III. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERTUMBUHAN TANAMAN Pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh dua faktor: A. Faktor dalam (internal factor) yaitu faktor tanaman itu sendiri/sifat yang terdapat dalam tanaman (benih) B. Faktor lingkungan (environmental factors). A. Faktor Dalam (Internal Factor) Faktor dalam atau faktor genetik adalah faktor tanaman itu sendiri, yaitu sifat yang terdapat di dalam bahan tanam/benih yang digunakan dalam budidaya tanaman. Adapun yang dimaksud dengan bahan tanam/benih menurut Undangundang RI No. 12 tahun 1992 tentang Sistem Budidaya Tanarnan adalah tanaman atau bagiannya yang digunakan untuk memperbanyak dan/atau mengembangbiakkan tanaman. Dengan demikian benih tersebut dapat berasal dari biji, batang/cabang, akar, daun, umbi dan sebagainya. Ditinjau dari asal bahan tanam, tanaman dapat diperbanyak secara generatif (dengan biji) dan secara vegetatif (selain biji). Perbanyakan tanaman dengan bahan yang berasal dari biji (secara generatif) mempunyai beberapa keunggulan dan kelemahan, antara lain: Keunggulan: 1. memiliki perakaran yang kuat (akar tunggang) 2. berumur panjang 3. dalam waktu singkat dapat diperoleh jumlah tanaman baru yang lebih banyak 4. pada tanaman bunga-bungaan dapat diperoleh beraneka ragam warna bunga apabila terjadi persilangan. Kelemahan: 1. tidak lekas berbuah 2. tanaman barn belum tentu sama sifatnya dengan tanaman induknya, kecuali apabila biji tersebut berasal dari tanaman homozigot (misalnya pada biji tanaman alpokat, srikaya, sirsak, langsat, belimbing, pijetan, kokosan) dan biji apomiktik (jernk dsb.) 3. ada beberapa tanaman yang menghasilkan biji dormant (beristirahat) sehingga untuk mendapatkan tanaman baru perlu waktu lebih lama, atau perlu ada perlakuan khusus. Perbanyakan tanaman secara vegetatif (selain biji) juga memiliki keunggulan dan kelemahan sebagai berikut:
Universitas Gadjah Mada
Keunggulan: 1. tanaman baru umumnya lekas berbuah 2. memiliki sifat sama dengan tanaman induknya 3. dapat diperoleh sifat yang lebih baik dari induknya (misal hasil penyambungan) Kelemahan: 1. memiliki perakaran serabut sehingga kurang kuat apabila tertiup angin 2. umur produksi lebih pendek 3. untuk memperoleh tanaman baru dalam jumlah banyak diperlukan waktu yang cukup lama. Perbanyakan tanaman secara vegetatif selain dengan akar, batang/cabang, dan daun adalah dengan jaringan tanaman yang dikenal dengan kultur jaringan (tissue culture) dan dengan teknologi baru yaitu bioteknologi yang akan diuraikan dalam bab Penggunaan teknologi baru dalam bidang pertanian di bagian lain. Untuk memperoleh tanaman baru yang baik dengan hasil yang tinggi diperlukan benih yang bermutu tinggi dengan kriteria sebagai berikut (misal pada tanaman kedelai): 1. daya kecambah tinggi (lebih dari 80 %) 2. vigomya tinggi (tumbuh serentak, sehat, cepat tumbuh) 3. sehat, bernas, tidak luka atau keriput 4. murni (tidak tercampur dengan varietas lain) 5. bersih (tidak tercampur dengan kotoran) 6. masih baru, tidak apek (kurang dari 6 bulan). Selain kriteria seperti tersebut di atas, untuk mendapatkan hasil yang baik, benih harus berasal dari tanaman induk yang bersifat produksi tinggi, tahan hama/penyakit/ pengganggu lain atau tanaman induk yang bersifat unggul (varietas unggul). Varietas unggul ada unggul lokal dan unggul nasional. Unggul lokal: hanya unggul pada suatu daerah tertentu saja sedang di daerah lain tidak unggul. Unggul nasional: unggul pada sebagian besar suatu wilayah atau negara. contoh unggul lokal: tanaman padi Rojolele di daerah Delanggu contoh unggul nasional: IR-64, Cisedane, Aromatik.
Universitas Gadjah Mada
B. Faktor Lingkungan (Environmental factors) Faktor lingkungan adalah faktor yang ada di sekeliling tanaman. Ada beberapa ilmuwan yang mengelompokkan faktor lingkungan ini menjadi dua kelompok, yaitu kelompok abiotik (iklim, tanah) dan kelompok biotik (makluk hidup) yaitu biotis (tanaman dan hewan) dan anthrofis (manusia). 1. Faktor iklim (climatic factor) terdiri atas: a.
Presipitasi. Meliputi semua air yang jatuh dari atmosfir ke permukaan bumi, berupa: hujan, salju, kabut dan embun. Faktor hujan yang dapat mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah jumlah/volume hujan, penyebaran/distribusi hujan dan efektivitas hujan. Jumlah dan distribusi hujan sangat berpengaruh terhadap macam/jenis tanaman yang dapat dibudidayakan pada suatu daerah. Jumlah hujan yang tinggi dengan distribusi merata sepanjang pertumbuhan tanaman akan berpengaruh baik pada tanaman tertentu tetapi tidak baik untuk tan aman yang lain. Oleh karena itu perlu adanya pemilihan tanaman yang sesuai dengan keadaan iklim di suatu derah. Untuk daerah-daerah yang curah hujannya tinggi seperti di Indonsia bagian barat baik digunakan untuk pembudidayaan tanaman padi pada dataran rendah, tanaman teh dan kopi pada dataran tinggi. Daerah dengan curah hujan yang kurang (Indonsia bagian timur) baik untuk membudidayakan tanaman jagung, sorghum, kacang hijau, kapas, dan sebagainya. Di daerah tropis basah seperti di Indonesia, adanya curah hujan yang tinggi dengan suhu yang tinggi menyebabkan susunan atau formasi vegetasi yang tumbuh paling banyak. Efektivitas hujan diukur dari kemanfaatan air hujan untuk pertumbuhan tanaman. Curah hujan yang tinggi belum tentu efektif apabila evaporasi (penguapan lewat permukaan tanah) dan transpirasi (penguapan lewat permukaan tanaman) lebih besar dari jumlah curah hujan yang jatuh di suatu daerah. Jadi efektivitas tidak dapat diukur dengan besarnya jumlah curah hujan. Di Sulawesi Selatan, curah hujan 10 mm yang jatuh pada musim hujan lebih efektif dari 10 mm yang jatuh pada musim kemarau. Presipitasi merupakan fungsi linear dari evaporasi, transpirasi, run off (aliran permukaan), dan infiltrasi (air yang masuk ke dalam tanah). Infiltrasi merupakan fungsi linear dari perkolasi, rembesan dan kelembaban tanah. Rumusnya adalah sebagai berikut (Whiteman, 1974)
Universitas Gadjah Mada
P = presipitasi P=E+T+R+I
E=evaporasi T = transpirasi R = run off (aliran permukaan) I = Infiltrasi
I=U+S+A
U = perkolasi (hilang ke bawah) S = rembesan (aliran ke samping) A = kelembaban yang disimpan dalam tanah
Kelembaban yang tersimpan dalam tanah (A) berpengaruh sangat nyata untuk pertumbuhan tanaman, terutama kelembaban tanah yang sesuai (available soil moisture) yang terdapat antara kapasitas lapang (field capacity) dan titik layu permanan (the wilting point). Presipitasi yang didominasi oleh air hujan, setelah jatuh ke bumi akan menjadi: 1)
air higroskopis: air yang terlalu kuat terikat oleh partikel-partikel tanah dengan kekuatan 15 atm. Air ini tidak dapat diserap tanaman karena kekuatan akar untuk menyerap air hanya 2 atm.
2)
air gravitasi: air yang mengalir ke bawah (perkolasi) karena adanya gaya gravitasi bumi. Air ini tidak dapat dimanfaatkan oleh tanaman karena bergerak dengan cepat.
3)
air kapiler: air yang mengisi pori-pori mikro tanah yang berasal dari air rembesan (lateral seepage). Air ini tersimpan lama dalam tanah, sehingga dapat dimanfaatkan oleh tanaman untuk pertumbuhannya.
b. Suhu (temperatur) Kisaran suhu untuk pertumbuhan tanaman pada umumnya berkisar antara °
15 -40°C (59°440°F). Suhu suatu tempat ditentukan oleh altitude (ketinggian) dan latitude (garis lintang). Berdasarkan atas suhu tempat tumbuh tanaman dikenal vegetasi: tropical, temperate, taiga, tundra dan polar. Beberapa ilmuwan membagi vegetasi di dunia ini dalam 4 kelas berdasar suhu tempat, yaitu: 1)
megatherms (suhu tinggi sepanjang tahun)
2)
mesotherms (suhu tinggi dan rendah bergantian)
3)
microtherms (suhu rendah)
4)
hekistotherms (suhu sangat rendah)
Universitas Gadjah Mada
Setiap komunitas tanaman mengenal adanya titik kardinal. Untuk daerah tropis titik kardinal tersebut adalah: 1)
suhu minimum (50-150C): apabila suhu suatu daerah kurang dari suhu ini tanaman akan terganggu pertumbuhannya bahkan dapat menyebabkan kematian apabila suhu tersebut berlangsung cukup lama.
2)
suhu optimum (sekitar 300C): suhu yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman.
3)
suhu maksimum (sekitar 400C): apabila suhu lingkungannya di atas suhu maksimum, pertumbuhan tanaman juga akan terganggu bahkan dapat menyebabkan kematian.
Suhu atmosfer yang tinggi akan mempercepat pertumbuhan tanaman dan respirasi. Akan tetapi juga dapat merugikan tanaman apabila kelembaban kurang memadai sehingga dapat menyebabkan keguguran bunga, buah muda maupun daun. Udara panas dan angin yang kering akan meningkatkan kerusakan tanaman lebih lanjut. Suhu tanah dapat mempengaruhi penyerapan air oleh tanaman. Sebagai contoh: 1) pada tanaman kapas, apabila suhu tanah mencapai 100C, penyerapan air hanya 20 % dari keadaan normal. 2) pada tanaman kubis, suhu tanah 10°C penyerapan air masih sebesar 75 % dari keadaan normal. Oleh karena itu tanaman kubis termasuk tanaman yang tahan terhadap suhu rendah. Suhu tanah yang rendah (20°C) pada tanaman ubi-ubian memacu pembentukan dan pembesaran umbi, kecuali pada tanaman bawang merah. Macam-macam kerusakan tanaman akibat pengaruh suhu: 1)
chilling injury: kerusakan suhu rendah di daerah palms
2)
freezing injury: kerusakan karena terjadi pembekuan
3)
suffixation: kerusakan tanaman menjadi lemas
4)
heaving: kerusakan tanaman terangkat dari tempat tumbuhnya (di daerah temperate)
5)
nach frost: suhu rendah di malam hari secara tiba-tiba; banyak merusakkan tanaman apel, kentang, dan teh.
Universitas Gadjah Mada
d. Kelembaban Kelembaban udara pada umumnya dinyatakan dalam kelembaban relatif yang
mempengaruhi
evapotranspirasi
tanaman.
Evapotranspirasi
akan
meningkat atau lancar apabila kelembaban udara di sekitar tanaman rendah. Transpirasi tanaman sangat erat hubungannya dengan penyerapan unsur hara dari dalam tnah. Apabila transpirasi cepat, penyerapan unsur hara juga akan cepat. Akan tetapi apabila kelembaban udara tinggi menyebabkan transpirasi menjadi lambat, sehingga penyerapan unsur hara juga akan lambat. Kelembaban udara yang tinggi dapat menstimulir pertumbuhan jamur, fungi, bakteri, yang dapat merugikan tanaman. Oleh karena itu salah satu cara pemeliharaan tanaman adalah mencegah terjadinya kelembaban yang tinggi di sekitar tanaman dengan memangkas cabang-cabang yang tidak produktif atau tunas-tunas air dan cabang maling pada tanaman kopi. e. Cahaya matahari Cahaya matahari merupakan sumber utama energi yang diperlukan dalam proses fotosintesis tanaman. Cahaya matahari mempengaruhi kehidupan tanaman karena 4 hal: 1)
intensitasnya: banyaknya jumlah cahaya (dalam foot candle) yang sampai pada tanaman
2)
kualitasnya: panjang gelombang (dalam satuan mg) yang dapat ditangkap/ disekap tanaman
3)
durasi: lamanya pencahayaan
4)
arah datangnya cahaya: berkaitan dengan intensitas.
1) Intensitas cahaya. Cahaya matahari yang sampai ke bumi secara langsung dalam bentuk cahaya gelombang pendek hanya 24 %, sebagan dipantulkan kembali ke atmosfer dalam bentuk gelombang panjang, konduksi, konveksi, dan untuk evapotranspirasi. Apabila atmosfer berawan, maka intensitas cahaya akan berkurang. Di daerah tropis, intensitas cahaya sering berkurang karena tertutup oleh awan yang tebal, terutama pada musim hujan. Berdasarkan atas tanggapan tanaman terhadap intensitas cahaya dan asimilasi CO2, tanaman dibedakan menjadi 3 kelompok yaitu:
Universitas Gadjah Mada
a) Tanaman C-3: tanaman yang tidak dapat memanfaatkan intensitas cahaya matahari
secara
penuh
dalam
proses fotosintesisnya.
Tanaman
ini
mempunyai titik kompensasi CO2 50 ppm dan terjadi fotorespirasi yang dapat mengurangi hasil fotosintat bersih. Fiksasi CO2 dalam proses fotosintesis dilakukan oleh senyawa RuDP (Ribulose diphosphat) dan membentuk senyawa fosfoglyserat (phosphoglycerit acid = PGA) dengan rumus:
contoh: bit gula, kedelai, gandum, dan tanaman-tanaman daerah temperate. b) Tanaman C-4: tanaman yang memanfaatkan intensitas cahaya secara penuh, titik kompensasi CO2 hampir mendekati nol. Fiksasi CO2 dilakukan oleh phosphoenol pyruvate (PEP) dan membentuk senyawa oxaloacetate (OAA) dalam proses fotosintesisnya (Hatch and Slack, 1970 cit. Landsberg and Cutting, 1977) dengan rumus:
Secara anatomi tanaman C-4 dicirikan dengan adanya kloroplast yang terdapat dalam jaringan mesofil dan sel pengiring jaringan pembuluh (bundle sheath cells). Kloroplast mesofil ukurannya kecil, memiliki grana dan tidak mengakumulasi pati, sedangkan kloroplast dalam bundle sheath adalah besar, tidak mempunyai grana dan mengakumulasi pati. Pada tanaman ini tidak terjadi proses fotorespirasi sehingga hasil fotosintesis bersihnya lebih tinggi dibandingkan dengan tanaman C-3. contoh: jagung, tebu, sorghum, bayam dan banyak tanaman rumputan tropis.
Universitas Gadjah Mada
c) Tanaman CAM (Crassulacea acid metabolism): tanaman yang dapat mengasimilasi CO2 dalam keadaan gelap dalam keadaan cekaman, stomata membuka pada malam hari dan menutup pada siang hari. Dalam proses fotosintesisnya produk pertama yang dibentuk adalah asam malat dengan rumus:
Karena stomatanya membuka pada malam hari dan menutup pada siang hari, maka tanaman ini sangat efisien dalam memanfaatkan air (kebutuhan airnya sangat kecil) sehingga hasil fotosintesis bersihnya juga kecil. Contoh: anggrek, kaktus, nanas. 2) Kualitas Cahaya Kualitas cahaya menunjukkan panjang gelombang yang terkandung dalam cahaya. Menurut Penman (1968) dari 75 satuan (unit) cahaya yang sampai di permukaan bumi atau atmosfer, apabila semua unit tidak dipantulkan oleh awan, kira-kira 44 % mengandung panjang gelombang yang aktif untuk fotosintesis (photo-synthetically active wavelengths) dengan panjang gelombang 0,4 - 0,7 atau 400-700 mg. Panjang gelombang ini umumnya yang dapat ditangkap/dilihat oleh mata manusia, yaitu: 1)
ultraviolet (panjang gelombang 400-435 m)
2)
biru (panjang gelombang 435-490 m)
3)
hijau (panjang gelombang 490-574 m)
4)
kuning (panjang gelombang 574-595 m)
5)
oranye (panjang gelombang 595-626 m)
6)
merah (panjang gelombang 626-750 m)
Universitas Gadjah Mada
Dari panjang gelombang di atas yang efektif untuk fotosintesis adalah oranye, merah, disusul violet dan biru. Apabila cahaya matahari sampai pada daun, maka cahaya yang efektif akan disekap, sedangkan sisanya (hijau dan kuning) yang kurang efektif akan diteruskan ke bawah. Oleh karena itu daun-daun yang ternaung tidak dapat menghasilkan fotosintat secara maksimal. Untuk mendapatkan hasil tanaman yang maksimal perlu adanya pengurangan daun sampai pada batas luas daun tertentu (luas daun yang optimal) yang diukur dengan indeks luas daun. Yang dimaksud dengan indeks luas daun (leaf area index atau LAI) adalah perbandingan antara luas daun tanaman dengan luas lahan yang ditempati oleh tanaman tersebut. LAI optimum untuk tanaman satu berbeda dengan LAI optimum tanaman yang lain, untuk mendapatkan hasil tanaman yang maksimum. 3) Durasi atau lamanya pencahayaan (fotopepriodisme) Pada umumnya periode waktu untuk pertumbuhan aktif suatu tanaman setiap tahun dibatasi oleh sejumlah faktor. Sebagai contoh pada daerah dengan garis lintang tinggi, pertumbuhan aktif dibatasi oleh suhu rendah selama musim dingin. Di daerah tropis, kelembaban yang sesuai selama musim kemarau lebih membatasi panjangnya musim pertumbuhan tanaman. Dalam pembudidayaan tanaman hams disesuaikan aktivitas tanaman dengan perubahan kondisi iklim yang terjadi selama setahun. Apabila tanaman hams bertahan, ia hams menyesuaikan dengan daerah dimana ia tumbuh. Sejumlah mekanisme atau peristiwa telah terjadi yang memungkinkan tanaman tumbuh pada waktunya. Salah satu mekanisme yang paling penting adalah fotoperiodisme, atau kepekaannya pada panjang hari/lamanya pencahayaan (atau malam). Pengaruh fotoperiodisme paling nyata adalah pada induksi pembungaan yaitu peralihan tanaman dari fase vegetatif ke fase reproduktif. Akan tetapi fotoperiodisme dapat mempenganihi sejumlah aspek lain dari fase reproduktif, meliputi lamanya pembungaan, panjang periode reproduktif, pembentukan tepungsari yang dapat hidup (viable) dan pembentukan buah dan biji. Tanggapan tanaman terhadap fotoperiodisme dikelompokkan dalam: a) Tanaman hari netral (day neutral plants): tanaman yang dalam pembungannya tidak dipengaruhi oleh lamanya pencahayaan. Pada tanaman ini suhu yang lebih tinggi umumnya memacu/mempercepat pembungaan tanaman.
Universitas Gadjah Mada
b) Tanaman hari pendek absolut (A bsolut short day plants): tanaman yang hanya akan berbunga apabila lamanya pencahayaan lebih pendek dari panjang hari spesifik atau kritis. c) Tanaman hari panjang absolut (Absolut long day plants): tanaman yang hanya akan berbunga apabila panjang hari atau lamanya pencahayaan lebih panjang dari panjang hari spesifik atau kritis. d) Tanaman hari pendek kuantitatif (Quantitative short day plants): hari pendek mempercepat pembungaan yaitu tanggapan kuantitatif pada hari pendek yang ada, tidak memerlukan adanya lama pencahayaan kritis sebelum terjadi pembungaan. Akan tetapi umumnya tanaman akan berbunga jika mendapatkan lama pencahayaan yang panjang dalam periode waktu yang cukup. Suhu yang lebih tinggi umumnya memacu proses pembungaan. e) Tanaman hari panjang kuantitatif (Quantitative long day plants): pembungaan tanaman dipacu oleh hari panjang dan dihambat oleh hari pendek. Suhu yang lebih tinggi umumnya memacu proses pembungaan, teristimewa dalam panjang hari yang lebih pendek. Sebagian besar tanaman semusim yang sudah beradaptasi di daerah tropis termasuk dalam kelompok tanaman hari pendek kuantitatif, misalnya tanaman kedelai, jagung, padi, dan sorghum. 4) Arah datangnya cahaya Arah datangnya cahaya berkaitan dengan jumlah cahaya yang dapat diterima tanaman. Cahaya yang datangnya condong akan memberikan energi yang lebih kecil daripada yang datangnya dari arah vertikal, sehingga pengaruhnya pada pertumbuhan tanaman juga akan berbeda. Cahaya matahari pada pagi hari lebih baik bagi pertumbuhan tanaman yang masih muda (pada pembibitan dan pesemaian). Oleh karena itu dalam membuat atap pembibitan umumnya miring ke arah barat (atap bagian timur lebih tinggi dari bagian barat). e. Angin Angin sangat penting bagi pertumbuhan tanaman, terutama angin yang tidak terlalu kencang karena angin atau udara yang bergerak merupakan penyedia gas CO2 yang sangat dibutuhkan tanaman dalam proses fotosintesis. Dalam budidaya tanaman, pengaturan arah barisan tanaman hams memperhatikan arah angin. Apabila arah barisan tegak lurus dengan arah
Universitas Gadjah Mada
datangnya angin, akan terjadi turbulensi udara sehingga pucuk tanaman terombang-ambing dan akhimya dapat merusakkan tanaman. Pengaruh angin terhadap pertumbuhan tanaman dapat terjadi secara langsung dan tidak langsung. Pengaruh langsung adalah: 1) kerusakan mekanis tanaman seperti daun sobek, jaringan tanaman memar, akar tanaman terangkat dan terhempas 2) tanaman rebah misalnya pada tanaman padi, gandum, jagung, tebu, sehingga akan menurunkan hasil tanaman 3) di daerah padang pasir menyebabkan erosi tanah sehingga tanaman sulit tumbuh 4) mempengaruhi tipe hujan dan kelengasan atmosfer di suatu daerah. Pengaruh tidak langsung: 1) mempengaruhi kecepatan transpirasi 2) angin kencang yang panas merusak pembungaan 3) evaporasi sekresi stigma bunga gugur 4) keseimbangan air dalam tanaman terganggu pembentukan buah sedikit Oleh karena pengaruh angin tersebut, baik langsung maupun tidak langsung, maka di daerah pertanian yang banyak angin diperlukan penanaman tanaman pematah angin. Selain pengaruh langsung dan tidak langsung, angin juga berperan dalam: penyerbukan bunga, penyebaran biji, buah, dan mikroorganisme. Di daerah temperate atau subtropis, angin yang panas kadang-kadang menguntungkan karena dapat menghambat penyebaran penyakit karat kuning pada tanaman gandum. f. Gas-gas dalam atmosfer Atmosfer yang mengelilingi bumi mengandung campuran gas-gas: karbon dioksida (0,03 %), oksigen (20,95 %), nitrogen (78,09 %), argon (0,93 %), dan beberapa macam gas (0,02 %) dalam proporsi yang tetap. Variasi lain dapat dijumpai di atas industri yang mengeluarkan asap/uap seperti SO2, CO2, dan CO, seperti uap air dan partikel-partikel mineral. Karbon dioksida (CO2): sebagai sumber utama karbon untuk berbagai senyawa organik dalam tubuh tanaman, juga sebagai penyusun pembuatan karbohidrat tanaman hijau dalam proses fotosintesis. Fotosintesis kira-kira
Universitas Gadjah Mada
sebanding den gan konsentrasi CO2 udara di sekitar daun tanaman. CO2 yang terbentuk dalam senyawa organik dalam tanaman kembali ke atmosfer karena proses respirasi tanaman, tanaman-tanaman yang mati, busuk dan pembakaran tanaman. Peningkatan pertumbuhan dan hasil yang lebih besar pada tanaman sayuran dimungkinkan dengan meningkatkan kandungan CO2 dalam rumah kaca. Gas-gas tertentu seperti SO2, CO, dan HF di udara dalam jumlah yang cukup akan meracuni tanaman. Kerusakan tanaman juga telah dilaporkan di dekat pabrik yang menghasilkan alumina (tawas) dan fosfat, karena dari keduanya dilepaskan fluorin yang menyebabkan kenisakan. Di dekat pabrik semen, partikel-partikel semen halus yang jatuh juga menyebabkan kerusakan tanaman. Kandungan CO2 dalam air tinggi, sehingga tumbuhan air dapat memperoleh CO2 tersebut dari air. Kandungan CO2 dalam tanah menyebabkan rendahnya laju respirasi tanaman dan akhirnya mengganggu aktivitas metabolisme akar. Oksigen: setiap organisme hidup menggantungkan pada oksigen untuk kelangsungan hidupnya. Jumlah oksigen dalam udara normal tetap karena tanaman memberikan oksigen selama proses fotosintesis. Nitrogen: nitrogen dalam atmosfer menjadi tersedia dalam tanah oleh adanya kilat, hujan dan penambatan (fiksasi) nitrogen oleh mikroorganisme. Bakteri yang hidup bebas seperti azotobacter, bakteri simbiotik seperti rhizobium, ganggang biru hijau dan sebagainya penambat nigtrogen yang baik dalam tanah. Proses dekomposisi protein tanaman dan hewan yang telah mati oleh mikroorganisme juga menambah kandungan nitrogen dalam tanah. Nitrogen dalam tanah dapat tersedia bagi tanaman oleh aktivitas bakteri nitrifikasi. Pengikatan senyawa nitrogen di permukaan tanah berkisar 100 juta ton per tahun, dan 90 %-nya berasal dari pengikatan secara biologi (Donald, 1960). Jaringan tanaman sebagian besar dikonsumsi oleh binatang/hewan sebagai pakan. Bagan nitrogen jaringan tanaman dikembalikan ke dalam tanah dalam bentuk kotoran atau jaringan hewan yang mati. 2. Faktor Tanah Faktor-faktor tanah yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman adalah: a. kelembaban tanah, b. air tanah, c. suhu tanah, d. bahan mineral tanah, e. komponen anorganik, f. bahan organik tanah, g. organisme tanah, dan h. reaksi tanah.
Universitas Gadjah Mada
a. Kelembaban tanah Jaringan tanaman mengandung sekitar 90 % air. Kandungan air dalam tanaman dapat hilang melalui transpirasi yang dapat diganti hanya dengan penyerapan air dari tanah. Fungsi penting air dalam tanaman adalah: 1)
memberikan turgiditas tanaman sehingga tanaman tetap tegak
2)
mengatur suhu dalam tubuh tanaman
3)
berfungsi sebagai pelarut dan pembawa hara. Keberadaan air dalam tanah membantu tanaman dalam banyak hal:
1)
penyedia bahan mentah esensial untuk produksi karbohidrat melalui proses fotosintesis.
2)
memacu secara fisis, khemis dan biologis aktivitas dalam tanah.
3)
sifat-sifat fisik tanah seperti pembentukan struktur, plastititas, penetrabilitas, friabilitas, kohesi dan sebagainya dirubah oleh kandungan lengas tanah. Di samping itu konduktivitas dan absorbsivitas juga dipengaruhi oleh kandungan lengas tanah.
4)
bentuk dan kandungan unsur yang berbeda dalam mineral, perubahan kimia seperti hirolisis, hidrasi dan sebagainya, dan konsentrasi garamgaram yang berbeda yang mempengaruhi pertumbuhan tanaman dipengaruhi oleh kandungan lengas tanah.
5)
mikroorganisme tanah baik yang menguntungkan maupun merugikan pertumbuhan tanaman dikendalikan oleh kandungan lengas tanah.
6)
difusi gas dalam tanah untuk aerasi tergantung pada kandungan lengas tanah.
Kandungan lengas tanah sangat dinamis dan bervariasi dari waktu ke waktu. Hubungan air dengan tanah akan dibicarakan dalam mata kuliah lain. b. Udara dalam tanah Aerasi tanah mutlak diperlukan untuk absorbsi air oleh akar tanaman. Absorbsi air oleh akar-akar tanaman terjadi sangat cepat dalam tanah yang aerasinya baik, sedangkan pada tanah yang padat akan kekurangan persediaan oksigen. Oksigen diperlukan untuk respirasi akar. Dalam tanah yang aeasinya baik, CO2 dilepaskan dalam respirasi akar dan mikroorganisme menukarnya dengan udara di atas tanah. Dalam tanah yang aerasinya jelek akan terjadi penimbunan karbon dioksida dan mengganggu proses absorbsi air oleh tanaman.
Universitas Gadjah Mada
Udara dalam tanah juga bermanfaat dalam peningkatan ketersediaan hara dalam tanah dengan cara: 1) memecah mineral yang tidak larut menjadi garam-garam yang larut. 2) dekomposisi sisa-sisa tanaman dan hewan. 3) nitrifikasi dan penambatan nitrogen oleh bakteri. c. Suhu dalam tanah Suhu dalam tanah di samping mempengaruhi proses fisis dan khemis yang terjadi di dalam tanah juga mempengaruhi kecepatan absorbsi air dan zat-zat yang terlarut, perkecambahan biji dan kecepatan pertumbuhan bagian-bagian tanaman yang ada di dalam tanah. Proses metabolisme tanaman dan penyerapan air oleh akar yang maksimum umumnya terjadi antara 20-30°C. Suhu rendah di bawah 200C menyebabkan pengurangan absorbsi air yang cukup besar. Tanah-tanah yang dingin tidak kondusif untuk pertumbuhan yang cepat pada sebagian besar tanaman. Suhu tanah merupakan salah satu faktor yang mengendalikan aktivitas mikroorganisme dan proses penyediaan hara bagi tanaman. Nitrifikasi tidak dapat terjadi apabila suhu tanah mencapai sekitar 5OC (40OF). d. Bahan mineral dalam tanah Kandungan mineral tanah berasal dari pelapukan batuan dan mineral dan terdiri atas partikel-partikel dalam berbagai ukuran. Mineral-mineral dasar yang terjadi dalam kulit bumi adalah: felspar (48 %), quartz (36 %), mica (10 %), limestone (kapur) dan kapur Mg (2 %), hornblent dan augite (1 %), olivine dan serpentine (1 %), clays (1 %), mineral-mineral lain (1 %). Macam
dan banyaknya mineral dalam tanah sangat mempengaruhi
pertumbuhan tanaman. e. Komponen anorganik Senyawa-senyawa Si, Ca, Mg, Fe, K, Na dan Al merupakan senyawa penting penyusun tanah. Di samping senyawa di atas, tanah juga mengandung sejumlah besar unsur mineral lain seperti B, Mn, Mo, Zn, Cu, Co, J dan F yang diketahui sebagai unsur yang diperlukan tanaman dalam jumlah sedikit dan dinamakan unsur mikro.
Universitas Gadjah Mada
Jumlah total unsur yang terkandung dalam tanah tergantumg pada bagian batuan alam mana ia dibentuk dan umur batuan serta produk larutan yang telah mengalami perlindian/pencucian. Komposisi kimia pada horison yang berbeda menunjukkan banyak variasi. Komponen tanah terdiri atas: bahan mineral (30 %), air tanah (30 %), udara tanah (30 %), dan bahan organik tanah (5-10 %). Klasifikasi tanah berdasar teksturnya dibedakan seperti pada Tabel 1. Tabel 1. Klasifikasi tanah berdasar tekstur Nama partikel clay silt very fine sand fine sand medium sand coarse sand Sumber: Morachan (1978).
Ukuran partikel (mm) 0,0001 - 0,005 0,005 - 0,05 0,05 - 0,10 0,10 - 0,25 0,25 - 0,50 0,50 - 2,00
Umumnya tekstur tanah yang baik mengikat banyak air yang tersedia bagi pertumbuhan tanaman dalam periode yang lebih panjang. Penetrasi akar dihambat oleh banyaknya clay dan silt yang terkandung dalam tanah. Tanah loam adalah yang paling baik untuk pertumbuhan tanaman apabila mengandung pasir kasar (coarse sand) sebaik partikel silt dan clay. Tanah loam memiliki aerasi yang baik, infiltrasi dan pergerakan air baik, penetrasi akar mudah dan juga kapasitas menyimpan air baik dan subur. f. Bahan organik Di samping substansi anorganik, tanah juga mengandung bahan organik dalam jumlah yang berkisar : kurang dari 1 % pada tanah pasir (sandy soils) sampai 90 % (pada tanah gambut). Bahan organik ditambahkan pada bahan mineral tanah setiap tahun, meskipun persentase bahan organik kurang dari 5 % berat kering tanah, hal ini dapat mempenganuhi sifat tanah dan pertumbuhan tanaman. Bahan organik tanah sebagian besar berasal dari: 1)
akar-akar tanaman dan organisme hidup dalam tanah yang telah mati.
2)
daun-daun kering, ranting-ranting, tanaman dan hewan yang telah mati. Bahan organik tanah merupakan amber hara mineral esensial untuk
pertumbuhan tanaman. Humus yang telah terdekomposisi dapat meningkatkan kapasitas penyimpanan air. Bahan organik dapat mengikat sejumlah besar mineral terutama dalam bentuk ion, dengan demikian meningkatkan kapasitas pertukaran ion
Universitas Gadjah Mada
tanah. Bahan organik juga merupakan amber makanan bagi organisme tanah. Sebagai sumber hara tanaman, bahan organik mengandung 95 % total nitrogen, 50-60 % total fosfor dan 10-20 % total sulfur. g. Organisme tanah Bahan organik mentah dalam tanah tidak langsung digunakan tanaman sebagai makanan. Ia hams mengalami perombakan pertama dalam humus dan kemudian ke dalam produk sederhana sebelum ia dapat dimanfaatkan. Pekerjaan/perombakan ini dilakukan oleh mikroorganisme berbagai jenis yang ada di dalam tanah. Gula, pati, dan protein dirombak pertama kali, kemudian selulose dan substansi lemak (lipoid), dan terakhir lingin (zat kayu) dan substansi berkayu. Macam/jenis organisme hidup yang terdapat dalam tanah dapat berbentuk tanaman (bakteri, actinomycetes, fungi, algae, akar-akar; rhizoid dan rhizome) dan hewan (protozoa, nematoda, tungau, serangga terutama semut dan kumbang, cacing tanah, tikes, dan sebagainya). Sejumlah besar bakteri dan fungsi menyebabkan berkurangnya substansi organik. Mereka melakukan proses mineralisasi menghasilkan berbagai macam hara yang tersedia bagi tanaman. Bakteri ammonifikasi merubah protein ke dalam ammonia. Bakteri nitrifikasi mengoksidasi ammonia menjadi nitrit dan nitrat. Sejumlah bakteri dan ganggang biru hijau menambat nitrogen dalam tanah dalam kondisi anaerob pada tanah yang tergenang air, bakteri tertentu menyebabkan denitrifikasi, melepaskan nitrogen bebas yang hilang di udara. Banyak bakteri dan fungi patogenik menyebabkan penyakit pada tanaman. Beberapa fungsi
berbentuk
mycorrhiza bekerjasama dengan akar tanaman tinggi untuk membantu tanaman dalam penyerapan air dan mineral. Organisme lain yang lebih besar seperti cacing tanah, binatang pengerat, dan sebagainya memperbaiki aerasi tanah. Mereka berperanan dalam pelapukan tanah dan mineral, dan dalam pembentukan tanah. h. Reaksi tanah Tanah dapat bersifat netral, asam atau basa (alkalin) tergantung pada komponen garam-garam dasar dan asam. Tan ah-tanah yang netral paling balk untuk pertumbuhan sebagian besar tanaman. Tanah asam memsakkan pertumbuhan tanaman dengan alasan:
Universitas Gadjah Mada
1)
keasaman yang tinggi (terutama kandungan aluminium yang tinggi).
2)
keasaman yang tinggi bertentangan/menghambat absorbsi beberapa hara terutama kation seperti K, Ca, dan Mg yang kadarnya rendah di dalam tanah. Hara P terikat dalam tanah asam.
3)
dekomposisi bahan organik oleh mikroorganisme dapat menurun.
4)
aktivitas bakteri nitrifikasi dan penambat nitrogen dihambat.
5)
jenis penyakit yang disebabkan oleh fungi tertentu seperti penyakit kudis pada kentang (potato scab) dipacu oleh tanah yang asam. Hal yang sama kebasaan tanah yang tinggi (high alkalinity) juga
berpengaruh kurang baik bagi pertumbuhan tanaman. Kebasaan tanah berpengaruh pada ke-beradaan kation seperti Na, K, Ca, dan Mg dalam tanah. 3. Faktor Biotik Faktor biotik adalah faktor yang berpengaruh menguntungkan atau merugikan yang disebabkan oleh tanaman lain dan hewan pada tanaman pertanian. a. Faktor tanaman/tumbuhan Kompetisi dan komplementer antar tanaman: kompetisi akan terjadi apabila antar tanaman membutuhkan hara, air, dan sinar matahari. Untuk mendapatkan hasil tanaman yang maksimum diperlukan luas daun yang maksimum untuk dapat memanfaatkan sinar matahari, hara, dan air yang tersedia secara maksimum. Jarak tanam yang sempit mengurangi hasil per tanaman, sedangkan jarak tanam yang lebar akan mengurangi hasil total per satuan luas karena jumlah tanaman lebih sedikit. Oleh karena itu jarak tanam optimum sangat penting dalam praktek budidaya tanaman. Akan tetapi dalam kasus penanaman tanaman yang berbeda secara bersamaan seperti penanaman campuran, hasil menjadi lebih baik. Sebagai contoh penanaman bersama tanaman legume dengan serealia. Kompetisi antara gulma dengan tanaman: Gulma adalah tumbuhan yang tumbuh dimana mereka tidal( dikehendaki baik waktu maupun tempatnya. Gulma dapat menurunkan hasil tanaman karena berkompetisi dengan tanaman dalam hal mendapatkan air, hara dan cahaya matahari. Di samping itu keberadaan gulma di antara tanaman menyebabkan meningkatnya biaya tenaga untuk menyiang dan biaya untuk peralatan, mempersulit panenan, menurunkan kualitas dan pemasaran, menjadi tanaman inang serangga, fungsi, virus dan bakteri, dan beberapa jenis gulma meracun manusia dan temak.
Universitas Gadjah Mada
Pada daerah non irigasi, kompetisi antara gulma dan tanaman besar dalam memperebutkan air. Koefisien transpirasi untuk Bermuda grass (Cynodon dactylon) adalah 813, sedangkan untuk sorghum hanya 430. Dengan membebaskan tanah dari gulma, dalam satu are tanah dengan kedalaman 6 kaki, dapat dihemat 300-500 ton air. Di
daerah
yang
beririgasi, kompetisi terjadi dalam mendapatkan unsur hara. Gulma di tanah yang bero menghabiskan kelembaban dan hara tanah. Di samping itu gulma juga akan menutup saluran drainase dan menghalangi aliran air dalam pant dan sungai. Pengendalian gulma hams dilakukan untuk mendapatkan aliran air dalam pant dan sungai. Pengendalian gulma harus dilakukan untuk mendapatkan hasil tanaman yang tinggi. Tanaman dan parasit: Parasit tanaman, untuk dapat hidup tergantung pada tanaman inangnya. Dalam keadaan yang menguntungkan, parasit berusaha untuk mempengaruhi komunitas tanaman. Sebagai contoh parasit yang berupa fungi, bakteri, virus dan sebagainya menyebabkan jenis penyakit yang berbeda pada tanaman pertanian. Mikroorganisme untuk memperoleh makanannya melalui perombakan tanaman-tanaman yang sudah mati dan sisa-sisa hewan (saprofit) atau dengan menyerang tanaman dan hewan yang masih hidup (parasit). Dalam mendapatkan makanannya, organisme parasit membunuh jaringan dan sel-sel tanaman inang sehingga tanaman atau bagian-bagiannya rusak dan mati, atau mengganggu proses metabolisme tanaman yang hidup. Dalam beberapa kasus mereka juga menghasilkan substansi racun. Pengendalian penyakit dapat dilakukan dengan penanaman varietas yang tahan, dengan khemikalia, sanitasi lahan dan praktek budidaya. b. Simbiosis Hubungan timbal balik antar organisme secara biologis dinamakan dengan simbiosis. Simbiosis antara tanaman legume dengan rhizobia penambat nitrogen sangat nyata dalam meningkatkan hasil tanaman. Tanaman itu sendiri tidak mampu memanfaatkan unsur nitrogen yang ada di udara/atmosfer untuk kelangsungan hidupnya. Oleh karena perlu organisme lain untuk mendapatkannya. Dua kelompok bakteri yang ikut serta dalam penangkapan/penambatan gas nitrogen dan memanfaatkannya adalah Rhizobium sp. yang terdapat dalam bintil akar tanaman legume dan beberapa jenis bakteri yang hidup bebas seperti
Universitas Gadjah Mada
Azotobacter dan Aerobacter yang hidup secara aerob heterotrof. Bakteri lain yang hidup secara anaerob heterotrof adalah Clostridium dan Derxia. Selain dengan tanaman legume, simbiosis dengan tanaman lain (non legume)
sekarang
sudah
banyak
dikenal,
misalnya
dengan
tanaman
Angiospermae ((Alnus, Casuarina, Cercocarpus, Dryas, Myrica, Comptonia, dan sebagainya)
dan
Gymnospermae
(Ceratozamia,
Cycas,
Encephalaaros,
Podocarpus, Macrozamia, dsb). Meskipun demikian, pada simbion tanaman nonlegume ini isolasi terhadap organisme penambat nitrogennya masih sulit dilakukan, tidak seperti pada tanaman legume. Pada tanaman Alnus dan Myrica bintil endofit berupa actinomycetes yang menginfeksi pada kortek nodul/bintil, tidak seperti pada tanaman legume yang menginfeksi pada jaringan intravasculer (pembuluh). Simbion pada Gymnospermae Podocarpus berupa phycomycetes yang terjadi dalam sel kortek nodul. Sebaliknya pasangan Gymnospermae Macrozamia dan Encephalartos adalah ganggang biru hijau (species Nostoc dan Anabaena) yang terdapat dalam ruang udara khusus dalam nodul. Ganggang biru hijau juga menambat nitrogen bersama dengan jamur/fungsi (dalam lichenes) dan dengan paku air Azolla. Pada Azolla, ganggang simbion adalah Anabaena azollae yang terdapat pada rongga udara di bawah ujung daun (Duckett et al. cit. Matheson et al., 1975). Bintil penambat nitrogen pada Trema sp. tanaman tahunan berkayu (Angiospermae) ditemukan akhir-akhir ini (Trinick, 1973 cit. Matheson et al., 1975). Simbion pada tanaman cowpea (kacangkacangan) telah diidentifikasi sebagai bakteri Rhizobium. Sumbangan N pada penambatan tanaman non-legume Angiospermae cukup besar, sebagai contoh penambatan oleh tanaman Alnus dan Hippophae menghasilkan 150 kg per hektar per tahun. Akan tetapi sumbangan/kontribusi dari Gymnospermae sangat kecil. Penambatan nitrogen simbiotik dengan tanaman legume: Simbiosis antara legume - Rhizobium telah banyak dipelajari secara luas. Tanaman ini sangat nyata membantu manusia dalam penyediaan pangan dan pakan. Peranan legume dalam penyediaan pangan dan pakan karena kemampuannya dalam menambat nitrogen dari udara/atmosfer. Pada padang penggembalaan (pasture) legum ditanam berasosiasi dengan spesies rumputan. Legume menyediakan sumber protein yang tinggi pada tanaman makanan ternak (forage) dan juga menambat nitrogen untuk kebutuhan dirinya sendiri. Nitrogen menjadi tersedia bagi rumputan setelah sisa tanaman legume mengalami proses
Universitas Gadjah Mada
dekomposisi. Dengan demikian legume sangat penting dalam menyumbang nitrogen pada sistem padang penggembalaan. Pada sistem pertanaman (cropping system) tanaman legume penghasil biji dapat menyumbang nitrogen secara nyata. Sebagai contoh tanaman legume berbiji (grain legume) yang membentuk nodul dengan baik menambat nitrogen untuk kebutuhan dirinya sendiri sehingga hasil bijinya berprotein tinggi. Sisa tanaman seperti daun, batang, akar dan nodul mengandung nitrogen relatif tinggidibandingkan dengan tanaman non-legume seperti jagung dan sorghum. Kecepatan dekomposisi sisa-sisa tanaman tergantung pada beberapa faktor seperti: kandungan air, suhu dan jumlah nitrogen dalam bahan tanaman. Sumbangan nitrogen hasil penambatan tanaman legume. pada padang penggembalaan dan sistem penanaman banyak bervariasi tergantung pada jenis, dan kondisi lingkungan. Pada padang penggembalaan di daerah temperate, penambatan nitrogen umumnya mendekati 150-250 kg N/ha per tahun. Di daerah tropis dan subtropis dimana pertumbuhan dapat terjadi sepanjang tahun dengan pengairan, hasil penambatan nitrogen lebih tinggi, mencapai 400 kg/ha per tahun. Penambatan N pada tanaman kedelai berkisar 80-160 kg N/ha per tanaman. Pada simbiosis tanaman legume, bakteri menggunakan karbohidrat tanaman inangnya sebagai energi untuk menambat nitrogen dari atmosfer, sebagian untuk menginfeksi tanaman inang. Bakteri yang hidup bebas mendapatkan energinya dari bahan organik tanah, menambat nitrogen bebas dan menggunakan untuk dirinya. Apabila bakteri tersebut mati, nitrogen yang tersedia dalam jaringan tubuhnya digunakan untuk tanaman. c. Binatang/hewan Hewan dalam tanah meliputi: protozoa, nematoda, siput, dan serangga merupakan bagian penting dari lingkungan akar tanaman. Semua organisme ini membantu dalam proses dekomposisi bahan organik tanah dan digunakan untuk kepentingan hidupnya. Sebagian dari hewan tanah yang berupa serangga dan nematoda dapat merusak tanaman sebagai hama, bahkan setelah panen, biji-biji dapat rusak karena serangga. Rata-rata kehilangan hasil akibat serangan serangga telah dilaporkan kira-kira 20 % di seluruh dunia. Hewan yang menguntungkan: banyak tanaman yang dalam penyerbukannya dibantu/dilakukan oleh serangga. Kumbang dan lebah mungkin merupakan
Universitas Gadjah Mada
penyerbuk tanaman yang sangat penting. Ngengat dan kupu-kupu juga mampu melakukan penyerbukan. Cacing tanah dapat memperbaiki aerasi dan drainase tanah sehingga dapat memperbaiki pertumbuhan tanaman. Hewan-hewan kecil dan besar juga sangat mempengaruhi kehidupan tanaman karena hewan-hewan mengkonsumsi tanaman sebagai pakannya. Tanaman pertanian yang terdapat di dekat habitat hewan-hewan tersebut akan mengalami kerusakan besar apabila tidak dilakukan pengendalian/ perlindungan. 4. Faktor fisiografik Lapisan geologi dan topografi sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Lapisan geologi: macam/jenis lapisan geologik tidak hanya mempengaruhi jenis batuan induk yang membentuk tanah, tetapi juga mempengaruhi macam tanaman yang dapat dibudidayakan. Topografi: sifat atau keadaan alam permukaan tanah dikenal sebagai faktor topografi, yaitu meliputi: a. ketinggian tempat b. keterjalan kemiringan c. kemiringan yang terkena cahaya dan angin d. arah rentetan pegunungan. Faktor topografi berpengaruh pada kehidupan tanaman oleh adanya modifikasi iklim dan faktor tanah suatu tempat. ad a. Ketinggian tempat. Ketinggian tempat biasanya berhubungan dengan: 1) penurunan suhu 2) peningkatan presipitasi 3) peningkatan kecepatan angin Telah diketahui bahwa kenaikan tinggi tempat per 1000 m akan menurunkan suhu 6-7°C kecuali pada lembah dan dataran rendah. Peningkatan presipitasi dan kekuatan angin mempengaruhi keadaan alam tanah dan vegetasi. Bahan organik meningkat dan kandungan nitrogen serta keasaman tanah. Di pegunungan terjadi perubahan suhu sesuai dengan ketinggan tempat, memberikan pola sonasi (pengelompokan) vegetasi tertentu seperti halnya urutan vegetasi yang dijumpai dari daerah equator ke kutub. ad b. Keterjalan kemiringan. Kemiringan yang terjal mempercepat run-
Universitas Gadjah Mada
off setelah hujan. Hal ini menurunkan kandungan lengas tanah. Di samping tanah menjadi tidak stabil juga akan menyebabkan terjadinya erosi, humus tidak dapat terakumulasi sehingga batuan gundul akan nampak. Keadaan ini tidak dapat digunakan untuk meningkatkan hasil tanaman. Oleh karena itu perlu dilakukan konservasi tanah. ad c. Kemiringan yang terkena cahaya dan angin. Lereng gunung mendapat/terkena intensitas cahaya yang rendah/lemah dan tiupan angin yang kuat, sebagaimana halnya di lereng bagian utara di daerah temperate dan pegunungan Himalaya tanaman sulit/kurang untuk mendapatkan cahaya dan kelembaban. Hal sama dijumpai pada kemiringan bagian barat daerah pegunungan Tamil Nadu didapatkan tanaman yang rusak karena angin. ad d. Arah deretan pegunungan. Pembagian curah hujan di seluruh negara selama musim hujan ditentukan oleh arah rentetan pegunungan. Pola hujan sangat mempengaruhi type atau jenis tanaman yang dibudidayakan dengan kondisi kering dan tanah yang berbeda. 5. Faktor antrofik Manusia telah menghasilkan banyak perubahan tanaman di lingkungan/ sekitarnya. Pengaruh perbaikan oleh pemulia tanaman telah meningkatkan hasil tanaman, introduksi tanaman dari luar negeri sangat mempengaruhi pertumbuhan tanaman. Keberhasilan pertanian tidak hanya tergantung pada pengetahuan fisik, kimia, dan biologis tanah yang baik, tetapi bahan tanah dan pengelolaannya. Hal yang paling penting hams diperhatikan dalam budidaya tanaman adalah hubungan antara tanah dan tanaman yang akan dibudidayakan. Walaupun masalah pengelolaan tanah sangat berbeda dengan keadaan alam tanah, keadaan iklim dan jenis tanaman yang akan dibudidayakan, masih merupakan faktor dasar yang hams dikuasai dalam praktek pengelolaan tanah di manapun. Pengelolaan tanah yang baik hams didasarkan pada petunjuk sebagai berikut: a. memilih tanaman yang tepat pada tanah tertentu b. memelihara tanah sehingga sesuai untuk pertumbuhan tanaman c. meningkatkan kemampuan produktivitas tanah d. merekomendasikan metode pertanian yang menguntungkan secara ekonomi. Pengetahuan tanah dan praktek pengelolaan tanaman sangat berpengaruh pada peningkatan hasil tanaman.
Universitas Gadjah Mada