SAWERIGADING Volume 20
No. 3, Desember 2014
Halaman 433—443
IDEOLOGI KAPITALISME DALAM NOVEL PAMELA KARYA SAMUEL RICHARDSON (Ideology of Capitalism in “Pamela” Novel by Samuel Richardson) Ratnawati
Balai Bahasa Provinsi Sulawesi Selatan dan Provinsi Sulawesi Barat Jalan Sultan Alauddin Km 7/ Tala Salapang, Makassar Telepon (0411) 882401, Faksimile (0411) 882403 Pos-el:
[email protected] Diterima: 2 Juli 2014; Direvisi: 22 Agustus 2014; Disetujui: 6 Oktober 2014 Abstract This article is a kind of language analysis on literary works. Discourse of “Pamela” Novel is analyzed by using Critical Discourse Analysis referring to Sara Mills and Norman Fairclough models. The result of the research shows that subject of storytelling is Pamela as representation of proletariat class by placing the figure of Mr. B as a subordinate of Pamela while eliminating the authority of the bourgeois class. Description of language is viewed in terms of type of word, antonym, and sentence form used. Interpretation of ideology of capitalism in this novel is viewed from reader’s community,and author background, and his social life. Explanation of workers exploitation by the bourgeoisand the proletariat classes struggle in terms of the values of honesty and kindness, increasing trust in God, as well as strengthening the family institution. Keywords: ideology, capitalism, novel, critical discourse analysis Abstrak Artikel ini merupakan kajian kebahasaan terhadap karya sastra. Wacana novel Pamela dianalisis dengan menggunakan Analisis Wacana Kritis yang mengacu pada Model Sara Mills dan Norman Fairclough. Hasil penelitian menunjukkan bahwa subjek penceritaan adalah Pamela dari kelas proletariat dengan menempatkan tokoh Mr B sebagai subordinat dari Pamela sekaligus menghilangkan otoritas kelas borjuis. Deskripsi bahasa dilihat dari segi jenis kata, antonim, dan bentuk kalimat. Interpretasi ideologi kapitalisme dalam novel ini dilihat dari masyarakat pembaca dan latar belakang serta kehidupan sosial pengarang. Eksplanasi tentang eksploitasi buruh oleh kaum borjuis serta perjuangan kelas proletariat dalam hal nilai-nilai kejujuran dan kebaikan, meningkatkan kepercayaan terhadap Tuhan, serta memperkuat institusi keluarga. Kata kunci: ideologi, kapitalisme, novel, analisis wacana kritis
PENDAHULUAN Penelitian ini merupakan salah satu bentuk kajian kebahasaan terhadap karya sastra. Dasar penelitian bersumber dari tiga hal pokok, yaitu teori analisis wacana kritis sebagai alternatif pendekatan terhadap wacana, novel Pamela sebagai novel pertama dalam sejarah kesusastraan Inggris, dan relasi sastra sebagai wacana praktik sosial yang merepresentasikan suatu ideologi.
Dalam analisis wacana kritis, wacana tidak hanya dipandang sebagai studi bahasa, tetapi juga dianalisis dalam hubungannya dengan konteks. Konteks yang dimaksud adalah bahasa digunakan untuk tujuan khusus termasuk praktik kekuasaan. Tipe analisis wacana yang menitikberatkan pada upaya mempelajari bagaimana penyalahgunaan kekuasaan, atau bagaimana dominasi serta ketidakadilan dijalankan dan direproduksi 433
Sawerigading, Vol. 20, No. 3, Desember 2014: 433—443
melalui teks dalam sebuah konteks sosial politik adalah analisis kritis terhadap wacana (critical discourse analysis). Dalam sejarah kesusastraan Inggris, Novel Pamela karya Samuel Richardson tercatat sebagai novel pertama. Salah satu yang membedakan novel ini dengan bentuk fiksi tradisional sebelumnya adalah menggambarkan hal-hal yang realistis termasuk tokoh dan latar penceritaannya. Novel ini diterbitkan empat jilid dan dikeluarkan berturut-turut antara tahun 1740 dan 1741. Novel ini mencapai best seller yang merupakan kejutan untuk pertama kalinya dalam sejarah fiksi Inggris. Novel ini dibaca oleh berbagai kalangan, bahkan kemudian muncul kelompok-kelompok yang mengagungagungkan Pamela atau Pamela Rage (Doody dalam Richardson, 1985:7). Novel ini menggambarkan keadaan sosial ekonomi masyarakat Inggris pada abad ke-18 yang menempatkan kalangan menengah ke bawah pada posisi marjinal. Mereka selalu berada dibawah dominasi kelas borjuis. Eyre, (1972:14) menuliskan bahwa kaum proletariat terutama wanita tidak memiliki peranan apa-apa dalam kehidupan sosialnya, selain dari pekerjaanpekerjaan rumah. Bahkan di dalam rumah pun, keinginan-keinginan dan pembicaraanpembicaraan mereka dibatasi (Eyre, 1972:141). Pemanfaatan analisis wacana kritis terhadap novel Pamela didasarkan atas pandangan bahwa karya sastra dapat dipandang sebagai wacana. Wacana sastra adalah bentuk ideologi atau pencerminan dari ideologi tertentu. Ideologi ini direkonstruksi oleh kelompok dominan dengan tujuan untuk mereproduksi dan melegitimasi dominasi mereka. Berdasarkan latar belakang di atas, permasalahan penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut (a) Bagaimanakah ideologi kapitalisme ditampilkan dalam bentuk subjek dan objek penceritaan dalam Novel Pamela? (b) Bagaimanakah ideologi kapitalisme dalam media bahasa yang digunakan dalam novel Pamela? (c) Bagaimanakah interpretasi ideologi kapitalisme dalam novel Pamela? (d) Bagaimanakah 434
eksplanasi ideologi kapitalisme dan perjuangan kaum proletariat dalam menentang dominasi kaum borjuis dalam novel Pamela? Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat secara teoretis dan praktis. Secara teoretis, penelitian ini dapat menambah wawasan tentang telaah ideologi kapitalisme yang dapat ditemukan bentuknya dalam karya sastra, khususnya novel. Selain itu, bagi peneliti selanjutnya dapat memanfaatkan telaah ini sebagai pembanding untuk penelitian pada objek yang sama atau sebagai perluasan khazanah telaah wacana kritis pada wujud atau media wacana yang berbeda. Secara praktis, telaah ini diharapkan dapat menimbulkan kesadaran bagi pembaca secara umum sebagai bekal dalam menjalani kehidupan nyata yang tidak niscaya juga mengalami dominasi dari pemilik-pemilik kapital. KERANGKA TEORI Untuk mengungkapkan pertentangan antara kelas borjuis dan kelas proletariat lewat bingkai ideologi kapitalisme di dalam wacana novel Pamela digunakan Analisis Wacana Kritis (AWK). AWK memanfaatkan dan menganalisis bahasa sebagai teks dan menghubungkannya dengan konteks. Eriyanto (2001:7) menyatakan bahwa konteks berarti bahasa itu dipakai untuk tujuan dan praktik tertentu, termasuk praktik kekuasaan. Untuk menganalisis wacana novel Pamela paradigmatik digunakan analisis Marxis. Analisis ini bersumber dari teori Marxis yang melihat analisis sosial sebagai yang penuh dengan pertentangan antara kelas serta pertarungan ideologis dan kekuasaan (Darma, 2009:21). Jika dikaitkan dengan kemunculan novel Pamela pada abad ke-18, ideologi yang berkembang pada masa itu adalah kapitalisme. Marx menaruh perhatian besar pada kapitalisme. Menurutnya, kemungkinan masyarakat kapitalis cenderung ke arah monopoli kapitalisme, pembagian masyarakat kapitalis ke dalam dua kelas utama, yaitu kelas borjuis dan proletar, pemiskinan yang progresif atas kaum
Ratnawati: Ideologi Kapitalisme dalam Novel Pamela...
proletar, dan gerakan kapitalisme yang tak dapat ditawar lagi mengarah pada depresi yang penuh bencana (Rodee, 1995:207—208). Esensi kapitalisme menurut Marx terutama diletakkan pada anarki pasar dan kedua adalah eksploitasi modal. Salah satu pengertian kapitalisme adalah sistem dan paham ekonomi (perekonomian) yang modalnya (penanaman modalnya, kegiatan industrinya) bersumber pada modal pribadi atau modal perusahaan swasta dengan ciri persaingan dalam pasaran bebas (Sugono, 2008: 622). Pemikiran Karl Marx tergambar dalam dua karya utamanya, yaitu Communist Manifesto (1848) dan das Capital(1867). Susanto (2012:161) menyatakan bahwa kuncikunci pemikiran Karl Marx, di antaranya adalah masalah eksploitasi, keterasingan subjek, konsep basis dan superstruktur, kesadaran kelas, ideologi, sejarah materialisme, dan politik ekonomi. METODE Penelitian ini termasuk jenis penelitian kualitatif. Dengan menggunakan analisis wacana kritis model Sara Mills dan Fairclough. Fairclough (2003:28) memandang diskursus (wacana) dari tiga dimensi, yaitu teks, interaksi, dan konteks. Berdasarkan dimensi tersebut, dibedakan tiga tingkat analisis, yaitu deskripsi, interpretasi dan eksplanasi. Sara Mills (dalam Eriyanto, 2001:200) memusatkan perhatian analisis wacana pada dua hal, yaitu posisi aktor dan bagaimana pembaca dan penulis ditampilkan dalam teks. Novel Pamela dianalisis dari tiga dimensi wacana, yaitu deskripsi teks yang disajikan dalam penggambaran subjek dan objek penceritaan serta dimensi-dimensi bahasa yang digunakan. Interpretasi teks berupa uraian proses penciptaan wacana yang ditelisik dari segi pengarang dan pembaca. Terakhir, eksplanasi wacana yang mengaitkan novel Pamela dengan konteks sosial masyarakat sebagai bagian dari praktik sosial. Data dalam penelitian ini berupa data tulisan yang berupa kata, frasa, klausa, dan kalimat yang dikutip dari novel Pamelaor Virtue
Rewarded. Novel Pamelaor Virtue Rewarded karya Samuel Richardson diterbitkan sebanyak 538 halaman oleh Penguin Classics Australia pada tahun 1985. Selain itu data juga berupa informasi tertulis yang diperoleh dari buku-buku yang memuat sejarah sastra Inggris, sejarah bangsa Inggris, dan ensiklopedi. Model analisis wacana kritis digambarkan dalam bentuk ilustrasi analisis data dengan terlebih dahulu menentukan media novel Pamela sebagai objek penelitian. Selanjutnya, medan wacana diarahkan pada ideologi kapitalisme. Subjek dan objek penceritaan digambarkan dengan mencermati siap yang menjadi kaum dominan dan kaum tertindas. Deskripsi bahasa difokuskan pada jenis kata, semantik dan gaya bahasa. Setelah itu, interpretasi membahas proses penciptaan wacana novel Pamela dari sudut pandang pembaca dan pengarang. Terakhir adalah tahap eksplanasi dengan menentukan ketidakadilan kelas sosial serta perjuangan ideologi kelas proletariat untuk menumbangkan dominasi kapitalis. PEMBAHASAN Pada bagian ini akan dibahas subjek dan objek penceritaan dalam Novel Pamela,deskripsi penggunaan bahasa dalam novel Pamela, Interpretasi ideologi kapitalisme dalam novel Pamela,dan eksplanasi perjuangan kaum proletariat dalam menentang dominasi kaum borjuis. Keempat aspek tersebut diuraikan sebagai berikut. Subjek dan Objek Penceritaan dalam Novel Pamela Berdasarkan judul novel dapat ditentukan bahwa Pamela adalah tokoh yang paling banyak diceritakan, baik sebagai subjek maupun sebagai objek kejadian. Dalam hal ini tokoh Pamela seolah-olah ditampilkan dalam dua dimensi. Sebagai subjek kejadian, Pamela menyampaikan sendiri peristiwa-peristiwa dalam cerita melalui surat-surat dan catatan harian. Salah satu surat yang dikirimkan kepada orang tuanya seperti pada kutipan berikut ini, “My dear father and mother,I have great trouble, and some comfort, 435
Sawerigading, Vol. 20, No. 3, Desember 2014: 433—443
to acquaint you (Richardson, 1985:43).”Karena tidak mungkin mengirim surat ia kemudian menuliskan segala kisahnya lewat catatan harian. Pertama kali ketika ingin menulis catatan harian, ia memulai dengan menyatakan secara eksplisit sebagai berikut,“I am now come down in my writing to this present SATURDAY, and a deal I have written (Richardson, 1985:148).”Pamela sebagai objek kejadian dimaksudkan bahwa yang diceritakan adalah perannya sebagai bagian dari kaum proletariat yang dipertentangkan dengan Mr B sebagai wakil dari kelas borjuis. Mr B sebagai objek penceritaan ditampilkan sebagai pelaku utama ideologi kapitalisme dalam novel Pamela. Ia ditampilkan sebagai seseorang yang memiliki kekuasaan yang sangat besar. Ia adalah squire (tuan tanah) di Bedforshire. Ia menguasai sebagian besar tanah garapan di wilayah tersebut. Bahkan tanah pertaniannya meliputi Lincolnshire dan Kentish. Tanah pertanian yang luas tersebut dengan sendirinya menjadikan ia sebagai majikan yang menjadi penguasa wilayah tersebut. Selain sebagai squire, ia juga menjabat sebagai justice of peace, suatu jabatan yang memberinya kewenangan untuk mengatur wilayah tertentu, termasuk bertindak sebagai hakim dalam perkara-perkara biasa. Dengan kekuasaan yang dimilikinya, ia bebas menentukan aturan terhadap buruhnya. Dalam hal ini, buruh bekerja tanpa peraturan formal. Semuanya didasarkan atas perjanjian kerja yang dilakukan secara bebas, yang tentu saja hanya menguntungkan kaum majikan.Ia ditampilkan dapat memperlakukan buruhnya secara tidak adil. Dalam novel, Mr. William bekerja sebagai pendeta pribadi Mr B. Suatu saat ia diberikan uang sebanyak 350 pounds. Ia menganggap uang tersebut sebagai upah setelah bekerja selama tiga tahun, tetapi ternyata kemudian Mr B. menuntut uang tersebut dikembalikan. Bahkan ia mengancam akan memenjarakan Mr.William. “This is very hard, for it is three fifty pounds which he gave him, as he thought, as a salary for three years that he has been with him. But there was no agreement between them; and he absolutely depend on my master’s vapour
436
(Richardson, 1985:235).”
Dari segi penceritaan, Pamela sebagai pihak yang terdominasi justru ditampilkan sebagai subjek penceritaan yang memiliki ruang bebas untuk mengungkapkan segenap pikiran dan perasaannya. Bentuk ini dapat dikatakan satu bentuk perlawanan kelas bawah yang dalam wacana lain biasanya justru menjadi objek penceritaan dan dalam posisi termarjinal. Deskripsi Penggunaan Bahasa dalam Novel Pamela Pada bagian ini, pilihan kata yang merepresentasikan ideologi kapitalisme dalam Novel Pamela cenderung ditampilkan dalam bentuk jenis kata, antonim, dan bentuk kalimat. a. Jenis Kata Jenis kata yang dimaksud adalah nomina, verba, dan adjektiva. Berikut ini uraian ketiga jenis kata tersebut. Nomina adalah kelas kata yang biasanya dapat berfungsi sebagai subjek atau objek dari klausa yang secara ideologis direpresentasikan dalam novel Pamela. Data yang ditemukan, yaitu power (kekuatan/ kekuasaan), rank (tingkat, kelas sosial), lord (tuan), dan property (milik). Ideologi kapitalisme dapat ditemukan lewat kata-kata benda ini. Kata power (kekuatan/ kekuasaan) dikaitkan dengan konteks pemakaian kata ini mengeksplisitkan kekuasaan yang dimiliki oleh majikan terhadap buruhnya. Konteks dapat ditemukan dalam novel sebagai berikut. “... he is my master; and if he bids me do anyting that can I do, I think I ought to do it; and let him who has power to command me (Richardson, 1985: 148).”
Kata rank (tingkat, kelas sosial) dikaitkan dengan konteks pemakaian kata ini mengeksplisitkan adanya perbedaan tingkatan kelas sosial dalam masyarakat. Konteks dapat ditemukan dalam novel sebagai berikut. “Where can the difference between a beggar’s son married by a lady, or a beggar’s daughter made a gentleman’s wife. Then, I’ll tell you;
Ratnawati: Ideologi Kapitalisme dalam Novel Pamela... replied he, ‘the difference is, a man ennobles the woman he takes, be she who she will; and adopts her into his own rank, be it what it will: but woman, though ever so nobly born, debases herself by a mean marriage, and descends from her own rank, to that of him she stoops to marry (Richardson, 1985:441).”
Kata lord (tuan) dikaitkan dengan konteks pemakaian kata ini mengeksplisitkan adanya penonjolan tuan/majikan dan pemarjinalan tenant (pekerja/penyewa). Tuan memiliki kekuasaan yang besar yang sudah diketahui masyarakat luas. Konteks dapat ditemukan dalam novel sebagai berikut. “her ladyship lives very unhappily with him; and this all the world knows, for he is a lord, and above the world’s opinion (Richardson, 1985:83).
Kata property (milik) dikaitkan dengan konteks pemakaian kata ini mengeksplisitkan adanya kekuasaan kaum kapitalis borjuis baik terhadap kekayaan yang diperoleh dari pertanian maupun industri, maupun terhadap pekerjanya. Konteks dapat ditemukan dalam novel sebagai berikut. “And pray, said I, (as we walked on) how came I to be his property? What right has he in me, ...? (Richardson, 1985:163).”
Konteks ini menampilkan pernyataan Pamela sebagai pekerja/buruh perempuan yang mempertanyakan bagaimana saya bisa menjadi miliknya? Apa haknya terhadap saya, kecuali seperti seorang pencuri ...? Verba adalah kata yang menggambarkan proses, perbuatan, atau keadaan. Data yang ditemukan, yaitu arrested, depend on, dan to command. Kata arrested (ditangkap) memunculkan satu pihak yang dianggap melakukan kesalahan sehingga perlu dibatasi kebebasannya. Di pihak lain menonjolkan kekuasaan yang menangkap sebagai penegak aturan yang sebenarnya aturan itu disusunnya sendiri. Konteks dalam novel dikutip sebagai berikut. “Poor Mr Williams is actually arrested, and carried away .... (Richardson, 1985:207)
Kata depend on (bergantung pada) lagi-
lagi memunculkan dua pihak yang memiliki kekuasaan, kemampuan, dan berbagai hal yang tidak seimbang. Ketidakseimbangan itu memaksa satu pihak bergantung pada pihak lain. “... He absolutely depend on my master’s vapour ... (Richardson, 1985:235). Seorang buruh bergantung penuh pada kebaikan majikannya. Kata to command (memerintah) secara jelas menunjukkan kekuasaan seseorang untuk memerintahkan apa yang dia inginkan kepada orang lain. Konteks dalam novel menunjukkan bahwa seorang buruh yang menyatakan bahwa dia adalah majikan saya dan jika dia meminta saya melakukan sesuatu yang dapat saya kerjakan, saya pikir saya harus melakukannya. Biarkan dia yang memiliki kekuatan untuk memerintah saya. “... he is my master; and if he bids me do anyting that can I do, I think I ought to do it; and let him who has power to command me (Richardson, 1985: 148).”
Adjektiva adalah kata yang menerangkan nomina (kata benda) dan secara umum dapat bergabung dengan kata lebih dan sangat. Dalam novel ini, kata-kata adjektiva yang sering dimunculkan oleh kaum tertindas misalnya honest (jujur), poor (miskin), dan low (rendah). Kata honest (jujur) selalu dimunculkan oleh kalangan yang terpinggirkan. Kata ini didengung-dengungkan oleh Pamela dalam novel. Hal ini dapat dikatakan menggambarkan pola pikir dan kepercayaan dia dalam menghadapi dan menjalani kehidupannya. Ia menyatakan kepada orang tuanya bahwa ia memang sedang bermasalah, betul-betul bermasalah, tetapi ia tetap menyakinkan kedua orang tuanya untuk tidak mengkhawatirkannya karena ia adalah orang jujur dan tetap akan mempertahankan nilai-nilai kejujuran apa pun yang dialaminya. Dalam novel dikutip sebagai berikut, “O my dear mother, I am miserable! Truly miserable! But yet, don’t be frighted, I am honest ... .(Richardson, 1985:45)”
Kata poor (miskin) sebagai ungkapan penerimaan mereka terhadap kondisi yang dialami menunjukkan kepasrahan dan 437
Sawerigading, Vol. 20, No. 3, Desember 2014: 433—443
penerimaan terhadap hidup ini. Meskipun demikian mereka tetap mengkhawatirkan anakanak mereka. “My dear Pamela, we begin to be in great fear for you; for what siginify all the riches in the world, with a bad conscience and to be dishonest? We are, it is true, very poor and find it hard enough to live ... . (Richardson, 1985:45)”
Adjektiva low (rendah) yang disandang oleh kaum buruh/proletarit secara jelas ditampilkan dalam novel. Pamela menyatakan bahwa ia yakin tuannya hendak menunjukkan tingkatan yang tinggi dan posisinya sebagai buruh yang rendah. “I am sure he ought to considering his high, and my low degree (Richardson, 1985:55).
b. Antonim Antonim adalah kata yang berlawanan makna dengan kata lain. Antonim yang dimunculkan dalam novel adalah rich(kaya) dan poor(miskin). “My dear Pamela, we begin to be in great fear for you; for what siginify all the riches in the world, with a bad conscience and to be dishonest? We are, it is true, very poor and find it hard enough to live ... . (Richardson, 1985:45)”
Kata antonim yang lain adalah honest (jujur) dan dishonest (tidak jujur). O my dear mother, I am miserable! Truly miserable! But yet, don’t be frighted, I am honest ... .(Richardson, 1985:45)”. “I will die a thousand deaths rather than be dishonest any way (Richardson, 1985:47).” Selanjutnya, juga ditemukan antonim high and low. “I am sure he ought to considering his high, and my low degree (Richardson, 1985:55). c. Bentuk kalimat yang ekspresif Kalimat yang ekspresif adalah salah satu bentuk kalimat yang mengungkapkan gagasan dan perasaan terhadap sesuatu yang dalam novel ini mengarah pada ideologi kapitalisme. Kalimat yang ekspresif ditemukan dalam Novel Pamela adalahekspresi penguatandan ekspresi penolakan. 438
Ekspresi penguatan verbal merupakan suatu tindakan yang memberikan apresiasi terhadap orang dengan tuturan pembicara ke mitra bicara (Jufri, 2009:155). Penguatan verbal yang ditemukan dalam novel Pamela dapat digambarkan sebagai berikut. Dalam posisinya sebagai buruh, yang tergolong kelas bawah, Pamela hampir saja diperkosa oleh majikannya. Pamela sangat tertekan dengan peristiwa ini tetapi pria kelas atas lainnya menanggapi tindakan semacam ini sebagai hal yang biasa. Hal tersebut terungkap dalam pernyataan Mr Darnford sebagai berikut: “Why, what is all this, my dear, but that our neighbourhood has a mind to his mother’s waiting maid! I don’t see any great injury will be done. He hurts no family by this (Richardson, 1985:172).”
Pernyataan bahwa seorang pria bisa saja berbuat tidak senonoh kepada perempuan yang menjadi pembantu ibunya, tidak dianggap sebagai perbuatan merusak kehormatan seseorang. Bahkan dia menekankan kalau tindakan tersebut tidak merusak rumah tangga siapa pun. Pernyataan tersebut merupakan salah satu bentuk ekspresi penguatan verbal seorang Mr Darnford terhadap sikap Mr B yang merupakan majikan Pamela. Dapat dikatakan bahwa di balik pernyataan tersebut terdapat ideologi kapitalismesang majikan yang berstatus kelas atas terhadap buruh perempuan kelas bawah. Ekpresi penguatan tidak hanya diungkapkan oleh sesama pria kelas atas, tetapi juga pekerja perempauan yang diberi hak lebih dibandingkan buruh perempuan yang lain. Contoh, ketika Pamela kemudian dipindahkan ke rumah milik Mr B di tempat lain, ia dikurung di tempat tersebut tanpa dapat melepaskan diri. Tidak ada yang dapat menolong Pamela karena semua orang tunduk pada keinginan Mr B. Hal ini diungkapkan oleh Mrs Jewkes bahwa Pamela seharusnya tidak melanggar aturan atau melakukan hal buruk terhadap majikannya.“Dia itu majikan saya, dan jika dia memerintahkan saya melakukan sesuatu yang dapat kukerjakan, saya harus mematuhinya.
Ratnawati: Ideologi Kapitalisme dalam Novel Pamela...
Biarkan dia yang memiliki kekuasaan untuk memerintah saya”. Berikut ini kutipan pernyataan bentuk nyata dari suatu ekspresi penguatan seorang buruh terhadap majikannya yang menyetujui seorang majikan berbuat apa saja tanpa batasan apa pun terhadap buruhnya dari novel Pamela. “You will not I hope, replied I, do unlawful or wicked thing, for any master in the world. Look-ye, said she, he is my master; and if he bids me do anyting that can I do, I think I ought to do it; and let him who has power to command me (Richardson, 1985:147-148).”
Ekspresi penolakan yang ditemukan dalam novel Pamela digambarkan berikut ini. Keadaan buruh yang sangat menyedihkan memunculkan gejolak-gejolak untuk memberontak. Protes-protes pribadi pun dilontarkan. Hal tersebut tercermin dalam pernyataan Pamela sebagai berikut, “And pray, said I, (as we walked on) how came I to be his property? What right has he in me, but such as a thief may plead to stolen goods? ‘Was ever the liked hard!” says she. This downright rebellion, I protest! (Richardson, 1985:163).”
Interpretasi Ideologi Kapitalisme dalam Novel Pamela Kesusastraan Inggris pada abad kedelapan belas menunjukkan hubungan yang erat antara masyarakat pembaca, sastrawan, dan karyanya (Stephen dalam Damono, (1978:60— 61). Perkembangan novel dan jurnalisme pada abad ke-18 adalah akibat meluasnya masyarakat pembaca. Abad itu di Inggris banyak disebutsebut sebagai abad yang besar peranannya dalam perkembangan minat membaca sastra, terutama novel (Damono, 1978:58). Perkembangan perpustakaan juga menjadi penyebab perkembangan novel, terutama tahun 1740 khususnya di London. Perpustakaan menyimpan semua bentuk dan macam buku. Novel menjadi perhatian utama peminjam. Di perpustakaan, peminjam berasal dari berbagai kalangan, anak-anak sekolah sampai orang dewasa, dari kelas atas maupun
kelas bawah. Menurut Damono (1978:60-61), pembaca wanita terutama isteri-isteri pengusaha sukses banyak yang sering ditinggalkan sendiri di rumah karena suami terlampau sibuk dengan pekerjaannya. Waktu-waktu luang di rumah biasanya dihabiskan untuk membaca sebanyakbanyaknya untuk mengisi waktu luang. Di lain pihak, wanita yang berasal dari kelas rendah banyak yang lebih suka membaca daripada melakukan pekerjaan tangan. Pekerjaan tangan sudah banyak digantikan mesin, harganya pun lebih murah. Waktu luang wanita kelas rendah pun dipergunakan untuk membaca. Para pembantu yang kebetulan bekerja pada keluarga kaya juga mendapatkan kesempatan membaca karena lampu tersedia. Perlu diketahui bahwa harga lilin pada waktu itu cukup mahal, dan para pembantu mendapat kesempatan menggunakan penerangan sebaik-baiknya. Oleh karena itu, tidak mengherankan apabila novel Pamela karya Samuel Richardson menjadi salah satu kesayangan para wanita waktu itu. Salah satu alasannya karena kisahnya dekat dengan kehidupan mereka. Bahkan, yang menarik perhatian, menurutnya adalah salah satu alasan Pamela meninggalkan tuannya adalah bahwa ia ingin mendapatkan waktu lebih banyak untuk membaca. Swingewood dalam Faruk (1994:46) menemukan bahwa latar belakang sosial pengarang yang berbeda antara Henry Fielding dan Samuel Richardson menyebabkan pandangan-pandangan yang mereka kemukakkan lewat karyanya juga berbeda. Fielding berasal dari keluarga bangsawan kecil, gentry, sehingga karya-karyanya masih memuat nilai-nilai aristoratik dan penolakan terhadap kehidupan kota kaum borjuis. Sebaliknya, Richardson berasal dari keluarga kelas menengah yang kurang sukses mengemukakan hal-hal yang berlawanan. Richardson lahir pada tahun 1689 dan dibesarkan di London. Ia tertarik menjadi pendeta namun kemampuannya dalam bahasa Latin dan Yunani sangat kurang. Hal inilah yang 439
Sawerigading, Vol. 20, No. 3, Desember 2014: 433—443
tampaknya memengaruhi karya-karyanya yang sebagian besar bertemakan kebajikan dan tata krama. Richardson menulis pada saat terjadinya sejumlah perubahan dalam bidang ekonomi dan sosial masyarakat Inggris. Suatu masa transisi dari zaman agrikultur ke zaman industrialisasi. Karya ini pulalah yang membawa Samuel Richardson disebut sebagai salah satu dari pelopor munculnya genre sastra novel dalam kesuastraan Inggris. Ia bersama ketiga rekannya, yaitu Henry Fielding, Tobias Smollet, dan Lawrence Sterne merupakan tokoh kebangkitan novel Inggris yang biasa disebut Fore Runner of the Rise of Novel. Novel Pamela tidak hanya hanya membawa perubahan yang besar dari segi permukaan bentuk saja, tetapi juga sampai pada segi isi. Dalam novel ini digambarkan Pamela sebagai tokoh hero pertama dalam fiksi Inggris. Ia berpikir sebagaimana layaknya seorang pembantu seperti tampak pada surat pertamanya yaitu ketika nyonya besarnya baru saja meninggal dunia, ia sangat sedih dan bercampur kecemasan akan kehilangan pekerjaannya. Cerita yang berakhir bahagia ini menurutnya menempatkan tokoh pria sebagai subordinat dari Pamela sekaligus menghilangkan otoritas maskulinitas dan kelas (Doody dalam Richardson,1985:7). Eksplanasi Perjuangan Kaum Proletariat dalam Menentang Dominasi Kaum Borjuis Novel Pamela diciptakan pada saat terjadinya Revolusi Industri pertama yang terjadi pada pertengahan abad ke-18 sampai awal abad ke-19 di daerah Eropa Barat, Amerika Utara, dimulai pertama kali di Inggris. Revolusi ini melahirkan industrialisasi yang berupa proses perubahan sosial ekonomi yang mengubah sistem mata pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Hal inilah yang kemudian memunculkan kelas borjuis dan kelas proletariat dalam masyarakat Inggris yang tercermin dalam novel Pamela. a. Eksploitasi buruh Eksploitasi buruh ditampilkan dalam bentuk hubungan yang tidak seimbang antara 440
majikan sebagai pemilik modal (kapitalis borjuis) dan pekerja sebagai buruh (proletariat). Hubungan ini didominasi oleh pihak majikan yang memperoleh keuntungan besar dari hasil produksi. Sebaliknya, kaum buruh dipaksa bekerja keras dan mendapat perlakuan-perlakuan yang tidak sesuai. Hal ini diungkapkan oleh tokoh Pamela sebagai berikut: “And yet I work very hard with my needle, upon his linen, and the fine linen of my family, and I am, besides about flowering him a waistcoat. But, oh My heart’s almost broken; for whom am I likely to have for my reward, but shame and disgrace, or else ill words, and hard treatment! (Richardson, 1985:54).”
Majikan menetapkan upah buruh secara sepihak sehingga pekerja tidak memperoleh hak yang semestinya. Pekerja bahkan tidak tahu berapa jumlah dan bagaimana bentuk upahnya. Dalam novel, Mr. William bekerja sebagai pendeta pribadi Mr B. Suatu saat ia diberikan uang sebanyak 350 pounds. Ia menganggap uang tersebut sebagai upah setelah bekerja selama tiga tahun, tetapi ternyata kemudian Mr B. menuntut uang tersebutdikembalikan. Bahkan ia mengancam akan memenjarakan Mr.William. “This is very hard, for it is three fifty pounds which he gave him, as he thought, as a salary for three years that he has been with him. But there was no agreement between them; and he absolutely depend on my master’s vapour (Richardson, 1985:235).’
Dalam industrialisasi ada perubahan filosofi manusia yang mengubah pandangan lingkungan sosialnya menjadi lebih kepada rasionalitas, yaitu tindakan didasarkan atas pertimbangan, efisiensi, dan perhitungan, tidak lagi mengacu kepada moral, emosi, kebiasaan atau tradisi. b. Perjuangan Kelas Proletariat Dalam novel ini kelas proletariat yang disuarakan oleh Pamela justru menggunakan cara-cara yang halus dengan mengedepankan nilai-nilai moral, humanis, dan religius. Berikut ini uraian perjuangan kelas proletariat dalam hal
Ratnawati: Ideologi Kapitalisme dalam Novel Pamela...
nilai-nilai kejujuran, meningkatkan keperayaan terhadap Tuhan, memperkuat institusi keluarga, Berbeda dengan kehidupan kelompok kapitalis borjuis, kehidupan proletariat lebih mengutamakan kebajikan. Sebagian besar budaya agrikultur menekankan sikap nilai-nilai kejujuran dan kebaikan. Hal tersebut ditampilkan lewat penggalan berikut ini, “Spare, madam, I beseech you, my parents. They are honest: they are good: It is no crime to be poor. They were once in a very creditable way (Richardson, 1985:419)
Situasi sosial masyarakat Inggris selama abad ke-18menampilkan penduduk yang hidup dan berdiam di desa-desa dan kota-kota kecil. Mereka sebagian besar menghasilkan bahan makanan bagi dirinya sendiri, bagi tuannya yang menguasai tanah garapan dan selebihnya bagi pasaran. Kehidupan mereka penuh keakraban, komunitas sama rata, stabil, teratur, dan mempunyai nilai-nilai yang lebih bersifat spiritual dari material. Prinsip yang menekan kehidupan spiritual tersebut tergambar dalam ucapan Mr Andrews dalam penggalan naskah di bawah ini, “In the midst of our misfortunes, we have trusted in God’s goodness, and been honest, and doubt not to be happy hereafter, if we continue to be good, though our lot is hard here : But the loss of our dear child’s virtue would be a grief that we could not bear, and would very soon bring our grey hairs to the grave (Richardson, 1985:46).”
Selain itu, kata God juga ditampilkan untuk menunjukkan kepercayaan kaum proletariat kepada Tuhan. “But yet, don’t be frighted, I am honest , and I hope God, of is goodness, will keep me so (Richardson, 1985:45).” Peradaban yang muncul akibat Revolusi Industri tidak saja mengubah alam, dan budaya, tetapi juga mengubah kepribadian dan membantu menciptakan sifat manusia sosial baru. Sudah tentu kaum wanita dan anak-anak ikut membentuk peradaban pada masa industrialisasi dan kemudian pada gilirannya mereka pun
dibentuk oleh peradaban itu. Sebelum Revolusi Industri, misalnya penduduk cenderung hidup turun temurun dalam suatu rumah tangga yang besar, mereka tinggal bersama dengan paman, bibi, ipar, menantu, kakek-nenek, dan saudara sepupu. Semua bekerja sama sebagai suatu unit produksi ekonomi keluarga tersebut (extended family). Mereka tinggal menetap, kuat terikat pada tanah garapannya. Ketika industrialisasi mulai melanda masyarakat aglikultur, keluarga ini pun merasakan tekanan perubahan. Pada setiap rumah tangga terjadi pertikaian, serangan terhadap kekuasaan patriarkal, perubahan hubungan antara anak dan orang tua, dan pikiran baru mengenai sopan santun. Ketika produksi ekonomi bergeser dari tanah garapan ke pabrik, maka keluarga tidaklah lagi bekerja sebagai satu unit. Akibatnya sedikit demi sedikit, dengan perasaan yang berat, struktur keluarga mulai berubah. Terpecah belah oleh migrasi ke kota, dihantam oleh tekanan badai ekonomi, keluarga itu terpaksa melepaskan diri dari sanak keluarga inti bapak, ibu dan beberapa orang anak, tanpa sanak yang merepotkan, menjadi bentuk susunan keluarga yang standar dan diterima secara sosial, suatu model yang modern di semua masyarakat industri, baik kapitalis maupun sosialis. Novel ini memperjuangkan institusi keluarga yang harmonis. Meskipun harus meninggalkan keluarga untuk bekerja di luar rumah, seorang anak tetap mengutamakan kedua orang tua dalam hidupnya. Hubungan antara anak dan orang tua digambarkan oleh Pamela dengan pernyataannya bahwa ambisi utama dalam hidupnya adalah untuk menyenangkan dan membantu orang tua. “To be comfort and assistance to my parent’s, is the very top of my ambition (Richardson, 1985:419). Salah satu realisasi dari pernyataan itu adalah mengirimkan upah yang diterimanya dari hasil bekerja sebagai pembantu rumah 441
Sawerigading, Vol. 20, No. 3, Desember 2014: 433—443
tangga. Meskipun jumlahnya kecil, ia rela mengumpulkan upah tersebut dengan harapan dapat membantu orang tuanya dalam memenuhi kebutuhan hidupnya dan untuk membayar utang-utang yang selama ini melilit kehidupan mereka.“And so I send you these four guineas for your comfort. And so you my pay some old debt; and keep the other part to comfort you both (Richardson, 1985:44). PENUTUP Berdasarkan analisis wacana kritis terhadap novel Pamela ditemukan sejumlah hal sebagai berikut. Novel Pamela menampilkan subjek pencerita dari sisi kelas yang terdominasi. Pamela sebagai wakil dari kelas proletariat menceritakannya sebagai pembantu rumah tangga yang berstatus buruh memperjuangkan kebebasan dari tekanan majikan sebagai pemilik kapital/modal. Dari segi dimensi bahasa, ideologi kapitalisme tercermin dalam pilihan kata (jenis kata: nomina, verba dan adjektiva), antonim, dan bentuk kalimat. Keseluruhan cerita diungkapkan dengan jenis kata nomina: power (kekuatan/ kekuasaan), rank (tingkat, kelas sosial), lord (tuan), dan property (milik), verba:arrested, depend on,dan to command, dan adjektiva:honest (jujur), poor (miskin), dan low (rendah). Selanjutnya, antonim yang digunakan adalah high and low serta honest (jujur) dan dishonest (tidak jujur). Bentuk kalimat ekspresif yang digunakan adalah kalimat ekspresif penguatan dan ekspresi penolakan. Interpretasi ideologi kapitalisme dalam novel Pameladikaitkan dengan masyarakat pembaca, sastrawan, dan karyanya. Meluasnya masyarakat pembaca dan perkembangan perpustakaan menjadi penyebab perkembangan novel. Pembaca wanita kelas atas mengisi waktu luang dengan membaca buku. Wanita yang berasal dari kelas rendah banyak juga yang lebih suka membaca daripada melakukan pekerjaan tangan. Richardson berasal dari keluarga kelas menengah yang kurang sukses mengemukakan hal-hal yang berlawanan. Richardson menulis 442
pada saat terjadinya sejumlah perubahan dalam bidang ekonomi dan sosial masyarakat Inggris. Suatu masa transisi dari zaman agrikulutr ke zaman industrialisasi. Karya ini pulalah yang membawa Samuel Richardson disebut sebagai salah satu dari pelopor munculnya genre sastra novel dalam kesuastraan Inggris. Novel Pamela tidak hanya membawa perubahan yang besar dari segi permukaan bentuk saja, tetapi juga sampai pada segi isi. Dalam novel ini digambarkan Pamela sebagai tokoh hero pertama dalam fiksi Inggris. Ia berpikir sebagaimana layaknya seorang pembantu seperti tampak pada surat pertamanya yaitu ketika nyonya besarnya baru saja meninggal dunia, ia sangat sedih dan bercampur kecemasan akan kehilangan pekerjaannya. Cerita yang berakhir bahagia ini menurutnya menempatkan tokoh pria sebagai subordinat dari Pamela sekaligus menghilangkan otoritas maskulinitas dan kelas. Eksplanasi perjuangan kaum proletariat dalam menentang dominasi kaum borjuis tergambar dalam Novel Pamela. Novel inidiciptakanpada saat terjadinya Revolusi Industri pertama yang terjadi pada pertengahan abad ke 18 sampai awal abad ke 19 yang dimulai pertama kali di Inggris. Revolusi ini melahirkan industrialisasi yang berupa proses perubahan sosialekonomi yang mengubah sistem mata pencaharian masyarakat agraris menjadi masyarakat industri. Hal inilah yang kemudian memunculkan kelas borjuis dan kelas proletariat dalam masyarakat Inggris yang tercermin dalam novel Pamela. Ideologi kapitalisme dimunculkan dalam bentuk eksploitasi buruh yang harus bekerja keras dan upah yang tidak seimbang. Perjuangan kelas proletariat diwujudkan dalam bentuk memperjuangkan nilai-nilai kejujuran dan kebaikan, meningkatkan kepercayaan terhadap Tuhan, serta memperkuat institusi keluarga. DAFTAR PUSTAKA Damono, Sapardi. 1978. Sosiologi Sastra (Sebuah Pengantar Ringkas). Jakarta:
Ratnawati: Ideologi Kapitalisme dalam Novel Pamela...
Depdikbud. Darma, Yoce Aliah. 2009. Wacana Analisis Kritis. Bandung: Yrama Widya Eriyanto. 2001. Analisis Wacana: Pengantar Analisis Teks Media. Yogyakarta: LKiS Eyre, A. A. 1972. An Outline History of England. Longman: London. Fairclough, Norman. 2003. Language and Power: Relasi Bahasa, Kekuasan dan Ideologi (diterjemahkan oleh Indah Rohmani). Malang: Boyan Publishing. Faruk. 1994. Pengantar Sosiologi Sastra: Dari Strukturalism Genetik sampai Postmodernisme. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Jufri. 2009. Analisis Wacana Budaya. Makassar: Badan Penerbit UNM. Richardson, Samuel. 1985. Pamela, or Virtue Rewarded. (diedit oleh Peter Sabor). Penguin Classics Books: Australia. Rodee, dkk (editor). 1995. Pengantar Ilmu Politik.(Diterjemahkan oleh Zulkifly Hamid). Jakarta:PT Raja Grafindo Persada. Sugono, Dendy. 2008. Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT Gramedia Pustaka Utama
443