LAPORAN TUGAS AKHIR
BAB III PERHITUNGAN BAGIAN-BAGIAN UTAMA 3.1 Perancangan Sistem Kemudi Gokart Proses peracangan sistem kemudi gokart menggunakan metode analisa perancangan dengan melakukan perhitungan-perhitungan manual. Metode ini menggunakan rumus-rumus dan perhitungan yang terkait untuk menganalisa gaya tertentu dan titik berat yang terjadi pada sistem kemudi gokart.
3.2 Analisa Perancangan Sistem Kemudi Gokart Sistem kemudi yang direncanakan, yaitu akan dianalisa dengan prinsip Ackerman. Dimana Geometri Ackerman merupakan sudut setir di sebelah dalam roda lebih besar daripada sudut setir di sebelah luar roda.
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA
25
LAPORAN TUGAS AKHIR
Gambar 3.1 Geometri Ackerman Dari gambar diatas dapat disimpulkan persamaan sebagai berikut :
δ0 = tan -1
(Thomas Gillespie.1992:277)
Diketahui : L = 1,2 m R=1m t = 0,62 m (untuk roda depan) t = 0,64 m (untuk roda belakang) Maka dilakukan perhituangannya adalah :
δ0 = tan -1
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA
(Thomas Gillespie.1992:277)
26
LAPORAN TUGAS AKHIR
,
δ0 = tan -1
,
= 42,5 = 42°
δi = tan -1
δi = tan -1
(Thomas Gillespie.1992:277)
, ,
= 60,1 = 60 °
δ0 = tan -1
, ,
= 38,02 = 38°
δi = tan -1
, ,
= 73° Untuk sudut yang kecil, seperti belokan pada biasanya, arctangen dari sudut tersebut hasilnya mendekati sudut belokan itu sendiri (dalam radian). Perilaku Ackerman yang sempurna pada kenyataannya sulit dicapai, tetapi hampir mendekati susunan trapezoidal yang ditunjukan pada gambar di bawah ini :
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA
27
LAPORAN TUGAS AKHIR
Gambar.3.2 Susunan Diferensial Dari Steer Trapezoidal Tie Rods
Ketika roda bergerak ke kanan atau ke kiri, ketidaksimetrian geometri menyebabkan sudut pada bagian dalam roda lebih besar dibandingkan sudut luar roda. Ketika tie rods diletakkan di belakang pusat roda, maka steering arm ball joints terletak di dalam sumbu steer dan menghasilkan clearences roda yang baik. Jika steer didesain dengan posisi tie rods terletak di depan dari pusat roda, steering arm ball joints harus terletak di luar dari sumbu rotasi steer pada roda dengan tujuan untuk mendapatkan pendekatan pada geometri ackerman. Perancanangan atau pembuatan desain yang sesuai dari geometri ackerman merupakan fungsi dari jarak roda kendaraan dan injakan poros sumbu depan.
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA
28
LAPORAN TUGAS AKHIR
3.3 Data-Data Sistem Kemudi Gokart
Gambar 3.3 Sistem Kemudi Gokart
L = 1,2 m
hr = 0,22 m
a = 0,42 m
Ktf = 18.000 N/der
b = 0,78 m
Ktr = 17.000 N/der
Tf = 0,64 m
µ = 5°
Tr = 0,62 m
Rtf = 210 N/der
muf = 60 kg
Rtr = 73 N/der
mur = 90 kg
Uo = 10 km/h
m = 150 kg
3.4 Perhitungan Untuk Gaya Vertikal Menghitung berat Wt : Wt = m.g = 150 x 9,8 m/s2 = 1470 N
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA
29
LAPORAN TUGAS AKHIR
Menghitung gaya vertikal yang bekerja pada masing-masing roda : Fv1 = b x Wt/2L - Rtf/Tf + Ktf = 0,78 x 1470 : (2 x 1,2) ─ (210 : 0,64) + 18.000 = 18.149,6 N Fv2 = b x Wt/2L + Rtf/Tf + Ktf = 0,78 x 1470: (2 x 1,2) + (210 : 0,64) + 18.000 = 18.805,8 N Fv3 = a x Wt/2L + Rtr/Tr + Ktr = 0,42 x 1470 : (2 x 1,2) + (210 : 0,62) + 17.000 = 16.918,5 N Fv4 = a x Wt/2L - Rtr/Tr + Ktr = 0,42 x 1470 : (2 x 1,2) ─ (210 : 0,62) + 17.000 = 17.595,9 N 3.5 Perhitungan Untuk Gaya Lateral Menghitung percepatan sentrifugal dengan variabel kecepatan Uo = 10 km/h dan sudut patokan µ = 5° : acx = Uo2 sin µ + hr 2
= (10) x sin 5 + 0,22 = 8,94 m/s2 acy = Uo2 cos µ - hr 2
= (10) x cos 5 ─ 0,22 = 99,4 m/s2
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA
30
LAPORAN TUGAS AKHIR
Menghitung gaya sentrifugal : Fcgy = m x acy = 150 x 99,4 = 14.910 N Fcgx = m x acx = 150 x 8,94 = 1.341 N Menghitung percepatan roda : atx1,2 = Uo2 sin µ – a 2
= (10) x sin 5 – 0,42 2
= 8,3 m/s
atx3,4 = Uo2 sin µ + b 2
= (10) x sin 5 + 0,78 2
= 9,5 m/s
aty1,2 = Uo2 cos µ - Tf/2 2
= (10) x cos 5 – (0,64 : 2) 2
= 99,3 m/s
aty3,4 = Uo2 cos µ + Tr/2 2
= (10) x cos 5 + (0,62 : 2) 2
= 99,93 m/s
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA
31
LAPORAN TUGAS AKHIR
Menghitung gaya lateral : Fl1 = b/2L x Fcgy cos µ - Fcgx/4 sin µ + 0,5 muf (aty1 cos µ + atx1 sin µ) = 0,78: (2 x 1,2) x 14.910 cos 5 ─ (7.120 : 4) sin 5 + 0,5 x 60 (99,3 cos 5 + 8,3 sin 5) = 7.661,5 N Fl2 = b/2L x Fcgy cos µ + Fcgx/4 sin µ + 0,5 muf (aty2 cos µ + atx2 sin µ) = 0,78 : (2 x 1,2) x 14.910 cos 5 + (1.341 : 4) sin 5 + 0,5 x 60 (99,3 cos 5 + 8,3 sin 5) = 7.845,9 N Fl3 = a/2L x Fcgy cos µ + Fcgx/4 sin µ + 0,5 mur (aty3 cos µ + atx3 sin µ) = 0,42 : (2 x 1,2) x 14.910 cos 5 + (1.341 : 4) sin 5 + 0,5 x 90 (99,93 cos 5 + 9,5 sin 5) = 7.145,2 N Fl4 = a/2L x Fcgy cos µ - Fcgx/4 sin µ + 0,5 mur (aty4 cos µ + atx4 sin µ) = 0,42 : (2 x 1,2) x 14.910 cos 5 ─ (1.341 : 4) sin 5 + 0,5 x 90 (99,93 cos 5 + 9,5 sin 5) = 7.087,1 N Menghitung percepatan sentrifugal dengan variabel kecepatan Uo = 20 km/h dan sudut patokan µ = 5° : acx = Uo2 sin µ + hr 2
= (20) x sin 5 + 0,22 = 35,1 m/s2
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA
32
LAPORAN TUGAS AKHIR
acy = Uo2 cos µ - hr 2
= (20) x cos 5 ─ 0,22 = 398,3 m/s2 Menghitung gaya sentrifugal : Fcgy = m x acy = 150 x 398,3 = 59.745 N Fcgx = m x acx = 150 x 35,1 = 5.265 N Menghitung percepatan roda : atx1,2 = Uo2 sin µ – a 2
= (20) x sin 5 – 0,42 2
= 34,4 m/s
atx3,4 = Uo2 sin µ + b 2
= (20) x sin 5 + 0,78 2
= 35,6 m/s
aty1,2 = Uo2 cos µ - Tf/2 2
= (20) x cos 5 – (0,64 : 2) 2
= 398,2 m/s
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA
33
LAPORAN TUGAS AKHIR
aty3,4 = Uo2 cos µ + Tr/2 2
= (20) x cos 5 + (0,62 : 2) 2
= 398,8 m/s
Menghitung gaya lateral : Fl1 = b/2L x Fcgy cos µ - Fcgx/4 sin µ + 0,5 muf (aty1 cos µ + atx1 sin µ) = 0,78 : (2 x 1,2) x 59.745 cos 5 ─ (5.265 : 4) sin 5 + 0,5 x 60 (398,2 cos 5 + 34,4 sin 5) = 31.219,1 N Fl2 = b/2L x Fcgy cos µ + Fcgx/4 sin µ + 0,5 muf (aty2 cos µ + atx2 sin µ) = 0,78 : (2 x 1,2) x 59.745 cos 5 + (5.265 : 4) sin 5 + 0,5 x 60 (398,2 cos 5 + 34,4 sin 5) = 31.448,4 N Fl3 = a/2L x Fcgy cos µ + Fcgx/4 sin µ + 0,5 mur (aty3 cos µ + atx3 sin µ) = 0,42: (2 x 1,2) x 59.745 cos 5 + (5.265 : 4) sin 5 + 0,5 x 90 (398,8 cos 5 + 35,6 sin 5) = 28.547,6 N Fl4 = a/2L x Fcgy cos µ - Fcgx/4 sin µ + 0,5 mur (aty4 cos µ + atx4 sin µ) = 0,42: (2 x 1,2) x 59.745 cos 5 ─ (5.265 : 4) sin 5 + 0,5 x 90 (398,8 cos 5 + 35,6 sin 5) = 28.318,2 N
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA
34
LAPORAN TUGAS AKHIR
Menghitung percepatan sentrifugal dengan variabel kecepatan Uo = 30 km/h dan sudut patokan µ = 5° : acx = Uo2 sin µ + hr 2
= (30) x sin 5 + 0,22 = 78,6 m/s2 acy = Uo2 cos µ - hr 2
= (30) x cos 5 ─ 0,22 = 896,4 m/s Menghitung gaya sentrifugal : Fcgy = m x acy = 150 x 896,4 = 134.460 N Fcgx = m x acx = 150 x 78,6 = 11.790 N Menghitung percepatan roda : atx1,2 = Uo2 sin µ – a 2
= (30) x sin 5 – 0,42 2
= 78,1 m/s
atx3,4 = Uo2 sin µ + b FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA
35
LAPORAN TUGAS AKHIR
2
= (30) x sin 5 + 0,78 2
= 79,2 m/s
aty1,2 = Uo2 cos µ - Tf/2 2
= (30) x cos 5 – (0,64 : 2) 2
= 896,2 m/s
aty3,4 = Uo2 cos µ + Tr/2 2
= (30) x cos 5 + (0,62 : 2) 2
= 896,8 m/s
Menghitung gaya lateral : Fl1 = b/2L x Fcgy cos µ - Fcgx/4 sin µ + 0,5 muf (aty1 cos µ + atx1 sin µ) = 0,78: (2 x 1,2) x 134.460 cos 5 ─ (11.790 : 4) sin 5 + 0,5 x 60 (896,2 cos 5 + 78,1sin 5) = 70.264,2 N Fl2 = b/2L x Fcgy cos µ + Fcgx/4 sin µ + 0,5 muf (aty2 cos µ + atx2 sin µ) = 0,78 : (2 x 1,2) x 134.460 cos 5 + (11.790 : 4) sin 5 + 0,5 x 60 (896,2 cos 5 + 78,1sin 5) = 70.778 N Fl3 = a/2L x Fcgy cos µ + Fcgx/4 sin µ + 0,5 mur (aty3 cos µ + atx3 sin µ) = 0,42 : (2 x 1,2) x 134.460 cos 5 + (11.790 : 4) sin 5 + 0,5 x 90 (896,8 cos 5 + 79,2 sin 5) = 64.211 N Fl4 = a/2L x Fcgy cos µ - Fcgx/4 sin µ + 0,5 mur (aty4 cos µ + atx4 sin µ)
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA
36
LAPORAN TUGAS AKHIR
= 0,42 : (2 x 1,2) x 134.460 cos 5 ─ (11.790 : 4) sin 5 + 0,5 x 90 (896,8 cos 5 + 79,2 sin 5) = 63.697,2 N 3.6 Perhitungan Untuk Titik Berat Gokart Understeer Dan Oversteer Karakteristik pengendalian dari pengendalian kendaraan tergantung pada hubungan antara sudut slip yang terjadi pada roda depan dan roda belakang. Dari standar geometri, hubungan antara sudut steer pada roda depan (δf), radius putar (R), whell base (L), sudut slip roda depan ( f) dan sudut slip roda belakang (
r).
Dimana Kus adalah konstanta understeer yang harganya dinyatakan dalam
radian. Apabila harga Kus adalah positif, yang terjadi sudut slip roda depan lebih besar dari sudut slip roda belakang, sudut steer yang dibutuhkan untuk melintasi lintasan yang telah ditentukan bertambah dengan akurat dari kecepatan kendaraan. Kondisi ini disebut dengan kondisi understeer. Untuk kendaraan understeer, ketika dipercepat dengan radius belok yang konstan, pengemudi harus menambah sudut steer. Dengan roda kemudi tetap, radius belok akan bertambah besar. Ketika gaya samping bekerja pada titik pusat massa kendaraan understeer yang berjalan lurus, roda depan akan menghasilkan sudut slip yang lebih besar dari pada roda belakang. Akibatnya, terjadi gerakan yaw dan kendaraan akan berbelok searah dengan gaya samping. Jika harga Kus adalah negatif, artinya sudut slip pada roda depan (
f)
lebih kecil
dari sudut slip roda belakang ( r), sudut steer yang dibutuhkan untuk melintasi lintasan yang diberikan berkurang dengan kondisi ini disebut oversteer.
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA
37
LAPORAN TUGAS AKHIR
Untuk kendaraan overtseer, ketika dipercepat pada radius putar konstan, pengemudi harus mengurangi sudut steer. Dengan demikian, ketika dipercepat dengan sudut steer yang tetap, radius putar akan berkurang. Jika gaya samping bekarja pada titik pusat massa kendaraan oversteer yang awalnya pada lintasan lurus, roda depan akan menghasilkan sudut slip yang lebih kecil dari yang dihasilkan roda belakang, dan kendaraan akan berbelok menuju arah datangnya gaya samping. Maka dapat diberikan suatu pengertian yaitu understeer adalah perilaku kendaraan yang sulit untuk dibelokan, sedangkan oversteer adalah perilaku kendaraan yang sulit dikendalikan. Sebelum menganalisa dinamika kendaraan lebih lanjut, maka perlu ditentukan terlebih dahulu dimana titik berat dari kendaraan. Untuk menentukan titik berat kendaraan dapat menggunakan sebuah sistem eksperimen yaitu ditimbang dengan asumsi bahwa beban terdistribusi merata. Secara bergantian roda depan dan roda belakang ditimbang seperti gambar berikut :
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA
38
LAPORAN TUGAS AKHIR
Gambar.3.4 Titik Berat Gokart
a
b
Wr
Wf Gambar.3.5 Diagram Benda Bebas
Dari penimbangan diatas didapatkan : a) Wf = berat kendaraan roda depan b) Wr = berat kendaraan roda belakang Dimana L = a + b adalah jarak antara kedua sumbu roda depan dan belakang dan Wt = Wf + Wr merupakan berat total. Dengan menggunakan rumus Σ M = 0, didapat : Wr . L = a . W dan a = Wr . L / W Wr . L = b . W dan b = Wr . L / W Untuk menentukan tinggi titik berat kendaraan maka dapat dilakukan dengan cara percobaan.
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA
39
LAPORAN TUGAS AKHIR
Gambar.3.6 Tinggi Titik Berat Dalam keadaan statis, dengan rumus Σ MA = 0 Σ MA = 0 W . tan θ . Hf = Wr . L ─ W . a hf =
.
. .
Tinggi titik berat dari permukaan jalan adalah : H = hf + r Dimana r = jari – jari roda Dalam pengukuran Gokart yang telah terjadi dengan pengemudinya, dimana datanya adalah : Massa total ( m )
: 150 (kg)
Massa gandar depan ( mf )
: 65 (kg)
Massa gandar belakang ( mr )
: 85 (kg)
Massa gokart bagian kiri (mki )
: 50 (kg)
Massa gokart bagian kanan ( mka ) : 100 (kg)
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA
40
LAPORAN TUGAS AKHIR
Gambar.3.7 Titik Berat Dari Samping Maka perhitungan jarak titik berat dari poros roda depan, adalah : Lf = mr . L : m = 87 . 1200 : 150 = 0,696 m Jarak titik berat dari poros roda belakang, adalah : Lr = mf . L : m = 63 . 1200 : 150 = 0,504 m Jarak titik berat dari sisi kanan, adalah : Lka = mki . L : m = 50 . 720 : 150 = 240 mm
Lki = mka . L : m = 100 . 720 : 150
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA
41
LAPORAN TUGAS AKHIR
= 480 mm Tinggi titik berat : H = r + f ; dimana hf =
(
.
.
)
.
Sin θ = r/L = 0,11/1,200 = 0,091 θ = 6,01, maka : hf =
(
.
.
)
.
=
(
.
,
. ,
)
,
= 0,24 m
H = r + hf = 0,11 + 0,24 = 0,35 m
3.5 Pengujian Perilaku Arah Kendaraan Terhadap Belokan Dalam pengujian ini ada dua bahasan pokok yang dicari yaitu koefisien understeer ( Kus ) dan kecepatan karakteristik ( Vkh ) untuk kendaraan understeer. Sedangkan unutk kendaraan oversteer, kecepatan kritis ( Vkr ) secara nyata tidak dapat diperhitungkan sehingga pada pengujian arah kendaraan dijalan Vkr tidak dapat dicari. Untuk mencari kendaraan oversteer serta kecepatan karakteristik suatu kendaraan, maka dilakukan pengujian dengan metode uji lapangan yaitu pengujian dengan radius belok tetap. Konsep dari pengujian ini adalah dengan rumus berikut : δf =
. 57,3 + Kus
.
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA
42
LAPORAN TUGAS AKHIR
Keterangan : V = Kecepatan m/s Lf = Jarak gandar depan dengan titik berat Lr = Jarak gandar belakang dengan titik berat Dimana : δf = sudut putar kemudi R = radius belok kendaraan Dengan R konstan maka persamaan tersebut akan berupa garis lurus yang menghubungkan δf dan
.
. dimana pelaksanaan pengujian adalah sebagai
berikut: Menentukan radius belok konstanta sebesar 6 m. Membelokkan kendaraan dengan kecepatan tertentu ( Vi ). Pertahankan sampai membentuk lingkaran dengan R = 6 m. Catat sudut belok kemudinya (δf ). Dilakukan berulang-ulang pada R tetap dengan kecepatan bertambah dan sudut kemudinya berubah sampai roda mengalami slip. Dan didapat data sebagai berikut :
Tabel 3.1 Data Hasil Pengujian Belok Pada R Tetap V
Pengujian I
Pengujian II
(δf )
(δf )
20 km/jam = 5,56 m/s
9,5
9,5
25 km/jam = 6,94 m/s
9
8,5
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA
Kus-1
Kus-2
0,5
-0,90
-0,90
0,89
-0,83
-0,78
V2 .
43
LAPORAN TUGAS AKHIR
30 km/jam = 8,33 m/s
9
8
1,28
-0,80
-0,71
35 km/jam = 9,72 m/s
8
7,5
1,67
-0,69
-0,64
40 km/jam = 11,11 m/s
7,5
7,5
2,06
-0,62
-0,62
Dengan didapatkan koefisien understeer dari gokart, maka diketahui bahwa perilaku arah dari gokart adalah oversteer. Karena gokart oversteer maka kecepatan karakteristik tidak dapat dihitung. Jika pengujian ini diteruskan sampai gokart berputar slip, maka pada kondisi slip perhitungan koefisien understeer sudah tidak valid lagi, karena secara praktis kendaraan yang dalam kondisi slip pada dasarnya sudah tidak stabil lagi.
FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS MERCU BUANA
44