LEMBAR PERSETUJUAIII ARTIKEL
Pemetaan Penggunaar Lahan lllerggun*kan Citra Setelit Quickbird
Di
Pulau Mohinggito Kecamatan Aaggrok Kabupaten Gorontalo Utera {?
OLEH YERY H.KDAIID Nim.451407 08S'
Pembimb{ng
I
Pembimbing
NrP. Ie6108I5 1986S2
I
0$r
II
Deud Yusnf. S-Kom. M.Si Nip. 19790415 200801 1 015
Mengetahui, Kctua Jurqqgl nm.s Ilan Teknolcgi Kebumian
Ilr. Sunartv S. Eraku. S,Pd.lll"Pd Nip. 19700m3 2m012 2M4
1
PEMETAAN PENGGUNAAN LAHAN MENGGUNAKAN CITRA SETELIT QUITBIRD DI PULAU MOHINGGITO KECAMATAN ANGGREK KABUPATEN GORONTALO UTARA Yery H.K Daud1), Yoseph Paramata2) Daud Yusuf3) Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo Email :
[email protected] Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo Email :
[email protected] Fakultas MIPA, Universitas Negeri Gorontalo Email :
[email protected] ABSTRAK Yery H.K Daud, NIM. 451 407 089. “Pemetaan Penggunaan Lahan Menggunakan Citra Setelit Quitbird Di Pulau Mohinggito Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara”. Skripsi, Program Studi Pendidikan Geografi, Jurusan Ilmu dan Tehnologi Kebumian, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam (MIPA) Universitas Negeri Gorontalo. Dibimbing oleh Prof.Dr.Yoseph Paramata, M.Pd sebagai Pembimbing I dan pembimbing II Daud Yusuf, S.Kom. M. Pulau mohinggito merupakan salah satu pulau yang berada di Kabupaten Gorontalo Utara yang tepatnya berada di kecamatan Angrek. Pulau ini berdekatan dengan pulau Saronde sebagai salah satu objek wisata di Propinsi Gorontalo. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kondisi Penggunaan lahan di Pulau Mohinggito Kabupaten Gorontalo Utara dengan menggunakan Citra Satelit Quickbird dan memetakan penggunaan lahan Pulau Mohinggito Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara. Manfaat penelitian ini adalah mengetahui data dan informasi mengenai potensi sumber daya alam yang akurat dan meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya penerapan teknologi penginderaan jauh dalam pemetaan penggunaan lahan di perairan Pulau Mohinggito. Dengan menggunakan citra quickbird maka dilakukan interprtasi secara visual untuk memetakan pengunaan lahan yang berada dipulau mohinggito. Metode yang dilakuakan adalah interpretasi on screen melalui layar monitor computer. Setelah diperoleh data tentative maka dilakukan cek lapangan untuk mengetahui keakuratan citra quickbird dalam menyajikan informasi penggunaan lahan dipulau mohinggito. Hasil penelitian menunjukan ketelitian citra quickbird untuk pemetaan penggunaan lahan adalah 95% yang masuk dalam kategori sangat baik. Kata kunci: Citra Satelite Quicbir, Peta Penggunaan Lahan ABSTRACT Yery H. K. Daud, Student ID 451 407 089. "Land Mapping of Mohinggito Island using Citra Quitbird Satellite at Anggrek sub-district of North Gorontalo district". Skripsi, Study Program of Geography Education, Department of Earth Sciences and Technology, Faculty of Mathematics and Natural Sciences (MIPA),
2
Universitas Negeri Gorontalo. The principal supervisor is Prof. Dr. Yoseph Pararnata, M.Pd, and the co-supervisor is Daud Yusuf, S.Kom. M. Mohinggito Island is located in Anggrek sub-district, North Gorontalo district. The island is close to Saronde Island, one of famous tourism spots in Gorontalo. This research aims at investigating the condition of land use Mohinggito Island using Citra Quickbird well as mapping it. The objective of this research is to obtain accurate data and informationon the natural potency, and to be aware of the importance of remote sensing technolory application in mapping the land use in Mohinggito Island. Citra Satellite as Quickbird allows us to visually interpret the land mapping. The method is by on screen interpretation to obtain tentative data, then checking the field for data accuracy. The result shows that Citra Quickbird accuracy in land mapping was95%o, and Keywords: Citra Quickbird Satellite, Land mapping 1. PENDAHULUAN Pulau Mohinggito merupakan salah satu pulau yang belum banyak diperhatikan oleh Pemerintah Provinsi Gorontalo, padahal pulau ini sangat berdekatan dengan Pulau Saronde dan bisa dioptimalkan menjadi wilayah yang mempunyai nilai ekonomis. Cara yang bisa digunakan adalah dengan memanfaatkan sumberdaya alam yang berada di pulau tersebut. Teknologi penginderaan jauh adalah salah satu alternatif yang dapat digunakan untuk menginfentarisasi sumberdaya alam secara cepat dan akurat. Dengan teknologi ini maka sumberdaya alam yang terdapat pada suatu wilayah dapat diketahui dan dijadikan basisdata untuk pengembangan wilayah. Seiring dengan berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, citra satelit mulai marak digunakan sebagai komponen data penginderaan jauh. Citra Quickbird merupakan citra beresolusi tinggi yang memiliki resolusi spasial 0,6 m (pankromatik) dan 2,4 m (multispektral). Hal
tersebut dapat dilihat dari resolusi spasial (RS) yang melekat pada suatu citra satelit. Resolusi spasial adalah ukuran objek terkecil yang masih dapat disajikan/dibedakan dan dikenali pada citra. Citra satelit Quick Bird milik Amerika Serikat dibuat untuk keperluan penginderaan jauh tentang sumberdaya di permukaan bumi. Citra tersebut berujud gambaran secara visual mengenai obyek diatas muka bumi, seperti bangunan gedung, jalan, sungai, saluran, maupun vegetasi berupa hutan, ladang, sawah dan sebagainya, sehingga secara umum sering disebut foto satelit karena menyerupai foto. Dengan kemampuan yang ada pada Citra Satelit Quick Bird dalam merekam kenampakan permukaan bumi, maka citra ini dapat dimanfaatkan untuk interpterasi penggunaan lahan yang ada di Pulau Mohinggito Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara. Citra Satelit Quick Bird dalam bentuk dijital, dengan piksel 0,61 meter, secara hipotetis cukup memadai untuk keperluan interpretasi
3
penggunaan lahan lebih baik, dibanding citra satelit lain yang resolusinya lebih rendah. Berdasarkan fakta-fakta diatas maka dapat peneliti tertarik untuk melakukan penelitian dengan judul Pemetaan Penggunaan Lahan Menggunakan Citra Satelit Quickbird di Pulau Mohinggito Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara. Perumusan Masalah Seberapa besar kemampuan citra Quickbird untuk Pemetaan Penggunaan lahan di Pulau Mohinggito Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara. Tujuan penelitian Penelitian ini bertujuan : 1. Untuk mengetahui tingkat ketelitian citra Quickbird untuk mendapatkan informasi tentang Penggunaan lahan di Pulau Mohinggito Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara. 2. Memetakan penggunaan lahan Pulau Mohinggito Kecamatan Anggrek Kabupaten Gorontalo Utara. Manfaat penelitian 1. Meningkatkan pengetahuan tentang pentingnya penerapan teknologi penginderaan jauh dalam kaitannya dengan penentuan, perencanaan dan pengembangan Pulau Mohinggito. 2. Mengaplikasikan ilmu pengetahuan tentang penginderaan jauh yang diperoleh di bangku perkuliahan 3. Memberikan informasi tentang sumberdaya alam bagi pemerintah di Provinsi Gorontalo 2. KAJIAN LITERATUR
Defenisi Penggunaan lahan Lahan yang subur lebih banyak digunakan untuk pertanian dan biasanya berpenduduk padat (Sandy, 1995). Adapun faktor- faktor yang mempengaruhi arah perkembangan dan laju penggunaan lahan pertanian di perkotaan dan wilayah sekitarnya antara lain: indeks aksesibilitas, faktor sosial, faktor lingkungan fisik dan kebijakan infrastruktur (Owen, 1978). Sementara itu Bern (1977), mengemukakan bahwa perubahan penggunaan lahan adalah akibat dari jumlah dan komposisi penduduk secara berkala ataupun permanen. Pengaruh yang lain ialah terhadap ekonomi lahan, seperti harga, sewa dan pasar lahan. Pemukiman Undang-undang RI No. 14 Tahun 1992, tentang Perumahan dan Permukiman dalam pasal 1 ayat 2 dan ayat 3 disebutkan bahwa yang dimaksud dengan permukiman sebagai berikut: 1) Rumah adalah bangunan yang berfungsi sebagai tempat tinggal dan sebagai sarana pembinaan keluarga. 2) Perumahan adalah kelompok rumah yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal yang dilengkapi sarana dan prasaran lingkungan. 3) Permukiman adalah bagian dari lingkungan hidup diluar kawasan lindung, baik yang berupa kawasan perkotaan maupun pedesaan yang berfungsi sebagai lingkungan tempat tinggal dan mendukung perikehidupan dan penghidupan Lingkungan permukiman yang mendukung perikehidupan dan penghidupan menurut Happy RS.
4
(1999), terdiri atas 2 aspek tinjauan yaitu aspek fisik dan aspek non fisik, yang mana aspek-aspek tersebut terbagi lagi antara lain. Semak Belukar Semak belukar adalah tumbuhan kayu-kayuan kecil dan rendah atau tanah yang ditumbuhi kayu-kayuan kecil dan rendah. Kebun Campuran Kebun campuran merupakan salah satu sistem agroforestri yang terdiri dari beragam jenis pohon dan tanaman semusim yang menciptakan suatu konfigurasi tajuk yang berlapis-lapis dan membentuk suatu ekosistem yang efisien dalam pemanfaatan ruang, unsur hara, air, energi dan waktu. Kebun campuran sebagai sebuah sistem produksi menghasilkan sumber makanan bagi manusia maupun ternak, sumber bahan bangunan dan sumber energi berupa materi, energi kayu bakar. Keragaman hasil dari kebun campuran itu menunjukan produksi total relatif lebih tinggi dibandingkan dengan sistem budidaya tanaman monokultur. Mangrove Hutan mangrove adalah hutan yang tumbuh di muara sungai, daerah pasang surut atau tepi laut. Tumbuhan mangrove bersifat unik karena merupakan gabungan dari ciri-ciri tumbuhan yang hidup di darat dan di laut. Umumnya mangrove mempunyai sistem perakaran yang menonjol yang disebut akar nafas (pneumatofor). Sistem perakaran ini merupakan suatu cara adaptasi terhadap keadaan tanah yang miskin oksigen atau bahkan anaerob. Dalam dua dekade ini keberadaan ekosistem mangrove
mengalami penurunan kualitas secara drastis. (Di Ambil Pada Tangga Rabu 30 April 2014 Jam 11.00 Wib) Klasifikasi Penggunaan Lahan Istilah penggunaan lahan (land use), berbeda dengan istilah penutup lahan (land cover). Penggunaan lahan biasanya meliputi segala jenis kenampakan dan sudah dikaitkan dengan aktivitas manusia dalam memanfaatkan lahan, sedangkan penutup lahan mencakup segala jenis kenampakan yang ada di permukaan bumi yang ada pada lahan tertentu. Penggunaan lahan merupakan aspek penting karena penggunaan lahan mencerminkan tingkat peradaban manusia yang menghuninya. Karakteristik Satelit QuickBird Perusahaan swasta AS lainnya Digital Globe, tahun 2002 meluncurkan satelit komersial dengan kemampuan mengungguli Ikonos. Quickbird, nama satelit ini, beresolusi spasial hingga 60 sentimeter dan 2,4 meter untuk moda pankromatik dan multispektral. Selain resolusi spasial sangat tinggi, keempat sistem pencitraan satelit memiliki kemiripan cara merekam, ukuran luas liputan, wilayah saluran spektral yang digunakan, serta lisensi pemanfaatan yang ketat. Keempat sistem menggunakan linear array CCDbiasa disebut pushbroom scanner. Scanner ini berupa CCD yang disusun linier dan bergerak maju seiring gerakan orbit satelit. Quickbird menjawab kebutuhan itu. Resolusi 60 cm bila dipadukan dengan saluran multispektralnya akan menghasilkan pan-sharped image, yang mampu
5
menonjolkan variasi obyek hingga marka jalan dan tembok penjara. Tabel 2.1 Karakteristik Citra Quickbird Sistem Quickbird Orbit 600 km2 Sunsynchronous 10.00 am Sensor Liner array CCD Swath Width 20 km (CCDarray) Ukuran Piksel 60 cm (PAN) 2.4 Lapangan (MUL) Uji ketelitian interpretasi citra Quickbird Uji ketelitian dilakukan dengan membandingkan antara hasil interpretasi citra Quickbird dengan kenyataan yang diperoleh dari pengamatan dan pengukuran lapangan, ketelitian yang dihasilkan ada dua jenis, yaitu ketelitian hasil kesesuaian interpretasi dan ketelitian pemetaan. Dalam penelitian ini menggunakan ketelitian hasil kesesuaian interpretasi. Dalam hal ini yang diuji Adalah hasil kesesuaian interpretasi citra Quickbird yang didapat dari survey lapangan dengan alat berupa tabel kesesuaian hasil interpretasi. Kajian yang relevan Gutama dkk dalam penelitian yang berjudul “ Analisis Perbandingan Ketelitian Pengukuran Luasan Bidang Tanah Antara Citra Satelit Alos Prism dan Formosat-2 “ Sebagai citra beresolusi tinggi, ALOS PRISM dan FORMOSAT-2 dapat digunakan untuk memperbaharui peta yang sudah ada selama ketelitian dan hasil yang diperoleh memenuhi ketentuan yang disyaratkan. Penelitian mengenai kemampuan keduanya dalam mengukur luasan bidang tanah
memungkinkan pembuatan peta-peta skala besar dari citra satelit ini. Dalam penelitian ini, citra ALOS PRISM dan FORMOSAT-2 dipotong, lalu dikoreksi geometrik menggunakan metode polinomial orde kedua dengan 7 GCP. Sampel bidang tanah pada citra diukur untuk mendapatkan data panjang dan luas. Uji t dilakukan pada hasil pengukuran menggunakan derajat kepercayaan 5%. Kemudian hasilnya dibandingkan dengan data bidang tanah BPN untuk mendapatkan nilai ketelitian dan akurasinya. Berdasarkan hasil koreksi geometrik, diperoleh RMSE sebesar 0,619 untuk ALOS PRISM dan 0,354 untuk FORMOSAT-2. Selain itu, diperoleh standar deviasi 0,590 untuk ALOS PRISM dan 0,522 untuk FORMOSAT-2. Persentase perbedaan luas antara pengukuran pada data acuan dengan hasil dijitasi sampel pada citra adalah sebesar 1,83% untuk FORMOSAT-2 dan 4,01% untuk ALOS PRISM. Dari penelitian ini, disimpulkan bahwa citra FORMOSAT-2 mempunyai ketelitian dan akurasi posisi yang lebih baik daripada citra ALOS PRISM. Untuk cakupan wilayah yang sempit FORMOSAT-2 lebih efektif digunakan karena ketelitian dan akurasinya lebih baik daripada ALOS PRISM. Untuk cakupan wilayah yang luas, citra ALOS PRISM lebih efisien digunakan karena lebih murah dengan ketelitian dan akurasi yang relatif sama Cevalda dkk dalam penelitian yang berjudul “ Pemetaan Mangrove Dengan Teknik Image Fusion Citra Spot Dan Quickbird Di Pulau Los Kota Tanjungpinang Provinsi Kepulauan Riau” Tujuan
6
dari penelitian ini adalah untuk mengetahui kemampuan dari citra hasil fusi dalam mendeteksi mangrove, menghitung luasan mangrove, dan memetakan vegetasi mangrove yang ada di pulau Los. Penelitian ini dimulai dari bulan Desember 2012 hingga April 2013 dengan menggunakan metode Principal Component Analysis. Kerangka Berfikir Pemetaan ini pada umumnya di arahkan kepada pemerintah untuk dapat mengetahui keadaan pengunaan lahan seperti pulau mohinggito yang kurang di perhatikan oleh pemerintah setempat. Kawasan pulau mohinggito ini tidak terlepas dari potensi sumber daya yang dimilikinya. 3. METODOLOGI PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Pulau mohinggito, Kecamatan Anggrek, Kabupaten Gorontalo Utara, Provinsi Gorontalo. Penelitian dilaksanakan pada Bulan April 2014 sampai Bulan Juni 2014 LOK ASI PE
Gambar 3.1 peta citra lokasi NEL penelitian Alat dan Bahan Penelitian ITIA Alat Beberapa alat yang digunakan dalam N penelitian ini disajikan dalam tabel berikut ini : Tabel 3.1 Jenis alat dan kegunaanya No Jenis Alat Kegunaan Alat 1 Kompas Penunjuk
Arah Pengambilan gambar di lapangan 3 GPS Penentuan titik koordinat 4 Kertas/Plastik Kelengkapan Transparan peta 5 Alat tulis Pencatatan menulis dan data lapangan buku 6 Laptop Pembuatan Peta dan pengolahan citra Bahan Penelitian Bahan yang digunakan dalam penelitian ini adalah 1. Peta RBI skala 1: 50.000 Kabupaten Gorontalo Utara 2. Citra Satelit Quickbird Pulau Mohinggito rekaman bulan juni tahun 2012 Variabel Penelitian Variabel penelitian ini adalah interpretasi penggunaan lahan Pulau Mohinggito menggunakan citra satelit quickbird. Jenis dan Sumber Data Data Primer Adapun data primer yang didapat dari penelitian ini adalah data penggunaan lahan yang diperoleh melalui interpretasi citra quickbird yang uji keabsahannya melalui cek lapangan di lokasi penelitian dengan mengambil sampel sesuai kelas penggunaan lahan. Data sekunder Adapun data sekunder yang mendukung penelitian ini adalah peta rupa bumi dan beberapa jurnal yang berkaitan dengan penelitian ini. Tehnik Pengumpulan Data Tahap-tahap penelitian 2
Kamera
7
Agar lebih jelas dan terinci, maka berikut ini disajikan tahapan-tahapan yang ditempuh dalam melakukan penelitian. 1. Tahap Persiapan Pada tahap ini dilakukan sebagai berikut. a. Studi pustaka; sebagai acuan perumusan masalah, menjelaskan satelit quickbird, penggunaan lahan, kelas penggunaan lahan. b. Pengumpulan data yang berkaitan dengan penelitian seperti citra quickbird dan peta RBI c. Survai awal untuk mengetahui gambaran umum wilayah penelitian 2. Tahap Pekerjaan Laboratorium I Tahap ini meliputi kegiatan sebagai berikut. a. Koreksi geometrik untuk memperbaiki posisi citra satelit quickbird agar mendekati posisi sebenarnya di permukaan bumi. Koreksi dilakukan menggunakan aplikasi ENVI 4.2 Berikut ditampilkan diagram dan citra hasil koreksi geometric
Gambar 3.2 Diagram dan Nilai hasil koreksi geometri citra
Gambar 3.2 Profil Spektral hasil koreksi geometri b. Melakukan interpretasi citra untuk pemetaan penggunaan lahan. Pemetaan penggunaan lahan dilakukan secara visual ( digitizer on screen) dengan memperhatikan unsur-unsur interpretasi citra sateliti. Ada 3 unsur yang dipakai dalam melakukan interpretasi ini yaitu Rona, Warna dan tekstur c. Membuat peta tentatif penggunaan lahan Pulau Mohinggito. Peta tentative adalah peta yang dihasilkan sebelum dilakukan cek lapangan. 3. Tahap Pekerjaan Lapangan Pekerjaan lapangan yang akan dilakukan sebagai berikut. a. Melakukan cek atas hasil interpretasi penggunaan lahan yang meliputi pemukiman, semak belukar, kebun campuran dan mangrove. b. Pengambilan gambar lokasi yang dijadikan sampel penelitian c. Wawancara dengan penjaga Pulau Mohinggito 4. Tahap Pekerjaan Laboratorium II a. Interpretasi ulang dan perbaikan hasil interpretasi setelah dilakukan kerja lapangan. Tujuan interpretasi ulang adalah untuk memperbaiki kesalahan interpretasi, baik kesalahan dari interpreter atau kesalahan produksi. b. Membuat peta penggunaan lahan hasil cek lapangan c. Melakukan uji ketelitian hasil interpretasi untuk mengetahui ketelitian pembuatan dan uji ketelitian pengguna. Uji
8
ketelitian menggunakan metode Short Formula I yaitu dengan melakukan pengeekan setiap obyek yang dijadikan sampel untuk setiap kelas penggunaan lahan. 5. Tahap Penyelesaian a. Pembuatan peta titik sampel penelitian lokasi penelitian. b. Keluaran dilakukan dengan mencetak peta penggunaan lahan Pulau Mohinggito sesuai hasil cek lapangan dan reinterpretasi. Analisis Data Uji hasil ketelitian citra dalam penelitian ini menggunakan metode short (susanto, 1999) HASIL Bab ini membahas hasil penelitian dan analisis data baik data hasil cek lapangan maupun hasil analisis laboratorium sampai diperoleh hasil akhir berupa peta penggunaan lahan Pulau Mohinggito. Hal-hal yang dibahas pada bab ini mencakup pembahasan tentang data yang diperoleh, tinjauan atas aplikasi penginderaan jauh, hasil yang diperoleh dan pemetaan penggunaan lahan di Pulau Mohinggito. Hasil Penelitian Pada sub bab ini akan diuraikan tentang semua hasil yang diperoleh selama penelitian, yaitu pemetaan penggunaan lahan berupa pemukiman, kebun campuran, semak belukar dan mangrove menggunakan citra quickbird tahun 2012 yang dipadukan dengan data hasil cek lapangan tahun 2014. Pemukiman Hasil interpretasi citra quickbird pada daerah penelitian menunjukkan tiga titik sampel lokasi pemukiman penduduk yang ada di Pulau Mohinggito tersebar di tiga
titik terpisah dengan luas dengan luas 359 m2. Dari ketiga pemukiman ini hanya di bagian selatan Pulau Mohinggito yang dijadikan pemukiman tetap, sedangkan 2 titik lainnya hanya digunakan pada waktu-waktu tertentu misalnya pada saat panen kelapa dan mengolah lahan pertanian . Luas pemukiman penduduk di pulau ini hanya 0,12 % dari luas Pulau Mohinggito. Semak Belukar Hasil interpretasi citra quickbird daeran penelitian menunjukkan semak belukar merupakan area yang menjadi bagian terluas dari Pulau Mohinggito. Luas semak belukar pada daeran ini adalah 237. 421 m2 yang berada di bagian tengah dari pulau ini. Semak belukar di pulau ini merupakan habitat tempat hidup dari burung endemik pulau Sulawesi yaitu burung maleo. Hal ini berdasarkan hasil cek lapangan peneliti yang menemukan kawanan burung maleo serta hasil wawancara dengan penduduk setempat. Dari total luas semak belukar ini didapatkan persentase 81, 94 % dari seluruh luas Pulau Mohinggito. Kebun Campuran Hasil interpretasi citra quickbird di Pulau Mohinggito diketahui luas daerah yang dimanfaatkan oleh penduduk di pulau ini untuk menjadi kebun campuran ( kelapa, mangga, cabe) adalah 17.008 m2. Kebun campuran terdapat di dua wilayah yaitu bagian timur Pulau Mohinggito dengan luas 6.415 m2 yang baru dibuka oleh penduduk pada tahun 2013 dan di bagian barat selatan Pulau Mohinggito dengan luas 10.593 m2. Luas kebun
9
campuran di pulau ini adalah 5, 87 % dari luas keseluruahn Pulau Mohinggito. Mangrove Hasil interpretasi citra untuk mangrove menunjukkan luas daerahnya diperoleh 34.950 m2 yang berada di bagian barat pulau mohinggito dan berbatasan dengan Pulau Saronde. Kondisi mangrove dipulau ini berdasarkan hasil cek lapangan masih baik dan terjaga kelestariannya sehingga belum ada kerusakan akibat ulah perbuatan manusia. Dari luas mangrove di pulau ini maka diperoleh persentase luas 12,06 % dari luas keseluruahn dari Pulau Mohinggito. 5. Pembahasan Interpretasi Citra Quickbird Faktor fisik lahan yang digunakan sebagai parameter dalam pemetaan penggunaan lahan pada penelitian ini diperoleh dari hasil interpretasi citra satelit quickbird tahun 2012. Untuk mengetahui tingkat ketelitian ketelitian interpretasi perlu dilakukan uji ketelitian agar dapat diketahui seberapa besar tingkat ketelitian hasil interpretasi dibandingkan dengan kenyataan di lapangan. Adapun tingkat ketelitian dari interpretasi sangat tergantung pada resolusi citra dan kualitas dari citra yang dipakai. Ketelitian interpretasi citra ini akan sangat mempengaruhi keakuratan data di lapangan Interpretasi Pemukiman Hasil interpretasi pemukiman yang dilakukan cek lapangan pada tiga titik yaitu titik 1 (486 402 BT dan 101 750 LU ), titik 2 ( 486 219 BT dan 102 135 LU) dan titik 3 ( 486 102 BT dan 101802 LU)
menunjukkan pemukiman setelah di cek lapangan. Dari hasil ini maka diperoleh uji ketelitian interpretasi pemukiman menggunakan citra quickbird di Pulau Mohinggito adalah 100 %. Tabel 4.1 Data lapangan uji ketelitian pemukiman No Titik Foto Koordinat ( Lapangan BT /LU) 1 486 402/101 750
2
486 219/102 135
3
486 080/102 208
Hasil interpretasi permukiman mencapai 100 % karena secara visual pemukiman dapat dilihat dengan jelas pada citra. Selain itu jumlah pemukiman/rumah penduduk tidak mengalami perubahan, sehingga walaupun citra yang digunakan tahun 2012 tidak mempengaruhi hasil yang didapatkan. Interpretasi Semak Belukar Hasil uji ketelitian interpretasi citra quickbird untuk semak belukar dilaukan pengecekan pada 5 titik yang berbeda pada Pulau Mohinggito. Dari lima titik tersebut ada satu titik yang telah beralih fungsi menjadi kebun campuran
10
yaitu pada titik koordinat 486 219 BT dan 102 133 LU. Setelah dilakukan wawancara dengan penduduk setempat maka menurut penuturan meraka, lahan ini diolah pada tahun 2013 menjadi kebun campuran.
Tabel 4.2 Data lapangan uji ketelitian semak belukar No Titik Foto Lapangan Koordinat ( BT /LU) 1 486 049/101 808
2
485 956/101 858
3
485 352/101 979
4
486 219/102 133
5
486 221/102 138
Hasil interpretasi semak belukar adalah 80 %, hal ini karena dipengaruhi oleh waktu perekaman citra tahun 2012. Pada beberapa titik diperoleh semak belukar telah mengalami perubahan menjadi kebun campuran oleh penduduk setempat. Selain itu juga kemampuan peneliti dalam membedakan antara semak belukar dan tanaman musiman. Interpretasi Kebun Campuran Berdasarkan hasil cek lapangan untuk kebun campuran yang dilakukan pada tiga titik lokasi sampel, maka semua sampel menunjukan kondisi yang sama seperti pada citra yaitu kebun campuran . Tabel 4.3 Data lapangan uji ketelitian kebun campuran No Titik Foto Lapangan Koordinat ( BT /LU) 1 486 402/101 751
2
486 172/102 060
3
486 217/102 131
11
Hasil interpretasi kebun campuran mencapai 100 % karena pada saat ini kondisi kebun campuran yang ada di lapangan tiddak mengalami perubahan dari tahun 2012. Selain itu juga kebun campuran dapat terlihat jelas dari polanya yang teratur sehingga mudah dibedakan dengan vegetasi lain yang alami. Interpretasi Mangrove Hasil cek lapangan untuk penggunaan lahan berupa mangrove dilakukan pada tiga titik sampel penelitian. Pada titik 1 dengan koordinat 486 923 BT dan 101 935 LU setelah dicek di lapangan menunjukkan mangrove dengan kondisi yang jarang. Pada titik 2 dengan koordinat 485 922 BT dan 101 989 LU menunjukkan obyek mangrove dengan kondisi rapat. Begitu pula pada titik 3 ( 486 011 dan 102 223 LU menunjukkan obyek di lapangan berupa mangrove dengan kondisi yang masih rapat. Tabel 4.4 Data lapangan uji ketelitian mangrove No Titik Koordinat Foto ( BT /LU) Lapangan 1 485 923/101 935
2
485 989
922/101
3
486 223
011/102
Hasil interpretasi mangrove mencapai 100 % karena mangrove pada pulau ini tidak mengalami perubahan dan obyek mangrove dapat dilihat dengan jelas karena umumna berada di garis pantai. Selain itu mangrove dengan jenis yang sama mudah untuk dibedakan dengan vegetasi lainnya. Uji Ketelitian Interpretasi Citra Quickbird Uji hasil ketelitian citra dalam penelitian ini menggunakan metode short (susanto, 1999) yang dapat dilihat pada tabel berikut ini :
Gambar 4.1 Peta Penggunaan Lahan Pulau Mohinggito Pemukiman Dari tabel uji interpretasi menunjukkan 3 sampel yang dijadikan lokasi cek lapangan. Dari tiga lokasi tersebut semuanya menunjukkan obyek pemukiman di lapangan sehingga nilai omisi adalah 3 karena semua nilai x benar. Nilai komisi adalah 0 karena tidak ada obyek lain yang berbeda di lapangan. Dari nilai tersebut maka hasil uji interpretasi citra memperoleh hasil 100 % setelah dihitung melalui nilai obyek yang sesuai dibagi dengan nilai obyek yang sesuai dan penjumlahan nilai omisi dan nilai komisi. Semak Belukar Dari tabel uji interpretasi menunjukkan 5 sampel yang dijadikan lokasi cek lapangan. Dari
12
lima lokasi tersebut 4 menunjukkan obyek semak belukar di lapangan sehingga nilai omisi adalah 4 karena hanya 4 nilai x benar. Nilai komisi adalah 1 karena 1 obyek lain yang berbeda di lapangan. Dari nilai tersebut maka hasil uji interpretasi citra memperoleh hasil 80 % setelah dihitung melalui nilai obyek yang sesuai dibagi dengan nilai obyek yang sesuia dan penjumlahan nilai omisi dan nilai komisi. Kebun Campuran Mangrove Dari tabel uji interpretasi menunjukkan 3 sampel yang dijadikan lokasi cek lapangan. Dari tiga lokasi tersebut semuanya menunjukkan obyek mangrove di lapangan sehingga nilai omisi adalah 3 karena semua nilai x benar. Nilai komisi adalah 0 karena tidak ada obyek lain yang berbeda di lapangan. Dari nilai tersebut maka hasil uji interpretasi citra memperoleh hasil 100 % setelah dihitung melalui nilai obyek yang sesuai dibagi dengan nilai obyek yang sesuai dan penjumlahan nilai omisi dan nilai komisi. KESIMPULAN DAN SARAN Kesimpulan 1. Hasil uji ketelitian interpretasi citra quickbird Pulau Mohinggito untuk semua obyek kelas penggunaan lahan yang dapat disadap dikategorikan sangat baik karena mencapai 95 %. Untuk pemukiman ketelitian citra mencapai 100 %, begitu pula untuk kebun campuran dan mangrove mencapai 100 %, sedangkan tingkat ketelitian citra untuk interpretasi semak belukar mencapai 80 %.
2. Penggunaan citra quickbird untuk pemetaan penggunaan lahan di Pulau Mohinggito sangat baik karena citra mempunyai resolusi yang tinggi dan memberikan infomasi yang jelas dan detail untuk semua karakteritik fisik lahan. Saran 1. Sebaiknya dilakukan pemetaan penggunaan lahan menggunakan citra satelit quickbird dengan metode yang berbeda dan uji ketelitian citra yang berbeda 2. Pemerintah daerah perlu membuat pemetaan seluruh sumberdaya alam yang terdapat di pulau-pulau terluar agar bisa dimanfaatkan secara optimal sesuai peruntukannya. DAFTAR PUSTAKA Ahmed A. Land use/land cover change dynamics of a district with one of the highest population growth rate in India: A geo-spatial approach. 2012 Journal Barlowe, R. 1978. Land Resource Economics . Michigan State University, Printice Hall, Englewood Cliffs. New Jersey Dahuri, R., J. Rais, S. P Ginting, dan M.J Sitepui., 2001. Pengelolaan Sunber Daya Wilayah Pesisir dan Lautan Secara Terpadu. Pradnya Paramita. Jakarta Jr, Gibson W. L, R. H Hild reth, dan G. Wunderlich. 1966. Methods for Land Economics Research . University of Nebraska Press. Lincoln Khazali, M. 1999. Panduan Teknis Penanaman Mangrove
13
Bersama Masyarakat. Wetland International – Indonesia Programme. Bogor, Indonesia. Lillesand T. M. and R.W. Keifer. 1994. Remote Sensing and Image Interpretation. John Willey and Sons, New York. Malingreau. 1983. Remote Sensing for Natural Resources Surveys New Approaches in Quantitative Analysis. Seminar Soils Department Faculty of Agriculture UGM February l9, JeanPaul Malingreau Malingreau J.P., 1978. Penggunaan Lahan Pedesaan Penafsiran Citra untuk Inventarisassi dan Analisanya. Pusat Pendidikan Interpretasi Citra Penginderaan Jauh dan Survei Terpadu UGMBAKOSURTANAL, Yogyakarta
Nybakken, J. W., 1992. Biologi Laut Suatu Pendekatan Ekologis. PT. Gramedia. Jakarta Supriharyono., 2000. Pelestarian dan pengelolaan Sumber Daya Alam di Wilayah Pesisir Tropis. PT. Gramedia Pustaka Umum. Jakarta Sandy, I Made.Geografi regional 2000: buku teks/I Made Sandy. UI Press Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh Jilid 1. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta Sutanto. 1994. Penginderaan Jauh. Jilid 2. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta. Sitorus, Santun R.P. 2000. Evaluasi Sumberdaya Lahan . Tarsito. Bandung Sepriyanto B. P evaluasi perubahan penggunaan lahan dengan interpretasi citra quickbird terhadap peta hasil RDTRK Surabaya (studi kasus kecamatan sukolilo) 2009