IDENTIFIKASI SERANGAN PENYAKIT PADA DAUN SEMAI MERANTI MERAH (Shorea ovalis (Korth) BLUME) DI PERSEMAIAN PPHT UNMUL BUKIT SOEHARTO
Oleh:
Asmah Waty NIM.090 500 154
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAM ARI NDA 2012
IDENTIFIKASI SERANGAN PENYAKIT PADA DAUN SEMAI MERANTI MERAH (Shorea ovalis (Korth) BLUME) DI PERSEMAIAN PPHT UNMUL BUKIT SOEHARTO
Oleh :
Asmah Waty NIM. 090500154
Karya Ilmiah Sebagai Salah Satu Syarat untuk Memperoleh Sebutan Ahli Madya pada Program Diploma III Politeknik Pertanian Negeri samarinda
PROGRAM STUDI MANAJEMEN HUTAN JURUSAN MANAJEMEN PERTANIAN POLITEKNIK PERTANIAN NEGERI SAMARINDA SAM ARI NDA 2012
HALAMAN PENGESAHAN
Judul Karya Ilmiah
Nama NIM Program Studi Jurusan
: Identifikasi Serangan Penyakit Pada Daun Semai Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth) Blume) di Persemaian PPHT UNMUL Bukit Soeharto : Asmah Waty : 090500154 : Manajemen Hutan : Manajemen Pertanian
Pembimbing,
Penguji I,
Penguji II,
Dyah Widyasasi, S.Hut, MP NIP.197101031997032001
Ir. Emi Malaysia, MP NIP.196501011992032002
Ir. M. Masrudy, MP NIP.196008051988031003
Meyetujui, Ketua Program Studi Manajemen Hutan
Ir. M. Fadjeri, MP NIP. 19610812 198803 1 003
Lulus ujian pada tanggal : …………………….
Mengesahkan, Ketua Jurusan Manajemen Pertanian
Ir. Hasanudin, MP NIP.19630805 198903 1 005
ABSTRAK ASMAH WATY. Identifikasi Serangan Penyakit Pada Daun Semai Meranti Merah (Shorea ovalis ( Korth) Blume) di Persemaian PPHT UNMUL Bukit Soeharto (di bawah bimbingan Dyah Widyasasi) Meranti merupakan jenis pohon komersial yang menjadi andalan bahan kayu pertukangan, dua jenis Meranti Merah yaitu (Shorea ovalis (Korth) Blume) dan Balangeran (Shorea balangeran (Korth) Burck) merupakan jenis pohon dari famili Dipterocarpa yang dikenal sebagai penghasil kayu pertukangan yang potensial yang mendominir hutan lembap tropis primer dataran rendah, Sebagaimana jenis tanaman hutan lainnya, dalam pengembangan budidaya kedua jenis Meranti Merah tersebut juga menghadapi kendala, yaitu adanya serangan hama dan penyakit yang terjadi mulai dari persemaian sampai di lapangan. Secara umum, serangan tersebut dapat menimbulkan kerugian berupa kematian bibit, bibit menjadi kerdil dan pertumbuhannya terhambat serta menurunkan kualitas kayu. Pengamatan ini bertujuan untuk mengetahui jenis penyakit, gejala serangan, penyebab penyakit, frekuensi dan intensitas kerusakan pada daun semai Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume). . Pengamatan ini dilaksanakan di Persemaian PPHT UNMUL Bukit Soeharto, di Laboratorium Konservasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan di Laboratorium Proteksi Fahutan Unmul. Waktu pengamatan dilaksanakan selama 3 bulan, mulai tanggal 5 Desember 2011 sampai dengan tanggal 5 Maret 2012. Pengamatan jenis penyakit dan gejala penyakit dilakukan dengan cara langsung di lapangan dengan menggunakan 5 kriteria (sehat, merana ringan, merana sedang, merana berat dan mati), mengambil sampel untuk diamati dan diidentifikasi penyebab penyakit, dilakukan dengan cara membandingkan bentuk-bentuk spora dan konidia dengan literatur-literatur yang ada. Hasil pengamatan yang dilakukan dapat diketahui Jenis penyakit yang menyerang daun semai Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth) Blume) ditemukan 5 jenis yaitu bercak daun, busuk daun, mengerut, menggulung dan menguning. Penyebab penyakit pada daun semai Meranti Merah (Shorea ovalis (Kort) Blume) yang dapat teridentifikasi ada 2 jenis yaitu Acremonium killiense pada bercak daun dan jamur Trichoderma sp. pada bercak daun menguning, 3 jenis yang tidak teridentifikasi yaitu penyebab penyakit pada busuk daun, mengerut, menggulung dan penyebab abiotik pada menguning. Hasil perhitungan frekuensi dan intensitas serangan penyakit pada daun semai Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume) yaitu : Frekuensi semai sehat 11,33 %, frekuensi semai rusak ringan 47,33 %, frekuensi semai rusak sedang 21,33 %, frekuensi semai rusak berat 12,00 % dan frekuensi semai mati 8,00 %. Intensitas kerusakan pada semai Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume) adalah 39,50 % , termasuk dalam tingkat kerusakan sedang. Kata Kunci : Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume), gejala dan penyebab penyakit (pathogen).
RIWAYAT HIDUP
Asmah Waty lahir pada tanggal 16 Agustus 1969 di Pagatan,
Kabupaten
Tanah
Bumbu,
Kalimantan
Selatan. Merupakan anak ke lima dari 6 bersaudara dari pasangan Bapak H. M. Baderun dan Ibu
HJ.
Djawaidiah (Alm.) Tahun 1975 memulai pendidikan di Taman Kanak-kanak Aisyiah Pagatan dan berijasah pada tahun 1976, pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Dasar Negeri Mawar di Kecamatan Pagatan Kabupaten Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan dan berijasah pada tahun 1982. Tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Pertama Negeri I Pagatan dan berijasah pada tahun 1985, dan pada tahun yang sama melanjutkan ke Sekolah Menengah Atas Rajawali di Banjarmasin, Kalimantan Selatan dan berijasah pada tahun 1988. Tahun 1986 juga melanjutkan ke Sekolah Menengah Farmasi di Banjarmasin, Kalimantan Selatan dan berijasah pada tahun 1989. Pada tahun 1990 bekerja sebagai tenaga Honorer di Laboratorium Dasar Universitas Mulawarman Samarinda, Kalimantan Timur. Setahun kemudian yaitu pada tahun 1991 diangkat sebagai Pegawai Negeri Sipil dan ditempatkan di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda sebagai tenaga teknisi laboran sampai dengan sekarang. Tahun 1996 menikah dengan seorang pria bernama Pramana dan dikaruniai 2 orang anak bernama Rifky Rizal Prabowo dan M. Fauzan Gifari Dzul Fahmi. Dengan adanya program peningkatan pendidikan untuk tenaga teknisi, maka pada tahun 2009 diberikan kesempatan untuk melanjutkan studi dilingkungan sendiri yaitu di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mengambil Jurusam Manajemen Pertanian Program Studi Manajemen Hutan. Pada bulan Maret 2012 sampai dengan April 2012 telah melaksanakan Praktik Kerja Lapang di Perum Perhutani KPH Banyumas Timur Unit I Jawa Tengah.
KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji dan syukur kepada Allah SWT, karena atas rahmat-Nya jualah maka penulis dapat menyelesaikan Karya Ilmiah ini. Karya ilmiah ini disusun berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di Persemaian PPHT UNMUL Bukit Soeharto, di Laboratorium Konservasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan Laboratorium Proteksi Fahutan Unmul, sebagai syarat untuk menyelesaikan tugas akhir di Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan mendapat sebutan Ahli Madya. Pada kesempatan ini, penulis juga menyampaikan ucapan terima kasih kepada : 1.
Keluarga tersayang yang senantiasa membantu dan memberikan Motivasi.
2.
Ibu Dyah Widyasai. S.Hut, MP selaku Dosen Pembimbing yang selalu membantu dan mengarahkan.
3.
Ibu Ir. Emi Malaysia, MP dan Bapak Ir. M. Masrudy, MP, selaku Dosen Penguji yang membantu dalam penyusunan karya ilmiah
4.
Bapak Ir. Gunanto, selaku Kepala Laboratorium Konservasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda.
5.
Bapak Ir. R Ecep Iskandar B, MP, selaku Dosen Laboratorium Proteksi Fakultas Kehutanan Unmul yang membantu dokumentasi dan identifikasi.
6.
Bapak Ir. M. Fadjeri, MP, selaku Ketua Program Studi Manajemen Hutan
7.
Bapak Ir. Hasanudin, MP, selaku Ketua Jurusan Manajemen Pertanian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda
8.
Ibu Dwinita Aquastini, S.Hut, MP dan rekan-rekan mahasiswa yang telah membantu dalam menyelesaikan karya ilmiah ini.. Penulis menyadari masih banyak terdapat kekurangan dan kelemahan
dalam penulisan ini, namun semoga karya ilmiah ini dapat bermanfa’at bagi yang membacanya.
Penulis Kampus sei Keledang, September 2012
DAFTAR ISI
Halaman KATA PENGANTAR………………………………………………………….
v
DAFTAR ISI……………………………………………………………………
vi
DAFTAR TABEL………………………………………………………….......
vii
DAFTAR GAMBAR……….…………………………………………………..
Viii
DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………….
IX
I.
1
PENDAHULUAN …………………………………………………………
II. TINJAUAN PUSTAKA A. Gambaran Umum Lokasi Penelitian………………………………. B. Gambaran Umum Tentang Meranti Merah (Shorea ovalis (korth) Blume)……………………………………………………….. C. Gambaran Umum Penyakit………………………………………… D. Penyebab Penyakit …………………………………………………
3 4 7 13
III. METODE PENELITIAN A. B. C. D.
Lokasi Dan Waktu Penelitian……..……………………………….. Bahan dan Alat penelitian………………………………………….. Prosedur Penelitian …………………………………………………. Pengolahan Data…...………………………………………………...
18 18 20 26
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil ………………………………………………….……………….. B. Pembahasan ………………………………………………………….
28 38
V. KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ………………………………………………………….. B. Saran ……………………………………………………………….....
44 44
DAFTAR PUSTAKA ………………………………………………………...
46
LAMPIRAN …………………………………………………………………...
48
DAFTAR GAMBAR
Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1.
Memasukkan Media PDA ke Petridish ………………
23
2.
Memotong Daun Semai Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume) …………………………………………
24
3
Sterilisasi Bahan Dengan Cara Direndam…………..
24
4
Memasukkan Daun ke Media PDA ………………….
25
5.
Memberi Label pada Media PDA …………………….
6.
Bercak Daun pada Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume) …………………………………………………….
28
Bercak Daun Menguning pada Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume) …………………………………..
28
Busuk Daun Pada Meranti Merah (S. ovalis(Korth) Blume) …………………………………………………..
29
Daun Mengerut pada Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume)…………………………………………..
30
Daun Menggulung pada Semai Meranti Merah (S.ovalis (Korth) Blume)...............................................
31
Daun Menguning (klorosis) pada Daun (S.ovalis (Korth) Blume)…………………………………………….
31
12. . 13. . 14.
Jamur Acremonium killiense (a) hifa (b) konidia……..
33
Koloni pada Busuk Daun ……………………………….
34
Koloni Pada Mengerut ………………………………….
35
15.
Jamur Trichoderma sp (a) hifa (b) konidia……………
36
7. 8. 9. 10.
11.
25
DAFTAR TABEL Nomor
Tubuh Utama
Halaman
1.
Cara Menentukan Nilai (Skor) Serangan pathogen pada Semai Meranti Merah (Shorea ovalis) ………..
21
Tally sheet Pengamatan Serangan Penyakit pada Meranti Merah (S. ovalis (korth) Blume……………….
21
3.
Cara Penentuan Tingkat kerusakan Semai…………..
27
4.
Jenis dan Gejala Penyakit yang Menyerang Semai Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume)……………..
28
Jenis dan Penyebab Penyakit Pada semai Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume)………………………
33
Frekuensi dan Intensitas Serangan Penyakit pada Semai Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume)…….
38
2.
5. 6.
LAMPIRAN 7.
Data Hasi Penelitian Semai Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth) Blume) …………...
47
DAFTAR LAMPIRAN
1. Perhitungan Frekuensi Tingkat Kerusakan pada Daun Semai Meranti Merah (Shorea ovalis (Khorth) Blume)………………………………..52 2. Perhitungan Intensitas Serangan Penyakit pada Daun Semai Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth) Blume)………………………………….52
BAB I PENDAHULUAN Hutan adalah sumber kekayaan alam yang serbaguna, yang merupakan anugerah Tuhan Yang Maha Esa. Hutan juga merupakan suatu modal dasar pembangunan nasional untuk menuju kesejahteraan rakyat, baik material maupun spiritual melalui pemanfaatan secara maksimal dan lestari. Menurut Ariani (1999) dalam Handayani (2005), pemanfaatan secara maksimal dan lestari adalah untuk dapat memperoleh berbagai manfaat hutan. Manfaat langsung diperoleh dengan memungut hasil hutan, sedangkan manfaat tak langsung adalah manfaat sebagai fungsi hidrologis, wisata, dan lain-lain. Meranti merupakan jenis pohon komersial yang menjadi andalan bahan kayu pertukangan sejak dimulainya pengusahaan hutan alam pada tahun 1970. Dua jenis Meranti Merah yaitu (Shorea ovalis (Korth.) Blume) dan Balangeran (Shorea balangeran (Korth.) Burck.) merupakan jenis pohon dari famili Dipterocarpa yang dikenal sebagai penghasil kayu pertukangan yang potensial yang mendominir hutan lembap tropis primer dataran rendah.
Jenis-jenis ini
merupakan penghasil kayu yang sangat berharga, baik untuk keperluan rumah tangga, kontruksi bangunan berat, maupun viener dan kayu lapis. Untuk itu perlu diperhatikan keseimbangan populasi produksinya
(Tantra, 1979 dalam
Handayani, 2005). Potensi alami bagi kedua jenis Meranti Merah tersebut dari tahun ke tahun semakin berkurang. Hal tersebut terkait dengan ekploitasi yang berlebihan maupun
aktivitas kehutanan lainnya yang pada akhirnya meningkatkan laju
degradasi hutan (Tantra, 1979 dalam Handayani, 2005).
Purnama (2007) dalam Utami (2009) menyatakan, bahwa degradasi hutan di Indonesia setiap tahun mencapai 2,8 juta Ha dan saat ini sekitar 59 juta Ha dari luas hutan 120,3 juta Ha telah kritis. Melihat kondisi tersebut, pemacuan pembangunan hutan tanaman seyogyanya tidak hanya diarahkan untuk pengembangan kayu serat, tetapi juga harus diimbangi dengan pembanguan hutan tanaman kayu pertukangan dan kedua jenis Meranti Merah tersebut cukup potensial untuk dikembangkan. Sebagaimana jenis tanaman hutan lainnya, dalam pengembangan budidaya kedua jenis Meranti Merah tersebut juga menghadapi kendala, yaitu adanya serangan hama dan penyakit yang terjadi mulai dari persemaian sampai di lapangan. Secara umum, serangan tersebut dapat menimbulkan kerugian berupa kematian bibit, bibit menjadi kerdil dan pertumbuhannya terhambat serta menurunkan kualitas kayu. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui jenis penyakit, gejala serangan, penyebab penyakit, frekuensi dan intensitas
kerusakan pada daun semai
Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume). Dari pengamatan ini diharapkan dapat memberikan informasi tentang jenis penyakit, gejala serangan, penyebab penyakit, frekuensi dan intensitas kerusakan pada daun semai Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume), sehingga dengan
diketahuinya
data-data
pemeliharaan Semai Meranti Merah ditanam.
tersebut
akan
mempermudah
(S. ovalis (Korth) Blume)
dalam
yang telah
BAB II TINJAUAN PUSTAKA A.
Gambaran Umum Lokasi Penelitian
Fadli (2009), menyatakan diantara kota Balikpapan, sebagai kota industri di Kalimantan Timur, dan Kota Samarinda, yang merupakan ibukota Propinsi Kalimantan Timur, masih terdapat hamparan hutan Dipterokarpa, bekas areal eksploitasi industry kayu, yang telah berulang kali mengalami kebakaran hutan. Kawasan Hutan Taman Raya (Tahura) Bukit Soeharto merupakan etalase hutan tropis yang terdekat dengan pemukiman, dimana di dalamnya terdapat pula kawasan hutan pendidikan dan penelitian yang dikelola oleh Universitas Mulawarman. Hutan Pendidikan dan Penelitian Bukit Soeharto Universitas Mulawarman (HPPBS Unmul) merupakan Kawasan Hutan Dengan Tujuan Khusus (KHDTK) yang berada di dalam kawasan Taman Hutan Raya (Tahura) Bukit Soeharto. Sejak tahun 1997, melalui Keputusan Menteri Kehutanan No. 2/Menhut-VII/1997 diberikan ijin prinsip pengelolaan kawasan kepada Universitas Mulawarman seluas 20.271 hektar. Ijin prinsip pengelolaan ini kemudian dikuatkan dengan Keputusan Mentri Kehutanan No. 160/Menhut-II/2004 yang menetapkan bagian dari Hutan Wisata Bukit Soeharto sebagai Hutan Penelitian dan Pendidikan Universitas Mulawarman. Penetapan kawasan hutan, yang kemudian bernama Bukit Soeharto, berawal dari keinginan untuk melestarikan kawasan hutan tropis di dekat wilayah perkotaan, agar dapat menjadi ruang masyarakat untuk melihat dan mempelajari hutan tropis Indonesia. Sejak tahun 1976, Gubernur Kalimantan Timur mulai
menetapkan kawasan tersebut sebagai zona pelestarian lingkungan hidup, yang 2 tahun kemudian diusulkan sebagai Hutan Lindung dengan luas 33.760 hektar Dimulai tahun 1981, dengan bantuan JICA, Universitas Mulawarman mulai membangun stasiun penelitian yang kemudian bernama Pusat Rehabilitasi Hutan Tropis (PUSREHUT) di kawasan tersebut. Hingga pada tahun 1997, Menteri Kehutanan melalui keputusan No. 2/Menhut-VII/1997 tertanggal 1 Januari 1997 memberikan ijin prinsip pengelolaan kawasan seluas 20.271 hektar kepada Universitas Mulawarman.
Baru pada tahun 2004, melalui keputusan Menteri
Kehutanan No. 160/Menhut-II/2004 tanggal 4 Juni 2004, ditetapkan kawasan hutan dengan tujuan khusus pada wilayah Bukit Soeharto sebagai Hutan Pendidikan dan Penelitian Universitas Mulawarman. Persemaian PPHT UNMUL Bukit Soeharto yang digunakan sebagai tempat penelitian adalah persemaian yang dikelola atas Kerja Sama Operasional dengan PT Graha Kaltim Sentosa. Luas persemaian ± 0,75 hektar, terdapat 20 bedeng ukuran lebar 1 meter panjang 12 meter dan 8 bedeng ukuran lebar 1 meter panjang 4 meter. Jumlah jenis semai yang ada di persemaian PPHT UNMUL 12 jenis. B.
Gambaran Umum Tentang Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth) Blume) Menurut Newman, dkk (1999), menyatakan tentang Shorea ovalis (Korth)
Blume) : 1.
Nama Daerah Shorea ovalis (Korth.) Blume mempunyai nama daerah antara lain Meranti Merah, Meranti Kepong (Brunei), Seraya Kepong (Sabah), Damar Putang, D. salemsung, Lampong, I. rasa, Meselurang, Sebong Gunung Puteh, Tahap Letup (Kalimantan).
2.
Perawakan Pohon Pohon besar, diameter setinggi dada (dsd) mencapai 130 cm, batang lurus, berbentuk selindris agak meruncing, banir kecil, tinggi mencapai 1,5 m dan bentangan 1 m, tipis, tebal 6 cm.
3.
Tajuk Terbuka, agak kecil, setengah bulat, tidak simetris dengan banyak cabang memencar dari ujung batang, batang-batang yang lampai tampak lemas dan menjuntai, hijau atau hijau kelabu.
4.
Daun Lonjong, jorong atau bundar telur sungsang, 7, 8-21, 9 x 2,7-6,9 cm, menjangat, berbentuk perahu,permukaan bawah cekung, ujung luncip panjang, pangkal membundar atau romping, permukaan atas bila mengering coklat, kesan raba licin, dengan bulu-bulu pendek yang renggang atau rapat, coklat kelabu, coklat atau coklat merah pada tulang tengah dan kadang dengan bulu-bulu pendek yang renggang, coklat merah jambu pada permukaan, permukaan bawah bila mongering coklat atau tengguli, pudar, kesan raba kasap, dengan indumentum coklat kelabu, coklat atau coklat merah, renggang atau pendek pada permukaan rapat dan panjang pada tulang tengah, tepi daun kadang tergulung, pertulangan sekunder 18-26, mula-mula lurus, melengkung hanya didekat tepi daun atau melengkung di seluruh panjangnya, bila mengering warnanya sama seperti permukaan daun, pertulangan tersier kelihatan jelas, tegak lurus, dormatia tidak ada.
5.
Bunga dan Buah Bunga kecil, daun mahkota putih, dengan semburat merah jambu, di pangkal, benang sari 50-70, kelopak buah dengan tiga sayap panjang dan
dua sayap pendek, sayap panjang 7,2-10,1 x 1-2,1 cm, sayap pendek 3,346 x 0,2-0,4 cm, buah geluk 10-16 x 7-9 mm. 6.
Penyebaran Daerah penyebaran S ovalis (Korth.) adalah di Semenanjung Malaysia, Singapura, Sumatra, Bangka Belitung,
Sabah (Bagian timur) dan
Kalimantan. 7.
Ekologi Semua anak jenis terpencar, biasanya di tempat-tempat lembap di lembah-lembah dan di daerah-daerah yang letaknya rendah, adakalanya di atas batuan ultra basa, pada ketinggian 500 m.
8.
Silvikultur Permudaan rupanya cenderung membentuk benjolan-benjolan dan lebih dari satu batang dominan, bila sekonyong-konyong terkena cahaya penuh. Appanah dan Weinland (1993: 196) dalam Newman, dkk mencatat data yang tersedia di FRIM sbb : Jenis ini dapat mencapai diameter setinggi dada 70 cm pada umur 50 tahun dan permudaan langsung bebas, tetapi pertumbuhan awalnya lambat. Setek batang berakar dengan baik, seperti dilaporkan oleh beberapa penulis seperti Hamsawi (1981) dan Smits, dkk. (1994) dalam Newman, dkk (1999).
9.
Warna Kayu Semua anak jenis Meranti adalah merah muda, sering warnanya merah sangat pucat.
C. Gambaran Umum Tentang Penyakit 1.
Pengertian Penyakit Menurut Pracaya (2003), tanaman dikatakan sakit bila ada perubahan seluruh
atau
sebagian
organ-organ
tanaman
yang
menyebabkan
terganggunya kegiatan fisiologis sehari-hari (penyimpangan dari keadaan normal). Penyakit tanaman dapat dibedakan menjadi dua tipe, yaitu : a. Penyakit lokal Penyakit ini hanya terdapat di suatu tempat atau bagian tanaman tertentu, misalnya pada buah, bunga, daun, cabang, batang atau akar. b. Penyakit sistemik Penyakit ini menyebar ke seluruh tubuh tanaman, sehingga seluruh tanaman akan menjadi sakit. Menurut Mardji (1995) dalam Widyasasi (2008), pengertian penyakit dapat ditinjau dari dua sudut, yaitu sudut biologi dan sudut ekonomi. a. Dari sudut biologi Penyakit adalah penyimpangan dari sifat normal tumbuhan tersebut Sehingga tumbuhan tidak dapat melakukan kegiatan fisiologisnya. b. Dari sudut ekonomi Penyakit adalah ketidak mampuan untuk memberikan hasil yang cukup, baik dalam kualitas maupun kuantitas. 2.
Tanda Setiap tanaman yang menderita sakit, dari luar sudah akan kelihatan tanda-tanda atau gejalanya atau simtomnya. Simtom adalah tanda-tanda atau gejala penyakit. Tanda-tanda ini masih sulit untuk dijadikan pedoman guna menentukan apakah penyakit itu disebabkan oleh parasit atau non
parasit atau mungkin malah gangguan hama. Untuk mengetahui penyebab penyakit dengan jelas harus diteliti keadaan tubuh tanaman atau keadaan tanah (Pracaya, 2003) Menurut Rahayu (1999) dalam Widyasasi (2008), beberapa penyakit memiliki gejala yang sama, karena itu perlu pengetahuan mengenai ”tanda (sign)” untuk menentukan penyakit dan penyebabnya. Tanda (sign) adalah semua pengenal penyakit, yaitu bentuk vegetatif dan atau reproduktif dari patogen. Bentuk vegetatif dari patogen, contohnya adalah
misellium,
appresorium,
haustorium
dan
basidium.
Bentuk
reproduktif, contohnya adalah badan buah (fruit body), spora, sclerotia, conidia, dll.
Bentuk-bentuk vegetatif dan reproduktif tersebut ada yang
dapat dilihat dengan mata biasa dan ada pula yang harus dilihat dengan mikroskop. 3.
Gejala Menurut Rahayu (1999) dalam Widyasasi (2008), gejala (symtom) adalah perubahan-perubahan atau penyimpangan-penyimpangan keadaan normal tumbuhan, yang diakibatkan oleh serangan penyebab penyakit (patogen). Gejala yang ditunjukkan lebih dari satu disebut ”sindrom”. Pengetahuan tentang gejala penting untuk dipelajari, guna mengetahui penyebab penyakit sehingga tindakan pencegahan dan pemberantasan dapat dilakukan. Mempelajari lebih lanjut tentang gejala di mana untuk mengamati tumbuhan yang sakit, gejala adalah yang paling dulu tampak. Gejala bisa setempat dan bisa juga meluas.
Gejala ”setempat (lesional)” adalah gejala yang terbatas pada tempat tertentu saja, contohnya : bercak daun, kanker, dll.
Gejala ”meluas
(sistemik)” adalah gejala yang ditunjukkan oleh seluruh bagian tubuh tumbuhan, contohnya : layu daun, klorosis, dll. Berdasarkan pengaruh langsung atau tak langsungnya, gejala terbagi menjadi: a. Gejala primer, yaitu gejala yang timbul langsung di bagian pohon tempat masuknya patogen (infeksi). b. Gejala sekunder, yaitu gejala yang timbul pada bagian tidak terserang, tetapi merupakan akibat tak langsung dari bagian lain yang terserang. Berdasarkan perubahan yang terjadi pada sel, gejala terbagi menjadi tiga,yaitu gejala nekrotik, gejala atrofi (hypoplastis) dan gejala hipertrofi (hyperplastis). a. Gejala nekotik Gejala nekotik adalah gejala yang disebabkan karena kerusakan atau matinya sel. Pada gejala ini terdapat beberapa penyakit, antara lain adalah: 1. Nekrosis (bercak/noda hitam atau coklat) Disebabkan oleh :
cendawan Alternaria solani, Phytopthora
parasitica var. nicotianae, Exobasidium vexans, P. infestans dan Cercospora apii. 2. Kanker (sel mati pada bagian berkayu) Disebabkan oleh: Nectaria gloeosporium, Corticium salmonicolor, Botryodiplodia theobromae.
3. Lodoh / damping off (kematian pada sel-sel pangkal batang atau akar) Disebabkan oleh:
Phytophthora sp. , Phytium sp., Fusarium
sp., Rhizoctonia sp., Sclerotium sp. 4. Mati kering / die back (kematian pohon yang dimulai dari atas, yaitu tajuk kemudian menjalar sampai akar) Disebabkan oleh : Diatrypella favacea, Valsa kitajimana. 5. Busuk (rot, decay) : a.
Matinya jaringan tanaman pada bagian tertentu yang masih lunak / banyak mengandung air, gejala yang ditampakkan mirip dengan nekrosis tetapi untuk bagian tanaman yang tebal, seperti buah, batang dan akar.
b.
Disebabkan oleh:
Phellinus (Fomes) pini, P.tremulae, P.
ignarius, Phaeollus schweinitzii, Heterobasidium annosum, Armillaria mellea, Ganoderma applanatum. 6. Terbakar matahari (sun scald): matinya sel atau jaringan tertentu karena sinar matahari. 7. Terbakar (bukan karena sinar matahari, scorch) : matinya sel atau jaringan pada daun atau pucuk pohon muda atau kulit pohon karena api / temperatur tinggi/ bahan kimia. b. Gejala atrofi (hypoplastis) Gejala
atrofi
adalah
gejala
yang
menunjukkan
adanya
pertumbuhan yang terhambat atau terhenti sama sekali, disebabkan oleh proses pembelahan sel yang tidak normal/karena degradasi sel. Contoh-contohnya adalah pada penyakit:
1. Kerdil, yaitu pertumbuhannya terhambat, ukurannya lebih kecil dari biasa. Disebabkan oleh : virus. 2. Klorosis, yaitu menguning atau pucatnya daun muda karena kerusakan klorofil atau tidak mampu membentuk klorofil. Disebabkan oleh : virus, kekurangan Nitrogen (N) dan cahay 3. Etiolasi, yaitu menguningnya daun atau jaringan muda dan batang yang memanjang. Disebabkan oleh : Kekurangan cahaya. 4. Roset, yaitu pertumbuhan batang yang terhambat, terbentuknya tangkai daun / cabang berada dalam jarak yang rapat. Disebabkan oleh : virus. c. Gejala hipertofi (Hyperplastis) Gejala hipertrofi menunjukkan pertumbuhan sel yang berlebihan atau melebihi ukuran biasa. Contoh-contoh penyakit yang menunjukkan gejala ini antara lain adalah : 1. Sapu setan (witches broom) Yaitu tumbuhnya tunas (cabang-cabang) berlebih pada satu tempat pada satu pohon. Disebabkan oleh : Marasmius permicisus, Microstroma juglandis, virus. 2. Tumor / gall / cecidia Yaitu pembengkakan setempat, beberapa bintil-bintil / bisul yang terdiri dari jaringan tumbuhan. Terjadi pada daun, batang, cabang. Disebabkan oleh: dua macam penyebab, jika oleh hewan
penyakitnya disebut zoocecidia dan jika disebabkan oleh tumbuhan disebut phytocecidia. Contoh zoocecidia : a) Pada daun Cinnamomum zeylanicum disebabkan oleh Tungau Eryphyces doctersi b) Pada akar tumbuhan tertentu disebabkan oleh Nematoda Heterodera marioni Contoh phytocecidia : a) Pada daun damar (Agathis spp) disebabkan oleh
cendawan
karat Aecidium sp. b) Tumor pada batang Shorea sp disebabkan oleh
bakteri
Agrobacterium tumefaciens. c) Bintil-bintil akar pada suku Leguminosae disebabkan oleh bakteri Rhizobium . 3. Resinosis Yaitu pengeluaran getah (resin) secara berlebihan, dari batang, cabang dan buah. Disebabkan
oleh:
Corticium
salmonicolor,
serangga penggerek batang, cabang dan buah.
Armillaria
mellea,
D. Penyebab Penyakit Menurut Rahayu (1999) dalam Widyasasi (2008), penyebab penyakit terdiri dari penyebab biotik dan penyakit abiotik adalah sebagai berikut: 1. Penyebab Biotik (patogen) a. Jamur Jamur, cendawan, fungi (eumycetes) adalah tumbuhan bersel satu atau banyak, tidak mempunyai klorofil, batang, daun dan akar ; transpirasi, respirasi dan metabolisme sama seperti tumbuhan-tumbuhan berklorofil, tetapi fotosintesis (pembuatan karbohidrat) tidak dapat dilaksanakan
sendiri.
Menurut
Pracaya
(2003),
pada
umumnya
cendawan terdiri dari banyak sel yang bentuknya seperti benang halus dan disebut hifa. Kumpulan dari hifa ini disebut miselium. Hifa ada yang bersekat dan ada yang tidak bersekat. b. Bakteri Bakteri adalah tumbuhan bersel satu, berdinding sel tetapi bersifat prokariotik (tidak mempunyai membran inti). Ada 3 tipe bakteri yaitu: 1)
Tipe coccus yang berbentuk bulat
2)
Tipe basilus yang berbentuk tongkat
3)
Tipe spirillum yang berbentuk spiral Beberapa jenis bakteri mempunyai rambut flagella, ada yang satu
buah pada satu ujung tubuhnya (monotrichous), beberapa buah pada satu ujung tubuhnya (lophotricous), beberapa buah pada kedua ujung tubuhnya (amphitricous).
c. Virus Virus adalah mikrfoorganisma yang berbentuk benang, tongkat atau bulat, memiliki asam inti ribonucleic acid (RNA) atau deoxyribonucleic acid (DNA), tidak mengadakan respirasi dan metabolisme. Karena tidak mengadakan respirasi dan metabolisme maka disimpulkan bahwa virus adalah makhluk yang terletak antara hidup dan mati. Gejala serangan virus akibat serangan virus pada tumbuhan dapat diperlihatkan antara lain warna bunga tertentu belang-belang, noda-noda berbentuk lingkaran/licin pada daun (ring spots), nekrosis, mosaic (nodanoda kuning, hijau atau hijau tua pada daun), klorosis pada seluruh lembaran daun, klorosis pada tulang-tulang dan piggir daun, daun keriting, tanaman kerdil, perubahan bentuk batang, percabangan yang berlebihan (menyapu, witches broom), dan roset (pertumbuhan daun atau cabang yang bergerombol dengan jarak tangkai daun atau cabang sangat berdekatan), tetapi kadang-kadang gejala tidak tampak. Serangan virus yang gejalanya tidak tampak pada morfologi tumbuhan , kadang dapat diketahui dari hasil tumbuhan tersebut, misalnya produksi buah yang kurang atau tidak seperti biasanya. d. Tumbuhan Tingkat Tinggi Tumbuhan tingkat tinggi dikenal juga sebagai benalu, tetapi biasanya tidak banyak merugikan tanaman kehutanan, kecuali memang banyak jumlah individu benalu yang hidup menempel pada pohon, maka pohon akan menderita karena makanannya diambil terus oleh benalu tersebut.
e.
Nematoda Nematoda parasit tanaman berukuran sangat kecil, mamanjang dan berbentuk silinder. Hampir semua nematoda mempunyai panjang tubuh kurang dari 2-5 mm, tidak beruas atau mempuyai lengkuk lingkar dangkal. Merupakan organisme yang masih tergolong primitive tetapi telah dilengkapi dengan system pencernaan, saraf dan reproduksi. Semua nematode parasit tanaman mempunyai struktur khusus yang disebut spear (lembing) dan stylet (jarum). Spear mirip tabung yang berlubang , terletak diujung kepala nematode dan digunakan untuk makan, sedangkan stylet mempunyai ujung yang sangat runcing yang digunakan untuk malekat pada jaringan tanaman.
2. Penyebab Abiotik a. Temperatur 1) Temperatur tinggi Yang dimaksud dengan temperatur tinggi disini adalah akibat sinar matahari. Suhu sekitar 60ºC dapat mematikan sel-sel yang masih muda dan tipis. Temperatur tinggi akan lebih banyak merusak bila bersamaan dengan faktor lain, misalnya kekurangan air atau ada angin kencang. 2)
Temperatur rendah Temperatur udara yang sangat rendah sekitar 0-5ºC akan akan mengurangi penyerapan air oleh akar tumbuhan.sehingga akan berakibat: 1). Air di dalam sel-sel tumbuhan berkurang.
2). Konsentrasi cairan sel tinggi sehingga cairan sel keluar ke permukaan daun (plasmolisis). 3). Sel-sel mengerut dan daun menjadi layu. 4). Batang pohon dapat retak. 5). Kerusakan sel-sel xilem. b. Air 1) Kelebihan Air Kelebihan air dapat mengakibatkan hal yang tidak menguntungkan bagi pohon, kecuali jenis pohon
yang memang hidupnya
memerlukan tempat yang banyak mengandung air, misalnya di rawarawa dan payau. 2)
Kekurangan Air Kerusakan hutan karena kekurangan air dapat disebabkan oleh: a)
Rendahnya curah hujan menyebabkan kadar air di tanah tidak cukup untuk memenuhi kebutuhab minuman dari pohon-pohon.
b)
Faktor-faktor
cuaca
seperti
tingginya
temperatur
udara,
rendahnya kelembapan udara dan angin yang keras dapat menyebabkan penguapan dari pohon yang besar,
sehingga
pengisapan air oleh akar tidak dapat mengimbangi atau dapat pula menyebabkan penguapan air dari tanahpun
besar
sehingga kadar air di tanah menjadi tur. Gejala-gejala yang dapat dilihat dari pohon yang menderita kekeringan adalah: a)
Daun akan layu atau daunnya akan berubah warnanya menjadi kuning sampai coklat akhirnya mati dan gugur.
c)
Gejala layunya daun dan bagian-bagian lunak dimulai dari pucuk pohon kemudian ke bawah dan dari bagian luar kemudian ke dalam.
d)
Kekeringan dapat pula menghasilkan lingkaran tumbuh yang tidak sempurna.
e)
Pohon yang kekeringan dapat menggugurkan daun walaupun tidak atau menggugurkan daunnya sebelum musim gugur.
f)
Kekeringan dengan temperatur udara yang tinggi dapat menyebabkan pecah batang.
g)
Kekeringan yang panjang akan menimbulkan banyak kematian pada pohon-pohon di hutan.
c. Angin Angin dapat memberikan pengaruh baik dan pengaruh buruk terhadap hutan. Pengaruh yang baik misalnya dalam hal penyerbukan dari bunga-bunga hutan.
BAB III METODE PENELITIAN A.
Lokasi dan Waktu Penelitian
Pengamatan ini dilaksanakan di Persemaian PPHT UNMUL Bukit Soeharto, di Laboratorium Konservasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dan di Laboratorium Proteksi Fahutan UNMUL. Waktu pengamatan selama 3 bulan, mulai tanggal 5 Desember 2011 sampai tanggal 5 Maret 2012 meliputi orientasi lapangan, persiapan alat dan bahan, pengamatan dan pengambilan data, pengolahan data dan penyusunan Karya Ilmiah. B. 1.
Bahan dan Alat Penelitian
Alat Alat-alat yang digunakan dalam pengamatan ini adalah: a.
Disekting set, untuk pengambilan bagian tanaman jika ada yang terserang penyakit.
b.
Alat tulis, untuk menulis.
c.
Kamera, untuk dokumentasi
d.
Oven, untuk sterilisasi alat-alat gelas.
e.
Autoclave, untuk sterilisasi media.
f.
Laminar air flow yang tertutup kain hitam, untuk isolasi jamur/bakteri.
g.
Cawan petri/petridish, untuk tempat media
h.
Tabung Erlenmeyer, untuk tempat membuat media.
i.
Kompor, untuk memasak media.
j.
Beaker glass, untuk tempat aqua dest.
k.
Pengaduk, untuk mengaduk media.
l.
Kulkas, untuk menginkubasikan bagian tanaman.
m. Timbangan analitik, untuk menimbang bahan n.
Enkas, untuk menginkubasikan media
o.
Mikroskop, untuk melihat patogen
p.
Bunsen/lampu spiritus, untuk sterilisasi
q.
Spatula, untuk mengambil alat-alat gelas dari oven
q.
Gelas preparat dan cover glass preparat, untuk tempat patogen yang dilihat di bawah mikroskop.
2.
Bahan a.
Semai Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume) umur 1 tahun
b.
Media Potato Dextrose Agar (PDA), untuk mengembangbiakkan patogen
c.
Bayclean, untuk sterilisasi spesimen
d.
Alkohol 70 %, untuk sterilisasi spesimen
e.
Aqua destillata, untuk sterilisasi spesimen
f.
Kertas saring, untuk mengeringkan spesimen
g.
Spiritus putih, untuk lampu spiritus
h.
Kapas, untuk membantu menutup botol madia PDA
i.
Kertas, polio bergaris untuk membungkus petridish
j.
Isolasi bening/selotip, untuk isolasi jamur
k.
Tissue, untuk membersihkan semua peralatan yang digunakan
l.
Label nama, untuk member tanda pada spesimen
m. Plastik gula 1 kg, untuk tempat spesimen. n.
Buku literatur, untuk identifikasi
C. Prosedur Penelitian 1. Pengambilan Data di Lapangan Pengambilan data dilakukan di Persemaian PPHT UNMUL Bukit Soeharto dengan langkah-langkah sebagai berikut: a. Orientasi lapangan Dilakukan untuk mengetahui keadaan lokasi dan keadaan semai yang akan diamati di Persemaian PPHT UNMUL Bukit Soeharto. b. Persiapan alat dan bahan yang akan digunakan dalam penelitian, baik yang digunakan di lapangan maupun yang digunakan di laboratorium. c. Pemilihan semai yang akan diamati Pemilihan semai yang akan diamati dilakukan secara acak terhadap seluruh semai yang ada (800 semai), dan memilih sejumlah 150 semai untuk memenuhi kaidah statistik , yaitu lebih dari 10% populasi. d. Melakukan pengamatan daun semai Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth) Blume)
yang
terserang
secara
langsung
di
menggunakan kriteria yang dapat dilihat pada Tabel 1.
lapangan
dengan
Tabel 1. Cara Menentukan Nilai (Skor) Serangan patogen pada Daun Semai Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth) Blume) Skor
Gejala Pada semai Sehat (tidak ada gejala serangan atau ada serangan pada daun tetapi sangat sedikit dibandingkan dengan luas daun seluruhnya Merana ringan (jumlah daun yang terserang dan jumlah serangan pada masing-masing daun yang terserang sedikit atau daun rontok atau klorosis sedikit atau semai tampak sehat tetapi ada gejala lain seperti kanker batang atau pucuk luka) Merana sedang (jumlah dau yang terserang dan jumlah serangan pada masing–masing daun yang terserang agak banyak atau daun rontok atau klorosis agak banyak atau disertai dengan gejala lain seperti kanker batang atau pucuk luka agak banyak) Merana berat (jumlah daun yang terserag dan jumlah serangan pada masing-masing daun yang terserang banyak atau dau rontok atau klorosis banyak atau disertai gejala lain seperti kanker batang atau pucuk patah atau putus) Mati (seluruh daun layu atau rontok atau tidak ada tanda-tanda kehidupan)
0
1
2
3
4
d. Pengamatan dan Pencatatan Data yang diperoleh dari pengamatan daun semai Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth) Blume) dicatat dalam Tally Sheet sebagai berikut: Tabel 2. Tally Sheet Pengamatan Serangan Penyakit pada Meranti Merah (Shorea ovalis (korth) Blume) No. Phn
Bagian Tanaman Yg Diserang
Bentuk kerusakan
Tingkat Kerusa kan
Skor
Ket.
e. Melakukan pengambilan gambar terhadap bentuk kerusakan daun yang diakibatkan oleh penyakit pada semai Meranti Merah (S.ovalis (Korth) Blume) f. Mengambil bagian tanaman yang diduga terserang penyakit
lalu
memasukkannya ke dalam plastik dan membawanya ke labolatorium. 2. Pengamatan di Laboratorium Pengamatan dilakukan di Laboratorium Konservasi Politeknik Pertanian Negeri Samarinda dengan langkah-langkah sebagai berikut : a. Menginkubasikan daun yang sakit ke dalam kulkas selama 1-2 hari. Jika tidak bisa langsung mengerjakan. b. Mensterilisasilkan semua alat gelas ke dalam oven selama 1 jam pada suhu 170 ºC. c. Membuat media Potato Dekstro Agar (PDA) dengan bahan sebagai berikut : 1.
Kentang
250 gram
2.
Dextrose
20 gram
3.
Agar-agar
20 gram
4.
Aqua destillata
1 liter.
Menimbang bahan satu persatu.
Kentang dipotong kecil dan tipis, lalu
direbus dalam beaker glass sampai lunak, kemudian diambil extraknya dengan cara disaring. Selanjutnya ditambahkan aqua destilasi. sampai 500 ml, lalu memasukkan agar-agar dan dextrose sedikit demi sedikit sambil diaduk di atas kompor dengan api kecil, kemudian
tambahkan
aqua destilata sampai 1 liter. Campuran tersebut dibiarkan sampai mendidih,
kemudian mematikan kompor. Setelah itu menuang media
tersebut ke dalam Erlenmeyer dan menutup lubang Erlenmeyer dengan kapas yang dipadatkan. Selanjutnya sterilisasi media pada autoclave dilakukan selama 15 menit pada suhu 105 – 107 ºC. e. Memasukkan media PDA ke petridis ± 10 ml (dilakukan di laminar air flow yang sudah disemprot alkohol) seperti yang terlihat pada Gambar 1
Gambar 1. f.
Memasukkan Media PDA ke Petridish
Memotong bagian tanaman tersebut dengan menyertakan bagian yang sehat dan yang sakit dengan ukuran ± 0,5 - 0,7 cm seperti yang terlihat pada Gambar 2 berikut.
Gambar 2. Memotong Daun Semai Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth)Blume) g. kemudian disterilkan dengan cara direndam ke dalam bayclin selama 60 detik, memindahkan ke dalam alkohol 70% selama 60 detik kemudian pindahkan ke dalam aquadestillata selama 60 detik lalu keringkan di atas kertas saring ( dilakukan di dalam Laminar Air flow yang sudah disemprot alkohol 70 %) seperti yang terlihat pada Gambar 3
. Gambar 3. Sterilisasi Bahan dengan Cara direndam g. Dengan menggunakan pinset, memasukkan satu persatu 4 potongan bagian tanaman ke dalam media PDA dan diatur dengan jarak yang sama (dilakukan di dalam Laminar air flow yang sudah disemprot dengan
alkohol 70%), membungkus petridish yang berisi media tadi dengan kertas seperti terlihat pada Gambar 4 berikut.
Gambar 4. Memasukkan Daun ke Media PDA h. Memberi label pada petridis yang bertuliskan nama tanaman, nomer tanaman dan jenis penyakit. seperti terlihat pada Gambar 5 berikut.
Gambar 5 Pemberian Lebel pada Media. i.
Melakukan inkubasikan petridis pada suhu 26º C. Bila
terjadi
pertumbuhan lebih dari satu jenis maka dipisahkan dan dimurnikan lagi.
j.
Mengamati setiap pertumbuhan koloni meliputi
jumlah koloni dan
warnanya. k. Melakukan isolasi jamur pada gelas preparat, kemudian memasukkan dalam petridish yang diberi air ± 1 ml dan dialasi sedotan aqua, jaga agar preparat tidak terkena air. l.
Patogen yang tumbuh diperiksa dengan mikroskop dan diidentifikasi dengan cara membandingkan patogen yang ditemukan dengan literatur yang ada, dengan cara melihat bentuk, warna dan ukuran spora, dilakukan di Laboratorium Proteksi Fahutan Unmul.
m. Mengambil foto patogen yang ditemukan untuk dokumentasi. D.
Pengolahan Data
1. Menghitung frekuensi serangan penyakit terhadap kerusakan daun semai Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume), menurut Sharma dan Sankaran (1988) dalam Mardji (1996), frekuensi serangan penyakit dapat dihitung dengan rumus : ? ?
? ?
? ??? %
Keterangan :
F = Frekuensi serangan penyakit N = Jumlah tanaman seluruhnya n = Jumlah tanaman yang rusak pada masing – masing tingkat
Kerusakan
2. Menghitung intensitas serangan penyakit terhadap kerusakan daun semai Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume), menurut Sharma dan Sankaran (1988) dalam Mardji (1996), untuk mengetahui intensitas serangan penyakit dapat dihitung dengan menggunakan rumus : ??
? ? ? ? ? ? ? ?? ? ? ? ?? ? ? ? ?? ? ??? ? ? ??
Keterangan I X X1 X2 X3 X4 Y1 Y2 Y3 Y4
= = = = = = = = = =
:
Intensitas serangan Jumlah tanaman yang terserang penyakit Jumlah tanaman yang terserang ringan Jumlah tanaman yang terserang sedang Jumlah tanaman yang terserang berat Jumlah taaman yang mati Skor tanaman terserang ringan 1 Skor tanaman terserang sedang 2 Skor tanaman terserang berat 3 Skor tanaman yang mati 4
Menurut Sharma dan Sankaran (1988) dalam Mardji (1996), cara menentukan tingkat kerusakan semai dapat dilihat pada Tabel 3. Tabel 3. Cara menentukan Tingkat Kerusakan Semai
Intensitas serangan (%)
Tingkat kerusakan
0–1
Sehat
1,1 – 25
Ringan
25,1 – 50
Sedang
50,1 – 75
Berat
75,1 - 100
Mati
BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil 1. Jenis Penyakit dan Gejalanya Hasil pengamatan yang telah dilakukan di Persemaian PPHT UNMUL Bukit Soeharto dapat diketahui bahwa jenis penyakit dan gejala serangan penyakit yang dapat merusak daun semai Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth.) Blume) dapat dilihat pada Tabel 4. Tabel 4. Jenis dan Gejala Penyakit yang Menyerang Semai Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth) Blume) No
Jenis Penyakit
1.
Bercak daun
2
Busuk daun
3
Mengerut
4
Menggulung
5
Menguning
Gejala Serangan Bercak daun berwarna kuning pada bagian tepi dan berwarna coklat pada bagian tengah. bercak berukuran kecil ± 1-2 mm pada permukaan daun, bentuk dan letak bercak tidak beraturan. Daun berbercak coklat tua hingga kehitaman. Bercak terdapat di ujung, tepi daun dan meluas ke bawah, daun yang kering rontok dan berlubang, berukuran lebih besar dari bercak daun ± 3- 7 cm. warna daun hijau,, adanya kerutan pada ujung sampai tengah bagian tulang daun sehingga terlihat seperti bergelombang dan pertumbuhan daun tidak normal, tepi daun bergelombang. ujung daun terlihat menggulung ke atas, dari tepi ke arah tulang daun utama, daun menggulung tidak menutupi semua permukaan daun, apabila dipegang daun akan terasa kaku Hampir semua permukaan daun berwarna kuning disertai dengan bercak berwarna coklat tua kemerahan. Ukuran, bentuk dan letak bercak tidak teratur dan menyebar dipermukaan daun.
Berdasarkan hasil pengamatan yang terdapat pada Tabel 4 ditemukan 5 jenis penyakit yang merusak Daun Semai Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth.) Blume) dengan ciri-ciri sebagai berikut: a. Bercak Daun (Leaf Spot Disease ) Bercak daun berwarna kuning pada bagian tepi dan berwarna coklat pada bagian tengah, bercak berukuran kecil ± 1-2 mm pada permukaan
daun, bentuk dan letak bercak tidak beraturan. Gejala yang tampak seperti terlihat pada Gambar 6 berikut :
Gambar 6. Bercak Daun pada Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth) Blume) Pada daun yang menguning terdapat bercak berwarna coklat tua kemerahan, ukuran, bentuk dan letak bercak tidak teratur dan menyebar di permukaan daun seperti terlihat pada Gambar 7.
Gambar 7. Bercak Daun yang Menguning pada Daun Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth) Blume) Menurut Rahayu (1999) bahwa bercak daun dapat terjadi pada semai di persemaian ataupun pada tanaman di lapangan, namun secara umum lebih intensif terjadi di persemaian
Daun yang terinfeksi timbul bercak dengan berbagai pariasi bentuk dan ukuran (Tjahjadi, 1996) Bercak daun adalah penyakit yang sering ditemukan dan biasanya banyak menyerang daun, bunga dan buah. Bercak biasanya berupa nekrosis berbentuk bulat dan kadang-kadang dikelilingi garis yang berwarna kuning (Anonim, 2004 dalam Kurnain, 1988) Menurut Sastrahidayat (1992), bahwa bercak daun adalah bercak nekrosis yang mempunyai batas-batas tegas disebabkan oleh jamur dan bercak daun merupakan hasil infeksi lokal. b. Busuk Daun / Hawar daun (leaf blight) Daun berbercak coklat tua hingga kehitaman. Bercak terdapat di ujung, tepi daun dan meluas ke bawah, daun yang kering rontok dan berlubang, berukuran lebih besar dari bercak daun ± 3-7 cm, gejala yang tampak seperti terlihat pada Gambar 8 berikut :
Gambar 8. Busuk Daun pada Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth) Blume) Menurut Sastrahidayat (1992), busuk daun ialah suatu kematian yang cepat dari seluruh anggota tumbuhan atau bagian luas dari daun termasuk tulang daun sebagai akibat langsung dari aktifitas patogen.
Jika serangan penyakit bercak daun yang berat, bercak berjumlah benyak, bercak bertambah besar dan beberapa bercak menjadi satu dan membentuk hawar (blight) akibatnya jaringan yang mati bertambah luas (Anonim, 1988 dalam Kurnain, 2004). Menurut Rahayu (1999), hawar (bligh) terjadi karena perkembangan bercak-bercak yang sangat cepat. c. Mengerut Warna daun hijau, adanya kerutan pada ujung sampai tengah bagian tulang daun sehingga terlihat seperti bergelombang
dan
pertumbuhan daun tidak normal, tepi daun bergelombang. Gejala yang tampak seperti yang terlihat pada Gambar 9 berikut ini :
Gambar 9. Daun Mengerut pada Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth) Blume) d. Menggulung Gejala yang terlihat pada daun Meranti merah (S. ovalis (Korth) Blume) yang menggulung adalah ujung daun terlihat
menggulung ke
atas, dari tepi ke arah tulang daun utama, daun menggulung tidak menutupi semua permukaan daun, apabila dipegang daun akan terasa kaku. Gejala yang tampak seperti yang terlihat pada Gambar 10.
Gambar 10.
Daun Menggulung pada Semai Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth) Blume)
Pada penyakit bercak kering Alternaria solani daun yang diserang tepinya tidak rata , kadang-kadang daun menggulung atau tidak rata (Pracaya, 2003) e. Menguning (klorosis) Gejala yang tampak pada daun Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume) yang menguning adalah daun hampir menguning seluruhnya, terrdapat bercak coklat kemerahan seperti yang terlihat pada gambar 11.
Gambar 11. Menguning (klorosis) pada Daun (Shorea.ovalis (Korth) Blume)
Gejala kerusakan pada bercak daun Pestalotia pinus diawali dengan timbulnya bercak-bercak kuning sampai kehitam-hitaman pada daun Jarum semai yang kemudian meluas sehingga daun–daun tampak menguning (klorosis) (Anggraini, 2008). 2. Penyebab Penyakit Berdasarkan identifikasi yang telah dilakukan di Laboratorium Proteksi Fahutan Unmul diketahui penyebab penyakit yang menyerang semai Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume) seperti yang terlihat pada Tabel 5 berikut ini: Tabel 5. Jenis dan Penyebab Penyakit Pada semai Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth) Blume No.
Jenis Penyakit
Penyebab
1
a. b.
2
Busuk Daun
Tidak teridentifikasi
3
Mengerut
Tidak teridentifikasi
4
Menggulung
Tidak teridentifikasi
5
Menguning
Faktor abiotik
Bercak Daun Bercak Daun menguning
Acremonium Trichoderma sp
Berdasarkan hasil pengamatan yang terlihat pada Tabel 5, ada 2 jenis penyebab penyakit yang ditemukan pada bercak daun dan dapat diidentifikasi, dan 3 jenis yang tidak teridentifikasi karena keterlambatan identifikasi, preparat menjadi kering serta adanya kerusakan kamera di Laboratorium Proteksi Unmul sehingga dokumentasi terhambat.
Adapun
klasifikasi dan ciri-ciri penyebab penyakit adalah sebagai berikut: a. Penyebab Bercak Daun Penyebab penyakit bercak daun yang dapat ditemukan dan teridentifikasi adalah Acremonium killiense . Berdasarkan klasifikasi Hawksworth dkk. (1983), Clements dan Shear (1957), Domsch dkk.
(1980) dalam
Edwin (2011), maka jamur A. killiense diklasifikasikan
sebagai berikut: Kingdom Division Subdivision Class Ordo Family Genus Species
: : : : : : : :
Fungi Eumycota Deuteromycotina Deuteromycetes Moniliales Moniliaceae Acremonium Acremonium killiense
Pada Gambar 12 adalah jenis jamur A. killiense dengan perbesaran 400 x, dengan ciri-ciri mikroskopis memiliki konidia pendekpendek, tidak bersekat dan mengelompok.
Gambar 12. Jamur Acremonium killiense (a) hifa (b) konidia Menurut
Domsch
dkk.
(1980)
dalam
Aquastini
(2007),
mencirikan A. kiliense mempunyai konidia berbentuk bulat panjang dengan panjang 12,5 µm dan lebar 5 µm, bersel dua, konidia tidak bersekat, berdinding tipis dan berwarna pucat
(hyaline) serta
mengelompok hingga membentuk lingkaran yang menyerupai bola dilapisi dengan selaput sporangium yang tipis.
Menurut Stevens (1966) dalam Aquastini (2007), ada sekitar 250 jenis dari marga Acremonium yang menyerang baik tanaman kehutanan, pertanian,
perkebunan maupun hortikultura,
Barnett dan Hunter (1972) dalam
sedangkan menurut
Aquastini (2007), marga
Acremonium bersifat parasit dan terutama menyebabkan bercak daun. b. Penyebab Busuk Daun Hasil pengamatan secara makroskopis pada petridish terdapat 5 koloni. Setelah 4 hari penanaman, permukaan petridish dipenuhi dengan bulu–bulu tipis yang berwana putih. Gambar media yang ditumbuhi bulubulu tipis (jamur) penyebab busuk daun dapat dilihat pada Gambar 13 berikut ini :
Gambar 13. Koloni pada Busuk Daun c. Penyebab Mengerut Hasil Pengamatan pada jenis penyakit mengerut penyebab tidak teridentifikasi. Hasil pengamatan secara makroskopis ada 4 koloni yang tumbuh pada petridish 5 hari setelah diadakan isolasi. Warna bulu – bulu putih abu-abu, setelah 8 hari menjadi kehitaman, secara mikroskopis
tidak ditemukan konidia, hanya ada hifa yang tidak diketahui jamurnya seperti yang terlihat pada Gambar 14 berikut :
Gambar 14. Koloni pada Mengerut d. Penyebab Menggulung Penyebab penyakit menggulung pada daun semai Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth) Blume) belum dapat teridentifikasi. e. Penyebab Menguning (klorosis) Penyebab Bercak yang ditemukan pada daun semai Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume) dan teridentifikasi adalah Tricoderma sp, dengan ciri-ciri konidia berbentuk oval dan bercabang seperti terlihat pada Gambar 14 berikut :
Gambar 14. Jamur Trichoderma sp (a) hifa (b) konidia Adapun taksonomi Trichoderma sp
secara ilmiah menurut
Persoon ex Gray (1801) dalam Anonim (2007) adalah sebagai berikut : Kingdom
:
Fungi
Divisio
:
Ascomycota
Subdivisio
:
Pezizomycotina
Classis
:
Euascomycetes
Ordo
:
Hypocreales
Familia
:
Hypocreaceae
Genus
:
Trichoderma
Species
:
Trichoderma sp
Koloni dari genus Trichoderma kompak, kekompakan ini berhubungan dengan struktur konidiofornya, sebagian besar koloni membentuk zona mirip cincin yang khas dan jelas. Warna koloni ada yang kekuningan, kuning dan hijau. Pada ujung konidiofor berbentuk seperti botol. Konidia berwarna hijau dan jernih, bentuk konidia sebagian besar bulat (Rifai, 1969 dalam Anonim, 2007) Ada 89 spesies Trichoderma . Pada sebuah penelitian ditemukan bahwa Trichoderma merupakan salah satu jamur yang dapat menjadi
agen biokontrol karena bersifat antagonis bagi jamur lainnya, terutama yang bersifat patogen. Aktivitas antagonis yang dimaksud dapat meliputi persaingan, parasitisme, predasi atau pembentukan toksin atau antitoksin (Rifai, 1969 dalam Anonim, 2007). Trichoderma sp juga bersifat antagonis pada jamur Alternaria porri penyebab bercak ungu pada bawang daun (Wahyudin, 2008). 3. Frekuensi dan Intensitas Serangan Penyakit Hasil perhitungan frekuensi dan intensitas serangan penyakit pada semai Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume) dapat dilihat pada Tabel 7 di bawah ini. Data pengamatan dapat dilihat pada Lampiran 1 dan cara perhitungan pada Lampiran 2 Tebel 7.
Frekuensi dan Intensitas Serangan Penyakit pada Semai Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume Jumlah semai yang dirusak
Frekuensi Kerusakan (%)
Sehat
17
11,33
Ringan
71
47,33
Sedang
32
21,33
Berat Mati Jumlah
18 12 150
12,00 8,00 100
Tingkat Kerusakan
Intensitas Kerusakan (%)
39,50
Pada Tabel 7 di atas dapat dilihat bahwa frekuensi semai yang sehat 11,33 %, frekuensi semai yang rusak ringan 47,33 %, frekuensi semai yang rusak sedang 21,33 %, yang rusak berat 12,00 % dan semai yang mati 8,00 %. Sedangkan intensitas kerusakan pada semai Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume) adalah 39,50 %, dan termasuk dalam tingkat kerusakan sedang.
B. Pembahasan 1. Jenis Penyakit dan gejalanya Hasil pengamatan pada semai Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth) Blume) di persemaian PPHT UNMUL Bukit Soeharto ditemukan 5 jenis penyakit yang menyerang semai Meranti merah (S. ovalis (Korth) Blume) adalah bercak daun, busuk daun, mengerut, menggulung dan menguning. Penyakit bercak daun dengan gejala bercak daun berwarna kuning pada bagian tepi dan berwarna coklat pada bagian tengah, bercak berukuran kecil ± 1-2 mm pada permukaan daun, bentuk dan letak bercak tidak beraturan. Penyakit busuk daun dengan gejala daun berbercak coklat tua hingga kehitaman. Bercak terdapat di ujung, tepi daun meluas ke bawah, daun yang kering rontok dan berlubang, berukuran lebih besar dari bercak daun 3-7 cm. Penyakit mengerut dengan gejala warna daun hijau, adanya kerutan pada ujung sampai tengah bagia tulang daun sehingga terlihat seperti bergelombang dan pertumbuhan daun tidak normal, tepi daun bergelombang. Penyakit menggulung dengan gejala ujung daun menggulung ke atas, dari tepi ke arah tulang utama, tetapi tidak menutupi seluruh permukaan daun, saat daun dibuka tulang daun kaku, bentuk dan ukuran daun menjadi tidak normal. Penyakit menguning dengan gejala hampir seluruh permukaan daun berwarna kuning disertai dengan bercak berwarna coklat tua kemerahan, ukuran dan bentuk bercak tidak teratur dan menyebar di permukaan daun. Gejala penyakit bercak daun, busuk daun dan bercak daun pada menguning termasuk dalam gejala lokal dan gejala nekrotik karena kerusakan yang ditimbulkan pada tempat tertentu saja dan dapat
mempengaruhi proses fotosintesis sehingga mengakibatkan kematian jaringan, hal ini sesuai dengan pendapat Rahayu (1998), menyatakan bahwa bercak daun merupakan kematian jaringan (nekrotik) yang mempunyai batasbatas tegas dan merupakan hasil infeksi lokal oleh patogen. Selanjutnya menurut Anonim (2010), menyatakan bahwa gejala lokal adalah gejala yang dicirikan dengan perubahan struktur yang jelas dan sangat terbatas biasanya dalam bentuk bercak, misalnya bercak daun, sedangkan menurut Anonim (2012) menyatakan bahwa gejala kerusakan yang diakibatkan oleh bercak daun diawali dengan timbulnya bercak – bercak kuning, selanjutnya daun akan mengering. Menurut Purnomo (2006), bahwa klorotik termasuk gejala nekrotik, klorotik adalah kerusakan kloroflas yang mengakibatkan bagianbagian tanaman yang dalam keadaan normal berwarna hijau menjadi menguning. Gejala penyakit daun mengerut dan menggulung termasuk dalam gejala hypertrofi (hyperplastis) karena pertumbuhan sel yang tidak normal, hal ini sesuai dengan pendapat Anonim (2010), menyatakan bahwa gejala hypertrofi (hyperplastis) adalah gejala yang timbul karena hasil pertumbuhan yang luar biasa dalam ukuran atau perkembangan dini yang abnormal dari organ
tumbuhan,
misalnya
keriting,
membengkoknya
tajuk
dan
menggulungnya daun karena pertumbuhan yang berlangsung pada satu sisi, puru. Juga menurut Anonim (2008), menyatakan bahwa penyakit daun menggulung, gejala ini disebabkan karena pertumbuhan yang tidak seimbang dari bagian-bagian daun. Gejala menggulung terjadi apabila salah satu sisi pertumbuhannya selalu lebih cepat dari yang lain.
Gejala penyakit menguning termasuk dalam gejla penyakit defisiensi karena
daun menguning hampir seluruhnya. Menurut Rahayu (1999),
bahwa gejala defisiensi merupakan indikator adanya kekurangan unsur hara di dalam tanah yang menyebabkan daun menguning, hijau pucat. 2. Jenis penyakit dan penyebabnya Hasil pengamatan pada daun semai Meranti Merah (Sorea ovalis (Korth) Blume) ada 5 jenis penyakit yang merusak daun semai Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume), 2 jenis
penyakit yang dapat teriidentifikasi
penyebabnya yaitu bercak daun disebabkan oleh jamur Acremonium killiense dan bercak daun menguning disebabkan oleh jamur Trichoderma sp. sedangkan menguning disebabkan oleh faktor abiotik, adapun 3 jenis penyakit yaitu busuk daun, mengerut dan menggulung tidak teridentifikasi penyebabnya. Penyakit bercak daun Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume) disebabkan oleh jamur pendapat
Acremonium killiense, hal ini sesuai dengan
Barnett dan Hunter (1972) dalam
Aquastini (2007), yang
menyatakan bahwa marga Acremonium bersifat parasit dan terutama menyebabkan bercak daun. A.killiense selain menyebabkan bercak daun pada Meranti Merah (S.ovalis (Korth) Blume) dapat juga menyebabkan penyakit bercak daun pada jenis meranti yang lain, hal ini sesuai dengan hasil penelitian Aquastini (2007), bahwa bercak daun pada Shorea leprosula, Shorea parvifolia dan Shorea balangeran disebabkan oleh jamur Acremonium killiense.
Anggraeni dan Suharti (1996), bahwa penyakit
bercak daun dapat menyerang jenis–jenis tanaman Shorea pinanga, Shorea seminis, Shorea balangeran, Shorea ovalis, Shorea selanica.
Penyakit bercak daun pada semai Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume) penyebabnya bukan hanya A. killiense tetapi juga bisa disebabkan oleh jamur jenis lain, hal ini sesuai dengan hasil penelitian
Utami, dkk
(2009), bahwa penyebab penyakit bercak daun pada Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume) adalah jamur Curvularia sp. Penyakit bercak daun Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth) Blume) disebabkan oleh 2 jenis jamur yang berbeda dengan gejala yang sama. Sedangkan penyakit bercak pada daun menguning disebabkan oleh jamur Trichoderma sp
yang bersifat antagonis,
hal ini sesuai dengan
pendapat Wahyudin (2008), bahwa genus Trichoderma merupakan jamur yang bersifat antagonis yang hidup di dalam tanah daerah perakaran (rhizosfer). Selanjutnya Onion et el., 1981: 157; Lieckfeldt, et el., 1999 : 2418 dalam Wahyudin (2008), bahwa genus Trichoderma juga tersebar secara luas pada tanah, bagian tumbuhan dan vegetasi yang rusak Jamur Trichoderma selain berada di bagian tanaman (daun, batang) juga terdapat pada akar tanaman Kakao ,
hal ini sesuai dengan hasil
penelitian Wicandra (2005), selain jamur yang menyerang tanaman Kakao, juga ditemukan jamur yang sifatnya sebagai agen pengendali hayati yang terdapat pada akar, kerusakan pada akar adalah floem sebagai jaringan pengangkut telah tersebar keseluruh korteks, jamur ini adalah Trichoderma viridae, Trichoderma piluliferin dan Trichoderma harzianum. Ada 89 spesies Trichoderma, Trichoderma sp. bersifat antagonis bagi jamur lainnya, terutama yang bersifat patogen. Aktivitas antagonis yang dimaksud dapat meliputi persaingan, parasitisme, predasi atau pembentukan toksin atau antitoksin (Anonim, 2012)
Trichoderma merupakan salah satu mikroorganisme fungsional yang dikenal luas sebagai pupuk biologis tanah. Mikroorganisme ini adalah jamur penghuni tanah yang dapat diisolasi dari perakaran tanaman di lapangan. Trichoderma disamping sebagai organisme pengurai, dapat pula berfungsi sebagai agen hayati dan stimulator pertumbuhan tanaman. Beberapa spesies Trichoderma telah dilaporkan sebagai agensia hayati seperti Trichoderma harzianum, T. viridae, dan T. koningii yang berspektrum luas pada berbagai tanaman pertanian (Samuel, 2006 dalam Wahyudin, 2008). Penyebab penyakit busuk daun, mengerut dan
menggulung pada
daun semai Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume) belum diketahui jenisnya. Setelah beberapa kali dilakukan pembiakan yang tumbuh hanya hifa saja, sedangkan spora dan konidia tidak ada. Penyakit menguning pada daun semai Meranti Merah (S.
ovalis
(Korth) Blume) disebabkan oleh factor abiotik Anonim (2010), menyatakan bahwa penyebab penyakit abiotk disebabkan oleh suhu ekstrim (panas atau dingin), jumlah oksigen yang tidak sesuai, kelembapan yang tidak sesuai, defisiensi unsure hara, polusi udara, pestisida yang beracun. Selanjutnya, menurut Rahayu (1999), selain air, oksigen dan karbondioksida, tumbuhan juga memerlukan hara mineral yang berfungsi dalam metabolisme. 3. Frekuensi dan intensitas kerusakan Berdasarkan hasil perhitungan frekuensi dan intensitas kerusakan pada daun semai Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume) dapat diketahui freuensi semai sehat adalah 11,33 %, frekuensi semai yang rusak ringan 47,33 %, frekuensi semai yang rusak sedang 21,33 %, frekuensi semai yang
rusak
berat
12,00 % dan frekuensi semai yang sehat 8,00 %.
Hasil
perhitungan intensitas kerusakan 39, 50 %, tingkat kerusakan pada semai Meranti Merah (S. ovalis (Korth) Blume) di persemaian PPHT UNMUL Bukit Soeharto masuk dalam tingkat kerusakan sedang. Adanya faktor –faktor yang dapat mempengaruhi perkembangan penyebab penyakit baik itu penyebab biotik maupun penyebab abiotik.
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan maka dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut : 1. Jenis penyakit yang menyerang daun semai Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth) Blume) ditemukan 5 jenis yaitu bercak daun, busuk daun, mengerut, menggulung dan menguning. 2. Penyebab penyakit pada daun semai Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth) Blume) yang dapat teridentifikasi ada 2 jenis yaitu Acremonium killiense pada bercak daun dan jamur Trichoderma sp. pada bercak daun menguning, 3 jenis yang tidak teridentifikasi yaitu penyebab penyakit pada busuk daun, mengerut, menggulung dan penyebab abiotik pada menguning. 3. Frekuensi semai sehat adalah 11,33 %, frekuensi semai yang rusak ringan 47,33 %, frekuensi semai yang rusak sedang 21,33 %, frekuensi semai yang rusak berat 12,00 % dan frekuensi semai yang mati 8,00 %. 4. Intensitas serangan penyakit pada daun semai Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth) Blume)
adalah 39,50 % dan termasuk dalam tingkat kerusakan
sedang. B. SARAN
1. Perlu diadakan penelitian lanjutan untuk mengetahui penyebab penyakit pada semai Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth) Blume). 2. Untuk menghindari meningkatnya intensitas serangan penyakit yang lebih tinggi sebaiknya dilakukan pengendalian penyakit pada semai Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth) Blume) di persemaian.
DAFTAR PUSTAKA Agrios, G. N. 1996. Ilmu Penyakit Tumbuhan (Terjemahan Munzir Busnia). Gadjah Mada University Press. Yoyakarta. Annggaeni, I. dan Suharti, M. 1996. Penyakit Bercak Daun Pada Shorea sp. di Kebun Percobaan Carita dan Huerbentes Dalam : Bulletin Penelitian Hutan Indonesia. No. 600: 39-4. Bogor. Anggraini, I. 2008. Pengendalian Hama dan Penyakit Tanaman Kehutanan. Institut Pertanian Bogor. Anonim. 2007. www.wisegeek.com/what-is-trichoderma.htm. Diunduh tanggal 8 September 2012. Anonim. 2008. http://totonunsri.blogsome.com/category/hama/. Diunduh tanggal 20 Agustus 2012. Anonim.
2010. http;//kuliah-2-2010.pnkttmbhn.com/ September 2012
Diunduh
tanggal
5
.Anonim. 2012. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perum Perhutani. Prosiding Hasil Penelitian dan Pengembangan Puslitbang SDH Perhutani Cepu Anonim. 2009. Efektivitas Trichoderma harzianum Sebagai Pengendali Hayati Penyakit Lanas pada Bibit Tembakau Cerutu. Karya Ilmiah Politeknik Negeri Jember. Aquastini,
D. 2007. Identifikasi dan Pemberantasan Penyakit Pada Dipterocarpaceae di Persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Tesis Program Pascasarjana Universitas Mulawarman. 107 ha.
Edwin M. 2007. Acremonium Killiense Menginfeksi Pohon Gaharu yang Wangi. Sekolah Tinggi Ilmu Pertanian, Sengata Kutai Timur Fadly, A. 2009. http;//tmpakul.web.id/berebut-bukit-_soeharto.html. Diunduh tanggal 19 September 2012 Handayani, Y. 2005. Inventarisasi Serangan Hama dan Penyakit pada Semai Dryobalanops sp Umur 11 Bulan di Persemaian Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. Karya Ilmiah Politeknik Pertanian Negeri Samarinda. 65 h. Kurnain. 2004. Inventarisasi Tanaman Lempung Merembung (Shorea smitthiana) dan Karet (Hovea brasiliensis) di Hutan Pendidikan Unmul Bukit Soeharto. Karya Ilmiah Universitas 17 Agustus 1945 Samarinda. Mardji, D. 1995. Ilmu Penyakit Hutan Diagnosis, Biologi dan Pengendalian Penyakit. Fakultas Kehutanan Universitas Mulawarman. Samarinda
Newmen MF ; P.F Burgess dan T.C. Whimore. 1996. Pedoman Identifikasi Pohon-Pohon Dipterocarpaceae Pulau Kalimantan. Prosea Indonesia. Bogor. Pracaya. 1991. Hama Penyakit Tanaman. PT Penebar Swadaya, Depok. Purnomo. B. 2006. Konsep Ilmu Penyakit Hutan.Faperta UNIBRA. Rahayu. S. 1999. Penyakit Tanaman Hutan Di Indonesia. Gejala, Penyebab, dan Teknik Pengendalian. Penerbit Kanisius. Yogyakarta Sastrahidayat, IR. 1990. Ilmu Penyakit Tumbuhan. Penerbit. Usaha Nasional Surabaya. Indonesia. Tjahjadi, N. 1996. Hama dan Penyakit Tanaman. Kanisius. Yogyakarta. Utami
S,. Anggraini, I,. dan Herdiana, N. 2009 Hama dan Penyakit Pada Tanaman Meranti Merah Shorea ovalis (Korth.) Blume dan Shorea balangeran (Korth.) Burck. Balai Penelitian Kehutanan Palembang.
Vauzia., Chatri M., Eldisa R., Pengaruh Trichoderma Harzianum Terhadap Serangan Penyakit Layu Fusarium Oxysporum, Fusarium Sp. Pada Tanaman Cabai Merah (Capsicum annum) Staf Pengajar Jurusan Biologi FMIPA Universitas Negeri Padang. Wahyudin.2008.http;//respository.upi.edu/operator/upload/s_d033204_chapter2p df. Diunduh tanggal 24 Agustus 2012. Wicandra, A. L. 2005 Identifikasi Jenis-Jenis Jamur yang Menyerang pada Tanaman Kakao (Theobroma cacao L.) di PT. Perkebunan Nusantara XII Kebun Ngrangkah Pawon. Kabupaten Kediri. Skripsi Universitas Muhammadiyah Malang. Widyasasi. 2008. Diktat Kuliah Penyakit Hutan. Politeknik Pertanian Negeri Samarinda .
Lampiran 1. Tabel Data Hasil Penelitian Daun Meranti Merah (Shore ovalis (Korth) Blume) No. Semai 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28 29 30 31 32 33 34 35 36 37 38 39 40 41 42 43 44 45 46 47 48
Gejala Kerusakan Bercak daun , busuk daun Bercak daun , busuk daun, daun mengerut Busuk daun, daun mengerut Busuk daun Bercak daun Bercak daun Busuk daun Bercak daun , busuk daun Busuk daun Busuk daun Busuk daun Busuk daun, daun mengerut Bercak daun , busuk daun Busuk daun Bercak daun, busuk daun, daun mengerut Bercak daun, busuk daun, daun mengerut Bercak daun , busuk daun Busuk daun, daun mengerut Busuk daun Busuk daun Bercak daun , busuk daun Busuk daun, daun mengerut Busuk daun Bercak daun, daun mengerut Bercak daun Bercak daun, menguning Bercak daun, busuk daun, daun mengerut Bercak daun, menguning Busuk daun Bercak daun, busuk daun Busuk daun, daun mengerut Bercak daun , busuk daun, daun mengerut Bercak daun, daun mengerut Busuk daun, daun mengerut Bercak daun Bercak daun Busuk daun, daun mengerut Bercak daun , busuk daun Bercak daun,busuk daun, daun mengerut Bercak daun, busuk daun Daun mengerut Bercak daun, daun mengerut Busuk daun, daun mengerut
Tingkat Kerusakan Ringan Sedang Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Mati Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Sedang Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Berat Ringan Ringan Berat Ringan Ringan Mati Mati Ringan Sedang Sehat Sehat Berat Sehat Mati mati Sedang Ringan Sehat Sehat Ringan
Skor 1 2 1 1 1 1 1 4 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 3 1 1 3 1 1 4 4 1 2 0 0 3 0 4 4 2 1 0 0 1
Ket
No. Semai 50 51 52 53 54 55 56 57 58 59 60 61 62 63 64 65 66 67 68 69 70 71 72 73 74 75 76 77 78 79 80 81 82 83 84 85 86 87 88 89 90 91 92 93 94 95 96 97 98
Gejala Kerusakan Bercak daun , daun mengerut Bercak daun, busuk daun, daun mengerut Bercak daunt, daun mengerut Busuk daun Daun menggulung Busuk daun, daun menggulung Bercak daun , busuk daun Bercak daun, busuk daun Bercak daun, busuk daun busuk daun, daun mengerut Bercak daun Busuk daun Bercak daun, busuk daun, daun mengerut Bercak daun Busuk daun, daun menggulung Busuk daun, Daun mengkerut, daun menggulung Busuk daun, daun mengerut Bercak daun Bercak daun, busuk daun Busuk daun, daun mengerut, daun menggulung Busuk daun, daun mengerut Bercak daun, busuk daun, daun mengerut, daun menggulung Bercak daun, busuk daun, daun mengerut Bercak daun, busuk daun Bercak daun, busuk daun Bercak daun, busuk daun Bercak daun, busuk daun, daun mengerut Bercak daun, busuk daun, daun mengerut Busuk daun, daun mengerut Bercak daun, daun mengerut Bercak daun , busuk daun Bercak daun , busuk daun Bercak daun busuk daun, daun mengerut Bercak daun Bercak daun , busuk daun, daun mengerut Bercak daun, busuk daun, daun mengerut Busuk daun, daun mengerut Bercak daun , busuk daun, daun mengerut Bercak daun , busuk daun, daun mengerut Bercak daun , busuk daun, daun mengerut Busuk daun Bercak daun, busuk daun, daun mengerut Bercak daun, busuk daun, daun mengerut Busuk daun, daun mengerut, daun menggulung Bercak daun , busuk daun, daun mengerut Bercak daun , busuk daun Busuk daun, daun mengerut Busuk daun, daun mengerut
Tingkat Kerusakan Sehat Sedang Sedang Ringan Sehat Mati Ringan Ringan Sehat Sehat Ringan Ringan Berat Ringan Ringan Ringan Sedang Sehat Berat Sedang Berat Sedang Berat Sedang Ringan Ringan Ringan Sedang Sedang Sehat Sedang Mati Sedang Berat Sehat Ringan Ringan Berat Berat Sedang Ringan Ringan Sedang Ringan Sedang Berat Ringan Ringan Sedang
Skor 0 2 2 1 0 4 1 1 0 0 1 1 3 1 1 1 2 0 3 2 3 2 3 2 1 1 1 2 2 0 2 4 2 3 0 1 1 3 3 2 1 1 2 1 2 3 1 1 2
Ket
No. Semai 100 101 102 103 104 105 106 107 108 109 110 111 112 113 114 115 116 117 118 119 120 121 122 123 124 125 126 127 128 129 130 131 132 133 134 135 136 137 138 139 140 141 142 143 144 145 146
Gejala Kerusakan Bercak daun , busuk daun, daun mengerut Bercak daun, busuk daun Busuk daun , daun mengerut Bercak daun, busuk daun, daun mengerut Bercak daun , busuk daun, daun mengerut Busuk daun, daun mengerut Busuk daun Bercak daun, daun mengerut Bercak daun , busuk daun Busuk daun, daun mengerut Bercak daun , daun mengerut Bercak daun , busuk daun, daun mengerut, daun menggulung Bercak daun, busuk daun Bercak daun , busuk daun Bercak daun Bercak daun Bercak daun , busuk daun Bercak daun , busuk daun, daun mengerut Bercak daun , busuk daun Daun mengerut Bercak daun , busuk daun, daun mengerut Bercak daun, daun mengerut Busuk daun, bercak daun Bercak daun, busuk daun, daun mengerut Bercak daun , busuk daun, daun mengerut Bercak daun Bercak daun, busuk daun Bercak daun , busuk daun, daun mengerut Bercak daun , daun mengerut Bercak daun, busuk daun Bercak daun, busuk daun, daun mengerut, daun menggulung Bercak daun , busuk daun, daun mengerut Bercak daun , busuk daun, daun mengerut Bercak daun, busuk daun Busuk daun, daun mengerut Bercak daun, busuk daun, daun mengerut Bercak daun , daun mengerut Bercak daun, busuk daun Bercak daun , busuk daun, daun mengerut, daun menggulung Busuk daun, daun menggulung Bercak daun Bercak daun , busuk daun, daun mengerut Bercak daun , busuk daun Bercak daun coklat, daun mengerut
Tingkat Kerusakan Sedang Ringan Ringan Sedang
Skor 2 1 1 2
Berat Ringan Mati Ringan Sedang Ringan Berat Mati Ringan Berat
3 1 4 1 2 1 3 4 1
Ringan Ringan Ringan Ringan Ringan Sedang Ringan Ringan Ringan Sedang Sedang Ringan Sedang Sehat Sedang Berat Sedang Ringan Sedang
1 1 1 1 1 2 1 1 1 2 2 1 2 0 2 3 1 1
Sedang Ringan Ringan Ringan Sedang Ringan Ringan Berat
2 1 1 1 2 1 1
Sehat Mati Sehat Sedang Berat Sedang
0 4 0 2 3 2
3
2
3
Ket
No. Semai 147 148 149 150
Gejala Kerusakan Daun mengerut Bercak daun , daun mengerut, daun menggulung Daun menggulung
Tingkat Kerusakan Ringan Berat Mati Sehat
Skor 1 3 4 0
Ket
Lampiran 2 3. Perhitungan Frekuensi Tingkat Kerusakan pada Daun Semai Meranti Merah (Shorea ovalis (Khorth) Blume) Dengan menggunakan rumus : %
maka dapat di hitung :
Frekuensi tanaman yang sehat ( F sehat)
Frekuensi tanaman merana ringan (F ringan )
Frekuensi tanaman merana sedang (F sedang)
Frekuensi tanaman merana berat (F berat)
Frekuensi tanaman yang mati (F mati)
4. Perhitungan Intensitas Serangan Penyakit pada Daun Semai Meranti Merah (Shorea ovalis (Korth) Blume) Dengan menggunakan rumus Intensitas % % % %