5.
6.
Menganalisis konsentrasi CO dengan dibandingkan dengan baku mutu, pengaruh beban pencemar dan faktor meteorologi terhadap konsentrasi CO. Penyusunan laporan penelitian.
1.4. Batasan Masalah Penelitian ini mengambil batasanbatasan masalah sebagai berikut : 1. Beban pencemar dihitung hanya berdasarkan konsumsi solar dan bensin karena merupakan sumber utama pencemaran udara. 2. Perhitungan konsumsi solar dan bensin tiap kotamadya berdasarkan jumlah penduduk. 3. Obyek kajian adalah DKI Jakarta dan CO tahun 2002 karena kelengkapan data sehingga memudahkan dalam pengolahan dan analisis. 4. Aktivitas atau kegiatan yang terjadi pada setiap Kotamadya tidak diperhitungkan.
II. TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Gambaran Umum DKI Jakarta Jakarta merupakan Ibukota Republik Indonesia, sebuah negara kepulauan dengan sekitar 13.000 pulau dan penduduk lebih dari 200 juta jiwa. Negara Kesatuan Republik Indonesia memiliki kebhinekaan dalam suku bangsa, bahasa, budaya, serta adat dan agama. Kebhinekaan tersebut tercermin pula di ibukota negara, Jakarta. Jakarta merupakan salah satu kota di Asia yang paling sering dibicarakan dengan berbagai alasan yang wajar. Jakarta telah berkembang secara luar biasa dan akan berada pada kedudukan terdepan dan bertanggungjawab di Asia pada dasawarsa mendatang. Jakarta merupakan gerbang utama Indonesia karena letaknya yang strategis di Kepulauan Indonesia, menyediakan layanan angkutan darat, udara, dan laut terbaik di Indonesia. 2.1.1. Letak Geografi, Administrasi dan Topografi Kota Jakarta merupakan dataran rendah dengan ketinggian rata-rata sekitar 7 meter diatas permukaan laut, terletak pada posisi 6°12’ ′Lintang Selatan dan 106°48′ Bujur Timur. Luas wilayah Provinsi DKI Jakarta, berdasarkan SK Gubernur Nomor 1227 tahun 1989, adalah berupa daratan seluas 661,52 km2 dan berupa lautan seluas
6.977,5 km2. Wilayah DKI memiliki tidak kurang dari 110 buah pulau yang tersebar di Kepulauan Seribu, dan sekitar 27 buah sungai/saluran/kanal yang digunakan sebagai sumber air minum, usaha perikanan dan usaha perkotaan. Di sebelah utara membentang pantai dari Barat sampai ke Timur sepanjang ± 35 km yang menjadi tempat bermuaranya 9 buah sungai dan 2 buah kanal, sementara di sebelah selatan dan timur berbatasan dengan wilayah provinsi Jawa Barat, sebelah barat dengan provinsi Banten, sedangkan di sebelah utara berbatasan dengan Laut Jawa. Wilayah administrasi provinsi DKI Jakarta terbagi menjadi 5 wilayah kotamadya dan satu Kabupaten Administratif, yaitu: Kotamadya Jakarta Selatan, Jakarta Timur, Jakarta Pusat, Jakarta Barat dan Jakarta Utara masing-masing dengan luas daratan seluas 145,73 km2, 187,75 km2, 48,20 km2, 126,15 km2 dan 141,88 km2 serta Kabupaten Kepulauan Seribu (11,81 km2). Secara umum, DKI Jakarta dibatasi oleh wilayahwilayah sebgai berikut : - Sebelah Selatan : Kota Depok - Sebelah Timur : Prov.Jawa Barat - Sebelah Barat : Prov. Banten - Sebelah Utara : Laut Jawa Secara rinci, Jakarta bagian selatan terdiri atas lapisan alluvial, sedang dataran rendah pantai merentang ke bagian pedalaman sekitar 10 km. Di bawahnya terdapat lapisan endapan yang lebih tua yang tidak tampak pada permukaan tanah karena tertimbun seluruhnya oleh endapan alluvium. Di wilayah bagian utara baru terdapat pada kedalaman 10-25 meter, makin ke selatan permukaan keras semakin dangkal 8- 15 meter dan pada bagian kota tertentu terdapat juga lapisan permukaan tanah yang keras dengan kedalaman 40.
Gambar 1. Peta Wilayah DKI Jakarta (BPS, Jakarta )
2
2.1.2.
Perekonomian dan Demografi Salah satu yang menjadi motor penggerak perekonomian DKI Jakarta adalah sektor perdagangan dan jasa. Kedua sektor tersebut memberikan kontribusi terhadap perekonomian Provinsi DKI Jakarta dan mampu menyerap tenaga kerja yang relatif lebih besar. Jumlah penduduk di Jakarta sekitar 7.512.323 (2006) namun pada siang hari, angka tersebut akan bertambah seiring datangnya para pekerja dari kota satelit seperti Bekasi, Tangerang, Bogor, dan Depok. Kota/Kabupaten yang paling padat penduduknya adalah Jakarta Timur dengan 2.131.341 penduduk, sementara Kepulauan Seribu adalah kabupaten dengan paling sedikit penduduk, yaitu 19.545 jiwa. Tingginya pergerakan penduduk dari DKI Jakarta ke wilayah Bogor, Tangerang dan Bekasi (BOTABEK) telah membawa konsekuensi tersendiri terhadap laju pertumbuhan penduduk di wilayah tersebut. Jika pada tahun 1961 jumlah penduduknya hanya mencapai 2,74 juta jiwa, maka pada tahun 2000 diperkirakan mencapai 13,59 juta jiwa. Pada tahun 1961 hingga 1971, jumlah penduduk Jakarta Pusat merupakan yang tertinggi dibandingkan kotamadya lainnya. Namun setelah tahun 1980 berangsur-angsur penduduk Jakarta Pusat mengalami penurunan, bahkan pada tahun 1990 hingga tahun 2000 penduduk di wilayah ini merupakan yang terkecil dibandingkan wilayah lainnya. Walaupun penduduk DKI Jakarta terus mengalami peningkatan, namun demikian laju pertumbuhan penduduk sepanjang kurun waktu 1961 sampai 2000 terus mengalami penurunan.
2.2. Pencemaran Udara Berdasarkan Konsumsi Solar dan Bensin Menurut PP No. 41 tahun 1999 tentang pengendalian pencemaran udara, pencemaran udara adalah masuknya atau dimasukkannya zat, energi, dan/atau komponen lain ke dalam udara ambien oleh kegiatan manusia, sehingga mutu udara ambien turun sampai ke tingkat tertentu yang menyebabkan udara ambien tidak dapat memenuhi fungsinya. Sedangkan yang dimaksud dengan sumber pencemar adalah setiap usaha dan/atau kegiatan yang mengeluarkan bahan pencemar ke udara yang menyebabkan udara tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya. Sumber pencemaran udara dapat dibedakan berdasarkan sumbernya yaitu sumber alami dan sumber manusia/buatan. Sumber alami terdiri dari debu yang tertiup angin, tanaman (serbuk), letusan gunung berapi, dan kebakaran hutan. Sedangkan sumber buatan terdiri dari transportasi, industri, dan lainnya. Transportasi sendiri menyumbang 70% zat pencemar yang menyebabkan pencemaran udara di perkotaan. Penetapan baku mutu udara bertujuan untuk mengendalikan dan melindungi lingkungan udara dari dampak negatif yang ditimbulkan oleh zat pencemar dikarena aktivitas manusia. Jika konsentrasi udara melebihi baku mutu udara ambien maka akan membahayakan bagi makhluk hidup baik secara langsung maupun tidak langsung. Salah satu contohnya adalah kesehatan yang akan terganggu. Baku mutu udara ambien berdasarkan PP No.41 Tahun 1999 Tentang Pengendalian pencemaran Udara disajikan pada Tabel 1.
2.1.3. Kondisi Iklim DKI Jakarta beriklim tropis, dengan suhu tahunan rata-rata 270C dengan kelembaban 80 - 90%. Karena terletak di dekat garis khatulistiwa, arah angin dipengaruhi oleh angin musim. Angin musim barat bertiup antara November dan April, sedang angin musim timur antara Mei dan Oktober. Suhu sehari-hari kota Jakarta dipengaruhi angin laut yang nyaman karena di sepanjang pantai. Curah hujan rata-rata 2.000 mm, curah hujan paling besar sekitar bulan Januari dan paling kecil pada bulan September.
Tabel 1. Baku Mutu Udara Ambien Nasional Zat Waktu Dalam pencemar pengukuran µg/m3 1 Jam 900 24 Jam 365 SO2 1 tahun 60 1 Jam 30000 CO 24 jam 10000 I Jam 400 NO2 24 Jam 150 1 Tahun 100 Sumber : Peraturan Pemerintah (PP) No.41 tahun 1999 Tentang Pengendalian pencemaran Udara
Tingkat pencemaran udara di beberapa kota besar di Indonesia telah mencapai ambang yang mencemaskan dalam beberapa tahun terakhir ini. Hasil pemantauan yang
3
dilakukan oleh stasiun-stasiun pencemaran udara di beberapa kota besar seperti Jakarta, Bandung dan Surabaya menunjukkan bahwa tingkat ambang pencemaran terus naik sejak tahun 1980. Beberapa aktifitas kegiatan manusia yang dapat mengakibatkan pencemaran udara antara lain adalah kegiatan transportasi. Sektor transportasi terutama kendaraan bermotor merupakan penyumbang utama pencemaran udara di daerah perkotaan dan lebih dari 70% pencemaran udara di kota-kota besar berasal dari kendaraan bermotor. Permasalah dalam pencemaran udara itu sendiri adalah emisi kendaraan bermotor, dimana sebagian besar kendaraan bermotor menggunakan bahan bakar minyak (BBM) seperti bensin atau solar yang mengandung gas beracun dan berperan sebagai penyumbang polusi cukup besar terhadap kualitas udara sehingga akan mempengaruhi kesehatan. Sebagai contoh dari gas yang dikeluarkan oleh kendaraan bermotor tersebut adalah CO2, CO, NO2, H2, hidrokarbon, dan SO2. Komposisi gas yang dikeluarkan dari pembakaran bensin dan solar dapat dilihat pada tabel 2. Tabel 2. Komposisi gas buang (% volume) dari kendaraan bermotor Jenis gas buang Bensin Solar CO2 9.0 9.0 CO 4.0 0.1 NO2 4.0 9.0 H2 2.0 0.03 Hidrokarbon 0.5 0.02 NOx 0.06 0.04 SO2 0.006 0.02 Sumber : (Hartogensis dalam Santosa, 2004) Jenis bahan bakar pencemar yang dikeluarkan oleh mesin dengan bahan bakar bensin maupun bahan bakar solar sebenarnya sama saja, hanya berbeda proporsinya karena perbedaan cara operasi mesin. Secara visual selalu terlihat asap dari knalpot kendaraan bermotor dengan bahan bakar solar, yang umumnya tidak terlihat pada kendaraan bermotor dengan bahan bakar bensin. Bahan pencemar yang terutama terdapat di dalam gas buang kendaraan bermotor adalah karbon monoksida (CO), berbagai senyawa hindrokarbon, berbagai oksida nitrogen (NOx) dan sulfur (SOx), dan partikulat debu termasuk timbel (Pb).
2.2.1.
Bensin Bensin dibuat dari minyak mentah, cairan berwarna hitam yang dipompa dari perut bumi dan biasa disebut dengan petroleum. Cairan ini mengandung hidrokarbon yang merupakan atom-atom karbon dalam minyak mentah yang saling berhubungan satu dengan yang lainnya dengan cara membentuk rantai yang panjangnya yang berbeda-beda. Secara sederhana, bensin tersusun dari hidrokarbon rantai lurus, mulai dari C7 (heptana) sampai dengan C11. Dengan kata lain, bensin terbuat dari molekul yang hanya terdiri dari hidrogen dan karbon yang terikat antara satu dengan yang lainnya sehingga membentuk rantai. Molekul hidrokarbon dengan panjang yang berbeda akan memiliki sifat dan kelakuan yang berbeda pula. CH4 (metana) merupakan molekul paling ringan dan bertambahnya atom C dalam rantai tersebut akan membuatnya semakin berat. Empat molekul pertama hidrokarbon adalah metana, etana, propana dan butana. Dalam temperatur dan tekanan kamar, keempatnya berwujud gas, dengan titik didih masingmasing -1070C, -670C, -430C dan -180C. Berikutnya, dari C5 sampai dengan C18 berwujud cair, dan mulai dari C19 ke atas berwujud padat. Dengan bertambah panjangnya rantai hidrokarbon akan menaikkan titik didihnya, sehingga dapat memisahkan hidrokarbon dengan cara destilasi. Prinsip inilah yang diterapkan di pengilangan minyak untuk memisahkan berbagai fraksi hidrokarbon dari minyak mentah. Campuran udara dan bensin (dalam bentuk gas) yang terdapat di dalam mesin akan ditekan oleh piston sampai dengan volume yang sangat kecil dan kemudian dibakar oleh percikan api yang dihasilkan busi. Bensin juga bisa terbakar secara spontan sebelum percikan api dari busi keluar. Bilangan oktan suatu bensin memberikan informasi kepada kita tentang seberapa besar tekanan yang bisa diberikan sebelum bensin tersebut terbakar secara spontan. Jika campuran gas ini terbakar karena tekanan yang tinggi (dan bukan karena percikan api dari busi), maka akan terjadi knocking atau ketukan di dalam mesin. Knocking ini akan menyebabkan mesin cepat rusak, sehingga sebisa mungkin harus kita hindari. Bensin dengan bilangan oktan 87, berarti bensin tersebut terdiri dari 87% oktana dan 13% heptana (atau campuran molekul lainnya). Bensin ini akan
4
terbakar secara spontan pada angka tingkat kompresi tertentu yang diberikan, sehingga hanya diperuntukkan untuk mesin kendaraan yang memiliki ratio kompresi yang tidak melebihi angka tersebut. Zat tambahan lainnya yang sering dicampurkan ke dalam bensin adalah MTBE (methyl tertiary butyl ether), yang berasal dan dibuat dari etanol. MTBE ini selain dapat meningkatkan bilangan oktan, juga dapat menambahkan oksigen pada campuran gas di dalam mesin, sehingga akan mengurangi pembakaran tidak sempurna bensin yang menghasilkan gas CO. Tetapi, belakangan diketahui bahwa MTBE ini juga berbahaya bagi lingkungan karena mempunyai sifat karsinogenik dan mudah bercampur dengan air, sehingga jika terjadi kebocoran pada tempat-tempat penampungan bensin (misalnya di pom bensin) dan MTBE ini masuk ke air tanah bisa mencemari sumur dan sumber-sumber air minum lainnya. Bensin premium adalah bahan bakar minyak berwarna kekuningan yang jernih. Warna kuning tersebut akibat adanya zat pewarna tambahan (dye). Penggunaan premium pada umumnya adalah untuk bahan bakar kendaraan bermotor terutama digunakan oleh sektor industri, transportasi, dan juga rumah tangga. Pada tahun 1911, General Motors yang merupakan salah satu industri mobil di Amerika Serikat berhasil menemukan starter otomatis. Bensin yang digunakan oleh kendaraan akan menimbulkan dua masalah utama. Masalah pertama adalah asap dan ozon di kota-kota besar. Masalah kedua adalah karbon dan gas rumah kaca. Idealnya, ketika bensin dibakar di dalam mesin kendaraan, akan menghasilkan CO2 dan H2O saja. Kenyataannya pembakaran di dalam mesin tidaklah sempurna dan dalam proses pembakaran bensin dihasilkan CO yang merupakan gas beracun dan NOx, sebagai sumber utama asap di perkotaan yang jumlah kendaraannya sangat banyak. Oleh karena alasan-alasan inilah, para ilmuwan sekarang sedang berusaha untuk mengganti bahan bakar bensin dengan bahan bakar hidrogen yang lebih ramah lingkungan, karena jika H2 ini direaksikan dengan O2 hanya akan menghasilkan air (uap air). 2.2.2.
Solar Solar pada dasarnya merupakan campuran dari hasil olahan minyak bumi yang disebut juga middle distillates (memiliki berat jenis lebih berat dari bensin
namun lebih ringan dari minyak pelumas), dan umumnya tidak memiliki bahan aditif tambahan. Solar adalah bahan bakar jenis distilat berwarna kuning kecoklatan yang jernih. Penggunaan minyak solar pada umumnya adalah untuk bahan bakar pada semua jenis mesin diesel dengan putaran tinggi (diatas 1.000 RPM), yang juga dapat dipergunakan sebagai bahan bakar pada pembakaran langsung dalam dapur-dapur kecil, yang terutama diinginkan pembakaran yang bersih. Minyak solar ini biasa disebut juga Gas Oil, Automotive Diesel Oil, High Speed Diesel. Karakteristik lain dari solar antara lain berwarna gelap dan berbau khas, tidak terlalu mudah menguap dalam temperatur normal, titik bakar apabila disulut api pada suhu 40 – 1000 Celcius. Sementara flash point (temperatur menyala dengan sendirinya tanpa ada pengaruh api) sekitar 35000 Celcius. Apabila dibandingkan dengan bensin, solar memiliki kandungan belerang yang lebih banyak. Di Indonesia bahan bakar jenis solar (automotive diesel fuel) mempunyai porsi sebesar 47.42% dari total konsumsi bahan bakar untuk sektor transportasi. Agak berbeda dengan jenis bensin yang memiliki spesifikasi regular dan non regular, solar yang beredar di Indonesia selama ini hanya yang memiliki spesifikasi regular, sekalipun pada pertengahan tahun 2005 Pertamina sebagai pihak yang memonopoli perdagangan BBM di Indonesia telah meluncurkan Pertamina Dex yaitu jenis solar yang memiliki spesifikasi non regular. Sama seperti jenis bensin, solar juga merupakan hasil pengolahan dari minyak bumi, namun solar hanya dapat digunakan pada jenis mesin Diesel. Mesin diesel mengeluarkan asap karena pembakaran yang tidak sempurna, asap putih disebabkan oleh butiran kecil bahan bakar yang tidak berhasil terbakar akibat dari mesin yang mengalami kegagalan pematikan pada temperatur yang rendah. Asap putih ini seharusnya hilang seiring dengan mesin yang mulai panas. Sementara asap hitam bisa disebabkan oleh kegagalan injektor, udara yang tidak cukup, dan mesin yang overloading atau overfeuling. Sementara asap yang berwarna abu abu kebiruan disebabkan oleh terbakarnya pelumas dan merupakan indikasi bahwa mesin dalam keadaan yang tidak baik serta memerlukan perawatan. Energi yang terkandung dalam solar umumnya diukur dengan menggunakan British Thermal Unit (BTU) per gallonnya. Kandungan BTU dari
5
solar per unit (gallon atau liter) adalah sekitar 130.000 BTU/ gallon, lebih tinggi dari BTU yang terkandung pada bensin.
dan malam hari. Selain cuaca, variasi dari kadar CO juga dipengaruhi oleh topografi jalan dan bangunan di sekitarnya.
2.3. Karbon Monoksida (CO) 2.3.1. Sifat Fisik dan Kimia Karbon dan Oksigen dapat bergabung membentuk senjawa karbon monoksida (CO) sebagai hasil pembakaran yang tidak sempurna dan karbon dioksida (CO2) sebagai hasil pembakaran sempurna . (www.depkes.go.id). Karbon monoksida (CO) adalah pencemar primer berbentuk gas yang tidak berwarna, tidak memilki rasa, tidak berbau dan memilki berat jenis yang lebih kecil dari udara serta sangat stabil dan mempunyai waktu tinggal 2-4 bulan. (Purnomohado dalam Satria, 2006). Jika suhu udara normal, CO berbentuk gas yang tidak berwarna. CO mempunyai potensi bersifat racun yang berbahaya karena mampu membentuk ikatan yang kuat dengan pigmen darah yaitu haemoglobin.
2.3.3.
2.3.2.
Sumber dan Distribusi Karbon monoksida di lingkungan dapat terbentuk secara alamiah, tetapi sumber utamanya adalah dari kegiatan manusia. Karbon monoksida dapat berasal dari alam termasuk dari lautan, oksidasi metal di atmosfir, pegunungan, kebakaran hutan dan badai listrik alam. Sedangkan dari kegiatan manusia adalah dihasilkan dari pembakaran tak sempurna dari bahan bakar yang mengandung karbon seperti kendaraan bermotor, kegiatan industri, pembangkit listrik, dan lainnya. Berdasarkan estimasi, jumlah CO dari sumber buatan diperkirakan mendekati 60 juta ton per tahun. Separuh dari jumlah ini berasal dari kendaraan bermotor yang menggunakan bakan bakar bensin dan sepertiganya berasal dari sumber tidak bergerak seperti pembakaran batubara dan minyak dari industri dan pembakaran sampah domestik. D dalam laporan WHO (1992) dinyatakan paling tidak 90% dari CO di udara perkotaan berasal dari emisi kendaraan bermotor. Selain itu asap rokok juga mengandung CO, sehingga para perokok dapat mengancam dirinya sendiri dari asap rokok yang sedang dihisapnya. Kadar CO diperkotaan cukup bervariasi tergantung dari kepadatan kendaraan bermotor yang menggunakan bahan bakar bensin dan umumnya ditemukan kadar maksimum CO yang bersamaan dengan jam-jam sibuk pada pagi
Dampak terhadap Kesehatan Gas CO sangat berbahaya terutama jika berada dalam ruang tertutup yang tidak ada sirkulasi udara di dalamnya dan di jalan raya dalam keadaan lalu lintas macet. Karakteristik biologik CO yang dapat berikatan dengan haemoglobin, pigmen sel darah merah yang mengangkut oksigen keseluruh tubuh menyebabkan gas CO dapat mengubah haemoglobin (yang berfungsi untuk mengangkut oksigen ke seluruh tubuh) menjadi carboxyhaemoglobin yang dapat menurunkan volume O2 yang masuk ketubuh sehingga dapat melemahkan kontraksi jantung dan menurunkan volume darah yang didistribusikan. Kadar CO dalam udara ambien sesuai baku mutu adalah 10.000 ug/Nm3 udara dengan rata-rata waktu pengukuran 24 jam dan jika melebihi maka akan mengganggu kesehatan. Konsentrasi rendah (<400 ppmv ambient) dapat menyebabkan pusing-pusing dan keletihan, sedangkan konsentrasi tinggi (>2000 ppmv) dapat menyebabkan kematian. 2.4.
Pengaruh Faktor Meteorologi terhadap Pencemaran Udara Cuaca dan iklim bukan penyebab pencemaran udara tetapi keadaan atmosfer membuat pengaruh yang besar terhadap laja difusi (penyebaran) bahan pencemar, baik secara horizontal mapun vertikal (Critchfield dalam suharsono, 1985). Tetapi iklim dan cuaca berperan dalam pengangkutan, penyebaran, pengenceran dan perubahan bentuk dari polutan yang dikeluarkan oleh sumber pencemar. Kondisi cuaca tertentu akan mengakibatkan terjadinya akumulasi dan pemekatan konsentrasi polutan sehingga membahayakan bagi manusia, hewan, tumbuhan , dan juga bangunan. Sedangkan pada kondisi iklim tertentu menggambarkan potensinya terhadap polusi udara. Walaupun begitu, ilkim dan cuaca bukanlah penyebab polusi udara tetapi jika daerah tersebut terdapat banyak sumber pencemar maka cuaca dan iklim besar pengaruhnya terhadap pengangkutan, penyebaran, dan pengenceran serta perubahan bentuk polutan yang dikeluarkannya. Diantara faktor meteorologis yang mempengaruhi pencemaran udara adalah
6
arah dan kecepatan angin dan kelembaban udara (RH). Wind rose merupakan bentuk gambaran dari arah dan kecepatan angin pada suatu tempat dan waktu tertentu. Wind rose berguna untuk mengetahui arah penyebaran emisi polutan sehingga dapat ditentukan daerah yang akan tercemari. Selain itu, wind rose juga digunakan untuk meramalkan atau menduga daerah yang potensial tercemari yang terbatas pada skala lokal dan daerah urban (suharsono, 1983). Sebagai contoh peran dari wind rose adalah jika polutan telah sampai di atmosfer maka interaksi mula-mula adalah terjadinya pengenceran kadar polusi dan oleh kecepatan angin akan ditransportasikan dan polutan tersebut akan tercampur di atmosfer sehingga akan terjadi pengenceran lebih lanjut (Budihardjo, E. 1991). Angin terutama kecepatan angin berkorelasi negatif dengan konsentrasi CO dengan nilai korelasi sebesar -0.59 yang berarti bahwa peningkatan kecepatan angin diikuti oleh penurunan konsentrasi CO (Turyanti, A dan Santikayasa, I.P 2006). Selain angin, kelembaban udara juga mempengaruhi polusi udara. Kelembaban udara dapat diartikan sebagai kondisi uap air yang dikandung oleh udara dan biasanya dinyatakan dengan kelembaban mutlak dan kelembaban relatif (RH). Diantara dua kelembaban tersebut, yang mempunyai peranan penting dalam proses polusi udara ádalah kelembaban relatif (RH). Kelembaban udara berkolesi secara positif terhadap konsentrasi CO yang nilainya adalah 0.41 (Turyanti, A dan Santikayasa, I.P 2006)
III. BAHAN DAN METODE 3.1. Waktu dan Tempat Penelitian Penelitian dilakukan di Bgaian AQMS Pusar-Pedal KLH Kompleks Puspiptek Serpong dan di Laboratorium Meteorologi dan Pencemaran Atmosfer Departemen Geofisika dan Meteorologi, FMIPA IPB yang dilakukan pada bulan Juni sampai Agustus 2008. 3.2. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan dalam melakukan penelitian ini adalah : 1. Data Konsentrasi CO di 5 stasiun Pemantauan di DKI Jakarta tahun
2.
3.
4.
5.
6.
2002 (Sumber : AQMS, Pusarpedal PUSPIPTEK Serpong). Data penggunaan BBM (bensin dan solar) DKI Jakarta tahun 2002 (Sumber : BPS, Jakarta). Data jumlah penduduk DKI Jakrta per Kotamadya tahun 2002 (Sumber : BPS, Jakarta) Data angin dan kelembaban udara di DKI Jakarta tahun 2002. per stasiun pemantauan (Sumber : AQMS, Pusar-pedal PUSPIPTEK Serpong). Seperangkat personal komputer berupa microsoft windows, surfer, minitab, dan Arcview GIS. Alat perhitungan dan alat tulis lainnya
3.3. Metode Metode yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut : 3.3.1.
Konsentrasi CO dan Baku Mutu CO Konsentrasi rata-rata CO bulanan pada setiap stasiun pemantauan dibandingkan dengan baku mutu CO dengan cara memplotkannya dalam suatu grafik. Selain itu, juga diplotkan dengan faktor meteorologi untuk mengetahui korelasinya. Tabel 3. Stasiun Pemantauan dan Lokasi di DKI Jakarta No 1 2 3 4 5
Stasiun JAF 1 JAF 2 JAF 3 JAF 4 JAF 5
Lokasi Jakarta Timur Kemayoran Pondok Indah Jakarta Barat Senayan Sport
Sumber : AQMS di Indonesia tahun 2006
3.3.2. Metode Estimasi beban pencemar Salah satu metode dalam memperkirakan beban pencemar dari kendaraan bermotor dalam batas administratif suatu kota adalah dengan menggunakan pendekatan konsumsi bahan bakar karena pengukuran langsung kualitas dan aliran emisi dari suatu kegiatan dilakukan secara tidak praktis ataupun tidak mungkin untuk dilakukan terhadap setiap sumber pencemar. NKLD merumuskan perhitungan beban pencemar melalui pendekatan konsumsi beban pencemar yaitu:
7