II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Tinjauan Teoritis
1. Pengertian Industri Industri adalah kegiatan ekonomi yang mengolah bahan mentah, bahan baku, barang setengah jadi, dan barang jadi menjadi barang dengan nilai yang lebih tinggi untuk penggunaannya, termasuk kegiatan rancang bangunan dan perekayasaaan industri. Kelompok industri adalah bagian – bagian utama kegiatan industri, yaitu kelompok industri hulu atau juga disebut kelompok industri besar, kelompok industri hilir, dan kelompok industri kecil. Sedangkan pengelompokkan industri merupakan bagian dari suatu kelompok industri yang mempunyai ciri umum sama dalam proses produksi ( Undang – Undang RI No. 5 tahun 1984 tentang perindustrian ).
Pengertian industri sangat luas, dapat dalam lingkup makro maupun mikro. Secara mikro industri adalah kumpulan dari perusahaan - perusahaan yang menghasilkan barang-barang yang homogen, atau barang-barang yang mempunyai sifat yang saling mengganti sangat erat. Dari segi pembentukan pendapatan yaitu cenderung bersifat makro. Industri adalah kegiatan ekonomi yang menciptakan nilai tambah. Jadi batasan industri yaitu secara mikro
13
sebagai kumpulan perusahaan yang menghasilkan barang sedangkan secara makro dapat membentuk pendapatan. ( Hasibuan,2000 )
Industri adalah bidang yang menggunakan ketrampilan dan ketekunan kerja (bahasa Inggris: industrious) dan penggunaan alat - alat di bidang pengolahan hasil - hasil bumi dan distribusinya sebagai dasarnya. Maka industri umumnya dikenal sebagai mata rantai selanjutnya dari usaha - usaha mencukupi kebutuhan (ekonomi) yang berhubungan dengan bumi, yaitu sesudah pertanian, perkebunan dan pertambangan yang berhubungan erat dengan tanah. Kedudukan industri semakin jauh dari tanah, yang merupakan basis ekonomi, budaya, dan politik menurut ( Wikipedia Bahasa Indonesia,2012 ).
Menurut Tim Koordinasi Kawasan Industri Departemen Perindustrian RI (2012), tujuan utama pembangunan dan pengusahaan kawasan industri adalah untuk memberikan kemudahan bagi para investor sektor industri untuk memperoleh lahan industri dalam melakukan pembangunan industri. Pembangunan kawasan industri dimaksudkan sebagai sarana upaya pemerintah untuk menciptakan iklim investasi menjadi lebih baik melalui penyediaan lokasi industri yang siap pakai serta didukung oleh fasilitas dan prasarana lengkap yang berorientasi pada kemudahan untuk mengatasi masalah pengelolaan dampak lingkungan yang ditimbulkan oleh limbah industri.
14
Menurut Badan Pusat Statistik ( 2012 ), mengelompokkan besar atau kecilnya suatu industri berdasarkan pada banyaknya jumlah tenaga kerja yang dimiliki. Dalam hal ini sektor industri pengolahan dibagi menjadi empat kelompok industri berdasarkan jumlah tenaga kerja yaitu : 1) Industri besar, memiliki jumlah tenaga kerja lebih dari 100 orang. 2) Industri sedang, memiliki jumlah tenaga kerja antara 20 – 99 orang. 3) Industri kecil, memiliki jumlah tenaga kerja antara 5 – 19 orang. 4) Industri rumah tangga, memiliki jumlah tenaga kerja antara 1 – 4 orang.
2. Struktur Pasar dan Tingkat Persaingan Industri 2.1 Struktur Pasar Menurut UU Nomor 5 Tahun 1999, struktur pasar didefinisikan sebagai suatu keadaan pasar yang memberikan petunjuk tentang aspek - aspek yang memiliki pengaruh penting terhadap perilaku pelaku usaha dan kinerja pasar. Aspek - aspek tersebut antara lain jumlah penjual dan pembeli, hambatan masuk dan keluar pasar, keragaman produk, sistem distribusi, dan penguasaan pangsa pasar.
Menurut Hasibuan ( 2000 ), pasar secara sederhana disebut sebagai pertemuan antara penjual dengan pembeli. Pengertian penjual disini telah mencangkup setiap individu perusahaan dalam industri, sedangkan pengertian pembelian telah tergabung dalam sejumlah pembeli. Pengertian pasar dapat dipandang secara nyata dan dapat pula secara abstrak. Secara abstrak dapat dinyatakan
15
bahwa pasar adalah kontak ratusan atau ribuan perusahaan dalam suatu industri yang melakukan transaksi dalam suatu waktu, sedangkan secara nyata yang dapat dilihat pada suatu lokasi adalah terjadinya transaksi jual beli.
Pakar ekonomi mengklasifikasi pasar dengan memfokuskan keadaan jumlah perusahaan dalam industri. Struktur pasar sangatlah penting, struktur pasar menjadi ukuran penting untuk melihat perilaku dan kinerja industri, karena secara strategis dapat mempengaruhi kondisi persaingan serta tingkat harga barang dan jasa. Dengan demikian, pengaruh itu akhirnya sampai pada kesejahteraan manusia. Struktur pasar juga menunjukan atribut pasar yang mempengaruhi sifat proses persaingan.
Joe S Bain dalam Hasibuan ( 2000 ), mendefinisikan struktur pasar sebagai karakteristik organisasi pasar yang mempengaruhi sifat kompentisi atau persaingan dan harga didalam pasar. Bentuk pasar dikatakan persaingan sempurna apabila ada banyak penjual dan pembeli serta produknya homogen. Apabila hanya ada satu penjual didalam pasar, maka dinamakan monopoli, namun bila sedikit perusahaan besar mensuplai barang dipasar maka dikatakan oligopoli. Oligopoli ada dua macam, jika produknya homogen dapat dikatakan sebagai oligopoli murni, sedangkan jika produknya berbeda maka dikatakan oligopoli berbeda. Struktur pasar terwujud dalam distribusi ukuran perusahaan adalah pangsa pasarnya sendiri. Dalam mikro ekonomi, struktur pasar paling sederhana biasanya terfokus pada kompetisi dan monopoli, namun pada dasarnya struktur pasar yang paling penting adalah
16
diantara keduanya. oligopoli adalah jenis pasar dimana perusahaan bukan monopolis dan bukan pula pesaing, tetapi diantara keduanya.
Tabel 5. Jenis Struktur Pasar Industri Jenis Pasar Monopoli murni Perusahaan yang dominan ( persaingan murni ) Oligopoli Ketat
Oligopoli Longgar
Persaingan Monopolistik
Persaingan Murni
Kondisi Pasar Suatu perusahaan yang memiliki 100 persen dari pangsa pasar Suatu perusahaan yang memiliki 50 – 100 persen dari pangsa pasar dan tanpa pesaing yang kuat Penggabungan empat perusahaan terkemukan yang memiliki pangsa pasar 60 - 100 persen, kesepakatan di antara mereka untuk menetapkan harga relatif Muda Penggabungan empat perusahaan terkemukan yang memiliki 40 persen atau kurang dari pangsa pasar, kesempatan mereka untuk mendapatkan harga sebenarnya tidak mungkin Banyak pesaing yang efektif, tidak satu pun yang memiliki lebih dari 10 persen pangsa Pasar Lebih dari 50 pesaing dimana tidak satu pun yang memiliki pangsa pasar
Sumber : Kirana, 2001
2.1.1 Persaingan Sempurna Struktur pasar persaingan sempurna merupakan struktur pasar yang paling ideal, karena sistem pasar ini dianggap struktur pasar yang akan menjamin terwujudnya kegiatan produksi barang atau jasa yang tinggi efisiensinya. Pasar persaingan sempurna adalah struktur pasar atau industri dimana terdapat banyak penjual dan pembeli, setiap penjual atau pembeli tidak dapat mempengaruhi keadaan di pasar. ( Sukirno,2012 )
17
Kuncoro ( 2007 ), mengatakan industri yang bersaing sempurna adalah industri yang mengikuti asumsi – asumsi berikut : 1) Terdapat sejumlah perusahaan yang masing – masing memproduksi produk yang homogen. 2) Setiap perusahaan berusaha memaksimumkan laba. 3) Setiap perusahaan adalah pengambil harga, diasumsikan bahwa tindakan setiap perusahaan tidak berpengaruh terhadap harga pasar. 4) Harga diasumsikan diketahui oleh semua peserta pasar informasi adalah sempurna. 5) Transaksi tidak memerlukan biaya, pembeli dan penjual tidak mengeluarkan biaya dalam melakukan pertukaran.
2.1.2 Oligopoli Pasar oligopoli, masing-masing perusahaan memproduksi dan menjual produk yang serupa atau hampir serupa. Contoh : produk batu baterai, pasta gigi, sabun mandi, air minum mineral, sepeda motor, accu, dan ban mobil/sepeda motor. Strategi yang biasa ditempuh oleh perusahaan - perusahaan oligopoli dalam menguasai dan menarik konsumen adalah dengan membuat model serta memberikan merek tertentu pada produk yang dijual. ( Hasibuan,2000 )
Ciri - ciri pasar oligopoli a) hanya ada beberapa perusahaan yang mendominasi pasar. b) barang yang dihasilkan atau dijual bersifat sama. c) sulit untuk masuk ke pasar karena investasinya tinggi.
18
2.1.3 Monopoli Struktur pasar monopoli adalah suatu bentuk pasar di mana pasar hanya ada satu produsen/penjual saja di dalam pasar, dan perusahaan ini menghasilkan barang yang tidak mempunyai barang pengganti yang sangat dekat (close substitution). Contohnya seperti Perusahaan Listrik Negara (PLN), perusahaan Kereta Api (PT. KAI), dan lain sebagainya. ( Hasibuan,2000 )
Ciri-ciri pasar monopoli : a) hanya ada satu penjual. b) pembeli tidak punya pilihan lain dalam membeli barang. c) tidak ada perusahaan yang dapat membuat barang substitusi yang sempurna. d) harga ditentukan oleh perusahaan.
2.1.4 Monopolistik Pasar persaingan monopolistik pada dasarnya adalah pasar yang berada antara dua jenis pasar yang ekstrem, yaitu pasar sempurna dan pasar monopoli. Oleh sebab itu. Sifat - sifatnya mengandung unsur - unsur sifat pasar monopoli dan unsur - unsur sifat pasar persaingan sempurna. Pasar persaingan monopolistik dapat didefinisikan sebagai suatu pasar di mana terdapat banyak produsen yang menghasilkan barang yang berbeda corak ( differentiated products ). Contoh produknya adalah seperti makanan ringan ( snack ), nasi goreng, pulpen, buku, dan sebagainya. ( Sukirno,2012 )
19
Pada pasar persaingan monopolistik terdapat ciri - ciri berikut ini : a) Terdiri atas banyak penjual dan banyak pembeli. b) Barang yang dihasilkan sejenis, hanya coraknya berbeda. Contoh: sabun, pasta gigi, dan minyak goreng. c) Terdapat banyak penjual yang besarnya sama, sehingga tidak ada satu penjual akan menguasai pasar. d) Penjual mudah menawarkan barangnya di pasar. e) Penjual mempunyai sedikit kekuasaan dalam menentukan dan memengaruhi harga pasar. f) Adanya peluang untuk bersaing dalam keanekaragaman jenis barang yang dijual.
Pada dasarnya struktur pasar monopolistik adalah sejumlah besar perusahaan yang menghasilkan produk terdeferensiasi. Dalam struktur pasar ini mengandung persaingan sempurna karena terdapat banyak penjual dan tidak ada satu pun yang memiliki pangsa pasar yang cukup besar. Perbedaan antara pasar monopolistik dan pasar persaingan sempurna, terletak pada diferensiasi produk ( tidak identik ), sementara pada pasar persaingan sempurna produk yang diperjual belikan merupakan barang yang identik dan homogen.
Perusahaaan pada industri yang memiliki struktur pasar persaingan monopolistik berusaha meyakinkan konsumennya bahwa produk yang dihasilkan berbeda dan lebih baik dari perusahaan lain. Untuk meyakinkan konsumen biasanya perusahaan - perusahaan umumnya menjalankan dua
20
strategi. Menurut pendapat Baye, (2000) : strategi pertama, perusahaan akan mengeluarkan dana untuk mempromosikan produksinya. Strategi dijalankan dengan cara iklan komparatif, yaitu iklan yang di desain untuk menonjolkan perbedaan produk atau merek perusahaan terhadap produk perusahaan lainnya.
Strategi kedua, perusahaan - perusahaan memperkenalkan produk baru yang sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Ketika perusahaan membangun lini produk yang baru dan menikmati keuntungan jangka pendek, maka akan mengundang banyak perusahaan masuk ke dalam pasar tersebut dan meniru apa yang dilakukan oleh perusahaan yang lebih dahulu masuk pasar. Akibatnya, dalam jangka panjang keuntungan yang diperoleh perusahaan inovator akan menjadi nol. ( Kuncoro, 2007 )
2.2 Tingkat Persaingan Suatu perusahaan akan mencari cara untuk mengalahkan pesaingnya untuk meraih keuntungan yang maksimum. Tingkat persaingan suatu industri dapat dilihat dari struktur pasarnya. Dalam menentukan tingkat persaingan seluruh elemen harus dikombinasikan. Tidak ada formula yang sederhana yang dapat digunakan. Dalam tingkat persaingan perusahaan harus menimbang pangsa pasar dari perusahaan terkemuka. Bila sangat tinggi ( di atas 50 % ) dan tidak ada saingan yang berarti, ini menandakan kekuatan pasar perusahaan itu juga besar. Apabila pangsa pasar terbesar berkisar antara 20 – 50 % maka ologopoli yang mungkin akan timbul adalah ologopoli ketat. Kekuatan pasar
21
perusahaan – perusahaan terkemuka mungkin akan menjadi lebih kuat dan kurang dengan adanya perusahaan – perusahaan lain yang disebabkan oleh kondisi free entry. Disamping itu, perilaku harga dan keuntungan perlu dipertimbangkan dalam menilai tingkat persaingan. Perusahaan jika memiliki pangsa pasar terbesar dibawah 20 % dan kombinasi pemusatan 4 perusahaan maka beberapa bentuk persaingan efektif akan muncul meskipun hambatan masuk tinggi tetapi kesepakatan yang dibuat mungkin menemui kegagalan. ( Kirana,2001 )
3.
Perilaku Industri Menurut ( Hasibuan,2000 ) perilaku indutri menganalisis tingkah laku serta penerapan strategis yang digunakan oleh perusahaan dalam suatu industri untuk merebut pangsa pasar dan mengalahkan pesaingnya. Perilaku industri ini terlihat dalam penentuan harga, promosi, koordinasi kegiatan dalam pasar dan juga dalam kebijakan produk. Perilaku industri terbagi tiga jenis antara lain, perilaku dalam strategis harga, perilaku dalam strategis produk dan perilaku dalam strategis promosi. Dalam perilaku industri dapat dijelaskan mengenai harga dan jumlah yang ditetapkan oleh perusahaan, kolusi dan persaingan yang terjadi antara perusahaan, diskriminasi harga, differensiasi produk, pengeluaran iklan dan promosi serta pengeluaran riset dan pengembangan.
22
4.
Kinerja ( Performance ) Pengertian Kinerja - Variabel kinerja secara umum banyak digunakan dalam judul skripsi, dan umumnya digunakan sebagai variabel dependen (terikat). Pengertian kinerja menurut para ahli banyak ditemukan di buku - buku manajemen, ataupun di internet yang jadi jalan alternatif mencari judul skripsi. Berikut beberapa pengertian kinerja menurut beberapa ahli:
Pengertian kinerja menurut Sulistiyani ( 2003 ), kinerja seseorang merupakan kombinasi dari kemampuan, usaha, dan kesempatan yang dapat dinilai dari hasil kerjanya. Sedangkan menurut Bernardin dan Russel dalam Sulistiyani (2003), menyatakan bahwa kinerja merupakan catatan outcome yang dihasilkan dari fungsi pegawai tertentu atau kegiatan yang dilakukan selama periode waktu tertentu.
Simamora (1997) mengemukakan bahwa kinerja karyawan adalah tingkatan dimana para karyawan mencapai persyaratan - persyaratan pekerjaan. Sedangkan Suprihanto ( dalam Srimulyo,1999 ), mengatakan bahwa kinerja atau prestasi kinerja seorang karyawan pada dasarnya adalah hasil kerja seseorang karyawan selama periode tertentu dibandingkan dengan kemungkinan, misalnya standar, target atau sasaran atau kinerja yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama.
23
Kinerja sebagai hasil - hasil fungsi pekerjaan/kegiatan seseorang atau kelompok dalam suatu organisasi yang dipengaruhi oleh berbagai faktor untuk mencapai tujuan organisasi dalam periode waktu tertentu ( Tika,2006 ).
Menurut Guritno ( 2005 ), kinerja merupakan perbandingan hasil kerja yang dicapai oleh karyawan dengan standar yang telah ditentukan. Sedangkan menurut Tika ( 2006 ), mendefinisikan kinerja sebagai hasil kerja yang dicapai oleh individu yang disesuaikan dengan peran atau tugas individu tersebut dalam suatu perusahaan pada suatu periode waktu tertentu, yang dihubungkan dengan suatu ukuran nilai atau standar tertentu dari perusahaan dimana individu tersebut bekerja. kinerja dalam kaitannya dengan ekonomi memiliki banyak aspek, namun para ekonom biasanya memusatkan hanya pada tiga aspek pokok yaitu efisiensi, kemajuan teknologi dan keseimbangan dalam distribusi. ( Kirana,2001 ).
Kinerja ini secara ekonomi dapat dibagi menjadi tiga yaitu kinerja laba, kinerja efisiensi, dan pertumbuhan. Kinerja industri adalah hasil dari yang dipengaruhi oleh struktur dan perilaku industri. (Desi,2013)
5.
Pendekatan Struktur – Perilaku – Kinerja dan pola hubungan
1. Pengertian Pendekatan struktur – perilaku – kinerja adalah pendekatan analisis industri yang berdasarkan hubungan antara struktur pasar, perilaku dan kinerja industri. ( Kirana, 2001 )
24
Tujuan dari pengembangan pendekatan ini adalah agar dapat mengidentifikasi struktur pasar yang mencirikan ( characterise ) suatu industri dan menggunakan model tersebut untuk meramalkan perilaku dan kinerja industri tanpa melakukan analisis empiris lebih lanjut, walau sebenarnya pengaruh dari struktur terhadap kinerja dapat terjadi sebaliknya, dimana kinerja mempengaruhi struktur dan perilaku. ( Kirana,2001)
Hasibuan ( 2000 ), beberapa peubah utama dari struktur pasar, perilaku dan kinerja adalah peubah struktur pasar, jumlah dan ukuran relatif dari perusahaan, hambatan untuk masuk dan keluar pasar, biaya, elastisitas permintaan, peubah untuk mengukur peranan impor dan struktur pasar luar negeri, kecepatan perubahan teknologi dalam industri, struktur pembeli dari produk bagi pelanggan, dan modal. Peubah kinerja adalah tingkat keuntungan, efisiensi alokasi input, laju pertumbuhan volume penjualan serta inovasi teknologi.
2. Pola Hubungan Dalam kajian ekonomi industri terdapat pola hubungan antara peubah – peubahnya. Semakin terkosentrasi struktur pasar maka suatu perusahaan akan semakin mampu bersaing dan kinerja perusahaan akan semakin baik, dan berlaku sebaliknya, semakin rendah kosentrasi suatu pasar maka kinerja perusahaan akan menjadi kurang baik. ( Kirana,2001 )
25
B. Alat Pengukuran
1. Pangsa Pasar ( Market Share ) Pangsa pasar sering digunakan sebagai indikator proksi untuk melihat adanya kekuatan pasar dan menjadi indikator seberapa pentingnya suatu perusahaan dalam pasar. Pangsa pasar yang benar biasanya menandakan kekuatan pasar yang besar dalam menghadapi persaingan dan sebaliknya. Pangsa pasar yang besar akan menandakan kekuatan pasar yang besar dan pangsa pasar yang kecil menandakan perusahaan tidak mampu bersaing pada tekanan persaingan ( Kirana,2001 ).
Pangsa pasar menunjukkan keuntungan yang diperoleh perusahaan dari hasil penjualannya. Masing-masing perusahaan mempunyai pangsa pasar yang berbeda - beda yaitu antara 0 hingga 100 persen dari total penjualan seluruh pasar. Pangsa pasar suatu industri dapat dirumuskan sebagai berikut:
MSi =
Si x100 Stot
Sumber : Kirana, (2001)
Di mana : MSi
= Pangsa pasar perusahaan i (%)
Si
= Penjualan perusahaan i (rupiah)
Stot
= Penjualan total seluruh perusahaan (rupiah)
26
2. Indeks Herfindahl dan Indeks Herfindahl-Hirschman. Dalam mengukur konsentrasi industri digunakan Indeks Herfindahl yaitu menjumlahkan kuadrat pangsa pasar semua perusahaan dalam suatu industri, sebagai berikut : 𝑛=𝑘
x 2 IH = ∑ ( ) . t 𝑖=0
Sumber : Hasibuan
( 2000 )
Dimana : IH = Tingkat kosentrasi dengan pendekatan Indeks Herfindahl n
= Jumlah perusahaan genteng press di Kabupaten Pringsewu
x
= Nilai penjualan barang perusahaan rata – rata perbulan (Rp)
t
= Total nilai penjualan barang rata – rata perbulan dalam industri (Rp )
Tabel 6. Kaidah Normatif (Interval) Dalam Penggunaan Indeks Herfindahl. No
Kaidah Normatif (Interval)
Struktur Pasar
1
0,0 - 0,199
Pasar Persaingan Monopolistik
2
0,2 - 0,399
Pasar Oligopoli Ketat
3
0,4 - 0,599
Pasar Oligopoli Longgar
4
0,6 - 0,799
Pasar Monopoli
5
0,8 - 1,00
Pasar Monopoli Murni
3. Indeks Profitabilitas
(𝐼𝑃) =
𝜋 𝐶
× 100%
Sukirno, (2010)
27
Keterangan : IP = Indeks Profitabilitas 𝜋 = Profitabilitas rata - rata perbulan C = Biaya total rata - rata perbulan
Kriteria Penilaian Indeks Profitabilitas ∑ Pendapatan dari hasil penjualan Indeks Profitabilitas = -----------------------------------------∑ Biaya total selama produksi Jika IP > 1 : Layak ( diterima ) Jika IP < 1 : Tidak layak ( ditolak )
Untuk laba profitabilitas formula yang dipakai menurut Sukirno ( 2010 ).
𝜋 = 𝑇𝑅 − 𝑇𝐶 TR = Hasil penjualan total yang diterima perusahaan genteng press pada berbagai tingkat produksi. TC = Jumlah seluruh biaya yang dikeluarkan untuk membeli input tetap yang digunakan dalam proses produksi dan biaya yang dibelanjakan untuk membeli input pada perusahaan genteng press.
28
C. Penelitian Terdahulu Tabel 7 Penelitian Terdahulu Penulis Adi, Teguh Wuryanto dan Umar,
Maruto Basuki,SE., Msi ( 2011 )
Judul Analisis Industri Batik Tulis Di Kelurahan Kalinyamat Wetan Dan Kelurahan Bandung Kota Tegal (Pendekatn Struktur Perilaku Kinerja)
Model yang Digunakan Pangsa Pasar (Market Share) Perilaku Pasar (Market Conduct) Kinerja Pasar (Market Performance) Analisis PCM (price – cost – margin) Uji Statistik dan Uji Ekonometrika
Wulandari, Fitri ( 2007 )
Struktur dan Kinerja Industri Kertas dan Pulp di Indonesia sebelum dan sesudah
Deskriptif Regresi tahun 1994 NT = ao + aMs + a2Bmi + a3EFli + a4Bbtoti + el Tahun 2001 NT = ao + aMS + a2Bmi
Tujuan
Kesimpulan
Mengetahui hubungan positif antara pangsa pasar perusahaan dengan nilai keutungan (PCM) pada industri batik di kota Tegal.
Industri batik tulis di kota Tegal termasuk ke dalam tipe pasar persaingan monopolistik dimana pasar ini bersifat banyak penjual dan pembeli, produk yang heterogen. rata - rata pangsa pasar dari industri batik tulis di kota Tegal sebesar 2,86 persen.
Mengetahui hubungan positif antara CLR dengan nilai keuntungan (PCM) pada industri batik di kota Tegal. Diduga terdapat hubungan positif antara nilai efisiensi internal dengan nilai keutungan (PCM) pada industri batik di kota Tegal. Untuk lebih meningkatkan efisiensi industri kertas secara keseluruhan.
Kinerja yang dihasilkan oleh industri batik tulis tergolong kecil. rata - rata nilai PCM industri ini adalah sebesar 16,8 persen. Tingkat efisiensi yang hadir pada industri ini tergolong cukup rendah yaitu rata rata sebesar 20 persen. Nilai rasio kosentrasi dari CR bahan baku, CR nilai tambah dan CR output semuanya meningkat baik untuk CR4 maupun untuk CR8. Ini
29
Pascakrisis
+ a3EFli + a4Bbtoti + el Dengan NT = Nilai tambah, MS = Pangsa pasar, Bmi = biaya modal, EFli = Efisiensi, Bbtot = Bahan baku total
Sitorus, Septiana Uly A. S ( 2012 )
Analisis struktur, perilaku, dan kinerja Industri kakao di Indonesia
Analisis Price Cost Margin ( PCM ), analisis efisiensi internal ( X – eff ) Analisis hubungan struktur dan faktor – faktor yang mempengaruhi kinerja yaitu dengan uji RSquared ( R 2 ), Uji F, Uji t, Uji Multikolinearitas, Uji Autokolerasi, Uji Heteroskedastisitas , Uji Normalitas
Mengetahui struktur, perilaku, dan kinerja industri kakao yang ada di indonesia Mengetahui hubungan struktur, perilaku, dan kinerja industri kakao serta mengetahui faktor – faktor apa saja yang mempengaruhi kinerja Industri
berarti bahwa krisis telah menyebabkan peningkatan rasio konsentrasi industri kertas dan pulp Regresi tahun 1994 dengan variabel independen biaya bahan baku dan pangsa pasar dapat menjelaskan secara signifikan terhadap nilai tambah sedangkan variabel biaya modal tidak signifikan. Hal ini ditunjukkan dari nilai t-hitung yang signifikan pada level 1 %. Sedangkan variabel biaya modal mempunyai nilai t – hitung tidak signifikan. Variabel Concentration Ratio output / pangsa Struktur pasar Industri kakao di Indonesia bersifat oligopoli dengan besaran rata – rata kosentrasi sebesar 67,44 persen, dan rata – rata hambatan mauk pasar sebesar 45,12 persen Kinerja Industri kakao dilihat dari tingkat keuntungan ( PCM ) dan nilai efisiensi internal ( X – eff ). Nilai rata – rata PCm periode
30
kakao di Indonesia
Bambang Sumarno, simon dan Mudrajad Kuncoro ( 2003 )
Struktur, Kinerja, dan Kluster Industri Rokok Kretek Indonesia Tahun 1996 - 1999
Rasio konsentrasi dan Indeks Herfindahl Hirshman ( IHH )
Suryawati ( 2009 )
Analisis Struktur, Perilaku dan Kinerja Industri Tekstil dan Pakaian Jadi di Provinsi DIY
Analisis SCP ( Structure, Conduct, Performance ), SWOT, dan Panel Data
Analisis Frequencies dengan menggunakan SPSS versi 10
Menelusuri sejarah industri rokok, dilanjutkan dengan identifikasi profil para “ pemain utama “ dalam industri ini, analisis struktur, kinerja, dan kluster.
Tujuan dari penelitian ini adalah menganalisis struktur, perilaku dan kinerja industri tekstil dan pakaian jadi di Provinsi DIY dan merumuskan kekuatan dan
2000 – 2009 adalah sebesar 21,29 persen dengan nilai PCm terbesar terjadi pada tahun 2006 sebesar 2,06 sedangkan untuk nilai rata – rata pada X – eff periode 2000 – 2009 adalah sebesar 122,10 persen Industri rokok kretek di Indonesia mempunyai struktur oligopoli. Kinerja mengalami pertumbuhan walaupun kondisi perekonomian Indonesia mengalami krisis. Tingkat konsentrasi memiliki hubungan yang positif terhadap kinerja. Hasil dari uji kluser distribusi tenaga kerja dan nilai tambah yang tidak normal dan mempunyai kecondongan positif. Struktur industri tekstil dan pakaian jadi di Provinsi DIY menghasilkan angka 81,88 persen berdasarkan estimasi data panel menunjukkan bahwa variabel pengeluaran untuk bahan baku dan keluaran produksi berpengaruh
31
kelemahan industri tekstil dan pakaian jadi di Provinsi DIY
signifikan baik terhadap PCM maupun keuntungan Variabel lain yang berpengaruh signifikan terhadap PCm adalah jumlah Perusahaan.