Mengukur Serangan Penyakit Terbawah Benih (Hawar Daun) Pada Pertanaman Padi Penyakit hawar daun yang disebabkan oleh bakteri Xanthomonas campestris pv. Oryzae termasuk penyakit utama yang menyerang tanaman padi. Serangan penyakit ini mampu menimbulkan kerugian hasil panen sebesar 21-36 % pada musim hujan dan 18-28 % pada musim kemarau (Suparyono, Sudir. 1992). Salah satu cara penyebaran penyakit tersebut adalah melalui tular benih sehingga keberadaannya harus selalu diwaspadai agar daerah yang bebas dari serangan penyakit tersebut dapat terhindar dari masuknya benih yang sudah terkontaminasi dengan bakteri Xanthomonas campestris pv. oryzae. Penyakit hawar daun atau disebut juga dengan penyakit kresek atau dalam bahasa Inggris dikenal dengan istilah Bacterial Leaf Blight (BLB) pada pertanaman dewasa memperlihatkan gejala serangan dimulai dari munculnya bercak kuning sampai putih yang didahului oleh terbentuknya garis lebam berair pada bagian tepi helaian daun. Bercak tersebut bisa muncul mulai dari salah satu atau kedua tepi helaian daun, atau memadati bagian helaian daun yang rusak kemudian berkembang sampai menutupi seluruh bagian helaian daun. Pada varietas yang rentan bercak yang timbul dapat meyebar sehingga mencapai ujung daun dan bagian bawah pelepah daun.
Gambar 1. Gejala penyakit hawar daun bakteri Xanthomonas oryzae pv. oryzae (Sumber : Balai Besar Penelitian Tanaman Padi) Pada tanaman yang masih muda serangan BLB menyebabkan daun berubah menjadi kuning pucat, layu dan kemudian mati. Fenomena tersebut dikenal dengan nama kresek. Kresek merupakan geja serangan penyakit hawar daun yang paling merusak. Penyakit kresek biasanya menyerang pada saat tanaman mulai memasuki masa generatif atau pada usia 50 HST. Pada tahap lanjut, bagian yang kering akan semakin meluas ke arah tulang daun hingga seluruh daun akan tampak mengering. Penyakit biasanya menyerang tanaman melalui luka – luka yang ada pada jaringan daun seperti luka akibat
mekanis seperti pemotongan daun pada saat akan tanam ataupun terkena angin kencang sehingga banyak daun yang sobek.
Gambar 2. Gejala hawar daun padi Gambar 3. Gejala daun padi kuning pucat (Sumber : Anonim, 1989 dan www.hartanto.wordpress.com) Pengetahuan tentang gejala serangan sangat penting untuk mengetahui apakah suatu tanaman terserang BLB atau tidak. Besarnya penyakit sering dikemukakan dengan istilah serangan ringan, sedang, berat, atau sangat berat. Ungkapan yang demikian masih bersifat kualitatif, tidak memiliki makna ilmiah. Pernyataan demikian sangat bersifat subyektif. Dalam arti bahwa data kualitatif demikian tidak dapat dibandingkan antara ahli yang satu dengan ahli yang lain dan antara daerah yang satu dengan daerah yang lain. Data yang bersifat kuantitatif tentang intensitas penyakit sangat diperlukan untuk berbagai kepentingan, terutama untuk kepentingan pengelolaan/pengendalian penyakit tanaman (Agrios, 1997) Besarnya atau intensitas penyakit tanaman menurut James dapat dinyatakan dalam istilah keterjadian penyakit dan keparahan penyakit. Intensitas penyakit dinyatakan dengan keterjadian penyakit apabila penyakitnya bersifat sistemik atau adanya serangan patogen cepat atau lambat akan menyebabkan kematian atau tidak berproduksi misalnya penyakit yang disebabkan oleh virus. Penyakit-penyakit yang gejala dan akibatnya bervariasi, maka intensitas penyakit dinyatakan dengan keparahan penyakit. Pengukuran keparahan penyakit biasanya dilakukan pada penyakit bercak dan karat pada daun (Prasetyo, 2005) Keterjadian/kemunculan Penyakit (KP) merupakan persentase jumlah tanaman yang terserang patogen (n) dari total tanaman yang diamati (N), seperti dinyatakan dalam rumus berikut:
Sementara itu Keparahan Penyakit (KeP) atau intensitas kerusakan didefinisikan sebagai persentase luasnya jaringan tanaman yang terserang patogen dari total luasan yang diamati, seperti dinyatakan dalam rumus berikut:
Dimana KeP adalah keparahan penyakit, n adalah jumlah jaringan terserang pada setiap kategori (skor), v adalah kategori (skor) serangan, Z adalah kategori serangan tertinggi dan N adalah total dari jumlah jaringan yang diamati (Zadoks,1979). Berikut ini adalah contoh hasil pengamatan intensitas serangan penyakit BLB yang dilakukan pada salah satu petak percobaan dengan jumlah tanaman sebanyak 32 rumpun. Angka di dalam kotak menunjukkan level serangan pada setiap individu tanaman. Adapun nilai skor/level kerusakan pada serangan BLB adalah sebagai berikut : 0 = tidak ada gejala serangan 1 = tingkat kerusakan > 0 – ≤ 5 % 3 = tingkat kerusakan > 5 – ≤ 25 % 5 = tingkat kerusakan > 25 – ≤ 50 % 7 = tingkat kerusakan > 50 – ≤ 75 % 9 = tingkat kerusakan > 75 %
0
5
9
1
1
7
9
1
3
0
1
5
9
0
7
3
1
0
5
7
0
3
1
1
1
3
1
0
1
3
0
7
Gambar 4. Level serangan BLB pada setiap individu tanaman
Gambar 5. Kegiatan pengamatan serangan BLB di pertanaman padi pada fase vegetatif Dari data diatas dapat diolah dan disajikan ke dalam tabel berikut : A. Kemunculan Penyakit Jumlah tanaman
Tanaman Tidak Terserang
Tanaman Terserang
%
32
7
25
78,1
B. Keparahan Penyakit Level/Skor
Jumlah Tanaman
%
0
7
0
1
10
10
3
5
15
5
3
15
7
4
28
9
3
27
Jumlah
32
95
33,0%
Dari tabel tersebut dapat dilihat bahwa meskipun kemunculan penyakit pada areal pengamatan sebanyak 78,1 % yaitu 25 rumpun terserang dari 32 rumpun tanaman, namun tingkat keparahan yang dialami pada saat pengamatan hanya pada 33,0 %. Gejala serangan paling banyak ditemukan pada level 1 dan yang paling sedikit pada level 5 dan 9. Apabila segala kondisi mendukung untuk pertumbuhan BLB lebih lanjut maka pada pengamatan selanjutnya akan terjadi kenaikan tingkat keparahan meskipun kemunculan penyakit masih di kisaran angka 78,1 %. (Syakhril Alam)