IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESERAGAMAN PEMBUNGAAN TANAMAN NENAS (Ananas comosus L. Merr) DI PT. GREAT GIANT PINEAPPLE, TERBANGGI BESAR, LAMPUNG TENGAH
MOHAMMAD SYAIFUDDIEN A. A24051526
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR 2009
RINGKASAN MOHAMMAD SYAIFUDDIEN A. Identifikasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Keseragaman Pembungaan Tanaman Nenas (Ananas comosus L. Merr) di P.T. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar, Lampung Tengah. (Dibimbing oleh SOBIR). Kegiatan magang ini dilakukan di PT. Great Giant Pineapple yang bertujuan
untuk
mengidentifikasi
serta
menganalisa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi keseragaman pembungaan pada tanaman nenas. Hal ini berkaitan dengan besarnya masalah kegagalan pembungaan yang dihadapi oleh perusahaan. Magang dilaksanakan di kebun Plantation Group I PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar, Lampung Tengah pada bulan Februari hingga Juni 2009. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan secara langsung di lapangan terhadap tanaman contoh. Pengamatan dilakukan sebanyak empat kali yakni pada satu minggu sebelum forcing, saat tanaman dilakukan forcing (aplikasi ZPT), 45 hari dan 60 hari setelah forcing (HSF). Parameter yang diamati satu minggu sebelum forcing adalah bobot tanaman, jumlah daun, warna daun, panjang daun, lebar daun dan index luas daun. Parameter yang diamati saat forcing adalah jenis zat pengatur tumbuh dan dosis yang digunakan, waktu aplikasi zat pengatur tumbuh, pola operasi Boom Spraying Cameco, suhu tanaman dan lingkungan saat aplikasi, dan kerataan nozzle. Sedangkan parameter yang diamati 45 HSF dan 60 HSF adalah jumlah tanaman berbunga (persen tanaman berbunga). Hasil data primer magang ini dianalisa menggunakan Nested Design menggunakan dua taraf pengelompokan yaitu populasi tanaman seragam dan populasi tanaman tidak seragam. Masing-masing dilakukan tiga kali ulangan pada 3 lokasi yang berbeda. Lokasi yang ditentukan sebagai lokasi pengamatan yakni seksi 080A, 024C dan 042B. Dari tiap seksi ditentukan plot tanaman seragam dan tidak seragam yang berhadapan. Dari masing-masing plot ditentukan 3 ubinan secara acak sebagai titik contoh. Masing-masing ubinan terdapat 10 baris tanaman dengan panjang 10 m, sehingga jumlah tanaman tiap ubinan dengan jarak tanam dalam baris 27.5 cm adalah ± 360 tanaman. Total tanaman yang diamati sebanyak 180 tanaman. Selain itu berdasarkan data sekunder, dilakukan analisis korelasi
faktor-faktor yang mempengaruhi keseragaman pembungaan yakni, interval dietN (aplikasi urea terakhir sebelum forcing), suhu, jam aplikasi dan dosis etilen. Uji korelasi dilakukan berdasarkan volume air yakni 4 000 l/ha, 8 000l/ha dan 12 000 l/ha. Hasil analisis data menunjukkan bahwa tanaman seragam memiliki pertumbuhan vegetatif yang lebih tinggi dibanding tanaman tidak seragam. Lokasi 042B merupakan lokasi yang memiliki pertumbuhan vegetatif terbaik dibanding lokasi lainnya. Lokasi 042B memiliki persen bunga terendah baik pada 45 HSF (hari setelah forcing) maupun 60 HSF yakni sebesar 89.3% dan 93.1%. Persen bunga di lokasi 042B dipengaruhi oleh persen tanaman mandul (sneki) yang tinggi di lokasi tersebut yakni sebesar 6.2%. Tanaman mandul (sneki) memiliki bobot tanaman yang lebih besar, daun lebih lebar dan jumlah daun lebih banyak dibanding tanaman normal. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa pada volume air 4 000 l/ha, 8 000 l/ha dan 12 000 l/ha tidak terdapat korelasi nyata antar parameter yang diuji. Ratarata keberhasilan reforcing pada tanaman mandul di PG I tahun 2003-2008 adalah sebesar 67.61% dengan standar deviasi sebesar 20.27%. Hubungan antara persen bunga forcing dan peningkatan persen bunga setelah aplikasi reforcing menunjukkan bahwa semakin tinggi persen bunga hasil pengamatan forcing maka peningkatan persen bunga reforcingnya semakin rendah. Jika diperkirakan batas peningkatan persen bunga reforcing yang memberikan keuntungan ekonomis bagi perusahaan adalah > 10%, maka reforcing yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah saat hasil persen bunga forcing < 85.21%. Sedangkan reforcing yang dilakukan saat persen bunga forcing ≥ 85.21% secara ekonomis tidak menguntungkan bagi perusahaan. Faktor-faktor lain yang mempengaruhi keberhasilan forcing adalah diet-N, suhu saat aplikasi, jam aplikasi, dosis etilen, volume air, gulma, tingkat serangan hama dan penyakit, alat aplikasi (Boom Spraying Cameco), kelengkapan perlengkapan aplikasi, operator, kondisi jalan, kerataan aplikasi (nozzle) dan pola operasi Boom.
IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESERAGAMAN PEMBUNGAAN TANAMAN NENAS (Ananas comosus L. Merr) DI PT. GREAT GIANT PINEAPPLE, TERBANGGI BESAR, LAMPUNG TENGAH
Skripsi sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pertanian pada Fakultas Pertanian Institut Pertanian Bogor
Mohammad Syaifuddien A. A24051526
DEPARTEMEN AGRONOMI DAN HORTIKULTURA FAKULTAS PERTANIAN INSTITUT PERTANIAN BOGOR
2009 Judul
: IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KESERAGAMAN PEMBUNGAAN TANAMAN NENAS (Ananas comosus L. Merr) DI PT. GREAT GIANT PINEAPPLE, TERBANGGI BESAR, LAMPUNG TENGAH
Nama
: MOHAMMAD SYAIFUDDIEN ABDURRAHIM
NRP
: A24051526
Menyetujui, Dosen Pembimbing
Dr Ir Sobir, M.Si NIP. 19640512 198903 1 002
Mengetahui, Plh Ketua Departemen Agronomi dan Hortikultura Fakultas Pertanian IPB
Prof. Dr Ir Slamet Susanto, M.Sc NIP. 19610202 198601 1 001
Tanggal Lulus : .......................
RIWAYAT HIDUP Penulis dengan nama lengkap Mohammad Syaifuddien Abdurrahim dilahirkan di Cirebon pada tanggal 2 Juli 1987. Penulis merupakan anak pertama dari pasangan Bapak Baran Wirawan dan Ibu Wahyu Indah Novabriani. Tahun 1999 penulis lulus dari SDIT Ummul Quro’ Salabenda, kemudian pada tahun 2002 penulis menyelesaikan studi di SLTP IT Rafah Ciampea, Bogor. Selanjutnya penulis lulus dari SMA N 1 Bogor pada tahun 2005. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk Institut Pertanian Bogor (USMI). Pada tahun 2006 penulis diterima di Mayor Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian dengan Minor Ekonomi Pertanian. Selama menjadi mahasiswa IPB penulis aktif dalam kegiatan organisasi. Beberapa organisasi yang pernah diikuti diantaranya Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM FAPERTA) tahun 2006/2007 sebagai staf departemen Komunikasi dan Informasi. Kemudian tahun 2007/2008 penulis menjadi Ketua Biro Public Relation Departemen Komunikasi dan Informasi Badan Eksekutif Mahasiswa Fakultas Pertanian (BEM FAPERTA). Selain itu penulis juga aktif sebagai bendahara Unit Kegiatan Mahasiswa Tarung Derajat sejak tahun 2007 hingga sekarang.
KATA PENGANTAR Puji syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT yang telah memberikan kekuatan, rahmat dan karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi dengan baik. Skripsi ini disusun sebagai salah satu syarat yang harus dipenuhi untuk menyelesaikan studi di Departemen Agronomi dan Hortikultura, Fakultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Skripsi yang disusun merupakan skripsi magang dengan judul “Identifikasi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keseragaman Pembungaan Tanaman Nenas (Ananas comosus L. Merr) di PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar, Lampung Tengah”. Selama magang dan penyusunan skripsi ini penulis telah dibantu oleh banyak pihak. Oleh karena itu penulis menyampaikan terima kasih kepada : 1. Dr Ir Sobir, M.Si. selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan dan saran untuk pelaksanaan magang dan penyusunan skripsi 2. Dr Ir Darda Efendi, M.Si dan Dr Ir M. R. Suhartanto, M.Si selaku dosen penguji yang telah memberikan banyak saran perbaikan kepada penulis 3. Ir Priyo Cahyono (Kepala Bagian Agri Research Plantation Group I), selaku pembimbing lapang dari P.T. Great Giant Pineapple yang telah banyak membantu dan membimbing penulis selama magang di kebun 4. Prof. Dr Ir Roedhy Poerwanto, M.Sc. selaku pembimbing akademik yang telah membimbing penulis selama menjalani studi 5. Ayah dan bunda beserta seluruh keluarga besar yang selalu mendukung dalam segala aktivitas penulis 6. Didin dan Dindin yang telah memberikan masukan dan motivasi selama melakukan magang bersama-sama 7. Pak Dudi Arfian, Pak Supri, Pak Win, Pak Prayit, Pak Cipto, Pak Anang, Pak Wiwik, Pak Tarom, Pak Juni, Pak Salam, Pak Sardiman, Pak Jiman, Mbak Desi, dan staf Plantation Group I lainnya yang telah banyak membantu penulis
8. Mak Sa’diyah, Ibu Darti, Teh Nyai, Teh Lina, Wina, Ucil, Rangga, Eko, Davi, Wisma, Fajar, dan lainnya yang telah membantu dan menemani penulis selama tinggal di Lakop 9. Fajar, Bebek dan Jaer, sahabat yang selalu menemani dan memberikan motivasi sejak SMA hingga sekarang 10. Abo, Suuk, Ruri, Mia, Riza dan teman-teman AGH ’42 lainnya yang telah memberikan motivasi dan masukan selama penulis melakukan studi di Departemen Agronomi dan Hortikultura. Penulis berharap semoga skripsi ini bermanfaat bagi yang memerlukan.
Bogor, Agusus 2009
Penulis
DAFTAR ISI Halaman
DAFTAR TABEL……………………………………………………………. . ix DAFTAR GAMBAR………………………………………………………….. x DAFTAR LAMPIRAN………………………………………………………. xi PENDAHULUAN ............................................................................................... 1 Latar Belakang .......................................................................................... 1 Tujuan ....................................................................................................... 3 TINJAUAN PUSTAKA ...................................................................................... Botani Nenas ............................................................................................. Ekologi Nenas ........................................................................................... Budidaya Nenas ........................................................................................ Pembungaan Nenas………………………………………………………
4 4 4 5 8
BAHAN DAN METODE .................................................................................... 10 Waktu dan Tempat ................................................................................... 10 Bahan dan Alat .......................................................................................... 10 Metode Pelaksanaan.................................................................................. 10 Analisis Data dan Informasi...................................................................... 11 Pengamatan dan Pengumpulan Data ......................................................... 12 Penetapan Rekomendasi ........................................................................... 13 HASIL DAN PEMBAHASAN ........................................................................... 14 Manajemen Produksi PT. Great Giant Pineapple ..................................... 14 Kegiatan Magang di PT. Great Giant Pineapple ....................................... 15 Survey Time Motion Study.................................................................. 15 Norm Reference ................................................................................... 15 Bagan Warna Daun (BWD) Versus Analisis Daun ............................. 17 Kegiatan Magang Lainnya ................................................................... 18 Aplikasi Forcing di PT. Great Giant Pineapple ........................................ 18 Analisa Data Primer .................................................................................. 20 Keseragaman Pertumbuhan Tanaman ....................................................... 21 Pertumbuhan Vegetatif pada Kelompok Tanaman ............................. 21 Pertumbuhan Vegetatif di Lokasi Pengamatan .................................... 21 Interaksi Kelompok Pertumbuhan dengan Lokasi ............................... 22 Analisa Data Sekunder .............................................................................. 24 Pembahasan............................................................................................... 25 KESIMPULAN DAN REKOMENDASI .......................................................... 30 Kesimpulan ............................................................................................... 30 Rekomendasi ............................................................................................. 31 DAFTAR PUSTAKA .......................................................................................... 32 Sumber Data Sekunder ............................................................................. 34 LAMPIRAN ......................................................................................................... 35
DAFTAR TABEL Nomor
Halaman
1. Rekapitulasi Hasil Uji F Pengaruh Pengelompokkan Populasi Tanaman Seragam dan Populasi Tanaman Tidak Seragam Terhadap Parameter yang Diamati .................................................................. 20 2. Pengaruh Pengelompokan Tanaman terhadap Nilai Rata-rata Parameter yang Diamati .................................................................................. 21 3. Pengaruh Lokasi terhadap Nilai Rata-rata Parameter yang Diamati .............. 22 4. Pengaruh Pengelompokan Terhadap Berat Tanaman pada Tanaman Contoh ............................................................................................. 22 5. Pengaruh Pengelompokan Terhadap Persen Bunga (45 HSF) pada Tanaman Contoh .............................................................................................. 23 6. Pengaruh Pengelompokan Terhadap Persen Bunga (60 HSF) pada Tanaman Contoh .............................................................................................. 24 7. Hasil Uji Korelasi Persen Bunga <98%, Interval Diet, Suhu Saat Aplikasi, dan Waktu Aplikasi pada Volume Air 4 000 l/ha ..................... 24 8. Hasil Uji Korelasi Persen Bunga <98%, Interval Diet, Suhu Saat Aplikasi, dan Waktu Aplikasi pada Volume Air 8 000 l/ha ............................. 24 9. Hasil Uji Korelasi Persen Bunga <98%, Interval Diet, Suhu Saat Aplikasi, dan Waktu Aplikasi pada Volume Air 12 000 l/ha ........................... 25
DAFTAR GAMBAR Nomor
Halaman
1. Keberhasilan Forcing di Plantation Group I Berdasarkan Jumlah lokasi ......... 2 2. Tanaman Nenas yang Berbunga ....................................................................... 13 3. Survey Time Motion Study Aktifitas Pengamatan Berat Tanaman.................. 15 4. Tanaman Norm Reference Sangat Besar dan Sangat Kecil .............................. 16 5. Analisis Bagan Warna Daun (BWD) Versus Analisis Daun ............................ 17 6. Boom Spraying Cameco (BSC) ........................................................................ 18 7. Rata-rata % Bunga Tahun 2000-2009 Plantation Group I ................................ 19 8. Persen Bunga 45 HSF dan 60 HSF di Lokasi Pengamatan .............................. 20 9. Tanaman Sneki .................................................................................................. 26 10. Hubungan Antara Persen Bunga Forcing dan Peningkatan Persen Bunga Setelah Aplikasi Reforcing ............................................................................. 28
DAFTAR LAMPIRAN Nomor
Halaman
1. Sidik Ragam Parameter Pengamatan ................................................................ 36 2. Standar Pengamatan Taksasi Berat Tanaman ................................................... 39 3. Hasil Pengamatan Saat Forcing ........................................................................ 50 4. Pengukuran Warna Daun .................................................................................. 41 5. Persen Bunga Reforcing Tahun 2003-2008 ...................................................... 42 6. Rekapitulasi Persen Bunga <98% Plantation Group I Tahun 2007-2009......... 43 7. Kondisi Umum Tanaman di Lapang ................................................................. 45 8. Struktur Organisasi Plantation Group I, PT. Great Giant Pineapple ................ 46 9. Peta Global Plantation Group I ......................................................................... 47 10. Peta Seksi 024C .............................................................................................. 48 11. Peta Seksi 042B .............................................................................................. 49 12. Peta Seksi 080A .............................................................................................. 50
PENDAHULUAN
Latar Belakang Tanaman nenas (Ananas comosus) tersebar dan tumbuh baik di Indonesia. Tanaman ini berasal dari Amerika Selatan dengan daerah yang beriklim tropik. Tanaman ini mempunyai banyak manfaat terutama pada buahnya. Buah nenas dapat dikonsumsi segar atau diolah menjadi berbagai produk, seperti jus, selai, sirup, dan keripik. Buah nenas mengandung senyawa bromelin yang dapat melunakkan daging. Setiap 100 g buah mengandung air 80-86.2 %, gula 10-18 g, asam organik 0.5-1.6 g, mineral 0.3-0.6 g, nitrogen 4.5-12 mg, dan protein 180 mg. Buah nenas juga mengandung semua vitamin esensial meskipun dalam jumlah kecil, kecuali vitamin D. Selain daging buah, kulit buah dapat diolah menjadi sirup atau diekstraksi cairannya untuk pakan ternak. Serat terutama pada daun dapat dimanfaatkan sebagai bahan kertas dan tekstil. Indonesia menempati posisi ketiga dari negara-negara penghasil nenas olahan dan segar di dunia setelah Thailand dan Filipina. Industri pengolahan buah nenas di Indonesia menjadi prioritas usaha yang dikembangkan karena memiliki potensi ekspor. Volume ekspor terbesar untuk komoditas hortikultura berupa nenas olahan yaitu 49,32% dari total ekspor hortikultura Indonesia tahun 2004 (Biro Pusat Statistik, 2005). Salah satu produsen dan eksportir nenas kalengan terbesar di Indonesia adalah PT. Great Giant Pineapple yang terletak di Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Sejak tahun 2004 hingga saat ini, PT. Great Giant Pineapple tercatat sebagai tiga besar produsen nenas di dunia. PT. Great Giant Pineapple juga merupakan produsen private label terbesar di dunia dengan pangsa pasar 17%. Selain itu, PT. Great Giant Pineapple merupakan produsen yang daerah penanamannya terbesar di dunia (Iskandar dan Soelaeman, 2007). Salah satu masalah yang dihadapi oleh PT. Great Giant Pineapple adalah mengenai kegagalan pembungan tanaman nenas. Secara alamiah tanaman nenas akan berbunga dengan sendirinya bila telah dewasa, tetapi tidak serempaknya bunga akan menimbulkan masalah pada tinggi rendahnya produksi. Hal ini
merupakan permasalahan pada perkebunan nenas yang harus menyediakan buah nenas secara teratur untuk pabrik pengalengan nenas. Upaya perangsangan terhadap tanaman nenas agar dapat berbunga serempak dikenal dengan istilah Forcing. Forcing adalah teknik perangsangan pembungaan untuk menyeragamkan perubahan pertumbuhan dari vegetatif ke generatif yang terjadi pada jaringan meristematik tanaman nanas. Bahan kimia yang digunakan untuk forcing mengandung etilen atau asetilen yang secara alami diproduksi tanaman nanas sebagai hormon dalam tubuh tanaman. Keberhasilan forcing dapat ditentukan melalui pengamatan persen bunga 45 hari setelah forcing (HSF). Forcing dapat dinyatakan berhasil jika pada suatu lokasi jumlah tanaman yang berbunga lebih dari 98% dan dikatakan gagal jika kurang dari 98%. Kegagalan pembungaan di Plantation Group I, PT. Great Giant Pienapple selalu terjadi pada 3 tahun terakhir. Kegagalan tertinggi terjadi pada tahun 2007 dengan jumlah lokasi yang gagal sebanyak 22.09% dari seluruh lokasi yang dilakukan forcing pada tahun tersebut (Gambar 1).
Gambar 1. Keberhasilan Forcing di Plantation Group I Berdasarkan Jumlah Lokasi Pengamatan persen bunga juga dilakukan pada lokasi yang sudah dilakukan reforcing. Akan tetapi keberhasilan reforcing tidak sesignifikan persen
bunga pada lokasi yang baru dilakukan forcing. Pada beberapa tanaman yang mandul secara genetis, setelah dilakukan reforcing maka tanaman tersebut akan tetap mandul sehingga mengurangi keberhasilan reforcing. Oleh karena itu, dilakukan analisis keberhasilan reforcing di Plantation Group I, PT. Great Giant Pienapple. Beberapa masalah selain reforcing adalah mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi kegagalan forcing di Plantation Group I, PT. Great Giant Pienapple. Berdasarkan ulasan di atas maka dilaksanakan magang untuk mengidentifikasi
serta
menganalisa
faktor-faktor
yang
mempengaruhi
keseragaman pembungaan pada tanaman nenas di PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Tujuan 1. Memperoleh kemampuan teknis dan manajerial dalam usaha tani tanaman nenas skala besar 2. Memperoleh kemampuan untuk menganalisis masalah dan mendapatkan solusi pemecahan masalah dalam usaha tani nenas skala besar 3. Analisa masalah keberhasilan reforcing dan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi keseragaman pembungaan tanaman nenas di Plantation Group I, PT. Great Giant Pienapple.
TINJAUAN PUSTAKA Botani Nenas Tanaman nenas (Ananas comosus L. Merr) termasuk tumbuhan monokotil dari ordo Farinosae (Bromeliales), keluarga Bromiliaceae. Kerabat dekat spesies nenas cukup banyak, terutama nenas liar yang biasa dijadikan tanaman hias, misalnya A. braceteatus (Lindl) Schultes, A. Fritzmuelleri, A. erectifolius L.B. Smith, dan A. anenassoides (Bak) L.B. Smith (Ashari, 1995). Varietas kultivar nenas yang banyak ditanam di Indonesia adalah golongan Cayenne dan Queen. Golongan Spanish dikembangkan di kepulauan India Barat, Puerte Rico, Mexico dan Malaysia. Golongan Abacaxi banyak ditanam di Brazilia. Nenas yang dibudidayakan di Lampung oleh PT. Great Giant Pineapple adalah Smooth cayenne. Beberapa ciri varietas Smooth cayenne diantaranya memiliki berat ratarata 2.5–3 kg, warna dagingnya kekuning-kuningan hingga kuning, memiliki rasa sangat manis dan asam, bentuk buahnya cylindrical, cocok untuk nenas kaleng atau proses lainnya serta memiliki daun yang tidak berduri (Nakasone dan Paull, 1999). Nenas merupakan tanaman herba tahunan atau dua tahunan dengan tinggi 50-150 cm dan terdapat tunas merayap pada bagian pangkalnya. Daunnya berkumpul dalam roset akar dan pada bagian pangkalnya melebar menjadi pelepah. Helaian daunnya berbentuk pedang, tebal, liat, dengan panjang 80-120 cm dan lebar 2-6 cm serta memiliki ujung yang lancip menyerupai duri. Tepi daunnya berduri tempel yang membengkok ke atas, sisi bawah daun bersisik dan memiliki warna putih, hijau atau hijau kemerahan (Verheij dan Coronel, 1997). Bunganya merupakan bunga majemuk yang tersusun dalam bulir yang sangat rapat, letaknya terminal dan bertangkai panjang. Buahnya merupakan buah buni majemuk, bulat panjang, berdaging, berwarna hijau, dan jika masak warnanya menjadi kuning. Sistem perakaran tanaman nenas yaitu akar serabut yang lunak dan tidak tahan terhadap air (Samson, 1980). Ekologi Nenas Nenas berasal dari Brasilia (Amerika Selatan) yang telah didomestikasi disana sebelum masa Colombus. Pada abad ke-16 orang Spanyol membawa nenas
ini ke Filipina dan Semenanjung Malaysia, kemudian masuk ke Indonesia pada tahun 1599. Pada umumnya tanaman nenas toleran terhadap kekeringan serta memiliki kisaran curah hujan sekitar 1 000-1 500 mm/tahun (Ashari, 1995). Akan tetapi tanaman nenas tidak toleran terhadap hujan salju karena rendahnya suhu. Tanaman nenas dapat tumbuh dengan baik dengan cahaya matahari rata-rata 3371 % dari kelangsungan maksimumnya, dengan angka tahunan rata-rata 2 000 jam. Suhu yang sesuai untuk budidaya tanaman nenas adalah 23-32º C, tetapi juga dapat hidup di lahan bersuhu rendah sampai 10º C (Verheij dan Coronel, 1997). Pada umumnya hampir semua jenis tanah yang digunakan untuk pertanian cocok untuk tanaman nenas. Meskipun demikian, tanaman ini lebih cocok jika ditanam pada tanah yang mengandung pasir, subur, gembur dan banyak mengandung bahan organik serta kandungan kapur rendah. Derajat kemasaman yang cocok adalah dengan pH 4,5-6,5. Tanah yang banyak mengandung kapur (pH > 6,5) menyebabkan tanaman menjadi kerdil dan klorosis. Sedangkan tanah yang asam (pH 4,5 atau lebih rendah) mengakibatkan penurunan unsur Fosfor, Kalium, Belerang, Kalsium, Magnesium, dan Molibdenum dengan cepat. Air sangat dibutuhkan dalam pertumbuhan tanaman nenas untuk penyerapan unsurunsur hara yang dapat larut di dalamnya. Akan tetapi kandungan air dalam tanah jangan terlalu banyak, tidak becek (menggenang). Hal yang harus diperhatikan adalah aerasi dan drainasenya harus baik (Nakasone dan Paull, 1998). Nenas dapat tumbuh sampai ketinggian 800 m dpl, tetapi di Kenya tanaman nenas varietas Smooth cayenne yang ditanam pada ketinggian 1 400-1 800 m dpl menghasilkan buah berkualitas baik (Samson, 1980). Budidaya Nenas Keberhasilan penanaman nenas sangat ditentukan oleh kualitas bibit. Nenas dapat dikembangbiakan dengan cara vegetatif dan generatif. Menurut Colins (1960), bahan tanaman yang dapat dijadikan bibit nenas adalah : 1. Tunas akar (sucker) yang disebut anakan, yaitu tunas yang tumbuh dari bagian batang yang terletak di bawah permukaan tanah, biasanya berakar, bentuk daun lebih langsing daripada daun lainya. 2. Tunas batang (shoot), tunas yang tumbuh dari tunas aksilar pada batang.
3. Tunas tangkai buah (hapas), yaitu tunas yang tumbuh dari pangkal tangkai buah. 4. Mahkota buah (crown), yaitu tunas yang tumbuh di atas (pucuk) buah. 5. Slips yaitu tunas yang tumbuh di bawah (dasar) buah, perkembangan dari mata tunas pada tangkai buah. Kualitas bibit yang baik harus berasal dari tanaman yang pertumbuhannya normal, sehat serta bebas dari hama dan penyakit. Bibit yang baik harus mempunyai daun-daun yang nampak tebal-tebal penuh berisi, bebas hama dan penyakit, mudah diperoleh dalam jumlah banyak, pertumbuhan relatif seragam serta mudah dalam pengangkutan terutama untuk crown dan sucker. Pemeliharaan pembibitan yakni dengan penyiraman yang dilakukan secara berkala. Kondisi media tanam selalu lembab dan tidak kering dibutuhkan tanaman pada saat pembibitan (Lakitan, 2004). Penanaman nenas dapat dilakukan pada lahan tegalan atau ladang. Waktu persiapan dan pembukaan lahan yang paling baik adalah pada musim kemarau, dengan membuang pepohonan yang tidak diperlukan. Pengolahan tanah dapat dilakukan pada awal musim hujan. Jumlah bibit yang diperlukan untuk suatu lahan tergantung dari jenis nenas, tingkat kesuburan tanah dan ekologi pertumbuhannya. Derajat kemasaman tanah yang sesuai untuk tanaman nenas adalah 4,5-6,5. Pengapuran tanah dilakukan dengan Calcit atau Dolomit atau Zeagro atau bahan kapur lainnya dengan cara ditaburkan merata dan dicampurkan dengan lapisan tanah atas terutama tanah-tanah yang bereaksi asam (pH dibawah 4,5). Dosis kapur disesuaikan dengan pH tanah. Bila tidak turun hujan, setelah pengapuran segera dilakukan pengairan tanah agar kapur cepat melarut (Soepardi, 1983). Pola tanam merupakan pengaturan tata letak tanaman dan urutan jenis tanaman dengan waktu tertentu, dalam kurun waktu setahun. Dalam teknik penanaman nenas ada beberapa sistem tanam, yaitu sistem baris tunggal (single row) dan sistem baris rangkap (double row). Penanaman yang baik dilakukan pada awal musim hujan. Tanaman nenas jika ditanam terlalu rapat akan terjadi kompetisi antar tanaman dalam penggunaan cahaya dan unsur hara. Selain itu juga
dapat menyebabkan tanaman mudah terserang hama dan penyakit (Natawigena, 1986). Penyiangan diperlukan untuk membersihkan kebun nenas dari rumput liar dan gulma pesaing tanaman nenas dalam hal kebutuhan air, unsur hara dan sinar matahari. Rumput liar sering menjadi sarang dari dan penyakit. Waktu penyiangan tergantung dari pertumbuhan rumput liar di kebun, namun untuk menghemat biaya
penyiangan
dilakukan
bersamaan
dengan
kegiatan
pemupukan.
Pembubunan diperlukan dalam penanaman nenas, dilakukan pada tepi bedengan yang seringkali longsor ketika diairi. Pembubunan berfungsi untuk memperbaiki struktur tanah dan akar yang keluar di permukaan tanah tertutup kembali sehingga tanaman dapat berdiri kuat (Ashari, 1995). Pemupukan dilakukan setelah tanaman berumur 2-3 bulan dengan pupuk buatan. Nitrogen (N) sangat diperlukan untuk pertumbuhan tanaman, fosfor diperlukan selama beberapa bulan pada awal pertumbuhan sedangkan Kalium diperlukan untuk perkembangan buah. Pemupukan dapat dilakukan dengan cara disemprotkan pada daun terutama pupuk nitrogen dengan dosis 40 gram Urea per liter atau ± 900 liter larutan urea per hektar (Deptan, 1999). Sekalipun tanaman nenas tahan terhadap iklim kering, namun untuk pertumbuhan
tanaman
yang
optimal
diperlukan
air
yang
cukup.
Pengairan/penyiraman dilakukan 1-2 kali dalam seminggu atau tergantung keadaan cuaca. Tanaman nenas dewasa masih perlu pengairan untuk merangsang pembungaan dan pembuahan secara optimal. Tanah yang terlalu kering dapat menyebabkan pertumbuhan nenas kerdil dan buahnya kecil-kecil. Apabila tanaman kekurangan air maka tanaman akan mengalami kelayuan. Kelayuan ini disebabkan oleh jumlah air yang diabsorpsi dari tanah tidak dapat mengganti jumlah air yang hilang akibat transpirasi (Moenandir, 1988). Panen buah nenas dilakukan setelah nenas berumur 12-24 bulan, tergantung dari jenis bibit yang digunakan. Ciri-ciri buah nenas yang siap dipanen: a) Mahkota buah terbuka. b) Tangkai buah mengkerut. c) Mata buah lebih mendatar, besar dan bentuknya bulat.
d) Warna bagian dasar buah kuning. e) Timbul aroma nenas yang harum dan khas. Tata cara panen buah nenas adalah dengan memilih buah nenas yang menunjukkan tanda-tanda siap panen. Pemanenan dilakukan secara manual dengan tangan atau secara mekanis menggunakan tenaga manusia untuk memetik buah dibantu dengan conveyor untuk mengangkut buah ke tepi areal lahan (Paull, 1997). Pembungaan Nenas Bunga nenas bersifat inflorescens, tumbuh dari titik tumbuh batang (pusat kanopi) tanaman. Bunga tersebut muncul sekitar 450 hari sesudah tanam, namun beberapa jenis dapat berbunga lebih awal, tergantung dari kultivar, iklim dan asal bahan tanam yang digunakan. Tanaman nenas mempunyai tepung sari ataupun indung embrio fertil, namun inkompatibel sendiri, dan kebanyakan kultivar adalah kompatibel silang dan menghasilkan biji partenokarpi bila disilangkan. Bunga nenas bersifat majemuk, tidak bertangkai dan bunganya berwarna merah keunguan (Verheij dan Coronel, 1997). Tanaman nenas dapat berbunga pada waktu tertentu sepanjang tahun apabila ditanam di daerah tropis. Semakin jauh dari garis khatulistiwa maka pembungaannya akan lebih bermusim. Puncak inisiasi alami berasosiasi dengan penurunan lama penyinaran dan suhu. Tanaman nenas termasuk tanaman hari pendek fakultatif. Nenas Smooth cayenne dapat berbunga pada panjang hari berapapun, tetapi pembungaannya berlangsung lebih cepat pada panjang hari delapan jam. Smooth cayenne harus mencapai bobot minimum sebelum induksi alami atau perkembangan pembungaan bisa terjadi yakni 1 kg (Py et al., 1987). Suhu malam 15 ºC dapat menginduksi pembungaan nenas ketika dikombinasikan hari pendek selama 30 hari (Bartholomew et al., 2003). Merangsang pembungaan pada pertanaman nenas adalah suatu bagian yang penting dari teknik produksi, terutama selama musim fotoperiode panjang dengan perpanjangan pertumbuhan vegetatif secara abnormal (Nakasone and Paull, 1998). Pembungaan nenas dapat dipercepat dengan pemberian bahan kimia atau dengan pengasapan. Agar tanaman nenas dapat berbunga sekaligus, biasanya digunakan karbid atau Ethrel. Keberhasilan dari penggunaan zat pengatur tumbuh
pada pembungaan dipengaruhi oleh konsentrasi, cara penggunaan, varietas dan macam bibit yang ditanam (Kusumo, 1984). Kegiatan menginduksi pembungaan nenas biasa dilakukan dengan pemberian hormon pembungaan yaitu etilen. Etilen merupakan senyawa karbon sederhana yang tidak jenuh dalam bentuk gas memiliki sifat-sifat fisiologis yang luas pada aspek pertumbuhan, perkembangan dan senescene tanaman. Etilen adalah satu-satunya hormon yang bersifat gas, sehingga aplikasi secara langsung di lapangan akan mengalami kesulitan. Oleh karena itu diperlukan senyawa khusus untuk dapat menghasilkan etilen, diantaranya asam 2-khloroetilfosfonat (ethepon). Secara komersial etilen diperdagangkan dalam bentuk ethrel, kalsium karbit (CaC2) dan lain-lain. Senyawa-senyawa tersebut apabila bereaksi dengan air akan menghasilkan gas etilen (Wattimena, 1988).
BAHAN DAN METODE Waktu dan Tempat Kegiatan magang dilaksanakan di kebun Plantation Group I, PT. Great Giant Pineapple, Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Magang dilaksanakan selama empat bulan yang dimulai sejak tanggal 12 Februari-18 Juni 2009. Bahan dan Alat Bahan tanaman yang diamati adalah populasi nenas jenis Smooth cayenne pada lokasi-lokasi yang dilakukan forcing bulan April 2009. Alat-alat
yang
digunakan yaitu penggaris, meteran, tali plastik, pita, seragam hancakan, timbangan, bambu untuk tempat mendirikan tanaman contoh taksasi, dan Bagan Warna Daun. Metode Pelaksanaan Tahapan kegiatan yang dilaksanakan adalah orientasi kebun, penentuan lokasi dan contoh, pengambilan data dan informasi, analisis data dan informasi, dan penetapan rekomendasi. Orientasi kebun bertujuan untuk mendapatkan informasi dan data-data umum mengenai teknik budidaya dan manajerial kebun. Kegiatan yang dilakukan pada tahap orientasi kebun adalah pengamatan keadaan kebun secara langsung, pengamatan data-data sekunder dan interview pihak-pihak terkait dengan kegiatan magang. Selain itu dilakukan juga kegiatan lapang yakni bekerja langsung di lapangan dan merupakan bagian integral dari sistem kerja di perusahaan. Kegiatan magang lainnya yang dilakukan adalah turut serta dalam kegiatan pengambilan keputusan mengenai permasalahan yang terjadi di kebun khususnya mengenai masalah keseragaman pembungaan. Dari hasil orientasi kebun didapatkan data-data yang mendukung dalam menganalisis permasalahan yang terjadi di kebun. Berdasarkan data-data yang didapatkan selama orientasi kebun dapat ditentukan lokasi pengamatan dan pengambilan contoh. Pengamatan dilakukan di kebun Plantation Group I PT. Great Giant Pineapple (Lampiran 9). Dari kebun tersebut ditentukan 3 seksi yang diambil sebagai contoh yakni seksi yang dilakukan forcing bulan April 2009. Dari
tiap seksi ditentukan plot tanaman seragam dan tidak seragam. Penentuan plot tersebut berdasarkan data sekunder pengamatan berat tanaman terakhir. Plot dapat dikatakan tidak seragam jika populasi tanaman kecil lebih dari 10%. Kemudian plot seragam ditentukan langsung pada plot yang berhadapan langsung dengan plot tidak seragam. Hal ini dilakukan agar perlakuan pada plot seragam sama dengan plot tidak seragam terkait dengan hal teknis forcing. Setelah itu dilakukan observasi lapang secara visual untuk menetukan lokasi ubinan dan dari ubinan tersebut ditentukan tanaman contoh. Seksi yang diambil sebagai lokasi pengamatan yakni Lokasi 024C (Lampiran 10), 042B (Lampiran 11) dan 080A (Lampiran 12). Dari tiap seksi ditentukan plot tanaman seragam dan tidak seragam yang berhadapan. Dari masing-masing plot ditentukan 3 ubinan secara acak sebagai titik contoh. Masingmasing ubinan terdapat 10 baris tanaman dengan panjang 10 m sehingga jumlah tanaman tiap ubinan dengan jarak tanam dalam baris 27.5 cm adalah ± 360 tanaman. Total tanaman yang diamati sebanyak 180 tanaman. Analisis Data dan Informasi Analisis data yang digunakan untuk menginterpretasikan hasil pengamatan adalah dengan menggunakan Nested Design yang dilakukan di tiga lokasi (kebun) dengan perlakuan tanaman seragam dan tidak seragam diulang sebanyak tiga kali. Model yang digunakan yang digunakan untuk percobaan ini adalah adalah sebagai berikut: Yijk = µ + βk + Ai + Bj + (AB)ij + γik + ɛijk Keterangan : Yijk
= nilai pengamatan dari lokasi-i, perlakuan ke-j,dan ulangan ke-k
µ
= nilai tengah umum
βk
= pengaruh ulangan ke-k
Ai
= pengaruh lokasi ke-i
Bj
= pengaruh perlakuan ke-j
( AB)ij = interaksi lokasi ke-i dan perlakuan ke-j ɛijk
= pengaruh galat percobaan
Pengaruh lokasi, perlakuan dan interaksi keduanya diketahui dengan mengunakan uji F. Jika hasil sidik ragamnya menunjukkan hasil yang nyata, maka
dilanjutkan dengan uji Beda Nyata Jujur (BNJ) pada taraf 5%. Percobaan diasumsikan memiliki pengaruh yang bersifat aditif, galat percobaan saling bebas dan menyebar normal, dan ragam percobaan bersifat homogen. Pengamatan dan Pengumpulan Data Dalam mencapai tujuan dari magang ini dibutuhkan data primer dan data sekunder. Pengumpulan data primer dilakukan melalui pengamatan secara langsung di lapangan terhadap tanaman contoh. Pengamatan dilakukan sebanyak empat kali yakni pada satu minggu sebelum forcing, saat tanaman dilakukan forcing (aplikasi ZPT), 45 hari dan 60 hari setelah forcing (HSF). Parameter yang diamati satu minggu sebelum forcing adalah : 1. Bobot tanaman ditentukan dengan melakukan taksasi berat tanaman dibantu oleh pengamat (Lampiran 2). 2. Jumlah daun ditentukan dengan menghitung seluruh daun pada tanaman dimulai pada daun ke-4 pada ujung tanaman dan daun bibit tidak dihitung. 3. Warna daun diukur bersamaan dengan taksasi berat tanaman dengan menggunakan Bagan Warna Daun dan kemudian dilakukan skoring (lampiran 4). 4. Panjang daun (cm) diukur pada daun terpanjang (D-Leaf) mulai dari pangkal hingga ujung daun. 5. Lebar daun (cm) diukur dari bagian terlebar dari daun terpanjang. 6. Index luas daun (cm²) ditentukan dari perkalian panjang dan lebar daun. Parameter yang diamati saat forcing adalah jenis zat pengatur tumbuh dan dosis yang digunakan, waktu aplikasi zat pengatur tumbuh, pola operasi Boom Spraying Cameco, suhu tanaman dan lingkungan saat aplikasi, dan kerataan nozzle. Sedangkan parameter yang diamati 45 HSF dan 60 HSF adalah jumlah tanaman berbunga (persen tanaman berbunga). Tanaman yang berbunga dapat terlihat dari ujung titik tumbuh yang berwarna hijau menjadi berwarna merah (Gambar 2).
Gambar 2. Tanaman Nenas yang Berbunga Selain data primer, dilakukan pula penelusuran data sekunder yang dapat mendukung data primer. Data sekunder yang dianalisis yakni evaluasi persen bunga, evaluasi panen, sejarah aplikasi forcing, pengamatan berat tanaman, laporan harian operator forcing, pengamatan persen bunga reforcing tahun 20032008, evaluasi panen tahun 2000-2009, evaluasi persen bunga September 2006 hingga Mei 2009 dan data-data lainnya yang mendukung kegiatan magang. Dari hasil penelusuran data sekunder, dilakukan analisis korelasi faktor-faktor yang mempengaruhi keseragaman pembungaan yakni, interval diet-N, suhu, jam aplikasi, volume air dan dosis etilen. Penetapan Rekomendasi Penetapan rekomendasi dilakukan berdasarkan hasil analisis data dan informasi yang dilakukan selama magang. Berdasarkan data primer dan data sekunder yang diamati, didapatkan faktor-faktor yang menjadi penyebab terjadinya permasalahan ketidakseragaman pembungaan. Kemudian dapat ditentukan solusi yang dapat dilakukan oleh perusahaan sehingga dapat meningkatkan kinerja perusahaan. Rekomendasi yang dihasilkan merupakan kontribusi mahasiswa selama magang dan diharapkan dapat digunakan dalam pengambilan
keputusan
keseragaman pembungaan.
perusahaan
khususnya
mengenai
permasalahan
HASIL DAN PEMBAHASAN Manajemen Produksi PT. Great Giant Pineapple PT. Great Giant Pineapple memiliki luas 32 200 ha yang terletak pada ketinggian 46 m dpl dengan kemiringan 4º 59’. PT. GGP dibagi menjadi 3 Plantation Group (PG). PG I memiliki luas total 8 131.77 Ha dengan luas lahan yang ditanami mencapai 7 016.1 Ha. PG I dikepalai oleh seorang Manajer Kebun. Dalam melaksanakan tugasnya Manajer Kebun dibantu oleh satu Kepala Administrasi, 2 Middle Manajer (Manajer Field Establish Maintenance dan Manajer Plant Maintenance), dan 2 Kepala Bagian (Kepala Bagian Riset Dan Kepala Bagian Panen). PG I terbagi kedalam 6 wilayah, dimana masing-masing wilayah dikepalai oleh seorang Kepala Wilayah (Lampiran 8). Buah nenas yang diproduksi oleh PT. GGP adalah nenas varietas Smooth cayenne klon GP I hasil dari pengembangan riset perusahaan. Selain ditanami nenas, lahan juga ditanami beberapa tanaman lain yang fungsinya sebagai rotasi untuk tanaman nenas, konservasi dan sebagian lainnya adalah sebagai lahan uji coba tanaman lainnnya. Tanaman-tanaman lain yang ditanam di PT. GGP diantaranya adalah singkong, rumput taiwan, bambu, kelapa sawit, jambu batu dan pisang. Sejak tahun 1989, perusahaan mengembangkan usaha dengan membangun pabrik untuk produksi konsentrat sari buah nenas (pineapple juice concentrate) dan memulai ekspor produk tersebut dalam kemasan aseptic pada tahun 1990 sebanyak 117 kontainer. Produksi nenas kaleng saat ini telah mencapai 10 000 kontainer per tahun. PT. GGP telah berkembang pesat sejak memulai produksinya secara komersial. Pada saat ini PT. GGP merupakan perusahaan pengalengan nanas ketiga terbesar di dunia setelah Dole dan Del Monte, dan telah membangun suatu reputasi pasar yang cukup kuat. PT. GGP telah mengekspor nenas ke 50 negara lebih dan mensuplai lebih dari 15% total kebutuhan nenas dunia. Produksi PT. GGP saat ini hampir mencapai 500 000 ton nenas segar per tahun.
Kegiatan Magang di PT. Great Giant Pineapple Survey Time Motion Study Kegiatan ini merupakan sebuah survey yang dilakukan terhadap pekerja khususnya
karyawan
Bagian
Agriresearch
dalam
melakukan
aktivitas
pekerjaannya. Survey ini bertujuan untuk mengukur efektivitas jam kerja dengan tugas atau jenis pekerjaan yang dilakukan. Selain itu kegiatan ini juga merupakan bagian dari orientasi kebun selama magang. Kegiatan ini berlangsung selama dua minggu. Survey dilakukan di tiga wilayah yaitu Kijung, Lakop dan Divisi Dua. Bentuk kegiatannya yaitu dengan mengikuti seluruh aktifitas pekerja mulai dari berangkat kerja hingga pulang dan mencatat waktu yang dibutuhkan setiap aktivitas kerja. Aktivitas kerja yang diikuti yaitu pengamatan berat tanaman (Gambar 3), pengamatan persen bunga, pengamatan buah tertinggal, populasi semut, kualitas tanam, land preparation, sampel tanah, sampel daun, warna daun dan dipping.
Gambar 3. Survey Time Motion Study Aktifitas Pengamatan Berat Tanaman
Norm Reference Pada perkebunan tanaman nenas dikenal tanaman normal dan tanaman abnormal. Tanaman normal adalah tanaman yang memiliki kriteria-kriteria antara lain daun lebar, panjang, berwarna hijau gelap dan tidak berduri di tepiannya, jumlah daun ideal, tanaman tidak berpenyakit dan bobot tanaman memenuhi
standar. Sedangkan tanaman abnormal memiliki ciri berukuran sangat besar, tinggi, daun pendek dan tidak berbunga. Tanaman normal merupakan tanaman yang diharapkan dalam budidaya tanaman nenas karena dari tanaman ini diharapkan dapat menghasilkan produksi yang tinggi. Norm reference merupakan kegiatan yang bertujuan untuk mendapatkan kriteria tanaman normal yang ideal dan kandungan hara yang terkandung pada tanaman tersebut. Selain itu kegiatan ini juga dilakukan untuk mengetahui defisiensi tersembunyi unsur yang terdapat dalam tanaman. Dengan membandingkan rasio unsur hara tanaman yang kecil, sedang dan besar didapatkan hasil yang menunjukkan bahwa penyebab ketidaksergaman pertumbuhan bukan karena kekurangan unsur hara melainkan karena rasio unsur yang tidak sesuai. Hal ini penting karena pemberian pupuk yang dilakukan di PT. GGP sudah melebihi dari kadar minimal. Dengan dilakukan kegiatan ini maka diharapkan pemberian pupuk dapat lebih efisien. Bahan dan alat yang digunakan pada kegiatan ini adalah timbangan, penggaris, alat tulis. Pengamatan dilakukan pada tanaman nenas yang berumur lima bulan, 5 -10 bulan dan > 10 bulan. Dari setiap fase pertumbuhan ditentukan 3 lokasi sebagai ulangan dan dari tiap-tiap lokasi diambil 10 tanaman yang memenuhi kriteria SK (Sangat Kecil) dan 10 tanaman yang memenuhi kriteria SB (Sangat Besar) sehingga dari setiap lokasi diambil 20 tanaman contoh (Gambar 4). Setelah tanaman contoh didapat, dilakukan pengamatan berat tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun dan warna daun. Kemudian daun D-leaf dibawa ke laboratorium dan dilakukan analisa unsur meliputi N, P, K, Ca, Mg, Fe dan Zn.
Gambar 4. Tanaman Norm Reference Sangat Besar dan Sangat Kecil
Bagan Warna Daun (BWD) Versus Analisis Daun Bagan warna daun berguna untuk mengetahui kecukupan hara nitrogen (N) pada tanaman nenas. Ketika tanaman kekurangan N, daun menjadi berwarna kuning kehijauan hingga kuning. Daun yang memiliki jumlah N sesuai akan berwarna hijau hingga hijau gelap. Selain mengetahui warna daun, dibutuhkan juga analisis daun untuk mengetahui kandungan klorofil daun serta berbagai unsur atau faktor-faktor yang mempengaruhi level klorofil daun. Kekurangan unsur Fe, Mg dan P akan menyebabkan berkurangnya konsentrasi klorofil daun. Dengan mengetahui kandungan klorofil dan unsur-unsur pada setiap level warna daun BWD melalui analisa daun maka akan mempermudah dan mempercepat pengamatan warna daun di lapangan. Untuk mengetahui efektivitas pemupukan dilakukan analisis warna daun dan kandungan klorofil di laboratorium. Salah satu tujuan dilakukannya kegiatan ini adalah biaya analisis daun yang sangat mahal sehingga diharapkan dengan kegiatan ini analisis daun bisa digantikan dengan menggunakan BWD. Metode yang dilakukan yaitu dengan mengukur warna daun pupus (F-Leaf) menggunakan BWD. Setiap warna dalam BWD di berikan nilai antara 0-25 %, 25-50 % dan > 50%. Nilai persen yang tercantum merupakan nilai pupuk yang diserap tanaman. Metode pelaksanaannya yaitu dengan mengambil contoh daun di kebun pengamatan berdasarkan nomor warna daun pada BWD. Lalu setiap daun berdasarkan nomor warna daun BWD dilakukan analisis daun. Kemudian dibandingkan hasil taksasi dengan BWD dan hasil analisis daun (Gambar 5).
(a)
(b)
Gambar 5. Analisis Bagan Warna Daun (BWD) Versus Analisis Daun. (a) Daun Tanaman Nenas pada Berbagai Tingkatan Warna Daun. (b) Penggunaan BWD pada Daun Tanaman Nenas
Aplikasi Forcing di PT. Great Giant Pineapple Secara umum pertanaman nenas di lapang cukup baik karena standar perawatan yang baik dan intensif oleh perusahaan. Akan tetapi pada beberapa lokasi khususnya lokasi pengamatan terdapat populasi tanaman yang tidak seragam, yakni terdapat banyak tanaman kerdil. Tanaman kerdil tersebut disebabkan pertumbuhan yang terganggu akibat genangan, hama dan penyakit, dan populasi gulma yang tinggi. Penentuan ubinan dan pengamatan seminggu sebelum forcing sulit dilakukan karena banyaknya gulma pada plot yang diamati. Gulma-gulma tersebut bahkan tumbuh hingga menutupi tajuk tanaman. Selain itu pada beberapa lokasi banyak pula tanaman yang pertumbuhannya terganggu karena penyakit yakni mealybug dan phytoptora (Lampiran 7). Pengendalian organisme pengganggu tanaman di perusahaan dilakukan dengan aplikasi foliar menggunakan unit Boom Spraying Cameco (Gambar 6).
Gambar 6. Boom Spraying Cameco (BSC) Kondisi tanaman saat dilakukan forcing harus bersih dari gulma. Hal ini dilakukan agar zat pengatur tumbuh (etilen) yang diberikan saat forcing dapat mengenai ujung titik tumbuh tanaman sehingga terjadi inisiasi pembungaan. Forcing dilakukan malam hari saat suhu telah mencapai 24°C agar lebih efektif. Akan tetapi pada saat aplikasi forcing, sulit untuk menunggu hingga mencapai suhu ideal. Oleh karena itu biasanya ditambahkan urea ke dalam larutan agar suhu larutan lebih dingin. Forcing juga tidak dapat dilakukan jika terjadi hujan. Jika terjadi hujan maka aplikasi baru dapat dilakukan 1 jam setelah hujan agar titik embun yang terdapat pada tajuk tanaman hilang. Selain itu jika 1 jam setelah aplikasi terjadi hujan maka aplikasi harus diulang. Kondisi cuaca dan iklim
menentukan keberhasilan forcing di suatu lokasi. Dari data pengamatan persen bunga di PG I periode Januari 2000 hingga April 2009, didapatkan grafik sebagai berikut :
Bulan forcing
Gambar 7. Rata-rata % Bunga Tahun 2000-2009 Plantation Group I Dari grafik di atas dapat terlihat adanya kecenderungan kegagalan forcing terjadi pada musim-musim peralihan. Musim kering cenderung memberikan hasil persen bunga yang baik pada aplikasi forcing. Umumnya kegagalan forcing terjadi pada bulan September – Desember, saat kritis terletak pada minggu ke 1-4 di awal musim hujan. Selain itu kegagalan forcing juga terjadi pada peralihan musim hujan ke musim kemarau, saat kritis terjadi pada bulan April hingga pertengahan bulan Mei. Lokasi yang telah dilakukan forcing akan dilakukan pengamatan persen bunga untuk menentukan apakah forcing berhasil atau harus dilakukan aplikasi kembali (reforcing). Berdasarkan hasil pengamatan 45 HSF dan 60 HSF pada ubinan di lokasi pengamatan, lokasi 042B dinyatakan gagal forcing karena persen bunga dibawah 98% sedangkan lokasi 080A dan 024C dinyatakan berhasil. Selain itu grafik di atas menujukkan bahwa terdapat kemungkinan pertambahan persen
tanaman berbunga setelah 60 HSF yakni dengan rata-rata pertambahan sebesar 1.43% (Gambar 8).
Gambar 8. Persen Bunga 45 HSF dan 60 HSF pada Pengamatan Ubinan di Lokasi Pengamatan Analisa Data Primer Berdasarkan data pengamatan dari lapang, dilakukan analisis ragam untuk melihat pengaruh pengelompokan populasi tanaman seragam dan populasi tanaman tidak seragam di lokasi 080A, 024C dan 042B. Hasil rekapitulasi dari sidik ragam (Lampiran 1) dapat dilihat pada Tabel berikut: Tabel 1. Rekapitulasi Hasil Uji F Pengaruh Pengelompokan Populasi Tanaman Seragam dan Populasi Tanaman Tidak Seragam Terhadap Parameter yang Diamati Parameter Berat Tanaman (kg) Warna Daun Jumlah Daun (helai) Panjang Daun (cm) Lebar Daun (cm) Index Luas Daun (cm²) Persen Bunga 45HSF (%) Persen Bunga 60HSF (%) Tanaman Mandul (%)
Pengelompokan ** tn ** ** ** ** ** ** tn
Pengelompokan*lokasi * tn tn tn tn tn ** ** tn
Keterangan : tn : Tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5% * : Berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5% ** : Berbeda nyata pada uji F dengan taraf 1%
kk (%) 5.97 11.85 10.84 4.36 3.43 6.75 1.40 0.10 20.34
Tabel di atas menunjukkan bahwa tanaman seragam dan tidak seragam tidak berbeda nyata pada parameter warna daun dan tanaman mandul sedangkan parameter lainnya berbeda nyata pada taraf 1%. Pada parameter berat tanaman terdapat interaksi nyata (taraf 5%) antara pengelompokan dan lokasi. Interaksi nyata pada taraf 1% terjadi pada persen bunga 45 HSF dan 60 HSF. Sedangkan untuk parameter lainnya, interaksi antara pengelompokan dan lokasinya tidak berbeda nyata. Keseragaman Pertumbuhan Tanaman Pertumbuhan Vegetatif pada Kelompok Tanaman Hasil uji lanjut (Tabel 2) menunjukkan bahwa tanaman seragam berbeda nyata dengan tanaman tidak seragam pada parameter jumlah daun, panjang daun, lebar daun dan ILD. Tanaman seragam dan tidak seragam tidak berbeda nyata pada parameter warna daun dan tanaman mandul. Tanaman seragam memiliki nilai rata-rata lebih besar dari tanaman tidak seragam pada parameter pengamatan jumlah daun, panjang daun, lebar daun, ILD dan tanaman mandul. Hal ini menunjukkan bahwa pertumbuhan vegetatif tanaman seragam lebih tinggi dibanding tanaman tidak seragam. Tabel 2. Pengaruh Pengelompokan Tanaman terhadap Nilai Rata-rata Parameter yang Diamati Parameter Warna Daun Jumlah Daun (helai) Panjang Daun (cm) Lebar Daun (cm) Index Luas Daun (cm²) Tanaman Mandul (%)
Tidak Seragam 1.60 45.00b 66.67b 4.00b 269.41b 2.66
Seragam 1.53 63.48a 73.15a 4.39a 322.14a 3.54
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ taraf 5%
Pertumbuhan Vegetatif di Lokasi Pengamatan Berdasarkan hasil uji lanjut, lokasi 024C berbeda nyata dengan lokasi 080A dan lokasi 042B pada parameter warna daun. Akan tetapi lokasi 080A dan 042B tidak berbeda nyata. Pada parameter panjang daun, lebar daun dan ILD, lokasi 042B berbeda nyata dengan lokasi 024C dan lokasi 080A. Lokasi 024C
juga berbeda nyata dengan lokasi 080A pada parameter tersebut. Pada parameter panjang daun dan tanaman mandul, lokasi 042B berbeda nyata dengan lokasi 080A dan 024C. Lokasi 042B memiliki pertumbuhan vegetatif yang lebih tinggi dibanding lokasi lainnya berdasarkan nilai rata-rata parameter jumlah daun, panjang daun, lebar daun dan ILD (Tabel 3). Tabel 3. Pengaruh Lokasi terhadap Nilai Rata-rata Parameter yang Diamati Parameter
Lokasi 080A
Warna Daun Jumlah Daun (helai) Panjang Daun (cm) Lebar Daun (cm) Index Luas Daun (cm²) Tanaman Mandul (%)
Lokasi 024C
1.33b 58.83a 64.34b 3.84c 247.54c 0.0b
1.82a 44.98b 67.40b 4.20b 284.67b 0.0b
Lokasi 042B 1.55b 58.90a 78.00a 4.55a 355.10a 6.2a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ taraf 5%
Interaksi Kelompok Pertumbuhan dengan Lokasi Berat Tanaman. Berat tanaman pada pengamatan dilakukan dengan taksasi berat tanaman. Hasil rekapitulasi sidik ragam (Tabel 1) menunjukkan bahwa tanaman seragam dan tidak seragam berbeda nyata pada taraf 1% dan terdapat interaksi nyata antara pengelompokan dan lokasi. Hasil uji lanjut (Tabel 4) menunjukkan bahwa tanaman seragam di lokasi 080A berbeda nyata terhadap tanaman tidak seragam di lokasi tersebut. Adapun tanaman seragam di lokasi 080A rata-rata berat tanamannya lebih besar dibanding tanaman tidak seragam. Hal yang sama terjadi pada lokasi 024C dan 042B yakni antar tanaman seragam dan tidak seragam di tiap-tiap lokasi tersebut berbeda nyata. Tabel 4. Pengaruh Pengelompokan terhadap Berat Tanaman pada Tanaman Contoh Pengelompokan
Lokasi 080A
Tidak Seragam Seragam
2.14b 2.56a
Rata-rata Lokasi
2.35a
Lokasi 024C ----- kg ----1.33b 1.97a 1.65b
Lokasi 042B 1.97b 3.06a
Rata-rata Pengelompokan 1.81b 2.53a
2.51a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ taraf 5%
Persen Bunga (45 HSF). Berdasarkan parameter persen bunga (45 HSF), hasil rekapitulasi sidik ragam (Tabel 1) menunjukkan bahwa terdapat interaksi antara pengelompokan dan lokasi. Berdasarkan uji lanjut, lokasi 042B berbeda nyata antara lokasi seragam dan tidak seragamnya sedangkan lokasi lainnya tidak berbeda nyata. Persen bunga kelompok tanaman seragam di lokasi 042B, lokasi 080A dan 024C tidak berbeda nyata. Pada kelompok tanaman tidak seragam, persen bunga kelompok tanaman tidak seragam lokasi 042B berbeda nyata dengan persen bunga kelompok tanaman tidak seragam lokasi 080A dan 024C. Persen bunga terendah terjadi di lokasi 042B kelompok tanaman seragam (Tabel 5). Tabel 5. Pengaruh Pengelompokan terhadap Persen Bunga (45 HSF) pada Tanaman Contoh Lokasi Lokasi Lokasi Rata-rata Pengelompokan 080A 024C 042B Pengelompokan ----- % ----a Tidak Seragam 100 100a 98.3a 99.4a Seragam 100a 100a 89.3b 96.4b Rata-rata Lokasi
100a
100a
93.8b
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ taraf 5%
Persen Bunga (60 HSF). Hasil rekapitulasi sidik ragam (Tabel 1) untuk parameter persen bunga (60 HSF) juga menunjukkan adanya interaksi antara pengelompokan dan lokasi. Hasil uji lanjut menunjukkan bahwa lokasi 042B berbeda nyata antara lokasi seragam dan tidak seragamnya pada parameter persen bunga (60 HSF). Sedangkan pada lokasi 080A dan 024C antara kelompok seragam dan tidak seragamnya tidak berbeda nyata. Persen bunga kelompok tanaman seragam di lokasi 042B, lokasi 080A dan 024C tidak berbeda nyata. Pada kelompok tanaman tidak seragam, persen bunga kelompok tanaman tidak seragam lokasi 042B berbeda nyata dengan persen bunga kelompok tanaman tidak seragam lokasi 080A dan 024C. Persen bunga terendah terjadi di lokasi 042B kelompok tanaman seragam (Tabel 6).
Tabel 6. Pengaruh Pengelompokan terhadap Persen Bunga (60 HSF) pada Tanaman Contoh Lokasi Lokasi Lokasi Rata-rata Pengelompokan 080A 024C 042B Pengelompokan ----- % ----a Tidak Seragam 100 100a 98.3a 99.4a Seragam 100a 100a 93.1b 97.7b Rata-rata Lokasi
100a
100a
95.7a
Keterangan: Angka yang diikuti huruf yang sama pada baris dan kolom yang sama tidak berbeda nyata berdasarkan uji BNJ taraf 5%
Analisa Data Sekunder Analisa data sekunder digunakan untuk mengetahui faktor-faktor lain yang mempengaruhi ketidakseragaman pembungaan. Data sekunder yang digunakan adalah persen keberhasilan bunga (< 98%) berdasarkan data evaluasi forcing Oktober 2006 hingga April 2009 (Lampiran 6). Uji korelasi dilakukan berdasarkan volume air yakni 4 000 l/ha, 8 000l/ha dan 12 000 l/ha. Parameter yang dianalisis adalah persen bunga < 98% (%), dosis etilen (kg/ha), interval dietN (hari), suhu saat aplikasi (°C), dan waktu aplikasi. Hasil uji korelasi parameterparameter tersebut dapat dilihat pada Tabel berikut : Tabel 7. Hasil Uji Korelasi Persen Bunga < 98%, Interval Diet, Suhu Saat Aplikasi, dan Waktu Aplikasi pada Volume Air 4 000 l/ha Diet Suhu Waktu Dosis Etilen
Persen -0.117 tn -0.188 tn -0.094 tn -0.240 tn
Diet 0.151 tn 0.125 tn -0.074 tn
Suhu
Jam
-0.269 tn -0.094 tn
0.041 tn
Keterangan : tn : Tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5% * : Berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5% ** : Berbeda nyata pada uji F dengan taraf 1%
Tabel 8. Hasil Uji Korelasi Persen Bunga < 98%, Interval Diet, Suhu Saat Aplikasi, dan Waktu Aplikasi pada Volume Air 8 000 l/ha Diet Suhu Waktu Dosis Etilen
Persen 0.222 tn -0.141 tn -0.221 tn 0.215 tn
Diet -0.008 tn 0.153 tn 0.647 tn
Keterangan : tn : Tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5% * : Berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5% ** : Berbeda nyata pada uji F dengan taraf 1%
Suhu
0.132 tn 0.184 tn
Jam
0.173 tn
Tabel 9. Hasil Uji Korelasi Persen Bunga < 98%, Interval Diet, Suhu Saat Aplikasi, dan Waktu Aplikasi pada Volume Air 12 000 l/ha Diet Suhu Waktu Dosis Etilen
Persen 0.060 tn -0.157 tn -0.236 tn 0.212 tn
Diet -0.056 tn 0.214 tn 0.169 tn
Suhu
0.072 tn 0.380 tn
Jam
0.215 tn
Keterangan : tn : Tidak berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5% * : Berbeda nyata pada uji F dengan taraf 5% ** : Berbeda nyata pada uji F dengan taraf 1%
Berdasarkan tabel di atas, hasil uji korelasi menunjukkan bahwa pada volume air 4 000 l/ha, 8 000 l/ha dan 12 000 l/ha tidak terdapat korelasi nyata antar parameter yang diuji. Hal ini menunjukkan bahwa semua parameter berpeluang menyebabkan kegagalan pembungaan. Pembahasan Kesiapan tanaman untuk diinduksi pembungaannya berkaitan dengan pertumbuhan vegetatif tanaman. Kebanyakan tanaman tidak akan memasuki masa reproduktif jika pertumbuhan vegetatifnya belum selesai dan belum mencapai tahapan yang matang untuk berbunga (Lakitan, 2004). Menurut Mulyarti (1995) induksi pembungaan tanaman nenas dapat dilakukan jika tanaman telah tumbuh besar, dengan bobot segar tanaman sekitar 2 kg, jumlah daun minimum 35 helai dan berumur 9-13 bulan. Tanaman yang pertumbuhan vegetatifnya baik memiliki peluang keberhasilan forcing yang lebih tinggi. Dari hasil pengamatan terlihat bahwa tanaman seragam memiliki pertumbuhan vegetatif yang lebih tinggi dibanding tanaman tidak seragam. Pada tanaman tidak seragam, banyak terdapat genangan dan juga gulma yang menghambat pertumbuhan tanaman sehingga pertumbuhan vegetatif terganggu dan tanaman menjadi kerdil. Selain itu persaingan antar tanaman juga berpotensi menyebabkan tanaman menjadi kerdil (Bhartolomew et al., 2003). Lokasi 042B merupakan lokasi yang memiliki pertumbuhan vegetatif terbaik dibanding lokasi lainnya terutama pada parameter berat tanaman, jumlah daun, panjang daun, lebar daun dan ILD (Tabel 3). Hal ini berkaitan dengan sejarah lahan yang baik di lokasi tersebut yakni bekas tanaman singkong dan bekas pembuangan limbah nenas. Selain itu, perawatan tanaman di lokasi 042B
juga lebih baik jika dibandingkan lokasi pengamatan lainnya. Berdasarkan realisasi aktifitas kebun, frekuensi aktifitas perawatan di lokasi 042B lebih tinggi dibandingkan lokasi lainnya diantaranya adalah aktifitas penyiangan gulma secara manual, aplikasi pupuk/pestisida dan aplikasi herbisida spot spray. Parameter yang diamati pada percobaan ini selain parameter pengamatan pertumbuhan vegetatif, dilakukan pula pengamatan parameter fase generatif yang berkaitan dengan pembungaan tanaman. Berdasarkan hasil pengamatan di atas, lokasi 042B plot seragam memiliki persen bunga terendah baik pada 45 HSF maupun 60 HSF yakni sebesar 89.3% dan 93.1% (Tabel 5 dan 6). Jika dikaitkan dengan pertumbuhan vegetatifnya, lokasi 042B memiliki jumlah daun, panjang daun, lebar daun, dan ILD tertinggi. Lokasi 042B plot seragam juga memiliki bobot tanaman tertinggi dibanding lokasi dan pengelompokan lain. Lokasi 042B memiliki pertumbuhan vegetatif yang baik tetapi persen bunganya rendah (gagal). Persen bunga yang rendah di lokasi 042B dipengaruhi oleh persen tanaman mandul yang tinggi di lokasi tersebut (Tabel 3). Hal ini menunjukkan bahwa terdapat banyak tanaman mandul di lokasi 042B yang berkontribusi terhadap rendahnya persen bunga. Tanaman mandul memiliki ciri-ciri fisik yang berbeda dengan tanaman normal. Tanaman mandul memiliki bobot tanaman lebih berat dibandingkan tanaman normal. Tanaman mandul juga memiliki jumlah daun lebih banyak dibandingkan tanaman normal. Tanaman mandul dengan jumlah daun sangat banyak sering disebut tanaman sneki (Gambar 9). Fakta di lapangan menunjukkan bahwa tanaman mandul khususnya tanaman sneki juga memiliki daun yang lebih lebar dan bobot tanaman yang lebih berat dibanding tanaman normal. Hal ini disebabkan pertumbuhan vegetatif yang tinggi pada tanaman sneki.
Gambar 9. Tanaman Sneki
Pada saat pengamatan sebelum forcing, lokasi 042B merupakan lokasi yang paling banyak ditemukan ciri-ciri tanaman sneki, akan tetapi secara visual lokasi tersebut lebih seragam dibanding lokasi pengamatan lainnya. Pertanaman di lokasi tersebut lebih besar dan tajuk tanaman terlihat lebih lebat. Akan tetapi setelah diforcing, lokasi 042B memiliki persen bunga terendah dibanding lokasi lain. Hal ini menunjukkan bahwa populasi tanaman dengan bobot yang lebih besar, daun lebih lebar dan jumlah daun lebih banyak dibandingkan tanaman normal belum tentu menghasilkan persen bunga yang lebih tinggi. Terdapat kemungkinan tanaman-tanaman tersebut merupakan tanaman mandul (sneki) sehingga pada saat diforcing tanaman tersebut tidak akan berbunga. Tanaman mandul juga dapat disebabkan oleh faktor genetis. Tanaman yang tidak berbunga (mandul) pada lokasi yang gagal forcing akan dilakukan perangsangan pembungaan ulang atau yang dikenal dengan istilah reforcing. Reforcing dilakukan jika persen tanaman berbunga kurang dari 95%. Reforcing pada lokasi tertentu dapat menimbulkan kerugian diantaranya biaya yang dikeluarkan semakin besar yakni untuk operasional reforcing tersebut. Selain itu biaya panen juga menjadi lebih besar karena ketidakseragaman pemanenan akibat tidak serempaknya pembungaan. Panen buah yang dihasilkan dari reforcing harus dilakukan secara manual dan selisih waktu panen dengan tanaman yang berbunga lebih dulu dapat mencapai kurang lebih dua bulan. Kualitas buah yang dihasilkan dari reforcing juga relatif kurang bagus karena pemanenan secara manual yang rentan terhadap kerusakan buah. Kerugian lainnya yakni efektifitas penggunaan lahan juga berkurang akibat mundurnya waktu untuk tanaman ratoon crop (RC) dan waktu bongkar. Berdasarkan data sekunder (Lampiran 5), rata-rata persen bunga reforcing tahun 2003-2008 adalah sebesar 67.61% dengan standar deviasi sebesar 20.27%. Jika indikator keberhasilan reforcing sama dengan keberhasilan forcing yakni persen bunga lebih dari 98%, maka rata-rata reforcing di Plantation Group I termasuk dalam kategori gagal. Berdasarkan rata-rata keberhasilan reforcing, didapatkan hubungan antara persen bunga hasil forcing dan peningkatan persen bunga setelah reforcing sebagai berikut :
Gambar 10. Hubungan Antara Persen Bunga Forcing dan Peningkatan Persen Bunga Setelah Aplikasi Reforcing Berdasarkan gambar di atas, semakin tinggi
persen bunga hasil
pengamatan forcing maka peningkatan persen bunga reforcingnya semakin rendah. Jika diperkirakan batas peningkatan persen bunga reforcing yang memberikan keuntungan ekonomis bagi perusahaan adalah > 10%, maka reforcing yang dapat dilakukan oleh perusahaan adalah saat hasil persen bunga forcing < 85.21%. Sedangkan reforcing yang dilakukan saat persen bunga forcing ≥ 85.21% secara ekonomis tidak menguntungkan bagi perusahaan. Selain faktor fisik tanaman, kesiapan tanaman juga berkaitan dengan aplikasi urea terakhir sebelum forcing yang dikenal dengan istilah diet-N. C/N ratio tanaman tinggi, diatur dengan pelaksananan diet-N. Standar diet-N di PT. GGP adalah 21-35 hari. Waktu diet yang tepat diperlukan agar tidak terjadi dampak negatif dari pupuk nitrogen yang diberikan yakni memacu pertumbuhan vegetatif (Lakitan, 2004). Faktor lain yang mempengaruhi kegagalan pembungaan adalah suhu dan waktu aplikasi. Waktu yang tepat untuk aplikasi adalah sore, malam atau pagi hari. Hal ini dilakukan karena nenas memiliki jalur fotosintesis bertipe CAM (Crassulaceae Acid Metabolism) fakultatif. Jalur metabolisme ini memungkinkan stomata menutup sepanjang siang hari untuk menghemat penggunaan air. Selain
itu juga untuk menghindari penguapan ZPT yang telah diapikasikan (Paull, 1997). Waktu aplikasi juga berkaitan dengan suhu. Semakin malam biasanya suhu semakin rendah. Pada tanaman nenas varietas Smooth cayenne, sensitivitas tanaman terhadap forcing akan berkurang dengan peningkatan suhu malam di atas 25°C (Bhartolomew et al., 2003). Volume air dan dosis etilen juga dapat mempengaruhi pembungaan tanaman nenas. Etilen merupakan suatu gas yang dibentuk dari pembakaran yang tidak sempurna dari senyawa-senyawa yang kaya ikatan karbon seperti batu bara, minyak bumi dan gas alam. Etilen dianggap sebagai hormon tumbuhan karena tanaman
pun
memproduksi
etilen
melalui
proses
metabolisme
selama
pertumbuhan dan perkembangannya, bekerja pada konsentrasi rendah, bekerja sama dan antagonis dengan hormon-hormon tumbuh lainnya (Wattimena, 1988). Dosis etilen yang tepat diperlukan untuk meningkatkan keberhasilan forcing. Dosis etilen standar di PT.GGP adalah sebesar 1.1-1.38 kg/ha dengan menggunakan volume air 4 000 l/ha. Kaolin 25-30 kg/ha digunakan sebagai absorban gas etilen. Selain faktor-faktor di atas, perlu diperhatikan pula faktor lainnya yang dapat mempengaruhi keberhasilan forcing yakni perawatan tanaman dan teknik operasional forcing. Kondisi pertanaman yang tertutupi gulma akan mengurangi keberhasilan forcing karena gulma tersebut menghalangi etilen untuk bertemu jaringan yang tepat pada tanaman yakni ujung titik tumbuh. Pertanaman nenas yang terserang hama dan penyakit juga akan menurunkan keberhasilan forcing. Selain itu dari segi operasional, faktor yang mempengaruhi keberhasilan forcing diantaranya adalah
kelayakan alat aplikasi (Boom Spraying Cameco),
kelengkapan perlengkapan aplikasi, operator, kondisi jalan, kerataan aplikasi (nozzle) dan pola operasi Boom (Lampiran 3).
KESIMPULAN DAN REKOMENDASI Kesimpulan PT. Great Giant Pineapple merupakan produsen dan eksportir nenas kalengan terbesar di Indonesia. PT. Great Giant Pineapple mendorong untuk pengembangan dan peningkatan mutu varietas nanas secara berkelanjutan melalui budidaya nenas yang intensif dan terintegrasi penuh dengan proses pengalengan nenas. Dengan dilakukan magang di PT. Great Giant Pineapple, penulis memperoleh pengetahuan serta kemampuan teknis dan manajerial dalam usaha tani tanaman nenas skala besar. Berdasarkan hasil pengamatan, tanaman seragam memiliki pertumbuhan vegetatif yang lebih tinggi dibanding tanaman tidak seragam. Lokasi 042B merupakan lokasi yang memiliki pertumbuhan vegetatif terbaik dibanding lokasi lainnya. Lokasi 042B memiliki persen bunga terendah baik pada 45 HSF maupun 60 HSF yakni sebesar 89.3% dan 93.1%. Persen bunga di lokasi 042B dipengaruhi oleh persen tanaman mandul (sneki) yang tinggi di lokasi tersebut yakni sebesar 6.2%. Hasil uji korelasi menunjukkan bahwa pada volume air 4 000 l/ha, 8 000 l/ha dan 12 000 l/ha tidak terdapat korelasi nyata antara persen bunga < 98%, interval diet, suhu saat aplikasi, dan waktu aplikasi. Rata-rata keberhasilan reforcing pada tanaman mandul di PG I tahun 2003-2008 adalah sebesar 67.61% dengan standar deviasi sebesar 20.27%. Hubungan antara persen bunga forcing dan peningkatan persen bunga setelah aplikasi reforcing menunjukkan bahwa semakin tinggi persen bunga hasil pengamatan forcing maka peningkatan persen bunga reforcing semakin rendah. Reforcing dapat meningkatkan persen bunga lebih besar dari 10% jika diaplikasikan pada lokasi dengan keberhasilan forcing lebih rendah dari 85.21%.
Rekomendasi Rekomendasi untuk perusahaan guna perbaikan dan upaya mengatasi permasalahan khususnya mengenai permasalahan keseragaman pembungaan diantaranya : 1. Tanaman mandul dimasukkan pada kriteria khusus saat pengamatan taksasi berat tanaman agar dapat dibedakan dengan tanaman normal 2. Tindakan roguing pada tanaman mandul agar tidak digunakan sebagai bahan perbanyakan 3. Reforcing dapat memberikan keuntungan secara ekonomis dan layak dilakukan pada persen keberhasilan pembungaan (forcing) lebih rendah dari 85.21%.
DAFTAR PUSTAKA Ashari, S. 1995. Hortikultura, Aspek Budidaya. UI Press. Jakarta. 485 hal. Bartholomew, D. P., R. E. Paull and K.G. Rohrbach. 2003. The Pineapple : Botany, Production, and Uses. CAB International Publishing. New York. 301 p. Biro Pusat Statistik. 2005. Horticulture statistic. http:/www.bps.go.id. [20 Oktober 2008]. Collins, J. L. 1968. The Pineapple. World Crops Series. Leonard Hill Interscience Publ. Inc. London. 295 p. Deptan. 1998. Budi Daya Nenas. Dirjen Tanaman Buah. Jakarta. Iskandar, D.E, dan H.T. Soelaeman. 2007. Raja nanas dunia. Swamajalah 46:2122. Kushartoyo, D. 1980. Penggunaan Ethephon Secara Praktis Pada Beberapa Tanaman Pertanian. Departemen Agronomi Fakultas Pertanian UGM. Yogyakarta. Kusumo, S. 1984. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Yasaguna. Jakarta. 99 hal. Lakitan, B. 2004. Dasar-dasar Fisiologi Tumbuhan. PT. Raja Grafindo Persada. Jakarta. 206 hal. Moenandir, J. 1988. Persaingan Tanaman Budidaya dengan Gulma. Rajawali. Jakarta. 101 hal. Mulyarti, S. 1995. Budidaya Nenas (Ananas comosus L. Merr) di PT. Great Giant Pineapple Coy Lampung Tengah. Keterampilan Profesi. Institut Pertanian Bogor. Bogor. 3 hal. Nakasone, H.Y. and R.E. Paull. 1998. Tropical Fruits. CAB International Publishing. New York. 445 p. Natawigena, H. 1986. Dasar-dasar Perlindungan Tanaman. Fakultas Pertanian. Universitas Padjajaran. Bandung. 36 hal. Paull, R. E. 1997. Pineapple. P 123-143. In : M. Sisir (ed.). Post Harvest Physiology and Storage of Tropical and Subtropical Fruits. CAB International. Wellingford. 432 p.
Purba, F.H. 2008. Perkembangan ekspor nenas Indonesia sebagai salah satu potensi komoditas pertanian dalam daya saing pasar dunia. http://agribisnis.deptan.go.id. [29 Oktober 2008]. Py, C., Lacoeuilhe, J.J. Ang Teisson. C. 1987. The Pineapple, Cultivation and Uses. Edition G.P. Maisonneuve. Paris. 568 p. Samson, J. A. 1980. Tropical Agriculture Series Tropical Fruits. Published in The United Stated of American by Longman Inc. New York. P. 163-183. Soepardi, G. 1983. Sifat dan Ciri Tanah. Bogor. 591 hal. Verheij, E. W. M. dan R. E. Coronel. 1997. Ananas comosus L. Merr. Dalam : Verheij, E. W. M. dan R. E. Coronel (eds). Prosea. Sumber Daya Nabati Asia Tenggara 2. Buah-buah yang Dapat Dimakan. Gramedia. Jakarta. 568 hal. Wattimena, G. A. 1988. Zat Pengatur Tumbuh Tanaman. Pusat Antar Universitas, Institut Pertanian Bogor. 247 hal.
Sumber Data Sekunder Cipto. 2009. Laporan Harian Operator Forcing. PT. Great Giant Pineapple. Terbanggi Besar, Lampung Tengah. 4 hal. Desi. 2009. Status Lokasi Bulan April 2009. PT. Great Giant Pineapple. Terbanggi Besar, Lampung Tengah. 20 hal. Junaedi. 2008. Pengamatan Persen Bunga Reforcing 2003-2008. PT. Great Giant Pineapple. Terbanggi Besar, Lampung Tengah. 4 hal. Muntoha. 2009. Evaluasi Panen Tahun 2000-2009 dan Bunga Jatuh 2007-2009. PT. Great Giant Pineapple. Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Muntoha. 2009. Rencana Forcing Plantation Group I Periode 12 s.d 24 April 2009. PT. Great Giant Pineapple. Terbanggi Besar, Lampung Tengah. 1 hal. Prayit. 2009. Evaluasi Aplikasi Forcing. PT. Great Giant Pineapple. Terbanggi Besar, Lampung Tengah. 3 hal. Riyantika, A. 2009. Laporan Hasil Analisa. PT. Great Giant Pineapple. Terbanggi Besar, Lampung Tengah. Supriyadi. 2009. Pengamatan Berat Tanaman. PT. Great Giant Pineapple. Terbanggi Besar, Lampung Tengah. 3 hal.
LAMPIRAN
Lampiran 1. Sidik Ragam Parameter Pengamatan Sidik Ragam Berat Tanaman Sumber
db
JK
KT
F Hitung
Lokasi Ulangan*lokasi Perlakuan Perlakuan*lokasi Galat Total terkoreksi kk = 5.97%
2 6 1 2 6 17
2.53 0.34 2.31 0.35 0.10 5.63
1.27 0.06 2.31 0.17 0.02
22.27** 3.39tn 137.48** 10.27*
F Tabel 5% 1% 5.14 10.92 4.28 8.47 5.99 13.75 5.14 10.92
Nilai P 0.0017 0.0817 0.0000 0.0115
Sidik Ragam Warna Daun Sumber
db
JK
KT
F Hitung
Lokasi Ulangan*lokasi Perlakuan Perlakuan*lokasi Galat Total terkoreksi kk = 11.85%
2 6 1 2 6 17
0.70 0.11 0.02 0.20 0.21 1.24
0.35 0.02 0.02 0.10 0.03
19.78** 0.52tn 0.58tn 2.95tn
F Tabel 5% 1% 5.14 10.92 4.28 8.47 5.99 13.75 5.14 10.92
Nilai P 0.0023 0.7795 0.4749 0.1281
Sidik Ragam Jumlah Daun Sumber
d b
Lokasi
2
771.00
385.50
9.43*
Ulangan*lokasi
6
245.29
40.88
1.18tn
Perlakuan
1
1,536.4 3
1,536.4 3
44.46*
2
335.85
167.92
4.86tn
6 1 7
207.34 3,095.9 0
34.56
Perlakuan*loka si Galat Total terkoreksi kk = 10.84%
JK
KT
F Hitung
*
F Tabel 5% 1% 5.1 10.9 4 2 4.2 8.47 8 5.9 13.7 9 5 5.1 10.9 4 2
Nilai P 0.014 1 0.421 8 0.000 6 0.055 6
Sidik Ragam Panjang Daun F Tabel 5% 1% 5.14 10.92 4.28 8.47 5.99 13.75 5.14 10.92
F Hitung
Sumber
db
JK
KT
Lokasi Ulangan*lokasi Perlakuan Perlakuan*lokasi Galat Total terkoreksi kk = 4.36%
2 6 1 2 6 17
616.80 49.09 188.89 34.58 55.76 945.12
308.40 8.18 188.89 17.29 9.29
37.70** 0.88tn 20.32** 1.86tn
Nilai P 0.0004 0.5595 0.0041 0.2351
Sidik Ragam Lebar Daun Sumber
db
JK
KT
F Hitung
Lokasi Ulangan*lokasi Perlakuan Perlakuan*lokasi Galat Total terkoreksi kk = 3.43%
2 6 1 2 6 17
1.53 0.11 0.66 0.20 0.12 2.62
0.76 0.02 0.66 0.10 0.02
41.88** 0.88tn 31.82** 4.83tn
F Tabel 5% 1% 5.14 10.92 4.28 8.47 5.99 13.75 5.14 10.92
Nilai P 0.0003 0.5585 0.0013 0.0563
Sidik Ragam Index Luas Daun F Hitun g 52.87*
Sumber
d b
JK
KT
Lokasi
2
35,817.9 8
17,908.9 9
Ulangan*lokasi
6
2,032.51
338.75
0.85tn
Perlakuan
1
12,511.5 1
12,511.5 1
31.41*
2
2,800.87
1,400.44
3.52tn
6 1 7
2,389.88 55,552.7 5
398.31
Perlakuan*loka si Galat Total terkoreksi kk = 6.75%
*
*
F Tabel 5%
1%
5.1 4 4.2 8 5.9 9 5.1 4
10.9 2 8.47 13.7 5 10.9 2
Nilai P 0.000 2 0.575 4 0.001 4 0.097 6
Sidik Ragam Persen Bunga (45 HSF) Sumber
db
JK
KT
F Hitung
Lokasi Ulangan*lokasi Perlakuan Perlakuan*lokasi Galat Total terkoreksi kk = 1.40%
2 6 1 2 6 17
1.53 0.69 0.40 0.80 0.11 3.54
0.76 0.11 0.40 0.40 0.02
6.67* 6.08* 21.34** 21.34**
F Tabel 5% 1% 5.14 10.92 4.28 8.47 5.99 13.75 5.14 10.92
Nilai P 0.0298 0.0225 0.0036 0.0019
Sidik Ragam Persen Bunga (60 HSF) Sumber
db
JK
KT
F Hitung
Lokasi Ulangan*lokasi Perlakuan Perlakuan*lokasi Galat Total terkoreksi kk = 0.10%
2 6 1 2 6 17
0.75 0.37 0.14 0.27 0.00 1.53
0.37 0.06 0.14 0.14 0.00
5.97* 702.25** 1,540.56** 1,540.56**
F Tabel 5% 1% 5.14 10.92 4.28 8.47 5.99 13.75 5.14 10.92
Nilai P 0.0374 0.0000 0.0000 0.0000
Sidik Ragam Tanaman Mandul Sumber
db
JK
KT
F Hitung
Lokasi Ulangan*lokasi Perlakuan Perlakuan*lokasi Galat Total terkoreksi kk = 20.34%
2 6 1 2 6 17
1.41 0.18 0.13 0.26 0.20 2.18
0.70 0.03 0.13 0.13 0.03
23.36** 0.88tn 3.76tn 3.76tn
F Tabel 5% 1% 5.14 10.92 4.28 8.47 5.99 13.75 5.14 10.92
Nilai P 0.0015 0.5577 0.1004 0.0873
85 Lampiran 2. Standar Pengamatan Taksasi Berat Tanaman Lokasi 080A Parameter Berat Tanaman (kg) Panjang Daun (cm) Jumlah Daun
SK (1) 1.5 59 32
SK-a (2) 1.7 63 35
K (3) K-a (4) 1.9 2.1 67 71 38 41
S (5) B-a (6) 2.3 2.5 75 79 44 47
B (7) 2.7 83 50
SB-a (8) 2.9 87 53
SB (9) 3.1 91 57
SK (1) 1.1 52 29 3.8
SK-a (2) 1.39 56 31 4
K (3) K-a (4) 1.68 1.97 60 64 32 33 4.2 4.4
S (5) B-a (6) 2.25 2.54 68 73 34 35 4.6 4.8
B (7) 2.83 77 36 5
SB-a (8) 3.12 81 37 5.15
SB (9) 3.4 84 38 5.3
SK (1) 1.00 50 34 3.4
SK-a (2) 1.27 53.6 38 3.7
K (3) K-a (4) 1.55 1.82 57.2 60.8 42 46 4.0 4.3
S (5) B-a (6) 2.10 2.37 64.5 68.1 50 53 4.6 4.9
B (7) 2.65 71.7 57 5.2
SB-a (8) 2.92 75.3 61 5.5
SB (9) 3.20 79 65 5.8
Lokasi 042B Parameter Berat Tanaman (kg) Panjang Daun (cm) Jumlah Daun Lebar Daun Lokasi 024C Parameter Berat Tanaman (kg) Panjang Daun (cm) Jumlah Daun Lebar Daun
86
Forcing ke-1 L Lok
UMUR FORCING
D
FORCING 1
S
u
Tgl
i
Diet
e
Forcing
Volume
Jam. Aplk
Test
t
ke- 1
Air / Ha
Mulai
Flash
t
a
s
s
Suhu
UNIT Bahan
ETHYLINE GAS (KG)
F1
KAOLIN
BORAX
UREA
Unit
8.06
75.00
BSC006
Ari KS.
BSC004 BSC011
080A
428
PC
6.20
16-Feb
37
25-Mar
4,000
22.15
Ya
23.00
1.29
28.23
042B
548
PC
7.15
18-Feb
40
30-Mar
4,000
23.28
Ya
24.00
1.13
25.08
7.82
024C
488
PC
12.50
2-Mar
29
31-Mar
4,000
23.00
Ya
23.50
1.08
26.34
8.12
76.14
Operator
Driver
Helper I
Helper II
Yatno
Agus KS.
Temon
Sudarsono
Lamirin
Handoko
Putu A.
Guntur Samudi
Supramono
Wahyoto
Suradi
Forcing ke-2 L Lok
D
UMUR
S
u
Tgl
i
FORCING
t
a
Diet
e
s
s
FORCING 2
Tanggal
t
Volume
Jam. Aplk
Air / Ha
Test
Suhu
Flash
UNIT Bahan
ETHYLINE GAS (KG)
KAOLIN
F2 BORAX
UREA
Unit
Operator
Driver
Helper I
Helper II
080A
428
PC
6.20
16-Feb
37
26-Mar
4,000
22.15
Ya
23.00
1.29
28.23
BSC006
Ari KS.
Yatno
Agus KS.
Karol
042B
548
PC
7.15
18-Feb
40
31-Mar
4,000
20.30
Ya
23.50
1.08
26.35
BSC011
Guntur Samudi
Supramono
Wahyoto
Suradi
024C
488
PC
12.50
2-Mar
29
1-Apr
4,000
22.00
Ya
25.00
1.02
25.38
BSC011
Guntur Samudi
Supramono
Ajieko P.
Abdul Hasim
87
Catatan Saat Forcing : Lokasi 080A 1. Kondisi cuaca sebelum forcing 1 terjadi hujan deras dan saat forcing masih agak gerimis 2. Tanaman banyak yang kecil dan beberapa bongsor 3. Kondisi jalan licin dan terdapat pateran 4. Sebelum forcing 2 sore hari hujan deras dan saat forcing cuaca agak mendung 5. Nozzel yoyo lancar dan aplikasi rata Lokasi 042B 1. Kondisi cuaca sore hari sebelum forcing 1 hujan dan saat forcing cuaca bagus 2. Kondisi tanaman dan kondisi jalan bagus 3. Sebelum test flash, tabung ethylene sedikit bermasalah karena tidak menunjukkan adanya aliran gas 4. Salah satu selang instalasi di boom bocor dan kemudian diperbaiki terlebih dahulu 5. Sebelum forcing 2 sore hari gerimis 6. Satu yoyo ada yang agak tersendat Lokasi 024C 1. Kondisi cuaca sore hari sebelum forcing gerimis dan saat forcing cuaca agak bagus 2. Kondisi tanaman tidak rata, banyak tanaman kerdil 3. Kondisi jalan bagus 4. Sebelum forcing 2 terjadi hujan dan saat forcing cuaca agak mendung 5. Saat forcing, rit terakhir terjadi hujan 6. Nozzel yoyo lancar dan aplikasi rata
Lampiran 4. Pengukuran Warna Daun Bagan Warna Daun 0-25 25-50 ≥50
Warna Daun Kuning Kuning kehijauan Hijau
Skor 1 2 3
88
Lampiran 5. Persen Bunga Reforcing Tahun 2003-2008 wil
Lok
LUAS
Sts
Tgl
PROSENTASE FORCING
Forcing
BERBUNGA NOR
PYK
KRD
MANDUL TOTAL
NOR
PYK
KRD
2003 1
011C
7.60
PC
20-Feb-03
31.74
1.37
4.10
37.21
57.93
3.97
0.90
1
011D
11.52
PC
22-Feb-03
42.16
0.52
12.85
55.53
33.32
6.59
4.55
3
039A
4.2
PC
17-Feb-03
31.51
4.62
2.25
38.37
45.72
1.18
14.73
3
039C
7.59
PC
18-Feb-03
54.00
2.97
15.45
72.41
26.96
0.21
0.42
4
062F
13.75
PC
19-Feb-03
60.76
1.86
9.79
72.41
25.48
0.66
1.45
3
039F
6.45
PC
21-Feb-03
55.72
2.34
8.59
66.64
27.75
1.39
4.22
1
012E
9.35
PC
1-Apr-04
14.71
0.00
2.68
17.40
79.77
2.83
0.00
3
034D
15.17
PC
12-May-04
77.91
1.79
17.11
96.81
2.34
0.37
0.48
2
031A
10.81
PC
13-May-04
61.46
2.01
10.74
74.20
25.80
0.00
0.00
3
034B
4.55
PC
18-May-04
24.87
0.41
7.59
32.87
56.16
0.61
10.36
2
014D
6.57
PC
3-Jun-04
80.82
0.97
5.66
87.44
12.48
0.00
0.08
2
024F
6.93
PC
4-Jun-04
75.19
3.42
9.12
87.73
11.00
0.00
1.27
2
024G
9.69
PC
4-Jun-04
57.14
1.07
3.35
61.56
35.64
0.00
2.80
2
035B
6.94
PC
4-Jun-04
68.23
1.91
4.27
74.40
24.24
0.16
1.19
1
021B
13.16
PC
25-Jun-04
78.92
1.62
12.04
92.58
7.26
0.00
0.16
2
017F
10.79
PC
3-Aug-04
50.54
5.30
5.86
61.71
37.66
0.24
0.39
01
022B
3.66
PC
4-Jul-07
71.77
8.74
18.69
99.21
0.79
0.00
0.00
01
001A
5.61
PC
28-Jun-07
46.53
3.11
27.54
77.54
16.83
-
5.63
01
001B
2.71
PC
28-Jun-07
50.70
2.71
15.82
69.61
17.15
3.62
9.61
02
017N
6.59
PC
1-Jun-07
43.64
0.26
8.12
52.03
34.63
2.54
10.81
02
018G
5.97
PC
26-Jun-07
46.27
10.40
13.12
70.10
26.34
2.97
0.59
02
018F
8.48
PC
26-Jun-07
46.41
5.03
9.41
64.22
32.67
2.69
0.42
2004
2007
04
026A
4.05
PC
4-Jun-07
32.55
1.48
22.84
56.87
30.11
-
13.02
04
026G
10.97
PC
4-Jun-07
27.18
2.05
28.93
58.16
28.98
2.60
10.27
04
015C
11.46
PC
14-Jun-07
73.96
0.80
13.66
90.57
7.06
0.17
2.20
04
050A
4.83
PC
22-Jul-08
68.89
-
-
68.89
31.11
-
-
04
028Q
8.73
PC
22-Jul-08
86.62
0.43
1.64
88.87
10.33
0.80
-
2008
89
Lampiran 6. Rekapitulasi Persen Bunga <98% Plantation Group I Tahun 2007-2009 Persen Bunga (%) 49.16 59.14 73.27 77.17 82.05 86.63 86.85 86.85 88.55 89.42 90.91 90.05 88.54 91.56 91.84 92.69 92.43 93.63 92.85 93.18 94.32 94.25 94.81 95.07 94.35 93.40 94.22 94.55 95.61 94.05 94.99 95.41 95.37 96.02 95.19 96.22 96.18 96.72
Diet
Air
Suhu
Jam
(hari) 1 3 1 1 1 4 25 30 21 30 26 21 1 5 24 26 2 30 26 0 24 26 23 2 19 3 30 36 9 0 23 37 6 13 33 2 6 2
(l/ha) 8000 8000 8000 8000 8000 12000 12000 4000 4000 12000 12000 4000 8000 4000 12000 4000 12000 4000 4000 8000 12000 4000 4000 8000 12000 4000 4000 12000 4000 4000 12000 12000 12000 4000 12000 8000 8000 12000
(°C) 21.3 23.0 21.3 21.0 21.1 23.2 23.0 22.0 22.1 23.2 21.0 22.1 21.3 23.0 21.0 21.5 22.0 20.4 24.0 21.1 22.0 23.0 21.2 22.0 22.2 23.0 21.5 21.6 21.1 22.0 21.0 23.0 23.5 22.0 22.0 22.0 21.0 22.0
24.00 23.50 24.00 24.00 22.00 23.00 24.00 24.00 23.00 23.00 24.00 01.00 24.00 24.00 24.00 24.00 24.00 24.00 01.00 24.00 22.00 24.00 24.00 24.00 01.00 24.00 24.00 23.00 24.00 24.00 23.00 24.00 24.00 01.00 24.00 24.00 24.00 24.00
Dosis Ethylene (kg/ha) 2.34 2.29 2.34 2.34 2.18 3.79 3.66 2.11 1.49 2.59 3.56 1.52 2.34 1.31 3.38 1.24 3.78 1.27 1.52 2.22 4.20 1.24 1.31 2.24 3.70 1.29 2.21 4.17 1.50 1.50 3.39 3.10 3.40 1.25 3.30 2.24 2.35 3.70
90
96.13 96.25 96.39 97.22 96.95 97.04 97.57 96.13 97.11 97.14 96.46 87.42 96.55 97.35 97.06 97.03 94.95 94.24 96.54 95.58 96.63 96.89 96.82 97.10 97.94 97.83 94.49 97.65
4 1 0 4 0 21 30 4 21 34 27 42 32 21 21 23 34 0 14 0 17 36 45 34 28 32 2 1
4000 4000 8000 4000 8000 12000 4000 12000 12000 12000 8000 4000 4000 12000 12000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000 4000
22.0 22.0 22.3 22.0 21.3 23.0 22.1 21.0 22.0 22.0 21.5 22.0 22.0 23.2 22.3 22.0 23.5 21.3 21.3 21.3 21.2 23.2 22.2 22.0 22.1 20.3 21.5 21.2
23.00 01.00 24.00 01.00 01.00 01.00 24.00 01.00 24.00 23.00 24.00 24.00 24.00 23.00 23.00 23.00 24.00 23.00 23.00 23.00 24.00 24.00 24.00 24.00 23.00 23.00 24.00 24.00
1.30 1.30 2.73 1.28 2.27 3.86 1.27 3.40 2.80 3.40 2.78 1.17 1.32 2.79 2.45 1.20 1.20 1.30 1.20 1.18 1.25 1.22 1.22 1.20 1.29 1.24 1.11 2.34
91
(a)
(b)
(c) Lampiran 7. Kondisi Umum Tanaman di Lapang. (a) Tajuk Tanaman Tertutupi Gulma. (b) Tanaman Terserang Meallybug. (c) Tanaman Terserang Phytoptora.
92
Lampiran 8. Struktur Organisasi Plantation Group I, PT. Great Giant Pineapple
93
Lampiran 9. Peta Global Plantation Group I
94
Lampiran 10. Peta Seksi 024C
95
Lampiran 11. Peta Seksi 042B
96
Lampiran 12. Peta Seksi 080A