IDENTIFIKASI KARAKTER TERPILIH PADA TANAMAN TOMAT TIPE APEL DAN TIPE RANTI Oleh : Dawud Ardisela Abstract Advantage genotypes result of crossing Apel and Ranti type tomattos are plant with big fruit, sweet smelt, green leaf, red fruits and resistance from pest. The colour of fruits determinate by 2 dominant gene, ukuran fruits by amount of partial dominant gene, smelt of fruits by amount of cumulative gene dan resintance from pest by amount of resesive gene (minor gene). Key Words : Chosing character, genotype, phenotype, dominant gene and resesive gene I. PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Indonesia sebagai negara tropika mempunyai potensi yang besar dalam pengembangan hortikultura. Berdasarkan agroklimatnya, Indonesia mempunyai dua tipe wilayah yaitu wilayah basah dan wilayah kering, mempunyai dataran rendah dan dataran tinggi sehingga hampir semua jenis komoditas hortikultura dapat dikembangkan. Selain mempunyai potensi dan peluang pasar di dalam negeri, komoditas hortikultura juga mempunyai peluang untuk ekspor ke luar negeri. Hal ini ditunjukkan dengan semakin terbukanya pasar dan hubungan internasional melalui udara dan berbagai pelabuhan. Permintan luar negeri terhadap buah-buahan tropika dari Indonesia sebenarnya cukup banyak, tetapi peluang tersebut belum banyak dimanfaatkan oleh pengusaha Indonesia karena berbagai faktor antara lain kuantitas produksi, kualitas hasil, kontinyuitas suplai, handling, kelancaran transportasi dan sebagainya. Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill) salah satu komoditas hortikultura yang banyak dikonsumsi orang karena rasanya enak, segar, sedikit asam serta sumber vitamin A, C dan sedikit vitamin B. Selain dimasak sebagai campuran sayur, dibuat saus, selei, juga enak dimakan mentah sebagai buah-buahan segar. Tomat sebagai sayur-sayuran atau buah-buahan tergantung sudut memandangnya. .
27
Dalam Kartasapoetra (1988) disebutkan bahwa produksi dunia buah tomat kurang lebih 49.201 ton/tahun tidak seimbang dengan tingkat konsumsi yang lebih besar. Apalagi dengan meningkatnya pendapatan masyarakat, kesadaran akan pentingnya zat gizi dari sayur-sayuran dan buah-buahan serta tuntutan akan kualitas tomat yang baik. Tomat yang matang, besar, segar dan warna yang menarik biasanya di pasaran harganya cukup tinggi.
Dengan demikian
pemuliaan tanaman tomat yang bermutu baik perlu dilakukan. 1.2. Identifikasi Masalah Sehubungan dengan kebutuhan buah tomat yang makin meningkat, produktifitas rata-rata Indonesia yang rendah kurang lebih 6 ton/ha (di Amerika Serikat 30 ton/ha) dan tuntutan kualitas buah tomat yang baik, maka perlu dilakukan program penelitian tanaman tomat yaitu menghasilkan varietas-varietas yang unggul (dibatasi 5 karakter saja) yaitu : buah besar, rasa buah enak, warna buah muda green shoulder, warna buah masak merah muda dan bebas penyakit layu pembuluh (oleh bakteri Pseudomonas solanacearum) Demikian percobaan ini bertujuan untuk mendapatkan buah yang mempunyai karakterkarakter tersebut. Untuk mendapatkan varietas yang unggul dengan mempunyai 5 karakter di atas diperlukan beberapa kali percobaan sampai menghasilkan turunan kelima (F5). Dalam percobaan ini hanya mengamati data kualitatif dari tetuanya (Parential P) yaitu tomat tipe Apel dan tipe Ranti (ranggeum). 1.3. Kerangka Pemikiran Percobaan Mendel pada tahun 1865 disimpulkan bahwa sifat individu dikendalikan oleh faktor pembawa sifat yang dikenal dengan “gen”. Selanjutnya dijelaskan bahwa penurunan pembawa sifat kebakaan tersebut mengikuti dua prinsip utama yaitu; hukum segregasi dan penggabungan secara bebas (independent assortment). Berdasarkan atas kedua hukum dengan mudah ditafsirkan bahwa peubah genetic (gamet dan zigot) mempunyai hukum stokhastik. Dengan demikian pola agregasi dapat dijelaskan dengan model peluang. Pengguaan model peluang di dalam gejala-gejala perubahan genetik dimungkinkan karena asumsi dasar tentang kaidah acak dari perubahan tadi dapat dipenuhi (Darajat, 1988).
28
Menurut Abdul Bari et al (1982) bahwa tujuan setiap program pemuliaan tanaman adalah untuk mendapatkan varietas (hibrida, klon dan sebagainya) baru dengan sifat-sifat keturunan yang lebih baik dari pada apa yang kini mudah diusahakan.
Varietas baru ini dipilih dan
dikembangkan dari hasil seleksi terhadap suatu populasi tertentu. Selanjutnya disebutkan bahwa kegiatan-kegiatan yang tercakup dalam pemuliaan tanaman dapat dirumuskan pada Gambar 1. Menimbulkan keragaman genetik
Isolasi
Pengujian dan Penilaian
Pembuatan Perkawinanperkawinan
Perbanyakan
Penyebarluasan
Gambar 1. Kegiatan Pemuliaan Tanaman Syarat untuk seleksi terhadap populasi untuk memilih varietas baru adalah: 1.
Terdapatnya keragaman keturunan yang cukup besar di dalam populasi. Nilai genotype anggota-anggota populasi tidak sama baiknya, akan tetapi terdapat anggota-anggota populasi yang dalam hal sifat (karakter) tertentu bernilai lebih baik dari pada varietas yang sudah diusahakan.
29
2.
Keragaman bahan-bahan keturunan dapat ditimbulkan dengan beberapa cara antara lain introduksi varietas baru, pemisahan hasil suatu persilangan, mutasi buatan, poliploidi dan pemisahan hasil suatu persilangan antar species. Isolasi atau seleksi berarti mendapatkan genotype yang terpilih atau yang dikehendaki
dipisahkan dari genotip yang tidak terpilih atau yang tidak dikehendaki. Genotip yang terpilih dapat diteruskan kepada serentetan pengujian-pengujian untuk penilaian atau digunakan sebagai bahan untuk hibridisasi. Membedakan antara genotip unggul dari genotip yang tidak dikehendaki berdasarkan pengukuran-pengukuran pada fenotip yang tampak pada individu atau kelompok individu sangat sukar. Kebanyakan dari pewarisan sifat-sifat agronomic tidak sederhana karena dikendalikan oleh banyak gen, Sifat tersebut merupakan sifat kuantitatif yang penampilannya merupakan kerjasama dari pengaruh genotip dan lingkungan. Pengetahuan tentang gen sebagai pengendali pewarisan sifat tertentu diperlukan dan teknik pengawasan lingkungan diperhatikan dengan metoda statistika dan rancangan percobaan agar pengaruh komponen yang bukan temurun diketahui. Tujuan membuat perkawinan adalah untuk menciptakan populasi baru dengan mana pada sebagian dari individu-individu anggotanya dapat dipadukan cirri-ciri sifat keturunan yang baik yaitu sebagian berasal dari pihak tetua jantan dan sebagian lagi berasal dari pihak tetua betina. Perkawinan merupakan suatu usaha untuk menciptakan adanya keragaman temurun dalam populasi baru. Isolasi dan seleksi terhadap populasi turunan hasil perkawinan diharapkan akan menghasilkan populasi dengan cirri-ciri mewarisi beberapa sifat baik dari tetua-tetuanya. Kegiatan membuat perkawinan-perkawinan menimbulkan keragaman keturunan, isolasi, pengujian dan penilaian dapat merupakan proses bersiklus. Jika penilaian terhadap varietas baru dianggap telah mantap dan diputuskan dapat dianjurkan untuk memperbanyak dan menyebarluaskan, maka tugas Badan Sertifikasi Benih dan Badan Produksi Benih untuk melipatgandakan benih baru yang dihasilkan oleh pemulia tanaman.
30
1.4. Bahan dan Metode Bahan tanaman yang diamati adalah beberapa tanaman tomat tipe apel dan tipe ranti yang sedang berbuah di lapang. Kedua tipe tomat yang berbeda dalam karakternya (5 karakter yang diamati) yang masing-masing mempunyai sifat yang diinginkan dan yang tidak diinginkan disilangkan untuk menghasilkan keturunan berkarakter yang diinginkan. Demikian seterusnya sampai keturunan kelima (F5) melalui cara isolasi dan seleksi masa dan selanjutnya dengan seleksi individual (pedigree) untuk mencari homogenitas dan daya adaptasi lingkungan yang tinggi. Penelitian ini dilakukan di Kebun Percobaan Fakultas Pertanian UNISMA Bekasi mulai tanggal 7 Sptember 1990 sampai 7 Desember 1990. II. TINJAUAN PUSTAKA Tanaman tomat (Lycopersicum esculentum Mill) berasal dari Amerika Selatan yakni sekitar Pegunungan Andes. Kemudian oleh pedagang Spanyol dibawa ke Eropah, Asia, Amerika Utara dan bagian dunia lainnya. Di Indonesia kapan tanaman ini mulai diusahakan belumlah jelas.
Pada tahun 1811 tanaman tomat telah tersebar ke daerah pegunungan Indonesia.
Umumnya diusahakan di dataran tinggi, hanya sedikit diusahakan di dataran rendah (Sunarjono, 1979). Menurut Kartasapoetra (1988) tanaman tomat dapat tumbuh baik di daerah yang beriklim panas dan dapat menyesuaikan diri pada keadaan yang berbeda-beda, tetapi pada persyaratan kelembaban dan temperature yang tinggi hasilnya akan menurun. Pada keadaan yang terlalu basah buahnya kurang baik misalnya membusuk, terserang penyakit dan buah-buahnya jatuh sebelum matang. Tanaman tomat termasuk suku Solanaceae adalah tanaman setahun berbentuk perdu. Daunnya bercelah menyirip dan tersusun dalam sebuah tangkai bersama. Sebenarnya tanaman tomat bersifat racun, karena mengandung zat “lycopersicin”, akan tetapi kandungannya adalah rendah dan setelah buahnya tua racunnya akan hilang. Mungkin tomat yang masih muda rasanya getir (pahang), kesat dan bau tidak enak (merangsang). Walaupun demikian bau khas yang merangsang di bagian daunnya tidak ilang (Sunarjono, 1979). 31
Sistematika botani tanaman tomat adalah sebagai berikut : Kelas (Classis)
: Dicotyledoneae (berkeping dua)
Bangsa (Orde)
: Tubiflorae
Suku
(Family)
: Solanaceae (berbunga trompet)
Marga (Genus)
: Lycopersicum (dulu Solanum)
Jenis
: Lycopersicum esculentum Mill atau Solanum esculentum L.
(Species)
Jenis-jenis tomat lainnya yang merupakan tomat liar yang tidak enak dimakan antara lain L. hirsutum, L. peruvianum, L. glandulosum dan lain-lain. Berdasarkan bentuk buahnya, tomat komersial dibedakan menjadi beberapa tipe : a.
Tomat Apel (f. pyriforme) yang buahnya berbentuk bulat besar seperti apel
b.
Tomat Porselen (f. commune) yang buahnya besar agak gepeng dan beralur
c.
Tomat Roma (f. validum), tomat gondol yang buahnya bulat lonjong seperti kedondong
d.
Tomat Ranti/Ranggeum (f. pimpinellifolium) yang buahnya bulat kecil seperti kelereng Berdasarkan warna buah muda, tanaman tomat dibedakan menjadi 3 tipe :
a.
Berbuah hijau merata
b.
Berbuah hijau keputih-putihan merata
c.
Berbuah hijau tua pada pangkal dan hijau muda sampai keputih-putihan pada bagian lainnya. Berdasarkan warna buah yang telah tua (masak) tanaman tomat dapat dibedakan menjadi
3 tipe : a.
Berbuah merah tua
b.
Berbuah merah kekuning-kuningan sampai kuning
c.
Berbuah merah jambu (pink) yang dikenal sebagai tipe “Mikado pink” Selanjutnya menurut Sunarjono (1979) tomat merupakan sayuran buah terpenting yang
ditanam di seluruh wilayah Indonesia terutama di dataran tinggi. Di dataran rendah hanya sedikit diusahakan karena sering terjadi serangan penyakit layu yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum. Bunga tomat berjenis kelamin dua dengan 2 buah kelopak berwarna hijau berbulu, 5 buah daun mahkota berwarna kuning yang pada bagian dasarnya tumbuh menjadi satu sedangkan pada
32
bagian atasnya meruncing hingga seolah-olah menyerupai bintang. Alat kelaminnya terdiri dari benang sari (stamen) yang mengembang menjadi sebuah sarung dan membalut sebuah putik (pistil). Tangkai sari pendek sekali, hingga hanya tampak sebuah sarung (kantong) sari saja. Kantong sari tersebut mempunyai 12 alur, hingga bentuknya seperti gamet. Kedudukan sarung (kantong) sari kadang-kadang sama tingginya dengan kepala putik (stigma) dan kadang-kadang kepala putik tersebut lebih tinggi dari pada batang sarinya, tergantung kepada jenisnya. Pada jenis tomat liar, biasanya putik lebih tinggi daripada kantong sarinya. Sifat inilah yang menyebabkan tanaman tomat dapat melakukan penyerbukan silang. Walaupun demikian tanaman tomat komersial bersifat menyerbuk sendiri (self pollination). Penyerbukan silang (cross pollination) terjadi dengan perantaraan lebah madu, lebah sialang dan lalat hijau yang biasanya hanya 2-10 % saja tergantung kepada varietas dan iklim. Pada waktu musim kering kemungkinan penyerbukan silang akan lebih besar. Tepung sari (pollen) terdapat di bagian dalam kantong (theca). Tepung sari ini bersifat kering, hingga setelah masak pada siang hari yang cerah tepung sari tersebut dapat keluar dari kantong dengan mudah. Bakal buah (ovarium) terletak di atas dengan banyak ruangan dan mempunyai bakal biji (ovulum) banyak. Pembuahan terjadi setelah penyerbukan berlangsung 96 jam sedang buah tomat masak antara 45 – 50 hari setelah pembuahan. III. PENGAMATAN Tabel 1. Karakter Tanaman Tomat Tipe Apel dan Tipe Ranti
Karakter
Tipe Apel
Tipe Ranti
Ukuran buah
Besar
Kecil
Rasa buah
Agak manis
Masam
Warna Buah Muda
Hijau keputihan
Hijau merata
Warna Buah Masak
Merah jambu
Merah
Ketahanan penyakit layu
Kurang tahan
Tahan
33
Dari pengamatan di lapang, bahwa karakter tomat kedua tipe Apel dan tipe Ranti masingmasing menunjukkan beberapa karakter yang terpilih dan yang tidak terpilih. Lima karakter dari tomat tipe Apel dan tipe Ranti tertera dalam Tabel 1. Jenis tomat yang biasanya disenangi oeh konsumen dari 5 karakter di atas adalah buah segar, rasa buah tidak begitu masam dan agak manis, warna buah muda hijau keputihan dan warna merah pada waktu masaknya serta lebih tahan terhadap penyakit layu serangan bakteri Pseudomonas solanacearum yang menurut para ahli penyakit lebih ganas serangannya di Indonesia karena keadaan lingkungan yang panas dan lembab. IV. PEMBAHASAN Pemecahan masalah dalam pengembangandan pemuliaan tanaman tomat diarahkan pada 3 masalah yaitu pemuliaan resistensi, produksi dan kualitas hasil.
Dalam percobaan ini
dilakukan pemuliaan resistensi terhadap penyakit layu yang disebabkan oleh bakteri Pseudomonas solanacearum dan pemuliaan kualitas buah berupa ukuran buah, rasa buah, warna buah muda dan warna buah masak. Tomat tipe Apel merupakan tomat komersial yang banyak dibudidayakan sedangkan tomat ranti (ranggeum) adalah tomat yang jarang ditanam karena selain produksinya rendah, kualitas rendah juga masih menunjukkan sifat liar seperti buah jarang, kecil-kecil, mudah rontok, banyak bulu dan bau yang tidak sedap (Retnowati, 1989). Mengenai daya hasil termasuk ukuran buah diatur oleh banyak gen yang bersifat kumulatif hingga hasil silangan tomat sering menunjukkan “efek heterosis”. Bobot buah yang ringan merupakan sifat yang diwariskan secara dominant partial. Warna buah tomat ditentukan oleh dua gen (digene) ialah yang mengatur warna kulit daun dan yang mengatur warna daging buah. Warna kulit kuning atau merah dominant terhadap putih, sedangkan warna daging buah merah dominant terhadap warna hijau. Dalam persilangan antara tomat komersial dengan tomat liar akan diperoleh keturunan pertama yang berwarna merah terang, berbulu dan berbau seperti tomat liar. Rasa buah tomat ditentukan oleh banyak zat yang terkandung di dalamnya seperti manis (sukrosa, fruktosa dan lainnya), masam (asam organic), getir (lycopersicin) dan sebagainya. Rasa ditentukan oleh banyak gen secara kumulatif.
34
Resistensi varietas terhadap suatu penyakit terbagi menjadi resistensi vertical dan resistensi horizontal.
Resinstensi vertical adalah ketahanan suatu varietas terhadap suatu
penyakit yang dikendalikan oleh satu gen dominant (monogene). Sifat ini mudah diwariskan dengan mudah, akan tetapi tidak dapat berlangsung lama sebagai akibat pathogen itu berusaha mengadakan perubahan-perubahan sifat menjadi biotipe-biotipe baru.
Resistensi horizontal
adalah ketahanan suatu varietas terhadap suatu penyakit yang dikendalikan oleh banyak gen (polygenic). Pewarisan ini lebih sulit, tetapi berlangsung lama, karena adanya perubahan arah biotipe baru masih dapat diatasi oleh gen lainnya.
Resistensi bakteri Pseudomonas
solanacearum sulit ditemukan, karena diatur oleh banyak gen resesif (minor gene), sehingga dalam pengujian hasil-hasil silangan jarang yang menunjukkan adanya turunan yang mutlak resisten. Diduga biotipe (strain) bakteri Pseudomonas solanacearum di Indonesia lebih pelik dan lebih ganas daripada yang ada di luar negeri seperti Filipina dan Taiwan. Hasil silangan tomat komersial dan tomat liar pada umumnya menghasilkan buah yang berukuran menengah atau intermediate, tetapi keadaan bulu dan bau tomat liar dominant terhadap tomat komersil. Hasil persilangan tipe Apel dengan tipe Ranti bulu dan baunya seperti tipe Ranti karena ditentukan oleh gen dominan. Agar sifat-sifat liar berkurang maka hasil turunan tipe Apel dan Ranti disilangkan kembali dengan Apel (back crossing). Selanjutnya hasil persilangan antara turunan I (F1) dan tetua tipe Apel (P1) diseleksi galur atau “seleksi pedigree”. Akan tetapi karena tanaman tomat adalah termasuk tanaman yang menyerbuk sendiri (97%) yang sebenarnya dengan seleksi pedigree, bukan dengan seleksi massa, namun akan memerlukan biaya dan waktu yang lama maka dilakukan seleksi massa. Disamping itu dengan 5 karakter disyaratkan dengan populasi yang sangat besar, minimal 4 n = 4 5 = 1024 populasi disamping adanya pautan (linkage) dan adanya interaksi antara gen-gen itu sendiri dalam kromosom (Anon., 1982). Seleksi dilakukan pada keturunan kedua (F2) karena sudah adanya segregasi dan untuk menguji keberhasilan perkawinan tersebut dilakukan dengan back cross. Dengan back cross diketahui apakah perkawinan itu sesuai dengan yang diinginkan atau tidak. Maka dilakukan percobaan yang berulang-ulang.
35
Karena adanya sifat linkage, interaksi gen, kemungkinan gagalnya perkawinan, jumlah populasi yang banyak, amaka dilakukan seleksi massa sampai keturunan kelima (F5) baru seterusnya dengan seleksi galur/individual/pedigree yang memungkinkan lebih teliti untuk mendapatkan homogenitas yang tinggi. Untuk menguji resistensi sebenarnya ada berbagai cara diantaranya adalah dengan penularan tetua, inokulasi (pelukaan atau penyemprotan) serta injeksi. Dalam percobaan ini bias dengan penularan dari tetuanya, karena tanah tersebut telah lama digunakan untuk tanaman tomat. Sebenarnya untuk mengetahui berhasil tidaknya suatu persilangan perlu adanya pembanding, yaitu tetua ditanam di kedua sisinya sehingga diketahui perbedaan tetua dan turunan, mengetahui seberapa jauh perbedaan tersebut dan juga untuk mengecek apakah persilangan itu benar atau tidak dari tetua yang dimaksud dengan melihat fenotipe yang diperlihatkan keturunan dari kedua tetua tersebut. Untuk menghindari keragaman yang diakibatkan oleh lingkungan, maka dibuat situasi atau keadaan lingkungan yang sehomogen mungkin (mengecilkan pengaruh lingkungan). Demikian juga untuk mengecek adaptasinya dari hasil persilangan tersebut, yaitu dengan mengadakan percobaan di berbagai tempat. Kalau ternyata hasil dari semua menunjukkan sifat yang sama, maka hasil persilangan tersebut dapat disebarluaskan ke petani-petani, maka diharapkan produksi akan meningkat dengan kualitas yang disenangi konsumen. Dengan melihat gen pembawa sifat atau karakter buah dan ketahanan terhadap bakteri Pseudomonas solanacearum, maka hanya warna buah yang diatur oleh gen dominant sedangkan ukuran buah dengan gen secara dominant parsial, rasa buah oleh banyak gen secara kumulatif dan resistensi terhadap penyakit layu diatur oleh banyak gen resesif (minor gene). Di dalam penelitian selanjutnya dilakukan hibridisasi, seleksi massa dan seleksi pedigree. Hibridisasi dimaksudkan untuk perluasan variabilitas genetic baru, agar diperoleh rekombinasi genetic yang diinginkan. Sebelum dilakukan persilangan buatan, maka perlu menentukan tetua dengan seksama mengenai karakter-karakternya. Tetua-tetua yang dipilih pada dasarnya akan menentukan tingkat variabilitas genetic yang dihasilkan oleh suatu program pemuliaan.
36
Pada metode seleksi massa sebagian besar individu yang penampilannya sama dibiarkn terus berada pada populasi. Varietas-varietas yang dikembangkan dengan metoda seleksi massa melibatkan genotype-genotipe yang jumlahnya lebih kecil daripada populasi induk, tetapi akan jauh lebih besar bila dibandingkan dengan jumlah galur yang terpilih pada metoda seleksi galur murni. Keuntungan dari metoda seleksi massa adalah tidak diperlukannya pengujian daya hasil yang ekstensif dan tingkat variabilitas yang tinggi pada varietas baru masih dipertahankan sehingga dengan demikian berpeluang untuk meminimkan terjadinya kerawanan genetika (Darajat, 1988). Metoda pedigree dipergunakan secara luas dalam program pemuliaan saat ini. Nama Pedigree diberikan berdasarkan pada cara pencatatan data tiap individu yang dilakukan secara rinci dari turunan yang satu ke keturunan yang lain. Maka akan didapatkan catatan yang lengkap mengenai hubungan antara induk persilangan dengan turunannya. Evaluasi terhadap superioritas penampilan karakter tanaman dilakukan pada masing-masing individu dan turunannya (Darajat, 1988). IV.KESIMPULAN Produktifitas rata-rata pertanaman tomat di Indonesia yang relatif rendah, tuntutan konsumen terhadap kualitas buah tomat yang baik serta keadaan lingkungan yang panas dan lembab yang memungkinkan penyerangan penyakit layu yang ganas maka perlu dilakukan program pemuliaan tanaman tomat. Tomat tipe Apel dan Ranti masing-masing mempunyai karakter-karakter yang terpilih dan tak terpilih. Turunan yang diharapkan adalah yang mempunyai buah besar, rasa buah tidak begitu masam dan agak manis, warna buah muda hijau keputihan, warna buah masak merah dn tanaman yang tahan terhadap peyakit layu. Warna buah ditentukan oleh 2 gen dominant, ukuran buah oleh banyak gen dominant partial, rasa buah oleh banyak gen secara kumulatif dan resintensi terhadap penyakit layu oleh banyak gen resesif (minor gene).
37
DAFTAR PUSTAKA 1.
Abdul Bari, Sjarkani dan Endang Sjamsuddin. 1982. Pemuliaan Tanaman, IPB,
2.
Anonimous. 1982. Pemuliaan Tanaman Tomat. IPB, Bogor
3.
Daradjat, A. 1988. Tinjauan Beberapa metoda Statistika untuk Pemuliaan Tanaman. Tidak Dipublikasikan. Subang.
4.
Daradjat, A. 1988. Metode Pemuliaan untuk Tanaman Menyerbuk Sendiri. dipublikasikan. Subang.
5.
Departemen Pertaanian. 1989. Pidato Mentri Pertanian RI. Jakarta.
6.
Kartasapoetra. 1988. Budidaya Tanaman Pangan di Daerah Tropik. Bina Aksara, Jakarta.
7.
Retnowati, N. 1989. Bertanam Tomat. Tidak dipublikasikan. Bekasi
8.
Sunarjono, H. 1979. Budidaya Tomat. IPB, Bogor
38
Bogor
Tidak