IDENTIFIKASI PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (SANIMAS)
Studi Kasus: Program Sanimas di Kampung Pulo, Desa Gintung, Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang.
TUGAS AKHIR
OLEH NOVA CHOIRIYYAH NIM : 200422011
JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSTAS INDONUSA ESA UNGGUL 2010
IDENTIFIKASI PELAKSANAAN KEGIATAN PROGRAM SANITASI BERBASIS MASYARAKAT (SANIMAS)
Studi Kasus: Program Sanimas di Kampung Pulo, Desa Gintung, Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang. OLEH NOVA CHOIRIYYAH NIM : 200422011 TUGAS AKHIR Diajukan Sebagai Salah Satu Syarat Memperoleh Gelar SARJANA TEKNIK Jenjang Pendidikan Strata-1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota
JURUSAN TEKNIK PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSTAS INDONUSA ESA UNGGUL 2010
PENGESAHAN TUGAS AKHIR Nama
: Nova Choiriyyah
Nim
: 2004-22-011
Jurusan
: Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Progam Studi
: Perencanaan Wilayah dan Kota
Judul Tugas Akhir
: Identifikasi Pelaksanaan Kegiatan Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS) (Studi kasus : Program SANIMAS di Kampung Pulo, Desa Gintung, Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang)
Tugas akhir diatas telah disetujui dan diterima sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Teknik, jenjang Pendidikan Strata-1 Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota. Jakarta, 09 Maret 2010
Ir. Sugihartoyo, ME Dosen Pembimbing Mengetahui,
Ir. Reza Sasanto, MPlan&Des
Dr. Lily Amelia, MAgr
Sekretaris Jurusan
PJS Dekan Fakultas Teknik
TANDA LULUS MEMPERTAHANKAN TUGAS AKHIR Nama
: Nova Choiriyyah
Nim
: 2004-22-011
Jurusan
: Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Progam Studi
: Perencanaan Wilayah dan Kota
Judul Tugas Akhir
: Identifikasi Pelaksanaan Kegiatan Program Sanitasi Berbasis Masyarakat (SANIMAS) (Studi kasus : Program SANIMAS di Kampung Pulo, Desa Gintung, Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang)
Dinyatakan LULUS mempertahankan Tugas Akhir pada Ujian Tugas Akhir yang dilaksanakan di Universitas Indonusa Esa Unggul tanggal 01 Maret 2010. Jakarta, 09 Maret 2010 1.
Dosen Penguji I (Ketua) Nama : Ir Sugihartoyo, ME
2.
Dosen Penguji II (Anggota) Nama : Ir. Reza Sasanto, MPlan &Des
3.
(………….…….) (…………….….)
Dosen Penguji III (Anggota) Nama : Ir. Yuliarti
(…………….….)
LEMBAR PERNYATAAN Yang bertanda tangan di bawah ini : Nama
: Nova Choiriyyah
Nim
: 2004-22-011
Jurusan
: Teknik Perencanaan Wilayah dan Kota
Progam Studi
: Perencanaan Wilayah dan Kota
Menyatakan bahwa Laporan Tugas Akhir dengan judul : Identifikasi Pelaksanaan
Kegiatan
Program
Sanitasi
Berbasis
Masyarakat
(SANIMAS) adalah hasil dari penelitian yang dilakukan oleh penulis sendiri dan bukan merupakan jiplakan, kecuali kutipan-kutipan yang berasal dari sumber-sumber yang tercantum pada Daftar Pustaka.
Jakarta, 09 Maret 2010
Nova Choiriyyah
ABSTRAKSI Kabupaten Tangerang merupakan kota penyangga Ibukota, yang letak geografisnya berbatasan langsung dengan Provinsi DKI Jakarta sehingga mengakibatkan pertumbuhan yang pesat diiringi oleh kebutuhan pelayanan sanitasi yang semakin meningkat pula, namun peningkatan itu tidak diiringi kesiapan pemerintah Kabupaten Tangerang dalam hal pelayanan sanitasi khususnya penanganan air limbah permukiman. Hal itu terlihat dari banyaknya kasus berupa penyakit diare yang terjadi di kabupaten Tangerang salah satunya di Kampung Pulo Desa Gintung Kecamatan Sukadiri. Menyadari kondisi bahaya tersebut maka Depertemen PU bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Tangerang melakukan program Sanitasi Oleh Masyarakat (Sanimas) di Kampung Pulo Desa Gintung Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang. Program SANIMAS ini bertujuan untuk memperbaiki sistem sanitasi dan kualitas lingkungan sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dalam hal peningkatan kualitas kesehatan. Namun pada kenyataan di lapangan, program SANIMAS yang ada di kecamatan Sukadiri ini tidak sesuai dengan tujuan sehingga berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa program SANIMAS ini kurang optimal. Penelitian ini bertujuan untuk mengidentifikasi efektivitas pada pelaksanaan Program Sanimas di Kampung Pulo Desa Gintung Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang. Tingkat efektivitas diukur dari aspek perencanaan, penguatan kelembagaan, kesehatan lingkungan dan penggunaan sarana. Hasil dari penelitian ini adalah bahwa dari sisi pelaksanaannya program Sanimas ini dikatakan efektif dan berhasil namun dilihat dari penyediaan prasarana dan sarana air limbah, program Sanimas ini kurang efektif, hal itu disebabkan karena faktor lokasi.
Kata kunci : Program SANIMAS, Efektivitas.
KATA PENGANTAR Bismillahirrahmanirrohim Segala puji dan syukur penulis ucapkan kepada Allah SWT atas segala rahmat dan nikmat yang diberikan sehingga dengan izin-Nya penulis dapat menyelesaikan skripsi ini.. Pada penulisan ini, penulis juga mengalami berbagai kesulitan yang dikarenakan keterbatasan pengetahuan, kemampuan, tenaga, dan waktu yang dimiliki penulis. Tanpa bantuan dari berbagai pihak, sulit bagi penulis untuk menyelesaikan penulisa skripsi ini, oleh sebab itu sudah sewajarnya penulis menyampaikan rasa terima kasih kepada : 1.
Kedua orangtuaku yang telah menjadi penyemangat, atas doa serta keringat dan restunya serta dorongan baik moril maupun materi.
2.
Adik-adikku, Isty dan Ery atas semangat dan doanya kalian berdua.
3.
Ibu Dr. Lily Amelia, MAgr. yang terhormat selaku Dekan Fakultas Teknik Universitas Indonusa Esa Unggul
4.
Bapak Ir Sugihartoyo, ME. selaku pembimbing yang telah memberikan pengarahan, pengetahuan dan petunjuk-petunjuk mengenai penulisan skripsi ini.
5.
Ibu Ir. Yuliarti, terima kasih atas kritik dan nasehat-nasehat yang diberikan serta pengertiannya.
6.
Bapak Ir. Reza Sasanto, MPlan &Des. terima kasih atas kritik dan nasehat-nasehat yang diberikan.
7.
Para staf-staf, dan para pegawai fakultas teknik.
8.
Dosen-dosen
Perencanaan
Wilayah
dan
Kota
yang
telah
memberikan ilmu pengetahuan selama penulis duduk di bangku kuliah.
9.
“Ay” Pitra Ariadna Saputra, S.kom, yang selalu ada dalam memberikan perhatian, semangat, cinta dan sayangnya serta saran, kritik maupun nasehatnya.
10. Kakak sepupuku, Alvin Naofal, yang telah membantu penulis dalam penyebaran kuesioner. 11. Bang Erwin Mawandy, ST, Msos yang telah memberikan saran, kritik dan bantuan kepada penulis. 12. Maya Asmara, Aditianata, R. Agung CR, Inggit, Rima Metalia, Sulhi, Azka, Nana, Alan, Ilham sebagai rekan sesama angkatan, terima kasih atas segala dukungan dan kenangan selama dibangku kuliah. 13. Rekan Himpunan Mahasiswa/i Planologi Indonusa (Plano Conditio Sine Qua Non) 14. Pak Hamzah, Pak Tatang, Pak Imam, Pak Toto, Mba Ita, dan pegawai LSM BEST, atas bantuan dalam memberikan informasi dan data dalam penyusunan skripsi ini. 15. Pak Omay dan keluarga , terima kasih atas kebaikan kalian selama ini yang telah membantu penulis. 16. Bapak-bapak dan Ibu-ibu di Kampung Pulo, terima kasih atas bantuan kalian sampai terselesainya skripsi ini. 17. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan namanya satu-persatu yang telah membantu baik moril maupun materi, semoga Allah SWT membalas semua amal dan kebaikan ini dengan melimpahkan rahmatNya.
Akhirnya saran dan kritik sangat diharapkan didalam penyempurnaan skripsi ini sehingga kualitas penyusunan skripsi ini semakin meningkat. Kiranya Rahmat dan KaruniaNya jualah yang dapat membalas kebaikan tersebut, penulis ingin menyampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya kepada pihak-pihak yang bersangkutan atas kesalahan-kesalahan penulis dalam menyusun skripasi ini baik yang disengaja maupun tidak disengaja. Akhir kata penulis berharap skripsi ini dapat bermanfaat bagi pembaca.
Jakarta, 01 Maret 2010 Penulis,
Nova Choiriyyah
DAFTAR ISI
ABSTRAK ................................................................................
i
KATA PENGANTAR .............................................................
ii
DAFTAR ISI .............................................................................
v
DAFTAR TABEL ....................................................................
ix
DAFTAR GAMBAR ................................................................
xi
BAB
BAB
PENDAHULUAN ..............................................
I-1
1.1 Latar Belakang .....................................................
I-1
1.2 Perumusan Masalah .............................................
I-6
1.3 Tujuan Penulisan .................................................
I-7
1.4 Ruang Lingkup Studi ...........................................
I-8
1.4.1 Ruang Lingkup Materi .............................
I-8
1.4.2 Ruang Lingkup Wilayah studi ..................
I-8
1.5 Sistematika Pembahasan ......................................
I-8
1.6 Kerangka Pemikiran ............................................
I-10
TINJAUAN TEORITIS ....................................
II-1
2.1 Pelayanan Publik .................................................
II-1
2.2 Teori Efektivitas ...................................................
II-1
2.3 Partisipasi Masyarakat .........................................
II-3
I
II
2.4 Kebijakan Nasional Penyehatan Lingkungan Berbasis Masyarakat.........................
II-4
2.5 Pengertian Sanitasi ..............................................
II-6
2.6 Pengertian Air dan Kriteria Mutu Air...................
II-8
2.7 Program SANIMAS ............................................
II-10
2.7.1 Tahapan Pelaksanaan Program SANIMAS ..................................
II-11
2.7.2 Pendekatan, Prinsip, dan Pola Penyelenggaraan Program SANIMAS .....
II-25
2.7.3 Tujuan, dan Indikator Keberhasilan
BAB
penyelenggaraan Program SANIMAS .....
II-29
2.8 Kesehatan Lingkungan ........................................
II-30
2.9 Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum .
II-32
2.10 Kemitraan ............................................................
II-32
2.11 Perencanaan .........................................................
II-33
III METODOLOGI PENELITIAN .......................
III-1
3.1 Tempat Penelitian ................................................
III-1
3.2 Metode Penelitian ................................................
III-1
3.3 Sumber dan Metode Pengumpulan Data .............
III-2
3.3.1 Sumber Data .............................................
III-2
3.3.2 Metode Pengumpulan Data ......................
III-2
3.4 Metodologi Survei ...............................................
III-3
3.5 Metode Sampling .................................................
III-4
3.5.1 Populasi ....................................................
III-3
3.5.2 Sampel ......................................................
III-4
3.5.3 Penentuan Besar Sampel di Wilayah Studi .........................................................
III-5
BAB
3.5 Teknik Analisis Data ...........................................
III-7
IV GAMBARAN UMUM........................................
IV-1
4.1 Gambaran Umum Kecamatan Sukadiri 4.1.1 Luas Wilayah ...........................................
IV-1
4.1.2 Batas Wilayah ..........................................
IV-1
4.1.3 Kependudukan ..........................................
IV-2
4.1.4 Sarana Sanitasi .........................................
IV-4
4.2 Gambaran Umum Desa Gintung .........................
IV-4
4.2.1 Kondisi Topografi ....................................
IV-5
4.2.2 Luas Wilayah ...........................................
IV-5
4.2.3 Batas Wilayah ..........................................
IV-5
4.2.4 Kependudukan...........................................
IV-7
4.2.5 Sarana Sanitasi dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat ..................................................
IV-8
4.3 Gambaran Umum Kampung Pulo .......................
IV-9
4.3.1 Kependudukan ..........................................
IV-9
4.3.3 Drainase ....................................................
IV-11
4.3.4 Penyediaan Air Bersih ..............................
IV-11
4.4 Gambaran Umum Pelaksanaan Program SANIMAS di Kampung Pulo .................................................
IV-15
4.4.1 Seleksi Lokasi ..........................................
IV-16
4.4.2 Penyusunan Dokumen RKM ....................
IV-21
4.4.3 Teknologi Sarana Sanitasi Terseleksi .......
IV-21
4.4.4 Pembentukan KSM ..................................
IV-24
4.4.5 Mekanisme Pendanaan SANIMAS ..........
IV-24
BAB
4.4.6 Pengelolaaan Keuangan SANIMAS .........
IV-26
4.4.7 Rencana Kerja Masyarakat .......................
IV-27
ANALISIS PERMASALAHAN .......................
V-1
5.1 Identitas Responden .............................................
V-1
5.2 Analisis Efektivitas Aspek Perencanaan...............
V-3
5.3 Analisis Efektivitas Aspek Kelembagaan ............
V-4
V
5.4 Analisis Efektivitas Aspek Penggunaan Sarana SANIMAS ............................................................ 5.5 Efektivitas Aspek Kesehatan Lingkungan ............ 5.5.1 Analisis Efektivitas Perilaku Hidup Bersih
V-9 V-13 V-14
5.5.2 Analisa Efektivitas Peningkatan
BAB
Kebersihan Lingkungan ...........................
V-21
VI KESIMPULAN dan REKOMENDASI ............
VI-1
6.1 Kesimpulan ..........................................................
VI-1
6.2 Rekomendasi .......................................................
VI-4
DAFTAR PUSTAKA ............................................................... LAMPIRAN ..............................................................................
xiii
DAFTAR TABEL
Tabel 2.1
Jenis Informasi dan Alat RPA .............................
II-17
Tabel 3.1
Tipe Masyarakat di Wilayah Studi .......................
III-5
Tabel 3.2
Jumlah Sampel .....................................................
III-6
Tabel 4.1
Jumlah Penduduk Kecamatan Sukadisri ..............
IV-2
Tabel 4.2
Jumlah Sarana Sanitasi Kecamatan Sukadiri .......
IV-4
Tabel 4.3
Jumlah Penduduk Desa Gintung ..........................
IV-7
Tabel 4.4
Jumlah Penduduk Kampung Pulo ........................
IV-9
Tabel 4.5
Hasil RPA Kampung Pulo ...................................
IV-14
Tabel 4.6
Hasil RPA Kampung Tegal Jawa ........................
IV-15
Tabel 4.7
Konsolidasi Skor RPA .........................................
IV-18
Tabel 4.8
Jumlah Iuran ........................................................
IV-28
Tabel 4.9
Waktu Untuk Pembayaran Iuran .........................
IV-28
Tabel 5.1
Pendidikan Terakhir .............................................
V-1
Tabel 5.2
Pekerjaan .............................................................
V-2
Tabel 5.3
Penghasilan ................................................................V-3
Tabel 5.4
Penilaian Efektivitas Kegiatan Perencanaan dan Pembangunan Program SANIMAS .....................
V-5
Tabel 5.5
Penilaian Efektivitas Kelembagaan .....................
V-10
Tabel 5.6
Intensitas Responden Pengguna Dalam Menggunakan MCK SANIMAS .........................
Tabel 5.7 Tabel 5.8
V-10
Kegiatan yang Dilakukan Responden Dalam Menggunakan MCK SANIMAS .........................
V-8
Alasan Responden Menggunakan SANIMAS .....
V-11
Tabel 5.9
Jarak antara MCK SANIMAS dengan Rumah Responden Pengguna ...........................................
Tabel 5.10
V-11
Alasan Responden Tidak Menggunakan MCK SANIMAS .................................................
V-12
Tabel 5.11
Kualitas Air di Lingkungan .................................
V-13
Tabel 5.12
Intensitas Dalam Kegiatan Menutup Makanan ....
V-15
Tabel 5.13
Intensitas Dalam Kegiatan Minum Air yang Dimasak ...............................................................
Tabel 5.14
Intensitas Dalam Kegiatan Masak dan Minum Menggunakan Air Bersih .....................................
Tabel 5.15
V-20
Persepsi Masyarakat mengenai kondisi Lingkungan Sebelum adanya Program SANIMAS ..................
Tabel 5.19
V-19
Intensitas Dalam Kegiatan Membuang Hajat di MCK ................................................................
Tabel 5.18
V-18
Intensitas Dalam Kegiatan Mencuci Tangan dengan Sabun Sesudah BAB ...........................................
Tabel 5.17
V-17
Intensitas Dalam Kegiatan Mencuci Tangan dengan Sabun ...................................................................
Tabel 5.16
V-16
V-23
Persepsi Masyarakat mengenai kondisi Lingkungan Setelah adanya Program SANIMAS ....................
V-25
DAFTAR GAMBAR
Gambar 1.1 Peta Orientasi Kabupaten Tangerang ..................
I-11
Gambar 2.1 Bagan Sumber Pendanaan ..................................
II-23
Gambar 4.1 Peta Orientasi Kecamatan Sukadiri .....................
IV-3
Gambar 4.2 Peta Batas Administrasi Desa Gintung ................
IV-6
Gambar 4.3 Peta Orientasi Kampung Pulo dan Sarana SANIMAS .........................................
IV-10
Gambar 4.4 Kondisi Sungai/ Selokan .....................................
IV-11
Gambar 4.5 Proses Pelaksanaan Pelatihan Terhadap KSM......
IV-25
Gambar 4.6 Pelatihan Terhadap Operator ...............................
IV-26
Gambar 5.1 Kondisi Lingkungan Sebelum Program SANIMAS ..........................................................
V-22
Gambar 5.2 Kondisi Lingkungan Setelah Program SANIMAS ............................................................
V-24
DAFTAR LAMPIRAN Lampiran A
Hasil Kuesioner
Lampiran B
Desain Kuesioner
Lampiran C
Analisa Frequencies
Lampiran D
Tabel Mutu Air
Lampiran E
Matriks Kuesioner
Lampiran F
Daftar Istilah dan Definisi
BAB I PENDAHULUAN 1.1
Latar Belakang Pembangunan
pemerintah
maupun
infrastruktur aset
swasta,
baik
yang
dilaksanakan
merupakan dalam
aset
rangka
memberikan pelayanan kepada masyarakat, seperti jalan raya, jembatan, taman, gedung kantor, rumah sakit, dan sebagainya. Infrastruktur diperlukan masyarakat dalam rangka menjalankan berbagai kegiatan. Kegiatan ekonomi masyarakat di suatu daerah tidak akan berjalan optimal tanpa didukung infrastruktur yang memadai. Pada dasarnya, jenis infrastruktur pemerintah dapat dibedakan menjadi infrastruktur pusat dan infrastruktur daerah. Infrastruktur pusat adalah infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah pusat, yang umumnya melayani masyarakat pada skala nasional, seperti jalan raya antar propinsi,dan sebagainya. Infrastruktur daerah adalah infrastruktur yang dibangun oleh pemerintah daerah, yang umumnya dibangun untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat atau pihak lain di suatu daerah tertentu. Misalnya penyediaan air bersih dan
sanitasi untuk masyarakat di
kabupaten tertentu, pembangunan sarana jalan untuk mengembangkan potensi pariwisata di daerah tertentu, dan sebagainya.1
1
Purwoko, makalah penelitian “Analisis Peluang Penerbitan Obligasi Daerah Sebagai
Alternatif Pembiayaan Infrastruktur Daerah”
Berdasarkan kamus bahasa Indonesia, sanitasi diartikan sebagai pemelihara kesehatan. Pemeliharaan kesehatan lingkungan (sanitasi), merupakan kebutuhan dasar masyarakat. Sanitasi merupakan salah satu tantangan yang paling utama bagi negara -negara berkembang. Karena menurut WHO, penyakit diare membunuh satu anak di dunia ini setiap 15 detik, karena access pada sanitasi masih terlalu rendah. Hal ini menimbulkan masalah kesehatan lingkungan yang besar, serta merugikan pertumbuhan ekonomi dan potensi sumber daya manusia pada skala nasional. Tidak memadainya sarana sanitasi akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan dan lingkungan.
Sebagai
konsekuensinya
pemerintah
mendorong
terpenuhinya kebutuhan itu walaupun hingga saat ini cakupan layanan sanitasi baik di perkotaan maupun perdesaan belum memadai. Salah satu layanan sanitasi yang belum memadai adalah penanganan air limbah permukiman terutama bagi masyarakat berpenghasilan rendah di lingkungan permukiman padat penduduk, kumuh dan rawan sanitasi di perkotaan. Berdasarkan data dari badan penelitian dan pengembangan permukiman departemen Pekerjaan Umum (PU) diketahui bahwa sistem pelayanan air limbah baik sistem on site maupun off site di perkotaan pada tahun 2000 baru mencapai 25,5%. Sistem pembuangan air limbah dengan IPAL baru mencapai 1,26% dari penduduk Indonesia. (Tuti Kursiah, 2005). Sedangkan data dari hasil konferensi Sanitasi Nasional yang disampaikan oleh menteri Pekerjaaan Umum Djoko Kirmanto, data menunjukkan bahwa ada kenaikan cakupan pelayanan prasarana dan
sarana sanitasi yaitu tahun 2002 sebesar 63,5%, tahun 2004 sebesar 67%, tahun 2005 sebesar 68%, dan pada tahun 2006 sebesar 70 %. Meskipun data statistik menunjukkan sebesar 70% pada tahun 2006, diperkirakan 10 % tidak memiliki unit pengolahan air limbah rumah tangga yang memadai. Peningkatan
cakupan
itu
tidak
mampu
mengimbangi
pertumbuhan penduduk dan permukiman yang demikian pesat. Akibatnya pemenuhan kebutuhan prasarana dan sarana sanitasi menjadi tertinggal. Banyak faktor yang menyebabkan kondisi ini terjadi. Seperti minimnya kepedulian dari berbagai pihak antara lain pemerintah dan wakil rakyat akan persoalan sanitasi tercermin dari alokasi anggaran yang sangat sedikit untuk pembangunan fasilitas sanitasi dasar. Penyakit seperti diare dan malaria pun biasa muncul pada daerah dengan sanitasi buruk. Selain itu juga masih kurangnya kesadaran dan kepedulian masyarakat akan kesehatan lingkungan terutama di daerah perdesaan, karena rendahnya tingkat pendidikan dan pengetahuan masyarakat. Hal ini menyebabkan banyaknya jamban yang tidak digunakan sebagaimana mestinya karena ketidakmengertian masyarakat. Keterlibatan dan komitmen pemangku kepentingan termasuk pemerintah, para wakil rakyat, dunia usaha (swasta), dan masyarakat masih jauh dari kemampuan untuk bersama-sama berembug dan bertindak sesuai kesepakatan peran dan kewajiban untuk mengelola air limbah. Pengalaman juga menunjukkan adanya sarana dan prasarana sanitasi terbangun yang tidak dapat beroperasi secara optimal. Salah satu
penyebabnya adalah tidak dilibatkannya masyarakat sasaran baik tahap perencanaan, pembangunan ataupun pada kegiatan operasi dan pemeliharaan. Selain itu, pilihan teknologi yang terbatas mempersulit masyarakat untuk dapat menentukan prasarana dan sarana yang hendak dibangun dan digunakan di daerahnya yang sesuai dengan kebutuhan, budaya setempat, Kemampuan masyarakat untuk mengelola prasarana tersebut. Hal tersebut mengakibatkan prasarana dan sarana sanitasi yang terbangun menjadi tidak berkelanjutan, tidak dapat berfungsi dengan baik, dan tidak adanya perhatian masyarakat untuk menjaga pelayanan prasarana dan sarana. Salah satu solusi dalam penyediaan prasarana dan sarana air limbah permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah di lingkungan kumuh dan rawan sanitasi maka dikenalkan Program Sanimas. Program Sanimas ini merupakan salah satu
program
pembangunan prasarana air limbah yang menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat melalui : 1.
Keberpihakan pada warga yang berpenghasilan rendah.
2.
Otonomi dan desentralisasi.
3.
Mendorong prakarsa local dengan iklim keterbukaan.
4.
Partisipatif.
5.
Keswadayaan. Fokus kegiatan Sanimas adalah penanganan air limbah rumah
tangga. Melalui pelaksanaan Sanimas ini, masyarakat memilih sendiri prasarana dan sarana air limbah permukiman yang sesuai, ikut aktif menyusun rencana aksi, membentuk kelompok dan melakukan
pembangunan
fisik
termasuk
mengelola
kegiatan
operasi
dan
pemeliharaan, bahkan bila perlu mengembangkannya. Kegiatan Sanimas sudah diuji coba dan sejauh ini berhasil dilaksanakan tahun 2003-2005 di Provinsi Bali, Jawa Tengah, DI Yogyakarta dan Jawa Timur. Pada Tahun 2006 Departemen Pekerjaan Umum melalui Ditjen Cipta Karya telah melaksanakan replika kegiatan Sanimas di 20 Provinsi (69 Lokasi), kemudian pada tahun 2007 telah dialokasikan dana untuk kegiatan Sanimas bagi 22 Provinsi (128 Lokasi). Salah satu Kabupaten yang telah melaksanakan kegiatan Sanimas adalah Kabupaten Tangerang. Kabupaten
Tangerang
merupakan
kabupaten
penyangga
Ibukota, yang letak geografisnya berbatasan langsung dengan Provinsi DKI Jakarta sehingga mengakibatkan pertumbuhan yang pesat diiringi oleh kebutuhan pelayanan sanitasi yang semakin meningkat pula, namun peningkatan itu tidak diiringi kesiapan pemerintah Kabupaten Tangerang dalam hal pelayanan sanitasi khususnya penanganan air limbah permukiman. Hal itu terlihat dari banyaknya kasus berupa penyakit diare yang terjadi di kabupaten Tangerang salah satunya di Kampung Pulo Desa Gintung Kecamatan Sukadiri. Menyadari kondisi bahaya tersebut maka Depertemen PU bekerjasama dengan pemerintah Kabupaten Tangerang melakukan program Sanitasi Oleh Masyarakat (Sanimas) di daerah tersebut. Sanimas ini berupa pembangunan MCK. Terpilihnya Kampung Pulo sebagai lokasi pencanangan gerakan didasarkan banyak masyarakat yang tidak memiliki WC di rumah, dan juga kesiapan masyarakat dalam
menyediakan lahan yang di hibahkan untuk pembangunan sanimas. Untuk
keperluan
buang
air
besar
(BAB),
masyarakat
biasa
Bangunan MCK tersebut dibangun dana patungan
(cost
menggunakan pematang sawah, kebon dan tegalan. sharing) antara Pemerintah Kabupaten Tangerang, dana masyarakat, serta pendampingan dari lembaga Borda. Untuk pemeliharaan bangunan MCK ini pemerintah menyerahkan sepenuhnya kepada masyarakat. Program SANIMAS ini bertujuan untuk memperbaiki sistem sanitasi dan kualitas lingkungan sehingga dapat memberikan manfaat bagi masyarakat dalam hal peningkatan kualitas kesehatan dan dapat menjadi pembangunan yang berkelanjutan. Namun pada kenyataan di lapangan, program SANIMAS yang ada di kecamatan Sukadiri ini tidak sesuai dengan tujuan sehingga berdasarkan hasil observasi diketahui bahwa program SANIMAS ini kurang optimal misalnya jumlah masyarakat yang menggunakan sarana sanitasi ini berkurang dibandingkan dengan target yang direncanakan, di pinggir sungai dan sawah terdapat WC gantung sehingga masyarakat kembali kepada kebiasaan lama dalam hal membuang hajat. Jika hal ini terjadi terus menerus maka perbaikan kualitas kesehatan masyarakat tidak dapat dilaksanakan dan program yang telah dilakukan akan menjadi sia-sia yang kemudian akan merugikan masyarakat itu sendiri. 1.2
Perumusan Masalah Dari latar belakang permasalahan diatas, dapat dirumuskan
beberapa permasalahan sebagai berikut :
1.
Apakah program SANIMAS yang ada di Kampung Pulo, Desa Gintung, Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang ini efektif bagi masyarakat?
2.
Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi efektivitas program Sanimas di wilayah studi?
1.3
Tujuan Penulisan Tujuan
penelitian
ini
adalah
untuk
mengidentifikasi
permasalahan pada pelaksanaan Program Sanimas di Kampung Pulo Desa Gintung Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang mulai dari tahapan perencanaan, pembangunan, maupun pemeliharaan sarana sanitasi. Sedangkan sasaran yang ingin dicapai adalah : 1.
Teridentifikasinya permasalahan program Sanimas di wilayah studi.
2.
Teridentifikasinya faktor-faktor apa
saja yang mempengaruhi
efektivitas program Sanimas ini. Pada akhirnya hasil yang diharapkan berupa seberapa besar efektif program Sanitasi Berbasis Masyarakat (Sanimas) ini dapat meningkatkan kualitas kesehatan masyarakat di wilayah studi ini dan sebagai masukan/ pertimbangan bagi pemerintah atau instansi terkait untuk mengatasi permasalahan dan hambatan dalam pelaksanaan Program Sanimas.
1.4
Ruang Lingkup Studi
1.4.1
Ruang Lingkup Materi Materi yang menjadi pokok pembahasan dalam studi ini adalah
melakukan penilaian mengenai efektivitas dari pelaksanaan program Sanimas di Kecamatan Sukadiri, Kabupaten Tangerang. 1.4.2
Ruang Lingkup Wilayah Studi Penelitian mengenai Program Sanimas ini di batasi pada
Program Sanimas yang dilaksanakan di Kampung Pulo, Desa Gintung Kecamatan Sukadiri Kabupaten Tangerang. 1.5 BAB I :
Sistematika Pembahasan Pendahuluan Bab ini merupakan bab pengantar yang menjelaskan alasan latar belakang, tujuan dan sasaran, ruang lingkup, serta sistematika pembahasan.
BAB II :
Landasan Teori Membahas semua teori yang relevan dan mendukung topik permasalahan yang sedang diteliti.
BAB III : Metodologi Penelitian Menjelaskan tempat penelitian, metode penelitian, sumber dan metode pengumpulan data, serta metode analisis data. BAB IV : Gambaran Umum Wilayah Studi Menjabarkan lebih jelas mengenai gambaran wilayah studi, gambaran
kependudukan,
penjelasan
mengenai profil
ekonomi dan sosial gambaran fisik lingkungan dan proses pelaksanaan kegiatan Sanimas di wilayah studi. BAB V :
Analisis Permasalahan Menyajikan analisis dari permasalahan Sanimas yang ditemukan dilapangan, berdasarkan perspektif perencanaan, kelembagaan,
penggunaan
sarana,
dan
kesehatan
lingkungan. BAB VI : Rekomendasi Dan Kesimpulan Menyajikan kesimpulan dari hasil analisis data yang telah dilakukan oleh penulis serta memberikan rekomendasi.
1.6
Kerangka Pemikiran Latar Belakang Permasalahan
1. 2. 3. 4.
Sanitasi merupakan salah satu infrastruktur daerah yang di bangun untuk memberikan pelayanan kepada masyarakat. Tidak memadainya sanitasi akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan lingkungan. Program SANIMAS adalah Salah satu solusi dalam penyediaan prasarana dan sarana air limbah permukiman bagi masyarakat berpenghasilan rendah. Fakta awal menunjukkan Program Sanimas di Kampung Pulo kurang optimal misalnya jumlah masyarakat pengguna menjadi berkurang dibandingkan dari target yang direncanakan Identifikasi
Hasil pelaksanaan Sanimas berdasarkan fakta lapangan
Program Sanimas di Kampung Pulo
Analisis Perencanaan
2. 3.
Analisis Kelembagaan
Analisis Kesehatan Lingkungan
Tingkat Efektivitas Program SANIMAS Faktor-faktor yang mempengaruhi efektivitas program Sanimas
Rekomendasi
Analisis Penggunaan Sarana
Gambar 1.1 Peta Orientasi Kabupaten Tangerang
BAB II TINJAUAN TEORITIS
2.1
Pelayanan Publik Pelayanan publik pada hakekatnya adalah pelayanan kepada
pengguna jasa layanan dalam hal ini adalah masyarakat dalam arti luas, sehingga apapun bentuk dan model pelayanan yang diberikan semestinya orientasi adalah untuk masyarakat itu sendiri (R. Ferry Anggoro Suryokusumo, 2008: 9). Setiap golongan masyarakat harus mendapatkan hak yang sama untuk menikmati layanan yang diberikan oleh penyedia layanan. Masyarakat juga harus diberikan peluang untuk berkontribusi dalam peningkatan pelayanan, baik dalam bentuk penyampaian aspirasi langsung ataupun tidak langsung yang fasilitasnya semestinya disediakan oleh penyedia layanan secara terbuka dan transparan. Peningkatan dan perbaikan layanan kepada publik yang dilakukan secara berkelanjutan dan ditujukan kepada masyarakat tanpa pembedaan serta dukungan sarana dan prasarana penunjang akan berdampak pada tingkat kepercayaan dan apresiasi masyarakat terhadap pelayanan yang diberikan sehingga masyarakat pun akan lebih minded (berpikir) untuk senantiasa menggunakan layanan yang disediakan. 2.2
Teori Efektivitas Efektivitas adalah jangkauan usaha suatu program sebagai
suatu sistem dengan sumber daya dan sarana tertentu untuk memenuhi
tujuan dan sasarannya tanpa melumpuhkan cara dan sumber daya itu serta tanpa memberi tekanan yang tidak wajar terhadap pelaksanaannya (Steers, 1985:87 dalam www.komengpoenya.blog) Efektivitas pada dasarnya mengacu pada sebuah keberhasilan atau pencapaian tujuan. Efektivitas merupakan salah satu dimensi dari produktivitas, yaitu mengarah kepada pencapaian unjuk kerja yang maksimal, yaitu pencapaian target yang berkaitan dengan kualitas, kuantitas dan waktu. Efektivitas dapat pula diartikan sebagai suatu kondisi atau keadaan, dimana dalam memilih tujuan yang hendak dicapai dan sarana yang digunakan, serta kemampuan yang dimiliki adalah tepat, sehingga tujuan yang diinginkan dapat dicapai dengan hasil yang memuaskan (Martoyo, 1998:4). Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dipahami bahwa efektivitas dalam proses suatu program yang tidak dapat mengabaikan target sasaran yang telah ditetapkan agar operasionalisasi untuk mencapai keberhasilan dari program yang dilaksaksanakan dapat tercapai dengan tetap memperhatikan segi kualitas yang diinginkan oleh program. Menurut Richard Steer dalam Halim (2001), efektivitas harus dinilai atas dasar tujuan yang bisa dilaksanakan bukan atas dasar konsep tujuan yang maksimum.
2.3
Partisipasi masyarakat Menurut kamus tata ruang pengertian partisipasi adalah ikut
serta secara aktif dalam suatu kegiatan, misalnya dalam proses atau persiapan perencanaan dan pembangunan kawasan atau bangunan. Menurut Chambers, partisipasi dalam artian keterlibatan satu pihak terhadap lain dan yang keterkaitan dengan lokal berarti suatu keterlibatan komuitas lokal terhadap suatu proses pembangunan.lokal yang dimaksud berarti mencakup masyarakat suatu wilayah. (Chambers 1974, dalam Amri Marzali, 2003). Menurut Hans H. Munker, partisipasi masyarakat adalah ”kelompok target yang menjadi sasaran dari proyek dan programprogram untuk kaum miskin sejak permulaan harus memainkan peran aktif dalam penetapan tujuan dan prioritas-prioritas dalam perencaanaan proyek atau program-program dalam perencanaan proyek serta terlibat dalam evaluasi setiap langkah yang diambil. (Hans H muker dalam Noor Indah Yanti, 2006).
Masalah yang berkenaan masyarakat lokal kaitannya dengan pemberian kesempatan berpartisipasi. Tidak mempedulikan partisipasi dan aspirasi masyarakat dapat mengakibatkan kegagalan proyek. Sehingga untuk masalah partisipasi masyarakat dilakukan dengan sangat hati-hati dan memerlukan suatu pendekatan tersendiri untuk meneliti terlebih dahulu pada bidang-bidang apa saja masyarakat dapat dan tidak mangganggu jalannya suatu proyek.
Keberhasilan
proyek
banyak
tergantung
pada
software
partisipasi. Seperti, adanya bentuk-bentuk sosial di masyarakat lokal yang merupakan daya tampung dan sekaligus daya dukung sosial suatu proyek, berjalannya informasi dari masyarakat karena adanya saluran komunikasi yang jelas, kajian evaluasi berjalan dan sistem pelatihan. Semua ini membuat teknologi jadi berguna dan bekerja. Usaha yang harus dilakukan untuk membawa masyarakat terlibat dalam perencanaan dan implementasi proyek yaitu : a.
Memberikan training.
b.
Penelitian pendukung.
c.
Evaluasi.
d.
Menyediakan staff yang ahli dalam mengembangkan pola organisasi yang memadai dan sabar. Partisipasi yang tinggi akan menciptakan kemandirian dan
keswadayaan masyarakat dalam pembangunan. Oleh karena itu LSM dibutuhkan untuk mendorong partisipasi serta kemandirian dan keswadayaan masyarakat terhadap dirinya sendiri dan lingkungannya. 2.4
Kebijakan
Nasional
Penyehatan
Lingkungan
Berbasis
Masyarakat. Tujuan dari program penyehatan lingkungan (Tuti Kustiah, 2005: 3) adalah untuk meningkatkan kualitas hidup dan kesejahteraan masyarakat. Dengan meningkatkan pelayanan prasarana dan sarana penyehatan lingkungan diharapkan derajat kesehatan masyarakat meningkat Dengan peningkatan tersebut maka produktivitas akan meningkat, dengan peningkatan produktivitas maka kesejahteraan akan
meningkat yang pada akhirnya kualitas hidup masyarakat akan meningkat. Kebijakan penyehatan lingkungan di Indonesia disusun berdasarkan kebijakan nasional sebagai berikut : 1.
GBHN 1999 - 2004 (Tap No IV/MPRf1999), Butir F. Sosial Budaya, Ayat 1.a :Meningkatkan mutu sumber daya manusia dan lingkungan yang saling mendukung dengan pendekatan paradigma sehat, yang memberikan prioritas pada upaya peningkatan kesehatan, pencegahan, penyembuhan, pemulihan, dan rehabilitasi sejak pembuahan dalam kandungan sampai usia lanjut. Kajian Kebijakan Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat.
2.
Undang-undang No 23 Tahun 1997 Pasal 3 : Mewujudkan pembangunan berkelanjutan yang berwawasan lingkungan hidup dalam rangka pembangunan manusia Indonesia seutuhnya dan pembangunan masyarakat Indonesia seutuhnya.
3.
Undang-undang No 32/2004 : Daerah Propinsi, Daerah Kabupaten, dan Daerah Kota berwenang mengatur dan mengurus kepentingan masyarakat setempat menurut prakarsa sendiri berdasarkan aspirasi masyarakat.
4.
PROPENAS 2000 - 2004 ( Undang-undang No 25 Tahun 2000), Bab VIII, Pembangunan Sosial dan Budaya Butir C, Program II Pembangunan, Ayat b. Perilaku Sehat dan Pemberdayaan Masyarakat : Sasaran khusus program ini adalah : a)
Meningkatnya perwujudan dan kepedulian perilaku hidup bersih dari sehat dalam kehidupan bermasyarakat.
b) Berkembangnya
sistem
jaringan
dukungan
masyarakat,
sehingga pada akhirnya kebutuhan masyarakat terhadap pelayanan masyarakat dapat meningkat. 2.5
Pengertian Sanitasi Menurut UU No.7 Tahun 2004, tentang Sumber Daya Air,
yang dimaksud dengan sanitasi adalah limbah dan persampahan. Berdasarkan kamus bahasa Indonesia, sanitasi diartikan sebagai pemelihara kesehatan lingkungan. Sedangkan menurut kamus tata ruang, sanitasi yaitu kebersihan, menjaga kesehatan, usaha menciptakan dan membina keadaan yang baik di bidang kesehatan lingkungan, masyarakat. Dari pengertian –pengertian tersebut maka dapat diambil kesimpulan bahwa sanitasi adalah upaya pemelihara kesehatan dalam hal ini kebersihan dari limbah dan persampahan guna menciptakan dan membina keadaan yang baik di bidang kesehatan lingkungan dan masyarakat karena sanitasi merupakan kebutuhan dasar manusia. Kualitas sanitasi merupakan salah satu prioitas utama dalam peningkatan dan menjaga derajat kesehatan masyarakat sehingga apabila tidak memadainya sanitasi maka akan berdampak buruk terhadap kondisi kesehatan lingkungan . Dan ini telah menjadi salah satu target dalam tujuan pembangunan millenium (MDG’s). Kualitas sanitasi ini didukung oleh ketersediaan fasilitas sanitasi dasar yang memenuhi syarat teknis dan kesehatan. Fasilitas sanitasi yang kerap disebut sebagai fasilitas sanitasi dasar adalah jamban.
Dampak yang ditimbulkan apabila jamban yang dibangun tidak sesuai syarat teknis dan kesehatan antara lain pencemaran air tanah, pencemaran air muka permukaan, dan penurunan derajat kesehatan masyarakat akibat
timbulnya penyakit-penyakit menular (Laporan
Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium, 2004). Untuk itu diperlukan berbagi langkah untuk mengurangi dampak-dampak tersebut. Adapun langkah-langkahnya adalah sebagai berikut (Laporan Perkembangan Pencapaian Tujuan Pembangunan Millenium, 2007) : •
Mengembangkan kerangka kebijakan dan institusi. Kepastian pembagian peran di antara institusi yang terlibat, termasuk menetapkan institusi yang memegang peran utama dalam pembangunan air limbah sangat diperlukan untuk meningkatkan kualitas sanitasi.
•
Mengubah perilaku hidup bersih dan sehat. Kegiatan seperti kamapanye publik, mediasi dan fasilitasi kepada masyarakat mengenai perlunya perilaku hidup bersih dan sehat perlu digalakkan. Perubahan perilaku masyarakat juga diperlukan untuk mengembangkan budaya penghargaan dan hukuman terhadap partisipasi masyarakat dalam meningkatkan kualitas lingkungan.
•
Meningkatkan
kapasitas
masyarakat
berdasarkan
pendekatan
tanggap kebutuhan (demand responsive approach/ demand driven), partisipatif, pilihan yang diinformasikan, keberpihakan pada masyarakat miskin, gender, pendidikan dan swadaya
•
Mengembangkan model penyediaan fasilitasi dasar seperti program Sanimas (Sanitasi Berbasis Masyarakat). Hal ini menjadi jalan keluar untuk lahan perkotaan yang sempit, yakni dengan menyediakan sistem pengolahan tinja komunal.
•
Mengembangkan sistem database dan informasi untuk sanitasi dasar. Sistem database yang baik akan bermanfaat dalam pengalokasian sumber-sumber pembiayaan sanitasi dasar kepada masyarakat secara optimal. Memperbaiki ketersediaan air bersih, fasilitas sanitasi yang
cukup, dan tingkah laku yang higienis merupakan hal-hal yang vital dan saling mengisi satu sama lain dalam sektor penyediaan air dan sanitasi. Sehingga jika hanya melakukan investasi pada salah satu aspek tersebut tanpa melibatkan aspek lainnya, maka akan menimbulkan resiko terhadap kesehatan masyarakat dan tidak akan menyelesaikan permasalahan kesehatan masyarakat. 2.6
Pengertian air dan Kriteria Mutu Air Kegiatan sanitasi tidak lepas dari penggunaan air, pengertian
air berdasarkan Peraturan Pemerintah RI Nomor 82 Tahun 2001 tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air, air yang dimaksud adalah semua air yang terdapat di atas dan dibawah permukaan tanah, kecuali air laut dan air fosil. Namun apabila air yang digunakan kualitasnya buruk maka akan mengakibatkan kondisi lingkungan hidup menjadi buruk hal itu terjadi karena turunnya kualitas air sampai dengan tingkat tertentu yang menyebabkan air tidak dapat
berfungsi sesuai dengan peruntukkannya. Untuk menentukan air tersebut layak atau tidak layak digunakan dilihat dari baku mutu air, pengertian dari Baku mutu air adalah ukuran batas atau kadar makhluk hidup, zat, energi, atau komponen yang ada atau harus ada dan atau unsur pencemar yang ditenggang keberadaannya di dalam air. Klasifikasi mutu air ditetapkan menjadi 4 (empat) kelas yaitu : a.
Kelas satu, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk air baku air minum, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
b.
Kelas dua, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk prasarana/sarana rekreasi air, pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
c.
Kelas tiga, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk pembudidayaan ikan air tawar, peternakan, air untuk mengairi pertanaman, dan atau peruntukan lain yang mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut.
d.
Kelas empat, air yang peruntukannya dapat digunakan untuk mengairi
pertanaman
dan
atau
peruntukan
lain
yang
mempersyaratkan mutu air yang sama dengan kegunaan tersebut. Kriteria mutu air berdasarkan kelas dapat dilihat pada lampiran D.
2.7
Program SANITASI Oleh Masyarakat (SANIMAS) Program Sanimas merupakan salah satu implementasi dari
kebijakan pemerintah di bidang penyehatan lingkungan. Program SANIMAS (Sanitasi Oleh Masyarakat) adalah kegiatan pada proyek yang bertujuan mempromosikan dan menciptakan beragam contoh Sanitasi
Berbasis
Masyarakat
(SBM)2
serta
menggali
hasil
pembelajarannya untuk direplikasikan oleh kelompok masyarakat atau untuk skala yang lebih luas. Kegiatan ini merupakan bagian dari uji coba (pilot project) yang
dikembangkan oleh WASPOLA, yaitu sebuah
kerjasama pembangunan antara Pemerintah Indonesia dan Pemerintah Australia di bawah koordinasi Water and Sanitation Program for East Asia and the Pacific (WSP-EAP)3. BORDA, sebuah Lembaga Swadaya Masyarakat
(LSM) yang berpusat di Jerman, bekerjasama dengan
jaringan LSM Indonesia telah diberi tanggung jawab sebagai pelaksana proyek SANIMAS untuk membantu masyarakat, pemerintah daerah dan fasilitator setempat dalam merancang, merencanakan dan melaksanakan kegiatan Sanitasi Berbasis Masyarakat (SBM). Gambaran SBM di sini adalah sebuah jaringan pengelolaan tinja dengan investasi murah yang menghubungkan sarana sanitasi perumahan melalui jaringan perpipaan dengan instalasi pengolahan tinja (IPAL). Untuk tipe pemukiman masyarakat miskin kota yang bermukim Adalah pengelolaan sanitasi yang seluruh prosesnya dikelola masyarakat sejak menggagas ide, merencanakan, konstruksi hingga operasional dan maintenance. 3 WSP-EAP merupakan lembaga di bawah Bank Dunia, yang kegiatannya difokuskan pada pengembangan kebijakan sector, praktek dan kapasitas pelayanan untuk kelompok miskin. Lihat www.wsp.org 2
di rumah atau kamar sewa, telah dibangun sarana umum berupa tempat mandi, cuci dan kakus (MCK) yang dilengkapi kamar untuk mencuci, mandi dan jamban yang juga dihubungkan dengan IPAL. Selain sarana sanitasi, pelayanan air bersih juga tersedia di MCK. Dalam konteks SANIMAS, sanitasi hanya terbatas pada pengumpulan, pengolahan dan pembuangan limbah akhir tinja. 2.7.1
Tahapan Pelaksanaan Program SANIMAS Tahapan pelaksanaan SANIMAS meliputi : Persiapan, Seleksi
Kabupaten/ Kota, Seleksi Lokasi, Penguatan Kelembagaan, Penyusunan RKM (Rencana Kegiatan Masyarakat), Konstruksi, Operasi dan Pemeliharaan
sarana
terbangun.
(Panduan
Umum
Pelaksanaan
SANIMAS, 2006). 1.
Persiapan
Persiapan SANIMAS meliputi : a.
Sosialisasi kegiatan
SANIMAS kepada seluruh pemerintah
kabupaten/ kota pada akhir tahun anggaran sebelumnya yang diselenggarakan oleh Dinas PU/ Cipta Karya Provinsi. b.
Penyampaian surat pernyataan minat oleh pemerintah Kabupaten/ Kota untuk ikut serta dalam kegiatan SANIMAS.
c.
Workshop
regional
yang
dilaksanakan
oleh
Direktorat
Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman (PLP), Dep. Pekerjaan Umum.
d.
Penyampaian surat minat oleh pemerintah Kabupaten/ Kota untuk ikut serta dalam kegiatan SANIMAS bagi pemerintah Kabupaten/ Kota yang belum menyampaikan.
2.
Seleksi Kabupaten/ Kota
Kriteria seleksi Kabupaten/ Kota : a.
Mengirim Surat Minat ditandatangani Walikota/ Bupati atau Pejabat yang berwenang untuk implementasi SANIMAS.
b.
Ada Dinas Pertanggungjawab yang ditunjuk oleh Bupati/ Walikota.
c.
Berminat
untuk
melaksanakan
kegiatan
SANIMAS
secara
partisipatif. d.
Terdapat lingkungan yang rawan sanitasi dan padat penduduk perkotaan di wilayah permukiman perkotaan.
e.
Bersedia kontribusi tunai berupa Bantuan Langsung Masyarakat (BLM) sampai 60% (± sebesar Rp. 200 juta) untuk biaya fisik, dan in-kind yaitu berupa sarana kantor dan staf
dinas penanggung
jawab sebagai fasilitator. f.
Road Show terhadap Kabupaten/ Kota terpilih untuk meninjau calon lokai SANIMAS, mempersiapkan penandatanganan Nota Kesepakatan dan pemilihan TFL (Tim Fasilitator Lapangan).
g.
Penandatanganan Nota Kesepakatan antara Pemerintah Pusat, Pemerintah Propinsi, Kabupaten/ Kota, Konsultant pendamping dan diketahui oleh Bappenas.
3.
Seleksi Lokasi
a.
Seleksi lokasi dimulai dengan Pemerintah Kabupaten/ Kota menetapkan atau mengusulkan calon lokasi penerima SANIMAS dalam bentuk daftar- panjang permukiman/ kampung/ kelurahan.
b.
Penetapan daftar-panjang didasarkan pada wilayah yang merupakan prioritas perencanaan sarana dan prasarana air limbah kota. Oleh karena itu perlu disusun pemetaan prasarana dan sarana air limbah sehingga pendekatan menjadi lebih komprehensif. Daftar Panjang merupakan data sekunder calon lokasi yang diusulkan oleh pemerintah daerah kota/ kabupaten pada saat MoU (nota kesepakatan), dengan ketentuan memiliki kelayakan sebagai berikut : ¾
Kepadatan > 700 jiwa/ Km² (wilayah Jawa dan Bali)
¾
Kumuh secara fisik
¾
Lingkungan masyarakat berpendapat rendah (kumuh miskin, bukan kumuh kaya)
¾
Memiliki masalah kesehatan/ kasus diare kejadian luar biasa
¾
Terdapat masalah fisik sanitasi
¾ Selalu masuk di semua program penataan kampung kumuh/ penataan kawasan di semua dinas. c.
Pemerintah
Kabupaten/
Kota
bersama
dengan
fasilitator
pendamping ( BORDA atau Konsultant) akan menyusun daftarpendek sesuai persyatan teknis minimal yang ditetapkan dan melalui pengecekan lapangan.
Daftar pendek merupakan data primer yang ditentukan berdasarkan hasil survey dan identifikasi daftar panjang (longlist) yang dilakukan TFL dan dinas penanggung jawab kegiatan sanitasi berbasis masyarakat (SANIMAS) berdasarkan criteria kelayakan maksimal. Tujuan penyusunan daftar pendek adalah mempermudah dan mengefektifkan sosialisasi stakeholderkampung dan seleksi kampung sasaran program. Syarat kriteria kelayakan lokasi sasaran sanitasi berbasis masyarakat (SANIMAS) adalah : ¾
Terdaftar dalam administrasi pemerintahan Kota/ Kabupaten & cakupan 50-100 KK-RT/RW/Lingkungan Kampung.
¾
Memiliki permasalahan sanitasi yang mendesak untuk segera ditangani.
¾
Tersedia lahan :
a. Luas minimal 100 m² ( Untuk Simplified Sewerage System (SSS) atau komunal).
b. Luas minimal 150 m² (untuk Community Sanitation Center (CBS) atau mck
++ .
c. Jarak dengan jalan besar ± 100 m. ¾
Tersedia sumber air (PDAM, sumur gali, mata air), dan saluran untuk pembuangan air limbah (saluran drainase/ sungai).
¾
Bersedia untuk berkontribusi (in cash + in kind).
¾ Tertarik
untuk
mengimplementasikan
masyarakat (SANIMAS).
sanitasi
berbasis
d.
Kegiatan Seleksi Kampung Kegiatan seleksi kampung dilakukan dengan metode Rapid
Participatory Assesment (RPA) dan Community Self Selection Stakeholder Meeting.
Rapid Participatory Assesment (RPA) Rapid Participatory Assesment (RPA) merupakan metode yang
digunakan untuk melakukan pemetaan kondisi sanitasi masyarakat, masalah yang mereka hadapi, serta kebutuhan untuk emecahkan masalah sanitasi secra cepat dan dilakukan secara partisipatif, atau bersama-sama masyarakat setempat melalui teknik RPA yaitu : Timeline, Leader 1, Transect WALK, Venn Diagram dan Problem Tree. Alasan penggunaan metode ini adalah : 1.
Memposisikan masyarakat sebagai subyek
2.
Memberikan “ruang” kepada masyarakat untuk menyampaikan aspirasi dan keinginannya.
3.
Sebagai salah satu media pemberdayaan masyarakat pada tingkat bawah.
Dalam tahap implementasi SANIMAS, RPA dilakukan setelah kegiatan presentasi Konsep SANIMAS kepada stakeholder masyarakat, RPA akan dilakukan hanya jika ada undangan atau permintaan dari masyarakat setelah mereka memahami konsep SANIMAS melalui presentasi. Hal ini sesuai dengan Demand Responsive Approach (DRA), dimana undangan/ permintaan menjadi salah satu indicator kebutuhan untuk memecahkan sanitasi yang dihadapi.
Hasil RPA ini akan dipresentasikan pada sesi Seleksi Lokasi Sendiri oleh masyarakat bersama-sama dengan hasil RPA dari kampung lain dalam 1 Kabupaten/ Kota. Sesi ini dinamakan Self Selection Stakeholder Meeting, yang bertujuan untuk menentukan lokasi masyarakat yang paling siap untuk implementasi SANIMAS. Untuk menilai kesiapan masyarakat akan diukur dengan 5 variabel yaitu : 1.
Pengalaman membangun infrastruktur kampung.
2.
Kesiapan masyarakat untuk berkontribusi.
3.
Kelayakan teknis untuk infrastruktur sanitasi.
4.
Kesiapan lembaga setempat untuk mengelola sanitasi.
5.
Prioritas perbaikan sanitasi. Penentuan kampung yang lolos seleksi didasarkan pada total skor
yang dimiliki oleh masing-masing kampung. Logikanya : semakin miskin kondisi kampung dan semakin besar tingkat keswadayaan masyarakat, maka semakin tinggi skornya, dan begitu pula sebaliknya. Maka kampung yang mengumpulkan skor nilai tertinggi yang dianggap paling siap untuk implementasi SANIMAS.
Tabel 2.1 Jenis informasi dan Alat RPA yang Digunakan No 1
Jenis Informasi Pengalaman
membangun
RPA Tools infrastruktur
Timeline
kampung 2
Kesiapan masyarakat untuk berkontribusi
Ladder-1
3
Kelayakan
Transect Walk
teknis
untuk
infrastruktur
sanitasi 4
Kesiapan
lembaga
setempat
untuk
Venn Diagram
mengelola sanitasi 5
Prioritas perbaikan sanitasi
Problem Tree
Sumber : Panduan Umum Pelaksanaan SANIMAS, 2006.
•
Community Self Selection Stakeholders Meeting Community Self Selection Stakeholders Meeting atau pertemuan
perwakilan kampung dalam proses seleksi pemilihan kampung merupakan alat untuk menentukan 1(atau lebih sesuai kesiapan dana Pemerintah Kota/ Kabupaten) lokasi yang paling siap dengan sistem scoring. Kegiatan tersebut diikuti oleh kampung shortlist yang telah melaksanakan RPA dengan difasilitasi oleh TFL. Kegiatan tersebut diawali dengan mengundang masyarakat tiap lokasi/ kampung yang telah melaksanakan RPA, kemudian wakil masyarakat tiap kampung mempresentasikan hasil RPA langkah terakhir dengan difasilitasi oleh TFL dan dilakukan perhitungan hasil scoring tiap kampung secara terbuka.
4.
Penyusunan RKM
a.
Rencana Kegiatan Masyarakat (RKM) merupakan bukti dokumen resmi perencanaan perbaikan sanitasi oleh masyarakat, sekaligus sebagai dasar untuk pencairan dana/ material dari berbagai stakeholder
yang telah meberikan komitmen, RKM SANIMAS
hanya dilakukan oleh masyarakat yang kampungnya terseleksi sebagai lokasi. b.
Lokasi terpilih menyusun Rencana Kerja Msyarakat (RKM) SANIMAS berupa pemilihan teknologi sanitasi, calon penerima manfaat, pembentukan, forum penguna, pembentukan KSM, DED & RAB, jadwal konsrtruksi, rencana kontribusi, rencana pelatihan serta rencana pengoperasian dan pemeliharaan fasilitas air limbah yang dibangun.
c.
Dokumen perencanaan SANIMAS
diusulkan
dan
disahkan
dalam forum musyawarah di kelurahan tempat/ lokasi pelaksanaan SANIMAS. 5.
Konstruksi
a.
Tahapan pelaksanaan konstruksi dilakukan oleh masyarakat calon pengguna dengan didampingi oleh TFL dan pengawas teknis konsultan pendamping.
b.
Konstruksi dilakukan setelah RKM selesai disusun dan disahkan oleh para wakil stakeholder.
c.
Kegiatan konstruksi dapat dilakukan oleh pihak ketiga jika ada kesepakatan bersama masyarakat.
6.
Operasi dan Pemeliharaan
a.
Setelah konstruksi selesai dilaksanakan diperlukan pengoperasian dan pemeliharaan yang tepat agar sarana yng dibangun dapat berfungsi dengan baik dan berkelanjutan.
b.
Sarana yang sudah dibangun dikelola oleh KSM pengelolaan tersebut dapat menggunakan kelembagaan masyarakat yang sudah ada ataupun dengan membentuk kelembagaan baru sesuai dengan kebutuhan. Proses pengelolaan dilakukan berdasarkan hasil musyawarah masyarakat pengguna. Pada tahap ini masyarakat memperoleh fasilitas baik dan aparat, tenaga pendamping maupun pihak-pihak lain yang berkompeten.
c.
Mekanisme pengelolaan pada tahap pemanfaatan dilakukan sebagaimana proses pelaksanaan kegiatan SANIMAS dimana proses musyawarah, transparansi, akuntabilita public
maupun
kontrol social dapat tetap berjalan. d.
Operasi dan pemeliharaan dilakukan oleh operator yang ditunjuk oleh KSM sesuai dengan petunjuk operasional (SOP).
7.
Penguatan Kelembagaan Masyarakat Penguatan kelembagaan dalam SANIMAS ditekankan pada upaya
peningkatan
kapasitas/
pengetahuan
maupun
keterampilan
bagi
fasilitator dan masyarakat penerima manfaat SANIMAS. Untuk itu penguatan kelembagaan tersebut bertujuan mendukung pencapaian sasaran program SANIMAS. Penguatan kelembagaan masyarakat berupa pengorganisasian masyarakat & pengembangan institusi lokal :
identifikasi seleksi dan implementasi pilihan-pilihan teknologi sanitasi berbasis masyarakat, dan penerapan Perilaku Hidup Sehat dalam bentuk pelatihan dan sosialisasi yang meliputi : a.
Pelatihan terhadap TFL (RPA & RKM) : Dalam pelatihan ini para TFL disiapkan untuk memfasillitasi masyarakat dalam penilaian kondisi sanitasi secara tepat dan mendampingi masyarakat dalam menyusun RKM.
b.
Pelatihan terhadap KSM : Dalam pelatihan ini ketua dan bendahara dibekali
pengetahuan
tentang
organisasi
dan
pengelolaan
administrasi keuangan. c.
Pelatihan terhadap mandor & tukang : Dalam pelatihan ini mandor dana tukang disiapkan untuk membangun sarana SANIMAS terpilih sesuai dengan DED yang telah disusun.
d.
Pelatihan terhadap operator : Dalam pelatihan ini operator disiapkan untuk mengoperasikan dan memelihara sarana SANIMAS.
e.
Sosialisasi terhadap kelompok pengguna : Dalam kegiatan ini kelompok masyarakat calon pengguna diberi penjelasan mengenai Pola Hidup Sehat (PHS) dan tata cara penggunaan sarana SANIMAS.
8.
Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM)
a.
KSM ditetapkan dalam Musyawarah Masyarakat calon penerima manfaat dan disaksikan oleh Kepala Desa/ Lurah dan diketahui Camat.
b.
KSM bertugas :
•
Memfasilitasi pemilihan/ penentuan lokasi survey kajian cepat yang partisipatif (RPA).
•
Memfasilitasi pembentukan KSM penerima manfaat.
•
Memonitor/ mengawasi pelaksanaan proyek.
•
Mengidentifikasi permasalahan prasarana dan kebutuhan akan sanitasi di tingkat desa/ kelurahan/ masyarakat.
•
Membuat usulan kegiatan sesuai hasil musyawarah masyarakat calon penerima manfaat dan jenis teknologi sanitasi yang akan dibangun, dengan didampingi oleh LSM dan tenaga fasilitator.
•
Menyetujui rencana kerja dan rencana pelaksanaan fisik yang disusun oleh masyarakat calon penerima manfaat.
•
Menandatangani kontrak kerja apabila pekerjaan konstruksi dikerjakan oleh pihak ketiga/KSO.
•
Menyusun Laporan pelaksanaan kegiatan (laporan penggunaan dana dan laporan harian) dan mengajukan kepada Satker/ Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
•
Menyusun dan mengajukan anggaran kepada Satker/ Pejabat Pembuat Komitmen (PPK).
•
Menyelenggarakan dan menyampaikan laporan pertanggung jawaban pelaksanaan kegiatan, penggunaan dana, kemajuan pelaksanaan kegiatan dan hasil akhir pelaksanaan kegiatan melalui forum musyawarah desa dan menempelkan di papanpapan informasi, kemudian menyampaikannya kepada Pemda.
•
KSM dibentuk berdasarkan musyawarah masyarakat calon penerima manfaat yang pembentukkannya difasilitasi oleh
Fasilitator dari LSM setempat dan disaksikan oleh Kepala Desa yang diketahui oleh Camat. •
Susunan pengurus KSM minimal terdiri dari Ketua, Sekretaris, Bendahara, Tenaga Teknis dan Anggota.
•
Dalam KSM dapat dibentuk Kelompok Pemanfaat dan Pemelihara (KPP).
9.
Monitoring dan Evaluasi
a.
Monitoring dilakukan oleh semua stakeholder pada berbagai tingkatan. Fasilitator dan KSM membuat laporn secara periodic sejak proses perencanaan hingga pelaksanaan kegiatan, sedangkan pengawasan yang dilakukan mekanisme
pengawasan
penyelenggraan
oleh aparat fungsional dalam
pembangunan
SANIMAS
dapat
dimaksudkan
agar
dipertanggungjawabkan.
Monitoring dilakukan sejak tahap rembug warga tahap pertma, untuk menjaga dilaksanakannya prinsip-prinsip dasa SANIMAS. b.
Evaluasi dilakukan oleh instansi terkait di berabagai tahapan pelaksanaan sejak Perencanaan hingga akhir konstruksi untuk memperoleh gambaran hasil yang dicapai beserta factor-faktor penyebabnya baik kelemahan maupun kekuatannya. Hasil evaluasi tersebut merupakan dasar penyempurnaan SANIMAS untuk masa selanjutnya. Evaluasi pelaksanaan SANIMAS akan mengacu pada pencatatan terhadap pencapaian indicator-indikator kinerja, yang selanjutnya direalisasikan dalam format-format baku yang bisa dibaca secara kuantitatif.
10. Sumber Pendanaan Secara umum dana kegiatan SANIMAS per lokasi kegiatan berasal dari 4 sumber yaitu : Pemerintah pusat, APBD, Donor (LSM donator) serta Masyarakat (lihat Gambar 2.1). Gambar 2.1 Bagan Sumber Pendanaan
Sanitasi Berbasis Masyarakat
Hal ini membuktikan bahwa kegiatan sanitasi dapat bersumber dari beberapa
sumber
(multi-sources)
tergantung
kepentingan
dan
kebutuhannya. Pola pendanaan dan kontribusi di kegiatan SANIMAS terdiri dari 2 macam yaitu : cash (tunai) dan in-cash (material/ lahan) Metode pencairan dana adalah sebagai berikut :
•
Dana yang bersumber dari pemerintah pusat dalam bentuk material dicairkan melaui Satuan Kerja Peningkatan Kinerja Pengelolaan Penyehatan Lingkungan Permukiman Propinsi dalam bentuk in-
cash per lokasi. Pengadaannya melaui tender dan disalrkan ke masyarakat sesuia dengan kesepakatan. •
Dana yang bersumber dari Pemerintah Kabupaten/ Kota dalam bentuk cash (upah) dan in-cash (material dan lahan). Proses pencairan/
pengadaan
sesuai
dengan
proposal
KSM
saat
mengajukan rencana kegiatan masyarakat. •
Dana yang bersumber dari swasta/LSM Donatur dalam bentuk cash dan in-cash.
•
Dana yang bersumber dari masyarakat berupa cash dan in –cash. Semua dana cash (tunai) ditransfer ke rekening KSM
SANIMAS yang dibuka di bank setempat. Rekening bank dibuka tas nama tiga Itiga) pihak yaitu : KSM (wakil masyarakat), bendahara KSM dan Pimpinan Kegiatan/ fasilitator (wakil pemerintah Kota/ Kabupaten). Untuk memonitor dan mengawasi progress keuangan maka KSM membuat Jurnal Keuangan, yang dibuat tiap minggu oleh KSM dan diinformasikan kepada masyarakat. Sedangkan laporan akhir keuangan dibuat oleh KSM SANIMAS setelah semua pekerjaan konstruksi selesai disertai bukti-bukti semua transaksi. 11. Rencana Pembiayaan Untuk setiap lokasi diperlukan konstribusi pendanaan dari masingmasing pemangku kepentingan sebagai berikut : a.
Biaya Pemberdayaan dan Pendampingan dibiayai dari APBN khususnya untuk senior TFL dan beberapa pelatihan : dana APBD
sebesar 15 dari nilai RAB plus LSM (BORDA) sebesar 15% dari nilai RAB untuk kegiatan pemberdayaan. b.
Biaya Konstruksi dibiayai oleh : •
Pemerintah Pusat (APBN) sebesar 100 juta (untuk pengadaan material).
•
Pemerintah daerah (APBD) minimal 200 juta (biaya untuk material, upah).
•
Swadaya Masyarakat.
•
Kontribusi dari masyarakat berupa dana tunai (on cash) sebesar 2-4 % serta kontribusi dalam bentuk barang (in kind) berupa lahan, tenaga kerja, material, dan lain-lain).
•
Dana pihak swasta/ LSM dapat dikumpulkan melalui beberapa upaya yang lain saling menguntungkan.
c.
Biaya Operasional di tanggung oleh masing-masing stakeholder.
2.7.2
Pendekatan, Prinsip dan Pola Penyelengaraan Program SANIMAS4.
A. Pendekatan Program SANIMAS Program SANIMAS menggunakan pendekatan pemberdayaan masyarakat melalui : 1.
Keberpihakan pada warga yang berpenghasilan rendah, dimana orientasi kegiatan baik dalam proses maupun pemanfaatan hasil ditujukan kepada penduduk miskin yang bermukim di permukiman padat perkotaan berdasarkan kebutuhan.
4
Idem no 5
2.
Otonomi dan desentralisasi, dimana masyarakat memperoleh kepercayaan dan kesempatan yang luas dalam proses perencanaan, pelaksanaan, pengawasan, pemanfaatan, dan pengelolaan hasilnya.
3.
Mendorong prakarsa local dengan iklim keterbukaan, dimana masyarakat
menyampaikan
permasalahan
dan
merumuskan
kebutuhannya secara demaokratis dan transparan. 4.
Partisipatif, dimana masyarakat terlibat secara aktif dalam proses perencanaan,
pelaksanaan,
pengawasan,
pemanfaatan,
dan
pengelolaan. 5.
Keswadayaan, dimana kemampuan masyarakat menjadi factor pendorong utama dalam keberhasilan kegiatan baik perencanaan, pelaksanaan, pengawasan maupan pemanfaatan, hasil kegiatan. Adapun pengertian dari Pemberdayaan masyarakat adalah upaya
untuk meningkatkan harkat dan martabat lapisan masyarakat yang dalam kondisi sekarang tidak mampu untuk melepaskan diri dari perangkap kemiskinan dan keterbelakangan. Karakteristik pemberdayaan masyarakat merupakan suatu gerakan yang diarahkan kepada dua komponen yaitu penggerak dan masyarakat yang digerakkan secara stimultan. Perpaduan dua komponen tersebut akan menghasilkan kemampuan, kemandirian, kinerja dan karya kepada penggerak maupun masyarakat yang digerakkan sehingga berdampak pada peningkatan kualitas kehidupan masyarakat dan kelembagaannya. Tujuan yang akan dicapai melalui usaha pemberdayaan masyarakat, adalah masyarakat yang madiri, berswadaya, mampu mengadopsi inovasi, dan memiliki pola pikir yang kosmopolitan. Beberapa siri atau
karateristik dari masyarakat yang telah berdaya adalah diantaranya (Dunham, 1996 dalam Ambar : 2004) : •
Terbuka.
•
Mandiri atau mampu menolong dirinya sendiri
•
Memiliki kepercayaan diri untuk berswadaya.
•
Mengetahui keunggulan/ potensi pada masyarakatnya sehingga dapat dimanfaatkan untuk memenuhi kebutuhan dan memecahkan permasalahnnya. Dalam konteks good governance ada tiga pilar yang harus
menopang jalannya proses pembangunan, yaitu : masyarakat sipil, pemerintah dan swasta. Tidak dapat dipungkiri lagi bahwa SDM/ Masyarakat menjadi pilar utama yang harus diberdayakan (Ambar : 2004). B. Prinsip-Prinsip SANIMAS Prinsip dasar SANIMAS adalah : 1.
Program ini bersifat tanggap kebutuhan, masyarakat yang layak mengikuti SANIMAS akan bersaing mendapatkan program ini dengan cara menunjukkan komitmen serta kesiapan untuk melaksanakan sistem sesuai pilihan mereka
2.
Pengambilan keputusan berada sepenuhnya di tangan masyarakat, peran LSM/ Swasta, sedangkan pemerintah hanya sebatas sebagai fasilitator.
3.
Masyarakat
menentukan,
merencanakan,
membangun,
dan
mengelola sistem yang mereka pilih sendiri dengan di fasilitasi oleh
LSM atau konsultan pendamping yang bergerak secara profesional dalam bidang teknologi pengolahan limbah maupun bidang sosial. 4.
Pemerintah
daerah
tidak
sebagai
pengelola
sarana,
hanya
memfasilitasi inisiatif kelompok masyarakat. Prinsip penyelenggaraan SANIMAS adalah : 1.
Dapat diterima Pilihan kegiatan berdasarkan musyawarah sehingga memperoleh dukungan dan diterima masyarakat.
2.
Transparan Pengelolaan kegiatan dilakukan secara terbuka dan diketahui oleh seluruh lapisan masyarakat dan aparatur sehingga dapat diawasi dan dievalusi oleh semua pihak.
3.
Dapat dipertanggung jawabkan Pengelolaan kegiatan harus dapat dipertanggung jawabkan kepada seluruh lapisan masyarakat.
4.
Berkelanjutan Pengelolaan
kegiatan
dapat
memberikan
manfaat
kepada
masyarakat secara berkelanjutan, yaitu ditandai dengan adanya manfaat bagi pengguna serta pemeliharaan dan pengelolaan sarana dilakukan secara mandiri oleh masyarakat pengguna. c.
Pola Penyelenggaraan SANIMAS Pola penyelenggaraan SANIMAS dilakukan oleh masyarakat
dengan difasilitasi Lembaga Sawadaya Mayarakat (LSM) atau konsultant pendamping yang memiliki kemampuan teknis dari perencanaan, pengorganisasian, pelaksanaan, monitoring dan evaluasi.
2.7.3
Tujuan, dan Indikator Keberhasilan penyelenggaraan Program SANIMAS.
a.
Tujuan Program SANIMAS Tujuan dari program SANIMAS adalah
1.
Meningkatkan kesadaran masyarakat untuk melaksanakan pola hidup sehat.
2.
Meningkatkan peran serta dan pelibatan masyarakat.
3.
Membina organisasi/ kelompok masyarakat.
4.
Memfasilitasi masyarakat dalam penyediaan prasarana dan sarana air limbah.
5.
Membina masyarakat dalam pengelolaan prasarana dan sarana air limbah.
b. Tingkat indikator keberhasilan penyelenggaraan Pembangunan SANIMAS Tingkat indikator keberhasilan penyelenggaraan Pembangunan SANIMAS di tentukan dengan indikator sebagai berikut : 1.
Masyarakat mempunyai akses yang lebih mudah, murah
dan
memenuhi syarat kesehatan dalam penggunaan sarana sanitasi. 2.
Terciptanya kebersihan dan kenyamanan lingkungan di sekitar lokasi sasaran sehingga mempunyai dampak berkurangnya tingkat penyakit yang disebabkan oleh kotoran manusia.
3.
Terbentuknya lembaga masyarakat pengelola yang bertangung jawab terhadap keberhasilan sarana dan prasarana yang telah dibangun.
4.
Memenuhi 3 Tepat yaitu : tepat sasaran, tepat waktu, dan tepat mutu.
c.
Sasaran Program SANIMAS Sasaran dari program ini adalah sebagai berikut :
1.
Meningkatkan kesehatan lingkungan yang memberikan dampak langsung kepada masyarakat.
2.
Membantu Masyarakat mandiri di bidang pengolahan air limbah rumah tangga.
2.8
Kesehatan Lingkungan Para ahli kesehatan masyarakat sepakat dengan kesimpulan
H.L Bloom yang mengatakan bahwa kontribusi terbesar terhadap terciptanya peningkatan derajat kesehatan seseorang berasal dari kualitas kesehatan lingkungan dibandingkan faktor yang lain. Bahkan, lebih jauh menurut hasil penelitian para ahli, ada korelasi yang sangat bermakna antara kualitas kesehatan lingkungan dengan kejadian penyakit menular maupun penurunan produktivitas kerja. Pendapat ini menunjukkan bahwa demikian pentingnya peranan kesehatan lingkungan bagi manusia atau kualitas sumber daya manusia. Pengertian sehat menurut WHO adalah “Keadaan yg meliputi kesehatan fisik, mental, dan sosial yg tidak hanya berarti suatu keadaan yg bebas dari penyakit dan kecacatan.”. Sedangkan menurut UU No 23 / 1992 Tentang kesehatan “Keadaan sejahtera dari badan, jiwa dan sosial yang memungkinkan setiap orang hidup produktif secara sosial dan ekonomis.”
Pengertian Lingkungan Menurut A.L. Slamet Riyadi 1976, dalam Munif Arifin (2009) adalah ”Tempat pemukiman dengan segala sesuatunya dimana organismenya hidup beserta segala keadaan dan kondisi yang secara langsung maupun tidak dapat diduga ikut mempengaruhi tingkat kehidupan maupun kesehatan dari organisme itu.” Terdapat beberapa pendapat tentang pengertian Kesehatan Lingkungan sebagai berikut : •
Pengertian
Kesehatan
Lingkungan
Menurut
World
Health
Organisation (WHO) pengertian Kesehatan Lingkungan : Those aspects of human health and disease that are determined by factors in the environment. It also refers to the theory and practice of assessing and controlling factors in the environment that can potentially
affect
health.
Atau
bila
disimpulkan
“Suatu
keseimbangan ekologi yang harus ada antara manusia dan lingkungan agar dapat menjamin keadaan sehat dari manusia.” •
Menurut
HAKLI
(Himpunan
Ahli
Kesehatan
Lingkungan
Indonesia) : Suatu kondisi lingkungan yang mampu menopang keseimbangan
ekologi
yang
dinamis
antara
manusia
dan
lingkungannya untuk mendukung tercapainya kualitas hidup manusia yang sehat dan bahagia. •
Apabila disimpulkan Pengertian Kesehatan Lingkungan adalah : Upaya perlindungan, pengelolaan, dan modifikasi lingkungan yang diarahkan menuju keseimbangan ekologi pada tingkat kesejahteraan manusia yang semakin meningkat.
2.9
Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum MCK adalah sarana umum yang digunakan bersama oleh
beberapa keluarga utuk mandi, mencuci dan buang air di lokasi permukiman yang berpenduduk dengan kepadatan sedang sampai tinggi yaitu antara 300-500 jiwa/ Ha (SNI 03-2399-2002) Tata cara perencanaan bangunan MCK umum dimaksudkan untuk memberikan ukuran dan batasan minimum bangunan MCK guna perlindungan kesehatan dan pembinaan kesejahteraan masyarakat. Persyaratan lokasi dan waktu tempuh dari rumah penduduk adalah 2 menit (jarak 100 m), luas daerah pelayanan maksimum untuk 1 MCK adalah 3 ha. Penyediaan air bersih dari PDAM, air tanah, sumur bor/ gali/ mata air dan kuantitas air untuk mandi 20ltr/org/hr, cuci 15 ltr/org/hr, kakus 10 ltr/org/hr. Untuk MCK perlu dilengkapi dengan sistem plambing untuk pipa air bersih, air kotor dan drainase. (SNI 03-23991991). 2.10
Kemitraan Dalam pembangunan kota, diperlukan kerjasama yang baik
diantara tiga aktor yaitu pemerintah, swasta, dan masyarakat, serta didukung oleh adanya fungsi keperantaraan, yang biasanya dipegang oleh Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM). Masing-masing aktor pembangunan ini menguasai sumber daya pembangunan yang sangat diperlukan bagi berlangsungnya pembangunan kota. Oleh karena itu masing-masing aktor pembangunan tidak bisa bertindak secara sendiri-
sendiri melainkan harus bekerjasama sehingga seluruh sumber daya pembangunan dapat dipergunakan secara bersama dan maksimal dalam mencapai tujuan bersama. Kemitraan adalah suatu bentuk persekutuan antara dua pihak atau lebih yang membentuk suatu ikatan kerjasama atas dasar kesepakatan dan rasa saling membutuhkan dalam rangka meningkatkan kapasitas dan kapabilitas di suatu bidang usaha tertentu atau tujuan tertent sehingga memperoleh hasil yang lebih baik (Ambar Teguh Sulistiyani, 2004:129) Bertolak dari penegertian tersebut, maka kemitaan dapat terbentuk apabila memenuhi persyaratan sebagai berikut : •
Ada dua pihak atau lebih
•
Memiliki kesamaan visi dalam mencapai tujuan.
•
Ada kesepakatan.
•
Saling membutuhkan. Tujuan terjadinya kemitraan adalah untuk mencapai hasil yang
lebih baik, dengan saling memberikan manfaat antar pihak yang bermitra. 2.11
Perencanaan Perencanaan adalah teknik, cara untuk mencapai tujuan, tujuan
untuk mewujudkan maksud dan sasaran tertentu yang telah ditentukan sebelumnya dan telah dirumuskan dengan baik (M.L Jhingan dalam Bachrawi Sanusi, 2000: 9). Dalam pengertian lain yang dimaksud dengan perencanaan adalah kegiatan merumuskan keinginan dan cita-cita yang lebih baik
atau lebih berkembang di masa yang akan datang.
Di dalam
perencanaan akan selalu terkandung unsur-unsur yang terdiri dari : a.
Unsur keinginan, cita-cita.
b.
Unsur tujuan dan motivasi.
c.
Unsur sumber daya (alam, manusia, modal dan informasi).
d.
Unsur upaya ’hasil guna’ dan ’daya guna’.
e.
Unsur ruang dan waktu. Faktor-faktor yang sangat menentukan dalam perencanaan dan
perancangan adalah meliputi : a.
Landasan filsafah dan ideologi.
b.
Motivasi dan tujuan.
c.
Sumber Daya.
d.
Teknologi dan ilmu pengetahuan.
e.
Personil terampil.
f.
Ruang dan waktu. Untuk berdaya gunanya suatu produk perencanaan dan
perancangan maka dituntut persyaratan dari rencana dan rancangan yaitu : a.
Suatu rencana atau rancangan harus logis, masuk akal dan dapat dimengerti.
b.
Suatu rencana atau rancangan harus luwes (flexible) karena dinamika manusia.
c.
Suatu rencana harus obyektif dalam arti yang menyangkut kepentingan umum maupun kepentingan tertentu.
d.
Suatu rencana atau rancangan harus memperhatikan kendala dan limitasi lingkungan baik lingkungan sosial maupun lingkungan fisik. Faktor-faktor dan syarat rencana dan rancangan tersebut
merupakan dua hal yang mempunyai kaitan, yaitu bahwa persyaratan dapat dicapai karena adanya faktor-faktor yang mendukung perencanaan dan perancangan. Dalam hubungan ini perlu di pahami bahwa rencana dan rancangan bukan merupakan tujuan dari proses perencanaan dan perancangan tetapi hanya merupakan alat yang merumuskan dan mengarahkan untuk mencapai tujuan keinginan dan cita-cita yang lebih baik dimasa datang.
BAB III METODOLOGI PENELITIAN
3.1
Tempat Penelitian Tempat penelitian ini mengambil lokasi di Kampung Pulo,
desa Gintung Kabupaten Tangerang. Penelitian studi ini dilakukan dengan alasan : 1.
Studi ini penting dilakukan dalam mengatasi masalah- masalah tata ruang khusunya pada bidang infrastruktur sebagai salah satu unsur pembentuk ruang.
2.
Sanitasi merupakan salah satu infrastruktur yang mempunyai peranan penting karena menguasai hajat hidup orang banyak.
3.
Program Sanimas di lokasi studi ini
pemanfaatannya kurang
optimal dan kurang berkelanjutan. 3.2
Metode Penelitian Penelitian
yang
dilakukan
merupakan
penelitian
yang
menggunakan metode deskriptif yang memberikan gambaran mengenai program SANIMAS sehingga secara umum teridentifikasinya efektifitas program
Sanimas
bagi
masyarakat
serta
faktor-faktor
yang
mempengaruhi efektifitas program tersebut di desa Gintung. Penelitian deskriptif bertujuan untuk pemecahan masalah secara sistematis dan faktual mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi (Cholid dan Abu Achmadi, 2008 : 44)
Dalam penelitian deskriptif terdapat dua hal penting yaitu deskripsi
dan
analisis.
Winarno
Surakhmad
menyatakan
pada
hakikatnya. Setiap penelitian mempunyai sifat deskriptif, dan setiap penelitian mengadakan proses analisis, akan tetapi terutama pada metode deskriptif, deskripsi dan analisis mendapat tempat yang penting sekali (Winarno Surakhmad, 1978 : 133 dalam Erwin, 2004 : II-14). 3.3
Sumber dan Metode Pengumpulan Data
3.3.1
Sumber Data Data-data yang digunakan dalam studi ini diperoleh dari buku-
buku, literatur, jurnal, laporan proyek, hasil survey dan hasil observasi lapangan. 3.3.2
Metode Pengumpulan Data Data yang digunakan untuk penelitian ini adalah data primer
dan data sekunder. A. Data Primer 1.
Metode Kuesioner Kuesioner merupakan alat pengumpulan data yang berupa daftar
pertanyaan yang disusun sedemikan rupa untuk dijawab responden. Kuesioner dapat disebut juga sebagai interview tertulis dimana responden dihubungi melalui daftar pertanyaan. (M. Hariwijaya dan Bisri M. Djaelani, 2008 : 43) Pertanyaan yang diajukan harus terperinci dan lengkap sehingga responden dapat memahami maksud pertanyaan dan menjawabnya dengan benar. Penulis menggunakan kuesioner yang bersifat tertutup. Pertanyaan dikatakan tertutup jika pertanyaan itu jawabannya sudah
ditentukan lebih dahulu sehingga responden tidak diberi kesempatan memberikan alternatif jawaban. (M. Hariwijaya dan Bisri M. Djaelani, 2008 : 43). 2.
Observasi Visual Observasi secara langsung dilakukan untuk mendapatkan data
primer yang diharapkan selama proses penelitian. B. Data sekunder Selain data primer, peneliti juga membutuhkan data sekunder yang relevan guna menunjang terlaksananya penelitian. Data sekunder tersebut diperoleh dari artikel-artikel media cetak maupun media elektronik (internet), tinjauan pustaka dari berbagai perpustakaan, laporan-laporan mengenai SANIMAS dan peraturan-peraturan dari berbagai instansi terkait. 3.4
Metodologi Survei Metode survei yang digunakan adalah metode : ”sample
survey” dimana dalam metode ini tidak seluruh populasi (obyek penelitian) diteliti/ dicacah, melainkan hanya sebagian dari populasi (diambil sampel). Informasi-informasi, yang dapat dikumpulkan mengenai bagian yang disurvei tadi, dapat diguakan untuk mendapatkan suatu ”bayangan” atau ”perkiraan” mengenai keseluruhannya.
3.5
Metode Sampling
3.5.1
Teknik Populasi Menurut Sugiyono (2008: 115) populasi adalah generalisasi
yang terdiri atas obyek atau subyek yang mempunyai kualitas dan karakteristik tertentu yang ditetapkan oleh peneliti untuk dipelajari dan kemudian ditarik kesimpulannya. Populasi penelitian ini adalah masyarakat target sasaran sarana SANIMAS yang ada di Kampung Pulo berjumlah 120 KK. 3.5.2
Sampel Menurut Arikunto (2002 :109) sampel adalah sebagian atau
wakil populasi yang diteliti. Teknik pengambilan sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah sampel bertujuan atau purposive sample dalam metode pengumpulan data melalui wawancara. Sampel bertujuan dilakukan dengan cara mengambil subjek bukan didasarkan atas strata, random, atau daerah tetapi didasarkan atas adanya tujuan tertentu (Arikunto, 2002 : 117) Menurut Hadi (1986 : 73) dalam menentukan besarnya sampel tidak ada ketentuan ataupun ketetapan yang mutlak berapa persen sampel harus diambil dari populasi. Untuk itu diperlukan sebuah prosedur tertentu yang bisa dijadikan kepastian rata-rata untuk mengambil besar sampel yang dibutuhkan bagi seorang peneliti. Arikunto (2002 : 112) berpendapat bahwa jika jumlah subjek besar dapat diambil antara 10-15% atau 20-25%, dan bila populasi kurang dari 100 dapat diambil semua.
3.5.3
Penentuan Besar Sampel di Wilayah Studi Menentukan banyaknya jumlah sample populasi yang diambil
dalam penelitian ini adalah dengan berdasarkan prosentase besar masyarakat Kampung Pulo pengguna sarana SANIMAS yang diperoleh. Besarnya populasi di wilayah studi adalah jumlah keseluruhan kepala keluarga yang merupakan target sasaran perencanaan program SANIMAS yang ada di desa Gintung yang berjumlah 120. Di dalam penelitian ini populasi tersebut terbagi menjadi dua yaitu masyarakat yang merupakan pengguna dan masyarakat non pengguna, hal itu di dapat karena peneliti mendapatkan informasi langsung dari KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Tabel 3.1 Tipe Masyarakat di Wilayah Studi Tipe Masyarakat
Jumlah Masyarakat
Persentase
(KK)
(%)
Masyarakat Pengguna
30
25
Masyarakat bukan
90
75
120
100
pengguna Jumlah Total
Data : KSM Kampung Pulo, 2008 Arikunto (2002 : 112) berpendapat bahwa jika jumlah subjek besar dapat diambil 10-15 % atau 20-25%, dan bila populasi kurang dari 100 dapat diambil semua. Maka dalam menentukan besarnya jumlah sample populasi, peneliti menggunakan pendapat atau rumus di atas dikarenakan :
1.
Jumlah populasi lebih dari 100.
2.
Keterbatasan peneliti dilihat dari waktu, tenaga dan dana.
3.
Luasnya wilayah pengamatan dari setiap subjek. Persentase yang diambil untuk sampel yaitu 25% maka
perhitungan untuk besar sample adalah sebagai berikut : 25% x jumlah populasi = jumlah sampel 25% x 120 = 30 Dari hasil perhitungan diperoleh besar sample adalah 30, selanjutnya
sample
tersebut
dibagi
untuk
masing-masing
tipe
masyarakat sesuai dengan proporsinya dapat dilihat pada tabel 3.2 Tabel 3.2 Jumlah Sampel Tipe
Prorporsi
Jumlah
Masyarakat
(%)
Sampel
25
7.5
7
75
22.5
23
100
30
30
Pembulatan
Masyarakat pengguna Masyarakat bukan pengguna Jumlah Total
Sumber Data : Hasil analisis tahun 2009.
Maka hasil perhitungan yang didapat untuk masyarakat pengguna berjumlah 7.5 maka dibulatkan menjadi 7 dan masyarakat non
pengguna berjumlah 22.5 dibulatkan menjadi 23. Pada studi ini survey dilakukan dengan menyebarkan kuesioner kepada penghuni yang dalam hal ini diwakili oleh para kepala keluarga yang telah ditetapkan sebagai sample. 3.6
Teknik Analisis Data Analisis data merupakan langkah yang sangat penting dalam
suatu penelitian, karena analisis data berfungsi untuk mengambil kesimpulan dari sebuah penelitian. Analisis data dilakukan setelah datadata penelitian terkumpul secara lengkap kemudian data tersebut diolah dan dianalisis untuk menghasilkan kesimpulan yang benar sehingga dapat menjawab persoalan yang sedang diteliti serta mampu dipertanggung jawabkan kebenarannya. Dalam penelitian ini analisis yang digunakan adalah teknik analisis kualitatif dan deskriptif persentase yang didasarkan untuk mengetahui keadaan sesuatu yang bersifat kualitatif dengan penafsiran persentase data kuantitatif melalui metode pengumpulan data yakni berupa angket (kuesioner). Alat yang digunakan dalam penelitian ini adalah Frequencie. Analisa frequencies dipergunakan untuk memperoleh ringkasan suatu variable individual. Santoso dkk (2001) menyebutkan bahwa menu ini digunakan untuk menampilkan dan mendeskriptifkan (menggambarkan) data yang terdiri atas satu variable saja. Jika ada lebih dari satu variable, variable-variabel tersebut akan ditampilkan terpisah. Menu frequencies
menampilkan setiap data yang ada dan bukan dalam range (interval data). Untuk menjawab tujuan penelitian diperlukan beberapa teknik analisis yang berkaitan dengan efektivitas program SANIMAS di Kampung Pulo. Teknik analisa tersebut adalah : A. Analisis Efektivitas Program SANIMAS dari Aspek Perencanaan Efektivitas program SANIMAS berdasarkan aspek perencanaan di wilayah kampung Pulo akan dianalisa dengan menggunakan metode analisa deskriptif dimana sebelumnya akan dilakukan pencarian datadata proses perencanaan melaui survey sekunder yang didukung hasil observasi lapangan untuk mengecek sinkronisasi antara data dengan kondisi eksisting. Analisis ini dilakukan untuk mengetahui proses perencanaan yang telah dilakukan sehingga diperoleh efektivitas program SANIMAS pada aspek perencanaan. B. Analisis Efektivitas Program SANIMAS dari Aspek Kelembagaan Analisis
efektivitas
program
SANIMAS
dari
aspek
kelembagaan dilakukan dengan cara mengidentifikasikan berdasarkan data sekunder yang diperoleh dari LSM dan Dokumen Rencana Kelompok Swadaya Masyarakat Kampung Pulo. Hasil yang diperoleh dari analisis tersebut adalah efektivitas diukur dari penguatan kelembagaan berupa pelaithan-pelatihan telah dilaksanakan atau belum sesuai dengan panduan umum program SANIMAS.
C. Analisis Efektivitas Program SANIMAS dari Aspek Penggunaan Sarana Setelah dilakukan analisis mengenai proses perencanaan dan kelembagaan, maka selanjutnya dilakukan analisis mengenai identifikasi penggunaan sarana program SANIMAS. Hasil identifikasi ini diperoleh dari observasi lapangan dan penyebaran kuesioner, hasil kuesioner akan dihitung dengan bantuan bantuan software SPSS 16.0. Analisis ini digunakan untuk mengetahui efektivitas program SANIMAS dilihat dari aspek penggunaan sarana SANIMAS sesuai dengan tujuan program atau tidak. D. Analisis Efektivitas Program SANIMAS dari Aspek Kesehatan Lingkungan Dalam melakukan analisis dari aspek kesehatan lingkungan dibagi menjadi 2 sub-variabel yaitu perubahan perilaku dan peningkatan kebersihan lingkungan. Analisis ini bertujuan untuk mengetahui seberapa besar tujuan program dapat tercapai dari aspek kesehatan lingkungan. Hasil analisis ini diperoleh dari penyebaran kuesioner. Adapun metode dan alat yang digunakan sama dengan yang digunakan pada analisis efektivitas aspek penggunaan sarana.
BAB IV GAMBARAN UMUM 4.1
Gambaran Umum Kecamatan Sukadiri Kecamatan Sukadiri merupakan salah satu wilayah administrasi
Kabupaten Tangerang. Kecamatan Sukadiri berada di sebelah utara kota Tangerang. Dan berjarak 15 km dari pusat kota Tangerang. Kecamatan Sukadiri terdiri dari 8 Desa yaitu : Desa Buaran Jati, Desa Gintung, Desa Kosambi, Desa Mekar Kondang, Desa Pekayon, Desa Sukadiri, Desa Rawa Kidang, dan Desa Karang Serang. 4.1.1
Luas Wilayah Luas wilayah Kecamatan Sukadiri adalah 2069.5 ha, yang
terdiri dari dari 1228.9 ha untuk kawasan lahan pertanian sawah, dan 73.1 ha lahan pertanian bukan sawah5 dan 767.5 ha lahan non pertanian6. 4.1.2
Batas Wilayah Secara administratif batas-batas wilayah Kecamatan Sukadiri
adalah sebagai berikut : Sebelah utara
: Laut Jawa (dengan garis pantai ± 50 Km2).
sebelah timur
: Kecamatan Pakuhaji
Sebelah selatan
: Kecamatan Rajeg
Sebelah barat
: Kecamatan Mauk.
5
Lahan pertanian bukan sawah antara lain ladang, tambak, kebun, hutan rakyat, peternakan dan sebagainya. 6 Lahan non pertanian antara lain industri, perumahan, perkantoran, pertokoan dan sebagainya.
Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.1. 4.1.3
Kependudukan Jumlah penduduk di Kecamatan Sukadiri pada tahun 2007
sebesar 47.023 jiwa. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 4.1 Tabel 4.1 Jumlah Penduduk Kecamatan Sukadiri Tahun 2007 Nama Desa
Penduduk lakilaki
Penduduk Perempuan
Jumlah
Buaran Jati
1847
1327
3174
Gintung
3907
3732
7639
Kosambi
3409
3402
6811
Mekar Kondang
2150
2432
4582
Pekayon
4593
4513
9106
Sukadiri
2330
2222
4552
Rawa Kidang
2450
2611
5061
Karang Serang
3128
2970
6098
Jumlah
23814
23209
Sumber Data : Potensi Desa Tahun 2008, BPS Kabupaten Tangerang
47023
Gambar 4.1. Peta Orientasi Kecamatan Sukadiri
4.1.4
Sarana Sanitasi Sarana sanitasi yang ada di Kecamatan Sukadiri ini berupa
pembuangan sampah penduduk, pembuangan sampah sementara dan jamban keluarga. Untuk lebih jelasnya lihat tabel 4.2. Tabel 4.2 Jumlah Sarana Sanitasi Kecamatan Sukadiri Tahun 2007 Pembuangan Sampah Penduduk
Pembuangan Sampah Sementara
Jamban Keluarga
Buaran Jati
2
2
1
Gintung
2
2
1
Kosambi
2
2
1
Mekar Kondang
2
2
1
Pekayon
2
2
1
Sukadiri
2
2
3
Rawa Kidang
2
2
3
Karang Serang
2
2
1
Jumlah
16
16
12
Nama Desa
Sumber Data : Potensi Desa Tahun 2008, BPS Kabupaten Tangerang.
4.2
Gambaran Umum Desa Gintung Desa Gintung merupakan salah satu desa di wilayah
administratif kecamatan Sukadiri. Desa Gintung terbagi menjadi 4 RW dan 25 RT, setiap RW dipimpin oleh ketua RW.
4.2.1
Kondisi Topografi Desa Gintung tidak berada di ibukota kecamatan, jarak dari
desa Gintung ke Kecamatan sekitar 3 km, sedangkan jarak dari desa ke ibukota kabupaten sekitar 15 Km. Kondisi topografi berupa dataran rendah. Desa ini memiliki curah hujan 1.050 mm/ tahun dan suhu ratarata harian sekitar 32º-38 ºC. Desa ini mempunyai ketinggian sekitar 5-7 mdl. 4.2.2
Luas Wilayah Luas Wilayah desa Gintung 251 ha, yang terdiri dari 220 ha
untuk kawasan lahan pertanian sawah, dan 31 ha lahan non pertanian. 4.2.3
Batas Wilayah Secara administratif batas-batas desa Gintung adalah :
Sebelah Barat
: Desa Cikuya
Sebelah Selatan
: Desa Tanjakan Mekar
Sebelah Utara
: Desa Pekayon
Sebelah Timur
: Desa Kosambi
Lebih jelasnya dapat dilihat pada Gambar 4.2.
Gambar 4.2. Peta Batas Administrasi Desa Gintung
Gintung
Wilayah studi
4.2.4
Kependudukan Jumlah penduduk di Desa Gintung pada tahun 2007 adalah
7639 jiwa, terdiri dari laki-laki berjumlah 3906 jiwa dan perempuan berjumlah 3733 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak ada pada RW 3 tepatnya pada RT 16 dengan penduduk berjumlah 457 jiwa sedangkan untuk jumlah penduduk terkecil ada pada RW 3 RT 14. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4..3. Tabel 4.3 Jumlah Penduduk Desa Gintung Tahun 2007 RW
1
2
1
Penduduk laki-laki (Jiwa) 234
Penduduk Perempuan (Jiwa) 219
2
180
171
351
3
164
136
300
RT
Jumlah (Jiwa) 453
4
202
178
380
5
192
187
379
6
145
143
288
7
173
163
336
8
139
162
301
9
134
106
240
10
165
157
322
11
175
188
363
12
136
124
260
13
148
128
276
14
103
118
221
15
175
175
350
(lanjutan Tabel 4.3 )
RW
3
4
RT
Penduduk laki-laki (Jiwa)
Penduduk Perempuan (Jiwa)
Jumlah (Jiwa)
16
237
220
457
17
140
123
263
18
136
139
275
19
134
122
256
20
141
129
270
21
129
119
248
22
146
153
299
23
124
129
253
24
111
116
227
25
143
128
271
Jumlah
3907
3732
7639
Sumber Data : Potensi Desa Tahun 2008, BPS Kabupaten Tangerang.
4.2.5
Sarana Sanitasi dan Perilaku Hidup Bersih dan Sehat Berdasarkan data dan informasi dari Badan Lingkungan Hidup
Daerah Kabupaten Tangerang, desa Gintung merupakan salah satu desa yang memiliki fasilitas sanitasi dasar masyarakat yang buruk atau tidak memiliki syarat kesehatan. Berdasarkan data profil desa tahun 2006, di Desa gintung jumlah rumah tangga yang memiliki WC hanya berjumlah 554 jiwa dan jumlah rumah tangga yang biasa buang air besar di sungai/ parit/ kebun berjumlah 1.768 jiwa.
4.3
Gambaran Umum Kampung Pulo Lokasi wilayah studi yang menjadi bahan/data penelitian ini
adalah Kampung Pulo. Kampung Pulo adalah salah satu dari kampung padat dan miskin yang berada di Desa Gintung. Kampung Pulo berada di RW 04 yang terdiri dari 5 RT yaitu RT 21, RT 22, RT 23, RT 24 dan RT 25. Masing-masing RT diketuai seorang kepala RT. 4.3.1
Kependudukan Jumlah penduduk di Kampung Pulo pada tahun 2007 adalah
1298 jiwa, terdiri dari laki-laki berjumlah 653 jiwa dan perempuan berjumlah 645 jiwa. Jumlah penduduk terbanyak ada pada RT 22 dengan penduduk berjumlah 299 jiwa sedangkan untuk jumlah penduduk terkecil ada pada RT 24 dengan penduduk berjumlah 227 jiwa . Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.4. Tabel 4.4 Jumlah Penduduk Kampung Pulo Tahun 2007 RT
Penduduk laki-laki (Jiwa)
Penduduk Perempuan (Jiwa)
Jumlah (Jiwa)
21
129
119
248
22
146
153
299
23
124
129
253
24
111
116
227
25
143
128
271
Jumlah
653
645
1298
Sumber Data : Potensi Desa Gintung, Tahun 2008
4.3 Peta Orientasi Kampung Pulo dan lokasi MCK SANI
4.3.2
Drainase Saluran air yang baik adalah jika kondisi sudah tertata
dengan baik, baik dilihat dari konstruksinya, rata-rata saluran yang baik kondisi endapan lumpurnya tidak terlalu tinggi dan mengalir cukup baik. Sedangkan kondisi saluran yang tidak baik dimana saluran belum mempunyai dinding saluran dan dasar saluran yang permanent serta saluran yang tidak jelas, sehingga terjadi pengendapan lumpur dan genangan air (air tidak mengalir).
Gambar 4.4 Kondisi sungai/ selokan
4.3.3
Penyediaan Air Bersih Kondisi air tanah di Kampung Pulo pada umumnya air berasa
yaitu rasa asin, sehingga air tersebut tidak layak untuk mandi, minum dan masak. Namun ada juga yang berasa antah, yaitu tidak asin namun rasanya tidak enak. Untuk memenuhi kebutuhan air ada sebagian masyarakat yang mendapatkan air bersih dengan membeli, namun ada juga sebagian masyarakat yang mengambil air dari sumur yang airnya tidak asin namun antah, untuk membeli air masyarakat kurang mampu ,
sedangkan saluran pipa dari PDAM belum ada. Maka dari itu sebenarnya masyarakat lebih membutuhkan penyediaan air bersih untuk kebutuhannya. 4.4
Gambaran Umum Pelaksanaan Program Sanimas di Kampung Pulo
4.4.1
Seleksi Lokasi Seleksi lokasi ini dibagi menjadi 2 yaitu melalui penetapan
daftar panjang dan pendek. Penetapan daftar panjang ini merupakan daftar panjang data sekunder calon lokasi yang diusulkan oleh pemerintah daerah Kabupaten Tangerang. Setelah dilakukan daftar panjang kemudian pemerintah dan fasilitator melakukan survey lapangan untuk menyusun daftar pendek sesuai persyaratan teknis minimal yang ditetapkan. Daftar pendek merupakan data primer yang ditentukan berdasarkan hasil survey dan identifikasi daftar panjang (longlist) yang dilakukan TFL dan dinas penanggung jawab kegiatan sanitasi berbasis masyarakat (SANIMAS) berdasarkan criteria kelayakan maksimal. Tim SANIMAS Kabupaten Tangerang yang terdiri dari Pemerintah Kabupaten Tangerang, BEST sebagai fasilitator pendamping masyarakat dan Satker PKP PLP Propinsi Banten, telah melakukan studi dan menetapkan 2 kampung sebagai shortlist (daftar pendek) sesuai dengan persyaratan teknis berdasarkan hasil feasibility study. Setelah
dilakukan
ditetapkan
daftar
pendek
kemudian
dilakukan kegiatan seleksi kampung. Kegiatan seleksi kampung dilakukan dengan menggunakan metode Rapid Participatory Assesment
(RPA). Berikut adalah hasil RPA yang dilakukan oleh pemerintah Kabupaten dan fasilitator pendamping terhadap 2 kampung yaitu Kampung Pulo dan Kampung Tegal Jawa.
RPA atau survey cepat
dilaksanakan di 2 lokasi yang terdaftar sebagai short list kampung pada tanggal 5 September 2006. Adapun hasil RPA untuk masing masing kampung adalah sebagai berikut : 1.
Hasil RPA Kampung Pulo Hasil RPA Kampung Pulo menggambarkan antara lain bahwa
sebagian masyarakat Kampung Pulo mempunyai kebiasaan buang hajat di tempat terbuka selain itu di kampung ini telah terbiasa bergotong royong sehingga masyarakat bersedia memberikan kontribusi untuk biaya pembangunan MCK biaya pengoperasian dan perawatan semua komponen. Di kampung ini juga terdapat lahan yang tersedia untuk sarana sanitasi yang terletak di tengah kampung milik seorang warga. Untuk kelayakan teknis terutama dalam hal ketersediaan air, air yang tersedia mencukupi untuk minum, cuci dan mandi namun karena keterbatasan dana, maka air yang tersedia tidak dilakukan uji coba/ pengetesan air d laboratorium untuk membuktikan kualitas air tersebut Untuk lebih jelasnya mengenai hasil RPA Kampung Pulo dapat dilihat pada table 4.5 di bawah ini. 2.
Hasil RPA Kampung Tegal Jawa Hasil RPA Kampung Tegal Jawa menggambarkan antara lain
bahwa sebagaian masyarakat Kampung Tegal Jawa mempunyai kebiasaan buang hajat di tempat terbuka selain itu dikampung ini telah
terbiasa bergotong royong sehingga masyarakat bersedia memberikan kontribusi untuk biaya pembangunan MCK biaya pengoperasian dan perawatan semua komponen dan juga di kampung ini terdapat lahan yang tersedia untuk sarana sanitasi yang terletak di dalam kampung namun lahan ini harus dibeli. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel 4.6 di bawah ini. Tabel 4.5 Hasil RPA Kampung Pulo Tahun 2006 No 1
Indikator
Teknik
Jawaban
Kelayakan Teknis a. Kondisi Drainase
Transect Walk
Ada saluran drainase yang mengalir lancar
b. Toilet
Transect Walk
Sebagian besar penduduk buang air besar di tempat terbuka
c. Ketersediaan Air
Transect Walk
Air mencukupi untuk minum, masak, cuci dan mandi
d. Ketersediaan Lahan
Transect Walk
Tersedia lahan milik perorangan (100-200 m²) ditengah kampung yang siap pakai.
Lanjutan Tabel 4.5 No 2 3
4
Indikator
Teknik
Jawaban
Ladder 1
Bersedia memberikan kontribusi untuk biaya pembangunan toilet dan biaya pengoperasian dan perawatan semua komponen.
Time line
Pernah dilakukan masyarakat berkontribusi uang dan tenaga + material (in- kind)
b. Kesiapan lembaga saat ini
Diagram venn
Semua KSM yang penting dan bermanfaat hubungannya dekat dengan masyarakat.
Prioritas perbaikan sanitasi dalam analisis dan perencanaan masyarakat
Problem tree
Sanitasi dan pilihan pemecahannya dibahas, dan rencana kerja khusus telah disusun oleh masyarakat.
Ketersediaan pemakai mendanai perbaikan sanitasi Kesiapan Lembaga a. Pengalaman membangun prasarana secara gotong royong
Sumber : hasil RPA Kampung Pulo, LSM BEST, 2006.
Tabel 4.6 Hasil RPA Kampung Tegal Jawa Tahun 2006 No 1
Indikator
Teknik
Jawaban
Kelayakan Teknis a . Kondisi Drainase
Transect Walk
Ada saluran drainase tetapi mampet (air tidak mengalir)
b. Toilet
Transect Walk
Sebagian besar penduduk buang air besar di tempat terbuka
c. Ketersediaan Air
Transect Walk
Air mencukupi untuk minum, masak, cuci dan mandi
d. Ketersediaan Lahan
Transect Walk
Tersedia lahan milik perorangan (100-200 m²) didalam kampung tetapi harus dibeli
Lanjutan Tabel 4.6 No
Indikator
2
Ketersediaan pemakai mendanai perbaikan sanitasi
3
Kesiapan lembaga a . Pengalaman membangun prasarana secara gotong royong b . Kesiapan lembaga saat ini
4
Prioritas perbaikan sanitasi dalam analisis dan perencanaan masyarakat
Teknik
Jawaban
Ladder 1
Bersedia memberikan kontribusi untuk biaya pembangunan toilet dan biaya pengoperasian dan perawatan semua komponen.
Time line
Pernah dilakukan masyarakat berkontribusi uang dan tenaga + material (in- kind), panitia pengelola masih ada sampai sekarang.
Diagram venn
Semau KSM yang penting dan bermanfaat hubungannya dekat dengan masyarakat
Problem tree
Sanitasi dan pilihan pemecahannya dibahas, dan rencana kerja khusus telah disusun oleh masyarakat.
Sumber : hasil RPA Tegal Jawa, LSM BEST, 2006.
Hasil RPA dipresentasikan oleh masing-masing Kampung pada hari Rabu 13 Sepetember 2006 dalam acara Community Self Selection Stakeholders Meeting atau pertemuan perwakilan kampung dalam proses seleksi pemilihan kampung. Melalui acara seleksi kampung ini maka terpilih satu kampung yang mendapat prioritas pelaksanaan program SANIMAS 2006, yaitu kampung Pulo dengan skor 190,25. Kampung ini terpilih karena memiliki skor paling tinggi. Untuk lebih jelas mengenai hasil skor masing-masing kampung lihat pada tabel 4.12 di bawah ini.
4.4.2
Penyusunan Dokumen RKM (Rencana Kerja Masyarakat) Setelah kegiatan seleksi lokasi dilaksanakan dan terpilih satu
kampung yang dijadikan lokasi program SANIMAS maka dari itu tahap selanjutnya adalah penyusunan Dokumen RKM. Kampung Pulo telah melaksanakan penyusunan Dokuman RKM ini . Hal itu dibuktikan dengan adanya dokumen RKM yang dibuat oleh KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) Kampung Pulo. 4.4.3
Teknologi Sarana Sanitasi Terseleksi Berdasarkan hasil Inform Choice Catologue/ ICC, Kampung
pulo menggunakan teknologi sanitasi dalam bentuk sistem MCK, dengan pertimbangan antara lain : 1.
karena hampir 90% penduduk tidak mempunyai WC di rumah, sehingga untuk BAB (Buang Air Besar) mereka melakukannya ke pematang sawah.
2.
Masyarakat sudah terbiasa BAB di tempat umum.
3.
Pembuangan effluent air limbah dari pengolahan sangat mudah karena lokasi pengolahan dekat saluran irigasi. Maka dari itu Sistem MCK sesuai dengan kebutuhan
masyarakat Kampung Pulo.
Tabel 4.7 konsolidasi Skor RPA Tahun 2006 No
Indikator
Teknik
Jawaban
Kampung Pulo Skor Bobot
Nilai
Kampung Tegal Jawa Jawaban Skor Bobot Nilai
1
Kelayakan Teknis
a
Kondisi Drainase
Transect Walk
CS 3.1.3
75,00
35%
26,25
CS 3.1.3
75,00
35%
26,25
b
Toilet
Transect Walk
CS 3.2.4
100,00
35%
35,00
CS 3.2.4
100,00
35%
35,00
c
Ketersediaan Air
Transect Walk
CS 3.3.4
100,00
35%
35,00
CS 3.3.2
50,00
35%
17,50
d
Ketersediaan Lahan
Transect Walk
CS 3.4.7
90,00
35%
31,50
CS 3.4.3
15,00
35%
5,25
2
Ketersediaan pemakai mendanai perbaikan sanitasi
Ladder 1
CS 2.1.3
50,00
35%
17,50
CS 2.1.5
100,00
35%
35,00
(Lanjutan Tabel 4.7 ) Teknik
Kampung Pulo Skor Bobot
Nilai
Kampung Tegal Jawa Jawaban Skor Bobot Nilai 20,00
20%
15,00
CS 1.1.5
100,00
20%
100,00
20%
20,00
CS 4.1
100,00
20%
20,00
100,00
10%
10,00
CS 5.1.4
75,00
10%
7,50
No
Indikator
3a
Pengalaman membangun prasarana secara gotong royong
Time line
CS 1.1.4
75,00
3b
Kesiapan lembaga saat ini
Diagram venn
CS 4.1.5
4
Prioritas perbaikan sanitasi dalam analisis dan perencanaan masyarakat
Problem tree
CS 5.1.0
Jawaban
Total Sumber : Hasil RPA, LSM BEST Tahun 2006
190,25
166,5
4.4.4
Pembentukan KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) Kampung Pulo telah melaksanakan pembentukan KSM
(Kelompok Swadaya Masyarakat) sesuai dengan perencanaan yang telah ditetapkan. Kelompok Swadaya Masyarakat ini dibentuk melalui musyawarah dan ditetapkan melalui surat keputusan Kepala Desa Gintung No 33-22-8587 Tahun 2006 Tentang Pembentukan Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) “Pulo Harapan” Desa Gintung. Susunan Organisasi KSM “Pulo Harapan” adalah sebagai berikut : Pelindung
: M. Jaenuddin HM (Kepala Desa Gintung)
Ketua
: Sarda Wijaya
Wakil Ketua
: Omay
Sekretaris
: Mukhtar
Bendahara
: Tukiman
Seksi Kontribusi : Masing-masing ketua RT Seksi Pengerahan Tenaga Kerja Seksi Logistik
: Uding
: Sapari
Seksi Keamanan : Ketua RT Seksi Pelaksana
: Omay.
KSM yang ada di Kampung Pulo ini masih ada sampai dengan sekarang. 4.4.5
Mekanisme Pendanaan SANIMAS Pendanaan SANIMAS di Kampung Pulo dibiayai dengan
system multi sources of funding terdiri dari Pemerintah Pusat,
Pemerintah Kabupaten, BORDA dan masyarakat. Masing-masing stakeholders telah memberikan komitmen sebesar : 1.
Pemerintah Pusat (PU Pusat)
: Rp. 100.000.000
1.
Pemerintah Kabupaten Tangerang
: Rp. 100.000.000
2.
Borda
: Rp. 25.000.000
3.
Masyarakat
: Rp. 5000.000
Mekanisme pencairan dari masing-masing stakeholder adalah sebagai berikut : 1.
Pencairan Dana dari Pemerintah Pusat Kontribusi PU Pusat diberikan dalam bentuk material kepada
KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat). Dana dari PU Pusat dikelola oleh Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum & Pengelolaan Sanitasi Propinsi Banten untuk dilakukan tender langsung dengan kontraktor atau supplier yang ditunjuk langsung oleh Satuan Kerja Pengembangan Sistem Penyediaan Air Minum & Pengelolaan Sanitasi Propinsi Banten. Uang yang dikeluarkan oleh PU Pusat sudah dipotong PPH, PPN dan keuntungan pihak ketiga. 2.
Pencairan Dana dari Pemerintah Kabupaten Tangerang Dana yang diberikan oleh pemerintah daerah kabupaten
Tangerang berupa uang cash. Uang cash tersebut kemudian di transfer langsung ke rekening KSM di BRI Unit Mauk pada bulan Desember 2006. 3.
Pencairan Dana dari BORDA
Kontribusi BORDA ditransfer ke rekening KSM pada bulan Desember 2006. 4.
Pencairan Dana dari Masyarakat Kontribusi masyarakat in-cash dimasukkan kedalam rekening
KSM sebesar Rp. 5000.000 pada saat pembukaan rekening. 4.4.6 1.
Pengelolaan Keuangan SANIMAS
Rekening KSM Seluruh
pencairan
dana
kontribusi
dari
masing-masing
stakeholders dalam bentuk cash masuk ke dalam rekening KSM SANIMAS agar dapat di audit. Rekening tersebut dibuka pada BRI Mauk Nomor
: 33-21-8587 atas nama KSM SANIMAS Pulo
Harapan. Specimen pembukaan rekening bank ditandatangani oleh 3 orang yaitu :
1. Sarda Wijaya (Ketua KSM Pulo Harapan). 2. Tukiman (Bendahara). 3. Imam Sutopo (TFL). Untuk mencairkan dana dari rekening bank tersebut harus ditandatangani oleh minimal 2 pihak yang bertandatangan. 2.
Administrasi Pembukuan Untuk pengelolaan keuangan, panitia pembangunan SANIMAS
menggunakan pembukuan dengan system pembukaan standard agar bisa diaudit dan dilakukan secara transparan/ terbuka.
3.
Mekanisme Pembelanjaan Mandor mengajukan permintaan pengadaan material kepada
bagian logistic dengan mengisi buku logistic. Pada lembar/ buku lgistik tersebut dibubuhkan tanda tangan persetujuan supervisor (buku memo supervisor). Bagian logistic melakukan pemesanan material ke toko yang sudah ditunjuk. Toko mengirim material sesuai pesanan, kualitas barang disetujui oleh mandor dan dimasukkan gudang logistic. Pembayaran material kepada toko dilakukan sesuai perjanjian oleh bendahara KSM berdasarkan jumlah tagihan yang disetujui (kuitansi di- acc oleh mandor). 4.
Laporan Keuangan Untuk tetap mengawasi pengelolaan keuangan maka dilakukan
pelaporan keuangan secara berkala oleh bendahara, yakni setiap akhir minggu. Laporan keuangan akan dibuat rekap pengeluaran, pemasukkan, saldo kas dan bank. Laporan keuangan menggunakan papan yang besar agar bisa dibaca oleh pihak yang berkepentingan. 4.4.7
Rencana Kerja Masyarakat Rencana Kerja Masyarakat ini terdiri dari Rencana
Konstruksi, Rencana Kontribusi Masyarakat, Rencana Pelatihan, Rencana pengoperasian dan Perawatan. Dalam penyusunan RKM ini dibantu
oleh
Konsultant
SANIMAS
dengan
menggunakan
pendekatan Community Participatory Approach/ CPA agar sesuai dengan kebutuhan masyarakat sendiri.
Alat yang digunakan umtuk menyusun Rencana Kontribusi Masyarakat yaitu Wealth Classification untuk melihat sebaran calon penerima manfaat, Ladder II untuk menyusun rencana kontribusi masyarakat,
Asseseemen
Pelatihan
untuk
menysun
rencana
pelatihan, dan Who Does What untuk menyusun perencanaan pelaksanaan konstruksi. Hasil dari penyusunan rencana tersebut adalah sebagai berikut: 1.
Rencana Konstruksi Total kebutuhan waktu untuk konstruksi adalah 90 hari (3
bulan), hal itu sesuai dengan kesepakatan antara tim SANIMAS, Panitia Pembangunan dan Tenaga Fasilitator Lapangan/ TFL Pemerintah. Pekerjaan konstruksi akan dilaksanakan mulai awal bulan Desember. Pelaksanaan Konstruksi adalah mencangkup : 1.
Pekerjaan IPAL (Instalansi Pengolahan Air Limbah).
2.
Pekerjaan MCK.
3.
Pekerjaan Infrastruktur.
2.
Rencana Kontribusi Masyarakat Total Kontribusi Masyarakat adalah sebesar Rp. 26.711.853 atau
9% dari total RAB . Kontribusi masyarakat diberikan dalam bentuk in-cash dan in-kind : Total in-cash sebesar Rp. 5000.000. Adapun kontribusi berupa in-kind yaitu : ¾
Penggunaan lahan seluas 150 m².
¾ Penggunaan lokasi dan pengepokan material. 3.
Rencana Pelatihan
SANIMAS akan memberikan pelatihan kepada masyarakat yaitu :
a. Pelatihan Terhadap KSMPelatihan terhadap KSM telah dilakukan pada hari selasa tanggal 5 Desember tahun 2006. Adapun topik yang dibahas pada pelatihan ini adalah sebagai berikut : 1.
Manajemen KSM.
2.
Fungsi dan tugas KSM SANIMAS.
3.
Administrasi pembukuan keuangan.
Gambar 4.5 Proses Pelaksanaan Pelatihan Terhadap KSM
b. Pelatihan Terhadap Mandor dan Tukang Pelatihan terhadap mandor dan tukang telah dilaksanakan pada Minggu II di bulan Desember Tahun 2006 pada
pukul 09.00-14.00 di tempat lingkungan Kampung Pulo7, Desa Gintung. Adapun topik yang dibahas pada pelatihan ini adalah sebagai berikut : 1.
Prinsip-prinsip dasar pengolahan limbah.
2.
Peraturan pemerintah tentang air limbah domestic.
3.
Standar kualitas konstruksi (DEWATS).
4.
Supervisi dan laporan progress pembangunan.
5.
Penjelasan gambar.
6.
Material standar.
7.
Pelaksanaan pekerjaan.
8.
Finishing.
c.
Pelatihan Terhadap Operator Pelatihan terhadap operator telah dilaksanakan pada tgl 26
Juni tahun 2007 di tempat lingkungan Kampung Pulo, Desa Gintung. Pelatihan ini dihadiri oleh peserta inti sebanyak 4 orang terdiri operator yang telah ditunjuk oleh masyarakat dan tenaga ahli teknis LSM pendamping. Adapun topik yang dibahas pada pelatihan ini adalah sebagai berikut : 1.
Prinsip-prinsip dasar pengolahan limbah.
2.
Peraturan pemerintah tentang air limbah domestic.
3.
Cara kerja DEWATS.
4.
Cara-cara pengoperasian dan pemelihraan IPAL DEWATS.
7
Berdasarkan data sekunder Rencana Pembangunan SANIMAS Kampung Pulo, Tahun 2006
Pelatihan ini telah dilakukan dan berjalan dengan baik. Namun sangat disayangkan warga yang d tunjuk sebagai operator untuk pemeliharaan dan pengoperasian ini hanya ada selama 1 tahun, saja. Hal itu disebabkan KSM tidak mampu untuk membayar upah kerja untuk operator. Berikut adalah gambar-gambar pada saat pelatihan operator. Gambar 4.6 Pelatihan terhadap operator
d. Pelatihan terhadap Kelompok Pengguna Pelatihan terhadap kelompok pengguna telah dilaksanakan pada minggu I sebelum konstruksi dan satu minggu sebelum fasilitas digunakan. Pelatihan ini berupa kampanye kesehatan masyarakat. Pelatihan ini dilakukan di tempat lingkungan Kampung Pulo, Desa Gintung. Adapun topik yang dibahas pada pelatihan ini adalah sebagai berikut : 1.
Peraturan pemerintah tentang air limbah domestic.
2.
Perilaku hidup bersih dan sehat (PHBS).
3.
Apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan agar IPAL berfungsi optimal.
4.
Rencana Pengoperasian dan Perawatan. Untuk menjamin berfungsinya seluruh system dalam SANIMAS
maka direncanakan juga tahap pekerjaan pengoperasian dan perawatan pada pasca konstruksi. Adapun rencana di dalam pengoperasian dan perawatan ada di Anggaran Biaya Operasional dan perawatan sebesar Rp. 833.500/ bulan, sehingga kebutuhan tersebut akan dipenuhi dari sumber iuran pengguna (user fee) dengan jumlah penggunaan per kegiatan WC Rp.300, kamar mandi Rp.400 dan cuci sebesar Rp. 300/ 20 liter air. Namun berdasarkan informasi yang didapat dari pengurus KSM dan hasil analisa kuesioner (tabel 4.13) pada saat ini biaya yang dikenakan untuk pengoperasian dan perawatan hanya sebesar Rp. 5000/ bulan/ KK.
Tabel 4.8 Jumlah Iuran Jumlah Iuran Rp. 5000 Tidak pernah membayar iuran Total
Frequency
Percent
7
23.3
23
76.7
30
100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
Tabel 4.9 Waktu Untuk Pembayaran Iuran Jumlah Iuran
Frequency
Percent
1
3.3
1 bulan sekali
7
23.3
Tidak Tahu
22
73.3
Total
30
100.0
Setiap menggunakan MCK Sanimas
Sumber : hasil analisa kuesioner
BAB V ANALISIS PERMASALAHAN 5.1
Identitas Responden Identitas responden dalam hal ini adalah mengenai
karakteristik sosial ekonomi adalah meliputi tingkat pendidikan, jenis pekerjaan, dan tingkat penghasilan. Di
wilayah
Kampung
Pulo,
pendidikan
terakhir
masayarakat dengan jumlah terbesar adalah SD sebesar 50% (tabel 5.1) Tabel 5.1 Pendidikan Terakhir Pendidikan
Jumlah
%
SD
15
50.0
SLTP
8
26.7
SLTA
4
13.3
Akademi/ Perguruan Tinggi
3
10.0
Total
30
100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
Jenis pekerjaan responden yang paling besar di Kampung Pulo adalah sebagai karyawan yaitu sebesar 26.7% dan kemudian adalah petani sebesar 23.3% (tabel 4.6)
Tabel 5.2 Pekerjaan Pekerjaan
Jumlah
%
PNS/ABRI
2
6.7
Karyawan
8
26.7
Wiraswasta
4
13.3
Pedagang
2
6.7
Petani
7
23.3
Buruh
4
13.3
ibu rumah tangga
3
10.0
Total
30
100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
Dapat dilihat bahwa persentase tingkat penghasilan terbesar adalah terdapat pada tingkat pendapatan kurang dari Rp. 900.000 dan Rp.900.000-Rp. 1.500.000 yaitu masing-maisng sebesar 43.3%, hal ini menunjukan bahwa masyarakat di Kampung Pulo terdiri dari kelompok masyarakat berpendapatan rendah. (tabel 5.3).
Tabel 5.3 Penghasilan
Penghasilan
Jumlah
%
kurang dari Rp. 900.000
13
43.3
Rp. 900.000-Rp.1.500.000
13
43.3
Rp. 1.500.000-Rp. 2000.000
1
3.3
Rp. 2000.000-Rp. 2.500.000
2
6.7
Lebih dari Rp. 2.500.000
1
3.3
Total
30
100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
5.2
Analisis Efektivitas Aspek Perencanaan Tujuan program SANIMAS dalam aspek perencanaan
adalah meningkatkan peran serta dan pelibatan masyarakat. Kenyataan di lapangan menunjukkan aspek perencanaan pada program SANIMAS telah dilaksanakan dengan baik sesuai dengan panduan pelaksanaan SANIMAS dan melibatkan masyarakat atau memberikan masyarakat untuk berperan secara aktif dalam proses perencanaan. Berdasarkan analisis tersebut maka penilaian mengenai aspek perencanaan adalah efektif. Untuk
mengetahui
lebih
lanjut
mengenai
Efektivitas aspek perencanaan dapat dilihat pada tabel 5.4.
Penilaian
5.3
Analisis Efektivitas Aspek Kelembagaan Tujuan program SANIMAS dalam aspek kelembagaan
adalah penguatan kelembagaan yaitu membina organisasi/ kelompok masyarakat dalam bentuk pelatihan dan sosialisasi yang diberikan untuk masyarakat target sasaran. Berdasarkan data-data sekunder dan kenyataan di lapangan diketahui bahwa efektivitas aspek kelembagaan berupa kegiatankegiatan pelatihan telah dilaksanakan dengan baik dan diikuti oleh perwakilan dari masyarakat sasaran Kampung Pulo, maka dari itu penilaian dari aspek kelembagaan adalah efektif karena tujuan program telah dilaksanakan dengan baik dan diikuti oleh masyarakat sasaran Kampung Pulo. Penilaian Efektivitas aspek kelembagaan dapat dilihat pada tabel 5.5.
Tabel 5.4 Penilaian Efektivitas Kegiatan Perencanaan dan Pembangunan Program SANIMAS Variabel
Indikator
Faktor
Analisis
Pemenuhan kriteria
Terlaksana
¾
Seleksi Lokasi
¾
Telah dilaksanakannya kegiatan seleksi lokasi menggunakan short list, longlist dan metode RPA. Namun untuk Kelayakan teknis, tidak dilakukan uji coba/ pengetesan air di laboratorium pada saat seleksi lokasi, hal itu dikarenakan keterbatasan dana, sehingga dalam hal ketersediaan air sudah mencukupi hanya saja untuk mutu air tidak sesuai dengan standar mutu air yang baik, karena air yang tersedia memliki rasa yang asin.
Efektif
Terlaksana
¾
Penyusunan Dokumen RKM
¾
Telah dilaksanakannya penyusunan dokumen RKM dibuktikan dengan adanya dokumen RKM yang dibuat oleh KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat) Kampung Pulo
Efektif
kegiatan perencanaan dan pembangunan sesuai dengan pedoman pelaksanaan SANIMAS.
(Lanjutan Tabel 5.4) Variabel
Kegiatan perencanaan dan pembangunan sesuai dengan pedoman pelaksanaan SANIMAS.
Indikator
Faktor
Terlaksana
¾
Terlaksana
¾
Terlaksana Terlaksana
Analisis
Pemenuhan kriteria Efektif
Pemilihan teknologi Sarana Sanitasi Terseleksi Pembentukan KSM
¾
Telah dilaksanaknnya pemilihan teknologi sarana sanitasi terseleksi dengan berdasarkan hasil Inform Choice Catologue
¾
Efektif
¾
Pendanaan SANIMAS
¾
Telah dibentuknya KSM (Kelompok Swadaya Masyarakat), Sampai saat ini KSM tersebut masih ada dan belum dibubarkan. Telah dilaksanakan pendanaan SANIMAS dengan system multi sources of funding, terdiri dari pemerintah pusat, pemerintah Kabupaten, Borda dan masyarakat
¾
Pengeloloaan Keuangan SANIMAS
¾
Pengelolaan keuangan pada saat pembangunan SANIMAS telah dilaksanakan dengan adanya rekening KSM untuk menyimpan seluruh dana kontribusi dari masing-masing stakeholder, adanya administrasi pembukuan dengan system pembukuan standard dan dilakukan secara transparan/ terbuka, mekanisme pembelanjaan yang seperti pembayaran material kepada toko sesuai perjanjian bendahara KSM berdasarkan jumlah tagihan yang disetujui, serta adanya laporan keuangan
Efektif
Efektif
(Lanjutan Tabel 5.4) Indikator
Variabel
Kegiatan perencanaan dan pembangunan sesuai dengan pedoman pelaksanaan SANIMAS.
Faktor
Analisis
Terlaksana
¾
Konstruksi
¾ Telah dilaksanakannya konstruksi sesuai dengan jadwal yang disepakati antara tim SANIMAS, panitia pembangunan dan TFL pemerintah. Total kebutuhan waktu konstruksi adalah 90 hari (3 bulan)
Terlaksana
¾
Kontribusi masyarakat
¾ Adanya kontribusi masyarakat dalam bentuk in-cash dan inkind, in-cash berupa uang sebesar Rp. 5000.000 dan in-kind berupa lahan
Terlaksana
¾
Pelatihan
¾ Telah dilaksanakannya pelatihan-pelatihan yaitu pelatihan teknis, pelatihan pengelolaan keuangan KSM dan kampanye kesehatan. Terlaksana ¾ Pengoperasian ¾ Dilaksanakannya pengoperasian dan perawatan sarana dan Perawatan SANIMAS dengan adanya iuran, namun iuran yang dikeluarkan masyarakat tiap bulannya tentu saja tidak mencukupi dan kurang efektif untuk biaya perawatan dan pengoperasian karena jumlah kontribusi dari masyarakat sangat kecil dan sangat jauh berbeda dari jumlah total biaya pengoperasian dan perawatan pada saat perencanaan yang telah disepakati. Sumber : Dokumen RKM (rencana Kerja Masyaakat) dan hasil analisis
Pemenuhan kriteria Efektif
Efektif
Efektif Efektif
Tabel 5.5 Penilaian Efektivitas Kelembagaan Variabel
Indikator Terlaksana Terlaksana
Penguatan Kelembagaan berupa Pelatihanpelatihan
Terlaksana
Terlaksana
Faktor ¾
Pelatihan terhadap KSM ¾ Pelatihan terhadap Mandor dan Tukang ¾ Pelatihan terhadap operator
¾
Pelatihan terhadap kelompok pengguna
Analisis
Pemenuhan kriteria
¾ Telah dilaksanakannya kegiatan pelatihan KSM pada hari selasa tanggal 5 Desember tahun 2006
Efektif
¾ Telah dilaksanakannya kegiatan pelatihan terhadap mandor yang dilaksanakan pada Minggu II di bulan Desember tahun 2006.
Efektif
¾ Telah dilaksanakannya kegiatan pelatihan terhadap operator pada tanggal 26 juni tahun 2007. Pelatihan ini telah dilakukan dan berjalan dengan baik sesuai dengan proses perencanaan yang telah ditetapkan oleh karena itu pelatihan ini dapat dikatakan efektif. Namun sangat disayangkan warga yang d tunjuk sebagai operator untuk pemeliharaan dan pengoperasian ini hanya ada selama 1 tahun, saja. Hal itu disebabkan KSM tidak mampu untuk membayar upah kerja untuk operator. ¾ Telah dilaksanakannya kegiatan pelatihan terhadap kelompok pengguna pada tanggal minggu 1 sebelum konstruksi. Pelatihan ini berupa kampanye kesehatan masyarakat.
Efektif
Sumber : Dokumen RKM (rencana Kerja Masyaakat) dan hasil analisis
Efektif
5.4
Efektivitas
Berdasarkan
Aspek
Penggunaan
Sarana
SANIMAS Tujuan program dari aspek penggunaan sarana SANIMAS adalah memfasilitasi masyarakat dalam penyediaan prasarana dan sarana air limbah. Berdasarkan kenyataan di lapangan tidak seluruhnya dari masyarakat target sasaran terfasilitasi dalam hal penyediaan prasarana dan sarana air limbah, hal itu terlihat dari jumlah masyarakat yang masih menggunakan sarana SANIMAS jauh lebih berkurang di bandingkan target sasaran, pada awal perencanaan target masyarakat pengguna sebanyak 120 KK namun sekarang ini yang menggunakan sarana SANIMAS hanya 30 KK. Maka masyarakat efektivitas hanya 25% dari total jumlah masyarakat target sasaran. Alasan terbanyak dari masyarakat yang tidak menggunakan sarana SANIMAS adalah jaraknya jauh (tabel 5.10) antara sarana SANIMAS dengan rumah penduduk, selain itu juga prasarana dalam bentuk air tidak terfasilitasi karena air di lingkungan berasa asin (tabel 5.11). Dari hasil analisis tersebut maka penilaian mengenai aspek penggunaan sarana adalah tidak efektif.
Tabel 5.6 Intensitas Responden Penguna Dalam Menggunakan MCK SANIMAS Dalam Sehari
Intensitas
Frequency
Percent
1 kali
1
14.3
2 kali
6
85.7
Total
7
100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
Berdasarkan hasil analisis kuseioner dari sample masyarakat pengguna dalam mengunakan MCK 2 kali dalam sehari. Tabel 5.7 Kegiatan yang Dilakukan Responden Pengguna Dalam Menggunakan MCK SANIMAS
Kegiatan yang dilakukan responden dalam menggunakan sarana MCK SANIMAS
Kakus/ Buang Air Besar Sumber : hasil analisa kuesioner
Frequency
Percent
7
100.0
Berdasarkan hasil analisis kuesioner yang ditujukan untuk masyarakat pengguna mengenai kegiatan dalam menggunakan sarana SANIMAS, responden mengatakan hanya untuk buang air sebesar 100%, hal itu bisa disebabkan karena kualitas air di sarana MCK SANIMAS itu berasa asin. Tabel 5.8 Alasan Responden Menggunakan MCK SANIMAS Penggunaan MCK SANIMAS
Frequency
Mudah dan murah
Percent 7
100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
Berdasarkan dari hasil kuesioner kepada responden pengguna, penggunaan MCK mudah dan murah (100%). Hal itu dikarenakan jarak lokasi MCK Sanimas dengan rumah dekat, mudah menggunakannya dan murah dalam hal iuran yang hanya 5000/ bulan sehingga tidak memberatkam masyarakat. Tabel 5.9 Jarak Antara MCK SANIMAS Dengan Rumah Responden Pengguna Jarak
Frequency
Dekat
Sumber : hasil analisa kuesioner
Percent 7
100.0
Sementara alasan responden yang tidak menggunakan sarana MCK SANIMAS itu dikarenakan jarak yang jauh (52.2%), dan punya MCK sendiri (39.1%). 5.10 Alasan Responden (Non Pengguna) Tidak Menggunakan MCK SANIMAS Alasan Responden
Frequency
Percent
punya MCK sendiri
9
39.1
kualitas air tidak bagus
2
8.7
jarak yang jauh
12
52.2
Total
23
100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
Berdasarkan pengamatan langsung, letak MCK SANIMAS ini berada di pinggir dan bukan berada di tengah-tengah masyarakat dan juga jarak antara rumah penduduk dengan sarana sanitasi (MCK SANIMAS) adalah sekitar 200 meter, padahal berdasarkan SNI (Standar Nasional Indonesia) persyaratan lokasi dan waktu tempuh dari rumah penduduk adalah 2 menit dengan jarak 100 m. Bedasarkan hasil analisis kuesioner dan observasi lapangan maka MCK SANIMAS di lokasi ini tidak efektif.
Tabel 5.11 Kualitas air di lingkungan
Kualitaa Air
Jumlah
%
berasa
23
76.7
berasa dan berbau
1
3.3
antah
6
20.0
Total
30
100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner Kondisi air tanah di Kampung Pulo, berdasarkan hasil observasi lapangan dan hasil analisa kuesioner (Tabel 5.11),
Pada
umumnya air berasa yaitu rasa asin, sehingga air tersebut tidak layak untuk mandi, minum dan masak. Namun ada juga yang berasa antah, yaitu tidak asin namun rasanya tidak enak. 5.5
Efektivitas Berdasarkan Aspek Kesehatan Lingkungan Tujuan Program SANIMAS dalam aspek kesehatan lingkungan
adalah meningkatkan masyarakat untuk melaksanakan pola hidup sehat. Berdasarkan kenyataan di lapangan masyarakat target sasaran telah melaksanakan pola hidup sehat hal itu dilihat dari perubahan perilaku masyarakat dalam hidup bersih dan sehat serta peningkatan kebersihan lingkungan.
Analisis dari perubahan perilaku menunjukkan intensitas masyarakat dalam perilaku hidup bersih telah sering dilakukan (tabel 5.12- tabel 5.17), sedangkan untuk kondisi lingkungan telah terjadi peningkatan kebersihan lingkungan berdasarkan persepsi masyarakat kondisi lingkungan sebelum dan sesudah program SANIMAS dilaksanakan (tabel 5.18-5.19). Berdasarkan analisis tersebut maka penilaian mengenai aspek kesehatan lingkungan adalah efektif. Faktor yang mempengaruhinya adalah karena adanya kampanye kesehatan yang diberikan kepada masayarakat target sasaran. Untuk mengetahui lebih jelasnya maka dapat dilihat pada sub variabel dibawah ini. 5.5.1
Analisis Efektivitas Perilaku Hidup Bersih Analisis
perilaku
hidup
bersih
dilihat
dari
kebiasaan
masyarakat terhadap praktek PHBS (Perilaku Hidup Bersih dan Sehat) setelah adanya program Sanimas, kebiasaan PHBS tediri dari kebiasaan membuang tinja, kebiasaan mencuci tangan menggunakan sabun sebelum makan dan sesudah BAB penggunaan air bersih untuk mandi, masak dan minum bagi masyarakat dan juga kebiasaan dalam membuang hajat di MCK. Untuk mengetahui lebih jelasnya mengenai kesadaran responden dalam praktek PHBS dapat dilihat pada tabel 5.125.17 di bawah ini.
Tabel 5.12 Intensitas Dalam Kegiatan Menutup Makanan Frequency Intensitas
Responden
Responden Masyarakat
Masyarakat
Bukan Pengguna
Total Percent
Pengguna sering dilakukan
6
16
kadang-kadang
1
7
dilakukan Total
22
73.3
8
26.7
30
100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
Berdasarkan hasil analisa kuesioner
dapat dilihat bahwa
intensitas responden dalam kegiatan menutup makanan sering dilakukan sebanyak 22 atau 73.3% sedangkan kadang-kadang dilakukan sebanyak 8 atau 26.7%.
Tabel 5.13 Intensitas Dalam Kegiatan Minum Air yang Dimasak Frequency Responden
Responden
Masyarakat
Masyarakat Bukan
Pengguna
Pengguna
sering dilakukan
7
kadang-kadang dilakukan
0
Intensitas
Total
Total
Percent
17
24
80.0
6
6
20.0
30
100.0
Sumber : hasil analisa kuesioner
Berdasarkan hasil analisa kuesioner
dapat dilihat bahwa
intensitas responden dalam kegiatan minum air yang dimasak sering dilakukan sebanyak 24 atau 80.0 % sedangkan kadang-kadang dilakukan sebanyak 6 atau 20%.
Tabel 5.14 Intensitas Dalam Kegiatan Masak dan Minum Menggunakan Air Bersih Frequency Intensitas
Responden
Responden
Masyarakat
Masyarakat
Pengguna
Bukan
Total
Percent
Pengguna sering dilakukan
7
22
29
96.7
kadang-kadang dilakukan
0
1
1
3.3
30
100.0
Total Sumber : hasil analisa kuesioner
Berdasarkan hasil analisa kuesioner
dapat dilihat bahwa
intensitas responden dalam kegiatan masak dan minum menggunakan air bersih sering dilakukan sebanyak 29 atau 96.7 % sedangkan kadangkadang dilakukan sebanyak 1 atau 3.3%.
Tabel 5.15 Intensitas Dalam Kegiatan Mencuci Tangan dengan Sabun Frequency Intensitas
Responden Responden Masyarakat Masyarakat
Total
Percent
25
83.3
5
16.7
30
100.0
Bukan Pengguna
Pengguna sering dilakukan
6
19
kadang-kadang
1
4
dilakukan Total Sumber : hasil analisa kuesioner
Berdasarkan hasil analisa kuesioner
dapat dilihat bahwa
intensitas responden dalam kegiatan mencuci tangan dengan sabun sering dilakukan sebanyak 25 atau 83.3 % sedangkan kadang-kadang dilakukan sebanyak 5 atau 16.7%.
Tabel 5.16 Intensitas Dalam Kegiatan Mencuci Tangan dengan Sabun Sesudah BAB Frequency Intensitas
Responden
Responden Masyarakat
Masyarakat
Bukan Pengguna
Total
Percent
20
66.7
10
33.3
30
100.0
Pengguna sering
2
18
5
5
dilakukan kadangkadang dilakukan Total Sumber : hasil analisa kuesioner
Berdasarkan hasil analisa kuesioner
dapat dilihat bahwa
intensitas responden dalam kegiatan mencuci tangan dengan sabun sesudah BAB sering dilakukan sebanyak 20 atau 66.7 % sedangkan kadang-kadang dilakukan sebanyak 10 atau 3.3 %.
Tabel 5.17 Intensitas Dalam Kegiatan Membuang Tinja di MCK Frequency Intensitas
Responden
Responden Masyarakat
Masyarakat
Bukan Pengguna
Total
Percent
20
66.7
5
16.7
5
16.7
30
100.0
Pengguna sering
7
13
0
5
dilakukan kadangkadang dilakukan Belum
0
5
Dilakukan Total
Berdasarkan hasil analisa kuesioner
dapat dilihat bahwa
intensitas responden dalam kegiatan membuang tinja di MCK sering dilakukan sebanyak 20 atau 66.7 % sedangkan kadang-kadang dilakukan sebanyak 5 atau 16.7
5.5.2
Analisis Efektivitas Peningkatan Kebersihan Lingkungan Perbaikan kesehatan lingkungan dilihat dari peningkatan
kebersihan lingkungan. Sebelum dilaksanakan program SANIMAS, dalam kebiasaan bersanitasi, untuk kebutuhan buang hajat masyarakat biasanya pergi ke pematang sawah, kebun dan WC helicopter yang berada di atas kolam atau saluran. Ada beberapa masyarakat yang telah mempunyai WC sendiri namun saluran pembuangannya pun tidak memperhatikan syarat syarat kesehatan. Berdasarkan hasil analisa kuesioner (tabel 5.18) dari jumlah sampel sebayak 30, jumlah pendapat responden (masyarakat pengguna+masyarakat non pengguna) yang menjawab lingkungan banyak sampah dan banyak tinja sebesar 56.7%, hal itu dikarenakan kurangnya kesadaran masyarakat akan perilaku hidup bersih dan sehat.
Gambar 5.1 Kondisi Lingkungan Sebelum Program SANIMAS
Tabel 5.18 Persepsi Masyarakat Mengenai Kondisi Lingkungan Sebelum Program SANIMAS Frequency Responden Responden Kondisi Lingkungan
Pengguna Masyarakat
Total
Percent
Bukan Pengguna Banyak sampah dan banyak tinja Banyak sampah dan tidak ada tinja Sedikit sampah dan banyak tinja Sedikit sampah dan sedikit tinja Tidak ada sampah dan banyak tinja Tidak ada sampah dan tidak ada tinja Total Sumber : hasil analisa kuesioner
4
13
17
56.7
0
2
2
6.7
1
3
4
13.3
1
4
5
16.7
1
0
1
3.3
0
1
1
3.3
30
100.0
Gambar 5.2 Kondisi lingkungan Setelah Program SANIMAS
Tabel 5.19 Persepsi Responden Mengenai Kondisi Lingkungan Setelah Program SANIMAS Frequency Kondisi Lingkungan
Responden
Responden
Pengguna
Masyarakat
Total
Percent
3
10
5
16.7
4
13.3
11
36.7
5
16.7
Bukan Pengguna Banyak sampah dan banyak
0
3
1
4
0
4
4
7
1
4
1
1
tinja Banyak sampah dan sedikit tinja Banyak sampah dan tidak ada tinja Sedikit sampah dan sedikit tinja Sedikit sampah dan tidak ada tinja Tidak ada sampah dan tidak
2
ada tinja Total
Sumber : hasil analisa kuesioner
30
6.7 100.0
Berdasarkan hasil kuesioner dari jumlah sampel 30, persepsi responden terbanyak (masyarakat pengguna+masyarakat non pengguna) mengenai kondisi lingkungan setelah adanya program SANIMAS yaitu kondisi lingkungan sedikit sampah dan sedikit tinja sebanyak 11 responden. Hal itu menandakan telah terjadi peningkatan kebersihan lingkungan di Kampung Pulo.
BAB VI KESIMPULAN DAN REKOMENDASI 6.1
Kesimpulan
Dari penelitian ini, kesimpulan yang bisa diperoleh antara lain : 1
Berdasarkan tinjauan terhadap data sekunder yang diketahui bahwa Program SANIMAS di Kampung Pulo dilihat dari aspek perencanaan dapat dikatakan efektif (lihat tabel 5.4). Faktor yang mempengaruhi
efektif
pada
aspek
perencanaan
adalah
Dilibatkannya peran serta masyarakat dalam proses perencanaan dan telah dilaksanakannya proses perencanaan mulai dari seleksi lokasi sampai pengoperasian dan perawatan sesuai dengan panduan pelaksanaan Program SANIMAS 2
Program SANIMAS di Kampung Pulo berdasarkan aspek kelembagaan di nilai efektif (lihat tabel 5.5). Faktor yang mempengaruhi efektifnya kelembagaan adalah adanya pembinaan organisasi atau kelompok masyarakat dalam bentuk pemberian pelatihan dan sosialisasi yang telah dilaksanakan dengan baik kepada masyarakat target sasaran guna meningkatkan pengetahuan maupun keterampilan mengenai sanitasi dan bidang pengolahan air limbah sehingga masyarakat menjadi mandiri di bidang pengolahan air limbah rumah tangga
3
Program SANIMAS jika dilihat dari aspek penggunaan sarana dinilai tidak efektif karena tidak seluruhnya dari masyarakat target sasaran terfasilitasi dalam hal penyediaan prasarana dan sarana air
limbah. Dari jumlah masyarakat target sasaran sebanyak 120 KK namun dari kenyataan lapangan hanya 30 KK yang masih menggunakan sarana SANIMAS. Faktor yang menjadi penyebab tidak efektifnya Progam SANIMAS dalam aspek ini adalah jarak yang jauh (52%). Jarak sarana SANIMAS dengan rumah penduduk adalah lebih dari 200 meter, padahal berdasarkan SNI (Standar Nasional Indonesia) persyaratan lokasi dan waktu tempuh dari rumah penduduk adalah 2 menit dengan jarak 100 m. Selain itu Air di lingkungan kampung Pulo sudah tercemar karena air berasa asin. Walaupun penyediaan air bersih bukan alasan utama dalam penurunan masyarakat dalam menggunakan sarana sanimas ini namun memperbaiki ketersediaan air bersih merupakan hal-hal yang vital dan saling mengisi satu sama lain dalam sektor penyediaan air dan sanitasi. Sehingga jika hanya melakukan investasi pada salah satu aspek tersebut tanpa melibatkan aspek lainnya, maka akan menimbulkan resiko terhadap kesehatan masyarakat dan tidak akan menyelesaikan permasalahan kesehatan masyarakat. 4
Program Sanimas berdasarkan aspek Kesehatan Lingkungan dinilai efektif, efektif itu dilihat dari tujuan program SANIMAS dalam hal untuk meningkatkan masyarakat dalam pelaksanaan pola hidup sehat telah dilaksanakan. untuk mengetahui lebih jelasnya dapat dilihat dari sub variabelnya yaitu :
¾
Terjadinya perubahan perilaku masyarakat dalam hidup bersih dan sehat. Intensitas dalam perilaku hidup bersih dan sehat telah sering dilakukan oleh masyarakat target sasaran.
¾
Indikator peningkatan kebersihan lingkungan menunjukkan efektif hal itu terlihat dari persepsi masyarakat mengenai kondisi lingkungan sebelum dan sesudaha adanya program SANIMAS. sebelum adanya program Sanimas, responden terbanyak mengatakan lingkungan banyak sampah dan banyak tinja berjumlah 56.7% Sedangkan responden terbanyak yang mengatakan
setelah
adanya
program
Sanimas
kondisi
lingkungan menjadi sedikit sampah dan sedikit tinja berjumlah 36.7%. Faktor yang mempengaruhinya adalah karena adanya pelatihan atau kampanye kesehatan kepada masyarakat target sasaran. Sehingga masyarakat menjadi lebih peduli akan kebersihan lingkungan. Secara garis besar hasil dari penelitian ini bisa disimpulkan bahwa dari sisi pelaksanaannya dan hasil pemanfaatan program Sanimas ini dikatakan efektif dan berhasil namun dilihat dari penyediaan prasarana dan sarana air limbah kurang efektif karena jumlah masyarakat yang menggunakan sarana Sanimas ini berkurang dan tidak sesuai dari jumlah target masyarakat sasaran.
6.2
Rekomendasi Rekomendasi yang bisa diberikan dalam penelitian ini demi
berlangsungnya dan keberlanjutannya program SANIMAS di Kampung Pulo adalah : 1.
Agar masyarakat lebih peduli lagi terhadap keberlanjutan sarana ini maka sebaiknya pihak KSM dan TFL (Tim Sanimas) perlu melakukan lagi sosialisasi kepada masyarakat mengenai
program
Sanimas
termasuk
dalam
hal
pemeliharaan sarana Sanimas yang sudah terbangun.. Diharapkan dengan adanya sosialisasi lagi masyarakat akan kembali menjadi lebih peduli akan keberlanjutan sarana ini dan
perbaikan
kesehatan
lingkungan
menjadi
lebih
meningkat. 2.
Masyarakat yang diberikan pelatihan sebaiknya diarahkan agar pelatihan tersebut dapat memberikan kontribusi untuk keberlanjutan program SANIMAS, di Kampung Pulo, sehingga pelatihan yang diberikan tidak menjadi sia-sia.
3.
Pertimbangan letak lokasi menjadi penting karena itu akan mempengaruhi masyarakat dalam menggunakan sarana MCK ini. Maka dari itu sarana SANIMAS sebaiknya ditempatkan di tempat yang letaknya strategis dan tidak terlalu jauh dari rumah masyarakat pengguna, maksimal jarak dan waktu tempuh dari rumah penduduk ke MCK adalah 2 menit (jarak 100
m)
sehingga
menjangkaunya.
masyarakat
pengguna
dapat
4.
Salah satu solusi dalam penyediaan air bersih hendaknya pengurus KSM Sanimas mengajukan usulan kepada PDAM Kabupaten Tangerang berupa penyediaan hidran umum agar masyarakat mendapatkan air bersih yang berkualitas.
DAFTAR PUSTAKA 1.
Arikunto,
Suharsimi.
2002.
Prosedur
Penelitian
Suatu
Pendekatan Praktek. Jakarta : Rineka Cipta. 2.
Arifin, Munif. 2009. Beberapa Pengertian Tentang
Sanitasi
Lingkungan. http//inspeksisanitasi.blogspot.com/2009/07/sanitasilingkungan.html, diakses pada tanggal 14 Juli 2009. 3.
Budiani, Ni Wayan. 2007. Efektivitas Program Penanggulangan Pengangguran Karang Taruna ”Eka Bhakti” Desa Sumerta Kelod Kecamatan Denpasar Timur Kota Denpasar. Tugas Akhir. Jurusan Ilmu Ekonomi. Bali : Universitas Udayana.
4.
Departemen
PU.
2008.
Direktorat
Jenderal
Cipta
Karya.
Departemen PU Telah Lakukan Sanimas di 345 Lokasi di 27 Provinsi.http//ciptakarya.pu.go.id/index2.php?option=com_content &do_pdf=1&id=555, diakses pada tanggal 16 September 2008. 5.
Direktorat Pengembangan Penyehatan Lingkungan Permukiman. 2006 .Panduan Umum Pelaksanaan SANIMAS. Jakarta : Departemen Pekerjaan Umum.
6.
Halim, Abdul. 2001. Manajemen Keuangan Daerah. Yogyakarta : UPP AMP YKPN.
7.
Hariwijaya, M. dan Bisri M. Djaelani. 2008.
Teknik Menulis
Skripsi dan Tesis Disertai Contoh Proposal Skripsi. Yogyakarta: Hanggar Kreator. 8.
Kurniawan, Teguh. 2003. Populasi, Ruang Muka Bumi, dan Infrastruktur Kota. 15 November 2008. www.sinar harapan.com
9.
Kustiah, Tuti Ir. 2005. Kajian Kebijakan Pengelolaan Sanitasi Berbasis Masyarakat. Jakarta : Badan Penelitian Pengembangan, Departemen
Pekerjaan
Umum.
http//www.
pu.go.id/publik/ind/produk/seminar/kolokium2005/kolokium2005_ 10.pdf, diakses pada tanggal 16 September 2008, diakses pada tanggal 14 September 2008. 10. Marzali, Amri. 2003. Akses Peran Serta Masyarakat; Lebih Jauh Memahami Community Development. Jakarta : Indonesia Center For Suistainable Development (ICSD) . 11. Mawandy, Erwin. 2003. Studi Problematik Pemanfaatan Ruang dan Manajemen pada Stasiun Kereta Api Gambir. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Planologi. Jakarta : Universitas Indonusa Esa Unggul. 12. Moleong, Dr. Lexy J. 1996. Metodologi Penelitian Kualitatif, Bandung : PT. Remaja Rosdakarya Bandung. 13. Narbuko, Cholid dan Abu Achmadi. 2008 Metodologi Penelitian, Jakarta : Bumi Aksara. 14. PB. Triton. 2006. SPSS 13.0 Terapan : Riset Statistik Parametrik. Yogyakarta : CV. Andi Offset. 15. Peraturan Pemerintah Nomor 82 Tahun 2001 Tentang pengelolaan kualitas air dan pengendalian pencemaran air. 16. Harapan Pulo, Kelompok Swadaya Masyarakat. 2006. Laporan Rencana Pembangunan SANIMAS. Tangerang. 17. Rodiana,
Siti.
2007.
Indikator
Keberhasilan
Program
Pemberdayaan Masyarakat Kelurahan (PPMK). Tugas Akhir.
Jurusan Teknik Planologi. Jakarta : Universitas Indonusa Esa Unggul. 18. Sanusi. Bachrawi. 2000. Pengantar Perencanaan Pembangunan. Jakarta : Universitas Indonesia. 19. SNI 03-2399-2002. Tata Cara Perencanaan Bangunan MCK Umum. 20. Sugiyono. 2008. Metode Penelitian Bisnis. Bandung : PT Alfabeta. 21. Sujuarto, Djoko. Pengantar Planologi. Bandung : ITB. 22. Sulistiyani, Ambar Teguh. 2004, Kemitraan dan Model-Model Pemberdayaan, Yogyakarta : Gava Media 23. Suryokusumo, R. Ferry Anggoro. 2008. Pelayanan Publik dan Pengelolaan Infrastrutur Perkotaan. Yogyakarta : Sinergi Publishing. 24. Undang-undang No.7 Tahun 2004 Tentang Sumber Daya Air. 25. United Nations. Laporan Pencapaian Milenium Development Indonesia Tahun 2004 26. United Nations. Laporan Pencapaian Milenium Development Indonesia. 2007 27. WASPOLA. 2006. Proyek Penyusunan Kebijakan dan Rencana Kegiatan Air Minum dan Penyehatan Lingkungan di Indonesia. Laporan Akhir : Studi Dampak Pembangunan Sanimas (Sanimas Outcome Monitoring Study). 28. Yanti, Noor Indah. 2006. Identifikasi Partisipasi Masyarakat Dalam Pemeliharaan Jalan Di Perumahan. Tugas Akhir. Jurusan Teknik Planologi. Jakarta : Universitas Indonusa Esa Unggul.
LAMPIRAN A : KOMPILASI DATA KUESIONER Tabel 1 Perhitungan Profil Sosial-Ekonomi
No
1
2
3
Jumlah Responden (jiwa)
Persentase (%)
SD
15
50.0
SLTP
8
26.7
SLTA
4
13.3
Akademi/ Perguruan Tinggi
3
10.0
Pertanyaan
Pendidikan terakhir
Apa pekerjaan Bapak/ Ibu
Berapa jumlah penghasilan bapak/ Ibu per bulannya?
Jawaban
Total
30
100.0
PNS/ABRI
2
6.7
Karyawan
8
26.7
Wiraswasta
4
13.3
Pedagang
2
6.7
Petani
7
23.3
Buruh
4
13.3
Tukang/Ahli
3
10.0
Total
30
100
< Rp. 900.000
13
43.3
Rp. 900.000-Rp. 1.500.000
13
43.3
Rp. 1.500.000-Rp. 2.000.000
1
3.3
Rp. 2.000.000-Rp. 2.500.000
2
6.7
> Rp. 2.500.000
1
3.3
Total
30
100
Tabel 2 Perhitungan Pada Aspek Penggunaan Sarana Sanitasi No
1
Pertanyaan
Apakah Anda pengguna MCK Sanimas?
Jawaban
Jumlah Responden (jiwa
Persentase (%)
Pengguna
7
23.3
Bukan Pengguna
23
76.7
Total
30
100.0
Pertanyaan khusus responden pengguna 2
3
4
Berapa kali anda menggunakan MCK SANIMAS dalam sehari Kegiatan apa yang dilakukan di MCK SANIMAS
Apa pendapat anda mengenai penggunaan MCK SANIMAS
1 kali
1
14.3
2 kali
6
85.7
3 kali
0
0
4 kali
0
0
Total
7
100.0
Mandi Cuci
0
0
Kakus/ BAB
7
100
Mandi dan Cuci
0
0
Mandi dan Kakus/ BAB
0
0
Cuci dan Kakus/ BAB
0
0
Mandi, cuci dan kakus/ BAB
0
0
Total
7
100.0
Mudah dan Murah
7
100
Mudah dan mahal
0
0
Sulit dan murah
0
0
Sulit dan mahal
0
0
Total
7
100.0
Lanjutan Tabel 2 No
Pertanyaan
5
Bagaimana jarak antara sarana SANIMAS dengan rumah anda?
Jawaban
Jumlah Responden (jiwa
Persentase (%)
Dekat
7
100.0
Sedang
0
0
Jauh
0
0
Total
7
100.0
Pertanyaan khusus responden bukan pengguna 6
Mengapa anda tidak menggunakan MCK SANIMAS
Sudah punya MCK sendiri di rumah
9
39.1
Kualitas air tidak bagus/ asin
2
8.7
Jaraknya jauh dari rumah ke MCK SANIMAS
12
52.2
Total
23
100.0
Lanjutan Tabel 2 No
Pertanyaan
7
Adakah iuran yang dikeluarkan untuk penggunaan MCK Sanimas?
Jawaban
Jumlah Responden (jiwa
Persentase (%)
Pertanyaan untuk semua responden
8
9
10
Kapan Pembayaran iuran terebut dibayarkan? Apakah anda rutin membayar iuran tersebut? Berapakah jumlah iuran yang harus dikeluarkan tiap bulannya?
Ada
8
26.7
Tidak ada
2
0.0
Tidak Tahu
22
73.3
Total
30
100
Setiap menggunakan MCK Sanimas
1
3.3
1 bulan sekali
7
23.3
Tidak tahu
22
73.3
Total
30
100.0
Rutin
7
23.3
Tidak rutin
0
0.0
Tidak pernah membayar iuran
23
76.7
Total
30
100.0
Rp. 5000
7
23.3
Rp. 10.000
0
0.0
Tidak tahu
23
76.7
Total
30
100.0
Tabel 3 Perhitungan Pada Aspek Kesehatan Lingkungan Jumlah Responden (jiwa No
1
2
Pertanyaan
Intensitas dalam kegiatan menutup makanan
Intensitas dalam kegiatan minum air yang dimasak
Responden bukan pengguna
Total
Responden Pengguna
Persentase (%)
6
16
22
73.3
1
7
8
26.7
0
0
0
0.0
7 7
23 17
30 24
100.0 80.0
0
6
20
26.7
0
0
0
0
7
23
30
100.0
Jawaban
Sering dilakukan Kadangkadang dilakukan Belum dilakukan Total Sering dilakukan Kadangkadang dilakukan Belum dilakukan Total
Lanjutan Tabel 3 Jumlah Responden (jiwa No
3
4
5
Pertanyaan
Total
Persentase (%)
7
Responden bukan pengguna 22
29
96.7
0
1
1
3.3
0
0
0
0.0
7
23
30
100.0
6
19
25
83.3
1
4
5
16.7
0
0
0
0.0
7
23
30
100.0
2
18
20
66.7
5
5
10
33.3
0
0
0
0.0
7
23
30
100.0
Jawaban Responden Pengguna
Intensitas dalam kegiatan masak dan minum menggunakan air bersih ?
Intensitas dalam kegiatan mencuci tangan dengan sabun ?
Intensitas dalam kegiatan mencuci tangan dengan sabun sesudah BAB
Sering dilakukan Kadangkadang dilakukan Belum dilakukan Total Sering dilakukan Kadangkadang dilakukan Belum dilakukan Total Sering dilakukan Kadangkadang dilakukan Belum dilakukan Total
Lanjutan Tabel 3
Jumlah Responden (jiwa No
Pertanyaan
Total
Persentase (%)
7
Responden bukan pengguna 13
20
66.7
0
5
5
16.7
0
5
5
16.7
7
23
30
100.0
Jawaban Responden Pengguna
6
Intensitas dalam kegiatan membuang tinja di MCK
Sering dilakukan Kadangkadang dilakukan Belum dilakukan Total
Lanjutan Tabel 3
Jumlah Responden (jiwa No
7
Pertanyaan
Bagaimana kondisi selokan/ sungai di kampung saat ini?
Total
Responden Pengguna
Responden bukan pengguna
Persentase (%)
Berbau, tersumbat dan penuh tinja.
1
0
1
3.3
Berbau, tersumbat dan sedikit tinja.
1
1
2
6.7
0
0
0
0.0
1
2
3
10.0
2
6
8
26.7
1
8
9
30.0
Jawaban
Berbau, tersumbat dan tidak ada tinja Berbau, mengalir dan penuh tinja Berbau, mengalir, dan sedikit tinja Berbau, mengalir dan tidak ada tinja
Lanjutan Tabel 3 Jumlah Responden (jiwa No
Pertanyaan
Tidak berbau, tersumbat, dan penuh tinja Tidak berbau, tersumbat, dan sedikit tinja
7
Bagaimana kondisi selokan/ sungai di kampung saat ini?
Total
Responden Pengguna
Responden bukan pengguna
Persentase (%)
0
0
0
0.0
0
0
0
0.0
0
0
0
0.0
0
0
0
0.0
1
3
4
13.3
0
3
3
10.0
7
23
30
100.0
Jawaban
Tidak berbau, tersumbat dan tidak ada tinja Tidak berbau, mengalir dan penuh tinja Tidak berbau, mengalir dan sedikit tinja Tidak berbau, mengalir dan tidak ada tinja Total
Lanjutan Tabel 3 Jumlah Responden (jiwa No
8
Pertanyaan
Bagaimanakah kondisi lingkungan (termasuk kebon, sawah dan tanah kosong) di kampung ini sebelum adanya program SANIMAS?
Responden bukan pengguna
Total
Responden Pengguna
Persentase (%)
4
13
17
56.7
0
0
0
0.0
0
2
2
6.7
1
3
4
13.3
1
4
5
16.7
Sedikit sampah dan tidak ada tinja.
0
0
0
0.0
Tidak ada sampah dan banyak tinja
1
0
1
3.3
Tidak ada sampah dan sedikit tinja
0
0
0
0.0
Jawaban
Banyak sampah dan banyak tinja. Banyak sampah dan sedikit tinja Banyak sampah dan tidak ada tinja Sedikit sampah dan banyak tinja. Sedikit sampah dan sedikit tinja.
Lanjutan Tabel 3 Jumlah Responden (jiwa No
8
Pertanyaan
Bagaimanakah kondisi lingkungan (termasuk kebon, sawah dan tanah kosong) di kampung ini sebelum adanya program SANIMAS?
9
Persentase (%)
0
1
1
3.3
7
23
30
100.0
0
3
3
10.0
1
4
5
16.7
0
4
4
13.3
0
0
0
0.0
Tidak ada sampah dan tidak ada tinja
Total
Bagaimanakah kondisi lingkungan (termasuk kebon, sawah dan tanah kosong) di kampung ini setelah adanya program SANIMAS?
Total
Responden Pengguna
Responden bukan pengguna
Jawaban
Banyak sampah dan banyak tinja. Banyak sampah dan sedikit tinja Banyak sampah dan tidak ada tinja Sedikit sampah dan banyak tinja.
Lanjutan Tabel 3 Peresentase (%)
Jumlah Responden (jiwa No
9
Pertanyaan
Bagaimanakah kondisi lingkungan (termasuk kebon, sawah dan tanah kosong) di kampung ini setelah adanya program SANIMAS?
Jawaban
Reaponden bukan pengguna
Total
Responden Pengguna
Sedikit sampah dan sedikit tinja.
4
7
11
36.7
Sedikit sampah dan tidak ada tinja.
1
4
5
16.7
Tidak ada sampah dan banyak tinja
0
0
0
0.0
Tidak ada sampah dan sedikit tinja
0
0
0
0.0
Tidak ada sampah dan tidak ada tinja.
1
1
2
6.7
Total
7
23
30
100
Lanjutan Tabel 3 Peresentase (%)
Jumlah Responden (jiwa No
10
Pertanyaan
Bagaimana kualitas air di lingkungan anda ?
Jawaban
Reaponden bukan pengguna
Total
Responden Pengguna
Berwarna
0
0
0
0.0
Berasa asin
7
16
23
76.7
Berbau
0
0
0
0.0
Berwarna dan berbau
0
0
0
0.0
Berwarna dan berasa
0
0.0
0
0
Berasa dan berbau
1
3.3
0
1
0
0.0
Berwarna, berasa, dan berbau
0
0
Antah
0
6
6
20.0
Total
7
23
30
100.0
LAMPIRAN B : DESAIN SURVEI
Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota Fakultas Teknik Universitas Indonusa Esa Unggul- Jakarta KUESIONER PENELITIAN PENGGUNA SARANA MCK PLUS GUNA KEPERLUAN PENELITIAN TUGAS AKHIR
PENGANTAR Penyebaran kuesioner ini semata-mata dilakukan sebagai bahan masukan dalam pengerjaan Tugas Akhir. Dengan segala kerendahan hati saya mohon untuk dapat mengisi pertanyaan dengan baik dan benar. Atas kesediaan dan waktu yang diberikan saya ucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya. PETUNJUK PENGISIAN Berilah tanda silang ( X ) pada jawaban yang telah disediakan
Pelaksana Wawancara
:
.............................................................
Lokasi wawancara
:
KAMPUNG PULO RW 04
RT :
(a) 21
(d) 24
(b) 22
(e) 25
(c) 23 Jam Wawancara
:
.............................................................
A.
IDENTITAS RESPONDEN
1.
Nama
: ........................................................................
2.
Alamat Tinggal
: ........................................................................
3.
Umur
: ........................................................................
4.
Jenis kelamin
: (L / P)
5.
Pendidikan terakhir
:
6.
a.
SD
b.
SLTP
c.
SLTA
d.
Akademi/ Perguruan Tinggi
Apa Pekerjaan Utama Bapak/ Ibu (Pilihan Tunggal) beri tanda x
No
Pekerjaan Utama
1
PNS/ ABRI
2
Karyawan
3
Wiraswasta
4
Pedagang
5
Petani
6
Buruh
7
Tukang/ Ahli
8
Ibu Rumah Tangga
Jawaban
7.
Berapakah Jumlah Penghasilan Bapak/ Ibu per bulannya
No
Jumlah Penghasilan
1
< Rp. 900.000
2
Rp. 900.000- Rp. 1.500.000
3
Rp. 1.500.000- Rp. 2000.000
4
Rp. 2.000.000-Rp. 2.500.000
5
> Rp. 2.500.000
B. 1.
Jawaban
Aspek Penggunaan Sarana Sanitasi
Apakah Anda pengguna MCK Sanimas ? a.
Pengguna
b.
Bukan pengguna
Jika jawabannya pengguna, lanjutkan ke pertanyaan no 2-10 kecuali no 5 Jika jawabannya bukan pengguna, langsung lanjutkan ke pertanyaan no 5-10 2
Berapa kali anda menggunakan MCK SANIMAS dalam sehari? c.
1 kali
d.
2 kali
e.
3 kali
f.
Lebih dari 3 kali.
3.
4.
5.
6.
7.
Kegiatan apa yang anda lakukan di MCK SANIMAS ? a.
Mandi
e. Mandi dan kakus/ BAB
b.
Cuci
f. Cuci dan Kakus/ BAB
c.
Kakus/ Buang Air Besar g. Mandi, cuci dan kakus
d.
Mandi dan cuci
Apa pendapat anda mengenai penggunaan MCK SANIMAS? a.
Mudah dan murah
b.
Mudah dan mahal
c.
Sulit dan murah
d.
Sulit dan mahal
Mengapa anda tidak menggunakan MCK SANIMAS? a.
Sudah punya MCK sendiri di rumah
b.
Kualitas air tidak bagus/ airnya asin
c.
Jaraknya jauh dari rumah ke MCK SANIMAS
Bagaimana jarak antara sarana SANIMAS dengan rumah anda? a.
Dekat
b.
Sedang
c.
jauh
Adakah
iuran
yang
dikeluarkan
untuk
SANIMAS ?
8.
a.
Ada
b.
Tidak ada
Kapan pembayaran iuran tersebut di bayarkan ? a.
Setiap menggunakan MCK SANIMAS
b.
1 bulan sekali
c.
Tidak tahu, alasannya…
penggunaan
MCK
9.
Apakah anda rutin membayar iuran tersebut a.
Rutin
b.
Tidak rutin
c.
Tidak pernah membayar iuran, alasannya………
10. Berapakah jumlah iuran yang harus dikeluarkan tiap bulannya a.
Rp 5000
b.
Rp 10.000
c.
Tidak tahu, alasannya …………
C. 1.
2.
3.
Aspek Kesehatan Lingkungan
Intensitas dalam kegiatan menutup makanan ? a.
Sering dilakukan
b.
Kadang-kadang dilakukan
c.
Belum dilakukan
Intensitas dalam kegiatan minum air yang dimasak ? a.
Sering dilakukan
b.
Kadang-kadang dilakukan
c.
Belum dilakukan
Intensitas dalam kegiatan masak dan minum menggunakan air bersih ? a.
Sering dilakukan
b.
Kadang-kadang dilakukan
c.
Belum dilakukan
4.
5.
Intensitas dalam kegiatan mencuci tangan dengan sabun? a.
Sering dilakukan
b.
Kadang-kadang dilakukan
c.
Belum dilakukan
Intensitas dalam kegiatan mencuci tangan dengan sabun sesudah Buang Air Besar ?
6.
7.
a.
Sering dilakukan
b.
Kadang-kadang dilakukan
c.
Belum dilakukan
Intensitas dalam kegiatan membuang tinja di MCK d.
Sering dilakukan
e.
Kadang-kadang dilakukan
f.
Belum dilakukan
Bagaimana kondisi selokan/ sungai di kampung saat ini? a.
Berbau, tersumbat dan penuh tinja.
b.
Berbau, tersumbat dan sedikit tinja.
c.
Berbau, tersumbat dan tidak ada tinja
d.
Berbau, mengalir dan penuh tinja
e.
Berbau, mengalir, sedikit tinja
f.
Berbau, mengalir dan tidak ada tinja
g.
Tidak berbau, tersumbat, dan penuh tinja
h.
Tidak berbau, tersumbat, dan sedikit tinja
i.
Tidak berbau, tersumbat dan tidak ada tinja
8.
j.
Tidak berbau, mengalir dan penuh tinja
k.
Tidak berbau, mengalir dan sedikit tinja
l.
Tidak berbau, mengalir dan tidak ada tinja.
Bagaimanakah kondisi lingkungan (termasuk kebon, sawah dan tanah kosong) di kampung ini sebelum adanya program SANIMAS? ö.
Banyak sampah dan banyak tinja.
dd. Banyak sampah dan sedikit tinja bb. Banyak sampah dan tidak ada tinja cc. Sedikit sampah dan banyak tinja. dd. Sedikit sampah dan sedikit tinja. ee. Sedikit sampah dan tidak ada tinja. ff. Tidak ada sampah dan banyak tinja gg. Tidak ada sampah dan sedikit tinja hh. Tidak ada sampah dan tidak ada tinja. 9.
Bagaimanakah kondisi lingkungan (termasuk kebon, sawah dan tanah kosong) di kampung ini setelah adanya program SANIMAS? a.
Banyak sampah dan banyak tinja.
b.
Banyak sampah dan sedikit tinja
c.
Banyak sampah dan tidak ada tinja
d.
Sedikit sampah dan banyak tinja.
e.
Sedikit sampah dan sedikit tinja.
f.
Sedikit sampah dan tidak ada tinja.
g.
Tidak ada sampah dan banyak tinja
h.
Tidak ada sampah dan sedikit tinja
i.
Tidak ada sampah dan tidak ada tinja.
10. Bagaimana kualitas air di lingkungan anda ? a.
Berwarna
e.
Berwarna dan berasa
b.
Berasa asin
f.
Berasa dan berbau
c.
Berbau
g.
Berasa dan berbau
d.
Berwarna dan berbau
h.
Antah
LAMPIRAN C : ANALISA FREQUENCIES Tabel 1 Jenis kelamin Cumulative Frequency Valid
Laki-laki perempuan Total
Percent
Valid Percent
Percent
26
86.7
86.7
86.7
4
13.3
13.3
100.0
30
100.0
100.0
Tabel 2 Kelompok Usia Cumulative Frequency Valid
Percent
Valid Percent
Percent
20-29
3
10.0
10.0
10.0
30-39
16
53.3
53.3
63.3
40-49
5
16.7
16.7
80.0
50-59
4
13.3
13.3
93.3
60 tahun k atas
2
6.7
6.7
100.0
30
100.0
100.0
Total
Tabel 3 Pendidikan Terakhir Valid Frequency Percent Percent Valid SD
Cumulative Percent
15
50.0
50.0
50.0
SLTP
8
26.7
26.7
76.7
SLTA
4
13.3
13.3
90.0
Akademi/ Perguruan Tinggi
3
10.0
10.0
100.0
30
100.0
100.0
Total
Tabel 4 Pekerjaan Valid Frequency Valid
Percent
Percent
Cumulative Percent
PNS/ABRI
2
6.7
6.7
6.7
Karyawan
8
26.7
26.7
33.3
Wiraswasta
4
13.3
13.3
46.7
Pedagang
2
6.7
6.7
53.3
Petani
7
23.3
23.3
76.7
Buruh
4
13.3
13.3
90.0
3
10.0
10.0
100.0
30
100.0
100.0
ibu rumah tangga Total
Tabel 5 Penghasilan
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
kurang dari Rp. 900.000
13
43.3
43.3
43.3
Rp. 900.000-Rp.1.500.000
13
43.3
43.3
86.7
Rp. 1.500.000-Rp. 2000.000
1
3.3
3.3
90.0
Rp. 2000.000-Rp. 2.500.000
2
6.7
6.7
96.7
Lebih dari Rp. 2.500.000
1
3.3
3.3
100.0
30
100.0
100.0
Total
Tabel 6 Tempat BAB responden
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Kebun, sungai, sawah, tanah
8
26.7
26.7
26.7
15
50.0
50.0
76.7
7
23.3
23.3
100.0
30
100.0
100.0
kosong WC d rumah sendiri MCK SANIMAS Total
Tabel 7 Tipe responden
Frequency Valid
pengguna
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
7
23.3
23.3
23.3
bukan pengguna
23
76.7
76.7
100.0
Total
30
100.0
100.0
Tabel 8 Intensitas responden dalam menggunakan MCK SANIMAS
Frequency Valid
Missing Total
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
1 kali
1
3.3
14.3
14.3
2 kali
6
20.0
85.7
100.0
Total
7
23.3
100.0
23
76.7
30
100.0
tidak menjawab
Tabel 9 Kegiatan yang dilakukan di MCK SANIMAS
Frequency Valid
Kakus/ Buang Air Besar
Missing
tidak menjawab
Total
Percent 7
23.3
23
76.7
30
100.0
Valid
Cumulative
Percent
Percent
100.0
100.0
Tabel 10 Pendapat Responden Mengenai penggunaan MCK SANIMAS
Frequency Valid
Mudah dan murah
Missing
tidak menjawab
Total
Percent 7
23.3
23
76.7
30
100.0
Valid
Cumulative
Percent
Percent
100.0
100.0
Tabel 11 Alasan responden tidak menggunakan MCK SANIMAS
Frequency Valid
Missing
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
punya MCK sendiri
8
26.7
34.8
34.8
kualitas air tidak bagus
2
6.7
8.7
43.5
jarak yang jauh
13
43.3
56.5
100.0
Total
23
76.7
100.0
7
23.3
30
100.0
tidak menjawab
Total
Tabel 12 Jarak antara MCK SANIMAS dengan Rumah Responden
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
Dekat
9
30.0
30.0
30.0
Sedang
6
20.0
20.0
50.0
Jauh
15
50.0
50.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
Tabel 13 Adakah iuran yang dikeluarkan untuk MCK SANIMAS
Frequency Valid
ada
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
8
26.7
26.7
26.7
Tidak tahu
22
73.3
73.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
Tabel 14 Waktu Untuk Pembayaran Iuran
Frequency Valid
setiap menggunakan MCK
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
1
3.3
3.3
3.3
7
23.3
23.3
26.7
tidak tahu
22
73.3
73.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
SANIMAS 1 bulan sekali
Tabel 15 Tingkat Kerutinan Membayar Iuran
Frequency Valid
rutin Tidak pernah membayar iuran Total
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
7
23.3
23.3
23.3
23
76.7
76.7
100.0
30
100.0
100.0
Tabel 16 Jumlah Iuran
Frequency Valid
Rp. 5000 Tidak pernah membayar iuran Total
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
7
23.3
23.3
23.3
23
76.7
76.7
100.0
30
100.0
100.0
Tabel 17 Intensitas Dalam Kegiatan Menutup Makanan
Frequency Valid
sering dilakukan
Cumulative
Percent
Percent
22
73.3
73.3
73.3
8
26.7
26.7
100.0
30
100.0
100.0
kadang-kadang dilakukan Total
Percent
Valid
Tabel 18 Intensitas Dalam Kegiatan Minum Air yang Dimasak
Frequency Valid
sering dilakukan kadang-kadang dilakukan Total
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
24
80.0
80.0
80.0
6
20.0
20.0
100.0
30
100.0
100.0
Tabel 19 Intensitas Dalam Kegiatan Masak dan Minum Menggunakan Air Bersih
Frequency Valid
sering dilakukan
Cumulative
Percent
Percent
29
96.7
96.7
96.7
1
3.3
3.3
100.0
30
100.0
100.0
kadang-kadang dilakukan Total
Percent
Valid
Tabel 20 Intensitas Dalam Kegiatan Mencuci Tangan dengan Sabun
Frequency Valid
sering dilakukan kadang-kadang dilakukan Total
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
25
83.3
83.3
83.3
5
16.7
16.7
100.0
30
100.0
100.0
Tabel 21 Intensitas Dalam Kegiatan Mencuci Tangan dengan Sabun Sesudah BAB
Frequency Valid
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
sering dilakukan
20
66.7
66.7
66.7
kadang-kadang dilakukan
10
33.3
33.3
100.0
Total
30
100.0
100.0
Tabel 22 Intensitas Dalam Kegiatan Membuang Tinja di MCK
Frequency Valid
sering dilakukan
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
20
66.7
66.7
66.7
kadang-kadang dilakukan
5
16.7
16.7
83.3
belum dilakukan
5
16.7
16.7
100.0
30
100.0
100.0
Total
Tabel 23 Kondisi Selokan/ Sungai
Frequency Valid
berbau,tersumbat dan penuh tinja berbau,tersumbat dan sedikit tinja berbau,mengalir dan penuh tinja berbau,mengalir dan sedikit tinja berbau,mengalir dan tidak ada tinja tidak berbau, mengalir dan sedikit tinja tidak berbau, mengalir dan tidak ada tinja Total
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
1
3.3
3.3
3.3
2
6.7
6.7
10.0
3
10.0
10.0
20.0
8
26.7
26.7
46.7
9
30.0
30.0
76.7
4
13.3
13.3
90.0
3
10.0
10.0
100.0
30
100.0
100.0
Tabel 24 Kondisi Lingkungan Sebelum Adanya Program SANIMAS
Frequency Valid
banyak sampah dan banyak tinja banyak sampah dan tidak ada tinja sedikit sampah dan banyak tinja sedikit sampah dan sedikit tinja tidak ada sampah dan banyak tinja tidak ada sampah dan tidak ada tinja Total
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
17
56.7
56.7
56.7
2
6.7
6.7
63.3
4
13.3
13.3
76.7
5
16.7
16.7
93.3
1
3.3
3.3
96.7
1
3.3
3.3
100.0
30
100.0
100.0
Tabel 25 Kondisi Lingkungan Sesudah Adanya Program SANIMAS
Frequency Valid
banyak sampah dan banyak tinja banyak sampah dan sedikit tinja banyak sampah dan tidak ada tinja sedikit sampah dan sedikit tinja sedikit sampah dan tidak ada tinja tidak ada sampah dan tidak ada tinja Total
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
3
10.0
10.0
10.0
5
16.7
16.7
26.7
4
13.3
13.3
40.0
11
36.7
36.7
76.7
5
16.7
16.7
93.3
2
6.7
6.7
100.0
30
100.0
100.0
Tabel 26 Kualitas air di lingkungan
Frequency Valid
berasa
Percent
Valid
Cumulative
Percent
Percent
23
76.7
76.7
76.7
berasa dan berbau
1
3.3
3.3
80.0
antah
6
20.0
20.0
100.0
Total
30
100.0
100.0
LAMPIRAN D Tabel 1 Kriteria Mutu Air Berdasarkan Kelas PARAMETER
SATUAN
KELAS III
I
II
IV
Deviasi 3
Deviasi 3
Deviasi 3
Deviasi 5
1000
1000
1000
2000
KETERANGAN
FISIKA Temperatur Residu Terlarut Residu Tersuspensi
ºc mg/L mg/L
50
50
400
Deviasi Temperatur dari keadaan alamiah
400
Bagi pengolahan air minum secara konvensial, residu tersuspensi ≤ 5000 mg/L Apabila secara alamiah di luar rentang tersebut, maka ditentukan berdasarkan kondisi alamiah
KIMIA ANORGANIK
ph
6-9
6-9
6-9
5-9
BOD COD
mg/L mg/L
2 10
3 25
6 50
12 100
DO
mg/L
6
4
3
0
Total Fosfor sebagai p NO3 sebagai N
mg/L mg/L
0,2 10
0,2 10
1 20
5 20
NH3-N Arsen obalt
mg/L mg/L mg/L
0,5 0,05 0,2
(-) 1 0,2
(-) 1 0,2
(-) 1 0,2
Angka batas mimimum
Bagi perikanan, kandungan amonia bebas untuk ikan yang peka ≤ 0,02 mg/L sebagai NH3
Lanjutan Tabel 1
PARAMETER Barium Boron Selenium Kadmium Khrom (VI)
Tembaga
Besi
KELAS
SATUAN mg/L mg/L mg/L mg/L mg/L
mg/L
mg/L
I 1 1 0,01 0,01 0,05
0,02
0,3
II (-) 1 0,05 0,01 0,05
0,02
(-)
III (-) 1 0,05 0,01 0,05
0,02
(-)
KETERANGAN IV (-) 1 0,05 0,01 0,01
0,2
(-)
Timbal
mg/L
0,03
0,03
0,03
1
Mangan Air Raksa
mg/L mg/L
1 0,001
(-) 0,002
(-) 0,002
(-) 0,005
Seng
mg/L
0,05
0,05
0,05
2
Khlorida Sianida Fluorida
mg/L mg/L mg/L
1 0,02 0,5
(-) 0,02 1,5
(-) 0,02 1,5
(-) (-) (-)
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Cu ≤ 1 mg/L Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Fe ≤ 5 mg/L Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Pb ≤ 0,1 mg/L
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, Zn ≤ 5 mg/L
Lanjutan Tabel 1 PARAMETER
KELAS
SATUAN I
Nitrit sebagai N
mg/L
Sulfat
mg/L
Khlorin bebas
mg/L
Belerang sebagai H2S MIKROBIOLOGI Fecal coliform
Total coliform
0,06
II
III
KETERANGAN IV
0,06
0,06
(-)
(-)
(-)
(-)
0,03
0,03
(-)
(-)
mg/L
0,002
0,002
0,002
(-)
jml/100 ml
100
1000
2000
2000
jml/100 ml
1000
5000
10000
10000
400
RADIOAKTIVITAS Gross-A
bg/L
0,1
0,1
0,1
0,1
Gross-B
bg/L
1
1
1
1
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, NO2_N ≤ 1 mg/L
Bagi ABAM tidak dipersyaratkan
Bagi pengolahan air minum secara konvensional, fecal coliform ≤ 2000 jml/ 100 ml dan total coliform ≤ 10000 jml/ 100 ml
Lanjutan Tabel 1 PARAMETER
SATUAN
KIMIA ORGANIK Minyak dan Lemak ug/L Detergen ug/L sebagai MBAS Senyawa Fenol sebagai Fenol BHC Aldrin/ Dieldrin Chlordane DDT Heptachlor dan Heptachlor epoxide Lindane Methoxyctor Endrin Toxaphan
I
KELAS II III
KETERANGAN IV
1000
1000
1000
(-)
200
200
200
(-)
ug/L
1
1
1
(-)
ug/L
210
210
210
(-)
ug/L ug/L ug/L
17 3 2
(-) (-) 2
(-) (-) 2
(-) (-) 2
ug/L
18
(-)
(-)
(-)
ug/L ug/L ug/L ug/L
56 35 1 5
(-) (-) 4 (-)
(-) (-) 4 (-)
(-) (-) (-) (-)
Keterangan = Lampiran PP No 82 Tahun 2001
Matrix Hasil Kuesioner Tabel 1 No Responden
1
Identifikasi Responden Nama Kasim
Alamat RT 21
2
Nasim
RT 21
3
Madin
RT 21
4
Titien
RT 21
5
Sarja
RT 21
6
Udin
RT 22
7
Bajun
RT 22
8
Partono
RT 22
9
Pardi
RT 22
10
Tukiman
RT 22
11
Amin
RT 22
12
Hasan
RT 23
13
Unus
RT 23
14
Sariyati
RT 23
15
Jasan
RT 23
16
Samsudin
RT 23
17
Ersih
RT 23
18
Omay
RT 23
19
Marsin
RT 23
20
Lukman
RT 24
21
Wahid
RT 24
22
Barda
RT 24
Sumber : Hasil Kuisioner 2010
Jenis Kelamin
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
a a a b a a a a a a a a a b a a b a a a a a
f f c c c d c e c e c c c b e c c c c c c c
a a b c b a a a b d c b a d a a a d a c c b
d d f h b e c e b a b b f a e f h c f c c b
b b a c a b b b b e b b a d a a a d a b b b
1
b b b b b a b a b b b c c b c c c c c b b b
2
b b b b b b b b b b b a a b a a a a a b b b
3
z z z z z z z z z z z b b z b b b a b z z z
4
z z z z z z z z z z z c c z c c c c c z z z
Pertanyaan Kuisioner B 5 6 7
z z z z z z z z z z z a a z a a a a a z z z
a b a a c b a c a a a z z a z z z z z c c c
c a b c b b b c c b b a a a a a a a a c c c
8
c c c c c c c c c c c a a a a a a a a c c c
9
c c c c c c c c c c c b b a b b b b b c c c
10
c c c c c c c c c c c a a c a a a a a c c c
11
c c c c c c c c c c c a a c a a a a a c c c
Lanjutan Tabel 1 No Responden
Identifikasi Responden
Pertanyaan Kuisioner B
Nama
Alamat
Jenis Kelamin
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
23
Anah
RT 24
b
c
a
h
b
b
b
z
z
z
c
c
c
c
c
c
24
Nurdin
RT 24
25
Jamian
RT 25
26
Masdin
RT 25
27
Jamsur
RT 25
a a a a
b d b e
b a a b
b b b e
b a a a
b a a a
b b b b
z z z z
z z z z
z z z z
c c c c
c c c c
c c c c
c c c c
c c c c
c c c c
28
Asip
RT 25
29
Ujang
RT 25
30
Salam
RT 25
a a a
d d d
b a a
e e e
a a a
a a a
b b b
z z z
z z z
z z z
c c c
c c c
c c c
c c c
c c c
c c c
Sumber : Hasil Kuisioner 2009
1
2
3
4
5
6
7
8
9
10
11
Tabel 2 No Responden
Identifikasi Responden
1
Nama Kasim
Alamat RT 21
2
Nasim
RT 21
3
Madin
RT 21
4
Titien
RT 21
5
Sarja
RT 21
6
Udin
RT 22
7
Bajun
RT 22
8
Partono
RT 22
9
Pardi
RT 22
10
Tukiman
RT 22
11
Amin
RT 22
12
Hasan
RT 23
13
Unus
RT 23
14
Sariyati
RT 23
15
Jasan
RT 23
16
Samsudin
RT 23
17
Ersih
RT 23
18
Omay
RT 23
19
Marsin
RT 23
20
Lukman
RT 24
21
Wahid
RT 24
22
Barda
RT 24
23
Anah
RT 24
24
Nurdin
RT 24
Sumber : Hasil Kuisioner 2010
Jenis Kelamin
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
a a a b a a a a a a a a a b a a b a a a a a b a
f f c c c d c e c e c c c b e c c c c c c c c b
a a b c b a a a b d c b a d a a a d a c c b a b
d d f h b e c e b a b b f a e f h c f c c b h b
b b a c a b b b b e b b a d a a a d a b b b b b
1
a a a a b b b b a a a a b a a a a a a b b a b a
2
a a a a b b b b a a a a a a a a a a a b b a a a
Pertanyaan Kuisioner C 4 5 6
3
a a a a b a a a a a a a a a a a a a a a a a a a
a a a a a a a a b a a a b b a a a a a a a a a a
a a a a a a a a b a a b b a b b b a a a a a a a
a a a a a b a c b a a a a a a a a a a a a a c a
7
k k f f l k e f e e e k e e e f a d b l l f e f
8
d e a a i d d e a a a d a e g e a a a c c a e a
9
e f f a i f e f b e e f b b i e e e e e c e e c
10
b b b b b b b b h h h b b b b b b b b b b b b h
Lanjutan Tabel 2 No Responden
Identifikasi Responden Nama
Alamat
Jenis Kelamin
Usia
Pendidikan
Pekerjaan
Penghasilan
25
Jamian
RT 25
26
Masdin
RT 25
27
Jamsur
RT 25
28
Asip
RT 25
29
Ujang
RT 25
30
Salam
RT 25
a a a a a a
d b e d d d
a a b b a a
b b e e e e
a a a a a a
Sumber : Hasil Kuisioner 2010
Keterangan : Z : Tidak Menjawab
1
a a a a a a
2
a a a a a a
Pertanyaan Kuisioner C 4 5 6 7
3
a a a a a a
a a b b a a
a a b b b b
b c b b c c
b f f f d d
8
a a a a a a
9
c c b b a a
10
b b h h b f
Daftar Istilah APBN
: Anggaran Pendapatan Belanja Negara
APBD
: Anggaran Pendapatan Belanja Daerah
BLM
: Bantuan Langsung Masyarakat
IPAL
: Instalasi Pengolahan Air Tinja
KSM
: Kelompok Swadaya Masyarakat
LSM
: Lembaga Swadaya Masyarakat
MCK
: Mandi Cuci Kakus
PDAM
: Perusahaan Daerah Air Minum
PHBS
: Perilaku Hidup Bersih dan Sehat
RKM
: Rencana Kerja Masyarakat
RPA
: Rapid Participatory Assesment
SANIMAS
: Sanitasi Berbasis Masyarakat
SDM
: Sumber Daya Manusia
SNI
: Standar Nasional Indonesia
TFL
: Tim Fasilitator Lapangan
WHO
: World Health Organization
Daftar Definisi Kelompok Swadaya Masyarakat (KSM) Forum Musyawarah, tempat masyarakat menyampaikan aspirasi. Ladder 1 Suatu metode yang bertujuan untuk mengenali dan mengkaji manfaat dan nilai guna iuran yang dirasakan oleh masyarakat dalam kegiatan pembangunan sarana sanitasi kampong
serta
digunakan
untuk
menilai
kesiapan
amsyarakat berkontribusi dalam pembangunan infrastruktur sanitasi Problem Tree Suatu metode yang bertujuan untuk mengenali dan mengkaji masalah-masalah sanitasi yang ada di masyarakat dan hubungan sebab-akibat yang timbul dalam masalah sanitasi yang mereka hadapi, menentukan masalah-masalah inti sanitasi serta mengakaji gagasan/ rencana masyarakat untuk memecahkan masalah sanitasi yang mereka hadapi. Rencana Kerja Masyarakat (RKM) Suatu rencana yang dibuat oleh masyarakat sebagai anggota Tim Kerja Masyarakat (TKM) bersama pengguna TKM sebagai wadah untuk menampung aspirasi dari masyarakat desa/ kampong atas proyek SANIMAS.
Rapid Participatory Assesment (RPA) Suatu metode yang digunakan untuk melakukan pemetaan kondisi sanitasi masyarakat, masalah yang mereka hadapi, serta kebutuhan untuk memecahkan masalah sanitasi secara cepat dan dilakukan secara partisipatif, atau bersama-sama masyarakat. SANIMAS Dirancang untuk memberdayakan masyarakat yang berada di lingkungan permukiman yang padat, kumuh dan miskin diperkotaan yang difokuskan ada penanganan pembuangan air limbah rumah tangga khususnya tinja manusia, meskipun tidak tertutup juga untuk menangani limbah cair industri rumah tangga yang dapat terurai secara alamiah seperti industri thau, temped an lainnya. Timeline Suatu metode yang bertujuan untuk mengenali dan mengkaji pengalaman masyarakat dalam upaya memenuhi kebutuhan sanitasi dasar, serta mengetahui inisiator kegiatan dan sumber pendanaannya. Transect Walk Suatu metode yang bertujuan untuk mengenali dan mengkaji kondisi sarana sanitasi kampung yang sudah ada, untuk menilai tingkat kepuasan masyarakat terhadap fasilitas sanitasi yang ada dan menilai tingkat kelayakan teknis sebagai prasayarat pembangunan infrastruktur
sanitasi yang direncanakan dengan cara melakukan observasi langsung oleh TFL bersama-sama denagn masyarakat. Venn Diagram Suatu metode yang bertujuan untuk mengenali dan mengkaji keberadaan lembaga lokal yang ada dalam masyarakat, manfaat dan tingkat kedekatan hubungannya dengan masyarakat.