Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Adminstrasi Negara Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
IMPLEMENTASI KEBIJAKAN PAJAK PENGALIHAN BEA PEROLEHAN HAK ATAS TANAH DAN BANGUNAN (BPHTB) DI KABUPATEN LANDAK Oleh: NAVOLLION NIM. E01110008 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik Universitas Tanjungpura Pontianak. Tahun 2015 Email:
[email protected]
Abstrak Permasalahan dalam implementasi kebijakan BPHTB di Kabupaten Landak yang belum optimal adalah naik turunnya penerimaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) efek dari implementasi kebijakan pajak pengalihan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) di Kabupaten Landak. Adapun penelitian ini bertujuan mencari faktor penyebab naik turunnya penerimaan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB) efek dari implementasi kebijakan pajak pengalihan bea perolehan hak atas tanah dan bangunan (BPHTB). Teori yang digunakan adalah teori Van Meter dan Van Horn sebagai pisau analisa dengan enam faktor yang memengaruhi keberhasilan implementasi kebijakan, antara lain Standar dan sasaran kebijakan, Sumber daya, Hubungan antar birokrasi, Karakteristik agen pelaksana, Disposisi implementor, Kondisi sosial, ekonomi dan politik. Metode dalam penelitian ini adalah metode penelitian kualitatif perspektif deskriptif. Dengan hasil antara lain mendapati ada kecenderungan sasaran dari kampanye yang dilakukan oleh pihak DISPENDA Kabupaten Landak kurang merata hingga lapis bawah, tingginya standar NPOPTKP (Nilai Pokok Objek Pajak Tidak Kena Pajak) yang telah ditetapkan oleh pemerintah pusat, kurang optimalnya penggunaan teknologi informasi diakibatkan rendahnya kualitas SDM, kemudian masih terdapat kelemahan dalam mengatur dan mengawasi kinerja pegawai DISPENDA dan masih kurang intens dalam menyerap informasi berupa permasalahan dari lapangan, kemudian urgensi dari penyerahan data-data tentang tanah dan bangunan, termasuk NJOP (Nilai jual Objek Pajak) sekaligus ZNT (Zona Nilai Tanah) dari lembaga terkait yang pernah melakukan pemungutan BPHTB, kemudian ada hubungan positif antara pertumbuhan penduduk yang berada di Kabupaten Landak terhadap penerimaan BPHTB, ada kecenderungan masyarakat dalam membayar pajaknya lebih rendah (moral hazard), ada hubungan positif antara laju pertumbuhan ekonomi terhadap penerimaan BPHTB, dari kondisi sosial, Kabupaten Landak berada pada rata-rata kondisi sosial dari kondisi sosial di Provinsi Kalimantan Barat, dan kondisi politik saat ini masih kental dengan politik identitas. Saran dalam penelitian ini yakni antara kepadatan penduduk, ketersediaan barang didaerah dan pertumbuhan ekonomi merupakan sesuatu yang positif untuk dijadikan peluang demi meningkatan penerimaan pajak. Mengembangkan sumber daya manusia. Lebih intensif dalam membangun jaringan antar lembaga baik secara horizontal maupun vertikal agar terjadi transfer knowledge. Kata-kata Kunci: Implementasi kebijakan, Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), Faktorfaktor naik turunnya Pendapatan BPHTB.
Abstract Problems policy implementation TARLB in Landak District isn’t optimal is the rise and fall admission tax for acquisition of land and buildings (TARLB) the effects of policy implementation transfer tax fees for acquisition of land and buildings (TARLB) in the Landak District. As this study aims to find the factors causing the rise and fall admission fees for acquisition of land and buildings (TARLB) the effects of policy implementation transfer tax fees for acquisition of land and buildings (TARLB). The theory used is the theory of Van Meter and Van Horn as an analytic tool with six factors that affect the successful implementation of policies, such as standards and policy goals, resources, relationships between bureaucracy, characteristic of the executing agency, Disposition implementor, social conditions, economic and political. The method in this research is descriptive research method qualitative perspective. With the result, among others, have no inclination target of a campaign
1 NAVOLLION, NIM. E01110008 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Adminstrasi Negara Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
conducted by the Local Revenue Ministry of Landak Regency less evenly until the lower layer, the high standard of VPOTT (Value Principal Objects Taxes Taxable) as determined by the central government, less optimal use of information technology due to the low quality HR, then there are still weaknesses in managing and supervising the performance of employees Local Revenue Ministry and still less intense to absorb information as the problems from the field, then the urgency submission of data about land and buildings, including SVTO (sale value of tax object) and ZNT (Zone Value Land) from the relevant institutions that have done to get TARLB, then there is a positive relationship between the growth of population Landak District against TARLB, there is a tendency for people to pay their taxes lower (moral hazard), there is a positive relationship between economic growth against TARLB, social conditions of Landak District is on the average social conditions of the social conditions in West Kalimantan Province, and the political situation is still thick with identity politics. Suggestions in this research that the population density, availability of goods areas and economic growth is something positive to be used as an opportunity for the sake of increasing tax revenue. Develop human resources. More intensive in building inter-agency networks both horizontally and vertically to enable the transfer of knowledge. Keywords:
Implementation of policy, Taxs Acquisition of Land Rights and Buildings (TARLB), factors rise and fall of income TARLB.
Adapun
A. PENDAHULUAN
latar
penyempurnaan
Undang-Undang Nomor 28 Tahun 2009
tentang
PDRD
penyempurnaan tentang
dari
Pajak
merupakan
Undang-undang
Daerah
dan
Retribusi
Daerah,yang sebelumnya diatur dalam UU No. 34 Tahun 2000, oleh Departemen
belakang terhadap
dilakukan undang-undang
PDRD itu antara lain bahwa pada awal otonomi daerah Pendapatan Asli Daerah (PAD) masih rendah, basis pajak daerah yang dikelola daerah masih sangat terbatas, penerapan cara dalam pemungutan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah yang masih menggunakan mekanisme daftar terbuka (Open List), sistem pengawasan yang
Keuangan Republik Indonesia, Direktorat
represif dan tidak ada sanksi bagi yang
Jendral Perimbangan Keuangan, Direktorat
melanggar. Hal tersebut dijelaskan pada tabel
Pajak
dibawah ini tentang apa saja perubahan yang
Daerah
Daerah.Amandemen
dan
Retribusi
UU
No.34/2000
dilakukan:
menjadi UU No. 28/2009 bertujuan untuk memperbaiki sistem pemungutan pajak daerah dan retribusi daerah, penguatan pajak daerah (local taxing power) dan meningkatkan pungutan
efektivitas
daerah
serta
pengawasan penyempurnaan
pengelolaan Pajak Daerah dan Retribusi Daerah.
2 NAVOLLION, NIM. E01110008 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Adminstrasi Negara Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Kemudian, Peraturan Bupati Landak
Semenjak
kebijakan
PDRD
Nomor 5 Tahun 2011 tentang Sistem Dan
diimplementasikan kepada daerah, terjadi
Prosedur Pemungutan Bea Perolehan Hak
peningkatan target dan realisasi pendapatan
Atas Tanah dan Bangunan Kabupaten
asli daerah Kabupaten Landak berdasarkan
Landak, Pemerintah Kabupaten Landak
data yang diperoleh dari DISPENDA Kab.
mengatur objek apa saja yang dapat
Landak Januari 2015, seperti pada tahun
dikenakan pajak BPHTB sesuai dengan
2010 (belum BPHTB) target perolehan
potensi dan ketentuan yang berlaku, yang
2.440.003.186, sedangan realisasi perolehan
kemudian diatur dalam Perda Kabupaten
3.320.847.610,
maka
kelebihan
Landak No. 3/2011 ayat 1, 2 dan 3 pasal 3.
(+)880.844.424
dengan
efektivitas
Selanjutnya, untuk menghitung besaran
136,10%. Pada tahun 2011 target BPHTB
tarif pajak BPHTB sehingga menjadi pokok
11.801.088.196
sedangkan
realisasi
pajak terhutang sesuai dengan pasal 8 Perda
12.425.342.724
maka
kelebihan
No. 3/2011 diformulasikan kedalam NPOP-
(+)624.254.528
dengan
efektivitas
NPOPTKP dikalikan 5% (lima persen)
105,29%. Tahun 2012 target BPHTB
maka akan tampak seperti contoh dibawah
12.152.311.625
ini:
12.343.239.558,95
maka
kelebihan
Contoh 1. Penghitungan pada ayat 1 pasal 7
(+)190.927.933,95
dengan
efektivitas
Perda No. 3/2011
101.57%. Tahun 2013 target BPHTB13.
Pokok Pajak Terhutang = Tarif Pajak x
111.621.128 realisasi 10.732.589.315,08
(nilai perolehan objek pajak – 60.000.000)
maka sisa terhutang (-) 2.379.031.812,92
= 5% x ( 70.000.000 – 60.000.000 )
dengan efektivitas 81,86%. Dan tahun 2014
= 5% x 10.000.000,-= 500.000,-
target BPHTB 50.066.143.947, realisasinya
Contoh 2. Penghitungan pada ayat 2 pasal 7 Perda No. 3/2011 Nilai Perolehan Objek Pajak harus
dan
realisasinya
sebesar 53.086.244.046,37 maka kelebihan (+)3.020.100.099,37
dan
efektivtas
106,03%.
lebih besar dari 300.000.000,-(Tiga Ratus
Dari data tersebut dapat dilihat
JutaRupiah) maka pajak terhutang dapat
bahwa pada tahun 2010 pendapatan asli
dipungut.
daerah
Pajak
Kab.
Landak
sebanyak
Rp.
Pokok Pajak Terhutang = Tatif
3.320.847.610, namun setelah implementasi
x (nilai perolehan objek pajak –
pajak daerah dan retribusi daerah pada
300.000.000)
tahun 2011 terjadi kenaikan yang cukup
= 5 % x ( 350.000.000 – 300.000.000 )
signifikan antara rentang tahun 2011-2014,
= 5 % x 50.000.000,-= 2.500.000,-
terlebih kenaikan tersebut dipicu oleh 3
NAVOLLION, NIM. E01110008 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Adminstrasi Negara Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
BPHTB. Kenaikan penerimaan BPHTB
(+)2.371.085.790
tidak lepas dari tingkat kepemilikan hak
105,37%.
dengan
efektivitas
guna usaha (HGU), selanjutnya berkaitan
Seperti yang terlihat pada data
dengan pajak hasil jual beli maupun sewa
diatas bahwa terjadi peningkatan terhadap
lahan yang dilakukan oleh perusahaan
penerimaan BPHTB, namun fluktuatif,
perkebunan sawit ataupun perseorangan,
karena ditahun 2011 realisasi BPHTB
tetapi untuk pembayaran HGU tersebut
sebesar
9.694.679.555,
ditahun
2012
hanya dilakukan sekali saja, namun untuk
sebesar
9.159.266.213,
ditahun
2013
pembayaran BPHTB dapat berlangsung
menurun sebesar 6.221.886.828 dan ketika
apabila terjadi peralihan hak. Sementara,
2014 sebesar 46.539.085.790. Dari tahun-
pajak properti masih stabil belum ada
tahun tersebut, terdapat realisasi yang tidak
kenaikan yang berarti, hanya pada tahun
sesuai dengan target
2014 saja mengalami kenaikan.Kenaikan
penetapan target dari penerimaan BPHTB
penerimaan BPHTB Kab.Landak dapat
antara lain adalah, akumulasi dari potensi
dilihat dari data penerimaan BPHTB pada
objek pajak sesuai perda no. 3/2011 ayat 1,
tahun
2014
2 dan 3. Ternyata naik turun penerimaan
Kab.
pajak BPHTB tersebut disebabkan oleh
Landak Januari 2015 secara berturut-turut
pembayaran pengalihan hak atas tanah dan
sebagai berikut, Pada tahun 2011 target
bangunan yang hanya sekali dilakukan oleh
BPHTB
perusahaan saat diawal pengurusan izin,
2011
berdasarkan
realisasinya
sampai sumber
dengan
DISPENDA
10.000.000.000
sisa
dan kemudian dikenakan pajak kembali
dengan
apabila terjadi transaksi jual beli atau sewa
efektivitas 96,95%, pada tahun 2012 target
atas peralihan hak tanah atau bangunan
BPHTB
sedangan
menjadi hak pakai ataupun hak kelola yang
realisasinya 9.159.266.213 maka kelebihan
apabila nilai jual objek pajak yang dialihkan
(+)159.266.213
lebih besar daripada nilai pokok objek pajak
terhutang
9.694.679.555
sedangkan
(-)
maka
karena landasan
305.320.445
9.000.000.000
dengan
efektivitas
101,77%, pada tahun 2013 target BPHTB
tidak
10.000.000.000
Rp.60.000.000,00.Kedua asumsi
dan
realisasinya
kena
penulis
karena
(-)3.778.113.172
efektivitas
penerimaan BPHTB di Kabupaten Landak,
62,22%, dan pada tahun 2014 target
adalah mengenai permasalahan yang sedang
BPHTB 44.168.000.000 dan realisasinya
terjadi saat proses implementasi Perda No.
46.539.085.790
3/2011 tentang BPHTB Kabupaten Landak,
maka
kelebihan
fenomena
sebesar
6.221.886.828 maka sisa terhutang sebesar dengan
adanya
pajak
fluktuasi
yaitu bahwa besarnya nilai pokok objek 4 NAVOLLION, NIM. E01110008 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Adminstrasi Negara Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
pajak tidak kena pajak (NPOPTKP) yang
B. TINJAUAN PUSTAKA
ditetapkan berdasarkan ketentuan kebijakan utama yaitu UU No. 28/2009 sebesar Rp.
1.
Pengertian Kebijakan Publik
60.000.000,00 menjadi penyebab lain dari
Pada umumnya kebijakan dapat
naik turunnya penerimaan BPHTB di
dibedakan
Kabupaten Landak, hal itu karena nilai
regulatory, yaitu yang mengatur perilaku
NPOPTKP dinilai terlalu besar.Beranjak
orang,
dari 2 jawaban sementara yang penulis
mendistribusikan kembali kekayaan yang
jelaskan adalah pertanyaan apakah masih
ada, atau mengambil kekayaan dari yang
ada faktor-faktor lain yang menyebabkan
kaya lalu memberikannya kepada yang
naik turunnya penerimaan tersebut. Untuk
miskin,
menjawab
permasalahan
melakukan distribusi atau memberikan
berdasarkan pada fenomena tersebut, maka
akses yang sama terhadap sumber daya
penulis merasa perlu untuk melakukan
tertentu dan terakhir adalah constituent,
penelitian guna mengidentifikasi faktor-
yaitu ditujukan untuk melindungi negara.
faktor
pertanyaan
real
penyebab
fenomena
atas
empat
bentuk
redistributive,
selanjutnya
yaitu
yaitu
distributive
yaitu
naik
turunnya penerimaan BPHTB di Kabupaten
2.
Landak dengan mengambil tema penelitian
Teori Van Metter dan Van Horn Standar dan sasaran kebijakan
yakni mengenai faktor-faktor penyebab
Standar dan sasaran kebijakan harus
naik turunnya penerimaan pajak perolehan
jelas
hak atas tanah dan bangunan saat proses
direalisasikan.
implementasi
kebijakan kabur, maka akan terjadi multi
kebijakan
peralihan
bea
dan
terukur
sehingga
Apabila
interpretasi
(BPHTB) di Kabupaten Landak. Fokus
konflik diantara para agen implementasi.
penelitian
faktor-faktor
Implementasi yang efektif terjadi apabila
penyebab naik turunnya penerimaan bea
para pembuat keputusan sudah mengetahui
perolehan hak atas tanah dan bangunan
apa
(BPHTB) efek dari implementasi kebijakan
Pengetahuan atas apa yang akan mereka
pajak bea perolehan hak atas tanah dan
terima kerjakan dapat berjalan dengan baik.
mengenai
yang
mudah
dan
perolehan hak atas tanah dan bangunan
ini
dan
standar
dapat
akan
menimbulkan
mereka
kerjakan.
bangunan (BPHTB) di Kabupaten Landak dengan rumusan permasalahan mengapa implementasi
kebijakan
BPHTB
Kabupaten Landak belum optimal?
di
3.
Sumber daya Implementasi
kebijakan
perlu
dukungan sumber daya, baik sumber daya manusia
maupun
sumber
daya
non 5
NAVOLLION, NIM. E01110008 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Adminstrasi Negara Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
manusia.
Hal
kecakapan
ini
berkenaan
pelaksana
dengan
kebijakan
publik
untuk carry out (melaksanakan) kebijakan
dan informal suatu badan dengan badan “pembuat
keputusan”
atau
“pelaksana
keputusan”.
secara efektif. Namun keberhasilan proses implementasi kebijakan sangat bergantung
5.
Hubungan Antar Birokrasi
dari kemampuan sumber daya manusia yang
merupakan
sumber
daya
yang
Hubungan antar birokrasi
lebih
berkenaan dengan komunikasi yang terjadi
terpenting dalam menentukan suatu proses
antar
keberhasilan proses implementasi. Tahap-
kebijakan harus dikomunikasikan pada
tahap
organisasi atau publik serta ketersediaan
tertentu
dari
eseluruhan
proses
pelaksana
daya
kebijakan.Dimana
implementasi menurut adanya sumber daya
sumber
untuk
melaksanakan
manusia yang berkualitas sesuai dengan
kebijakan, sikap dan tanggap dari para
pekerjaan yang diisyaratkan oleh kebijakan
pihak yang terlibat dan struktur organisasi
yang telah ditetapkan.
pelaksana kebijakan.Menurut Van Meter dan Van Horn, implementasi yang berhasil
4.
serngkali
Karakteristik Agen Pelaksana Van
Meter
mengetengahkan mungkin
dan
dalam
mekanisme-
Van
Horn
mekanisme dan prsedur-prosedur lembaga.
unsur
yang
Hal
suatu
kemungkinan yang lebih besar bagi pejabat-
mengimplementaskan
pejabat tinggi (atasan) unutk mendorong
beberapa
berpengaruh
organisasi
membutuhan
kebijakan:Kompetensi
terhadap
dan
ukuran
staf
ini
pelaksana
sebenarnya
akan
(pejabat-pejabat
mendorong
bawahan)
suatu badan. Tingkat pengawasan hierarkis
bertindak dalam suatu cara yang konsisten
terhadap keputusan-keputusan sub unit dan
dengan ukuran-ukuran dasar dan tujuan-
proses-proses
tujuan kebijakan. Para pejabat dalam
dalam
pelaksana.Sumber-sumber
badan-badan politik
suatu
struktur organisasi mempunyai kekuatan
organisasi (misalnya dukungan di atara
personil yang diukur: pertama rekruitmen
anggota-anggota
dan
dan seleksi, kedua penugasan dan relokasi,
eksekutif).Vitalitas suatu organisasi.Tingkat
ketiga kenakan pangkat dan keempat
komunikasi-komunikasi
legislatif
“terbuka”
yang
pemecatan.
jarngan
kerja
organisasi maupun antar pemerintah, dua
komunikasi horizontal dan vertikal secara
tipe kegiatan pelaksanaan merupakan hal
bebas serta tingkat kebebasan yang relatif
yang paling penting. Pertama, nasihat dan
tinggi dalam komunikasi dengan individu-
bantuan teknis yang dapat diberikan dengan
individu diluar organisasi.Kaitan formal
menginterprestasikan
didefinisikan
sebagai
Dalam
hubungan
antar
peraturan-peraturan 6
NAVOLLION, NIM. E01110008 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Adminstrasi Negara Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
dan garis-garis pedoman pemerintah, kedua
elit
adalah atasan dapat menyadarkan pada
kebijakan.
berbagai
sanksi,
baik
positif
politik
8.
Dasar Hukum Perpajakan
pelaksanaan ini dengan menunjuk kepada antar
kekuasaan
normatif,
renumeratif, dan koersif.
Sederhana,
hanya
dalam
pemungutan pajak, namun yang lebih adalah
mengupayakan
agar
kewajiban perpajakan atas tiap jenis objek
Disposisi implementor Disposisi
bukan
jumlah, jenis, struktur tarif dan sistem
penting 6.
implementasi
maupun
negatif artinya dapa menyelediki aspek
perbedaan
mendukung
implementor
ini
pajak (misalnya jenis penghasilan dalam hal
mencakup tiga hal, yakni (1) respon
pajak penghasilan), dapat dipenuhi baik
implementor terhadap kebijakan yang akan
oleh aparat maupun wajib pajak dengan
dipengaruhi
cara
kemauannya
untuk
yang
mudah
sederhana.
melaksanakan kebijakan (2) kognisi, yakni
Mencerminkan
pemahamannya terhadap kebijakan, dan (3)
pembebanannya dan adil dalam struktur
intensitas disposisi implementor, yakni
tarifnya. Memberikan kepastian hukum,
prefensi
baik bagi wajib pajak maupun aparat pajak.
nilai
yang
dimiliki
oleh
implementor.
atas
dan
pemerataan
dalam
Menutup peluang penyelundupan pajak dan penyalahgunaan wewenang. Memberikan
7.
Kondisi sosial, ekonomi dan politik Indikator ini mencakup sumber daya
ekonomi,
memberlakukan
sistem
self
assesment. Menunjang tercapainya sasaran
implementasi
pembangunan, dengan cara mendukung
kelompok-
tercapainya sasaran kebijakan ekonomi,
kelompok kepentingan dapat memberikan
khususnya melalui berbagai ketentuan pajak
dukungan bagi implementasi kebijakan,
penghasilan (PPh) dan pajak pertambahan
karakteristik
nilai (PPN).
kebijakan,
yang
dengan
dapat
mendukung
lingkungan
kepercayaan yang besar kepada wajib pajak
keberhasilan sejauh
para
mana
partisipan,
yakni
mendukung atau menolak, komunikasi atar organisasi dan kegiatan pelaksanaan ukuran dan tujuan kebijakan kinerja implementasi
9.
Reformasi Administrasi Perpajakan Meningkatkan Meningkatkan
kepatuhan
karakteristik badan pelaksana sumber daya
perpajakan.
kepercayaan
disposisi pelaksana lingkungan ekonomi
terhadap
dan sosial politik bagaimana sifat opini
perpajakan.Meningkatkan
publik yang ada dilingkungan dan apakah
aparat perpajakan. Program dan kegiatan
adminisrasi produktivitas
7 NAVOLLION, NIM. E01110008 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Adminstrasi Negara Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
dalam kerangka reformasi dan modernisasi
C. METODE PENENELITAN
perpajakan dilakukan secara komprehensif meliputi
software,
hardware
dan
Penelitian ini menggunakan metode
humanware. Software adalah perbaikan
penelitian kualitatif dengan sudut pandang
struktur organisasi dan kelembagaan, serta
deskriptif
penyempurnaan
(2012:76) Penelitian
dan
penyerderhanaan
yang
menurut
Suryabrata
deskriptif adalah
sistem operasi (mulai dari pengenalan dan
penelitian yang bermaksud untuk membuat
penyebaran
pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-
informasi
perpajakan,
pemeriksaan dan penagihan, pembayaran,
situasi
pelayanan, hingga pengawasan) agar lebih
Williams (1995) dalam (Moleong, 2013:5)
efektif
adalah
mendefinisikan penelitian kualitatif adalah
pengadaan sarana dan prasarana yang
pengumpulan data pada suatu latar alamiah,
memenuhi
dan
dengan menggunakan metode alamiah, dan
menunjang upaya modernisasi administrasi
dilakukan oleh orang atau peneliti yang
perpajakan di seluruh Indonesia.
tertarik secara alamiah.Oleh karena itu
dan
efisien.
Hardware
persyaratan
mutu
atau
kejadian-kejadian.
David
penulis memilih jenis penelitian deskriptif 10. Kerangka Pikir UU No. 28 Tahun 2009 Tentang Pajak Daerah dan Retribusi Daerah Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 tentang Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan Peraturan Bupati Landak Nomor 5 Tahun 2011 tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan Bea Perolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Kabupaten Landak Mengidentifikasi faktor-faktor penyebab naik turunnya pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) efek dari implementasi kebijakan pajak pengalihan BPHTB di Kabupaten Landak.
Mengetahui faktor-faktor penyebab naik turunnya pendapatan Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB)efek dari implementasi kebijakan pajak pengalihan BPHTB di Kabupaten Landak.
guna
masalah
yang
Penelitian
fenomena
terjadi
ini
di
dimulai
atau
masyarakat. dari
studi
keperpustakaan untuk menemukan teoriteori, dokumen, karya ilmiah seperti tesis dan skripsi serta browsing ke internet untuk menemukan diupload
jurnal
sesuai
ilmiah
dengan
yang
telah
konteks
dari
penelitan ini, kemudian penulis melakukan observasi lapangan awal. Dengan lokasi inas
Van Meter dan Van Horn (Standar dan sasaran kebijakan, Sumber daya, Hubungan antar birokrasi, Karakteristik agen pelaksana, Disposisi implementor, Kondisi sosial, ekonomi dan politik)
menggambarkan
Pendapatan
Daerah(DISPENDA)
Kabupaten Landak dan Badan Pertanahan Nasional (BPN)Kabupaten Landak, serta beberapa
lembagalain
yang
bersedia
dimintai keterangan terkaitBPHTB. Subjek
penelitian
ini
adalah
pimpinan atau orang yang mewakili Dinas Pendapatan
Daerah
(DISPENDA) 8
NAVOLLION, NIM. E01110008 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Adminstrasi Negara Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Kabupaten Landak dan Badan Pertanahan
ditelaah, maka langkah berikutnya ialah
Nasional
melakukan
(BPN)
Kabupaten
Landak
penyempitandata
yang
maupun lembaga lain terkait yang bersedia
dilakukan dengan cara membuat abstaksi.
dimintai keterangan BPHTB, beberapa
Teknik keabsahan data, penelitian ini
masyarakat Kabupaten Landak. Sedangkan
menggunakan triangulasi dengan sumber
objek penelitiannya antara lain faktor-faktor
berarti membandingkan dan mengecek
yang kemudian yang menyebabkan naik
balik derajat kepercayaan suatu informasi
turunnya penerimaan bea perolehan hak
yang diperoleh melalui waktu dan alat yang
atas tanah dan bangunan (BPHTB) efek dari
berada dalam metode kualitatif (Patton
implementasi kebijakan pajak pengalihan
1987:331). Hal tersebut dapat dicapai
bea perolehan hak atas tanah dan bangunan
dengan cara: (1) membandingkan data hasil
(BPHTB) di Kabupaten Landak.Adapun
pengamatan dengan hasil wawancara, (2)
instrumen
membandingkan apa yang dikatakan orang
kunci
penelitian
atau
alat
pengumpulan data yaitu peneliti sendiri dan
didepan
instrumen bantu penelitian adalah perangkat
dikatakannya
elektronik seperti kamera, laptop, recorder,
membandingkan apa yang dikatakan orang-
alat tulis, pedoman wawancara, pedoman
orang tentang situasi penelitian dengan apa
observasi
dokumentasi.
yang dikatakannya sepanjang waktu, (4)
Sedangkan teknik pengumpulan data studi
membandingkan keadaan dan perspektif
keperpustakaan mencari buku atau jurnal
seseorang dengan berbagai pendapat dan
terkait
mengadakan
pandangan orang seperti rakyat biasa, orang
observasi lapangan awal dan observasi
yang berpendidikan menengah atau tinggi,
lapangan yang lebih mendalam, wawancara
orang berada, orang pemerintahan dan (5)
terhadap
membandingkan hasil wawancara dengan
dan
dengan
pedoman
penelitian,
subjek
penelitian
serta
pengumpulan dokumen, baik itu secara
umum
dengan secara
apa
yang
pribadi,
(3)
isi suatu dokumen yang berkaitan.
langsung maupun melalui media internet terkait
BPHTB.Terakhir
teknik
analisa
data
adalah dimulai
proses dengan
D. HASIL PENELITIAN DAN
menelaah seluruh data yang tersedia dari berbagai
sumber,
yaitu
wawancara,
pengamatan yang sudah dituliskan dalam catatan dokumen
lapangan, resmi,
dokumen gambar,
PEMBAHASAN
pribadi, foto
dan
sebagainya. Setelah dibaca, dipelajari dan
1.
Kepadatan
Penduduk
Kabupaten
Landak Dari
total
kenaikan
rata-rata
penduduk sebesar 5.952 atau 0,33%, Pada 9
NAVOLLION, NIM. E01110008 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Adminstrasi Negara Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
tahun 2011, tahun pertama pemungutan
menjadi
BPHTB dilakukan dengan kenaikan jumlah
Perkembangan nilai PDRB pada tahun 2012
penduduk dari 2010 ke 2011 sebesar 6.431
adalah yang tertinggi diantara periodesasi
atau sebesar 0,36%, tingkat efektivitas
grafik tersebut, hal ini sejalan dengan
penerimaan BPHTB 96,95%. Pada tahun
tingkat efektivitas penerimaan BPHTB
2012 terjadi kenaikan jumlah penduduk
yaitu sebesar 101,77% . Sedangkan pada
sebesar
tingkat
tahun 2011 apabila dihubungkan dengan
efektivitas penerimaan BPHTB sebesar
tingkat efektivitas penerimaan BPHTB
101,77% dan pada tahun 2013 terjadi
sebesar 96,95% dan pada tahun 2013
kenaikan penduduk 6.869 atau 0,38%
sebesar 62,22%. Dari hubungan tersebut
tingkat efektivitas penerimaan BPHTB
dapat dikatakan bahwa ada hubungan erat
hanya 62,22%. Hal ini menunjukkan bahwa
antara
jumlah penduduk bukan satu-satunya faktor
penerimaan
yang
penerimaan
dipengaruhi perkembangan PDRB maupun
BPHTB, ada beberapa faktor lain seperti
jumlah penduduk, kesiapan daerah terkait
pertumbuhan
dengan pengelolaan pajak tersebut yang
4.555
atau
menentukan
0,26%,
tingkat
ekonomi,
kebutuhan
1.931,08
PDRB
milyar
dan
BPHTB,
namun
tidak
hanya
BPHTB
infrastuktur maupun dari faktor manajemen,
paling
SDM,
peningkatan penerimaan BPHTB.
penerapan
teknologi
informasi
dominan
rupiah.
dalam
mendorong
maupun data-data teknis tentang pertanahan
Pengaplikasian Teori Van Meter dan
dan bangunan.
Van Horn
2.
3.
Produk Domestik Regional Btuto
StandarDan Sasaran Kebijakan Bahwa
(PDRB) Kabupaten Landak Nilai
PDRB
atas
dasar
harga
DISPENDA
dalam
hal
Kabupaten
pelayanan,
Landak
telah
konstan Kabupaten Landak pada tahun
menyiapkan pegawainya sebagai humas
2009 sebesar 1.525,78 milyar rupiah,
dalam
meningkat sebanyak 78,32 juta
BPHTB, sehingga apabila masyarakat ingin
menjadi
memberikan
gurustenting
pelayanan
1.604,10 milyar rupiah ditahun 2010 dan
men
pada tahun 2011 meningkat 110,67 juta
diakomodir, walaupun dalam prakteknya
rupiah mencapai 1.714,77 milyar rupiah.
penulis melihat bahwa pegawai tersebut
Sedangkan pada tahun 2012 meningkat
memiliki
103,46 juta rupiah menjadi1.818,23 milyar
bekerja pada bidang pengelolaan asetdaerah
rupiah dan pada tahun 2013 meningkat lagi
sehingga relatif kurang efisien. Masih
sebanyak 112,85 juta rupiah sehingga
terkait dengan standar pelayanan yang
rangkap
BPHTB
terkait
jabatan
adaptsager
yaitu
yang
10 NAVOLLION, NIM. E01110008 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Adminstrasi Negara Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
diberikan
oleh
DISPENDA
dalam
memenuhi kebutuhan masyarakat yang
4.
Kerjasama Antar Lembaga atau Birokrasi
akan membayar PBB, pemerintah daerah
Sangat penting kerjasama antar
telah menyiapkan unit pelayanan dengan
lembaga yang terkait tersebut baik oleh
mendesain salah satu ruangan didalam
pengelola
kantor dinas pendapatan daerah menjadi
DISPENDA,BPN maupun Notaris dan
loket pembayaran layaknya yang terdapat
PPAT. Kerjasama ini dilakukan untuk
pada umumnya bank, hal ini bertujuan agar
memperlancar
pelayanan
semakin
BPHTB di pemerintah daerah, termasuk
maksimal dan fungsi DISPENDA yaitu
didalamnya adalah pengadaan training dan
sebagai pengawas berdasarkan Undang-
pendampingan
undang
dapat
DISPENDA.Selain itu, keahlian penilai
mengenai
perlu dperkuat pada pegawai DISPENDA
sasaran dari perda no. 3/2011 adalah
untuk bisa menjalankan tugasnya sesuai
berbicara
penerimaan
dengan SOP yang sudah ditetapkan oleh
BPHTB, target tersebut merupakan acuan
DJP. Faktor penting lain dalam kerjasama
dari DISPENDA dalam memungut BPHTB
tersebut adalah diserahkannya data-data
sehingga terdapat usaha dalam memenuhi
tentang tanah dan bangunan, termasuk
target
pencapaian
NJOP sekaligus juga ZNT yang sangat
penerimaan BPHTB berimplikasi terhadap
penting untuk pembaharuan NJOP yang ada
tambahan pendapatan asli daerah, selain itu
didaerah tersebut. Pada prinsipnya tidak ada
diperlukan cara untuk mencapai target atau
lembaga yang paling penting peranannya,
melebihi
tentu dengan
tetapi lembaga-lembaga tersebut sepert
mekanisme untuk menargetkan tingginya
KPP, DISPENDA, BPN dan Notariat
penerimaan pajak adalah
sangat berperan penting untuk optimalisasi
yang
tentang
terlaksana.
diberikan
PDRD
Ketika
mengenai
berbicara
target
tersebut.Tingginya
capaian target
penerimaan
tahun
juga
berkaca pada
sebelumnya
BPHTB
seperti
kegiatan
bagi
KPP,
pengelolaan
pegawai
dan
penerimaan BPHTB di daerah. Untuk
mengaitkan beberapa faktor-faktor lain
mengefektifkan kerjasama antar lembaga
sepertipertumbuhan ekonomi, kepadatan
tersebut, penting sekali untuk menerapkan
penduduk dan
teknologi informasi (TI) yang terintegrasi,
Produk Domestik Bruto
(PDRB) serta faktor-faktor lain berpengaruh.
yang
dengan
tujuan
untuk
menciptakan
pengololaan BPHTB yang efisien. Kendala selanjutnya adalah walaupun pemerintah bertujuan menjalankan prinsip keadilan dalam
pengenaan
pajak
mengingat 11
NAVOLLION, NIM. E01110008 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Adminstrasi Negara Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
masyarakat yang masih hidup dibawah
penerima dan penyetor PBB di Kantor
garis
negara
cabang Bank Kalbar Ngabang khusus untuk
tidak
PBB yang dibayarkan dari sejumlah Desa
menetapkan
di Landak dan saat ini sudah ditetapkan
kemiskinan
membebaskan
sehingga
mereka
dikenakan
pajak
NPOPTKP
sebesar
untuk
dengan Rp.
60.000.000,00
menjadi
tersangka
karena
(enam puluh juta rupiah). Namun nilai
korupsi
dan
NPOPTKP oleh beberapa daerah masih
Terdeteksinya kasus tersebut karena KPP
terlalu tinggi, sehingga tax basedaerah
Pratama Sanggau melakukan penyesuaian
menjadi berkurang.Sebelum di daerahkan
data dengan DISPENDA Landak kemudian
nilai tersebut sebesar 20 juta rupiah,
ditemukan selisih dengan kekurangan uang
sehingga bisa menjangkau WP yang kecil
400 juta lebih dari target penerimaan 1
karena masih terdapat harga tanah yang
Milyar
relatif murah persatuan meternya.
lebih.Akibat dari tindakan NB tersebut
pencucian
hanya
melakukan uang
terealisasi
PBB.
800
juta
Negara mengalami kerugian dan yang lebih 5.
penting adalah uang pajak dari masyarakat
Karakteristik Agen Pelakasana Faktor
selanjutnya
adalah
dipindahtangankan.
karakteristik agen pelaksana, yang mana agen
pelaksana
mencakup
birokrasi,norma-norma
dan
struktur
6.
Sumber Daya
pola-pola
Sumber daya manusia yang ada di
hubungan yang terjadi dalam birokrasi yang
DISPENDA
semuanya akan memengaruhi implementasi
memadai, salah satunya adalah pemahaman
suatu
Tupoksi,
program.
Tetapi
apabila
agen
Landak
SOP,
SOTK
masih
terkait
kurang
dengan
pelaksana tidak melakukan norma-norma
pengelolaan BPHTB. Hal ini penulis amati
yang seharusnya dilakukan seperti yang
dan alami ketika penulis meminta informasi
penulis kutip dari koran Tribune Pontianak
dari
kolom Landak-Sanggau terbit Rabu, 22
kuisioner yang penulis berikan, didalam
April 2015 tentang kelanjutan kasus korupsi
ruangan pengelolaan BPHTB dan PBB P2
dan pencucian uang yang dilakukan NB
tersebut mereka kurang cukup berani untuk
umur 44 tahun yang tersandung kasus
menjawab pertanyaan serta saling lempar
pidana karena diduga menyalahgunakan
pengambilan keputusan untuk bertanggung
dana dari PBB (Pajak Bumi dan Bangunan)
jawab
tahun 2013 sekitar 400 juta. NB sendiri
dengan alasan diplomatis yang beragam
adalah
seperti masih baru dibagian BPHTB dan
pegawai
staf
di
DISPENDA
informan
dalam
menjawab
mengisi
pertanyaan
lembar
tersebut
Kabupaten Landak yang bertugas sebagai 12 NAVOLLION, NIM. E01110008 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Adminstrasi Negara Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
PBB P2, belum ahli dibidangnya dan belum
keharusan penelitian kepatuhan pemenuhan
berpengalaman.
kewajiban perpajakan bagi pejabat publik tertentu.Memanfaatkan
7.
media
internet
untuk sosialisasi perpajakan.
Disposisi Implementor Berdasarkan disposisi yang pertama
yaitu respon implementor adalah bermakna
8.
Kondisi Sosial, Ekonomi dan Politik
bagaimana reaksi pegawai DISPENDA
Bahwa
total
penduduk
miskin
Kabupaten Landak terhadap peraturan UU
perkecamatan adalah 26.526,10 jiwa dan
No. 28 tahun 2009 tentang PDRD, terkait
apabila dirata-ratakan sebesar 2040,47 jiwa
antara reaksi ada hubungan erat dengan
perkecamatan.
kinerja
kegiatan
Kalimantan Barat pada tahun 2013,jumlah
sebagai wujud dari reaksi tersebut yang
penduduk miskin di Kabupaten Landak
dapat
adalah sebesar 14,18% dari total penduduk
dalam
dilihat
melaksanakan
dari
cerminan kegiatan-
Menurut
kegiatan yang terdapat didalam kuisioner
347.504.
yang
kemiskinannya
penulis
buat.
Adapun
kegiatan-
BPS
Sedangkan 2,65
Provinsi
kedalaman dan
keparahan
kegiatan yang dilakukan oleh DISPENDA
kemiskinan 0,83 dengan garis kemiskinan
Kabupaten Landak berdasarkan kuisioner
sebesar 252.336 terbanyak ke sembilan di
antara lain: melanjutkan kampanye sadar
Provinsi Kalimantan Barat. Untuk jumlah
dan peduli pajak kepada berbagai pihak,
angkatan
seperti partai politik, perguruan tinggi,
Kalimantan
asosiasi usaha, LSM, wajib pajak, pemda,
Kabupaten Landak memiliki angkatan kerja
tokoh agama dan masyarakat profesi.
sebanyak
Kemudian DISPENDA melakukan kegiatan
partisipasi angkatan kerja (TPAK) sebanyak
meningkatkan
70,67 dan tingkat pengangguran terbuka
intensitas
sosialisasi
kerja,
data
Barat
pada
158.986
Provinsi
tahun
dengan
tingkat
(TPT)
lainnya (misalnya cafe pajak, panggung
pengangguran terbuka terbanyak ke delapan
terbuka
di
wawancara
perpajakan
Kalimantan
3,24
2013
perpajakan melalui media massa dan media
dan
sebanyak
BPS
Barat.
adalah
tingkat
Menurut
BPS
lainnya). Pemasangan billboard perpajakan
Kabupaten Landak tercatat bahwa distribusi
ditempat-tempat strategis.Melakukan materi
PDRB
pendidikan perpajakan seebagai bagian
lapangan usaha atas dasar harga berlaku
good governance framework.Mengusulkan
menunjukkan
materi
struktur ekonomi dari tahun ke tahun.
pendidikan
pendidikan
perpajakan
kedinasan
pemerintah.Mengusulkan
pada
menurut
sektor
peranan
dan
di
atau
perubahan
instansi-instansi
Struktur
aturan
Landak sampai dengan tahun 2013 masih
tentang
perekonomian
ekonomi
Kabupaten
13 NAVOLLION, NIM. E01110008 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Adminstrasi Negara Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
didominasi oleh tiga sektor utama yaitu
kebijakan
untuk
meningkatkan
sektor pertanian, perdagangan, hotel dan
kesejahteraan
restoran, serta sektor industri pengolahan
Landak,maka
yang memberikan kontribusi sebesar 80,07
mengidentiffikasi kebijakan apa saja yang
persen. Sektor pertanian masih menjadi
telah dilakukan untuk pembangunan.
penduduk dapat
Kabupaten
dilakukan
dengan
sektor yang dominan di Kabupaten Landak dengan peranannya sebesar 49,36 persen. Hal ini berarti bahwa naik turunnya
E. SIMPULAN DAN SARAN
pertumbuhan disektor pertanian akan sangat memengarruhi naik turunnya pertumbuhan
a) Kesimpulan
perekonomian
1. Standar dan Sasaran Kebijakan
Kabupaten
secarra
Landak.
keseluruhan
demikian,
Ada kecenderungan bahwa sasaran dari
sektor pertanian masih menjadi leading
kampanye yang dilakukan oleh pihak
sectoratau dengan kata lain sebagai sektor
DISPENDA Kabupaten Landak kurang
pemimpin
produksi
merata hingga lapis bawah, sehingga
lainnya dalam menyumbang perekonomian
informasi yang diterima masyarakat
di Kabupaten Landak. Dalam kurun waktu
relative kurang. Hal tersebut dapat
2010-2012
menyebabkan
bagi
telah
Dengan
di
sektor-sektor
terjadi
penurunan
sikap
antusiasme
kontribusi sektor pertanian. Namun pada
dimasyarakat terhadap setiap kebijakan
tahun
pemerintah daerah juga relative kurang
2013
meningkat
peranan
sektor
dibandingkan
pertanian
tahun
2012,
mendapatkan respon. Tingginya standar
dimana tahun 2012 peranannya sebesar
NPOPTKP (Nilai Pokok Objek Pajak
49,08 persen. Situasi politik di Kabupaten
Tidak
Landak tetap aman terkendali, dan belum
ditetapkan oleh pemerintah pusat.
terjadi suatu konflik yang berarti. Hal ini
Kena
Pajak)
yang
telah
2. Sumber daya
dapat dikatakan bahwa secara keseluruhan
Masih kurang optimalnya penggunaan
masyarakat di Kabupaten Landak tidaklah
teknologi
mudah terpancing isu-isu yang nanti akan
pekerjaan
mengganggu kestabilan antar suku yang
kualitas SDM (Sumber Daya Manusia).
selama ini telah terjalin harmonis. Apabila
dalam
memudahkan
diakibatkan
rendahnya
3. Karakteristik agen pelaksana
kemudian kondisi politik dilihat dari sudut
Masih
terdapat
pandang lahirnya kebijakan yang dimaksud
mengatur
adalah menggunakan sarana politik untuk
pegawai
kemulusan jalan menuju terciptannya suatu
mengakibatkan
dan
kelemahan mengawasi
DISPENDA, pegawai
dalam kinerja sehingga
menyalahi 14
NAVOLLION, NIM. E01110008 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Adminstrasi Negara Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
etika yaitu menggunakan kewenangan
maupun
untuk kepentingan pribadi.
meningkatkan
4. Hubungan antar birokrasi
sewa
otomatis
peluang
akan
mendapatkan
pajak bagi pemerintah terutama pajak
DISPENDA Kabupaten Landak masih
BPHTB.
kurang
menyerap
masyarakat dalam membayar pajaknya
informasi berupa permasalahan dari
lebih rendah (moral hazard) daripada
lapangan untuk dijadikan kajian agar
yang
dapat
keluarnya.
disebabkan oleh informasi yang kurang
penyerahan
merata dan adanya peluang untuk
data-data tentang tanah dan bangunan,
melakukan hal tersebut yakni kepastian
termasuk NJOP (Nilai jual Objek Pajak)
hokum dan mekanisme pembayaran
sekaligus ZNT (Zona Nilai Tanah) dari
yang
lembaga
assessment.
intens
dalam
ditemukan
jalan
KemudianUrgensi
terkait
dari
sebelumnya
yang
Ada
kecenderungan
seharusnya
dibayarkan
menggunakan Ada
hubungan
pertumbuhan
self positif
pernah melakukan pemungutan BPHTB
antara
baik itu KPP Pratama maupun BPN
terhadap penerimaan BPHTB. Laju
kepada DISPENDA Kabupaten Landak
ekonomi yang berasal dari sumber
menjadi penting agar pemerintah daerah
sewa, kontruksi dan pertanian ternyata
dapat menyesuaikan harga pasar dengan
kurang
NJOP berdasarkan ZNT.
penerimaan
5. Disposisi implementor
laju
system
yang
berpengaruh
ekonomi
terhadap
BPHTB.
kecenderungan
bahwa
Ada
pertumbuhan
Belum tampak upaya yang maksimal
yang dihasilkan tersebut tidaklah selalu
dari
bersentuhan
pemerintah
daerah
Kabupaten
dengan
BPHTB.
Dari
Landak untuk berkeinginan menambah
kondisi sosial yang ada, Kabupaten
sumber
pendapatan
mengandalkan perkebunan
sector kelapa
BPHTB
selain
Landak tidaklah terlalu terbelakang
lahan
untuk
ataupun
sawit,
dengan
sumber lain.
hubungan
hal
ini
dapat
dikatakan bahwa Kabupaten Landak berada pada rata-rata kondisi sosial dari
6. Kondisi social, ekonomi dan politik Ada
terdepan,
positif
antara
kondisi sosial di Provinsi Kalimantan Barat sehingga memiliki peluang untuk
pertumbuhan penduduk yang berada di
mengeksplorasi
sumber
pendapatan
Kabupaten Landak terhadap penerimaan
agar menjadi daerah yang berkembang.
BPHTB, artinya kepadatan memerlukan
Dan Kondisi politik dimana kondisi
lahan untuk perumahan dan akan terjadi
politik yang sedang berlangsung saat ini
proses peralihan baik itu penjualan
masih kental dengan politik identitas, 15
NAVOLLION, NIM. E01110008 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Adminstrasi Negara Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
hal ini menurut penulis karena dampak
b. Lebih
intensif
dalam
membangun
dari otonomi daerah dimana otonomi
jaringan antar lembaga baik secara
berdampak pada munculnya raja-raja
horizontal maupun vertikal agar terjadi
baru di daerah khususnya pada tingkat
transfer knowledge. Sehingga dapat
II.
rawan
menciptakan inovasi kerja yang lebih
menimbulkan konflik didaerah, karena
banyak dikarenakan kondisi sosial yang
beberapa
rata-rata
Situasi
yang
demikian
kebijakan
mungkin
tidak
dan
ketetapan
NPOPTKP
berimbang dan beberapa diantaranya
(Nilai Pokok Objek Pajak Tidak Kena
tidak akan populer diantara golongan
Pajak) yang dapat diturunkan.
tertentu, lama-kelamaan tentu akan menyebabkan dekadensi pertumbuhan ekonomi karena kebijakan yang kurang
F. REFERENSI
mengarah kepada kelompok sasaran. 1. b) Saran Dari kesimpulan diatas maka saran yang
dapat
penulis
merekomendasikan
lakukan
beberapa
hal
adalah yang
antara lain adalah: a. Memanfaatkan
antara
kepadatan
penduduk, ketersediaan barang didaerah dan
pertumbuhan
ekonomi
untuk
dijadikan peluang demi meningkatan penerimaan
pajak,
kemudian
Buku-Buku
Agus Purwanto, Erwan., Dyah Ratih Sulistyastuti. 2012. Implementasi Kebijakan Publik:Konsep dan Aplikasinya di Indonesia. Yogyakarta: Gava Media Arifin, Anwar. 2008. Ilmu Komunikasi: Sebuah Pengantar Ringkas. Jakarta: Raja GrafindoPersada Atmosudirdjo, prajudi. 2003. Teori Administrasi. Jakarta : STIALAN. Badan Pusat Statistik Kabupaten Landak. 2014. Kabupaten Landak Dalam Angka 2014.
mengembangkan potensi sumber daya yang dimilki oleh daerah terutama
, 2013. Kabupaten Landak Dalam Angka 2013.
sumber daya manusia dan menciptakan dinamika politik yang berimbang tanpa
, 2012. Kabupaten Landak Dalam Angka 2012.
terasa sekat primordial yang nantinya hanya akan menghambat pembangunan yang
kemudian
penerimaan
memengaruhi
pajak
khususnya
Bungin, H.M. Burhan. 2011. Metode Penelitian Kuantitatif Komunikasi Ekonomi, Dan Kebijakan Publik Serta Ilmu-Ilmu Sosial Lainnya. Jakarta: Kencana Prenada Media Group.
penerimaan pajak BPHTB.
16 NAVOLLION, NIM. E01110008 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Adminstrasi Negara Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Efriza. 2009. Ilmu Politik Dari Ilmu Politik Sampai Sistem Pemerintahan. Bandung: Alfabeta. Juliartha, Efdward. 20r09. Model Implentasi kebijakan Publik. Jakarta: Trio Rimba Persada. Moleong.Lexy J. 2002.Metode Penelitian Kualitatif. Bandung: Remaja Rosdakarya. Pasolong, Harbani. 2010. Teori Administrasi Publik. Bandung: Alfabeta. Rahayu, Ani Sri. 2010. Pengantar Kebijakan Fiskal.Jakarta: Bumi Aksara. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Administrasi. Bandung: Alfabeta. Santosa, Pandji. 2009. Administrasi Publk: Teori dan Aplikasi Good Governance. Bandung: Refika Aditama. Widodo, Joko. 2012. Analisis Kabjakan Publik Konsep dan Aplikasi Proses Kebijakan Publik. Malang: Bayumedia Publishing Winarsih, Atik Septi & Ratminto. 2005. Manajemen Pelayanan Pengembangan Model Konseptual, Penerapan Citizen’s Charter Dan Standar Pelayanan Minimal. Yogyakarta: Pustaka Pelajar. Winarno, Budi. 2012. Teori Kebijakan Publik. Yogyakarta: Pusat Antar University Studi Sosial UGM. Suparmoko, M. 2002. Ekonomi Publik Untuk Keuangan dan Pembangunan aerah.Yogyakarta: Andi Yogyakarta.
2.
Sumber elektronik:
http://www.djpk.depkeu.go.id/links/go/249/ diakses pada 17/10/2014 pukul 15.06 wib. http://borneoclimatechange.org/berita-875pemberian-izin-perkebunan-sawit-di-
kalbar-meningkat-tajam-htmldiakses tanggal 17/10/2014 pukul 15.18 wib.
pada
http://id.wikipedia.org/wiki/Kelapa_sawit/ diakses pada tanggal 17/10/2014 pukul 15.32 wib. http://yanti164.wordpress.com/2013/11/17/t eknik-pemeriksaan-keabsahan-keabsahandata/diakses pada tanggal 17/10/2014 pukul 15.37 wib. http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelit ian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view &typ=html&buku_id=70347&obyek_id=4 diakses pada tanggal 17/10/2014 pukul 15.45 wib. http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelit ian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view &typ=html&buku_id=70735&obyek_id=4 diakses pada tanggal 17/10/2014 pukul 15.47 wib. http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelit ian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view &typ=html&buku_id=68672&obyek_id=4 diakses pada tanggal 17/10/2014 pukul 15.48 wib. http://etd.ugm.ac.id/index.php?mod=penelit ian_detail&sub=PenelitianDetail&act=view &typ=html&buku_id=61134&obyek_id=4 diakses pada tanggal 17/10/2014 pukul 15.50 wib.
3.
Sumber Surat Kabar:
Koran Tribune Pontianak kolom LandakSanggau terbit Rabu, 22 April 2015 Sumber Peraturan: Peraturan Bupati Landak Nomor 5 Tahun 2011 tentang Sistem dan Prosedur Pemungutan BeaPerolehan Hak Atas Tanah dan Bangunan (BPHTB) Kabupaten Landak.
17 NAVOLLION, NIM. E01110008 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN
Publik A, Jurnal S-1 Ilmu Adminstrasi Negara Volume 4 Nomor 3 Edisi September 2015 http://jurmafis.untan.ac.id
Peraturan Daerah Nomor 3 Tahun 2011 tentang Pajak Distribusi dan Retribusi Daerah.
18 NAVOLLION, NIM. E01110008 Program Studi Ilmu Administrasi Negara Fisip UNTAN