II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Persepsi
2.1.1
Definisi persepsi Persepsi merupakan pengalaman tentang objek, peristiwa atau hubungan yang
diperoleh dengan menyimpulkan informasi dan penafsiran peran. Setiap orang memiliki pengalaman yang berbeda-beda, maka persepsinya pun berbeda-beda pula terhadap stimulus yang diterimanya, meskipun dengan objek yang sama (Rakhmat, 1992). Persepsi merupakan proses akhir dari pengamatan yang diawali oleh proses pengindraan, yaitu proses diterimnya stimulus oleh alat indra, lalu diteruskan ke otak, dan baru kemudian individu menyadari tentang sesuatu yang dipersepsikan (Sunaryo, 2004). Gibson (1992) menjelaskan bahwa, “persepsi merupakan proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu”. Hal tersebut menyebabkan munculnya perbedaan persepsi pada setiap orang yang melihat barang yang sama. Hal tersebut sesuai dengan pendapat Gibson dan Hodgetts yang menyatakan bahwa persepsi merupakan pandangan individu terhadap sebuah realitas. “Mungkin persepsinya terbentuk dari kumpulan berbagai faktor, yaitu pengalaman masa lalu, kesopanan terhadap pesan dan si pembawa pesan, kemampuan mental seperti kepandaian dan kemampuan berkomunikasi secara lisan maupun tulisan”. Sedangkan menurut kamus besar Bahasa Indonesia (2005) persepsi didefinisikan sebagai tanggapan atau penerimaan langsung dari sesuatu, atau merupakan proses seseorang untuk mengetahui beberapa hal melalui panca
11
12
inderanya. Jadi secara umum, persepsi dapat diartikan sebagai proses pemilihan, pengelompokan dan penginterprestasian berdasarkan pengalaman tentang peristiwa yang diperoleh melalui panca inderanya untuk menyimpulkan informasi dan menafsirkan pesan. 2.1.2
Jenis-jenis persepi Terdapat dua jenis persepsi, yaitu External Perception, yaitu persepsi yang
terjadi karena adanya rangsangan yang datang dari luar diri individu dan Self Perception, yaitu persepsi yang terjadi karena adanya rangsangan yang berasal dari dalam diri individu. Dalam hal ini yang menjadi objek adalah dirinya sendiri. Dengan persepsi, individu dapat menyadari dan dapat mengerti tentang keadaan lingkungan yang ada di sekitarnya maupun tentang keadaan diri individu (Sunaryo, 2004). 2.1.3
Proses terjadinya persepsi Miftah Thoha (2003) menyatakan, proses terbentuknya persepsi seseorang
didasari pada beberapa tahapan, berikut ini. 1. Stimulus atau Rangsangan Terjadinya persepsi diawali ketika seseorang dihadapkan pada suatu stimulus atau rangsangan yang hadir dari lingkungannya. Maksud dari stimulus (rangsangan) itu sendiri adalah setiap masukan atau input yang dapat ditangkap oleh indera.
13
2. Registrasi Dalam proses registrasi, suatu gejala yang nampak adalah mekanisme fisik yang berupa penginderaan dan saraf seseorang berpengaruh melalui alat indera yang dimilikinya. 3. Interpretasi Merupakan suatu aspek kognitif dari persepsi yang sangat penting yaitu proses memberikan arti kepada stimulus yang diterimanya. Proses interpretasi bergantung pada cara pendalamannya, motivasi dan kepribadian seseorang. 4. Umpan Balik (feed back) Setelah melalui proses interpretasi, informasi yang sudah diterima dipersepsikan oleh seseorang dalam bentuk umpan balik terhadap stimulus. Menurut Sunaryo (2004) proses terjadinya persepsi melalui tiga proses yaitu proses fisik, proses fisiologis dan proses psikologis. Proses fisik berupa objek menimbulkan stimulus, lalu stimulus mengenai alat indera atau reseptor. Proses fisiologis berupa stimulus yang diterima oleh indera diteruskan oleh saraf sensoris ke otak. Sedangkan proses psikologis berupa proses dalam otak sehingga individu menyadari stimulus yang diterima. 2.1.4
Faktor-faktor yang memengaruhi persepsi Proses terbentuknya persepsi sangat kompleks, dan ditentukan oleh dinamika
yang terjadi dalam diri seseorang ketika ia mendengar, mencium, melihat, merasa,
14
atau bagaimana dia memandang suatu obyek dalam melibatkan aspek psikologis dan panca inderanya. Menurut Krech dan Crutcfield (Rakhmat, 2003) membagi faktor-faktor yang menentukan persepsi dibagi menjadi dua yaitu faktor fungsional dan faktor struktural. 1. Faktor Fungsional Faktor fungsional adalah faktor yang berasal dari kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lain yang termasuk apa yang kita sebut sebagai faktor-faktor personal. Faktor fungsional yang menentukan persepsi adalah obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. 2. Faktor Struktural Faktor struktural adalah faktor-faktor yang berasal semata-mata dari sifat stimulus fisik terhadap efek-efek syaraf yang ditimbulkan pada sistem saraf individu. Faktor-faktor struktural yang menentukan persepsi menurut teori Gestalt bila kita ingin memahami suatu peristiwa kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah tetapi memandangnya dalam hubungan keseluruhan. Menurut Toha (2003), faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi dibagi menjadi dua, sebagai berikut. (1) faktor internal adalah
perasaan, sikap dan
kepribadian individu, prasangka, keinginan atau harapan, perhatian (fokus), proses belajar, keadaan fisik, gangguan kejiwaan, nilai dan kebutuhan juga minat, dan motivasi, dan (2) faktor eksternal adalah latar belakang keluarga, informasi yang diperoleh, pengetahuan dan kebutuhan sekitar, intensitas, ukuran, keberlawanan, pengulangan gerak, hal-hal baru dan familiar atau ketidak asingan suatu objek.
15
2.2
Aparatur Pemerintah Daerah Aparatur
adalah
aspek-aspek
administrasi
yang
diperlukan
dalam
penyelenggaraan pemerintahan atau Negara, sebagai alat untuk mencapai tujuan nasional. Aspek organisasi itu terutama pengorganisasian atau kepegawaian (Soewarno, 1982). Pendapat tersebut mengemukakan bahwa aparatur merupakan aspek-aspek administrasi yang diperlukaan oleh pemerintah dalam penyelenggaran pemerintahan atau Negara. Pemerintah daerah adalah Gubernur, Bupati, atau Walikota, dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah. Dewan Perwakilan Rakyat Daerah yang selanjutnya disebut DPRD adalah lembaga perwakilan rakyat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah (UU RI No. 32 Tahun 2004). Pegawai negeri adalah pegawai yang telah memenuhi syarat yang ditentukan, diangkat oleh pejabat yang berwenang dan diserahi tugas dalam suatu jabatan negeri, atau diserahi tugas negara lainnya, dan digaji berdasarkan peraturan perundangundangan yang berlaku. Sarwono
(1982),
menjelaskan
bahwa
aparatur
adalah
aspek-aspek
administrasi yang diperlukan dalam penyelenggaraan pemerintahan atau Negara, sebagai alat untuk mencapai tujuan nasional. Aspek organisasi itu terutama pengorganisasian atau kepegawaian. Aparatur merupakan salah satu faktor yang sangat penting dalam suatu lembaga pemerintahan disamping faktor lainnya seperti uang, alat-alat yang berbasis teknologi. Oleh sebab itu, sumber daya aparatur harus
16
dikelola dengan baik untuk meningkatkan efektifitas dan efisiensi organisasi pemerintahan untuk mewujudkan profesional pegawai dalam melakukan pekerjaan. Pendapat tersebut mengemukakan bahwa aparatur merupakan suatu aspekaspek admisistrasi yang diperlukan oleh pemerintah dalam menyelengarakan suatu pemerintahan atau negara dalam mencapai tujuan nasional. Aspek dari organisasi aparatur
adalah
pengorganisasian
dan
kepegawaian
di
lingkungan
kerja
organisasinya. Kegiatan penyuluhan pertanian merupakan kegiatan yang dilaksanakan oleh sebuah organisasi pemerintahan ataupun swasta. Atas dasar tersebut aparatur pemerintah daerah atau SKPD dari organisasi yang bersangkutan ataupun berkaitan dengan kegiatan penyuluhan pertanian di tingkat kabupaten/kota yaitu BP4K (Badan Pelaksana Penyuluhan Pertanian Perikanan dan Kehutanan, Dinas Pertanian dan Perkebuanan, Dinas Peternakan dan Perikanan, dan Dinas Kehutanan adalah aspek administrasi yang penting dalam keberlangsungan kegiatan penyuluhan pertanian. Dalam penelitian ini aparatur pemerintah tersebut menjadi responden yang memberikan persepsi terhadap kegiatan penyuluhan pertanian. Adapun aparatur pemerintah yang menjadi responden adalah yang memiliki tingkat jabatan tertinggi dalam sebuah organisasi pemerintahan (top manager dan middle manager). Kepala Badan/Kepala Dinas, Sekretaris, dan Kepala Bidang dalam organisasi pemerintahan tersebut adalah aparatur pemerintah yang memiliki tingkat jabatan tertinggi dalam sebuah organisasi pemerintahan.
17
2.3
Pembangunan Pertanian Pembangunan pertanian dapat didefinisikan sebagai suatu proses perubahan
sosial. Implementasinya tidak hanya ditujukan untuk meningkatkan status dan kesejahteraan
petani
semata,
tetapi
sekaligus
juga
dimaksudkan
untuk
mengembangkan potensi sumberdaya manusia baik secara ekonomi, sosial, politik, budaya, lingkungan, maupun melalui perbaikan (improvement), pertumbuhan (growth) dan perubahan (change) (Iqbal, dkk, 2008). Dalam literatur klasik pembangunan pertanian karya Arthur Mosher yang berjudul “Getting Agriculture Moving” dijelaskan secara sederhana tentang syarat pokok dan syarat pelancar dalam pembangunan pertanian. Syarat pokok pembangunan pertanian meliputi (1) adanya pasar untuk hasil-hasil usahatani, (2) teknologi yang senantiasa berkembang, (3) tersedianya bahan-bahan dan alat-alat produksi secara lokal, (4) adanya perangsang produksi bagi petani, dan (5) tersedianya pengangkutan yang lancar dan kontinyu. Adapun syarat yang mendorong kelancaran pembangunan pertanian meliputi (1) pendidikan pembangunan, (2) kredit produksi, (3) kegiatan gotong royong petani, (4) perbaikan dan perluasan tanah pertanian, dan (5) perencanaan nasional pembangunan pertanian. Rekomendasi yang disampaikan Mosher ini diterapkan pada beberapa negara berkembang termasuk Indonesia. Pembangunan pertanian di Indonesia mempunyai peranan yang sangat penting dalam perekonomian bangsa. Sektor pertanian telah berperan dalam pembentukan PDB, perolehan devisa, penyediaan pangan dan bahan baku industri, penciptaan
18
kesempatan kerja, dan peningkatan pendapatan masyarakat. Sektor pertanian mempunyai efek pengganda (multiplier effect) yang besar melalui peningkatan inputoutput-outcome antar industri, konsumsi dan investasi. Hal ini terjadi secara nasional maupun regional karena keunggulan komparatif sebagian besar wilayah Indonesia adalah di sektor pertanian (Departemen Pertanian, 2005). Menurut Suhendra (2004) di banyak Negara, sektor pertanian yang berhasil merupakan prasyarat bagi pembangunan sektor industri dan jasa. Para perencana pembangunan Indonesia pada awal masa pemerintahan Orde Baru menyadari fakta tersebut, sehingga pembangunan jangka panjang dirancang secara bertahap. Pada tahap pertama, pembangunan dititikberatkan pada pembangunan sektor pertanian dan industri penghasil sarana produksi pertanian. Pada tahap kedua, pembangunan dititikberatkan pada industri pengolahan penunjang pertanian (agroindustri) yang selanjutnya secara bertahap dialihkan pada pembangunan industri mesin dan logam. Rancangan pembangunan seperti demikian, diharapkan dapat membentuk struktur perekonomian Indonesia yang serasi dan seimbang, tangguh menghadapi gejolak internal dan eksternal. Ada sejumlah peran sektor pertanian dalam pembangunan ekonomi suatu negara juga yang disampaikan oleh Meier (1995) sebagai berikut: (1) dengan mensuplai makanan pokok dan bahan baku bagi sektor lain dalam ekonomi yang berkembang, (2) dengan menyediakan surplus yang dapat diinvestasikan dari tabungan dan pajak untuk mendukung investasi pada sektor lain yang berkembang, (3) dengan membeli barang konsumsi dari sektor lain, sehingga akan meningkatkan
19
permintaan dari penduduk perdesaan untuk produk dari sektor yang berkembang, dan (4) dengan menghapuskan kendala devisa melalui penerimaan devisa dengan ekspor atau dengan menabung devisa melalui substitusi impor. 2.4
Penyuluhan Ban (1999) menyatakan bahwa penyuluhan
merupakan keterlibatan
seseorang untuk melakukan komunikasi informasi secara sadar dengan tujuan membantu sesamanya memberikan pendapat sehingga bisa membuat keputusan yang benar. Syamsudin (1986) menyatrakan bahwa penyuluhan dapat pula diartikan sebagai suatu sistem pendidikan non formal yang bersifat praktis untuk petani dan keluarganya di pedesaan, dengan metode belajar sambil berbuat (learning by doing). Menurut Undang-undang Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan: ”penyuluhan adalah proses pembelajaran bagi pelaku utama serta pelaku usaha agar mereka mau dan mampu menolong dan mengorganisasikan dirinya dalam mengakses informasi pasar, teknologi, permodalan, dan sumberdaya lainnya, sebagai upaya untuk meningkatkan produktivitas, efisiensi usaha, pendapatan, dan kesejahteraannya, serta meningkatkan kesadaran dalam pelestarian fungsi lingkungan hidup”. Berdasarkan pengertian tersebut penyuluhan memegang peran strategis terhadap peningkatan kesejahteraan dan partisipasi pelaku utama dalam pembangunan daerah dan nasional (BPKP, 2006).
20
2.5
Penyuluhan Pertanian Penyuluhan pertanian menurut Mardikanto (1993) dapat diartikan sebagai
sebagai proses penyebarluasan informasi yang berkaitan dengan upaya perbaikan cara-cara bertani dan berusaha tani demi tercapainya peningkatan produktivitas, pendapatan petani dan perbaikan kesejahteraan keluarga/masyarakat yang diupayakan melalui kegiatan pembangunan pertanian. Penyuluhan Pertanian adalah suatu upaya untuk terciptanya iklim yang kondusif guna membantu petani beserta keluarga agar dapat berkembang menjadi dinamis serta mampun untuk memperbaiki kehidupan dan penhidupannya dengan kekuatan sendiri dan pada akhirnya mampu menolong dirinya sendiri (Soeharto, 2005). Sedangkan Salim (2005) menyatakan bahwa penyuluhan pertanian adalah upaya pemberdayaan petani dan keluarganya beserta masyarakat pelaku agribisnis melalui kegiatan pendidikan non formal dibidang pertanian, dan agar mampu menolong dirinya sendiri baik dibidang ekonomi, social maupun politik, sehingga meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka dapat dicapai. 2.5.1
Tujuan Penyuluhan Pertanian Dalam penyuluhan pertanian ada dua tujuan yang akan dicapai yaitu : tujuan
jangka pendek dan tujuan jangka panjang. Tujuan jangka pendek adalah hanya menumbuhkan perubahan-perubahan yang lebih terarah pada usaha tani yang meliputi: perubahan pengetahuan, kecakapan, sikap dan tindakan petani. Tujuan
21
jangka panjang yaitu meningkatkan taraf hidup dan meningkatkan kesejahteraan petani. Tujuan penyuluhan pertanian adalah dalam rangka menghasilkan SDM pelaku pembangunan pertanian yang kompeten sehingga mampu mengembangkan usaha pertanian yang tangguh, bertani lebih baik (better farming), berusaha tani lebih menguntungkan (better bussines), hidup lebih sejahtera (better living) dan lingkungan lebih sehat. Penyuluhan pertanian dituntut agar mampu menggerakkan masyarakat, memberdayakan petani-nelayan, pengusaha pertanian dan pedagang pertanian, serta mendampingi petani untuk (1) membantu menganalisis situasi-situasi yang sedang mereka hadapi dan melakukan perkiraan ke depan, (2) membantu mereka menemukan masalah, (3) membantu mereka memperoleh pengetahuan/informasi guna memecahkan masalah, (4) membantu mereka mengambil keputusan, dan (5) membantu mereka menghitung besarnya risiko atas keputusan yang diambilnya. 2.5.2
Peran Penyuluhan Pertanian Mardikanto (1992) menguraikan peran penyuluhan sebagai berikut: menjadi
penyampai inovasi, mempengaruhi keputusan sasaran, menjadi jembatan penghubung pemerintah dan lembaga penyluhan dengan petani, serta menggerakkan masyarakat untuk mau berubah. Beberapa ahli juga menguraikan peran penyuluhan pertanian, yaitu; sebagai guru, penganalisis, penasihat, dan sebagai organisator (Mosher, 1968), sebagai
22
pengembang kebutuhan perubahan, penggerak perubahan dan pemantap hubungan dengan masyarakat petani (Lippit, 1956). Berdasarkan amanat Undang-Undang Nomor 16 tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, penyuluhan pertanian sangat perlu dilakukan (a)
karena
memfasilitasi
penyuluhan proses
pertanian
pembelajaran
tersebut pelaku
dapat
utama
dan
berfungsi
untuk
pelaku
usaha,
(b) mengupayakan kemudahan akses pelaku utama dan pelaku usaha ke sumber informasi, teknologi, dan sumber daya lainnya agar mereka dapat mengembangkan usahanya,
(c)
meningkatkan
kemampuan
kepemimpinan,
manajerial,
dan
kewirausahaan pelaku utama dan pelaku usaha, (d) membantu pelaku utama dan pelaku usaha dalam menumbuhkembangkan organisasinya menjadi organisasi ekonomi yang berdaya saing tinggi, produktif, menerapkan tata kelola berusaha yang baik, dan berkelanjutan, (e) membantu menganalisis dan memecahkan masalah serta merespon peluang dan tantangan yang dihadapi pelaku utama dan pelaku usaha dalam mengelola usaha, (f) menumbuhkan kesadaran pelaku utama dan pelaku usaha terhadap kelestarian fungsi lingkungan, dan (g) melembagakan nilai-nilai budaya pembangunan pertanian, perikanan, dan kehutanan yang maju dan modern bagi pelaku utama secara berkelanjutan. 2.6
Faktor-Faktor Penentu Kegiatan Penyuluhan Pertanian Dalam setiap proses manajemen organisasi akan selalu melibatkan berbagai
sarana manajemen, menurut Harrington Emerson (Phiffner John F, etc ,1960) manajemen mempunyai lima unsur (5M) sebagai sarana manajemen, yaitu istilah
23
yang merujuk pada faktor produksi utama yang dibutuhkan oleh suatu organisasi agar dapat beroperasi secara maksimal. Dalam bahasa Inggris biasa dikenal dengan istilah Model 5 M. Kegiatan Penyuluhan Pertanian merupakan kegiatan yang dilakukan sebuah organisasi pemerintahan ataupun swasta. Berdasarkan pernyataan di atas kegiatan penyuluhan pertanian untuk mencapai keberhasilan dalam pelaksanaannya diperlukan proses manajemen yang melibatkan faktor produksi utama atau faktor penentu dalam keberhasilannya yang dilihat dari model 5M, adapun unsur-unsur dalam model 5M adalah man (SDM kegiatan penyuluhan pertanian), machines (alat-alat kegiatan penyuluhan pertanian), money (pembiayaan kegiatan penyuluhan pertanian), method (metode/prosedur kegiatan penyuluhan pertanian), dan materials (materi kegiatan penyuluhan pertanian). 2.6.1
Man (SDM kegiatan penyuluhan pertanian) Sumber daya manusia merupakan asset organisasi yang sangat vital, karena
itu peran dan fungsinya tidak bisa digantikan oleh sumber daya lainnya. Betapapun modern teknologi yang digunakan, atau seberapa banyak dana yang disiapkan, namun tanpa sumber daya manusia yang professional semuanya menjadi tidak bermakna (Tjutju, 2008). Eksistensi sumber daya manusia dalam kondisi lingkungan yang terus berubah tidak dapat dipungkiri, oleh karena itu dituntut kemampuan beradaptasi yang tinggi agar mereka tidak tergilas oleh perubahan itu sendiri. Sumber daya manusia
24
dalam organisasi harus senantiasa berorientasi terhadap visi, misi, tujuan dan sasaran organisasi di mana dia berada di dalamnya (Tjutju, 2008). Untuk mencapai visi, misi, dan tujuan tersebut tentu SDM tersebut harus mempunyai nilai kompetensi, karakteristik kompentensi menurut Spencer and spencer (1993) ada lima karakteristik kompentensi sebagai berikut. (1) Motif (motive), apa yang secara konsisten dipikirkan atau keinginan-keinginan yang menyebabkan melakukan tindakan. Apa yang mendorong, perilaku yang mengarah dan dipilih terhadap kegiatan atau tujuan tertentu, (2) Sifat/ciri bawaan (trait), ciri fisik dan reaksi-reaksi yang bersifat konsisten terhadap situasi atau informasi, (3) Konsep diri (self concept), sikap, dan nilai dari orang-orang, (4) Pengetahuan (knowledge), yaitu suatu informasi yang dimiliki seseorang pada bidang yang spesifik. Pengetahuan merupakan kompetensi yang kompleks. Biasanya tes pengetahuan mengukur kemampuan untuk memilih jawaban yang paling benar, tapi tidak bisa melihat apakah seseorang dapat melakukan pekerjaan berdasarkan pengetahuan yang dimilikinya itu, dan (5) Keterampilan (skill), kemampuan untuk mampu melaksanakan tugas-tugas fisik dan mental tertentu. Walaupun demikian agar peran sumber daya manusia tersebut dapat sinkron dengan visi, misi, tujuan dan harapan organisasi maka manusia sebagai selah satu sumber daya harus dapat melakukan penyesuaian terhadap perkembangan organisasi yang semakin kompetitif. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk mengantisipasi dan merespon perubahan tersebut, menurut (Tjutju, 2008) ada empat strategi utama untuk
melakukan
perubahan,
dengan
melakukan
beberapa
hal
berikut.
25
(1) pengendalian diri secara lebih baik dengan disertai kearifan, (2) beradaptasi dengan perubahan yang terjadi sambil mengubah paradigma berfikir dan bertindak, (3) komunikasi yang efektif untuk membangun kepercayaan dan mengembangkan networking, dan (4) penyelarasan atau menyeimbangkan antara kematangan IQ,EQ dan ESQ. Dengan strategi tersebut, sekurang-kurangnya sumber daya manusia dalam organisasi akan melakukan upaya untuk menyesuaikan diri dengan tuntutan global yang cenderung bersifat tanpa batas. Dalam kegiatan penyuluhan pertanian SDM yang terlibat dalam kegiatan tersebut adalah petani, penyuluh, aparatur pemerintah dinas pemerintahan yang terkait (BAKORLUH, BP4K, Dinas Pertanian dan Perkebunan, Dinas Peternakan dan Perikanan, dan Dinas Kehutanan). Penyuluh Pertanian adalah perorangan yang melakukan kegiatan penyuluhan pertanian. Dilihat dari jabatan fungsionalnya, maka ada beberapa definisi dari tenaga penyuluh pertanian di antaranya (1) penyuluh pertanian Pegawai Negeri Sipil adalah Pegawai Negeri Sipil yang diberi tugas, tanggung jawab, wewenang, dan hak secara penuh oleh pejabat yang berwenang pada satuan organisasi lingkup pertanian untuk melakukan kegiatan penyuluhan pertanian, (2) penyuluh pertanian swakarsa adalah petani yang berhasil dalam usahataninya yang dengan kesadarannya sendiri mau dan mampu menjadi penyuluh pertanian, dan (3) penyuluh pertanian swasta adalah perorangan yang berasal dari dunia usaha bidang pertanian dan masyarakat lainnya yang melakukan kegiatan penyuluhan pertanian (Deptan, 2006).
26
Kartasapoetra (1994) menjelaskan peran penyuluh yang sangat penting bagi terwujudnya pembangunan pertanian modern yaitu pembangunan pertanian berbasis rakyat. Peran penyuluh tersebut adalah (1) sebagai peneliti, mencari masukan terkait dengan ilmu dann teknologi, penyuluh menyampaikan, mendorong, mengarahkan, dan membimbing petani mengubah kegiatan usahatani dengan memanfaatkan ilmu dan teknologi. (2) sebagai pendidik, yang meningkatkan pengetahuan atau memberi informasi kepada petani, penyuluh harus menimbulkan semangat dan kegairahan kerja para petani agar dapat mengelola usahataninya secara lebih efektif, efisien, dan ekonomis, (3) sebagai penyuluh, menimbulkan sikap keterbukaan bukan paksaan, penyuluh berperan serta dalam meningkatkan tingkat kesejahteraan hidup para petani beserta keluarganya. Dapat dilihat bahwa peran penyuluh sangat berat yang mengharuskannya memiliki kemampuan tinggi, oleh karena itu, kualitas diri penyuluh harus terus ditingkatkan sehingga selalu mampu berperan dalam memberikan penyuluhan dan mewujudkan pembangunan pertanian. Sedangkan, peran petani dalam kegiatan penyuluhan sangat penting diantaranya berpartisipasi dalam program penyuluhan, menjalankan latihan sampai mereka bisa menerapkan teknologi/inovasi (feed back), memberi saran, melengkapi program, berpartisipasi bersama-sama antara petani, wakil dan agen penyuluhan membuat proposal dan pembagian kerja sehingga masing-masing dapat bekerja secara maksimal.
27
Petani merupakan unsur penting dari sistem penyuluhan pertanian, keberadaannya menjadi sama penting dengan unsur lain karena bisa ikut menentukan keberhasilan penyuluhan pertanian. Salah satu peran petani dalam sistem penyuluhan pertanian
adalah
keikutsertaan
(partisipasi)
petani
dalam
penyelenggaraan
penyuluhan pertanian. Santoso dkk (2003) melaporkan salah satu hasil penelitiannya bahwa agar adopsi teknologi dapat berlanjut, maka diperlukan kesadaran dan partisipasi petani. Menurut Wijianto (2008) partisipasi adalah keikutsertaan seseorang atau sekelompok anggota dalam suatu kegiatan. Menurut Wardojo (1992) sebagai bentuk kegiatan, partisipasi masyarakat dalam pembangunan mencakup partisipasi dalam
pembuatan
keputusan,
perencanaan
kegiatan,
pelaksanaan
kegiatan,
pemantauan dan evaluasi kegiatan, serta pemanfaatan hasil pembangunan. Sehingga perlu diketahui keberhasilan penyuluhan dari presfektif sasaran (petani). 2.6.2
Machines (sarana dan prasarana kegiatan penyuluhan pertanian) Undang Undang No.16 Tahun 2006 menetapkan bahwa untuk meningkatkan
kapasitas kelembagaan penyuluhan dan kinerja penyuluh, diperlukan sarana dan prasarana yang memadai agar penyuluhan dapat diselenggarakan dengan efektif dan efisien. Sarana dan prasarana tersebut disediakan oleh pemerintah, pemerintah daerah, kelembagaan penyuluhan swasta, dan kelembagaan penyuluhan swadaya. Adapun yang disebut dengan prasarana penyuluhan pertanian yaitu fasilitas untuk mendukung pelaksanaan penyuluhan pertanian yang meliputi antara lain bangunan, lahan percontohan; sedangkan sarana penyuluhan pertanian yaitu alat-alat bantu penyuluhan pertanian antara lain transportasi, alat peraga dan alat komunikasi.
28
Kartasapoetra (1991) mengemukakan bahwa sarana dan fasilitas penyuluhan pertanian yang perlu dimantapkan meliputi bangunan, tanah sawah atau daratan, mobilitas, serta perlengkapan penyuluhan. Guna menunjang kelancaran pelaksanaan penyuluhan tentunya diperlukan bangunan yang memadai, baik bagi Balai Teknologi Pertanian (BTP) maupun Balai Penyuluhan Pertanian (BPP). Dalam artian memadai ini terutama perlengkapannya. Jenis-jenis bangunan yang diutamakan adalah gedung perkantoran, ruangan pertemuan atau ruangan latihan dan kursus serta pergudangan untuk menyimpan alat-alat yang diperlukan. Guna menunjang kelancaran kegiatan penyuluhan kepada para petani diperlukan pula alat-alat transportasi yang memadai, terutama bagi wilayah-wilayah yang letaknya jauh. Memadai dalam hal ini hendaknya diartikan sesuai dengan kebutuhan dan keadaan lapang. Dengan tersedianya alat-alat transportasi ini selain datangnya penyuluh ke tempat tujuan tidak terlalu menyita tenaga juga akan menjamin kehadirannya tepat pada waktu yang ditentukan. Pelaksanaan penyuluhan kepada para petani di pedesaan memerlukan alat-alat perlengkapan penyuluhan. Alat-alat tersebut meliputi flipchart, bahan-bahan bacaan berupa leaflet, brosur, buku-buku pertanian, dan percontohan-percontohan berupa monster, speciman, dan sebagainya; radio, tape recorder, batery dan sebagainya. 2.6.3
Money (pembiayaan dalam kegiatan penyuluhan pertanian) Unsur pembiayaan, di dalam kegiatan penyuluhan diperlukan untuk hal-hal
berikut. (1) Biaya personil (gaji, upah, tunjangan, intensif, dan lain-lain), (2) pengadaan perlengkapan (alat bantu dan alat peraga penyuluhan), (3) Biaya
29
operasional (pembuatan/perbanyakan/penyebarluasan materi penyuluhan, biaya perjalanan, dan lain-lain), (4) biaya manajemen (kantor, perlengkapan, sarana transportasi, pos dan telekomunikasi, alat tulis/kantor, dan lain-lain), dan (5) biaya operasional
dan
pemeliharaan
(kantor,
sarana
kantor,
sarana
transportasi,
perlengkapan penyuluhan, dan lain-lain), Mardikanto (2009). Undang-Undang No.16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan menyebutkan bahwa sumber pembiayaan untuk penyuluhan disediakan oleh APBN, APBD baik provinsi maupun kabupaten/kota, baik secara sektoral maupun lintas sektoral, maupun sumber-sumber lain yang sah dan tidak mengikat, pembiayaan penyuluhan yang berkaitan dengan tunjangan jabatan fungsional dan profesi, biaya operasional penyuluh PNS, serta sarana dan prasarana
bersumber
dari
APBN,
sedangkan
pembiayaan
penyelenggaraan
penyuluhan di provinsi, kabupaten/kota, kecamatan, dan desa bersumber dari APBD yang jumlah dan alokasinya disesuaikan dengan program penyuluhan. Unsur pembiayaan lain yang dapat mendukung kegiatan penyuluhan pertanian adalah pembiayaan dari pihak swasta seperti CSR (Corporate Social Responsibility). CSR adalah suatu konsep atau tindakan yang dilakukan oleh perusahaan sebagai rasa tanggung jawab perusahaan terhadap social maupun lingkungan sekitar dimana perusahaan itu berada, seperti melakukan suatu kegiatan yang dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat sekitar dan menjaga lingkungan, memberikan beasiswa untuk anak tidak mampu di daerah tersebut, dana untuk pemeliharaan fasilitas umum, sumbangan untuk membangun desa/fasilitas masyarakat yang bersifat sosial dan
30
berguna untuk masyarakat banyak, khususnya masyarakat yang berada di sekitar perusahaan tersebut berada. 2.6.4
Method (metode/prosedur kegiatan penyuluhan pertanian) Metode Penyuluhan Pertanian adalah cara penyampaian materi (isi pesan)
penyuluhan pertanian oleh penyuluh pertanian kepada petani beserta anggota keluarganya baik secara langsung maupun tidak langsung agar mereka tahu, mau dan mampu menggunakan inovasi baru. Metode penyuluhan pertanian erat kaitannya dengan metode belajar oranag dewasa (andragogy). Penyuluh, yang menjalankan tugas utamanya sebagai pendidik, pengajar dan pendorong, selalu berhubungan dengan sasaran penyuluhan yang biasanya adalah para petani, peternak, dan nelayan dewasa. Menurut Van den Ban dan Hawkins (1999), pilihan seorang agen penyuluhan terhadap satu metode atau teknik penyuluhan sangat tergantung kepada tujuan khusus yang ingin dicapainya dan situasi kerjanya. Mengingat beragamnya metode penyuluhan yang dapat digunakan dalam kegiatan penyuluhan, maka perlu diketahui penggolongan metode penyuluhan menurut jumlah sasaran yang hendak dicapai. Berdasarkan pendekatan sasaran yang ingin dicapai, penggolongan metode terbagi menjadi tiga yakni metode berdasarkan pendekatan perorangan, kelompok, dan massal. 1. Metode berdasarkan pendekatan perorangan Metode pendekatan perorangan, penyuluh berhubungan secara langsung maupun tidak langsung dengan sasarannya secara perorangan. Metode perorangan
31
atau personal approach menurut Kartasaputra (Setiana, 2005), sangat efektif digunakan dalam penyuluhan karena sasaran dapat secara langsung memecahkan masalahnya dengan bimbingan khusus dari penyuluh. Adapun jika dilihat dari segi jumlah sasaran yang ingin dicapai, metode ini kurang efektif karena terbatasnya jangkauan penyuluh untuk mengunjungi dan membimbing sasaran secara individu. Metode pendekatan individu akan lebih tepat digunakan dalam mendekati tokohtokoh masyarakat yang berpengaruh ataupun pada golongan petani atau peternak yang menjadi panutan masyarakat setempat. Menurut Ban dan Hawkins (1999), metode pendekatan perorangan pada hakikatnya adalah paling efektif dan intensif dibanding metode lainnya, namun karena berbagai kelemahan di dalamnya, maka pendekatan ini jarang diterapkan pada program-program penyuluhan yang membutuhkan waktu yang relatif cepat. Termasuk dalam metode pendekatan perorangan atau personal approach, antara lain: kunjungan rumah, kunjungan ke lokasi atau lahan usaha tani, surat menyurat, hubungan telepon, kontak informal, magang, dan lain sebagainya. 2. Metode berdasarkan pendekatan kelompok Metode pendekatan kelompok, penyuluh berhubungan dengan sasaran penyuluhan secara kelompok. Metode pendekatan kelompok atau group approach menurut Kartasaputra (Setiana, 2005) cukup efektif, dikarenakan petani atau peternak dibimbing dan diarahkan secara kelompok untuk melakukan sesuatu kegiatan yang lebih produktif atas dasar kerja sama. Dalam pendekatan kelompok banyak manfaat yang dapat diambil, di samping dari transfer teknologi informasi juga terjadinya tukar
32
pendapat dan pengalaman antar sasaran penyuluhan dalam kelompok yang bersangkutan. Metode kelompok pada umumnya berdaya guna dan berhasil guna tinggi. Metode ini lebih menguntungkan karena memungkinkan adanya umpan balik, dan interaksi kelompok yang memberi kesempatan bertukar pengalaman maupun pengaruh terhadap perilaku dan norma para anggotanya. Termasuk metode pendekatan kelompok diantaranya adalah sebagai berikut: diskusi, demonstrasi cara, demonstrasi hasil, karyawisata, kursus tani, temu karya, temu lapang, temu usaha, mimbar sarasehan, perlombaan, dan lain sebagainya. 3. Metode berdasarkan pendekatan massal Metode pendekatan massal atau mass approach. Sesuai dengan namanya, metode ini dapat menjangkau sasaran dengan jumlah yang cukup banyak. Dipandang dari segi penyampaian informasi, metode ini cukup baik, namun terbatas hanya dapat menimbulkan kesadaran dan keingintahuan semata. Hal ini disebabkan karena pemberi dan penerima pesan cenderung mengalami proses selektif saat menggunakan media massa sehingga pesan yang diampaikan mengalami distorsi (Van den Ban dan Hawkins, 1999). Termasuk dalam metode pendekatan massal antara lain adalah rapat umum, siaran radio, kampanye, pemutaran film, penyebaran leaflet, folder atau poster, surat kabar, dan lain sebagainya. 2.6.5
Materials (materi kegiatan penyuluhan pertanian) Menurut pengertian bahasa materi berarti segala sesuatu yang tampak. Dalam
pengertian yang lebih luas materi sering diartikan sesuatu yang menjadi bahan untuk diujikan, dipikirkan, dibicarakan, dikarangkan, atau disampaikan. Dibidang
33
penyuluhan pertanian materi penyuluhan diartikan sebagai pesan yang akan disampaikan oleh penyuluh kepada sasaran penyuluhan. Pesan penyuluhan dapat berupa pesan kognitif, afektif, psikomotorik maupun pesan kreatif. Pesan penyuluhan ada yang bersifat anjuran (persuasif), larangan (instruktif), pemberitahuan (informatif) dan hiburan (entertainment). Bahasa teknis penyuluhan, materi penyuluhan seringkali disebut sebagai informasi pertanian (suatu data/bahan yang diperlukan penyuluh, petani-nelayan, dan masyarakat tani). Materi penyuluhan antara lain dapat berbentuk pengalaman misalnya pengalaman petani yang sukses mengembangkan komoditas tertentu, hasil pengujian/hasil penelitian, keterangan pasar atau kebijakan yang dikeluarkan pemerintah. Menurut UU Nomor 16 Tahun 2006 tentang Sistem Penyuluhan Pertanian, Perikanan dan Kehutanan, materi penyuluhan pertanian didefinisikan sebagai bahan penyuluhan yang akan disampaikan oleh para penyuluh kepada pelaku utama dan pelaku usaha dalam berbagai bentuk yang meliputi informasi, teknologi, rekayasa sosial, manajemen, ekonomi, hukum, dan kelestarian lingkungan. 1. Sumber-Sumber Materi Penyuluhan pertanian Mardikanto (1993) menyebutkan bahwa sumber materi penyuluhan pertanian dapat kelompokkan menjadi, berikut ini. a. Sumber resmi dari instansi pemerintah, seperti. (1) Kementerian/dinas-dinas terkait, (2) Lembaga penelitian dan pengemabangan, (3) Pusat-pusat pengkajian,
34
(4) Pusat-pusat informasi, dan (5) Pengujian lokal yang dilaksanakan oleh penyuluh. b. Sumber resmi dari lembaga-lembaga swasta/lembaga swadaya masyarakat yang bergerak dibidang penelitian, pengkajian dan penyebaran informasi. c. Pengalaman petani, baik pengalaman usahataninya sendiri atau hasil dari petak pengalaman yang dilakukan secara khusus dengan atau tanpa bimbingan penyuluhnya. d. Sumber lain yang dapat dipercaya, misalnya: informasi pasar dari para pedagang, perguruan tinggi dan lain-lain. 2. Penyiapan Bahan Materi Penyuluhan Pertanian Bahan untuk penyusunan materi penyuluhan pada dasarnya harus relevan dengan kebutuhan sasaran yang teridentifikasi. Tujuannya yaitu agar materi yang tersusun menjadi efektif, dalam arti sesuai kebutuhan sasaran dan mampu menyelesaikan permasalahan aktual yang dihadapi petani sasaran. Berkaitan dengan hal tersebut, syarat-syarat bahan untuk penyusunan materi yang tepat diantaranya. (1) relevan dengan kebutuhan sasaran, (2) berasal dari sumber yang jelas dan dapat dipertanggungjawabkan, dan (3) dapat diakses dengan baik. 3. Pemilihan Materi Penyuluhan Pertanian Adapun materi penyuluhan yang disampaikan oleh seorang penyuluh, pertama-tama harus diingat bahwa materi tersebut harus senantiasa mengacu kepada kebutuhan yang telah dirasakan oleh masyarakat sasarannya. Tetapi didalam praktiknya seringkali penyuluh menghadapi kesulitan untuk memilih dan menyajikan
35
materi yang benar-benar dibutuhkan masyarakat sasarannya. Hal ini disebabkan oleh karena keragaman sasaran yang dihadapi, sehingga menuntut keragaman kebutuhan yang berbeda atau keragaman materi yang harus disampaikan pada saat yang sama. Kesulitan lain juga dapat muncul manakala pemahaman tentang sasaran dan waktu menjadi pembatas. Sehubungan dengan hal tersebut, Arboleda (1981) dalam Mardikanto (1993) memberikan acuan agar setiap penyuluh mampu membeda-bedakan ragam materi penyuluhan yang ingin disampaikan pada setiap kegiatannya. Adapun jenis-jenis materinya sebagai berikut. a. Materi Pokok (vital) Materi pokok merupakan materi yang benar–benar dibutuhkan dan harus diketahui oleh sasaran utamanya. Materi pokok sedikitnya mencakup 50 persen dari seluruh materi yang disampaikan. b. Materi Penting (important) Materi penting berisi dasar pemahaman tentang segala sesuatu yang berkaitan dengan kebutuhan yang disarankan oleh sasarannya. Materi ini diberikan sekitar 30 persen dari seluruh materi yang disampaikan. c. Materi Penunjang (helpful) Materi penunjang masih berkaitan dengan kebutuhan yang dirasakan yang sebaiknya diketahui oleh sasaran untuk memperluah cakrawala pemahamannya tentang kebutuhan yang dirasakannya itu. Materi ini maksimal 20 persen dari seluruh materi yang disampaikan.
36
d. Materi Mubazir (super flous) Materi ini sebenarnya tidak perlu dan tidak ada kaitannya denga kebutuhan yang disarankan oleh sasaran. Karena itu dalam setiap kegiatan penyuluhan sebaiknya justru dihindari penyampaian materi seperti ini. Selanjutnya, materi penyuluhan pertanian juga dapat dikelompokkan berdasarkan jenis usaha tani, kelompok sasaran, dan tujuan yang ingin dicapai. (1) materi penyuluhan berdasarkan jenis usaha tani: pertanian (pangan, holtikultura, perkebunan), peternakan, atau usaha tani off farm dan on farm, (2) materi penyuluhan berdasarkan kelompok sasaran yaitu pelaku utama dan pelaku usaha, dan (3) materi penyuluhan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai, yaitu materi dikelompokkan berdasarkan tujuan-tujuan yang telah ditetapkan dalam programa penyuluhan dan rencana kegiatan penyuluhan. Agar materi yang akan kita sampaikan benar-benar efektif (sesuai dengan kebutuhan sasaran), maka dalam melakukan pemilihan materi penyuluhan pertanian hendaknya mempertimbangkan hal-hal berikut ini. (1) profitable, memberikan keuntungan yang nyata kepada sasaran, (2) complementer, dapat melengkapi kegiatan yang ada sekarang, atau mengisi waktu luang di antara kegiatan saat ini, (3) compatibility, tidak bertentangan dengan adat istiadat dan kebudayaan masyarakat, (4) simplicity, sederhana mudah dilaksanakan, tidak memerlukan keterampilan yang terlalu tinggi, (5) availability, pengetahuan, biaya dan sarana yang diperlukan, dapat disediakan oleh sasaran, (6) immediate Aplicibility, dapat dimanfaatkan dan segera memberikan hasil yang nyata, (7) in expensiveness, tidak memerlukan ongkos
37
tambahan yang terlalu mahal, (8) low Risk, tidak mempunyai resiko yang besar dalam penerapannya, (9) spectaculer Impact, dampak dari penerapannya menarik dan menonjol, (10) expandible, dapat dilakukan dalam berbagai keadaan dan mudah diperluas dalam kondisi yang berbeda-beda. 4. Penyusunan Materi Penyuluhan Pertanian Ringkasan dan materi penyuluhan pertanian perlu disiapkan dan dituangkan dalam bentuk “sinopsis”. Sinopsis berasal dari kata synopical yang artinya ringkas. Berdasarkan asal kata tersebut, sinopsis diartika: ringkasan suatu materi tulisan yang panjang (baik fiksi maupun non-fiksi) dan sinopsis itu sendiri dalam berntuk narasi. Tujuan penyusunan sinopsis yaitu untuk meringkas bahan-bahan materi penyuluhan sehingga menjadi lebih singkat, padat, mudah dipahami, dan terhindar dari bahan – bahan yang kurang relevan dengan topic yang telah ditetapkan. Sinopsis terdiri dari dua versi, sebagai berikut (1) sinopsis yang ditulis untuk meringkas karya yang sudah ada atau sudah ditulis secara lengkap, dan (2) sinopsis yang ditulis untuk persiapan menulis suatu gagasan yang akan dituangkan dalam bentuk fiksi maupun non-fiksi. 5. Media Penyampaian Materi Penyuluhan Media memiliki multi makna, baik dilihat secara terbatas maupun secara luas. Munculnya berbagai macam definisi disebabkan adanya perbedaan dalam sudut pandang, maksud, dan tujuannya. AECT (Association for Education and Communicatian Technology) memaknai media sebagai segala bentuk yang dimanfaatkan dalam proses penyaluran informasi. NEA (National Education
38
Association) memaknai media sebagai segala benda yang dapat dimanipulasi, dilihat, didengar, dibaca, atau dibincangkan beserta instrumen yang digunakan untuk kegiatan tersebut. Rahardjo (1991) menyatakan bahwa media dalam arti yang terbatas yaitu sebagai alat bantu pembelajaran. Hal ini berarti media sebagai alat bantu yang digunakan guru untuk. (1) memotivasi belajar peserta didik, (2) memperjelas informasi/pesan pengajaran, (3) memberi tekanan pada bagian-bagian yang penting, (4) memberi variasi pengajaran, (5) memperjelas struktur pengajaran. Sehingga media penyuluhan memiliki beberapa pengertian, sebagai berikut. 1. Media Penyuluhan adalah semua sarana dan alat yang digunakan dalam proses penyampaian pesan. 2. Media Penyuluhan adalah wahana untuk menyalurkan pesan dari pengirim ke penerima yang dapat merangsang pikiran, perasaan dan perhatian/minat. 3. Media penyuluhan adalah semua sarana atau upaya untuk menampilkan pesan informasi yang ingin disampaikan oleh komunikator sehingga sasaran dapat meningkat pengetahuannya yang akhirnya diharapkan dapat berubah perilakunya kearah positif terhadap kesehatan. Penyuluhan pertanian tak dapat lepas dari media karena melalui media, pesan yang disampaikan dapat lebih menarik dan dipahami, sehingga sasaran dapat mempelajari pesan tersebut sehingga sampai memutuskan untuk mengadopsinya keperilaku yang positif.
39
Tujuan atau alasan mengapa media sangat diperlukan di dalam pelaksanaan penyuluhan pertanian antara lain adalah (1) media dapat mempermudah penyampaian informasi, (2) media dapat menghindari kesalahan persepsi, (3) media dapat memperjelas informasi, (4) Media dapat mempermudah pengertian, (5) media dapat mengurangi komunikasi verbalistik, (6) media dapat menampilkan objek yang tidak dapat ditangkap dengan mata, dan (7) media dapat memperlancar komunikasi. Berdasarkan
fungsinya
sebagai
penyaluran
pesan
kesehatan,
media
penyuluhan dibagi menjadi tiga sebagai berikut. a. Media cetak Media ini mengutamakan pesan-pesan visual, biasanya terdiri dari gambaran sejumlah kata, gambar atau foto dalam tata warna. Yang termasuk dalam media ini adalah booklet, leaflet, flyer (selebaran), flip chart (lembar balik), rubric atau tulisan pada surat kabar atau majalah, poster, foto yang mengungkapkan informasi kesehatan. Ada beberapa kelebihan media cetak antara lain tahan lama, mencakup banyak orang, biaya rendah, dapat dibawa kemana-mana, tidak perlu listrik, mempermudah pemahaman dan dapat meningkatkan gairah belajar. Media cetak memiliki kelemahan yaitu tidak dapat menstimulir efek gerak dan efek suara dan mudah terlipat. b. Media elektronik Media ini merupakan media yang bergerak dan dinamis, dapat dilihat dan didengar dan penyampaiannya melalui alat bantu elektronika. Yang termasuk dalam media ini adalah televisi, radio, video film, cassette, CD, dan VCD. Seperti halnya
40
media cetak, media elektronik ini memiliki kelebihan antara lain lebih mudah dipahami, lebih menarik, sudah dikenal masyarakat, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajiannya dapat dikendalikan dan diulang-ulang serta jangkauannya lebih besar. Kelemahan dari media ini adalah biayanya lebih tinggi,sedikit rumit, perlu listrik dan alat canggih untuk produksinya, perlu persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, perlu keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya. c. Media luar ruang Media menyampaikan pesannya di luar ruang, bisa melalui media cetak maupun elektronik misalnya papan reklame, spanduk, pameran, banner dan televisi layar lebar. Kelebihan dari media ini adalah lebih mudah dipahami, lebih menarik, sebagai informasi umum dan hiburan, bertatap muka, mengikut sertakan seluruh panca indera, penyajian dapat dikendalikan dan jangkauannya relatif besar. Kelemahan dari media ini adalah biaya lebih tinggi, sedikit rumit, perlu alat canggih untuk produksinya, persiapan matang, peralatan selalu berkembang dan berubah, memerlukan keterampilan penyimpanan dan keterampilan untuk mengoperasikannya. 2.7
Teori Diagram Tulang Ikan (fishbone theory) Diagram fishbone merupakan suatu alat visual untuk mengidentifikasi,
mengeksplorasi, dan secara grafik menggambarkan secara detail semua penyebab yang berhubungan dengan suatu permasalahan. Menurut Scarvada (2004), konsep dasar dari diagram fishbone adalah permasalahan mendasar diletakkan pada bagian kanan dari diagram atau pada bagian kepala dari kerangka tulang ikannya.
41
Diagram fishbone dalam penelitian ini digunakan untuk memvisualkan dan mengidentifikasi permasalahan atau kendala yang dihadapi kegiatan penyuluhan pertanian. Masalah yang terjadi dianggap sebagai kepala ikan sedangkan penyebab masalah dilambangkan dengan tulang-tulang ikan yang dihubungkan menuju kepala ikan. Tulang paling kecil adalah penyebab yang paling spesifik yang membangun penyebab yang lebih besar (tulang yang lebih bersar). Kategori penyebab permasalahan dalam penelitian ini meliputi faktor penentu kegiatan penyuluhan pertanian (Model 5M) man (SDM kegiatan penyuluhan pertanian), machines (sarana dan prasarana kegiatan penyuluhan pertanian), money (pembiayaan dalam kegiatan penyuluhan pertanian), method (metode/prosedur kegiatan penyuluhan pertanian), dan materials (materi kegiatan penyuluhan pertanian) atau mofel 5 M. Diagram fishbone ini umumnya digunakan pada tahap mengidentifikasi permasalahan dan menentukan penyebab dari munculnya permasalahan tersebut. Selain digunakan untuk mengidentifikasi masalah dan menentukan penyebabnya, diagram fishbone ini juga dapat digunakan pada proses perubahan. Scarvada, et.al (2004) menyatakan Diagram fishbone ini dapat diperluas menjadi diagram sebab dan akibat (cause and effect diagram). Perluasan (extension) terhadap Diagram fishbone dapat dilakukan dengan teknik menanyakan “Mengapa sampai lima kali (five whys)” (Pande, et.al, 2001 dalam Scarvada, 2004). Diagram fishbone dapat digunakan untuk menganalisis permasalahan baik pada level individu, tim, maupun organisasi. Terdapat banyak kegunaan atau manfaat
42
dari pemakaian diagram fishbone ini dalam analisis masalah. Manfaat penggunaan diagram fishbone tersebut antara lain. 1. Memfokuskan individu, dan organisasi (tim) pada permasalahan utama. Penggunaan diagram fishbone dalam tim/organisasi untuk menganalisis permasalahan akan membantu anggota tim dalam menfokuskan permasalahan pada masalah prioritas. 2. Memudahkan
dalam
mengilustrasikan
gambaran
singkat
permasalahan
tim/organisasi. Diagram fishbone dapat mengilustrasikan permasalahan utama secara ringkas sehingga tim akan mudah menangkap permasalahan utama. 3. Menentukan
kesepakatan
mengenai
penyebab
suatu
masalah.
Dengan
menggunakan teknik brainstorming para anggota tim akan memberikan sumbang saran mengenai penyebab munculnya masalah. Berbagai sumbang saran ini akan didiskusikan untuk menentukan mana dari penyebab tersebut yang berhubungan dengan masalah utama termasuk menentukan penyebab yang dominan. 4. Membangun dukungan anggota tim untuk menghasilkan solusi. Setelah ditentukan penyebab dari masalah, langkah untuk menghasilkan solusi akan lebih mudah mendapat dukungan dari anggota tim. 5. Memfokuskan tim pada penyebab masalah. Diagram fishbone akan memudahkan anggota tim pada penyebab masalah. Juga dapat dikembangkan lebih lanjut dari setiap penyebab yang telah ditentukan. 6. Memudahkan visualisasi hubungan antara penyebab dengan masalah. Hubungan ini akan terlihat dengan mudah pada Diagram fishbone yang telah dibuat.
43
7. Memudahkan tim beserta anggota tim (organisasi) untuk melakukan diskusi dan menjadikan diskusi lebih terarah pada masalah dan penyebabnya. 2.8
Kerangka Pemikiran Penelitian ini dilaksanakan untuk mengetahui persepsi aparatur pemerintah
terhadap faktor-faktor penentu kegiatan penyuluhan pertanian di Kabupaten Karo Provinsi Sumatera Utara, dalam hal ini persepsi aparatur pemerintah daerah ditinjau dari faktor produksi utama sebuah organisasi (model 5M), yaitu: man (SDM kegiatan penyuluhan pertanian), machines (sarana dan prasarana kegiatan penyuluhan pertanian),
money (pembiayaan
dalam
kegiatan
penyuluhan
pertanian),
method (metode/prosedur kegiatan penyuluhan pertanian), dan materials (materi kegiatan penyuluhan pertanian). Penelitian ini juga dilaksanakan untuk mengetahui permasalahan yang terjadi di dalam kegiatan penyuluhan pertanian di Kabupaten Karo. Aparatur pemerintah daerah harus mengetahui faktor-faktor penentu kegiatan penyuluhan pertanian yang ditinjau dari faktor produksi utama sebuah organisasi (model 5M), yaitu man (SDM kegiatan penyuluhan pertanian), machines (sarana dan prasarana kegiatan penyuluhan pertanian), money (pembiayaan dalam kegiatan penyuluhan pertanian), method (metode/prosedur kegiatan penyuluhan pertanian), dan materials (materi kegiatan penyuluhan pertanian), dalam memberikan persepsi atau tanggapan terhadap faktor-faktor penentu kegiatan penyuluhan pertanian, karena dengan pengetahuan yang dimilikinya tentunya akan mempengaruhi pandangan
44
aparatur pemerintah terhadap pentingnya peran faktor-faktor penentu tersebut terhadap kegiatan penyuluhan pertanian apakah bersifat positif atau negatif. Hasil dari persepsi aparatur pemerintah dan identifikasi permasalahan dalam kegiatan penyuluhan pertanian tersebut diharapkan memberikan rujukan atau rekomendasi kepada pemerintah daerah sebagai pengambilan keputusan khususnya dalam keberlangsungan kegiatan penyuluhan pertanian itu sendiri. Kerangka berfikir secara tersetruktur dapat dilihat dari Gambar 2.1
45
Pemerintah Daerah Kabupaten Karo
BP4K
Dinas Pertanian dan Perkebunan
Dinas Peternakan dan Perikanan
Dinas Kehutanan
Persepsi Aparatur Pemerintah Daerah Kabupaten Karo dan Permasalahan dalam terhadap Faktor-Faktor Penentu Kegiatan Penyuluhan Pertanian
Man Petani Penyuluh o Negeri o Swasta Aparatur Departemen o Pertanian o Perikanan o Peternakan o Kehutanan
Machines
Money
Prasarana o Gedung Perkantoran o Ruangan Pertemuan o Ruangan Latihan o Gudang Peralatan
Anggaran
Sarana o Transportasi o Alat Komunikasi o Alat-alat Penyuluhan o Media
Swasta
Kegiatan Penyuluhan APBN APBD
o CSR
Method Berdasarkan Pendekatan Perorangan Berdasarkan Pendekatan Kelompok Berdasarkan Pendekatan Massal
Materials Berdasarkan jenis usaha tani Berdasarkan kelompok sasaran Berdasarkan tujuan yang ingin dicapai
Analisis Data Simpulan Rekomendasi
Gambar 2.1 Kerangka Pemikiran Persepsi Aparatur Pemerintah Daerah Terhadap Faktor-Faktor Penentu Kegiatan Penyuluhan Pertanian