IDENTIFIKASI MORFOLOGI : SPESIES VEKTOR MALARIA DI B2P2VRP SALATIGA
PROPOSAL KEGIATAN KULIAH KERJA MAGANG diajukan guna memenuhi persyaratan kuliah kerja magang
Oleh : MOH MIRZA NURYADY NIM 101810401048
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM UNIVERSITAS JEMBER 2013
i
DAFTAR ISI HALAMAN JUDUL……………………………………………………
i
DAFTAR ISI ……….......………………………………………….........
v
BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang……………………………………………..
1
1.2 Tujuan …………………………………………...................
3
1.3 Manfaat..................…………………………………………
3
BAB 2. METODE PENELITIAN 2.1 Waktu dan Tempat…………………………………..……..…...
4
2.2 Prosedur Kerja…….....……………………………..…………..
4
2.2.1 Koleksi Nyamuk Anopheles ................... ...….. ...….. ...
4
2.2.2 Identifikasi Morfologi dari berbagai jenis Nyamuk Anopheles...................................................... ….........….........
5
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1 Profil Lembaga……………………………………..….............
6
3.2 Pembahasan……………………………………………………..... 7 BAB 4. PENUTUP Kesimpulan…………………………………………………..…......... 27 Saran …………………………………………………..….................. 27 DAFTAR PUSTAKA
v
1
BAB I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Malaria merupakan penyakit menular yang mendapatkan perhatian serius diseluruh dunia. Penyakit malaria ini disebabkan oleh infeksi protozoa parasit, yang merupakan genus dari plasmodium yang hidup dan berkembang biak dalam sel darah merah manusia yang terinfeksi. Penyakit ini secara alami ditransmisikan dengan perantara vektor nyamuk Anopheles betina. Penyebaran penyakit ini diseluruh dunia sangatlah tinggi, persebaran malaria berbanding lurus dengan tingkat persebaran nyamuk Anopheles. Kebanyakan dinegara-negara berkembang tidak memiliki tempat pembuangan dan penampungan air yang mencukupi sehingga dapat dijadikan sebagai tempat bertelurnya nyamuk Anopheles yang berdampak terhadap tingginya angka kasus malaria. Berdasarkan The World Malaria Report 2010, sebanyak lebih dari 1 juta orang termasuk anak-anak setiap tahun meninggal akibat malaria dimana 80% kematian terjadi di Afrika, dan 15% di Asia (termasuk Eropa Timur). Secara keseluruhan terdapat 3,2 Miliyar penderita malaria di dunia yang terdapat di 107 negara. Malaria di dunia paling banyak terdapat di Afrika yaitu di sebelah selatan Sahara menybabkan banyak anak-anak meninggal karena malaria, dan malaria muncul kembali di Asia Tengah, Eropa Timur dan Asia Tenggara. DiIndonesia sendiri merupakan daerah endemis malaria, meskipun telah dilakukan program pelaksanaan dan pemberantasan penyakit malaria sejak tahun 1959, namun hingga saat ini angka kesakitan dan kematian masih cukup tinggi. Diperkirakan 70 juta (35%) jumlah penduduk Indonesia yang tinggal di daerah berisiko tertular malaria (Wigati et al, 2010). Kasus malaria pada manusia dapat disebabkan oleh Plasmodium malariae, Plasmodium vivax, Plasmodium falciparum dan Plasmodium ovale (Bruce, 1980). Infeksi oleh Plasmodium vivax diperlukan siklus penularan dari manusia sakit ke manusia sehat yang dibantu oleh vektor. Saat nyamuk Anopheles betina menghisap darah manusia, plasmodium berada pada fase sporozoit. Sporozoit
2
kemudian akan menuju ke hati (liver) dan membentuk merozoit dalam jumlah yang sangat banyak. Bentuk inilah yang kemudian masuk ke dalam aliran darah dan menginfeksi sel–sel darah merah. Sebagian dari sporozoit didalam sel hati membentuk hipnozoit yang dapat bertahan sampai bertahun-tahun. Pada saat plasmodium menginfeksi Gejala yang ditimbulkan antara lain adalah demam, anemia, panas dingin, dan keringat dingin. Untuk mendiagnosa seseorang menderita malaria adalah dengan memeriksa ada tidaknya plasmodium pada sampel darah pasien. Seringkali ditemui dalam kasus penyakit malaria adalah Plasmodium falciparum dan Plasmodium vivax. Bebarbagai langkah telah dilakukan untuk pencegahan penyakit malaria, tetapi sampai saat saat ini masih belum ditemukan cara yang paling efektif dalam mengatasi masalah ini. Menurut World Health Organisation (2011), Salah satu upaya yang dilakukan adalah dengan upaya pengendalian vektor meliputi: Pembasmian jentik dilakukan larviciding (tindakan pengendalian larva Anopheles sp secara kimiawi, menggunakan insektisida),
Biological control (Predator
pemakan jentik, virus, bakteri, dan lain-lain), Manajemen lingkungan, Pengendalian terhadap nyamuk dewasa dilakukan dengan penyemprotan dinding rumah dengan insektisida (IRS/ Indoors Residual Spraying), dan Penggunaan kelambu berinsektisida. Spesies Anopheles yang menjadi vektor utama malaria di dunia sekitar 70 spesies dari total 424 spesies. Jumlah spesies yang menjadi vektor malaria semakin bertambah dengan penemuan spesies baru melalui kegiatan identifikasi dan penelitian bionomik (WHO, 2007). Nyamuk Anopheles yang berperan sebagai vektor malaria pada manusia di Asia Tenggara pada umumnya merupakan cryptic species (sibling species/ isomorphic species) dan dimasukkan dalam takson spesies komplek. Anggota spesies komplek tersebut memiliki morfologi yang mirip satu sama lain sehingga seringkali keliru dalam identifikasi. Anggota spesies komplek berkerabat dekat secara genetik, namun terisolasi secara reproduktif. Karakter dan bionomik spesies berbeda, oleh karena itu berpengaruh secara langsung pada epidemiologi dan pengendalian. Perbedaan karakter dan bionomik tersebut meliputi kapasitas vektorial, resistensi terhadap insektisida,
3
preferensi inang sumber darah, periodisitas dan tempat istirahat (Permana, 2013). Sehingga proses identifikasi spesies nyamuk Anopheles merupakan langkah yang sangat penting untuk lebih mengenal karekteristik-karakteristik yang dimiliki oleh berbagai jenis nyamuk Anopheles (Gandahusada,2006). Dipulau Jawa, Provinsi jawa tengah dan Daerah Istimewa Yogyakarta merupakan daerah endemik persebaran vektor malaria. Menurut Barodji dkk (2001) ditemukan 8 spesies yang memiliki populasi tinggi antara lain Anopheles aconitus, Anopheles annularis, Anopheles barbirostris, Anopheles balabacensis, Anopheles jlavirostris, Anopheles maculatus, Anopheles kochi dan Anopheles vagus yang ditemukan persebarannya pada kabupaten Kulonprogo D.I.Y. Kedelapan spesies yang telah ditemukan tersebut tidak semua spesies Anopheles dapat menjadi vektor penyebaran malaria, sehingga perlu diadakannya identifikasi lebih lanjut, selain identifikasi ciri morfologi juga perlu adanya identifikasi molekuler. Sehingga nantinya dapat diketahui secara pasti spesies Anopheles mana yang mampu menjadi vektor penyebaran malaria. 1.1 Rumusan Masalah Banyaknya jumlah spesies Anopheles baik vektor atau non-vektor juga adanya pengklasifikasian khusus untuk spesies sibling, sehingga dibutuhkan cara untuk dapat mengidentifikasi spesies Anopheles. 1.2 Tujuan Penelitian Kegiatan PKL ini memiliki tujuan diantaranya untuk mengetahui dan mengidentifikasi spesies Anopheles sp.
Secara morfologi dan molekuler di
B2P2VRP Salatiga, Jawa Tengah. 1.3 Manfaat Penelitian Manfaat mengidentifikasi
dari
kegiatan PKL ini
diharapkan
mahasiswa mampu
(morfologi dan molekuler) jenis Anopheles yang berperan
penting sebagai vektor persebaran malaria.
4
BAB 2. METODE PENELITIAN
2.1 Waktu dan Tempat Pelaksanaan penelitian dilaksanakan pada tanggal 01 s/d 19 Juli 2013. Penelitian
ini
dilakukan
di
laboratorium
Balai
Besar
Penelitian
dan
Pengembangan Vektor dan Reservoir Penyakit (B2P2VRP) Salatiga, Jawa Tengah. 2.2 Prosedur Kerja Metode kerja dari penelitian ini dibagi menjadi beberapa bagian, secara mendetail akan dijabarkan sebagai berikut : 2.2.1
Koleksi Nyamuk Anopheles
Koleksi spesies nyamuk Anopheles sp. Dibagi kedalam dua kegiatan yaitu dengan cara rearing merawat nyamuk dari larva sampai menjadi nyamuk dewasa didalam laboraturium insektarium atas B2P2VRP. Kegiatan keua yaitu dengan cara menangkap secara langsung baik larva nyamuk dan nyamuk Anopheles dewasae dari habitat aslinya. Rearing nyamuk Anopheles dilakukan di laboratorium insektarium atas B2P2VRP Salatiga. Proses rearing diawali dengan pemeliharaan nyamuk dewasa kemudian mengamati perkembangan telur, perkembangan larva, perkembangan pupa, perkembangan nyamuk dewasa dan mengamati bagaimana mereka berkembang biak. Setelah kita mengetahui karakteristik-karakteristiknya kita mampu melihat bagaimana siklus hidupnya. Selama proses pengerjaan kita harus mengamati faktor-faktor fisik yang berpengaruh didalamnya, seperti suhu, kelembaban, intensitas cahaya dan lain-lain. Sehingga dengan mengamati faktorfaktor fisik ini kita bisa mengetahui kondisi yang optimum pada berbagai tahaptahap perkembangan dari siklus hidup Nyamuk Anopheles sp.. Penangkapan nyamuk (Landing Collection) dilakukan dengan mencari nyamuk Anopheles pada habitat aslinya, dengan dilakukan oleh 3 tim yang masing-masing tim terdiri dari 2 orang. Penangkapan nyamuk Anopheles
5
macharturii dilakukan dipedalaman hutan didaerah banten Penangkapan nyamuk dilakukan dengan cara sebagai berikut: a. Dengan umpan badan landing collection dikerjakan oleh 2 orang. b. Penangkapan nyamuk di semak-semak
dikerjakan 2 orang.
Penangkapan nyamuk dilakukan setiap jam. Pengambilan larva nyamuk Anopheles dilakukan dengan cara mencari genangan air yang terdapat di hutan dan mengumpulkan larva dengan cara pipeting dan kemudian dipindahkan kedalam botol untuk nantinya dilakukan rearing
di
laboraturium.
Hasil
landing
nyamuk
dewasa
diidentifikasi
menggunakan kunci identifikasi O'Connor dan Arwati (1999) dan Stojanovich (1966) dilaboraturium referensi. 2.2.2
Identifikasi Morfologi dari berbagai jenis Nyamuk Anopheles
Identifikasi morfologi dilakukan pada berbagai jenis nyamuk yang sudah direaring dan hasil dari Landing Collection, yang dilakukan pada laboratorium referensi B2P2VRP Salatiga. Setelah diamati ciri-ciri morfologi dari berbagai jenis nyamuk dengan menggunakan mikroskop stereo, dan dilakukan uji komparasi menggunakan buku kunci determinasi spesies nyamuk. Setelah menemukan berbagai kesamaan maka langkah selanjutnya menentukan genus dan juga spesies dari sampel nyamuk yang diamati.
6
BAB 3. HASIL DAN PEMBAHASAN 3.1
Malaria dan Transmisi Patogen Penularan penyakit pada manusia melalui vektor penyakit berupa serangga
dikenal sebagai vector–borne diseases. Pada negara tropis Penyakit berbasis vektor nyamuk diketahui masih menjadi kasus belum terselesaikan, seperti kasus malaria yang ditularkan dari penderita ke orang yang sehat oleh nyamuk Anopheles. Indonesia merupakan daerah endemis penyebaran kasus malaria. Peningkatan kasus penderita malaria yang terjadi diberbagai daerah dari tahun ketahun terus meningkat sehingga penyakit ini menjadi salah satu perhatian utama yang dilakukan oleh pemerintah Indonesia. Menurut Depertemen Kesehatan RI 2013, Indonesia merupakan negara yang masih terjadi transmisi malaria atau berisiko Malaria (Risk Malaria), karena hingga tahun 2011, terdapat 374 Kabupaten endemis malaria. Pada 2011, jumlah kasus malaria di Indonesia 256.592 orang dari 1.322.451 kasus suspek malaria yang diperiksa sediaan darahnya, dengan Annual Parasite Insidence (API) 1,75 per seribu penduduk. Hal ini berarti, setiap 1000 penduduk terdapat 2 orang terkena malaria. Malaria disebabkan oleh protozoa parasit dari genus plasmodium, terdapat empat spesies plasmodium yang menjadi parasit pada manusia, yaitu : Plasmodium (P) vivax, P. malariae, P. falciparum dan P. Ovale. Proses daur hidup keempat plasmodium ini pada umumnya sama yang terdiri atas dua fase, yaitu fase seksual (sporogoni) dalam badan nyamuk Anopheles betina dan fase aseksual (skizogoni) dalam tubuh manusia. Siklus hidup seksual plasmodium pada tubuh nyamuk apabila nyamuk anopheles betina menghisap darah penderita malaria (mengandung gametosit), didalam tubuh anopheles betina maka gamet jantan akan membuahi gamet betina menjadi zigot yang nantinya akan berkembang menjadi ookinet kemudian menembus dinding lambung nyamuk. Pada dinding luar lambung nyamuk ookinet akan menjadi ookista. Pada Inti ookista akan membelah dan masing-masing inti diliputi oleh protoplasma dan mempunyai bentuk memanjang (10-15 mikron) disebut sporozoit, kemudian ookista akan pecah dan ribuan sporozoit dibebaskan
7
dan kemudian memasuki kelenjar liur. Sporozoit ini bersifat infektif dan akan menjadi sumber baru penularan malaria yang akan ditularkan kemanusia. Siklus hidup aseksual plasmodium dimulai dari tubuh nyamuk betina yang telah mengandung sporozoit, nyamuk tersebut akan menghisap darah manusia sehat. Pada saat nyamuk betina menghisap darah maka terjadi transmisi pathogen yaitu sporozoit yang terdapat pada kelenjar liur akan berpindah kedalam aliran darah melalui proboscis . Sporozoit kemudian menuju hati dan masuk kedalam sel hati dan menjadi tropozoit hati. Kemudian tropozoit hati akan berkembang menjadi skizon hati (skizogoni pra eritrosit) yang terdiri dari 10.000– 30.000 merozoit hati (Pedoman Penata Laksana Malaria, 2010). Siklus ini dikatakan siklus ekso-eritrositer yang berlangsung selama kurang lebih dua minggu. Pada P. vivax dan P. Ovale sebagian tropozoit hati tidak langsung berkembang menjadi skizon, namun menjadi hipnozoit (bentuk dorman). Hipnozoit dapat tinggal di dalam sel hati selama berbulan-bulan hingga bertahuntahun. Skizon akan pecah dan melepaskan merozoit yang akan masuk ke peredaran darah dan meninfeksi sel darah merah. Selanjutnya merozoit akan berubah bentuk menjadi tropozoit dan berkembang menjadi skizon (terdapat 8-30 merozoit, tergantung spesiesnya). Proses perkembangan secara aseksual ini disebut dengan skizogoni. Eritrosit yang telah terinfeksi akan pecah menyebabkan merozoitkeluar dan akan menginfeksi sel darah merah lainnya, siklus ini disebut siklus eritrositer yang terjadi pada eritrosit (sel darah merah). Sebagian merozoit yang menginfeksi eritrosit akan membentuk stadium seksual yaitu bentuk gametosit yang dapat dibedakan sebagai gametosit jantan (mikro gametosit) dan gametosit betina (makro gametosit). Setelah ditemukan bahwa vektor penyakit malaria merupakan nyamuk genus Anopheles dilakukan lagi klasifikasi nyamuk Anopheles yang menjadi vektor malaria, dikarenakan tidak semuwa genus dari Anopheles mampu menjadi vektor malaria pada suatu daerah.
8
Gambar 1. Siklus Hidup Plasmodium
Dii Indonesia terdapat beberapa spesies nyamuk Anopheles nopheles yang menjadi vektor malaria pada suatu daerah sebagai contohnya, Anopheles sundaicus dan Anopheles subpictus menjadi vektor didaerah pesisir pantai, Anopheles aconitus menjadi vektor didaerah persawahan (dataran rendah), Anopheles kochi tersebar diseluruh kepulauan Indonesia kecuali irian,
Anopheles maculatus terdapat
didaerah pegunungan (dataran tinggi), serta Anopheles barbirostris dan Anopheles Balabacensis yang telah diketahui dibeberapa daerah menjadi vektor persebaran penyakit malaria. Klasifikasi nyamuk anopheles yang berpotensi menjadi vektor sangatlah penting untuk mendukung agar penanganan pemberantasan vektor malaria efektif dilakukan. Pemberantasan vektor malaria yang telah banyak dilakukan yaitu dengan cara membunuh nyamuk ddewasa ewasa (penyemprotan rumah dengan Insektisida). ). Dengan dibunuhnya nyamuk maka parasit yang ada dalam tubuh nyamuk juga akan mati sehingga penyebaran/transmisinya dapat terputus (Depkes RI, 2003). Kegiatan mengurangi atau menghilangkan tempat tempat-tempat perindukan juga dapat mengurangi perkembangan jumlah (Density) ( ) nyamuk. Sehingga transmisi penyakit malaria dapat dikurangi (Depkes RI, 2003). Menurut Marwoto (1989) penangulangan vektor dapat uga dilakukan dengan cara pemanfaatan manfaatan ikan pemakan jentik.
9
3.2
Pentingnya Identifikasi Vektor Identifikasi merupakan satu cara untuk melakukan penanggulangan
malaria, yaitu dengan melakukan identifikasi spesies nyamuk anopheles secara morfologi untuk mengetahui kemampuan spesies tersebut dalam menjadi vektor penyebaran penyakit malaria. Sejak tahun 1898 telah dilakukan identifikasi spesies secara morfologi terhadap genus anopheles yang menjadi vektor dan bukan vektor oleh ilmuan inggris Theobald yang telah berhasil mengidentifikasi spesies nyamuk Anopheles dalam suatu buku monografi 5 jilid yang meliputi 2536 halaman dengan 39 gambar. Dari 70 nama spesies group yang diusulkan dalam anopheles, sekarang tinggal 37 nama yang tetap dapat diterima karena benar (Dharmawan, 1993). Pada urutan taksonomi nyamuk anopheles termasuk ordo Diptera dengan family Culicidae. Genus Anopheles memiliki empat subgenus yaitu Anopheles, Cellia, Kerteszia dan Nyssorhynchus. Dari subgenus tersebut urutan taksonomi selanjutnya adalah seri, yaitu pengelompokan spesies berdasarkan distribusi dari tiap-tiap spesies tersebut,dan selanjutnya adalah penamaan berdasarkan spesies/ Species group/ species complex. Table 1. Klasifikasi Genus Anopheles dengan beberapa contohnya Genus
Subgenus
Anopheles
Anopheles
Spesies group/ Seri spesies Spesies complex/spesies Myzorhynchus Hyrcanus An. sinensis An. nigerrimus Barbirostris An. campestris An. donaldi An. Barbirostris Bancroftii An. bancrofti Umbrosus An. Letifer An. Whartoni Lophoscelomyi Asiaticus An. asiaticus a Anopheles Maculipenis complex An. messae
10
Neomyzomyia
Myzomyia
Pyrethoporus
An. labranchiae An. sacharovi An. atroparvus An. freeboni Quadrimaculatus complex An. claviger An. lindesayl An. culiciformis An. aitkenii Leucosphyrus Complex Dirus compleks Elegans group Riparis group punculatus complex An. nili An. tusellatus An. farauti Fenestusminimus complex Flavirostris Fluviatilis Aconitus complex Culcifacies Sergentii Sundaicus Gambiae complex
Neocellia
Cellia Paramyzomyia
Maculates group An. stephensi An. karwarii An. annularis Pharoensis Hispaniola
An. Leucosphyrus An. balabacencis An. dirus An. elegans An. macarthuri
An. fenestus An. minimus
An. subpictus An. sundaicus An. melas An. merus An. bwambae An. gambiae An. arabiensis An. quadriannulat us An. maculatus
An. pharoensis An. hispaniola
11
Kerteszia
Cruzii
Nyssorhync hus
Albimanus
An. multicolor An. cruzii An. bellator An. albimanus An. aquasalis An. nuneztovari An. darlingi
Sumber:(Dharmawan, 1993). Pengelompokan
nyamuk
diatas
sangatlah
membantu
untuk
mengidentifikasi spesies Anopheles, dikarenakan banyaknya spesies complex dan spesies group yang kadang membingungkan. Pengertian spesies group dan spesies complex adalah, ketika kelompok spesies yang telah terbukti menunjukkan perbedaan genetis dan memiliki morfologi yang sangat mirip dan memiliki hubungan yang sangat dekat dengan anggota – anggotanya disebut spesies complex, namun apabila kelompok spesies memiliki ciri-ciri yang lengkap, jelas dan pasti serta mempunyai jarak hubungan yang lebih jauh dengan anggota kelompok tersebut dikatakan spesies group. Pentingnya pengetahuan akan spesies complex dikarenakan terdapat anggota- anggota dari spesies tersebut yang mampu bertindak sebagai vektor, apabila spesies yang menjadi vektor dan non- vektor tidak dapat dibedakan maka usaha pengendalian penyakit malaria tidak akan berhasil. Spesies complex sangatlah sukar dibedakan dikarenakan secara morfologi sama namun sangat berbeda secara genetis. Spesies complex dibedakan menjadi dua, yaitu sympatric complex (spesies yang anggotanya pada daerah yang sama) dan allopatric complex (kelompok spesies yang anggotanya berada pada daerah berbeda). Sympatric complex dibagi lagi menjadi dua kelompok yaitu spesies kembar (sibling species) yang antara spesies satu dengan lainnya memiliki morfologi yang amat mirip namun terisolasi secara genetis sehingga tidak akan memungkinkan untuk saling kawin atau bila kawin akan menghasilkan spesies infertile. Dan kelompok berikutnya adalah spesies polymorphic, yaitu spesies tunggal namun memiliki beberapa bentuk yang cukup berbeda namun secara genetis sama terdapat dalam suatau daerah yang sama dan dapat melakukan
12
perkawinan sehingga menghasilakan keturunan yang normal, yang sebenarnya merupakan intra-spesifik varian. Sedangkan Allopatric complex merupakan kelompok spesies yang ketika diamati secara teliti menunjukkan variasi morfologi berdasarkan asal geografisnya namun masih dalam satu spesies yang sama. Kelompok spesies ini masuk dalam satu spesies yang sama namun berbeda secara morfologi diakibatkan karena kondisi geografis yang berbeda. 3.3
Faktor Penunjang Status Vektor Terdapat sekitar 2000 spesies Anopheles yang tersebar diseluruh dunia,
dan hanya sekitar 60 spesies yang dianggap penting dikarenakan kemampuan menjadi vektor malaria didunia. Tidak keseluruhan spesies malaria yang ada dibumi mampu menjadi vektor, hal ini disebabkan oleh empat factor utama yang mendukung spesies untuk menjadi vektor, yaitu tingkat kepadatan nyamuk, pemilihan hospes, kerentanan terhadap infeksi plasmodium dan lama hidup nyamuk. Agar dikatakan suatu spesies bertindak sebagai vektor, maka jumlah nyamuk harus cukup banyak dan berada pada daerah tempat hospes tinggal (manusia). Jumlah nyamuk berbanding lurus dengan tempat perindukan nyamuk (breeding place), dimana tempat perindukan haruslah dekat dengan dengan tempat tinggal manusia. Kebanyakan spesies Anopheles yang bertindak sebagai vektor, tempat perindukannya tidak jauh dari rumah terdekat manusia yaitu berjarak sekitar 200 – 400 meter yang berhubungan dengan kemampuan terbang nyamuk untuk mencari hospesnya (Ahmad et al. 2011). Pada umumnya Anopheles melakukan Blood Feeding (menggigit) pada malam hari, dengan kisaran jam aktif dari am 18.00 sampai 20.00 dan 04.0006.00. Hal ini berhubungan dengan tipe nyamuk anopheles yang berada didalam rumah (endofilik) dimana pada spesies ini kebanyakan merupakan jenis anopheles antrophofilik (manusia sebagai hospesnya). Sedangkan nyamuk yang berada diluar rumah (exophilik) dibagi lagi menjadi dua jenis, yaitu nyamuk yang melakukan blood feeding pada hewan (sapi, kerbau,dan burung) disebut zoofilik
13
serta terdapat juga jenis nyamuk yang menjadikan manusia saat berada diluar rumah sebagai hospesnya (anthropofilik). Terdapat sifat spesifik dalam hubungan antara nyamuk dan parasit agar dapat melengkapi rangkaian siklus hidup parasit. Parasit yang berhasil masuk ketubuh nyamuk harus memenuhi beberapa syarat dan melalui beberapa proses agar nyamuk menjadi infektif. Utamanya adalah jumlah parasit yang masuk harus cukup dan pada stadium yang matang untuk selanjutnya akan melalui siklus sexual dalam tubuh nyamuk. Tidak semuwa spesies nyamuk dapat berasosiasi dengan parasit, hal ini juga tergantung kerentanan spesies terhadap jenis plasmodium. Konfirmasi apakah spesies Anopheles tersebut merupakan vektor yang telah mengandung parasit dilakukan dengan cara pembedahan kelenjar ludah “microdissection salivary glands” serta pewarnaan dengan giemsa yang selanjutnya diamati dengan mikroskop persentase sporozoit yang terdapat pada kelenjar ludah nyamuk tersebut. Panjang umur nyamuk yang sudah terinfeksi haruslah cukup agar parasit dapat menyelesaikan siklus hidupnya sehingga nyamuk menjadi infektif. Cara yang telah digunakan untuk mengetahui umur nyamuk untuk mengetahui kapasitasnya sebagai vektor dengan melakukan pembedahan ovary. Pembedahan ovary dilakukan untuk mengetahui perbandingan antara jumlah nyamuk yang telah bertelur (parous) dan yang belum pernah bertelur (nulliparous) penghitungan relic dan folikel menunjukkan selesainya satu siklus gonotrofik (Darmanawa, 1993). 3.4
Morfologi Nyamuk Anopheles Untuk Identifikasi Spesies Pada laboraturium referensi proses identifikasi nyamuk dilakukan dengan
pengamatan secara morfologi menggunakan kunci identifikasi. Pemahaman tentang struktur morfologi nyamuk sangatlah penting sebelum melakukan identifikasi dan dikonfirmasi lebih lanjut dengan menggunakan kunci identifikasi karena dasar kunci identifikasi pada laboraturium referensi berdasarkan morfologi nyamuk Indonesia. Di laboratorium proses identifikasi nyamuk menggunakan preparat awetan yang diamati di bawah mikroskop stereo.
14
Tubuh nyamuk dewasa terdiri atas tiga bagian utama yaitu kepala (caput), dada (thorax) dan perut (abdomen).
Gambar 2. Anatomi Nyamuk
Pada bagian kepala terdapat dua mata majemuk yang besar, dua antenna dan mulut. Antenna pada nyamuk terdiri atas 15 segmen, yang masing-masing mempunyai sekelompok rambut, dari rambut inilah dapat dibedakan antara nyamuk jantan dan nyamuk betina apabila nyamuk betina nyamuk jantan rambut pada bagian antenanya terlihat lebih tebal jika dibandingkan dengan antena pada nyamuk betina (Gandahusada et al, 2006). Mulut terdiri atas proboscis berfungsi untuk menusuk menghisap, bagian mulut lainnya tertutup labium kecuali palpus maxilaris yang terdapat stylet didalamnya. Pada bagian proboscis juga berguna membedakan antara genus Toxorhynchitus dengan Anopheles, dengan perbedaan proboscis runcing dan melengkung kebawah pada genus Toxorhynchitus, dan prosboscis tidak runcing dan lurus pada genus Anopheles. Thoraks terdiri atas 3 bagaian yaitu, prothorax, mesothorax, dan metathorax, yang masing-masing memiliki alat lokomotor berupa sepasang kaki. Dan bagian mesothorax merupakan bagian yang paling besar dan memiliki otototot yang kuat karena terdapat sepasang sayap. Pada bagian metathorax bagian post dorsal terdapat scutellum yang menjadi penentu identifikasi. Pada laboraturium
referensi
scutellum
digunakan
untuk
membedakan
genus
Toxorhynchitus, Anopheles (memiliki scutellum 3 lobi) dengan genus Armigeres, Mansonia, Culex, Aedes yang memiliki 1 lobi pada scutellum. Kaki dan sayap
15
pada nyamuk merupakan organ yang sangat penting diidentifikasi dan merupakan kunci identifikasi menuju spesies pada genus Anopheles yaitu dengan melihat perbedaan pada kakinya. Abdomen terdiri atas 8 segmen yang tampak jelas dan segmen ke-9 dan 10 bentuknya berubah menjadi alat kelamin. Masing-masing segmen terdiri atas lempeng atas atau dorsal yang disebut tergit dan lempeng bawah atau ventral disebut strenit. Tergit dan sternit masing-masing segmen berhubungan melalui membrane pleura dan segmen depan berhubungan melalui membrane pleura depan dihubungkan dengan segmen belakangnya oleh membrane intersegment (selaput antar segmen). Pada bagian kelamin banyak dijadikan perbandingan untuk identifikasi seperti contoh spermatheca pada nyamuk betina dapat membedakan antara sibling spesies. Untuk mengidentifikasi Anopheles sampai pada tingkatan spesies dengan cara melihat ciri morfologi dan dibandingkan dengan kunci identifikasi anopheles. 1. a. Kunci Identifikasi Sub Genus Anopheles Merupakan Subgenus anopheles jika costa dan urat 1 sayap terdapat tiga noda pucat atau kurang. Setelah itu diamati pada bagian palpusnya. Jika terdapat 4 gelang pucat maka menuju kunci identifikasi Anopheles hyrcanus group.
Gambar 3. Anopheles barbiostris (Sony Digital Camera)
Jika pada palpus tidak terdapat belang pucat maka diamati pada bagian sternit abdomen ketujuh. Jika terdapat kumpulan sisik atau sikat gelap maka termasuk
16
Anopheles barbirostris group, dan Jika sternit abdomen ketujuh tidak terdapat kumpulan sisik (sikat gelap) maka termasuk Anopheles umbrosus group. 1.a. Kunci Identifikasi Anopheles hyrcanus Group Apabila gelang pucat, tarsus kaki belakang sempit dan apabila tanda gelap pada pangkal urat 5 panjang, dan jumbai pucat pada sayap sempi maka termasuk Anopheles lesteri paraliae. Jika tanda gelap pangkal urat ke-5 pendek dan jumbai pucat pada ujung sayap lebar maka termasuk Anopheles sinensis (ujung urat 1 gelap dan jika ada jumbai pucat pada urat 5.2) dan merupakan Anopheles crawfordi (apabila ujung urat 1 pucat dan tidak ada jumbai pucat pada urat 5.2). Apabila gelang pucat, tarsus kaki belakang : sedang atau sangat lebar dan Apabila tanda gelap pada pangkal urat 5 pendek, dan ada jumbai pucat urat 5.2 merupakan Anopheles nitidus /indiensis, sedangkan tanda gelap pangkal urat 5 panjang maka menuju identifikasi selanjutnya. Apabila terdapat gelang pucat tarsus 3 kaki belakang ≥ tarsus 4, tidak ada jumbai pucat pada urat 5.2 merupakan Anopheles argyropus. Apabila gelang pucat tarsus 3 kaki belakang ˃ tarsus 5, tidak ada jumbai pucat pada urat 5.2 merupakan Anopheles peditaenatus. jika gelang pucat tarsus 3 kaki belakang < tarsus 5, ada jumbai pucat pada urat 5.2 merupakan Anopheles nigerrimus. 1.b Kunci Identifikasi Sub genus Cellia Termasuk kedalam sub genus Cellia jika costa dan urat 1 sayap terdapat empat noda pucat atau lebih. Diamati pada bagian kakinya, jika kaki tidak berbercak bintik-bintik pucat atau tidak belang, kemudian diamati pada bagian tarsus 5 kaki belakang maka menuju kunci selanjutnya. Jika tarsus 5 kaki belakang gelap maka selanjutnya diamati pada bagian ujung probosisnya maka menuju kunci selanjutnya, apabila terdapat sedikit bagian pucat maka termasuk Anopheles vagus, sedangkan jika probosis gelap, gelang pucat sub apical palpus ≥ gelang sub apical maka termasuk Anopheles indefinitus. Jika probosis gelap, gelan pucat sub apical palpus ≤ ⅓ gelang sub apical gelap maka termasuk Anopheles subpictus. Apabila setengah ujung proboscis pucat dan terdapat jumbai pucat pada urat sayap no. 6 maka termasuk Anopheles aconitus, sedangkan Jika setengah ujung proboscis bagian bawah pucat, tidak ada jumbai pucat pada ujung urat
17
sayap no. 6 maka termasuk Anopheles minimus. Apabila jika tarsus 5 kaki belakang seluruhnya pucat maka termasuk Anopheles karwari, dan Jika tarsus 3, 4 dan 5 kaki belakang pucat maka termasuk pada Anopheles annularis.
Gambar 4. Anopheles aconitus (Sony Digital Camera)
Apabila kaki berbercak bintik-bintik pucat atau belang maka diamati pada bagian persambungan tibia-tarsusnya, jika persambungan tibia-tarsus kaki belakang terdapat gelang pucat lebar maka menuju kunci identifikasi Anopheles leucosphyrus group, namun jika persambungan tibia-tarsus kaki belakang tidak terdapat gelang pucat lebar maka diamati lagi bagian palpusnya kemudian jika palpus dengan 3 cincin pucat dan proboscis seluruhnya gelap maka diamati lagi pada bagian tarsus 5 kaki belakang sebagian atau seluruhnya gelap maka termasuk Anopheles sundaicus. Jika tarsus 5 kaki belakang pucat maka termasuk Anopheles maculatus.
Gambar 5. Anopheles sundaicus
Gambar 6. Anopheles maculatus
(Sony Digital Camera)
(Sony Digital Camera)
Apabila palpus dengan 4 cincin pucat atau lebih setengah proboscis bagian ujung pucat maka diamati pada bagian sternit abdomen II-IV jika terdapat
18
kumpulan sisik (sikat) gelam maka termasuk Anopheles kochi dan Jika sternit abdomen II-IV tidak terdapat kumpulan sisik (sikat gelap) maka termasuk Anopheles tessellatus.
Gambar 7. Anopheles kochi (Sony Digital Camera)
2.a. Kunci Identifikasi leucospyrus group Apabila Proboscis lebih panjang dari pada palpus maka Presector gelap (urat 1 sayap) ada 1 atau lebih tanda pucat maka termasuk Anopheles Sulawesi. Apabila presector gelap (urat 1 sayap) tidak ada tanda pucat dan gelang pucat ujung palpus sangat sempit maka termasuk Anopheles hacker. Jika gelang pucat ujung palpus lebar ≥ preapical gelap maka menuju kunci selanjutnya pada preapical gelap urat 1 sayap ada 1 tanda pucat dan pangkal tarsus 4 kaki belakang ada gelang pucat lebar maka termasuk Anopheles elegans dan apabila pada preapical gelap urat 1 sayap ada 2 atau lebih tanda pucat dan pangkal tarsus 4 kaki belakang ada gelang pucat sempit/ tidak ada maka termasuk Anopheles pujutensis.
Gambar 8. Anopheles balabacensis (Sony Camera Digital)
Jika proboscis sama / lebih pendek daripada palpus Pangkal presector gelap urat 1 sayap, memanjang, melebihi gelap humeral pada costa maka
19
termasuk Anopheles leucosphyrus dan Presector gelap urat 1 sayap sama panjang dengan tanda gelap humeral pada costa maka termasuk Anopheles balabacensis.
20
BAB 4. PENUTUP 4.1 Kesimpulan Dari hasil pengamatan di dapatkan hasil bahwa untuk standart identifikasi suatu spesies dapat dilakukan dengan Identifikasi berdasarkan morfologi nyamuk. Pada genus Anopheles memiliki cirri yaitu terdapat scutellum 3 lobus yang dapat membedakan spesies tersebut dengan spesies lainnya. Serta pada kegiatan identifikasi berhasil mengidentifikasi 6 spesies yang diduga dapat menjadi spesies vektor Malaria yaitu, Anopheles balabacensis, Anopheles kochi, Anopheles sundaicus, Anopheles maculates, Anopheles aconitus dan Anopheles barbiostris.
4.2 Saran Identifikasi berbasis morfologi merupakan proses identifikasi yang tergolong metode lama dan kurang akurat, dikarenakan adanya sibling spesies yang dapat mengakibatkan biasa pada suatu penelitian. Identifikasi yang paling muktahir adalah dengan identifikasi berbasis Molekuler (DNA) yang hasilnya akan lebih spesifik.
DAFTAR PUSTAKA
Ahmad, Rohani . Ali, Wan. Nor, Zurainee M., Ismail, Zamree., Hadi, Azahari A., Ibrahim, Mohd N and Lim, Lee H. 2011. Mapping of mosquito breeding sites in malaria endemic areas in Pos Lenjang, Kuala Lipis, Pahang, Malaysia. Malaria Journal . 10:361 Barodji., 2001. Pengembangan model pemberantasan malaria berdasarkan lokal spesifik di daerah endemis malaria Kabupaten Pekalongan, Jawa Tengah', Laporan penelitian Malaria. Bruce-Chwatt, L. J. 1980. Essential Malariology. William Heinemann Medical Books Ltd, London, pp97-127. Dharmawan, ruben. 1993. Metode Identifikasi Spesies Kembar Nyamuk Anopheles. Sebelas Maret University Press : Solo Gandahusada, S. Ilahude, H. Pribadi, W. 2006. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Permana, D.H,. 2012. Variasi Sekuen Anopheles balabacensis Baisas (diptera : culicidae) berdasarkan Segmen ITS2 DNA Ribosom dan Gen COI DNA Mitokondria di Purworejo : Tesis S-2. Program Pascasarjana, Fakultas Kedokteran, Universitas Gadjah Mada: Yogyakarta. Takano, Kohei Takenaka. Nguyen, Ngoc Thi Hong. Nguyen, Binh Thi Huong. Sunahara, Toshihiko . Yasunami, Michio. Nguyen, Manh Duc, and Takagi, Masahiro.RPartial mitochondrial DNA sequences suggest the existence of a cryptic species within the leucosphyrus group of the genus Anopheles (Diptera: Culicidae), forest malaria vektors, in northern Vietnam. Parasites & Vectors. 2010, 3:41
Tan, Cheong H . Vythilingam, Indra . Matusop, Asmad . Chan, Seng T and Singh, Balbir. Bionomics of Anopheles latens in Kapit, Sarawak, Malaysian Borneo in relation to the transmission of zoonotic simian malaria parasite Plasmodium knowlesi. Malaria Journal. 2008, 7:52 Wooden J, Kyes S, Sibley CH, 1993. PCR and strain identification in Plasmodium falciparum. Parasitology Today . 9:303-305 World Health Organization. World Malaria Report 2007; Geneva; WHO; 2007 World Health Organization. World Malaria Report 2011; Geneva; WHO; 2011 Sumber internet Anonim.2013.http://www.depkes.go.id/index.php/berita/press-release/1883-ayogebrak-malaria.html [diakses pada 12 agustus 2013]
BIODATA MAHASISWA
Nama Lengkap
:
Moh Mirza Nuryady
NIM
:
101810401048
Program Studi
:
Biologi
Tempat dan Tanggal Lahir
:
Sumenep, 13 desember 1992
Jenis Kelamin
:
Laki-laki
Alamat asal
:
Jl. Jati Mas No.41, Sumenep
Alamat
:
Perum Mastrib Blok M-15
Telepon/No. Hp
:
085731090163
e-mail
:
[email protected]
Pendidikan
:
SDN Pangarangan V sumenep SMPN 2 Suemenep SMA Muhammadiyah 1 Sumenep S1 Biologi FMIPA UNEJ