III. KEADAAN UMUM PERUSAHAAN A. SEJARAH PERKEMBANGAN Kebun Cisaruni merupakan salah satu unit kebun dari 45 unit yang ada di bawah naungan PT. Perkebunan Nusantara VIII yang berkantor pusat di Jl. Sindangsirna No. 4 Bandung, Jawa Barat. Kebun Cisaruni merupakan gabungan dari 2 (dua) perkebunan besar yaitu perkebunan Cisaruni dan perkebunan Giriawas, yang dimulai sejak tanggal 27 Desember 1957 yang bertepatan dengan pengambil alihan Irian Barat dari wilayah Belanda menjadi wilayah Republik Indonesia. Perkebunan Giriawas diambil alih dari perusahaan milik Belanda yaitu Fawatering dan Loober dengan pimpinan kebunnya atau Administratur Somawinata. Perkebunan Giriawas mencakup 3 (tiga) afdeling yaitu afdeling Situayu, afdeling Cikembar, dan afdeling Cisaruni lama dengan pusat kegiatannya di Cisaruni lama (Desa Cikandang). Afdeling adalah bagian kebun sebagai pemasok bahan baku pucuk. Setiap afdeling terdiri dari beberapa blok kebun dan dipimpin oleh seorang sinder. Hasil penggabungan 2 (dua) perkebunan besar diberi nama Kebun Cisaruni, yang terdiri dari 4 (empat) afdeling yaitu afdeling Cisaruni, afdeling Situayu, afdeling Jayasana, dan afdeling Cikembar. Kantor Induk Kebun Cisaruni pada waktu itu terletak di Desa Margamulya, Kecamatan Cikajang. Perkembangan Kebun Cisaruni terbagi dalam 3 (tiga) periode, yaitu periode zaman Belanda, periode zaman Jepang, dan periode setelah kemerdekaan Republik Indonesia.
1. Periode Zaman Belanda/VOC Perkebunan Cisaruni didirikan pada tahun 1829 oleh seorang Belanda bernama Van Holle. Pertama kali ditanami kopi dan tebu kemudian kina. Karena alam dan iklim yang tidak sesuai dengan jenis tanaman tersebut maka komoditi yang diusahakan diganti dengan tanaman teh dengan produk berupa teh hitam orthodoks. Masa kepemimpinan perusahaan zaman Belanda berlangsung selama 113 tahun mulai tahun 1829 – 1942 hingga datangnya bangsa Jepang tahun 1942.
2. Periode Zaman Jepang Pada tahun 1942 perkebunan Cisaruni dikuasai oleh bangsa Jepang. Pada masa pendudukan Jepang perkebunan ini tidak terpelihara, bahkan sebagian besar dibongkar untuk ditanami jagung, kentang, dan sayur-sayuran. Teh di perkebunan tersebut sering kali diambil bangsa Jepang untuk dibuat teh hijau. Masa kepemimpinan zaman Jepang hanya berlangsung selama 3 tahun yaitu tahun 1942 – 1945.
3. Periode Setelah Kemerdekaan Republik Indonesia Bertepatan dengan diproklamasikannya Kemerdekaan Repulik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945, maka perkebunan Cisaruni dikuasai atau diambil alih oleh Bangsa Indonesia. Pada waktu itu pimpinannya dikuasakan kepada mantan Asisten Employe yang bekerja sejak tahun 1925 bernama Reksa Hamijoyo. Pada tahun 1947, tentara Belanda menguasai Jawa Barat sehingga perkebunan Cisaruni dibumi hanguskan. Pada tahun 1948 perkebunan Cisaruni dibangun kembali dengan pimpinan perusahaannya dikuasai oleh bangsa Belanda dari tahun 1948 hingga tanggal 27 Desember 1957 yaitu oleh Astro
19
pada tahun 1948 – 1950 dan oleh Van de Wall pada tahun 1951 – 1957. Selama kurun waktu 39 tahun sejak penggabungan perkebunan Cisaruni dan perkebuanan Giriawas. Pada tahun 1957 Kebun Cisaruni mengalami beberapa perubahan bentuk badan hukum, pembangunan pabrik baru, penambahan jenis tanaman teh, dan perubahan pimpinan Kebun Cisaruni.
3.1. Perubahan Bentuk Badan Hukum Dalam masa perkembangannya Kebun Cisaruni mengalami banyak perubahan bentuk badan hukum perusahaan induknya, mulai dari Firma/NV/CV, PPN Aneka Tanaman dan PNP. Pada tanggal 31 Juni 1971 sesuai dengan Peraturan Pemerintah RI No. 24/1971 status Perusahaan Negara Perkebunan (PNP) berubah menjadi Perseroan Terbatas Perkebunan XIII (PTP.XIII). Pada tanggal 11 Maret 1996 terjadi lagi perubahan menjadi Perseroan Terbatas Perkebunan Nusantara VIII yang mana merupakan penggabungan antara PTP. XI, XII dan XIII dengan Hak Badan Hukum Akte Notaris Harun Kamil, S.H. No. 41 Tahun 1996 tanggal 11 Maret 1996.
3.2. Pembangunan Pabrik Baru Pada tahun 1976 pabrik baru mulai dibangun di Giriawas. Pada tanggal 21 Februari 1978 pabrik tersebut diresmikan oleh Menteri Pertanian RI Prof. Dr. Ir. Thoyib Hadiwijaya bersama Gubernur Jawa Barat Aang Kunaefi. Sejak saat itu pusat kegiatan perusahaan dipindahkan dari Cisaruni lama ke Giriawas.
3.3. Penambahan Jenis Tanaman Teh Mulai tahun 1991 dikembangkan jenis tanaman teh hijau Jepang “Yabukita” seluas 60,465 ha dan sejak tahun 1997 mulai diproduksi teh hijau Jepang yang pemasarannya adalah ekspor ke Jepang.
3.4. Perubahan Pimpinan Kebun Cisaruni Perubahan kepala Adminstratur perkebunan Cisaruni, sejak periode zaman merdeka sampai dengan sekarang.
B. IKLIM, LETAK GEOGRAFIS DAN LOKASI PERUSAHAAN Lokasi perkebunan Cisaruni terletak di daerah kaki Gunung Cikuray dan Papandayan dengan ketinggian (elevasi) antara 1100 – 1640 m dpl (di atas permukaan laut). Dengan suhu udara rata-rata 180C – 240C dan curah hujan rata-rata per tahun 4.011 mm dengan rata-rata 158 hari hujan. Pusat kegiatan Kebun Cisaruni terletak di Desa Giriawas, Kecamatan Cikajang, Kabupaten Garut dan mempunyai areal konsensi hak guna usaha (HGU) yang tersebar di 5 (lima) Desa di 2 (dua) Kecamatan yaitu Kecamatan Banjarwangi dan Kecamatan Cikajang. Luas konsensi HGU Kebun Cisaruni disajikan pada Tabel 7 berikut.
20
Tabel 7. Luas konsensi HGU (Hak Guna Usaha) Kebun Cisaruni, Garut No Nama Desa Luas area (ha) 1
Giriawas
366,178
2
Margamulya
239,570
3
Cikandang
245,715
4
Mekarjaya
473,533
5
Tanjungjaya
398,540
Sumber : PT. PN VIII Kebun Cisaruni, 2009
C. STRUKTUR ORGANISASI DAN KETENAGAKERJAAN Suatu perusahaan dalam menjalankan aktivitasnya harus memiliki struktur organisasi yang jelas agar semua pegawai mengetahui tanggung jawabnya masing-masing. Pada PT. Perkebunan Nusantara VIII, Kebun Cisaruni, Garut struktur organisasi sangat dibutuhkan dalam pengelolaan tanaman dan pengolahan hasil tanam agar diperoleh hasil (produk) sesuai dengan yang diinginkan baik kualitas maupun kuantitas. Adapun struktur organisasi di Kebun Cisaruni dipimpin oleh seorang Administratur (ADM) yang bertanggung jawab langsung kepada Direktur PTPN VIII. Dalam menjalankan tugasnya Administratur dibantu oleh Sinder Kepala, Sinder Pabrik, Sinder Tata Usaha Keuangan, Sinder Teknik, dan Sinder Afdeling. Sinder adalah Kepala bagian dibawah administratur. Karyawan di Kebun Cisaruni digolongkan menjadi staf (Golongan IIIA – IVD, I.B – II.D, I.A), non staf (karyawan tetap dan karyawan lepas). Adapun tugas dari masing-masing jabatan staf adalah Sinder Kepala, Kepala Unit Kebun, Sinder Pabrik, Sinder Tata Usaha Keuangan, Sinder Teknik.
1. Sinder Kepala Membantu Administratur dengan memberikan bimbingan, koordinasi, dan pengawasan kepada Kepala Unit Kebun (Sinder Afdeling) dalam pembudidayaan tanaman agar diperoleh hasil produksi pucuk teh yang sesuai dengan kualitas dan kuantitas yang diinginkan.
2. Kepala Unit Kebun (Sinder Afdeling) Bertugas dalam bidang teknik budidaya tanaman yang meliputi pengadaan tanaman, persiapan lahan, penanaman, pemeliharaan, pemanenan, dan mengusahakan tenaga pemetik yang sifatnya karyawan harian, bulanan, ataupun borongan. Sinder Afdeling langsung bertanggung jawab kepada Sinder Kepala mengenai tugas-tugasnya dan dibantu oleh beberapa mandor besar yang khusus menangani sub-sub dari tiap-tiap pekerjaan di kebun.
3. Sinder Pabrik Bertugas membantu Administratur dalam bidang pengolahan pucuk teh, dengan dibantu oleh beberapa mandor besar basah dan mandor besar kering mulai dari pucuk teh sampai menjadi produk teh yang siap dipasarkan dan bertanggung jawab terhadap mutu teh yang dihasilkan.
4. Sinder Tata Usaha Keuangan (TUK)
21
Membantu Administratur dalam bidang administrasi kantor dan mengelola data-data yang masuk, baik penggunaan dana, hasil produksi pucuk, hasil produksi teh jadi, kemudian mengirimkannya ke kantor Direksi yang dibantu oleh beberapa petugas dan juru tata usaha yang khusus menangani sub pekerjaan.
5. Sinder Teknik Membantu Administratur dalam bidang perawatan mesin-mesin pengolahan, juga bertanggung jawab terhadap kesiapan armada pengangkutan pucuk teh dari kebun ke pabrik dengan dibantu oleh beberapa mandor besar. Adapun fasilitas-fasilitas yang disediakan bagi karyawan tetap dan staf PTPN VIII di Kebun Cisaruni adalah sebagai berikut :
a. b. c.
Perumahan dengan fasilitas listrik dan air yang telah disediakan.
d.
Antena parabola dan sarana internet yang dapat digunakan oleh karyawan dan masyarakat sekitar kebun.
e. f.
Sarana olahraga berupa lapangan voli dan tenis.
Sarana peribadatan berupa masjid untuk umat Islam. Sarana kesehatan berupa Usaha Kesehatan Karyawan (UKK) untuk melayani karyawan dan keluarga.
Sarana pendidikan berupa sekolah Taman Kanak-Kanak (TK) untuk melayani pendidikan putraputri karyawan.
D. SISTEM PRODUKSI DAN SISTEM PEMASARAN PRODUK Dengan luas areal konsensi 1.625,2297 ha, Kebun Cisaruni mampu memproduksi rata-rata 30 - 40 ton pucuk teh hitam orthodox per hari dalam kondisi normal, dengan pembagian unit kebun seperti yang terlihat pada Tabel 7, tetapi jika musim kemarau tiba, Kebun Cisaruni hanya dapat memproduksi pucuk rata-rata 20 ton per hari dan 60 – 70 ton pucuk per hari jika musim flush atau musim dengan produktivitas tanaman tinggi, sehingga jumlah pucuk yang dihasilkan meningkat dan biasanya terjadi saat musim hujan. Selain itu juga Kebun Cisaruni mampu memproduksi teh hijau Jepang dengan rata-rata 2 – 3 ton pucuk teh Jepang per hari, akan tetapi pabrik pengolahnnya terpisah dengan pengolahan teh hitam orthodox yang terdapat di Kebun Cisaruni lama. Saat ini kegiatan di Kebun Cisaruni sedang melakukan kegiatan exploitasi (pemeliharaan, pemanenan dan pemangkasan) dan kegiatan investasi (replanting tanaman teh, program penanaman hutan tanaman energi). Pucuk dipetik secara manual oleh pemetik dengan menggunakan tangan, namun ketika musim flush diperbolehkan menggunakan gunting petik sebagai alat bantu memetik (dengan catatan bongkolnya tidak boleh ikut dipotong). Setelah pucuk dipetik kemudian pucuk dimasukkan ke waring (alat yang digunakan untuk mengemas pucuk teh oleh pemetik sebelum ditimbang ) kemudian ditimbang dan dimasukkan ke dalam yutsak (alat yang digunakan untuk mengemas pucuk teh setelah ditimbang di kebun untuk dibawa ke pabrik), selanjutnya pucuk teh diangkut dengan menggunakan truk ke pabrik untuk diolah. Pucuk yang tiba di pabrik di timbang, dibeber, kemudian dilakukan analisa pucuk dan analisa petik terlebih dahulu untuk mengetahui kualitas pucuk yang datang dari kebun saat itu. Kemudian teh diolah menjadi produk teh hitam orthodox, dengan memperhatikan parameter suhu dan kelembaban dalam ruang pengolahan selama proses berlangsung. Produk kemudian diambil contohnya untuk
22
bahan uji mutu yang dilakukan 2 (dua) tahap, yaitu pertama oleh pihak Kebun Cisaruni dan selanjutnya diuji lagi di kantor pusat (PTPN). Produk teh yang dihasilkan harus memenuhi standar yang telah ditetapkan oleh perusahaan. Produk yang dihasilkan harus memiliki kualitas rasa, aroma, warna, dan ampas yang baik. Kegiatan produksi teh Kebun Cisaruni pada musim kemarau ini per harinya mencapai 20.520 kg pucuk teh per hari setara dengan 4.560 kg bubuk teh hitam, dengan kadar air antara 4% – 4,5% atau dengan standar rendemen 22% di PTPN VIII kebun Cisaruni. Apabila teh yang diuji mutu telah dikatakan layak, maka contoh produk teh selanjutnya dikirim ke Kantor Pemasaran Bersama (KPB), begitupun sama halnya dengan teh hijau Jepang. Pemasaran produk dilakukan dengan cara dilelang untuk mendapatkan harga yang paling bagus. Pelelangan seluruh produk yang dihasilkan oleh Perkebunan Nusantara VIII dilakukan di Kantor Pemasaran Bersama, setelah mendapat harga yang bagus produk dijual. Pengiriman produk dilakukan setelah mendapat perintah dari kantor direksi untuk dikirim. Pembeli teh merupakan utusan dari perusahaan negara tetangga maupun perusahaan dalam negeri.
E. SARANA PENUNJANG SISTEM PRODUKUSI Sarana peralatan untuk pengolahan terdiri dari alat pelayuan, penggilingan, alat sortasi basah, tempat fermentasi, pengeringan dan alat pengepakan. Sedangkan sarana produksi yang berupa bangunan antara lain adalah bangunan pelayuan, ruang giling dan fermentasi, ruang pengeringan, ruang kantor, ruang sortasi dan pengepakan, bengkel, gudang (bahan bakar, gudang paper sack, gudang obat-obatan, gudang pupuk, dan gudang cangkang sawit), ruang diesel, dan garasi. Sarana pendukung lain sistem produksi yang terdapat di Kebun Cisaruni adalah penyedia air, sarana transportasi berupa kendaraan truk yang digunakan untuk pengangkutan pucuk dan hasil juga kendaraan penumpang, sarana penyedia energi, sarana pengujian mutu dan sarana penanganan limbah.
23