II. TINJAUAN PUSTAKA
A. Ciri Morfologis Bambu
Bambu termasuk salah satu tumbuh-tumbuhan anggota famili Gramineae (rumput-rumputan). Tumbuhan bambu berumpun dan terdiri atas sejumlah batang (buluh) yang tumbuh secara bertahap dari mulai rebung, bambu muda, dan bambu dewasa pada umur 3--4 tahun. Batang bambu berbentuk silindris, berbuku-buku, beruas-ruas, berongga, berdinding keras, pada setiap buku terdapat mata tunas atau cabang (Otjo dan Atmadja, 2006).
Menurut Widjaja (1995), bambu betung mempunyai tipe simpodial dengan rumpun yang cukup rapat, tinggi buluh mencapai 20—30 meter, diameter pangkal 20--30 cm dengan panjang ruas 40--60 cm, dinding buluh cukup tebal 11—38 mm dan panjang pelepah 20—25 cm, serta memiliki cabang primer yang lebih besar dibandingkan dengan cabang lainnya.
Adapun klasifikasi taksonomis bambu betung adalah sebagai berikut. Rhegnum
: Plantae (Tumbuhan)
Divisi
: Magnoliophyta (Tumbuhan berbunga)
Kelas
: Liliopsida (tumbuhan berkeping satu/monokotil)
Ordo
: Poales
Famili
: Poaceae atau Gramineae
7
Genus
: Dendrocalamus
Spesies
: Dendrocalamus asper
B. Persyaratan Tempat Tumbuh
Pertumbuhan
setiap
tanaman
tidak
terlepas
dari
pengaruh
kondisi
lingkungannya, antara lain jenis iklim dan jenis tanah. Lingkungan yang sesuai dengan tanaman bambu adalah yang bersuhu sekitar 8,8--36o C. Bambu dapat tumbuh pada tanah yang bersifat masam (pH 3,5), tetapi umumnya tumbuh dengan baik pada tanah yang pH-nya 5,0 sampai 6,5. Pada tanah yang subur tanaman bambu akan tumbuh dengan baik karena hara mineral yang dibutuhkan terpenuhi (Berlian dan Rahayu, 1995).
Tempat tumbuh yang disukai bambu adalah lahan yang terbuka dan mendapatkan sinar matahari yang cukup. Bambu lebih toleran terhadap iklim. Bambu di Indonesia dapat tumbuh pada iklim tipe A, B, C, D, dan E. Walaupun demikian, semakin basah tipe iklimnya pertumbuhan bambu semakin baik, sebab bambu membutuhkan banyak air. Curah hujan yang baik untuk pertumbuhan bambu adalah minimal 1.020 mm/tahun (Departemen Kehutanan dan Perkebunan, 1999).
Bambu betung tumbuh subur di banyak tempat di pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi hingga kepulauan Nusa Tenggara. Bambu ini tumbuh paling baik di daerah lembab dan basah, namun bisa juga tumbuh di daerah yang kering.
8
C. Manfaat Bambu
Tanaman bambu merupakan penghasil hasil hutan nir kayu yang dapat digunakan sebagai sumber bahan baku industri.
Di bidang kehutanan,
tanaman bambu dapat meningkatkan kualitas hutan yang selama ini menjadi bahan
baku
industri
perkayuan
nasional
melalui
substitusi
atau
keanekaragaman bahan baku (Otjo dan Atmadja, 2006).
Secara tradisional, pada umumnya bambu dimanfaatkan untuk berbagai keperluan seperti alat-alat rumah tangga, kerajinan tangan, dan bahan makanan (Widjaja dkk., 1994).
Pada umumnya, seluruh bagian dari bambu dapat dimanfaatkan, yakni mulai dari akar, daun, rebung sampai pada batang. Akar tanaman bambu dapat berfungsi sebagai penahan erosi guna mencegah bahaya kebanjiran. Akar bambu juga dapat berperan dalam menangani limbah beracun akibat keracunan merkuri. Akar tanaman bambu dapat berfungsi menyaring air yang terkena limbah melalui serabut-serabut akarnya (Berlian dan Rahayu, 1995).
Secara garis besar pemanfaatan batang bambu dapat digolongkan ke dalam dua hal sebagai berikut (Berlian dan Rahayu, 1995). 1. Berdasarkan bentuk bahan baku. a.
Bambu yang masih dalam keadaan bulat, umumnya digunakan untuk tiang pada bangunan rumah sederhana.
9
b. Bambu yang sudah dibelah, umumnya digunakan untuk dinding rumah, rangka atap (yang terbuat dari ijuk atau rumbia), kerajinan tangan, dan lain sebagainya. c. Gabungan bambu bulat dan sudah dibelah serta serat bambu, umumnya digunakan untuk aneka kerajinan tangan, misalnya keranjang, kursi, meja, dan lain-lain. 2. Berdasarkan penggunaan akhir, yaitu untuk konstruksi dan nonkonstruksi.
Rebung, tunas bambu atau disebut juga trubus bambu merupakan kuncup bambu muda yang muncul dari dalam tanah yang berasal dari rhizom maupun buku-bukunya. Rebung merupakan anakan dari bambu, rebung yang masih bisa kita konsumsi sebagai sayur berumur kerkisar 1--5 bulan. Rebung dapat dimanfaatkan sebagai bahan pangan yang tergolong ke dalam jenis sayursayuran.
Tidak semua jenis bambu dapat dimanfaatkan rebungnya untuk
bahan pangan karena rasanya yang pahit.
Menurut beberapa pengusaha
rebung, tanaman bambu yang rebungnya enak dimakan di antaranya adalah bambu betung (Berlian dan Rahayu, 1995). Bambu betung digunakan oleh banyak orang untuk bahan baku konstruksi dan jembatan karena batangnya yang kokoh dan dapat tumbuh besar. Selain itu, bambu betung dapat dimanfaatkan sebagai bahan furnitur antara lain : meja, kursi, tempat tidur, meja makan lemari pakaian, dan lemari hias (Batubara, 2002).
10
D. Perbanyakan Bambu
Pembibitan tanaman bambu dapat dilakukan dengan beberapa cara perbanyakan, yaitu perbanyakan dengan biji, perbanyakan dengan setek, perbanyakan dengan rhizom/rimpang, dan perbanyakan dengan kultur jaringan (Departemen kehutanan dan Perkebunan, 1999).
Perbanyakan
bambu
dengan
cara
setek
cabang
dilakukan
dengan
menggunakan batang dan cabang bambu karena mempunyai buku-buku yang berpotensi sebagai sumber tunas dan akar. Cara perbanyakan bambu dengan cara setek cabang dapat dilakukan secara langsung dalam kantung plastik. Batang bambu untuk setek batang dipilih yang berumur 2 tahun. Bagian yang digunakan untuk setek batang adalah bagian bawah sampai tengah yang mempunyai tunas atau mata tunas. Setelah itu batang dipotong 10 cm di atas buku dan 10 cm di bawah buku sehingga panjang seluruhnya 20 cm, selanjutnya setek disemai dengan cara ditancapkan pada guludan sampai mata tunas tertutup tanah. Bahan tanaman untuk setek cabang dipilih yang berumur 3 tahun. Cabang dipotong mulai pada pangkal cabang yang menempel pada buku cabang, kemudian ujung cabang dipotong sehingga setek cabang diperoleh dengan panjang 75 cm (3--4 ruas cabang) kemudian setek ditancapkan pada kantung plastik yang telah disediakan (Sutiyono dkk., 1992).
E. Setek
Menurut Wudianto (2002), setek adalah potongan organ vegetatif tanaman (akar, batang, daun, dan tunas) sebagai bahan tanaman dengan tujuan agar
11
bagian-bagian tersebut membentuk akar. Perbanyakan dengan setek ini dapat juga untuk memperoleh tanaman baru yang mempunyai sifat seperti induknya. Setek dengan kekuatannya sendiri akan menumbuhkan akar dan daun sampai menjadi tanaman sempurna dalam waktu yang relatif singkat. Tanaman yang dihasilkan dari setek biasanya mempunyai persamaan dalam umur, ukuran tinggi, ketahanan terhadap penyakit dan sifat lainnya. Setek cabang dikenal dengan setek kayu, karena umumnya tanaman yang dikembangbiakkan dengan setek cabang adalah tanaman berkayu.
F. Media Tumbuh Setek
Media tumbuh setek yang memiliki banyak nutrisi dan kapasitas pegang air yang tinggi serta kaya akan N, P2O5, K2O, CaO, SiO2, akan mendorong pertumbuhan bambu dengan baik, dan batang terlihat tumbuh dengan baik walaupun pada tanah asam (pH 4,5) (Uchimura, 1980).
Media tumbuh yang baik bagi pertumbuhan tanaman harus memiliki sifat fisik baik, antara lain mempunyai kemampuan mengikat air yang tinggi, drainase dan aerasi yang baik, serta sifat kimiawi yang baik pula. Selain itu, media tumbuh tersebut mampu menghasilkan tanaman yang berkualitas, memiliki bobot yang cukup ringan, cukup tersedia, mudah diperoleh dan tidak menyebabkan kerusakan terhadap lingkungan (Rahayu, 1996).
12
G. Zat Pengatur Tumbuh Asam Indol Butirat (AIB)
Golongan auksin yang sering ditambahkan dalam medium adalah asam indol asetat (AIA), asam indol butirat (AIB), dan asam α-naftalenasetat (ANA). AIB lebih sering digunakan untuk memacu perakaran dibandingkan dengan ANA atau auksin lainnya.
AIB dapat disimpan pada tubuh tanaman,
kemudian secara bertahap dilepaskan, hal ini menjadikan konsentrasi AIB bertahan pada tingkat yang tepat, khususnya pada tahap pembentukan akar selanjutnya. Sifat-sifat inilah yang menyebabkan pemakaian AIB dapat lebih berhasil kerena sifat kimianya yang mantap dan pengaruhnya yang lebih lama (Lukman dan Sumaryono, 1995).
Menurut Wudianto (1999) asam indol butirat mempunyai sifat yang lebih baik dan efektif dari pada AIA dan ANA. Dengan demikian IBA paling cocok untuk merangsang perakaran, karena kandungan kimianya lebih stabil dan daya kerjanya lebih lama. IAA biasanya mudah menyebar ke bagian lain serta menghambat perkembangan serta pertumbuhan tunas dan NAA dalam mempergunakannya harus benar-benar tahu konsentrasi yang tepat yang diperlukan oleh suatu jenis tanaman, bila tidak tepat akan memperkecil batas konsentrasi optimum perakaran. AIB dan ANA bersifat lebih efektif dibandingkan AIA yang merupakan auksin alami, sedangkan zat pengatur tumbuh yang paling berperan dalam pembentukan tunas adalah sitokinin yang terdiri atas zeatin, zeatin riboside, kinetin, isopentenyl adenin (ZiP), thidiazurron (TBZ), dan benzyladenine (BA atau BAP). Selain auksin, absisic acid (ABA) juga berperan penting dalam pengakaran setek.
13
H. Jenis Bambu Betung
Bambu petung/betung/bitung tumbuh subur di banyak tempat di pulau Jawa, Sumatera, Sulawesi hingga kepulauan Nusa Tenggara, nama ilmiah bambu ini adalah Dendrocalamus asper. Bambu betung tumbuh paling baik di daerah lembab dan basah, namun bisa juga tumbuh di daerah yang kering. Tanaman bambu betung dewasa dapat mencapai ketinggian hingga 20 meter dan memiliki diameter antara 12--20 cm dan ketebalan dinding 11--36 mm.
Di daerah tropis, bambu betung tumbuh pada ketinggian 0—1.500 m dpl dengan curah hujan sebesar 2.400 mm/tahun. Ukuran buluh bambu betung lebih besar dan lebih tinggi daripada jenis bambu lainnya. Warna buluh bambu betung hijau kekuningan dan pelepah buluh ditumbuhi bulu-bulu halus berwarna coklat kehitaman atau coklat muda. Cabang bambu betung muncul dari buku-buku atas, jumlahnya sedikit dan salah satu cabang akan lebih dominan pertumbuhannya daripada yang lain (Dransfield dan Widjaja, 1995).
Bambu betung dimanfaatkan oleh banyak orang untuk bangunan karena diameternya yang besar dan kokoh. Selain untuk tiang, jenis bambu ini juga sering dibelah untuk dijadikan reng atap. Pemanfaatan batang bambu betung yang paling cocok adalah untuk papan laminasi bambu. Selain untuk bahan bangunan, rebung betung dapat dijadikan sayuran yang lezat. Batang bambu betung bersifat keras dan baik untuk bahan bangunan karena seratnya besarbesar dan ruasnya panjang. Batang bambu tersebut dapat dimanfaatkan untuk saluran air, penampung air aren yang disadap, dinding rumah yang dianyam (gedek atau bilik) dan berbagai jenis barang kerajinan (Isnan, 2008).