
didapatkan. Namun dalam implementasinya masih ada beberapa masalah yang membuat kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) ini masih belum bisa dikatakan optimal. Ketiga, Sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi masih belum efektif. Masih banyak Para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Tangerang yang belum memahami prosedur pembuatan ijin usaha yang berlaku di Kota Tangerang dan tidak mempunyai sertifikat halal resmi dari MUI. Banyak UMKM Kota Tangerang yang sudah memiliki produk dengan kualitas yang bagus namun masih banyak yang belum memiliki sertifikat halal dari MUI. Kendalanya karena biaya yang cukup mahal, juga waktu yang lama untuk mengurus prosedur sertifikat tersebut tidak hanya itu saja Dinas Indagkop belum memiliki database UMKM di Kota Tangerang. Biaya untuk membuat sertifikasi halal sekitar 2jt - 2,5 juta penerbitannya dilakukan oleh MUI Provinsi Banten. Kebanyakan UMKM tidak mampu membayar atau tidak punya waktu untuk mengurusnya. Tahun 2014 hanya 8 UMKM yang telah memiliki sertifikat halal dan Tahun 2015 ada 41 dan tahun ini sudah berjalan 40 UMKM. Keempat, Fasilitas yang disediakan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi masih kurang memadai. Contohnya pada sarana Promosi. Promosi merupakan salah satu cara untuk mempercepat penjualan produk, bila tidak melakukan promosi darimana masyarakat bisa mengetahui produk apa saja yang dihasilkan oleh UMKM Kota Tangerang. Sarana promosi tidak disediakan oleh pemerintah seperti sentra oleh-oleh dan kerajinan Kota Tangerang untuk menarik
16
minat pembeli baik lokal maupun pendatang. Promosi yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang hanya pada event tahunan seperti Tangerang Expo dan ulang tahun Kota Tangerang. Website Kota Tangerang pun tidak dimanfaatkan sebagai sarana promosi sehingga Sarana promosi masih menjadi masalah dalam Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang. Kelima, Kurangnya perhatian pemerintah terhadap para pelaku UMKM, Visi yang dibuat oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang yaitu dalam rangka Memberdayakan UMKM yang sehat mandiri dan berdaya saing ini tidak sesuai dengan kenyataan yang ada dilapangan karena nyatanya para pelaku UMKM ini terlalu mandiri tanpa adanya perhatian pemerintah dalam melakukan usahanya. Seperti halnya dalam memonitoring kegiatan UMKM ini masih kurang continue, pemerintah kurang memberikan dorongan kepada pelaku UMKM, dalam pembuatan kegiatan hanya sekedar membuat tanpa ada perhatian dan belum sesuai dengan manfaatnya. Dan data yang tidak up to date karena banyak data UMKM ini yang sudah tidak aktif lagi usahanya sehingga banyak data-data yang biar. Berdasarkan penjelasan dan masalah-masalah yang sudah dipaparkan di atas maka penulis ingin mengetahui Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Tangerang.
17
1.2 Identifikasi Masalah Setelah melakukan penelitian langsung ke Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dan Dinas Perindsutrian Perdagangan dan Koperasi ditemukan masalah-masalah. Adapun yang menjadi identifikasi masalah yaitu : 1. Belum adanya Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang disediakan oleh Pemkot
Tangerang dalam masalah permodalan dan kurang rutinnya
pelatihan keuangan karena masih banyak pelaku UMKM yang belum bisa memanage keuangannya secara baik. 2. Pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum berjalan dengan optimal. 3. Sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum efektif karena masih banyak Para Pelaku UMKM yang belum memiliki seritifikat halal dan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum memiliki database UMKM di Kota Tangerang. 4. Fasilitas yang disediakan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum memadai terutama dalam sarana promosi. 5. Kurangnya perhatian pemenrintah dan kurangnya monitoring dalam hal pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang.
18
1.3 Batasan Masalah Untuk
Mempermudah
penelitian,
peneliti
membatasi
ruang
lingkup
permasalahan. Hal ini dikarenakan adanya fokus penelitian, maka akan memberikan batasan studi yang akan dilakukan, agar tidak terjebak dengan banyaknya data yang terdapat dilapangan. Maka fokus penelitian adalah Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kota Tangerang. 1.4 Rumusan Masalah Berdasarkan pada latar belakang yang telah peneliti paparkan dan dengan memperhatikan pada fokus penelitian yang telah disebutkan dalam batasan masalah, maka yang menjadi rumusan masalahnya adalah : Bagaimana Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kota Tangerang ? 1.5 Tujuan Penelitian 1.5.1 Tujuan Operasional Berdasarkan rumusan masalah diatas maka tujuan yang hendak dicapai adalah untuk mengetahui Bagaimana Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) di Kota Tangerang.
19
1.5.2 Tujuan Fungsional Penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat bagi semua pihak yang berkepentingan
yaitu
Pemerintah
Kota
Tangerang,
Dinas
Perindustrian
Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang, pelaku Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) yang berada di wilayah Kota Tangerang dan Masyarakat Kota Tangerang. 1.5.3 Tujuan Individual Untuk memenuhi salah satu syarat untuk memperoleh Gelar Sarjana Sosial pada Konsentrasi Kebijakan Publik Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa. 1.6 Manfaat Penelitian Tercapainya tujuan penelitian yang telah disebutkan di atas, maka hasil penelitian ini diharapkan dapat menghasilkan manfaat bagi : 1. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang Penelitian ini bermanfaat karena dapat digunakan sebagai bahan masukan yang berguna untuk meningkatkan kinerja Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang dan untuk meningkatkan Impelementasi Kebijakan Pemberdayaan UMKM Kota Tangerang.
20
2. Peneliti Penelitian ini bermanfaat karena dapat digunakan sebagai bahan untuk memperluas wawasan dan pengetahuan tentang teori
dan konsep yang
diperoleh selama mengikuti program perkuliahan Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Sultan Ageng Tirtayasa terutama yang berkaitan dengan mata kuliah. 3. Pelaku UMKM dan Masyarakat Kota Tangerang Penelitian ini akan bermanfaat bagi para pelaku UMKM dan masyarakat Kota Tangerang untuk mempersiapkan diri menghadapi persaingan global sehingga mampu bersaing dengan baik agar tidak tertinggal dengan Negara lain. 1.7 Sistematika Penulisan Sistematika penulisan merupakan garis besar penyusunan penelitian ini yang berujuan untuk memudahkan dalam memahami secara keseluruhan isi dari penyusunan penelitian ini. Adapun sistematika penulisan penelitian mengenai “Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Tangerang”, tersusun atas sistematika sebagai berikut : BAB I PENDAHULUAN Bab ini terdiri dari latar belakang yang menerangkan secara jelas mengenai ruang lingkup dan kedudukan masalah yang akan diteliti dalam bentuk deduktif (dari umum ke khusus). Kemudian bab ini membahas tentang identifikasi
21
masalah untuk mendeteksi aspek permasalahan yang muncul dan berkaitan dari judul penelitian atau dengan masalah penelitian. Pembatasan dan perumusan masalah ditetapkan sebagai fokus dari penelitian yang akan dilakukan demi mencapai hasil penelitian yang diharapkan dalam tujuan penelitian. Dan selanjutnya, bab ini juga membahas mengenai manfaat penelitian, baik manfaat teoritis dan praktis yang berguna bagi peneliti, pembaca, dan instansi terkait. Serta sistematika penulisan yang digunakan untuk mempermudah pembaca mengetahui isi dari penelitian secara keseluruhan. BAB II DESKRIPSI TEORI Bab ini akan membahas mengenai teori-teori relevan yang digunakan untuk mengkaji permasalahan-permasalahan yang muncul dalam penelitian ini. Penelitian terdahulu dipaparkan sebagai bahan perbandingan antara penelitian yang dilakukan dengan penelitian sebelumnya, sehingga dapat diketahui kesamaan atau perbedaan dari masing-masing penelitian yang dilakukan. Selanjutnya, kerangka teori menggambarkan alur penelitian yang dikaji dengan teori yang relevan dalam penelitian, sehingga peneliti dapat merumuskan kesimpulan penelitian sementara. BAB III METODOLOGI PENELITIAN Bab ini terdiri dari pendekatan dan metode penelitian yang digunakan. Ruang lingkup penelitian dan lokasi dilakukannya penelitian. Definisi variabel penelitian yang menjelaskan mengenai variabel penelitian itu sendiri. Instrumen penelitian menjelaskan tentang proses penyusunan dan jenis alat pengumpulan
22
data. Informan penelitian menjelaskan orang-orang yang terkait dengan informasi yang dibutuhkan dalam penelitian. Teknik pengolahan dan uji keabsahan data yang menjelaskan tentang teknik dan rasionalisasinya. Serta tentang jadwal yang memaparkan waktu penelitian ini dilakukan. BAB IV HASIL PENELITIAN Bab ini terdiri dari deskripsi obyek penelitian yang meliputi lokasi penelitian secara jelas. Kemudian terdapat deskripsi data dari hasil penelitian yang diolah dari data mentah dengan menggunakan teknik analisis data yang relevan sebagaimana dengan penggunaan teori dalam penelitian ini. Selanjutnya
data
yang sudah dianalisis, peneliti uji validitas dengan menggunakan teknik triangulasi untuk mendapatkan hasil penelitian yang diharapkan. Kemudian melakukan pembahasan lebih lanjut terhadap persoalan dan pada akhir pembahasan peneliti dapat mengemukakan berbagai keterbatasan pelaksanaan penelitian, terutama untuk penelitian eksperimen dan ketebatasan ini dapat dijadikan rekomendasi terhadap penelitian lebih lanjut dalam bidang yang menjadi obyek penelitian. BAB V PENUTUP Bab ini menjelaskan secara jelas mengenai jawaban dari tujuan penelitian. Kesimpulan dibuat dari hasil penelitian yang dilakukan secara singkat, jelas dan mudah dipahami oleh pembaca. Selanjutnya, peneliti memberikan saran yaitu berisi tindak lanjut dari sumbangan penelitian terhadao bidang yang diteliti secara praktis agar dapat direalisasikan dalam kehidupan nyata.
23
BAB II KAJIAN TEORI, KERANGKA PEMIKIRAN DAN ASUMSI DASAR PENELITIAN
2.1
Landasan Teori Landasan teori dalam suatu penelitian merupakan suatu hal yang penting.
Landasan teori membantu peneliti dalam mengkaitkan yang menjadi masalah penelitian dengan teori yang berhubungan atau bersangkutan sebagai faktor pendukung dalam penelitian. Sehingga peneliti pun dapat mengembangkan dalam masalah penelitian yang ditemui. Seperti yang diungkapkan oleh Sugiyono (2012: 52), bahwa landasan teori perlu ditegakkan agar penelitian itu mempunyai dasar yang kokoh, dan bukan sekedar perbuatan coba-coba (trial and error). Lain halnya dengan definisi yang dikemukakan oleh Marx dan Goodson (1976: 235) yang menyatakan bahwa teori ialah aturan yang menjelaskan proposisi atau seperangkat proposisi yang berkaitan dengan beberapa fenomena alamiah dan terdiri atas representasi simbolik dari (1) hubungan-hubungan yang dapat diamati di antara kejadian-kejadian (yang dapat diukur), (2) mekanisme atau struktur yang diduga mendasari hubungan-hubungan demikian, dan (3) hubunganhubungan yang disimpulkan serta manifestasi hubungan empiris apapun secara langsung. Teori adalah alur logika atau penalaran, yang merupakan seperangkat konsep, definisi, dan proposisi yang disusun secara sistematis. Menurut Sugiyono
24
(2012), fungsi teori secara umum ialah menjelaskan (explanation), meramalkan (prediction), dan pengendali (control). Sedangkan Snelbecker (1974:28-31) menyatakan ada empat fungsi suatu teori, yaitu (1) mensistematiskan penemuanpenemuan penelitian, (2) menjadi pendorong untuk menyusun hipotesis dan dengan hipotesis membimbing peneliti mencari jawaban-jawaban, (3) membuat ramalan atas dasar penemuan, dan (4) menyajikan penjelasan dan dalam hal ini untuk menjawab pertanyaan mengapa. Kunci kendali dalam memilih teori dalam penelitian adalah selain memahami konteks formal dan material sebuah teori, juga dituntut memahami teori itu baik pada konteks sejarah maupun konteks sosial, di mana teori itu dilahirkan.
2.1.1 Pengertian Kebijakan Kebijakan (policy) adalah suatu kumpulan keputusan yang diambil oleh seorang pelaku atau kelompok politik dalam usaha memilih tujuan dan cara untuk mencapai tujuan itu. Pada prinsipnya, pihak yang membuat kebijakan-kebijakan itu mempunyai kekuasaan untuk melaksanakannya. Bagi para pemegang kekuasaan yang berwenang dalam membuat kebijakan-kebijakan, tentu perlu pertimbangan serta peninjauan secara seksama. Karena kebijakan-kebijakan yang dibuat memiliki dampak yang luas, tidak hanya oleh kelompok tertentu, namun masyarakat juga dapat merasakan dampak tersebut. Pada dasarnya, kebijakan dibuat untuk melakukan tindakan pencegahan dan bukan saat telah terjadi atau sudah terjadi. Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia,
25
kebijakan didefinisikan sebagai rangkaian konsep dan asas yang menjadi garis besar dan dasar rencana dalam pelaksanaan suatu pekerjaan, kepemimpinan, serta cara bertindak (tentang pemerintah, organisasi, dan sebagainya). Sementara itu, Perserikatan Bangsa-Bangsa memberikan definisinya secara lebih terperinci pada makna kebijakan, “Kebijakan ialah pedoman untuk bertindak. Pedoman itu bisa saja amat sederhana atau kompleks, bersifat umum atau khusus, luas atau sempit, kabur atau jelas, longgar atau terperinci, bersifat kualitatif atau kuantitatif, publik atau privat. Kebijakan dalam maknanya seperti itu mungkin berupa suatu deklarasi mengenai suatu dasar pedoman bertindak, suatu arah tindakan tertentu, suatu program mengenai aktivitas-aktivitas tertentu, atau suatu rencana” (United Nation, 1975).
Dengan banyaknya definisi kebijakan yang telah diberikan para pakar ahli, memaknakan bahwa kebijakan memang melekat dalam kehidupan sehari-hari, karena seringkali dipergunakan dalam konteks tindakan-tindakan atau kegiatankegiatan. James Anderson sebagaimana dikutip oleh Solichin (2012: 8), menyatakan bahwa kebijakan ialah suatu langkah tindakan yang secara sengaja dilakukan oleh seorang aktor atau sejumlah aktor berkenaan dengan adanya masalah atau persoalan tertentu yang dihadapi.
2.1.2 Pengertian Kebijakan Publik Kebijakan publik dalam kepustakaan internasional disebut public policy. Dengan adanya tujuan yang ingin direalisasikan dan adanya masalah publik yang harus diatasi, maka pemerintah perlu membuat suatu kebijakan publik. Kebijakan
26
yang merupakan sekumpulan keputusan-keputusan yang ditetapkan, yang bertujuan dalam melindungi serta membatasi perilaku atau tindakan masyarakat sesuai dengan norma-norma yang berlaku di dalam masyarakat. Karena para pembuat kebijakan perlu mencari tahu dan meninjau terlebih dulu terkait isu-isu masalah apa yang terjadi di masyarakat. Masyarakat adalah sumber utama dalam penyusunan kebijakan publik. Kebijakan ini untuk keberhasilannya tidak hanya didasarkan atas prinsip-prinsip ekonomis, efisiensi dan administratif, akan tetapi juga harus didasarkan atas pertimbangan etika dan moral. Frederick (1963: 79), mendefinisikan kebijakan publik sebagai serangkaian tindakan yang diusulkan seseorang, kelompok, atau pemerintah dalam suatu lingkungan tertentu, dengan ancaman peluang yang ada. Kebijakan yang diusulkan tersebut ditujukan untuk memanfaatkan potensi sekaligus mengatasi hambatan yang ada dalam rangka mencapai tujuan tertentu. Sedangkan menurut Harold Laswell dan Abraham Kaplan (1970: 71), kebijakan publik adalah suatu program yang diproyeksikan dengan tujuan-tujuan tertentu, nilai-nilai tertentu, dan praktik-praktik tertentu. Anderson (1978) sebagaimana dikutip Tachjan (2006: 16), mengemukakan bahwa, “Public policies are those policies developed by governmental bodies and officials”. Maksudnya, kebijakan publik adalah kebijakan-kebijakan yang dikembangkan oleh badan-badan dan pejabat-pejabat pemerintah. Adapun tujuan penting dari kebijakan tersebut dibuat pada umumnya dimaksudkan untuk: 1.
Memelihara ketertiban umum (negara sebagai stabilisator)
27
2.
Melancarkan perkembangan masyarakat dalam berbagai hal (negara sebagai perangsang, stimulator)
3.
Menyesuaikan berbagai aktivitas (negara sebagai koordinator)
4.
Memperuntukkan dan membagi berbagai materi (negara sebagi pembagi, alokator).
Udoji (dalam Solichin, 2012), seorang pakar dari Nigeria (1981), telah mendefinisikan kebijakan publik sebagai “an sanctioned course of action addressed to a particular problem or group of related problems that affect society at large” (suatu tindakan bersanksi yang mengarah pada suatu tujuan tertentu yang saling berkaitan dan memengaruhi sebagian besar warga masyarakat). Dari definisi-definisi di atas terkait kebijakan publik, dapat disimpulkan beberapa karakteristik dari konsep kebijakan publik. Pertama, pada umumnya kebijakan publik perhatiannya ditujukan pada tindakan yang mempunyai maksud atau tujuan tertentu daripada perilaku yang berubah atau acak. Kedua, kebijakan publik pada dasarnya mengandung bagian atau pola kegiatan yang dilakukan oleh pejabat pemerintah daripada keputusan yang terpisah-pisah. Ketiga, kebijakan publik merupakan apa yang sesungguhnya dikerjakan oleh pemerintah dalam mengatur perdagangan, mengontrol inflasi, atau menawarkan perumahan rakyat, bukan apa maksud yang dikerjakan atau yang akan dikerjakan. Keempat, kebijakan publik dapat berbentuk positif maupun negatif. Kelima, kebijakan publik, paling tidak secara positif, didasarkan pada hukum dan merupakan tindakan yang bersifat memerintah. Kebijakan publik yang
28
bersifat memerintah kemungkinan besar mempunyai sifat yang memaksa secara sah, yang mana hal ini tidak dimiliki oleh kebijakan-kebijakan organisasi swasta. Sebagaimana yang dikatakan Inu Kencana (2010) dalam bukunya Pengantar Ilmu Pemerintahan, bahwa public policy dapat menciptakan situasi dan dapat pula diciptakan oleh situasi.
2.1.3 Tahap-tahap Kebijakan Publik Tahap-tahap pembuatan kebijakan publik menurut Dunn (2000 : 24), ialah sebagai berikut. a.
Penyusunan Agenda (Agenda Setting) Para pejabat yang dipilih dan diangkat menempatkan masalah pada agenda publik. Banyak masalah tidak disentuh sama sekali, sementara lainnya ditunda untuk waktu lama.
b. Formulasi Kebijakan Para pejabat merumuskan alternatif kebijakan untuk mengatasi masalah. Alternatif kebijakan melihat perlunya membuat perintah eksekutif, keputusan peradilan, dan tindakan legislatif. c. Adopsi/Legitimasi Kebijakan Alternatif kebijakan yang diadopsi dengan dukungan dari mayoritas legislatif, konsensus di antara direktur lembaga, atau keputusan peradilan.
29
d. Implementasi Kebijakan Kebijakan yang telah diambil, dilaksanakan oleh unit-unit administrasi yang memobilisasi sumber daya finansial dan manusia.
e. Penilaian/Evaluasi Kebijakan Unit-unit pemeriksaan dan akuntansi dalam pemerintahan menentukan apakah badan-badan eksekutif, legislatif, dan peradilan memenuhi persyaratan
undang-undang
dalam
pembuatan
kebijakan
dan
pencapaian tujuan.
2.1.4 Implementasi Kebijakan Publik Adanya kebijakan publik yang dibuat oleh aktor kebijakan, tentu bukan semata-mata hanya menjadi “kumpulan lembaran kertas”. Namun juga perlu adanya “tindakan nyata” dalam kebijakan-kebijakan tersebut. Implementasi kebijakan merupakan salah satu tahapan penting dalam siklus kebijakan publik. Dengan implementasi atau penerapan, serangkaian keputusan yang disusun berdasarkan analisis pada apa yang diharapkan untuk menuju keadaan yang lebih baik, dalam proses pelaksanaan mencapai tujuan tersebut. Menjelaskan makna implementasi dengan mengatakan bahwa: “Memahami apa yang senyatanya terjadi sesudah suatu program dinyatakan berlaku atau dirumuskan merupakan fokus perhatian implementasi kebijakan, yakni kejadian-kejadian dan kegiatan-kegiatan yang timbul sesudah disahkannya pedoman-pedoman kebijakan publik yang mencakup baik usaha-usaha untuk mengadministrasikannya maupun untuk menimbulkan akibat/dampak nyata pada masyarakat atau kejadiankejadian.”
30
Sementara Meter dan Horn (1975), mendefiniskan implementasi kebijakan, sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu atau pejabat-pejabat atau kelompok-kelompok pemerintah atau swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Dapat disimpulkan bahwa implementasi merupakan suatu proses yang dinamis, dimana pelaksana kebijakan melakukan suatu aktivitas atau kegiatan, sehingga pada akhirnya akan mendapatkan suatu hasil yang sesuai dengan tujuan atau sasaran kebijakan itu sendiri. Dalam proses kebijakan publik, implementasi kebijakan merupakan tahapan yang bersifat praktis dan dibedakan dari formulasi kebijakan yang dapat dipandang sebagai tahapan yang bersifat teoritis. Pada praktiknya, implementasi kebijakan publik tidak selalu sejalan dengan apa yang sudah direncanakan dalam tahap formulasi kebijakan, atau antara visi dengan realitas. Keadaan demikian oleh Hogwood dan Gunn (1986) disebut unsuccessful implementation (implementasi yang tidak berhasil). Kegagalan implementasi dapat terjadi dalam setiap kebijakan selama proses pelaksanaannya. Dimana kebijakan tersebut tidak berhasil dalam mewujudkan dampak atau hasil akhir yang dikehendaki. Grindle (1980) (dalam Tachjan, 2006) menyebutkan 3 (tiga) hambatan besar yang seringkali muncul dalam pelaksanaan suatu kebijakan publik, yakni: (1) ketiadaan kerjasama vertikal, antara atasan dengan bawahan; (2) hubungan kerja horizontal yang tidak sinergis; dan (3) masalah penolakan terhadap perubahan yang datang dari publik maupun kalangan birokrasi sendiri.
31
Implementasi kebijakan pada prinsipnya adalah cara agar sebuah kebijakan dapat mencapai tujuannya, tidak lebih dan tidak kurang digunakan untuk mengimplementasikan suatu kebijakan publik. Untuk mengimplementasikan kebijakan publik, ada dua pilihan langkah yang ada, yaitu langsung mengimplementasikan dalam bentuk program atau melalui formulasi kebijakan derivate atau turunan dari kebijakan publik tersebut. Secara umum dapat digambarkan sebagai berikut.
Gambar 2.1 Sekuensi Implementasi Kebijakan
KEBIJAKAN PUBLIK
Kebijakan Publik Penjelas
Program
Proyek
Kegiatan
Pemanfaat (Beneficiaries) (Sumber: Riant Nugroho. 2009. Public Policy)
32
Terdapat dua model pendekatan implementasi kebijakan dalam sejarah perkembangan studi implementasi kebijakan, yaitu pendekatan top-down dan bottom-up. Dalam bahasa Lester dan Stewart (2000: 108) istilah top-down dinamakan dengan “the command and control approach” (pendekatan kontrol dan komando) dan istilah bottom-up dinamakan “the market approach” (pendekatan pasar). 1. Pendekatan top-down Pendekatan ini mengasumsikan bahwa kita dapat memandang proses kebijakan sebagai suatu rangkaian perintah dimana para pemimpin politik mengartikulasikan suatu preferensi kebijakan yang jelas yang akan dilaksanakan dengan cara semakin spesifik seiring dengan perjalanan kebijakan tersebut melalui mesin administratif yang melayaninya. Pendekatan ini menekankan pada sampai sejauh mana keberhasilan mencapai tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dan pada aktivitas-aktivitas dari mesin implementasi yang diberi mandat secara legal yang menawarkan indikasi-indikasi jelas mengenai apa yang harus dipahami oleh pelaksana dan mengenai apa tujuan yang ingin dicapai. 2.
Pendekatan bottom-up Pendekatan ini dimulai dari semua publik dan para aktor swasta yang terlibat dalam pelaksanaan program-program dan pengkajian tujuantujuan pribadi dan organisasi mereka, strategi-strategi mereka, dan jaringan dari kontak yang telah mereka bangun.
33
Keunggulan
terpenting
dari
pendekatan
„bottom-up‟
adalah
mengarahkan perhatian pada hubungan-hubungan formal dan informal yang membentuk jaringan kebijakan yang terlibat dalam pembuatan dan pelaksanaan kebijakan.
2.1.5 Model-model Implementasi Kebijakan 2.1.5.1 Model Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier Model dari kedua pakar kebijakan ini dikenal dengan istilah A Framework for Policy Implementation Analysis. Mazmanian dan Sabatier (1983) berpendapat bahwa peran penting dari implementasi kebijakan publik adalah kemampuannya dalam mengidentifikasikan variabel-variabel yang mempengaruhi tercapainya tujuan-tujuan
formal
pada
keseluruhan
proses
implementasi.
Keduanya
mengklasifikasikan proses implementasi kebijakan ke dalam tiga variabel. Pertama, variabel independen, yaitu mudah-tidaknya masalah yang akan digarap dikendalikan. Kedua, variabel intervening, yaitu variabel kemampuan kebijakan untuk menstrukturkan proses implementasi. Serta variabel lainnya, yaitu variabel di luar kebijakan yang mempengaruhi proses implementasi. Ketiga, variabel dependen (variabel tergantung), yaitu tahapan dalam proses implementasi dengan lima tahapan. Masing-masing indikator dalam tiap-tiap variabel dapat dilihat pada gambar di bawah berikut.
34
Gambar 2.2 Model Implementasi Kebijakan Daniel Mazmanian dan Paul Sabatier
2.1.5.2 Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III Edward III (1980) (dalam Riant Nugroho, 2009), menegaskan bahwa masalah utama administrasi publik adalah lack of attention to implementation (kurangnya perhatian pada implementasi). Model yang ia namakan dengan Direct and Indirect Impact on Implementation, menyarankan untuk memerhatikan empat isu pokok agar implementasi kebijakan menjadi efektif, diantaranya: 1) Komunikasi, 2) Sumberdaya, 3) Disposisi, dan 4) Struktur Birokrat.
35
Gambar 2.3 Model Implementasi Kebijakan George C. Edward III
KOMUNIKASI
SUMBER DAYA
IMPLEMENTASI
DISPOSISI
STRUKTUR BIROKRASI (Sumber: Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik)
2.1.5.3 Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle Pendekatan Grindle (1980) dikenal dengan Implementation as A Political and Administrative Process. Kerangka pemikiran dari model ini berdasarkan jawaban atas dua pertanyaan pokok, khususnya di negara berkembang, bahwa keberhasilan implementasi ditentukan oleh derajat implementability dari kebijakan tersebut, yaitu: Content dan Context. 1) Content of Policy (Isi Kebijakan), mencakup hal-hal sebagai berikut: a. Interest affected (Kepentingan-kepentingan yang mempengaruhi) b. Type of benefits (Tipe manfaat) c. Extent of change envision (Derajat perubahan yang ingin dicapai) d. Site of decision making (Letak pengambilan keputusan) e. Program implementer (Pelaksana program) f. Resources commited (Sumber-sumber daya yang digunakan)
36
2) Context of Policy(Konteks Implelementasi), terdiri dari poin-poin sebagai berikut: a. Power, interest, and strategy of actor involved (Kekuasaan,kepentingan-kepentingan, dan strategi dari aktor yang terlibat) b. Institution and regime characteristic (Karakteristik lembaga dan rezim yang berkuasa) c. Compliance and responsiveness (Tingkat kepatuhan dan adanya respon dari pelaksana)
Gambar 2.4 Model Implementasi Kebijakan Merilee S. Grindle
a
(Sumber: Tachjan. 2006. Implementasi Kebijakan Publik)
2.1.5.4 Model Donald Van Metter dan Carl Van Horn Pendekatan top-down yang pada bahasan sebelumnya telah dijelaskan, membuat dua pakar kebijakan untuk mengembangkan pendekatan tersebut, yakni Metter dan Horn (1975). Model yang disebut dengan A Model of The Policy Implementation, merupakan sebuah abstraksi atau performansi suatu implementasi kebijakan yang pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja
37
implementasi kebijakan publik yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai variabel. Adapun variabel-variabel yang mempengaruhi selama proses implementasi kebijakan publik, diantaranya: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Standar atau ukuran dan tujuan kebijakan Sumber-Sumber Kebijakan Komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana Karakteristik agen pelaksana Sikap atau kecenderungan (disposition) para pelaksana Lingkungan ekonomi, sosial, dan politik
Gambar 2.5 Model Implementasi Kebijakan Van Metter dan Van Horn
(Sumber: Anggara, 2014. Kebijakan Publik)
38
2.1.6 Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) 2.1.6.1 Konsep dan Definisi UMKM Di indonesia definisi UMKM diatur dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang UMKM. Dalam BAB I (ketentuan umum), Pasal 1 dari UU tersebut. a. Usaha Mikro adalah Usaha produktif milik orang perorangan dan atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang. b. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. c. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dkuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung d. denga Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini.
39
2.1.6.2 Landasan Hukum UMKM
1. UU No. 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil 2. Undang-undang No. 20 Tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah 3. PP No. 44 Tahun 1997 tentang Kemitraan 4. PP No. 32 Tahun 1998 tentang Pemberdayaan dan Pengembangan Usaha Kecil 5. Inpres No. 10 Tahun 1999 tentang Pemberdayaan Usaha Menengah 6. Keppres No. 127 Tahun 2001 tentang Bidang/Jenis Usaha Yang Dicadangkan Untuk Usaha Kecil dan Bidang/Jenis Usaha Yang Terbuka Untuk Usaha Menengah atau Besar Dengan Syarat Kemitraan 7. Keppres No. 56 Tahun 2002 tentang Restrukturisasi Kredit Usaha Kecil dan Menengah 8. Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Program Bina Lingkungan 9. Permenneg BUMN Per-05/MBU/2007 tentang Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara
2.1.6.3 Kriteria UMKM Kriteria yang digunakan untuk mendefinisikan UMKM tercantum dalam Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 BAB IV Pasal 6 adalah nilai kekayaan bersih atau nilai aset tidak termasuk tanah dan bangunan
40
tempat usaha atau hasil penjualan tahunan. Dengan kritera seperti yang terdapat pada table dibawah ini : Tabel 2.1 Kriteria UMKM Berdasarkan Undang-Undang No.20 Tahun 2008 tentang UMKM No.
Uraian
Kriteria Asset
Omzet
1
Usaha Mikro
Maks 50 juta
Maks 300 juta
2
Usaha Kecil
>50 Juta – 500 juta
>300 Juta – 2,5 Milyar
3
Usaha Menengah
>500juta – 10 Milyar
>2,5 Milyar – 50 Milyar
Selain menggunakan nilai moneter sebagai kriteria, sejumlah lembaga pemerintahan seperti Kementrian Perindustrian dan Badan Pusat Statistik (BPS), selama ini juga menggunakan jumlah pekerja sebagai ukuran untuk membedakan skala usaha antar Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah dan Usaha Besar. Misalnya, menurut Badan Pusat Statistik (BPS), UMI (Industri Manufaktur Industri Rumah Tangga) adalah unit usaha dengan jumlah pekerja tetap hingga 4 orang; UK antara 5 hingga 9 pekerja; dan UM dari 20 sampai dengan 99 orang. Perusahaan-perusahaan dengan jumlah pekerja diatas 99 orang masuk dalam kategori UB. (DR. Tulus T.H Tambunan, 2009;16). 2.1.6.4 Kriteria Produk Unggulan Dewasa ini hampir semua pemerintah daerah telah mengembangkan produk atau komoditas unggulan daerah. Kriteria produk unggulan adalah (Tambunan dan Nasution, 2006):
41
(1) menggunakan bahan baku lokal, (2) sesuai dengan potensi dan kondisi daerah, (3) memiliki pasar yang luas, (4) mampu menyerap tenaga kerja yang cukup banyak, (5) merupakan sumber pendapatan masyarakat, (6) volume produksi yang cukup besar dan kontinyu, (7) merupakan ciri khas daerah, (8) memiliki daya saing relatif tinggi dan (9) dapat memacu perkembangan komoditas yang lain.
2.1.7 Rencana Strategis Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang Tahun 2014-2018 2.1.7.1 Tujuan dan Sasaran 2.1.7.1.1 Tujuan Untuk mendukung misi dan Rencana Pembangunan Jangka Menengah (RPJM) Kota Tangerang tahun 2014-2018 khususnya untuk misi Kota Tangerang “Meningkatkan pertumbuhan ekonomi daerah, penyerapan tenaga kerja, dan daya beli masyarakat dengan menetapkan sinergitas antar sektor perekonomian daerah” maka pelayanan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang untuk mendukung misi Kota Tangerang terdapat 7 (tujuh) tujuan/misi pelayanan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang yaitu : 1) Terwujudnya pemantapan dan pengembangan sistem manajemen keuangan administrasi keuangan dan asset daerah secara transparan dan akuntabel; 2) Terwujudnya aparatur pemerintahan daerah yang cerdas, bermoral, inovatif, dan profesional;
42
3) Terwujudnya pemantapan dan pengembangan pemenuhan peralatan dan perlengkapan keadministrasian perkantoran; 4) Terwujudnya pemantapan dan pengembangan terhadap pemenuhan kebutuhan saran dan prasarana perkantoran pemerintahan daerah yang layak dan memadai; 5) Pemantapan dan pengembangan keberdayaan sektor UMKM dan koperasi sebagai pendukung kegiatan ekonomi daerah berbasis sumberdaya lokal; 6) Terwujudnya pemantapan dan pengembangan sistem dan jaringan perdagangan daerah dan peningkatan perlindungan konsumen; 7) Terwujudnya pemantapan dan pengembangan sistem dan jaringan perindustrian daerah dan peningkatan kapasitas industri kecil dan menengah. 2.1.7.1.2 Sasaran Sasaran dari pelayanan Dinas Perindsutrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang untuk Rencana Strategi tahun 2014-2018 adalah sebagai berikut : 1) Tersedianya berbagai jenis pelaporan capaian kinerja pelaksanaan kegiatan dan keuangan SKPD; 2) Tersedianya aparatur SKPD yang mampu mematuhi dan melaksanakan peraturan kepemerintahan daerah yang berlaku; 3) Tersedianya pelayanan terhadap pemenuhan sarana-prasarana teknis dan keadministrasian perkantoran (peralatan dan perlengkapan kerja/kantor);
43
4) Tersedianya pemenuhan dan pengembangan kebutuhan sarana prasarana perkantoran pemerintahan daerah yang layak dan memadai; 5) Terwujudnya pemantapan dan pengembangan keberdayaan sektor UMKM dan koperasi sebagai pendukung kegiatan ekonomi daerah berbasis sumberdaya lokal; 6) Terwujudnya pemantapan dan pengembangan sistem dan jaringan perdagangan daerah dan peningkatan perlindungan konsumen; 7) Terwujudnya pemantapan dan pengembangan sistem dan jaringan perindustrian daerah dan peningkatan kapasitas industri kecil dan menengah. 2.1.7.2 Kebijakan 2.1.7.2.1 Kebijakan Kebijakan pada dasarnya merupakan ketentuan-ketentuan yang telah ditetapkan oleh yang berwewenang untuk dijadikan pedoman, pegangan atau petunjuk dalam pengembangan ataupun pelaksanaan program/kegiatan guna tercapainya kelancaran dan keterpaduan dalam perwujudan sasaran, tujuan serta visi dan misi instansi pemerintah. Kebijakan yang ditetapkan dalam periode 20142018 adalah sebagai berikut : 1) Membangun sistem/tata cara pelaporan kinerja dan keuangan SKPD yang terpadu; 2) Menyediakan sarana-prasarana pendukung pengelolaan pelaporan kinerja dan keuangan SKPD;
44
3) Meningkatkan kemampuan/kompetensi aparatur SKPD dalam pengelolaan pelaporan kinerja dan keuangan SKPD; 4) Pengembangan kinerja koperasi dan UMKM; 5) Pemberdayaan pelaku koperasi dan UMKM; 6) Pemantauan ketersediaan harga Sembilan bahan pokok; 7) Pengembangan potensi perdagangan; 8) Pemberdayaan pelaku perdagangan; 9) Pengembangan potensi indsutri, pemberdayaan pelaku industri dan pengembangan industri kompetitif dan ramah lingkungan; 10) Mensosialisasikan peraturan pemerintah daerah secara intensif dan menyeluruh; 11) Menyediakan sarana-prasarana pendukung kedisiplinan yang lengkap dan memadai; 12) Menyusun dan mensosialisasikan standar pelayanan pemenuhan saranaprasarana dan keadministrasian perkantoran (peralatan dan perlengkapan kerja/kantor); 13) Menyediakan
pelayanan
pemenuhan
sarana-prasrana
dan
keadministrasian perkantoran (peralatan dan perlengkapan kerja/kantor); 14) Menyusun dan mensosialisasikan standar pemenuhan dan pengembangan kebutuhan sarana dan prasarana perkantoran pemerintahan daerah yang layak dan memadai;
45
15) Menyediakan pelayanan pemenuhan dan pengembangan kebutuhan sarana dan prasarana perkantoran pemerintahan daerah yang layak dan memadai sesuai dengan standar yang disepakati.
2.1.7.3 Program dan Kegiatan Program adalah kumpulan kegiatan yang sistematis dan terpadu yang dipelaksanaan guna mencapai sasaran tertentu. Kegiatan adalah tindakan nyata dalam jangka waktu tertentu sesuai dengan kebijakan dan program yang telah ditetapkan dengan memanfaatkan sumber daya yang ada untuk mencapai sasaran dan tujuan tertentu. Program dan kegiatan UMKM yang ditetapkan sebagai pelaksana kebijakan organisasi Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang sesuai dengan misinya sebagai berikut :
2.1.7.3.1 Program Pengembangan Sistem Pendukung Usaha Bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kegiatan : 1) Kegiatan penyelenggaraan promosi produk UMKM melalui pameran. 2) Kegiatan Pembangunan Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT). 3) Kegiatan Sosialisasi Program KUR. 2.1.7.3.2
Program
Pengembangan
Kompetitif Usaha Kecil dan Menengah
Kewirausahaan
dan
Keunggulan
46
Kegiatan : 1) Kegiatan memfasilitasi peningkatan kemitraan usaha bagi usaha mikro kecil dan menengah. 2) Kegiatan penyelenggaraan pelatihan kewirausahaan. 3) Kegiatan pelatihan manajemen pengelolaan koperasi. 2.1.7.3.3 Program Penciptaan Iklim Usaha yang Kondusif Kegiatan : 1) Sosialisasi kebijakan tentang usaha mikro kecil menengah. 2) Perencanaan koordinasi dan pengembangan UMKM. 3) Fasilitas pengembangan UMKM. 4) Pendataan UMKM di Kota Tangerang.
47
Tabel 2.2 Indikator Sasaran dan Indikator Program Pembangunan Daerah Kota Tangerang di Disperindagkop bagi UMKM dan Koperasi Tahun 2014-2018 SASARAN (MISI) KOTA/URUSAN/PROGRAM PEMBANGUNAN DAERAH Terwujudnya pemantapan dan pengembangan kebudayaan sektor UMKM dan koperasi sebagai pendukung kegiatan ekonomi daerah berbasis sumberdaya lokal Urusan Wajib
INDIKATOR OUTCOME (SASARAN DAN PROGRAM) 1. Tingkat UMKM aktif 2. Tingkat koperasi aktif 3. Tingkat pertumbuhan UMKM aktif 4. Tingkat pertumbuhan aktif
SKPD
Urusan koperasi dan usaha kecil menengah Program pengembangan sistem pendukung usaha bagi usaha mikro kecil menengah Program kewirausahaan dan keunggulan kompetitif bagi usaha mikro kecil menegah
Presentase UMKM yang Disperindagkop telah mengikuti pameran promosi produk Tingkat penyelenggaraan fasilitas kerjasama kemitraan usaha mikro kecil menengah dan koperasi (UMKMK) Program peningkatan kualitas Presentase koperasi sehat kelembagaan koperasi dengan pengelolaan keuangan yang sehat Program penciptaan iklim Presentase UMKM yang usaha yang kondusif bagi dibina/dilatih terhadap total usaha mikro kecil menengah jumlah UMKM (Sumber : Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang)
48
2.2 Penelitian Terdahulu Dalam hal ini, peneliti mengambil dua penelitian sebelumnya, sebagai perbandingan dengan penelitian yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu pertama berdasarkan penelitian terdahulu pada skripsi Universitas Indonesia yang dilakukan oleh Ade Syafitri mahasiswa Departemen Ilmu Kesejahteraan Fakultas Ilmu sosial dan ilmu politik yang berjudul “Pelaksanaan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) dalam Program Kemitraan Sebagai Wujud Tanggung Jawab Sosial Perusahaan (CORPORATE SOCIAL RESPONSIBILITY) studi kasus mitra binaan PT. Telkom Indonesia, TBK Divisi Area II JakartaBanten”, dengan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa pelaksanaan
Pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah dalam bentuk
kemitraan yang dibentuk oleh PT.Telkom Indonesia berjalan dengan baik sesuai dengannya tujuannya yaitu memberdayakan UMKM dari jumlah UMKM yang berkembang dari tahun ke tahun menunjukan bahwasanya PT.Telkom Indonesia memiliki kinerja yang baik. Namun dalam berjalannya kegiatan Pemberdayaan masih memiliki berbagai macam hambatan yang dialami PT.Telkom Indonesia sebagai pelaksana, hambatannya yaitu masih minimnya tingkat kehadiran mitra binaan saat kegiatan berlangsung. Hal ini disebabkan karena kesibukan mereka dalam menjalankan usaha. Padahal kegiatan tersebut dapat pula membantu mereka dalam mengembangkan usahanya. Berdasarkan penelitian terdahulu yang kedua adalah pada skripsi Universitas Maritim Raja Ali Haji Tanjung Pinang yang dilakukan oleh Fenita
49
mahasiswa Program studi Ilmu Pemerintahan Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik yang berjudul “Implementasi Kebijakan dalam Pemberdayaan Usaha Kecil Menengah (UKM) di Kelurahan Kampung Bugis oleh Pemerintah Kota Tanjung Pinang”, dengan metode penelitian kualitatif. Hasil penelitian menunjukan bahwa implementasi usaha mikro kecil dan menengah (UMKM) di kelurahan kampung bugis belum sesuai dan tidak berjalan dengan baik seperti apa yang diharapkan. Karena kinerja aparatur yang masih kurang optimal dalam melayani para pelaku UMKM. Dalam penelitian ini peneliti membahas mengenai Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Tangerang dengan menggunakan metode penelitian kualitatif yang dalam hal ini membahas tentang bagaimana Implementasi Kebijakan Pembedayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Tangerang. 2.3 Kerangka Pemikiran Penelitian Kerangka pemikiran dalam penelitian ini adalah tentang Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Tangerang. Berdasarkan analisis data yang didapatkan dilapangan bahwa terdapat beberapa masalah yang peneliti temukan dilapangan yaitu : Pertama, Belum adanya Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang disediakan oleh Pemkot Tangerang dalam masalah permodalan dan kurang rutinnya pelatihan keuangan. Kedua, Pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum berjalan dengan optimal. Ketiga, Sosialisasi
50
yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum tepat sasaran karena masih banyak Para Pelaku UMKM yang belum memiliki perijinan usaha dan seritifikat halal. Keempat, Fasilitas yang disediakan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum memadai terutama pada sarana Promosi dan Informasi. Kelima, Kurangnya perhatian pemerintah dan kurang monitoring dalam hal pemberdayaan. Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan model teori implementasi yang dipaparkan oleh Van Meter Van Horn. Dalam pendekatan yang dikemukakan oleh Van Meter Van Horn terdapat enam variabel yang menentukan keberhasilan implementasi suatu kebijakan yaitu : 1. Standar atau Ukuran tujuan kebijakan 2. Sumberdaya 3. Komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana 4. Karakteristik agen pelaksana 5. Sikap atau kecendrungan para pelaksana 6. Lingkungan sosial, ekonomi dan politik.
Untuk lebih mudah dan jelas memahami alur berpikir peneliti, maka di bawah ini peneliti menggambarkan kerangka berpikir penelitian sebagai berikut.
51
Gambar 2.6 Kerangka Berfikir Penelitian Implementasi Kebijakan Pemberdyaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Tangerang
Masalah
1. Belum adanya Lembaga Keuangan Mikro (LKM) yang disediakan oleh Pemkot Tangerang dalam masalah permodalan dan kurang rutinnya pelatihan keuangan. 2. Pemberdayaan yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum berjalan dengan optimal. 3. Sosialisasi yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum efektif karena masih banyak Para Pelaku UMKM yang belum memiliki seritifikat halal dan Dinas Indagkop bleummemiliki database UMKM Kota Tangerang. 4. Fasilitas yang disediakan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum memadai terutama dalam sarana promosi. 5. Kurangnya perhatian pemenrintah dan kurangnya monitoring dalam hal pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang.
Menurut Van Metter & Van Horn, ada 6 variabel yang mempengaruhi proses implementasi, yaitu: 1. 2. 3. 4. 5. 6.
Standar/ukuran tujuan kebijakan Sumber-sumber kebijakan Komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana Karakteristik agen pelaksana Sikap/kecenderungan para pelaksana Lingkungan ekonomi, sosial & politik
Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Tangerang Berjalan Optimal Sumber: Peneliti, 2016
52
2.4
Asumsi Dasar Asumsi dasar dalam penelitian kualitatif adalah kesimpulan sementara yang
diambil berdasarkan atas pada saat penelitian awal (pre-liminary research) dengan kajian teoritis dan sifat dari asumsi dasar ini adalah tidak untuk diuji kebenarannya. Maka peneliti berasumi Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Tangerang dapat dikatakan belum berjalan optimal atau bisa dikatakan belum berjalan dengan baik.
53
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Pendekatan dan Metode Penelitian Metode penelitian pada dasarnya merupakan cara ilmiah untuk mendapatkan data dengan tujuan dan kegunaan tertentu. Berdasarkan hal tersebut terdapat empat kata kunci yang perlu diperhatikan, yaitu cara ilmiah, data, tujuan, dan kegunaan. Cara ilmiah berarti kegiatan penelitian itu didasarkan pada ciri-ciri keilmuan, yaitu rasional, empiris, dan sistematis. Rasional berarti kegiatan penelitian itu dilakukan dengan cara-cara yang masuk akal, sehingga terjangkau oleh penalaran manusia. Empiris berarti cara-cara yang dilakukan itu dapat diamati oleh indera manusia. Sistematis artinya proses yang digunakan dalam penelitian itu menggunakan langkah-langkah tertentu yang bersifat logis (Sugiyono, 2010:2). Penelitian
yang
dilakukan
mengenai
“Implementasi
Kebijakan
Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Tangerang”, menggunakan metode penelitian kualitatif deskriptif karena bermaksud untuk mendalami dan menghayati suatu obyek. Menurut Bogdan & Taylor (dalam Moleong, 2010:4), mendefinisikan metodologi kualitatif sebagai prosedur penelitian yang menghasilkan data deskriptif berupa kata-kata tertulis atau lisan dari orang-orang dan perilaku yang dapat diamati. Menurut mereka, pendekatan ini diarahkan pada latar dan individu tersebut secara holistik (utuh). Jadi, dalam
54
hal ini tidak boleh mengisolasikan individu atau organisasi ke dalam variabel atau hipotesis, tetapi perlu memandangnya sebagai bagian dari suatu keutuhan. Penelitian kualitatif sendiri bersifat deskriptif. Langkah kerja untuk mendeskripsikan suatu obyek, fenomena, atau setting social terjawablah dalam suatu tulisan yang bersifat naratif. Artinya, data, fakta yang dihimpun berbentuk kata atau gambar daripada angka-angka. Mendeskripsikan sesuatu berarti menggambarkan apa, mengapa dan bagaimana suatu kejadian terjadi. Dalam menuangkan suatu tulisan, laporan penelitian kualitatif berisi kutipan, kutipan dari data atau fakta yang diungkap di lapangan untuk memberikan ilustrasi yang utuh dan untuk memberikan dukungan terhadap apa yang disajikan (Satori & Komariah, 2010:28). Metode penelitian digunakan peneliti dalam penelitian mengenai “Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Tangerang”, yaitu kualitatif deskriptif. Hal ini ditujukan untuk dapat memahami serta menghayati segala kejadian yang terjadi dengan fokus penelitian, dan diharapkan hasil dari penelitian dapat menjawab rumusan masalah yaitu mengetahui permasalahan yang terjadi lebih mendalam pada sasaran penelitian, serta mendapatkan hasil penelitian yang akurat dan mendalam.
3.2 Ruang Lingkup Penelitian Ruang lingkup penelitian menjelaskan substansi materi kajian penelitian yang akan dilakukan. Dalam penelitian ini ruang lingkup penelitian adalah
55
Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Tangerang. 3.3 Lokasi Penelitian Lokasi Penelitian
menjelaskan tempat (locus) penelitian, serta alasan
memilih lokasi penelitian tersebut. Penelitian yang dilakukan pada Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Tangerang dilakukan di empat kecamatan yaitu Kecamatan Cipondoh, Kecamatan Tangerang, Kecamatan Pinang, Kecamatan Karawaci.
3.4 Fenomena yang Diamati Dalam penelitian ini, fenomena yang diamati adalah Pelaksanaan Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Tangerang.
3.4.1 Definisi Konsep Van Meter dan Van Horn merumuskan proses implementasi sebagai tindakan-tindakan yang dilakukan baik oleh individu-individu (pejabat) atau kelompok pemerintah/swasta yang diarahkan pada tercapainya tujuan-tujuan yang telah digariskan dalam keputusan kebijakan. Proses implementasi kebijakan publik tentang Implementasi Kebijakan Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang bertujuan untuk meningkatkan dan mengembangkan daya saing para UMKM.
56
Dalam penelitian ini, model implementasi yang dijadikan acuan adalah berdasarkan model implementasi menurut Van Meter Van Horn yang secara komperhensif
dianggap
mampu
menjabarkan
permasalahan,
khususnya
permasalahan terkait Implementasi Kebijakan Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang. 3.4.2
Definisi Operasional Mengacu dari definisi konsep serta teori yang digunakan sebagai acuan
dalam penelitian ini, berdasarkan teori implementasi menurut Van Meter Van Horn yang mengandalkan bahwa implementasi kebijakan berjalan secara linier dari keputusan politik, pelaksana kebijakan dan kinerja kebijakan publik. Model ini juga dipengaruhi oleh beberapa variabel yang saling berkaitan yaitu : 1. Standar dan sasaran kebijakan/ukuran dan tujuan kebijakan Dalam penelitian ini, implementasi kebijakan tentang UMKM di Tangerang perlu melihat variabel Sasaran dan tujuan kebijakan. Untuk itu peneliti perlu mengetahui sejauh mana ukuran dan tujuan kebijakan tersebut apakah sudah sesuai dengan permasalahan yang ada dan apakah dalam pembuatan kegiatan atau programnya sudah sesuai dengan manfaatnya apakah berjalan lurus dengan manfaat dan hasilnya. Sehingga peneliti ingin mengetahui sejauh mana ukuran dalam pelaksanaan ini sudah berjalan. 2. Sumber daya
57
Sumberdaya yang dikaji dalam penelitian ini adalah sumberdaya yang dapat mendukung keberhasilan dari kebijakan Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang, diantaranya : a. Sumber Daya Manusia (SDM) pelaksana kebijakan b. Sumber Daya Finansial (anggaran/dana) c. Sumber Daya Waktu yang dibutuhkan d. Sarana dan Prasarana 3. Karakteristik agen/organisasi pelaksana Untuk menilai bagaimana karakteristik organisasi pelaksana dalam melaksanakan Kebijakan tentang Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang peneliti harus mengetahui siapa saja implementor dari kegiatan pemberdayaan UMKM berapa banyak pihak yang dilibatkan dalam kegiatan Pemberdayaan UMKM tersebut lalu bagaimana karakteristik
implementor dari setiap
kegiatan
apakah
yang
dilakukan
oleh
pelaksana
sesuai
dengan
bidangnya/apakah sesuai dengan harapan masyarakat/paa pelaku UMKM. Dan berapa jumlah pelaksana kebijakan. 4. Sikap para pelaksana kebijakan Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana akan sangat banyak mempengaruhi keberhasilan atau tidaknya kinerja implementasi kebijakan publik. Jadi pola yang digunakan dalam kebijakan Pemberdayaan UMKM ini pola apa , Pola topwdown atau bottom up sehingga akan mempengaruhi kepada pelaksanaannya.
58
5. Komunikasi antarorganisasi dan aktivitas pelaksana Koordinasi merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan publik. Semakin baik koordinasi antara diantara pihak yang terlibat dalam suatu proses implementasi maka asumsinya kesalahan2 akan sangat kecil untuk terjadi begitu pula sebaliknya. Seperti halnya dalam kebijakan pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang apakah dalam koordinasinya suudah berjalan dengan dan sejauh mana koordinasi itu berjalan. 6. Lingkungan Ekonomi Sosial dan Politik Hal terakhir yang perlu diperhatikan guna menilai kinerja implementasi publik adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong mendorong keberhasilan kebijakan publik yang dibuat. Lingkungan ekonomi sosial dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi biang keladi dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. karena itu upaya untuk mengimplementasikan kebijakan harus pula memperhatikan kekondusifan kondisi lingkungan eksternal. Seperti halnya dalam Kebijakan pemberdayaan UMKM bagaimana Kondisi Lingkungan ekonomi sosial dan politik yang ada di Kota Tangerang apakah mendorong adanya kegiatan pemberdayaan ini atau menjadi penghambat sehingga peneliti ingin mengetahui bagaiamana kondisi lingkungan tersebut di Kota Tangerang dalam pengaruhnya terhadap Kebijakan tersebut.
59
Tabel 3.1 Pedoman Wawancara Penelitian No. Indikator 1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
2.
3.
Sumberdaya
Karakteristik Agen Pelaksana
Kisi-Kisi Wawancara 1) Apakah adanya Kegiatan seperti halnya (Sosialisasi sertifikat halal) yang dibuat dalam Pemberdayaan UMKM ini sudah sesuai dengan manfaatnya ? 2) Langkah apa saja yang sudah dibuat dalam mengatasi permodalan? Ada tidak pelatihan yang diberikan terkait pengelolaan / manajemen keuangan? 3) Dari setiap kegiatan yang dibuat bagaimana sifat dr kegiatan tsb seminar atau pelatihan ? 1) Bagaimana SDM yang dimiliki oleh Disperindagkop ? Berapa Jumlahnya dan latar belakang pendidikannya seperti apa ? 2) Bagaimana ketersediaan anggaran dalam melaksanakan kegiataan penyelenggaraan pemberdayaan UMKM tersebut ? 3) Bagaimana Juklak dan Juknis (Sop) dalam kebijakan Pemberdayaan UMKM tsb ? 4) Bagaimana ketersediaan fasilitas terutama pada sarana promosi dan informasi untuk para UMKM di Kota Tangerang ? 1) Bagaimana Karakteristik Implementor kegiatan ? apakah setiap implementor ini sesuai dengan bidangnya ?
Informan
I₁, I₂, I₃, I₄, I5, I6
I₁, I₂, I₃, I₄, I5.
I₁, I₂, I₃, I₄, I5,.
I₁, I₂, I₃, I₄, I5.
I₁, I₂, I₃, I₄, I5, I6.
I₁, I₂, I₃, I₄, I5.
60
sudah sesuaikah dgn misi kota tangerang dalam setiap kegiatan yg dibuat ? 4. Sikap/Kecenderungan 1) Bagaimana sistematika pembuatan kebijakan pemberdayaan ini ? pola apa yang digunakan ? pola top down atau bottom up ? apakah para implementor setiap kegiatan mengetahui isi dan tujuan dari kebijakannya ? apakah dalam pembuatan setiap kegiatan atau program yang dibuat ini sesuai dengan permasalahan yang ada ? pernah ada perbedaan pendapat ? 5. Komunikasi 1) Bagaimana pola Antarorganisasi dan hubungan/komunikasi antar Aktivitas Pelaksana implementor dalam melaksanaan kegiatan atau program dalam pemberdayaan tsb ? 6. Lingkungan 1) Bagaimana Kondisi Ekonomi, Sosial dan Lingkungan Ekonomi, sosial Politik dan politik yang ada di kota tangerang ? apakah Kondisi tersebut mendukung jalannya kebijakan pemberdayaan tsb ? atau sebaliknya ? 2) respon dari para pelaku umkm/masyarakat seperti apa dgn adanya kegiatan tsb? Sumber : Peneliti,2016.
I₁, I₂, I₃, I₄, I5, I6.
I₁, I₂, I₃, I₄, I5.
I₁, I₂, I₃, I₄, I5, I6.
3.5 Instrumen Penelitian Dalam penelitian kualitatif, kualitas instrumen penelitian berkenaan dengan validitas dan reliabilitas instrumen dan kualitas pengumpulan data berkenaan ketepatan cara-cara yang digunakan untuk mengumpulkan data. Oleh kerena itu
61
instrumen yang telah teruji validitas dan reliabilitasnya, belum tentu dapat menghasilkan data yang valid dan realibel, apabila instrumen tersebut tidak digunakan secara tepat dalam pengumpulan datanya. Instrumen dalam penelitian kualitatif dapat berupa test, pedoman wawancara dan pedoman observasi. Dalam penelitian kualitatif, yang menjadi instrumen atau alat penelitian adalah peneliti itu sendiri. Oleh karena itu peneliti sebagai instrumen juga harus divalidasi seberapa jauh peneliti kualitatif siap melakukan penelitian yang selanjutnya terjun kelapangan. Validasi tersebut meliputi pemahaman metode kualitatif, penguasaan wawasan terhadap bidang yang diteliti sampai kesiapan peneliti untuk memasuki obyek penelitian. Dan yang pasti adalah peneliti itu sendiri lah yang melakukan validasi, melalui evaluasi diri. Hal ini sejalan dengan pendapat Moleong (2006:17) peneliti dalam pengumpulan data lebih banyak bergantung pada dirinya sendiri sebagai alat pengumpulan data. Oleh karena itu, instrumen dalam penelitian ini adalah peneliti sendiri dengan membuat pedoman wawancara dan pedoman observasi dalam rangka mempermudah proses pengumpulan data dan analisis data. Sehingga peneliti dapat mengumpulkan data secara lebih utuh dan alamiah dalam rangka memperoleh hasil penelitian yang lebih mendalam.
3.6 Informan Penelitian Penentuan narasumber atau yang dapat disebut dengan informan peneliti menggunakan teknik purposive. Teknik purposive yaitu teknik pengambilan data dari informan dengan pertimbangan bahwa orang yang dijadikan informan
62
penelitian merupakan orang yang mengetahui dan memiliki peran penting tentang Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Tangerang, sehingga memudahkan peneliti untuk mendapatkan data yang diharapkan. Disamping itu, beberapa data yang terkait juga digunakan secara optimal guna dapat dianalisis sedemikian rupa sehingga mendapatkan hasil yang optimal. Adapun yang menjadi informan dalam penelitian ini antaran lain : Tabel 3.2 Informan Penelitian No
Jabatan Informan
Kode Informan
1.
Kepala Dinas Indakgkop
I₁
2.
Sekretaris Dinas Indagkop
I₂
3.
Kabid Koperasi dan UMKM
I₃
4.
Kasi Bina Usaha Kecil dan Menengah
I₄
5.
Kasi Fasilitasi
I5
6.
Pelaku UMKM
I6
Sumber : Peneliti, 2016
3.7 Teknik Pengumpulan Data dan Analisis Data 3.7.1 Teknik Pengumpulan Data Teknik pengumpulan data merupakan langkah yang paling utama dalam penelitian, karena tujuan utama dari penelitian adalah mendapatkan data. Tanpa
63
mengetahui teknik pengumpulan data, maka peneliti tidak akan mendapatkan data yang memenuhi standar data yang ditetapkan. Teknik yang digunakan peneliti dalam pengumpulan data penelitian ini adalah sebagai berikut : 1. Sumber Data Primer Data primer adalah data yang diperoleh langsung dari sumbernya dan masih bersifat mentah karena belum diolah. Data ini diperoleh melalui: a. Pengamatan/Observasi Observasi menurut Semiawan (2010:112) adalah bagian dalam pengumpulan data. Observasi berarti mengumpulkan data langsung dari lapangan. Dalam tradisi kualitatif data tidak akan diperoleh dibelakang meja, tetapi harus terjun ke lapangan, tetangga, organisasi dan komunitas. Data yang diobservasi dapat berupa gambaran tentang sikap, kelakuan, perilaku, tindakan dan keseluruhan interkasi antar manusia. Data observasi juga dapat berupa interaksi dalam suatu organisasi atau pengalaman para anggota dalam berorganisasi. Metode observasi yang digunakan dalam penelitian mengenai “Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Tangerang”, yaitu menggunakan metode observasi non-participant. Dalam hal ini peneliti datang ke lokasi penelitian namun tidak ikut terlibat dalam kegiatan yang dilakukan dari subjek penelitian. Artinya peneliti melakukan pengamatan
64
terkait bagaimana Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Tangerang. Tujuan penggunaan metode observasi dalam penelitian ini yakni peneliti dapat
mencatat
hal-hal
mendokumentasikan,
dan
yang
berkaitan
mereflesikannya
dengan
penelitian,
secara
sistematis
terhadap kegiatan dan interaksi dari subjek penelitian. Dengan demikian, maka data-data yang dikumpulkan berdasarkan hasil teknik pengumpulan data lainnya, dapat ditriangulasikan dengan menggunakan metode ini. Hal ini ditujukan untuk mendapatkan data yang valid. Validitas data sangat diperlukan dalam penelitian ini karena keabsahan data yang didapat apakah sesuai dengan fakta yang ada dilapangan atau tidak.
b. Wawancara Wawancara adalah bentuk komunikasi antara dua orang, melibatkan seseorang yang ingin memperoleh informasi dari seseorang lainnya dengan mengajukan pertanyaan-pertanyaan, berdasarkan tujuan tertentu (Mulyana, 2008:180). Sedangkan menurut Bugin dalam Satori dan Komariah (2001:88) wawancara dalam suatu penelitian bertujuan untuk mengumpulkan keterangan tentang kehidupan manusia dalam suatu masyarakat serta pendirianpendirian itu merupakan suatu pembantu utama dari metode utama (pengamatan).
65
Selain itu pengertian lain dari wawancara adalah percakapan dengan maksud tertentu. Percakapan itu dilakukan oleh dua pihak, yaitu pewawancara (interviewer) yang mengajukan pertanyaan dan terwawancara (interviewee) yang memberikan jawaban atas pertanyaan itu. Maksud mengadakan wawancara, seperti ditegaskan oleh Lincoln dan Guba (1985:266), antara lain: mengkonstruksi mengenai orang, kejadian, organisasi, perasaan, motivasi, tuntutan, kepedulian, dan lain-lain kebulatan, merekonstruksi kebulatankebulatan
demikian
sebagai
yang
dialami
masa
lalu,
memproyeksikan kebulatan-kebulatan sebagai yang diharapkan untuk dialami pada masa yang akan datang, memverifikasi, mengubah dan memperluas informasi yang diperoleh dari orang lain baik
manusia
maupun
bukan
manusia
(triangulasi)
dan
memverifikasi, mengubah dan memperluas kontruksi yang akan dikembangkan oleh sipeneliti sebagai pengecekan anggota. Wawancara mendalam adalah teknik pengolahan data yang pengumpulan data yang didasarkan percakapan secara intensif dengan suatu tujuan tertentu untuk mencari informasi sebanyakbanyaknya. Wawancara dilakukan dengan cara mendapat berbagai informasi menyangkut masalah yang diajukan dalam penelitian, wawancara dilakukan pada informan yang dianggap menguasai penelitian. Adapun yang digunakan adalah wawancara terstruktur
66
yang pewawancaranya menetapkan sendiri masalah dan pertanyaan yang akan diajukan oleh peneliti. Wawancara dilakukan dengan cara mempersiapkan terlebih dahulu berbagai keperluan yang dibutuhkan yaitu sampel informan kriteria informan dan pedoman wawancara yang disusun dengan rapih dan terlebih dahulu dipahami peneliti, sebelum melakukan wawancara peneliti terlebih dahulu melakukan hal-hal sebagai berikut: a. Menerangkan kegunaan serta tujuan dari penelitian. b. Menjelaskan alasan informan terpilih untuk diwawancarai. c. Menentukan strategi dan taktik berwawancara. d. Mempersiapkan pencatat data wawancara. Hal-hal tersebut bertujuan untuk memberikan motivasi kepada informan untuk melakukan wawancara dengan menghindari keasingan serta rasa curiga informan untuk memberikan keterangan dengan jujur, selanjutnya peneliti mencatat keterangan-keterangan yang diperoleh dengan cara pendekatan kata-kata dan merangkainya kembali dalam bentuk kalimat (nazir, 1985:234-242).
2. Sumber Data Sekunder Sumber data sekunder ini merupakan sumber data yang diperoleh melalui kegiatan studi literatur atau studi kepustakaan dan dokumentasi mengenai data yang diteliti.
67
a. Studi Kepustakaan Pengumpulan data ini diperoleh dari berbagai referensi yang relevan dengan penelitian yang dijalankan dan teknik ini berdasarkan text books maupun jurnal ilmiah. b. Studi Dokumentasi Studi dokumentasi, yakni pengumpulan data yang bersumber dari dokumen yang resmi dan relevan dengan penelitian yang sedang dilakukan. Dokumen yang diperoleh tersebut dapat berupa tulisan, gambar, atau karya-karya monumental dari seseorang. Adapun alat pengumpulan data yang digunakan dalam penelitian ini, khususnya dalam melakukan wawancara adalah: 1. Buku catatan: untuk mencatat pencatatan dengan sumber data. 2. Recorder: untuk merekam semua percakapan karena jika hanya menggunakan buku catatan, peneliti sulit untu mendapatkan informasi yang telah diberikan oleh informan. 3. Handphone camera: untuk memotret/mengambil gambar semua kegiatan yang berkaitan dengan penelitian. Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan keabsahan dari suatu penelitian. Selanjutnya sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini terbagi atas data primer dan data skunder. Data primer diambil langsung dari informan penelitian. Dalam hal ini data primer ini diambil melalui wawancara (interview). Sedangkan data skunder adalah data yang tidak langsung berasal dari informan. Oleh karena itu dalam penelitian ini, data skunder diperoleh melalui data-data dan
68
dokumen-dokumen yang relevan mengenai masalah yang diteliti. Data-data tersebut merupakan data yang diperlukan dalam menyelesaikan masalah yang dibahas dalam penelitian ini. a.
Uji Keabsahan Data Yang dimaksud dengan keabsahan data adalah bahwa setiap keadaan harus memenuhi: 1) Mendemostrasikan nilai yang benar, 2) Menyediakan dasar agar hal itu dapat diterapkan, dan 3) Memperbolehkan keputusan luar yang dapat dibuat tentang konsistensi dari prosedurnya dan kenetralan dari temuan dan keputusan-keputusannya. (Moleong, 2006:320) isu dasar dari hubungan keabsahan data pada dasarnya adalah sederhana. Bagaimana peneliti membujuk agar pesertanya (termasuk dirinya) bahwa temuan-temuan penelitian dapat dipercaya. Untuk menguji keabsahan data, dapat dilakukan dengan tujuh teknik, yaitu perpanjangan keikutsertaan, ketekunan pengamatan, triangulasi, pengecekan sejawat, kecukupan referensial, kajian kasus negatif, pengecekan anggota (member check). Pada penelitian ini, peneliti menggunakan uji keabsahan data dengan teknik triangulasi dan pengecekan anggota (member check).
1. Triangulasi Moleong (2006 :330) menjelaskan bahwa triangulasi merupakan teknik pemeriksaan keabsahan data yang memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan atau sebagai pembanding terhadap
69
data itu. Denzin (Prastowo, 2011 :269) membedakan teknik ini menjadi 5 macam yaitu : 1. Triangulasi sumber yaitu suatu teknis pengecekan kredibilitas data yang dilakukan dengan memeriksa data yang didapatkan melalui beberapa sumber. Triangulasi dengan sumber berarti membandingkan dan mengecek balik derajat kepercayaan atau informasi yang diperoleh melalui waktu dan alat yang berbeda dalam penelitian kualitatif. 2. Triangulasi teknik yaitu suatu tekhnik pengecekan kredibilitas dilakukan dengan cara mengecek data kepada sumber yang sama dengan teknik yang berbeda yaitu melalui wawancara, observasi dan studi dokumentasi. 3. Triangulasi waktu yaitu suatu teknik pengecekan kredibilitas dilakukan dengan cara melakukan pengecekan dengan wawancara, observasi atau tekhnik lain dalam waktu atau situasi yang berbeda. 4. Triangulasi penyidik, suatu teknik pengecekan kredibilitas dilakukan dengan cara memanfaatkan pengamat lain untuk pengecekan derajat kepercayaan data. 5. Triangulasi teori, suatu tekhnik pengecekan kredibilitas dilakukan dengan cara menggunakan lebih dari satu teori untuk memeriksa data temuan penelitian. Adapun untuk menguji keabsahan data pada penelitian ini dilakukan melalui teknik Triangulasi Sumber dan Triangulasi Teknik. Hal tersebut dapat tercapai dengan cara: 1. Membandingkan data hasil pengamatan dengan data hasil wawancara; 2. Membandingkan apa yan dikatakan orang di depan umum dengan apa yang dikatakan secara pribadi; 3. Membandingkan apa yang dikatakan orang tentang situasi peneliti dengan apa yang dikatakannya sepanjang waktu; 4. Membandingkan keadaan dan perspektif seseorang dengan berbagai pendapat dan pandangan orang seperti masyarakat biasa, kalangan yang berpendidikan menengah atau tinggi, orang pemerintahan; 5. Membandingkan hasil wawancara dengan isi suatu dokumen yang berkaitan. 2. Member Check Selain itu peneliti pun melakukan membercheck, yaitu proses pengecekan data yang diperoleh peneliti kepada pemberi data. Tujuan membercheck adalah
70
mengetahui seberapa jauh data yang diperoleh sesuai dengan apa yang diberikan oleh pemberi data. Selain itu, membercheck adalah agar informasi yang diperoleh dan akan digunakan dalam penulisan laporan sesuai dengan apa yang dimaksud sumber data atau informan. Setelah membercheck dilakukan, maka pemberi data dimintai tandatangan sebagai bukti otentik bahwa peneliti telah melakukan membercheck dalam Moelong (2005: 276). 3.7.2 Analisis Data Proses analisa data dilakukan secara terus menerus sejak awal data dikumpulkan sampai dengan penelitian berakhir. Untuk memberikan makna terhadap data yang telah dikimpulkan, dilakukan analisis data dan interpretasi. Mengingat ini dilaksanakan melalui pendekatan kualitatif, maka analisis dilakukan sejak data pertama sampai penelitian berakhir. Teknik analisis data yang digunakan dalam penelitian ini yaitu teknik analisa data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam waktu tertentu. Dalam menganalisis selama dilapangan
peneliti
menggunakan
model
Miles
dan
Huberman
yang
mengemukakan bahwa aktifitas dalam analisis data kualitatif dilakukan secara interaktif yang berlangsung secara terus menerus sampai tuntas. Proses datanya mencakup : 1.
Data Collection (Pengumpulan Data) Pengumpulan data yaitu proses memasuki lingkungan penelitian dan melakukan pengumpulan data penelitian. Ini merupakan tahap awal yang
71
harus dilakukan oleh peneliti agar peneliti dapat memperoleh informasi mengenai masalah-masalah yang terjadi di lapangan. 2. Data Reduction (Reduksi data) Reduksi data merupakan suatu proses pemilihan, pemusatan perhatian pada penyederhanaan, pengabstrakan, dan transformasi data “kasar” yang muncul dari catatan-catatan tertulis di lapangan (Prastowo, 2011: 242). Reduksi data ini berlangsung secara terus-menerus selama proyek yang berorientasi kualitatif berlangsung. Reduksi data dengan demikian merupakan suatu bentuk analisis
yang menajamkan, menggolongkan,
mengarahkan, membuang yang tidak perlu, dan mengorganisasi data dengan cara sedemikian rupa hingga kesimpulan-kesimpulan finalnya dapat ditarik dan diverifikasi (Prastowo, 2011:243). Tujuan utama dari penelitian kualitatif adalah pada temuan. Oleh karena itu, jika peneliti dalam melakukan penelitian menemukan segala sesuatu yang terlihat aneh, asing, tidak dikenal dan belum memiliki pola, justru inilah yang harus dijadikan perhatian peneliti dalam melakukan reduksi data. 3. Data Display (Penyajian Data) Setelah data direduksi, langkah selanjutnya adalah mendisplaykan data, penyajian data di sini merupakan sekumpulan informasi tersusun yang memberi kemungkinan adanya penarikan kesimpulan dan pengambilan tindakan. Beberapa jenis bentuk penyajian data adalah matriks, grafik, jaringan, bagan dan lain sebagainya yang semuanya dirancang untuk menggabungkan informasi tersusun dalam suatu bentuk yang padu
72
(Prastowo, 2011:244). Kemudian penyajian data dapat dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan selanjutnya, yang paling sering digunakan untuk menyajikan data dalam penelitian kualitatif adalah dengan teks yang bersifat naratif. Dengan mendisplay data, maka akan memudahkan untuk memahami apa yang terjadi, merencanakan kerja selanjutnya berdasarkan apa yang telah dipahami.
4.
Conclusion Drawing /verification (Penarikan Kesimpulan) Langkah ketiga dalam analisis data kualitatif menurut Miles dan
Huberman adalah penarikan kesimpulan dan verifikasi. Sementara itu, dalam penjelasan Sugiyono (Prastowo, 2011:250) kesimpulan awal yang dikemukakan masih bersifat sementara, dan akan berubah bila tidak ditemukan bukti-bukti kuat yang mendukung pada tahap pengumpulan data berikutnya. Akan tetapi, jika kesimpulan yang dikemukakan pada tahap awal telah didukung oleh bukti-bukti yang valid dan konsisten saat kita kembali ke lapangan mengumpulkan data, kesimpulan yang kita kemukakan adalah kesimpulan yang terpercaya. Dengan demikian, kesimpulan dalam penelitian ini mungkin dapat menjawab rumusan masalah yang telah dirumuskan sejak awal, tetapi mungkin juga tidak karena masalah dan rumusan masalah pada penelitian kualitatif masih bersifat sementara dan akan berkembang setelah peneliti berada di lapangan.
73
Gambar 3.1 Siklus Teknis Analisis Data Menurut Miles dan Huberman Data Colection
Data Display
Data Reduction
Conclution Drawing & Verifying
( Sumber : Miles dan Huberman, 2009:16 )
74
3.8 Lokasi dan Jadwal Penelitian Tempat atau lokus penelitian yang berjudul “Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Tangerang ialah di Kota Tangerang. Adapun jadwal penelitian adalah berikut ini :
Tabel 3.3 Jadwal Penelitian Waktu Penelitian No.
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13.
Kegiatan
Pengajuan Judul Observasi Awal Penyusunan Proposal Skripsi Bimbingan BAB I – BAB III Seminar Proposal Skripsi Revisi Proposal Skripsi Pengumpulan Data di Lapangan Reduksi Data dari Lapangan Penyajian Data Menarik Kesimpulan Penyusunan Hasil Penelitian Bimbingan BAB IV dan BAB V Sidang Skripsi
Sumber: Peneliti, 2016
Feb
Mar
Apr
Mei
Jun
Jul
Agus
Sept
Okt
Nov
2016
2016
2016
2016
2016
2016
2016
2016
2016
2016
75
BAB IV HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Wilayah Kota Tangerang Kota Tangerang dibentuk berdasarkan Undang-Undang Nomor 2 Tahun 1993 tentang Pembentukan Kota Tangerang. Kota Tangerang memiliki letak strategis yaitu sebelah barat berbatasan langsung dengan Ibu Kota DKI Jakarta memiliki peran aktif untuk menopang kemajuan Negara. Bandara internasional Soekarno Hatta yang terletak di wilayah Kota Tangerang dengan berakses ke ruas jalan tol Jakarta-Merak dan tol Serpong-dalam Kota DKI Jakarta yang memberi akses kemudahan arusu lalu lintas manusia dan barang. Sesuai dengan Instruksi Presiden (Inpres) RI No. 13 Tahun 1976 Kota Tangerang ditetapkan menjadi daerah penyanggah DKI Jakarta, sejak saat itu Kota Tangerang tumbuh – kembang secara pesat dengan mengunggulkan perekonomian yang bertulang punggung perindustrian, perdagangan dan koperasi. Sebagai daerah penyanggah Ibu Kota Negara DKI Jakarta gerak maju perekonomian Kota Tangerang sangat berkolerasi dengan gerak maju perekonomian nasional. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Teluk Naga dan Kecamatan Sepatan Kabupaten Tangerang, sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Curug, Kecamatan Serpong dengan DKI Jakarta, sedangkan sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Cikupa Kabupaten Tangerang.
76
Gambar 4.1 Peta Kota Tangerang
(Sumber: www.tangerang.go.id)
Secara administratif luas Kota Tangerang sekitar 18.378 Ha (termasuk Kawasan Bandara International Soekarno Hatta 1.969 Ha), merupakan wilayah dataran rendah dengan ketinggian rata-rata 30 mdpl. Terbagi menjadi 13 Kecamatan, 104 Kelurahan yang terdiri dari 931 RW dan 4.587 RT. Jumlah penduduk berdasarkan sensus BPS Provinsi Banten. Selain itu, Kota Tangerang tidak hanya menjadi pusat industri atau kota dengan sebutan seribu industri tetapi juga menjadi kota bisnis, perdagangan dan jasa. Hal ini memperlihatkan kesiapan Kota Tangerang untuk menghadapi persaingan global. Seiring dengan tumbuh kembangnya Kota Tangerang mendapatkan julukan garda terdepan perekonomian Provinsi Banten. Julukan ini berdasarkan hasil pendataan Pemerintah Kota Tangerang pada Oktober 2008 sebagai berikut :
77
Tabel 4.1 Data Perkembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) 2015 NO 1
2
INDIKATOR
SATUAN
JUMLAH
PANGSA (%) 100 94,67
Unit Usaha (A+B) 10.501 A. Usaha Mikro, Kecil dan 9.942 Menengah (UMKM) - Usaha Mikro (Umi) (Unit) 8.037 - Usaha Kecil (UK) 1.477 - Usaha Menengah (UM) 428 B. Usaha besar (UB) 559 Tenaga Kerja (A+B) 396.546 A. Usaha Mikro, Kecil dan 229.529 Menengah (UMKM) - Usaha Mikro (Umi) (Orang) - Usaha Kecil (UK) - Usaha Menengah (UM) 167.017 B. Usaha besar (UB) (Sumber: Badan Pusat Statistik Kota Tangerang, Kota Tangerang dalam angka 2015)
76,53 14,06 4,07 5,32 100 57,88 42,11
Hal ini bisa dilihat dari tabel di atas bahwasannya jumlah UMKM di Kota Tangerang yaitu 9.942 yang terbesar diwilayah Kota Tangerang dan angka ini melebihi jumlah usaha besar yang ada di Kota Tangerang yaitu 559 usaha besar yang tersebar diwilayah Kota Tangerang. Sehingga dapat dilihat dari segi jumlah UMKM lebih unggul dibanding Usaha besar. Lalu UMKM di Kota Tangerang menyerap tenaga kerja sebanyak 229.529 orang dan lag-lagi mengungguli jumlah tenaga kerja pada usaha besar yaitu 167.017 sehingga UMKM memiliki peran yang besar terhadap perekonomian di Kota Tangerang. Melihat banyaknya usaha yang ada di Kota Tangerang, diantaranya pada sektor jasa, perdagangan dan juga industri, maka sangat sesuai apabila Kota Tangerang mendapatkan julukan garda perekonomian Provinsi Banten. Apabila potensi unggulan dari usaha-usaha diatas dikembangkan dan dikelola dengan komitmen yang kuat oleh Pemerintah Kota Tangerang khususnya Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang maka akan memberikan manfaat yang besar bagi Pemerintah Kota
78
Tangerang dan masyarakat Kota Tangerang dalam memajukan pendapatan dan taraf perekonomian. Terkait Bidang Perindustrian, Perdagangan, usaha-jasa dan koperasi menjadi pusat pertumbuhan perekonomian di Kota Tangerang yang memiliki luas wilayah 18.000 KM2. Dengan posisi Kota Tangerang tersebut menjadikan pertumbuhannya pesat. Pada satu sisi wilayah Kota Tangerang menjadi daerah limpahan berbagai kegiatan di Ibukota Negara DKI Jakarta. Di sisi lain Kota Tangerang dapat menjadi daerah kolektor pengembangan wilayah Kabupaten Tangerang sebagai daerah dengan sumber daya alam yang produktif. Pesatnya pertumbuhan Kota Tangerang dipercepat pula dengan keberadaan Bandara Internasional Soekarno – Hatta yang sebagian areanya termasuk ke dalam wilayah administrasi Kota Tangerang. Gerbang perhubungan udara indonesia tersebut telah membuka peluang bagi pengembangan kegiatan perdagangan dan jasa secara luas di Kota Tangerang. Dengan kondisi dan lokasi yang strategis menjadikan kota tangerang ini kota yang menaikan pertumbuhan ekonomi di banten dengan peranan dari para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah dengan menyerap banyak tenaga kerja. Sehingga pemerintah harus bisa mempertahankan atau meningkatkan fasilitas bagi para pelaku UMKM di setiap daerah (kecamatan dan kelurahan) dan hal ini bisa dlihat dari jumlah para pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah yang ada di Kota Tangerang, sebagai berikut :
79
Tabel 4.2 Data Jumlah UMKM Berdasarkan Kriteria Usaha Perkecamatan Di Kota Tangerang Tahun 2015 No.
Kecamatan
Mikro
Kecil
Menengah
Jumlah
1
Batu Ceper
442
56
4
502
2
Benda
201
25
5
231
3
Cibodas
3.617
214
8
3.839
4
Ciledug
231
53
25
309
5
Cipondoh
175
221
32
428
6
Jatiuwung
876
257
38
1.171
7
Karang Tengah
243
73
7
323
8
Karawaci
516
30
7
553
9
Larangan
190
318
218
726
10
Neglasari
122
25
2
149
11
Periuk
452
50
45
547
12
Pinang
683
78
10
771
13
Tangerang
289
77
27
393
8.037
1.477
428
9.942
Total
(Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang)
Tabel diatas merupakan data jumlah Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) berdasarkan kriteria usaha perkecamatan di Kota Tangerang pada tahun 2015. Dapat dilihat bahwa di Kota Tangerang masih banyak usaha yang berskala mikro daripada skala menengah. UMKM terbanyak ada pada kecamatan Cibodas sebanyak 3.839 UMKM dan terendah pada kecamatan Benda sebanyak 231 UMKM.
80
Dengan jumlah Usaha Mikro yang mendominasi di wilayah kecamatan Cibodas sebagai pusat perekonomian yang disebabkan oleh lokasi yang berdampingan dengan pabrik-pabrik dan industri sehingga kegiatan ekonomi disini lebih aktif.. Posisi yang strategis ini dimanfaatkan oleh masyarakat cibodas ini untuk membuka berbagai macam usaha seperti makanan, minuman dan jasa jahit. Berbeda halnya dengan Kecamatan Benda yang jumlah UMKMnya terendah padahal lokasi Kecamatan Benda ini berdekatan dengan Bandara Soekarno Hatta yang merupakan gerbang pintu masuk para wisatawan. Hal ini disebakan oleh akses jalan yang rusak dan belum memadai sehingga menjadikan terhambatnya laju pertumbuhan di wilayah ini. 4.2 Gambaran Umum Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang dibentuk berdasarkan Peraturan Daerah Nomor 11 tahun 2011 tentang Perubahan atas Peraturan Daerah Nomor 5 Tahun 2008 Tentang Pembentukan dan susunan Organisasi dinas, Peraturan Walikota Tangerang Nomor 35 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi. Diubah menjadi Peraturan Walikota Tangerang Nomor 74 Tahun 2014 tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang.
81
4.2.1 Visi dan Misi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang. 1. Visi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang “Terwujudnya Industri, Perdagangan, Koperasi dan UMKM yang tangguh dan mandiri, berdaya saing tinggi serta ramah lingkungan”. 2. Misi
Dinas
Perindustrian
,
Perdagangan
dan
Koperasi
KotaTangerang Sejalan dengan hal tersebut, maka Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang merumuskan pernyataan misi sebagai berikut : 1) Mewujudkan tata pemerintahan yang baik, akuntabel dan trans[aran didukung dengan stuktur birokrasi yang berintegritas, kompeten dan profesional; 2) Menumbuhkembangkan Koperasi dan UMKM yang sehat, kuat dan mandiri; 3) Mengembangkan Sistem dan Jaringan Perdagangan barang dan jasa yang berdaya saing tinggi baik pasar domestik maupun pasar luar negeri dan Peningkatan Perlindungan Konsumen. 4) Mengembangkan Industri yang berdaya saing tinggi dan ramah lingkungan; 5) Peningkatan Kapasitas Sumber Daya Manusia dan Sarana Prasarana. Pokok – pokok misi dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang terdiri dari 5 pokok misi, yaitu : 1. Tata Pemerintahan dan Tata Birokrasi;
82
2. Koperasi dan UMKM Sehat; 3. Perdagangan berdaya saing dan pelayanan perlindungan konsumen; 4. Industri ramah lingkungan; 5. Kapasistas SDM 4.2.2
Tugas
Fungsi
dan
Stuktur
Organisasi
Dinas
Perindustrian,
Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang Berdasarkan Peraturan Walikota Nomor 74 Tahun 2014 tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang sebagai berikut : 1. Dinas mempunyai tugas pokok melaksanakan urusan pemerintahan di bidang perindustrian, perdagangan, serta koperasi usaha kecil menengah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan sesuai dengan visi, misi dan
program
Walikota
sebagaimana
dijabarkan
dalam
Rencana
Pembangunan Jangka Menengah Daerah. 2. Untuk melaksanakan tugas pokok sebagaimana dimaksud pada nomor (1) Dinas mempunyai fungsi: 1. Perumusan kebijakan teknis pelaksanaan urusan di bidang perindustrian, perdagangan, koperasi serta usaha kecil dan menengah; 2. Pemberian dukungan atas penyelenggaraan urusan pemerintahan daerah di bidang perindustrian, perdagangan, koperasi serta usaha kecil dan menengah;
83
3. Pemberdayaan dan pelaksanaan tugas di bidang perindustrian, perdagangan, koperasi serta usaha kecil dan menengah; 4. Pelaksanaan ketatusahaan Dinas; 5. Pengelolaan UPT; dan 6. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh Walikota sesuai dengan lingkup tugas dan fungsinya. 3. Dinas dipimpim oleh seorang Kepala Dinas yang berada di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah. Adapun rincian tugas Kepala Dinas, Sekretaris, Kepala Bidang, Kepala Sub Bagian, Kepala Seksi dan Jabatan Fungsional adalah sebagai berikut : a) Kepala Dinas Tupoksinya : 1. Perumusan kebijakan teknis penyelenggaraan tugas dan fungsi Dinas; 2. Penyelenggaraan penyusunan strategis usulan program, rencana kerja, kinerja dan anggaran tahunan Dinas. 3. Penjabaran kebijakan strategis serta perumusan dan pelaksanaan kebijakan teknis dibidang perindustrian, perdagangan, koperasi dan UKM. 4. Pengkoordinasian dan pengendalian seluruh kegiatan operasional Dinas;
84
5. Penyelenggaraan pelayanan teknis administrasi bagi semua perangkat daerah dan masyarakat dalam lingkup urusan perindustrian, perdagangan, koperasi dan UKM; 6. Perumusan kebijakan pembangunan, pengadaan, serta rehabilitasi prasarana dan sarana fisik dalam lingkup tugas Dinas; 7. Penyelenggaraan Pemberdayaan dan pengembangan kemampuan berprestasi para pegawai di lingkungan Dinas; 8. Penyelenggaraan pengawasan terhadap pelaksanaan rencana kerja dan penggunaaan anggaran tahunan Dinas; 9. Pelaporan. b) Sekretariat Tupoksinya : 1. Penatausahaan urusan umum; 2. Penatausahaan urusan keuangan; 3. Penatausahaan urusan kepegawaian; 4. Pengkoordinasian dalam penyusuan perencanaan Dinas; 5. Pengkoordinasian pelaksanaan tugas bidang-bidang dan UPT-UPT di lingkungan Dinas. c) Bidang Koperasi dan Usaha Kecil Menengah Tupoksinya : 1. Penyelenggaraan pemberian bimbingan teknis dan pengendalian kegiatan penyelenggaraan koperasi dan usaha kecil menengah di bidang kelembagaan;
85
2. Penyelenggaraan Pemberdayaan, pemberian bimbingan, pemberian fasilitasi dan pengawasan dalam rangka pemasaran produk-produk koperasi dan usaha mikro kecil dan menengah; 3. Penyelenggaraan perlindungan usaha bagi koperasi dan usaha mikro kecil menengah; 4.
Penyelenggaraan
kegiatan pengembangan hubungan kemitraan
antar koperasi, usaha mikro kecil menengah, pemerintah, dan perusahaan besar. 5.
Penyelenggaraan
kegiatan
pelayanan
di
bidang
fasilitasi
pembiayaan, jasa keuangan, serta penjaminan bagi koperasi dan usaha mikro kecil menengah; 6.
Penyelanggaraan peningkatan kualitas sumber daya manusia
koperasi dan usaha kecil menengah. Susunan kepegawaian Dinas Peridustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang adalah sebagai berikut : 1. Kepala Dinas 2. Sekretaris a. Kepala Sub Bagian Umum dan Kepegawaian; b. Kepala Sub Bagian Keuangan; c. Kepala Sub Bagian Perencanaan. 3. Kepala Bidang Perindustrian a. Kepala Seksi Bina Industri Kimia, Agro dan Hasil Hutan;
86
b. Kepala Seksi Bina Industri Logam, Mesin dan Elektronika; c. Kepala Seksi Bina Indsutri Aneka. 4. Kepala Bidang Perdagangan a. Kepala Seksi Perdagangan Dalam Negeri; b. Kepala Seksi Perdagangan Luar Negeri; c. Kepala Seksi Perlindungan Konsumen dan Metrologi Legal. 5. Kepala Bidang Koperasi a. Kepala Seksi Bina Koperasi; b. Kepala Seksi Bina Usaha Kecil Menengah; c. Kepala Seksi Fasilitasi dan Kemitraan. 6. UPT 7. Kelompok Jabatan Fungsional
87
Gambar 4.2 Struktur Organisasi Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang KEPALA DINAS
JABATAN SEKRETARIS FUNGSIONAL TERTENTU
UPTD METROLOGI LEGAL
SUB BAGIAN
SUB BAGIAN
SUB BAGIAN
UMUM & KEPEGAWAIAN
KEUANGAN
PERENCANAAN
BIDANG
BIDANG
BIDANG
PERINDUSTRIAN
PERDAGANGAN
KOPERASI DAN UKM
SEKSI
SEKSI
SEKSI
BINA IKAH
PERDAGANGAN
BINA KOPERASI
DALAM NEGERI SEKSI
SEKSI
SEKSI
BINA ILMEA
PERDAGANGAN
BINA UKM
LUAR NEGERI SEKSI
SEKSI
SEKSI
BINA INDUSTRI
PERLINDUNGAN
FASILITASI/
ANEKA
KONSUMEN
KEMITRAAN
(Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang)
88
4.3 Deskripsi Data 4.3.1 Deskripsi Informan Penelitian Deskripsi data merupakan penjelasan mengenai data yang didapat dari hasil penelitian. Data ini didapat dari hasil penelitian dengan menggunakan teknik analisa data kualitatif. Dalam penelitian ini, mengenai Implementasi Kebijakan Pemberdayaan
UMKM
Kota
Tangerang
dengan
menggunakan
teori
Implementasi menurut Van Meter Van Horn (1975). Teori tersebut memberikan gambaran tentang ukuran keberhasilan Implementasi harus memperhatikan beberapa variabel yang satu dengan yang lainnya saling berhubungan untuk mencapai kinerja implementasi dengan baik. Adapun variabel yang dimaksud yaitu 1. Standar Ukuran dan Tujuan Kebijakan Untuk mengukur kinerja implementasi kebijakan pemberdayaan UMKM Kota Tangerang perlu memperhatikan standar dan sasaran tertentu yang harus dicapai oleh para pelaksana, kinerja kebijakan pada dasarnya merupakan penilaian atas tingkat ketercapaian standar dan sasaran tersebut. Pemahaman tentang maksud dan tujuan dari suatu standard suatu kebijakan sangatlah penting. Implementasi kebijakan yang berhasil bisa menjadi gagal ketika para pelaksana tidak memahami sepenuhnya mengenai standard dan ukuran dari suatu kebijakan tersebut. 2. Sumber – sumber Kebijakan
89
Sumber-sumber yang dmaksud dalam hal ini adalah sumberdaya manusia, sumber daya finansial dan waktu. Dalam tahap implementasi kebijakan sumber daya
manusia
yang berkualitas dan
sesuai
dengan bidangnya
sangat
mempengaruhi keberhasilan dalam implementasi suatu kebijakan. Sumberdaya finansial juga penting dalam tahap implementasi kebijakan, sumber daya ini terdiri atas dana atau intensif lain yang dapat memperlancar suatu kebijakan. Kurangnya atau terbatasnya dana dalam implementasi kebijakan merupakan salah satu faktor besar terhadap kegagalan suatu implementasi kebijakan. Sumberdaya waktu juga tidak kalah pentingnya dengan sumber yang lain dalam tahap implementasi kebijakan karena sumberdaya waktu berpengaruh terhadap bagaimana kelancaran dan ketepatan administrasi dalam suatu implementasi kebijakan maka dari itu untuk mencapai keberhasilan dalam implementasi kebijakan Pemberdayaan UMKM Kota Tangerang harus memperhatikan sumbersumber yang ada. 3. Komunikasi Antar Organisasi Komunikasi antar organisasi yang terlibat dalam pelaksanaan Kebijakan Pemberdayaan UMKM Kota Tangerang sangat perlu diperhatikan untuk mencapai keberhasilan kebijakan Pemberdayaan UMKM Kota Tangerang. Para individu (implementor) harus memahami maksud dan tujuan dari kebijakan tersebut. Komunikasi dari para pelaku UMKM dengan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang harus berjalan dengan baik dan tidak terjadinya komunikasi yang buruk (miss communication).
90
4. Karakteristik Agen Pelaksana Dalam tahap Implementasi Kebijakan Pemberdayaan UMKM Kota Tangerang diperlukan agen pelaksana yang demokratis dan persuasif. Dan pada beberapa konteks kebijakan yang akan dilaksanakan dituntut untuk para pelaksana kebijakan yang ketat dan disiplin supaya kebijakan berjalan sesuai dengan yang diharapkan atau efektif. 5. Sikap atau Kecenderungan Para Pelaksana Sikap penolakan dan penerimaan dari agen pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi suatu keberhasilan atau kegagalan implementasi Kebijakan Pemberdayaan UMKM Kota Tangeang. Hal ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil dari formulasi pelaku UMKM yang mengenal betul permasalahan dan persoalan yang mereka rasakan. Yang dimaksud dalam sikap dari agen pelaksana yaitu Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang. 6. Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik Hal terakhir yang perlu diperhatikan untuk menilai kinerja implementasi Kebijakan Pemberdayaan UMKM Kota Tangerang adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan Pemberdayaan UMKM Kota Tangerang. Lingkungan sosial, ekonomi, dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi sumber masalah dari kegagalan kinerja implementasi Kebijakan Pemberdayaan UMKM Kota Tangerang. Karena itu perlu adanya
91
dorongan atau dukungan dari masyarakat(Para Pelaku UMKM) dan lingkungan disekitar untuk ikut membantu dalam proses implementasi kebijakan. Metode penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah metode kualitatif sehingga data yang peneliti dapatkan lebih banyak berupa kata-kata dan tindakan yang peneliti peroleh melalui proses wawancara dan observasi. Kata-kata dan tindakan orang yang diwawancara merupakan sumber utama dalam penelitian. Sumber data ini kemudian oleh peneliti dicatat dengan menggunakan catatan tertulis atau melalui alat perekam yang peneliti gunakan dalam penelitian. Adapun dokumentasi yang peneliti ambil saat melakukan pengamatan adalah berupa catatan lapangan penelitian, seperti dokumen-dokumen yang peneliti dapatkan dari Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang dan pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Tangerang yang merupakan data mentah yang harus diolah dan dianalisis kembali untuk mendapatkan data yang dibutuhkan. Selain itu bentuk data lainnya berupa foto-foto lapangan dimana foto-foto tersebut merupakan foto kegiatan-kegiatan yang berhubungan dengan Pemberdayaan UMKM Kota Tangerang. Selanjutnya karena penelitian ini merupakan penelitian kualitatif, maka dalam proses menganalisa data peneliti melalukan analisa secara bersamaan. Seperti yang telah dipaparkan dalam bab 3 (tiga) sebelumnya, bahwa dalam proses analisa dalam penelitian ini yaitu dengan menggunakan teknik analisa data yaitu dengan menggunakan 4 tahap, diantaranya; Pengumpulan Data Mentah,
92
tahap ini peneliti mengumpulkan data mentah wawancara, observasi lapangan, kajian pustaka dengan alat-alat yang dibutuhkan. Transkrip Data, pada tahap ini peneliti merubah catatan data mentah ke bentuk tertulis. Yang ditulis peneliti pun harus apa adanya tanpa mencampur adukkan dengan pikiran peneliti. Pembuatan Koding, ditahap ini peneliti membaca ulang seluruh data yang telah ditranskrip. Hal-hal penting didalam transkrip dicatat dan diambil kata kuncinya. Kemudian kata kunci ini nanti diberi kode, peneliti memberikan kode pada aspek tertentu, yaitu: a. Kode Q1.2.3 dan seterusnya menandakan daftar urutan pertanyaan; b. Kode I1-1, menunjukan daftar urutan informan dari Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang; c. Kode I2-1, menunjukkan daftar urutan informan dari Sekretaris Dinas Perrindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang; d. Kode I3-1, menunjukkan daftar urutan informan dari Kepala Bidang Koperasi dan UMKM Kota Tangerang; e. Kode I4-1, menunjukkan daftar informan dari Kepala Sub Bidang Bina Usaha Kecil dan Menengah Kota Tangerang; f. Kode I5-1, menunjukkan daftar informan dari Kepala Sub Bidang Fasilitasi dan Kemitraan Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang;
93
g. Kode I6-1, menunjukkan daftar informan dari pelaku UMKM Kota Tangerang. Setelah pembuatan koding, langkah selanjutnya adalah kategorisasi data, dalam tahap ini peneliti mulai menyederhanakan data dengan cara mengikat konsep-konsep (kata-kata) kunci dalam satu besaran yang dinamakan kategori. Kategorisasi data yang dilakukan dengan penyimpanan sementara, peneliti dapat mengambil kesimpulan yang sifatnya sementara. Selanjutnya dengan triangulasi yaitu proses check dan recheck abtara sumber data dengan sumber data lainnya. setelah semua proses analisa data telah dilakukan peneliti dapat melakukan penyimpulan akhir. Kesimpulan akhir dapat diambil ketika peneliti telah merasa bahwa data peneliti sudah jenuh dan setiap penambhan data baru hanya berarti ketumpang tindihan. 4.3.2 Data Informan Penelitian Pada penelitian ini, mengenai Implementasi Kebijakan Pemberdayaan UMKM Kota Tangerang, dalam pemilihan informan penelitian ini peneliti menggunakan caa pengambilan sumber data yang sering digunakan pada penelitian kualitatif adalah Purposive. Purposive adalah teknik pengambilan sumber data dengan pertimbangan tertentu. Pertimbangan tertentu ini, misalnya orang tersebut dianggap paling tahu atau paling menguasai situasi sosial yang diteliti. Informan dalam penelitian ini adalah Kepala Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi, Sekretariat Dinas Perindustrian, Perdagangan dan
94
Koperasi, Kepala Bidang Koperasi dan UMKM, Kepala Sub Bidang Bina Usaha Kecil dan Menengah dan Para pelaku UMKM Kota Tangerang yang terlibat dalam Pemberdayaan UMKM Kota Tangerang. Informan dalam penelitian ini selain pegawai Dinas sebagai key informan yaitu Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang untuk keabsahan data dan untuk dapat menggali secara mendalam mengenai penelitian ini maka peneliti pun mengambil informan di luar pegawai Dinas. Informan tersebut diantaranya pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM) Kota Tangerang. Adapun informan dalam penelitian ini terdiri dari 1 orang Kepala Dinas, 1 orang Sekretaris Dinas, 1 orang Kabid Koperasi dan UKM, 1 orang Kasi Bina Usaha Kecil dan Menengah, 1 Kasi Fasilitasi dan Kemitraan, 3 pelaku UMKM Tangerang. Tabel 4.3 Daftar Informan penelitian No. 1.
Kode Nama Informan I1-1 Drs. H Sayuti
2. 3.
I2-1 I3-1
4.
I4-1
5.
I5-1
6.
I6-1
Drs. H Betty H. M Juweni, SH. M.Si Endang Purwaningsih, MM. Dra. Ety Nurhayati Dra. Lilis Herawati
Keterangan Kepala Dinas Indagkop
Jenis Kelamin Laki-laki
Umur 56 Tahun
Sekretaris Dinas Indagkop Kabid Koperasi dan UKM
Perempuan Laki-Laki
53 Tahun 55 Tahun
Kasi Bina Usaha Kecil dan Perempuan Menengah
49 Tahun
Kasi Fasilitasi dan Perempuan Kemitraan Pelaku UMKM Kota Perempuan Tangerang “Bella Cookies” sekaligus anggota JPKT Tangerang dan IWAPI (Ikatan Wanita
56 Tahun 49 Tahun
95
7.
I6-2
Norma Suhaedah
8.
I6-3
Abdul Hafid
Pengusaha Indonesia) Tangerang Pelaku UMKM Kota Perempuan Tangerang “Mama Bolu Tape Benteng” Sekaligus Anggota ASIFA (Asosiasi Kreatifitas) Tangerang Pelaku Umkm Kota Laki-Laki Tangerang “Lapis Beneng” sekaligus Ketua UKM Center Kota Tangerang dan Manager Gray Pangan Lokal Banten
32 Tahun
43 Tahun
(Sumber : Peneliti 2016)
4.4 Deskripsi dan Data Temuan Lapangan Pembahasan dan analisis dalam penelitian ini merupakan data dan fakta yang peneliti dapatkan dari lapangan serta disesuaikan dengan teori yang peneliti gunakan yaitu menggunakan teori implementasi menurut Van Metter dan Van Horn (Agustino, 2006: 141-144). Dalam teori Van Metter dan Van Horn, proses implementasi
ini
merupakan
sebuah
abstraksi
atau
performansi
suatu
implementasi kebijakan yang pada dasarnya secara sengaja dilakukan untuk meraih kinerja implementasi kebijakan publik yang tinggi yang berlangsung dalam hubungan berbagai variabel. Menurut Metter dan Horn ada beberapa variabel yang perlu diperhatikan dalam proses implementasi kebijakan, 1) Ukuran dan Tujuan Kebijakan 2) Sumber-Sumber Kebijakan 3) Komunikasi Antar Organisasi 4) Karakteristik Agen Pelaksana 5) Sikap atau Kecenderungan (disposition) para pelaksana dan 6) Lingkungan Sosial, Ekonomi, dan Politik.
96
4.5 Implementasi Kebijakan Pemberdayaan UMKM Kota Tangerang 4.5.1 Ukuran dan Tujuan Kebijakan Kinerja Implementasi kebijakan dapat diukur tingkat keberhasilanya jika ukuran dan tujuan dari kebijakan memang realistis dengan sosio kultur yang berada di level pelaksana kebijakan dan pengawas kebijakan. Ketika ukuran kebijakan atau tujuan kebijakan terlalu ideal (bahkan terlalu utopis) untuk dilaksanakan di level warga, maka agak sulit memang merealisasikan kebijakan publik hingga bisa dikatakan efektif atau berhasil. Kota Tangerang terkenal dengan sebutan kota seribu industri karena banyaknya
industri
yang berdiri
diwilayah
tangerang.
Yang membuat
pertumbuhan ekonomi di Kota Tangerang melaju dengan pesat dengan kontribusiya sebesar 40-50% memiliki peranan dalam laju perekonomian. Tidak hanya industri-industri besar saja yang menjadikan perekonomian di Kota Tangerang ini menjadi pesat tetapi ada peran lain dibaliknya yaitu Usaha Mikro Kecil dan Menengah. Hal ini bisa dilihat dengan banyaknya jumlah Usaha Mikro Kecil dan menengah yang ada di Kota Tangerang terutama di sektor industri, perdagangan dan jasa. Tak lepas dari itu banyaknya pelaku UMKM di bidang Industri makanan di Kota Tangerang sehingga hal ini harus dilihat secara fisik kesehatan dan kebersihan didalamnya. Pemerintah Kota Tangerang khususnya Dinas Indagkop membuat sebuah perogram tentang sertifikat halal dan PIRT halal yang bekerja sama dengan MUI Banten dan Kota Tangerang, Dinas Kesehatan Kota Tangerang dan Dinas Perizinan Kota Tangerang dengan tujuan mengcheck
97
terjaminnnya suatu makanan dan komposisinya. Dengan disediakannya fasilitas untuk para pelaku UMKM yang menekuni di bidang makanan tetapi disisi lain masih terdapat beberapa kelemahan bagi para pelaku UMKM di Kota Tangerang yaitu Keterampilan dalam hal produk, pemasaran, manajemen dan pencatatan keuangan. Kemudian permodalan dan kurang dalam memasarkan produk dan pengemasan produk, sebagaimana I1-1 menyatakan pendapatnya sebagai berikut : “sudah ada manfaatnya dengan melakukan penyuluhan dan sosialisasi dengan kita bantu dengan PIRT halal karena tanpa PIRT halal mereka tidak dapat menjual produknya dipasar modern”. (Wawancara: Senin, 18 Juli 2016, 10.44 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3). Pendapat di atas dapat diketahui bahwa kegiatan yang dibuat oleh Pemerintah Kota Tangerang khususnya Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang sudah sesuai dengan manfaat karena dengan melihat berbagai kelemahan dan kebutuhan tadi seperti dalam hal keterampilan produk, kemasan dan manajemennya. Sehingga program seminar dan penyuluhan tadi ini menjadi hal yang dibutuhkan bagi pelaku UMKM di sektor industri makanan terutama dalam hal pemasaran produk karena harus membutuhkan PIRT halal agar produknya bisa dipasarkan. Hal yang sama juga diungkapkan oleh I3-1 yaitu sebagai berikut : “yang pasti sudah sesuai manfaatnya kita fasilitasi dan kita bekerjasama dengan dinas kesehatan,dinas perizinan dan MUI dengan memberikan subsidi dana”. (Wawancara: Rabu 29 Juni 2016, 10.42 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3). Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa kegiatan sosialisasi pembuatan sertifikat halal dan PIRT halal ini sudah sesuai dengan manfaatnya.
98
Hal yang dilakukan pemerintah kota tangerang terutama Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi yaitu dengan memfasilitasi dan memberikan subsidi dana. Hal yang serupa pun disampaikan oleh I4-1 yaitu sebagai berikut : “Tugas kita hanya memfasilitasi terkait sertifikat halal dan PIRT dengan mengadakan sosialiasi dan penyuluhan dalam rangka Pemberdayaan”. (Wawancara: Selasa 28 Juni 2016, 09.40 WIB. Lapangan Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 1). Pendapat di atas dapat diketahui bahwa Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang hanya memfasilitasi saja terkait sertifikat halal seperti halnya mengadakan sosialisasi PIRT dan membantu para UMKM yang tadinya memiliki sertifikat menjadi memiliki sertfikat halal dengan tujuan meningkatkan daya saing pasar. Dan selebihnya itu tugas dinas kesehatan dan MUI
sehingga
Dinas
Perindustrian
Perdagangan
dan
Koperasi
hanya
memfasilitasi saja dalam rangka Pemberdayaan. Hal yang sama pun diungkapkan oleh I5-1 sebagai berikut : “Pembuatan gratis tetapi untuk perpanjangan kita beri subsidi dana sebesar 50%”. (Wawancara: Rabu 29 Juni 2016, 09:30 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3). Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang telah memberikan secara gratis dalam rangka pembuatan sertifikat halal dan PIRT halal tetapi untuk perpanjangan akan diberikan subsidi dana sebesar 50% dari harga yang ditetapkan dari MUI. Dengan harga 2.5 juta dari 5 juta yang ditetapkan oleh MUI dengan masa aktif 2 tahun.
99
Dari kesimpulan yang ada di atas dapat diketahui bahwa Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang sudah menyediakan fasilitas bagi para pelaku UMKM dalam penyedian sertifikat halal dan PIRT halal. Peneliti mencoba menguatkan pendapat di atas dengan mewawancarai para pelaku UMKM yang tergabung ke dalam asosiasi-asosiasi UMKM yang ada di Kota Tangerang diantaranya Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Kota Tangerang, Asosiasi Pelaku Usaha Ekonomi Kreatif (ASIFA) Kota Tangerang dan UKM Center Kota Tangerang. Berbagai pendapat dilontarkan oleh para pelaku UMKM terkait Kegiatan yang dibuat oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi seperti halnya dalam pembuatan sertifikat halal ini. Dan ternyata para pelaku UMKM di Kota Tangerang mendapatkan fasilitas yang disediakan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi berupa bantuan gratis, sebagaimana yang disampaikan oleh I6-1 sebagai berikut : “Memang disediakan fasilitas dari Dinas Indagkop yang bekerja sama dengan MUI namun berhubung saat itu saya sedang dikejar waktu sehingga saya tidak sempat merasakan fasilitas yang disediakan”. (Wawancara: Sabtu, 20 Agustus 2016 10.05 WIB. Kediaman Informan, Taman Royal 1). Pendapat di atas dapat ketahui bahwa pelaku UMKM memang diberikan fasilitas dalam pembuatan halal ini namun karena pada saat waktu yang sama pelaku UMKM diharuskan menunggu kuota sehingga pelaku UMKM ini harus mengikuti bantuan dari provinsi karena dikejar waktu untuk membuat sertifikat halal agar produknya bisa dipasarkan. Sehingga pelaku UMKM ini belum menikmati lantaran hal tersebut. Dengan mengikuti bantuan yang ada di Provinsi dengan lokasi di cilegon karena kebijakan setiap daerah berbeda pelaku UMKM
100
ini dikenakan biaya administrasi. Dan masa aktif untuk sertifikat halal 2 tahun lalu untuk PIRT 5 tahun. Hal yang sama pun diungkapkan oleh I6-2 pelaku UMKM yang tergabung ke dalam Asosiasi Pelaku Usaha Ekonomi Kreatif (ASIFA) Kota Tangerang sebagai berikut : “Kebetulan dapat fasilitas dari Dinas Indagkop lalu dicheck bahan baku oleh MUI setelah sebulan keluar sertifikat MUI, setelah itu ikut penyuluhan dari dinas kesehatan setelah terima surat dari dinas kesehatan langsung didaftarkan ke dinas Perizinan untuk PIRT kurang lebih 2 minggu. Pembuatan memang gratis hanya ada biaya administrasi di dinas kesehatan”. (Wawancara: Selasa, 23 Agustus 2016 11.45 WIB. Kediaman Informan, Perum 1 cimone permai). Pendapat di atas dapat diketahui bahwa pelaku UMKM ini mendapatkan fasilitas untuk halal ini dimulai dari MUI sampai ke dinas perizinan. Dengan tahap awal pengcheckan bahan baku dari MUI Provinsi setelah semuanya selesai keluar sertifikat halal kurang lebih 1bulan dari tanggal pengcheckan. Lalu untuk PIRT pelaku UMKM ini mengikuti penyuluhan sertifikat pangan dari dinas kesehatan setelah sudah surat diterima dari dinas kesehatan langsung mendaftar ke dinas perizinan untuk PIRT dan orang dari dinas perizinan ini melakukan survey ke tempat usaha tersebut,kemudian keluar sertifikat PIRT disertai nomor kurang lebih 2minggu dari hari survey. Dalam pembuatan sertifikat halal ini dilakukan secara gratis namun ada biaya administrasi di dinas kesehatan untuk sertifikasi pangan sebesar 239ribu.
101
Dari dua pendapat yang ada di atas dapat diketahui bahwa Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang memang menyediakan fasilitas halal kepada para pelaku UMKM di Kota Tangerang. Namun berbeda halnya yang disampaikan oleh I6-3 pelaku UMKM yang tergabung ke dalam UKM Center Kota Tangerang dan Gray Pangan Lokal Banten bahwasannya Dinas Indagkop belum mampu mengakomodir secara keseluruhan Para pelaku UMKM yang ada di Kota Tangerang dalam kegiatan sertifikasi halal ini, sebagaimana berikut : “Hanya bagian dari seminar saja tetapi belum mampu mengakomodir secara keseluruhan sehingga belum semuanya terfasilitasi dikarenakan pemerintah belum memiliki database tentang jumlah UMKM yang sudah memiliki halal dan yang belum memiliki halal”. (Wawancara: Rabu, 24 Agustus 2016 09.39 WIB. Toko Lapis Beneng). Dapat diketahui bahwasannya Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi ini belum mampu memfasilitasi seluruh UMKM yang ada di Kota Tangerang hal ini disebabkan karena Dinas Indagkop belum memiliki database terkait jumlah pelaku UMKM yag sudah memiliki halal dan yang belum memiliki halal agar nantinya bisa diketahui. Hal tersebut ditanggapi oleh I1-1 sebagai berikut : “Memang kita belum memilik database jumlah UMKM dikarenakan jumlah SDM di Dinas Indagkop dari sisi kuantitas bisa dikatakan kurang dengan luas wilayah kota tangerang yang terdiri dari 13 Kecamatan dan 104 kelurahan sehingga kita belum bisa membina kelapangan secara keseluruhan”. (Wawancara : Rabu, 07 September 2016 09.07 WIB. Kantor Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).
102
Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahu bahwasannya pemerintah belum memiliki database jumlah UMKM yang memiliki sertifikat halal dan yang belum memiliki sertifikat halal dikarenakan Sumber Daya Manusia yang berada di Dinas Indagkop dari segi kuantitas masih kurang sehingga masih belum bisa membina ke lapangan secara keseluruhan dengan luas wilayah 13 Kecamatan dan 104 kelurahan. Namun dalam kebutuhannya memang sudah sesuai dengan kebutuhan yang ada meski belum semua dapat menikmati fasilitas tersebut. Berdasarkan pendapat yang ada di atas dapat disimpulkan pengadaan fasilitas terkait sosialisasi sertifikat halal ini belum maksimal karena Dinas Indagkop belum bisa mengakomodir secara keseluruhan terkait fasilitas halal ini. Masih banyak pelaku UMKM yang belum terfasilitasi hal ini bisa dilihat dari data yang peneliti dapat dari salah satu pegawai Dinas Indagkop kota tangerang bahwasannya jumlah UMKM yang telah memiiliki sertifikat halal di kota tangerang pada tahun 2014 sebanyak 8, tahun 2015 sebanyak 41 dan tahun ini sampai saat ini baru 40 yang memiliki serrtifkat halal. Dapat dilihat bahwasannya dari sekian banyak jumlah pelaku UMKM dibidang sektor makanan hanya beberapa saja yang sudah memiliki sertifikat halal sehingga pemerintah harus bisa membuat suatu keputusan agar seluruh UMKM yang ada di Kota Tangerang bisa menikmati fasilitas yang disediakan oleh Dinas Indagkop. Modal merupakan faktor utama dalam memulai usaha sehingga peneliti mencoba mencari jawaban terkait fasilitas apa saja yang sudah disediakan oleh
103
Dinas Indagkop Kota Tangerang dalam hal permodalan, sebagaimana yang diungkapan oleh I1-1 yaitu : “Langkah pertama Sosialisasi kedua Fasilitasi ke perbankan dan LPDB karena memang kita belum memilik LKM. Untuk pelatihan pengolaan kita buat pelatihannya”. (Wawancara: Senin, 18 Juli 2016, 10.44 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3). Pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa langkah yang dibuat oleh Dinas Indagkop Kota Tangerang dalam hakl permodalan adalah sosialiasi dan fasilitasi untuk akses menuju perbankan dan lembaga keuangan lain yaitu LPDB dari kementrian koperasi dan lemabaga keuangan lain. Lembaga keuangan mikro di kota tangerang memang belum tersedia. Kemudian untuk pelatihan seperti pengelolaan keuangan Dinas Indagkop membuat pelatihan tentang pencatatan untuk syarat permohonan ke bank dan Dinas Indagkop bekerjasama dengan BPN bagi UMKM yang memang mempunyai lahan/tanah dengan dibantu sertifikasi tanahnya untuk jaminan ke bank. Hal serupa pun disampaikan oleh I2-1, sebagaimana dibawah ini: “Lembaga Keuangan Mikro memang belum ada di Kota tangerang tetapi kita sudah menyediakan fasilitas permodalan yagn bekerjasama dengan pihak perbankan maupun nob bank. Dan kita berikan juga pelaitahn bimtek tentang pengelolaan keuangan”. (Wawancara: Rabu 29 Juni, 10.07 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3). Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa Lembaga Keuangan Mikro memang belum tersedia di Kota Tangerang. Pemerintah juga bekerjasama dengan pihak perbankan seperti hanya BRI&BNI dan pihak non bank seperti halnya pegadaian. Dan pemerintah juga melakukan sebuah pelatihan tentang
104
pengelolaan keuangan seperti manajemen pengelolaan keuangan karena pelatihan seperti pencatatan dan pembukuan merupakan salah satu syarat agar mereka bisa mengajukan pinjaman modal ke bank sehingga Dinas Indagkop mengarahkan mereka untuk bisa membuat pengelolaan keuangannya secara baik. Hal senada pun disampaikan oleh I4-1 yaitu : “Sejauh ini kita memiliki kemitraan dengan BRI dan pegadaian. Tetapi untuk Lembaga Keuangan Mikro memang belum ada. Untuk pelatihan kita adakan seperti misalnya dari segi Perencanaan, Kordinasi dalam rangka meningkatkan mutu keuangan dan pembukuannya”. (Wawancara: Selasa 28 Juni 2016, 09.40 WIB. Lapangan Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 1). Berdasarkan pendapat di atas bisa lihat bahwa Lembaga Keuangan Mikro memang belum ada dan pemerintah sudah memilik kemitraan dengan BRI dan Pegadaian dalam hal permodalan. Lalu untuk pelatihan dalam hal keuangan pun di adakan dalam rangka meningkatkan mutu keuangan dan pembukuannya. Dinas Indagkop melakukan sosialisasi bantuan permodalan untuk para pelaku yang bekerja sama dengan berbagai macam lembaga permodalan. Dan dinas indagkop melalui LPDB memberikan pinjaman modal sebesar 210 juta kepada para pelaku UMKM yang membutuhkan modal tidak hanya itu saja para pelaku UMKM harus memiliki IUMK agar bisa memudahkan mereka dalam mengajukan pinjaman ke lembaga permodalan, sebagaimana yang disampaikan oleh I5-1 yaitu : “kita lakukan sosialisasi bantuan permodalan dengan narasumber dari kementrian koperasi dan UKM. Kita juga bekersama dengan BRI &BNI dan pegadaian. Namun untuk Lembaga Keuangan Mikro belum tersedia di Kota Tangerang. Dan kitaberikan pinjaman sebesar 210 jt untuk mereka
105
yang mebutuhkan modal”. (Wawancara: Rabu 29 Juni 2016, 09:30 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 3). Dari pendapat di atas dapat diketahui bahwa Lembaga Keuangan Mikro memang belum ada di Kota Tangerang pemerintah hanya mnyediakan fasilitas dari pihak perbankan dan non perbankan lalu dengan Lembaga permodalan seperti LPDB. Dan pendapat-pendapat di atas diperkuat oleh para pelaku UMKM di Kota Tangerang, dalam peminjaman modal di kota tangerang mudah untuk dicari karena banyak penawaran-penawaran yang diberikan dari pihak pemerintah dan swasta seperti BUMN, angkasa pura, jasa marga dsb. Masing-masing BUMN tersebut memiliki modal untuk membantu para UMKM. Seperti yang disampaikan oleh I6-1 yaitu : “Modal saya rasa banyak karena banyak sekali penawaran dari pihak angkasa pura, jasa marga dll. Masing2 dari mereka memiliki modal untuk membantu para UMKM. Dan biasanya kita di bina lalu di orbitkan produk-produk kita oleh mereka. Untuk pelatihan pernah namun akhirakhir ini sudah jarang dilakukan”. (Wawancara: Sabtu, 20 Agustus 2016 10.05 WIB. Kediaman Informan, Taman Royal 1). Berdasarkan pendapat di atas dapat dketahui bahwa Fasilitas permodalan di Kota Tangerang ini bisa dibilang memadai. Dan banyak dari mereka yang diberikan penawaran-penawaran untuk peminjaman modal oleh lembaga-lembaga tertentu. Dan biasanya mereka tergabung ke dalam binaan tersebut lalu dibina setelah itu di orbitkan produk mereka melaui bazar. Namun untuk pelatihan keuangan di kota tangerang masih jarang dilakukan. Hal serupa pun disampaikan oleh I6-2 yaitu :
106
“Awalnya modal pribadi tetapi beberapa tahun kemudian saya ikut PKBL binaan angkasa pura dan mengikuti binaan BRI. Untuk kegiatan pengelolaan keuangan rasa jarang dan itu dibutuhkan sekali untuk para pelaku UMKM”. (Wawancara: Selasa, 23 Agustus 2016 11.45 WIB. Kediaman Informan, Perum 1 cimone permai). Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa informan I6-2 mengikuti binaan dari angkasa pura dan BRI dari pihak perbankan dengan memfasilitasi kebutuhan permodalan. Namun untuk pelatihan pengelolaa di Kota Tangerang masih jarang dilakukan. Hal senada pun disampaikan oleh I6-3 sebagai berikut : “Hanya Pemberdayaan dan seminar tentang permodalan yang disediakan oleh Indagkop namun diluar itu memang sudah banayak binaan-binaan dalam hal permodalan dari berbagai pihak. Untuk pengelolaan keuangan saya kira masih standar-standar saja kerena industri mikro belum pada modal belum pada sumberdaya”. (Wawancara: Rabu, 24 Agustus 2016 09.39 WIB. Toko Lapis Beneng). Berdasarkan pendapat di atas langkah yang dibuat oleh pemerintah dalam hal permodalan hanya sebatas seminar dan Pemberdayaan untuk pengelolaan keuangan memang standar karena masih industri mikro yang belum padat modal dan sumberdaya dalam artian transaksi yang dilakukan masih standar-standar saja. Hal ini pun ditanggapi oleh I3-1 selaku Kepala Bidang UKM dan Koperasi sebagaimana berikut : “Untuk modal rata-rata pelaku UMKM masih menggunakan modal sendiri tidak memanfaatkan modal dari luar dikarenakan pembukuan yang tidak bank-able sehingga kurang mendapatkan kepercayaan dari bank”. (Wawancara: Rabu 07 September 2016 10.24 WIB. Kantor Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).
107
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa penyebab UMKM belum bisa menggunakan modal dari pihak perbankan adalah karena sistem pembukuannya yang masih belum rapih dan belum baik. Sehingga belum mendapat kepercayaan dari pihak perbankan dalam mengajukan pinjaman modal. Sehingga Dinas Indagkop berusaha semaksimal mungkin untuk membuat kegiatan tentang pembukuan dan pencatatan yang nantinya akan di adakan di setiap kelurahan dan program ini sudah dijalankan sedikit demi sedikiti oleh Dinas Indagkop dan sejauh ini Dinas Indagkop sudah membuat kebijakan tentang IUMK dengan tujuan mempermudah para pelaku UMKM mengajukan permodalan ke lembaga permodalan. Dan nantinya pendaftaran IUMK ini lewat kelurahan setempat di wilayah kota tangerang. Berdasarkan pendapat-pendapat di atas dapat disimpulkan bahwa fasilitas permodalan yang disediakan oleh Dinas Indagkop Kota Tangerang masih kurang memadai karena belum ada Lembaga Keuangan Mikro di Kota Tangerang. Karena para pelaku UMKM di Kota Tangerang ini masih banyak yang belum baik dalam
mengelola
pembukuannya
dan
masih
standar
sehingga
belum
meendapatkan kepercayaan dari pihak perbankan. Sehingga perlu adanya Lembaga Keuangan Mikro bagi para pelaku UMKM yang belum bisa membuat keuangannya secara baik. Namun disisi lain banyak penawaran-penawaran modal dari berbagai pihak sehingga para pelaku UMKM lebih memilih untuk meminjam modal ke pihak lain dibandingkan yang disediakn oleh Dinas Indagkop dan ikut serta dalam binaan mereka yaitu PKBL (Program Kemitraan Badan Usaha Milik Negara dengan Usaha Kecil dan Bina Lingkungan). Komitmen ini merupakan
108
wujud dari tanggung jawab sosial perusahaan (Corporate Social Responsibility) yang dilakukan oleh berbagai pihak seperti angkasa pura, jasa marga dll. Dan sampai saat ini Dinas Indagkop Kota Tangerang sudah membuat sebuah program atau kebijakan tentang IUMK (Izin Usaha Mikro Kecil) dengan tujuan mempermudah para UMKM untuk mengajukan modal pihak perbankan dan saat ini sudah dijalankan di setiap kelurahan. Pencapaian kinerja organisasi akan dapat diukur dengan baik apabila terdapat satuan pengukuran yang memadai. Untuk itu tentunya diperlukan suatu kegiatan yang dapat menunjang organisasi dalam mengukur kinerjanya. Berbagai macam kegiatan yang dilakukan oleh pemerintah kota tangerang khususnya Dinas Indagkop dalam rangka memberdayakan UMKM yang ada di Kota Tangerang. Lalu bagaimana sifat dari kegiatan yang diadakan oleh Dinas Indagkop. Sifat ini pula yang menjadi penunjang pencapaian suatu kinerja organisasi dalam melakukan sebuah kegiatan atau program, di Kota Tangerang kegiatan yang dibuat hampir seluruhnya bersifat sosialisasi dan penyuluhan sudah jarang kegiatan yang bersifat seminar. Sebagaimana yang disampaikan oleh I1-1 yaitu : “ada sosialisasi ada pelatihan kalau seminar udah jarang. Kita ajak mereka pameran diluar daerah dan di dalam daerah bagi ukm yang produknya bagus dan produksinya continue”. (Wawancara: Senin, 18 Juli 2016, 10.44 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).
Pendapat I1-1 diperkuat oleh pendapat I3-1 yang menyatakan pendapatnya sebagai berikut :
109
“dari kegiatan yang ada seperti pelatihan, sosialisasi, bimtek, kemitraan dan workshop”. (Wawancara: Rabu 29 Juni 2016, 10.42 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3). Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa sifat kegiatan yang dilakukan oleh Dinas Indagkop Kota Tangerang adalah pelatihan, sosialisasi, bimtek, kemitraan dan workshop. Masih terdapat beberapa program yang sifatnya seminar namun tidak sering dilakukan. Senada dengan yang diungkapkan di atas I6-1 menyatakan pendapatnya sebagai berikut : “sifatnya pelatihan lalu ada juga penyuluhan untuk seminar memang sejauh ini sudah jarang dilakukan walaupun terkadang masih ada beberapa kegiatan yang bersifat seminar. Saya rasa kegiatan seminar itu kurang efektif karena selain membuang-buang waktu itu juga membuangbuang anggaran jadi seharusnya kegiatan yang dibuat lebih ke pelatihan atau penyuluhan agar setelah kita ke luar dari ruangan itu kita sudah tahu apa yang harus kita lakukan”. (Wawancara: Sabtu, 20 Agustus 2016 10.05 WIB. Kediaman Informan, Taman Royal 1). Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa dalam hal kegiatan yang dibuat oleh Dinas Indagkop sejauh ini sudah mengalami perkembangan yang awalnya bersifat seminar sudah berubah menjadi pelatihan, penyuluhan, bimtek, sosialisasi yang bernilai sesuai dengan kebutuhan dan manfaat untuk para pelaku UMKM di Kota Tangerang meskipun masih terdapat program yang sifatnya seminar. 4.5.2 Sumber – sumber kebijakan 4.5.2.1 Sumber Daya Manusia
110
Indikator yang mempengaruhi suatu pelaksanaan dari kebijakan adalah sumber daya, salah satunya sumber daya manusia. Sumber daya manusia adalah aspek penting dalam sebuah pelaksanaan kebijakan yang menyangkut orang banyak, karena kesuksesan dari sebuah pelaksanaan kebijakan adalah bagaimana latar belakang dari Implementor. Sumber daya manusia yang ada di Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang sepenuhnya di naungi oleh Pegawai Negeri Sipil dengan pendidikan Sarjana. Namun bila dilihat dari kuantitas yang dimiliki saat ini masih dibilang kurang karena bila dilihat dari luas wilayah yang ada di kota tangerang masih belum bisa teratasi secara keseluruhan sebagaimana yang diungkapkan oleh I1-1 yaitu : “Kualitas sumber daya di dinas indagkop sudah cukup baik hanya saja dari sisi kuantitas yang kurang, pegawai di indagkop kurang lebih berjumlah 50 untuk pegawai tetap seperti PNS dan 50 orang tadi dibagi menjadi 3 bidang dan 1 bagian kepegawaian, rata-rata perbidang hanya 12 orang, dibagi lagi menjadi 3 seksi perbidang. Dengan luas kota tangerang yang terdiri dari 13 kecamatan dan 104 kelurahan sehingga tidak dapat membina kelapangan secara menyeluruh”.(Wawancara: Senin, 18 Juli 2016, 10.44 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3). Hal ini diperkuat oleh I2-1 sebagaimana berikut : “untuk saat ini jumlah pegawai kita sekitar 73 yang diantaranya terdiri dari 50 PNS dan 23 tenaga sukarela/harian lepas dengan latar pendidikan S3 berjumlah 5 orang, S2 berjumlah 6 orang, S1 berjumlah 25 orang, D3 berjumlah 12 orang dan SMA berjumlah 25orang. (Wawancara: Rabu 29 Juni, 10.07 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3). Berdasarkan hasil wawancara dengan I1-1 dan I2-1 dapat disimpulkan bahwa jumlah pegawai yang ada di Dinas Indagkop Kota Tangerang sebanyak 73 yang terdiri dari 50 PNS dan 23 tenaga sukarela/harian lepas dengan berbagai macam
111
strata pendidikan. Bisa dilihat bahwasannya latar belakang pendidikan sumber daya manusia yang ada di Dinas Indagkop sudah memadai dan mencukupi. Kualitas sumber daya di Dinas Indagkop sudah baik namun untuk kuantitas masih kurang sehingga tidak dapat membina kelapangan secara menyeluruh dan memaksimalkan setiap program dan kegiatan yang dilakukan. Dengan melihat luas Kota Tangerang yaitu 18.000 KM2 dengan 13 Kecamatan dan 104 Kelurahan sehingga belum semuanya bisa ikut membina ke lapangan. 4.5.2.2 Sumber Daya Anggaran Dalam suatu pelaksanaan kebijakan, sumber daya anggaran memiliki peran yang besar dalam pelaksanaan dan keberhasilan suatu kebijakan. Dengan adanya anggaran yang memadai dan tercukupi untuk melaksanakan suatu kebijakan maka besar harapan suatu kebijakan berjalan dengan efektif. Adanya anggaran dalam tahap implementasi akan menggerakan suatu lembaga dan bisa menjalankan dengan cepat. Seperti halnya anggaran yang terdapat pada Dinas Indagkop untuk Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang ini sebesar 1% dari dana APBD Kota Tangerang sehingga dana ini masih dibilang kurang mencukupi untuk
membuat
sebuah
kebijakan,
program
atau
kegiatan
dalam
hal
Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang seperti halnya yang disampaikan oleh I1-1 yaitu : “Kalau berbicara cukup memang karena dananya terbatas ya tidak cukup jadi kita maksimalkan dana yang ada, karena jumlah UMKM ribuan.cukup ga cukup ya ga cukup jadi kita maksimalkan. Kita dapat 1% dari dana APBD untuk anggaran Pemberdayaan yaitu sekitar 40 Milyar dari 4 triliyun”. (Wawancara: Senin, 18 Juli 2016, 10.44 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).
112
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa dana yang saat ini tersedia untuk Pemberdayaan UMKM masih terbatas sehingga Dinas Indagkop ini berusaha mencukupi dana tersebut dalam memauat suatu program atau kegiatan dengan jumlah UMKM sekitar 10ribuan. Sehingga pemerintah berupaya memaksimalkan dana yang ada saat ini. Hal senada diungkapkan oleh Kepala Bidang Bina UKM dan Koperasi, beliau mengatakan : “Insya allah cukup untuk anggaran meskipun terbatas jadi kita maksimalkan anggaran yang ada”. (Wawancara: Rabu 29 Juni 2016, 10.42 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3). Berdasarkan pendapat I1-1 dan I3-1 di atas dapat disimpulkan bahwa anggaran yang diterima oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang dari dana APBD Kota Tangerang sebesar 40 milyar 1% dari dana APBD Kota Tangerang. Dana tersebut masih dinilai kurang cukup untuk digunakan dalam kegiatan Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang sehingga dana
yang
tadi
dimaksimalkan
untuk
memenuhi
kebutuhan
kegiatan
Pemberdayaan UMKM Kota Tangerang. 4.5.2.3 Sumber Daya Sarana dan Prasarana Sumber Daya Sarana dan Prasarana merupakan tahap keberlanjutan dalam mengukur keberhasilan suatu kebijakan. Sumber daya sarana dan prasarana ini begitu penting dalam memberlakukan suatu program atau kebijakan. Seperti halnya penyediaan sarana dan prasarana pada kebijakan Pemberdayaan UMKM di
113
Kota Tangerang yaitu penyediaan sarana promosi. Promosi merupakan salah satu cara untuk mempercepat penjualan produk, bila promosi tidak dilakukan darimana masyarakat bisa mengetahui produk yang dihasilkan oleh UMKM. Seperti halnya sarana promosi yang ada di Kota Tangerang dengan mengandalkan kegiatan seperti pameran-pameran di berbagai acara atau event tertentu tetapi untuk penyediaan khusus sentra oleh-oleh masih belum ada di Kota Tangerang, sebagaimana yang disampaikan oleh I1-1 yaitu : “Kalau Promosi kita yang memilih apabila mereka mengajukan kita respon melalui pameran. Untuk sentra oleh-oleh belum ada dari sisi lahan agak sulit. Jadi kita arahkan ke daerah masing2. Untuk informasi kita melaui surat dan telpon seperti WA”. (Wawancara: Senin, 18 Juli 2016, 10.44 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3). Sebagaimana pendapat di atas dapat diketahui bahwa pemilihan promosi dipilih oleh Dinas Indagkop tetapi apabila dari UMKM mengajukan akan mendapatkan respon dari Dinas Indagkop melalui pameran-pameran. Dan untuk peneyediaan sentra oleh-oleh di Kota Tangerang masih sulit dikarenakan lahan Kota yang bisa dibilang mahal. Sehingga untuk sentra oleh-oleh ini masih di arahkan ke daerahnya masing-masing. Dan dalam waktu dekat ini Pak Walikota sedang membuat surat ke angkasa pura untuk meminta lahan buat promosi produk-produk UMKM. Lalu untuk sarana penyampaian informasi dihubungi melalui surat dan telpon seperti Whatsapp. Hal serupa pun disampaikan oleh I3-1, sebagai berikut : “Untuk promosi kita lakukan di dalam dan di luar daerah lalu kita bekerjasama dengan media online seperti belanja.com yang ada di mallmall. Lahan sentra memang belum ada, masih tersebar karena terkendala lahan. Untuk informasi kita infokan melalui media sosial”. (Wawancara: Rabu 29 Juni 2016, 10.42 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).
114
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa promosi yang dilakukan oleh Dinas Indagkop kepada para pelaku UMKM adalah di dalam dan di luar daerah melalui event, inacraft, pameran disurbaya, jogja, jambi, tangerang expo, ulang tahun kota tangerang. Dinas Indagkop bekerjasama dengan mediamedia online seperti belanja.com yang ada dimall-mall. Lalu untuk sentra oleholeh di kota tangerang memang masih belum disediakan karena terkendala lahan, karena harga lahan di kota mahal. Dan untuk penyampain informasi dalam suatu kegiatan diinfokan melalui media sosial. Berbeda halnya yang disampaikan oleh pelaku UMKM terkait sarana promosi yang ada di kota tangerang, sarana promosi yang disediakan oleh pemerintah hanya sebatas pameran dan masih banyak kekurangan. Bahkan disaat pelaku UMKM dari Kota Tangerang mengikuti pameran yang ada di Provinsi banten, pelaku UMKM dari Kota Tangerang ini kurang dikenal karena pemerintah kurang memperhatikan UMKMnya sendiri. Dalam hal promosi UMKM masih mencari promosi sendiri, belum ada gray sentra oleh-oleh seperti di kota serang, hal ini disampaikan oleh I6-1 yaitu : “Promosi hanya sebatas pameran dan masih banyak kekurangan, pemerintah masih kurang perhatian terhadap UMKM. Seharusnya disediakan gray khusus sentra oleh-oleh seperti di kota serang dan pemerintah juga seharusnya menyuguhkan produk kita bila ada tamu dari luar dan pemerintah seharusnya membuat sebuah aturan kepada para ritel yang mengharuskan mereka untuk memberikan ruang buat produk UMKM seperti di wilayah tasik”. (Wawancara: Sabtu, 20 Agustus 2016 10.05 WIB. Kediaman Informan, Taman Royal 1). Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwasannya pemerintah kota tangerang masih kurang memperhatikan para pelaku UMKM diwilayahnya seperti
115
halnya dalam setiap pertemuan seharusnya pemerintah menawarkan makanan atau produk-produk dari UMKM Kota Tangerang agar lebih dikenal. Dan pemerintah belum memiliki kebijakan khusus untuk para ritel dalam memberikan ruang atau tempat untuk manruh produk-produk UMKM seperti halnya di wilayah tasikmalaya yang memiliki perda khusus para ritel agar memberikan ruangnya sebanyak 20% untuk mempromosikan produk-produk UMKM diwilayahnya. Hal serupa pun disampaiakan oleh I6-2, yaitu sebagai berikut : “Kalau dari pemerintah hanya sebatas pameran saja untuk lahan sentra belum ada. Kalau saya pribadi kebetulan gencarnya melakukan promosi dimedia online seperti instagram,fanpage,google,dll”. (Wawancara: Selasa, 23 Agustus 2016 11.45 WIB. Kediaman Informan, Perum 1 cimone permai). Berdasarkan penyataan di atas bahwasannya dalam hal promosi pihak pemerintah hanya melakukannya sebatas pameran saja untuk penyediaan lahan sentra belum tersedia. Dan masih menggunakan promosinya secara pribadi lewat media online seperti Instagram, Fanpage, Google,dsb. Pelaku umkm ini sempat berbicara kepada pemerintah bahwasannya bila ada tamu dari luar atau ada meeting dengan pihak luar untuk penyediaan konsumsi dialihkannya ke para pelaku UMKM untuk diperkenalkan produk-produknya sehingga lebih dikenal. Dan para pelaku UMKM ini juga dalam melakukan media promosi tidak hanya mengandalkan media online ternyata menitipkan juga produk-produknya di tokotoko sesama UMKM. Hal serupa pun disampaikan oleh I6-3, yaitu sebagai brkut : “Promosi yang dilakukan oleh pemerintah hanya sebatas pameran. Untuk sentra oleh-oleh memang masih tersebar secara individu itu tidak masalah masing-masing punya kapasitas untuk itu tetapi secara makro itu harus
116
sudah dalam bentuk sentra”. (Wawancara: Rabu, 24 Agustus 2016 09.39 WIB. Toko Lapis Beneng). Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa promosi yang dilakukan hanya sebatas pameran dan beluma ada sentra oleh-oleh, sehingga masih tersebar diwilayahnya masing-masing. Hal ini ditanggapi oleh I5-1 selaku Kepala Sub Bidang Fasilitasi sebagai berikut : “Ya benar yang menjadi kelemahan adalah UMKM belum memiliki pusat promosi seperti sentra oleh-oleh. Sampai saat ini kita libatkan di berbagai macam pameran. Sambil menunggu jawaban dari pihak angkasa pura karena sebelumnya pak walikota sudah mengajukan surat untuk permohonan lahan ke pihak bandara soeta”. (Wawancara: Jumat . 09 September 2016, 09.15 WIB Kantor Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3). Berdasarkan pendapat di atas dapat di ambil kesimpulan bahwasannya dari pihak pemerintah memang belum menyediakan lahan sentra oleh-oleh untuk para pelaku UMKM dalam mempromosikan produknya. Kurangnya perhatian pemerintah terhadap keberadaan UMKM diwilayahnya menjadikan penyebab produk UMKM sulit untuk dikenal dikalangan masyarakat. Dan dalam hal promosi ini pemerintah tidak memberikan peluang kepada para pelaku UMKM dalam mempromosikan produknya seperti dalam halnya terhadap suatu pertemuan dengan pihak luar daerah seharusnya pemerintah memberikan keleluasaan bagi para pelaku dalam mempromosikan produknya tidak hanya itu belum adanya aturan khusus yang mengharuskan para ritel ini untuk memberikan ruang kepada produk-produk UMKM sehingga wajar saja bila produk UMKM Kota Tangerang masih belum bisa dikenal dan belum bisa bersaing dengan produk-produk lain. Sehingga bisa dikatakan bahwa sarana promosi yang ada di kota tangerang ini
117
masih belum memadai. Lalu untuk penyampain informasi sudah cukup baik pemerintah mengundang para pelaku UMKM ini menggunakan media sosial dan surat. 4.5.3 Karakteristik Agen Pelaksana Birokrasi/Lembaga Pusat perhatian pada agen pelaksana meliputi organisasi formal dan organisasi informal yang akan terlibat dalam pengimplementasian kebijakan. Hal ini penting karena kinerja implementasi kebijakan akan sangat dipengaruhi oleh ciri yang tepat dan cocok dengan para agen pelaksananya. Hal ini berkaitan dengan konteks kebijakan yang akan dilaksanakan, pada beberapa kebijakan dituntut pelaksana yang ketat dan disiplin. Dalam kebijakan Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang, semua implementor yang ada di Dinas Indagkop memiliki latarbelakang yang baik dan sesuai dengan bidangnya masing-masing karena hampir semua pegawai yang ada di Dinas Indagkop ini memiliki jenjang pendidikan yang tinggi, seperti yang disampaikan oleh I1-1 yaitu : “Karakteristik pegawai disini sudah cukup baik dan bisa dilihat dari latarbelakang pendidikannya dan sudah sesuai dengan bidangnya masing”. (Wawancara: Senin, 18 Juli 2016, 10.44 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3). Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa karakteristik pegawai Dinas Indagkop sudah cukup baik dengan latarbelakang pendidikan dan kesesuain dalam penempatan di bidangnya. Hal serupa pun disampaikan oleh I2-1, yaitu : “Pegawai disini bisa dikatakan baik dari segi disiplin dan kepatuhannya. Kita sesuaikan dengan bidangnya dan untuk setiap juga misalnya kegiatan
118
industri hijau yang merupakan tupoksi dari bidang industri yang sesuai dengan bidangnya”. (Wawancara: Rabu 29 Juni, 10.07 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3). Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa pegawai Dinas Indagkop bisa di katakan baik dari segi displin dan kepatuhan. Dan penempatan yang sesuai dengan bidangnya dalam menjalankan tugas dengan dengan Tupoksinya masing-masing. Hal serupa juga disampaikan oleh I3-1, beliau mengatakan : “sudah bagus berkualitas dan baik namun harus terus belajar dan berlatih agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman apalagi saat ini kita sedang menghadapi persaingan global”. (Wawancara: Rabu 29 Juni 2016, 10.42 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3). Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa para pelaksana organisasi formal sudah bisa dikatakan baik dan penempatan posisinya sudah sesuai dengan latarbelakang dan keilmuannya. Berdasarkan kesimpulan pendapat-pendapat di atas dengan para informan peneliti dapat menarik kesimpulan bahwa dalam segi kualitas para pegawai Dinas Indagkop sudah bisa dikatakan baik karena dilihat dari latarbelakang pendidikan yang tinggi dan kedisplinan yang baik. Namun tetap harus belajar dan berlatih agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman apalagi saat ini sedang mengahadapi persaingan global. 4.5.4 Sikap/ Kecendrungan para pelaksana 4.5.4.1 Inisiatif Sikap penerimaan atau penolakan dari agen pelaksana kebijakan sangat mempengaruhi keberhasilan atau kegagalan implementasi kebijakan publik. Hal
119
ini sangat mungkin terjadi karena kebijakan yang dilaksanakan bukanlah hasil formulasi warga setempat yang mengenal betul permasalahan dan persoalan yang mereka rasakan. Tetapi kebijakan biasanya bersifat top down yang sangat mungkin para pengambil keputusan tidak mengetahui bahkan tak mampu menyentuh kebutuhan, keinginan atau permasalahan yang harus diselesaikan. Dalam indikator Sikap/Kecenderungan Para Pelaksana ini, terdapat variabel tentang inisiatif. Variabel inisiatif dalam arti inisiatif dari para pelaksana langsung dalam hal ini yaitu Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang yang menjalankan langsung kebijakan ini. Inisiatif yang dimaksud adalah meliputi inisiatif dari para pelaksana dalam mendukung pelaksanaan kebijakan
ini.
Seperti
halnya
dalam
mengimplementasikan
kebijakan
Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang, sejauh ini belum ada yang menolak atau menentang terhadap program yang dibuat oleh pemerintah dalam Pemberdayaan UMKM ini. Karena sejauh ini masyarakat khususnya para pelaku UMKM mendukung jalannya program yang dibuat oleh pemerintah khususnya Dinas Indagkop, seperti yang dikatakan oleh I1-1, yaitu : “Sebetulnya bukan penolakan/penentang pada dasarnya tidak ada yang menentang, sejauh ini masyarakat dan para pelaku UMKM mendukung dan setuju dengan program yang kita buat”. (Wawancara: Senin, 18 Juli 2016, 10.44 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3). Hal serupa pun disampaikan oleh I3-1, yaitu sebagai berikut : “Sejauh ini kita belum ada yang menentang atau menolak terhadap program yang kita buat tetapi saya rasa perlu ada peningkatan saja untuk kegiatan-kegiatan dalam Pemberdayaan UMKM ini”. (Wawancara: Rabu 29 Juni 2016, 10.42 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).
120
Hal yang sama pun disampaikan oleh I4-1, yaitu sebagai berikut : “Alhamdulillah sejauh ini belum ada penolakan dari pihak-pihak tertentu dan semuanya mendukung program yang kita buat dan mereka pun antusias dalam menghadiri program yang kita buat”. (Wawancara: Selasa 28 Juni 2016, 09.40 WIB. Lapangan Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 1). Berdasarkan kedua pendapat di atas dapat diketahui bahwasannya sejauh ini program atau kegiatan yang dibuat oleh Dinas Indagkop dalam Pemberdayaan UMKM ini mendapat dukungan penuh dari semua pihak dan tidak ada yang menolak atau menentang terhadap kegiatan Pemberdayaan UMKM ini. Hal tersebut diperkuat oleh I6-2, yaitu sebagai berikut : “Yang pasti kami disini mendukung program pemerintah asalkan programnya sesuai dengan yang dibutuhkan”. (Wawancara: Selasa, 23 Agustus 2016 11.45 WIB. Kediaman Informan, Perum 1 cimone permai).
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa pelaku UMKM mendukung program-program yang dibuat oleh pemerintah khususnya Dinas Indagkop dalam hal Pemberdayaan UMKM tetapi dalam pembuatan atau pelaksanaan programnya ini harus sesuai dengan kebutuhan para pelaku UMKM agar kegiatan yang dibuat ini bermanfaat. Hal serupan pun disampaikan oleh I6-3, yaitu sebagai berikut : “Kami mendukung apapun kebijakan jika itu untuk perubahan ke arah yang lebih baik. Yang baik kita dukung dan yang tidak baik sama-sama kita kritisi”. (Wawancara: Rabu, 24 Agustus 2016 09.39 WIB. Toko Lapis Beneng). Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa pelaku UMKM di atas mendukung apapun program yang dibuat oleh Dinas Indagkop jika itu memang untuk perubahan yang lebih baik untuk kedepannya. Dan yang baik akan
121
didukung oleh para pelaku UMKM bilamana ada yang tidak baik agar sama-sama diselesaikan secara baik-baik atau dikritisi bersama-sama. Sehingga kegiatan yang dibuat oleh Dinas Indagkop ini harus jelas dan harus kelihatan jadi tidak hanya copy-paste dari kegiatan-kegiatan sebelumnya. Berdasarkan pernyataan-pernyataan yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa dalam hal pembuatan kebijakan, kegiatan atau program dalam Pemberdayaan UMKM ini sejauh ini tidak ada pihak yang menentang atau menolak dan semuanya mendukung penuh terhadap program-program yang dibuat dalam hal Pemberdayaan UMKM ini tetapi program yang dibuat harus sesuai dengan kebutuhan para UMKM agar bermanfaat dan juga dalam membuat program Pemberdayaan UMKM ini jangan hanya meniru dari program-program sebelumnya. Sehingga dapat disimpulkan bahwa para pelaku UMKM ini menerima dan mendukung program yang dibuat oleh Dinas Indagkop. 4.5.4.2 Partisipatif Dalam pelaksanaannya, implementor harus mengetahui betul tentang esensi yang terkandung dalam suatu kebijakan dengan memahami isi kebijakannya sehingga para implementor dapat berpartisipasi sepenuhnya dalam menjalankan kebijakannya, sehingga pelaksanaan kebijakan bisa dipastikan berhasil dan tanpa mengalami kendala. Selain dari implementor, partisipasi juga harusnya datang dari warga sekitar yang membantu dalam pelaksanaannya. Seperti halnya dalam pembuatan kebijakan Pemberdayaan UMKM proses terjadinya kebijakan Pemberdayaan UMKM ini dimulai dari tahap kelurahan hingga kepada usulan dewan seperti yang disampaikan oleh I1-1 yaitu :
122
“Proses terjadinya suatu kegiatan dimulai dari musrenbang kelurahan, musrenbang kecamatan dan musrenbang kota ditambah program dari dinas sendiri dan usulan dewan”. (Wawancara: Senin, 18 Juli 2016, 10.44 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3). Berdasarkan pendapat di atas dalam pembuatan kebijakan, kegiatan atau program Pemberdayaan UMKM ini tahap awal pembuatannya dimulai dari Musrenbang kelurahan, Musrenbang Kecamatan, Musrenbang Kota lalu ditambah dengan program dari Dinas Indagkop sendiri dan usulan dewan. Hal serupa pun disampaikan oleh I2-1, beliau mengatakan : “Yang pasti kita undang baik itu masyrakat, perguruan tinggi, kemnetrian, ahli pakar kita undang. Dengan memperhatikan renstra dan rpjmd juga sesuai dengan janji pak walikota. Jadi setiap pendapat yang mereka berikan, kita tampung dan kita harus memperhatikan rpjmnya”. (Wawancara: Rabu 29 Juni, 10.07 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3). Berdasarkan pendapat di atas dalam pembuatan Kebijakan terkait Pemberdayaan UMKM pihak Dinas Indagkop mengundang berbagai pihak dari masyarakat, perguruan tinggi, kementrian dan ahli pakar. Dengan memperhatikan renstra dan rpjmd Dinas Indagkop agar sesuai. Sehingga pendapat-pendapat dari berbagai pihak in ditampung dan harus memperhatikan RPJMnya. Hal serupa pun disampaikan oleh I4-1,beliau mengatakan : “Kita melibatkan beberapa unsur dari masyarakat dan lainnya, perbedaan pendapat dalam pembuatan kebijakan pasti ada karena perbedaan tadi bisa sebagai masukan buat kita dengan mengakomodir semua kepentingan dengan mencari solusi yang terbaik bukan semua kepentingan tetapi yang terbaik kita ambil”. (Wawancara: Selasa 28 Juni 2016, 09.40 WIB. Lapangan Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 1).
123
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa dalam pembuatan kebijakan Pemberdayaan UMKM Dinas Indagkop melibatkan unsur masyarakat dan yang lainnya. Walaupun perbedaan pendapat itu ada pihak Dinas Indagkop menilai itu sebagai masukan dan mencari solusi yang terbaik bukan berarti semua kepentingan tadi diambil tetapi dcarikan yang terbaik dari kepentingankepentingan tadi. Pendapat di atas diperkuat dengan pernyataan dari I6-1 yang tergabung dalam Ikatan Wanita Pengusaha Indonesia (IWAPI) Kota Tangerang, beliau mengatakan: “Sejauh ini kita selalu diundang dalam pembuatan kebijakan. Dalam pembuatan program pemerintah harus memperhatikan kedua belah pihak dengan melihat dan mendengarkan kebutuhan para pelaku UMKM”. (Wawancara: Sabtu, 20 Agustus 2016 10.05 WIB. Kediaman Informan, Taman Royal 1). Berdasarkan pendapat di atas dapat dketahui bahwa Dinas Indagkop memang mengundang dalam pembuatan kebijakan tetapi dalam pembuatan kebijakan ini pemerintah harus mendengarkan dan melihat kebutuhan para pelaku UMKM karena mereka yang merasakan langsung apa yang dibutuhkan dan kekurangan-kekurangan
program
yang dibuat
oleh pemerintah.
Dengan
memperhatikan kedua belah pihak jadi tidak hanya menguntungkan satu pihak saja dan tidak hanya sekedar membuat kegiatan untuk laporan kepada pemerintah. Hal serupa disampaikan oleh I6-2 yang tergabung dalam Asosiasi Pelaku Usaha Ekonomi Kreatif (ASIFA) Kota Tangerang, beliau mengatakan : “Kita memang diundang untuk hadir dalam pembuatan kebijakan, jadi misalkan tahun lalu saya diundang untuk membahas program tahun selanjutnya. Yang saya ingin tegaskan kegiatan yang dibuat oleh
124
pemerintah dari tahun ke tahun sifatnya monoton hanya itu-itu saja”. (Wawancara: Selasa, 23 Agustus 2016 11.45 WIB. Kediaman Informan, Perum 1 cimone permai). Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa pelaku UMKM memang diundang untuk hadir dalam pembuatan kebijakan Pemberdayaan UMKM meskipun terdapat kekurangan seperti kegiatan yang monoton atau sama dengan tahun-tahun sebelumnya. Berbeda halnya dengan pendapat yang disampaikan oleh I6-3 yang tergabung dalam UKM Center Kota Tangerang, beliau mengatakan : “Satu hal pemerintah jika memang konsen terhadap UMKM seharusnya libatkan dalam penyusunan program banyak stakeholder yang konsen memikirkan hal itu sementara ini hanya yang dianggap anak asuh aja yang diundang, kami-kami tidak”. (Wawancara: Rabu, 24 Agustus 2016 09.39 WIB. Toko Lapis Beneng). Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa dalam pembuatan kebijakan Pemberdayaan UMKM Dinas Indagkop hanya melibatkan anak asuhnya saja sedangkan yang lainnya tidak. Padahal banyak stakeholder yang konsen memikirkan hal penyusunan program Pemberdayaan UMKM. Hal ini ditanggapi langsung oleh I1-1 selaku Kepala Dinas Indagkop, beliau mengatakan : “Sebenenarnya bukan anak asuh atau pilih kasih tetapi kita mengundang perwakilan dari para UMKM dan dalam pembuatan kebijakan ini kita undang semua elemen baik masyrakat, perguruan tinggi dll. Suara UMKM tetap kita tampung melalui perwakilan kalau kita undang semua kan ga mungkin ruangan dinas kan kecil sedangkan jumlah UMKM ribuan kemungkinan kita rolling untuk tahun berikutnya”. (Wawancara : Rabu, 07 September 2016 09.07 WIB. Kantor Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).
125
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa Dinas Indagkop mengundang semua perwakilan elemen masyarakat dan mereka yang yang belum di undang ini akan diberikan kesempatan untuk tahun berikutnya dalam mengikuti pembuatan kebijakan. Karena ruangan pemerintah yang tidak mampu menampung ribuan sehingga akan di rolling untuk tahun berikutnya. Berdasarkan penyataan-pernyataan dan tanggapan di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa dalam pembuatan kebijakan Dinas Indagkop mengundang semua elemen masyarakat baik itu perguruan tinggi, masyarakat, dinas terkait, kementrian, ahli pakar dan lainnya. Masing-masing perwakilan dari mereka diundang untuk hadir meskipun tadi ada beberapa yang merasa belum diundang dalam pembuatan kebijakan tetapi Dinas Indagkop menegaskan tidak ada pilih kasih atau anak asuh dalam hal mengundang keterlibatan pembuatan kebijakan ini hanya saja ruangan yang terbatas sehingga mereka yang belum diundang akan dilibatkan untuk tahun berikutnya. 4.5.5 Komunikasi Antar organisasi dan Aktivitas pelaksana Komunikasi merupakan suatu variabel yang tidak kalah penting dalam pelaksanaan kebijakan, karena dengan adanya komunikasi yang lancar bisa mewujudkan pelaksanaan yang baik dan lancar juga. Dalam Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang komunikasi sudah berjalan dengan baik dengan para lembaga, dinas dan pelaku UMKM. Sejauh ini komunikasi yang digunakan menggunakan Surat dan Media sosial. Dengan mendatangi langsung undangan tersebut ke yang bersangkutan.Seperti yang disampaikan oleh I1-1- yaitu :
126
“Komunikasi berjalan dengan baik kita undang mereka melalui surat dan terkadang kita infokan juga di medsos. Kita memang belum memiliki database dan saat ini kita sedang lakukan pendataan dengan kebijakan IUMK yang akan disalrkan ke kecamatan”. (Wawancara: Senin, 18 Juli 2016, 10.44 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3). Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa Komunikasi yang dijalan sudah baik tetapi masih terdapat kekurangan yaitu Dinas Indagkop belum memiliki database sehingga tidak semuanya tersampaikan undangannya. Dan sejauh ini Dinas Indagkop sudah menerapkan sistem IUMK dengan tujuan mendata semua UMKM di kota tangerang yang disalurkan melalui kecamatan. Dan nantinya para UMKM ini harus mempunyai kartu IUMK agar dimudahkan segala akses. Hal yang serupa pun disampaikan oleh I2-1 yaitu : “Koordinasi dan komunikasi berjalan dengan baik kita undang melalui telepon dan whatsapp. Memang kendalanya kita belum memiliki database jadi terkadang tidak tersampaikan secara menyeluruh”. (Wawancara: Rabu 29 Juni, 10.07 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3). Berdasarkan pendapat di atas Koordinasi dan Komunikasi berjalan dengan baik melalui telepon dan whatsapp namun masih terdapat kendala yaitu Dinas Indagkop belum memiliki database sehingga belum tersampaikan undangannya secara menyeluruh. Hal serupa pun disampaikan oleh I3-1, yaitu : “Sampai sejauh ini belum ada masalah terkait komunikasi dan masih berjalan dengan baik kendalanya memang belum semua kita undang karena memang jumlah UMKM ribuan jumlah SDM kita masih kurang dan terbatas. Solusi sampai saat ini yaitu melalui program IU MK”. (Wawancara: Rabu 29 Juni 2016, 10.42 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3).
127
Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa sejauh ini Komunikasi yang dilakukan oleh Dinas indagkop dengan para dinas terkait dan para asosiasi UMKM belum memiliki masalah dan masih berjalan dengan baik tetapi masih terdapat kekurangan yaitu belum semuanya diundang karena keterbatasan SDM dari Dinas Indagkop. Dan solusi yang sedang dijalankan agar seluruhnya bisa diundang yaitu dengan program IUMK yang ditujukan bagi para pelaku UMKM. Hal serupa pun disampaikan oleh I4-1, beliau menyampaikan : “Sejauh ini komunikasi berjalan dengan baik kita ada grup di whatsapp jadi kita koordinasikan lewat koordinatornya dari setiap asosiasi UMKM”. (Wawancara: Selasa 28 Juni 2016, 09.40 WIB. Lapangan Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 1). Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa komunikasi yang dilakukan berjalan dengan baik melalui media sosial dan terdapat grup UMKM jadi hanya mengkoordinasikan lewat koordinator masing-masing dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi. Pendapat di atas diperkuat oleh I6-1, beliau mengatakan : “Memang benar kita diundang melalui surat biasanya pihak dinas langsung datang ke rumah untuk memberikan surat undangan dan lewat whatsapp. Tetapi karena pemerintah belum memiliki database jadi yang diundang orangnya sama”. (Wawancara: Sabtu, 20 Agustus 2016 10.05 WIB. Kediaman Informan, Taman Royal 1). Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa pelaku UMKM diundang melalui surat yang diantarkan ketempat mereka dan terkadang infokan juga melalui whatsapp tetapi karena Dinas Indagkop belum memiliki database jadi undangannya diberikan ke orang yang sama. Hal serupa pun disampaikan oleh I6-2, yaitu :
128
“Ya benar, kita diundang melalui surat undangan langsung diberikan kepada kita terkadang juga kita diinfokan melalui media sosial seperti whatsapp kita juga memiliki grup di whatsapp dan pemerintah sudah membuat sebuah kebijakan terkait IUMK saya rasa lebih baik agar semuanya kebagian karena saat kemarin-kemarin pesertanya sama sehingga terkesannya tidak ada perubahan”. (Wawancara: Selasa, 23 Agustus 2016 11.45 WIB. Kediaman Informan, Perum 1 cimone permai). Pendapat tersebut diperkuat oleh I6-3, beliau mengatakan : “Setiap kegiatan memang kita selalu diberi kabar baik melalui surat ada diinfokan melalui whatsapp dan sejauh ini komunikasi berjalan dengan baik. Namun untuk komunikasi penyusunan program saya rasa belum terlihat komunikasi dua arah antara pemerintah dengan pelaku UMKM selain itu pemerintah belum memilik database sehingga belum menyeluruh”. (Wawancara: Rabu, 24 Agustus 2016 09.39 WIB. Toko Lapis Beneng). Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa komunikasi yang dilakukan oleh Dinas Indagkop sudah berjalan dengan baik, dengan melalui surat undangan yang datang langsung ke tempat kami ataupun diinfokan melalui telepon seperti whatsapp karena memang terdapat grup di dalamnya. Namun masih terdapat kekurangan yaitu Dinas Indagkop belum memiliki database terkait jumlah UMKM sehingga belum seluruhnya ini tersampaikan undangan kegiatannya. Lalu masih terdapat kekurangan komunikasi dua arah antara pemerintah dengan para UMKM dalam penyusunan program. Berdasarkan penyataan-pernyataan yang ada di atas dapat ditarik kesimpulan bahwasannya Komunikasi dan Koordinasi yang dilakukan oleh Dinas Indagkop Kota Tangerang sudah berjalan dengan baik dalam penyampain suatu program atau kegiatan meskipun masih terdapat kekurangan seperti halnya Dinas Indagkop belum memiliki database jumlah pelaku UMKM yang ada di Kota
129
Tangerang sehingga undangannya belum tersampaikan secara menyeluruh lalu belum terlihat komunikasi dua arah antara pemerintah dengan para pelaku UMKM dalam penyusunan program.
4.5.6 Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik Hal terakhir yang perlu diperhatikan guna menilai kinerja implementasi kebijakan adalah sejauh mana lingkungan eksternal turut mendorong keberhasilan kebijakan publik. Lingkungan ekonomi, sosial dan politik yang tidak kondusif dapat menjadi sumber masalah dari kegagalan kinerja implementasi kebijakan. Karena itu, upaya implementasi kebijakan mensyaratkan kondisi lingkungan eksternal yang kondusif. Kota Tangerang merupakan kota yang dekat dengan ibukota dan memiliki bandara terbesar yaitu bandara Soekarno Hatta yang disebut sebagai pintu gerbang indonesia sehingga peluang yang dimiliki cukup banyak baik itu dari segi pemasaran dan lainnya. Dari segi politik misalnya, dukungan dewan seperti DPRD yang memang mendukung adanya program-program masyarakat. Seperti yang disampaikan oleh I1-1, yaitu : “Kondisi lingkungan ekonomi, sosial dan politik sejauh ini sudak mendukung adanya program, seperti halnya dari segi politik yang diterjemahkan dari politik dewan seperti DPRD yang memang mendukung program-program masyarakat, karena memang kembali lagi pada pembiayaannya karena kue yang sedikit harus dibagi banyak dan dari segi lokasi kota tangerang ini strategis sekali berbatas dengan ibukota jakarta”. (Wawancara: Senin, 18 Juli 2016, 10.44 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3). Hal yang serupa pun disampaikan oleh I2-1, beliau mengatakan :
130
“Kondisi Ekonomi, Sosial dan Politik disini sangat mendukung dan berjalan dengan kondusif dari segi ekonomi daya beli masyarakat tinggi”. (Wawancara: Rabu 29 Juni, 10.07 WIB. Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3). Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa Kondisi Ekonomi, Sosial dan Politik di Kota Tangerang ini sudah mendukung jalannya program Pemberdayaan UMKM karena dilihat dari segi ekonomi di kota tangerang yang memiliki daya beli yang tinggi. Hal yang serupa pun disampaikan oleh I4-1, beliau menyampaikan : “Kota tangerang ini sebagai pintu gerbang indonesia karena dekat dengan bandara soekarno hatta sehingga peluang untuk pemasarannya besar untuk umkm, lingkungannya sangat mendukung sekali baik dr ekonomi sosial dan politik”. (Wawancara: Selasa 28 Juni 2016, 09.40 WIB. Lapangan Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 1). Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa Kota Tangerang merupakan lokasi yang strategis karena wilayahnya yang dekat dengan bandara Soekarno Hatta sehingga peluang untuk pemasarannya besar bagi para UMKM dan lingkungannya mendukung dari segi ekonomi, sosial dan politik. Hal serupa pun diperkuat oleh I6-1 selaku pelaku UMKM Kota Tangerang yang merupakan anggota IWAPI Kota Tangerang, beliau mengatakan : “Situasi dan kondisi kota tangerang ini saya rasa sangat bagus sekali karena kota tangerang ini merupakan kota modern yang pertumbuhannya sangat pesat sekali apalagi kita mempunyai bandara soekarno hatta dan dekat dengan jakarta sehingga ini mendukung kita khususnya para pelaku UMKM untuk memanfaatkan peluang itu”. (Wawancara: Sabtu, 20 Agustus 2016 10.05 WIB. Kediaman Informan, Taman Royal 1). Hal yang serupa pun disampaikan oleh I6-2 Pelaku UKM yang merupakan anggota ASIFA Kota Tangerang, beliau mengatakan :
131
“Kondisi dan situasi di kota tangerang memang sangat kondusif dan alhamdulillah daya beli masyrakat disini tinggi sekali sehingga ini merupakan peluang dan keuntungan bagi para pelaku usaha untuk menjalankan usahanya selain itu kota tangerang merupakan kota 1001 industri banyak pabrik dan hotel disini yang dipakai untuk meeting”. (Wawancara: Selasa, 23 Agustus 2016 11.45 WIB. Kediaman Informan, Perum 1 cimone permai). Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa kondisi dan situasi ekonomi, sosial dan politik di Kota Tangerang sangat kondusif dan daya beli masyarakat yang tinggi sehinggi ini merupakan sebuah peluang dan keuntungan bagi para pelaku UMKM untuk membuka usahanya selain itu kota tangerang merupakan kota yang dikenal dengan sebutan kota 1001 industri yang banyak sekali terdiri pabrik-pabrik di kota tangerang tidak hanya itu saja kota tangerang dijadikan untuk meeting oleh pihak-pihak dari luar daerah karena kotanya yang nyaman sehingga ini sebuah peluang dan keuntungan yang besar bagi pelaku UMKM. Berdasarkan penyataan dan pendapat yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa kondisi ekonomi,, sosial dan politik di Kota Tangerang sangat mendukung dan berjalan dengan kondusif ditambah lokasi Kota Tangerang yang strategis berdampingan dengan Ibu Kota Jakarta dan memiliki bandara besar yaitu Soekarno Hatta yang merupakan pintu gerbang indonesia bagi para pendatang sehingga peluang dan keuntungan ini harus bisa dimanfaatkan dengan baik oleh para pelaku UMKM dalam menjalankan usahanya. Respon dari para pelaku UMKM dalam suatu kegiatan merupakan hal yang positif untuk berjalannya suatu kegiatan. Karena dengan adanya respon yang baik maka kegiatan tersebut bisa dikatakan berhasil atau tepat sasaran namun apabila
132
sebaliknya maka perlu ada perbaikan. Dalam hal kegiatan Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang respon dari masyarakat dan pelaku UMKM sangat bagus tetapi perlu sedikit perubahan seperti yang disampaikan oleh I6-1 yaitu : “Respon dari masyarakat dan pelaku UMKM sangat bagus tetapi perlu ada regenerasi sehingga mereka yang sudah terlibat dalam kegiatan jangan dilibatkan kembali seharusnya diberi kesempatan kepada yang lain”. (Wawancara: Sabtu, 20 Agustus 2016 10.05 WIB. Kediaman Informan, Taman Royal 1). Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa Respon dari masyarakat dan pelaku UMKM sudah baik tetapi perlu ada perubahan dalam hal regenerasi. Yaitu mereka yang sudah ikut dalam suatu kegiatan seharusnya tidak usah diundang kembali dan diberikan kepada yang lain yang belum menikmati atau mengikuti kegiatan tersebut. Hal serupa pun disampaikan oleh I6-2 selaku anggota ASIFA Kota Tangerang, beliau mengatakan : “Kegiatannya masih monoton itu itu saja dan yang hadir itu itu saja dan tidak terdata, seketika dalam suatu kegiatan tidak kondusif banyak yang bercanda tidak memperhatikan dikarenakan mereka sudah pernah ikut kasian kan yang belum pernah tidak pernah dapat jatah”. (Wawancara: Selasa, 23 Agustus 2016 11.45 WIB. Kediaman Informan, Perum 1 cimone permai). Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa perlu adanya pendataan dalam suatu kegiatan sehingga nantinya bisa mengetahui mana yang sudah mengikuti dan mana yang belum mengikuti. Seperti yang disampaikan oleh I6-3 selaku Ketua UKM Center Kota Tangerang, beliau mengatakan :
133
“Seharusnya diberi kesempatan kepada yang lain yang belum negikuti, responnya pasti baik tetapi bila dari tahun ke tahun yang dilibatkan orangnya sama akan terjadi cluterisasi mereka yang tidak diundang bakal selalu dibawah dan tidak pernah bisa untuk naik ke atas untuk ikut dalam suatu kegiatan”. (Wawancara: Rabu, 24 Agustus 2016 09.39 WIB. Toko Lapis Beneng). Berdasarkan pendapat di atas dapat diketahui bahwa perlu adanya kesempatan bagi para UMKM yang belum mengikuti kegiatan tersebut. Sehingga bila dari tahun ke tahun ini yang hadir orangnya yang sama yang sudah mengikuti kegiatan tersebut akan menyebabkan terjadinya clusterisasi yaitu mereka yang tidak diundang atau yang belum mengikuti kegiatan tersebut akan selalu dibawah dan tidak pernah bisa untuk naik ke atas untuk mengikuti kegiatan tersebut. Hal tersebut ditanggapi langsung oleh I3-1, beliau mengatakan : “Tahun ini kita sudah buat IUMK yang tujuannya untuk mendata seluruh UMKM agar ketahuan jumlahnya sehingga nantinya bagi mereka yang sudah pernah mengikuti kegiatan dengan adanya IUMKM bisa dilihat dan dicek apabila sudah pernah diberikan ke yang belum, anggaran kita memang terbatas sehingga kebutuhan UMKM yang banyak ini ga bisa kita realisasikan semua karena memang harus memperhatikan anggaran yang ada jadi memang kritikan dan masukan yang seperti ini yang kita butuhkan agar menjadi bahan evaluasi buat kita”. (Wawancara: Rabu 07 September 2016 10.24 WIB. Kantor Indagkop Pusat Pemerintahan Kota Tangerang, lantai 3). Berdasarkan hasil wawancara di atas dapat diketahui bahwa Dinas Indagkop sudah membuat sebuah kebijakan tentang IUMK yang nantinya digunakan untuk melakukan pendataan bagi para UMKM. Dan nantinya mereka yang sudah pernah mengikuti kegiatan dengan adanya IUMK dapat dilihat dan dicek apabila sudah mengikuti maka tidak diperbolehkan dan harus memberikan kesempatan kepada yang belum mengikuti agar semuanya kebagian dan merata. Kemudian anggaran
134
yang diberikan dalam Pemberdayaan UMKM ini terbatas sehingga kebutuhan UMKM yang banyak belum bisa terealisasikan semua. Tetapi kritikan dan masukan dari pelaku UMKM ini memang dibutuhkan oleh Dinas Indagkop untuk djadikan bahan evaluasi. Berdasarkan penyataan dan pendapat yang ada di atas dapat disimpulkan bahwa respon masyarkat dan pelaku UMKM sudah baik meskipun terdapat beberapa kekurangan diantaranya belum menyeluruh sehingga yang mengikuti kegiatan pelakunya sama. Tetapi Dinas Indagkop sudah membuat sebuah Kebijakan yang nantinya masalah ini akan segara diselelsaikan dalam beberapa kurun waktu.
4.6 Pembahasan Kebijakan Pemberdayaan UMKM ini dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan
dan
Koperasi
Kota
Tangerang
dengan
tujuan
untuk
menumbuhkembangkan UMKM yang sehat, kuat dan mandiri. Untuk mencapai tujuan tersebut Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang tidaklah sendiri, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang bekerja sama dengan Dinas Kesehatan Kota Tangerang, Dinas Perizinan Kota Tangerang, MUI Provinsi, Kementrian Koperasi dan UKM dan Pelaku Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kota Tangerang untuk melaksanakan Pemberdayaan UMKM ini.
135
Dalam
penelitian
ini
peneliti
memfokuskan
pada
Pelaksanaan
Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Tangerang, dimana berdasarkan mekanisme implementasi kebijakan menurut Donald Van Metter dan Carl Van Horn ada enam faktor yang mempengaruhi agar implementasi kebijakan bisa berjalan dengan baik, yaitu: 1.
Ukuran dan Tujuan Kebijakan: Ukuran dan Tujuan Kebijakan.
2.
Sumber-sumber Kebijakan: Manusia, Anggaran, Sarana dan Prasaran, Waktu.
3.
Komunikasi Antar Organisasi
4.
Karakteristik Agen Pelaksana: Birokrasi/Lembaga.
5.
Sikap/Kecenderungan Para Pelaksana: Inisiatif, Partisipatif.
6.
Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik: Ekonomi, Sosial, Politik.
Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti mengenai pelaksanaan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Tangerang masih belum optimal, Dari hasil observasi dan didukung dengan hasil wawancara peneliti dari berbagai sumber dan informan terdapat masalah-masalah teknis dalam pelaksanaan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Tangerang. Hal ini berdasarkan dari pambahasan dimensi-dimenasi yang peneliti gunakan sebagai pedoman penelitian, yaitu:
4.6.1.Ukuran dan Tujuan Kebijakan Ukuran dan Tujuan Kebijakan, Pelaksanaan kebijakan sangat membutuhkan perencanaan pelaksanaan dan perencanaan pencapaian yang baik, dimana
136
implementor yang bertugas sudah seharusnya mengetahui ukuran pelaksanaan dan tujuan dari pelaksanaan tersebut agar bisa berjalan dengan sesuai perencanaan dalam pelaksanaannya maupun tujuannya. Dalam indikator ukuran dan tujuan disini memiliki variabel yang sama, yaitu ukuran dan tujuan kebijakan. Dalam penelitian ini, ukuran dari kebijakan ini adalah bagaimana para implementor memahami dan mengetahui ukuran dan maksud tujuan dari diadakanya Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang itu sendiri. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan wawancara dengan pihak pemerintah dan nonpemerintah yang mengetahui serta paham dengan maksud dan tujuan dari Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang. Indikator tujuan kebijakannya adalah sejauh aman Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang ini menumbuh kembangkan UMKM yang sehat, kuat dan mandiri. Berbagai program pun dibuat oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang salah satu diantaranya yaitu kegiatan sosialisasi Sertifikat halal dan Permodalan. Yang pertama untuk sosialisasi sertifikat halal dalam hal ini pemerintah kota tangerang khususnya Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang membuat sebuah program tentang sertifikasi MUI dan PIRT HALAL dengan tujuan menjadikan produk-produk UMKM Kota Tangerang memiliki daya saing yang tinggi dan menarik agar bisa dipasarkan dengan kualtias dan komposisi yang terjamin kebersihan, kesehatan dan kehalalannya. Program sertifikasi halal yang dibuat oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang mendapatkan respon positif dari berbagai pihak karena sangat dibutuhkan bagi pelaku UMKM. Dalam hal pembuatan MUI dan PIRT HALAL para UMKM
137
harus mengikuti penyuluhan halal dari MUI yang nantinya bahan baku produk UMKM di cek terlebih dahulu setelah dijamin halal maka akan keluar sebuah sertifikat halal resmi dari MUI selama 1 bulan dari tanggal pengecekan . Dan setelah itu pelaku UMKM diharuskan mengikuti penyuluhan sertifikasi pangan dari dinas kesehatan apabila sudah memiliki sertifikasi resmi dari MUI setelah itu keluar sebuah sertifikat pangan dari dinas kesehatan kurang lebih 2 minggu dari tanggal penyuluhan. Setelah itu pelaku UMKM harus mendaftarkan diri di Dinas Perizinan agar memiliki nomor PIRT HALAL untuk produknya. Dalam
kegiatan
Pemberdayaan
UMKM
ini
Dinas
Perindustrian
Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang memfasilitasi hal-hal yang berkaitan dengan Sertifikasi halal dengan menggratiskan bagi mereka yang ingin membuatnya. Dan memberikan subsidi untuk biaya perpanjangan. Tetapi dalam pembuatan program ini pemerintah belum memfasilitasi seluruh UMKM yang ada di Kota Tangerang sehingga belum semua UMKM terfasilitasi. Yang kedua, Pemberdayaan UMKM dalam hal permodalan Tangerang
pemerintah
kota
tangerang
khususnya
Dinas
di Kota
Perindustrian
Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum menyediakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM) untuk mengatasi modal di Kota Tangerang. Banyak pelaku UMKM yang masih belum bisa memanage keuangannya secara baik sehingga para UMKM belum dipercaya untuk mengajukan modal ke pihak perbankan. Perlu adanya pelatihan pengelolaan keuangan secara rutin untuk para pelaku UMKM. Namun dilain sisi, banyak berbagai pihak yang menawarkan
138
modal di Kota Tangerang seperti Angkasa pura, Jasa Marga, BRI, Dinas Pemuda dan Olahraga dan Dinas Indagkop dll. Sehingga para pelaku UMKM mengkuti binaan-binaan tersebut. Kegiatan yang dilaksanakan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang sudah bermanfaat meskipun masih terdapat kelemahan. Untuk kegiatan seperti seminar sejuah ini sudah jarang dilakukan pemerintah kota tangerang khusunya Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang memfokuskan pada pelatihan, sosialisasi, bimtek, kemitraan dan workshop. Dari indikator ukuran dan tujuan kebijakan, peneliti dapat mengambil kesimpulan bahwa dalam pelaksanaan Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang yang dilakukan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang sudah baik meskipun banyak kekurangan karena masih terdapat UMKM yang belum menikmati fasilitas yang disediakan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang. Seperti halnya sertifikasi halal data jumlah pelaku UMKM yang sudah memiliki sertifikat halal pada tahun ini yaitu :
Tabel 4.4 Jumlah UMKM yang telah di fasilitasi sertifikat halal No. 1.
Tahun 2014 8
Tahun 2015 41
Tahun 2016 – ini 40
(Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang)
139
Berdasarkan tabel di atas bisa lihat bahwa perlu adanya perhatian yang lebih dari pemerintah dalam menindaklanjuti program tersebut agar bisa terfasilitasi secara kes eluruhan. Maka solusinya adalah perlu adanya pendataan terkait jumlah pelaku UMKM yang sudah memiliki sertifikasi halal dan yang belum memiliki sertifikasi halal. Dan yang kedua perlu adanya pelatihan yang rutin dalam hal pengelolaan keuangan karena masih banyak pelaku UMKM yang belum rapih dalam mengelola keuangannya. Yang nantinya pelaku UMKM bisa mengajukan kepada pihak perbankan atau lembaga permodalan lainnya. 4.6.2 Sumber-sumber Kebijakan Indikator yang kedua yang juga mempengaruhi keberhasilan dari implementasi kebijakan adalah sumber daya. Sumber daya merupakan hal yang penting, seperti yang diungkapkan oleh Van Metter dan Van Horn bahwa sumber daya kebijakan harus juga tersedia dalam rangka untuk memperlancar administrasi implementasi suatu kebijakan. Sumber daya ini terdiri dari sumber daya manusia, sumber daya anggaran, sumber daya saran dan prasarana, sumber daya waktu. Pertama yaitu sumber daya manusia, seluruh pelaksana atau sumber daya yang terkait dalam kebijakan ini dipilih sesuai dengan bidang dan tugasnya selama ini agar dalam pelaksanaannya tidak menemukan permasalahan di lapangan, karena pelaksanaan kebijakan ini menyangkut masyarakat publik. Dalam kebijakan Pemberdayaan UMKM, dari segi kualitas pegawai Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang memiliki kualitas yang
140
baik namun dari segi kuantitas masih kurang dan tetap harus belajar dan berlatih agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman apalagi saat ini sedang menghadapi persaingan global. Karena bila melihat jumlah luas wilayah kota tangerang, jumlah UMKM yang begitu banyak sekitar ribuan masih belum mencukupi jumlah pegawai Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang untuk membina ke lapangan secara menyeluruh. Sehingga harus ada penambahan atau kerjasama dengan pihak kelurahan dan kecamatan dalam hal Pemberdayaan UMKM. Berdasarkan hasil wawancara peneliti dengan Sekretaris Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang bahwasannya Jumlah keseluruhan pegawai berdasarkan DUK PNS pada Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang adalah 54 orang terdiri dari gol IVb sebanyak 3 orang, gol IVa sebanyak 1 orang, gol IIId sebanyak 10 orang, gol IIIc sebanyak 5 orang, gol IIIb sebanyak 12 orang, gol IIIa sebanyak 12 orang, gol IId sebanyak 4 orang, gol IIc sebanyak 3 orang, gol IIb sebanyak 1 orang, gol IIa sebanyak 2 orang. Bila dibandingkan dengan jumlah UMKM yang ada di Kota Tangerang yaitu : Tabel 4.5 Data Jumlah UMKM Berdasarkan Kriteria Usaha Perkecamatan Di Kota Tangerang Tahun 2015 No.
Kecamatan
Mikro
Kecil
Menengah
Jumlah
1
Batu Ceper
442
56
4
502
2
Benda
201
25
5
231
3
Cibodas
3.617
214
8
3.839
141
4
Ciledug
231
53
25
309
5
Cipondoh
175
221
32
428
6
Jatiuwung
876
257
38
1.171
7
Karang Tengah
243
73
7
323
8
Karawaci
516
30
7
553
9
Larangan
190
318
218
726
10
Neglasari
122
25
2
149
11
Periuk
452
50
45
547
12
Pinang
683
78
10
771
13
Tangerang
289
77
27
393
8.037
1.477
428
9.942
Total
(Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang) Dapat disimpulkan bahwa perbandingan jumlah pegawai Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang sangat besar antar 50 berbanding 9.942. sehingga pihak dinas berupaya melakukan kinerja semaksimal mungkin agar bisa mengakomodir secara keseluruhan untuk memberikan Pemberdayaan kepada para UMKM.
Kedua,Menurut hasil wawancara peneliti dengan Bapak Sayuti selaku Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang anggaran untuk Pemberdayaan UMKM ini didapat dari APBD Kota Tangerang sebesar 1% dari dana APBD. Dari hasil peneliti dengan wawancara pada dinas terkait, anggaran dalam Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang ini masih dirasa kurang untuk mencukupi kebutuhan pelaku UMKM. Hal ini diperkuat dengan Kepala Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang. Sehingga masih banyak kebutuhan-kebutuhan para UMKM yang belum terealisasikan akibat dari keterbatasan dana anggaran.
142
Tabel 4.6 Program Kegiatan dan Indikasi Pendanaan Program
Kegiatan
Program Pengembangan Sistem Pendukung
Tahun 2014
Tahun 2015
Angg. (Rp)
Angg. (Rp)
Kegiatan Penyelenggaraan Promosi Produk UMKM Melalui Pameran Kegiatan Pembangunan Pusat Layanan Usaha Terpadu (PLUT)
Rp. 220.000.000
Rp. 242.000.000
Rp.
Rp. 25.000.000.
Kegiatan Sosial Program KUR
Rp.
Kegiatan Sosialisasi Prinsip-Prinsip Pemahaman Perkoperasian Kegiatan Pemberdayaan, Pengawasan dan Penghargaan Koperasi Berprestasi Kegiatan Revitalisasi Koperasi
Rp. 170.000.000
Rp. 187.000.000
Rp. 350.000.000
Rp. 358.000.000
Rp. 150.000.000
Rp. 165.000.000
Koordinasi Pelaksanaan Kebijakan dan Program Pembangunan Koperasi (Kegiatan Penyebaran Model-Model Pola Pengembangan Koperasi) Kegiatan Memfasilitasi Peningkatan Kemitraan Usaha bagi Usaha Mikro Kecil dan Menengah Kegiatan Penyelenggaraan Pelatihan Kewirausahaan Kegiatan Pelatihan Manajemen Pengelolaan Koperasi
Rp. 168.000.000
Rp.
Rp. 187.000.000
Rp. 205.700.000
Rp. 186.402.500
Rp. 205.700.000
Rp.
-
Rp. 205.042.750
Sosialisasi Kebijakan Tentang Usaha Mikro Kecil Menengah
Rp.
-
Rp. 200.000.000
Perencanaan Koordinasi dari Pengembangan UMKM
Rp.
-
Rp. 200.000.000
Fasilitas Pengembangan UMKM
Rp.
-
Rp. 200.000.000
Pendataan UMKM di Kota Tangerang
Rp.
-
Rp.
-
000
Usaha Bagi Mikro Kecil Menengah Program Peningkatan Kualitas Kelembagaan Koperasi
Program Pengembangan Kewirausahaan dan Keunggulan Kompetitif Usaha
-
Rp. 175.000.000
-
Kecil Menengah Program Penciptaan
Iklim Usaha yang Kondusif
-
(Sumber : Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang)
Berdasarkan data di atas dapat dilihat bahwa dana tersebut sudah terpenuhi untuk program kegiatan yang sudah dirancangkan pada tahun sebelumnya
143
sehingga Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi belum bisa mengcover secara keseluruhan kebutuhan para UMKM. Ketiga yaitu sarana dan prasarana, yang dimaksud dalam penelitian ini peneliti mendefinisikan sarana dan prasarana yaitu fasilitas yang tersedia untuk pelaksanaan yang dimiliki oleh para pelaksana dan fasilitas untuk para sasaran kebijakan yaitu pelaku UMKM. Promosi merupakan salah satu cara untuk mempercepat penjualan produk. Sarana dan Prasarana Promosi yang ada di Kota Tangerang kurang memadai. Karena sarana dan prasarana promosi yang disediakan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang hanya sebatas pameran pada event tertentu saja yang masih berpindah-pindah tempat. Tidak adanya tempat khusus sentra oleh-oleh untuk pelaku UMKM dalam memasarkan produknya di Kota Tangerang sehingga wajar saja bila produk UMKM ini kurang begitu dikenal di kalangan masyarakat dalam maupun luar kota. Perlu adanya perhatian dari pemerintah dalam menyediakan lahan promosi, dan perlu adanya sebuah aturan khusus untuk para ritel agar memberikan ruang bagi pelaku UMKM dalam memasarkan produknya agar lebih dikenal secara luas. Dalam hal ini produk UMKM yang masih tersebar di wilayahnya masing-masing menyulitkan para pendatang untuk mencari oleh-oleh khas tangerang. Tidak hanya itu saja Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang seharusnya memberikan peluang kepada pelaku UMKM bilamana pemerintah kota tangerang ini sedang meeting dengan pihak luar daerah agar disuguhkan produk-produk UMKM Kota Tangerang agar lebih dikenal. Dan pemerintah harus bisa memanfaatkan
144
kecanggihan teknologi sesuai dengan pekembangan zaman dengan memanfaatkan website kota tangerang sebagai sarana promosi produk-produk UMKM Gambar 4.3
(Sumber:Peneliti 2016)
Dapat dilihat bahwa belum adanya sentra oleh-oleh yang disediakan oleh pemerintah mereka masih memakai fasilitas pribadi sehingga sentra oleh-oleh masih tersebar di wilayahnya masing-masing. Lalu untuk sarana penyampain informasi di Kota Tangerang sudah berjalan dengan baik seperti halnya dalam mengundang para UMKM untuk mengikuti suatu kegiatan yaitu melalui Surat yang diantarkan secara langsung ke masingmasing wilayah da melalui telepon dan media sosial. Dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi. Maka solusinya adalah Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang membentuk sebuah tim khsusus dilapangan agar nantinya tim ini bisa membina UMKM secara keseluruhan. Lalu untuk anggaran Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang harus bisa memaksimalkan dana yang ada dengan meyesuaikan kebutuhan para UMKM. Untuk sarana promosi Dinas
145
Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang harus diperhatikan dengan menyediakan geray sentra oleh-oleh khas tangerang,lalu pemerintah harus membuat sebuah aturan khusus untuk yang mengharuskan para ritel memberikan ruangnya kepada UMKM untuk memasarkan produknya, dan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang harus memberikan peluang kepada UMKM untuk memperkenalkan produknya bilamana terjadi pertemuan dengan pihak luar daerah. 4.6.3 Karakteristik Agen Pelaksana Beberapa informan terkait kesesuaian, kesiapan, dan ketepatan organisasi formal ataupun organisasi informal dalam pelaksanaan kebijakan Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang peneliti menarik kesimpulan bahwa organisasi formal / pemerintah dan organisasi informal diluar pemerintah daerah sudah tepat dan sesuai dengan tugas dan fungsinya masing-masing dan sudah sesuai dengan petunjuk pelaksana dari pembuat kebijakan. Karena hampir seluruhnya ini memiliki jenjang pendidikan yang tinggi.
4.6.4 Sikap / Kecendrungan para pelaksana a. Inisiatif Kesimpulan inisiatif dari Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang adalah dukungan dari para pelaku UMKM terhadap kegiatan-kegiatan Pemberdayaan UMKM yang diadakan oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang. Karena sejauh ini pelaku UMKM mendukung program-program yang dibuat oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan
146
Koperasi Kota Tangerang tanpa adanya penolakan atau penentangan dari pelaku UMKM. Sehingga dapat disimpulkan bahwa dukungan dari pelaku UMKM bersifat positif. b. Partisipatif Kesimpulan dari indikator ini adalah partisipasi dalam pembuatan suatu kebijakan sangatlah dibutuhkan. Dalam hal Pemberdayaan UMKM ini Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang mengundang seluruh elemen masyarakat baik itu dari pihak masyarakat, pelaku UMKM, perguruan tinggi, dinas terkait, kelurahan, kecamatan, kementrian, dan lainnya. Karena dalam pembuatan kebijakan dibutuhkan sebuah aspirasi yang dibutuhkan agar pembuatan kebijakan ini sesuai dengan yang dibutuhkan. Dalam pembuatan kebijakan Pemberdayaan UMKM Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang menerapkan sistem bottom up dimulai dari musrenbang kelurahan, musrenbang kecamatan, musrenbang kota, masukan dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang dan usulan dewan. Berbagai pendapat dan masukan ditampung dengan memperhatikan RPJM dan RENSTRA yang ada agar sesuai. Terdapat sebuah perbedaan itu hal yang sangat wajar dan perbedaan itu bisa dijadikan masukan dengan mencari solusi yang terbaik. Meskipun terdapat beberapa yang belum dilibatkan tetapi pemerintah sudah membuat solusi yaitu dengan merolling bagi mereka yang belum diundang akan diundang di waktu berikutnya. Maka solusinya adalah Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang harus bisa memilih kepentingan-kepentingan yang sesuai dengan
147
kebutuhan dengan mnecarikan solusi yang terbaik dan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang harus bisa melibatkan secara keseluruhan unsur dengan merolling undangan untuk tahun berikutnya.
4.6.5 Komunikasi Antar Organisasi Komunikasi dalam kerangka penyampaian informasi kepada para pelaksana kebijakan tentang apa yang menjadi standard dan tujuan harus konsisten dan seragam dari berbagai sumber informasi. Disamping itu koordinasi juga merupakan mekanisme yang ampuh dalam implementasi kebijakan. Semakin baik koordinasi komunikasi di antara pihak-pihak yang terlibat dalam implementasi kebijakan, maka kesalahan akan semakin kecil, demikian sebaliknya. Dalam pelaksanaan Kebijakan Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang komunikasi internal antara dinas-dinas terkait dan eksternal pelaku UMKM sudah baik, koordinasinya juga sudah baik. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang melakukan komunikasi dengan cara mengundang melalui surat yang didatangkan langsung ke alamat wilayah masing-masing dan mendatangi langsung surat undangan tersebut ke dinas terkait. Dan komunikasi disampaikan melalui telepon dan media sosial seperti whatsapp dengan memanfaatkan kecanggihan teknologi. Terdapat sebuah grup UMKM di whatsapp sehingga Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang hanya mengkoordinasikan di whatsapp dengan para koordinatornya.
148
4.6.6.Lingkungan Ekonomi, Sosial, dan Politik Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik di Kota Tangerang ini sangat mendukung jalannya sebuah kebijakan tentang Pemberdayaan UMKM. Dari segi ekonomi yang ada di kota tangerang daya beli masyarakat yang tinggi dan lokasi kota tangerang yang sangat strategis yang berdekatan dengan ibukota dan bandara soekarno hatta sehingga bisa dibilang berjalan dengan baik dan peluang bagi para UMKM. Dari segi sosial, masyarakat yang kondusif, aman dan tentram sehingga tidak ada gangguan dalam melakukan suatu usaha dan kondisi sosial yang ada di kota tangerang berjalan dengan baik dan mendukung jalannya Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang. Lalu dari segi Politik pemerintah kota tangerang memang
mendukung
jalannya
kegiatan
Pemberdayaan
UMKM
dengan
melakukan dorongan agar kegiatan ini bisa bermanfaat bagi para UMKM dan masyarakat sekitar. Hadirnya UMKM memberikan peran yang besar bagi perekonomian di Kota Tangerang dengan menyerap beberapa tenaga kerja. Dan keterlibatan kementrian dan lembaga lainnya dalam suatu kegiatan Pemberdayaan UMKM yang berarti mereka mendukung jalannya kegiatan tersebut.
149
BAB V PENUTUP
5.1. Kesimpulan Berdasarkan hasil pembahasan dan temuan lapangan yang telah peneliti uraikan pada BAB IV, berikut peneliti simpulkan hasil penelitian terkait Implementasi Kebijakan Pemberdayaan Usaha Mikro Kecil dan Menengah di Kota Tangerang. Dari ukuran dan tujuan kebijakan, peneliti menarik kesimpulan bahwa ukuran dan tujuan kebijakan Kebijakan Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang sudah baik dan sesuai dengan manfaatnya meskipun masih terdapat kekurangan. Yang pertama, pada kegiatan sertifikasi halal dalam hal ini Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang sudah menyediakan fasilitas secara gratis kepada para UMKM untuk membuat sertifikasi halal, tidak hanya itu saja Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang juga memberikan subsidi dana untuk biaya perpanjangan sebesar 50% dari harga yang di tetapkan oleh MUI Provinsi Banten 5jt menjadi 2,5 jt. Dalam hal ini sasaran Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang adalah UMKM di sektor makanan dan minuman dan program gratis ini sudah dijalankan pada tahun 2014 dengan jumlah UMKM 8unit yang telah menerima fasiilitasi dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang. Pada tahun 2015 mengalami peningkatan yaitu sebanyak 41 UMKM disektor makanan dan minuman yang telah menerima fasilitas sertifikasi halal ini dan tahun 2016 yang
150
telah berjalan sudah 40 UMKM yang telah menerima sertifikasi halal. Dapat dilihat bahwasannya mengalami kenaikan dari tahun ke tahun. Disisi lain, Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang harus mempunyai data terkait jumlah UMKM yang sudah memiliki sertifikat halal dan yang belum memiliki halal agar bisa kelihatan nantinya bagi mereka yang belum menikmati fasilitasi tersebut. Yang kedua, dalam hal permodalan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang sudah menyediakan fasilitas terkait permodalan diantaranya bekerjasama dengan pihak perbankan seperti BRI dan BNI lalu pihak non-perbankan seperti Pegadaian tetapi Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang belum menyediakan Lembaga Keuangan Mikro (LKM). Masih banyak para pelaku UMKM yang masih menggunakan modal usahanya secara pribadi dikarenakan para pelaku UMKM belum rapih dalam mengelola keuangan sehingga sulit mendapatkan kepercayaan untuk mengajukan modal ke perbankan dalam hal perencanaan keuangan UMKM masih sangat lemah sehingga butuhnya dorongan dan perhatian yang lebih dalam hal perencanaan ini. Tetapi di satu sisi pemerintah khususnya Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang membuat sebuah binaan untuk para UMKM agar masalah modal ini bisa teratasi tidak hanya binaan dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang saja tetapi ada dinas lain yang ikut membuka binaan seperti Dinas Pemuda dan Olahraga Kota Tangerang lalu ada dari pihak BUMD seperti angkasa pura dan jasa marga lalu ada binaan dari pihak perbankan seperti BRI. Sehingga langkah pemerintah dalam hal
151
permodalan ini sudah baik meskipun masih terdapat kekurangan seperti belum adanya LKM dan kurang rutinnya pelatihan tentang pengelolaan keuangan. Yang ketiga, dalam hal kegiatan yang dibuat oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang sifatnya sudah lebih ke pelatihan, penyuluhan, bimtek, worshop dan sosialisasi. Untuk kegiatan yang bersifat seminar sampai sejauh ini sudah jarang dilakukan. Untuk aspek ukuran dan tujuan kebijakan, peneliti menemukan bahwa ukuran dan tujuan kebijakan ini sudah baik dan sesuai dengan manfaatnya yaitu untuk menjadi UMKM sehat, mandiri dan memiliki daya saing. Namun peneliti juga menemukan kekurangan yaitu pemerintah belum memiliki data jumlah UMKM yang sudah maupun yang belum memiliki sertifikat halal lalu pemerintah masih belum menyediakan LKM dan masih kurang rutinnya latihan pengelolaan keuangan. Untuk
sumber-sumber
kebijakan
pemerintah
seharusnya
lebih
memperhatikan lagi terkait sumber-sumber kebijakan dalam pelaksanaan Kebijakan Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang, dalam hal ini peneliti menarik kesimpulan bahwa Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang sebagai pembuat kebijakan masih belum memaksimalkan sumbersumber kebijakan seperti Sumber daya manusia, kualitas sumber daya manusia di Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang bisa dibilang baik karena mayoritas berpendidikan tinggi namun sayangnya dari segi kuantitas masih kurang sehingga kinerja Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota
152
Tangerang masih belum optimal. Lalu sumber daya anggaran juga menjadi faktor yang membuat program Pemberdayaan UMKM ini belum efektif karena Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang merasa anggaran ini masih minim untuk menampung kebutuhan UMKM. Kemudian sumber daya sarana dan prasarana dalam hal promosi di Kota Tangerang pemerintah hanya mengandalkan pameran pada event tertentu saja. Seharusnya dengan peluang kota tangerang yang besar ini dan berkembangnya teknologi. Yaitu dengan memanfaatkan website kota tangerang sebagai sarana promosi, lalu memberikan kesempatan kepada para UMKM untuk menyuguhkan produk-produk mereka bila mana terdapat meeting dengan pihak dari luar daerah, lalu Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang seharusnya membuat sebuah aturan yang mengharuskan para ritel ini memberikan jatah/tempat untuk memasarkan produk-produk UMKM, kemudian Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang seharusnya menyediakan sebuah lahan Sentra oleh-oleh agar produk UMKM Kota Tangerang bisa lebih dikenal. Karakteristik agen pelaksana dalam pelaksanaan program Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang, kesiapan dan kesesuaian pemerintah dan agen pelaksana sudah sesuai dengan bidangnya masing-masing dan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang melibatkan juga pihak dari luar dalam suatu kegiatan seperti diantaranya Dinas Kesehatan, Dinas Perizinan, MUI Provinsi, Kementrian Koperasi, BUMD, Asosiasi UKM, Pihak swasta dan Perbankan dalam melaksanan sebuah kebijakan Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang.
153
Sikap/kecenderungan agen pelaksana ada 2 yaitu inisiatif dan partisipatif. Inisiatif dalam penelitian ini lebih kepada dukungan dari pelaku UMKM terhadap kebijakan Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang. Para pelaku UMKM mendukung adanya program-program yang dibuat oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang dengan tujuan memajukan para UMKM dengan program yang bermanfaat bagi mereka. Dan sejauh ini belum ada pihak yang menentang atau menolak terhadap program yang dibuat oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang. Partisipatif dalam penelitian ini lebih kepada seberapa jauh masyarakat, pelau UMKM, Dinas Terkait, dan yang lainnya terlibat dalam penyusunan program-program yang dibuat oleh Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang dalam Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang. Bila dilihat dari hasil wawancara dengan beberapa pihak peneliti dengan informan dapat diketahui bahwa semua elemen yang berkepentingan ikut terlibat dalam hal penyusunan
program
Pemberdayaan
UMKM
ini.
Dinas
Perindustrian
Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang mengundang semua perwakilan tersebut untuk hadir dalam penyusunan program Pemberdayaan UMKM walaupun belum secara keseluruhan bisa diundang karena keterbatasan tempat. Bagi pelaku UMKM yang belum ikut terlibat akan dilibatkan untuk tahun berikutnya menurut hasil wawancara dengan pihak dinas bahwasannya akan di rolling agar semuanya bisa terlibat.
154
Komunikasi antar organisasi dalam pelaksanaan program Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang ini komunikasi yang terjalin antara lembaga pemerintah dan para pelaksana di lapangan sudah terjalin dengan baik. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang mengundang dinas terkait dengan mengunjungi langsung ke wilayahnya dengan memberikan sebuah surat undangan untuk suatu kegiatan tidak hanya kepada dinas terkait tetapi juga kepada pelaku UMKM. Dan Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang juga memanfaatkan teknologi saat ini yaitu dengan menggunakan whatsapp untuk menginfokan sebuah kegiatan lewat sebuah grup asosiasi UKM yang ada di grup whatsapp. Kondisi lingkungan sosial, ekonomi dan politik. Dalam pelaksanaan Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang kondisi lingkungan sosial sangat mendukung jalannya Pemberdayaan UMKM ini karena dengan adanya Pemberdayaan bisa menambah jiwa kewirausahaan mereka dan menambah keahlian mereka dalam menciptakan suatu produk yang nantinya akan dipasarkan melalui pelatihan dari Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang. Lalu dari segi ekonomi di kota tangerang daya beli masyrakatnya sangat tinggi karena dilihat dari pendapatan yang dimiliki oleh masing-masing masyrakat kota tangerang yang bisa dibilang modern sehingga ini peluang bagi para UMKM untuk membuka usahanya tidak hanya itu lokasi kota tangerang yang sangat strategis berdekatan dengan ibukota jakarta dan memiliki bandara terbesar yaitu soekarno hatta yang merupaka pintu gerbang indonesia bagi para wisatawan. Dan dari segi politik pemerintah kota tangerang beserta dewan
155
mendukung jalannya kegiatan Pemberdayaan UMKM namun kue APBD yang harus dibagi-bagi sehingga dana yang diberikan harus dimaksimalkan. 5.2 Saran Berdasarkan kesimpulan yang telah peneliti berikan, maka peneliti memberikan beberapa saran sebagai bahan masukan sebagai berikut : 1. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang sebagai pembuat kebijakan perlu membuat sebuah database terkait jumlah UMKM di kota tangerang, baik itu database yang berupa kepemilikan sertifikat halal maupun yang belum dan database secara umum mengenai identitasnya. Agar semua bisa terfasilitasi dalam kegiatan sehingga yang datang tidak hanya itu-itu saja. 2. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang harus lebih memperhatikan UMKM di Kota Tangerang terutama dalam hal promosi yaitu dengan menyediakan sebuah geray sentra oleh-oleh khas tangerang agar produk UMKM lebih dikenal tidak hanya itu saja tetapi Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang harus memberikan
kesempatan
kepada
para
UMKM
untuk
menyuguhkan/memperkenalkan produknya bilamana ada tamu dari pihak luar daerah. 3. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang perlu membuat sebuah aturan yang mengharuskan para ritel ini memberikan ruang bagi para UMKM untuk memasarkan produknya.
156
4. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang perlu membentuk sebuah petugas khusus dilapangan untuk membina UMKM dilapangan secara keseluruhan. 5. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang harus melalukan pelatihan pengelolaan keuangan lebih intensif lagi kepada pelaku UMKM agar pelaku UMKM bisa mengelola keuangannya secara baik sehingga bisa mendapatkan kepercayaan dari pihak perbankan untuk peminjam modal. 6. Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang harus bisa memaksimalkan anggaran yang disediakan oleh pemerintah untuk Pemberdayaan UMKM di Kota Tangerang dalam memenuhi kebutuhan para Pelaku UMKM Kota Tangerang.
174
DAFTAR PUSTAKA Buku: Badan Pusat Statistik (BPS). 2015. Tangerang Dalam Angka 2015. Tangerang. Moeleong, Lexy J. 2006. Metode Penelitian Kualitatif Edisi Revisi. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya. Mulyana, Deddy. 2008. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung: Remaja Posda Karya. Nugroho, Riant. 2012. Public Policy Edisi 4. Jakarta: PT. Elex Media Komputindo. Sugiyono. 2007. Metode Penelitian Pendidikan Pendekatan Kuantitatif, Kualitatif dan R&D. Bandung: Alfabeta. Wahab, Solichin Abdul. 2012. Analisis Kebijakan; dari Formulasi ke Penyusunan Model-Model Implementasi Kebijakan Publik. Jakarta: PT. Bumi Aksara. Winarno, Budi. 2014. Kebijakan Publik (Teori, Proses dan Studi Kasus). Jakarta: Centre of Academic Publishing Service (CAPS). Anggara, Sahya. 2014. Kebijakan Publik. Bandung: CV Pustaka Setia. Agustino, Leo. 2008. Dasar-Dasar Kebijakan Publik. Bandung: CV Alfa Beta. Tambunan, Tulus T.H. 2009. UMKM di Indonesia. Bogor: Ghalia Indonesia.
Dokumen: Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 2 Tahun 1993 Tentang Pembentukan Kotamadya Daerah Tingkat II Tangerang. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun 2008 Tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Peraturan Walikota Tangerang Nomor 74 tahun 2014 Tentang Tugas, Fungsi dan Tata Kerja Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang.
175
Sumber Lain: Profil Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang Tahun 2009 (Pengembangan Database Informasi Potensi Unggulan Kota Tangerang). Rencana Strategis Dinas Perindustrian, Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang Tahun 2014-2018 Tahun Anggaran 2014. Pedoman Pengembangan UMKM Kota Tangerang Tahun 2012.
(http://www.tangerangkota.go.id) (http://disindagkop.tangerangkota.go.id/)
http://v2010.tangerangkota.go.id/mobile/detailberita/2472 http://industri.kontan.co.id/news/tangerang-incar-jadi-kota-seribu-industri-danjasa
176
LAMPIRAN
177
178
179
180
181
PEDOMAN WAWANCARA No. Indikator 1. Ukuran dan Tujuan Kebijakan
2.
3.
4.
Sumberdaya
Karakteristik Agen Pelaksana
Kisi-Kisi Wawancara 1) Apakah adanya Kegiatan seperti halnya (Sosialisasi sertifikat halal) yang dibuat dalam Pembinaan UMKM ini sudah sesuai dengan manfaatnya ? 2) Langkah apa saja yang sudah dibuat dalam mengatasi permodalan? Ada tidak pelatihan yang diberikan terkait pengelolaan / manajemen keuangan? 3) Dari setiap kegiatan yang dibuat bagaimana sifat dr kegiatan tsb seminar atau pelatihan ? 1) Bagaimana SDM yang dimiliki oleh Disperindagkop ? Berapa Jumlahnya dan latar belakang pendidikannya seperti apa ? 2) Bagaimana ketersediaan anggaran dalam melaksanakan kegiataan penyelenggaraan pembinaan UMKM tersebut ? 3) Bagaimana ketersediaan fasilitas terutama pada sarana promosi dan informasi untuk para UMKM di Kota Tangerang ? 1) Bagaimana Karakteristik Implementor kegiatan ? apakah setiap implementor ini sesuai dengan bidangnya ? sudah sesuaikah dgn misi kota tangerang dalam setiap kegiatan yg dibuat ?
Sikap/Kecenderungan 1) Bagaimana sistematika pembuatan kebijakan pembinaan ini ? pola apa yang digunakan ? pola top down atau bottom up ? apakah para
Informan
I₁, I₂, I₃, I₄, I5, I6
I₁, I₂, I₃, I₄, I5.
I₁, I₂, I₃, I₄, I5,.
I₁, I₂, I₃, I₄, I5, I6.
I₁, I₂, I₃, I₄, I5.
182
5.
6.
Komunikasi Antarorganisasi dan Aktivitas Pelaksana
Lingkungan Ekonomi, Sosial dan Politik
implementor setiap kegiatan mengetahui isi dan tujuan dari kebijakannya ? apakah dalam pembuatan setiap kegiatan atau program yang dibuat ini sesuai dengan permasalahan yang ada ? pernah ada perbedaan pendapat ? 1) Bagaimana pola hubungan/komunikasi antar implementor dalam melaksanaan kegiatan atau program dalam pembinaan tsb ? 1) Bagaimana Kondisi Lingkungan Ekonomi, sosial dan politik yang ada di kota tangerang ? apakah Kondisi tersebut mendukung jalannya kebijakan pembinaan tsb ? atau sebaliknya ? 2) respon dari para pelaku umkm/masyarakat seperti apa dgn adanya kegiatan tsb?
I₁, I₂, I₃, I₄, I5, I6.
I₁, I₂, I₃, I₄, I5.
I₁, I₂, I₃, I₄, I5, I6.
183
HASIL WAWANCARA
1. Ukuran dan tujuan kebijakan a. Pirt halal Q1
Bagaimana Sosialisasi Sertifikat halal apakah sudah sesuai dengan manfaatnya?
I1-1
Kalau berbicara manfaat pada dasarnya UMKM memiliki beberapa kelemahan seperti Keterampilan, Pemasaran, Permodalan, Pengemasan, Manajemen. Dari sisi itu kita melihat bahwa selama ini sosialisasi yang kita lakukan dibidang itu dan itu memang sesuai dengan kebutuhan UMKM dan setelah kita lakukan sosialisasi dan penyuluhan ada manfaatnya. Terutama sosialisasi yang dilakukan dibidang kehalalan ini sudah ada manfaatnya, kita bantu dengan PIRT HALAL, karena tanpa PIRT halal mereka tidak dapat menjual produknya di Pasar Modern.
I3-1
Sudah sesuai dengan manfaatnya yang pasti karena dari setiap kegiatan yang kita buat itu memperhatikan kebutuhan yang ada, untuk halal ini sudah kita bina dan kita fasilitasi dengan melakukan kerjasama dengan dinas kesehatan terkait halal dan PIRT maupun dengan MUI kita berikan subsidi dana untuk pembuatan halal ini.
I4-1
Untuk Disperindagkop hanya memfasilitasi saja terkait sertifikat halal seperti halnya dengan mengadakan sosialisasi PIRT dan membantu para UMKM yang tadinya tidak memiliki sertifikat halal menjadi memiliki sertifikat halal dengan tujuan meningkatkan daya saing pasar. Dan selebihnya itu tugas dari dinas kesehatan dan MUI dari kita hanya faslitasi saja dalamDina rangka pembinaan.
I5-1
kita berikan secara gratis untuk pembuatan tetapi kita beri subsidi dana untuk perpanjangan halal ini, harga untuk sertifikat halal ini sebesar 5jt rupiah dari MUI dan diberikan subsidi dari Dinas Indagkop sebesar 2,5 jt sehingga para pelaku UMKM hanya membayar setengahnya.
184
I6-2
Kebetulan kita dapat fasilitas dari Dinas Indagkop, orang dari MUI dateng ke tempat kita dengan mengecheck bahan baku kita setelah semuanya sudah dicheck keluar sertifikat kurang lebih 1bulan, lalu untuk PIRT juga sama awalnya kita ikut penyuluhan sertifikat pangan di dinas kesehatan setelah sudah diterima sertifikat pangannya langsung kita daftar ke dinas perizinan untuk PIRT lalu mereka survey ke tempat usaha kita lalu keluar sertifikatnya kurang lebih 2minggu. Dan alhamdulillah semuanya kita gratis hanya perpanjangannya kita bayar tapi di sertifikat pangan kita bayar kurang lebih 239ribu
I6-1
Memang sudah disediakan fasilitas terkait bantuan halal dari pemerintah namun harus menunggu karena pada saat itu saya dikejar waktu untuk membuat halal agar produk saya ini bisa dipasarkan , sehingga saya mengikuti bantuan dari Provinsi lokasinya waktu itu di cilegon diluar dari Kota Tangerang karena kebijakan setiap daerah berbeda saya dikenai biaya administrasi. Kalau untuk biaya perpanjangan sebesar 2,5 jt masa aktif sertifikat halal dari MUI kurang lebih 2 tahun. Lalu untuk Pirt masa berlakunya 5tahun.
I6-3
Itu bagian dari Seminar, Tetapi Program itu tidak mampu mengakomodir seluruh UMKM
dan masih banyak UMKM yang belum terfasilitasi.
Pemerintah harus punya database, berapa UMKM yang sudah memiliki halal dan berapa yang belum jadi tiap tahun itu ada program yang kelihatan. Sehingga kalo saya bilang program ini belum maksimal I1-1
Memang programnya seminar dan penyuluhan terkait sertifikat halal ini tetapi kita fasilitasi yaitu dengan pembuatan secara gratis dan perpanjangannya kita subsidi 50% sehingga menjadi 2.5 jt dan memang kita belum memiliki database jumlah UMKM dikarenakan jumlah SDM di dinas indagkop yang kurang dari sisi kuantitas seperti yang saya pernah bilang sebelumnya dengan luas kota tangerang yang terdiri dari 13 kecamtan dan 104 kelurahan sehingga kita belum bisa membina kelapangan secara keseluruhan.
185
b. Permodalan Q2
I1-1
Langkah apa saja yang sudah dibuat oleh Dinas Indagkop dalam hal permodalan ? apakah tersedia lembaga keuangan mikro? Dan apa ada pelatihan tentang pengelolaan keuangan? Langkah pertama adalah sosialisasi yang kedua kita fasilitasi untuk ke perbankan dan lembaga keuangan lain yaitu LPDB dari kementrian koperasi dan lembaga keuangan lain, untuk Lembaga Keuangan Mikro kita belum ada di Kota Tangerang. Pengelolaan kita lakukan juga seperti pencatatan, karena pencatatan itu juga menyangkut syarat untuk permohonan ke bank dan terakhir kita juga bekerjasama dengan BPN bagi UKM yang memang punya lahan/tanah kita bantu sertifikasi tanahnya untuk jaminan bank.
I2-1
Memang belum ada Lembaga Keuangan Mikro di Kota Tangerang tetapi kita sudah menyediakan fasilitas untuk permodalan bagi para UMKM, kita memiliki partner dengan pihak lembaga permodalan, bank maupun nonbank. Lalu kita berikan juga pelatihan, bimtek ,dll tentang manajemen pengelolaan keuangan, karena pencatatan dan pembukuan ini merupakan salah satu syarat agar mereka bisa mengajukan pinjaman modal ke bank sehingga kita arahkan mereka untuk bisa membuat pengelolaan keuangaannya secara baik.
141
Sejauh ini kita memiliki Kemitraan dengan BRI dan Pegadaian. Tetapi untuk Lembaga Keuangan Mikro sendiri kita memang belum ada. Kalau untuk pelatihan kita adakan seperti sosialisasi tentang permodalan misalnya dari segi Perencanaan, Koordinasi dalam rangka meningkatkan mutu lalu dari sisi keuangan juga dan pembukuannya.
I5-1
Untuk permodalan kita lakukan sosialisasi bantuan permodalan untuk para UMKM dengan narasumber dari kementrian koperasi dan UKM. Tidak hanya itu kita juga melakukan kerjasama dengan pihak perbankan yaitu Bank BRI& BNI dan non-perbankan yaitu Pegadaian. Lalu kita beri kan fasilitas melalui Lembaga Pengelolaan Dana Bergulir (LPDB)dengan pemberian pinjaman sebesar 210 juta diberikan untuk para UMKM untuk
186
permodalan. Dan UMKM juga harus memiliki SIUMK agar memudahkan mereka untuk mengajukan pinjaman ke lembaga permodalan. Namun untuk Lembaga Keuangan Mikro kita belum ada di Kota Tangerang. 161
Modal saya rasa banyak, banyak penawaran-penawaran dari berbagai pihak menawarkan permodalan seperti Angkasa pura, Jasa marga, masing-masing BUMN punya modal untuk membantu para UMKM. Kita masuk ke binaan mereka lalu diorbitkan produk-produk kita oleh mereka melalui bazar dan lain-lain. Waktu itu pernah dilakukan pelatihan tentang keuangan namun akhir-akhir ini sudah jarang dilakukan
I6-2
Awalnya modal pribadi tetapi beberapa tahun kemudian saya ikut PKBL binaan Angkasa Pura dan mengikuti Binaan BRI, lalu untuk Kegiatan pengelolaan keuangan saya rasa jarang sekali itu sangat dibutuhkan sekali terutama untuk pelaku UMKM
I6-3
Hanya Pembinaan dan seminar tentang permodalan yang disediakan oleh pemerintah (Dinas Indagkop), namun diluar dari Dinas Indagkop memang sudah banyak binaan-binaan dalam hal permodalan dari berbagai pihak. Untuk pengelolaan keuangan saya kira standar-standar saja karena memang industri mikro belum padat modal belum padat sumber daya artinya transaksi pembukuan masih standar-standar saja
I3-1
untuk modal para pelaku UMKM ini masih pribadi tidak memanfaatkan modal dari luar hal ini karena pembukuan tidak bank-able sehingga kurang mendapatkan kepercayaan dari bank, sehingga kita berusaha semaksimal mungkin untuk membuat kegiatan tentang pembukuan dan pencatatan yang nantinya akan di adakan di setiap kelurahan dan program ini sudah kita jalankan sedikit demi sedikit dan sejauh ini sudah kita buat kebijakan kita tentang IUMK dengan tujuan mempermudah UMKM dalam mengajukan permodal ke lembaga Perbankan dan sudah dijalankan disetiap kelurahan
c. Sifat Kegiatan Q3
Bagaimana sifat dari kegiatan yang dibuat oleh Dinas Indagkop ?
187
I1-1
I3-1
ada sosialisasi ada pelatihan kalau seminar udah jarang. Kita ajak mereka pameran diluar daerah dan di dalam daerah bagi ukm yang produknya bagus dan produksinya continue dari kegiatan yang ada seperti pelatihan, sosialisasi, bimtek, kemitraan dan workshop
I6-1
sifatnya pelatihan lalu ada juga penyuluhan untuk seminar memang sejauh ini sudah jarang dilakukan walaupun terkadang masih ada beberapa kegiatan yang bersifat seminar. Saya rasa kegiatan seminar itu kurang efektif karena selain membuang-buang waktu itu juga membuang-buang anggaran jadi seharusnya kegiatan yang dibuat lebih ke pelatihan atau penyuluhan agar setelah kita ke luar dari ruangan itu kita sudah tahu apa yang harus kita lakukan
2. Sumberdaya a. SDM Q4 I1-1
Bagaimana SDM yang dimiliki oleh Dinas Indagkop ? Kualitas sumber daya di dinas indagkop sudah cukup baik hanya saja dari sisi kuantitas yang kurang, pegawai di indagkop kurang lebih berjumlah 50 untuk pegawai tetap seperti PNS dan 50 orang tadi dibagi menjadi 3 bidang dan 1 bagian kepegawaian, rata-rata perbidang hanya 12 orang, dibagi lagi menjadi 3 seksi perbidang. Dengan luas kota tangerang yang terdiri dari 13 kecamatan dan 104 kelurahan sehingga tidak dapat membina kelapangan secara menyeluruh
I2-1
untuk saat ini jumlah pegawai kita sekitar 73 yang diantaranya terdiri dari 50 PNS dan 23 tenaga sukarela/harian lepas dengan latar pendidikan S3 berjumlah 5 orang, S2 berjumlah 6 orang, S1 berjumlah 25 orang, D3 berjumlah 12 orang dan SMA berjumlah 25orang.
b. Anggaran Q5 I1-1
Bagaimana ketersediaan anggaran dalam pelaksanaan kegiatan pembinaan? Kalau berbicara cukup memang karena dananya terbatas ya tidak cukup
188
jadi kita maksimalkan dana yang ada, karena jumlah UMKM ribuan.cukup ga cukup ya ga cukup jadi kita maksimalkan. Kita dapat 1% dari dana APBD untuk anggaran pembinaan yaitu sekitar 40 Milyar dari 4 triliyun. I3-1
Insya allah cukup untuk anggaran meskipun terbatas jadi kita maksimalkan anggaran yang ada.
c. Sarana dan Prasarana Q6 I1-1
Bagaimana ketersediaan sarana dan prasarana yang disediakan oleh dinas indagkop? Kalau Promosi kita yang memilih bukan mereka yang mengajukan tapi kalau memang mereka mengajukan kita respon melaui kegiatan pameranpameran, lalu untuk sentra oleh-oleh belum ada dari sisi lahan agak susah karena kota. Selama ini kita melalui forum UKM kita arahkan untuk membuat didaerahnya masing-masing. Dalam waktu dekat ini pak walikota sedang membuat surat ke angakasa pura untuk lahan promosi bagi para UMKM. Untuk informasi kita baru melalui surat dan telpon seperti WA kebanyakan memakai surat”.
I3-1
Untuk Promosi kita lakukan di dalam dan di luar daerah melalui event, inacraft, pameran di surabaya, jogja, jambi, tangerang expo, ulang tahun kota tangerang dan kita bekerjasama juga dengan media online seperti belanja.com yang ada di mall-mall. Lahan sentra oleh-oleh memang belum ada, masih tersebar terkait sentra oleh-oleh ini belum disediakan karena terkendala lahan. Lalu untuk informasi kita melalui media sosial.
I6-1
Banyak kekurangan di kota tangerang ini terutama promosi hanya sebatas pameran, bahkan pada saat kita ikut pameran di Provinsi ukm dari Kota Tangerang ini kurang dikenal karena pemerintah kurang memperhatikan ukmnya sendiri. Untuk promosi kita masih mencari sendiri seharusnya pemerintah membuat sebuah geray sentra seperti di serang atau paling tidak bila ada tamu dari luar pemerintah, pemkot tangerang menyuguhkan makanan produk ukm tangerang agar lebih dikenal. Tidak hanya itu di kota
189
tangerang belum ada perda yang mengharuskan para ritel memberikan ruang untuk produk ukm seperti halnya di tasik yang mengharuskan para ritel ini memberikan 20% jatah ruangnya untuk di isi dengan produkproduk ukm”. I6-2
Kalau saya pribadi kebetulan dari awal gencarnya melakukan promosi di media online seperti instagram, fanpage, google. Lebih kemedia dan alhamdulillah lumayan dan saya menitipkan juga produk saya di sentra oleh-oleh pribadi di tempat teman-teman ASIFA punya pribadi di cikokol. Kalau dari pemerintah hanya pameran saja untuk lahan sentra masih belum ada. Saya sempat berbicara kepada pemerintah bila ada tamu atau meeting dengan pihak luar daerah dialihkannya ke kita untuk kita kenalkan produkproduk kita”.
I6-3
Promosi yang dilakukan oleh pemerintah hanya sebatas pameran. Untuk sentra oleh-oleh memang masih tersebar secara individu itu tidak masalah masing-masing punya kapasitas untuk itu tetapi secara makro itu harus sudah dalam bentuk sentra.
I5-1
Ya benar yang menjadi kelemahan adalah UMKM belum memiliki pusat promosi seperti sentra oleh-oleh. Sampai saat ini kita libatkan di berbagai macam pameran. Sambil menunggu jawaban dari pihak angkasa pura karena sebelumnya pak walikota sudah mengajukan surat untuk permohonan lahan ke pihak bandara soeta.
3. Karakteristik Agen Pelaksana Q7 I1-1
Bagaimana karakteristik Implementor kegiatan pembinaan UMKM? Karakteristik pegawai disini sudah cukup baik dan bisa dilihat dari latarbelakang pendidikannya dan sudah sesuai dengan bidangnya masing
121
Pegawai disini bisa dikatakan baik dari segi disiplin dan kepatuhannya. Kita sesuaikan dengan bidangnya dan untuk setiap juga misalnya kegiatan industri hijau yang merupakan tupoksi dari bidang industri yang sesuai dengan bidangnya
190
131
sudah bagus berkualitas dan baik namun harus terus belajar dan berlatih agar dapat menyesuaikan dengan perkembangan zaman apalagi saat ini kita sedang menghadapi persaingan global
4. Sikap / Kecendrungan para pelaksana a. Inisiatif Q8
Bagaimana dukungan dari para pelaku UMKM terhadap kegiatan pembinaan yang dibuat oleh dinas indagkop? Apakah ada kelompok penentang ?
I1-1
Sebetulnya bukan penolakan/penentang pada dasarnya tidak ada yang menentang, sejauh ini masyarakat dan para pelaku UMKM mendukung dan setuju dengan program yang kita buat
I3-1
Sejauh ini kita belum ada yang menentang atau menolak tetapi saya rasa perlu ada peningkatan saja untuk kegiatan-kegiatan dalam pembinaan UMKM ini
I4-1
Alhamdulillah sejauh ini belum ada penolakan dari pihak-pihak tertentu dan semuanya mendukung program yang kita buat dan mereka pun antusias dalam menghadiri program yang kita buat
I6-2
Yang pasti kami disini mendukung program yang dibuat oleh pemerintah asalkan program atau kegiatan ini sesuai dengan apa yang kita butuhkan agar bisa bermanfaat untuk kedepannya
I6-3
Kami disini mendukung apapun kebijakan itu jika untuk perubahan ke arah yang lebih baik kedepannya yang baik kita dukung dan yang tidak baik sama-sama kita kritisi, seperti yang saya bilang tadi kegiatannya harus jelas dan harus kelihatan jangan hanya copy-paste kegiatannya dari tahun lalu
b. Partisipatif Q9
Bagaimana Sistematika pembuatan kebijakan pembinaan ini ?
I1-1
Proses terjadinya suatu kegiatan dimulai dari musrenbang kelurahan,
191
musrenbang kecamatan dan musrenbang kota ditambah program dari dinas sendiri dan usulan dewan I2-1
Yang pasti kita undang baik itu masyrakat, perguruan tinggi, kemnetrian, ahli pakar kita undang. Dengan memperhatikan renstra dan rpjmd juga sesuai dengan janji pak walikota. Jadi setiap pendapat yang mereka berikan, kita tampung dan kita harus memperhatikan rpjmnya
I4-1
Kita melibatkan beberapa unsur dari masyarakat dan lainnya, perbedaan pendapat dalam pem buatan kebijakan pasti ada karena perbedaan tadi bisa sebagai masukan buat kita dengan mengakomodir semua kepentingan dengan mencari solusi yang terbaik bukan semua kepentingan tetapi yang terbaik kita ambil
161
Sejauh ini kita selalu diundang dalam pembuatan kebijakan, dan disana memang suara kita selaku pelaku UMKM yang merasakan langsung apa yang dibutuhkan kita keluarkan jadi semuanya kita sampaikan pendapat kita terkait kekurangan-kekurangan program yang dibuat oleh pemerintah dan
saya
rasa
dalam
membuat
program
ini
pemerintah
harus
memperhatikan kedua belah pihak jangan hanya memikirkan asal membuat kegiatan untuk laporan kepada pemerintah bahwa ini loh kegiatan saya, saya kira jangan seperti itu pemerintah seharusnya mendengarkan dan melihat kebutuhan pelaku UMKM I6-2
Kita memang diundang untuk hadir dalam pembuatan kebijakan, jadi misalkan tahun lalu saya diundang untuk membahas program tahun selanjutnya. Yang saya ingin tegaskan kegiatan yang dibuat oleh pemerintah dari tahun ke tahun sifatnya monoton hanya itu-itu saja
I6-3
Satu hal pemerintah jika memang konsen terhadap UMKM seharusnya libatkan dalam penyusunan program banyak stakeholder yang konsen memikirkan hal itu sementara ini hanya yang dianggap anak asuh aja yang diundang, kami-kami tidak
I1-1
Sebenenarnya bukan anak asuh atau pilih kasih tetapi kita mengundang perwakilan dari para UMKM dan dalam pembuatan kebijakan ini kita
192
undang semua elemen baik masyrakat, perguruan tinggi dll. Suara UMKM tetap kita tampung melalui perwakilan kalau kita undang semua kan ga mungkin ruangan dinas kan kecil sedangkan jumlah UMKM ribuan kemungkinan kita rolling untuk tahun berikutnya
5. Komunikasi Q10
Bagaimana pola komunikasi antar implementor dengan pelaku UMKM dalam pelaksanan kegiatan atau program ?
I1-1
Komunikasi kita sejauh ini berjalan dengan baik dengan para lembaga, dinas dan para pelaku UMKM. Sejauh ini kita undang mereka melalui surat dengan mendatangi langsung undangan tersebut kepada mereka dan media sosial tapi memang saat ini kita belum memiliki database baru terkait para pelaku UMKM di Kota Tangerang dan saat ini kita sedang membuat kebijakan IUMK sehingga nantinya para UMKM harus memiliki ini nantinya kita salurkan ke kecamatan agar bisa terdata secara keseluruhan
I2-1
Koordinasi dan komunikasi kami berjalan dengan baik dengan para dinas dan para pelaku UMKM bila ada kegiatan kita undang mereka melalui telepon dan whatsapp atau bila kita mengundang dinas kita infokan melalui surat undangan dengan kita langsung datangi surat tersebut kepada mereka kendalanya memang terkadang tidak tersampaikan secara menyeluruh karena memamng belum ada database terkait jumlah pelaku UMKM saat ini
13-1 Sampai sejauh ini belum ada masalah terkait komunikasi dan masih berjalan dengan lancar hanya saja kendalanya belum semuanya kita undang karena memang jumlah UMKM diKota Tangerang ini sangat banyak sedangkan jumlah pegawai kita masih kurang alias terbatas saat ini kita sedang merancangkan program IUMK bagi para pelaku UMKM dan sudah berjalan dan kita pun memiliki hubungan baik dengan para dinas seperti BPMT, DPKAD, Kecamatan, Kelurahan, Perbankan, Kementrian dan Para Asosiasi UMKM
193
I4-1
Sejauh ini koordinasi berjalan dengan baik kita juga ada grup di whatsapp jadi kita koordinasikan lewat medsos saja karena sekarang sudah canggih tapi
memang
belum
semuanya
jadi
kita
koordinasikan
lewat
koordinatornya dari setiap asosias I6-1
Memang benar kita diundang melalui surat biasanya pihak dinas terkait langsung datang kerumah untuk memberikan surat undangan terkait kegiatan pembinaan lalu grup di whatsapp pun ada tetapi yang diundang itu lagi itu lagi seharusnya pemerintah membuat sebuah database terkait jumlah pelaku UMKM di Tangerang terkadang kan pemerintah tidak mau capek yasudahlah itu saja yang diundang yang sudah pasti hadir seharusnya kan tidak seperti itu seharusnya pemerintah lebih profesional dalam menjalankan tugasnya
I6-2
Ya benar, kita diundang melalui surat undangan langsung diberikan kepada kita terkadang juga kita diinfokan melalui media sosial seperti whatsapp kita juga memiliki grup di whatsapp dan pemerintah sudah membuat sebuah kebijakan terkait IUMK saya rasa lebih baik agar semuanya kebagian karena saat kemarin-kemarin pesertanya sama sehingga terkesannya tidak ada perubahan
I6-3
Setiap kegiatan memang kita selalu diberi kabar baik itu melalui surat undangan yang langsung datang ke tempat kami ataupun di infokan lewat telepon seperti whatsapp karena memang kita ada grup di whatsapp, sejauh ini komunikasi tentang kegiatan berjalan dengan baik namun untuk komunikasi terkait penyusunan program saya rasa masih kurang karena masih belum terlihat komunikasi dua arah antara pemerintah dengan kamikami disini selain itu pemerintah belum memiliki database terkait jumlah pelaku UMKM sehingga masih belum menyeluruh dalam penyampain informasi dan seharusnya pemerintah lebih terbuka bila memiliki sebuah program harus disampaikan agar kelihatan oleh semuanya
194
6. Lingkungan Ekonomi Sosial dan Politik a. Kondisi Lingkungan Ekonomi Sosial dan Politik Q11
Bagaimana Kondisi Lingkungan Ekonomi Sosial dan Politik di Kota Tangerang?
I1-1
Kondisi lingkungan ekonomi, sosial dan politik sejauh ini sudak mendukung adanya program, seperti halnya dari segi politik yang diterjemahkan dari politik dewan seperti DPRD yang memang mendukung program-program masyarakat, karena memang kembali lagi pada pembiayaannya karena kue yang sedikit harus dibagi banyak dan dari segi lokasi kota tangerang ini strategis sekali berbatas dengan ibukota jakarta.
I2-1
Kondisi Ekonomi, Sosial dan Politik disini sangat mendukung dan berjalan dengan kondusif dari segi ekonomi daya beli masyarakat tinggi.
I4-1
Kota tangerang ini sebagai pintu gerbang indonesia karena dekat dengan bandara soekarno hatta sehingga peluang untuk pemasarannya besar untuk umkm, lingkungannya sangat mendukung sekali baik dr ekonomi sosial dan politik.
I6-1
Situasi dan kondisi kota tangerang ini saya rasa sangat bagus sekali karena kota tangerang ini merupakan kota modern yang pertumbuhannya sangat pesat sekali apalagi kita mempunyai bandara soekarno hatta dan dekat dengan jakarta sehingga ini mendukung kita khususnya para pelaku UMKM untuk memanfaatkan peluang itu.
I6-2
Kondisi dan situasi di kota tangerang memang sangat kondusif dan alhamdulillah daya beli masyrakat disini tinggi sekali sehingga ini merupakan peluang dan keuntungan bagi para pelaku usaha untuk menjalankan usahanya selain itu kota tangerang merupakan kota 1001 industri banyak pabrik dan hotel disini yang dipakai untuk meeting.
195
b. Respon Q12
Bagaimana respon dari para pelaku UMKM terhadap kegiatan yang dibuat oleh dinas indagkop?
I6-1
Respon dari masyarakat maupun pelaku UMKM sangat bagus tetapi perlu ada regenerasi sehingga mereka yang sudah terlibat dalam kegiatan x jangan dilibatkan kembali seharusnya diberikan kesempatan dong kepada yang lain yang belum pernah datang, dan seharusnya pemerintah memperhatikan kebutuhan dari pelaku UMKM”.
I6-2
Kegiatannya masih monoton itu itu saja dan yang hadir itu itu saja dan tidak terdata, seketika dalam suatu kegiatan tidak kondusif banyak yang bercanda tidak memperhatikan dikarenakan mereka sudah pernah ikut kasian kan yang belum pernah tidak pernah dapat jatah.
I6-3
Saya rasa pemerintah harus berbicara dengan kami-kami disini para pelaku UMKM secara menyeluruh perlihatkanlah kegiatan/program yang dibuat dan harus memperhatikan kebutuhan dari para pelaku UMKM itu sendiri agar kesannya tidak meniru atau copy paste dari tahun sebelumnya, dan mereka yang sudah pernah ikut dalam kegiatan itu seharusnya diberikan kesempatan kepada yang lain agar bermanfaat jangan yang sudah pernah dilibatkan kembali bayangkan bila selama 5tahun program yang dibuat ituitu saja dan yang hadir itu juga sehingga terjadi clusterisasi mereka yang tidak diundang bakal selalu dibawah dan tidak pernah bisa untuk naik ke atas untuk ikut dalam suatu kegiatan.
I3-1
Tahun ini kita sudah buat IUMK yang tujuannya untuk mendata seluruh UMKM agar ketahuan jumlahnya sehingga nantinya bagi mereka yang sudah pernah mengikuti kegiatan dengan adanya IUMKM bisa dilihat dan dicek apabila sudah pernah diberikan ke yang belum, anggaran kita memang terbatas sehingga kebutuhan UMKM yang banyak ini ga bisa kita realisasikan semua karena memang harus memperhatikan anggaran yang ada jadi memang kritikan dan masukan yang seperti ini yang kita butuhkan agar menjadi bahan evaluasi buat kita.
196
CATATAN LAPANGAN
No.
Tanggal
Waktu
1.
Selasa, 28 Juni 2016
09.40
2.
Rabu, 29 Juni 2016
09.30
3.
Rabu, 29 Juni 2016
10.07
4.
Rabu, 29 Juni 2016
10.42
5.
Senin, 18 Juli 2016
10.44
6.
Sabtu, 20 Agustus 2016 Selasa, 23 Agustus 2016 Rabu, 24 Agustus 2016
10.05
7.
8.
11.45
09.39
Tempat Lapangan Pusat Pemerintahan Kota Tangerang Lantai 1 Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Tangerang Lantai 3 Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Tangerang Lantai 3 Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Tangerang Lantai 3 Kantor Dinas Indagkop Pusat Pemerintahan Tangerang Lantai 3 Kediaman Informan, Taman Royal 1 Kediaman Informan, Perum 1 Cimone Toko Lapis Beneng
Hasil
Informan
Data UMKM dan Jumlah Asosiasi Pelaku UMKM di Tangerang
Endang
Fasilitasi UMKM syarat pengajuan Pembuatan Sertifikasi halal
Etty
Jumlah data kepegawaian di Dinas Indagkop Kota Tangerang dan Struktur Organisasi Dinas Indagkop Tangerang
Betty
Mou tentang Pelaksanaan dan Prosedur IUMK Di Kota Tangerang
Juweni
Perencanaan Pemberdayaan UMKM, Pengadaan Kegiatan dan indikasi pendanaan
Sayuti
Pengajuan sertifikasi halal ke Dinas Indagkop dan Hasil Pemberdayaan yang di adakan Dinas Indagkop masih belum optimal Permodalan dan sarana promosi yang masih kurang memadai
Lilis Bellacoo kies
Database belum dimiliki oleh Dinas Indagkop terkait Jumlah UMKM
Abdul Hapid
Norma
197
MEMBERCHECK
Di bawah ini merupakan hasil wawancara yang peneliti dapatkan dari beberapa informan kunci maupun pendukung. Di antaranya adalah sebagai berikut:
Tangerang,
2016 Mengetahui,
(
)
198
DOKUMENTASI Dinas Perindustrian Perdagangan dan Koperasi Kota Tangerang
Bapak H. Sayuti Sebagai Kepala Dinas (Senin, 18 Juli 2016, 10.44 WIB)
Bapak H. Juweni sebagai Kabid UKM (Rabu, 29 Juni 2016, 10.42 WIB)
Ibu Hj.Betty sebagai Sekretaris (Rabu, 29 Juni 2016, 10.07 WIB)
Ibu Endang sebagai Kasubid bina UKM (Selasa, 28 Juni 2016, 09.40 WIB)
Ibu etty sebagai Kasubid Fasilitasi ( Rabu, 29 Juni 2016, 09.30 WIB)
199
DOKUMENTASI Usaha Mikro Kecil dan Menengah (UMKM)
Ibu Lilis selaku pelaku UMKM Iwapi (Sabtu, 20 Agustus 2016 10.05 WIB)
Ibu Norma selaku UMKM Asifa (Selasa, 23 Agustus 2016 11.45)
Bapak Abdul Hapid selaku Ketua Ukm Center Tangerang (Rabu, 24 Agustus 2016 09.39 WIB)
200
UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
DENGAN RAHMAT TUHAN YANG MAHA ESA
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
Menimbang : a. bahwa masyarakat adil dan makmur berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 harus diwujudkan melalui pembangunan perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi; b. bahwa sesuai dengan amanat Ketetapan Majelis Permusyawaratan Rakyat Republik Indonesia Nomor XVI/MPR-RI/1998 tentang Politik Ekonomi dalam rangka Demokrasi Ekonomi, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah perlu diberdayakan sebagai bagian integral ekonomi rakyat yang mempunyai kedudukan, peran, dan potensi strategis untuk mewujudkan struktur perekonomian nasional yang makin seimbang, berkembang, dan berkeadilan; c. bahwa pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagaimana dimaksud dalam huruf b, perlu diselenggarakan secara menyeluruh, optimal, dan berkesinambungan melalui pengembangan iklim yang kondusif, pemberian kesempatan berusaha, dukungan, perlindungan, dan pengembangan usaha seluas-luasnya, sehingga mampu meningkatkan kedudukan, peran, dan potensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam mewujudkan pertumbuhan ekonomi, pemerataan dan peningkatan pendapatan rakyat, penciptaan lapangan kerja, dan pengentasan kemiskinan; d. bahwa sehubungan dengan perkembangan lingkungan perekonomian yang semakin dinamis dan global, UndangUndang Nomor 9 Tahun 1995 tentang Usaha Kecil, yang hanya mengatur Usaha Kecil perlu diganti, agar Usaha Mikro,
201
Kecil, dan Menengah di Indonesia dapat memperoleh jaminan kepastian dan keadilan usaha; e. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf a, huruf b, huruf c, dan huruf d, perlu membentuk Undang-Undang tentang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Mengingat : Pasal 5 ayat (1), Pasal 20, Pasal 27 ayat (2), dan Pasal 33 Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945.
Dengan Persetujuan Bersama DEWAN PERWAKILAN RAKYAT REPUBLIK INDONESIA dan PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA
MEMUTUSKAN: Menetapkan : UNDANG-UNDANG TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH.
BAB I KETENTUAN UMUM
Pasal 1 Dalam Undang-Undang ini yang dimaksud dengan: 1. Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria Usaha Mikro sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. 2. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari Usaha
202
Menengah atau Usaha Besar yang memenuhi kriteria Usaha Kecil sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang ini. 3. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau Usaha Besar dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan sebagaimana diatur dalam Undang-Undang ini. 4. Usaha Besar adalah usaha ekonomi produktif yang dilakukan oleh badan usaha dengan jumlah kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan lebih besar dari Usaha Menengah, yang meliputi usaha nasional milik negara atau swasta, usaha patungan, dan usaha asing yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia. 5. Dunia Usaha adalah Usaha Mikro, Usaha Kecil, Usaha Menengah, dan Usaha Besar yang melakukan kegiatan ekonomi di Indonesia dan berdomisili di Indonesia. 6. Pemerintah Pusat, selanjutnya disebut Pemerintah, adalah Presiden Republik Indonesia yang memegang kekuasaan pemerintahan Negara Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. 7. Pemerintah Daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. 8. Pemberdayaan adalah upaya yang dilakukan Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara sinergis dalam bentuk penumbuhan iklim dan pengembangan usaha terhadap Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga mampu tumbuh dan berkembang menjadi usaha yang tangguh dan mandiri. 9. Iklim Usaha adalah kondisi yang diupayakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah secara sinergis melalui penetapan berbagai peraturan perundang-undangan dan kebijakan di berbagai aspek kehidupan ekonomi agar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah memperoleh pemihakan, kepastian, kesempatan, perlindungan, dan dukungan berusaha yang seluas-luasnya. 10. Pengembangan adalah upaya yang dilakukan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah melalui pemberian fasilitas, bimbingan, pendampingan, dan bantuan perkuatan untuk menumbuhkan dan meningkatkan kemampuan dan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
203
11. Pembiayaan adalah penyediaan dana oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat melalui bank, koperasi, dan lembaga keuangan bukan bank, untuk mengembangkan dan memperkuat permodalan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. 12. Penjaminan adalah pemberian jaminan pinjaman Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah oleh lembaga penjamin kredit sebagai dukungan untuk memperbesar kesempatan memperoleh pinjaman dalam rangka memperkuat permodalannya. 13. Kemitraan adalah kerjasama dalam keterkaitan usaha, baik langsung maupun tidak langsung, atas dasar prinsip saling memerlukan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan yang melibatkan pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar. 14. Menteri adalah menteri yang tugas dan tanggung jawabnya di bidang Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. 15. Menteri Teknis adalah menteri yang secara teknis bertanggung jawab untuk mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam sektor kegiatannya.
BAB II ASAS DAN TUJUAN
Pasal 2 Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah berasaskan: a. kekeluargaan; b. demokrasi ekonomi; c. kebersamaan; d. efisiensi berkeadilan; e. berkelanjutan; f.
berwawasan lingkungan;
g. kemandirian; h. keseimbangan kemajuan; dan
204
i.
kesatuan ekonomi nasional. Pasal 3
Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bertujuan menumbuhkan dan mengembangkan usahanya dalam rangka membangun perekonomian nasional berdasarkan demokrasi ekonomi yang berkeadilan.
BAB III PRINSIP DAN TUJUAN PEMBERDAYAAN
Bagian Kesatu Prinsip Pemberdayaan
Pasal 4 Prinsip pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah: a. penumbuhan kemandirian, kebersamaan, dan kewirausahaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk berkarya dengan prakarsa sendiri; b. perwujudan kebijakan publik yang transparan, akuntabel, dan berkeadilan; c. pengembangan usaha berbasis potensi daerah dan berorientasi pasar sesuai dengan kompetensi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; d. peningkatan daya saing Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan e. penyelenggaraan perencanaan, pelaksanaan, dan pengendalian secara terpadu.
Bagian Kedua Tujuan Pemberdayaan
Pasal 5 Tujuan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah:
205
a. mewujudkan struktur perekonomian nasional yang seimbang, berkembang, dan berkeadilan; b. menumbuhkan dan mengembangkan kemampuan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjadi usaha yang tangguh dan mandiri; dan c. meningkatkan peran Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam pembangunan daerah, penciptaan lapangan kerja, pemerataan pendapatan, pertumbuhan ekonomi, dan pengentasan rakyat dari kemiskinan.
BAB IV KRITERIA
Pasal 6 (1) Kriteria Usaha Mikro adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah). (2) Kriteria Usaha Kecil adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50.000.000,00 (lima puluh juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300.000.000,00 (tiga ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah). (3) Kriteria Usaha Menengah adalah sebagai berikut: a. memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp500.000.000,00 (lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau b. memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2.500.000.000,00 (dua milyar lima ratus juta rupiah) sampai dengan paling banyak Rp50.000.000.000,00 (lima puluh milyar rupiah).
206
(4) Kriteria sebagaimana dimaksud pada ayat (1) huruf a, huruf b, dan ayat (2) huruf a, huruf b, serta ayat (3) huruf a, huruf b nilai nominalnya dapat diubah sesuai dengan perkembangan perekonomian yang diatur dengan Peraturan Presiden.
BAB V PENUMBUHAN IKLIM USAHA
Pasal 7 (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menumbuhkan Iklim Usaha dengan menetapkan peraturan perundang-undangan dan kebijakan yang meliputi aspek: a. pendanaan; b. sarana dan prasarana; c. informasi usaha; d. kemitraan; e. perizinan usaha; f.
kesempatan berusaha;
g. promosi dagang; dan h. dukungan kelembagaan. (2) Dunia Usaha dan masyarakat berperan serta secara aktif membantu menumbuhkan Iklim Usaha sebagaimana dimaksud pada ayat (1).
Pasal 8 Aspek pendanaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf a ditujukan untuk: a. memperluas sumber pendanaan dan memfasilitasi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk dapat mengakses kredit perbankan dan lembaga keuangan bukan bank; b. memperbanyak lembaga pembiayaan dan memperluas jaringannya sehingga dapat diakses oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
207
c. memberikan kemudahan dalam memperoleh pendanaan secara cepat, tepat, murah, dan tidak diskriminatif dalam pelayanan sesuai dengan ketentuan peraturan perundangundangan; dan d. membantu para pelaku Usaha Mikro dan Usaha Kecil untuk mendapatkan pembiayaan dan jasa/produk keuangan lainnya yang disediakan oleh perbankan dan lembaga keuangan bukan bank, baik yang menggunakan sistem konvensional maupun sistem syariah dengan jaminan yang disediakan oleh Pemerintah.
Pasal 9 Aspek sarana dan prasarana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf b ditujukan untuk: a. mengadakan prasarana umum yang dapat mendorong dan mengembangkan pertumbuhan Usaha Mikro dan Kecil; dan b. memberikan keringanan tarif prasarana tertentu bagi Usaha Mikro dan Kecil.
Pasal 10 Aspek informasi usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf c ditujukan untuk: a. membentuk dan mempermudah pemanfaatan bank data dan jaringan informasi bisnis; b. mengadakan dan menyebarluaskan informasi mengenai pasar, sumber pembiayaan, komoditas, penjaminan, desain dan teknologi, dan mutu; dan c. memberikan jaminan transparansi dan akses yang sama bagi semua pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah atas segala informasi usaha.
Pasal 11 Aspek kemitraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf d ditujukan untuk: a. mewujudkan kemitraan antar-Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; b. mewujudkan kemitraan antara Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar;
208
c. mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi usaha antar-Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; d. mendorong terjadinya hubungan yang saling menguntungkan dalam pelaksanaan transaksi usaha antara Usaha Mikro, Kecil, Menengah, dan Usaha Besar; e. mengembangkan kerjasama untuk meningkatkan posisi tawar Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; f.
mendorong terbentuknya struktur pasar yang menjamin persaingan usaha yang sehat dan melindungi konsumen; dan
tumbuhnya
g. mencegah terjadinya penguasaan pasar dan pemusatan usaha oleh orang perorangan atau kelompok tertentu yang merugikan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Pasal 12 (1) Aspek perizinan usaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf e ditujukan untuk: a. menyederhanakan tata cara dan jenis perizinan usaha dengan sistem pelayanan terpadu satu pintu; dan b. membebaskan biaya perizinan bagi Usaha Mikro dan memberikan keringanan biaya perizinan bagi Usaha Kecil. (2) Ketentuan lebih lanjut mengenai persyaratan dan tata cara permohonan izin usaha diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 13 (1) Aspek kesempatan berusaha sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf f ditujukan untuk: a. menentukan peruntukan tempat usaha yang meliputi pemberian lokasi di pasar, ruang pertokoan, lokasi sentra industri, lokasi pertanian rakyat, lokasi pertambangan rakyat, lokasi yang wajar bagi pedagang kaki lima, serta lokasi lainnya; b. menetapkan alokasi waktu berusaha untuk Usaha Mikro dan Kecil di subsektor perdagangan retail;
209
c. mencadangkan bidang dan jenis kegiatan usaha yang memiliki kekhususan proses, bersifat padat karya, serta mempunyai warisan budaya yang bersifat khusus dan turun-temurun; d. menetapkan bidang usaha yang dicadangkan untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah serta bidang usaha yang terbuka untuk Usaha Besar dengan syarat harus bekerja sama dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; e. melindungi usaha tertentu yang strategis untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; f.
mengutamakan penggunaan produk yang dihasilkan oleh Usaha Mikro dan Kecil melalui pengadaan secara langsung;
g. memprioritaskan pengadaan barang atau jasa dan pemborongan kerja Pemerintah dan Pemerintah Daerah; dan h. memberikan bantuan konsultasi hukum dan pembelaan. (2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pengawasan dan pengendalian oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
Pasal 14 (1) Aspek promosi dagang sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf g, ditujukan untuk: a. meningkatkan promosi produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di dalam dan di luar negeri; b. memperluas sumber pendanaan untuk promosi produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah di dalam dan di luar negeri; c. memberikan insentif dan tata cara pemberian insentif untuk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang mampu menyediakan pendanaan secara mandiri dalam kegiatan promosi produk di dalam dan di luar negeri; dan d. memfasilitasi pemilikan hak atas kekayaan intelektual atas produk dan desain Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam kegiatan usaha dalam negeri dan ekspor. (2) Pelaksanaan ketentuan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilakukan pengawasan dan pengendalian oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah.
210
Pasal 15 Aspek dukungan kelembagaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 7 ayat (1) huruf h ditujukan untuk mengembangkan dan meningkatkan fungsi inkubator, lembaga layanan pengembangan usaha, konsultan keuangan mitra bank, dan lembaga profesi sejenis lainnya sebagai lembaga pendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
BAB VI PENGEMBANGAN USAHA
Pasal 16 (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah memfasilitasi pengembangan usaha dalam bidang: a. produksi dan pengolahan; b. pemasaran; c. sumber daya manusia; dan d. desain dan teknologi. (2) Dunia usaha dan masyarakat berperan serta secara aktif melakukan pengembangan sebagaimana dimaksud pada ayat (1). (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pengembangan, prioritas, intensitas, dan jangka waktu pengembangan diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Pasal 17 Pengembangan dalam bidang produksi dan pengolahan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf a dilakukan dengan cara: a. meningkatkan teknik produksi dan pengolahan serta kemampuan manajemen bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; b. memberikan kemudahan dalam pengadaan sarana dan prasarana, produksi dan pengolahan, bahan baku, bahan penolong, dan kemasan bagi produk Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah;
211
c. mendorong penerapan standarisasi dalam proses produksi dan pengolahan; dan d. meningkatkan kemampuan rancang bangun dan perekayasaan bagi Usaha Menengah.
Pasal 18 Pengembangan dalam bidang pemasaran, sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf b dilakukan dengan cara: a. melaksanakan penelitian dan pengkajian pemasaran; b. menyebarluaskan informasi pasar; c. meningkatkan kemampuan manajemen dan teknik pemasaran; d. menyediakan sarana pemasaran yang meliputi penyelenggaraan uji coba pasar, lembaga pemasaran, penyediaan rumah dagang, dan promosi Usaha Mikro dan Kecil; e. memberikan dukungan promosi produk, jaringan pemasaran, dan distribusi; dan f.
menyediakan tenaga konsultan profesional dalam bidang pemasaran.
Pasal 19 Pengembangan dalam bidang sumber daya manusia sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf c dilakukan dengan cara: a. memasyarakatkan dan membudayakan kewirausahaan; b. meningkatkan keterampilan teknis dan manajerial; dan c. membentuk dan mengembangkan lembaga pendidikan dan pelatihan untuk melakukan pendidikan, pelatihan, penyuluhan, motivasi dan kreativitas bisnis, dan penciptaan wirausaha baru.
Pasal 20 Pengembangan dalam bidang desain dan teknologi sebagaimana dimaksud dalam Pasal 16 ayat (1) huruf d dilakukan dengan:
212
a. meningkatkan kemampuan pengendalian mutu;
di
bidang
desain
dan
teknologi
serta
b. meningkatkan kerjasama dan alih teknologi; c. meningkatkan kemampuan Usaha Kecil dan Menengah di bidang penelitian untuk mengembangkan desain dan teknologi baru; d. memberikan insentif kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang mengembangkan teknologi dan melestarikan lingkungan hidup; dan e. mendorong Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk memperoleh sertifikat hak atas kekayaan intelektual.
BAB VII PEMBIAYAAN DAN PENJAMINAN
Bagian Kesatu Pembiayaan dan Penjaminan Usaha Mikro dan Kecil
Pasal 21 (1) Pemerintah dan Pemerintah Daerah menyediakan pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil. (2) Badan Usaha Milik Negara dapat menyediakan pembiayaan dari penyisihan bagian laba tahunan yang dialokasikan kepada Usaha Mikro dan Kecil dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya. (3) Usaha Besar nasional dan asing dapat menyediakan pembiayaan yang dialokasikan kepada Usaha Mikro dan Kecil dalam bentuk pemberian pinjaman, penjaminan, hibah, dan pembiayaan lainnya. (4) Pemerintah, Pemerintah Daerah, dan Dunia Usaha dapat memberikan hibah, mengusahakan bantuan luar negeri, dan mengusahakan sumber pembiayaan lain yang sah serta tidak mengikat untuk Usaha Mikro dan Kecil. (5) Pemerintah dan Pemerintah Daerah dapat memberikan insentif dalam bentuk kemudahan persyaratan perizinan, keringanan tarif sarana dan prasarana, dan bentuk insentif lainnya yang sesuai dengan ketentuan peraturan
213
perundangundangan kepada dunia usaha yang menyediakan pembiayaan bagi Usaha Mikro dan Kecil.
Pasal 22 Dalam rangka meningkatkan sumber pembiayaan Usaha Mikro dan Usaha Kecil, Pemerintah melakukan upaya: a. pengembangan sumber pembiayaan dari kredit perbankan dan lembaga keuangan bukan bank; b. pengembangan lembaga modal ventura; c. pelembagaan terhadap transaksi anjak piutang; d. peningkatan kerjasama antara Usaha Mikro dan Usaha Kecil melalui koperasi simpan pinjam dan koperasi jasa keuangan konvensional dan syariah; dan e. pengembangan sumber pembiayaan lain sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan.
Pasal 23 (1) Untuk meningkatkan akses Usaha Mikro dan Kecil terhadap sumber pembiayaan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 22, Pemerintah dan Pemerintah Daerah: a. menumbuhkan, mengembangkan, dan memperluas jaringan lembaga keuangan bukan bank; b. menumbuhkan, mengembangkan, dan memperluas jangkauan lembaga penjamin kredit; dan c. memberikan kemudahan dan fasilitasi dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh pembiayaan. (2) Dunia Usaha dan masyarakat berperan serta secara aktif meningkatkan akses Usaha Mikro dan Kecil terhadap pinjaman atau kredit sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dengan cara: a. meningkatkan kemampuan menyusun studi kelayakan usaha; b. meningkatkan pengetahuan tentang prosedur pengajuan kredit atau pinjaman; dan
214
c. meningkatkan pemahaman dan keterampilan teknis serta manajerial usaha.
Bagian Kedua Pembiayaan dan Penjaminan Usaha Menengah
Pasal 24 Pemerintah dan Pemerintah Daerah melakukan pemberdayaan Menengah dalam bidang pembiayaan dan penjaminan dengan:
Usaha
a. memfasilitasi dan mendorong peningkatan pembiayaan modal kerja dan investasi melalui perluasan sumber dan pola pembiayaan, akses terhadap pasar modal, dan lembaga pembiayaan lainnya; dan b. mengembangkan lembaga penjamin kredit, dan meningkatkan fungsi lembaga penjamin ekspor.
BAB VIII KEMITRAAN
Pasal 25 (1) Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat memfasilitasi, mendukung, dan menstimulasi kegiatan kemitraan, yang saling membutuhkan, mempercayai, memperkuat, dan menguntungkan. (2) Kemitraan antar-Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan Kemitraan antara Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan Usaha Besar mencakup proses alih keterampilan di bidang produksi dan pengolahan, pemasaran, permodalan, sumber daya manusia, dan teknologi. (3) Menteri dan Menteri Teknis mengatur pemberian insentif kepada Usaha Besar yang melakukan kemitraan dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah melalui inovasi dan pengembangan produk berorientasi ekspor, penyerapan tenaga kerja, penggunaan teknologi tepat guna dan ramah lingkungan, serta menyelenggarakan pendidikan dan pelatihan.
215
Pasal 26 Kemitraan dilaksanakan dengan pola: a. inti-plasma; b. subkontrak; c. waralaba; d. perdagangan umum; e. distribusi dan keagenan; dan f.
bentuk-bentuk kemitraan lain, seperti: bagi hasil, kerjasama operasional, usaha patungan (joint venture), dan penyumberluaran (outsourching).
Pasal 27 Pelaksanaan kemitraan dengan pola inti-plasma sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf a, Usaha Besar sebagai inti membina dan mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, yang menjadi plasmanya dalam: a. penyediaan dan penyiapan lahan; b. penyediaan sarana produksi; c. pemberian bimbingan teknis produksi dan manajemen usaha; d. perolehan, penguasaan, dan peningkatan teknologi yang diperlukan; e. pembiayaan; f.
pemasaran;
g. penjaminan; h. pemberian informasi; dan i.
pemberian bantuan lain yang diperlukan bagi peningkatan efisiensi dan produktivitas dan wawasan usaha.
Pasal 28 Pelaksanaan kemitraan usaha dengan pola subkontrak sebagaimana dimaksud Pasal 26 huruf b, untuk memproduksi barang dan/atau jasa, Usaha Besar memberikan dukungan berupa:
216
a. kesempatan untuk mengerjakan sebagian produksi dan/atau komponennya; b. kesempatan memperoleh bahan baku yang diproduksi berkesinambungan dengan jumlah dan harga yang wajar;
secara
c. bimbingan dan kemampuan teknis produksi atau manajemen; d. perolehan, penguasaan, dan peningkatan teknologi yang diperlukan; e. pembiayaan dan pengaturan sistem pembayaran yang tidak merugikan salah satu pihak; dan f.
upaya untuk tidak melakukan pemutusan hubungan sepihak.
Pasal 29 (1) Usaha Besar yang memperluas usahanya dengan cara waralaba sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf c, memberikan kesempatan dan mendahulukan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang memiliki kemampuan. (2) Pemberi waralaba dan penerima waralaba mengutamakan penggunaan barang dan/atau bahan hasil produksi dalam negeri sepanjang memenuhi standar mutu barang dan jasa yang disediakan dan/atau dijual berdasarkan perjanjian waralaba. (3) Pemberi waralaba wajib memberikan pembinaan dalam bentuk pelatihan, bimbingan operasional manajemen, pemasaran, penelitian, dan pengembangan kepada penerima waralaba secara berkesinambungan.
Pasal 30 (1) Pelaksanaan kemitraan dengan pola perdagangan umum sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf d, dapat dilakukan dalam bentuk kerjasama pemasaran, penyediaan lokasi usaha, atau penerimaan pasokan dari Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah oleh Usaha Besar yang dilakukan secara terbuka. (2) Pemenuhan kebutuhan barang dan jasa yang diperlukan oleh Usaha Besar dilakukan dengan mengutamakan pengadaan hasil produksi Usaha Kecil atau Usaha Mikro sepanjang memenuhi standar mutu barang dan jasa yang diperlukan. (3) Pengaturan sistem pembayaran dilakukan dengan tidak merugikan salah satu pihak.
217
Pasal 31 Dalam pelaksanaan kemitraan dengan pola distribusi dan keagenan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 huruf e, Usaha Besar dan/atau Usaha Menengah memberikan hak khusus untuk memasarkan barang dan jasa kepada Usaha Mikro dan/atau Usaha Kecil.
Pasal 32 Dalam hal Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menyelenggarakan usaha dengan modal patungan dengan pihak asing, berlaku ketentuan sebagaimana diatur dalam peraturan perundangundangan.
Pasal 33 Pelaksanaan kemitraan usaha yang berhasil, antara Usaha Besar dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dapat ditindaklanjuti dengan kesempatan pemilikan saham Usaha Besar oleh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
Pasal 34 (1) Perjanjian kemitraan dituangkan dalam perjanjian tertulis yang sekurangkurangnya mengatur kegiatan usaha, hak dan kewajiban masing-masing pihak, bentuk pengembangan, jangka waktu, dan penyelesaian perselisihan. (2) Perjanjian kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaporkan kepada pihak yang berwenang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. (3) Perjanjian kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak boleh bertentangan dengan prinsip dasar kemandirian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah serta tidak menciptakan ketergantungan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah terhadap Usaha Besar. (4) Untuk memantau pelaksanaan kemitraan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan (2), Menteri dapat membentuk lembaga koordinasi kemitraan usaha nasional dan daerah.
218
Pasal 35 (1) Usaha Besar dilarang memiliki dan/atau menguasai Usaha Mikro, Kecil, dan/atau Menengah sebagai mitra usahanya dalam pelaksanaan hubungan kemitraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26. (2) Usaha Menengah dilarang memiliki dan/atau menguasai Usaha Mikro dan/atau Usaha Kecil mitra usahanya.
Pasal 36 (1) Dalam melaksanakan kemitraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 para pihak mempunyai kedudukan hukum yang setara dan terhadap mereka berlaku hukum Indonesia. (2) Pelaksanaan kemitraan diawasi secara tertib dan teratur oleh lembaga yang dibentuk dan bertugas untuk mengawasi persaingan usaha sebagaimana diatur dalam peraturan perundang-undangan.
Pasal 37 Ketentuan lebih lanjut mengenai pola kemitraan sebagaimana dimaksud dalam Pasal 26 diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB IX KOORDINASI DAN PENGENDALIAN PEMBERDAYAAN USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
Pasal 38 (1) Menteri melaksanakan koordinasi dan pengendalian pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. (2) Koordinasi dan pengendalian pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan secara nasional dan daerah yang meliputi: penyusunan dan pengintegrasian kebijakan dan program, pelaksanaan, pemantauan, evaluasi, serta pengendalian umum terhadap pelaksanaan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, termasuk
219
penyelenggaraan kemitraan usaha dan pembiayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai penyelenggaraan koordinasi dan pengendalian pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah diatur dengan Peraturan Pemerintah.
BAB X SANKSI ADMINISTRATIF DAN KETENTUAN PIDANA
Bagian Kesatu Sanksi Administratif
Pasal 39 (1) Usaha Besar yang melanggar ketentuan Pasal 35 ayat (1) dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin usaha dan/atau denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah) oleh instansi yang berwenang. (2) Usaha Menengah yang melanggar ketentuan Pasal 35 ayat (2) dikenakan sanksi administratif berupa pencabutan izin usaha dan/atau denda paling banyak Rp5.000.000.000,00 (lima milyar rupiah) oleh instansi yang berwenang. (3) Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara pemberian sanksi administratif sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dan ayat (2) diatur dengan Peraturan Pemerintah.
Bagian Kedua Ketentuan Pidana
Pasal 40 Setiap orang yang menguntungkan diri sendiri atau orang lain dengan mengaku atau memakai nama Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sehingga mendapatkan kemudahan untuk memperoleh dana, tempat usaha, bidang dan kegiatan usaha,
220
atau pengadaan barang dan jasa untuk pemerintah yang diperuntukkan bagi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dipidana dengan pidana penjara paling lama 5 (lima) tahun dan pidana denda paling banyak Rp10.000.000.000,00 (sepuluh milyar rupiah).
BAB XI KETENTUAN PENUTUP
Pasal 41 Peraturan Pemerintah sebagai pelaksanaan Undang-Undang ini ditetapkan paling lambat 12 (dua belas) bulan atau 1 (satu) tahun sejak Undang-Undang ini diundangkan.
Pasal 42 Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 9 tahun 1995 tentang Usaha Kecil (Lembaran Negara Republik Indonesia Tahun 1995 Nomor 74, Tambahan Lembaran Negara Tahun 1995 Nomor 3611) dicabut dan dinyatakan tidak berlaku.
Pasal 43 Pada saat Undang-Undang ini mulai berlaku, semua peraturan perundangundangan yang berkaitan dengan Usaha Kecil dan Menengah dinyatakan masih berlaku sepanjang tidak bertentangan dengan ketentuan dalam Undang-Undang ini.
Pasal 44 Undang-Undang ini mulai berlaku pada tanggal diundangkan. Agar setiap orang mengetahuinya, memerintahkan pengundangan UndangUndang ini dengan penempatannya dalam Lembaran Negara Republik Indonesia.
221
Disahkan di Jakarta pada tanggal 4 Juli 2008
PRESIDEN REPUBLIK INDONESIA,
ttd
DR. H. SUSILO BAMBANG YUDHOYONO
Diundangkan di Jakarta pada tanggal 4 Juli 2008
MENTERI HUKUM DAN HAK ASASI MANUSIA REPUBLIK INDONESIA,
ttd
ANDI MATTALATTA
Salinan sesuai dengan aslinya
SEKRETARIAT NEGARA RI Kepala Biro Peraturan Perundangundangan Bidang Perekonomian dan Industri,
222
Setio Sapto Nugroho
LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA TAHUN 2008 NOMOR 93
PENJELASAN ATAS UNDANG-UNDANG REPUBLIK INDONESIA NOMOR 20 TAHUN 2008 TENTANG USAHA MIKRO, KECIL, DAN MENENGAH
I.
UMUM Pembangunan nasional bertujuan untuk mewujudkan masyarakat adil dan makmur yang merata material dan spiritual berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia yang merdeka, bersatu, dan berkedaulatan rakyat dalam suasana perikehidupan bangsa yang aman, tertib, dan dinamis dalam lingkungan yang merdeka, bersahabat, dan damai. Pembangunan nasional yang mencakup seluruh aspek kehidupan bangsa diselenggarakan bersama oleh masyarakat dan pemerintah. Masyarakat menjadi pelaku utama pembangunan, dan pemerintah berkewajiban mengarahkan, membimbing, melindungi, serta menumbuhkan suasana dan iklim yang menunjang. Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan kegiatan usaha yang mampu memperluas lapangan kerja dan memberikan pelayanan ekonomi secara luas kepada masyarakat, dan dapat berperan dalam proses pemerataan dan
223
peningkatan pendapatan masyarakat, mendorong pertumbuhan ekonomi, dan berperan dalam mewujudkan stabilitas nasional. Selain itu, Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah adalah salah satu pilar utama ekonomi nasional yang harus memperoleh kesempatan utama, dukungan, perlindungan dan pengembangan seluas-luasnya sebagai wujud keberpihakan yang tegas kepada kelompok usaha ekonomi rakyat, tanpa mengabaikan peranan Usaha Besar dan Badan Usaha Milik Negara. Meskipun Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah telah menunjukkan peranannya dalam perekonomian nasional, namun masih menghadapi berbagai hambatan dan kendala, baik yang bersifat internal maupun eksternal, dalam hal produksi dan pengolahan, pemasaran, sumber daya manusia, desain dan teknologi, permodalan, serta iklim usaha. Untuk meningkatkan kesempatan, kemampuan, dan perlindungan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, telah ditetapkan berbagai kebijakan tentang pencadangan usaha, pendanaan, dan pengembangannya namun belum optimal. Hal itu dikarenakan kebijakan tersebut belum dapat memberikan perlindungan, kepastian berusaha, dan fasilitas yang memadai untuk pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Sehubungan dengan itu Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah perlu diberdayakan dengan cara: a. penumbuhan iklim usaha yang mendukung pengembangan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah; dan b. pengembangan dan pembinaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Sebagai upaya untuk meningkatkan kemampuan dan peran serta kelembagaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dalam perekonomian nasional, maka pemberdayaan tersebut perlu dilaksanakan oleh Pemerintah, Pemerintah Daerah, Dunia Usaha, dan masyarakat secara menyeluruh, sinergis, dan berkesinambungan. Dalam memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah, seluruh peraturan perundang-undangan yang berkaitan dengan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah merupakan suatu kesatuan yang saling melengkapi dengan Undang-Undang ini. Undang-Undang ini disusun dengan maksud untuk memberdayakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Secara umum struktur dan materi dari UndangUndang ini memuat tentang ketentuan umum, asas, prinsip dan tujuan pemberdayaan, kriteria, penumbuhan iklim usaha, pengembangan usaha, pembiayaan dan penjaminan, kemitraan, dan koordinasi pemberdayaan, sanksi administratif dan ketentuan pidana.
224
II. PASAL DEMI PASAL Pasal 1 Cukup jelas. Pasal 2 Huruf a Yang dimaksud dengan “asas kekeluargaan” adalah asas yang melandasi upaya pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagai bagian dari perekonomian nasional yang diselenggarakan berdasar atas demokrasi ekonomi dengan prinsip kebersamaan, efisiensi berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan, kemandirian, keseimbangan kemajuan, dan kesatuan ekonomi nasional untuk kesejahteraan seluruh rakyat Indonesia. Huruf b Yang dimaksud dengan “asas demokrasi ekonomi” adalah pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah diselenggarakan sebagai kesatuan dari pembangunan perekonomian nasional untuk mewujudkan kemakmuran rakyat. Huruf c Yang dimaksud dengan “asas kebersamaan” adalah asas yang mendorong peran seluruh Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dan Dunia Usaha secara bersama-sama dalam kegiatannya untuk mewujudkan kesejahteraan rakyat. Huruf d Yang dimaksud dengan "asas efisiensi berkeadilan" adalah asas yang mendasari pelaksanaan pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah dengan mengedepankan efisiensi berkeadilan dalam usaha untuk mewujudkan iklim usaha yang adil, kondusif, dan berdaya saing. Huruf e Yang dimaksud dengan “asas berkelanjutan” adalah asas yang secara terencana mengupayakan berjalannya proses pembangungan melalui pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang dilakukan secara
225
berkesinambungan sehingga terbentuk perekonomian yang tangguh dan mandiri. Huruf f Yang dimaksud dengan "asas berwawasan lingkungan" adalah asas pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang dilakukan dengan tetap memperhatikan dan mengutamakan perlindungan dan pemeliharaan lingkungan hidup. Huruf g Yang dimaksud dengan "asas kemandirian" adalah asas pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang dilakukan dengan tetap menjaga dan mengedepankan potensi, kemampuan, dan kemandirian Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Huruf h Yang dimaksud dengan "asas keseimbangan kemajuan" adalah asas pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang berupaya menjaga keseimbangan kemajuan ekonomi wilayah dalam kesatuan ekonomi nasional. Huruf i Yang dimaksud dengan "asas kesatuan ekonomi nasional" adalah asas pemberdayaan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang merupakan bagian dari pembangunan kesatuan ekonomi nasional. Pasal 3 Cukup jelas. Pasal 4 Cukup jelas. Pasal 5 Cukup jelas. Pasal 6 Ayat (1) Huruf a
226
Yang dimaksud dengan “kekayaan bersih” adalah hasil pengurangan total nilai kekayaan usaha (aset) dengan total nilai kewajiban, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Huruf b Yang dimaksud dengan ”hasil penjualan tahunan” adalah hasil penjualan bersih (netto) yang berasal dari penjualan barang dan jasa usahanya dalam satu tahun buku. Ayat (2) Cukup jelas. Ayat (3) Cukup jelas. Ayat (4) Cukup jelas. Pasal 7 Cukup jelas.
Pasal 8 Cukup jelas.
Pasal 9 Huruf a Cukup jelas. Huruf b Yang dimaksud dengan “memberikan keringanan tarif prasarana tertentu” adalah pembedaan perlakuan tarif berdasarkan ketetapan Pemerintah dan Pemerintah Daerah baik yang secara langsung maupun tidak langsung dengan memberikan keringanan.
Pasal 10
227
Huruf a Yang dimaksud dengan “bank data dan jaringan informasi bisnis” adalah berbagai pusat data bisnis dan sistem informasi bisnis yang dimiliki pemerintah atau swasta. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas.
Pasal 11 Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Posisi tawar dalam ketentuan ini dimaksudkan agar dalam melakukan kerjasama usaha dengan pihak lain mempunyai posisi yang sepadan dan saling menguntungkan. Huruf f Cukup jelas. Huruf g Penguasaan pasar dan pemusatan usaha harus dicegah agar tidak merugikan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah.
228
Pasal 12 Ayat (1) Huruf a Yang dimaksud dengan ”menyederhanakan tata cara dan jenis perizinan”, adalah memberikan kemudahan persyaratan dan tata cara perizinan serta informasi yang seluas-luasnya. Yang dimaksud dengan “sistem pelayanan terpadu satu pintu” adalah proses pengelolaan perizinan usaha yang dimulai dari tahap permohonan sampai dengan tahap terbitnya dokumen, dilakukan dalam satu tempat berdasarkan prinsip pelayanan sebagai berikut: a. kesederhanaan dalam proses; b. kejelasan dalam pelayanan; c. kepastian waktu penyelesaian; d. kepastian biaya; e. keamanan tempat pelayanan; f.
tanggung jawab petugas pelayanan;
g. kelengkapan sarana dan prasarana pelayanan; h. kemudahan akses pelayanan; dan i.
kedisiplinan, kesopanan, dan keramahan pelayanan.
Huruf b Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas.
Pasal 13 Ayat (1) Huruf a Cukup jelas.
229
Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Cukup jelas. Huruf f Cukup jelas. Huruf g Yang dimaksud dengan ”memprioritaskan” adalah untuk memberdayakan Usaha Kecil dan Menengah sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan. Huruf h Cukup jelas. Ayat (2) Cukup jelas.
Pasal 14 Cukup jelas.
Pasal 15 Yang dimaksud dengan “inkubator” adalah lembaga yang menyediakan layanan penumbuhan wirausaha baru dan perkuatan akses sumber daya kemajuan usaha kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah sebagai mitra usahanya. Inkubator yang dikembangkan meliputi: inkubator teknologi, bisnis, dan inkubator lainnya sesuai dengan potensi dan sumber daya ekonomi lokal.
230
Yang dimaksud dengan “lembaga layanan pengembangan usaha” (bussines development services-providers) adalah lembaga yang memberikan jasa konsultasi dan pendampingan untuk mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah. Yang dimaksud dengan ”konsultan keuangan mitra bank” adalah konsultan pada lembaga pengembangan usaha yang tugasnya melakukan konsultasi dan pendampingan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah agar mampu mengakses kredit perbankan dan/atau pembiayaan dari lembaga keuangan selain bank.
Pasal 16 Cukup jelas.
Pasal 17 Huruf a Cukup jelas. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Ketentuan ini dimaksudkan agar terdapat konsistensi dalam menjaga kualitas produk. Huruf d Yang dimaksud dengan ”kemampuan rancang kemampuan untuk mendesain suatu kegiatan usaha.
bangun”
adalah
Yang dimaksud dengan “kemampuan perekayasaan” (engineering) adalah kemampuan untuk mengubah suatu proses, atau cara pembuatan suatu produk dan/atau jasa.
Pasal 18 Huruf a
231
Penelitian dan pengkajian pemasaran yang dilakukan oleh Pemerintah dan Pemerintah Daerah meliputi kegiatan pemetaan potensi dan kekuatan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah yang ditujukan untuk menetapkan kebijakan Pemerintah dan Pemerintah Daerah guna pengembangan usaha serta perluasan dan pembukaan usaha baru. Huruf b Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Cukup jelas. Huruf f Cukup jelas.
Pasal 19 Cukup jelas. Pasal 20 Cukup jelas.
Pasal 21 Cukup jelas.
Pasal 22 Huruf a Cukup jelas. Huruf b
232
Cukup jelas. Huruf c Cukup jelas. Huruf d Cukup jelas. Huruf e Dalam rangka pelaksanaan kegiatan pembiayaan untuk Usaha Mikro berdasarkan Undang-Undang ini dapat dikembangkan lembaga keuangan untuk Usaha Mikro sesuai dengan peraturan perundang-undangan.
Pasal 23 Cukup jelas.
Pasal 24 Cukup jelas.
Pasal 25 Cukup jelas.
Pasal 26 Cukup jelas.
Pasal 27 Cukup jelas.
Pasal 28 Cukup jelas.
233
Pasal 29 Cukup jelas.
Pasal 30 Cukup jelas.
Pasal 31 Cukup jelas.
Pasal 32 Cukup jelas.
Pasal 33 Yang dimaksud dengan ”kesempatan pemilikan saham” adalah bahwa Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah mendapat prioritas dalam kepemilikan saham Usaha Besar yang terbuka (go public).
Pasal 34 Cukup jelas.
Pasal 35 Cukup jelas.
Pasal 36 Cukup jelas.
234
Pasal 37 Cukup jelas.
Pasal 38 Cukup jelas.
Pasal 39 Cukup jelas.
Pasal 40 Cukup jelas.
Pasal 41 Cukup jelas.
Pasal 42 Cukup jelas.
Pasal 43 Cukup jelas.
Pasal 44 Cukup jelas.
TAMBAHAN LEMBARAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA NOMOR 4866
235
DAFTAR RIWAYAT HIDUP PENELITI
Nama
: Pradytia Herlyansah
NIM
: 6661120495
Tempat, Tanggal Lahir
: Bandung, 11 Juni 1994
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Agama
: Islam
Alamat
: Tangerang
Latar belakang pendidikan SD
: SD Negeri Periuk 06 Tangerang
SMP
: SMPIT Asy-Syukriyyah
SMA
: SMA Negeri 2 Kota Tangerang
KULIAH
: Ilmu Administrasi Negara, Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik, Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Pengalaman Organisasi 1. Futsal SMAN 2 Kota Tangerang 2011 2. BEM FISIP UNTIRTA 2015 3. HIJAS AN-NABAWI BANJAR WIJAYA 2015