perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
LAPORAN MAGANG
IMPLEMENTASI HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA SERTA LINGKUNGAN DI PT. KRAKATAU STEEL CILEGON
Anisa Dyah Kusumawardhani R.0009014
PROGRAM DIPLOMA III HIPERKES DAN KESELAMATAN KERJA FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET Surakarta 2012 commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas berkah, rahmat, karunia, kesehatan, kekuatan dan kemudahan dalam pelaksanaan magang serta penyusunan laporan magang dengan judul ”Implementasi Hiperkes dan Keselamatan Kerja serta Lingkungan di PT. Krakatau Steel Cilegon”. Laporan ini disusun sebagai syarat untuk menyelesaikan studi di Program D.III Hiperkes dan Keselamatan Kerja, Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. Di samping itu magang ini dilaksanakan untuk menambah wawasan guna mengenal, mengetahui dan memahami mekanisme serta problematika yang ada mengenai penerapan keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan hidup di perusahaan. Dalam pelaksanaan magang dan penyusunan laporan ini penulis telah dibantu dan dibimbing oleh berbagai pihak. Oleh karena itu, perkenankan penulis menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1. Bapak Prof. Dr. H. Zainal Arifin Adnan, dr. Sp.PD-KR-FINASIM, selaku Dekan Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta. 2. Bapak Sumardiyono, SKM., M.Kes selaku Ketua Program Studi Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Universitas Sebelas Maret Surakarta sekaligus pembimbing I yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini. 3. Ibu Dra. Cr. Siti Utari, M.Kes selaku pembimbing II yang telah memberikan bimbingan dan saran dalam penyusunan laporan ini. 4. Ibu Reni Wijayanti, dr. M.Sc. selaku penguji yang telah menguji dan memberikan masukan demi perbaikan laporan ini. 5. Bapak Awang Yudha Irianto, Selaku Superintendent sekaligus Pembimbing Utama yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan laporan ini. 6. Bapak Kornelis selaku Training Koordinator Divisi HSE yang telah memberikan ijin untuk pelaksanaan magang ini serta membantu Penulis dalam memberikan gambaran tentang SMK3. 7. Bapak Nurkadi, Bapak Yohanes, dan Bapak Syarbini, Bapak Didi selaku Supervisor dan Bapak Freddy Cahyo sebagai Pembimbing Lapangan yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam penyusunan laporan ini. 8. Bapak M. Ichsan dan Bapak Subiyarman yang telah memberikan banyak pengetahuan dan pengalaman tentang boiler. 9. Bapak Sunardi, Ibu Esti, Mbak Esti, Mas Ade Rizal, Mas Rian, dan Mas Eko yang telah banyak membantu dan memberikan pengetahuan serta pengalaman tentang laboratorium lingkungan. 10. Bapak Nugroho atas ilmu yang diberikan kepada Penulis tentang radiasi. 11. Bapak Triyoso atas ilmu yang diberikan kepada Penulis tentang crane. 12. Bapak Yusuf atas ilmu yang diberikan kepada Penulis mengenai pengendalian lingkungan. commit to user
iv
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
13. Mas Uus Syauqi, Bapak Prabowo, Bapak Hartono, Bapak Bachruddin yang banyak memberikan bantuan kepada Penulis selama magang. 14. Bapak, Ibu, Adikku tercinta serta keluargaku semuanya, yang tidak hentihentinya memberikan curahan do’a dan kasih sayang kepada penulis sehingga penulis mampu menyelesaikan semua masalah yang Penulis hadapi. 15. Sahabat-sahabatku Anindyah, Ritma, Syara, Novalia, Tina, Junita, Stevina, Wuri, Adi, Yogi, Amin, Setyono, Lutfi, Adin dan Yudha yang selalu memberikan dukungan dan semangat kepada Penulis. 16. Ajeng Ayu Vidyasari dan Setyaning Dwi Murwani sebagai tim prakerin selama magang, terimakasih untuk kerjasamanya. 17. Teman-temanku seperjuangan Angkatan 2009, terima kasih atas dukungan dan kerjasamanya. Semoga kekompakan kita terus terjaga. 18. Dan semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan laporan ini yang tidak bisa Penulis sebutkan satu-persatu. Penulis menyadari bahwa penulisan laporan ini masih sangat jauh dari sempurna sehingga Penulis mengharapkan saran dan kritik yang membangun dari pembaca sehingga dapat dijadikan masukan di waktu mendatang. Akhir kata penulis berharap semoga laporan ini dapat memberikan manfaat bagi kita semua, khususnya mahasiswa Program D.III Hiperkes Dan Keselamatan Kerja untuk menambah wawasan yang berkaitan dengan keselamatan dan kesehatan kerja serta lingkungan hidup di perusahaan.
Cilegon, Mei 2012 Penulis,
Anisa Dyah K
commit to user
v
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL .................................................................................. HALAMAN PENGESAHAN .................................................................... HALAMAN PENGESAHAN PERUSAHAAN ........................................ KATA PENGANTAR ................................................................................ DAFTAR ISI .............................................................................................. DAFTAR TABEL ...................................................................................... DAFTAR GAMBAR ................................................................................. DAFTAR LAMPIRAN .............................................................................. BAB I PENDAHULUAN ..................................................................... A. Latar Belakang Masalah ....................................................... B. Tujuan Magang ..................................................................... C. Manfaat Magang .................................................................... BAB II METODE PENGAMBILAN DATA ........................................ A. Persiapan ............................................................................... B. Lokasi .................................................................................... C. Pelaksanaan ........................................................................... BAB III HASIL MAGANG ..................................................................... A. Gambaran Umum Perusahaan .............................................. B. Proses Produksi ..................................................................... C. Higiene Perusahaan ............................................................... D. Kesehatan Kerja .................................................................... E. Keselamatan Kerja ................................................................. F. Ergonomi .............................................................................. G. Manajemen K3 ...................................................................... H. Lingkungan ........................................................................... I. Laboratorium Lingkungan .................................................... BAB IV PEMBAHASAN ........................................................................ A. Higiene Perusahaan ............................................................... B. Kesehatan Kerja .................................................................... C. Keselamatan Kerja ................................................................ D. Ergonomi ............................................................................... E. Manajemen K3 ...................................................................... F. Lingkungan ........................................................................... G. Laboratorium Lingkungan .................................................... BAB V SIMPULAN DAN SARAN ....................................................... A. Simpulan ............................................................................... B. Saran ...................................................................................... DAFTAR PUSTAKA ................................................................................. LAMPIRAN commit to user
vi
i ii iii iv vi vii viii ix 1 1 4 5 7 7 8 8 10 10 16 24 32 54 74 76 91 99 105 105 115 118 127 128 130 131 133 133 136 137
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR TABEL
Tabel 1.
Distribusi Air Minum Dispenser di Setiap Unit Kerja ...............
commit to user
vii
52
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1. Proses Produksi Pabrik Besi Spons .............................................
18
Gambar 2. Proses Produksi Pabrik Billet Baja .............................................
19
Gambar 3. Proses Produksi Pabrik Slab Baja ...............................................
20
Gambar 4. Produksi Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas ...................
21
Gambar 5. Produksi Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin ..................
22
Gambar 6. Proses Pabrik Batang Kawat .......................................................
23
Gambar 7. Bagan Stuktur Organisasi HSE ..................................................
82
Gambar 8. Struktur P2K3 Pusat ...................................................................
84
Gambar 9. Struktur Sub P2K3 .....................................................................
85
Gambar 10. Bagan Implementasi SMK3 & SML ISO 14001 .....................
91
commit to user
viii
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
DAFTAR LAMPIRAN
Lampiran 1.
Surat Keterangan Magang di PT. Krakatau Steel
Lampiran 2.
Pedoman Tanggap Darurat di PT. Krakatau Steel
Lampiran 3.
Laporan Hasil Pengujian Laboratorium Lingkungan
Lampiran 4.
Ijin Kerja Berbahaya
Lampiran 5.
Kebijakan Lingkungan, Keselamatan dan Kesehatan Kerja (K3)
Lampiran 6.
Limbah B3 di PT. Krakatau Steel
Lampiran 7.
Limbah Non B3 di PT. Krakatau Steel
Lampiran 8.
Permit/Surat Izin Pelaksanaan Kerja
Lampiran 9.
Peta Sistem Pemantauan & Pengendalian Lingkungan Sekitar Kawasan KIEC
Lampiran 10. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat di PT. Krakatau Steel Cilegon Lampiran 11. Uraian Tugas Tim Tanggap Darurat Lampiran 12. Bagan Struktur Organisasi PT. Krakatau Steel Lampiran 13. ISO 14001:1996 Certification
commit to user
ix
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah Menurut Tarwaka (2008), dalam era globalisasi dengan pesatnya kemajuan di bidang teknologi telekomunikasi dan transportasi, dunia seakan tanpa batas dan jarak. Dengan demikian pembangunan sumber daya manusia menjadi sangat penting, terlebih lagi dengan diberlakukannya perdagangan bebas yang berarti semua produk-produk yang dihasilkan oleh industri kita harus memenuhi standar kualitas yang disepakati oleh dunia internasional. Oleh karena itu dunia industri kita harus cerdas dan cepat mengambil langkah-langkah untuk mengantisipasi perkembangan teknologi tersebut agar semua produk yang dihasilkan mempunyai daya saing di pasar bebas. Kemajuan teknologi telah banyak menyumbangkan berbagai hal positif dalam pertumbuhan ekonomi dan kemajuan sosial di dunia industri. Perkembangan teknologi telah mengangkat standar hidup manusia dan mengurangi sumber kecelakaan, cedera dan stress akibat kerja. Namun demikian, di sisi lain kemajuan teknologi juga mengakibatkan berbagai dampak yang merugikan yaitu berupa terjadinya peningkatan pencemaran lingkungan, kecelakaan kerja dan timbulnya berbagai macam penyakit akibat kerja. Kompleknya teknologi modern, perubahan bentuk kerja, organisasi kerja, dan sistem produksi juga menempatkan suatu tuntutan yang tinggi pada daya kerja. Untuk mengatasi masalah-masalah tersebut maka implementasi commit to user
1
perpustakaan.uns.ac.id
2 digilib.uns.ac.id
peningkatan kinerja K3 adalah suatu keharusan. Sehingga, setiap pengembangan dan penggunaan teknologi baru dapat diterima dan menguntungkan semua pihak. Bukan hanya K3, implementasi yang baik dan benar dari Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja juga merupakan suatu kebutuhan dan keharusan. Menurut Suma’mur (1996), Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja sebagai suatu istilah yang memiliki satu kesatuan pengertian, adalah terjemahan resmi dari “Occupational Health”, yang cenderung diartikan sebagai lapangan kesehatan yang mengurusi problematik kesehatan secara menyeluruh daripada tenaga kerja. Menyeluruh berarti usaha-usaha kuratif, preventif, penyesuaian faktor manusiawi terhadap pekerjaannya dan hygiene, dan lain-lain. Higiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja mempunyai maksud dan tujuan yang sangat mulia, yaitu menurut Suma’mur (1996) : 1.
Untuk memelihara dan meninggikan kesehatan tenaga kerja sebagai salah satu unsur sangat penting dari kesejahteraan, dan
2.
Untuk meningkatkan kegairahan kerja, effisiensi, produktivitas, dan moril kerja faktor manusia dalam setiap sektor kegiatan ekonomi. Selaras dengan pasal 27 (2) UUD 1945 yang berbunyi “Tiap-tiap
warga Negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan”, maka pemerintah mengeluarkan peraturan melalui UU No.13 tahun 2003 tentang Ketentuan-ketentuan pokok tentang tenaga kerja dimana disebutkan bahwa tenaga kerja adalah setiap orang yang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3 digilib.uns.ac.id
mampu melakukan pekerjaan guna menghasilkan barang dan/atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk masyarakat, dan UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Mahasiswa Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja secara otomatis perlu mempersiapkan dirinya agar setelah terjun ke dunia kerja nantinya mampu mengaplikasikan ilmu dan kemampuannya. Salah satu mediator yang digunakan mahasiswa untuk mencapai tujuan diatas adalah dengan dilaksanakannya magang. Kebijakan program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta, kegiatan magang ini dilaksanakan pada semester VI dengan pertimbangan mahasiswa telah mendapatkan bekal ilmu yang cukup dari 5 semester sebelumnya. Kegiatan magang ini juga sekaligus merupakan tugas akhir bagi mahasiswa sebagai salah satu syarat kelulusan Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja. Pemilihan kawasan industri Cilegon sebagai lokasi magang dikarenakan pada kawasan ini terdapat perusahaan-perusahaan yang dinilai cukup baik bagi mahasiswa untuk menimba ilmu pengetahuan serta pengalaman-pengalaman magang yang berkenaan dengan Higiene Perusahaan dan Keselamatan Kerja. PT. Krakatau Steel adalah salah satu industri baja terkemuka di Indonesia bahkan di Asia Tenggara adalah alternatif yang dipilih untuk melaksanakan magang. Sangatlah diyakini bahwa sebagai industri yang commit to user
4 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
berskala besar pastilah sarat dengan teknologi. Selain itu, PT. Krakatau Steel dipercaya sebagai perusahaan yang menaruh perhatian besar dalam bidang Hiperkes dan Keselamatan Kerja serta Lingkungan. Hal yang telah
dilakukan
Kesehatan
Kerja
adalah dan
diterapkannya Lingkungan
pelaksanaan
Hidup
(K3LH)
Keselamatan, serta
telah
menyediakan APD bagi tenaga kerja maupun orang lain yang berada di tempat kerja, pengadaan pos P3K, training K3, sarana dan prasarana pengolahan limbah hasil industri, dan masih banyak lagi. Sebuah nilai penting yang dapat dipelajari dan dijadikan pengalaman selama magang.
B. Tujuan Magang Tujuan dari pelaksanaan magang ini adalah : 1. Tujuan Umum a.
Untuk memenuhi salah satu persyaratan kelulusan dari jenjang pendidikan yang Penulis tempuh yaitu Program D III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran Universitas Sebelas Maret Surakarta.
b.
Menciptakan lulusan D III Hiperkes dan Keselamatan Kerja Fakultas Kedokteran UNS Surakarta yang siap memasuki dunia kerja.
2. Tujuan Khusus a.
Mengetahui gambaran umum PT. Krakatau Steel.
b.
Mengetahui proses produksi di PT. Krakatau Steel.
c.
Mengetahui pengelolaan hygiene perusahaan, keselamatan dan commit to user kesehatan kerja serta lingkungan di PT. Krakatau Steel.
5 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d.
Mengetahui pelaksanaan laboratorium lingkungan di PT. Krakatau Steel.
e.
Mengetahui penerapan ergonomi di PT. Krakatau Steel.
f.
Mengetahui sistem manajemen K3 di PT. Krakatau Steel.
g.
Penulis mampu menerapkan, mengetahui dan juga membandingkan aplikasi ilmu Hiperkes dan Keselamatan Kerja serta Lingkungan yang dimiliki dengan ilmu terapan yang ada di tempat magang.
C. Manfaat Magang Dari pelaksanaan magang yang telah Penulis lakukan diharapkan dapat memberikan manfaat sebagai berikut : 1.
Mahasiswa a. Sebagai sarana latihan kerja bagi Penulis dalam bidang Hiperkes dan Keselamatan Kerja. b. Menambah wawasan dan pengetahuan penulis dalam bidang Hiperkes dan Keselamatan Kerja sekaligus dapat mengaplikasikan ilmu yang diperoleh di bangku kuliah ke dalam dunia kerja nyata.
2.
Perusahaan Perusahaan memperoleh bantuan dari mahasiswa magang dalam pengerjaan tugas kantor dan pengerjaan program Hiperkes dan Keselamatan
Kerja
serta
bisa
dijalin
kerjasama
menguntungkan antara perusahaan dengan pihak kampus. commit to user
yang
saling
6 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Program DIII Hiperkes dan Keselamatan Kerja a.
Meningkatkan kemampuan dan kualitas mahasiswa dalam penerapan ilmu Hiperkes dan Keselamatan Kerja di dunia kerja.
b.
Menambah kepustakaan untuk perkembangan ilmu pengetahuan dalam bidang Hiperkes dan Keselamatan Kerja.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB II METODE PENGAMBILAN DATA
A. Persiapan Pada tahap persiapan ini dilakukan kegiatan administratif di Pusdiklat PT. Krakatau Steel yang meliputi : 1.
Mengajukan permohonan ijin magang ke PT. Krakatau Steel pada bulan Oktober yang di tujukan ke Pusdiklat PT. Krakatau Steel.
2.
Penerimaan surat balasan pernyataan persetujuan magang dari pihak Pusdiklat PT. Krakatau Steel pada bulan Januari.
3.
Pada tanggal 5 Maret 2012, mengurus surat ijin kegiatan magang di Kantor Divisi Pusdiklat (Human Capital Development Centre) bagian pengelola kegiatan magang dan PKL bagi mahasiswa. Kemudian pemberian buku kegiatan magang yang ditandatangani oleh Koordinator Prakerin dan Riset PT. Krakatau Steel.
4.
Tanggal 5 Maret 2012, Pengarahan Keselamatan dan Kesehatan Kerja di Pusdiklat PT. Krakatau Steel. Tujuan training K3 : a.
Memberikan pengetahuan mengenai aspek K3 di lingkungan industri.
b.
Mencegah terjadinya kecelakaan akibat kecerobohan praktikan.
commit to user
7
8 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Manfaat training K3 : a.
Mendapatkan gambaran umum kondisi lingkungan kerja PT. Krakatau Steel.
b.
Mendapatkan pengarahan tentang bagaimana berperilaku aman, nyaman dan selamat di lingkungan kerja.
5.
Pada tanggal 6 Maret 2012, pemberian kartu tanda pengenal untuk izin masuk ke kawasan praktek, beserta pembekalan materi tentang Hiperkes, Keselamatan Kerja dan Lingkungan, selanjutnya mengikuti evaluasi dari materi yang telah didapat.
6.
Konsultasi Pembimbing Lapangan mengenai jadwal kegiatan selama magang di PT. Krakatau Steel.
B. Lokasi Magang ini dilaksanakan di PT. Krakatau Steel yang beralamat di Jl. Industri No 5 PO. BOX. 14 Cilegon Banten 42435, PT. Krakatau Steel, Krakatau Industrial Estate Cilegon.
C. Pelaksanaan Pelaksanaan kegiatan magang dilaksanakan dari tanggal 5 Maret 2012 sampai tanggal 1 Mei 2012 dengan kegiatan sebagai berikut : 1. Observasi Kegiatan observasi dilaksanakan di lapangan kerja PT. Krakatau Steel. Kegiatan observasi ini meliputi hal-hal sebagai berikut : a. Pengenalan Lokasi
commit to user
9 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Profil Perusahaan 2) Proses Produksi b. Identifikasi dan Pengumpulan Data 1) Higiene Perusahaan 2) Kesehatan Kerja 3) Keselamatan Kerja 4) Ergonomi 5) Pengendalian Lingkungan 6) Laboratorium Lingkungan 7) Manajemen K3 2. Administratif Kegiatan administratif yang dilaksanakan selama magang di PT. Krakatau Steel meliputi hal-hal sebagai berikut : a.
Membantu pekerjaan administratif Dinas Hiperkes.
b.
Pengambilan data baik primer maupun sekunder.
c.
Pengolahan data dan pembuatan laporan sementara.
d.
Presentasi.
e.
Penyusunan laporan baik untuk PT. Krakatau Steel maupun untuk Program Diploma III Hiperkes dan Keselamatan Kerja FK UNS.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB III HASIL MAGANG
A. Gambaran Umum Perusahaan 1.
Profil PT Krakatau Steel (Persero) Tbk. PT Krakatau Steel (Persero) Tbk sebagai Badan Usaha Milik Negara, merupakan Industri baja terpadu yang didirikan 31 Agustus 1970 mempunyai kapasitas terpasang 2,5 juta ton produk baja lembaran panas, baja lembaran dingin, dan kawat baja. PT. Krakatau Steel merupakan industri baja yang berlokasi di Kawasan Krakatau Industrial Estate Cilegon, Banten, Indonesia yang menempati area seluas ± 270 Ha. PT. Krakatau Steel berada pada tempat yang sangat strategis, yaitu berada dekat pelabuhan yang merupakan sarana transportasi untuk mendapatkan bahan baku dan pendistribusian produk baik ke dalam negeri maupun ke luar negeri. PT. Krakatau Steel berada di Kota Cilegon, dimana sebelah utara terdapat pelabuhan Merak, sebelah barat terdapat pelabuhan Cigading, sebelah timur dan selatan terdapat Kabupaten Serang, yang semuanya termasuk ke dalam Provinsi Banten. PT. Krakatau Steel adalah satu-satunya industri baja terpadu di Indonesia. Perkembangan Industri baja PT. Krakatau Steel berawal dari ide seorang Perdana Menteri lr. H. Juanda akan kebutuhan industri besi baja untuk menunjang pembangunan di negara berkembang seperti commit to user
10
11 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Indonesia. Kemudian pada tahun 1957 dilakukan penelitian awal oleh Biro Perencanaan Negara yang bekerjasama dengan konsultan asing dan pada tahun 1960 ditandatangani kontrak pembangunan Pabrik Baja Cilegon antara Republik Indonesia dengan All Union Export-Import Corporation (tja-proexpert) of Moscow dengan kontrak No. 080 tanggal 7 juni 1960. Peresmian pembangunan proyek besi baja Trikora Cilegon dilakukan tanggal 20 Mei 1962. Direncanakan proyek tersebut selesai sebelum tahun 1968, namun proyek ini terhenti pada tahun 1965 akibat pergolakan politik dan revolusi nasional. Pada tahun 1970, pemerintah Indonesia kembali mengadakan survei lapangan tentang kelanjutan pembangunan Pabrik Baja Trikora. Dari hasil survei disimpulkan bahwa Pembangunan Pabrik Baja Trikora akan dilanjutkan. Keputusan ini diambil dengan pertimbangan kebutuhan akan besi baja di dalam negeri setiap tahunnya yang semakin meningkat. PT. Krakatau Steel secara resmi berdiri pada tanggal 31 Agustus 1970, bertepatan dengan dikeluarkannya Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 35 Tahun 1970 tentang Penyertaan Modal Negara Republik Indonesia Untuk Pendirian Perusahaan Perseroan (persero) PT. Krakatau
Steel.
Pembangunan
Industri
Baja
dimulai
dengan
memanfaatkan proyek baja sebelumnya, yakni Pabrik Kawat Baja, Pabrik Kawat Tulangan, dan Pabrik Baja Profil. Pabrik-pabrik ini diresmikan oleh Presiden Republik Indonesia pada tahun 1970. Akte pendirian PT. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
12 digilib.uns.ac.id
Krakatau Steel disusun oleh Ibnu Suwoto dan Ir. Suhartoyo dan ditandatangani dihadapan notaris Tan Thory Kie di Jakarta dengan SK47/MK/IX/1971. Pada tahap awal pelaksanaan operasionalnya pemerintah memberikan kepercayaan penuh pada PN Pertamina untuk mengelola dan menjadikan PT. Krakatau Steel sebagai anak perusahaan, namun pada sekitar tahun 1973, PN Pertamina mengalami kesulitan keuangan yang secara otomatis berakibat langsung pada pembangunan PT. Krakatau Steel. Sehubungan dengan itu pemerintah mengambil suatu kebijakan yang dituangkan dalam Kepres No. 13 tanggal 17 April 1975 yang dilanjutkan dengan Kepres No. 50 tahun 1975 yang isinya adalah Keputusan Untuk Melanjutkan Pembangunan PT. Krakatau Steel Dengan Rencana Induk 10 Tahun (1975-1985). Pada tahun 1979, diresmikan penggunaan fasilitas-fasilitas Pabrik Besi Spons (PBS), yaitu DRP I dan DRP II dengan kapasitas 2.3 juta ton per tahun dan Pabrik Batang Kawat (PBK) dengan kapasitas 220.000 ton per tahun, serta fasilitas infrastrukur berupa pusat Pembangkit Listrik Tenaga Uap 400 MW, Pusat Penjernihan Air, Pelabuhan Cigading, serta Sistem Telekomunikasi. Saat ini PT. Krakatau Steel memiliki 7 pabrik yang dibangun dalam jangka waktu yang berbeda-beda dan bervariasi dari yang paling tua sampai yang paling modern (ditinjau dari penggunaan peralatan dan perlengkapan pabriknya). PT. Krakatau Steel juga memiliki 10 anak commit to user
13 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
perusahaan antara lain : PT. Krakatau Industrial Estate Cilegon (PT. KIEC), PT. Krakatau Engineering (PT. KE), PT. Krakatau Bandar Samudra (PT. KBS), PT. KHI Pipe Industries (PT. KHI), PT. Krakatau Wajatama (PT. KWT), PT. Pelat Timah Nusantara (PT. Latinusa), PT. Krakatau Information Technology (PT. KIT), PT. Krakatau Tirta Industri (PT. KTI), PT. Krakatau Daya Listrik (PT. KDL), PT. Krakatau Medika (PT. KM). 2.
Organisasi dan Manajemen a.
Struktur dan Organisasi PT. Krakatau Steel Manjemen PT. Krakatau Steel terdiri dari dewan direksi yang bertanggung
jawab
menjalankan
perusahaan
sesuai
dengan
Anggaran Dasar dan Anggaran Dasar Rumah Tangga (AD/ART). Yang dipimpin oleh seorang Direktur Utama yang memimpin lima orang direktur dan satu deputi direktur yang bertugas membantu Direktur Utama dalam rangka menjalankan tugasnya. Kelima anggota direksi tersebut terdiri atas : 1) Direktorat Produksi Direktorat produksi membawahi empat sub direktorat dan dua puluh divisi dimana divisi HSE berada di bawah koordinasi langsung dari Direktorat Produksi, tanpa melalui sub direktorat. Keempat sub direktorat tersebut adalah Quality Assurance, Iron & Steel Making, Rolling Mill dan Central Maintenance & Facility.
commit to user
14 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Direktorat Sumber Daya Manusia dan Umum Bertugas merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan kebijakan
bidang
personalia,
kesehatan,
kesejahteraan,
pendidikan dan latihan kerja serta merencanakan pengembangan organisasi perusahaan dalam jangka panjang dan hubungan masyarakat, administrasi pengelolaan kawasan, keamanan dan keselamatan kerja. Direktorat Sumber Daya Manusia dan Umum membawahi tiga sub direktorat dan delapan divisi dimana divisi Program Kemitraan dan Bina Lingkungan berada di bawah koordinasi langsung dari Direktorat Sumber Daya Manusia dan Umum, tanpa melalui sub direktorat. Sub direktorat tersebut adalah Human Capital Planning and Development, Human Capital Maintenance and Administration dan Security and General Affair. 3) Direktorat Logistik Bertugas merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan kebijakan dan pembelian kebutuhan bahan baku atau barangbarang yang digunakan pada perusahaan. Direktorat Logistik membawahi dua sub direktorat dan tujuh divisi. Sub direktorat tersebut adalah Logistic Planning dan Procurement. commit to user
15 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Direktorat Keuangan Bertugas merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan kebijakan perusahaan di bidang keuangan. Direktorat Keuangan membawahi empat sub direktorat yang dipimpin oleh direktur dan satu Head of Investor Relation. Direktorat Keuangan membawahi tiga belas divisi. Keempat Corporate
sub
direktorat
Finance,
tersebut
Subsidiaries
adalah
Company
Akuntansi, dan
Sistem
Informasi. 5) Direktorat Pemasaran Bertugas merencanakan, merumuskan, dan mengembangkan kebijakan perusahaan di bidang pemasaran hasil produksi baik di dalam negeri maupun di luar negeri. Direktorat Pemasaran membawahi dua sub direktorat dan sebelas divisi dimana ada tiga divisi yang langsung berada di bawah koordinasi Direktorat, yaitu Profitabilitas dan Produk, Sistem Informasi Pemasaran dan Administrasi Penjualan dan Penelitian dan Pengembangan Pasar. b.
Visi dan Misi Perusahaan 1) Visi Perusahaan baja terpadu dengan keunggulan kompetitif, untuk tumbuh dan berkembang secara berkesinambungan menjadi perusahaan terkemuka di dunia. commit to user
16 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Misi Menyediakan produk baja bermutu dan jasa terkait bagi kemakmuran bangsa.
B. Proses Produksi PT. KS memiliki enam buah fasilitas produksi yang membuat perusahaan ini menjadi satu-satunya industri baja terpadu di Indonesia. Keenam buah pabrik tersebut menghasilkan berbagai jenis produk baja dari bahan mentah. Produk ini banyak digunakan untuk aplikasi Konstruksi Kapal, IPAL, Bangunan, Konstruksi umum, dan lain-lain. Baja lembaran Panas dapat diolah lebih lanjut melalui proses pengerolan ulang dan proses kimiawi di Pabrik Baja Lembaran Dingin menjadi produk akhir yang disebut baja lembaran dingin. Produk ini umumnya digunakan untuk aplikasi bagian dalam dan ruang kendaraan bermotor, kaleng, peralatan rumah tangga, dan sebagainya. Sementara itu, baja billet mengalami proses pengerolan di Pabrik Batang Kawat untuk menghasilkan batang kawat baja yang banyak digunakan untuk aplikasi kawat, mur dan baut, kawat baja, pegas, dan lain-lain. 1.
Pabrik Besi Spons (DRP) Pabrik besi spons menerapkan teknologi berbasis gas alam dengan proses Reduksi langsung menggunakan teknologi Hyl dari Meksiko. Pabrik ini menghasilkan besi spons (Fe) dari bahan mentahnya berupa biji besi pelet, dengan menggunakan gas alam. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
17 digilib.uns.ac.id
Pabrik Besi Spons memiliki dua buah unit produksi dan menghasilkan 2,3 juta ton besi spons per tahun. a.
Hyl I (DRP I dan unit reformer DRP II) : Beroperasi sejak tahun 1979, proses tidak kontinyu (Discharge), masing-masing memiliki kapasitas 1 juta besi spons per tahun. Tingkat metalisasi 88 - 89 %. Unit ini beropersi dengan menggunakan empat modul batch proces dimana setiap modulnya mempunyai dua buah reaktor.
b.
Hyl III : Memulai operasinya pada tahun 1994 dengan menggunakan 2-shafts continuous process, memiliki kapasitas 1,3 juta ton besi spons per tahun. Tingkat metalisasi 91 – 92 %. Besi Spons yang dihasilkan oleh pabrik ini memiliki keunggulan
dibanding sumber lain terutama disebabkan karena rendahnya kandungan residual. Sementara itu tingginya kandungan karbon menyebabkan proses di dalam Electric Arc Furnace (EAF) menjadi lebih efisien dan proses pembuatan baja menjadi lebih akurat. Sehingga hal tersebut menjamin konsistensi kualitas produk baja. Besi spons yang berbentuk butiran merupakan bahan baku utama pembuatan baja, yang nantinya dikirim melalui unit Conveyor Feeding System ke dapur listrik di SSP I, SSP II dan BSP. Urutan proses yang ada di Pabrik Besi Spons yaitu : a.
Pengisian (Charging)
b.
Pendinginan (Cooling)
c.
Reduksi Primary (1000C) commit to user
18 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d.
Reduksi Secondary (1000C)
e.
Pengeluaran (Discharging)
Gambar 1. Proses Produksi Pabrik Besi Spons (Sumber : Data Sekunder) 2.
Pabrik Billet Baja/Billet Steel Plant (BSP) Pada pabrik billet ini memproduksi baja batangan dengan bahan baku utamanya yaitu spons, scrap, kapur, alloys (Al, FeMs, FeHg, FeSi). Kapasitas produksi mencapai 675.000 Ton/tahun. Proses produksi Billet Steel Plant sebagai berikut : a.
Peleburan
b.
Secondary Process
c.
Proses pencetakan (Continues Casting)
d.
Penanganan Billet Hasil dari pabrik billet akan ditransfer ke WRM (Wire Rod Mill)
untuk diolah lagi serta dijual ke PT. Krakatau Waja Tama dan konsumen. commit to user
19 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pabrik billet mempunyai ± 70 grade yang digolongkan menjadi beberapa kelompok grade yaitu low carbon, medium carbon, SD40 dan special. Billet ini merupakan bahan yang setengah jadi serta dapat diolah lagi menjadi produk yang lebih spesifik lagi sesuai dengan keinginannya, seperti besi beton, profil, kawat, paku, dan lain-lain.
Gambar 2. Proses Produksi Pabrik Billet Baja (Sumber : Data Sekunder)
3.
Pabrik Slab Baja/Slab Steel Plant (SSP) Pabrik Slab Baja PT. Krakatau Steel mulai berproduksi tahun 1983. Pabrik Slab Baja dibagi menjadi 2 divisi yaitu SSP I dan SSP II. Secara prinsip aliran proses produksi pada kedua pabrik tersebut sama yaitu peleburan (melting), secondary process, dan pengecoran (Casting). Tetapi perbedaan pada secondary proses SSP II dilengkapi dengan unit RH Vacum Dequshing. Pada awalnya pabrik slab baja ini terdiri dari 4 dapur yang masing-masing berkapasitas 250.000 ton/tahun pada SSP 1. commit to user
20 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Sejak tahun 1992 pabrik ini lebih dikembangkan dengan menambah 2 dapur dengan kapasitas 400.000 ton/tahun yaitu SSP 2.
Gambar 3. Proses Produksi Pabrik Slab Baja (Sumber : Data Sekunder)
4.
Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas/Hot Strip Mill (HSM) HSM memproduksi baja lembaran dari baja slab dengan proses panas. Poses produksi yang berlangsung ada 6 tahapan, yaitu : a.
Furnace
b.
Sizing Press
c.
Roughing mill yang memproduksi coil.
d.
Finishing Mill
e.
Down Coiler
f.
Shearing Line I (SL I) dan SL II yang memproduksi plate. Pabrik ini menghasilkan baja lembaran berupa sheet, plate, dan coil.
Dimana sebelum slab diroling maka dipanaskan terlebih dahulu di dapur commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
21 digilib.uns.ac.id
pada suhu ± 900 C. Dalam proses produksinya pabrik ini menggunakan metode pengeluaran panas. Kapasitas produksinya 2.000.000 ton/tahun.
Gambar 4. Produksi Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Panas (Sumber : Data Sekunder)
5.
Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin/Cold Rolling Mill (CRM) Pabrik pengeloran baja lembaran dingin memproduksi baja lembaran tipis dengan ketipisan hingga 0.18 mm. Bahan baku adalah lembaran dengan ketebalan kurang lebih 3 mm yang dipasok dari pabrik HSM, kemudian dilakukan pengeloran tanpa pemanasan, ketika mengalami reduksi temperatur maksimum adalah 135 oC. Aliran Proses produksi yang ada dalam pabrik sebagai berikut : a.
Coil Yard
b.
Continues Pickling (CPL)
c.
Tandem Cold Mill
d.
Elektolic Cold Mill (ECL)
e.
Batch Annelling Furnace (BAF) commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
f.
Continues Annelling line (CAL)
g.
Dehumidity
h.
Temper Mill
i.
Cold Rolling Finssshing (CRF)
22 digilib.uns.ac.id
Gambar 5. Produksi Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin (Sumber : Data Sekunder)
6.
Pabrik Batang Kawat/Wire Rod Mill (WRM) Pabrik batang kawat ini menggunakan bahan baku yang dipakai adalah billet dengan kualifikasi yang ditentukan Pabrik Billet Baja. Aliran proses produksi yang dilakukan dalam pabrik adalah sebagai berikut : a.
Bahan baku (Billet baja) dipanaskan dalam furnace dengan temperatur mencapai 1300 oC selama 2 – 3 jam.
b.
Direduksi pada Roughing dan intermediate, roughing tram terdiri dari 10 stand sedangkan intermediat commit to user terdiri dari 12 stand. Pada setiap
23 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
stand dilakukan penyemprotan air untuk mengurangi tingkat keasaman pada roll di tiap stand. c.
Pada Finshing area billet baja direduksi menjadi batang kawat sesuai ukuran yang diminta konsumen.
d.
Batang kawat dalam bentuk bar diubah menjadi bentuk gulungan melalui LHD. Setelah digulung setiap 1-10 gulungan diambil satu sampel untuk digunakan sebagai bahan pengujian kualitas sesuai dengan kualifikasi yang diinginkan.
e.
Hasil dari pabrik batang kawat berupa coil batang kawat dengan ukuran diameter 5,5 mm – 20 mm sedangkan kapasitas produksinya adalah 600.000 ton per tahun.
Gambar 6. Proses Produksi Pabrik Batang Kawat (Sumber : Data Sekunder)
commit to user
24 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
C. Higiene Perusahaan Berdasarkan hasil identifikasi faktor dan potensi bahaya yang dilakukan pada 7 pabrik yang ada di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. diperoleh faktor dan potensi bahaya sebagai berikut : 1.
Faktor Bahaya a.
Pabrik Besi Spons 1) Faktor fisika : Panas dari proses pemanasan gas dan proses reformasi gas, bising dari proses transportasi pellet dan proses gas. 2) Faktor kimia : debu dari proses transportasi, debu dari kapur, pellet, korosi pada peralatan, bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses kimia. 3) Faktor biologi : penjamahan makanan serta tempatnya panas dan lembab memudahkan berkeringat sehingga mempermudah perkembangbiakan bakteri dan jamur. 4) Faktor fisiologis : karyawan yang berulang-ulang, dan peralatan yang tidak sesuai antropometri tubuh. 5) Faktor mental-psikologis : shift kerja, monotoni kerja, takut terkena ledakan.
b.
Pabrik Billet Baja Pabrik ini memiliki beberapa faktor bahaya diantanya : 1) Faktor fisika : Panas dari proses charging, melting (di dapur peleburan), ladle furnace, concast, pemotongan dan di billet commit to user
25 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
yard; Bising dari proses pencampuran saat melting di dapur, furnace, dan pemotongan; Radiasi dari radioaktif yang digunakan untuk memotong Billet; Dan getaran dari mesinmesin produksi. 2) Faktor kimia : debu dari proses charging dan melting, debu dari kapur, scale, korosi pada peralatan, bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses ladle furnace. 3) Faktor biologi : penjamahan makanan serta tempatnya panas dan lembab
memudakan
berkeringat
sehingga
mempermudah
perkembangbiakan bakteri dan jamur. 4) Faktor fisiologis : karyawan yang berulang-ulang, peralatan injeksi oksigen yang berat. 5) Faktor mental-psikologis : shift kerja, monotoni kerja, takut terkena pijaran. c.
Pabrik Slab Baja 1 Ada beberapa faktor yang terdapat dalam pabrik Slab Baja – 1 ini. Namun yang paling dominan adalah Panas dan debu. Akan tetapi perlu diketahui juga faktor-faktor bahaya yang diantaranya : 1) Faktor fisika : Panas pada seluruh proses dari awal reparation ladle ketika perbaikaan ladle yang aus karena proses melting, pada proses charging, melting, refining, pouring, ladle furnace, penuangan, membuang kotoran (slag), concast, pemotongan, slab yard, dan scraping; Kebisingan pada proses charging, commit to user
26 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
melting, ladle furnace (menaikkan temperatur), pemotongan, scraping, crane; Getaran pada crane, proeses melting, refining, pouring, concast dan ladle furnace; Radiasi pada proses concast untuk meratakan permukaan slab. 2) Faktor kimia : Debu dari kapur dan beberapa proses yaitu melting, refining, pouring, concast; Slag dari buangan leburan baja; Uap dari melting, refining, pouring, concast, air yang mendidih pada saat pemotongan, dan bahan kimia yang ditambahkan ketika komposisi baja kurang sesuai. 3) Faktor biologi : penjamahan makanan serta pada tempat yang panas memudahkan bakteri dan jamur mudah berkembang. 4) Faktor fisiologis : pada saat memasukkan Mg ada karyawan yang harus naik untuk memperbaiki peralatan dengan posisi kepala menengadah ke atas, shift kerja. 5) Faktor mental psikologis : takut terkena panas, monotoni kerja. d.
Pabrik Slab Baja 2 Pabrik ini memiliki beberapa faktor bahaya diantanya : 1) Faktor fisika : Panas dari proses charging, melting (di dapur peleburan), ladle furnace, concast, pemotongan dan di slab handling; Bising dari proses pencampuran saat melting di dapur, furnace, dan pemotongan; Radiasi sinar UV pada laser yang digunakan untuk memotong Slab; Dan getaran dari mesin-mesin produksi.
commit to user
27 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Faktor kimia : debu dari proses charging dan melting, debu dari kapur, scale, korosi pada peralatan, bahan-bahan kimia yang digunakan dalam proses ladle furnace. 3) Faktor biologi : penjamahan makanan serta tempatnya panas dan lembab
memudakan
berkeringat
sehingga
mempermudah
perkembangbiakan bakteri dan jamur. 4) Faktor fisiologis : karyawanan yang berulang-ulang, peralatan injeksi oksigen yang berat. 5) Faktor mental-psikologis : shift kerja, monotoni kerja, takut terkena pijaran. e.
Pabrik Wire Rod Mill Pabrik Wire Rod Mill memiliki faktor bahaya antara lain : 1) Faktor fisika : Tekanan panas pada furnace, intermediet, preroughing, roughing, NTM, SMC, Mandiel, C Hook; Getaran pada unit SMC, NTM, Preroughing, roughing, dan intermediet; Kebisingan pada unit SMC. 2) Faktor kimia : bahan kimia di unit NTM. 3) Faktor biologi : mikroorganisme atau lalat pada penyajian makanan.
f.
Pabrik Hot Strip Mill Pada pabrik Hot Strip Mill ini faktor yang dominan adalah faktor fisika. Namun, selain faktor fisika ada pula faktor bahaya lain, diantaranya:
commit to user
28 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1) Faktor fisik : Tekanan panas pada proses furnace, sizing press, preroughing,
roughing,
finishing,
recoiler,
pengelasan;
Kebisingan pada sizing press; Radiasi pada proses finishing dan pengelasan. 2) Faktor kimia : scale sisa pembersihan hasil dari pabrik Hot Strip Mill. 3) Faktor biologi : mikroorganisme atau lalat pada penyajian makanan. g.
Pabrik Cold Rolling Mill Analisa faktor bahaya pada proses Cold Rolling Mill antara lain : 1) Faktor fisika : Panas dari mesin furnace, Getaran dari mesin produksi tempa, dan penerangan yang kurang. 2) Faktor kimia : Infeksi dari hasil coil yang korosif atau mesin yang korosif, bekas pelumas yang menempel pada pegangan tangga, bahan kimia yang dipakai pada waktu cleaning (HCl). 3) Faktor ergonomi : shift kerja malam. 4) Faktor biologi : mikroorganisme atau lalat pada penyajian makanan. 5) Mental psikologis : monotoni kerja.
commit to user
29 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Pengendalian yang Ada di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. Dari hasil pengamatan yang dilakukan pada 7 pabrik yang ada di PT. Krakatau Steel telah dilaksanakan pengendalian faktor dan potensi bahaya : a.
Faktor Fisik 1) Kebisingan PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. telah melakukan program pengendalian dengan melakukan pengukuran berkala 1 bulan sekali pada area kebisingan, menyediakan alat pelindung diri (ear plug, ear muff, dan busa), penyediaan control room agar karyawan tidak banyak terpapar bising, adanya administratif control seperti adanya rotasi jam kerja (shift) antara karyawan, pemasangan rambu-rambu keselamatan (intensitas kebisingan, slogan K3, dan APD yang harus dipakai), dan tes audiometric pada Medical Check Up (MCU). 2) Penerangan Pengendalian pada penerangan antara lain : dengan menerapkan standar penerangan sesuai dengan kebutuhan dilokasi. 3) Tekanan Panas Dalam hal ini perusahaan telah melakukan program pengendalian terhadap tekanan panas antara lain dengan melakukan
pengukuran
berkala
terhadap
iklim
kerja,
menyediakan alat pelindung diri (baju tahan api, sarung tangan, commit to user
30 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sepatu safety, tameng muka, capucon dan helm khusus), adanya rotasi kerja antara karyawan, penyediaan air minum dan dispenser, extra fooding berupa susu pasteurisasi, control room dengan fasilitas AC, ruang istirahat dan ruang crane yang dilengkapi dengan fasilitas AC. 4) Vibrasi Sebagai upaya pengendalian terhadap getaran ini perusahaan telah melakukan beberapa langkah pengendalian antara lain : desain tempat kerja seperti control room, ruang istirahat dan crane telah dilengkapi dengan karet peredam, dan perawatan dan pemeliharaan rutin untuk alat berat. 5) Radiasi Pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan yaitu dengan adanya pemantauan pada area radiasi, pemasangan rambu-rambu keselamatan tanda radiasi, dan safety line. Selain itu karyawan telah dilengkapi dengan alat pelindung diri (kacamata cobalt dan film badge), adanya rotasi kerja antara karyawan dan MCU terhadap paparan radiasi. b.
Faktor Kimia 1) Debu Pengendalian paparan debu beserta dampak debu terhadap karyawan, perusahaan telah melakukan program yaitu dengan melakukan pengukuran untuk memantau debu jatuh dan commit to user
31 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lingkungan, Dedusting Plant yaitu alat untuk menghisap dan memadatkan debu ambient yang dipasang di Pabrik Billet Baja, Pabrik Slab Baja 1 dan Pabrik Slab Baja 2, menyediakan alat pelindung diri (masker, kacamata dan capucon), adanya rotasi kerja antara karyawan, pemberian extra fooding berupa susu pasteurisasi untuk menetralkan racun di dalam tubuh, control room, memasang rambu-rambu keselamatan terutama jenis APD yang harus dikenakan serta menyediakan compressor yang merupakan udara bertekanan untuk membersihkan debu yang menempel pada baju. 2) Gas Pengendalian dilakukan dengan melakukan pengukuran gas untuk melakukan pemantauan, pada gas-gas yang dapat menimbulkan bahaya tertentu dilakukan pemasangan dipasang rambu-rambu bahaya kebakaran dan peledakan, rambu dilarang merokok dan tanda bahaya dilarang membuat api, untuk gas yang beracun dipasang rambu-rambu pemakaian respirator, tanda gas beracun dan korosi serta menyediakan APD berupa masker dan respirator. 3) Uap Area-area yang terdapat faktor kimia berupa uap beracun, dipasang rambu-rambu pemakaian respirator. commit to user
32 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Faktor Biologi Pengendalian yang dilakukan oleh pihak perusahaan yaitu dengan menyediakan tempat mencuci tangan, udara bertekanan, control room dengan fasilitas AC dan sanitasi (toilet) serta menjamin bahan makanan yang diolah berasal dari bahan yang bersih, peralatan yang digunakan untuk memasak juga bersih, petugas kantin diwajibkan menggunakan alat pelindung berupa celemek, tutup kepala, sarung tangan juga masker wajah, penyajian makanan di kantin juga harus di tutup dengan tutup saji. Hal ini dimaksudkan untuk mengurangi penyebaran kuman dan penyakit pada makanan.
D. Kesehatan Kerja Kesehatan kerja di PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. berada pada Dinas Hiperkes dan merupakan salah satu dinas yang berada di bawah divisi HSE. 1.
Struktur Organisasi Dinas Hygiene Perusahaan dan Kesehatan Kerja (Hiperkes) dipimpin oleh Superintendent yang membawahi fungsional, yaitu : a.
Engineer Ergonomi
b.
Spesialis Gizi Kerja
c.
Spesialis Kesehatan Kerja
d.
Engineer Higiene Industri
e.
Paramedis Pos P3K commit to user
33 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PT. Krakatau Steel belum mempunyai dokter perusahaan. Oleh karena itu, yang biasanya dimintai konsultasi oleh karyawan/tenaga kerja adalah spesialis kesehatan kerja dan spesialis gizi kerja. 2.
Pemeriksaan Kesehatan a.
Pemeriksaan Kesehatan karyawan meliputi : 1) Pemeriksaan kesehatan calon karyawan. 2) Pemeriksaan kesehatan berkala (Medical Check Up atau MCU). 3) Pemeriksaan kesehatan khusus yaitu : a) Audiometri untuk karyawan yang terpapar bising. b) Spirometri untuk karyawan yang terpapar debu dan B3. c) Pemeriksaan mata untuk karyawan yang terpapar sinar menyilaukan. d) Pemeriksaan
karyawan
radiasi
radio
aktif
untuk
mengidentifikasi terjadinya penyakit kanker. e) Mengidentifikasi karyawan wanita dengan papsmear yang sudah berkeluarga dan berumur 40 tahun. f)
Rekomendasi kesehatan kerja.
4) Pemeriksaan khusus pada kelompok karyawan sesuai dengan indikasi kasus (temuan penyakit akibat kerja), pemantauan kesehatan meliputi : a) Pemantauan penyakit degeneratif berdasarkan hasil MCU.
commit to user
34 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Pemantauan trend dan pola penyakit akibat kerja dan pemeriksaan kesehatan secara khusus serta penyakit menular. c) Pemantauan status gizi karyawan. b.
Pemeriksaan Kesehatan Berkala (PKB) 1) Pengertian dan Tujuan Pengertian dari Pemeriksaan Kesehatan Berkala (PKB) adalah pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara periodik terhadap karyawan organik PT. Krakatau Steel dengan rekomendasi oleh dokter penguji kesehatan PT. Krakatau Steel. Tujuan dilaksanakan Pemeriksaan Kesehatan Berkala adalah : a) Mempertahankan derajat kesehatan dan produktivitas karyawan. b) Mengetahui adanya Penyakit Umum dan Penyakit Akibat Kerja sedini mungkin akibat pengaruh karyawanan dan lingkungan kerja atau proses usia. c) Dasar perancangan tindakan pencegahan. 2) Dasar Hukum PKB di Perusahaan : a) UU No. 1 tahun 1970 pasal 8 tentang norma-norma mengenai pemeriksaan kesehatan berkala. b) PERMENAKERTRANS Pemeriksaan
Kesehatan
No. 2 tahun 1980 Tenaga
Penyelenggaraan Keselamatan Kerja. commit to user
Kerja
tentang Dalam
35 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c) PERMENAKERTRANS
No. 1 tahun 1981
tentang
Kewajiban Melaporkan Penyakit Akibat Kerja. d) PERMENAKERTRANS
No. 3 tahun 1982
tentang
Pelayanan Kesehatan Kepada Tenaga Kerja. e) KEP.333/MEN/1989 tentang Diagnosis dan Pelaporan Penyakit Akibat Keja. f)
UU No. 36 tahun 2009 tentang Kesehatan.
g) SK Direksi PT. Krakatau Steel No. 43/C/DD-KS/Kpts/1996 tentang Peraturan Perusahaan PT. Krakatau Steel (pasal 54, 77 dan 78). h) SE Kasubdit SDM dan Umum tentang Pertanggungan Biaya Pemeriksaan Kesehatan Berkala oleh Perusahaan. 3) Langkah Pelaksanaan PKB a) Divisi Personalia memberikan daftar karyawan disusun dengan menurut Tanggal Masuk Bekerja (TMB). b) Dinas Hiperkes meneliti daftar karyawan untuk membuat daftar calon peserta. c) Daftar peseta PKB diserahkan Dinas Hiperkes untuk dibuat surat pemberitahuan tentang hak karyawan mendapat PKB dan menyusun jadwal panggilan. d) Dinas Hiperkes membuat surat panggilan PKB dan didistribusikan pada karyawan secara langsung atau menggunakan jasa pos terpadu. commit to user
36 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e) Karyawan menerima panggilan dan melaksanakan PKB di Rumah Sakit Krakatau Medika. Karyawan yang tidak dapat memenuhi panggilan atau menunda pelaksanaan PKB memberitahukan kepada Dinas Hiperkes untuk dijadwal ulang atau diganti pada hari lain. f)
Peserta PKB melakukan regristasi di Rumah Sakit Krakatau Medika.
g) Pesrta PKB mendapat pengarahan dari koordinator PKB. h) Peserta PKB melaksanakan pemeriksaan PKB dengan mekanime sebagai berikut : (1) Pengambilan darah untuk pemeriksaan laboratorium yang meliputi pemeriksaan darah, urine dan feces. (2) Peserta melakukan buka puasa setelah melaksanakan puasa selama 10 jam, kemudian melanjutkan puasa selama 2 jam untuk pemeriksaan gula darah. (3) Selama waktu 2 jam ini peserta mengikuti kegiatan pemeriksaan Rongent dan pemeriksaan jantung serta pemeriksaan jasmani. (4) Setelah puasa 2 jam maka peserta kembali diambil darahnya untuk pemeriksaan gula darah setelah makan. (5) Kemudian buku diserahkan pada Koordinator PKB dan para peserta boleh pulang. commit to user
37 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(6) Koordinator PKB mengumpulkan dokumen hasil PKB dan mencatatnya pada buku Medical Record (MR) dan komputer. (7) Buku MR yang sudah diisi oleh koordinator PKB kemudian diserahkan pada dokter penanggung jawab PKB Rumah Sakit Krakatau Medika untuk dibuat kesimpulan dan saran. (8) Buku MR kemudian diserahkan pada dokter PKB untuk dibuat rekomendasi kesehatan. Jenis Rekomendasi PKB adalah: (a) Dapat bekerja seperti biasa (DBSB) (b) Sementara DBSB dengan pengobatan atau tanpa pengobatan (c) Tidak DBSB perlu penyesuaian pekerjaan : (1) Dengan Pengobatan (2) Tanpa Pengobatan (9) Buku
Medical
Record
yang
telah
selesai
direkomendasikan oleh dokter penguji kesehatan Kerja untuk dilakukan : 1) Administrasi PKB 2) Medical Record (10) Inspektor kesehatan Kerja mengecek kehadiran peserta dengan melihat buku yang telah selesai. commit to user
38 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
(11) Distribusikan hasil PKB pada pesrta dilakukan secara langsung atau pos terpadu. (12) Karyawan dilakukan
yang
mempunyai
pemeriksaan
lanjut
kelainan
kesehatan
(rujukan/periksaan
khusus). (13) Karyawan melaksanakan pemeriksaan rujukan dan menyerahkan hasil pemeriksaan tersebut pada dokter PKB untuk dilakukan rekomendasi pekerjaan. (14) Inspektor Kesehatan Kerja melakukan pemantauan terhadap karyawan dengan temuan kesehatan. 4) Parameter PKB a) Pemeriksaan jasmani penyakit dalam. b) Pemeriksaan gigi geligi meliputi gigi, extra oral dan intra oral. c) Pemeriksaan mata meliputi kelompok mata, bolamata, kornea, iris, pupil, lensa. d) Pemeriksaan
THT
meliputi
telinga,
hidung,
dan
tenggorakan. e) Pemeriksaan Kardiologi meliputi Elektro Kardio Gram (EKG). f)
Periksaan Radiolagi meliputi jantung, diafragma, dan paru – paru. commit to user
39 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
g) Pemeriksaan kebidanan dan penyakit kandungan (untuk karyawan tertentu). h) Hasil pemeriksaan laboratorium meliputi : (1) Pemeriksaan darah lengkap kecil yang meliputi Hb, lekosit, Basofil, Eosinofil (batang dan segmen) Limfosit, Monosit, Laju Endap Darah (LED). (2) Pemeriksaan urine lengkap meliputi protein, reduksi, keton, bilirubin, urobili sedimen (lekosit, eritrosit, kristal, epitel, silinder) (3) Pemeriksaan feces rutin meliputi konsistensi, darah, lendir, amuba, kista,
lekosit, telur – telur cacing
(Ascaris lumbicoides, Trichuris, Strongyoides dan Oxyuris). (4) Pemeriksaan kimia darah meliputi gula darah puasa (nucher), gula darah 2 jam setelah makan, cholesterol, triglicerida, ureum, kreatinin, asam urat, HDL. 3.
Pembinaan dan Pengawasan Penyesuaian Pekerjaan terhadap Tenaga Kerja a.
Pengawasan
ergonomi
fisik
dan
pembinaan
tindak
lanjut
ketidaksesuaian meliputi : 1) Pemantauan kinerja ergonomi unit produksi. 2) Pemantauan risiko WMSDs (Work Muscolosceletal Disolder). commit to user
40 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Pembinaan dan pengawasan Hygiene dan sanitasi tempat kerja (House Keeping) dan tindak lanjut ketidaksesuaian. 4) Pengawasan dan pembinaan karyawan yang terpapar faktor lingkungan kerja ekstrim. b. 4.
Penyesuaian karyawanan akibat keterbatasan kemampuan fisik.
Pembinaan dan Pengawasan Lingkungan Kerja Dilakukan pembinaan dan pengawasan lingkungan kerja, yaitu berupa pengendalian lingkungan dan pengendalian faktor-faktor bahaya di tempat kerja untuk mencegah karyawan terpapar faktor bahaya sehingga tidak mengganggu kesehatannya.
5.
Pembinaan dan Pengawasan Perlengkapan Sanitasi Merupakan program preventif yaitu pembinaan dan pengawasan Hygiene dan sanitasi tempat kerja (House Keeping) dan tindak lanjut ketidaksesuaian.
6.
Pembinaan dan Pengawasan Kesehatan untuk Tenaga Kerja a.
Promotif Upaya promotif adalah upaya peningkatan derajat kesehatan karyawan melalui peningkatan pengetahuan dan pelaksanaan pola hidup sehat di tempat kerja dan perbaikan gizi kerja. Adapun ruang lingkup kegiatan promotif, yaitu : 1) Induction Course untuk karyawan baru. 2) Sosialisasi Pola Hidup Sehat. 3) Sosialisasi Program Konservasi Pendengaran (HCP). commit to user
41 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Sosialisai Ergonomi Kerja. 5) Konseling Kesehatan. 6) Edukasi Hasil PKB (Pemeriksaan Kesehatan Berkala) untuk kelompok umum penyakit degeneratif dan kelompok penyakit kronis. 7) Sosialisai profil Hiperkes unit kerja. 8) Pelatihan Satgas Medis (Tim TKTD Unit Kerja). 9) Pembinaan dan Pengawasan kantin. 10) Pembinaan dan Pengawasan air minum di perusahaan (air minum kemasan kelas A). 11) Pembinaan dan pengawasan extra fooding. 12) Pembinaan dan pengawasan pola makan karyawan. 13) Vaksinasi Hepatitis sesuai indikasi (kasus). 14) Sosialisasi
pengendalian
risiko
Diabetes
Mellitus
dan
Dislipedemia b.
Preventif 1) Sasaran kegiatan preventif adalah : a) Pencegahan timbulnya kasus baru baik penyakit umum maupun penyakit akibat kerja. b) Mengendalikan risiko keparahan penyakit. c) Mengendalikan risiko kecacatan (anatomi atau fisiologi akibat kerja atau kecelakaan kerja). commit to user
42 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Ruang lingkup program preventif : a) Pengawasan ergonomi fisik dan pembinaan tindak lanjut ketidaksesuaian meliputi : (1) Pemantauan kinerja ergonomi unit produksi. (2) Pemantauan risiko WMSDs (Work Muscolosceletal Disolder). (3) Pembinaan dan pengawasan Hygiene dan sanitasi tempat kerja (House Keeping) dan tindak lanjut ketidaksesuaian. (4) Pengawasan dan pembinaan karyawan yang terpapar faktor lingkungan kerja ekstrim. c.
Kuratif dan Rehabilitatif Pemantauan pada karyawan dengan indikasi sakit berdasarkan evaluasi kunjungan karyawan pada poliklinik perusahaan atau rumah sakit rujukan meliputi : rawat jalan, rawat inap, darurat medis dan konsul/rujukan kesehatan. Kegiatan-kegiatan kuratif dan rehabilitatif, sebagai berikut : 1) Pemantauan kunjungan poliklinik. 2) Pemantauan biaya perawatan kesehatan. 3) Pemantauan trend dan pola penyakit karyawan. 4) Pemantauan prevalensi kasus baru. 5) Pemantauan status penyembuhan penyakit. commit to user
43 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6) Pemantauan rehabilitasi medis pada rawat inap, kecelakaan kerja dan kecacatan fisik. 7) Pemantauan sakit berkepanjangan. 8) Pemantauan dan pengendalian karyawan yang mangkir sakit. 9) Pelayanan pengobatan pemeriksaan medis dan penunjang serta rujukan pada karyawan dan keluarga. 10) Pelayanan darurat medis (Pos P3K Pabrik, UGD RSKM, UGD RS rujukan lainnya). 11) Penyesuaian karyawanan akibat keterbatasan kemampuan fisik 7.
Pengobatan dan Pencegahan Penyakit Umum dan Penyakit Akibat Kerja (PAK) Merupakan upaya promotif, preventif, kuratif dan rehabilitatif seperti pembinaan dan pengawasan kesehatan untuk tenaga kerja, sudah termasuk di dalamnya seperti : a.
Edukasi Hasil PKB (Pemeriksaan Kesehatan Berkala) untuk kelompok umum penyakit degeneratif dan kelompok penyakit kronis.
b.
Vaksinasi Hepatitis sesuai indikasi (kasus).
c.
Sosialisasi pengendalian risiko Diabetes Mellitus dan Dislipedemia
d.
Pemantauan risiko WMSDs (Work Muscolosceletal Disolder).
e.
Pelayanan pengobatan pemeriksaan medis dan penunjang serta rujukan pada karyawan dan keluarga commit to user
44 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f.
Pelayanan darurat medis (Pos P3K Pabrik, UGD RSKM, UGD RS rujukan lainnya).
8.
Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) Terjadinya kecelakaan yang tidak ketahui kapan waktu terjadinya dan korban
yang
menderita
perlu
pertolongan,
maka
dibutuhkan
kesiapsiagaan dan penanganan korban secara cepat dan tepat dengan tujuan korban dapat terselamatkan dan tidak terjadi keparahan cidera atau sakit. Untuk mengantisipasi kecelakaan maka perlu adanya tim tenaga medis dan kelompok yang dapat memfungsikan diri sebagai satgas medis. Pertolongan Pertama Pada kecelakaan (P3K) mempunyai fungsi memberikan penanganan terhadap kecelakaan atau sakit agar dapat sembuh atau mencegah terjadinya keparahan cidera atau sakit. Untuk mengantisipasi hal tersebut di atas, PT. Krakatau Steel mendirikan Pos P3K yang dibawah pengawasan Dinas Hiperkes. Dalam melaksanakan fungsinya, Pos P3K siap siaga 24 jam dengan empat tenaga medis yang bertugas. Pos P3K disiapkan sebuah mobil ambulance untuk operasional yang siaga 24 jam. Pada setiap pabrik didirikan shelter yang berfungsi sebagai tempat penampungan sementara korban kecelakaan sebelum dibawa ke pos P3K atau ke rumah sakit rujukan. Pada shelter dikelola oleh satgas medis dari tenaga kerja yang dibentuk pada setiap shift yang secara rutin dilakukan pelatihan. commit to user
45 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Pos P3K selain memberikan pertolongan pada kecelakaan juga mempunyai fungsi pelayanan distribusi obat P3K pada setiap pabrik. Prosedur Distribusi obat P3K yang dilaksanaan adalah sebagai berikut : a.
Divisi atau dinas yang memerlukan obat P3K mengajukan surat permintaan yang ditujukan kepada Divisi HSE.
b.
Spesialis/Engineering Dinas Hiperkes bersama–sama Plant Inspektor atau
petugas
dinas/divisi
pemohon,
melakukan
pengecekan
lapangan. Hasil rekomendasi Inspektor Kesehatan Kerja dijadikan pedoman dalam menentukan jumlah obat P3K. c.
Dinas Hiperkes mengajukan surat permintaan pengadaan obat P3K otonom Rumah Sakit Krakatau Medika.
d.
Rumah Sakit Krakatau Medika menyediakan obat P3K sesuai dengan permintaan dan mendistribusilkan pada Dinas Hiperkes.
e.
Spesialis/Engineeing permintaan
yang
Dinas dikirim
Hiperkes RS
melakukan
Krakatau
Medika,
pengecekan kemudian
pengelompokan yang masing–masing paket terdiri 7 macam obat P3K. f.
Inspektor Kesehatan Kerja menginformasikan pada Dinas/Divisi permohonan untuk mengambil obat P3K tersebut.
g.
Divisi atau Dinas permohonan mendistribusikan obat P3K pada unit–unit kerja yang terkait sesuai dengan ketentuan.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
46 digilib.uns.ac.id
Sedangkan Isi dan Fungsi paket obat P3K sebagai berikut : a.
Septadine (cair) berfungsi untuk membersihkan luka, mengompres luka dan membunuh kuman.
b.
Bioplacenton yang berfungsi untuk mengobati luka bakar.
c.
Rivanol yang berfungsi untuk membersihkan luka dari segala kotoran dan menutup luka yang sudah bersih.
d.
Perban untuk menutup luka, pembersih luka dan pengikat bidai.
e.
Kapas untuk membersihkan luka kecil.
f.
Plaster untuk melekatkan perban sehingga luka tertutup. Peralatan P3K yang didistribusikan di seluruh unit kerja pada titik-
titik yang ditentukan meliputi : a.
Tandu
b.
Spalk
c.
Mitella
d.
Oksigen kit
e.
Buku Saku P3K Penempatan kotak Obat P3K di pabrik-pabrik dengan jumlah lokasi
sebagai berikut : a.
Divisi PBS terdiri 25 lokasi
b.
Divisi HSM terdiri 30 lokasi
c.
Divisi CRM terdiri 25 lokasi
d.
Divisi WRM terdiri 13 lokasi
e.
Divisi SSP I terdiri 44 lokasi commit to user
47 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9.
f.
Divisi SSP II terdiri 23 lokasi
g.
Divisi BSP terdiri 16 lokasi
h.
Divisi Utility terdiri 15 lokasi
Pendidikan Kesehatan untuk Tenaga Kerja dan Pelatihan P3K Program promosi kesehatan tahun 2012 ditujukan pada karyawan yang mempunyai resiko terhadap penyakit jantung, hipertensi, dan diabetes militus serta karyawan yang ijin sakit tinggi. Jenis-jenis promosi kesehatan : a.
Konseling MCU Medical Check Up
b.
Edukasi MCU
c.
Sosialisasi pola hidup sehat
d.
Infomasi kesehatan
e.
Progam-progam khusus promosi kesehatan seperti senam.
f.
Kecukupan gizi
g.
Road show tim promkes
h.
Seminar kesehatan
i.
Induction Course karyawan baru Materi yang digunakan untuk promosi pola hidup sehat adalah gizi
seimbang, pola makan, IMT, fungsi air minum, dan olahraga kesehatan dengan berlokasi di Human Capital Training Education Center. Telah dilakukan pelatihan P3K yaitu pelatihan terhadap satgas medis pos P3K. commit to user
48 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
10. Pemberian
Nasihat
tentang
Tempat
Kerja,
APD,
Gizi
dan
Penyelenggaraan Makanan di Tempat Kerja Telah dilakukan pembinaan dan pengawasan kantin, pembinaan dan pengawasan air minum di perusahaan (air minum kemasan kelas A). serta pembinaan dan pengawasan extra fooding yang merupakan upaya promotif. Selain itu, salah satu upaya pemenuhan kesehatan karyawan yang baik dan menyehatkan adalah dengan pengadaan kantin. Dalam penyajian makanan bahan makanan yang diolah berasal dari bahan yang bersih, peralatan yang digunakan untuk memasak juga bersih bebas dari debu dan lalat, ada ventilasi (exhauster atau AC) untuk sirkulasi udara, petugas kantin diwajibkan menggunakan alat pelindung berupa celemek, tutup kepala, sarung tangan juga masker wajah, serta penyajian makanan di kantin juga harus di tutup dengan tutup saji untuk menghindarkan dari hewan pembawa penyakit. Selain itu, ruangan kantin juga harus dalam keadaan bersih yaitu : lantai, meja, kursi dan peralatan makan serta menyediakan peralatan mencuci tangan, wastafel, tissue pada setiap meja makan untuk karyawan yang masuk ke kantin. 11. Membantu Rehabilitasi Penyakit Akibat Kerja Termasuk upaya kuratif fan rehabilitatif. Diantaranya adalah pemantauan rehabilitasi medis pada rawat inap, kecelakaan kerja dan kecacatan fisik; pemantauan dan pengendalian karyawan yang mangkir sakit; pelayanan pengobatan pemeriksaan medis dan penunjang serta commit to user
49 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
rujukan pada karyawan dan keluarga; dan pelayanan darurat medis (Pos P3K Pabrik, UGD RSKM, UGD RS rujukan lainnya). 12. Pembinaan dan Pengawasan Tenaga Kerja yang Memiliki Kelainan Tertentu Dilakukan Pemeriksaan Kesehatan Berkala (PKB), yaitu pemeriksaan kesehatan yang dilakukan secara periodik terhadap karyawan organik PT. Krakatau Steel dengan rekomendasi oleh dokter penguji kesehatan PT. Krakatau Steel. Apabila ditemukan karyawan dengan kelainan kesehatan, dilakukan pemeriksaan
lanjut
(rujukan/pemeriksaan
khusus).
Karyawan
melaksanakan pemeriksaan rujukan dan menyerahkan hasil pemeriksaan tersebut pada dokter PKB untuk dilakukan rekomendasi pekerjaan. 13. Pelaporan secara Berkala Setelah dilakukan
pemeriksaan kesehatan berkala, dilakukan
pelaporan hasil pemeriksaan yaitu sebagai berikut : a.
Koordinator PKB mengumpulkan dokumen hasil PKB dan mencatatnya pada buku Medical Record (MR) dan komputer.
b.
Buku MR yang sudah diisi oleh koordinator PKB kemudian diserahkan pada dokter penanggung jawab PKB Rumah Sakit Krakatau Medika untuk dibuat kesimpulan dan saran.
c.
Buku MR kemudian diserahkan pada dokter PKB untuk dibuat rekomendasi kesehatan. commit to user
50 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d.
Buku Medical Record yang telah selesai direkomendasikan oleh dokter penguji kesehatan Kerja untuk dilakukan : 1) Administrasi PKB 2) Medical Record
e.
Inspektor kesehatan Kerja mengecek kehadiran peserta dengan melihat buku yang telah selesai.
f.
Distribusikan hasil PKB pada peserta dilakukan secara langsung atau pos terpadu.
14. Fasilitas Pelayanan Kesehatan Kerja a.
Rumah Sakit Perusahaan dan Rujukan PT Krakatau Steel adalah perusahaan yang memperhatikan kesehatan tenaga kerja. Hal ini dibuktikan dengan adanya pemeriksaan
berkala
dan
pemeriksaan
khusus.
Hasil
dari
pemeriksaan tersebut, diuji lebih lanjut ke Rumah Sakit Krakatau Medika (RSKM), yang bertempat di Cilegon. RSKM merupakan bagian dari PT Krakatau Steel, yang berfungsi memberikan pelayanan kesehatan tenaga kerja khususnya dan pada masyarakat umumnya. Selain RSKM, PT Krakatau Steel juga bekerjasama dengan beberapa rumah sakit rujukan tersebut diantaranya: Rumah Sakit kanker Darmais, Rumah Sakit Pertamina, Rumah Sakit Jantung Harapan Kita, Rumah Sakit Paru Cipto Mangunkusumo, Rumah Sakit Siloam dan Rumah Sakit Darmawangsa. Rumah sakit rujukan commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
51 digilib.uns.ac.id
tersebut difungsikan sebagai tempat pengobatan bagi tenaga kerja yang mengalami gangguan kesehatan yang memerlukan penanganan lebih lanjut. Pemeriksaan berkala dilakukan secara periodik setahun sekali dan pemeriksaan khusus secara periodik sesuai dengan tingkat resiko penyakit akibat kerja. b.
Sarana Olah Raga Sarana olahraga perusahaan terdiri dari lapangan sepak bola standar international, kolam renang standar international, lapangan golf, lapangan bola volley yang tersebar di seluruh unit kerja, lapangan tenis, lapangan bola basket, GOR bulu tangkis dan area unit kerja untuk kegiatan senam massal dilakukan setiap hari jumat.
15. Gizi Kerja Pada awalnya kebijakan pelayanan gizi kerja di PT. Krakatau Steel adalah dengan memberikan makan dan extra fooding, dimana extra fooding yang diberikan dalam bentuk susu pasteurisasi dan UHT secara rutin. Pelayanan extra fooding ini ditujukan pada seluruh Direktorat Produksi maupun Direktorat Non Produksi. Pada bulan Juli 1998 Divisi Personalia mengeluarkan Surat Edaran yang intinya meminta Dinas Hiperkes untuk melakukan evaluasi penelitian guna menetapkan karyawan yang berhak untuk mendapatkan extra fooding berdasarkan kriteria : 1) Karyawan dengan waktu kerja shift. commit to user
52 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Karyawan yang bekerja pada faktor lingkungan berbahaya. 3) Karyawan yang bekerja dengan beban fisik berat/karyawan yang kerjanya 70 % di pabrik/di bengkel dan di lapangan. Untuk air minum, perusahaan menyediakan fasilitas dispenser dan gallon air minum dalam jumlah cukup. Pemeriksaan kualitas diteliti secara rutin oleh PT. Quelle dan secara periodik dilakukan pemeriksaan pada lab independent. Tabel 1. Distribusi air minum dispenser di setiap unit kerja NO
TEMPAT KERJA
JUMLAH DISPENSER
1.
Pabrik Besi Spons
29
2.
PRWT Pabrik Besi Spons
30
3.
Pabrik Billet Baja
34
4.
SSP I dan PPSB
46
5.
SSP II dan PPSB
26
6.
PPBLD dan PP III
21
7.
PPBLD
19
8.
PRWT PPBLD
31
9.
WRM
31
10.
PHP
12
11.
Utility
16
12.
PL dan P
26
13.
Pengendalian Kualiatas
22
TOTAL
343
commit to user (Sumber : Data Sekunder)
perpustakaan.uns.ac.id
53 digilib.uns.ac.id
Selain itu, salah satu upaya pemenuhan kesehatan karyawan yang baik dan menyehatkan adalah dengan pengadaan kantin. Di PT. Krakatau Steel terdapat 13 kantin yang beroperasi secara aktif guna memenuhi kebutuhan makan dan gizi yang menunjang. Adapun nama-nama kantin tersebut adalah kantin ADB, kantin Logistik, kantin Pusdiklat, kantin Pabrik Besi Spons (PBS), kantin Gedung Produksi, kantin P2P, kantin Billet Steel Plan (BSP), kantin Slab Steel Plan (SSP), kantin Wire Rod Mill (WRM), kantin Hot Strip Mill (HSM), kantin Keamanan, kantin PPC, dan kantin Cold Rolling Mill (CRM). Dalam penyajian makanan bahan makanan yang diolah berasal dari bahan yang bersih, peralatan yang digunakan untuk memasak juga bersih bebas dari debu dan lalat, ada ventilasi (exhauster atau AC) untuk sirkulasi udara, petugas kantin diwajibkan menggunakan alat pelindung berupa celemek, tutup kepala, sarung tangan juga masker wajah, serta penyajian makanan di kantin juga harus di tutup dengan tutup saji untuk menghindarkan dari hewan pembawa penyakit. Selain itu, ruangan kantin juga harus dalam keadaan bersih yaitu : lantai, meja, kursi dan peralatan makan serta menyediakan peralatan mencuci tangan, wastafel, tissue pada setiap meja makan untuk karyawan yang masuk ke kantin. Akan tetapi, tidak dilakukan pemeriksaan kesehatan terhadap penjamah makanan. Perusahaan tidak memberikan makan siang kepada pekerja, melainkan memberikan jatah uang makan sebagai pengganti makan siang commit to user
54 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tersebut. Pekerja di PT. Krakatau Steel rata-rata bekerja dengan kategori beban kerja yang sedang, dimana kebutuhan kalori untuk pekerja sedang adalah 1200 kalori untuk makan siang. Diperkirakan uang yang diberikan pada pekerja untuk menu makan siang yang sesuai dengan gizi sudah mencukupi kalori yang dibutuhkan.
E. Keselamatan Kerja 1.
Struktur Organisasi Dinas Keselamatan Kerja, dipimpin oleh seorang Superintendent yang membawahi beberapa fungsional yaitu :
2.
a.
Engineer Pembinaan dan Pengawasan Keselamatan Kerja
b.
Engineer Safety Pesawat Uap dan Bejana Tekan
c.
Engineer Peraturan dan Standar Keselamatan Kerja
d.
Engineer Pesawat Angkat & Angkut
e.
Engineer Safety Radiasi
Potensi Bahaya a.
Pabrik Besi Spons 1) Ledakan Ledakan dapat terjadi pada proses pemanasan gas di area gas heater, steam dan area reformer. 2) Kebakaran Potensi kebakaran dapat terjadi pada proses reformasi gas di area gas heater, steam dan area reformer. commit to user
55 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Tertimpa Kejatuhan benda bijih besi atau pellet dapat terjadi pada saat proses conveyor sedang beroperasi menyalurkan bijih besi atau pellet ke reactor. Selain itu Kejatuhan benda bawaan dari crane dan bawaan dari truk yang membawa peralatan atau besi yang aus keluar dari pabrik besi spons. 4) Terpeleset Terpeleset oleh bijih besi atau pellet dapat terjadi pada saat karyawan berjalan di area DRP I dan HYL III, terpeleset oleh genangan air yang membuat becek, dan beberapa sampah plastik yang tidak pada tempatnya. 5) Tertabrak Tertabrak alat transportasi (forklift, mobil, crane, buldozer, tractor, ladle car, truck, dan lain-lain) dapat terjadi pada saat karyawan berada di area transportasi. 6) Terjatuh Pada saat menaiki tangga, terpeleset sisa spons yang ada di atas, terjatuh dari ketinggian, terjatuh pada tempat lift naik-turun. 7) Terjepit Terjepit pintu lift. 8) Tersandung Tersandung barang-barang/besi-besi bekas perbaikkan, besi bekas yang tidak bisa diperbaiki dan bebatuan. commit to user
56 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
9) Terbentur Terbentur besi ketika melewati penyimpanan gas. b.
Pabrik Billet Baja 1) Ledakan Ledakan dapat terjadi pada proses peleburan di dalam furnace yaitu pada proses peleburan terdapat bahan baku yang mengandung air (sponge iron dan scrap basah) dan adanya elektroda di dalam furnace. 2) Percikan Baja Cair Percikan baja cair dapat terjadi pada proses peleburan di furnace, proses sekunder di ladle furnace, proses pencetakan di concast, pengambilan sampel, pengecekan temperatur, injeksi oksigen, injeksi grafit dan pada saat melempar split. 3) Kejatuhan benda Kejatuhan benda dapat terjadi pada saat pengangkutan material oleh crane scrap, crane charging, crane ladle, crane tundish dan crane billet handling (scrap, sponge iron, kapur, grafit, elektroda, ladle, tundish dan billet). 4) Kebakaran Pada saat melting membuang slag, ladle menumpahkan kotoran dari melting yang belum sepenuhnya terbuang, percikan baja cair pada proses peleburan di furnace, proses sekunder di ladle furnace, proses pencetakan di concast, pengambilan sampel, commit to user
57 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengecekan temperatur, injeksi oksigen, injeksi grafit dan pada saat melempar split. 5) Tertabrak Tertabrak alat transportasi (forklift, mobil charging, crane dan truck) dapat terjadi pada saat karyawan berada di area transportasi dan berjalan di lintasannya. 6) Tersandung Tersandung material dapat terjadi pada saat penempatan alat– alat peleburan, material–material produksi dan sampah karung plastik sisa kapur, grafit, material, elekroda, sisa sampel, temperatur dan selang air yang tidak pada tempatnya. 7) Tersentuh Benda Panas (tersengat) Tersentuh benda panas dapat terjadi pada saat proses finishing billet, di billet yard, pengambilan sampel, cek temperatur, injeksi oksigen dan injeksi grafit. c.
Pabrik Slab Baja 1) Ledakan Ledakan dapat terjadi pada proses peleburan di dalam furnace yaitu pada proses peleburan terdapat bahan baku yang mengandung air (sponge iron dan scrap basah) dan adanya tabung di dalam furnace.
commit to user
58 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Percikan Baja Cair Percikan baja cair dapat terjadi pada proses peleburan di furnace, proses sekunder di ladle furnace, proses pencetakan di concast, pengambilan sampel, pengecekan temperatur, injeksi oksigen, injeksi grafit dan pada saat melempar split. 3) Kejatuhan benda Kejatuhan benda dapat terjadi pada saat pengangkutan material oleh crane scrap, crane charging, crane ladle, crane tundish dan crane billet handling (scrap, sponge iron, kapur, grafit, elektroda, ladle, tundish dan slab). 4) Tertabrak Tertabrak alat transportasi (forklift, mobil charging, dan truck) dapat terjadi pada saat karyawan berada di area transportasi. 5) Tersandung Tersandung material dapat terjadi pada saat penempatan alat– alat peleburan, material–material produksi dan sampah karung plastik sisa kapur, grafit, material, elekroda, sisa sampel, temperatur dan ganum tidak pada tempatnya. 6) Tersentuh Benda Panas Tersentuh benda panas dapat terjadi pada saat proses finishing slab, pengambilan sampel, cek temperatur, injeksi oksigen, injeksi grafit, pemanasan tundish, area peleburan, area ladle furnace, area pencetakan dan pemotongan. commit to user
59 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d.
Pabrik Baja Lembaran Panas 1) Ledakan Ledakan dapat terjadi pada saat pemanasan slab di furnace dengan menggunakan gas. 2) Kejatuhan benda Kejatuhan benda dapat terjadi pada saat pengangkutan material oleh crane slab yard, crane coil yard, dan crane plat yard (slab, coil dan plat). 3) Tergores Tergores dapat terjadi pada saat pengikatan coil dan plat dengan sabuk coil dan plat. 4) Tertabrak Tertabrak alat transportasi (forklift, truck dan mobil) dapat terjadi pada saat karyawan berada di area transportasi. 5) Terpeleset Terpeleset dapat terjadi pada saat karyawan melewati area proses produksi karena adanya ceceran oli di lantai. 6) Tersentuh Benda Panas Tersentuh benda panas dapat terjadi pada saat proses pemanasan di furnace, hot rolled coil dan pada saat pengikatan coil dan plat dengan sabuk coil dan plat.
commit to user
60 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
e.
Pabrik Cold Rolling Mill 1) Ledakan Ledakan dapat terjadi pada proses pemanasan di area batch annealing furnace dan area continous annealing line. 2) Kejatuhan benda Kejatuhan benda dapat terjadi pada saat pengangkutan material oleh crane coil yard dan crane plat yard (coil dan plat). 3) Tergores Tergores dapat terjadi pada saat pengikatan coil dan plat dengan sabuk coil dan plat. 4) Tertabrak Tertabrak alat transportasi (forklift, truck dan mobil) dapat terjadi pada saat karyawan berada di area transportasi. 5) Terpeleset Terpeleset dapat terjadi pada saat karyawan melewati area proses produksi karena adanya ceceran oli dilantai. 6) Tersentuh Benda Panas Tersentuh benda panas dapat terjadi pada saat proses batch annealing furnace dan continous annealing line.
f.
Pabrik Batang Kawat (Wire Rod) 1) Ledakan Ledakan dapat terjadi pada saat pemanasan bilet di WB reheating furnace dengan menggunakan gas. commit to user
61 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Kejatuhan benda Kejatuhan benda dapat terjadi pada saat pengangkutan material oleh crane billet yard, crane coil batang kawat (billet dan coil batang kawat). 3) Tergores Tergores dapat terjadi pada saat pengikatan coil batang kawat dengan sabuk coil, pengambilan sampel dan pemotongan kepala ekor wire rod. 4) Tertabrak Tertabrak alat transportasi (forklift, truck dan mobil) dapat terjadi pada saat karyawan berada di area transportasi. 5) Terpeleset Terpeleset dapat terjadi pada saat karyawan melewati area proses produksi karena adanya ceceran oli dilantai. 6) Tersentuh Benda Panas Tersentuh benda panas dapat terjadi pada saat proses pemanasan di WB reheating. 3.
Pengendalian Potensi Bahaya a.
Kebakaran Berdasarkan potensi bahaya yang ada telah dilakukan langkah pengendalian bahaya kebakaran sebagai upaya pengurangi dampak kebakaran. Hal ini dilakukan dengan upaya pencegahan terjadi ledakan dalam proses peleburan bahan baku yang digunakan harus commit to user
62 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
bebas dari air, karena air akan bereaksi membentuk gas H2 yang kemudian dapat menyebabkan ledakan, pemasangan rambu-rambu (dilarang merokok dan menyalakan api) pada lokasi bahaya kebakaran, menyediakan alat pemadam api ringan jenis dry chemical dan CO2, alarm kebakaran, sistem hidran, pintu darurat, kotak P3K, perawatan dan perbaikan mesin, penyimpanan dan penempatan yang baik untuk bahan B3 serta memberikan pelatihan pemadam kebakaran, penyediaan shelter dan assembly point. b.
Ledakan Sebagai upaya pengendalian bahaya peledakan ini perusahaan mengupayakan
program
pemasangan
rambu-rambu
(dilarang
merokok dan menyalakan api) pada lokasi bahaya ledakan, perawatan dan pemeliharaan sarana, inspeksi rutin, menyediakan alat pemadam api ringan, fasilitas hidran, alarm kebakaran, kotak P3K, shelter, assembly point dan menyediakan alat pelindung diri. c.
Tersentuh Benda Panas Pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaaan adalah dengan memasang rambu-rambu keselamatan bahaya panas, ramburambu pemakaian APD (sarung tangan, safety helmet, safety shoes, dan baju tahan panas), safety line guna mencegah terjadinya kecelakaan, menyediakan alat pelindung diri (sarung tangan, safety helmet, safety shoes, dan baju tahan panas), kotak P3K serta serta desain tempat kerja yang aman. commit to user
63 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d.
Kejatuhan Benda Untuk mengurangi dampak potensi bahaya ini, perusahaan telah menyediakan alat pelindung diri (safety helmet dan safety shoes), memberikan penghalang pada lokasi yang berbahaya, menyediakan safety line, dan pemasangan rambu-rambu keselamatan.
e.
Tertabrak Pengendalian yang telah dilakukan oleh perusahaan adalah membuat jalur aman bagi karyawan di area pabrik (Safety Line).
f.
Tergores Pengendalian dilakukan dengan menyediakan baju lengan panjang, sarung tangan, dan safety line sebagai isolasi karyawan dengan mesin.
g.
Terpeleset Pengendalian potensi bahaya terpeleset dilakukan dengan membersihkan lantai dari bekas oli, pelumas, dan air serta menempatkan barang sesuai lokasinya (5R).
4.
Alat Pelindung Diri a.
Prosedur distribusi APD dibedakan menjadi 2 (dua) yaitu : 1) Karyawan Baru a) Karyawan yang belum memiliki APD melaporkan pada bagian administrasi pabrik untuk didata, APD apa saja yang diperlukan. commit to user
64 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Bagian administrasi meminta persetujuan pada pimpinan pabrik dengan membuat reservasi SAP R3. c) Setelah memperoleh persetujuan pimpinan pabrik, maka salah satu wakil dari karyawan menyerahkan nomor reservasi ke Dinas Keselamatan Kerja. d) Kemudian nomor reservasi direlease, setelah mengecek secara keseluruhan data karyawan. e) Selanjutnya bila sudah direlease APD yang diminta dapat diambil pada bagian gudang pelayanan. 2) Karyawan Lama a) Jika APD telah rusak maka prosedur distribusi APD juga sama seperti karyawan baru tetapi perwakilan karyawan tersebut harus membawa APD yang telah rusak untuk diidentifikasi oleh Dinas Keselamatan Kerja. b) Jika APD (Helm dan Sepatu) hilang maka prosedur sama seperti diatas dengan menunjukan laporan kehilangan yang ditandatangani pimpinan pabrik dan yang bersangkutan dipotong gaji sebagai pertanggungjawaban. b.
Pengawasan APD Pengawasan APD secara rutin dilaksanakan oleh pengawas keselamatan di pabrik masing-masing. Pengawas keselamatan sekaligus bertindak sebagai wakil dari pimpinan pabrik untuk memantau kondisi dan tindakan yang tidak aman sedangkan Dinas commit to user
65 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keselamatan Kerja mengontrol dan menginspeksi pemakaian APD secara berkala. Pada saat inspeksi Dinas Keselamatan Kerja bekerjasama
dengan
pengawas
keselamatan
pabrik
untuk
mengadakan tilang bagi pelanggar pemakai APD. c.
Pelanggaran Alat Pelindung Diri (APD) 1) Non Organik (outsourching) Jika terjadi pelanggaran APD bagi karyawan outsourching langsung dikenakan sanksi berupa pemotongan gaji sebesar 100 ribu rupiah setiap satu pelanggaran bagi kontraktor karyawan tersebut. 2) Karyawan Organik a)
Pelanggaran pertama diberikan teguran lisan.
b) Pelanggaran kedua diberi peringatan tertulis pertama dengan pemotongan insentif sebesar 25%. c) Pelanggaran ketiga diberi peringatan tertulis kedua dengan pemotongan insentif sebesar 75%. d) Pelanggaran ketiga diberi peringatan tertulis kedua dengan pemotongan insentif sebesar 100%. e) Jika karyawan tidak dapat memenuhi peraturan yang berlaku di perusahaan maka terpaksa karyawan tersebut diberhentikan.
commit to user
66 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d.
Macam Alat Pelindung Diri Penyediaan APD tanpa pungutan biaya pada semua karyawan yang terpajan faktor lingkungan kerja dan potensi bahaya sesuai registrasi K3. Adapun jenis APD adalah: 1) Pelindung kepala (Safety helmet, capucon, topi khusus work shop). 2) Pelindung mata (Googles untuk karyawanan debu, percikan logam, sinar menyilaukan). 3) Pelindung Telinga (ear muff, ear plug ultrafit). 4) Pelindung tangan (sarung tangan kulit, listrik, aliminize, laboratorium, katun, mantenance, las) 5) Pelindung badan (Apron, baju tahan panas, overal, baju tahan radiasi, baju tahan kimia) 6) Pelindung pernapasan (Masker debu, gas, bahan beracun, breathing apparatus) 7) Pelindung karyawanan ketinggian (Safety belt). 8) Pelindung kaki (Safety shoes long dan shot untuk listrik, juru las, scarfing, karet).
5.
Kinerja Keselamatan Kerja Tolak ukur penilaian kondisi keselamatan kerja digunakan parameter : a.
Injury Frequency Rate (IFR) dan Injury Saferety Rate (ISR). commit to user
67 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Kinerja manajemen berdasarkan evaluasi penyelesaian temuan inspeksi K3, Audit K3 dan perbaikan K3.
c.
Pemenuhan peraturan perundang-undangan bidang keselamatan kerja.
6.
Sertifikasi Instalasi Berbahaya Sertifikasi alat ditujukan pada peralatan produksi yang berproduksi yang menimbulkan kecelakaan kerja atau kondisi darurat sesuai dengan Peraturan-undangan Depnaker. Peralatan instalasi berbahaya yang disertifikasi antara lain : a.
Boiler 1) Pada operator harus menggunakan SIO (Surat Ijin Operator). 2) Pengujian uap atau steam test adalah cara kerja untuk menguji kemampuan safety valve pada tangki atau ketel uap tersebut. 3) Pengujian dengan menggunakan media air dingin atau uji padat, untuk menguji kemampuan tangki atau bejana 1,5 kali tekanan kerja maksimal yang diijinkan. 4) Untuk melihat kemampuan tangki atau bejana dari perubahan bentuk, kebocoran dan keringat. 5) Teknisnya, tekanan diatur secara perlahan-lahan dari tekanan 0,5 kg/cm2 sampai mencapai tekanan uji terhadap kemampuan tangki atau bejana tersebut.
b.
Bejana Bertekanan
c.
Tanki-tangki bertekanan commit to user
68 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d.
Instalasi Crane Pada operator harus menggunakan SIO (Surat Ijin Operator) diperiksa masih berlaku atau tidak. Pengujian pada crane dengan cara pembebanan yaitu pengujian visual (diinspeksi secara langsung menggunakan magnet), pengujian NTD (Non Destructive Test) untuk melihat ada konstruksi yang retak atau tidak, dan pengujian loadtest/uji beban.
e.
Forklift
f.
Alat transport (trailer, conveyor) dilakukan dengan cara kalibrasi setiap tahun.
g.
Botol-botol bertekanan (gas, udara/O2, N2N dan Argon)
h.
Instalasi Radioaktif 1) Pengukuran dari dosis PPR (Pekerja Proteksi Radiasi) dengan film badge yang dilakukan setiap bulan sekali. 2) Pengukuran pancaran radiasi. 3) Memindahkan radioaktif/melimbahkan.
i.
Instalasi listrik dan petir Pengujian terhadap kabel dengan tahan sambaran 5 ohm.
j.
Instalasi produksi 1) Pengawasan umum/visual (perlengkapan) 2) Pengawasan khusus dengan cara pengujian terhadap alat keselamatan. commit to user
69 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
7.
Inspeksi a.
Inspeksi Umum Inspeksi umum diadakan secara rutin setiap seminggu sekali oleh Tim Inspeksi Gabungan yang terdiri dari perwakilan dari Divisi HSE, perwakilan unit terkait seperti plant inspector di area tersebut, perwakilan dari kontraktor yang memilki work order di area tersebut, keamanan dan perwakilan dari Damkar. Acuan utama pelaksanaan inspeksi K3 adalah Undang-undang No.1 Tahun 1970 serta Peraturan Menteri 05/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Materi Inspeksi meliputi kondisi keselamatan umum yaitu instalasi listrik, pelindung mesin/peralatan, permukaan jalan dan tempat kerja, pergerakan mekanik, tabung gas bertekanan, bahan mudah terbakar, rambu K3, emergency shower, tangga dan alat memanjat, peralatan, alat handling, jalan dan gang, penempatan dan penumpukan barang. Materi inspeksi yang meliputi pencegahan dan pengendalian kebakaran/keadaan darurat seperti fire detection dan alarm system, springkle system, APAR, instalasi pemadam kebakaran, evakuasi, prosedur komunikasi, fire doors, dan peralatan P3K. Materi inspeksi yang meliputi kondisi kesehatan dan lingkungan kerja seperti B3, ventilasi, kebisingan, radiasi, tekanan panas, penerangan, ergonomi, APD, kebersihan dan sanitasi. commit to user
70 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Inspeksi Khusus Inspeksi khusus yaitu inspeksi yang dilakukan pada instalasi berbahaya secara rutin, akan tetapi pada waktu tertentu dan itemitem tertentu. Pelaksanaan inspeksi khusus banyak ragamnya seperti pemeriksaan dan pengujian pada ketel uap dan bejana bertekanan, botol baja bertekanan, pemantauan dan pengawasan radioaktif, inspeksi crane, dan inspeksi penangkal petir.
8.
Pembinaan Keselamatan Kerja Sasaran pembinaan Keselamatan Kerja adalah : a.
Karyawan Baru Karyawan baru sebelum menempati jobnya wajib mendapatkan training K3, lingkungan dan pelatihan yang berbasis kompetensi.
b.
Karyawan Lama Karyawan diprogramkan pelatihan K3 seperti pelatihan Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3), Supervisi K3, Tim Koordinasi Tanggap Darurat (TKTD)/Tim Tanggap Darurat (TTD), Sistem Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3), ISO 14001, P3K, Promosi Kesehatan dan Pemadam Kebakaran.
9.
Sertifikasi Keahlian Bidang K3 Karyawan
dengan
posisi
tertentu
yang
bertanggung
jawab
melaksanakan pengawasan dan pengelolaan K3 di unit kerja dilakukan pelatihan sertifikasi K3 meliputi : a.
Ahli K3 Umum
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Ahli K3 Kimia
c.
Ahli K3 Pesawat Angkat & Angkut
d.
Ahli K3 Pesawat Uap dan Bajana Tekan
e.
Ahli K3 Radiasi
f.
Ahli K3 Petir
g.
Ahli K3 Damkar
71 digilib.uns.ac.id
10. Sistem Tanggap Darurat Dalam penerapan Sistem Manajemen K3 (SMK3) dan Sistem Manajemen Lingkungan (SML) ISO 14001 maka dibentuk organisasi Tim Tanggap Darurat (TTD) di setiap unit kerja yang memiliki potensi bahaya. Organisasi TTD di bawah komando Tim Koordinasi Tanggap Darurat (TKTD) pusat. Fungsi TTD adalah penanggulangan kemungkinan keadaan darurat di unit kerja akibat bencana alam ataupun kecelakaan properti yang berdampak luas serta penyelamatan manusia dan aset perusahaan, pada saat pengamanan risiko pada kondisi normal tidak berjalan. Adapun pengamanan risiko dalam kondisi normal adalah : a.
Safety Factor
b.
System Operation Procedure
c.
Manintenance periodik atau tahunan
d.
Prediktif maintenance
e.
Pengamanan dari aspek Sumber Daya Manusia (SDM) : 1) Job Discription. commit to user
72 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Job Spesification. f.
Alat pengendali polusi: 1) Dedusting plan: pengendali debu. 2) Water Treatment Plan (WTP) : untuk menjamin air yang digunakan untuk produksi sesuai yang dipersyaratkan. 3) Waste Water Treatment Plan (WWTP) : untuk mengolah limbah.
g.
Control room Ketua TTD adalah seorang Manager yang membawahi 8 satuan tugas yaitu : 1) Satuan Tugas Pemadam Kebakaran (Damkar) 2) Satuan Tugas Pengamanan 3) Satuan Tugas Evaluasi 4) Satuan Tugas Inventarisasi 5) Satuan Tugas Perbaikan atau Pemulihan 6) Satuan Tugas Medis 7) Satuan Tugas Darurat 8) Satuan Tugas Komunikasi
11. Fire Protection Upaya pencegahan dan pengendalian potensi bahaya kebakaran, peledakan dilakukan oleh Tim Fire Protection.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
73 digilib.uns.ac.id
Adapun perlengkapan fire protection adalah : a.
Alat Pemadam Api Ringan (APAR) berbagai jenis, antara lain : APAR CO2 dan APAR Dry Powder sesuai dengan klasifikasi kebakaran (standart USA atau Eropa)
b.
Hidrant pada semua area kerja
c.
Sprinkler automatic pada unit dengan potensi kebakaran tinggi
d.
Pemadam kebakaran khusus pada Gedung Direksi
e.
Fire Alarm System pada unit vital perusahaan
f.
Mobil pemadam kebakaran
g.
Perlengkapan evakuasi korban
12. Sosialisasi K3 Dalam meningkatkan keselamatan dan kesehatan kerja, PT. Krakatau Steel mempunyai program sosialisasi K3. Program sosialisasi K3 ini dilaksanakan oleh Divisi HSE dengan sasaran semua karyawan, semua orang yang keluar masuk wilayah Krakatau Steel dan masyarakat sekitar. Sosialisasi K3 ini dilaksanakan dengan berbagai macam metode seperti penyuluhan, penggairahan dan pelatihan. Teknik yang digunakan untuk menjalankan metode tersebut antara lain dengan: a.
Rapat P2K3 pusat tingkat manajemen diadakan 3 bulan sekali, dipimpin oleh Direktur Produksi, serta rapat P2K3 tingkat sekretaris yang diadakan 1 bulan sekali. Misalnya: Kinerja HSE unit kerja (Rona lingkungan, Injury Frequency Rate (IFR) dan commit to user
74 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
injury Saferety Rate (ISR), kinerja manajemen dan kinerja lingkungan
(debu,
tekanan
panas,
kebisingan,
kondisi
pembuangan air limbah dan kondisi air laut) serta kinerja manajemen (Progres kinerja K3), progres closing CAR (Corecting Action Report), Progres NCR (Non Conformance Report). Sosialisasi HSE di Pusdiklat maupun unit kerja. b.
Sidak gabungan HSE dan monitoring progress temuan.
c.
Media pembinaan langsung atau tidak langsung pada karyawan. Media pembinaan tidak langsung yang digunakan di perusahaan yaitu : papan info K3, data kecelakaan, billboard, spandukspanduk untuk pabrik/lingkungan, bulletin Krakatau Steel, leaflet lapangan (Buku Saku K3).
F. Ergonomi Ergonomi adalah pengetahuan ilmu-ilmu biologis tentang manusia bersama-sama dengan ilmu-ilmu teknik dan teknologi di dalamnya terdapat ergonomi. Sasaran program ergonomi jangka pendek dan menengah ditujukan pada perbaikan kondisi tempat kerja (Work Station), perbaikan standar ergonomi, pengendalian risiko Work Musculosceletal Disorders (WMSDs). Kegiatan yang berhubungan dengan ergonomi antara lain : 1.
Pengukuran anthropometri karyawan untuk desain stasiun kerja.
2.
Pengawasan ergonomi guna meningkatkan kesadaran karyawan dalam penerapan sikap kerja ergonomi. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3.
75 digilib.uns.ac.id
Pengadaan meja kerja baru di perusahaan melalui Juklak (petunjuk pelaksanaan) pengadaan kursi dan meja ergonomi.
4.
Program perbaikan ergonomi crane dan control room
5.
Monitoring risiko WMSDs.
6.
Sosialisasi ergonomi
7.
Evaluasi dan pelaporan kinerja ergonomi unit kerja yang dihasilkan dengan insentive produksi. Dalam perkembangannya pengertian penerapan ergonomi di PT. Krakatau
Steel menjadi luas yaitu pemahaman keterbatasan manusia dalam proses, cara kerja serta lingkungan kerja yang menitikberatkan pengawasan terhadap sistem atau cara kerja serta tenaga kerja mengadakan kontak langsung dengan faktor dan potensi bahaya. Hal ini akan berakibat menurunnya produktivitas dan efisiensi karena banyak tenaga kerja cepat megalami kelelahan akibat ketidaknyamanan saat bekerja. Waktu kerja PT. Krakatau Steel adalah 8 jam sehari dan 40 jam seminggu. Shift kerja terdiri dari 3 group : 1.
Shift I : 22.00-06.00 WIB
2.
Shift II : 06.00-14.00 WIB
3.
Shift III : 14.00-22.00 WIB Sedangkan untuk sistem kerja non shift masuk setiap hari Senin- Kamis
pukul 08.00-16.30 WIB. Sedangkan pada hari Jum’at jam kerja dari pukul 08.00-17. 00 WIB yang di dahului olah raga dari jam 08.00- 09.00 WIB. commit to user
76 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
G. Manajemen K3 1.
Struktur Organisasi Divisi HSE Divisi HSE PT. Kraktatau Steel dipimpin oleh seorang manager yang membawahi : a.
Fungsional : 1) Senior Engineer SMK3 2) Senior Engineer SML
b.
Struktural : 1) Dinas Hiperkes Superintendent Hiperkes, membawahi struktural : 1) Engineer Ergonomi 2) Spesialis Gizi Kerja 3) Spesialis Kesehatan Kerja 4) Engineer Industrial Higiene 2) Dinas Keselamatan Kerja Superintendent Keselamatan Kerja membawahi struktural : a) Engineer Safety Pesawat Angkat & Angkut b) Engineer Safety Pesawat Tenaga dan Produksi c) Engineer Pembinaan & Pengawasan Keselamatan Kerja d) Engineer Safety Peraturan & Standar Keselamatan Kerja e) Engineer Safety Boiler & Bejana Tekan f)
Engineer Safety Radiasi
g) Engineer Pengawasan Umum commit to user
77 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Dinas Laboratorium Lingkungan Superintendent
Laboratorium Lingkungan, membawahi
struktural : a) Supervisor Laboratorium Kimia yang membawahi Analis Laboratorium Kimia b) Supervisor Prasarana dan Laboratorium Lingkungan yang membawahi
Teknisi
Prasarana
dan
Laboratorium
Lingkungan 4) Dinas Pengendalian Lingkungan Superintendent
Pengendalian
Lingkungan,
membawahi
struktural : a) Engineer Pengendalian Lingkungan Pengolahan Besi b) Engineer Pengendalian Lingkungan Pengolahan Baja c) Engineer Pengendalian Lingkungan Pengerolan Baja d) Engineer Pengendalian Lingkungan Penunjang Pabrik e) Engineer Pengendalian Lingkungan Umum dan Kawasan f)
Engineer Pengawasan Limbah
g) Teknisi Pengawasan Limbah Masing-masing dinas dipimpin oleh Superintendent dan membawahi secara struktural para Engineer dan Junior Engineer.
commit to user
78 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Pembagian Tugas Divisi HSE a.
Manager HSE Bertugas dalam mengorganisasikan, mengkoordinasikan, dan menyelenggarakan kegiatan pengelolaan keselamatan, kesehatan kerja, dan lingkungan
industri
dengan menerapkan
Sistem
Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja serta menjalin kerjasama dengan instansi dan institusi terkait. b.
Superintendent Hiperkes Bertugas dalam menyelenggarakan dan melaksanakan program pelayanan kesehatan kerja dalam rangka perlindungan kesehatan karyawan serta mengembangkan sistem kesehatan kerja yang efektif dalam pengendalian resiko. Tanggung
jawab
utamanya
dalam
melaksanakan
upaya
perlindungan kesehatan, pembinaan kompetensi staf kesehatan kerja, memberikan informasi kinerja kesehatan pada manajemen. Tugas dan tanggung jawab lainnya adalah dalam merencanakan program promotif dan preventif pelayanan kesehatan, mengkoordinir dan mengawasi kegiatan pendidikan kesehatan, pelayanan gizi kerja, pemantauan kesehatan, pengawasan kesehatan, pelayanan P3K, riset medis, dan program perlindungan kesehatan khusus, melaksanakan sistem informasi kesehatan, mengevaluasi kinerja kesehatan dan mengembangkan sistem perlindungan kesehatan yang terintegrasi dalam sistem perusahaan, sinergi dan ekonomis. Membina commit to user
79 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kompetensi staf kesehatan kerja, membina hubungan kerja internal maupun eksternal perusahaan. c.
Superintendent Keselamatan Kerja Bertugas dalam menyelenggarakan dan mengatur kegiatan upaya keselamatan kerja di perusahaan melalui kegiatan pembinaan, pengawasan dan pengujian sesuai dengan norma-norma keselamatan kerja, Sistem Manajemen K3 dan peraturan perundangan yang berlaku. Tanggung jawab utamanya adalah dalam penyelenggaraan kegiatan keselamatan kerja di perusahaan. Tugas dan tanggung jawab lain adalah : 1) Menyelenggarakan pengawasan operasional keselamatan kerja di pabrik dan lingkungan pabrik. 2) Menetapkan Standart Operating Prosedure (SOP), kode dan rambu-rambu keselamatan kerja untuk mencegah kecelakaan kerja di pabrik dan lingkungan pabrik. 3) Menetapkan daerah atau lokasi-lokasi tidak aman dan tindakan tidak aman sebagai usaha pencegahan kecelakaan kerja karyawan dan perusahaan di pabrik maupun lingkungan pabrik. 4) Mengatur kegiatan pengawasan pengujian terhadap alat-alat bertekanan dan alat-alat angkat sebagai usaha pencegahan kecelakaan kerja di pabrik dan lingkungan pabrik.
commit to user
80 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
5) Mengatur kegiatan pengawasan pengujian terhadap alat-alat, mesin chemical, dan alat keselamatan kerja di pabrik dan lingkungan pabrik. 6) Melakukan evaluasi pelaksanaan dan pengawasan kegiatan keselamatan kerja karyawan dan pabrik. 7) Melakukan
usaha-usaha
peningkatan
keselamatan
kerja
karyawan dan pabrik melalui upaya pembinaan dan promosi keselamatan kerja internal dan eksternal. 8) Melakukan koordinasi dengan instansi atau lembaga terkait sebagai
upaya
peningkatan,
pembinaan,
konsultasi,
dan
akreditasi bidang keselamatan kerja. d.
Superintendent Pengendalian Lingkungan Tugas
pokok
Superintendent
Pengendalian
Lingkungan
menyelenggarakan dan mengawasi pengelolaan limbah, dan pelaksanaan pengelolaan lingkungan di areal pabrik dan kawasan industri. Bertanggung jawab atas penyelenggaraan kegiatan laboratorium dan pengelolaan lingkungan dan akibat-akibat yang ditimbulkan. Tugas dan tanggung jawab: 1) Menyelenggarakan dan mengendalikan kegiatan pengelolaan lingkungan. 2) Melakukan
evaluasi
pelaksanaan
rencana
lingkungan dan rencana pemantauan lingkungan. commit to user
pengelolaan
81 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Melakukan evaluasi pelaksanaan kegiatan pengujian dan pengawasan dampak lingkungan. 4) Menyelenggarakan dan mengendalikan penelitian dan kajian teknis, laboratorium untuk aplikasi pemanfaatan, daur ulang dan penanganan limbah industri. 5) Mempelajari dan mempertimbangkan penerapan teknologi analisa dampak lingkungan dari sumber. 6) Mengendalikan pelaksanaan pengelolaan lingkungan di areal pabrik dan kawasan industri. e.
Superintendent Laboratorium Lingkungan Tugas dan Tanggung Jawabnya adalah : 1) Menyiapkan dan memelihara prasarana pemantauan lingkungan. 2) Pengujian analisa hasil pemantauan lingkungan (air limbah, limbah padat, udara, kebisingan, tekanan panas, dan sebagainya) yang mencakup PT. Krakatau Steel itu sendiri dan kawasan di sekitar industri. 3) Melakukan kerjasama pengujian hasil pemantauan lingkungan dengan
pihak
ketiga
(pemerintah,
badan
pengujian/lab,
laboratorium lingkungan). 4) Penerapan sertifikasi laboratorium lingkungan (ISO 17025).
commit to user
82 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
BAGAN STRUKTUR ORGANISASI HSE PT. KRAKATAU STEEL
Manager HSE
Sr. Engineer Sistem Manajemen Lingkungan Sr. Engineer SMK3
Superintendent Hyperkes
Superintendent Keselamatan Kerja
Superintendent Laboratorium Lingkungan
Superintendent Pengendalian Lingkungan
Gambar 7. Bagan Struktur Organisasi HSE (Sumber : Data Sekunder, 2011)
3.
Kebijakan SMK3 PT. Krakatau Steel memproduksi besi spons, slab, dan billet baja yang kemudian dibentuk menjadi produk plat, rolled, strip, dan kawat baja PT. Krakatau Steel secara aktif menggalakkan perlindungan lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja dengan menerapkan sistem manajemen lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja dengan tujuan :
commit to user
83 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a.
Berupaya untuk menekan serendah mungkin dampak negatif terhadap lingkungan dengan meminimalisasi limbah dan emisi serta penghematan energi dan sumber daya.
b.
Berupaya mengembangkan semaksimal mungkin dampak positif terhadap lingkungan dengan meningkatkan pemanfaatan dan daur ulang limbah.
c.
Berupaya untuk menciptakan lingkungan kerja yang sehat dan aman dengan meminimalkan kecelakaan dan gangguan kesehatan akibat kerja.
d.
Berupaya untuk meningkatkan kepedulian, pengetahuan, dan kemampuan karyawan dalam bidang lingkungan, keselamatan, dan kesehatan kerja melalui pelatihan intern dan ekstern.
4.
Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja (P2K3) P2K3 di PT. Krakatau Steel dibentuk berdasarkan UU No. 1 Tahun 1970, tentang keselamatan kerja. Secara yuridis K3 dibagi menjadi dua yaitu dalam bentuk struktural (Divisi HSE) dan non struktural (P2K3). K3 secara struktural memiliki fungsi untuk membina agar K3 berjalan dengan baik. P2K3 ini memiliki sasaran yaitu agar tidak terjadi insiden, penyakit akibat kerja (PAK), dan tidak terjadi pencemaran lingkungan. Program P2K3 di PT. Krakatau Steel yaitu : a.
Terlaksananya implementasi K3.
b.
Dalam satu bulan sekali diadakan rapat P2K3. commit to user
84 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Dilaksanakan kegiatan pembinaan K3, inspeksi K3, promosi dan sosialisasi
K3
(poster,
rambu-rambu,
dan
buletin),
dan
penyelenggaraan perlombaan K3 (contoh : cepat tepat HSE, lomba pembuatan poster, lomba tanggap darurat, 5R (ringkas, rapi, resik, rawat, rajin) dan kebersihan. d.
Pembuatan
laporan
kegiatan
P2K3
ke
instansi
pemerintah
(DEPNAKER). Struktur P2K3 terdiri dari dua struktur yaitu : a.
Struktur P2K3 1) P2K3 Pusat KETUA
WAKIL KETUA
SEKRETARIS
KETUA SUB P2K3
KADIV PENUNJANG
Gambar 8. Struktur P2K3 Pusat Sumber : Data Sekunder, 2012
commit to user
WAKIL KARYAWAN
85 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Sub P2K3 KETUA
WAKIL KETUA SEKERTARIS
KEPALA DINAS/SEKSI
PERWAKILAN UNIT KERJA PENUNJANG
WAKIL KARYAWAN
KONTRAKTOR
Gambar 9. Struktur Sub P2K3 Sumber : Data Sekunder, 2012
b.
Fungsi P2K3 Pusat 1) Sebagai badan pertimbangan di tempat kerja dalam memberikan saran, pertimbangan dan konsultasi baik diminta maupun tidak kepada pengusaha/pengurus dan karyawan di tempat kerja yang bersangkutan mengenai masalah HSE. 2) Menghimpun dan mengevaluasi segala data dan permasalahan K3 di tempat kerja yang bersangkutan, serta mendorong ditingkatkannya penyuluhan, pengawasan, latihan dan penelitian K3.
c.
Tugas P2K3 Pusat 1) Menjamin terlaksananya SMK3 di PT. Krakatau Steel. 2) Menyelenggarakan rapat P2K3 secara periodik. commit to user
86 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3) Mengakomodasi permasalahan dan usulan dari sub P2K3 serta memberikan rekomendasi terhadap permasalahan yang timbul. 4) Memberikan saran kepada perusahaan menyangkut kebijakan K3. 5) Membuat laporan kepada Depnaker sesuai dengan Perpu yang berlaku. 6) Membuat evaluasi kegiatan P2K3 pada forum tinjauan SMK3. 5.
Sistem Manajemen Krakatau Steel (SMKS) Sistem manajemen Krakatau Steel merupakan integrasi dari berbagai sistem manajemen yang bersifat mendatori maupun voluntary seperti : ISO 9001-2000, ISO 14001, SMK3 dan Sistem Manajemen Energi (MMT), Total Preventif Maintenance (TPM) dan sertifikasi produk (JIS, Lyoid Standart, SNI, dan lain-lain). Sertifikat-sertifikat PT. Krakatau Steel tersebut antara lain : a.
Tahun 2012
: Re
Sertifikasi
14001:2004,
ISO
OHSAS
18001:2007,
9001:2008,
SMP
ISO
(System
Manajemen Pengamanan) b.
Tahun 2011
: Re
Sertifikasi
14001:2004,
ISO
OHSAS
18001:2007,
9001:2008,
SMP
ISO
(System
Manajemen Pengamanan) c.
Tahun 2005
: ISO 17025 (Tentang Labiratorium Lingkungan)
d.
Tahun 2003
: ISO 9001-2000 (tentang K3LH)
e.
Tahun 2002
: Lyoid/British Standart (Kualitas) commit to user
87 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
f.
Tahun 2001
: SMK3
g.
Tahun 1996
: ISO 14001 (System Manajemen Lingkungan)
h.
Tahun 1995
: SNI (Standart Nasional Indonesia)
i.
Tahun 1994
: JIS (Japan Industrial Standart)
j.
Tahun 1993
: ISO 9001
Serta system manajemen lain, seperti : a.
System Konservasi Energi
b.
System Manajemen Mutu Terpadu
c.
Total Preventif Maintenance
d.
Tata Graha (5R)
e.
GKM/SGA (Small Group Activity) Seluruh system tersebut di atas diintegrasikan dan disinergikan dalam
sebuah system perncanaan, yaitu Sistem Manajemen Krakatau Steel (SMKS). SMKS menganut system manajemen internasional, seperti : a.
Kebijakan (Police)
b.
Perencanaan (Planning)
c.
Pelaksanaan (Do)
d.
Evaluasi (Check)
e.
Peningkatan (Improvement)
Dokumentasi ada 4 level, yaitu : a.
Kebijakan perusahaan
b.
Prosedur commit to user
88 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
SOP, WI (Work Instruction) dan TSE (Technical Standart Engineering)
d.
Record data Penyelenggaraan ISO 14001 dan SMK3 pelaksanaannya dikelola
oleh Divisi K3LH, System Audit ISO 14001 dan SMK3 dikelola oleh Divisi P2M, koordinator-koordinator SMKS memiliki ketua manajemen Review yang ditunjuk langsung oleh pengelola perusahaan setingkat General Manager (Kasubdit Perncanaan Produksi) dan untuk organisasi TTD dikoordinir oleh Manager Keamanan dan DAMKAR. Pelaksanaan SMKS di unit kerja antara lain struktur dan tanggung jawab unit produksi diketuai oleh Manager terkait, pelaksanaan harinya dilakukan oleh PIC SMKS unit kerja terkait yang dibantu oleh plant Inspektor/Safety Plant/Sekertaris P2K3, untuk unit lain diketahui oleh pejabat setingkat General Manager pada lokasi yang bersangkutan (logistic, ADB, pusdiklat, perncanaan dan teknologi dan wisma baja). Tahap perncanaan pengendalian risiko K3 dan lingkungan mengacu pada prosedur level 2 SMKS (TLC 01-04) Total Lost Control dan WI tentang pelaksanaan K3 dan lingkungan ± 28 WI. Identifikasi potensi bahaya, analisa, pengendalian risiko didokumentasikan pada regristrasi K3 dan lingkungan yang diupdate setiap tahunnya. Unit-unit kerja yang memiliki potensi bahaya sesuai dengan regristasi K3 wajib membuat program perbaikan K3 dan lingkungan yang setiap tahun untuk commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
89 digilib.uns.ac.id
menurunkan skor/nilai bahaya yang terdapat pada regristasi lingkungan (K3LH). Audit Internal dilakukan setiap 6 bulan yang dilakukan oleh Manager Divisi Quality Promotor dan Management System
Sedangkan
penyelenggaraan tinjauan manajemen dipimpin oleh Management Representatif (MR) dengan tugas dan tanggung jawab diatur dalam Manual SMKS dan level jabatan ketua MR adalah General Manager atau satu tingkat dibawah direktur, sedangkan audit eksternal (SMKS) dilakukan setiap tahun, kecuali Audit SMK3 dilakukan setiap 3 tahun sekali oleh auditor dari lembaga independent pemegang otoritas Sistem Manajemen K3 di Indonesia, hasil dari audit dan progress kinerja K3LH perusahaan disimpulkan dalam pertemuan review yang dihadiri level middle dan top management (Direktur Utama) MR yang ke 2 dilaksanakan akhir tahun yang membahas tentang persetujuan perusahaan terhadap rencana perbaikan K3 & Lingkungan (Anggaran, Policy, dan Prosedure). Planning berdasarkan K3 dan Lingkungan, pelaksanaan (Do) berdasarkan program perbaikan K3 dan evaluasi (Check) berdasarkan mekanisme audit, action berdasarkan vorels terhadap program-program penyimpangan dan Program perbaikan K3 dan lingkungan off schedule, keluar dari jalur, peningkatan atau improvement berdasarkan MR 2. Tujuan pembentukan SMKS agar tujuan perusahaan dapat dicapai secara efektif dan efisien dalam dokumentasi, audit internal, tinjauan commit to user
90 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
menajemen serta penyediaan alokasi sumber daya sekaligus menjadi pedoman bagi manajemen dalam menjabarkan dan melaksanakan kebijakan perusahaan. Sasaran meningkatkan kepuasan penggan dan stake holder, kinerja proses, nihil kecelakaan dan meminimalkan dampak lingkungan san kesehatan kerja. Prosedur SMKS dalam penyelenggaraan K3:LH antara lain : a.
TLC-01 : Identifikasi Aspek Lingkungan Dan Bahaya
b.
TLC-02 : Identifikasi Peraturan Dan Perundangan
c.
TLC-03 : Program Pengendalian Dampak Industri
d.
TLC-04 : Tanggap Darurat
e.
MRI-02 : Audit Internal
f.
MRI-03 : Tindakan Perbaikan Dan Pencegahan
g.
MRI-04 : Tinjauan Manajemen
h.
SDM-04 : Pemeliharaan Dan Perlindungan Karyawan
commit to user
91 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1. Kebijakan Lingkungan
2. Perncanaan
5. Tinjauan Manajemen
a. Aspek Lingkungan b. Ketentuan Peraturan c. Tinjauan Dan Target d. Program Lingkungan
3. Pelaksanaan
4. Pemantauan a. Pemantauan dan pengukuran
a. Struktur dan tanggung
b. Catatan dokumen
jawab
c. Audit EMS
b. Pelatihan c. Komunikasi
Gambar 10. Bagan Implementasi Sistem Manajemen K3 & SML ISO 14001 Sumber : Data Sekunder, 2012
H. Lingkungan Sistem pengelolaan lingkungan yang dilaksanakan di PT. Krakatau Steel adalah
dengan
kegiatan
pemantauan,
penelitian,
pengendalian. 1.
Pemantauan a.
Pemantauan dan Penelitian Komponen Udara 1) Sistem Pemantauan Debu commit to user
pendekatan
dan
92 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
a) Debu Jatuh Pemantauan dilakukan sebulan sekali dengan 3 zona yaitu industri, perkampungan dan perkantoran. Debu jatuh ditangkap dengan alat berupa gelas yang mempunyai mulut gelas bulat dengan ukuran diameter tertentu dan yang didalamnya diberi cupri sulfat untuk mencegah timbulnya jamur. Sedangkan titik lokasi pemasangannya berada di daerah industri dan pemukiman penduduk sekitar wilayah pabrik sampai pada radius 3 Km dari titik sumber. Metode pemasangannya dengan cara : sudut atas dari penangkap debu adalah sampai dengan 15 meter dari permukaan tanah. b) Debu Ambient Untuk memonitor debu yang melayang-layang di udara (ambient) digunakan alat Hi Volume Air Sampler, lamanya pengukuran setiap titik 1 jam. Debu yang tertangkap pada filter dianalisa grafimetri dan hasilnya memakai satuan microgram/m3 udara. Standart debu ambient di udara adalah 260 µg/m3 udara. 2) Sistem Pemantauan Gas Pada dasarnya gas yang berbahaya dapat dibagi menjadi 2 bagian besar yaitu : a) Gas Beracun commit to user
93 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Untuk gas beracun secara rutin dilakukan pemantauan baik di dalam tempat kerja, di luar tempat kerja, sekitar pabrik dan di cerobong-cerobong asap. b) Gas Mudah Terbakar dan Meledak Untuk gas mudah terbakar atau meledak secara rutin dilakukan pemantauan, baik yang ada di lokasi kerja ataupun pada instalasi – instalasi pipanya. Peralatan yang digunakan adalah gas detector, Orsat Apparatus, Ex-Ox meter, Explosive meter dan Gas serta Dust Sampler In Stream. 3) Sistem Pemantauan Suara Sistem pemantauan suara dilakukan selain di dalam dan di luar lokasi kerja, di sekitar pabrik dan di daerah pemukiman penduduk. Pengukuran dipemukiman penduduk dilaksanakan pada pagi, siang dan malam hari dengan menggunakan Sound Level Meter yang dilakukan sebulan sekali. 4) Sistem Pemantauan Iklim Dalam pemantauan kondisi iklim di area PT. Krakatau Steel dengan alat meteorologi tentang kecepatan dan arah mata angin, kelembapan udara, temperatur udara dan pengatur curah hujan dimana alat - alat tersebut terpasang secara tetap. Evaluasi hasil pengukuran dilaksanakan setiap akhir bulan. commit to user
94 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Pemantauan dan Penelitian Komponen Air 1). Air Limbah Pemantauan dan penelitian dilakukan di tempat – tempat pembuangan air limbah dengan cara mengambil sampel setiap hari untuk dilakukan analisa laboratorium. Hasil analisa dibandingkan dengan standar yang dikeluarkan oleh Kantor Menteri Negara Lingkungan Hidup untuk ditindaklanjuti. 2) Air Sumur Pemantauan dan penelitian dilakukan pada sumur - sumur di pemukiman penduduk sekitar kawasan industri PT. Krakatau Steel dengan mengambil sampel setiap satu bulan sekali untuk dianalisa kondisi kelayakan airnya. 3) Air Permukaan Sungai Pemantauan dan penelitian dilakukan terhadap saluran air sungai yang teraliri limbah industri dengan cara pengambilan sampel air setiap harinya dan dianalisa di laboratorium. Hasil analisa digunakan sebagai kontrol terhadap perubahan kualitas air setiap harinya.
c.
Pemantauan dan Penelitian Limbah Padat 1) Limbah Padat Non B3 Pemantauan dan penelitian dilakukan di lokasi pembuangan limbah padat non B3 dengan cara melakukan analisa commit to user
95 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
laboratorium limbah padat, sampel air dan tanah di sekitarnya setiap 3 bulan sekali. 2) Limbah Padat B3 Pemantauan dan penelitian dilakukan di lokasi pembuangan limbah B3 dengan cara pengambilan sampel air tanah di sekitarnya untuk dianalisa di laboratorium. Dilakukan setiap 3 bulan sekali. 2.
Pendekatan a.
Pendekatan Teknologi 1) Penanggulangan limbah berbahaya dan beracun a) Membatasi / isolasi limbah b) Netralisasi c) Mengurangi volume limbah d) Daur ulang e) Substitusi/ penggantian
b.
Pendekatan ekonomi Pendekatan ekonomi dilakukan dengan pembiayaan pelaksanaan pengelolaan lingkungan hidup dan kemudahan dari pemerintah, serta dengan penanggulangan masalah ekonomi dan budaya.
c.
Pendekatan institusi Pendekatan institusi dilakukan dengan menjalin kerja sama dengan instansi terkait dalam penanggulangan dan pengawasan lingkungan.
commit to user
96 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Pengendalian a.
Pengendalian Pencemaran Air 1) Air Limbah Air limbah sisa proses produksi PT. Krakatau Steel masih mengandung bahan-bahan polutan dan untuk mencegah serta menanggulangi timbulnya pencemaran maka dilakukan upaya menetralisir dan menghilangkan bahan-bahan pencemar yang terkandung dalam air limbah sebelum dibuang ke saluran air, untuk itu diperlukan alat. a) Waste Water Treatment Plant yang berfungsi untuk menetralisir dan menghilangkan bahan pencemar sebelum dibuang ke saluran air. b) Oil Separator yang dipasang pada ujung saluran air sebelum
keluar
kesaluran
umum
berfungsi
untuk
memisahkan minyak yang terkandung dalam air limbah yang ikut terbuang ke saluran air. 2) Air Laut Pencegahan dan penanggulangan pencemaran air laut dilakukan dengan pengawasan pada tempat-tempat yang memungkinkan menjadi sumber pencemaran seperti pelabuhan, instalasi pipa-pipa minyak di dasar laut dan lain - lain.
commit to user
97 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Pengendalian Pencemaran Udara 1) Debu Debu yang dihasilkan dari kegiatan proses produksi ditidaklanjuti secara teknis dengan menggunakan alat : Wet Scrubber dan Bag House Filter. 2) Gas Gas yang dihasilkan dari proses produksi dilakukan pencegahan dan penanggulangan dengan menggunakan alat penetralisir gas yang dilengkapi dengan karbon aktif untuk mengarbsorbsi gas - gas tersebut atau dapat dikurangi dengan cara membuat cerobong yang tinggi dengan maksud agar dapat ternetralisir oleh udara dan dengan cara penggunaaan spray. 3) Suara Kebisingan yang ditimbulkan dari proses produksi dilakukan pencegahan melalui : a) Menutup sumber bising dengan bahan kedap suara. b) Memodifikasi
mesin
untuk
menurunkan
tingkat
kebisingannya. c) Memilih mesin dengan tingkat kebisingan yang rendah. d) Subtitusi bahan yang dapat menurunkan tingkat kebisingan tinggi.
commit to user
98 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
4) Penghijauan Penghijauan
dapat
berfungsi
sebagai
pelindung dari
pencemaran debu, gas dan pelindung dari kebisingan. Di PT. Krakatau Steel telah dilaksanakan program penghutanan kawasan industri. c.
Pengendalian Limbah Padat Masalah utama dari penanggulangan limbah padat adalah volume limbah yang harus ditangani atau dibuang dan kandungan bahan kimia pencemar yang sangat komlpeks bervariasi. Limbah padat sisa proses produksi yang berupa sludge/lumpur dan bahan padat lainnya yang tidak berbahaya maupun yang berbahaya. Pembuangan limbah padat yang tidak berbahaya dilakukan di tempat tak terbuka seperti ditimbun/sanitary landfill, sedangakan limbah padat yang berbahaya harus melalui tahap tertentu serta dibuang di tempat khusus. Dan dikirim ke PPLI sesuai dengan peraturan dan sesuai persyaratan yang berlaku. Limbah atau hasil sisa poduksi yang ada di HSM dapat dimanfaatkan atau dijual ke pihak ketiga untuk pembuatan magnet.
d.
Unit-Unit Pengelolaan Limbah Industri a) Dedusting Plant yaitu alat untuk menghisap dan memadatkan debu ambient yang dipasang di Pabrik Billet Baja, Pabrik Slab Baja I dan Pabrik Slab Baja II. commit to user
99 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b) Waste Water Treatment Plant yang merupakan unit pengolahahn limbah cair dan lumpur secara mekanik dan kimia di Pabrik Pengerolan Baja Lembaran Dingin (CRM) dengan teknologi Perancis. c) Water Treatment Plant yang berfungsi sebagai pengolahahn air untuk pendinginan mesin, feed water instrument dan boiler serta untuk keperluan industri lainnya dengan cara recycle. Pabrik yang dilengkapi dengan WTP adalah PBS, SSP 1, SSP 2, HSM dan CRM. Prinsip dari WTP ini adalah memisahkan air dengan oli, skill, grase dan lumpur (Fisika dan Kimia). Limbah padat yang dihasilkan di treatment kembali sesuai peruntukannya. d) Oli Trap adalah unit yang berfungsi untuk memisahkan air industri yang mengandung oli, grease dan minyak yang akan disalurkan ke lingkungan umum.
I.
Laboratorium Lingkungan Laboratorium lingkungan di sini bertugas sebagai seksi pemantauan. Dimana kegiatannya adalah membuat jadwal pemantauan atas dasar permintaan user. User adalah pihak yang ingin melakukan penelitian. Dia mengirimkan sampel yang ingin diteliti kepada pihak laboratorium, kemudian pihak laboratorium melakukan pemantauan sampel.
commit to user
100 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
1.
Sampling Tujuan pemantauan adalah untuk mengetahui, mengidentifikasi atau menemukan sedini mungkin setiap penyimpangan atau perubahan kondisi yang terjadi dengan melihat perubahan volum/kadar/konsentrasi faktor pencemar. Pada bulan Maret 2012 ini, unit kerja dimana dilakukan pemantauan adalah SSP1 dan SSP2. Sedangkan pada bulan April 2012 mendatang, akan dilakukan pemantauan di HSM dan Pengendalian Kualitas. Yang dipantau adalah sebagai berikut : a.
Udara ambient untuk lingkungan kerja Interval pengukuran untuk debu ambient adalah 6 bulan sekali. Metode sampling yang digunakan adalah menurut SNI 19-02322005 tentang NAB Zat Kimia di Udara Tempat Kerja. Udara ambient yang dimaksud meliputi debu pabrik, debu lingkungan, debu jatuh atau debu emisi, gas tempat kerja, gas lingkungan dan gas emisi. 1) Pemantauan debu pabrik Pemantauan dilakukan di area pabrik, dimana pekerja melaksanakan pekerjaannya. Hal ini dimaksud untuk mengukur kadar debu di area tersebut apakah sesuai dengan nilai ambang batas berdasarkan Permenakertrans No.13 tahun 2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. commit to user
101 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2) Pemantauan debu lingkungan Sedang untuk pemantauan debu lingkungan dilakukan di area luar pabrik. Contoh pada lokasi MHDR, perempatan WS 2Billet, Wire Rod, timbangan sekitar perempatan, pertigaan SSP 2-Hyperkes dan terakhir lokasi lapangan masjid WRM. 3) Pemantauan debu jatuh Untuk mengukur kadar debu yang diizinkan berdasarkan baku mutu udara ambient untuk dust fall (debu jatuh) adalah 20 ton/km2/bulan, dengan waktu pengukuran kurang lebih 30 hari. Peraturan yang mengaturnya PP No. 41 tahun 1999 tentang Baku Mutu Udara Nasional. 4) Pemantauan debu emisi Metode
yang
digunakan
dalam
pengukuran
adalah
gravimetri. Yakni intinya mencari selisih berat akhir-berat awal itulah kandungan debu emisi. Adapun peraturan tentang hal ini mengacu Keputusan MENLH No : 13 tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi untuk industri besi dan baja. Kandungan debu yang diijinkan adalah 150 µg/m3. 5) Pemantauan gas tempat kerja Pemantauan gas tempat kerja dilakukan pada lokasi yang diindikasikan adanya kebocoran gas dari proses kegiatan industri. Adapun gas-gas yang dipantau adalah SO2 dan NO2 yang pelaksanaannya mengacu pada PP No : 41 tahun 1999 commit to user
102 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tentang Baku Mutu Udara Nasional dan gas NH3 dan H2S mengacu KepmenLH No : 50 tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebauan. Metode yang digunakan adalah impinger. 6) Pemantauan gas lingkungan Pemantauan ini untuk mengukur gas bocor dari proses produksi pabrik dan gas buang dari kendaraan. Metode yang dipakai sama dengan pemantauan gas untuk tempat kerja begitu peraturannya dan analisanya sama seperti analisa gas tempat kerja dan alat ang digunakan adalah dengan multi gas detektor. 7) Pemantauan gas emisi Gas emisi adalah gas buang cerobong yang dihasilkan dari proses produksi. Pada cerobong tersebut mempunyai lubang sampling yang berfungsi untuk menempatkan peralatan sampel. Pengukuran itu mengacu pada baku mutu emisi untuk industri besi dan baja, Kep MENLH No. 13 Tahun 1995, adapun metode yang digunakan untuk pengukuran ini menggunakan metoda electrochemical dimana hasil pengukuran dapat langsung dibaca pada alat tersebut (gas analizer). b.
Kebisingan Dasar hukum kebisingan di tempat kerja mengacu pada Permenakertrans No. 13 Tahun 2011 tentang Nilai Ambang Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Peralatan yang digunakan commit to user
103 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
untuk pengukuran adalah Sound Level Meter. Metode sampling yang digunakan mengacu pada SOP. Interval pengukuan adalah 6 bulan. c.
Iklim kerja Pelaksanaan pemantauan iklim kerja/tekanan panas dilakukan di tempat kerja yang berhubungan dengan panas menggunakan alat Heat Stress Monitor untuk diketahui indeks suhu bola basah. Dalam pemantauan ini mengacu pada Permenakertrans No. 13 Tahun 2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Metode sampling yang digunakan mengacu pada SOP. Pengukuan dilakukan setiap 6 bulan sekali.
d.
Intensitas Cahaya (Penerangan) Penerangan diukur menggunakan Lux Meter. Dalam pemantauan penerangan
mengacu
1405/MENKES/SK/XI/2002
pada tentang
Kepmenkes Persyaratan
No. Kesehatan
Lingkungan Kerja Perkantoran dan Industri. Metode sampling yang digunakan mengacu pada SNI 16-7062-2004 tentang Pengukuran Intensitas Penerangan di Tempat Kerja. e.
Limbah cair PT. Krakatau Steel melakukan pengukuran limbah cair delapan kali dalam satu bulan. Lalu hasilnya diserahkan ke Badan Lingkungan Hidup (BLH), kemudian diteruskan di Kementerian untuk mendapatkan sertifikat kelayakan. Bilamana limbah baik yang keluar dari effluent maupun yang dari steam melebihi baku mutu, commit to user
104 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
maka harus segera diadakan perbaikan pada IPAL (Instalasi Pengolahan Limbah Air). Pemantauan ini mengacu pada Kep 51/MENLH/10/1996 tentang Baku Mutu Limbah Cair bagi Kegiatan Industri. f.
Limbah padat Limbah pada yang dihasilkan berbeda tergantung dari proses produksinya dan pengolahannya. Pemantauan ini untuk diketahui karakteristik dan komposisinya dan dilakukan satu tahun sekali.
2.
Uji/Analisa Setelah dilakukan pengukuran, untuk selanjutnya sampel-sampel tersebut akan dianalisa/diteliti oleh analis di laboratorium tersebut. Hasilnya kemudian ditandatangani oleh dinas laboratorium untuk pembuatan
sertifikat.
Setelah
dibuat
sertifikat,
hasil
pengujian
didistribusikan ke user. Jadi, tugas analis hanyalah memberikan data hasil pengujian. Tetapi apabila saat dilakukan pemantauan sample hasilnya langsung terbaca, sebagai contoh adalah pemantauan kebisingan, dan hasilnya langsung muncul pada Sound Level Meter, maka tidak perlu lagi dilakukan uji analisa laboratorium.
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB IV PEMBAHASAN
A. Higiene Perusahaan 1.
Faktor Fisik a.
Kebisingan Kebisingan yang timbul akibat mesin-mesin produksi yang sedang beroperasi seperti pada EAF, ScrapYard, Ladle Furnace, Concast dan Slab Handling. Pengukuran yang dilakukan 1 bulan sekali berdasarkan Permenakertrans No. 13 Tahun 2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Pada lokasi dengan faktor fisika kebisingan, perusahaan memasang rambu-rambu alat pelindung diri sesuai himbauan pemasangan rambu-rambu dalam peraturan Permenakertrans RI No. Per. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri Pasal 5 “Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.” Untuk mencegah risiko gangguan pendengaran pada karyawan, PT. Krakatau Steel telah menyediakan APD berupa sumbat telinga, ear plug dan ear muff secara cuma-cuma. Pada penerapannya di lapangan lebih banyak digunakan sumbat telinga dan ear plug karena commit to user
105
106 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sudah cukup mengurangi kebisingan yang ada. Selain itu perlindungan kebisingan juga dilakukan dengan pembangunan control room di lokasi yang memiliki faktor bahaya kebisingan sehingga karyawan tidak secara langsung terpapar oleh bising. Hal ini sesuai dengan Permenakertrans No. 01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja Pasal 4 ayat 3 yang berbunyi ”Pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat pelindung diri yang diwajibkan penggunaanya oleh karyawan yang berada dibawah pimpinannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja. Serta sesuai dengan Permenaker No.05/MEN/1996 tentang SMK3 klausul 6.4.3 menjelaskan Tentang fasilitas-fasilitas dan layanan yang ada di tempat kerja sesuai dengan standar dan pedoman teknis. Namun pada kenyataannya, masih banyak dijumpai karyawan yang tidak mengenakan alat pelindung telinga karena alat tersebut dirasa mengganggu kinerja karyawan, hal tersebut mencerminkan kurangnya kesadaran tentang pentingnya alat pelindung diri untuk kesehatan karyawan. Bertentangan dengan Permenakertrans RI No. Per. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri Pasal 6 ayat (1) Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
107 digilib.uns.ac.id
Dalam pemasangan rambu intensitas kebisingan dan slogan K3 berdasarkan pada Permenaker No. 05/MEN/1996 klausul 6.4.4 Tentang rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus dipasang sesuai dengan standar dan pedoman teknis. b.
Penerangan Pengendalian pada penerangan dengan menerapkan Kepmenkes RI No. 1405/MENKES/SK/XI/2002 tentang Persyaratan Intensitas Cahaya Di Ruang Kerja dan Undang-undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Bab III pasal 3 (1) i. “memperoleh penerangan yang cukup dan sesuai.”
c.
Tekanan Panas Tekanan panas ini dapat mengganggu kesehatan karyawan terutama dapat mengakibatkan dehidrasi atau kehilangan cairan yang apabila dalam waktu yang lama akan berdampak lebih buruk. Usaha pencegahan atau pengendalian yang dilakukan PT. Krakatau Steel dengan melakukan pemantauan iklim kerja dilakukan sebulan sekali di setiap pabrik sesuai dengan jadwal yang ada. Pengukuran tekanan panas berdasarkan Permenakertrans No. 13 Tahun 2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Perusahaan menyediakan APD berupa : baju tahan api, sarung tangan, sepatu safety, tameng muka, capucon dan helm khusus. Pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan telah sesuai dengan Permenakertrans No. 01/MEN/1981 Pasal 4 ayat 3 yang berbunyi commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
108 digilib.uns.ac.id
”Pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat pelindung diri yang diwajibkan penggunaanya oleh karyawan yang berada dibawah pimpinannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja. Selain peraturan tersebut juga Permenakertrans RI No. Per. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri Pasal 5 “Pengusaha atau Pengurus wajib mengumumkan secara tertulis dan memasang rambu-rambu mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.” Untuk pemasangan fasilitas keselamatan dan kesehatan kerja seperti blower untuk mengatur kecepatan angin, penyedian air minum serta control room yang dilengkapi AC guna menjalankan pekerjaan, pada sumber panas dipasang isolasi/pelindung untuk mengurangi kontak langsung dengan pekerja sesuai dengan Permenaker No. 05/MEN/1996 klausul 6.4.3 menjelaskan tentang fasilitas-fasilitas dan layanan yang ada di tempat kerja sesuai dengan standar dan pedoman teknis. Dari hasil pengamatan, karyawan telah mengenakan alat pelindung diri berupa baju tahan api pada saat melakukan pekerjaan, pendistribusian air minum juga telah berjalan dengan lancar sesuai Undang-undang No. 1 tahun 1970 Bab VIII Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja Pasal 12 b. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan, Pasal 13 “Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan commit to user
109 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.” dan Permenakertrans RI No. Per. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung Diri Pasal 6 ayat (1) Pekerja/buruh dan orang lain yang memasuki tempat kerja wajib memakai atau menggunakan APD sesuai dengan potensi bahaya dan risiko. Selain menjalankan peraturan tersebut di atas PT. Krakatau Steel (Persero) Tbk. menerapkan Undang-undang No. 1 tahun 1970 Bab III pasal 3 (1) “g. mencegah dan mengendalikan timbul atau menyebar luasnya suhu, kelembaban, debu, kotoran, asap, uap, gas, hembusan angin, cuaca, sinar radiasi, suara dan getaran; j. menyelenggarakan suhu dan lembab udara yang baik;” d.
Vibrasi Dari hasil observasi di lapangan, karyawan tidak terpapar vibrasi selama 8 jam per hari karena desain tempat kerja seperti control room, ruang istirahat dan Crane telah dilengkapi dengan karet peredam, karyawan telah dilengkapi dengan sepatu safety dan adanya rotasi kerja antara karyawan. Sebagian karyawan masih kurang disiplin dalam mengenakan alat pelindung diri dalam melakukan pekerjaan, padahal hal ini akan menyebabkan risiko terhadap kesehatan karyawan di masa mendatang. Pengendalian ini sesuai
dengan
Permenaker
No.05/MEN/1996
klausul
6.4.3
menjelaskan Tentang fasilitas-fasilitas dan layanan yang ada di tempat kerja sesuai dengan standar dan pedoman teknis. Klausul commit to user
110 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
6.4.4 Tentang rambu-rambu mengenai keselamatan dan tanda pintu darurat harus dipasang sesuai dengan standar dan pedoman teknis. e.
Radiasi Untuk
menanggulangi
pengaruh
dari
radiasi
dilakukan
pemantauan dengan pengukuran yang dilakukan 1 bulan sekali berdasarkan Permenakertrans No. 13 Tahun 2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja. Untuk radiasi sinar merah ini telah disediakan kacamata Furnace (Cobalt) yang diharapkan dapat mengurangi kesilauan yang diterima karyawan. Dari hasil pemantauan, banyak karyawan yang telah mengenakan alat pelindung pada saat melakukan pekerjaan yang berhubungan
dengan
sinar
infra
merah,
karyawan
selalu
menggunakan kaca mata Furnace pada saat melakukan pekerjaan dan film badge untuk radiasi radioaktif. Pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan telah sesuai dengan Permenakertrans No. 01/MEN/1981 Pasal 4 ayat 3 yang berbunyi ”Pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat pelindung diri yang diwajibkan penggunaanya oleh karyawan yang berada dibawah pimpinannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja. Undangundang No. 1 tahun 1970 Bab VIII Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja Pasal 12 b. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan, Pasal 13 “Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, commit to user
111 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.” 2.
Faktor Kimia a.
Debu NAB debu pabrik berdasarkan Permenakertrans No. 13 Tahun 2011 batas kadar debu yang diizinkan 10 µg/m3. Pemantauan dilakukan 1 bulan sekali. Bilamana melebihi NAB area tersebut dipasang rambu wajib memakai masker. Pada area-area tertentu seperti di EAF, area pengisian Sponge Iron dan kapur melalui Continuous Feeding System (conveyor), area proses sekunder di Ladle Furnace (LF), area refactory ladle dan tundish serta pada area pembuangan sludge dipasang alat penyedot debu (Dedusting Sistem). Pengendalian tersebut sesuai dengan Permenaker No.05/MEN/1996 klausul 6.4.3 menjelaskan Tentang fasilitas-fasilitas dan layanan yang ada di tempat kerja sesuai dengan standar dan pedoman teknis dan Permenakertrans RI No. Per. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung
Diri
mengumumkan
Pasal secara
5
“Pengusaha
tertulis
dan
atau
Pengurus
memasang
wajib
rambu-rambu
mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.” Selain itu karyawan juga dilengkapi dengan masker. Dari hasil observasi yang dilakukan, karyawan telah disiplin mengenakan alat pelindung karyawan dalam melakukan pekerjaan yang berhubungan dengan debu. Pengendalian yang dilakukan oleh perusahaan telah commit to user
112 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
sesuai dengan Permenakertrans No. 01/MEN/1981 Pasal 4 ayat 3 yang berbunyi ”Pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat pelindung diri yang diwajibkan penggunaanya oleh karyawan yang berada dibawah pimpinannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja. Serta telah mengacu pada Undang-undang No. 1 tahun 1970 Bab VIII Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja Pasal 12 b. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan, Pasal 13 “Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua
petunjuk
keselamatan
kerja
dan
memakai
alat-alat
perlindungan diri yang diwajibkan.” b.
Gas Gas Ambient yang dipantau adalah SO2 dan NO2 yang pelaksanaannya mengacu pada PP No. 41 tahun 1999 tentang Pengendalian Pencemaran Udara serta gas NH3 dan H2S mengacu pada KEPMENLH No. 50 Tahun 1996 tentang Baku Tingkat Kebauan. Pemantauan ini untuk mengukur gas bocor dari proses produksi pabrik dan gas buang dari kendaraan. Sedangkan untuk gas emisi adalah cerobong (dedusting) antara lain gas CO, CO2, SO2, NO2, NOx, H2S dengan periode 3 bulan sekali. Pengukuran gas emisi berdasarkan Kepmen LH No. 13 tahun 1995 tentang Baku Mutu Emisi Sumber Tidak Bergerak. Pada area-area yang terdapat bahaya gas dipasangi rambu-rambu tanda bahaya gas dan tanda wajib memakai APD seperti masker, commit to user
113 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
respirator yang sesuai dengan jenis gas tersebut. Untuk karyawan yang terpapar gas telah mengenakan APD sesuai dengan ketentuan yang berlaku untuk mencegah penyakit akibat kerja. Pengendalian yang
dilakukan
oleh
perusahaan
telah
sesuai
dengan
Permenakertrans No. 01/MEN/1981 Pasal 4 ayat 3 yang berbunyi ”Pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat pelindung diri yang diwajibkan penggunaanya oleh karyawan yang berada dibawah pimpinannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja. Serta mengacu pada Undang-undang No. 1 tahun 1970 Bab VIII Kewajiban dan Hak Tenaga Kerja Pasal 12 b. Memakai alat perlindungan diri yang diwajibkan, Pasal 13 “Barang siapa akan memasuki sesuatu tempat kerja, diwajibkan mentaati semua petunjuk keselamatan kerja dan memakai alat-alat perlindungan diri yang diwajibkan.” c.
Uap Pada area-area yang terdapat bahaya uap logam dipasangi rambu-rambu tanda bahaya dan tanda wajib memakai APD seperti masker, respirator yang sesuai dengan jenis gas tersebut. Karyawan telah memakai APD dengan benar pada saat melakukan pekerjaan. Dalam kaitannya dengan pencegahan penyakit akibat kerja, PT. Krakatau Steel telah menyediakan alat pelindung diri. Hal ini sesuai dengan Peraturan Menteri Karyawan dan Transmigrasi No. 01/MEN/1981 tentang Kewajiban Melapor Penyakit Akibat Kerja. commit to user
114 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Dalam hal ini diatur di dalam Pasal 4 ayat 3 yang berbunyi ”Pengurus wajib menyediakan secara cuma-cuma semua alat pelindung diri yang diwajibkan penggunaanya oleh karyawan yang berada dibawah pimpinannya untuk pencegahan penyakit akibat kerja. 3.
Faktor Biologi Pengendalian yang dilakukan oleh pihak perusahaan yaitu dengan bahan makanan yang di olah berasal dari bahan yang bersih, peralatan yang digunakan untuk memasak juga bersih bebas dari debu dan lalat, ada ventilasi (exhauster atau AC) untuk sirkulasi udara. Petugas kantin diwajibkan menggunakan alat pelindung berupa celemek, tutup kepala, sarung tangan juga masker wajah, serta penyajian makanan di kantin juga harus di tutup dengan tutup saji untuk menghindarkan dari hewan pembawa penyakit. Selain itu, ruangan kantin juga harus dalam keadaan bersih yaitu : lantai, meja, kursi dan peralatan makan serta menyediakan peralatan mencuci tangan, wastafel, tissue pada setiap meja makan untuk karyawan yang masuk ke kantin. Disediakan pula toilet, shower, dan selang udara bertekanan untuk membersihkan diri di lingkungan pabrik.
commit to user
115 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
B. Kesehatan Kerja 1.
Pelayanan Kesehatan dan Fasilitas Menurut Permenakertrans No. 03/MEN/1982 tentang pelayanan kesehatan pasal 1, yaitu pelayanan kesehatan dilaksanakan bertujuan : a.
Memberikan bantuan kepada karyawan dalam menyesuaikan diri baik fisik maupun mental, terutama dalam penyesuaian pekerjaan dengan karyawan
b.
Melindungi karyawan terhadap setiap gangguan kesehatan yang timbul dari pekerjaan atau lingkungan kerja
c.
Meningkatkan kesehatan badan, kondisi mental dan kemampuan fisik karyawan
d.
Memberikan pengobatan dan perawatan serta rehabilitasi bagi karyawan yang menderita sakit Mengenai 12 tugas pokok pelayanan kesehatan, yang belum
dilaksanakan oleh Dinas Hiperkes adalah pemberian nasihat tentang tempat kerja dan APD. Selain itu, semuanya sudah dilakukan. 2.
Pemeriksaan Kesehatan Berkala Salah satu dasar pelaksanaan pemeriksaan kesehatan berkala adalah UU Keselamatan Kerja No. 1 tahun 1970 pasal 8 menyatakan bahwa : a.
Pengurus diwajibkan memeriksakan kesehatan badan, kondisi mental dan dipindah sesuai dengan sifat-sifat pekerjaan yang diberikan kepadanya. commit to user
116 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
b.
Pengurus diwajibkan memeriksakan semua tenaga kerja yang berada dibawah pimpinannya secara berkala pada dokter yang ditunjuk oleh pengusaha dan dibenarkan oleh direktur.
c.
Norma-norma mengenai pengujian kesehatan ditetapkan dengan peraturan perundangan. Selain sebagai pemenuhan Peraturan Perundangan (UU No. 1 tahun
1970) melalaui pemeriksaan kesehatan berkala agar dapat mendeteksi adanya gangguan kesehatan tenaga kerja, sehingga pihak perusahaan terutama Dinas Kesehatan Kerja dapat melakukan tindakan pencegahan atau pengendalian sehingga mencapai derajat kesehatan kerja yang optimal. 3.
Gizi Kerja Setiap divisi di PT. Krakatau Steel juga telah menyediakan menu berimbang 4 sehat 5 sempurna, serta tempat yang bersih pada lantai, langit-langit, peralatan memasak dan makan maupun dapur yang sesuai dengan Permenkes RI No. 712/MEN.KES./PER/X/1986 bagian A tentang persyaratan umum lokasi, bangunan dan fasilitas. Kantin dikelola oleh petugas kantin yang memenuhi syarat kesehatan seperti tersurat dalam Permenkes RI No. 712/MEN.KES./PER/X/1976 bagian B pasal 3 sub c ”Untuk melindungi pencemaran terhadap makan digunakan celemek/apron, tutup rambut dan mulut serta sepatu dapur”. Petugas kantin sudah menggunakan celemek dan sepatu (alas kaki). commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
117 digilib.uns.ac.id
Dinas Hiperkes melakukan pengawasan kantin-kantin pabrik sebagai fungsi kontrol pengelolaan kesehatan kantin dan evaluasi serta masukan untuk direkomendasikan kepada pengelola kantin dalam perbaikan kesehatan kantin. Jika terdapat kantin yang tidak memenuhi syarat kesehatan setelah direkomendasikan Dinas Hiperkes, maka pengelola diberhentikan dan digantikan petugas lain yang ditunjuk. Akan tetapi, belum dilaksanakan pemeriksaan kesehatan terhadap petugas kantin. Hal itu belum sesuai dengan UU Keselamatan Kerja No. 1 tahun 1970 pasal 8 yang intinya adalah kewajiban pengurus dalam memeriksakan kesehatan semua tenaga kerja di bawah pimpinannya. Pada awalnya kebijakan pelayanan gizi kerja di PT. Krakatau Steel adalah dengan memberikan makan dan extra fooding, dimana extra fooding yang diberikan dalam 2 bentuk yaitu : a.
Secara rutin yang berupa susu pasteurisasi dan UHT.
b.
Secara non rutin yang diberikan setiap hari Jumat setelah kegiatan olahraga yang berupa kacang hijau, telur atau snack secara bergantian. Pelayanan extra fooding ini ditujukan pada seluruh Direktorat
Produksi maupun Direktorat Non Produksi. Pada bulan Juli 1998 Dinas Keselamatan Kerja mengeluarkan Surat Edaran yang intinya meminta Dinas Hiperkes untuk melalui evaluasi penelitian guna menetapkan karyawan yang berhak untuk mendapatkan extra fooding berdasarkan kriteria : commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
118 digilib.uns.ac.id
a.
Karyawan dengan waktu kerja shift.
b.
Karyawan yang bekerja pada faktor lingkungan berbahaya.
c.
Karyawan yang bekerja dengan beban fisik berat/karyawan yang kerjanya 70 % dipabrik/dibengkel dan dilapangan.
C. Keselamatan Kerja 1. Potensi Bahaya a.
Kebakaran Sumber potensi bahaya kebakaran ini berasal dari penggunaan energi mesin bertekanan tinggi yang menghasilkan panas untuk proses pemanasan gas dan proses reformasi gas. Upaya pencegahan dan penanggulangan bahaya kebakaran, PT. Krakatau Steel dimulai sejak perencanaan dan pengaturan proses produksi. Hal ini didasarkan pada Undang-undang No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 9 ayat 3 yang berbunyi pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua karyawan yang dibawah pimpinannya, dalam pencegahan kebakaran dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula di dalam pemberian pertolongan pertama dalam kecelakaan. Selain hal tersebut di atas dilakukan pemasangan rambu-rambu (dilarang merokok dan menyalakan api) pada lokasi bahaya kebakaran terutama pada bahan kimia. Hal ini sesuai dengan commit to user
119 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Keputusan Menteri Tenaga Kerja R.I. Nomor : Kep. 187/Men/1999 tentang Pengendalian Bahan Kimia Berbahaya di Tempat Kerja Bab II Penyediaan Dan Penyampaian Lembar Data Keselamatan Bahan Dan Label Pasal 4, Pasal 5 : Label sebagaimana dimaksud dalam pasal 3 huruf a meliputi keterangan mengenai : 1) nama produk; 2) identifikasi bahaya; 3) tanda bahaya dan artinya; 4) uraian risiko dan penanggulangannya; 5) tindakan pencegahan; 6) instruksi dalam hal terkena atau terpapar; 7) instruksi kebakaran; 8) instruksi tumpahan atau bocoran 9) instruksi pengisian dan penyimpanan; Pasal 6 : Lembar Data Keselamatan Bahan sebagaimana dimaksud dalam pasal 4 dan Label sebagaimana dimaksud dalam pasal 5 diletakkan di tempat yang mudah diketahui oleh tenaga kerja dan Pegawai Pengawas Ketenagakerjaan. Namun, dari hasil pengamatan, saya menjumpai ada satu tenaga kerja yang merokok sewaktu memindah-mindah karung di tempat kerja terbuka. Meskipun dilakukan di tempat kerja terbuka, semestinya jangan merokok karena percikan api bisa menimbulkan kebakaran
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
120 digilib.uns.ac.id
Menyediakan alat pemadam api ringan jenis dry chemical dan CO2, alarm kebakaran, sistem hidran, pintu darurat, kotak P3K, perawatan dan perbaikan mesin, penyimpanan dan penempatan yang baik untuk bahan B3 serta memberikan pelatihan pemadam kebakaran (tim tanggap darurat), penyediaan shelter dan assembly point. Sesuai dengan Keputusan Menteri Tenaga Kerja RI No. Kep186/Men/1999 tentang Unit Penanggulangan Kebakaran di Tempat Kerja, Pasal 2 (2). Kewajiban mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran ditempat kerja sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi : Pengendalian setiap bentuk energi; Penyediaan sarana deteksi, alarm pemadam kebakaran dan sarana evakuasi; Pengendalian penyebaran asap, panas dan gas; Pembentukan unit penanggulangan kebakaran di tempat kerja; Penyelenggaraan latihan dan gladi penanggulangan kebakaran secara berkala; Memiliki buku rencana penanggulangan keadaaan darurat kebakaran, bagi tempat kerja yang mempekerjakan lebih dari 50 (lima puluh) orang tenaga kerja dan atau tempat kerja yang berpotensi bahaya kebakaran sedang dan berat. b.
Ledakan Ledakan dapat terjadi pada saat proses peleburan. Proses peleburan menggunakan elektroda yang dialiri listrik. Upaya pencegahan terjadi ledakan dalam proses peleburan bahan baku yang digunakan harus bebas dari air, karena air akan bereaksi membentuk commit to user
121 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
gas H2 yang kemudian dapat menyebabkan ledakan. Upaya yang dilakukan PT. Krakatau Steel ini sudah mencerminkan UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja Pasal 3 dan 4 (ayat 1 sub c, d, e, f) tentang mencegah dan mengurangi ledakan, memberi kesempatan atau jalan menyelamatkan diri pada waktu kebakaran atau kejadian-kejadian lain yang berbahaya, memberi pertolongan pada kecelakaan, dan memberi alat-alat perlindungan diri pada para pekerja. Sebagai upaya pengendalian bahaya peledakan ini perusahaan mengupayakan
program
pemasangan
rambu-rambu
(dilarang
merokok dan menyalakan api) pada lokasi bahaya ledakan, perawatan dan pemeliharaan sarana, inspeksi rutin, menyediakan alat pemadam api ringan, fasilitas hidran, alarm kebakaran, kotak P3K, shelter, dan assembly point. Undang Undang Republik Indonesia No. 1 Tahun 1970 Tentang Keselamatan Kerja, pasal 3 ayat 1 berbunyi “ Dengan peraturan perundangan ditetapkan syarat-syarat keselamatan kerja untuk: a). mencegah dan mengurangi kecelakaan, b). mencegah, mengurangi dan memadamkan kebakaran, c). mencegah dan mengurangi bahaya peledakan”. Peraturan tersebut menjadi salah satu dasar diwajibkannya upaya pengendalian risiko terhadap bahaya kebakaran dan ledakan.
commit to user
122 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
c.
Tersentuh Benda Panas Untuk mencegah terjadinya bahaya tersentuh benda panas, pada area-area tertentu dipasang rambu-rambu ”Area Berbahaya” dimaksud agar karyawan berhati-hati dalam menjaga jarak karena disekitar tempat tersebut terdapat baja panas. Rambu-rambu banyak dijumpai pada area pendinginan terbuka pabrik slab baja dan billet baja. Upaya yang dilakukan PT. Krakatau Steel dalam pengamanan karyawan
terhadap
mencerminkan
bahaya
Undang-undang
tersentuh No.1
benda tahun
panas 1970
sudah Tentang
Keselamatan Kerja pasal 3 dan 4 (ayat 1 sub a dan n) tentang mencegah dan mengurangi kecelakaan (Suma’mur, 1996). Permenakertrans RI No. Per. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung
Diri
mengumumkan
Pasal secara
5
“Pengusaha
tertulis
dan
atau
Pengurus
memasang
wajib
rambu-rambu
mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.” d.
Kejatuhan Benda Kejatuhan benda merupakan potensi bahaya yang sering terjadi. Penyediaan helm bagi karyawan merupakan salah satu upaya untuk mengurangi bahaya tertimpa benda jatuh. Selain itu disetiap area pabrik juga dibuat jalur hijau yang merupakan jalur aman bagi karyawan atau orang lain yang berada di tempat kerja. Upaya yang dilakukan PT. Krakatau Steel dalam pengamanan karyawan terhadap bahaya tertimpa ini sudah mencerminkan UU No.1 tahun 1970 commit to user
123 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
tentang Keselamatan Kerja pasal 3 dan 4 (ayat 1 sub a dan n) tentang mencegah dan mengurangi kecelakaan dan mengamankan serta memperlancar pengangkutan barang. Permenakertrans RI No. Per. 08/MEN/VII/2010 tentang Alat Pelindung
Diri
mengumumkan
Pasal secara
5
“Pengusaha
tertulis
dan
atau
Pengurus
memasang
wajib
rambu-rambu
mengenai kewajiban penggunaan APD di tempat kerja.” e.
Tertabrak Di PT. Krakatau Steel, lalu lintas barang cukup padat terjadi seperti truk trailer, forklift, mobil crane, buldoser, tractor, ladle car, dan bus sehingga dapat berpotensi terjadinya kecelakaan. Untuk itu PT. Krakatau Steel telah membuat jalur aman bagi karyawan di area pabrik. Hal ini sesuai dengan UU No.1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja pasal 3 dan 4 (ayat 1 sub a dan n) tentang mencegah dan mengurangi kecelakaan dan mengamankan serta memperlancar pengangkutan barang (Suma’mur, 1996).
2.
Pengawasan, pengujian dan perijinan peralatan berbahaya a.
Crane, lift dan conveyor Pengawasan dilakukan berdasarkan peraturan perundangan yang terkait. Pemeriksaan dan pengujian crane serta tahap sertifikasi pesawat angkat-angkut dilaksanakan sesuai Permenaker No.5 tahun 1985 tentang Pesawat Angkat-Angkut, pada pasal 135 tentang commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
124 digilib.uns.ac.id
pengesahan atau serifikasi pesawat angkat-angkut serta pasal 138 tentang pemeriksaan dan pengujian pesawat angkat-angkut. b.
Boiler Pengawasan dilakukan berdasarkan Peraturan Uap tahun 1930 dan Undang-Undang Uap tahun 1930. Didalam Peraturan Uap tahun 1930 disebutkan bahwa pemeriksaan dan pengujian sekurangkurangnya 2 tahun sekali, sedangkan pemeriksaan boiler di PT Krakatau Steel dilakukan setahun sekali. Hal ini dilakukan agar perubahan-perubahan pada bagian ketel uap (pipa) serta adanya zatzat di dalam ketel uap dapat diketahui secara lebih dini.
c.
Bejana Tekan Pengawasan dilakukan berdasarkan Permenaker No. 1 tahun 1982 tentang Bejana Tekan. Di dalam peraturan tersebut disebutkan bahwa pemeriksaan bejana tekan sekurang-kurangnya dilakukan 5 tahun sekali, sedangkan di PT Krakatau Steel pemeriksaan bejana tekan dilakukan 3 tahun sekali sebagai tindakan preventif serta bertujuan untuk mengetahui adanya perubahan struktur bejana tekan.
d.
Pemanfaatan zat radioaktif Pengawasan dan pemantauan pemanfaatan zat radioaktif dilaksanakan sesuai Undang-Undang No. 10 tahun 1997 tentang Ketenaganukliran. Sedangkan perijinan pemanfaatan zat radioaktif dilaksanakan berdasarkan Peraturan pemerintah Nomor 64 tahun 2000 tentang Perizinan Pemanfaatan Tenaga Nuklir. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
3.
125 digilib.uns.ac.id
Pembinaan dan penyuluhan keselamatan kerja Pembinaan dan penyuluhan keselamatan kerja dilaksanakan sebagai perwujudan Undang-Undang No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja, pasal 9 ayat 3 bahwa pengurus diwajibkan menyelenggarakan pembinaan bagi semua tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya, dalam pencegahan kecelakaan dan pemberantasan kebakaran serta peningkatan keselamatan dan kesehatan kerja, pula dalam pemberian pertolongan pertama pada kecelakaan.
4.
Pengadaan APD Pengadaan APD bagi tenaga kerja dilaksanakan berdasarkan SK Direksi No. 64/Ci/DU-KS/Kpts/2003 tentang Pemberian dan Penggunaan Alat dan Keselamatan Kerja. Pengadaan alat pelindung diri bagi tenaga kerja PT. Krakatau steel juga berdasarkan pada pelaksanaan UU No. 1 tahun 1970 tentang Keselamatan Kerja. Pada pasal 9 ayat 1 sub b dinyatakan bahwa pengurus wajib menunjukkan dan menjelaskan pada tiap tenaga kerja baru tentang semua pengaman dan alat perlindungan yang diharuskan di tempat kerja. Sedangkan pada pasal 9 ayat 1 sub c menyatakan bahwa pengurus diwajibkan menunjukkan dan menjelaskan tentang alat-alat perlindungan diri bagi tenaga kerja yang bersangkutan. Untuk memenuhi pelaksanaan dari pasal 15 sub c UU No. 1 tahun 1970 yang menyatakan bahwa pengurus diwajibkan menyediakan secara cuma-cuma semua alat pelindung diri yang diwajibkan pada tenaga kerja yang berada di bawah pimpinannya dan menyediakan bagi setiap orang commit to user
126 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
lain yang memasuki tempat kerja tersebut, disertai dengan petunjukpetunjuk yang diperlukan menurut petunjuk pengawas atau ahli Keselamatan Kerja. Penyediaan APD adalah alat pengamanan untuk melindungi tubuh dari potensi-potensi bahaya yang ada di tempat kerja. Fungsi dari penyediaan APD bagi tenaga kerja untuk : a.
Melindungi sebagian tubuh (misalnya : mata, telinga, kepala, dan lain-lain)
b.
Melindungi dari pekerjaan yang bahaya
c.
Melindungi dari situasi dan kondisi lingkungan kerja (misalnya : ketinggian)
d.
Melindungi dari bahaya kecelakaan yang lebih serius. Dalam penggunaan APD harus dapat digunakan dan berfungsi
sebagaimana mestinya dan dalam ketaatan penggunaannya perlu pengawasan. 5.
Penanggulangan Kebakaran Upaya untuk mengantisipasi tindakan darurat kebakaran, sudah di bentuk Dinas Damkar yang sesuai dengan Kepmenaker No. Kep186/MEN/1999 pasal 2 ayat 2 sub d tentang pembentukan unit penanggulangan kebakaran ditempat kerja. Dinas Damkar telah menempatkan Fire Inspector di tiap–tiap unit pabrik dalam usaha preventif terhadap bahaya kebakaran serta commit to user
127 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
memberikan pembinaan terhadap karyawan tentang tindakan pertama harus dilakukan jika terjadi kebakaran.
D. Ergonomi Pengawasan dan penerapan prinsip ergonomi di PT. Krakatau Steel sudah cukup baik. Program kerja jangka pendek dan menengah yang di tujukan untuk perbaikan kondisi tempat kerja, perbaikan standar ergonomi, pengendalian risiko Work Muscolousceletal Disorder (WMsDs) telah berjalan secara bertahap. Kegiatan yang berhubungan dengan ergonomi telah berjalan sesuai dengan program kerja, Pengukuran antropometri karyawan untuk menciptakan stasiun kerja yang nyaman bagi pekerja juga telah terlaksana. Sosialisasi ergonomi dilakukan pada karyawan dengan memasang posterposter tentang ergonomi kerja serta pemberian Induction Course pada karyawan baru. Hal ini sesuai dengan Permenaker No 5/MEN/1996 klausul 6.4.3 yang menjelaskan tentang fasilitas- fasilitas dan layanan yang ada di tempat kerja sesuai dengan standar dan pedoman yang teknis. Untuk operator alat angkat-angkut sudah memiliki Surat Izin Operasi (SIO) sesuai dengan Permenaker No. 09/MEN/VII/2010 tentang SIO. Waktu kerja PT. Krakatau Steel sudah sesuai dengan UU No. 13 tahun 2003 pasal 77 ayat 2 butir b, yaitu “Tenaga kerja bekerja 8 jam sehari dan 40 jam seminggu”. Pemberlakuan shift kerja juga telah sesuai dengan Undangundang No 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan. commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
128 digilib.uns.ac.id
Penyesuaian kapasitas personal sesuai dengan Undang-undang No 13 tahun 2003 Tentang Ketenagakerjaan Bab I Ketentuan Umum Pasal 1 (9, 10, 11, 12) tentang pelatihan kerja, kompetensi kerja, pemagangan, dan pelayanan penempatan tenaga kerja. Berdasarkan hasil pengamatan, masih ada barang-barang yang terletak tidak pada tempatnya. seperti adanya tumpukan material sisa atau sudah tidak terpakai di area kerja.
E. Manajemen K3 1.
Divisi HSE PT. Krakatau Steel menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja melalui penetapan kebijakan dari manajemen puncak perusahaan dan kemudian dijabarkan dalam tujuan dan sasaran. Sedangkan program kerja dibuat sebagai penjabaran dari sasaran untuk mencapai tujuan. Untuk mencapai pemenuhan tujuan sistem ini maka strategi yang dilaksanakan Divisi Health Safety and Environment (HSE) adalah: a.
Pemantauan rutin dan evaluasi terhadap kondisi lingkungan kerja, keselamatan dan kesehatan kerja.
b.
Pencegahan dan pengendalian terhadap pencemaran lingkungan, kecelakaan, dan penyakit akibat kerja.
c.
Melaksanakan kegiatan penelitian sebagai upaya pengendalian dan minimalisasi limbah. commit to user
129 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
d.
Meningkatkan dan memelihara SMK3.
e.
Melaksanakan kegiatan pemeriksaan dan uji ulang peralatan dan instalasi berbahaya di lingkungan pabrik.
f.
Pembinaan dan penyuluhan dalam bidang keselamatan kerja, kesehatan kerja, dan lingkungan kerja. Adapun keberhasilan penerapan sistem ini didukung oleh semua
pihak,
baik
manajemen
maupun
karyawan
secara
keseluruhan.
Peningkatan partisipasi atau kontribusi karyawan dalam pengembangan di tingkat Divisi dan perusahaan adalah dengan: a.
Pembentukan tim kerja yang bersifat lintas fungsional atau struktural.
b.
Pembentukan tim kerja tingkat perusahaan.
c.
Kegiatan P2K3/sub P2K3.
d.
Partisipasi dalam penyusunan Quality Objective Divisi dan Dinas.
e.
Melalui sistem sumbang saran. Wujud keterlibatan karyawan di tempat kerja dapat dicapai melalui
perwakilan karyawan untuk K3 dan pembentukan organisasi keselamatan dan kesehatan kerja. Dalam hal ini, sesuai dengan Permenaker No. PER04/MEN/1987 tentang P2K3 serta Tata Cara Penunjukan Ahli Keselamatan Kerja, PT. Krakatau Steel telah membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja, yang anggotanya merupakan perwakilan seluruh komponen yang ada di tempat kerja. commit to user
130 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
2.
Sistem Manajemen Krakatau Steel (SMKS) PT.
Krakatau
Steel
telah
menerapkan
Sistem
Manajemen
Keselamatan dan Kesehatan Kerja (SMK3) sesuai dengan Peraturan Menteri Karyawan Nomor 5/MEN/1996 tentang Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan kerja merupakan bagian dari sistem manajemen secara keseluruhan yang meliputi struktur organisasi, perencanaan, tanggung jawab, pelaksanaan, prosedur, proses dan sumber daya yang dibutuhkan bagi
pengembangan,
penerapan,
pencapaian,
pengkajian
dan
pemeliharaan kebijakan keselamatan dan kesehatan kerja dalam rangka pengendalian risiko yang berkaitan dengan kegiatan kerja guna terciptanya tempat kerja yang aman, efisien dan produktif. Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja tersebut diintegrasikan dan disinergikan dengan sistem manajemen lainnya (sistem manajemen kualitas dan sistem manajemen lingkungan), yang kemudian disebut dengan Sistem Manajemen Krakatau Steel.
F.
Lingkungan Pengendalian dan pengelolaan lingkungan diatur dalam Undang-Undang No. 4 Tahun 1982 tentang Ketentuan Pokok Pengelolaan Lingkungan Hidup, yang di dalamnya tercakup kebijakan pemerintah yang meliputi: 1.
Usaha penanggulangan.
2.
Usaha Konvervasi sumber daya alam. commit to user
131 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
3.
Usaha pencegahan atau pemberantasan melalui penerapan baku mutu lingkungan dalam keputusan Menteri KLH No. 02 / MENKLH / 1988, tentang Pedoman Penetapan Baku Mutu Lingkungan.
4.
LSM (Lembaga Swadaya Masyarakat).
5.
Undang-undang No. 32 tahun 2009, tentang AMDAL. Pengelolaan lingkungan hidup dalam Undang-Undang No. 4 tahun 1982
pasal 1 ayat 2 adalah upaya terpadu dalam pemanfaatan, peraturan, pemeliharaan, pengawasan, pengendalian, pemulihan, dan pengembangan lingkungan hidup. Pada ayat tersebut mengandung tujuan pokok pengelolaan yaitu terlaksananya pembangunan berwawasan lingkungan dan terkendalinya pemanfaatan sumber daya alam secara bijaksana serta berkesinambungan untuk menjamin kebutuhan generasi masa kini dan masa yang akan datang.
G. Laboratorium Lingkungan Laboratorium lingkungan bertugas sebagai seksi pemantauan. Dimana kegiatannya adalah membuat jadwal pemantauan atas dasar permintaan user. User adalah pihak yang ingin melakukan penelitian. Dia mengirimkan sampel yang ingin diteliti kepada pihak laboratorium, kemudian pihak laboratorium melakukan pemantauan sampel. Sampel yang diukur dan diteliti adalah udara ambient seperti debu dan gas, kebisingan, radiasi, iklim kerja, pencahayaan, limbah padat dan limbah cair.
commit to user
132 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
Setelah dilakukan pengukuran, untuk selanjutnya sampel-sampel tersebut akan dianalisa/diteliti oleh analis di laboratorium tersebut. Hasilnya kemudian ditandatangani oleh dinas laboratorium untuk pembuatan sertifikat. Hal tersebut sudah sesuai dengan Permenakertrans No. 13 tahun 2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja Pasal 15 yang berbunyi
“Pengurus
dan/atau
pengusaha
berkewajiban
melakukan
pengukuran faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja sesuai dengan Peraturan Menteri ini dilakukan berdasarkan penilaian risiko dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.” Dan Pasal 16 yang berbunyi “Pengurus dan/atau
pengusaha
harus
melaksanakan
ketentuan-ketentuan
dalam
Peraturan Menteri ini dan menyampaikan hasil pengukuran pada kantor yang bertanggung jawab di bidang ketenagakerjaan.”
commit to user
perpustakaan.uns.ac.id
digilib.uns.ac.id
BAB V SIMPULAN DAN SARAN
A. Simpulan Berdasarkan hasil observasi yang telah dilakukan di PT Krakatau Steel (Persero), Tbk maka dapat disimpulkan sebagai berikut : 1.
Higiene
Perusahaan,
Kesehatan
Kerja,
Keselamatan
Kerja
dan
Lingkungan a.
PT. Krakatau Steel telah menjalankan program-program Higiene Perusahaan.
Faktor-faktor
bahaya
fisika
dan
kimia
telah
dikendalikan sesuai dengan Permenakertrans No. 13 Tahun 201, Permenakertrans No. 01/MEN/1981, Permenakertrans RI No. Per. 08/MEN/VII/2010, Permenaker No. 05/MEN/1996. Namun, masih ada sebagian karyawan yang tidak taat memakai APD karena dirasa mengganggu kenyamanannya. b.
Dalam
penerapan
Kesehatan
Kerja,
Dinas
Hiperkes
telah
mengadakan pemeriksaan kesehatan berkala sesuai dengan UU Keselamatan Kerja
No. 1 tahun 1970 pasal 8, melakukan
pengawasan kantin-kantin pabrik sesuai dengan Permenkes RI No. 712/MEN.KES./PER/X/1986 bagian A dan Permenkes RI No. 712/MEN.KES./PER/X/1976 bagian B pasal 3 sub c, melakukan pembinaan dan penyuluhan kesehatan yang ditujukan kepada karyawan sesuai dengan Permenakertrans No. 03/MEN/1982 tentang commit to user pelayanan kesehatan pasal 1. Namun, tidak dilakukan pemeriksaan 133
134 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
kesehatan terhadap penjamah makanan di kantin. Hal tersebut belum sesuai dengan UU Keselamatan Kerja No. 1 tahun 1970 pasal 8. c.
Perusahaan
telah
menerapkan
Keselamatan
Kerja.
Dinas
Keselamatan Kerja melakukan pengawasan, pengujian dan perijinan peralatan-peralatan berbahaya sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku. Telah dilakukan juga pembinaan dan penyuluhan keselamatan kerja sebagai perwujudan Undang-Undang No. 1 tahun 1970 pasal 9 ayat 3. Pengadaan alat pelindung diri bagi tenaga kerja PT. Krakatau steel juga berdasarkan pada pelaksanaan UU No. 1 tahun 1970 pada pasal 9 ayat 1 sub b, 9 ayat 1 sub c dan pasal 15 sub c. Sedangkan untuk penanggulangan kebakaran, sudah di bentuk Dinas Damkar yang sesuai dengan Kepmenaker No. Kep186/MEN/1999 pasal 2 ayat 2 sub d. Namun, dari hasil pengamatan masih ada satu tenaga kerja yang sedang merokok ketika bekerja di tempat kerja terbuka. d.
Sistem pengendalian lingkungan di PT. Krakatau Steel pada prinsipnya dilakukan dengan tahap pendekatan dan penanggulangan pencemaran yang diatur dalam Undang-undang No. 32 tahun 2009.
2.
Laboratorium Lingkungan pada perusahaan telah melakukan tugasnya, yaitu rutin melakukan pengukuran dengan jadwal yang sudah dibuat. Hal tersebut sudah sesuai dengan Permenakertrans No. 13 tahun 2011 tentang NAB Faktor Fisika dan Faktor Kimia di Tempat Kerja Pasal 15 yang berbunyi “Pengurus dan/atau pengusaha berkewajiban melakukan commit to user
135 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
pengukuran faktor fisika dan faktor kimia di tempat kerja sesuai dengan Peraturan Menteri ini dilakukan berdasarkan penilaian risiko dan peraturan perundang-undangan yang berlaku.” 3.
Kegiatan yang berhubungan dengan ergonomi telah berjalan sesuai dengan program kerja, Pengukuran antropometri karyawan untuk menciptakan stasiun kerja yang nyaman bagi pekerja juga telah terlaksana. Hal ini sesuai dengan Permenaker No 5/MEN/1996 klausul 6.4.3. Untuk operator alat angkat-angkut sudah memiliki Surat Izin Operasi (SIO) sesuai dengan Permenaker No. 09/MEN/VII/2010 tentang SIO. Waktu kerja PT. Krakatau Steel sudah sesuai dengan UU No. 13 tahun 2003 pasal 77 ayat 2 butir b. Penyesuaian kapasitas personal juga sudah sesuai dengan Undang-undang No 13 tahun 2003. Akan tetapi, berdasarkan pengamatan masih ada benda-benda yang terletak tidak pada tempatnya, seperti adanya tumpukan material sisa atau sudah tidak terpakai di area kerja.
4.
PT. Krakatau Steel menerapkan Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja yang sesuai dengan Peraturan Menteri Karyawan Nomor 5/MEN/1996. PT. Krakatau Steel mempunyai sistem manajemen sendiri yaitu Sistem Manajemen Krakatau Steel (SMKS). SMK3 diintegrasikan dan disinergikan dengan sistem manajemen lainnya (sistem manajemen kualitas dan sistem manajemen lingkungan), kemudian disebut dengan Sistem Manajemen Krakatau Steel (SMKS). commit to user
136 digilib.uns.ac.id
perpustakaan.uns.ac.id
PT. Krakatau Steel juga telah membentuk Panitia Pembina Keselamatan dan Kesehatan Kerja sesuai dengan Permenaker No. PER-04/MEN/1987.
B. Saran 1.
Perlu adanya peningkatan pembinaan, penyuluhan dan pengawasan dalam hal pemakaian alat pelindung diri yang sesuai dengan pekerjaannya, sehingga karyawan selalu termotivasi untuk menggunakan alat pelindung diri dengan benar.
2.
Sebaiknya
dilakukan
pemeriksaan
kesehatan
terhadap
penjamah
makanan di kantin supaya mengetahui apabila ada gejala penyakit sehingga tidak mengkontaminasi makanan kantin yang dijamah. 3.
Sebaiknya dibuat smoking area di setiap tempat kerja baik di pabrik maupun di kantor untuk memperkecil timbulnya bahaya besar yang disebabkan oleh rokok dari segi kesehatan
4.
Perlu adanya peningkatan kinerja housekeeping di area kerja karena berdasarkan pengamatan di lapangan masih ditemukan benda-benda yang tidak pada tempatnya, seperti adanya tumpukan material sisa atau sudah tidak terpakai di area kerja.
5.
Sistem Manajemen Krakatau Steel yang merupakan integrasi dari Sistem Manajemen Keselamatan dan Kesehatan Kerja dengan sistem manajemen lainnya hendaknya dipertahankan.
commit to user